PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI WARUNG BACA LEBAK WANGI, RUMAH BACA KWARTET, DAN RUMAH BACA ZHAFFA RABIA ADAWIAH 1215041044 Teknologi Pendidikan Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2008
128
Embed
20583017 Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Di Warung Baca Lebak Wangi Rumah Baca Kwartet Dan Rumah Baca Zhaffa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI WARUNG BACA LEBAK WANGI, RUMAH BACA KWARTET, DAN
RUMAH BACA ZHAFFA
RABIA ADAWIAH 1215041044
Teknologi Pendidikan
Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Prof. Dr. B.P Sitepu. M. A. (Pembimbing II) .................................. ………………..
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan
( Dra. Dewi Salma Prawiradilaga, M.Sc ) NIP. 131.285.496
i
ABSTRAK RABIA ADAWIAH. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Skripsi. Jakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas pengelolaan taman bacaan masyarakat yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa yang dilihat pada tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini tidak ada usaha apapun untuk merubah atau merekayasa keadaan tempat penelitian. Penelitian tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti, yaitu pengelolaan taman bacaan masyarakat. Jika ditinjau berdasarkan ruang lingkupnya, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Oleh karena penelitian ini dilakukan terhadap tiga taman bacaan masyarakat, maka pendekatan penelitian yang digunakan termasuk ke dalam pendekatan multiple case study. Data diperoleh dari dokumen dan pengelola di tiap-tiap tempat penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik wawancara dan observasi, serta dokumentasi untuk memperoleh data penunjang. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara dan lembar observasi.
Hasil penelitian ini hanya berlaku terhadap ketiga taman bacaan masyarakat yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan untuk taman bacaan masyarakat yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa melakukan kegiatan pengelolaan taman bacaan masyarakat meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada tiap-tiap taman bacaan masyarakat memiliki persamaan dan perbedaan.
Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar berupa lingkungan yang dapat mencapai tujuannya jika dengan maksimal sehingga dapat menjadi wadah untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang kuat untuk membentuk masyarakat pembelajar. Oleh karena itu disarankan kepada pengelola Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa perlu untuk terus mengupayakan perbaikan pelaksanaan kegiatan agar dapat mengoptimalkan kegiatan pelayanannya.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 14
C. Pembatasan Masalah 15
D. Perumusan Masalah 15
E. Tujuan Penelitian 16
F. Kegunaan Penelitian 17
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Hakikat Minat Baca Masyarakat
1. Pengertian Membaca 19
2. Tujuan Membaca 21
3. Manfaat Membaca 22
4. Pengertian Minat Baca 23
iii
B. Hakikat Taman Bacaan Masyarakat
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat 26
2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat 28
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat 29
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat 30
5. Peran Taman Bacaan Masyarakat 30
6. Taman Bacaan Masyarakat sebagai Sumber Belajar 32
C. Hakikat Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
1. Pengertian Pengelolaan 36
2. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat 39
D. Kajian Penelitian yang Relevan 61
E. Kerangka Berfikir 63
BAB III METODOLOGI PENELTIAN
A. Tujuan Penelitian 68
B. Tempat dan Waktu Penelitian 68
C. Metode Penelitian 69
D. Sumber Data 70
E. Tekhnik Pengumpulan Data 71
F. Instrumen Penelitian 71
G. Tekhnik Analisis Data 72
iv
v
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 73
B. Analisis Data 129
C. Keterbatasan Penelitian 169
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan 170
B. Implikasi 172
C. Saran 173
DAFTAR PUSTAKA 174
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang. Peranan peserta didik dalam kehidupan
masyarakat, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat,
merupakan hasil (output) dari sistem dan fungsi pendidikan. Pada hakikatnya
pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan
mutu kehidupan, dan martabat manusia baik individu maupun sosial.
Pendidikan berfungsi sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia
yang modern guna menghadapi perkembangan zaman di masa mendatang.
Suatu bangsa yang maju dan modern, ditandai oleh sikap menjunjung
tinggi profesionalisme, menghargai prestasi, efisiensi, memiliki etos kerja,
berdisiplin serta memiliki kesadaran pemanfaatan waktu untuk kegiatan
produktif, sadar Iptek dan senantiasa memperbaharui diri melalui belajar.
Salah satu sarana belajar yang paling efektif adalah dengan membaca.
Oleh karena perubahan zaman yang cepat seperti sekarang ini, tanpa
membaca, masyarakat akan semakin tertinggal oleh kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tidak setiap orang harus menguasai teknologi,
setidaknya mengetahui perkembangannya, supaya tidak hidup dalam
2
keterasingan akibat miskin informasi yang berkembang di sekitarnya. Dan
untuk mengetahui perkembangan tersebut, masyarakat tidak cukup hanya
melalui menonton tayangan-tayangan televisi dan media elektronik lainnya.
Melalui membaca seseorang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan
waktu. Peristiwa-peristiwa yang jauh terjadinya di masa lampau bisa diketahui
melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang terjadi di berbagai tempat di
dunia ini bisa diketahui melalui membaca. Dengan demikian, membaca
mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Apa
yang diketahui orang melalui kegiatan membaca pada hakekatnya adalah
informasi. Artinya dengan membaca seseorang mendapatkan sejumlah
informasi yang dalam kadar tertentu bisa mempengaruhi sikap dan
pandangan-pandangannya tentang perilaku kehidupannya.
Melalui membaca seseorang dapat menemukan sejumlah informasi
yang bisa menjadikannya banyak tahu. Dari hasil kegiatan tersebut
memungkinkan seseorang untuk berusaha menghubungkan konsep yang
satu dengan yang lainnya sehingga menjadi rangkaian konsep yang
mempunyai arti bagi dirinya, yang pada akhirnya menambah kekayaan
informasi yang sudah dimilikinya.
Penambahan informasi yang kaya tersebut dapat dilakukan dengan
membaca berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan. Dari sini
timbul minat untuk menambah informasi untuk kepentingan kehidupannya,
yakni melalui membaca. Konsep minat membaca secara umum, dapat
3
dideskripsikan sebagai suatu perhatian yang terus-menerus dari seseorang
terhadap kegiatan membaca karena adanya harapan mendapatkan manfaat
dari kegiatan membaca tersebut. Minat baca itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai suatu sikap seseorang untuk mencurahkan perhatian akan sikap
ingin tahu yang intelektual dan bijaksana, disertai dengan usaha konstan
untuk menggali bidang-bidang pengetahuan (informasi) yang baru, dan
adanya kesediaan untuk menyediakan waktu guna melakukan kegiatan
tersebut. Dari pemahaman akan minat baca seperti itu, maka minat baca
diawali dari melakukan kegiatan membaca, kemudian menjadi minat
membaca, dan minat tersebut menjadi suatu kebiasaan untuk menggemari
kegiatan membaca, yang kemudian mengkristal menjadi budaya membaca.
Budaya membaca sangat erat kaitannya dengan kemampuan membaca.
Artinya, hanya masyarakat yang memiliki kemampuan membaca yang tinggi
yang mampu menerapkan pola budaya baca sebagai bagian terpenting yang
mampu menuntun kehidupan masyarakat.
Tingkat minat baca masyarakat Indonesia sendiri masih rendah.
Bahkan, kegiatan membaca buku belum dianggap sebagai suatu kebutuhan
dalam hidup. Kenyataan ini tentunya memprihatinkan, karena minat
membaca yang identik dengan minat belajar menjadi kemampuan dasar yang
sangat penting. Pengalaman pembangunan negara-negara maju
membuktikan bahwa tingkat kemajuan yang dicapai suatu bangsa mayoritas
4
ditentukan oleh keberhasilan bangsa itu dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan kualitas seluruh masyarakatnya.
Ada beberapa hambatan yang menyebabkan minat membaca
masyarakat Indonesia hingga kini belum berkembang sebagaimana yang
diharapkan. Salah satunya, karena pesatnya perkembangan budaya media
elektronik, terutama televisi dan sarana hiburan lainnya, seperti bioskop,
taman hiburan, mall, dan yang lainnya, masih sangat digemari masyarakat
pada umumnya. Bagi masyarakat yang masih berorientasi pada nilai-nilai
kebersamaan, seperti menonton TV, yang pada umumnya tidak dilakukan
sendirian, lebih menyenangkan dan mengasyikkan dari pada membaca, yang
biasanya dilakukan secara individual.
