Top Banner
RAGAM INTERVENSI TERAPI PSIKOLOGI DIKTAT AJAR Dr. Rilla Sovitriana, Psi, M.Si, Psikologi EDITOR: Sofiyah, S.Psi, Anissa Nurfajriah, S.Psi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI DIGUNAKAN TERBATAS UNTUK KALANGAN SENDIRI DILARANG MEMPERBANYAK/FOTOCOPY
193

INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

Jul 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

RAGAMINTERVENSITERAPIPSIKOLOGI

DIKTAT AJARDr. Rilla Sovitriana, Psi, M.Si, Psikologi

EDITOR: Sofiyah, S.Psi, Anissa Nurfajriah, S.PsiFAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI

DIGUNAKAN TERBATAS UNTUK KALANGAN SENDIRIDILARANG MEMPERBANYAK/FOTOCOPY

Page 2: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................i

HALAMAN DAFTAR ISI........................................................................................……...…….ii

I. Terapi Perilaku dengan Teknik Pelatihan Asertif………………………........................…...…1

II. Terapi Realitas dengan Teknik WDEP……………………………………………..…19

III. Terapi REBT (Rational Emotive Behavior theraphy)………………………………....35

IV. Terapi Perilaku dengan Teknik Program Mengendalikan Diri Sendiri……….……56

V. Terapi Okupasi dengan Teknik Pemanfaatan Waktu Luang (Leisure)……………..70

VI. Terapi Psikoanalisa…………………………………………………………………..…83

VII. Terapi Kognitif Perilaku (TPK)………………………………………………………..94

VIII. Terapi Perilaku (Behavior Theraphy) dengan teknikDialectical Behavior Therapy

(DBT)…………………………………………………………………………………...121

IX. Terapi Gestalt Teknik Terapi Kursi Kosong (empty chair)…………………………142

X. Terapi Eksistensial Humanistik……………………………………………………...159

XI. Konseling Keterampilan Hidup DAISE………………………………………….….171

XII. Terapi Client Centered…………………………………………………………...….…181

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….191

Page 3: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

1

PENERAPAN TERAPI PERILAKU DENGAN TEKNIK PELATIHAN

ASERTIF

A. Terapi Perilaku dengan Teknik Pelatihan Asertif

1. Pengertian Perilaku dengan Teknik Pelatihan Asertif

Terapi perilaku di rumuskan oleh Masters sebagai Teknik khusus yang

mempergunakan dasar psikologi (khususnya proses belajar) untuk mengubah perilaku

seseorang secara kuantitatif. Perlunya suatu perilaku di ubah, karena ketidaksesuaian

yang menyebabkan terganggunya kestabilan pribadi atau yang mengganggu tumbuh

kembangnya. Tujuan terapi perilaku menurut Corey adalah untuk menghilangkan

perilaku maladaptive dan belajar berperilaku yang lebih efektif. Memusatkan perhatian

dalam factor yang mempengaruhi perilaku dan memahami apa yang bisa dilakukan

terhadap perilaku yang menjadi masalah (Gunarsa, 2011).

Menurut Davison, Neale & Kring (2014), perilaku adalah hasil dari

pembelajaran. Kita (manusia) adalah produk sekaligus produsen dari lingkungan

(pengalaman, pendidikan dan latihan). Tidak ada satu asumsi tunggal mengenai

perilaku yang dapat menggabungkan semua prosedur yang ada dalam bidang

behavioral, kecuali hasil belajar. Berperilaku baik berarti belajar yang benar,

berperilaku tidak baik dan menyimpang berarti belajar yang salah.

Dijelaskan juga bahwa memusatkan perhatian pada perilaku overt (yang dapat

dilihat), ketepatan dalam menentukan tujuan spesifik dari terapi, dan tujuan objektif

dari evaluasi hasil terapi. Terapi ini didasarkan pada prinsip-prinsip teori belajar.

Perilaku normal dipelajari melalui penguatan dan peniruan (reinforcement and

imitation). Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk

Page 4: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

2

menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari perilaku yang lebih efektif. Untuk

fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan menemukan apa yang dapat

dilakukan tentang perilaku bermasalah.

Klien atau pasien memiliki peran aktif dalam menetapkan tujuan terapi dan

mengevaluasi seberapa baik tujuan tersebut terpenuhi. Arah perubahan perilaku secara

khusus di tentukan oleh pasien dan klien. Tujuan terapi perilaku dengan orientasi ke

arah konseling, menurut George & Cristiani (dalam Gunarsa, 2011) adalah:

a. Mengubah perilaku maladaptive pada klien.

b. Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih

efisien.

c. Mencegah munculnya masalah dikemudian hari.

d. Memecahkan masalah perilaku khusus yang di minta oleh klien.

e. Mencapai perubahan perilaku yang dapat di pakai dalam kegiatan di

kehidupannya.

Terapi perilaku memiliki beberapa teknik, diantaranya adalah desensitisasi

sistematis, metode relaksasi, pembanjiran (flooding), pemprosesan ulang gerakan mata

dan desensitisasi (eye movement and desensitization), meniru (modelling), pelatihan

asertif, kondisioning aktif (operant), pengendalian diri (self control), kejenuhan,

kondisioning melalui penolakan (aversion). Untuk mengatasi gejala yang muncul maka

di berikan terapi perilaku dengan teknik pelatihan asertif.

2. Teknik Pelatihan Asertif dalam Terapi Perilaku

Menurut Alberti, pelatihan asertif (terapi perilaku asertif / pelatihan

keterampilan sosial) adalah prosedur pelatihan yang diberikan kepada klien untuk

Page 5: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

3

melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan,

pendapat dan haknya. Prosedurnya adalah:

a. Pelatihan keterampilan, dimana perilaku verbal maupun non-verbal diajarkan,

dilatih dan diintegrasikan ke dalam rangkaian perilakunya. Teknik untuk

melakukan hal ini adalah peniruan dengan contoh (modelling), umpan balik

secara sistematik, tugas pekerjaan rumah, Latihan-latihan khusus antara lain

melalui permainan.

b. Mengurangi kecemasan, yang diperoleh secara langsung (misalnya, pengebalan)

atau tidak langsung, sebagai hasil tambahan dari latihan keterampilan. Teknik

untuk melakukan hal ini antara lain dengan pendekatan tradisional untuk

pengebalan, baik melalui imajiniasi maupun keadaan aktual.

c. Menstruktur kembali aspek kognitif, dimana nilai-nilai, kepercayaan, sikap yang

membatasi ekspresi diri pada klien, di ubah oleh pemahaman dan hal-hal yang

tercapai dari perilakunya. Teknik untuk melakukan hal ini meliputi penyajian

didaktik tentang hak-hak manusia, kondisioning sosial, uraian nilai-nilai dan

pengambilan keputusan.

