Pendekatan Nyeri Perut Akut Pada Anak Dalam Praktek Sehari
hari
Pendekatan Nyeri Perut Akut Pada Anak Dalam Praktek Sehari
hariVirza Ch Latuconsina - 07120090054
BAB IPENDAHULUAN
Nyeri perut pada anak merupakan gejala umum yang sering dijumpai
dalam praktek sehari hari, yang bervariasi dari yang paling ringan
hingga yang paling berat. Tidak semua nyeri perut berpangkal dari
lesi yang ada dalam abdomen, melainkan dapat pula berasal dari
daerah di luar abdomen. Lokasi nyeri perut dapat terlokalisir di
suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut, bahkan dapat
menjalar ke tempat lain. Rasa nyeri dapat pula hanya berupa nyeri
tumpul (dull pain), ditusuk-tusuk atau di sayat-sayat, dan dapat
pula seperti dililit (kolik).1Secara individual setiap anak
memiliki toleransi yang berbeda terhadap nyeri perut oleh karena
itu nyeri abdomen harus ditanggapi walaupun penyebab yang pasti
sulit diketahui. Sifat dan tempat lesi yang menimbulkan nyeri
biasanya dapat ditentukan dari deskripsi klinis rasa nyeri didalam
perut.Sebagian kasus yang disebabkan oleh gangguan organ datang
dalam keadaan akut dan memerlukan pembedahan. Disamping nyeri perut
akut dikenal pula nyeri perut berulang.1Nyeri perut berulang pada
anak sering dihadapi oleh dokter umum, spesialis &
subspesialis. Nyeri perut berulang didefinisikan oleh American
Academy of Pedaitrics tahun 2005 sebagai nyeri perut intermiten
atau konstan yang fungsional atau organik.2 Nyeri perut berulang
pada anak bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu entitas
klinis yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit.3 Penyebabnya
dapat merupakan kelainan organik ataupun non-organik.3 Empat puluh
tahun yang lalu, Apley & Naish berdasarkan penelititannya pada
1000 anak usia sekolah memperkenalkan definisi nyeri perut berulang
sebagai nyeri perut yang berlangsung sedikitnya sekali dalam
sebulan selama 3 bulan berturut-turut dan cukup berat.3 Penelitian
Apley mendapatkan bahwa sebagian besar kasus nyeri perut berulang
disebabkan oleh kelainan non-organik, dan hanya 5% kasus yang
disebabkan leh kelainan organik.3Nyeri perut berulang pada anak
anak menimbulkan kecemasan yang signifikan pada pasien dan
keluarganya. Hal ini pula dapat mengganggu efek kehadiran di
sekolah, prestasi akademik dan interaksi antara teman sebaya.2
BAB IIPEMBAHASAN
A. DEFINISINyeri perut berulang didefinisikan pertama kali oleh
Apley pada tahun 1958 sebagai serangan nyeri perut yang timbul
sekurang-kurangnya 3 kali dalam jangka waktu 3 bulan berturut-turut
dan mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari.4 Definisi ini
terus berkembang dan mengalami perubahan. Definisi nyeri perut
berulang sulit untuk ditentukan karena kelainannya meliputi
kelainan organik dan non-organik yang diantaranya kelainan
fungsional.5 Membedakan antara kelainan organik dengan non-organik
(fungsional) sebagai penyebab sangat sulit untuk dilakukan pada
anak.5 Pada beberapa anak, nyeri yang timbul bisa terjadi setiap
hari dan pada beberapa anak lainnya timbul secara episodik.1
B. EPIDEMIOLOGIPrevalensi pasti nyeri perut berulang (kronik)
tidak diketahui. Namun diketahui 13-17% dari populasi anak
mengalami nyeri perut berulang (kronik) & merupakan 2-4% dari
kunjungan ke dokter anak.2,3Nyeri perut berulang dilaporkan terjadi
pada 10-12% anak usia sekolah di negara maju. Studi epidemiologis
di Asia, juga melaporkan prevalensi yang sama.1,5 Di Malaysia,
prevalensi sekitar 10.2%, Bangladesh dan Srilanka 11.5%,5,6 di
Indonesia, angka kejadian nyeri perut berulang pada anak belum ada
data yang pasti, tetapi dari pengalaman pakar gastroenterologi anak
diperkirakan memiliki prevalensi serupa.5Menurut penelitian klasik
yang dilakukan oleh Apley dari 1000 anak sekolah, terdapat sekitar
10% dari anak-anak tersebut yang menderita nyeri perut berulang,
dimana tinggi sekitar 25% terjadi pada anak perempuan.6,7 Frekuensi
tertinggi pada usia 5 10 tahun dan menurun setelah usia tersebut.1
Dahulu 5% kasus nyeri perut berulang disebabkan oleh kelainan
organik, tetapi saat sekarang dengan berbagai kemajuan dalam
prosedur diagnostik beberapa ahli memperkirakan penyebab organik
sebesar 33%.3
C. PATOFISIOLOGILokasi sumber nyeri dapat ditentukan dari
deskripsi klinis. Terdapat dua tipe serabut saraf yang
menghantarkan rangsangan nyeri dari perut. Serabut saraf A
menghantarkan nyeri dari kulit, otot dan peritoneum parietalis
berupa nyeri yang tajam dan terlokalisasi. Serabut saraf C dimana
saraf yang tidak bermielin yang menghantarkan nyeri dari
organ-organ visceral, peritoneum, dan otot perut berupa nyeri yang
tumpul dan tidak terlokalisasi. 1 Aferen kedua tipe serabut saraf
ini memiliki badan inti di ganglia saraf dorsalis, sebagian akson
