Top Banner
5 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan umum di lokasi penelitian yaitu kondisi iklim dan menganalisis sistem pemeliharaan ternak serta pola penyediaan hijauan makanan ternak yang dapat mendukung usaha peternakan ruminansia di Nusa Tenggara Timur. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Desa Oesena terletak di Kecamatan Amarasi dengan luas wilayah 18 km² dari total luasan Kecamatan Amarasi. Batas-batas wilayah desa Oesena: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kupang Timur, Selatan berbatasan dengan Desa Tun Baun Amarasi Barat, Barat berbatasan dengan Kelurahan Kota Bes, dan Timur berbatasan dengan Kelurahan Non Bes. Desa Merbaun terletak di Kecamatan Amarasi Barat dengan luas wilayah 29,6 km² dari total luas Kecamatan Amarasi Barat. Gambar 1 Peta Kabupaten Kupang (Sumber BPS Kab. Kupang 2014) Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang dilakukan, sebagian besar peternak di kedua desa berumur antara 35-50 tahun, tetapi adajuga peternak yang sudah lanjut usia. Tingkat pendidikan formal sangat beragam mulai dari SD, SMP, SMA serta S1, namun adapula peternak yang tidak bersekolah. Pekerjaan utama peternak di kedua desa beragam yaitu petani, tukang kebun, dan tukang ojek sehingga dapat disimpulkan bahwa kehidupan ekonomi peternak masih tergolong
10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

Mar 09, 2019

Download

Documents

doanminh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

5

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan umum di lokasi penelitian yaitu kondisi iklim dan menganalisis sistem pemeliharaan ternak serta pola penyediaan hijauan makanan ternak yang dapat mendukung usaha peternakan ruminansia di Nusa Tenggara Timur.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Desa Oesena terletak di Kecamatan Amarasi dengan luas wilayah 18 km² dari total luasan Kecamatan Amarasi. Batas-batas wilayah desa Oesena: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kupang Timur, Selatan berbatasan dengan Desa Tun Baun Amarasi Barat, Barat berbatasan dengan Kelurahan Kota Bes, dan Timur berbatasan dengan Kelurahan Non Bes.

Desa Merbaun terletak di Kecamatan Amarasi Barat dengan luas wilayah 29,6 km² dari total luas Kecamatan Amarasi Barat.

Gambar 1 Peta Kabupaten Kupang (Sumber BPS Kab. Kupang 2014)

Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang dilakukan, sebagian besar peternak di kedua desa berumur antara 35-50 tahun, tetapi adajuga peternak yang sudah lanjut usia. Tingkat pendidikan formal sangat beragam mulai dari SD, SMP, SMA serta S1, namun adapula peternak yang tidak bersekolah. Pekerjaan utama peternak di kedua desa beragam yaitu petani, tukang kebun, dan tukang ojek sehingga dapat disimpulkan bahwa kehidupan ekonomi peternak masih tergolong

Page 2: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

6

rendah. Usaha beternak merupakan usaha sampingan dan merupakan adat budaya yang diturunkan secara turun temurun sejak dahulu bagi peternak dengan usia produktif. Beternak dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga dan biasanya dilakukan setelah peternak melakukan pekerjaan utama. Hasil dari beternak digunakan untuk kebutuhan sekolah anak, pernikahan anak, dan acara-acara adat lainnya. Peternak di kedua desa ini memiliki pengalaman beternak dari keluarga yang diturunkan turun temurun sejak kecil tanpa pendidikan formal tentang peternakan. Rata-rata kepemilikan sapi di kedua desa berjumlah 2-6 ekor dan berasal dari warisan orangtua serta membeli sendiri.

Peternakan rakyat di Desa Oesena dan Desa Merbaun tersebar secara merata. Hal ini disebabkan oleh, lahan yang digunakan untuk kebun L.