Tujuan dari pelatihan berperilaku asertif adalah agar seseorang belajar

bagaimana mengganti suatu respon yang tidak sesuai, dengan respon yang baru yang

sesuai. Masters mengemukakan bahwa teknik yang banyak digunakan untuk pelatihan

asertif adalah pelatihan berperilaku, yaitu melakukan atau melatih suatu Tindakan yang

cocok dan efektif untuk menghadapi kehidupan nyata yang menimbulkan persoalan

pada pasien atau klien (Gunarsa, 2011).

Page 6: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

4

Pelatihan asertif menurut Corey, bisa bermanfaat untuk dipergunakan dalam

menghadapi mereka yang:

a. Tidak bisa mengekspresikan kemarahan atau perasaannya yang tersinggung

b. Mengalami kesulitan untuk mengatakan “tidak”

c. Terlalu halus (sopan) yang membiarkan orang lain mengambil keuntungan dari

keadaannya.

d. Mengalami kesulitan untuk mengekspresikan afektif (perasaan yang kuat) dan

respon-respon lain yang positif.

3. Langkah-langkah dalam Teknik Pelatihan Asertif

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan intervensi dengan

menggunakan teknik pelatihan asertif, yaitu:

a. Melakukan presedur wawancara komunikasi adalah suatu kunci utama

pertukaran informasi antara klien dan terapis.

b. Membangun hubungan yang baik antara klien dan terapis

Sistem yang efektif harus mempertahankan ini sebagai tujuan utama selama

bagian pertama dari terapi. Teknik dalam mencapai hubungan antara klien dan

terapis jarang di formalkan, biasanya mereka melibatkan kepercayaan klien,

membangkitkan harapan bantuan, menekankan keyakinan bahwa terapis ingin

bekerja dengan pasien dan mampu melakukannya, memotivasi klien untuk

menerima kondisi terapi, dan mengklarifikasi kesalahpahaman.

c. Menentukan sumber daya dan dinamika masalah klien

Page 7: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

5

Hal ini umumnya dianggap penting dalam resolusi masalah terhadap perubahan

rekonstruksi bagi individu untuk menjadi sadar akan fakta bahwa seseorang

menjadi korban pola berulang yang memaksa seseorang untuk tndakan

menentang kehidupan yang produktif.

d. Pemanfaatan insight dan pemahaman dalam arah untuk berubah

Untuk menciptakan dorongan untuk perubahan, dalam menghadapi tekanan yang

menghalangi tindakan, untuk mendapatkan pemecahan masalah, dan pengujian

realitas, untuk membantu klien memperbaiki distorsi, dan menerima keterbatasan

diri.

e. Terminasi terapi

1) Klien dipersiapkan untuk kemungkinan terjadinya relapse dan

mengingatkan gejala timbul kembali, pemahaman yang diperoleh pada

proses terapi harus dapat membantu klien mendapatkan keseimbangan

kembali.

Page 8: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

6

B. Rancangan Intervensi

Intervensi dilaksanakan menggunakan Terapi Perilaku dengan Teknik

Pelatihan Asertif, dengan sasaran intervensi gejala utama dalam “mengatasi cemas,

kurang percaya diri, mudah emosi dan sulit tidur”. Intervensi ini dilakukan

sebanyak 5 kali (jangka pendek), dengan rancangan intervensi seperti di bawah ini.

C. Proses Intervensi

1. Sesi pertama : Pengenalan Terapi Perilaku

Hari/tanggal :Jumat, 19 Oktober 2018

Waktu : 09.00-11.00

Tempat : Ruang pertemuan

Observasi Umum

Memakai kaos hitam lengan pendek di masukkan ke dalam celana panjang

nya. Penampilan rapih dan bersih, selama sesi ini kebanyakan hanya tersenyum tipis

dan mengangguk tanda menyetujui apa yang CP sampaikan. Ia cukup kooperatif dalam

mengikuti sesi.

Proses Intervensi

a. Perkenalan Terapi perilaku dan teknik Pelatihan Asertif

CP menjelaskan tentang proses intervensi mulai dari tujuan, pertemuan, goals

yang ingin dicapai dan menjelaskan tentang hal yang akan dilakukan selama 5 sesi

intervensi. Kemudian menanyakan kembali kesanggupan S untuk mengikuti proses

intervensi sampai selesai. Selanjutnya menjelaskan tentang terapi perilaku, teknik

pelatihan asertif yang digunakan, tujuan dari terapi ini dan apa yang diharapkan dari

intervensi ini. Setelah ia memahami penjelasan yang diberikan. Kemudian ia diberikan

Page 9: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

7

waktu untuk bertanya seputar terapi (sesi tanya-jawab). Selanjutnya meminta

kesediannya untuk terbuka dan menjaga komitmen selama sesi berlangsung.

b. Identifikasi Masalah

CP memaparkan kesimpulan dan poin penting yang menjadi permasalahan S

berdasarkan hasil anamnesa. S membenarkan setiap poin yang disampaikan sehingga

didapatkan permasalahan yang dialaminya untuk diatasi pada intervensi kali ini yaitu

perasaan kurang percaya diri, cemas sehingga sulit tidur dimalam hari, dan mudah

emosi sehingga mudah konflik dengan WBP lain. Setelah mengidentifikasi

permasalahannya, ia diminta menjelaskan mengenai perasaannya dalam menyikapi

masalah tersebut apa pengaruh pada dirinya sekarang dan usaha apa yang sudah ia

lakukan untuk mengatasinya. Ia menjelaskan bahwa ia sering merasa malu atas apa

yang terjadi pada dirinya, merasa bersalah, kesal pada diri sendiri sehingga

membuatnya gelisah dan menjadi kurang percaya diri, ia juga menambahkan bahwa

tidak melakukan apapun untuk mengatasi masalah tersebut.

“saya menyesal dengan apa yang sudah saya lakukan sehingga saya sampai pada

keadaan seperti ini, saya harus di penjara terbatas tidak bebas dan saya harus jauh

dari anak saya mba, anak saya melihat waktu saya di tangkap, saya di penjara istri

saya malah nikah lagi jadi saya suka kesal pada diri sendiri campur aduk tapi ya

saya bisa berbuat apa, saya cuma bisa pasrah aja”

c. Pengenalan komunikasi Non verbal

CP menjelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi non-verbal serta

contoh dan pengaruhnya ketika kita berkomunikasi dengan orang lain. Kemudian

Page 10: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

8

meminta S untuk menceritakan tentang dirinya, baik hal positif atau negatif, ia juga

diminta menceritakan suatu opininya pada topik tertentu dalam hal ini dipilih

kehidupan lapas. Dengan tujuan ia mampu untuk berbicara dalam percakapan sosial.

d. Memberi dan Menerima Pujian

Setelah S menceritakan tentang dirinya dan memberikan opininya tentang

kehidupan di lapas CP memberikan apresiasi atas apa yang ia lakukan. Selanjutnya

menanyakan bagaimana perasaannya setelah bercerita tentang dirinya dan

menceritakan pandangannya tentang kehidupan di lapas. S secara perlahan dan yakin

menceritakan kehidupannya di lapas, ia mengatakan bahwa ada perasaan legah/ plong,

ia lebih merasa senang ketika bisa berbagi cerita tentang dirinya dan mengungkapkan

pikirannya serta merasa dihargai ketika ceritanya didengarkan. Kemudian ia diberi

penjelasan mengenai memberi dan menerima pujian, apa saja manfaat bagi dirinya dan

lawan bicaranya.