akan menyebrang garis tengah dan naik ke medulla, midbrain, dan
thalamus. Sensasi nyeri berasal dari korteks di girus
post-sentralis yang dapat menerima impuls secara
bilateral.1,3Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa,
lapisan muskularis dan serosa dari organ di abdomen.1 Nyeri
visceral dirasakan sesuai dengan dermatom persarafan organ yang
bersangkutan. Impuls nyeri yang berasal dari hati, pankreas,
traktus biliaris, lambung dan sebagian duodenum akan dirasakan pada
epigastrium. Nyeri dari duodenum distal, jejenum, ileum, sekum dan
proksimal kolon diraskan pada daerah umbilicus. Sedangkan nyeri
dari kolon transversum bagian distal, kolon desenden, sigmoid,
rectum, traktus urinarius dan organ genitalia wanita umumnya
dirasakan di suprapubik. Impuls nyeri parietal abdomen berasal dari
serabut saraf C pada daerah dermatom T6-L1. Nyeri tipe ini
dirasakan lebih terlokalisasi dengan baik di daerah organ berada.
3Stimulus nyeri pada perut dapat bersifat tekanan atau regangan
akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri
ini khas bersifat tumpul, pegal dan berbatas tidak jelas serta
sulit dilokalisasi. Metabolit jaringan yang dilepaskan disekitar
serabut saraf dapat menyebabkan impuls nyeri yang disebabkan oleh
proses iskemik. 3Persepsi nyeri dapat berasal dari sentral (otak)
maupun perifer, hal ini menjelaskan nyeri yang disebabkan faktor
psikogenik. Nyeri perut dapat diebabkan oleh proses vascular
(emboli, trombosis, oklusi karena torsi atau oklusi), peradangan,
obstruksi/gangguan pasase (organ yang berbentuk pembuluh, nyeri
bersifat kolik), penarikan, peregangan, dan pembentangan peritoneum
visweralis (pembengkakan hati, ginjal). 3Patofisiologi nyeri perut
berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan organik) masih
sulit dimengerti dan masih diperdebatkan, dimana kemungkinan besar
merupakan multifaktorial.1,3 Salah satu teori menduga terdapat
perubahan dalam transmisi (pesan) antara sistem persarafan usus dan
susunan saraf pusat yang menimbulkan hipersensitivitas visceral,
akibat impuls saraf kemudian diinterpretasikan oleh susunan saraf
pusat dalam konteks status emosi dan lingkungan psikososial.3
Berbagai faktor psikologis dapat berperan sebagai mediator atau
moderator dari nyeri perut berulang fungsional ini diantaranya
faktor stress, depresi, ikatan keluarga, operant conditioning &
somatisasi.1Juga diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
nyeri perut berulang fungsional dengan tipe kepribadian tertentu,
yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna.1
D. PATOGENESISMekanisme timbulnya nyeri perut adalah : 11)
Gangguan VaskularEmboli/trombosis, ruptur, oklusi akibat torsi atau
penekanan. Kejadian ini misalnya terjadi pada putaran kista ovarium
dan jepitan usus pada invaginasi. 1
2) PeradanganPeradangan organ dalam rongga peritoneal
menimbulkan rasa sakit bila proses peradangan telah mengenai
peritoneum parietalis. Mekanismenya seperti pada peradangan pada
umumnya, yang disalurkan melalui persarafan somatik.1
3) Gangguan pasase/obstruksi organ yang berbentuk pembuluh, baik
yang terdapat dalam rongga peritoneal ataupun di
retroperitonealOrgan organ tersebut ialah saluran pencernaan,
saluran empedu, saluran pancreas dan saluran kemih. Bila pasase
dalam saluran-saluran tersebut terganggu, baik total maupun
parsial, akan timbul rasa sakit akibat tekanan intralumen yang
meninggi di bagian proksimal sumbatan. Sakit dirasakan hilang
timbul atau terus menerus dengan puncak puncak nyeri yang hebat
(kolik).1
4) Penarikan, peregangan dan pembentangan peritoneum
viseralisMisalnya pada pembengkakan hati dan ginjal. 1
Di dalam praktek, keempat penyebab timbulnya rasa nyeri jarang
ditemukan sendiri-sendiri, tetapi umumnya merupakan proses
campuran.1
E. ETIOLOGIDiagnosis banding dari nyeri perut berulang dapat
meliputi penyebab berdasarkan organik & non-organik
(fungsional).2 Menurut Apley & Naish nyeri perut berdasarkan
organik tidak dapat diidentifikasi pada 90% anak-anak yang
menderita masalah nyeri perut berulang ini. Namun seiring
berjalannya waktu dalam beberapa penelitian selanjutnya, persentase
anak dengan nyeri perut berulang organik ditemukan lebih tinggi
lagi dari yang dilaporkan oleh Apley.4 Kelainan organik kini
dilaporkan mencapai 30-40%.1 Van der Meer dkk (1993) menemukan 42%
kelainan organik pada 106 anak usia diatas 5 tahun yang mengalami
keluhan nyeri perut berulang, yaitu malabsorbsi laktosa (15%),
duodenitis/gastritis (13%), infeksi H.pylori (7%), refluks
gastroesofageal (4%) & alergi makanan (3%) - tabel 1.1 Walupun
demikian, banyak ahli masih mempercayau temuan Apley bahwa kelainan
fungsional merupakan penyebab terbanyak pada nyeir perut berulang.