leucocephala juga digunakan untuk memelihara ternak secara tradisional dan semi intensif. Selain ternak dipelihara di dalam kebun L. leucocephala ternak juga dipelihara disekitar rumah. L. leucocephala yang ditanam sebagai tanaman pagar di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi bali yang dipelihara di lahan sekitar rumah. Sapi bali merupakan ternak ruminansia yang berpotensi sebagai ternak pedaging yang paling banyak di kembangkan di kedua desa ini bahkan diseluruh wilayah Amarasi. Populasi sapi bali di Desa Oesena adalah 539 ekor dan Desa Merbaun adalah 1 388 ekor (BPS 2011). Selain sapi bali, ruminansia kecil yaitu kambing, unggas dan monogastrik juga dipelihara di Desa Oesena dan Desa Merbaun. Sistem penggemukan ternak sapi bali di kedua desa adalah semi intensif dimana ternak diikat dan diberi makan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Jenis hijauan yang diberikan adalah L. leucocephala. Pola penyediaan pakan hijauan adalah cut and carry. Sistem ini disebut juga paronisasi dan hanya dikembangkan di wilayah Amarasi. Sisa hijauan berupa ranting dan batang yang ukurannya agak besar biasanya dikumpulkan peternak untuk dijadikan kayu bakar. Hijauan yang diberikan kepada ternak berasal dari kebun sendiri atau dari sekitar pekarangan rumah. Pemerintah desa menetapkan hukum (peraturan) sejak dahulu yaitu bila peternak mengambil hijauan yang berasal dari kebun lamtoro peternak lain akan dikenakan denda sebesar Rp. 1.000.000 peraturan tersebut mengharuskan setiap peternak menanam hijauan lamtoro sendiri. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan rata-rata kepemilikan lahan kebun lamtoro peternak pada Desa Oesena adalah 2.5 hektar sedangkan Desa Merbaun lebih besar yaitu 6.25 hektar.

Sistem Amarasi

Sistem amarasi diperkenalkan pada tahun 1930 lewat penanaman percobaan awal L. leucocephala di bawah bimbingan pemerintah Belanda yang ditinggalkan sekitar Desa Baun (Ormelling 1955; Metzner 1981; 1983). Tahun 1932, para raja membuat suatu peraturan tradisional dimana setiap petani di Amarasi wajib untuk menanam L. leucocephala pada baris kontur setiap tiga meter pada daerah tanam. Peraturan ini diperkuat pada tahun 1948 ketika pemerintah memperkenalkan peraturan tingkat lamtoro yang memaksa semua petani berpindah untuk menanam L. leucocephala disepanjang garis kontur (Ormeling 1955). Petani menghabiskan 25-30% waktu mereka untuk menanam L.

leucocephala. Peraturan yang dibuat oleh penguasa adat (Raja) membuat sistem ini berhasil dalam proses penggemukan sapi. Hal ini menjadikan keuntungan

Page 3: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

7

semua peternak di Amarasi lebih tinggi 85% dibandingkan dengan peternak-peternak di daerah lain di NTT karena mereka adalah satu-satunya wilayah yang berlimpah pakan ternak dengan sistem cut and carry. Selain itu peraturan lain yang dibuat penguasa adat setempat ialah setiap keluarga di Amarasi wajib menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali.

Leucaena leucocephala ditanam sebagai tanam pagar hampir di seluruh wilayah Amarasi. Leucaena leucocephala tumbuh di lahan pertanian dengan kerapatan 10 000 pohon per hektar. Leucaena leucocephala merupakan tanaman makanan ternak jenis leguminosa yang berasal dari Amerika Tropis. Dua dari tiga subspesiesnya sekarang memiliki distribusi yang baik pada iklim tropis, digunakan sebagai pakan ternak, sumber kayu bagi peternak, dan merupakan spesies reklamasi serta dapat mencegah terjadinya erosi. Leucaena leucocephala sangat baik beradaptasi di iklim semi kering. Leucaena leucocephala merupakan leguminosa yang kaya akan protein kasar (Jones 1979), dapat bertumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 650-3000 mm, mempunyai palatabilitas yang tinggi sehingga menjadikannya sebagai salah satu leguminosa dengan kualitas yang baik.

Sejak sistem amarasi diperkenalkan, banyak peternak yang tertarik untuk memelihara ternak sapi potong dan bersandar sepenuhnya pada L. leucocephala sebagai sumber pakan utama. Sebelum terjadi serangan kutu loncat, penelitian tahun 1982-1986 menunjukkan bahwa produksi tahunan maximum dari daun dan batang lamtoro adalah sekitar 6000 kg bk-1 hr-1 (Piggin 2003). Namun adanya serangan kutu loncat (Heteropsylla culbana) di awal tahun 1986 telah menghancurkan tegakan lamtoro yang berdampak langsung pada penurunan produktivitas usahatani dan ternak di Amarasi (Mudita dan Kapa 1987). Sapi potong yang kekurangan lamtoro mempunyai masa pemeliharaan yang lebih lama dan jumlah sapi yang digemukkan menjadi berkurang dari rata-rata 7 ekor menjadi 3 ekor per tahun. Dampak lainnya, peternak harus berjalan sejauh 1-3 km untuk mendapatkan hijauan bagi ternak mereka. Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk menghilangkan kutu loncat namun tidak berhasil sepenuhnya. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan peternak di lapangan masih terdapat kutu loncat pada tegakan-tegakan lamtoro, namun seiring berjalannya waktu sistem ini mulai membaik.