“saya sebenarnya tidak terbiasa untuk menceritakan apa yang sedang saya alami

dan rasakan kepada orang lain, apa lagi disini malah jadi bahan ejekan orang tapi

karena sama mba jadi nya saya berani cerita dan saya merasa lebih legah setelah

berbagi cerita”

e. Mengatur tingkat kematangan suara

Selanjutnya S diminta menceritakan tentang teman-temannya di lapas dan

diluar lapas. Cerita dibagi menjadi dua, bagian yang pertama ia bercerita seperti

biasanya, pada cerita kedua ia diminta untuk memberikan intonasi, dan penekanan pada

hal-hal yang dianggap penting, seperti marah, sedih, senang dan sebagainya sesuai

Page 11: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

9

dengan keadaan cerita. Sebelumnya ia diberikan contoh, setelah ia mengerti kemudian

ia dipersilahkan bercerita. Setelah ia menceritakan hal tersebut ia kembali diminta

menjelaskan bagaimana perasaannya dan apakah ada perbedaan yang ia rasakan ketika

bercerita cerita pertama dan kedua. Ia merasa seperti merasakan kembali peristiwa

tersebut dengan temannya. Setelah latihan tadi kemudian ia dijelaskan tentang

mengatur tingkat kematangan suara, apa saja manfaat bagi dirinya dan lawan

bicaranya.

Kesimpulan dan Tugas rumah

Pada sesi ini S cukup mampu memahami tentang terapi perilaku dan teknik

pelatihan asertif yang dijelaskan oleh CP. Ia juga sudah cukup mampu mengidentifikasi

masalah yang sedang ia alami. Selain itu, ia mendapatkan pengetahuan baru tentang

komunikasi non-verbal, menerima dan memberi pujian, serta mengatur tingkat suara

dalam bercerita. Ia juga mampu menerapkan sesuai contoh yang diberikan. Selanjutnya

ia diminta untuk berlatih aktivitas yang tadi telah diberikan dan menuliskan

perasaaanya pada lembaran yang telah diberikan untuk dibahas pada pertemuan

berikutnya.

2. Sesi kedua : Perilaku dan hak Respon

Hari/tanggal : Selasa, 23 Oktober 2018

Waktu : 09.00-11.00

Tempat : Ruang pertemuan

Page 12: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

10

Observasi Umum

S masih tetap menggunakan kaos hitam lengan pendek dengan celana

berwarna biru dan berpenapilan rapih. Pada sesi ini S kooperatif dalam mengikuti

setiap instruksi dari CP.

Prose intervensi

a. Pembukaan

CP menanyakan tentang tugas rumah yang diberikan pada sesi sebelumnya,

bagaimana perasaan yang ia rasakan, apakah ada kendala dalam pelaksanaannya dan

apa saja kendalanya jika ada. Secara keseluruhan ia hanya berlatih memberi dan

menerima pujian, dikarenakan ia merasa malu untuk mempraktekkan di ruangan

dengan teman lainnya, takut nantinya di anggap aneh dan di ejek oleh teman yang lain.

Tetapi ia mengatakan akan mencoba mengatasi perasaan malu nya tersebut.

b. Membedakan respon/tingkah laku, non asertif dan agresif

Selanjutnya CP menjelaskan tentang perbedaan respon/tingkah laku asertif,

non asertif dan agresif serta contoh dari perilaku tersebut. Tujuannya agar ia mampu

memahami dan membedakan antara respon asertif, non asertif, dan agresif dan dapat

memperbaiki kesalahpahaman perilakunya selama ini. Selanjutnya ia diminta

mendengarkan respon yang diberikan dan diminta menentukan respon tersebut dan

kesalahan dari respon yang diungkapkan. Selanjutnya ia diminta menceritakan

perasaannya setelah diberikan materi tadi. Ia mengatakan mendapat insight baru yang

selama ini tidak ia sadari.

“jadi saya salah selama ini ya mba, saya biasanya tidak menyaring dan gak mikir

lebih dulu apa yang akan saya katakan, dan berujung sering berantem”

Page 13: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

11

c. Mengidentifikasi hak-hak pribadi dan menerima hak-hak pribadi

CP menjelaskan bahwa setiap individu memiliki hak-hak pribadi dan belajar

untuk merasa bebas dalam menerima hak-hak pribadi tersebut secara asertif.

Selanjutnya S diminta menyebutkan apa saja hak yang kita miliki dalam berkomunikasi

dengan orang lain. Setelah ia menyebutkan kemudian mengidentifikasi bersama

seperti, hak untuk menyampaikan pendapat, hak untuk menolak jika tidak

setuju/sesuai, hak untuk bertanya dan sebagainya.

d. Self-esteem

CP menjelaskan tentang self-esteem kepada S. kemudian memberikan contoh

bagaimana membuat pernyataan yang dikemukakan pada dirinya sendiri mengenai hak

apa yang ingin ia pertahankan dalam berinteraksi dengan temannya. Setelah ia

mengerti dengan penjelasan tersebut, ia diminta membuat pernyataan mengenai hak

yang diinginkan dalam berinteraksi. Ia mengatakan ia ingin saling menghargai dan di

hargai tanpa adanya intimidasi atau mengungkit masa lalu menjadi bahan olokan.

“Tentunya saya ingin WBP di lapas saling menghargai masa lalu masing-masing gak

dijadikan bahan ejekan, gak saling intimidasi kekurangan masing-masing”

Kesimpulan dan Tugas Rumah

Pada sesi ini S dapat mengikuti dan memahami materi dengan cukup baik serta

mampu mengidentifikasi hak-hak pribadi dan menerimanya. Selain itu ia juga

mendapatkan insight tentang self-esteem dan hak apa yang ia ingingkan dalam

berkomunikasi. Selanjutnya ia diminta untuk mempraktekkan dan berlatih aktifitas

Page 14: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

12

yang telah di berikan dan menuliskan perasaan pada lembaran yang telah diberikan

untuk dibahas pada sesi selanjutnya.

3. Sesi ketiga : Analisis Rasional diri

Hari/tanggal : Kamis, 25 Oktober 2018

Waktu : 13.00-15.00

Tempat : Ruang pertemuan

Observasi Umum

S datang tepat waktu dengan waktu yang telah dijanjikan pada sesi

sebelumnya. Ia datang memakai kaos putih dengan dimasukkan ke dalam celana

pramuka panjang nya.

