Top Banner
29

32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Jul 19, 2015

Download

Science

Eka Saputra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang
Page 2: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,

penulis dapat merampungkan Laporan Praktek Pengelolaan Pasca Panen dengan judul

Analisis Kimia Ikan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moral

maupun moril, demi mencapai cita cita yang penulis harapkan.

2. Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Pasca Panen yang telah banyak memberikan materi

baik secara teoritik maupun Praktik.

3. Teman teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis sadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kejanggalan dan

kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu penulis

mohon masukan yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan

penulisan makalah maupun laporan yang akan datang.

Jember, 5 Mei 2010

Penulis

Page 3: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1

1.2 Tujuan...................................................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................4

2.1 Mengenal Ikan Nila...............................................................................................4

2.2 Mengenal Cumi-cumi............................................................................................5

2.3 Udang Vaname......................................................................................................9

2.4 Kandungan Protein Daging12

2.5 Kadar Air13

2.6 pH13

BAB III. METODOLOGI ........................................................................................17

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ...........................................................17

3.2 Alat dan Bahan......................................................................................................17

3.3 Prosedur Kerja ......................................................................................................18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................21

4.1 Hasil .....................................................................................................................21

4.2 Pembahasan ..........................................................................................................23

BAB V. PENUTUP....................................................................................................25

REFERENSI .............................................................................................................26

Page 4: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

BAB I. PENDAHUULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama")

adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer

dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan

peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang

kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel

makhluk hidup dan virus.

Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain

berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang

membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan

(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen

penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber

gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu

membentuk asam amino tersebut (heterotrof).

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid,

dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein

merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein

ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.

Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang

dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi

yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari

asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein

yang memiliki fungsi penuh secara biologi.

Page 5: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Sekitar 50 % dari kebutuhan kalori yang diperlukan oleh ikan berasal dari protein.

Bahan ini berfungsi untuk membangun otot, sel-sel, dan jaringan tubuh, terutama bagi

ikan-ikan muda. Kebutuhan protein sendiri bervariasi tergantung pada jenis ikannya.

Meskipun demikian, protein adalah unsur kunci yang diperlukan untuk pertumbuhan

dan kesehatan pada seluruh jenis ikan. Pada umumnya kebutuhan ikan terhadap protein

dapat digolongkan secara garis besar sebagai berikut : 15 30 % dari total pakan bagi

ikan-ikan herbivora, dan 45% bagi ikan karnivora. Sedangkan untuk ikan-ikan muda

diperlukan diet dengan kandungan protein 50 %.

Kata pH berasal dari singkatan pondus Hydrogenii atau potentia

Hydrogenii (bahasa Latin), pondus artinya berat; potentia artinya kekuatan atau potensi,

sedangkan hydrogenium artinya hidrogen.

Nilai pH adalah log negatif dari konsentrasi ion H. Jika suatu zat melepaskan ion

H+ ke dalam cairan akan meningkatkan konsentrasi ion H+ cairan tersebut maka disebut

sebagai asam, serta memiliki nilai pH di bawah 7,0. Sebaliknya, jika menarik ion H+

maka disebut basa, yang memiliki nilai pH di atas 7,0. Nilai pH 7,0 dikatakan sebagai

pH netral. Skala nilai pH antara 0 dan 14.

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting

pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa

pada bahan pangan.

Penyusun utama pada ikan yaitu protein , lemak, vitamin & mineral dan air, dari

beberapa penyusun daging ikan maupun daging lainnya kandungan penyusun yang palin

banyak yaitu air sekitar 70 % dari total tubuh ikan, sehingga apabila ikan telah mati

gampan sekali ikan tersebut menjadi busuk karena bakteri pengurai sangat suka sama

media yang agak basah, indikator yang paling berperan untuk mengukur kualitas daging

ikan yaitu pH semakin rendah pH maka kerusakan ikan semakin tinggih atau parah.

Page 6: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

1.2 Tujuan

Ø Mahasiswa di harapkan mampu menganalisis kandungan kimia pada daging ikan

Ø Mahasiswa mampu menginterprestasikan hasil analisa pada pada permasalahan

mutu protein ikan segar

Ø Mahasiswa dapat mengetahui kandungan kimia pada beberapa komoditas perikanan

Page 7: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengenal Ikan Nila

Ikan Nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari

Afrika pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam

air tawar dan di beberapa waduk di Indonesia.

Nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris

dikenal sebagai Nile Tilapia. Termasuk ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang

total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal)

dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan

3 duri dan 8-11 jari-jari.

Tubuh ikan nila berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap

melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak,

7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung

dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.

Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton,

sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan

sebagai pengendali gulma air.

Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan

Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke

Kongo dan Liberia. Pemeliharaan ikan ini diyakini pula telah berlangsung semenjak

peradaban Mesir purba.

Ikan nila bisa hidup di perairan air tawar hampir di seluruh Indonesia. Jenis ikan

ini sebenarnya bukan satwa asli Indonesia. Habitat aslinya adalah Sungai Nil di Mesir.

Ikan ini kemudian didatangkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1969 dari

Taiwan.

Jenis ikan ini tergolong hewan omnivora (pemakan segala), jadi bisa diberi

pakan apa saja asalkan sesuai dengan besar mulutnya, misalnya udang, kerang kecil,

atau pelet. Selain itu, karena ikan ini juga memiliki toleransi lingkungan yang cukup

besar, sehingga pembudidayaannya sangat mudah.

Page 8: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Ikan nila cenderung senang hidup di air hangat bersuhu sekitar 28 derajat

celsius. Ikan ini juga menyenangi kondisi air yang sedikit mengandung basa dengan

kisaran pH antara 7,0 dan 8,0. Sebaiknya, air tidak boleh tercemar bahan kimia beracun,

kandungan oksigen di dalam air minimal 4 mg/liter, serta kandungan karbon dioksida

maksimal 5 mg/liter. Ikan ini biasanya dipelihara di kolam air tenang.

Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di

banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan

tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah

mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan sering

pula dijadikan fillet.

Ikan nila berkerabat dekat dengan mujair (Oreochromis mossambicus). Dan

sebagaimana kerabatnya itu pula, ikan ini memiliki potensi sebagai ikan yang invasif

apabila terlepas ke badan-badan air alami.

Ikan nila dan mujair merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi

manusia. Karena budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah. Budidaya dilakukan

di kolam-kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya intensif, nila dan mujair tidak

dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.

Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan asam

lemak omega-6 tinggi, sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini

kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkait dengan peredaran darah.

2.2 Mengenal Cumi-cumi

Cumi-cumi termasuk hewan tak bertulang belakang yang tidak mempunyai

tulang pada tubuhnya, meskipun disebut ikan. Mereka mempunyai kemampuan yang

luar biasa untuk bergerak lihai karena adanya sistem yang sangat menarik. Tubuh

lunaknya diselimuti oleh lapisan pelindung tebal yang di bawahnya air dalam jumlah

besar disedot dan disemburkan oleh otot-otot yang kuat, sehingga memungkinkannya

bergerak mundur.

Page 9: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Lapisan tipis kulit yang menutupi lengan dan tubuh makin membantu sistem

berenang reaksi pada cumi-cumi. Cumi-cumi mengapung dalam air dengan cara

melambai-lambaikan selaput berbentuk menyerupai tirai ini. Lengannya, di pihak lain,

berguna menyeimbangkan tubuh selama mengambang. Lengan-lengan juga berguna

mengerem untuk menghentikan laju. Sistem berenang reaksi gurita dan cumi-cumi

ternyata bekerja dengan cara dasar yang mirip dengan pesawat jet. Melalui penelitian

lebih dekat, jelaslah bahwa sistem otot mereka telah dirancang dengan cara yang paling

cocok untuk mereka. Oleh karena itu, tentu saja tidak masuk akal jika menganggap

bahwa bentuk rumit seperti ini telah terbentuk melalui kebetulan demi kebetulan.

Cara kerja tubuhnya itu sangatlah rumit. Pada kedua sisi kepala hewan ini

terdapat lubang yang menyerupai kantung. Air disedot masuk melalui lubang ini menuju

suatu rongga berbentuk tabung di dalam tubuhnya. Kemudian ia menyemprotkan air

tersebut keluar dari pipa sempit tepat di bawah kepalanya dengan tekanan tinggi,

sehingga dengannya ia mampu bergerak cepat ke arah yang berlawanan akibat gaya

reaksi. Cara berenang seperti ini sangat cocok dalam hal kecepatan maupun

ketahanannya. Cumi-cumi Jepang, yang bernama Todarodes pacificus, ketika berpindah

tempat sejauh 1250 mil (2000 kilometer) melaju sekitar 1,3 mil per jam (2

kilometer/jam). Untuk jarak pendek, ia dapat melaju hingga 7 mil per jam (11

kilometer/jam). Beberapa jenis diketahui melebihi 19 mil per jam (30 kilometer/jam).

Seekor sumi-cumi dapat menghindar dari pemangsanya dengan gerak sangat

cepat karena pengerutan otot yang cepat ini. Ketika kecepatannya saja tidak cukup

untuk melindungi dirinya, mereka menyemprotkan tinta pekat dan berwarna gelap yang

diolah di dalam tubuhnya. Tinta ini mengejutkan pemangsa beberapa detik, yang

biasanya cukup bagi cumi-cumi untuk melarikan diri. Ikan-ikan yang tak diketahuinya

di belakang gumpalan tinta tersebut segera menghindari wilayah ini.

Sistem pertahanan dan gaya berenang reaksi pada cumi-cumi juga berguna bagi

mereka selama berburu. Mereka dapat menyerang dan mengejar mangsanya dengan

kecepatan tinggi. Sistem saraf yang begitu rumit mengatur pengerutan dan pengenduran

yang dibutuhkan untuk gaya renang reaksinya. Oleh karenanya, sistem pernapasan

mereka juga sempurna, yang menghasilkan metabolisme tubuh yang tinggi yang

diperlukan untuk semburan air berkecepatan tingginya. Cumi-cumi bukanlah satu-

Page 10: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

satunya hewan yang berenang dengan mengunakan sistem reaksi. Gurita juga

menggunakan sistem yang sama. Meskipun demikian, gurita bukanlah perenang yang

aktif, mereka banyak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan berkeliling

melintasi karang dan jurang di lautan dalam.

Kulit bagian dalam seekor gurita terdiri atas banyak lapisan otot yang saling

bertumpuk. Otot tersebut meliputi tiga jenis otot berbeda yang disebut otot membujur

(longitudinal), melingkar (sirkular), dan jari-jari (radial).

Ketika menyemburkan air keluar, otot-otot jenis melingkar menegang dengan

cara memanjang. Namun, karena mempunyai kecenderungan mempertahankan

volumenya, lebarnya meningkat, yang biasanya akan memanjangkan tubuhnya.

Sementara itu, otot-otot bujur yang meregang mencegah pemanjangan ini. Otot-otot

jari-jari tetap meregang selama kejadian ini yang menyebabkan selubung pelindung

menebal. Setelah semburan air yang amat cepat, otot-otot jari-jari mengerut dan

menyusutkan panjangnya, yang menyebabkan selubung kembali menipis, dan rongga

selubung terisi air kembali.

Sistem otot pada cumi-cumi hampir serupa dengan yang dimiliki gurita. Tetapi

ada satu perbedaan penting: cumi-cumi memiliki lapisan urat otot (tendon) yang disebut

jubah, sebagai pengganti otot bujur yang terdapat pada gurita. Jubah ini terdiri atas dua

lapisan yang menutupi bagian dalam dan luar tubuhnya, seperti halnya otot-otot bujur.

