I. PENDAHULUAN Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan infeksi retrovirus RNA yang dulunya disebut sebagai “human T lymphotrophic virus III” (HTL-III). Infeksi HIV akan menyebabkan immunodefisieansi. Virus HIV bisa ditularkan oleh penderita HIV melalui beberapa cara yaitu hubungan seksual, berbagi jarum suntik atau syringe, transfuse darah dan organ serta melalui ibu hamil kepada bayinya (Scully, 2004). Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV yaitu HIV-1 yang sejauh ini paling umum di dunia dan HIV-2 yang menyebar terutama di Afrika Barat. Pintu masuk utama HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa yang terbuka pada vagina, vulva, rectum, penis dan juga pada oral cavity (Scully, 2002). Klasifikasi infeksi HIV yang paling sering digunakan adalah yang dipublikasi oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1986, yang berdasarkan kondisi tertentu yang terkait dengan infeksi HIV. Pada tahun 1993, klasifikasi CDC telah direvisi menjadi (CDC 1993b) (Hoffmann dkk., 2007). Perawatan yang paling efektif untutk HIV/AIDS adalah beberapa tipe medikasi antiretroviral. Perawatan pada penderita HIV membutuhkan terapi kombinasi yaitu highly active antiretroviral therapy (HAART). Perawatan pada pasien HIV dimulai apabila terjadi immunnosupresan yaitu CD4 <500, dan juga adanya infeksi kronis (Little dkk., 2004). 1
42
Embed
35829566 Laporan B20 Komplit Tanpa Identitas Pasien
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan infeksi retrovirus RNA
yang dulunya disebut sebagai “human T lymphotrophic virus III” (HTL-III).
Infeksi HIV akan menyebabkan immunodefisieansi. Virus HIV bisa ditularkan
oleh penderita HIV melalui beberapa cara yaitu hubungan seksual, berbagi jarum
suntik atau syringe, transfuse darah dan organ serta melalui ibu hamil kepada
bayinya (Scully, 2004).
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV yaitu HIV-1 yang sejauh ini
paling umum di dunia dan HIV-2 yang menyebar terutama di Afrika Barat. Pintu
masuk utama HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa yang terbuka
pada vagina, vulva, rectum, penis dan juga pada oral cavity (Scully, 2002).
Klasifikasi infeksi HIV yang paling sering digunakan adalah yang dipublikasi oleh
U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1986, yang
berdasarkan kondisi tertentu yang terkait dengan infeksi HIV. Pada tahun 1993,
klasifikasi CDC telah direvisi menjadi (CDC 1993b) (Hoffmann dkk., 2007).
Perawatan yang paling efektif untutk HIV/AIDS adalah beberapa tipe
medikasi antiretroviral. Perawatan pada penderita HIV membutuhkan terapi
kombinasi yaitu highly active antiretroviral therapy (HAART). Perawatan pada
pasien HIV dimulai apabila terjadi immunnosupresan yaitu CD4 <500, dan juga
adanya infeksi kronis (Little dkk., 2004).
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan infeksi retrovirus RNA
yang dulunya disebut sebagai “human T lymphotrophic virus III” (HTL-III).
Infeksi HIV akan merusak limfosit T, terutama CD4+, yang akan menyebabkan
imunodefisiensi. Hal ini akan menjadi predisposisi terhadap infeksi virus, fungi,
mycobacteria atau parasit. Seiring dengan waktu, HIV akan menjadi Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS), apabila limfosit T CD4+ di bawah 200
cells/µl disertai infeksi HIV (Scully, 2004).
B. CARA PENULARAN
Menurut Scully (2004), virus HIV terdapat pada jaringan (tissue) dan
cairan tubuh (darah dan saliva) individu yang terinfeksi HIV dan bisa menularkan
virus HIV melalui :
1. Hubungan seksual. Kebanyakannya melalui seks heteroseksual yaitu
hubungan seksual antar lelaki dan lelaki. Penularan melalui anal lebih
berisiko dibanding vaginal.