Proses Intervensi

a. Pembuka

CP menanyakan tentang tugas rumah yang diberikan pada sesi sebelumnya,

bagaimana perasaan yang ia rasakan, apakah ada kendala dalam pelaksanaannya dan

apa saja kendalanya jika ada. S mengatakan, pada awalnya merasa ragu dan malu takut

di remehkan. Tetapi ia mengatakan akhirnya mampu mengatasi perasaan malu nya

tersebut namun hanya mencoba pada teman dekatnya saja. CP memberikan pujian atas

usaha yang telah S lakukan dan memotivasinya untuk terus berusaha dan berkomitmen

dalam menjalankan tugas rumah dan pelaksanaan proses intervensi sampai selesai.

b. Analisis Rasional diri

CP memberikan penjelasan mengenai pemikiran irasional yang ada dan

mengembangkan cara berfikir yang rasional (mengenali dan menentang pemikiran

Page 15: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

13

yang tidak rasional yang mengarah pada rasa cemas, marah atau perasaan bersalah,

menyesali keadaan, menyebabkan kurang percaya diri yang pada akhirnya menuntun

seseorang agresif dan tidak bertindak secara asertif). Serta memberikan contoh pikiran

yang rasional dan irasional yang dapat mempengaruhi perasaan dan tingkah laku.

c. Imajinasi emosi dan self talk

CP memberikan penjelasan mengenai imajinasi emosi, belajar bagaimana

menggunakan imajinasi emosi untuk mengurangi kurangnya kepercayaan diri dan

menciptakan perasaan positif serta memberikan contoh. Setelah S memahami

penjelasan, S diminta mengidentifikasi dialog internal yang membuat tidak nyaman

(negative stetment) dari pernyataan yang diberikan. Selanjutnya ia diminta

mengembangkan dan berlatih keahlian dalam mengatasi situasi tersebut (membuat

positive statment).

Kesimpulan dan Tugas Rumah

Pada sesi ini S dapat mengikuti dan memahami materi secara cukup baik serta

mampu mengidentifikasi self-talk dan mampu membedakan pemikiran irasional dan

rasional serta memberikan contoh. Selanjutnya ia diminta untuk mempraktekkan dan

berlatih aktifitas yang telah di berikan dengan mempraktekkan memunculkan

pemikiran rasional dan menuliskan perasaan pada lembaran yang telah diberikan untuk

dibahas pada sesi selanjutnya.

4. Sesi keempat : Latihan Membuat dan mengutarakan pendapat secara Asertif

Hari/tanggal : Senin, 29 Oktober 2018

Waktu : 09.00-12.00

Page 16: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

14

Tempat : Ruang pertemuan

Observasi Umum

Pada sesi ini ia memakai baju yang sama yaitu kaos putih lengan pendek dan

celana panjang berwarna biru. Ia tampak antusias dan mengawali menyapa CP dan

tersenyum.

Proses Intervensi

a. Pembuka

CP menanyakan tentang tugas rumah yang diberikan pada sesi sebelumnya,

bagaimana perasaan yang ia rasakan, apakah ada kendala dalam pelaksanaannya dan

apa saja kendalanya jika ada. S mengatakan ia tidak mengalami kendala dan ia telah

memperaktekkan nya semalam dan tadi ketika bangun tidur dengan memuncukan

pemikiran rasional dan mengatakan kepada diri sendiri. S mengatakan ia merasa lebih

baik dan merasakan efek dari berfikir rasional lebih membuat dirinya positif dan sedikit

percaya diri bahwa dirinya mampu berubah lebih baik dan menjadi ayah yang baik

untuk anak nya serta dapat diterima oleh lingkungan. CP memberikan pujian atas usaha

yang telah S lakukan dan memotivasinya untuk terus berusaha dan berkomitmen dalam

menjalankan tugas rumah dan pelaksanaan proses intervensi sampai selesai.

b. Latihan membuat dan mengutarakan pendapat secara asertif

CP menjelaskan bahwa kita setiap individu harus :

1) Menyadari bahwa individu memiliki hak untuk membuat atau mengutarakan

pendapat

2) Mampu membuat permintaan yang logis kepada orang lain dengan asertif

Page 17: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

15

Selanjutnya CP memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian mengajaknya

untuk role play atau bermain peran. CP berperan sebagai temannya (dalam hal ini

mengenai menerima olokan tentang keluarga) yang dimana teman nya menjadikan

masalah keluarganya menjadi bahan olokan atau bercandaan. Ketika CP mulai

mengarahkan pembicaraan seolah sedang mengolok subyek tentang nasib dirinya,

subyek dapat mengalihkan pembicaraan dan dapat mengutarakan pendapatnya secara

asertif, sopan dan tidak emosi. Kemudian setelah selesai melakukan role play. CP

menyarankan agar hal ini ia terapkan ketika nanti nya ketika berada dalam situasi

dimana temannya mengolok-ngoloknya mengenai kehidupan pribadinya.

c. Membuat pernyataan tanpa penjelasan

CP menjelaskan bahwa seseorang memiliki hak untuk membuat pernyatan

tanpa harus menjelaskan serta membedakan antara keinginan untuk menjelaskan

tingkah laku dengan keharusan untuk menjelaskan tingkah laku. Setelah CP

memberikan contoh, selanjutnya CP mengajaknya untuk role playing kembali dan S

dapat memberikan respon pernyataan tanpa penjelasan seperti yang dicontohkan.

d. Mengatasi Orang yang Memicu emosional

CP menjelaskan hak-hak yang pernah dibahas pada sesi sebelumnya dan

menambahkan bahwa kita semestinya mempertahankan diri untuk bersikap asertif

ketika seseorang memicu emosi. Selanjutnya memberikan contoh penegasan

pernyataan yang memperlihatkan empati, sederhana dan tepat ketika berhadapan

dengan orang yang emosi. Selanjutnya ia kembali diminta untuk melakukan role

playing. S dapat melakukan dan memberikan respon seperti yang dicontohkan.

Page 18: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

16

Kesimpulan dan Tugas Rumah

Pada sesi ini S tidak mengalami kesulitan ketika melakukan aktifitas role play.

ia mampu melakukannya dengan cukup baik walaupun membutuhkan beberapa kali

pengulangan sampai pada akhirnya ia berhasil memberikan respon yang sesuai.

Selanjutanya ia diminta untuk berlatih sendiri dan akan jadi bahan evaluasi untuk sesi

selanjutnya.

5. Sesi kelima : Kritikan dan Mengatasi Orang yang Salah Menilai Perilaku

Hari/tanggal :Rabu, 31 Oktober 2018

Waktu : 13.00-15.00

Tempat :Ruang pertemuan

Observasi Umum

Suyjek memakai kaos hitam pendek dan celana berwarna biru. Ia terlihat

senyum tipis saat bertemu CP. Pada sesi ini subyek kooperatif dan dapat mengikuti sesi

hingga akhir dengan antusias.