Identifikasi Jenis Hijauan Pakan

Hasil identifikasi jenis hijauan pakan yang terdapat di kandang dari kedua desa, yakni Desa Oesena dan Desa Merbaun adalah L. leucocephala. Hal tersebut sesuai dengan sistem yang dikembangkan di kedua desa, yaitu memberikan lamtoro sebagai pakan utama pada ternak di musim kemarau. Lamtoro mempunyai keunggulan bertahan hidup pada musim kemarau yang relatif lebih panjang di NTT dibandingkan dengan musim penghujan. Selain itu, lamtoro memiliki nilai gizi dan tingkat palatabilitas yang cukup tinggi bagi ternak. Adapun taksonomi lamtoro adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Page 4: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

8

Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Leucaena Spesies : Leucaena leucocephala Saat ini Amarasi sedang mengembangkan jenis lamtoro yang lebih tahan

terhadap kutu dengan produksi yang lebih cepat yaitu L. leucocephala cv. Tarramba (Nulik et al. 2013).

Kualitas Lamtoro

Hasil analisis proksimat dan vansoest hijauan lamtoro pada Desa Oesena dan Desa Merbaun tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi nutrien hijauan lamtoro (%) Komposisi Kimiaa) Desa Oesena Desa Merbaun Protein kasar 27.35 19.88 Serat kasar 18.26 14.88 Lemak kasar 3.21 5.61 Beta-N 43.03 50.70 NDF 71.19 70.55 ADF 44.99 64.83 TDNb) 68.03 72.82

Keterangan : a) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet, IPB; b) Hartadi et

al. 2005

Sesuai tabel diatas terlihat bahwa komposisi kimia dari hijauan lamtoro pada kedua desa penelitian tidak berbeda jauh kecuali ADF. Protein kasar pada hijauan lamtoro yang ditanam di Desa Oesena dengan kategori daerah berbukit lebih tinggi yaitu 27.35% dibanding dengan Desa Merbaun yang berada dekat pantai yaitu 19.88%. Kandungan protein daun lamtoro berkisar antara 25-32% dari bahan kering (Askar et al. 1997). Kisaran ini disebabkan oleh perbedaan varietas, kesuburan tanah, umur panen yaitu daun muda memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun tua, iklim, serta komposisi campuran daun dan tangkai daun.

Konsumsi Lamtoro

Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan nutrien serat kasar ≤ 18% (FAO, 1980). Berdasarkan pernyataan FAO maka lamtoro dapat dikategorikan setara dengan konsentrat karena memiliki kandungan nutrien serat kasar ≤18% (Tabel 1).

Tabel 2 menunjukkan rataan konsumsi bahan kering dari dua desa penelitian yang bervariasi. Rataan konsumsi bahan kering Desa Oesena 3.60±0.83 kg e-1 hr-1 sedangkan desa Merbaun memiliki rata-rata 3.59±0.72 kg e-1 hr-1. Kearl (1983) menyatakan bahwa rataan bobot badan sapi antara 150 kg – 200 kg dengan kenaikan bobot badan 0.75 kg e-1 hr-1 konsumsi bahan keringnya adalah 4.4 – 5.4 kg e-1 hr-1.

Page 5: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

9

Hasil penimbangan yang dilakukan selama tujuh hari di kandang di Desa Oesena dan Desa Merbaun diperoleh konsumsi lamtoro seperti tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Konsumsi bahan kering daun lamtoro No Rataan BB (kg e-1 hr-1) Rataan Konsumsi BK