Hambatan yang lain ialah masih kurangnya minat terhadap bahan
bacaan seperti koran, majalah, dan buku-buku. Masyarakat umumnya lebih
cenderung untuk memilih bahan bacaan komik yang menarik untuk di baca.
Permasalahan yang muncul disini adalah bagaimana agar buku-buku yang
mendidik juga menjadi menarik untuk dibaca. Selain itu, kegemaran
membaca juga berkaitan dengan lemahnya kemampuan dalam bidang
ekonomi. Rendahnya kemampuan ekonomi (pendapatan) masyarakat kita
sering membuat masyarakat kurang mampu menjangkau atau membeli buku-
buku dan kepustakaan lainnya yang dirasa cukup tinggi. Dengan demikian,
kebutuhan akan memperoleh bahan bacaan ditempatkan dalam prioritas
bawah.
5
Karena itu, upaya untuk menumbuhkembangkan gemar membaca
harus dimulai dari usaha dalam meniadakan kendala utama yang
menyebabkan orang tidak mampu atau malas membaca. Maka, metode
dalam menggalakkan minat baca pada masyarakat juga perlu diubah, agar
masyarakat dapat berminat melakukan kegiatan membaca. Kegiatan
membaca harus menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan murah.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu wadah atau tempat yang dapat menjadi
sarana membaca yang dapat menarik perhatian masyarakat.
Dalam rangka mencapai masyarakat belajar (learning society)
diperlukan adanya kebebasan kepada warga masyarakat untuk belajar apa
saja yang diminati dan dibutuhkan. Sesuai dengan prinsip pembelajaran
seumur hidup, warga masyarakat harus memiliki kesempatan dan kebebasan
untuk memperoleh pembelajaran dari mana saja, dan kapan saja. Untuk
mewujudkan prinsip bahwa pendidikan adalah untuk semua serta pendidikan
berlangsung sepanjang hayat, diperlukan adanya sumber-sumber belajar
dalam jumlah dan mutu yang memadai sehingga setiap orang dapat dengan
mudah memperoleh kesempatan belajar mengembangkan potensi diri dan
lingkungannya. Tersedianya sumber-sumber belajar tersebut akan
mendorong serta mempercepat terwujudnya masyarakat belajar (learning
society) yang merupakan jembatan menuju masyarakat yang adil, makmur,
sejahtera, dan berakhlak.
6
Salah satu upaya masyarakat, secara perseorangan atau bersama-
sama/kolektif, dalam usaha pengembangan budaya baca sebagai wujud
keikutsertaannya dalam penyelenggaraan pendidikan ialah dengan
menyediakan sumber belajar dalam bentuk taman bacaan di tengah
masyarakat. Upaya ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dengan membaca,
masyarakat memperoleh informasi yang dapat mengubah prinsip/prilaku,
kemudian membentuk pola pikir (mind set) yang memotivasi prilaku yang
dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara jasmani dan rohani. Dengan
demikian, masyarakat belajar dan terpelajar yang diinginkan akan terbangun
melalui masyarakat gemar membaca (reading society).
Sumber belajar dalam bentuk taman bacaan ini tumbuh di tengah-
tengah masyarakat dengan berbagai kegiatan dan mutu pelayanan yang
kalau dikembangkan secara terencana, sistematis, dan sistemik dapat
berfungsi secara potensial memberikan kemudahan belajar kepada semua
kalangan masyarakat. Sumber belajar yang menyentuh kehidupan berbagai
kalangan masyarakat, termasuk masyarakat kalangan bawah atau pinggiran,
tentu sangat diperlukan untuk mendorong terwujudnya masyarakat belajar
sepanjang hayat secara meluas. Sumber belajar seperti itu juga diperlukan
oleh aksarawan baru dan anggota masyarakat lainnya agar berpengetahuan,
berketerampilan, dan berbudaya maju.
Dalam kawasan Teknologi Pendidikan, ada sumber belajar.
AECT(1997) memberikan definisi bahwa sumber belajar adalah berbagai
7
atau semua sumber baik yang berupa data, orang, dan wujud tertentu yang
dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun
secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan
belajarnya. Dalam bukunya, Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber belajar
(1986), menurut Mudhoffir Sumber belajar ada enam, yaitu: pesan, orang,
bahan, alat, teknik dan lingkungan.
Pesan didefinisikan sebagai ajaran/informasi yang diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Semua bidang studi
atau mata pelajaran adalah termasuk pesan.
Sumber belajar berupa Orang didefinisikan sebagai manusia yang
bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Yang termasuk
ke dalam sumber belajar Orang adalah Guru Pembina, guru pembimbing,
tutor, murid, pemain, pembicara.
Sumber belajar berupa bahan adalah sesuatu (media atau software)
yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat maupun
oleh dirinya sendiri. Sumber belajar berupa bahan bisa berupa Transparansi,
bingkai, film, film rangkai, audio tape, buku, majalah, bahan pengajaran
terprogram, dan lain lain.
Sumber belajar berupa Alat diartikan oleh Mudhoffir sebagai sesuatu
(biasa pula disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan. Yang termasuk ke
8
dalam sumber belajar berupa alat yaitu: proyektor bingkai film rangkai, film,
overhead, pesawat radio, pesawat TV, komputer, dan lain lain.
Sumber belajar berupa Teknik didefinisikan sebagai prosedur rutin
atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan
lingkungan untuk menyampaikan pesan. Yang termasuk di dalam sumber
belajar berupa Teknik antara lain: pengajaran terprogram, belajar sendiri,
taman bacaan masyarakat; dan (3) Hakikat pengelolaan taman bacaan
masyarakat.
A. HAKIKAT MINAT BACA
1. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti
tulisan. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk
mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa membaca, manusia dapat
dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia
sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca.
Dalam definisi yang sederhana, membaca diartikan sebagai kegiatan
19
melisankan kata-kata atau paparan tertulis1. Definisi ini lebih tepat
mengartikannya di dalam kondisi seorang anak yang baru belajar membaca
pada tingkat pendidikan usia dini. Mengeja satu persatu huruf demi huruf.
Apabila anak tersebut telah mampu melafalkan kata-kata sederhana dengan
benar, maka anak tersebut dapat dikatakan sudah dapat membaca.
Telah dietahui secara umum, bahwa setiap kata mempunyai makna
tertentu. Dalam definisi yang lain, merupuskan, membaca adalah kegiatan
yang dilakukan untuk memahami setiap kata2. Dengan demikian membaca
bukan hanya sekedar melafalkan bunyi huruf dengan benar, tapi juga
memperoleh makna atau arti dari suatu kata yang dilambangkan oleh huruf-
huruf. Definisi lebih lengkap dirumuskan oleh Tampubolon3:
Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. dikatakan kegiatan fisik, karena bagian tubuh, khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental, karena bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat didalamnya. Dari rumusan tentang membaca diatas terlihat bahwa mambaca
merupakan aktivitas yang melibatkan aspek fisik dan mental. Jadi, membaca
tidak hanya mengenal dan melafalkan huruf saja. Membaca juga melibatkan
peranan otak dalam memaknai kata-kata. Berdasarkan pemaparan diatas
dapat dipahami bahwa membaca tidak hanya membutuhkan mata sebagai
1 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,1992), hal. 192. 2 Ibid., hal. 192. 3 D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak (Bandung: Angkasa, 1998), hal. 41.
20
alat indra yang berperan, namun juga membutuhkan kemampuan untuk
mengenal huruf, memahami makna dari kata-kata. Artinya di dalam kegiatan
membaca juga ada proses berfikir. Dalam proses berfikir, kegiatan membaca
juga melibatkan peranan ingatan dan persepsi.
Dari uraian mengenai definisi-definisi membaca diatas, data ditarik
benang merah mengenai kegiatan membaca. Membaca adalah kegiatan fisik
dan mental yang melibatkan indra penglihatan yaitu mata, dan kemampuan
berfikir untuk mempersepsikan kata, mengingatnya, dan akhirnya
memahaminya. Oleh karena itu, membaca merupakan proses yang rumit.