Proses Intervensi

a. Pembuka

CP menanyakan tentang tugas rumah yang diberikan pada sesi sebelumnya,

bagaimana perasaan yang ia rasakan, apakah ada kendala dalam pelaksanaannya dan

apa saja kendalanya jika ada. Secara keseluruhan ia tidak mengalami kendala dan

kesulitan bahkan ia mampu menunjukkan selembar tugas yang diberikan dan

mengatakan bahwa semalam ia menemukan insight baru bagaimana cara ia merespon

penolakan dengan cara yang baik.

Page 19: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

17

b. Memberi dan menerima kritikan

CP memberikan penjelasan untuk menerima kritikan, masukan atau komentar

yang negatif, serta asertif (jujur, tegas, namun dengan cara yang empatik dan sesuai

serta tidak mengandung emosi). Kemudian memberikan contoh bagaimana

menyampaikan kritikan dengan cara yang tepat dan merespon kritikan yang diterima

dari orang lain. Setelah S dapat memahami atas penyampaian yang diberikan.

Selanjutnya mengajaknya untuk melakukan role playing seperti sesi sebelumnya

dengan topik yang berbeda (topik yang dipilih S adalah perceraian dan di tinggal

menikah). Dalam role play ini CP dan S masing-masing berganti peran sebagai pemberi

kritik dan penerima kritik.

c. Mengatasi Orang yang Salah Mengartikan Tingkah Laku Kita

CP memberikan penjelasan bahwa tingkah laku kita mungkin saja dapat

disalah artikan oleh orang lain dan menjelaskan bagaimana cara menangani

kesalahpahaman orang lain dengan respon yang asertif. Setelah memberikan contoh

bagaimana kesalahpahaman orang lain dengan perilaku kita dengan cara yang tepat. S

kembali diminta untuk melakukan role play dengan topik yang sama. Dalam topik ini

CP menjadi orang yang salah paham dengan perilaku S, sedangkan S menerapkan

contoh yang telah diberikan.

Kesimpulan dan Penutup

Pada sesi ini subyek cukup mampu memahami materi dengan baik dan dapat

menerapkan contohnya. Ia juga mampu menangani kesalahpahaman orang lain dengan

respon yang asertif. Kemudian CP menanyakan bagaimana perasaan subyek setelah

melakukan role play, ia mengatakan ia jauh merasa lebih baik dan merasa yakin akan

Page 20: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

18

dirinya karena mendapatkan insight selama sesi intervensi sehingga perasaannya lebih

baik. ia juga semakin yakin dan menguatkan diri akan bisa kembali ke masyarakat dan

diterima lingkungan, akan memulai hidupnya dari nol lagi.

Selanjutnya CP meminta subyek agar berkomitmen dan menjalankan apa yang

sudah ia pelajari selama proses intervensi. Kemudian meminta menuliskan perasaanya

selama proses intervensi pada selembar kertas serta memberikan masukan/ kritik

kepada CP.

Page 21: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

19

PENERAPAN TERAPI REALITAS DENGAN TEKNIK WDEP

A. Terapi Realitas dengan Teknik WDEP

1. Pengertian Terapi Realitas

Terapi Realitas adalah sebuah pendekatan yang awalnya dikembangkan pada

tahun 1950-an dan 1960-an oleh William Glasser, seorang psikiater berbasis-

California. Menurut Glasser, terapi realitas adalah untuk membantu para klien dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar prikologisnya yang mencakup kebutuhan untuk

mencintai dan dicinta serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna bagi diri

kita sendiri maupun bagi orang lain. Terapi Realitas adalah suatu sistem yang

difokuskan pada tingkah laku sekarang atau saat ini. (Nelson & Jones, 2006).

Terapi realitas dibangun atas asumsi bahwa manusia adalah agen yang

menenukan dirinya sendiri, dimana orang akan memikul tanggung jawab untuk

menerima konsekuensi-konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri.

Tujuan utama terapi realitas adalah untuk membantu klien menghadapi

kenyataan dan memiliki hubungan-hubungan yang sehat serta meningkatkan kualitas

hidup yang lebih baik. Lebih spesifiknya, Terapi realitas memiliki tujuan-tujuan:

a. Terapi realitas berusaha menyampaikan kepada klien untuk lebih memahami

perilakunya.

b. Pendekatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran klien tentang

perilaku memilihnya dan bagaimana klien mencoba mengontrol dunianya

melalui perilaku tersebut.

c. Terapi realitas meningkatkan pemahaman klien tentang tanggung jawabnya

untuk membuat pilihan-pilihan yang bekerja bagi mereka. Klien diajari bahwa

Page 22: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

20

ia tidak perlu menjadi korban pilihan self-defeating-nya di masa lalu maupun

sekarang.

d. Klien dibantu untuk mengidentifikasi dan memahami kebutuhan dasar akan

kelangsungan hidup, rasa ingin memiliki, kekuasaan, kebebasan, dan

kesenangan.

e. Terapi realitas membantu klien untuk mempunyai gambar-gambar yang baik

dalam dunia kualitasnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

f. Terapi realitas mengajari klien untuk mengevaluasi efektivitas perilaku totalnya

mengingat apa yang diinginkannya dan memilih perilaku-perilaku yang

berbeda yang dibutuhkan.

g. Terapis realitas membantu klien mengembangkan dan mengimplementasikan

perilaku-perilaku tertentu yang akan membantunya memenuhi kebutuhannya

sekarang dan di masa mendatang tanpa menggagalkan kebutuhan-kebutuhan

lainnya.

h. Terapi realitas mengajari klien tentang cara menghindari dirinya dikontrol oleh

perilaku orang lain yang bersifat mengontrol secara negatif.

2. Teknik WDEP

Terapi realitas merupakan terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-

prosedurnya difokuskan pada kekuatan dan potensi klien yang dihubungkan dengan

tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup.

Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa

menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Terlibat dalan permainan peran dengan klien

b. Menggunakan humor

Page 23: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

21

c. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun

d. Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik sebagai

Tindakan

e. Bertindak sebagai model atau guru

f. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi

g. Menggunakanterapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk

mengonfrontasikan klien dengan tingkah laku yang tidak realistis

h. Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih

efektif

Glasser dan Wubbolding (1995) telah memformulasikan proses terapi realitas

menjadi system WDEP dimana setiap hurufnya merepresentasikan sebuah klister

keterampilan dan Teknik untuk membantu klien membuat pilihan-pilihan yang lebih

baik dalam hidupnya.

1. W : Tanyakan kepada klien What they want (apa yang kamu inginkan)

2. D : Tanyakan kepada klien what they are doing and their overall direction

(apa yang sedang dilakukan dan arah kedepannya apa yang akan dilakukan)

3. E : Perintahkan klien untuk conduct a searching self-evaluation

(melaksanakan evaluasi diri dengan cermat)

4. P : Perintahkan pada klien untuk make plans (membuat rencana) untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan lebih efektif.