(kg e-1 hr-1) Rataan Konsumsi BK

(%) Desa Oesena Desa Merbaun Desa

Oesena Desa

Merbaun Desa

Oesena Desa

Merbaun F1 208.89 207.50 4.07 3.75 1.95 1.81 F2 203.62 202.32 4.82 3.53 2.37 1.75 F3 220.00 224.41 4.67 3.58 2.12 1.59 F4 268.73 140.41 4.50 3.73 1.67 2.66 F5 211.15 141.72 2.84 2.73 1.34 1.93 F6 214.10 145.33 4.68 4.89 2.18 3.36 F7 237.52 192.98 3.12 3.61 1.32 1.87 F8 260.72 153.51 3.59 3.90 1.38 2.54 F9 234.08 163.01 3.76 3.81 1.61 2.34 F10 201.00 172.18 2.68 4.42 1.34 2.57 F11 183.97 98.17 3.58 4.09 1.95 4.16 F12 213.51 230.80 2.48 1.77 1.16 0.77 F13 288.44 216.07 3.91 3.83 1.36 1.77 F14 222.68 206.24 2.49 3.12 1.12 1.51 F15 236.34 182.33 2.78 3.13 1.18 1.72 Rataan 226.99±28.00a 178.46±37.72b 3.60±0.83 3.59±0.72 1.60±0.41b 2.16±0.82a

Keterangan F : Peternak; *) : superskrip berbeda pada peubah yang sama menunjukkan hasil uji t pada taraf 0.05.

Hasil perhitungan konsumsi terhadap bobot badan menunjukkan ternak

mengalami kekurangan pakan yaitu 1.60% dari bobot badan atau sekitar 53% dari total ransum untuk Desa Oesena dan 2.16% dari bobot badan atau sekitar 72% dari total ransum untuk Desa Merbaun. Angka tersebut lebih rendah dari kebutuhan konsentrat untuk feedlot yaitu 95-97% dari total ransum.

Kekurangan pakan disebabkan oleh musim kemarau yang panjang dan adanya invasi kutu loncat sehingga ketersediaan pakan mengalami penurunan. Hasil uji t pada Tabel 2 menyatakan konsumsi bahan kering Desa Merbaun sangat signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Oesena hal ini dapat disebabkan karena luas kebun lamtoro di Desa Merbaun lebih besar dibandingkan dengan Desa Oesena.

Pakan diberikan dalam bentuk segar dan hampir seluruh bagian lamtoro dikonsumsi oleh sapi bali di Amarasi mulai dari daun, biji, dan kulit ari batang. Hasil wawancara terhadap peternak-peternak di kedua desa, lamtoro merupakan tanaman alternatif untuk menutupi kekurangan hijauan secara kualitas terutama pada musim paceklik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian berlangsung tidak ditemukan efek negatif dari anti nutrisi mimosin yang terdapat dalam lamtoro terhadap performa sapi bali. Hal ini diduga karena mimosin dapat dirombak oleh mikroorganisme tertentu menjadi 3-hydroxy-4 (IH) Pyridone (DHP) yang derajat keracunannya lebih rendah. Lowry (1982) dan Haryanto (1993) menyatakan bahwa mikroorganisme tersebut hanya terdapat dalam ternak ruminansia Indonesia.

Page 6: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

10

Gambar 2 Pola penyediaan lamtoro pada sistem amarasi

Konsumsi Protein. Hasil Tabel 3 menunjukkan konsumsi protein Desa

Oesena lebih tinggi dari Desa Merbaun, hal ini seiring dengan tinggi kandungan protein kasar Desa Oesena. Angka konsumsi nutrient protein kasar pada Tabel 3 lebih tinggi dari Kearl 1983 yaitu kebutuhan protein untuk sapi dengan BB 150-200 kg e-1 dan pertambahan bobot badan harian 0.75 kg e-1 hr-1 yaitu 0.57- 0.67 kg e-1 hr-1. Kelebihan protein inilah yang dikonversi menjadi energi sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi bali.

Tabel 3 Konsumsi protein kasar daun lamtoro Peternak Konsumsi PK (kg e-1 hr-

1) Konsumsi PK (g kg-1BB-

1hr-1) Kebutuhan menurut Kearl (kg BB-1hr-1)

Desa Oesena

Desa Merbaun

Desa Oesena

Desa Merbaun

Desa Oesena

Desa Merbaun

F1 1.11 0.75 5.32 3.59 0.63 0.63 F2 1.32 0.70 6.47 3.46 0.63 0.63 F3 1.28 0.71 5.80 3.16 0.65 0.66 F4 1.23 0.74 4.58 5.28 0.74 0.56 F5 0.78 0.54 3.67 3.83 0.64 0.57 F6 1.28 0.97 5.97 6.68 0.64 0.58 F7 0.85 0.72 3.60 3.71 0.68 0.62 F8 0.98 0.77 3.77 5.04 0.72 0.46 F9 1.03 0.76 4.39 4.63 0.67 0.48