Untuk membandingkan penyebab organik & non-organik dari nyeri
perut berulang dapat dilihat pada tabel 2.Di Indonesia, prevalensi
defisiensi laktase primer (adult type lactose intolerance)
meningkat setelah usia 3 tahun dan pada anak usia sekolah bisa
mencapai 60-80%. Konsumsi laktosa (susu) yang berlebihan pada anak
dengan defisiensi laktase akan menimbulkan gejala kembung, diare
dan kram perut. Konfirmasi diagnosis yang perlu dilakukan yaitu
dengan pemeriksaan uji hidrofen nafas (Breath hydrogen test).3Untuk
infeksi H. pylori pada anak meningkat seiring bertambahnya usia,
berbanding terbalik dengan status sosioekonomi, dan meningkat pada
pada anak dengan riwayat keluarga ulkus peptikum atau infeksi H.
pylori.3 Pada penelitian yang dilakukan oleh Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM menunjukkan bahwa 30% kasus nyeri perut
berulang positif infeksi H. pylori. Diagnosis dipastikan dengan
pemeriksaan histopatologi jaringan mukosa lambung yang diperoleh
dengan pemeriksaan endoskopi.3,5
Tabel 1. Beberapa penyebab organik nyeri perut
berulang1IntraabdominalEkstraabdominalLain lain
Saluran cernaDi luar sakuran cernaHematologi
Malrotasi Gastritis Hernia inguinalis Volvulus Ulkus peptikum
Colitis ulseratif Malabsorbsi laktosa Refluks gastrointestinal
Helicobacter pylori Apendisitis kronis Divertikum Meckel
Tuberkulosis abdomen Peritonitis Konstipasi kronis
AskariasisHati,limpa, pancreas Pankreatitis kroniks Kolelitiasis
Kolesistitis Hepatitis Splenomegaly masif
Leukemia Limfoma Sickle cell anemia Talasemia HSP Keracunan
timbal Porfiria Migraine Hyperlipidemia Edema angineurotik
Saluran kemih & kandungan
Pielonefritis Hidronefritis Batu ginjal Infeksi didaerah pelvis
Dismenore Kista ovarium Endometriosis Kehamilan ektopik
Tabel 2. Penyebab nyeri perut
berulang5KELAINANKARAKTERISTIKEVALUASI
Non Organik (fungsional)
Nyeri perut fungsionalNyeri tidak spesifik, umumnya sekitar
umbilicusAnamnesis, pemeriksaan fisis (penunjang atas indikasi)
Irritable Bowel SyndromeKram perut intermiten, diare &
konstipasiAnamnesis. Pemeriksaan fisis (penunjang atas
indikasi)
Dispepsia fungsionalGejala seperti ulkus peptikum tanpa kelainan
pada pemeriksaan endoskopiAnamnesis, esofagogastroduodenoskopi
Migrain abdominalMuntah, riwayat keluargaAnamnesis adanya
riwayat migraine dalam keluarga
Traktus gastrointestinal
Konstipasi kronisRiwayat menahan feses, adanya tanda-tanda
konstipasiAnamnesis, pemeriksaan fisis, colok dubur, foto polos
abdomen
Intoleransi laktosaGejala berkaitan dengan asupan laktosa
(kembung, kolik, diare, flatus)Uji diet bebas laktosa, reduksi
positif & pH tinja 5 tahunDapat menerangkan sifat dan
lokalisasi nyeri perut.
