27
BAB IPENDAHULUANLuka bakar atau combustio merupakan cedera yang
cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk
kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya
pun tinggi.1Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat
keadaan sebagai berikut :1.terdapat kuman dengan patogenitas
tinggi2.terdapat banyak jaringan mati3.mengeluarkan banyak air,
serum dan darah4.terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi
dan terkena trauma)5.memerlukan jaringan untuk menutup. 2Luka bakar
yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif
dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial.2Di
Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan
dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya
mahal, tenaga terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan
luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri
dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks,
bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi.1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1ANATOMI DAN HISTOLOGI KULITKulit adalah organ tubuh terluas
yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit
beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7
3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis,
labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu
dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan
epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.3,42.1.1EPIDERMISEpidermis adalah lapisan
luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan Merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya
sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap
4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel,
sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel,
pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam) :1. Stratum Korneum: Terdiri dari sel
keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.2. Stratum Lusidum:
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan.Tidak tampak pada kulit tipis.3. Stratum
Granulosum: Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar
yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya
akan histidin.Terdapat sel Langerhans.4. Stratum Spinosum: Terdapat
berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum
basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
Terdapat sel Langerhans.5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) :
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam
pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui
setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung
letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.3,42.1.2 DERMISTerdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3
mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : Lapisan papiler; tipis :
mengandung jaringan ikat jarang. Lapisan retikuler; tebal : terdiri
dari jaringan ikat padat.Serabut-serabut kolagen menebal dan
sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin
jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit
manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada
usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi
kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis
mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis:struktur
penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi .3,42.1.3 SUBKUTISMerupakan lapisan di
bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.Fungsi
Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock
absorber.3,4
2.2 DEFINISILuka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api
secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang
bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).1,52.3 EtiologiBeberapa
penyebab luka bakar adalah sebagai berikut:1,2 Luka bakar karena
kobaran api. Luka bakar karena cairan panas. Luka bakar karena
bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat). Luka bakar karena
listrik dan petir. Luka bakar karena kontak lainnya.2.4
PATOGENESISAkibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan
kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal
itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat
penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk
pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat tiga.1Bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi
bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil,
dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang.
Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan
jam.1,2,5,6Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka
terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakanmukosa jalan napas karena
gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap
akibat jelaga.Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya.
Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga
hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan
adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang
berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO,
penderita dapat meninggal.Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler
mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema
ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya
diuresis.2,6
2.5 PENILAIAN DERAJAT LUKA BAKAR1,2,3A. Luka bakar derajat 1
mengenai epidermis paling sering diakibatkan oleh paparn sinar
ultraviolet yang lama atau paparan panas singkat tidak
dipertimbangkan dalam perhitungan LPPT, karena tidak bermakna
secara fisiologis kulit tampak berwarna merah muda atau sedikit
merah, kering, dan tanpa lepuh akan sembuh dalam 2-3 hari.
Pengobatan simtomatik : kompres dingin guna meringkan nyeriB. Luka
bakar derajat 2Luka bakar yang melibatkan epidermis dan dermis
dikenal sebagai luka bakar ketebalan parsial, atau derajat dua,
yang selanjutnya dibagi lagi menjadi 3 subtipe :1. ParsialBerwarna
merah dan basah, pembentukan bula yang khas, dan kepekaan nyeri
yang hebat terhadap rangsang. Luka ini timbul setelah kontak dalam
waktu singkat dengan cairan panas, sengatan listrik atau jilatan
api. Luka ini akan sembuh spontan dalam waktu 2 minggu setelah
cedera.2. DalamAdalah luka yang sembuh dalam waktu lebih dari 3
minggu ; penyembuhan yang lama ini seringkali menyebabkan pembutkan
jaringan parut. Luka ini dapat tibul akibat terendam dalam cairan
yang panas, dan jilatan api. Luka ini khas berwarna merah cerah
atau kuning keputihan, permukaannya sedikit basah dan menunjukkan
berkurangnya sensasi tusukan jarum. Jika penyembuhan optimal tidak
tercapai dengan penatalaksanaan luka konvensional, maka hasil yang
lebih baik dapat dilakukan cangkok kulit ketebalan parsial. 3.
Tidak dapat ditentukanOleh karena susah menentukan pada saat
terjadinya luka, apakah jenis luka ini membutuhkan cangkok kulit
atau dibiarkan penyembuhan luka secara alami diperlukan waktu
observasi selama 2 minggu oleh dokter bedah, baru kemudian dapat
ditentukan tindakan apa yang akan dilakukan.C. Luka bakar derajat
3Luka bakar derajat 3 atau luka bakar ketebalan penuh biasanyanya
dapat mudah dikenali. Luka ini diakibatkan oleh sengatan listrik
tegangan tinggi, paparan terhadap zat kimia yang pekat, kontak yang
lama dengan benda yang panas atau jilatan api. Dapat terlihat
berwarna putih seperti mutiara, atau seperti kertas perkamen, dan
melalui jaringan yang mati dapat terlihat vena yang mengalami
trombosis dan dikenali sebagai skar. Tanda khas luka ini yaitu
keirng dan mati rasa, dan luka ini bersifat kaku, dan apabila
terjadi melingkar pada dada atau ekstremitas mungkin memerlukan
nekrotomi.Perbedaan pada anak-anak, luka bakar derajat 3 pada
anak-anak secara khas berwarna merah pekat dan sangat jarang
berwarna putih atau seperti perkamen. Karena warnanya inilah maka
pada awalnya luka ini sering kali digolongkan sebagai luka bakar
derajat dua baru setelah 4-5 hari luka-luka ini akan tampak jelas,
berupa luka bakar ketebalan penuh yang klasik.
