219 3.6 Proses Kerja Penata Suara Menurut Latief dan Utud (2015:132) “Penata Suara/Audio/Video Engineer adalah petugas yang mengoperasikan peralatan audio di studio maupun di luar studio. Bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh pengoperasian peralatan audio, baik sifatnya analog maupun digital yang digunakan di lokasi shooting.” Dari keterangan diatas penulis menyimpulkan bahwa penata suara adalah seseorang yang mengatur dan mendesain sebuah gambar dengan memberikan sentuhan seperti musik untuk memperkuat dan memperindah isi cerita. Di dalam suatu produksi peranan audio sering kali diabaikan, padahal peranan audio dalam sebuah tampilan visual sangatlah penting. Seorang penata suara harus mengerti dengan peralatan yang Ia pakai saat proses produksi juga cara mengoperasikan peralatan tersebut. Apabila terjadinya trouble pada saat produksi, seorang penata suara dapat mengatasi dan mencari solusinya dengan menguasai peralatan yang dipakai. Di dalam pasca produksi, penata suara bekerjasama dengan penyunting gambar (editor) di meja editing untuk menyeimbangkan antara dialog, atmosfer dan juga musik ilustrasi di setiap scene nya. Theme song sound effect dan musik ilustrasi sebelumnya sudah disiapkan oleh penata suara, lalu dikonsultasikan kepada sutradara dan editor. Suara yang baik dan bagus apabila suara-suara seperti theme song dan musik ilustrasi larut dalam alur cerita tanpa disadari oleh penonton bahwa ada musik dalam visual tersebut.
23
Embed
3.6 Proses Kerja Penata Suara...proses produksi juga cara mengoperasikan peralatan tersebut. Apabila terjadinya trouble pada saat produksi, seorang penata suara dapat mengatasi dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
219
3.6 Proses Kerja Penata Suara
Menurut Latief dan Utud (2015:132) “Penata Suara/Audio/Video Engineer
adalah petugas yang mengoperasikan peralatan audio di studio maupun di luar
studio. Bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh pengoperasian peralatan
audio, baik sifatnya analog maupun digital yang digunakan di lokasi shooting.”
Dari keterangan diatas penulis menyimpulkan bahwa penata suara adalah
seseorang yang mengatur dan mendesain sebuah gambar dengan memberikan
sentuhan seperti musik untuk memperkuat dan memperindah isi cerita. Di dalam
suatu produksi peranan audio sering kali diabaikan, padahal peranan audio dalam
sebuah tampilan visual sangatlah penting.
Seorang penata suara harus mengerti dengan peralatan yang Ia pakai saat
proses produksi juga cara mengoperasikan peralatan tersebut. Apabila terjadinya
trouble pada saat produksi, seorang penata suara dapat mengatasi dan mencari
solusinya dengan menguasai peralatan yang dipakai. Di dalam pasca produksi,
penata suara bekerjasama dengan penyunting gambar (editor) di meja editing
untuk menyeimbangkan antara dialog, atmosfer dan juga musik ilustrasi di setiap
scene nya. Theme song sound effect dan musik ilustrasi sebelumnya sudah
disiapkan oleh penata suara, lalu dikonsultasikan kepada sutradara dan editor.
Suara yang baik dan bagus apabila suara-suara seperti theme song dan musik
ilustrasi larut dalam alur cerita tanpa disadari oleh penonton bahwa ada musik
dalam visual tersebut.
220
3.6.1 Pra Produksi
Pada tahap ini penulis sebagai penata suara melakukan menurut Kusumawati,
dkk (2015:127)
1. Memahami dan mendalami naskah yang akan diproduksi. Pemahaman ini
dimaksudkan untuk mengetahui dan mencari apa yang harus direkam dan
apa yang harus dibuat sound effectnya pada saat produksi. Dalam hal ini
yang harus dipahami adalah tentang aksi tokoh yaiti bagaimana
pergerakkan tokoh dalam sebuah scene, lingkungan atau suasana setting
dan atmosfir yang akan direkam di lokasi, tingakat emosi tokoh yang
berhubungan dengan keras lemahnya suara (apakah suasana marah atau
sedih/menangis) dan transisi suasana dan waktu antar scene.
2. Membuat perencanaan pengelompokan suara dan sound effect. Dari hasil
pemahaman naskah kemudian penata audio mengelompokkan suara dan
sound effect dalam bentuk treatment audio. Treatment audio ini dibuat
untuk mempermudah pada saat produksi. Kita tinggal memilih mana yang
akan diproduksikan dan direkam terlebih dahulu sesuai dengan lokasi yang
sudah ditentukan.
3. Memilih backsound , theme soung dan scoring musik yang tepat untuk
naskah yang akan diproduksi. Pemilihan ini dei sesuaikan dengan tema
dan genre yang akan diproduksi. Pada tahap ini penata suara sudah mulai
mendapatkan bayangan untuk menempatkan backsound pada bagian-
bagian dari produksi yang akan dibuat.
221
4. Mengadakan rapat koordinasi dengan crew yang lain (sutradara,
producer,dang penanggung jawab teknis) Dalam rapat ini penata suara
memaparkan secara teknis(peralatan) dan non teknis dari apa yang ada di
dalam naskah sesuai dengan perencanaanya.
5. Melakukan hunting lokasi untuk mendapatkan gambaran suasana, hunting
ini dimaksudkan untuk melihat perencanaa blocking audio dan perekam
sound effect serta atmosfir suasan di lokasi.