Red Flag Sign pada nyeri perut berulang yang terjadi pada anak
:1-3,5 Lokalisasi nyeri jauh dari umbilikus Nyeri yang menjalar ke
punggung Nyeri sampai membangunkan anak pada malam hari
Disfagia/odinofagia Muntah berulang (bilious emesis) Hematemesis
Diare kronik yang tidak jelas Hematochezia/melena Disuria Artritis
Penurunan berat badan Demam yang tidak jelas Rash yang tidak jelas
Nafsu makan menurun Ulkus oral berulang Pubertas terlambat
Organomegali Radang sendi (bengkak,kemerahan dan hangat) Palor,
kemerahan, hernia adari dinding abdomen Kelainan perirectal :
fisura, ulserasi, skin tag
Berikur ini adalah tabel gambaran klinis nyeri perut berulang
pada organik atau non-organik.Tabel 3. Gambaran klinis Nyeri perut
non-organik & Organik8FindingsNonorganic CausesOrganic
Causes
Pain
LocationPeriumbilicalPeripheral
CharacterDull, crampyColicky, penetrating, burning, boring
PatternNot progressiveFollows precipitating event in one-third
of cases, normal between events, better on
weekendsProgressiveAssociated with meals, or fluid bolusNocturnal
symptoms, daily, persisten
Associated signsNormal abdominal examination, little objective
findingsRetching, writhingDistended abdomen, abdominal
tendernessMouth ulcers, digital clubbing
Associated symptomsMultiple, vague, often unrelatedHeadache,
dizzy, fatigueFever absentFocused, one or two related symptoms,
including fever, weight loss, poor growth, arthritis, diarrhea,
vomiting, dysuria
FamilyCan be positive for depression, anxiety, migraineCan be
positive for pancreatitis, peptic ulcer, inflammatory bowel
disease
Social historyFrequent school absence; high socioeconomic
status
Screening laboratory testsNormal ESR, CRP, complete blood count,
and urinalysisAnemia, high ESR & CRP Stool positive for occult
bloodAbnormal urinalysis
G. PENDEKATAN DIAGNOSISPemeriksaan yang terbaik adalah ketika
terjadi serangan yang meliputi:11. Anamnesisa. UsiaPada nyeri perut
berulang biasanya terjadi pada usia 4-14 tahun.
b. Jenis kelaminNyeri perut berulang biasanya pada perempuan
lebih banyak terjadi.
c. Rasa Sakit LokalisasiSakit yang disebabkan gangguan saluran
pencernaan bagian atas biasanya dirasakan di daerah epigastrium.
Gangguan di ileum distal dan apendiks dirasakan di daerah perut
kanan bawah. Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi usus
lokalisasinya sukar ditentukan. Perubahan lokalisasi nyeri perut
perlu ditanyakan pada anak. Bila rasa sakit mula-mula ada di daerah
periumbilikus dan kemudian pindah ke daerah perut kanan bawah, ini
adalah tanda apendisitis. KualitasNyeri perut dapat tajam (trauma)
atau difus, terlokalisasi (nyeri kronis atau visceral).
RadiasiNyeri dapat menyebar dari titik asal ke segala arah.
OnsetTimbulnya rasa sakit, durasi nyeri, terjadi pada siang hari,
apakah membangunkan saat malam hari, dan frekuensi dari episode.
Sifat & faktor yang memperberat dan memperingan rasa sakitSakit
yang berasal dari spasme otot polos (usus, traktus urinarius,
traktus biliaris) biasanya berupa kolik yang sukar ditentukan
lokalisasinya dengan tepat dan tidak dipengaruhi oleh adanya batuk
atau penekanan abdomen. Sakit yang berasal dari iritasi peritoneum
akan terasa menetap di tempat iritasi dan menghebat bila penderita
batuk atau ditekan perutnya. Apakah sakit menetap, bertambah hebat
atau berkurang dan adakah faktor-faktor yang dapat menambah atau
pempengaruhi rasa sakit.
Tanda & gejala yang mengiringi : Adapun beberapa gejala yang
dapat terjadi disaat nyeri perut, diantara tercantum pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4. Gejala terkait untuk Nyeri Perut9 Gejala
TerkaitRelevansi
DiareGastroenteritis, Protein losing enteropathy
Bloody stoolUGIS/LGIB, colitis ulseratif, Necrotizing
Enterocolitis, disentri, konstipasi
HematemesisUGID, Peptic Ulver Disease, gastritis
Bilious emesisObstruksi usus halus
Jaundice Hepatitis atau onstruksi traktus biliaris
Nyeri sendi/ bengkakIBD, HSP
Lesi kulitIBS, HSP, penyakit hati
Nyeri testicularTorsi testis
Disuria/polyuria/hematuriaUTI/ pyelonephritis
Vaginal/penile dischargeSTI (Sexual Transmitted Infection)
DismenoreaEndometriosis
Sesak napasPneumonia atau empiema
Tanyakan tentang kualitas feses (ukuran, keras/lunak, bau)
Tanyakan tentang konsumsi toksin atau benda asing, trauma
kecelakaan atau yang tidak disengaja. Tanyakan tentang diet-nya,
pada anak anak terlalu banyak susu dapat menyebabkan sembelit.
