4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pilot Study dilakukan selama kurang lebih 1 bulan pada periode september 2003 sampai oktober 2003 dengan melakukan wawancara pada pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah keselamatan kerja, diantaranya adalah safety manager, safety officer, serta beberapa staff safety lainnya, selain itu juga dilakukan penyebaran pada responden dalam jumlah kecil, kurang lebih sepuluh orang.Perubahan yang dilakukan adalah memberi keterangan lebih jelas pada skala yang dipakai serta menyederhanakan kalimat yang digunakan pada kuesioner (Lampiran 1). Pada bagian B, keterangan pada skala 1-6 adalah sebagai berikut: 1. = Sangat tidak setuju 2. = Tidak setuju 3. = Agak tidak setuju 4. = Agak setuju 5. = Setuju 6. = Sangat setuju Pada bagian C, keterangan pada skala 1-6 adalah sebagai berikut: 1. = Tidak Pernah, 0% 2. = 1 – 20% 3. = 21 – 40% 4. = 41 – 60% 5. = 61 – 80% 6. = Sering, 81 – 100 % Penyebaran kuesioner dilakukan selama kurang lebih dua bulan pada periode oktober sampai desember 2004. Responden yang mengisi kuesioner sebanyak 207 orang. Kendala yang dihadapi peneliti adalah kendala waktu penyebaran yang hanya bisa dilakukan pada jam istirahat, kendala cuaca hujan serta kendala bahasa. Peneliti menyebarkan kuesioner dengan membimbing setiap responden dalam menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang ada pada kuesioner. 34 Universitas Kristen Petra
33
Embed
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan...4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pilot Study dilakukan selama kurang lebih 1 bulan pada periode september 2003 sampai oktober 2003
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Pilot Study dilakukan selama kurang lebih 1 bulan pada periode september
2003 sampai oktober 2003 dengan melakukan wawancara pada pihak-pihak yang
bertanggung jawab terhadap masalah keselamatan kerja, diantaranya adalah safety
manager, safety officer, serta beberapa staff safety lainnya, selain itu juga
dilakukan penyebaran pada responden dalam jumlah kecil, kurang lebih sepuluh
orang.Perubahan yang dilakukan adalah memberi keterangan lebih jelas pada
skala yang dipakai serta menyederhanakan kalimat yang digunakan pada
kuesioner (Lampiran 1).
Pada bagian B, keterangan pada skala 1-6 adalah sebagai berikut:
1. = Sangat tidak setuju
2. = Tidak setuju
3. = Agak tidak setuju
4. = Agak setuju
5. = Setuju
6. = Sangat setuju
Pada bagian C, keterangan pada skala 1-6 adalah sebagai berikut:
1. = Tidak Pernah, 0%
2. = 1 – 20%
3. = 21 – 40%
4. = 41 – 60%
5. = 61 – 80%
6. = Sering, 81 – 100 %
Penyebaran kuesioner dilakukan selama kurang lebih dua bulan pada
periode oktober sampai desember 2004. Responden yang mengisi kuesioner
sebanyak 207 orang. Kendala yang dihadapi peneliti adalah kendala waktu
penyebaran yang hanya bisa dilakukan pada jam istirahat, kendala cuaca hujan
serta kendala bahasa. Peneliti menyebarkan kuesioner dengan membimbing setiap
responden dalam menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang ada pada kuesioner. 34
Berdasarkan hasil wawancara, perbedaan yang tidak signifikan ini dapat
disebabkan oleh perbedaan pandangan, keahlian, pengalaman dan kesadaran
masing-masing pekerja. Jawaban para pekerja pada proyek yang sama masih
banyak bervariasi, ada yang menganggap peraturan mudah dimengerti, ada yang
menganggap sulit dimengerti, ada yang menganggap peraturan/ prosedur penting,
dan ada yang menganggap tidak penting, sehingga jenis proyek tidak memberikan
pengaruh yang signifikan (Gambar 4.12).