F10 0.73 0.88 3.65 5.09 0.62 0.51 F11 0.98 0.81 5.33 8.26 0.61 0.44 F12 0.68 0.35 3.18 1.52 0.64 0.67 F13 1.07 0.76 3.71 3.52 0.92 0.64 F14 0.68 0.62 3.05 3.00 0.65 0.63 F15 0.76 0.62 3.22 3.41 0.67 0.53

Rataan 0.98±0.23 0.71±0.14 4.34±1.13 4.00±1.63 0.67±0.08 0.57±0.07 Keterangan PK: Protein kasar; F: Peternak

Konsumsi TDN. Tabel 4 menunjukkan konsumsi TDN kedua desa tidak

berbeda jauh namun angka konsumsi TDN kedua desa lebih rendaah dari

Page 7: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

11

kebutuhan ternak. Berdasarkan perhitungan kebutuhan TDN sesuai dengan standar (Kearl 1983) untuk sapi dengan bobot badan 150-200 kg e-1 dan pertambahan bobot badan harian 0.75 kg e-1 hr-1 yaitu 2.75-3.55 kg BB-1 hr-1.

Tabel 4 Konsumsi TDN daun lamtoro Peternak Konsumsi TDN

(kg e-1 hr-1) Konsumsi TDN (gr hr-1) Kebutuhan menurut

Kearl (kg BB-1 hr-1)

Desa Oesena

Desa Merbaun Desa Oesena Desa Merbaun

Desa Oesena

Desa Merbaun

F1 2.77 2.73 2766.27 2729.01 3.31 3.29 F2 3.28 2.57 3277.05 2566.61 3.24 3.23 F3 3.17 2.60 3174.22 2599.17 3.44 3.49 F4 3.06 2.71 3060.22 2713.52 3.99 2.47 F5 1.93 1.99 1930.24 1986.90 3.33 2.48 F6 3.18 3.55 3180.93 3554.50 3.37 2.53 F7 2.13 2.62 2125.84 2621.80 3.65 3.12 F8 2.45 2.83 2445.49 2832.64 3.91 1.95 F9 2.56 2.77 2557.26 2767.13 3.61 2.08

F10 1.83 3.21 1826.30 3212.63 3.21 2.21 F11 2.44 2.97 2438.79 2968.44 3.01 1.90 F12 1.69 1.29 1689.94 1288.86 3.36 3.57 F13 2.66 2.78 2660.09 2785.00 4.68 3.39 F14 1.69 2.27 1692.17 2268.81 3.47 3.27 F15 1.89 2.28 1891.12 2276.36 3.64 2.30

Rataan 2.45±0.57 2.61±0.61 2447.73±566.91 2611.43±526.24 3.55±0.39 2.75±0.58 Keterangan TDN: Total digestible nutrient; F: Peternak

Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali

Sapi bali merupakan jenis yang dominan dikembangkan di daerah Nusa Tenggara karena kemampuannya dapat beradapatasi ketika kualitas hijauan buruk pada saat musim kemarau. Secara genetik sapi bali mampu mencapai pertumbuhan sebesar 0.83 kg hr-1 (Mastika 2003). Panjaitan (2012) melaporkan bahwa sistem pemeliharaan secara tradisional menghasilkan pertambahan bobot badan harian sapi bali 0.26 kg/hr. Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 2 bobot badan sapi bali Desa Oesena sangat signifikan lebih tinggi dibandingkan denga Desa Merbaun. Tingginya bobot badan sapi bali di Desa Oesena disebabkan oleh tingginya konsumsi protein kasar seiring dengan tingginya kandungan protein kasar yang ada di Desa Oesena.

Page 8: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

12

Gambar 3 Pengukuran lingkar dada

Sesuai dengan pengkuran lingkar dada yang dilakukan selama tujuh

minggu di kandang pada Desa Oesena dan Desa Merbaun diperoleh rataan pertambahan bobot badan harian sapi bali seperti tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4 Rataan pertambahan bobot badan harian sapi bali Keterangan F : Peternak

Berdasarkan Gambar 4 rataan pertambahan bobot badan harian ternak pada kedua desa bervariasi. Rataan pertambahan bobot badan harian dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu rataan yang kurang dari 0.50 kg/e/hr dan rataan yang lebih dari 0.50 kg/e/hr. Rata-rata pertambahan bobot badan harian sapi bali yang