Di antara kedua lapisan tersebut terdapat otot-otot melingkar. Otot-otot jari-jari terletak

di antara keduanya, dalam arah tegak lurus.

2.2.1 Pernapasan

Ketika cumi-cumi membutuhkan banyak energi untuk bergerak secepat yang

mereka lakukan, mereka mempunyai tiga jantung. Cumi-cumi berdarah biru. Dua dari

jantung mereka berlokasi dekat dengan masing-masing insangnya. Hal ini, mereka dapat

memompa oksigen ke bagian tubuh yang beristirahat dengan mudah. Cumi-cumi

memiliki pokok sistem pernafasan senyawa tembaga. Hal ini berbeda dengan manusia

dimana manusia mempunyai pokok sistem pernafasan senyawa besi. Jika terlalu

tertutup pada permukaan dimana terdapat air panas, cumi-cumi dapat mati dengan

mudah karena mati lemas.

Page 11: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

2.2.2 Habitat

Kemungkinan hidup di air dalam selama musim dingin, tetapi sekitar bulan Mei

dia memasuki air dangkal untuk menetaskan telurnya.

2.2.3 Pencernaan

Cumi-cumi adalah carnivora. Ini berarti pemakan daging. Tentacel yang lebih

panjang menangkap mangsa. Cumi-cumi menarik makanan itu dengan tentacel yang

lebih pendek ketika makanan itu terenggut dengan kekuatan seperti paruh bebek.

Kemudian radula membenturkan makanan turun ke kerongkongan sehingga akan turun

ke perut untuk di cerna. Radula adalah pita tanduk pada lidah.

2.2.4 Reproduksi

Cumi-cumi berproduksi secara sexual. Cumi-cumi betina mengeluarkan banyak

benang telur ke dalam air. Cumi-cumi jantan mengeluarkan sperma. Beberapa spesies

telah dikembangkan untuk menaruh perma di atau dalam cumi-cumi betina. Ini selalu

menjadi misteri ilmu pengetahuan bagaimana telur-telur cumi-cumi didapat terbuahi.

Di bawah kulit cumi-cumi tersusun sebuah lapisan padat kantung-kantung

pewarna lentur yang disebut kromatofora. Dengan menggunakan lapisan ini, cumi-cumi

dapat mengubah penampakan warna kulitnya, yang tidak hanya membantu dalam

penyamaran akan tetapi juga sebagai sarana komunikasi. Misalnya, seekor cumi-cumi

jantan menunjukkan warna yang berbeda ketika kawin dengan warna yang digunakan

ketika berkelahi dengan seekor penantang.

Saat cumi-cumi jantan bercumbu dengan cumi-cumi betina, kulitnya berwarna

kebiruan. Jika jantan lain datang mendekat pada waktu ini, ia menampakkan warna

kemerahan pada separuh tubuhnya yang terlihat oleh jantan yang datang itu. Merah

adalah warna peringatan yang digunakan saat menantang atau melakukan serangan.

Page 12: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Terdapat pula rancangan sempurna pada sistem perkembangbiakan cumi-cumi.

Telurnya memiliki permukaan lengket yang memungkinkannya menempel pada rongga-

rongga di kedalaman lautan. Janin ini memakan sari makanan yang telah tersedia dalam

telur hingga siap menetas. Janin ini memecah selubung telur dengan cabang kecil mirip

sikat pada bagian ekornya. Alat ini segera hilang setelah telur menetas. Setiap seluk

beluknya telah dirancang dan bekerja sebagaimana direncanakan.

2.2.5 Peranan

Cumi-cumi adalah kebutuhan ekonomi, karena mereka digunakan sebagai

makanan, dan sebagai umpan pada jaring ikan. Mereka menjadi makanan ikan kecil,

Crustacea dan cumi-cumi yang lain dan dalam perlengkapan lingkaran makanan ikan

lain yang besar.

2.2.6 Cara Makan

Cumi-cumi sangat terbantu selama berburu dengan adanya alat peraba (tentakel)

pada mulutnya. Tentakel yang seperti cambuk ini biasanya tetap tergulung dalam

kantung yang terletak di bawah lengan-lengannya. Ketika menemukan mangsa, cumi-

cumi menjulurkan tentakel untuk menyergapnya. Makhluk ini bergantung pada lengan-

lengannya (keseluruhan berjumlah delapan) yang telah dirancang dengan tepat. Ia

mampu dengan mudah mencabik-cabik seekor kepiting menjadi serpihan kecil dengan

menggunakan paruhnya. Cumi-cumi menggunakan paruhnya dengan begitu terampil

sehingga mampu dengan baik melubangi kulit cangkang kepiting dan mengeluarkan

dagingnya dengan lidah.

2.3 Udang Vaname

Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut

atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran

besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat

permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Udang biasa dijadikan

makanan laut (seafood).

Page 13: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Salah satu jenis udang yang biasanya dibudidayakan dalam tambak adalah jenis

udang vaname (Litopenaues vannamei) atau biasanya disebut udang panami, merupakan

solusi alternatif dalam memperkaya dan menambah produksi udang budidaya.

Meskipun udang vannamei merupakan udang asli dari belahan bumi lain yaitu dari

bagian barat pantai Amerika Latin, mulai dari Peru di sebelah selatan, hingga Meksiko,

di sebelah utara, udang ini dapat dibudidayakan di daerah tropis, seperti Indonesia.

3.2.1 Klasifikasi udang.

Penggolongan Udang Vannamei secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi

dalam tulisan Tim Karya Tani Mandiri (2009) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Mandibulata

Kelas : Custacea

Sub Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobranchiata

Family : Panaeidae

Genus : Penaeus

Sub Genus : Litopenaeus

Species : Litopanaeus vannamei

2.3.2 Anatomi

Secara umum tubuh udang vannamei terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu

chepalotorax yang terdiri kepala dan abdomen yang terdiri dari perut hingga ekor.