3. Langkah-langkah Terapi Realitas dengan Teknik WDEP

Dalam kasus ini diberikan Terapi Realitas dengan Langkah-langkah antara lain:

a. Menanyakan apa yang diinginkan sekarang dan di masa yang akan datang.

Page 24: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

22

b. Menanyakan apa yang akan di lakukan saat ini dan di masa yang akan datang.

c. Menyuruh klien untuk mengevaluasi diri dengan cermat.

d. Menyuruh klien untuk membuat rencana untuk masa yang akan datang dengan

mempertimbangkan baik dan buruk yang akan ditimbulkan.

B. Rancangan Intervensi

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan dengan terapi Realitas dengan teknik WDEP

dengan sasaran intervensi gejala utama dalam “mengatasi cemas, menyendiri,

mudah terpengaruh dan pasif ”. Intervensi ini dilakukan sebanyak 5 kali (jangka

pendek).

C. Proses Intervensi

1.1. Tahap Awal

Intervensi pertama hari dilakukan pada hari Senin, 22 Oktober 2018

Tujuan : Membangun hubungan Terapeutik

Tempat : Ruang pertemuan

Observasi : Subyek berpenampilan cukup rapi dengan memakai baju kaos biru

tua dan celana bahan pramuka. Saat datang tersenyum tipis menyapa

CP. Selama mengikuti sesi subyek cukup kooperatif dan dapat

mengikuti kegiatan hingga sesi berakhir walaupun membutuhkan

waktu dan pengulangan intruksi atau penjelasan ketika di beri

Page 25: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

23

pertanyaan atau tugas karena sulitnya memahami informasi yang

diberikan namun ia menunjukkan usaha yang baik.

Pelaksanaan : :

a. Memperkenalkan diri dan membina rapport

Tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi

dengan membina rapport guna membuka peluang untuk encounter.

“Selamat pagi, apakabar hari ini? Bagaimana perasaan nya hari ini?”

“Baiklah kita akan bersama-sama berdiskusi tentang masalah yang B alami dan

yang akan kita lakukan adalah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut”

Pada sesi ini CP meminta subyek untuk menceritakan riwayat subyek

menjadi tahanan di dalam Lapas Cipinang 1 Jakarta Timur. “saya masuk sini

karena kesalahan saya di masa lalu mbak, saya terlibat pemakaian narkoba”.

Terjadi tanya jawab antara CP dan subyek dimana jawaban dari subyek

cenderung menyesal dan memiliki perasaan bersalah karena telah terjerumus

dalam dunia narkotika. “saya sangat menyesali perbuatan saya yang

menyebabkan saya berujung kesini, saya harus terpisah dari anak dan istri saya.

Saya mencemaskan bagaimana keadaan mereka, siapa yang memberi nafkah.

Sudah beberapa bulan ini mereka tidak datang menjenguk. Saya memang

menikmati menggunakan narkoba dan tidak bisa dipungkiri bahwa narkoba lah

yang membuat ekonomi saya membaik. Namun saya sudah sempat bertaubat

untuk tidak menjadi pengedar dan bandar. Saya hanya menggunakan sabu untuk

menjaga stamina tubuh saya tetapi ternyata saya dijebak dan masuk penjara.

Page 26: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

24

Saya harus hidup terpisah dari keluarga dan tidak bisa menafkahi mereka.”. Ia

mengatakan bahwasannya narkoba memang sempat membuat ekonomi nya

berada di atas namun narkoba juga membuat hidup nya hancur dan berakhir di

penjara.

b. Mendefinisikan dan memperjelas masalah yang muncul

Pada tahap ini terapis mulai membuka dialog mengenai masalah yang

dihadapi pasien. Tugas terapis adalah membantu memperjelas dan

mendefinisikan masalah yang timbul, mengidentifikasi kegagalan dan

identifikasi keberhasilan kemudian merumuskan tindakan-tindakan apa saja yang

dilakukan untuk mencapai identifikasi keberhasilan. Kemudian terapis berusaha

merancang suatu rencana realistik dalam mencapai identifikasi keberhasilan dan

melakukan evaluasi terhadap rencana tersebut.

“Bila kita lihat dari cerita singkatnya, kamu menyadari bahwa semua ini adalah

kesalahan kamu dan kamu sangat menyesali nya. Baikalah sekarang kita coba

identifikasi apa yang membuat kamu merasa cemas dan khawatir, saat ini adalah

kamu harus berada di dalam penjara, kamu harus terpisah dari anak dan istri

kamu. Kamu selalu mencemaskan keberadaan mereka di luar bagaimana, siapa

yang memberi nafkah mereka dan saat ini kamu sedang ingin mengurus remisi

serta merasa cemas jika tidak mendapatkan remisi hukumuan“

c. Menjelaskan definisi, tujuan, manfaat serta proses terapi realitas

Terapis menjelaskan tentang definisi, tujuan, manfaat serta proses terapi

realitas terutama tentang teknik dan metode yang akan dilaksanakan.

Page 27: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

25

“Terapi yang kita lakukan bertujuan mengubah perilaku dalam mencapai

pemenuhan kebutuhan dasar secara bertanggung jawab. Terapi ini membantu

untuk mengidentifikasi kegagalan dan mengidentifikasi keberhasilan serta

melakukan evaluasi terhadap rencana tersebut”.

d. Membuat kontak terapi

Setelah membina raport dan mengetahui permasalahan klien, serta merancang bantuan

yang bisa diberikan pada subyek. Terapis menjelaskan peraturan dalam pelaksanaan

terapi realitas kepada klien, meliputi :

1) Terapi dilaksanakan selama 5 pertemuan/sesi.

2) Tugas terapis sebagai rekan untuk membantu memperjelas dan

mengidentifikasi masalah yang timbul, mengidentifikasi kegagalan dan

identifikasi keberhasilan kemudian merumuskan tindakan-tindakan apa saja

yang dilakukan untuk mencapai identifikasi keberhasilan.

3) Jika klien berhasil melewati masing-masing sesi sesuai tujuan maka klien

dapat melanjutkan ke sesi berikutnya.

4) Perlu kerjasama yang baik antara terapis dan klien dalam seluruh proses

psikoterapi.

“Baiklah B, kita telah sepakat akan melakukan terapi ini untuk masalah

yang sekarang sedang kamu hadapi dengan kesepakatan kita, saya dan

petugas”.

Page 28: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

26

1.2. Tahap pertengahan

1. Intervensi kedua dilakukan pada hari Rabu 24 Oktober 2018

Tujuan : Mengidentifikasi masalah yang dialami oleh klien seperti cemas,

menyendiri, mudah terpengaruh dan pasif

Tempat : Ruang pertemuan

Observasi : B menggunakan kaos hitam lengan pendek dengan celana berwarna

biru dan berpenapilan sukup rapihrapih. Pada sesi ini B kooperatif

dalam mengikuti setiap instruksi dari CP.