2. Tujuan Membaca
Sesuatu kegiatan yang akan dilakukan memerlukan tujuan. Secara
umum, tujuan membaca adalah untuk mendapatkan informasi. Adapun tujuan
membaca yang lebih rinci dikemukakan oleh Gray dan Rogers dalam
Mudjito4 antara lain:
a. Mengisi waktu luang; b. Mengetahui hal-hal aktual yag terjadi di lingkungannya; c. Memuaskan pribadi yang bersangkutan; d. Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hari; e. Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut; f. Meningkatkan pengembangan diri sendiri; g. Memuaskan tuntutan intelektual; h. Memuaskan tuntutan spiritual.
Dari uraian diatas, seseorang membaca berdasarkan tujuan tertentu.
Seseorang membaca dengan tujuan mengisi waktu luang adalah membaca
untuk memperoleh kesenangan (rekreatif). Membaca untuk mengetahui hal-
hal aktual yang terjadi di lingkungannya adalah kegiatan membaca untuk
mmeperbaharui informasi yang telah diterima sebelumnya.
3. Manfaat Membaca
Juel mengungkapkan bahwa hasil akhir dari proses membaca adalah
seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.5 Intisari dari sebuah bahan
bacaan merupakan informasi yang dapat digunakan seseorang untuk
mempelajari sesuatu hal. Sehingga, semakin banyak seseorang membaca,
maka akan semakin banyak informasi yang akan diperoleh. Dari pemaparan
tersebut, maka jelaslah bahwa dengan membaca seseorang akan
mendapatkan manfaat dalam memperoleh informasi serta dapat
mengembangkan pengetahuannya.
Ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan
membaca. Beberapa manfaat membaca menurut Jordan E. Ayan6,
diantaranya adalah :
5 Universitas Unika, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan, hal. 1., 2008 (http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf). 6 Hernowo, Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munsulnya Potensi Membaca, (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), hal. 36.
22
1) Membaca dapat menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis.
2) Banyak buku yang mengajak untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain.
3) Membaca dapat memicu Imajinasi.
Manfaat mambaca memang tidak dapat dielakkan lagi, karena
membaca merupakan kegiatan yang penting dan bermanfaat. Dengan
banyaknya manfaat akan membaca, maka dapat diyakini bahwa membaca
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting.
4. Pengertian Minat Baca
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan
yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba
aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Sutarno NS mendefinisikan minat
sebagai berikut:
Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah, atau keinginan seseorang tersebut terhadap sesuatu7. Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
adalah tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam
melakukan suatu kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut
menyenangkan dan memberi nilai baginya.
7 Sutarno NS, Perpustakaan Dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hal. 19
23
Pengertian lain tentang minat, yaitu dari sdut pandang Tampubolon,
yaitu minat merupakan perpaduan keinginan dan kemauan yang berkembang
jika ada motivasi8. Tampubolon mengartikan bahwa seseorang berminat
karena adanya motivasi. Misalnya saja seseorang yang memiliki keinginan
untuk membaca buku di perpustakaan. Namun, karena ia tidak menemukan
buku yang menarik untuk dibaca, maka dia tidak termotivasi. Akibatnya,
keinginannya untuk membaca tidak berkembang menjadi minat. Dari contoh
tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivas adalah daya penggerak minat.
Jika dilihat dari aspek emosi, minat juga sering dilihat melalui ukuran
senang tidaknya melakukan sesuatu9. Melihat definisi diatas, kesenangan
merupakan unsur yang dominan dalam pembentukan minat. Berminat
terhadap sesuatu, berarti memiliki kesenangan terhadap sesuatu itu pula.
Tetapi minat tidak sama dengan kesenangan. Kesenangan sifatnya
sementara, sedangkan minat cenderung menetap.
Minat baca merupakan perhatian, gairah, dan keinginan siswa pada
kegiatan membaca. Kegiatan membaca ini dipilih atas dasar pengalaman,
yang dipelajarinya bahwa membaca itu penting dan sesuai bagi dirinya,
menarik, memuaskan atau menyenangkan keinginan atau kebutuhannya,
sehingga dapat melahirkan usaha dan tindakan aktif untuk membaca yang
akan bersifat menetap menjadi suatu kebiasaan membaca. Berdasarkan
membaca, dapat ditunjukkan dengan melakukan kegiatan membaca di waktu
luang dan menyediakan waktu khusus untuk membaca.
Akhirnya, dari uraian paparan keseluruhan mengenai membaca dan
minat diatas dapat disimpulkan bahwa minat baca merupakan tingkat
kesenangan yang kuat (excitement) dalam melakukan kegiatan membaca
yang dipilihnya karena kegiatan membaca tersebut menyenangkan dan
memberi nilai kepadanya. Kesenangan seseorang membaca bahan bacaan
berdasar pada faktor kemenarikan. Baik dari segi fisik bahan bacaan, tingkat
penting tidaknya bahan bacan bagi seseorang, maupun selera seseorang.
B. HAKIKAT TAMAN BACAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat
Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) telah dimulai sejak tahun
1992/1993. Kehadiran TBM merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka
Rakyat (TPR) yang didirikan oleh Pendidikan Masyarakat. TBM adalah
sebuah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang
dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan
kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk
mendapatkan informasi bagi masyarakat11. TBM merupakan wadah yang
mampu menyediakan berbagai bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat.
11 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat,
(Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006) h. 1.
26
Lebih dari itu, TBM dapat pula didefinisikan sebagai tempat penyelenggaraan
pembinaan kemampuan membaca, tempat penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran serta tempat untuk mendapatkan berbagai informasi yang
diperlukan masyarakat.
Dalam buku Pedoman Pengelolaan TBM yang diterbitkan Direktorat
Pendidikan Masyarakat disebutkan bahwa definisi Taman Bacaan
Masyarakat adalah sebagai sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola
baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses layanan
bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran seumur
hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar Taman
Bacaan Masyarakat (TBM)12. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
TBM merupakan suatu lembaga atau organisasi yang dapat dikelola oleh
pemerintah ataupun masyarakat. Definisi tersebut juga mendefinisikan TBM
sebagai sumber belajar yang bertujuan untuk memberikan kesempatan setiap
individu untuk dapat belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, TBM dapat
dimanfaatkan oleh semua pebelajar dari golongan masyarakat yang berbeda
baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat
kemampuan intelektual, serta kondisi fisik lainnya.
Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan definisi Taman
Bacaan Masyarakat. Definisi Taman Bacaan Masyarakat di dalam penelitian
ini adalah salah satu sumber belajar yang menyediakan berbagai bahan 12 Ibid., hal. 9-10.
27
kebutuhan belajar dalam rangka menyelenggarakan pembinaan kemampuan
membaca, memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat, dan
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran sepanjang hayat.
2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat
Segala sesuatu memerlukan tujuan. Begitu juga dengan TBM sebagai
salah satu sumber belajar yang penting di masyarakat memiliki tujuan.
Adapun tujuan didirikannya TBM adalah untuk13 :
a) Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga
tercipta masyarakat yang cerdas yang selalu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
b) Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat.
c) Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam
Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara
kembali.
Dari uraian mengenai tujuan diatas, terlihat bahwa keberadaan Taman
Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar yang sangat penting. karena
TBM tidak hanya sebagai tempat untuk membaca namun, juga tempat untuk
kegiatan pembelajaran.
13 Ibid., hal. 1.
28
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Dalam memenuhi peranannya sebagai sumber belajar yang dapat
memfasilitasi pembelajaran seumur hidup, Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
memiliki fungsi sebagai berikut14 :
a) Sarana pembelajaran bagi masyarakat;
b) Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu yang efektif dengan
memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain
sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan
informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka;
c) Sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai
dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.
Dari uraian diatas, Taman Bacaan Masyarakat menjalankan tiga jenis
fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari fungsi pembelajaran, hiburan, dan
informasi. TBM menyelenggarakan kegiatan pelayanannya yang bervariasi.
Ada banyak nama yang digunakan untuk TBM, misalnya Rumah Baca,
Pondok Baca, Perahu Baca, Kapal Baca, Warung Baca. Namun, pada
hakikatnya kesemua lembaga atau organisasi tersebut melakukan fungsi
yang sama dengan TBM.