-0.10 0.10 0.30 0.50 0.70 0.90 1.10

F1

F2

F3

F4

F5

F6

F7

F8

F9

F10

F11

F12

F13

F14

F15

Rataan PBB (kg/e/h)* Desa Merbaun

Rataan PBB (kg/e/h)* Desa Oesena

Page 9: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

13

kurang dari 0.50 kg/e/hr di Desa Oesena adalah 0.17 kg/e/hari dan Desa Merbaun adalah 0.24 kg/e/hr. Ternak yang memiliki pertambahan bobot badan kurang dari 0.50 adalah ternak yang diduga sedang dalam umur pertumbuhan. Rata-rata pertambahan bobot badan harian sapi bali yang lebih dari 0.50 kg/e/hr di Desa Oesena adalah 0.76 kg/e/hr dan Desa Merbaun adalah 0.74 kg/e/hr. Tingginya pertambahan bobot badan harian sapi bali seiring dengan tingginya konsumsi nutrien terutama protein kasar. Selain itu lamtoro berfungsi melindungi degradasi protein yang berlebihan oleh mikroba rumen sehingga protein yang dapat diserap oleh usus halus menjadi lebih tinggi (Pamungkas et al. 2011).

Dahlanuddin et al. (2013) melaporkan bahwa sapi bali yang mengkonsumsi daun lamtoro dapat meningkatkan rataan pertambahan bobot badan harian 0.47 kg/e/hr. Panjaitan et al., (2013) melaporkan bahwa pemberian lamtoro mendekati 100% memberikan rataan pertambahan bobot badan harian sapi bali sebesar 0.56-0.61 kg/e/hr. Pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi bali 0.7 kg/hr (jantan dewasa) dan 0.6 kg/hr (betina dewasa), range persentasi karkas dari 51.5 sampai 59.8%, dengan persentasi tulang kurang dari 15% dan lemak daging yang rendah (Pane 1991).

Kapasitas Tampung

Berdasarkan pengamatan pada 9 cuplikan yang diambil pada Desa Oesena dan Desa Merbaun diperoleh produksi hijauan dan kapasitas tampung seperti tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 5 Produksi hijauan dan kapasitas tampung Desa Oesena dan Merbaun No Komponen Desa Oesena Desa Merbaun 1 Rataan produksi perpohon (kg) 0.49 0.36 2 Produksi musim kemarau (kg

ha-1 8 bln-1) 3 234 2 376

3 Konsumsi lamtoro dari total ransum (%)

53 72

4 Rataan bobot badan sapi bali (kg)

226.99 178.46

5 Konsumsi lamtoro (kg e-1 hr-1) 3.88 3.85 6 Kapasitas tampung musim

kemarau (ST ha-1) 1.94 1.43

Produksi hijauan yang dihasilkan oleh kedua desa tidak berbeda jauh yaitu

Desa Oesena 3 234 kg ha-1 dan Desa Merbaun 2 376 kg ha-1 (Tabel 5). Produksi hijauan dan kapasitas tampung dihitung berdasarkan populasi lamtoro per hektar dengan jarak tanam lamtoro 2 x 2 m. Sehingga dalam satu hektar kebun lamtoro terdapat 2500 pohon lamtoro dengan frekuensi pemotongan sebanyak tiga kali pada musim kemarau.

Musim mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kebun lamtoro sehingga periode istirahat yang digunakan adalah 70 hari. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas tampung pada musim kemarau untuk Desa Oesena adalah 1.94 ST dan Desa Merbaun 1.43 ST.

Iklim dalam hal ini curah hujan merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang rendah dan tidak merata

Page 10: 3 HASIL DAN PEMBAHASAN · di sekitar rumah dijadikan pakan untuk sapi ... menggemukan 2-7 ekor ternak sapi bali. ... Konsentrat adalah bahan pakan tunggal atau campur dengan kandungan

14

serta musim hujan yang singkat membuat peternak mengalami kesulitan hijauan terutama pada musim kemarau. Selain iklim, topografi juga berpengaruh terhadap ketersediaan hijauan. Kemiringan berkaitan dengan pengelolaan lahan dan bahaya erosi serta elevasi berkaitan dengan suhu dan radiasi matahari.

4 SIMPULAN

Ketersediaan lamtoro sebagai pakan ternak sapi bali di kedua desa belum mencukupi kebutuhan ternak terlihat dari kebutuhan bahan kering yang tidak sesuai dengan standar kebutuhan bahan kering dan nilai kapasitas tampung yang rendah. Namun demikian penggunaan lamtoro sebagai pakan ternak sapi bali mampu memenuhi kebutuhan nutrien yaitu protein kasar sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi bali.