2. Berbagi jarum atau syringes, biasanya pada pengguna narkoba.
3. Transfusi darah dan tranplantasi organ. Namun, penularan melalui cara ini
sudah berkurang karena sudah banyak negara yang terlebih dahulu
melakukan screening HIV pada pendonur darah atau organ),
2
4. Penularan melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui
plasenta dan breast-feeding.
C. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS HIV
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV, yang hanya mempunyai
sedikit perbedaan pada pathogenesis, manifestasi infeksi, perawatan dan prognosis
yaitu HIV-1 yang sejauh ini paling umum di dunia dan HIV-2 yang menyebar
terutama di Afrika Barat (Scully, 2004).
Pada individu yang terinfeksi,biasanya virus akan membentuk antibody
dalam waktu 6-12 minggu. Kebanyakan individu yang terinfeksi HIV akan berada
dalam fase viremia selama 2-6 minggu. Pada kasus yang langka, bisa selama 35
bulan.periode inkubasi AIDS pada kebanyakan individu yang terinfeksi HIV
adalah 10-12 tahun. Kira-kira 30% penderita AIDS yang meninggal setelah 3
tahun didiagnosa AIDS dan kira-kira 50% hidup selama 10 tahun (Little dkk.,
2002).
Pintu masuk utama HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa
yang terbuka pada vagina, vulva, rectum, penis dan juga pada oral cavity. HIV
yang masuk ke dalam tubuh menuju kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik
selama beberapa hari (Greenberg dkk., 2008). Kemudian terjadi sindrom retroviral
akut seperti flu disertai viremia hebat dengan keterlibatan berbagai kelenjar limfe.
Sindrom ini akan hilang sendirir setelah 1-3 minggu, karena kadar virus yang
tinggi dalam darah dapat diturunkan oleh sistem imun tubuh. Proses ini
3
berlangsung berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan
virus baru dan upaya eliminasi respon imun. Titik keseimbangan disebut set point.
Apabila angka ini tinggi, perjalanan penyakit menuju AIDS akan berlangsung
cepat (Tjay, 2000).
Tahap selanjutnya adalah serokonversi yaitu perubahan antibodi negatif
menjadi positif, terjadi 1-3 bulan setelah infeksi dan pasien akan memasuki masa
tanpa gejala. Pada masa ini terjadi penurunan CD$ secara bertahap (CD4 normal =
800-1.000/mm3) yang terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA
virus realtif konstan. Mula-mula penurunan jumlah CD4 sekitar 30-60/tahun,
tetapi pada 2 tahun terakhir penurunan jumlah menjadi cepat sekitar 50-100/tahun
sehingga jika tanpa pengobatan, rata-rata masa infeksi HIV sampai masa AIDS
adalah 8-10 tahun saat jumlah CD4 akan mencapai di bawah 200 (Tjay, 2000).
D. KLASIFIKASI HIV
Menurut Little dkk. (2002), pertama kali terinfeksi HIV, pasien dapat
dikelompok menjadi tiga kelompok yang dapat dilihat pada tabel 1.
Klasifikasi infeksi HIV yang paling sering digunakan adalah yang
dipublikasi oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada
tahun 1986, yang berdasarkan kondisi tertentu yang terkait dengan infeksi HIV.
Pada tahun 1993, klasifikasi CDC telah direvisi menjadi (CDC 1993b) (Hoffmann
dkk., 2007).
4
Tabel 1. Categorization of HIV Exposure(Little dkk., 2002)
Kelompok TandaKelompok 1 Immediate post-HIV exposure
Antibodi HIV positif- asimptomatik Kelompok 2 Progressive Immunosupresan- HIV simptomatik stage.
Kelompok 3 AIDS; CD4 <200Kaposi’s sarcoma, limfoma, pneumonia, cervical carcinoma, diarre kronis.HIV telah menginfeksi CNS yang bisa menyebabkan dimensia.