Tanyakan tentang riwayat kesehatan masa lalu dan komorbiditas
medis. Sistik fibrosis merupakan predisposisi batu empedu. Spina
bifida / Cerebral palsy / developmental delay predisposisi
terjadinya konstipasi. Sickle Cell Disease predisposisi untuk
splenic auto-infarction. Infeksi saluran pernapasan berulang
menunjukkan adenitis mesenterika. Tanyakan tentang riwayat seksual
PerempuanSiklus menstruasi (keteraturan, jumlah perdarahan)
Tanyakan tentang riwayat kesehatan keluarga terutama Inflammatory
Bowel Disease. Tanyakan tentang riwayat perjalanan, sosial dan
kejiwaan.
2. Pemeriksaan FisisPemeriksaan fisis diawali dengan ABC
(Airway, Breathing, Circulation), tanda tanda vital dan parameter
pertumbuhan (apakah ada bukti adanya Failure To Thrive). Dimana
harus lengkap dari kepala hingga ujung kaki walaupun titik beratnya
pada abdomen.1Pemeriksaan pada abdomen harus dilakukan pada posisi
anak yang santai dan dicari/dilihat/dilakukan : InspeksiKontur
perut, asimetri perut, bentuk perut (buncit, skapoid), gambaran
usus, denyut, peristaltik, skin marking, hernia, tanda-tanda trauma
(memar & bengkak) dan distensi abdomen. AuskultasiMendengarkan
bising usus, bruit. PerkusiMenilai nada umum (timpani atau
non-timpani), perkusi untuk hati & limpa, menilai asites
(menilai tepi perkusi dan perubahan nada). PalpasiMenilai nyeri
dengan palpasi dalam dan dangkal, menilai adanya nyeri lepas,
meraba hati, limpa, ginjal dan massa perut (termasuk massa tinja).
Colok duburHal pertama yaitu menilai fisura dan skin tags, kemudian
menilai tonus, tinja dan darah. Tes khususAda sejumlah tes khusus
untuk setiap diagnosis banding.
Dari hasil pemeriksaan fisik kita dapat mengetahui apakah
penyebab nyeri perut berulang tersebut merupakan kelainan organik,
non-organik (fungsional) dengan memperhatikan adanya red flag sign
seperti yang telah dicantumkan diatas.1Dibawah ini terdapat
beberapa penyakit dan temuannya pada pemeriksaan fisik.Tabel 5.
Penemuan pada pemeriksaan fisis dari diagnosa banding9
3. Pemeriksaan Laboratorium & PenunjangPada penyelidikan
untuk mengetahui penyebab dari nyeri perut berulang maka dibagi 3
tahap yang dapat membantu untuk tahapan-tahapan pemeriksaan
laboratorium & penunjang pada nyeri perut berulang. Hal ini
dapat dilihat apda tabel dibawah ini. Adapun beberapa penyebab
nyeri perut dengan dengan uji diagnostik yang dapat dilakukan
sesuai dengan masing-masing penyebab (tabel 7).
Tabel 6. Pemeriksaan laboratorium & penunjang nyeri perut
berulang1,6Tahap 1Darah tepi lengkapLaju Endap Darah / CRPBiokimia
darah (ureum, kreatinin, transaminase, kolesterol, trigliserida,
protein total, kalsium & fosfor)Analisis urinBiakan urin &
tinja (termasuk parasite)Tes untuk H. pyloriFoto polos abdomenUSG
abdomen
Tahap 2Breath hydrogen test untuk intoleransi laktosaAmylase
urin dan darahTes benzidinGastroskopi
Tahap 3 Barium enemaIV urogram/micturition
cystourethrogramEEGPorifirin dalam darah dan urinKolonoskopiCT Scan
Abdomen, dsb
Tabel 7. Pemeriksaan Laboratorium dari diagnosis banding9
KRITERIA ROME IIIH2. Abdominal Pain Related Functional GI
Disorders H2a. Functional dyspepsia ( Dispepsia
fungsional)10Kriteria diagnosis untuk functional dyspepsia
(dyspepsia fungsional) :Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini
yang dialami sekurang-kurangnya 1 kali seminggu selama minimal 2
bulan diagnosis ditegakkan : Nyeri yang persisten atau berulang
atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari perut bagian atas
(diatas umbilikus). Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau
tidak berhubungan dengan suatu perubahan frekuensi buang air besar
atau konsistensi feses. Tidak ada bukti adanya proses inflamasi,
kelainan anatomis, kelainan metabolik, atau neoplasma.