Udang vannamei dapat dibedakan dengan jenis lainnya dari bentuk dan jumlah gigi

pada restrumnya. Udang vannamei memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan

8-9 gigi pada tepi rotrum bagian dorsal (Dahuri, R. 2004).

Page 14: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

2.3.3 Habitat

Udang vannamei hidup di laut. Udang ini memiliki toleransi salinitas yang lebar

yaitu dari 2-40 ppt, tapi akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah. Rasa udang

dapat dipengaruhi oleh tingkat asam amino bebas yang tinggi dalam ototnya sehingga

menghasilkan rasa yang lebih manis. Selama proses post-panen hanya air dengan

salinitas tinggi yang dipakai untuk mempertahankan rasa manis udang tersebut (Wyban

et al, 1991).

Temperatur juga memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan udang. Pada

udang vannamei akan mati jika terpapar pada air dengan suhu 15º C atau diatas 33 º C

selama 24 jam atau lebih. Stress sub letal dapat terjadi pada 15-20 º C dan 30-33º C.

Temperatur yang cocok bagi pertumbuhan udang vannamei adalah 23-30º C. Pengaruh

temperatur pada pertumbuhan udang vannamei adalah pada spesifitas tahap dan ukuran.

Udang muda dapat tumbuh dengan baik dalam air dengan temperatur hangat, tapi

semakin besar udang tersebut temperatur optimum air akan menurun (Wyban et al,

1991).

2.3.4 Siklus hidup

Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses kawin udang

meliputi pemindahan spermatophore dari udang jantan ke udang betina. Peneluran

bertempat pada daerah lepas pantai yang lebih dalam. Telur-telur dikeluarkan dan

difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu menghasilkan

setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil

tersebut berkembang menjadi larva berukuran mikroskopik yang disebut naupli/

nauplius (Perry, 2008). Tahap nauplii tersebut memakan kuning telur yang tersimpan

dalam tubuhnya lalu mengalami metamorfosis menjadi zoea. Tahap kedua ini memakan

alga dan setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis. Mysis terlihat

seperti udang kecil dan memakan alga dan zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, mysis

mengalami metamorfosis menjadi postlarva. Tahap postlarva adalah tahap saat udang

sudah mulai memiliki karakteristik udang dewasa.

Page 15: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Keseluruhan proses dari tahap nauplii sampai postlarva membutuhkan waktu

sekitar 12 hari. Di habitat alaminya, postlarva akan migrasi menuju estuarin yang kaya

nutrisi dan bersalinitas rendah. Mereka tumbuh di sana dan akan kembali ke laut terbuka

saat dewasa. Udang dewasa adalah hewan bentik yang hidup di dasar laut.

2.4 Kandungan Protein Daging

Dalam pemilihan bahan pangan protein kitata memperhatikan tinggi rendahnya

kandungan protein, diantara bahan pangan hewani juga terdapat keragaman dalam

kandungan protein daging ternak rata-rata mengandung 18% protein. Sedangkan dalam

kelompok bahan panga ikan seperti udang 21%, bandeng 20%, ikan mas 16%, belut

14%, kerang 8%. (Ulfa Nazmi, 20009)

Umumnya protein dari bahan pangan hewani lebih tingi mutunya dari protein

nabati. Bahan pangan hewani itu karena mutunya lebih aman dapat dimakan ttersendiri.

hanya pada umumnya bahan pangan hewani lebih mahal harganya dari bahan pangan

nabati.

Ikan sebagai makanan protein yang tinggi. Kalau dalam menu sehari-hari kita

menghidangkan ikan, maka kita memberikan sumbangan protein yang tinggi pada

jaringan tubuh. Absorpsi protein ikan lebih tingggi dari daging sapi, ayam dan lain

sebagainya. karena daging ikan mempunyai serat-serat protein yanng lebih pendek

daripada serat-serat protein daging sapi atau ayam.(Sajogyo,2000).

2.4.1 Fungsi Utama Rotein bagi Tubuh

Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis yang konstan secara bergantian di

pecah-pecah: sekitar 3% protein tubuh diganti setiap hari, dinding usus kecil yang

diganti setiap hari 4-6 hari memerlukan sintesis protein sebanyak 70 gr perhari,

untungnya tubuh sangat efisien dalam menghemat dan mengggunakan kembali asam

amino hasil pemecahan jaringanuntuk memmbentuk kembali jaringan yang sama atau

jaringan yang lain.

Page 16: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

2.4.2 Kebutuhan Protein

Kebutuhan protein perorangan tergantung pada laju pertumbuhan dan berat badan.

orang dewasa memerlukan kira-kira 1 gr protein untuk setiap kilogram berat badan.

selama priode pertumbuhan lebih banyak proteindi perlukan secara propesional

misalnya untuk anak-anak usia 5-6 tahun dibutuhkan kira-kira 2 gram protein untuk

setiap kilogram berat.(Ulfa Nazmi, 20009)

Sehabis sakit atau setelah menjalani operasi, tubuh kehilangan sejumlah protein,

misalnya retaknya tulang paha menyebabkan tubuh kehilangan kira-kira 800gr protein

(Gaman, 1998).

2.5 Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting

pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa

pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya

awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri,

kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada

bahan pangan (Rizky Wiryadi, 2007).

Hampir keseluruhan bagian ikan mengandung banyak air sehingga merupakan

media yang cocok bagi pertumbuhan bakteri pebususuk terutama dari jenis bakteri

Protiase. Dengan mengurangi kadar air, di dalam tubuh ikan maka aktivitas bakteri akan

terhambat sehingga proses pebusukan dapat di cegah. (Ulfa Nazmi. 2009).