14 Ibid., hal.2.
29
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat
TBM dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya dalam15 :
a) Menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca;
b) Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat;
c) Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri;
d) Membantu pengembangan kecakapan membaca;
e) Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
f) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Selain memberikan kemudahan mendapatkan bahan bacaan yang
diperlukan masyarakat, TBM juga melakukan berbagai kegiatan untuk
menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca. Apabila dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik.
5. Peran Taman Bacaan Masyarakat
Agar dapat meningkatkan minat dan budaya baca, TBM memiliki peran
sebagai berikut :
a) TBM berperan sebagai tempat layanan informasi
Agar TBM dikunjungi oleh masyarakat sekitar TBM harus menjadi
tempat layanan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar melalui
media bahan bacaan yang tersedia. Sesuai dengan peran tersebut maka 15 Ibid., hal. 2.
30
TBM harus berisi berbagai jenis media seperti buku, audio, audio visual
gerak, leaflet, booklet, atau bahan bacaan praktis lainnya yang dapat
memberi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar TBM. Dengan
demikian di TBM perlu memprioritaskan bahan bacaan yang menyajikan
informasi umum yang sangat diperlukan masyarakat.
b) TBM berperan sebagai tempat untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan
Sesuai dengan peran tersebut maka TBM harusnya menyediakan
berbagai bahan bacaan baik koran, majalah, tabloid, buku otobiografi, kamus,
ensiklopedia, buku tentang berbagai budaya nusantara, buku-buku
ensiklopedia dan sebagainya. Selain itu TBM juga harusnya memiliki bahan
bacaan ilmu pengetahuan praktis (yang bersifat aplikatif), serta buku
pelajaran untuk membantu anak-anak yang sekolah tetapi tidak memiliki
buku.
c) TBM berperan sebagai tempat hiburan yang edukatif
Sesuai dengan peran tersebut maka TBM baiknya dirancang dan
dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang belajar merasa senang dan
nyaman. Oleh karena itu, TBM juga menyediakan bahan bacaan yang
bersifat humoris atau bahan bacaan yang bersifat dagelan/cerita, novel,
komik, dan sebagainya.
31
d) TBM berperan sebagai pembinaan watak dan moral
TBM dapat menjadi tempat pembinaan watak dan moral apabila berisi
bahan bacaan yang terkait dengan ilmu dan pengetahuan tentang psikologis,
agama, sejarah, otobiografi tokoh/negarawan/ artis, pengalaman hidup
seseorang, dan sebagainya.
e) TBM berperan sebagai tempat belajar keterampilan
Untuk dapat memfasilitasi masyarakat yang akan belajar keterampilan
TBM perlu menyediakan bahan bacaan baik berbagai keterampilan yang
bersifat praktis baik pertukangan, pertanian, peternakan, elektronika, dan
sebagainya.
6. Taman Bacaan Sebagai Sumber Belajar
Teknologi Pendidikan merupakan pemecahan masalah-masalah yang
menyangkut semua aspek pembelajaran manusia, agar kegiatan belajar
menjadi bertujuan dan terkontrol. Hal ini dijelaskan dalam definisi Teknologi
Pendidikan (1977), sebagai berikut :
Educational technology is a complex, integrated process, involving people, procedures, ideas, devices and organization, for analizing problems and devising, implementing, evaluating and managing solutions to those problems, involved in all aspects of human learning16.
16 Alan Januszewski, Educational Technology: The Development of A Concept, (Englewood: Libraries Unlimited, 2001), hal. 78
32
Sumber belajar merupakan salah satu hal penting dalam pemecahan
masalah. Di dalam Teknologi Pendidikan, pemecahan masalah berupa
desain, pemilihan, dan pemanfaatan sumber belajar. Lebih lanjut,
Januszewski mengidentifikasikan sumber belajar sebagai Pesan, Orang,
Materi, Alat, Tekhnik, dan Lingkungan. Sumber belajar yang dimanfaatkan
dalam sistem pendidikan adalah sumber belajar yang tidak didesain untuk
kepentingan pembelajaran atau sumber belajar by utilization. Sedangkan
sumber belajar yang didesain untuk tujuan pembelajaran adalah sumber
belajar by design.
Menurut AECT (Association For Educational Communication and
Technology) sebagaimana dikutip oleh Soeharto (1995), Learning resources
(for Educational Technology) all of the resources (data, people, and things)
which may be used by the learner in isolation or in combination, usualy in an
formal manner, to fasilitate learning; they include messages, people,
materials, devices, techniques, and settings17.
Dari definisi diatas dapat terlihat bahwa sumber belajar bukan hanya
terbatas pada bahan dan alat yang digunakan dalam proses belajar-
pembelajaran. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan
untuk membantu individu untuk belajar dan menampilkan kompetensinya.
Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, manusia, material (media-
software), peralatan (media-hardware), teknik (metode) dan lingkungan. 17 Karti Soeharto, Teknologi Pembelajaran, (Surabaya: SIC,1995), hal. 73
33
Menurut Edgar Dale, sumber belajar merupakan suatu hal yang
pernah dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar pada diri seseorang.
Sebagaimana yang dikutip oleh Arsyad (2002), bahwa sumber belajar
merupakan pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni
seluas kehidupan mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan dapat
menimbulkan peristiwa belajar18. Sumber belajar dalam pengertian tersebut
menjadi sangat luas maknanya, karena segala sesuatu yang di alami
dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman
yang menyebabkan belajar.
Sebagaimana diketahui bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber belajar bukan hanya
berupa benda yang dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi sumber belajar
juga bisa berupa pengalaman, dimana pengalaman merupakan sesuatu yang
tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi hanya dapat dirasakan.
Melalui sebuah pengalaman yang pernah dialami oleh seseorang di masa
lampau bisa memberikan suatu pengetahuan baru, pengalaman tersebut
tidak harus berasal dari suatu hal yang dialaminya sendiri, tetapi bisa melalui
pengalaman yang dialami oleh orang lain. Membaca buku atau bahan bacaan
adalah salah satu contohnya. Melalui membaca buku seseorang bisa
menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di 18 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 3
34
masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang
terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca buku
atau bahan bacaan.
Merujuk pada beberapa pengertian mengenai sumber belajar yang
dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah
segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang dan memiliki unsur daya tarik
yang dirancang atau dimanfaatkan untuk memfasilitasi dan memudahkan
terjadinya proses belajar sehingga memungkinkan pebelajar untuk
menampilkan potensinya secara mandiri. Daya tarik merupakan suatu unsur
yang digunakan agar dapat terjadi perubahan dalam diri seseorang dengan
keinginan yang muncul dari dalam dirinya sendiri tanpa adanya suatu
keterpaksaan selama proses belajar tersebut berlangsung. Perubahan dalam
proses belajar, dapat berupa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Berbagai sumber yang
dipergunakan untuk keperluan belajar dapat berupa pesan, bahan, alat,
orang, lingkungan, teknik atau pun pengalaman.
Pemanfaatan sumber belajar tersebut dapat dilakukan secara
individual atau berkelompok dan terpisah maupun mengkombinasikan
beberapa sumber. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, maka sumber
belajar perlu dikelola. Salah satu sumber belajar yang dimanfaatkan dan
perlu dikelola adalah taman bacaan masyarakat. Dalam kedudukannya
sebagai sebuah sumber belajar, bila dilihat dari dari bentuknya sekaligus
35
merujuk pada AECT, Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar
berupa lingkungan yang ada di masyarakat. Sedangkan bila kita melihat asal
usulnya, Taman Bacaan Masyarakat dapat dikelompokan menjadi sumber
belajar by design, karena taman bacaan masyarakat dengan sengaja
dirancang untuk memenuhi tujuan pembelajaran tertentu.