Secara umum pada faktor B2 dapat diketahui bahwa pekerja dapat
mengerti peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan oleh pihak
manajemen (B25). Terlihat dari sosialisasi peraturan dan prosedur yang sebagian
besar berwujud Gambar (Gambar 4.13) agar mudah dimengerti (B25), mudah
terlihat (Gambar 4.14 dan 4.15), selain itu juga didukung pemasangan rambu-
rambu, peringatan-peringatan, tanda bahaya (Gambar 4.16 dan 4.17). Pada proyek
mall ditetapkan sanksi secara tegas (B23) pada pekerja apabila pengawas
menemukan pekerja yang tidak menggunakan helm dan sepatu (Gambar 4.18).
Sanksi berupa memo peringatan yang akan diberikan pada mandor untuk
dilakukan pemotongan gaji pada pekerja yang melanggar.
Universitas Kristen Petra
43
Peraturan dan prosedur keselamatan kerja mudah dimengerti (B25) Peraturan dan prosedur keselamatan kerja diperbaiki secara berkala (B24) Ada sanksi terhadap pelanggaran prosedur
keselamatan kerja (B23) Prosedur keselamatan kerja mudah diterapkan pada pekerjaan saya (B22) Peraturan/ prosedur keselamatan sangat diperlukan (B21)
KlinikKantorMall
63 4 521
Gambar 4.12. Nilai Rata-Rata Faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja (B2)
Gambar 4.13. Peraturan Keselamatan Kerja
Universitas Kristen Petra
44
Gambar 4.14. Prosedur Keselamatan Kerja
Gambar 4.15. Penempatan Peraturan dan Prosedur
Universitas Kristen Petra
45
Gambar 4.16. Himbauan
Gambar 4.17. Tanda Bahaya
Gambar 4.18. Sanksi Terhadap Pelanggaran Peraturan
Universitas Kristen Petra
46
4.4.3 Anova Faktor Komunikasi (B3)
Pada faktor komunikasi terdapat dua variabel yang tidak signifikan
terhadap jenis proyek (Tabel 4.4), yaitu terjalin komunikasi yang baik antara
pekerja dan pihak manajerial (B33) serta pekerja mendapat informasi mengenai
kecelakaan yang terjadi. Perbedaan yang tidak signifikan ini dapat disebabkan
oleh karena pekerja sangat jarang bertemu dengan pihak manajerial, apalagi
berkomunikasi, bila ingin menyatakan pendapat pekerja mengutarakan melalui
mandor. Pekerja juga sangat jarang mendapatkan informasi mengenai kecelakaan
yang terjadi, hal ini disebabkan dalam satu proyek terdapat banyak kelompok
pekerja yang dikepalai oleh beberapa mandor-mandor, bila kecelakaan terjadi
pada satu kelompok mandor, kelompok yang lain belum tentui mngetahui atau
mendapat informasi karena lokasi pekerjaan yang tidak saling berdekatan.
Tabel 4.4. Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Komunikasi (B3)
Pada Gambar 4.20 terlihat bahwa proyek mall memiliki pekerja yang lebih
kompeten terhadap pekerjaan ditinjau dari nilai rata-rata jawaban pekerja.
Kompetensi pekerja berhubungan dengan pengertian dan keahlian pekerja. Pada
proyek mall sebagian besar pekerja mengerti dengan tanggung jawab tehadap
keselamatan kerja (B41) dan terhadap pekerjaan (B44), resiko pekerjaan (B42), serta
pandangan terhadap pekerjaan yang membahayakan (B45). Pengamatan di
lapangan menunjukkan adanya hubungan dengan informasi yang diberikan pihak
manajemen serta detail prosedur keselamatan kerja yang diberikan, yang
seharusnya dilakukan oleh pekerja. Contohnya prosedur pemasangan dan
pelepasan bekisting serta perancah, prosedur penggunaan sabuk pengaman, dan
lain sebagainya.