2.6 pH

Nilai pH adalah log negatif dari konsentrasi ion H. Jika suatu zat melepaskan ion

H+ ke dalam cairan akan meningkatkan konsentrasi ion H+ cairan tersebut maka disebut

sebagai asam, serta memiliki nilai pH di bawah 7,0. Sebaliknya, jika menarik ion H+

maka disebut basa, yang memiliki nilai pH di atas 7,0. Nilai pH 7,0 dikatakan sebagai

pH netral. Skala nilai pH antara 0 dan 14.

Page 17: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Kata pH berasal dari singkatan pondus Hydrogenii atau potentia

Hydrogenii (bahasa Latin), pondus artinya berat; potentia artinya kekuatan atau potensi,

sedangkan hydrogenium artinya hidrogen.

Nilai pH merupakan salah satu criteria dalam penentuan kualitas daging, setelah

hewan mati hewan, maka terjadilah proses biokimiawi yang sangat kompleks di dalam

jaringan otot dan jaringan lainnya sebagai konsekuen tidak adanya aliran darah ke

jaringan tersebut, karena terhentinya pompa jantung. Salah satu proses yang terjadi dan

merupakan proses yang dominan dalam jaringan otot setelah kematian (36 jam pertama

setelah kematian atau postmortem) adalah proses glikolisis anaerob atau glikolisis

postmortem. Dalam glikolisis anaerob ini, selain dihasilkan energi (ATP) maka

dihasilkan juga asam laktat. Asam laktat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan

dan mengakibatkan penurunan nilai pH jaringan otot.

Nilai pH otot (otot bergaris melintang atau otot skeletal atau yang disebut daging)

saat hewan hidup sekitar 7,0-7,2 (pH netral). Setelah hewan disembelih (mati), nilai pH

dalam otot (pH daging) akan menurun akibat adanya akumulasi asam laktat. Penurunan

nilai pH pada otot hewan yang sehat dan ditangani dengan baik sebelum hewan mati

akan berjalan secara bertahap, yaitu dari nilai pH sekitar 7,0-7,2 akan mencapai nilai

pH menurun secara bertahap dari 7,0 sampai 5,6 5,7 dalam waktu 6-8 jam postmortem

dan akan mencapai nilai pH akhir sekitar 5,5-5,6. Nilai pH akhir (ultimate pH value)

adalah nilai pH terendah yang dicapai pada otot setelah hewan mati (kematian). Nilai

pH daging tidak akan pernah mencapai nilai di bawah 5,3. Hal ini disebabkan karena

pada nilai pH di bawah 5,3 enzim-enzim yang terlibat dalam glikolisis anaerob tidak

aktif berkerja.

Penurunan nilai pH yang bertahap dalam daging dan relatif konstan disebabkan

adanyan zat-zat buffer di dalam daging yang berperan dalam melepas dan menangkap

ion H+ dalam daging. Zat buffer dalam daging antara lain garam-garam dari senyawa

asam laktat dan protein daging.

Page 18: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Secara umum, pola penurunan nilai pH otot ada 3 (tiga), yaitu pola penurunan

nilai pH normal seperti yang dijelaskan di atas. Pola penurunan pH yang lain adalah

pola dark firm and dry (DFD) dan pola pale soft and exudative (PSE). Pola penurunan

nilai pH normal dapat dikatakan sebagai penurunan nilai pH yang lambat, nilai pH PSE

dikatakan sebagai pola penuruan pH yang cepat, sedangkan nilai pH DFD dikatakan

sebagai pola penurunan yang lambat dan tidak lengkap.

Pada pola nilai pH DFD, nilai pH menurun sedikit sekali pada jam-jam pertama

setelah hewan mati dan tetap relatif tinggi; mencapai pH akhir sekitar 6,5-6,8 atau nilai

pH akhir dicapai di atas 6,2. Sedangkan pola nilai pH PSE, nilai pH menurun relatif

cepat sampai sekitar 5,4-5,5 pada jam-jam pertama setelah hewan mati dan mencapai

nilai pH akhir 5,3 5,6.

Berdasarkan bahasan di atas, nilai pH umumnya diukur dua kali di RPH, yaitu 1

jam setelah hewan mati (kematian) atau disebut nilai pH1 dan 24 atau 36 jam setelah

hewan mati atau disebut nilai pH akhir (nilai pHultimate). Sebagai pedoman dapat

dikatakan bahwa jika pada pengukuran nilai pH1 sudah di bawah 6,5 maka dapat

dinyatakan sebagai daging PSE, namun jika di atas 6,5 maka belum dapat dipastikan

apakah penurunan nilai pH yang normal atau DFD. Nilai pH DFD baru dapat

dipastikan pada pengukuran nilai pH akhir, yaitu jika nilai pH akhir tetap di atas 6,2

maka dikategorikan daging DFD.

Kualitas daging dengan penurunan nilai pH PSE (daging PSE) dan DFD (daging

DFD) dikategorikan buruk, bahkan di beberapa negara dinyatakan sebagai tidak layak

dikonsumsi manusia atau unsuitable for human consumption, sehingga diolah menjadi

pakan hewan (feed). Daging PSE ditandai dengan warna daging yang pucat (pale),

lembek (soft) dan basah pada permukaan (exudative), sedangkan daging DFD ditandai

dengan daging yang berwarna gelap (dark), kompak (firm) dan kering (dry). Kejadian

daging PSE sering terdapat pada karkas babi (5-20%) dan daging ayam, sedangkan

daging DFD sering terjadi pada karkas sapi, khususnya sapi jantan yang tidak dikastrasi

(bull). Penyebab terjadinya kedua pola penurunan nilai pH daging tersebut adalah

hewan mati hewan yang stress, sakit, kurang istirahat, atau banyaknya gerakan/ rontaan

sesaat hewan disembelih.