Pelaksanaan :

a. Mengeksplorasi masalah-masalah yang di alami subyek hingga menjadi tahanan

di Lapas Cipinang 1 Jakarta Timur. Pada sesi ini diharapkan subyek dapat

mengidentifikasi perubahan dan masalah yang dihadapinya.

“pada pertemuan kita sebelumnya, kamu sudah mengungkapkan beberapa

masalah yang kamu alami secara garis besar. Sekarang apakah kamu bisa

menjelaskan kembali hal tersebut secara terperinci”.

b. Memberi kesempatan pada subyek untuk mengungkapkan perasaannya akibat

dari masalah yang muncul setelah ia berada di Lapas Cipinang 1 Jakarta Timur

Subjek :

“Seharusnya dulu saya lebih berhati-hati saat menjadi bandar dan pengguna

sabu, sehingga saya tidak berada disini. Saya sangat menyesali perbuatan saya

karena kesalahan saya anak dan istri saya menderita di luar sana tidak ada yang

menafkahi mereka. Harusnya jika dulu saya berhati-hati, saat ini saya masih

Page 29: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

27

bisa bersama mereka dan bahagia. Hidup disini juga tidak mudah, semuanya

serba terbatas, sulit karena tidak punya uang, disini juga masih banyak yang

tetap menggunakan narkoba jadi terkadang saya masih sulit untuk menolak jika

ada yang menawarkan. Saya ingin sekali mendapatkan remisi sehingga bisa

secepatnya kembali dengan keluarga, bekerja kembali dan lepas dari narkoba

kalua bisa secara permanen, disini saya lebih sering melamun dan merenung,

tidak terlalu suka nimbrung dengan yang lain, lebih banyak menyendiri dan

memikirkan nasib keluarga saya”. (problem)

CP bersama subyek menentukan identitas keberhasilan atau hal-hal lain yang

ingin dicapai yaitu dapat kembali seperti ke kehidupan yang lalu, dapat

berkumpul kembali dengan keluarga dan jauh dari narkoba, bisa kembali bahagia

bersama anak dan istri.

CP :

“Baiklah, kita bisa simpulkan bahwa yang kamu inginkan adalah dapat segera

keluar dari sini, dan dapat bekerja kembali dan tidak kembali ke dunia narkoba

sehingga dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan membahagiakan

mereka. (what)

c. Berikan pujian atas partisipasi subyek dalam mengidentifikasikan perubahan dan

masalah yang dialaminya akibat dari perubahan yang terkait permasalahannya

saat ini.

d. CP memberikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas pada sesi ini. CP

mencoba menyadarkan subyek bahwa yang dialaminya saat ini dijadikan sebagai

intropeksi diri untuk menjadi sosok ayah dan suami yang lebih baik dan

bertanggung jawabnya setelah bebas nanti dan bahwa semua manusia pasti

Page 30: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

28

pernah melakukan kesalahan dalam hidup nya tetapi masih ada harapan untuk

merubahnya menjadi lebih baik. Masih banyak hal yang bisa ia lakukan sembari

menunggu masa hukumannya dan jika ia berusaha menunjukkan usaha yang baik

dan perilaku yang baik insyaallah bisa mendapatkan remisi tahanan.

Mengeksplorasi klien apa yang saat ini menjadi keinginannya, mengarahkan

untuk melakukan sesuatu yang menjadi keinginannya, merumuskan rencana

yang realistis untuk mendapatkan apa yang diinginkan subyek dan mengevaluasi

rencanana tersebut. Berikan pujian pada subyek bahwa selama ini sudah cukup

berhasil mengatasi masalahnya, salah satunya dengan ia sudah cukup

menujukkan usaha yang baik untuk mengurus remisi nya dengan rajin mengikuti

kegiatan pramuka yang ada di dalam lapas.

e. Menutupi sesi

“Untuk sesi hari ini saya rasa sudah cukup. Semoga saat ini kamu sudah bisa

memahami apa yang kamu inginkan dan yakin bahwa kamu bisa mencapai hal

tersebut. Pada sesi selanjutnya akan membahas strategi atau cara untuk

mengatasi masalah tersebut. Terimakasih perhatiannya, tetap semangat, sehat

selalu”.

2. Intervensi ketiga dilakukan pada hari Jumat 26 Oktober 2018

Tujuan : Mengidentifikasi masalah dan mengidentifikasi alternative

pemecahan masalah (tahap doing dan planning)

Tempat : Ruang pertemuan

Page 31: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

29

Observasi : B datang tepat waktu dengan waktu yang telah dijanjikan pada sesi

sebelumnya. Ia datang memakai kaos putih dengan topi berwarna

hitam dan celana pramuka panjang nya.

Pelaksanaan :

a. Memberikan kesempatan kepada subyek untuk mengungkapkan masalah yang

dialami, cara-cara mengatasi dan hasil dari cara yang dilakukan untuk mengatasi

masalah yang dirasakan saat ini.

“Harusnya saya bisa lebih berpikir positif bahwa di penjara sebagai intropeksi

diri dan istri saya serta anak saya disana baik-baik saja, sehingga saya tidak

selalu merasa cemas karena perasaan bersalah saya, harusnya saya bisa

mencari kegiatan yang dapat membuat saya tidak fokus kepada masa lalu.

Keluar dari sini saya harus bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh dari narkoba,

saya akan memulai mencari penghasilan dan lingkungan yang berbeda”

b. Mendiskusikan bersama klien apa dan bagaimanaa masalah yang dihadapi saat

ini terkait dengan kondisi yang menyebabkan dirinya selalu merasa cemas dan

khawatir, sering menyendiri, mudah terpengaruh, dan pasif. CP membantu

subyek menyusun daftar alterlative pemecahan masalah. (doing)

“Baiklah B, permasalahan kamu bisa berada disini adalah karena kasus

penggunaan narkoba dari perbuatan tersebut yang membuat kehidupan kamu

jauh berbeda dari sebelumnya, kamu jauh dari anak dan istrimu dan keluarga

lainnya, dan saat ini kamu sering mencemaskan keberadaan mereka namun

kamu juga saat ini masih sering terpengaru ajakan untuk menggunakan sabu

Page 32: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

30

karna sulit untuk menolak. Sehingga sesuai yang kita rencanakan bahwa kamu

harus bisa mengendalikan diri agar tidak terpengaru lagi dan menetapkan

tujuan kamu untuk medapatkan remisi agar bisa segera berkumpul dengan

keluarga, kamu juga bisa menambah kegiatan yang bisa kamu lakukan selain

pramuka sehingga tidak banyak waktu luang yang di habiskan untuk menyendiri

dan melamun yang berujung memikirkan keadaan keluarga di luar sana. Hal ini

menyebabkan kembalimunculnya cemas. Bagaimana menurut kamu?