Tabel 2. Kategori Klinis Pada Klasifikasi CDC untuk Orang Yang Terinfeksi HIV(Hoffmann dkk., 2007)
Kategori TandaKategori A Infeksi HIV asimptomatis
Akut (primer) infeksi HIV yang disertai dengan penyakit atau riwayat infeksi HIV akut
Lymphadenopathy yang persisten dan menyeluruh
Kategori B Kondisi simptomatik* yang tidak termasuk pada kondisi dalam Kategori C. Contohnya, namun tidak tebatas pada:
Bacillary angiomatosisCandidiasis, oropharyngeal (thrush)Candidiasis, vulvovaginal; persistent, frequent, or poorly responsive to therapy
Cervical dysplasia (sedang atau parah)/cervical carcinoma in situ
Constitutional symptoms, misalnya demam (38.5° C) atau diare yang lebih dari 1 bulan
Hairy leukoplakia, oral
Herpes zoster (shingles), melibatkan paling tidak dua episode yang terpisah atau lebih dari satu dermatomeIdiopathic thrombocytopenic purpuraListeriosisPelvic inflammatory disease, khususnya jika terdapat komplikasi dengan tuboovarian abscess
Peripheral neuropathy
5
Kategori TandaKategori C Penyakit AIDS**
Candidiasis of bronchi, trachea, or lungsCandidiasis, esophagealCervical cancer, invasive*Coccidioidomycosis, disseminated or extra pulmonaryCryptococcosis, extrapulmonaryCryptosporidiosis, chronic intestinal (durasi lebih dari 1 bulan)
Penyakit Cytomegalovirus (selain liver, spleen, or nodes)Cytomegalovirus retinitis (dengan hilangnya penglihatan)Encephalopathy, HIV-relatedHerpes simplex: chronic ulcer(s) (durasi lebih dari 1 bulan); atau bronchitis, pneumonitis, atau esophagitis
Histoplasmosis, disseminated atau extrapulmonary
Isosporiasis, chronic intestinal (durasi lebih dari 1 bulan)Kaposi's sarcomaLymphoma, Burkitt's (atau istilah sejenis)Lymphoma, immunoblastic (or equivalent)Lymphoma, primary, of brainMycobacterium avium complex or M. kansasii, disseminated or extrapulmonary
Mycobacterium tuberculosis, pada tempat tertentu (pulmonary or extrapulmonary)
Mycobacterium, spesies yang lain atau spesis yang belum teridentifikasi, disseminated atau extrapulmonaryPneumocystis pneumoniaPneumonia, recurrent*Progressive multifocal leukoencephalopathySalmonella septicemia, recurrentToxoplasmosis of brainWasting syndrome due to HIV
Terdapat juga klasifikasi menurut jumlah limfosit T CD4+ yang
ditunjukkan pada tabel 3. Klasifikasi lesi oral pada infeksi HIV ditunjukkan pada
tabel 4.
6
Table 3. The CD4+ T-lymphocyte categories(Hoffmann dkk., 2007)
Kategori CD4+ T- lymphocyte
Kategori 1 >500 CD4+ T-cells/µl
Kategori 2 200-499 CD4+ T-cells/µ
Kategori 3 <200 CD4+ T-cells/µl
Tabel 4. Klasifikasi Lesi Oral Pada Penyakit HIV(Scully, 2004)
Kelompok Tanda
Kelompok I Lesi yang sangat berhubungan dengan infeksi HIV• Candidiasis: eritematous, hiperplastik, thrush• Hairy leukoplakia (EBV)• HIV gingivitis• Necrotising ulcerative gingivitis• HIV periodontitis• Kaposi sarcoma• Non-Hodgkin’s limfoma
Kelompok II Lesi yang kurang berhubungan dengan infeksi HIV • Atypical ulceration (oropharyngeal)• Idiopathic thrombocytogeic purpura• Penyakit glandula salivarius: mulut kering, pembesaran
glandula salivarius mayor unilateral atau bilateral• Infeksi virus (selain EBV): cytomegalovirus, herpes
ointment yang diaplikasikan pada area yang terkena setelah makan dan waktu tidur.