Page 19: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Pengukuran nilai pH setelah 36 jam tidak lagi bermanfaat untuk menilai kualitas

daging dan tidak dapat dipakai untuk menentukan daging busuk (apalagi tidak diketahui

waktu setelah kematian)atau daging bangkai.

Salah satu pengukuran yang sangat penting dalam berbagai cairan proses (industri,

farmasi, manufaktur, produksi makanan dan sebagainya) adalah pH, yaitu pengukuran

ion hidrogen dalam suatu larutan. Larutan dengan harga pH rendah dinamakan asam

sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan basa . Skala pH terentang dari 0

(asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni

(Netral)

Gambar 1. Skala pada pH Meter

pH larutan dapat diukur dengan beberapa cara. Secara kualitatif pH dapat

diperkirakan dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu indikator (kertas indikator pH).

Seraca kuantitatif pengukuran pH dapat digunakan elektroda potensiometrik. Elektroda

ini memonitor perubahan voltase yang disebabkan oleh perubahan aktifitas ion hidrogen

(H+) dalam larutan. Elektroda potensiometrik sederhana untuk tipe ini seperti gambar 4-

10. Nilai pH daging umumnya diukur dengan metode elektrometrik menggunakan alat

pH-meter. Elektrode pH meter yang baik digunakan adalah elektrode tusuk yang juga

terintegrasi untuk mengukur suhu daging. Suhu daging akan mempengaruhi nilai pH

daging. Perlu diperhatikan bahwa pH meter harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum

digunakan untuk mengukur nilai pH daging.

Bagian karkas untuk mengukur nilai pH daging di RPH adalah otot mata rusuk

(Musculus longissimus dorsi antara rusuk ke-12 dan ke-13 atau ke-13 dan ke-14) atau

otot paha (Musculus gluteus).

Page 20: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu dan tempat Praktikum mata kuliah Penanganan Pasca Panen dengan judul

Analisis kandungan kimia (kadar protein, kadar air, kadar pH), pada beberapa

komoditas perikanan dilaksanakan pada Hari Kamis, 29 April 2010. Praktikum ini

dilakukan di Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat Analisis Kadar

Air

Alat Analisis Kadar

Protein

Alat Analisis pH

a. Nampan plasticb. Telananc. Pisaud. Sendoke. Moisture meter

a. Nampan plasticb. Telananc. Pisaud. Lumpang dan alue. Sendokf. Timbangang. Labu ukurh. Erlenmeyeri. Corongj. Kertas saringk. Buretl. Penyangga buretm. Pipetn. Ball pipet

a. Nampan plasticb. Telananc. Pisaud. Lumpang dan alue. Sendokf. Timbangang. Labu ukurh. Erlenmeyeri. pH paper

3.2.2 Bahan

Alat Analisis Kadar

Air

Alat Analisis Kadar

Protein

Alat Analisis pH

a.Daging ikan nilacincang

b.Daging cumi-cumicincang

c.Daging udang cincang

a.Daging ikan nila gerusb.Daging cumi-cumi gerusc.Daging udang gerusd.Aquadese.Asam oksalat (H2C2O4)f. Penolpthalen/PPg.NaOH dan Formaldehid

a.Daging ikan nilagerus

b.Daging cumi-cumigerus

c.Daging udang gerusd.Aquades

Page 21: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pengukuran Kadar Protein

a. Ikan Nila

1. Geruslah bahan yang akan ditimbang

2. Timbanglah bahan dengan menggunakan timbangan digital sebanyak + 5 gram.

3. Buatlah larutan untuk masing-masing bahan untuk melakukan pengukuran kadar

protein

4. Bahan yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan ke dalam tabung

enlemeyer ukuran 250 ml, masukkan akudes sebanyak 100 ml ke dalam tabung

tersebut.

5. Aduk hingga larutan menjadi homogen.

6. Setelah homogen, tambahkan larutan NaOH sebanyak 17 ml. Aduk kembali

larutan hingga menjadi homogen.

7. Kemudian titrasi larutan tersebut hingga warnanya menjadi merah jambu. Bahan

yang digunakan untuk titrasi adalah oxalat jenuh (H2C2O4) sebanyak 0,4 ml,

tambahkan kembali Phenolphthalein Solution (1%) sebanyak 1 ml, tambahkan

formalin 2 ml. (warna larutan akan berubah menjadi putih).

8. Kemudian titrasi kembali. Tambahkan NaOH 2,1 ml. Warna larutan akan

berubah menjadi merah muda.

b. Udang

1. Geruslah bahan yang akan ditimbang

2. Timbanglah bahan dengan menggunakan timbangan digital sebanyak + 5 gram.

3. Buatlah larutan untuk masing-masing bahan untuk melakukan pengukuran kadar

protein

4. Bahan yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan ke dalam tabung

enlemeyer ukuran 250 ml, masukkan akudes sebanyak 100 ml ke dalam tabung

tersebut.

5. Aduk hingga larutan menjadi homogen.

6. Setelah homogen, tambahkan larutan NaOH sebanyak 0,3 ml. Aduk kembali

larutan hingga menjadi homogen.

Page 22: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

7. Kemudian titrasi larutan tersebut hingga warnanya menjadi merah jambu. Bahan

yang digunakan untuk titrasi adalah oxalat jenuh (H2C2O4) sebanyak 0,4 ml,

tambahkan kembali Phenolphthalein Solution (1%) sebanyak 1 ml, tambahkan

formalin 2 ml. (warna larutan akan berubah menjadi putih).