KlinikKantorMall
653 421
Saya menolak untuk melakukan pekerjaanyang membahayakan. (B45)Saya tidak pernah melakukan pekerjaandiluar tanggung jawab saya (B44)Pelatihan memberikan saya pengetian yangjelas terhadap keselamatan kerja. (B43)Saya mengerti sepenuhnya resiko pekerjaansaya (B42)Saya mengerti tanggung jawab saya terhadapkeselamatan kerja (B41)
Gambar 4.20. Nilai Rata-Rata Faktor Kompetensi (B4)
Universitas Kristen Petra
49
4.4.5 Anova Faktor Lingkungan Kerja (B5)
Pada faktor lingkungan kerja (B5) pekerja cenderung ragu-ragu dalam
menilai lingkungan kerjanya (Tabel 4.6), hal ini terlihat dari jawaban rata-rata
responden yang berkisar antara nilai 3 (agak tidak setuju) dan 4 (agak setuju).
Contohnya variabel pekerja mengutamakan keselamatan kerja (B51), pekerja
menilai bahwa ada pekerja yang mengutamakan keselamatan kerja dan ada
pekerja yang kurang mengutamakan keselamatan kerja, pemantauan yang paling
mudah terlihat dari intensitas pekerja tersebut dalam menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja, seringkali pekerja melepas perlengkapan keselamatan dengan
alasan kurang nyaman, panas, dan sebagainya. Secara keseluruhan terdapat
perbedaan yang signifikan pada faktor B5 pada ketiga jenis proyek.
Tabel 4.6. Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Lingkungan Kerja (B5)
Pada Gambar 4.21 terlihat bahwa pekerja pada proyek klinik merasa
bahwa lingkungan kerjanya kurang sesuai dengan harapan pekerja, seperti
masalah keamanan lingkungan kerja (B55) dan pekerja merasa pekerjaannya
memang sedikit membosankan dan berulang-ulang (B53), tetapi hal itu sudah
menjadi tanggung jawab dan mata pencaharian pekerja, sehingga pekerja harus
melakukan pekerjaannya.
Pada Gambar 4.21 dapat dilihat pada proyek gedung perkantoran pekeja
merasa bahwa motivasi tidak meningkat dengan adanya program keselamatan
kerja. Berdasarkan pengamatan di lapangan pekerja pada gedung perkantoran
tidak semuanya dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan kerja, dan pekerja
belum pernah mengetahui adanya kecelakaan kerja , sehingga pekerja merasa
program keselamatan kerja tidak meningkatkan motivasi bekerja, bahkan merasa
program keselamatan kerja mengganggu pekerja dalam melaksanakan pekerjaan. Universitas Kristen Petra
50
Hal ini berbeda dengan proyek klinik dan mall, meskipun pekerja merasa bahwa
program keselamatan kerja sedikit mengganggu, pekerja menyadari pentingnya
program keselamatan kerja, sehingga pekerja merasa aman dan tenang dalam
bekerja dan motivasinya sedikit betambah.
KlinikKantorMall
654321
Saya tidak mendapatkan tekanan padapekerjaan (B56)Saya puas dengan keamanan lingkungankerja saya (B55)Motivasi kerja pekerja meningkat karenaprogram keselamatan kerja (B54)Saya tidak merasa pekerjaan sayamembosankan dan berulang-ulang (B53)Tidak ada budaya saling menyalahkan bilaterjadi kecelakaan. (B52) Pekerja mengutamakan keselamatan kerja(B51)
Gambar 4.21. Nilai Rata-Rata Faktor Faktor Lingkungan Kerja (B5)
4.4.6 Anova Faktor Keterlibatan Pekerja (B6)
Pada faktor keterlibatan pekerja (B6) meskipun secara keseluruhan
terdapat perbedaan signifikan pada ketiga jenis proyek (Tabel 4.7), tetapi pekerja
juga cenderung ragu-ragu dalam menilai keterlibatan pekerja pada masalah
keselamatan kerja (Gambar 4.22). Pekerja ragu-ragu dalam menjawab karena
pekerja mengetahui bahwa ada beberapa pekerja yang dilibatkan dalam masalah
keselamatan kerja, tetapi tidak semuanya dilibatkan. Secara umum dapat diketahui
bahwa pihak perusahaan kurang melibatkan pekerja dalam masalah keselamatan
kerja, contohnya dalam penyampaian informasi, pengembangan prosedur
keselamatan kerja, serta masukan dari pekerja tentang kecelakaan yang terjadi
maupun bahaya yang ada. Pihak manajemen berpendapat bahwa untuk masalah
keterlibatan pekerja, pihak manajemen cukup berkomunikasi dengan mandor,
sedangkan mandor bertugas untuk melibatkan pekerja. Hal ini menjadi dilema
Universitas Kristen Petra
51
bagi mandor karena mandor dikejar oleh progress pekerjaan, padahal untuk
melibatkan pekerja diperlukan waktu dan biaya tambahan.