Lesi cenderung sembuh secara perlahan karena gerakan membuka mulut yang selalu berulang-ulang
21
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
• Cream Clotrimazole 1% (Mycelex)• Cream Miconazole 2% diaplikasikan setiap
12 jam pada area terkena, selama 1-2 minggu
Infeksi Herpes Simplex Virus (HSV)
Sistemik• Acyclovir (Zovirax) 800 mg PO q4h, selama
10 hari• Foscarnet 24-40 mg/kg PO q8h, untuk lesi
herpetik yang menetap.
• Ganciclovir, Valacyclovir dan Famciclovir kemungkinan efektif.
• Foscarnet merupak obat pilihan untuk kasus dimana resisten terhadap Acyclovir.
• Pasien yang mengkonsumsi Acyclovir harus diinstruksikan untuk mengkonsumsi banyak cairan.
• Medikasi antiviral topikal berguna untuk lesi herpes labial dan perioral
Linear Gingival Erythema (LGE)
Lokal• Skaling dan root-planning• 0.12% chlorhexidine gluconate (Periogard,
Peridex) 0.5 oz q12h dikumurkan selama 30 detik dan diludahkan
• Profilaksis yang dianjurkan: sikat gigim flossing, dan penggunaan obat kumur.
• Agen antifungal berguna pada perawatan LGE
Xerostomia Topikal• Mengunyah atau menghisap permen bebas-
gula• Minum air sesering mungkin
• Pengukuran higienitas oral yang baik dan kontrol diet (kontrol gula dan makanan mengandung gula) sangat diajurkan untuk mencegah karies.
22
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
• Subtitusi commercial artificial saliva• Produk topikal fluorideSistemik• Pilocarpine (Salagen) 5 mg PO q8h sebelum
makan; obat dapat ditingkatkan hingga 7. 5 mg PO q8h
• Obat kumur dengan kandungan alkohol yang tinggi harus dihindari karena memiliki efek mengeringkan.
Pembesaran Parotid (Glandula saliva
Mayor)
Sistemik• Anti-inflamasi non steroid• Analgesik• Antibiotik• Steroid
• Pembuangan glandula parotid secara bedah berguna untuk alasan estetika
Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
Lokal• Podophyllin resin 25 1-2 kali aplikasi pada
daerah yang terkena, dengan interval 1 minggu
• Retinoic acid (Tretinoin)• Surgical excisionSistemik• Acyclovir (Zovirax) 800 mg PO q6h, selama
14 hari• Famciclovir 500 mg PO q8h, selama 5-10 hari• Valacyclovir 1000 mg PO q8h, selama 5-10
hari
• Penggunaan chlorhexidine dapat menyebabkan staining pada gigi, lidah, dan restorasi; perubahan rasa; dan deskuamasi dan iritasi mukosa.
• Metronidazole tidak boleh diberikan pada pasien yang mengkonsumsi didanosine (ddI) atau zacitabine (ddC), karena dapat berpotensi menimbulkan peripheral neuropathy.
23
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG) ,
Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP),
Necrotizing Stomatitis
Sistemik• Metronidazole (Flagyl) 250 mg PO q8h atau
500 mg q12h, selama 7-10 hari.• Clindamycin (Cleocin) 150 mg PO q6h atau
300 mg PO q8h selama 7 hari• Amoxicillin clavulanate (Augmentin) 250
mg PO q12h, selama 7 hari
Lihat keterangan sebelumnya.
Oral Ulcers (Recurrent Aphthous Ulcers)
Topikal• Pasta Triamcinolone dalam
Carboxymethylcellulose 0.1%• Betamethasone phosphate:• Ointment Fluocinonide (Lidex) 0.05% yang
diaplikasikan pada ulcer setiap 4 jam sekali• Obat kumur dan expectorate
Dexamethasone exilir (0.5 mg/5 ml) Sistemik• Prednisone dimulai 30-40 mg PO setiap hari
dengan taper over 1 buln untuk penyakit berat yang resisten terhadap agen topikal
• Thalidomide 200 mg PO setiap hari
• Major aphtous ulcer umumnya membutuhkan steroid sistemik
• Aphtous ulcer dapat dieksaserbasi oleh stres
• Defisiensi besi, vitamin B12, dan folat harus dihilangkan
• Dexamethasone elixir harus digunakan untuk multiple ulcer atau ulcer yang tidak dapat dijangkau dengan pemakaian topikal.
• Thalidomide diindikasikan pada rekurensi yang parah dan sering terjadi.
• Perawatan dengan Thalidomide harus dimonitor karena kemampuan teratogenicity. Pengukuran bayi baru lahir sangat diperlukan.
24
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
Oral Wartz Topikal• Aplikasi podophyllin resin 25% q6h selama
periode yang lama• Eksisi dengan bedah• Laser ablation• CryotherapySistemik• Cimetidine (Tagamet) 600 mg PO q6h,
untuk jangka waktu yang lama (bulan)• Interferon alfa-n3 SC/IM 3.000.000 U (1
ml) qwk, untuk beberapa minggu
• Rerata rekurensi sangat tinggi• Pendekatan terapi secara bersamaan harus
dipertimbangkan
25
III. LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
• Nama : Supriyanto
• Jenis kelamin : Laki-laki (♂)
• Tanggal lahir : 24 Januari 1970
• Umur : 40 tahun
• Pendidikan : SLTP
• Pekerjaan : Pamong / Perangkat desa
• Alamat : Potorono RT 01 Banguntapan Bantul
• No RM : 01.48.65.40 (6)
• Status : Belum Menikah
B. Anamnesis Pasien
i. Keluhan utama :
Demam 1 bulan (kiriman dari dr. Kartika W, Sp.PD dengan B20, HBV)
ii. Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 2 BSMRS OS mengeluh demam (+) kumat-kumatan menggigil (-)
batuk (+) darah (-) Pembesaran kelenjar (-). OS pindah ke dr.umum. Dx?
Tx? → keluhan membaik.
± 1 BSMRS OS mengeluh demam lagi (+) kumat-kumatan kadang naik
kadang turun menggigil (-) batuk (+) darah (-) ma ↑ mt ↓. Penurunan BB
26
> 10 kg selama 3 bulan terakhir. BAK seperti teh (-). OS periksa RS
• Follow-up dan pemeliharaan serta pemantauan penggunaan Peridex pada
38
jangka waktu pendek harus dilakukan karena dapat menyebabkan stain pada
mukosa oral
Pada kasus ini pasien tidak mengeluhkan adanya rasa kering pada rongga
mulut, namun pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan pecah-pecah pada labium
superior dan inferior. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya penurunan
volume saliva atau kurangnya cairan pada tubuh pasien. Untuk mengantisipasi
terjadinya gejala rasa kering pada rongga mulut maka pasien dapat diberikan
permen karet non-gula untuk menstimulasi produksi saliva serta penggunaan obat
kumur yang tidak mengandung alkohol. Obat kumur yang mengandung alkohol
dapat meningkatkan kekeringan mulut. Penggunaan topikal fluoride juga
disarankan untuk mencegah terjadinya karies akibat penurunan volume saliva.
Jika gejala mulut kering bertambah parah maka pasien dapat diberikan Oral
Balance®, yaitu lubrikan oral yang membantu penyembuhan dry mouth.