8. Kemudian titrasi kembali. Tambahkan NaOH 2,6 ml. Warna larutan akan

berubah menjadi merah muda.

c. Cumi-Cumi

1. Geruslah bahan yang akan ditimbang

2. Timbanglah bahan dengan menggunakan timbangan digital sebanyak + 5 gram.

3. Buatlah larutan untuk masing-masing bahan untuk melakukan pengukuran kadar

protein

4. Bahan yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan ke dalam tabung

enlemeyer ukuran 250 ml, masukkan akudes sebanyak 100 ml ke dalam tabung

tersebut.

5. Aduk hingga larutan menjadi homogen.

6. Setelah homogen, tambahkan larutan NaOH sebanyak 0,2 ml. Aduk kembali

larutan hingga menjadi homogen.

7. Kemudian titrasi larutan tersebut hingga warnanya menjadi merah jambu. Bahan

yang digunakan untuk titrasi adalah oxalat jenuh (H2C2O4) sebanyak 0,4 ml,

tambahkan kembali Phenolphthalein Solution (1%) sebanyak 1 ml, tambahkan

formalin 2 ml. (warna larutan akan berubah menjadi putih).

8. Kemudian titrasi kembali. Tambahkan NaOH 2,0 ml. Warna larutan akan

berubah menjadi merah muda.

3.3.2 Pengukuran Keasaman (pH)

Semua Bahan

1. Gerus atau cincang halus bahan sebelum ditimbang

2. Timbanglah bahan sebanyak + 25 gram

3. Larutkan bahan menggunakan akuades dengan perbandingan 1:1 (25 gram : 25

ml akuades)

Page 23: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

3.3.3 Pengukuran Kadar Air

Semua Bahan

1. Gerus atau cincang halus bahan sebelum ditimbang

2. Timbanglah bahan sebanyak + 10 gram

3. Masukkan bahan kedalam alat Moister meter

4. Hidupkan moister meter

5. Tutup klep moister meter, lampu akan menyala menandakan alat bekerja.

6. Biarkan selama 30 menit hingga kadar air yang ada dalam bahan hilang. Apabila

alarm berbunyi maka pengekuran kadar air selesai.

7. Lihat nilai kadar protein (%) pada mesin tersebut.

Page 24: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil peritungan berat bahan untuk analisis kimia ikan.

Penghitungan Berat BahanNama BahanKadar Protein pH Kadar Air

Ikan Nila 5,2192 gram 25,9736 gram 11,440 gramUdang 5,6550 gram 25,3864 gram 9,5985 gramCumi 5,3236 gram 25,3171 gram 10,04 gram

4.1.1 Hasil Pengukuran Kadar Protein

a. Ikan Nila

% N = FP x ml liter x 0,1 N x 14,008 x 100 % Berat Bahan

= 100/ 25 x 2,1 ml x 0,1 N x 14,008 x 100% 5,2192 gram

= 1176 5219,2 mg

= 0,225%

% Protein = % N x 5,75

= 0,225% x 5,75

= 1,294 %

b. Udang

% N = FP x ml liter x 0,1 N x 14,008 x 100 % Berat Bahan

= 100/ 25 x 2,6 ml x 0,1 N x 14,008 x 100% 5,323,6 gram

= 1457 5323,6 mg= 0,274 %

Page 25: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

% Protein = % N x 5,75

= 0,274% x 5,75

= 1,576 %

c. Cumi-Cumi

% N = FP x ml liter x 0,1 N x 14,008 x 100 % Berat Bahan

= 100/ 25 x 2,0 ml x 0,1 N x 14,008 x 100% 5,6550 gram

= 1120,64 5,6550mg

= 0,198 %

% Protein = 0,198% x 5,75

= 1,139

4.1.2 Hasil Pengukuran pH

Bahan Nilai pHIkan Nila

UdangCumi-Cumi

677

4.1.3 Hasil Pengukuran Kadar Air

Bahan Berat Bahan Awal(W0)

Kadar Air Waktu BeratAkhir (Wa)

Ikan Nila 11,440 gram 79,00 % 30 menit -Udang 9,5985 gram 89,70 % 30 menit 1,013 gramCumi-Cumi 10,04 gram 83,45 % 30 menit 1,685 gram

Page 26: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

4.2 PembahasanAnalisis kimia ikan merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui seberapa besar

kandungan kimia yang dimiliki oleh ikan dengan berbagai cara aplikasi analisis seperti

uji kandungan protein, kandungan Air dan kandungan asam yang dimiliki oleh ikan

maupun udang tersebut.

Dari hasil analisis kandungan kimia daging ikan tersebut ternyata di dapat

kandungan protein rata-rata di bawah 2% dari berat analisis 5gr per sample pengamatan.

Nilai pH merupakan salah satu criteria dalam penentuan kualitas daging, Setelah

Ikan mati maka terjadilah proses biokimiawi yang sangat kompleks di dalam jaringan

otot dan jaringan lainnya sebagai konsekuen tidak adanya aliran darah ke jaringan

tersebut, karena terhentinya pompa jantung. Salah satu proses yang terjadi dan

merupakan proses yang dominan dalam jaringan otot setelah kematian (36 jam pertama

setelah kematian atau postmortem) adalah proses glikolisis anaerob atau glikolisis

postmortem. Dalam glikolisis anaerob ini, selain dihasilkan energi (ATP) maka

dihasilkan juga asam laktat. Asam laktat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan

dan mengakibatkan penurunan nilai pH jaringan otot.

Nilai pH otot (otot bergaris melintang atau otot skeletal atau yang disebut daging)

saat Ikan hidup sekitar 7,0-7,2 (pH netral). Setelah Ikan mati, nilai pH dalam otot (pH

daging) akan menurun akibat adanya akumulasi asam laktat. Penurunan nilai pH pada

otot Ikan yang sehat dan ditangani dengan baik sebelum Ikan mati akan berjalan secara

bertahap, yaitu dari nilai pH sekitar 7,0-7,2 akan mencapai nilai pH menurun secara

bertahap dari 7,0 sampai 5,6 5,7 dalam waktu 6-8 jam postmortem dan akan mencapai

nilai pH akhir sekitar 5,5-5,6. Nilai pH akhir (ultimate pH value) adalah nilai pH

terendah yang dicapai pada otot setelah Ikan mati (kematian). Nilai pH daging tidak

akan pernah mencapai nilai di bawah 5,3. Hal ini disebabkan karena pada nilai pH di

bawah 5,3 enzim-enzim yang terlibat dalam glikolisis anaerob tidak aktif berkerja.