H2b. Irritable Bowel Syndrome (Sindrom rawan usus) 10Kriteria
diagnosis untuk Irritable Bowel Syndrome (sindrom rawan usus):Harus
memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami
sekurang-kurangnya 1 kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum
diagnosis ditegakkan : Perasaan tidak nyaman dibagian perut (tidak
dideskripsikan sebagai rasa sakit) atau nyeri yang berhubungan
dengan 2 atau lebih kriteria berikut : Nyeri berkurang dengan
defekasi Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi buang air
besar Onset berhubungan dengan perubahan bentuk dari feses Tidak
ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan
metabolik atau neoplasma.
H2c. Abdominal migraine (migren perut) 10Kriteria diagnostic
untuk abdominal migraine (migren perut) :Harus memenuhi semua
kriteria dibawah ini yang dialami sebelumnya 2 kali atau lebih
selama 12 bulan : Serangan nyeri hebat yang akut disekitar
umbilikus yang berlangsung selama 1 jam atau lebih. Terdapat
periode sehat yang berlangsung selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Nyeri berkurang dengan aktivitas normal. Nyeri
berhubungan dengan 2 atau lebih dari kriteria berikut : Anoreksia
Mual Muntah Sakit kepala fotofobia Pucat Tidak ada bukti proses
inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik, atau
neoplasma.
H2d. Childhood functional abdominal pain (sakit perut
fungsional) 10Kriteria diagnosis untuk childhood functional
abdominal pain (sakit perut fungsional):Harus memenuhi semua
kriteria di bawah ini yang dialami sekali seminggu selama 2 bulan
sebelum diagnosis ditegakkan: Nyeri abdomen yang hilang timbul atau
terus menerus Tidak mencukupi kriteria FGIDs yang lain Tidak ada
bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan
metabolic atau neoplasma.
Pada Gambar 1 dapat dilihat algoritma secara sistematik evaluasi
& manajemen dari nyeri perut berulang.
Sakit perut berulangDispepsia(nyeri epigastrium, berhubungan
dengan makanan, mual, muntah, regurgitasi, nyeri dada, kembung,
cepat kenyang)Anamnesis & PFKategori gejalaGangguan pola
defekasi(diare/konstipasi)Nyeri(gejala tunggal)Sindrom nyeri
siklikTanda BahayaRed flag signYaTidak1. Darah perifer lengkap
& hitung jenis2. LED3. Pemeriksaan panel metabolic4. Darah
samar tinjaKelainan fungsional :1. Sakit perut (gejala utnggal) :
sakit perut fungsional2. Sakit + dyspepsia : dyspepsia fungsional3.
Sakit + gangguan defekasi : Irritable Bowel Syndrome4. Nyeri siklik
: migrain abdominal Diare1. Pemeriksaan telur parasite2. ELISA
Giardia3. Toksin C. difficile4. Lactose breath
testDispepsiaSerologi H. pylori
Nyeri kuadran kanan atas & bawah abdomen, nyeri siklik1. USG
abdomen2. Barium enema/meal3. C4 serum
Gambar 1. Algoritma evaluasi & manajemen nyeri perut
berulang5
H. TATALAKSANAPengobatan pada nyeri perut berulang diberikan
sesuai etiologi. Sehingga pengobatan pada nyeri perut berulang
dengan kelainan organik harus disesuaikan pula dengan etiologinya.
Pada nyeri perut berulang kelainan non-organik (fungsional)
pengobatannya ditujukan kepada penderita & kelaurganya, bukan
hanya mengobati gejala.1Untuk kelainan non-organik (fungsional),
faktor terpenting sebelum memulai terapi adalah menegakkan
diagnosis berdasarkan gejala sesuai kriteria Rome III. Setelah itu
baru memulai mendiskusikan kemungkinan penyakit saluran cerna
fungsional pada pasien dengan orangtua. Perlu dicari kemungkinan
faktor-faktor psikososial yang potensial menjadi pencetus.3
Beberapa rejimen pengobatan untuk nyeri perut berulang dikatakan
telah gagal dalam menunjukkan keberhasilannya. Dimana didalamnya
terdapat suplemen diet serat, restriksi laktosa, suplemen probiotik
& intervensi farmakologi. Adapun data yang mendukung penggunaan
terapi psikologis termasuk Cognitive Behavioral Therapy (CBT) &
hipnosis dalam nyeri perut berulang ini.11 Cognitive Behavioral
Therapy telah dicoba pada pasien dengan nyeri perut berulang dan