C. HAKIKAT PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan merupakan salah satu bidang garapan Teknologi
Pendidikan. Teknologi Pendidikan sebagai suatu konsep terdiri dari sejumlah
gagasan dan rujukan. Adapun gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar
setiap individu dapat berkembang semaksimal mungkin dengan jalan
memanfaatkan teknologi sedemikian rupa hingga selaras dengan
perkembangan masyarakat dan lingkungan19. Dalam definisi Teknologi
Pendidikan tahun 2004, pengelolaan dirumuskan sebagai salah satu
kawasan kegiatan teknologi pendidikan. Association for Educational
Communications and Technology (1994)20 mendefiniskan Teknologi
Pendidikan sebagai berikut:
19 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 132. 20 Barbara Seels & Rita Richey, Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, diterjemahkan oleh Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo (Alm), dan Yusufhadi Miarso, (Washington DC: AECT, 1994), hal. 10.
36
Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber untuk belajar.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan menjadi salah satu
rujukan dari konsep Teknologi Pendidikan yang diperoleh secara sintesis dari
gejala yang diamati dan kecenderungan yang ada, antara lain21 :
a) Adanya orang-orang belajar yang belum cukup memperoleh perhatian tentang kebutuhannya, kondisinya, dan tujuannya.
b) Adanya si belajar yang tidak cukup memperoleh pendidikan dari sumber-sumber sedekala (tradisional), dna karena itu perlu dikembangkan dan digunakan sumber-sumber baru.
c) Adanya sumber-sumber baru berupa: orang (penulis buku ajar, pembuat media instruksional, dan sebagainya), pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagainya), pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagainya), alat (pesawat televisi, komputer, dan sebagainya), cara-cara tertentu dalam memanfaatkan orang, pesan, bahan dan alat, serta lingkungan tempat proses itu berlangsung.
d) Adanya kegiatan yang bersistem dalam mengembangkan sumber-sumber belajar itu yang bertolak dari landasan teori tertentu dan hasil penelitian, yang kemudian dirancang, dipilih, diproduksi, disajikan, digunakan, disebarkan, dinilai, dan disempurnakan.
e) Adanya pengelolaan atas: kegiatan belajar yang memanfaatkan berbagai sumber, kegiatan manghasilkan dan atau memilih sumber belajar, serta orang dan lembaga yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar kegiatan lebih berdaya guna, berhasil guna, dan produktif.
Berdasarkan konsep Teknologi Pendidikan seperti diuraikan diatas,
dapat disimpulkan bahwa pengelolaan menjadi salah satu pemecahan
masalah-masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
Tujuannya adalah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif
dan efisien dalam proses pengadaan dan pemakaian sumber belajar.
21 Miarso, op. cit., hal. 133.
37
Sejalan dengan pemikiran tersebut, Ivor Davies menyebutkan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola (pembelajar) agar
proses pembelajaran menjadi efektif22 :
a) Merencanakan tujuan belajar; b) Mengorganisasikan sumber belajar, sehingga dalam mewujudkan
tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan ekonomis;
c) Memimpin untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar;
d) Mengawasi apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin telah berhasil dalam mewujudkan tujuan belajar yang telah dirumuskan.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa pengelolaan yang berkaitan dengan
pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola.
Kegiatan tersebut diawali dengan merencanakan, dilanjutkan dengan
mengorganisasikan, kemudian memimpin, sampai melakukan pengawasan
terhadap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
Seels and Richey juga mengungkapkan bahwa pengelolaan meliputi
pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan supervisi23. Lebih lanjut,
pengelolaan dalam bidang garapan Teknologi Pendidikan terdiri dari empat
kategori, yaitu: pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem
penyampaian, dan pengelolaan infomasi.
Melengkapi kedua pendapat diatas, Koontz dan O’Donnell dalam
bukunya The Principal of Management: An Analysis of Managerial Function,
sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman Saleh dan Fahidin24 menyebutkan
bahwa fungsi pengelolaan ada lima yaitu: Planning (Perencaan), Organizing
(Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Staf), Directing (Pengarahan), dan
Controlling (Pengendalian).
Berdasarkan pemaparan beberapa teori baik dalam bidang ilmu
Teknologi Pendidikan dan Ilmu Perpustakaan, dapat ditarik benang merah
bahwa pengelolaan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-
sumber yang ada secara efektif dan efisien. Usaha sadar tersebut dilakukan
dengan melalui proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan.
2. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
Dalam upaya mewujudkan masyarakat belajar (learning community)
harus diciptakan kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan pemelajar
memiliki pengalaman belajar baik melalui sumber belajar yang dirancang (by
24 Abdul Rahman Saleh & Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Universitas Terbuka, Dpdikbud, 1995 ), hal. 3.
39
design) maupun yang dimanfaatkan (by utilization) untuk keperluan
pembelajaran. Salah satu sumber belajar yang dirancang untuk keperluan
pembelajaran nonformal adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
TBM sejenis dengan perpustakaan umum, namun sasarannya lebih
diperuntukkan untuk komunitas kelompok. Komunitas kelompok sasaran TBM
yang satu bebeda dengan TBM lainnya. Adapun peranan TBM adalah
sebagai berikut:
TBM yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberi kemudahan akses kepada warga masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Di samping itu, TBM berperan dalam meningkatkan minat baca, menumbuhkan budaya baca, dan cinta buku bagi warga belajar dan masyarakat. Secara khusus TBM dimaksudkan untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara yang antara lain karena kurangnya sarana yang memungkinkan para aksarawan baru dapat memelihara dan meningkatkan kemampuan baca tulisnya. Di samping itu, TBM juga ditujukan untuk memperluas akses dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat mendapatkan layanan pendidikan. 25
Berdasarkan kutipan diatas, dapat disadari pentingnya fungsi TBM
dalam menyediakan koleksi baik berupa bahan bacaan maupun jenis lain
yang berguna bagi warga masyarakat, maka diperlukan pengelolaan yang
baik dan memadai agar fungsi Taman Bacaan Masyarakat dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengelola
TBM diarahkan pada penguasaan beberapa aspek kompetensi yang
diperlukan untuk pengelolaan TBM. Kompetensi mengelola adalah salah satu
25 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Naskah AkademikPengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM), (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal. 7
40
aspek penting dalam pengelolaan TBM. Kompetensi pengelolaan terdiri dari
kemampuan dalam merencanakan program TBM, mengorganisasikan
sumber daya TBM, mengarahkan pelaksanaan program TBM,
mengendalikan pelaksanaan program TBM, dan mengevaluasi26. kompetensi
inilah yang harus dipenuhi dalam kegiatan mengelola TBM. Kegiatan
mengelola TBM merupakan sebuah rangkaian aktivitas yang harus dilakukan
oleh seorang pengelola, dimana rangkaian aktivitas tersebut dimaksudkan
sebagai fungsi pengelolaan TBM.
Berdasarkan kajian sebelumnya, telah di ketahui bahwa pengelolaan
merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang
teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara
efektif dan efisien melalui proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Maka, dapat dirumuskan bahwa proses
pengelolaan TBM yang harus dilaksanakan yaitu melalui fungsi-fungsi
pengelolaan yang terdiri dari Perencanaan TBM, Pengorganisasian TBM,
Pengarahan TBM, dan Pengawasan TBM.
a) Perencanaan
Sebelum seorang pengelola dapat melakukan kegiatan
mengorganisasi, mengarahkan dan mengawasi, mereka haruslah membuat
rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Perencanaan adalah 26 Ibid., hal. 13
41
pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus dilakukan,
kapan, bagaimana dan oleh siapa27.
Berbagai definisi mengenai fungsi perencaan dalam pengelolaan
diberikan oleh para praktisi. Mulai dari yang paling mendasar, dikemukakan
oleh William Herbert Newman (1957), Planning is deciding in advance what is
to be done28. Ia mendefinisikan bahwa perencanaan adalah penentuan
terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan. Untuk menentukan apa saja yang
diperlukan sebelum melakukan fungsi selanjutnya, dapat diperoleh dengan
menjawab pertanyaan yang menjadi unsur esensi dalam perencanaan,
sebagaimana diungkapkan oleh Manullang29 :
a. Tindakan apa yang harus dikerjakan? b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? c. Di manakah tindakan itu harus dilaksanakan? d. Kapankah tindakan itu dilaksanakan? e. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? f. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Menurut Manullang, dalam kegiatan perencanaan, pengelola
menentukan jawaban keenam unsur tersebut sebagai penuntun dalam
kegiatan pengelolaan selanjutnya. Berdasarkan definisi fungsi perencanaan
tersebut bahwa perencanaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh suatu
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, mengapa, kapan, 27 Ritha F. Dalimunthe, Keterkaitan Antar Penelitian Manajemen Dengan Pendidikan Dan Pengembangan Ilmu Manajemen. Universitas Sumatra Utara DIgital Library, 2003. (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf) 28 William Herbert Newman dikutip langsung oleh Manullang, Dasar-dasar Manajemen (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), hal. 39. 29 Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: gadjah Mada University Press, 2006), hal. 41.