Tabel 4.7. Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Keterlibatan Pekerja (B6)
Saya sering melakukan gerakan berbahayaseperti berlari, melempar, melompat. (C8)Saya bergurau dengan rekan kerja sayawaktu bekerja (C7)Saya mengikuti semua instruksi dari atasansaya (C6)Saya bekerja mengikuti semua prosedurkeselamatan kerja (C5) Saya meletakkan material dan peralatanpada tempat yang ditentukan (C4)Saya menggunakan perlengkapankeselamatan kerja (C3) Saya mengingatkan pekerja lain tentangbahaya dan keselamatan kerja (C2)Saya melaporkan kecelakaan yang terjadi(C1)
Gambar 4.23. Nilai Rata-rata Faktor Perilaku Pekerja Terhadap
Keselamatan Kerja (C)
Gambar 4.24. Pekerja Tidak Menggunakan Helm
Universitas Kristen Petra
54
Gambar 4.25. Helm Tidak Dipakai
Gambar 4.26. Pekerja Tidak Menggunakan Perlengkapan Keselamatan Kerja
Universitas Kristen Petra
55
4.5 Uji Validitas Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja Dan Perilaku
Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja.
Uji validitas tidak dibedakan berdasar jenis proyek, melainkan secara
keseluruhan dari jawaban responden pada ketiga proyek untuk menguji validitas
tiap-tiap variabel. Langkah Pertama dilakukan permodelan untuk menggambarkan
hubungan variabel terhadap faktor, kedua dilakukan uji validitas pada masing-
masing faktor budaya keselamatan kerja dan faktor perilaku pekerja. Hasil uji
validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.5.1 Permodelan Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja Dan Faktor
Perilaku Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja.
Dalam melakukan analisa dengan program Amos 4.01 peneliti melakukan
permodelan untuk menganalisa hubungan atau pengaruh yang terjadi pada setiap
faktor budaya keselamatan kerja dan perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja.
Model yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 4.27 sampai dengan Gambar 4.33.
Gambar 4.27. Permodelan Faktor Komitmen Top Manajemen
Komitmen
B11 B12
B14 B15
B16
Peraturan B24
B22 B23
B25
B21
B13
Gambar 4.28. Permodelan Faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja
Universitas Kristen Petra
56
B31 B32 B33
KomunikasiB34 B35
Gambar 4.29. Permodelan Faktor Komunikasi
B45
B41 B43B42
B44 Kompetensi
Gambar 4.30. Permodelan Faktor Kompetensi Pekerja
B56
B53
B55B54
B52B51
Lingkungan
Gambar 4.31. Permodelan Faktor Lingkungan Kerja
B61
B63
B62
B64
Keterlibatan
Gambar 4.32. Permodelan Faktor Keterlibatan Pekerja
C8C6 C7
C3
C5C4
C2C1
Perilaku
Gambar 4.33. Permodelan Faktor Perilaku Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja
Universitas Kristen Petra
57
4.5.2 Uji Validitas Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja
Besarnya pengaruh (Regression weight) pada Tabel 4.9 bervariasi pada
tiap variabel yang diuji. Pengaruh yang dianggap kuat adalah dengan nilai
regression weight > 0.7. Semua variabel dinyatakan memenuhi uji validitas dan
memberikan pengaruh yang signifikan (p-value < 0.05) pada tiap-tiap faktor
budaya keselamatan kerja , komitmen top manajemen, peraturan dan prosedur
keselamatan kerja, komunikasi, kompetensi pekerja, keterlibatan pekerja, dan
lingkungan kerja sesuai dengan model yang dibuat pada Gambar 4.27 sampai
dengan Gambar 4.32.
Tabel 4.9. p-value dan Regression Weight Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja