PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang Oleh AHMAD ALWANI NIM. 3351402068 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
86
Embed
27868095 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor Pada
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada
Universitas Negeri Semarang
Oleh
AHMAD ALWANI NIM. 3351402068
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skrpsi berjudul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor
Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang “ ini telah disetujui oleh
Pembimbing untuk diajukan kesidang panetia ujian skripsi pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 16 Februari 2007
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Asrori, MS Drs. Partono Thomas, MS NIP.131570078 NIP.131125640
Mengetahui :
Ketu Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman M. Si. NIP. 131967646
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan panetia sidang ujian skripsi Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 10 Maret 2007
Penguji Skripsi
Amir Mahmud S.Pd. M Si NIP. 132205936
Anggota I Anggota II
Drs. Asrosri, MS Drs. Partono Thomas, MS NIP.131570078 NIP. 1311125640
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M. Si NIP. 131967646
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakkan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Januari 2007
Ahmad Alwani NIM. 3351402068
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Cita-cita masa depan itu sesungguhnya dibangun berdasarkan pada
perjuangan yang dilakukan hari ini..........(Kahil Gibran)
Suatu keberhasilan hanya akan tercapai dengan adanya usaha, doa, serta
keyakinan pada diri sendiri......(IS)
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu: sesungguhnya Allah SWT bersama orang-orang yang sabar.
(QS. Al-Baqarah: 153)
Persembahan:
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan
pendidikan terbaik dalam hidupku
2. Keluarga besarku kakakku, adikku dan semua
saudara-saudaraku
3. Seseorang yang selalu kusayangi dan selalu
menyayangi aku.
4. Teman-temanku Purbo, Tio, Indra, Imam, Pak
Habib, Eunike. Terimakasih
5. Teman-teman Neo Tazkiya kost
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi saya dengan judul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja
Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang”.
Maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada jurusan
Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Dalam Menyusun Skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sudjiono Sastroadtmodjo, M. Si Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, dekan FE Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Sukirman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi FE Universitas Negeri
Semarang.
4. Drs. Asrori MS, Dosen Pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran
dalam memberikan bimbingan.
5. Drs. Partono Thomas MS, Dosem Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen, yang telaah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai
harganya selama belajar di Jurusan Akuntaansi.
vii
7. Bapak dan Ibunda tercinta serta Adik-Kakakku yang telaah memberikan
dorongan baik moril maupun spirituil untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-temanku semua dikelas akuntansi B angkatan 2002 yang telah
memberikan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.
9. Semua pihak yang terkait yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Ahirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus penulis berharaap skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan.
Semarang, Januari 2007
Penulis
viii
SARI
Ahmad Alwani, 2007. “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadaap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang ”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Kesadaran Diri, Pengaturan Diri, Motivasi, Empati, Keterampilan
Sosial, Kinerja Auditor
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya
kepada masyarakat umum tyerutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas seorang auditor adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang ditentukan IAI. Salah satu tanggung jawab auditor adalah menjaga mutu profesionalnya atau kinerjanya. Kinerja auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang sangat penting peranannya dalaam menentukan kinerja auditor adalah kecerdasan emosional auditor.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial secara simultan mempunyai pengaruh terhadap kinerja aauditor. (2) Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja aauditor. Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di kota Semarang. Sampel penelitian diambil dengan teknik Proportional Simpel Random Sampling, yang berjumlah 72 auditor. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial, sedangkan variabel dependennya adalah kinerja auditor. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik diskriptif dan statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh siknifikan terhadap kinerja auditor. Hasil secara parsial menunjukkan variabel kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh siknifikan terhadap kinerja auditor. Secara bersama-sama kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial memberikan sumbangan terhadap variabel terikat sebesar 77.5% sedangkan sisanya 22.5% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial baik secara simultan maupun secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mermanfaat bagi auditor maupun kantor akuntan publik. Para auditor diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan emosionalnya, karena dengan kemampuan emosional yang baik akan dapat
ix
meningkatkan kinerjanya sebagai seorang auditor. Demikian juga bagi kantor akuntan publik, dalam melakukan rekruitmen calon tenaga kerja hendaknya tidak menilai dari prestasi akademiknya saja melainkan perlu memperhatikan kemampuan emosional yang dimiliki calon karyawan tersebut.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
SARI.............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 7
Lampiran E Tabel Distribusi t dan F............................................................. 86
Lampiran F Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ekonomi UNNES ............... 87
Lampiran G Surat Keterangan Penelitian Dari KAP .................................... 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang sangat
penting berhubungan dengan tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh
auditor. Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas seorang akuntan publik adalah
memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu
entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan IAI. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor bertanggung jawab atas opini yang diberikan
terhadap laporan keuangan yang diterbitkan.
Dalam melaksanakan audit, profesi akuntan publik memperoleh
kepercayaan dari pihak klien dan pihak ketiga untuk mmembuktikan laporan
keuangan yang disajiakan oleh pihak klien. Pihak ketiga tersebut diantaranya
manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan masyarakat yang
mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit.
Sehubungan dengan kepercayaan yang telah diberikan kepada akuntan publik,
maka auditor dituntut untuk dapat memberikan kepercayaan tersebut.
Kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan menunjukkan suatu kinerja
yang profesional. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik,
2
maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar
audit yang ditetapkan oleh IAI.
Menurut Mulyadi Dan Kanaka dalam Surya dan Hananto (2004:34), ada
dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh akuntan publik dalam menjalankan
pekerjaan profesionalnya, yaitu pertama, menjaga kerahasiaan informasi yang
diperolah dalam melaksanakan tugasnya. Informasi yang diperoleh akuntan publik
selama ia menjalankan pekerjaannya tidak boleh diungkapkan oleh pihak ketiga,
kecuali atas ijin kliennya. Namun jika hukum atau negara menghendaki akuntan
publik mengungkapkan informasi yang diperolehnya selama penugasannya,
akuntan publik berkewajiban untuk mengungkapkan informasi tersebut tanpa
harus mendapatkan persetujuan dari kliennya. Tanggung jawab yang kedua yaitu
menjaga mutu profesionalnya. Setiap akuntan publik harus bisa
mempertanggungjawabkan mutu pekerjaan atau pekerjaan lain pada saat yang
bersamaan, yang bisa menyebabkan penyimpangan obyektivitas atau ketidak
konsistenan dalam pekerjaannya.
Akhir-akhir ini muncul issue yang sangat menarik yaitu pelanggaran etika
oleh akuntan baik ditingkat nasional maupun internasional. Di Indonesia issue ini
berkembang seiringa dengan adanya pelanggaran etika baik yang dilakukan oleh
akuntan pubik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Contoh kasus ini
adalah pelanggaran yang melanda perbankkan Indonesia sekitar tahun 2002.
Banyak bank yang dinyatakan sehat oleh akuntan publik atas audit laporan
keuangan berdasar Standar Akuntansi Perbankkan Indonesia. Ternyata sebagian
bank tersebut kondisinya tidak sehat. Kasus lainnya adalah rekayasa atas laporan
3
keuangan yang dilakukan oleh auditor intern yang banyak dilakukan sejumlah
perusahaan Go Public (Winarna dan retnowati, 2004:839).
Selain fenomena diatas kinerja auditor juga tengah mendapat sorotan dari
masyarakat banyak. Seperti kasus penyuapan yang telah dilakukan oleh pejabat
KPU yaitu Mulyana W Kusuma kepada Khairiansah yang merupakan salah satu
pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Mulyana tertangkap basah oleh
seorang petugas KPK membawa sejumlah uang yang diduga akan digunakan
untuk menyuap Khaeriansah yang menjadi auditor dalam pemeriksaan keuangan
di KPU. Dengan adanya kejadian tersebut Khaeriansah mendapat penghargaan
Integrity Aword dari Berlin Jerman. Namun disatu sisi ternyata oleh penyidik
kasus korupsi Dana Abadi Umaat (DAU) di Departeman Agama, Khaeriansah
dinyatakan ikut menikmati Dana Abadi Umat (DAU). Dengan fenomena kinerja
tersebut dapat dikatakan lembaga-lembaga fungsional pemeriksa keuangan negara
seperti BPK dan BPKP sudah tidak memadai lagi untuk menjalankan fungsinya
sebagi Control And Audit Buggetting. Pamor lembaga ini akan kian memudar
sebagai lembaga yang bertugas mengamankan dan menyelamatkan keuangan
negara dari penyalahgunaan.
Setiap manusia ingin berprestasi dalam segala hal, tidak terkecuali
berprestasi dalam pekerjaan. Saat ini keberhasilan kerja seseorang tidak ditunjang
oleh kemampuan intelektual semata, namun juga didukung oleh kemampuan
penyesuaian emosi dalam berhubungan dengan seseorang. Sebagian masyarakat
beranggapan bahwa Intelektual Quotient (IQ) menentukan keberhasilan
seseorang. Masyarakat beranggapan bahwa semakin tinggi IQ seseorang semakin
4
berhasil orang tersebut dalam pekerjaannya. Namun kenyataannya tidak demikian,
IQ hanya memberikan kontribusi 20% dalam menentukan keberhasilaan hidup
seseorang dan 80% lainnya ditentukan oleh faktor lain. Faktor inilah yang disebut
kecerdasan emosional (EQ).
Aturan bekerja sekarang ini tengah berubah, seseorang dinilai tidak hanya
berdasarkan tingkat kepribadian atau berdasarkan tingkat penilaian dan
pengalaman tetapi juga berdasarkan seberapa baik seseorang mengelola diri
sendiri dan orang lain Goleman dalam Sayogya (2004:2). Sebagai seorang auditor,
pendidikan dan pengalaman dapat meningkatkan kompetensinya, namun dalam
berhubungan dengan pihak lain (auditee) seorang auditor selain harus memiliki
kemampuan intelektual juga harus memiliki kemampuan organisasional,
interpersonal dan sikap dalam berkarir dilingkungan yang selalu berubah. Dalam
meningkatkan profesionalisme seorang auditor harus terlebih dahulu memahami
dirinya sendiri dan tugas yang akan dilaksanakan serta selalu meningkatkan dan
mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan auditee, (Tantina 2003:2).
McClelland dalam (Golemen 2001:25) menyatakan bahwa kemampuan
akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak
memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi
sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya McClelland menyatakan bahwa
seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu
membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja.
Goleman (2001) menyatakan bahwa peran IQ dalam keberhasilan didunia kerja
5
hanya menempati posisi kedua setelah kecerdasan emosi dalam menentukan
prestasi puncak dalam perkerjaannya.
Goleman (2001:513) membagi kecerdasan emosional yang dapat
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja kedalam 5 bagiaan utama
yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
Seseorang dengan kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik,
kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena mampu menguasai
kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitas (Widagdo, 2001:15).
Dalam lingkungan dunia usaha yang kompetitif, kecerdasan emosional
dapat berpengaruh terhadap kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.
Kecerdasan emosional sebagai salah satu faktor penting yang membentuk
tercapainya tujuan perusahaan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja yang profesional (Sayogya, 2004:3).
EQ berarti menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan,
membangun hubungan kerja yaang produktif dan meraih keberhasilan ditempat
kerja. Karena bukan IQ saja yang membuat orang berhasil, maka perlu menelusuri
kecerdasan emosional karyawan suatu organisasi.
Penelitian mengenai kecerdasan emosional sebelumnya telah dilakukan oleh
Sayogya (2004). Penelitian tersebut mengkaji pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi kerja auditor. Hasil penelitian itu menemukan pengaruh
kecerdasan emosionel terhadap prestasi kerja auditor. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Suryati dan Ika (2004) mengenai pengaruh kecerdasan emosional
terhap tingkat pemahaman akuntansi menemukan bahwa kecerdasan emosional
6
yang diukur dengan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan
keterampilan sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Hasil tersebut sangat kontradiktif dengan teori Goleman. Penelitian Goleman
mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) menyumbang kira-kira 20%
bagi faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup, sedang 80% lainnya
dipengaruhi oleh kekuatan lain termasuk kecerdasan emosional (EQ).
Dengan kecerdasan emosional yang baik, seseorang dapat berbuat tegas
mampu membuat keputusan yang baik walaupun dalam keadaan tertekan. Selain
itu dengan kecerdasan emosional, seseorang juga dapat menunjukkan
integritasnya. Orang dengan kecerdasan emosional yang baik mampu berfikir
jernih walaupun dalam tekanan, bertindak sesuai etika, berpegang pada prinsip
dan memiliki dorongan berprestasi. Selain itu orang yang memiliki kecerdasan
emosional mampu memahami persepektif atau pandangan orang lain dan dapat
mengembangkan hubungan yang dapat dipercaya.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor pada Kantor
Akuntan Publik di Kota Semarang “ .
1.2 Rumusan Masalah
Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional terdiri dari 5 komponen
yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
Orang yang memiliki kecakapan emosional mampu mengetahui dan menangani
7
perasaan mereka sendiri dengan baik, dan mampu membaca serta menghadapi
perasaan orang lain dengan efektif. Orang tersebut memiliki keuntungan dalam
setiap bidang kehidupan yang baik dalam hubungan pribadi maupun politik
organisasi (Surya dan Hananto, 2004:34). Dengan kecerdasan emosional yang
baik, seseorang dapat berbuat tegas mampu membuat keputusan yang baik
walaupun dalam keadaan tertekan. Orang dengan kecerdasan emosional yang baik
mampu berfikir jernih walaupun dalam tekanan, bertindak siesuai etika,
berpegang pada prinsip dan memiliki dorongan berprestasi. Selain itu orang yang
memiliki kecerdasan emosional mampu memahami persepektif atau pandangan
orang lain dan dapat mengembangkan hubungan yang dapat dipercaya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
keterampilan sosial secara simultan berpengaruh terhadap kinerja
auditor?
2. Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
keterampilan sosial secara parsial berpengaruh terhadap kinerja auditor?
1.3 Penegasan Istilah
Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti serta untuk
menyamakan persepsi terhadap judul ini, perlu dijelaskan pengertian dari istilah-
istilah yang akan digunakan, yaitu :
1. Kecerdasan emosional
8
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan menelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain (Goleman, 2001:512)
Keserdasan emosi tidak hanya berarti bersikap ramah melainkan bersikap
tegar walaupun tidak menyenangkan dan mengungkapkan kebenaran yang selama
ini dihindari. Selain itu kecerdasan emosional bukan berarti memberi kebebasan
kepada perasaan untuk berkuasa melainkan mengelola perasaan sehingga
terekspresikan secara tetap dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama
dengan lancar menuju sasaran bersama. Goleman membagi kecerdasan emosional
kedalam 5 (lima) komponen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
empati dan keterampilan sosial.
1.1 Kesadaran diri
Menurut Goleman (2001:513), kesadaran diri adalah mengetahui apa
yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti
menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan
diri yang kuat.
1.2 Pengaturan diri
Menurut Goleman (2001:514) pengaturan diri adalah menguasai emosi
diri sedemikian sehingga berdampak positif, kepada pelaksanaan tugas, peka
terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya
sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
1.3 Motivasi
9
Menurut Goleman (2001:514) motivasi adalah menggunakan hasrat
yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju
sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak
sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
1.4 Empati
Menurut Goleman (2001:514) empati adalah merasakan yang dirasakan
orang lain, mampu memahami persepektif orang lain, menumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam
orang .
1.5 Keterampilan sosial
Menurut Goleman (2001:514) keterampilan sosial berarti menangani
emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat
membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawaroh dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan
bekerja dalam tim.
2. Kinerja Auditor
Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai serta merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta ( Stolovic
dan keeps,1992 dalam Veithzal 2002:87). Kinerja diukur dengan instrumen yang
dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara
umum, selanjutnya diterjemahkan kedalam penilaian prilaku secara mendasar,
meliputi : (I) kualitas kerja, (II) kuantitas kerja, (III) pengetahuan tentang
10
pekerjaan, (IV) pendapat atau pernyataan yang disimpulkan, (V) perencanaan
kerja.
1.4 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kesadaran diri, pengaturan
diri, motivasi, empatidan keterampilan sosial secara simultan terhadap
kinerja auditor.
2. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kesadaran diri, pengaturan
diri, motivasi, empatidan keterampilan sosial secara parsial terhadap
kinerja auditor.
1.4.2 Kegunaan Kenelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademik
a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi
sumbangan data empiris bagi pembangunan ilmu pengetahuan
terutama ilmu ekonomi dan manfaatnya bagi lembaga akademik
b. Sebagai informasi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kecerdasan
emosional.
2. Manfaat Praktis
11
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris ada tidaknya
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan
publik di kota Semarang, sehingga pada hakekatnya penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan bagi auditor independen dalam meningkatkan
kinerjanya. Dimana faktor kecerdasan emosional menjadi hal yang harus
diperhatikan oleh auditor dalam upaya meningkatkan kinerjanya sehingga
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap auditor independen semakin lebih
besar. Penelitian ini juga diaharapkan kontribusi praktis untuk organisasi
terutama Kantor Akuntan Publik dalam mengelola sumber daya manusia.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Kecerdasan Emosional
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mendefinisikan emosi
sebagai keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti
sedih, luapan perasan yang berkembang dan surut dalam waktu cepat. Emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khasnya, suatu keadaan
yang biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi.
Menurut Goleman (2001:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan
untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri
dan mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan
ini saling melengkapi dan berbeda dengan kemampuan akademik murni, yaitu
kemampuan kogniktif murni yang diukur dengan Intelectual Quetient (IQ).
Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998), kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan
ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Salovely dan
Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu
untuk memandu pikiran dan tindakan. Temuan beberapa peneliti, seperti David
Wechsler dalam Suryanti dan Ika (2003:1075), mendefinisikan kecerdasan
sebagai keseluruhan kemampuan seseorang untuk bertindak bertujuan, untuk
12
13
berfikir rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungannya yang efektif.
Aspek-aspek yang terkait dalam afeksi dan personal dan faktor sosial. Temuan
Wechsler ini mendefinisikan, selain aspek kognisi, aspek kognisi juga
berpengaruh dalam mencapai keberhasilan hidup. Kematangan dan kedewasaan
menunjukkan kecerdasan dalam hal emosi. Mayer dalam Goleman
menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia dan
pengalaman dari kanak-kanak hingga dewasa, lebih penting lagi bahwa
kecerdasan emosional dapat dipelajari.
Selanjutnya menurut Howes dan Herald dalam Surya dan Hananto,
(2004:34) mengatakan pada intinya, kecerdasan emosional merupakan komponen
yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri
yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati,
kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih
utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Komponen kecerdasan emosional :
Istilah “Kecerdsan Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990
oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan Jhon Meyer dari
University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas
emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan (Suryanti dan Ika
2004:262). Kualitas-kualitas itu antara lain : empati (kepedulian), mengungkapkan
dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan
14
menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
ketekunan kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.
Steiner dalam Trisnawati dan Suryaningsum menyatakan bahwa kecerdasan
emosional mencakup lima komponen, yaitu mengetahui perasaan sendiri,
memiliki empati, belajar mengatur emosi-emosi sendiri, memperbaiki kerusakan
sosial, dan interaktivitas emosional. Cooper dan Sawaf dalam Trisnawati dan
Suryaningsum (2003:1075) merumuskan kecerdasan emosional sebagai sebuah
titik awal model empat batu penjuru, yang terdiri dari kesadaran emosi,
kebugaran emosi, kedalaman emosi dan alkimia emosi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional adalah seperangkat kemampuan untuk mengenal, memahami perasaan
diri sendiri dan orang lain serta mampu menggunakan perasaan itu untuk
memandu pikiran dalam bertindak.
Goleman secara garis besar membagi dua kecerdasan emosional yaitu
kompetensi personal yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri
dan kompetensi sosial yang terdiri dari empati dan keterampilan sosial. Dalam
penelitian ini komponen kecerdasan emosional yang digunakan adalah komponen
kecerdasan emosional menurut Goleman.
2.1.1.1 Kesadaran Diri
Kesadaran diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional yaitu
merupakan kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.
Menurut Goleman (2001:513), kesadaranan diri adalah mengetahui apa yang
15
dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak
ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Ajaran
Socrates, kenalilah dirimu menunjukkan inti kecerdasan emosional, kesadaran
akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul (Suryanti dan Ika 264).
Hautman dalam Suryanti dan Ika (2004:264) menyatakan bahwa saat kita
semakin mengenal diri kita, kita akan lebih memahami apa yang kita rasakan
dan lakukan. Pemahaman itu akan memberi kita kesempatan atau kebebasan
untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita dan
menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita
untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan tindakan (Suryanti dan Ika,
2004:264). Manajer yang mempertahankan tingkat kesadaran yang tinggi
memiliki lebih banyak aspek EQ dan dinilai lebih efektif oleh atasan dan
supordinat dari pada mereka yang tidak sadar diri Harvard Business Review
dalam Suryati dan Ika (2004:265).
Mengetahui kekuatan dan kelemahan, dan menjalankan tugas sesuai
dengan itu, adalah kecakapan yang hampir selalu dijumpai pada setiap diri
seorang bintang kinerja dalam sebuah studi terhadap beberapa ratus pekerja
terpelajar dalam hal ini ilmuan komputer, auditor dan sebagainya diperusahaan-
perusahaan termasuk AT&T dan 3M. Kelly dalam Goleman (2001:106), yang
melakukan setudy itu bersama Caplan menemukan bahwa para bintang
mengenal diri sendiri dengan baik.
16
2.1.1.2 Pengaturan Diri
Menurut Goleman (2001:514) mendefinisikan pengaturan diri dengan
menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan
emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat adalah
kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri, Gibbs dalam Suryati dan Ika
(2004:265).
Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi. Emosi yang berlebihan dapat mengoyak
kesetabilan seseorang. Aristoteles dalam Nicomachean Ethnic menulis siapapun
bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan
kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan
cara yang baik, bukanlah hal yang mudah.
Davidson dalam Goleman menemukan bahwa orang yang tangguh sudah
memulai menghambat rasa tertekan selama situasi stres berlangsung. Mereka
adalah orang-orang yang optimistik dan berorientasi pada tindakan. Jika ada
orang yang kurang beres dalam hidup mereka, mereka langsung berfikir
bagaimana cara memperbaikinya.
2.1.1.3 Motivasi
Motivasi berarti menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan
17
menghadapi kegagalan dan frustasi (Goleman 2001:514). Motivasi yang paling
ampuh adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, Condry dan
Chambers dalam Suryani dan Ika (2004, :266).
Pencapaian keberhasilan menuntut dorongan untuk berprestasi. Studi-
studi yang membandingkan para bintang kinerja ditingkat eksekutif dengan
rekan-rekannya yang berprestasi bisa menemukan bahwa bintang tersebut
menunjukkan ciri-ciri kecakapan peraihan prestasi sebagai berikut : mereka
berbicara mengenai resiko dan lebih berani menanggung resiko yang telah
diperhitungkan. Mereka mendesakkan dan mendukung inovasi-inovasi baru dan
menetapkan sasaran-sasaran yang menantang bagi para bawahan mereka.
Mereka tidak ragu-ragu memberikan dukungan bagi gagasan-gagasan
enterpreneurial yang dicetuskan orang lain. Kebutuhan berprestasi adalah
kecakapan yang paling kuat satu-satunya yang membedakan eksekutif bintang
dari para eksekutif biasa.
2.1.1.4 Empati
Kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana
perasaan orang lain, mampu memahami persepektif mereka, mnumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam
orang (Goleman, 2001:514). Meltzoff dalam Suryani dan Ika, (2004:267)
menyatakan bahwa empati telah ada saat kita berusia tiga tahun. Ini dapat
dihubungkan dengan gerakan meniru yang dilakukan bayi pada usia dini.
18
Emosi jarang diungkapkan dengan kata-kata, tetapi emosi jauh lebih
sering diungkapkan melalui hasrat. Kunci untuk memahami perasaan orang lain
adalah mampu membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik,
ekspresi wajah dan sebagainya. Manfaat dari mampu membaca perasaan dari
isyarat nonverbal mencakup lebih pandai menyesuaikan diri secara emosional,
lebih populer, lebih mudah bergaul dan mungkin tidak mengherankan lebih
peka.
Hein dalam Suryani dan Ika, (2004:267) menyatakan bahwa empati yang
lebih tinggi memberikan kita lebih banyak informasi yang kita dapat mengenai
sesuatu, kita akan semakin memahaminya. Hein menyimpulkan bahwa
sensitivitas emosional dan kesadaran yang lebih tinggi meningkatkan tingkat
empati yang kemudian akan memimpin kepada tingkat pemahaman yang lebih
tinggi.
2.1.1.5 Keterampilan Sosial
Menurut Goleman (2001:514) keterampilan sosial berarti menangani
emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat
membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
keteraampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan
bekerja dalam tim. Keterampilan sosial merupakan aspek yang paling penting
dalam Emotional Intellegence. Keterampilan sosial bisa diperolah dengan
banyak berlatih.
19
Salah satu kunci keterampilan sosial adalah seberapa baik atau buruk
seseorang mengungkapan perasaan sendiri. Oleh sebab itu, untuk dapat
menguasai keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain (keterampilan
sosial) dibutuhkan kematangan dua keterampilan emosional yang lain, yaitu
pengendalian diri dan empati. Salah satu penyebab kegagalan orang pintar
dalam wawancara dan survei yang dilakukan pada 200 orang pintar di Amerika
adalah kurang keterampilan sosial (Suryanti dan Ika, 2004:268).
Orang yang cerdas secara sosial seolah-olah mampu membaca orang
dengan akurat. Dan bisa mengetahui persis apa isi hati, suasana hati dan
keinginan orang lain. Karena itu ia dengan mudah menyesuaikan diri,
mengambil hati, mempengaruhi, dan termasuk memimpin orang lain. Konflik
antar pribadi, pertengkaran, ketidak harmonisan hubungan, dan semacamnya,
banyak berpangkal pada kecerdasan sosial yang bersangkutan, Sinamo, dalam
Suryani dan Ika (2004:268).
Hatch dan Gardner dalam Suryanti dan Ika (2004:268) mengungkapkan
bahwa orang-orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin
hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka terhadap reaksi dan
perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir dan pintar menangani
perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.
2.1.2 Kinerja Auditor
Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai serta merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta Stolovic
dan Keeps dalam Veithzal (2002:87).
20
Menurut Seymour dalam Yetti, (2005:18) kinerja merupakan tindakan-
tindakan atau pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang dapat diukur. Kinrja diukur
dengan instrumen yang dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam
ukuran kinerja secara umum, selanjutnya diterjemahkan kedalam penilaian prilaku
secara mendasar, meliputi : (I) kualitas kerja, (II) kuantitas kerja, (III)
pengetahuan tentang pekerjaan, (IV) pendapat atau pernyataan yang disimpulkan,
(V) perencanaan kerja. Menurut Muekijat dalam Yetti (2004), kinerja adalah hasil
kerja yang dicapai oleh seseorang kariawan dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
Menurut Irving dalam Surya dan Hananto (2004:35), komponen penting
untuk melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas kinerja
individu. Ia dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan kulaitas output yang
dihasilkan dari serangkaian tugas yang harus dilakukannya.
Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini kariawan bisa belajar
seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informa, seperti komentar yang baik
dari mitra kerja. Namun demikian penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem
formal dan tersetruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat
yang berkaitan dengan pekerjaan, prilaku dan hasil termasuk tingkat kehadiran
(Schuler dalam Nugroho, 2005:18). Fokus penilaian kerja adalah untuk
mengetahui seberapa produktif seorang kariawan dan apakah ia bisa berkinerja
sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang.
21
Dari beberapa konsep kinerja penulis menggunakan atau mengacu pada
konsep kinerja yang ditulis Muekijat (1989:20) sebagai acuan penelitian karena
dalam hal ini seorang auditor bertugas untuk menilai atau memberikan pernyataan
tentang wajar atau tidaknya suatu laporan keuangan yang mereka audit.
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan menelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain (Goleman, 2001:512).
Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang
dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai kesadaran diri akan
mengetahui kemampuan, kekuatan dan batas-batas diri sendiri. Kesadaran diri
menawarkan pedoman yang pasti untuk menjaga keputusan-keputusan karier kita
tetap selaras dengan nilai-nilai kita yang paling dalam sehingga akan berdampak
pada kinerja (Goleman 2001:92). Dengan kesadaran diri yang baik, seorang
auditor dapat tampil dengan keyakinan diri, sehingga dapat berbuat tegas dan
mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan
tertekan (Goleman 2001: 107). Dengan kesadaran diri yang baik itu auditor dapat
bekerja dengan profesional. Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa
kesadaran diri dapat mempengaruhi kinerja auditor.
Pengaturan diri merupakan kemampuan untuk menangani emosi
sedemikian sehingga berdampak positif pada pelakanaan tugas, peka terhadap
kata hati, dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sasaran.
22
Seorang auditor yang mempunyai penaturan diri yang baik akan memiliki rasa
tanggung jawab atas kinerja pribadi dan mempunyai keluwesan dalam
menghadapi berbagai perubahan (Goleman 2001:130). Selain itu orang dengan
pengaturan diri mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan
informasi-informasi baru. Dengan pengaturan diri seseorang akan memiliki
integritas yang tinggi, bersikap terbuka, jujur dan konsisten sehingga
mengantarkan seseorang menjadi bintang kinerja dalam bidang apapun (Goleman
2001:144). Dengan pengaturan diri, auditor akan memenuhi komitmen tetap
teguh, tetap positif, tidak goyah serta dapat berfikir jernih dan tetap fokus
meskipun dalam tekanan (Goleman 2001 :131). Salah satu ciri auditor unggulan
adalah sifat tidak mudah diintimidasi atau ditekan (Goleman 2001:109).