pada beberapa pasien telah menunjukkan efek yang signifikan.6 Hal
ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Robin dkk yang
melaporkan adanya peningkatan yang baik dari gejala dan kehadiran
disekolah oleh anak dengan nyeri perut berulang setelah pengobatan
singkat dengan cognitive behavioral family treatment. Dibuktikan
juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Youssef dkk dimana terjadi
peningkatan yang signifikan pada anak dengan nyeri perut berulang
setelah dilakukan pengobatan dengan 2 teknik perilaku kognitif
yaitu dengan cara guided imagery dan progressive
relaxation.6Penangan nyeri perut berulang (fungsional) harus
melibatkan :81. Meyakinkan bahwa penyakitnya ringan.2. Menerangkan
masalah berdasarkan pada temuan positif & negatif.3. Menemukan
stres dan kecemasan yang mencetuskan rasa nyeri.4. Mengidentifikasi
pengaruh keluarga/sosial yang mencetuskan sakit.5. Follow-up
teratur untuk mengetahui perubahan gejala, meningkatkan rasa
percaya diri dan mendorong keluarga serta anak untuk mengatasi
masalahnya.6. Mengurangi tekanan pada anak dan harapan yang tidak
realistis pada keluarga.Berdasarkan Kriteria Rome III mengenai
Abdominal Pain Related functional GI Disorders, adapun
penatalaksanan dari keempat penyakit yang terdapat pada kriteria
tersebut, diantaranya :11 Functional Dyspepsia (Dispepsia
Fungsional)Menghindari NSAID dan makanan atau minumam yang dapat
meningkatkan gejala (contoh; kafein, makanan pedas & berlemak)
dianjurkan. Antisecretory agents (H2 blocker atau PPI) sering
ditawarkan untuk nyeri gejala yang dominan. Beberapa obat yang
dapat diberikan diantaranya ranitidin 2 mg/kg/dosis dua kali
sehari, famotidin 0.5 mg/kg/dosis dua kali sehari atau omeprazole 1
mg/kg setiap pagi.3,9 Dapat pula dengan prokinetik
(metochlopramide, eritromisin, domperidon & cisapride) untuk
gejala yang berhubungan dengan ketidaknyamanan. Komite mengakui
bahwa penggunaan semua modalitas terapi ini belum divalidasi oleh
controlled trials, sehinggal komorbiditas psikologis harus
ditangani.11
Irritable Bowel Syndrome (Sindrom Rawan Usus)Diagnosis yang
pasti, adanya konfirmasi dan penjelasan mengenai pengalaman nyeri
dengan sendirinya menjadi terapi. Tujuan spesifik terapi termasuk
memodifikasi keparahan dan mengembangkan strategi untuk menghadapi
gejala. Data terkontrol pada intervensi terapi terbatas pada
peppermint oil (187 mg) diberikan 3 kali sehari yang dapat
memberikan beberapa keuntungan pada anak-anak dengan IBS namun
tidak pada orang dewasa. 3,11 Terbalik pada manfaat dari
antidepresan dan serotonik baik dimana menghasilkan hasil yang baik
pada orang dewasa dengan IBS namun pada anak hanya ada laporan
anecdotal mengenai penggunaannya pada anak dengan nyeri perut
kronis.11
Abdominal Migraine (Migren Perut)Pemicu berpotensial yang harus
dihindari meliputi kafein, kandungan yang mengandung nitrit dan
amine juga rangsangan emosional, perjalanan, puasa berkepanjangan,
pola tidur yang berubah, dan paparan pada lampu yang berkedip dan
terang. Ketika episode menjadi sering, terapi profilaksis mungkin
termasuk pizotifen (0.25 mg 2 kali sehari), propranolol (10 mg 2
kali sehari) dan siproheptadin (0.25 mg/kg/hari). Data menyatakan
kemanjuran dari pizotifen pada entitas ini.3,11
Childhood Functional Abdominal Pain (Sakit Perut
Fungsional)Pendekatan biopsikosial untuk anak dengan nyeri perut
yang berhubungan dengan FGID sangat relevan dalam kasus anak-anak
dengan FAP. Memang, karena target spesifik adalah nyeri, penting
untuk menyelidiki kontribusi dari factor psikososial. Kepastian
& penjelasan yang mungkin dari mekanisme yang melibatkan
interaksi brain-gut harus diberikan kepada anak & orang tua.
Kemungkinan peran faktor psikososial termasuk peristiwa pemicu
harus dijelaskan. Dua laporan pada anak-anak dengan nyeri perut
yang berhubungan dengan FGID disarankan kemungkinan manfaat dari
behavioral treatment dengan atau tanpa antidepresan trisiklik.