Pertimbangan utama dokter gigi untuk memberi perawatan kepada
penderita HIV adalah dengan mengetahui tingkat immunosupresan, terapi obat,
dan potensi terkena infeksi untuk meminimalkan kemungkinan penularan virus
oleh penderita HIV kepada dokter gigi, perawat dan pasien lainnya (Little dkk.,
2002). Penularan virus HIV dari pasien kepada ahli kesehatan (Health cara
personnel) dapat terjadi melalui percutaneous (dari instrument tajam seperti
jarum) dan melalui mucocutaneous yang terkena darah atau cairan badan yang
bercampur darah (Greenberg dkk., 2008). Walaupun diketahui bahwa virus HIV
tidak bisa ditularkan melalui saliva, namun perawatan dental akan menyebabkan
39
perlukaan pada mukosa jaringan lunak yang bisa menyebabkan perdarahan yang
hebat. Darah yang bercampur dengan saliva bisa memercik sehingga mengenai
mata. Selain itu, pada perawatan gigi, sering digunakan benda tajam seperti jarum
suntik untuk anestesi local yang bisa melukai dokter gigi (Little dkk., 2002).
Sebagai catatan, penanganan untuk pasien HIV dilakukan dengan prosedur
tetap penanganan pasien B20 sebagai berikut :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien B20.
2. Dokter/petugas kesehatan diwajibkan memakai :
• Masker (minimal masker N95)
• Sarung tangan rangkap dua
• Gown yang disposable
• Apron
• Sepatu yang bisa didesinfeksi
• Memakai pelindung mata
3. Dalam melakukan perawatan pasien B20 diharuskan memakai alat disposable,
setelah penggunaan harus dibuang sesuai aturan rumah sakit. Jika
menggunakan alat non-disposable, alat harus didesinfeksi dengan desinfektan
spektrum luas yang punya efek antiviral.
4. Pasien di luar ruangan isolasi harus minimal. Jika terpaksa harus
menggunakan masker N95.
5. Pengunjung yang membesuk pasien B20 harus memakai masker, gown
diposable dan sepatu yang bisa didesinfeksi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2010, HIV Infection, http://health.nytimes.com/health/guides/disease/hiv-infection/overview.html, Accessed 8/8/2010.
Anonimb, 2010, HIV Tests, http://en.wikipedia.org/wiki/HIV_test, Accessed 8/8/2010.
Anonim, 2009, Product Information of OraQuick ADVANCE® Rapid HIV-1/2 Antibody Test, http://www.orasure.com/products-infectious/products-infectious-oraquick.asp, Accessed 8/8/2010.
FDA, 2004, Summary of Safety and Effectiveness Data, http://www.fda.gov/downloads/BiologicsBloodVaccines/BloodBloodProducts/ApprovedProducts/PremarketApprovalsPMAs/ucm091919.pdf, Accessed 8/8/2010.
Fine, F., Bremers, A., Masci J.R., Windle, M.L., 2005, Rapid Oral HIV Test, http://www.emedicinehealth.com/rapid_oral_hiv_test/article_em.htm#Rapid Oral HIV Test Introduction, Accessed 8/8/2010.
Ganda K.M., 2008, Dentist's Guide To Medical Conditions and Complications, Wiley-Blackwell, USA, h.360-1
Greenberg MS., Glick M., Ship J.A., 2008, Burket’s Oral Medicine, 11th edition, BC Decker Inc, Hamilton.
Greenspan, D., 1998, Oral Manifestations of HIV, http://hivinsite.ucsf.edu/InSite?page=kb-04-01-14, Accessed 8/8/2010.
Hoffman C., Rockstroh J.K., Kamps B.S.,, 2007, HIV Medicine, 15th Ed, Flying Publisher, Paris
Little JW., Falace DA., Miller CS., Rhodus NL., 2002, Dental Management of The Medically Compromised Patient, 6th edition, Mosby.
Reznik, D.A., 2005, Oral Manifestations of HIV Disease, International AIDS Society-USA, 13(5):146-7
Scully C., 2004, Oral Maxillofacial Medicine- ther basis of diagnosis dan treatment. Elsevier Limited.