6. Mendata peralatan teknis seperti jenis microphone, mixer audio dan
kelengkapan yang di butuhkan untuk perekam suara di lokasi.
3.6.2. Produksi
Dalam tahap produksi yang harus diperhatikan yaitu mulai dari
mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk perekaman suara dan
sound efek sesuai script yang telah dibuat, selalu aktif komunikasi koordinasi
dengan sutradara dan crew yang lain. Selain itu, penulis juga harus mengatur dan
memonitor suara pada saat proses produksi berlangsung. Penulis juga membuat
dubbing dialog pada scene tertentu. Dalam tahap produksi drama televisi
“(TAKDIR)” seluruh suara terekam menggunakan (Boom mic MKH-416, Zoom
H4N, audio cable 15m)
Tahap produksi menurut (ARTANTO,2014:128-129)
a. Mengawasi, menganalisa serta memberikan saran-saran kepada
production mixer mengenai hasil perekaman suara.
222
b. Meminta kepada production mixer untuk merekam suara-suara selain
dari dialog yang bisa digunakan dan dibutuhkan pada saat pasca
produksi.
3.6.3. Pasca Produksi
Penata suara bekerja sama dengan penyunting gambar untuk memilih suara
yang akan dimasukan ke dalam proses editing dan menempatkan pemisah antara
sound effect dengan sumber suara asli pada tiap scene.
Tahap pasca produksi menurut (ARTANTO, 2014:129)
a. Menganalisa hasil akhir gambar.
b. Ikut terlibat secara langsung dalam pembuatan suara-suara efek baru.
c. Mengevaluasi hasil perekaman suara.
d. Berhak hadir dan membrerikan masukan pada saat melakukan music
spoting.
e. Bersama re-cording mixer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara
hasil final mix dari jalur suara magneting atau pun media digital
kejalur suara optik analog maupun digital hingga ke merried print.
3.6.4. Peran dan Tanggung jawab Penata Suara
Dalam pembuatan produksi ini, penata suara mempunyai peran dan
tanggung jawab dalam segala hal jenis suara seperti noise, music, efek suara.
Seorang Audioman atau penata suara harus menguasai alat-alat yang akan
digunakan pada saat proses produksi karena sangat fatal jika tidak menguasai
alat yang akan digunakan pada saat produksi.
223
Secara umum tugas penata suara sebagai berikut :
a. Memilih dan menggunakan alat sesuai kebutuhan produksi.
b. Memahami instalasi alat yang akan digunakan dan dapat
mengatasi apabila terjadi gangguan.
c. Mengetahui karakter mic dan peralatan suara yang akan
digunakan pada saat proses produksi.
d. Aktif komunikasi dan berkoordinasi dengan sutradara,
cameraman, dan crew yang bertugas selama proses produksi.
e. Bertanggung jawab terhadap hasil kualitas suara.
3.6.5. Proses penciptaan karya
a. Konsep Kreatif
Setalah proses bedah naskah naskah bersama seluruh tim, penulis sebagai
penata suara mendapat ide untuk mencari efek-efek suara yang dapat memperkuat
pengadeganan sehingga bisa membuat penonton larut dan terbawa suasana serta
menciptakan ilustrasi music yang sesuai dengan kebutuhan karya drama televise
“TAKDIR”
b. konsep produksi
Penulis dituntut untuk tepat dalam memposisikan mikrofon berdasarkan
type of shot, agar suara terdengar bagus dan terekam dengan baik. Penulis juga
membuat laporan produksi guna kebutuhan sound-past.
224
c. Konsep Teknis
Sebelum proses produksi dimulai penulis membuat konsep teknis
berdasarkan imajinasi dan permintaan sutradara, dalam tahap produksi penulis
melakukan perekaman dialog secara langsung agar suara pemain terdengar
natural. Seluruh masalah audio baik itu dialog, music, sound effect, atau
backsound yang digunakan untuk memperkuat suasana diserahkan kepada
penulis. Selama proses produksi “TAKDIR” seluruh audio yang terekam
menggunakan HAND ZOOM H4N, BOOM MIC SCHEINHEISER.
3.6.6. Kendala produksi dan solusi
Dalam proses produksi drama televise “TAKDIR” ini ada beberapa
kendala seperti.:
1. Kekurangan nya crew untuk boomer
2. Ide cerita yang berubah – ubah membuat lambatnya penyelesaian
lembar kerja.
3. Suara noise jalanan yang masuk pada saat proses shoting.
Adapun solusi dari kendala yang terjadi yaitu :
1. Bekerja sama dengan crew lain untuk memegangkan boom mic.
2. Semua Tim bekerja sama membantu penulis naskah dalam
menyelesaikan naskah.
3. Untuk mengurangi noise di jalan yang berlebih pada boom mic
menggunakan windshild agar lebih teredam suara noise di jalanan
dan pada saat editing suara dialog lebih di fokuskan lagi.
225
3.6.7 Lembar Kerja Penata Suara
Specification
1. Boom mic sennheiser MKH-416 & audio cable XLR 15m
Gambar III.48 Sennheiser MKH-416 Gambar III.49 Cable XLR 15m
Sumber Gambar : http://www.rode.com/microphones/ntg4
Frequency response : 40 ... 20,000 Hz
Transducer principle : RF condenser microphone
Pick-up pattern : super-cardioid/lobar
Sensitivity (free field, no load) : 25 mV/Pa ±1 dB (1 kHz)