2.6 PENILAIAN PASIEN LUKA BAKAR2.6.1 AnamnesisYang diperlukan
untuk penatalaksanaan awal adalah tanggal, jam, dan lokasi
geografis dari cedera. Dan pengobatan resusitasi apa yang telah
dilakukan pada tempat kejadian jika pasien ditemukan dalam keadaan
henti jatung. Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya, misalnya
seperti diabetes melitus, penyakit paru kronis, penyakit
serebrovaskular dan AIDS, memperburuk prognosis dan perlu dicatat.
12.6.2 Penentuan Derajat LukaLuasnya daerah permukaan tubuh total
yang terbakar menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan
prognosis. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan mempergunakan
wallace rule of nine. Luasnya cedera lebih penting dibandingkan
dalamnya luka dalam penentuan perawatan pada hari-hari pertama
dirawat. Kedalama luka menjadi hal berikutnya yang diperhatikan,
yaitu saat eveluasi pasien untuk melakukan prosedur pembedahan dan
perawatan rehabilitasi jangka panjang.
2.6.3 Kriteria Berat Ringan luka bakarKriteria berat ringannya
luka bakar menurut American Burn Association yakni :2,3,5a. Luka
Bakar Ringan.- Luka bakar derajat II 80% TBSA), akan timbul
kesulitan mendapatkan donor kulit. Untuk itu telah dikembangkan
metode baru yaitu dengan kultur keratinocyte. Keratinocyte didapat
dengan cara biopsi kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi kerugian
dari metode ini adalah membuthkan waktu yang cukup lama (2-3
minggu) sampai kulit (autograft) yang baru tumbuh dan sering timbul
luka parut.Metode ini juga sangat mahal2.14 ANTIMIKROBA1Dengan
terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit
sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka.
Bila jumlah kuman sudah mencapai 105organisme jaringan, kuman
tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam kemudian
menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik
yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat
secara topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam
bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang
sering dipakai :Salep: Silver sulfadiazine, Mafenide acetate,
Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka
bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin ,
Mebo.
2.15 KONTROL RASA SAKIT1Rasa sakit merupakan masalah yang
signifikan untuk pasienyang mengalami luka bakar untuk melalui masa
pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan epidermis akan
menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak
terdapatnya jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung
saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi oleh rangsangan. Pada
luka bakar derajat II yang dirasakan paling nyeri, sedangkan luka
bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan
nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi
peningkatan katekolamin yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi,
tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan
menjadi berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil.Pasien
akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi,
atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan
terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang
digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID. Preparat
anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada
prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut.
Dapat juga digunakan obat psikotropik sepeti anxiolitik,
tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan benzodiazepin dbersama
opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi efek dari
opioid.2.16 ESCHAROTOMY1,8Luka bakar grade III yang melingkar pada
ekstremitas dapat menyebabkan iskemik distal yang progresif,
terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat
adanya pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan
vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah
nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-ujung
distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen
dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan
dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka
keropeng sampai penjepitan bebas2.17 PERMASALAHAN PASCA LUKA
BAKAR2,8Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah
jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat.
Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan
sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga
diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan
diri.Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
Infeksi dan sepsis Oliguria dan anuria Oedem paru ARDS (Adult
Respiratory Distress Syndrome ) Anemia Kontraktur
Kematian2.18PROGNOSISPrognosis pada luka bakar tergantung dari
derajat luka bakar, luas permukaan badan yang terkena luka bakar,
adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan
medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya
jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari
dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan
lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa
kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.
BAB IIIKESIMPULAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.Luka bakar dibagi
menjadi 4 grade dan ada 3 cara penentuan derajat luka bakar yaitu
Palmar surface, Wallace rules of nine serta Lund and Bowder
Chart.Luka bakar dapat disebabkan oleh api, luka bakar kontak
(terkena rokok, solder atau alat-alat memasak), air panas, uap
panas, gas panas, listrik, semburan panas dan ter.Pemeriksaan
penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes dengan
fiberoptic bronchoscopy terutama untuk luka bakar
inhalasi.Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti
resusitasi cairan, penggantian darah, perawatan luka bakar,
pemberian antimikroba serta analgetik, perbaikan nutrisi sampai
tindakan pembedahan seperti Early Exicision and Grafting(E&G),
Escharotomy.Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka
bakar, luas permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya
komplikasi seperti infeksi dan kecepatan pengobatan
medikamentosa.
DAFTAR PUSTAKA1. Dewi, Yulia Ratna Sintia. 2012. Luka Bakar:
Konsep Umum Dan Investigasi Berbasis Klinis Luka Antemortem Dan
Postmortem. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar. 2.
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 3. Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar: Teks
Dan Atlas. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 4.
Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 5. Brusselaers et.al, 2010.
Severe Burn Injury in Europe: a systematic review of the incidency,
etiology, morbidity and morality. Department of General Internal
Medicine, Infectious Diseases and Psychosomatic Medicine, Ghent
University Hospital, De Pintelaan 185, Ghent 9000, Belgium.6.
Othman et.al, 2010. Epidemiology of burn injuries in the east
mediterranian region : a systematic review. School of Community
Health Sciences, University of Nottingham, Nottingham, UK.7.
Azhari, nefrianita. 2012. Hubungan Body Image Dengan Mekanisme
Koping Yang Digunakan Penderita Luka Bakar Yang Dirawat Di Ruang
Khusus Luka Bakar Bangsal Bedah RSUP M.Djamil Padang. Fakultas
Kedokteran Universitas Padang. 8. Gupta A.K. et.al. 2011. A Clinico
EidemiologicStudy of 892 Patients with Burn Injuries at a Tertiary
Care Hospital in unjab India. Journalof Emergencies, Trauma and
Shock. Vol.4 pp 7-11