42
dimana, bagaimana, dan oleh siapa, yang akan dikerjakan di masa depan
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah diinginkan. Oleh karena itu,
perencanaan dapat didefinisikan sebagai tahap menentukan apa yang akan
dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan dilakukannya, dan siapa yang
akan melakukannya.
Berdasarkan teori diatas, kegiatan-kegiatan perencanaan yang
dilakukan pengelola TBM adalah dengan menetapkan kegiatan yang akan
dilakukan, menetapkan tempat atau lokasi, menetapkan waktu kegiatan atau
penjadwalan, menetapkan siapa yang melakukan atau pelaku kegiatan, dan
menentukan bagaimana atau dengan cara yang dipilih untuk mencapai tujuan
TBM.
Abdul Rahman Saleh & Fahidin mengungkapkan bahwa perencanaan
merupakan suatu proses yang terus menerus dan merupakan suatu siklus
yang sangat penting untuk dipahami30. Dalam konteks ini, perencanaan
didefinisikan sebagai suatu siklus yang berkesinambungan, dan tidak bersifat
permanen. Artinya, perencanaan selalu dapat direvisi dan dikontrol. Adapun
siklus perencaan tersebut terdiri dari (1) menentukan kebutuhan, (2)
mencapai sasaran, (5) pengujian cara yang dipilih, (6) simulasi, (7) memilih
cara, (8) implementasi, dan (9) monitoring.
30 Abdul Rahman Saleh & Fahidin, op. cit., hal, 28.
43
Kesembilan tahapan yang merupakan siklus perencaan merupakan
hal yang harus dilakukan oleh sebuah perpustakaan. TBM dan perpustakaan
memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan pengelolaan, namun kegiatan
pengelolaan di TBM tidak sama persis dengan konsep pengelolaan
perpustakaan diatas. Oleh karena itu, dapat diambil benang merah
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Manullang dan Abdul rahman
Saleh & Fahidin, bahwa perencanaan yang dilakukan di TBM dapat dilakukan
dengan mengikuti siklus perencanaan perpustakaan yang mencakup
perencanaan terhadap kebutuhan TBM, merencanaka sasaran dan
merencanakan metode serta menjawab keenam unsur apa yang harus
dilakukan, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan oleh siapa.
1) Merencanakan kebutuhan TBM
Adapun kegiatan perencaaan TBM yang pertama dimulai dengan
menentukan kebutuhan. Selayaknya di perpustakaan, di TBM pun ditentukan
kebutuhan terlebih dahulu dengan user study atau studi pemakai. Dari study
user ini akan diidentifikasi kebutuhan pemakai TBM, baik kebutuhan bahan
bacaan maupun kebutuhan layanan, serta kebutuhan pekerjaan di TBM.
2) Merencanakan Tujuan TBM
Tahap selanjutnya adalah menentukan tujuan TBM. Telah disinggung
dalam hakikat sebelumnya bahwa tujuan TBM adalah sebagai wadah
kegiatan belajar masyarakat, khususnya dalam upaya membangkitkan dan
meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang
44
cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan TBM tersebut hendaknya harus selalu disadari, dihayati dan
diimplementasikan oleh seluruh anggota TBM.
3) Merencanakan Sasaran dan Metode
Langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran atau target
kemudian menentukan metode yang akan dipakai untuk mencapai tujuan
sasaran tersebut. Adapun perencanaan terhadap metode yang akan
digunakan dalam TBM berkaitan dengan kondisi TBM yang bersangkutan.
Metode yang dipilih dilakukan untuk meninjau TBM dilihat dari komponen-
komponen TBM. Adapun komponen penting setiap TBM yaitu lokasi, sumber
daya manusia, organisasi dan manajemen, sarana dan prasarana, layanan
dan promosi, dan anggaran31. berdasarkan pedoman tersebut, komponen
yang ditinjau dengan menggunakan sasaran dan metode yang telah
direncanakan adalah lokasi, sumber daya manusia, dokumen keorganisasian
dana manajemen, sarana dan prasarana, layanan, serta anggaran.
Dalam merencanakan lokasi TBM, perlu diperhatikan sasaran pemakai
TBM. Tony Simbolon, Taman Bacaan Masyarakat seyogyanya berada di32:
a) Desa atau kelurahan yang dikelola oleh kantor desa atau kelurahan, khususnya yang belum memiliki fasilitas akses layanan
31 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006), hal. 20. 32 Tony Simbolon, Pengembangan Budaya Baca Melalui Taman Bacaan Masyarakat, (Jakarta: PT Ryan Eka Mandiri, 2007), hal. 69-70.
45
bahan bacaan seperti toko buku, rental buku/bahan bacaan, atau perpustakaan.
b) Di kota, di sentra layanan masyarakat (fasilitas umum), atau ditempat-tempat mastarakat berkumpul dan menunggu seperti, pembayaran telepon, listrik, terminal, penjara, bandara, dll.
c) Tempat TBM yang mudah dilihat dan dijangkau.
Dalam merencanakan sumber daya manusia TBM, ditentukan berapa
jumlah tenaga yang dibutuhkan dan proses rekruitmen tenaga pengelola
TBM. Mengenai berapa jumlah tenaga pengelola TBM belum ditentukan
jumlah yang baku. Di dalam buku pedoman penyelenggaraan TBM, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sumber daya
manusia, yang pertama yaitu komposisi pengelola TBM. Komposisi pengelola
TBM, baik pimpinan maupun staff, disesuaikan dengan volume dan beban
kerja/kegiatan dan juga anggaran33. Hal tersebut menandakan bahwa belum
adanya ketentuan mengenai jumlah tenaga pengelola TBM. Lebih lanjut,
tertera di dalam pedoman penyelenggaraan TBM, hal kedua yang harus
diperhatikan dalam rangka meningkatkan wawasan dan keterampilan
pengelolaan TBM maka setiap pengelola diberi kesempatan untuk mengikuti
pendidikan dan latihan yang terkait dengan penyelenggaraan TBM. Hal ketiga
yang harus diperhatikan yaitu kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja TBM.
Kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja TBM disesuaikan dengan kebutuhan
dan ketersediaan tenaga setempat. Selain tenaga tetap, pengelola TBM
33 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat, hal. 34.
46
dapat diperoleh dengan cara memberdayakan orang muda atau tokoh
masyarakat setempat sebagai relawan.
Dalam merencanakan sarana dan prasarana TBM, ditentukan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan oleh setiap TBM. Tony Simbolon
mengungkapkan bahwa TBM yang baik seharusnya memiliki sarana sebagai
berikut34 :
a) Ruang baca baik indoor (tertutup) maupun outoor (terbuka/taman), ruang display, ruang pembelajaran/kegiatan, ruang administrasi yang memadai.
b) Koleksi bahan bacaan yang bervariasi dan sesuai dan berguna serta dibutuhkan masyarakat yang ditata sehingga mudah dilihat dan dicari.
c) Kursi/bangku dan meja baca baik di indoor maupun outdoor. d) Memiliki WC dan alat komunikasi.
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat berpengaruh
dalam mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), karena tanpa adanya
perencanaan sarana dan prasarana seperti gedung yang permanen, koleksi
yang memadai serta sarana lain seperti rak-rak buku, meja baca dan lain-lain
kalau tidak terpenuhi maka pengguna jasa tersebut tidak akan tertarik untuk
mengunjunginya. Untuk membuat TBM yang menarik dapat direncanakan
pengadaan sarana dna prasarana dengan mencoba beberapa hal berbeda
yang sesuai dengan karakteristik sasarannya, tentunya untuk menambah
semarak TBM dan menarik masyarakat untuk mengunjunginya.