Berdasarkan uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa pengaturan diri
berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Motivasi berarti menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi
kegagalan dan frustasi. Dengan motivasi seseorang akan memiliki dorongan untuk
berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme
yang tinggi (Goleman 2001:181). Auditor yang memiliki motivasi yang baik akan
mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi
standar, mampu menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan
keputusan, serta tidak takut gagal dan memandang kegagalan sebagai situasi yang
dapat dikendalaikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi(Goleman 2001:196).
23
Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa motivasi diri dapat mempengaruhi
kinerja auditor.
Empati merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan
orang lain, mampu memahami persepektif mereka, menumbuhkan hubungan
saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Dengan
berempati seseorang dapat menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap
persepektif orang serta mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan
perkembangan orang lain(Goleman 2001:220). Auditor yang mempunyai empati
yang baik akan mampu memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan mencari
berbagai cara untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan. Serta dapat memahami
beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan kelompok dan memandang
keragaman keragaman sebagai peluang menciptakan lingkungan yang
memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda-beda (Goleman
2001:248). Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa empati berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Keterampilan sosial berarti menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan
sosial, berinteraksi dengan lancar, mmenggunakan keteraampilan-keterampilan
inin untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawaroh dan menyelesaikan
perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Seseorang yang
memiliki keterampilan sosial mampu berkomunikasi untuk menyampaikan
sesuatu yang jelas dan meyakinkan dan memiliki jiwa kepemimpinan untuk
membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain. Dengan
24
keterampilan sosial yang baik, auditor akan dapat bernegosiasi dalam
memecahkan suatu masalah atau pemecahan silang pendapat (Goleman
2001:333). Selain itu mampu menciptakan sinergi kelompok dan dapat bekerja
sama dengan orang lain demi tujuan bersama (Goleman 2001:342). Berdasarkan
uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa keterampilan sosial dapat
mempengaruhi kinerja auditor.
Dengan kemampuan emosional yang berkembang baik, seseorang
kemungkinan besar ia akan berhasil dan bahagia dalam kehidupannya karena ia
menguasai kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitasnya. Sedangkan
orang yang tidak dapat mengendalikan kehidupan emosionalnya, ia akan
mengalami pertarungan batin, yang merampas kemampuan mereka dalam
memusatkan perhatian pada pekerjaan dan berfikir yang jernih (Widagdo,
2001:15).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan
emosional memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan kerangka pemikiran teoritis sebagai
berikut :
25
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kecerdasan Emosional Auditor
2.3 Hipotesis
Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan diatas, serta dari hasil
penelitian–penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
(H1) Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
(H2) Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Kinerja Auditor
(Y)
Kesadaran Diri (X1)
Pengaturan Diri (X2)
Motivasi (X3)
Empati (X4)
Keterampilan Sosial (X5)
26
BAB III
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantor akuntan
publik disingkat KAP, yaitu suatu badan usaha yang telah mendapatkan ijin
dari menteri keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi
akuntan publik dalam memberikan jasanya. Sedangkan akuntan publik adalah
akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan atau pejabat yang
berwenang untuk memberikan jasanya.
Kantor Akuntan Publik dalam pekerjaannya memberikan beberapa jasa
yang disebut dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa audit tersebut yaitu :
1. Jasa Audit Laporan Keuangan
Dalam kapasitasnya sebagai auditor indepanden, kantor akuntan publik
melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan pernyataan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.
2. Jasa Audit Khusus
Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan
tertentu yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati
bersama, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis
akuntansi yang komperhensif, dan audit atas informasi keuangan untuk
tujuan tertentu.
28
3. Jasa Atestasi
Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu
kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung
jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur yang
disepakati bersama.
4. Jasa Review Laporan Keuangan
Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat
modifikasi material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi
komperhensif lainnya.
5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan
Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data
keuangan serta informasi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas
tertentu.
6. Jasa Konsultasi
Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan
kompetensi akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak
manajemen, perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan
rekruitmen pegawai sampai memberikan jasa konsultasi lainnya.
29
7. Jasa Perpajakan
Jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan,
perencanaan pajak, review jenis pajak, pengisian SPT dan penyelesaian
masalah perpajakan.
Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk perseroan terbatas (PT) dan
persekutuan dimana beberapa akuntan pulik bergabung untuk menjalankan
usahanya bersama-sama sebagai sekutu atau rekan (patner). Selain itu KAP
dapat juga berbentuk koperasi jasa audit yang hanya memberikan jasanya pada
koperasi saja. Struktur keorganisasian dalam KAP sebagai berikut :
1. Rekan atau Patner, yaitu rekan pimpinan dan rekan yang menduduki jabatan
tertinggi dalam KAP. Tugasnya bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap pekerjaan yang ditangani oleh KAP.