Penurunan nilai pH yang bertahap dalam daging dan relatif konstan disebabkan

adanyan zat-zat buffer di dalam daging yang berperan dalam melepas dan menangkap

ion H+ dalam daging. Zat buffer dalam daging antara lain garam-garam dari senyawa

asam laktat dan protein daging.

Page 27: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

Secara umum, pola penurunan nilai pH otot ada 3 (tiga), yaitu pola penurunan

nilai pH normal seperti yang dijelaskan di atas. Pola penurunan pH yang lain adalah

pola dark firm and dry (DFD) dan pola pale soft and exudative (PSE). Pola penurunan

nilai pH normal dapat dikatakan sebagai penurunan nilai pH yang lambat, nilai pH PSE

dikatakan sebagai pola penuruan pH yang cepat, sedangkan nilai pH DFD dikatakan

sebagai pola penurunan yang lambat dan tidak lengkap.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan tentang kondisi pH ikan, udang dan

cumi mendapatkan nilai pH yang Netral yakni tidak kurang dari 6.

Nilai pH akhir daging akan menentukan karakteristik kualitas daging lainnya,

seperti struktur otot, daya ikat air, pertumbuhan mikroorganisme, denaturasi protein dan

enzim, keempukan daging, dan kapasitas emulsifikasi daging.

Hampir keseluruhan bagian ikan mengandung banyak air sehingga merupakan

media yang cocok bagi pertumbuhan bakteri pebususuk terutama dari jenis bakteri

Protiase. Dengan mengurangi kadar air, di dalam tubuh ikan maka aktivitas bakteri akan

terhambat sehingga proses pebusukan dapat di cegah.

Dengan mengetahui kandungan persentasi air di dalam tubuh ikan kita akan dapat

mengambil tindakan untuk mengupayakan bagaimana cara mempertahankan kesegaran

ikan tidak cepat busuk dan dapat di simpan dalam jangka waktu yang lama.

Dari hasil pengamatan kandungan air pada berbagai sample ikan yang telah

diamati ternyata memiliki kandungan air lebih dari 50% rata-ratanya. Jadi dengan

demikian bisa dikatakan bahwa hewan air setengah dari dagingnya adalah air.

Page 28: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

BAB V. PENUTUP

Analisis kimia ikan telah banyak memberikan penjelasan kepada penulis sehingga

penulis dapat mengetahui kandungan kimia ikan secara langsung dari ikan-ikan yang

penulis amati seperti kandungan Protein, nilai pH dan kandungan air dalam tubuh ikan.

Namun, disamping itu masih banyak kekuranngan yang penulis rasakan di dalam

melakukan pengamatan analisis kimia ikan yang telah dilakukan diantaranya kurangnya

alat-alat untuk pengamatan seperti pipet ukur. Sehingga cenderung satu pipet digunakan

untuk beberapa bahan kimia untuk pengamatan, hal ini sangat mengganggu proses

pengamatan bail alokasi waktu dan hasil pengatam itu sendiri.

Untuk kedepannya penulis harapkan kepada team teknisi praktek agar para

mahasiswa selanjutnya yang melakukan praktek yang sama akan bisa mendapatkan

hasil praktek yang lebih kongkrit lagi dengan mementingkan pemakaian alat-alat yang

benar-benar steril dan spesifik.

Page 29: 32382615 analisis-kimia-pada-ikan-dan-udang

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Mengenal cumi-cumi. Didapat darihttp://agromaret.com/artikel/66/mengenal_cumi_cumi [3 Mei 2010]

AsianBrain. 2009. Ikan Nila. didapat dari. http://www.anneahira.com/ikan/ikan-nila.htm [3 Mei 2010]

Dahuri, R. 2004. Perkembangan dan Harapan Pembangunan Perikanan BudidayaIndonesia ke Depan. dalam Simposium Perkembangan dan Inovasi Ilmudan Teknologi Akuakultur. Semarang: Masyarakat Akuakultur Indonesia.

Denny W. Lukman . 2010. Nilai pH Daging. Didapat dari http://higiene-pangan.blogspot.com/2010/01/nilai-ph-daging_25.html [04 Mei 2010]

Gaman, P.M. 1998. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Penterjemah:Mudijati gardjito, dkk. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.

Perry, Harriet M., 2008, Marine Resources and History of the Gulf Coast. Diperolehdari : http://www.dmr.state.ms.us/dmr.css [28 OKtober 2008]

Rizky Wiryadi, 2007. Kadar Air. Didapat darihttp://rizkyunsyah.blogspot.com/2007/08/hasil-dan-pembahasan.html [03Mei 2010]

Sajogyo,dkk. 2000. Menuju Gizi Baik Uang Merata di Pedesaan dan Perkotaan. GadjahMada University Press. Yogyakarta.

Sinar Tani. 2010. Isolat Protein Ikan Lebih Praktis. Di dapat darihttp://www.sinartani.com/agriprosesing/isolat-protein-ikan-lebih-praktis-ekonomis-1226893273.htm. [06 Mei 2010]

Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Tambak Udang. Bandung. NuansaAulia.

Ulfa Nazmi. 2009. Analisis Protein, Kalsium dan Lemak pada Ikan Pora-pora. FakultasKesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Wyban, James A., Sweeney, James N., 1991. Intensive Shrimp ProductionTechnology.The Oceanic Institute. Hawaii