34 Tony Simbolon, op. cit., hal. 70.
47
Dalam merencankaan layanan TBM, perlu diperhatikan beberapa
aspek yang berkaitan dengan pelayanan di TBM. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam memberikan pelayanan TBM yang baik sebagai berikut35
:
a) Suasana TBM yang hendaknya diatur sedemikian rupa agar menarik dan menyenangkan pengunjung. Keadaannya juga harus dijaga agar tetap bersih, sejuk, rapi dan nyaman, termasuk peralatan/perlengkapan lain supaya ditata dengan rapi sehingga pengunjung merasa senang berada di ruangan atau di sekitar TBM.
acaan
tuan dari petugas.
emanfaatkan
mlah pinjaman, sanksi pelanggaran.
a TBM. h) Sistem Peminjaman (Sirkulasi) TBM ditentukan menggunakan
diperlukan kemampuan wirausaha bagi pengelola untuk selalu kreatif
b) Tenaga Pelayanan yang melayani pengguna TBM perlu ditentukan berapa jumlah dan apa saja kualifikasinya.
c) Sistem Layanan yang digunakan TBM, apakah menggunakan sistem pelayanan terbuka sehingga pengunjung/ pengguna dapat masuk ke ruang baca untuk memilih dan mengambil bahan bsendiri dari rak, atau sistem pelayanan tertutup dimana penunjung/pengguna dapat meminta ban
d) Jenis kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan kebutuhan sasarna atau pemakai TBM.
e) Peraturan dan Tata Tertib TBM dibuat oleh pengelola TBM meliputi keanggotaan pemakai (siapa saja yang dapat mTBM), hari dan Jam Buka TBM, lama dan Waktu Peminjaman bahan bacaan, ju
f) Pendaftaran Anggota pengguna TBM, perlu ditentukan persyaratannya.
g) Kartu Anggota, diperlukan untuk membedakan anggota TBM dengan bukan anggot
sistem pinjamannya.
Dalam merencanakan anggaran TBM, ditentukan bagaimana
pengelompokkan anggaran, sumber anggaran yang merupakan asal
pendanaan, dan komposisi anggaran. Dalam menentukan rencana anggaran,
35 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, hal.17
48
memperoleh tambahan penghasilan bagi operasional TBM sehingga TBM
dapt mandiri.
b) Pengorganisasian TBM
Istilah Pengorganisasian secara umum memiliki dua pengertian.
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok
fungsional. Sedangkan dalam pengertian yang lain, pengorganisasian
dimaksudkan sebagai proses pengorganisasian. Dalam kajian teori ini, akan
dibahas pengorganisasian dengan pengertian yang kedua.
Hani Handoko mendefinisikan pengorganisasian sebagai proses untuk
merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi
tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai
dengan efisien36. Menurut definisi diatas, pengorganisasian merupakan
proses atau alur kegiatan yang didasarkan pada struktur organisasi,
kemudian mengelompokkan dan mengatur tugas atau pekerjaan anggota
organisasi, membagi tugas atau pekerjaan anggota organisasi. Setelah
merencanakan mengenai rekruitment anggota organisasi melalui kualifikasi
dan kompetensinya, maka anggota organisasi tersebut dikelompokkan tugas
(Organizing) ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian 36 T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000), hal.168.
49
tugas, siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa37.
Dalam definisi ini, terlihat adanya pembagian tanggung jawab diantara
sesama anggota organisasi. Pembagian tanggung jawab mengenai tugas
atau pekerjaan ini dilakukan untuk memudahkan para anggota organisasi
melakukan pekerjaan lebih mudah dan terorganisasi.
Berdasarkan kedua definisi pengorganisasian diatas, dapat
disimpulkan bahwa Pengorganisasian adalah proses yang didasarkan pada
struktur organisasi dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan dikelompokkan
berdasarkan kemampuan anggotanya, serta diatur mengenai pembagian
tanggung jawabnya di kalangan anggota organisasi, dengan efisien dan
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Kepala TBM
Bidang Administrasi Teknis
Bidang Layanan Pembaca
Gambar 1: Struktur Organisasi Taman Bacaan Masyarakat
37 Yayat, Modul Manajemen Umum Dan Bidang-bidang Manajemen: Mata Pelajaran Ekonomi Kelas II, 2007. (http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=11&fname=eko206_07.htm)
50
Struktur organisasi tersebut bukanlah struktur organisasi yang baku
dan menjadi standar untuk setiap TBM. Karena struktur organisasi di TBM
dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi TBM.
Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan
berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai
tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar,
sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat,
oleh karena itu proses pengorganisasian TBM juga diikuti dengan kesesuaian
kebutuhan masyarakat pengguna TBM. Adapun mengenai pembagian tugas
atau pekerjaan anggota organisasi TBM sebagai berikut38 :
1) Kepala TBM mempunyai tugas-tugas sebagai berikut: a. Memimpin TBM; b. Menyusun dan menetapkan program TBM; c. Mengembangkan dan memajukan TBM; d. Melakukan kerjasama antar TBM maupun perpustakaan atau
institusi lain (pemerintah dna swasta); e. Mengkordinasikan dan mengawasi/mengontrol pelaksanaan
tugas administrasi/pengolahan dan tugas-tugas layanan. 2) Bidang Administrasi dan Tekhnis mempunyai tugas-tugas berikut :
a. Mengurus kegiatan administrasi dan surat-menyurat, b. Melaksanakan pengembangan koleksi, c. Mengadakan pemilihan dan pengadaan bahan pustaka, d. Melaksanakan pengolahan bahan pustaka, e. Pemeliharaan koleksi bahan pustaka, f. Membuat laporan administrasi dan teknis.
3) Bidang Layanan Pembaca mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menata koleksi secara sistematis, b. Mempersiapkan dan mengatur tata tertib layanan; c. Melaksanakan/menyelenggarakan layanan; d. Melaksanakan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka;
38 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat , hal. 3.
51
e. Melaksanakan administrasi keanggotaan; f. Membuat laporan pelayanan dan penggunaan koleksi TBM.
Sedangkan mengenai pembagian tanggung jawab di kalangan
anggota pengelola TBM dapat diketahui dari ada atau tidaknya struktur
organisasi pengelola TBM. Berdasarkan bagan struktur tersebut, dapat
menggambarkan bagaimana pembagian tanggung jawab di TBM itu sendiri.
Dengan melihat tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggota
organisasi TBM, maka terdapat tugas-tugas pengelolaan TBM yang harus
dilakukan oleh pengelola di dalam tahapan pengorganisasian TBM. Tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh pengelola adalah usaha-usaha yang harus
dilakukan dalam rangka melakukan pengelolaan TBM. Tugas-tugas tersebut
terangkum dalam kegiatan pengolahan bahan koleksi TBM agar memberikan
kemudahan terhadap pelaksaaan kegiatan pelayanan di TBM. Tahapan
kegiatan pengolahan bahan koleksi di TBM sesuai dengan Pedoman
Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat meliputi kegiatan registrasi atau
pencatatan bahan koleksi (inventarisasi), katalogisasi yang terdiri dari
katalogisasi deskriptif dan klasifikasi, memberi kelengkapan buku,
penyusunan buku di rak.
Sejalan dengan uraian pedoman pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat diatas Ibrahim Bafadal menambahkan proses pengolahan koleksi
dilakukan melalui tahapan pengadaan, klasifikasi, katalogisasi, serta
52
pengaturan dan pemeliharaan koleksi39. Perbedaan diantara kedua tahapan
yang ada yaitu pada tahap awal dan tahap akhir proses pengolahan. Uraian
kedua lebih lengkap karena menjelaskan proses pengolahan koleksi hingga
tahap pemeliharaan. Sedangkan pada tahap awal pengolahan, kegiatan
pengadaan bahan koleksi sudah dilakukan dalam tahapan perencanaan.
Oleh karena itu kedua tahapan tersebut sejalan dan saling melengkapi.