2. Manajer, yaitu pengawas pemeriksa, koordinator dari akuntan senior.
Tugasnya mereview program audit, mereviw kertas kerja, laporan audit dan
manajemen letter.
3. Akuntan senior atau koordinator akuntan yunior, yaitu akuntan perencana
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan. Tugasnya
mengarahkan dan mereview pekerjaan akuntan yunior.
4. Akuntan yunior atau asisten akuntan, yaitu pelaksana prosedur pemeriksaan
secara rinci sesuai dengan pengarahan dari akuntan senior. Tugasnya
membuat kertas kerja.
4.2 Diskripsi Responden
Diskripsi profil responden terdiri dari jenis kelamin, gelar atau tingkat
pendidikan yang dicapai serta lamanya bekerja dalam KAP. Hal tersebut
30
dimaksudkan untuk menjalaskan latar belakang responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini.
Akuntan publik yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 28
pria atau (38,8%) dan 44 wanita atau (61,2%). Berdaarkan tingkat pendidikan
yang dicapai yaitu D3 sebanyak 22 responden arau (30,6%), S1 sebanyak 41
responden atau (56,9%) dan S2 sebanyak 9 responden atau (12,5%). Berikut tabel
yang menunjukan profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini :
Tabel 4.1 Profil Responden (N=72) Keterangan Jumlah Prosentase
Jenis Kelamin
a. Pria
b. Wanita
Tingkat pendidikan
a. D3
b. S1
c. S2
Lama bekerja dalam KAP
a. 1-5 tahun
b. 6-10 tahun
c. diatas 11 tahun
28
44
22
41
9
42
22
8
38,8%
61,2%
30,6%
56,9%
12,5%
58,3%
30,5%
11,1%
Sumber : Data yang diolah
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 85 kuesioner secara
langsung kepada KAP yang berada diwilayah kota semarang. Penelitian sejak
tanggal pengiriman dan pengumpulan data berlangsung selama 1 bulan. Data
kuesioner yang diperoleh sebanyak 72 kuesioner dari 85 kuesioner yang
disebarkan. Berikut tabel mengenai pengiriman dan pengembalian kuesioner
dalam penelitian ini.
31
Tabel 4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian Keteraangan Jumlah Prosentase
Total kuesioner yang dibagikan 85 100% Total kuesioner yang tidak kembali 6 7,1% Total kuesioner yang tidak lengkap 7 8,2% Total kuesioner yang dapat digunakan 72 84,7% Total kuesioner yang tidak dapat digunakan 7 8,2% Total kuesioner yang diterima tepat waktu 72 84,7% Total kuesioner yang diterima tidak tepat waktu 7 8,2%
Sumber : Data yang diolah
4.3. Diskripsi Variabel Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati
dan keterampilan sosial terhadap kinerja auditor di kota Semarang peneliti
menggunakan analisis diskriptif prosentase. Adapun hasil perhitungan dari
analisis diskriptif prosentase untuk tiap variabel sebagai berikut :
1.Kesadaran Diri
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai kesadaran diri auditor,
seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Kesadaran diri auditor Kategori Jawaban Indikator Items Ket.
Cooper R K dan Sawaf. A.1998 : Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : Gramedia Effendi, Willy. 2004 : Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman dan Kompleksitas
Tugas Terhadap Kinerja Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan)
Ferdinand, Agusty. 2002 : Structural aquation modeling dalam penelitian
manajemen : aplikasi model-model rumit dalam enelitian untuk tesis magister dan disertasi doktor. BP UNDIP.
Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex
Tri Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Ghozali, Imam. 2005 : Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 3,
Semarang : Badan Penerbit UNDIP Mulyadi. 2002 : Auditing. Cetakan pertama Maret 2002. Jakarta : Salemba Empat Retnowati, Winarna. 2003. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik dan
Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Surabaya: Simposium Nasional Akuntansi VI Hal. 839-847.
Rivai, Veithzal H. 2002 : Bagaimana Meningkatkan Kinerja Kariawan Bank :
Survei pada Bank BNI dan Bank Mandiri. Jurnal Ekonomi Perusahaan Vol.10 No.2 Juni 2002 : hal 85-99.
Sayogya, Nataline. 2004: Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi
Kerja Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan).
Supramono, Utami, Intiyas. 2003: Desain Proposal Penelitian, studi akuntansi
dan keuangan. Salatiga : Fakultas ekonomi, UKSW Pres.
64
Surya R, dan Hananto S T. 2004 : Pengaruh Emotioanal Quotient Auditor terhadap kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik. Persepektif, Vol. 9, No. 1, Juni 2004: hal 33 – 40.
Suryati P, dan Ika N P. 2004: Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Vol. 2, September 2004: hal 260 – 281.
Tantina, Yetti. 2004 : Pengaruh Kepuasan Kerja, Kemampuan Auditor dan
Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Auditor di Semarang . Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan)
Trisnawati Eka II, dan Suryaningsum, Sri. 2003: Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya :Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik
Widagdo, Badjoeri, Ph.D. 2001: Kecerdasan Emosi. Manajemen, Juni 2001.