Sebuah uji coba open-label yang lebih baru dari citaploram pada
anak dengan nyeri perut berulang dilaporkan memiliki hasil yang
menjanjikan.11
I. PROGNOSIS30 50% anak-anak dengan nyeri perut berulang menetap
dalam waktu 6 minggu dan sisanya dapat berlanjut ke dewasa. Faktor
faktor yang terkait dengan prognosis yang lebih buruk dan lebih
baik ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Indikator prognostik pada anak dengan nyeri perut
berulang12FAKTORPROGNGOSIS BAIKPROGNOSIS BURUK
KeluargaTidak ada riwayat keluarga nyeri kronisAnggota keluarga
dengan nyeri kronis
SexPerempuanLaki - laki
Usia > 6 tahun< 6 tahun
Periode sebelum terapi< 6 tahun> 6 tahun
Dua studi jangka panjang yang dilakukan oleh Apley - Hale dan
Christensen - Mortensen melaporkan bahwa hampir setengah dari
anak-anak dengan nyeri perut berulang fungsional memiliki
pengalaman nyeri yang sama dengan orang dewasa. Menurut Christensen
& Mortensen, keturunan tidak memiliki resiko yang signifikan
dari nyeri perut berulang. Penelitian lain melaporkan pengembangan
Irritable Bowel Syndrome pada 25-29% dapat terjadi dikemudian
hari.6
BAB IIIKESIMPULAN
Nyeri perut pada anak sering dijumpai pada kehidupan
sehari-hari. Nyeri perut berulang didefinisikan sebagai nyeri pada
perut yang berlangsung sekurang-kurangnya 3 kali dalam jangka waktu
3 bulan berturut-turut & mengganggu aktivitas sehari-hari.
Nyeri perut berulang ini meliputi kelainan organik maupun
non-organik (fungsional). Hal terpenting dalam mencari penyebab
nyeri perut berulang yang mendasari adalah dengan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, & penunjang yang jelas. Adapun
red flag sign yang digunakan untuk menyingkirkan kelainan organik
dari nyeri perut berulang. Penatalaksanaan yang dilakukan pada
nyeri perut berulang yaitu berdasarkan etiologi yang didapat. Untuk
penanganan nyeri perut non-organik (fungsional) bukan hanya terpaku
kepada mengobati gejala namun juga mengobati faktor-faktor
psikososial yang dapat menjadi pencetus terjadinya nyeri perut
berulang. Berdasarkan penelitian-penelitian ditemukan bahwa
pengobatan Cognitive Behavioral Therapy & hipnosis menjadi
teknik yang terbaik dalam penanganan ini. Sedangkan 4 penyakit
berdaskan kriteria Rome III dalam nyeri perut berulang fungsional
memiliki terapi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boediarso A. Sakit Perut Pada Anak. In: juffrie M, Soenarto
S, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani N, editors. Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. 3rd ed. Jakarta:
UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI; 2012. p. 149-165.
2. McFerron,MD B, Waseem, MD S. Chronic Recurrent Abdominal
Pain. Pediatrics in Review [Internet]. 2012 [cited 27 November
2014];33:509-515. Available from:
http://pedsinreview.aappublications.org/content/33/11/509
3. Agus Firmansyah, SP.A(K) P. Sakit Perut Berulang Pada Anak.
Jakarta: Continuing Program Development - IDAI; 2013.
4. Gottsegen, MD D. Complementary, Holistic, and Integrative
Medicine : Recurrent Abdominal Pain. Pediatrics in Review
[Internet]. 2010 [cited 27 November 2014];31:e36-e39. Available
from:
http://pedsinreview.aappublications.org/cgi/content/full/31/5/e36
5. Kadim M. Sakit Perut Berulang Pada Anak. In: Kumpulan Makalah
Kongres Nasional VI Perhimpunan GastroHepatologi & Nutrisi Anak
Indonesia (PGHNAI). Bali: IDAI; 2014. p. 197-207.
6. Devanarayana N, Rajindrajith S, De Silva H. Recurrent
Abdominal Pain in Children. India Pediatrics. 2009;46:389-396.
7. McDonald M, McGregor R. Abdominal Symptom Complexed. In: Long
S, Pickering L, Prober C, editors. Principles And practice Of
Pediatric Infectious Disease. 4th ed. USA: Elsevier Saunders; 2012.
p. 171-176.
8. Misra, MD D. Approach to acute abdominal pain. Pediatric
Oncall Journal [Internet]. 2005 [cited 2 December 2014];2(6).
Available from:
http://www.pediatriconcall.com/fordoctor/diseasesandcondition/gastrointestinal_disorders/acute_abdo
minalpain_children.asp
9. Rome Foundation. Rome III Diagnostic Criteria for Functional
Gastrointestinal Disorders [Internet]. 2014 [cited 7 December
2014]. Available from: http://www.romecriteria.org/criteria/
10. Rasquin A, Lorenzo C, Forbes D, Guiraldes E, Hyams J,
Staiano A et al. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders:
Child/Adolescent. The American Gastroenterological Association
Institute. 2006;130.
11. Pinnock D. Chronic Abdominal Pain. tarship Childrens Health
Clinical Guideline [Internet]. 2012 [cited 7 December 2014];:1-7.
Available from:
http://www.adhb.govt.nz/starshipclinicalguidelines/_Documents/Abdominal%20jiPain,%20Chronic.pdf
27