Berdasarkan uraian diatas, pengolahan koleksi di TBM terdiri dari
tahapan pengadaan, registrasi atau pencatatan bahan koleksi (inventarisasi),
klasifikasi, katalogisasi, memberi kelengkapan buku, penyusunan buku di rak
pemeliharaan koleksi TBM. Pengolahan diawali dengan pencatatan atau
registrasi masing-masing jenis bahan pustaka/bacaan dengan menggunakan
Daftar Buku atau Buku Induk untuk bahan pustaka yang berupa buku, Kartu
Majalah untuk majalah dan Kartu Surat Kabar untuk surat kabar, sedangkan
leaflet dan pamphlet tidak perlu diregistrasi. Setelah koleksi diregistrasi,
kemudian dikelompokkan menurut subjeknya menggunakan angka atau
simbol tertentu sesuai skema atau sistem klasifikasi yang digunakan. Tahap
ini disebut juga dengan proses katalogisasi deskriptif. Setelah dikatalogisasi
deskriptif, koleksi dideskripsikan menurut data bibliografisnya, seperti
pengarang, judul, nama penerbit, tahun terbit, serta jumlah halaman. Data
tersebut beserta nomor klasifikasi dan tajuk subjek kemudian diformulasikan
ke dalam kartu katalog. Kemudian setiap buku diberi label nomor panggil (call 39 Ibrahim Bafadal, op.cit., hal. 27
53
number) yang diperlukan untuk menentukan posisi atau letak buku di rak.
Label nomor panggil direkatkan pada punggung buku. Setelah itu, agar
pengguna TBM lebih mudah menemukan buku yang dibutuhkannya di rak,
setiap buku yang sudah ada label nomor panggilnya juga diberi label
berwarna sesuai dengan kelompok subjeknya.
Koleksi juga perlu dilengkapi dengan kartu buku, kantong kartu buku,
dan lembar tanggal kembali. Kartu buku berfungsi sebagai kartu kendali buku
yang dipinjamkan kepada pengguna/anggota. Ketika bukunya dipinjamkan,
kartu buku diisi nomor anggota, nama anggota serta tanggal kapan harus
dikembalikan. Kantong kartu buku berfungsi untuk meletakkan buku ketika
buku sedang tidak dipinjam oleh anggota TBM. perlengkapan terakhir untuk
sebuah buku yang perlu disiapkan sebelum buku diletakkan dalam rak adalah
lembar/slip tanggal kembali yang berfungsi untuk mengingatkan peminjam
kapan buku tersebut harus dikembalikan. Lembar tanggal kembali ini
direkatkan pada halaman terakhir atau dibagian dalam cover buku di atas
kantong kartu buku.
Setelah seluruh proses sebelumnya telah selesai, maka buku/koleksi
disusun sesuai pada sistem yang tetap (konsisten), maksudnya agar pemakai
dapat dengan mudah menemukan dan memanfaatkan bahan bacaan yang
dibutuhkan. Selain, menyusun buku/koleksi di rak, kegiatan pengolahan
koleksi juga termasuk memelihara buku dengan cara memberikan sampul
54
buku dan memperbaiki buku-buku yang rusak misalnya menjilid kembali,
mengganti halaman yang rusak atau hilang dan sebagainya.
c) Pengarahan
Pengarahan merupakan tindak lanjut dari fungsi-fungi manajemen
sebelumnya, yaitu perencanaan dan pengorganisasian. Pengarahan dalam
bahasa Inggris berarti directing, yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia sebagai ‘memimpin’, atau ‘mengarahkan’. Siswanto memberikan
batasan secara umum mengenai pengarahan sebagai suatu proses
pembimbingan, pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar
mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan40. Pengarahan
berarti menentukan bawahan tentang apa yang harus mereka kerjakan atau
tidak boleh dikerjakan. Dalam pengertian ini, kegiatan pengarahan dapat
dilakukan dengan memberikan perintah, petunjuk (orientasi) dari atas atau
pimpinan kepada orang-orang yang dipimpinnya atau di bawahnya, untuk
melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu,
baik secara lisan maupun tulisan berupa peraturan dan tata tertib.
Mengarahkan atau memberikan arahan merupakan suatu fungsi
pengelolaan yang kompleks, dimana tujuannya untuk mempengaruhi
karyawan agar mau melaksanakan tugas-tugas secara efektif dan efisien,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sebagaimana diungkapkan oleh
Abdul Rahman Saleh dan Fahidin41 :
Tujuan utama fungsi memimpin adalah untuk menciptakan kerja sama yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan anggota serta menumbuhkan perasaan untuk menyukai pekerjaan yang dilakukan.
Melihat definisi diatas, dapat diketahui bahwa keberasilan untuk
memenuhi tujuan tersebut sangat bergantung kepada kemampuan para
pemimpin. Dalam manajemen modern, para pengelola menambahkan
pendekatan lain sebagai pendorong atau motivator. Oleh karena itu,
pengarahan berkenaan dengan cara bagaimana pengelola dapat memotivasi
para bawahannya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka
meningkat. Pengarahan diawali dengan motivasi, karena para pengelola tidak
dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk bersedia
mengikutinya.
Berdasarkan kedua teori diatas, pengarahan merupakan aspek
hubungan manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk
bersedia memahami dan menyumbangkan tenaga dan fikirannya secara
efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pengelolaan,
pengarahan ini bersifat sangat komplek, karena disamping menyangkut orang
perorang, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari masing-masing
mereka. Dalam melaksanakan fungsi pengarahan yang menyangkut pada
41 Rahman Saleh & Fahidin, op. cit., hal. 98.
56
hubungan atara pengelola dan karyawan, dapat dilakukan dengan cara
memberikan orientasi mengenai informasi atau petunjuk yang perlu diketahui
karyawan agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik. Dalam proses
pengarahan, pemimpin juga harus membangun komunikasi yang baik dengan
para karyawannya. Bagi para karyawan, untuk melaksanakan tugas-tugas
dengan baik dipengaruhi oleh cara pengelola dalam mempengaruhi orientasi
tugas. Misalnya dengan memberi motivasi agar mereka bekerja dengan
semangat tinggi. Oleh karena itu, perlu disadari pentingnya pengelola dalam
menjalankan fungsi kegiatan pengarahan dalam bentuk memberikan orientasi
tugas, komunikasi, dan motivasi kepada para karyawannya.
Berdasarkan kajian teorits mengenai pengarahan sebelumnya, jika
dikaitkan dengan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, maka dapat dapat
diambil benang merah bahwa kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
pengelola TBM dalam menjalankan fungsi pengarahan, dapat dilakukan
dengan cara memberikan orientasi untuk menyampaikan informasi atau
petunjuk yang perlu diketahui oleh pengelola/pengurus TBM agar tugasnya
dapat dilakukan dengan baik, membangun komunikasi yang baik diantara
para pengelola, pengurus dan anggota, serta memberi motivasi agar
pengelola/pengurus/relawan TBM dapat melaksanakan tugas dengan
semangat tinggi. Oleh karena itu, di dalam proses pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat bahwa pengelola TBM dalam menjalankan fungsi
57
kegiatan pengarahan perlu dilakukan kegiatan memberikan orientasi,
komunikasi, dan motivasi kepada para pegawai maupun relawan TBM.
d) Pengawasan
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin
organisasi pengelolaan tercapai. Hal ini dilakukan dengan cara membuat
kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Beberapa pakar telah
menguraikan pengertian penagawasan dari berbagai sudut pandang
berbeda. Definisi pengawasan secara sederhana dikemukakan oleh Murdick
bahwa pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai42.
Menurut definisi ini pengawasan merupakan proses dasar yang secara
essensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi.
Hal ini dikarenakan bahwa ketercapaian tujuan dari organisasi merupakan
prinsip dasar dari pengelolaan itu sendiri.
Lebih rinci mengenai definisi dan proses pengawasan yang
dikemukakan oleh Robert J. Mockler, berikut ini telah memperjelas unsur-
unsur esensial proses pengawasan43 :
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
42 Nanang Fatah, Landasan Manajamen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 101. 43 Robert J. Mockler sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), hal. 360-361.
58
mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Dari definisi pengawasan diatas, dapat dilihat bahwa fungsi
pengawasan didasarkan pada fungsi perencanaan. Di dalam definisi tersebut
dijelaskan bahwa pengawasan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan. Proses pengawasan yang dimaksud terdiri dari lima
tahap. Tahap-tahapnya adalah (1) Penetapan standar pelaksanaan, (2)