c. Subyek bebas memilih alternative yang ada (planning)

“Iya mbak, saya mengerti, kedepannya saya harus menjaga perilaku saya lebih

baik dan menjauh dari sabu, dan saya akan mencoba berbaur dengan lingkungan

disini lebih baik dan mencari kegiatan tambahan, sehingga saya bisa secepatnya

keluar dan mencari penghasilan yang halal agar bisa cepat berkumpul dengan

keluarga saya kembali”.

d. Memberikan pujian atas partisipasi subjek selama mengikuti kegiatan terapi

e. CP memberikan kesimpulan tentang topik yang telah dilalui

f. Menutup sesi

“Oke, untuk sesi hari ini kita sudah membahas mengenai identitas kegagalan

dan keberhasilan, merumuskan alternative pemecahan dari rumusan

masalah, terakhir menyusun daftar pemecahan masalah. Kita akan bertemu

di sesi berikutnya, untuk pelaksanaan rencana yang sudah kita buat tersebut.

Terimakasih untuk hari ini, sampai bertemu di sesi berikutnya.”

Page 33: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

31

3. Intervensi ke empat dilakukan pada hari selasa 12 Oktober 2018

Tujuan : Menilai pelaksanaan operasionalisasi rencanana

Tempat : Ruang pertemuan

Observasi : Pada sesi ini ia memakai baju yang sama yaitu kaos putih lengan

pendek dan celana panjang berwarna biru. Ia tampak antusias dan

mengawali menyapa CP dan tersenyum.

Pelaksanaan :

Pembahasan operasionalisasi rencanana

“Seperti sebelumnya yang sudah kita bicarakan, apa yang akan kamu lakukan

agar kamu merasa lebih baik disini, dan bisa keluar dari sini secepatnya agar bisa

berkumpul dengan keluarga dan bisa kembali mencari penghasilan serta tidak kembali

menjadi pengguna narkoba yaitu sabu. Dimana yang bisa kamu lakukan adalah

mengendalikan cemasmu dengan tetap berpikir positif bahwa kamu bisa menjadi sosok

ayah dan suami yang lebih baik nantinya dan keluarga di luar pasti baik-baik saja,

kamu bisa memastikannya dengan rutin menelfon istri, serta tunjukan sikap kooperatif

taat aturan yang ada di dalam tahanan, mencoba membuka diri dengan teman lain

agar bisa sharing masalah satu sama lain dan tidak merasa cemas serta khawatiri.

Apakah sudah dilakukan? Apakah ada hal yang belum kamu pahami terkait dengan

pemecahan masalah yang sudah kita buat kemarin?”

a. Menanyakan perasaan subyek setelah mengikuti terapi realitas

b. Memberikan reinforcement positif kepada subyek

Page 34: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

32

c. Menganjurkan kepada subyek untuk selalu melakukan apa yang sudah di

rencananakan

d. Melakukan jadwal ulang jika gagal melakukan rencanana

1.3. Tahap akhir

Intervensi ke lima dilakukan pada hari Kamis 1 November 2018

Tujuan : Evaluasi

Tempat : Ruang pertemuan

Observasi : Pada sesi ini subyek memakai baju kaosberwarna biru dongker

lengan pendek dan celana panjang berwarna putih. Ia tampak

antusias dan tersenyum kepada CP.

Pelaksanaan :

a. Membahas dan mengevaluasi proses terapi realitas yang sudah dilaksanakan. CP

mengajak subyek untuk mengevaluasi jalannya sesi terapi.

“Kita sudah masuk sesi terakhir. Sekarang kita evaluasi apa yang sudah kita

lakukan selama ini. Kita mulai dengan jalannya terapi, bagaimana menurut

kamu, tentang terapi yang dilakukan, adakah masukan agar terapi kita lebih

lengkap mungkin?”

Selanjutnya kita evaluasi tentang kemampuan saya sebagai terapis.

Bagaimana kemampuan saya sebagai terapis? Apakah sudah cukup memadai?

Bagaimana menurut kamu?

Page 35: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

33

b. Mengkonfirmasi kepada subyek tentang semua yang sudah dipelajari dan hasil

yang sudah di capai.

1) Mengatasi cemas dan khawatir

Dari cemas dan khawatir memiliki penurunan. Seperti, ia sudah bisa

menangani nya dengan menyibukkan diri dengan berkegiatan yang positif,

serta akan rutin menelfon istri nya untuk mengurangi perasaan khawatir

tentang mereka.

2) Menyendiri

Menyendiri lebih kepada ia suka melamun dan mengurangi berinteraksi

dengan WBP lain, subyek sudah cukup mengalami kemajuan dengan ia

mencari kegiatan lain dan ikut kumpul dengan WBP lain agar tidak banyak

waktu menyendiri.

3) Pasif

Pasif disini lebih kepada ia masih belum bisa memunculkan minat lebih

untuk menonjolkan diri di lingkungan sosial dan menerima perlakuan

apapun dari lingkungan sosialnya tidak melakukan perlawanan ataupun

penolakan.

4) Mudah terpengaruh

Saat ini ia menyadari kesalahannya di masa lalu yang menyebabkan dirinya

di penjara dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak kembali ke

dunia narkoba namun sampai saat ini ia masih sering ragu karena masih

sering mudah terpengaruh untuk kembali menggunakan sabu karena sering

tidak bisa menahan diri untuk menolak ajakan temannya menggunakan

sabu.

Page 36: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

34

c. Penguatan terhadap komitmen dan tindakan subyek

“Oke B, Alhamdulillah menurut saya kamu saat ini sudah mulai melakukan

rencana apa saja yang bisa membantumu, sehingga kamu sudah jauh terlihat

ceria dan sudah mulai memiliki beberapa kegiatan disini. Kamu harus tetap

mempertahankan rencana yang sudah kamu targetkan agar kamu lebih bisa

memantapkan diri menjadi ayah dan suami yang bertanggung jawab nantinya

dengan memantapkan diri dan menjaga komitmen untuk menjauhi narkoba.”

d. Menutup sesi

“Baiklah B, kita sudah selesaikan kelima sesi kita yang sudah di sepakati

sebelumnya, semoga kedepannya kamu bisa terus menerapkan apa yang sudah

kamu pelajari untuk menghadapi permasalahanmu. Mohon maaf jika ada

perkataan dan sikap saya yang salah. Terima kasih atas perhatiannya dan

sampai bertemu dalam suasana yang lebih baik”.

Page 37: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

35

PENERAPAN TERAPI REBT (RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR

THERAPHY)

A. Terapi REBT (Rational Emotive Behavior theraphy)

1. Pengertian REBT

REBT ditemukan pada 1995 oleh Albert Ellis, psikolog klinis berkebangsaan

Amerika. Ellis percaya seperti halnya beberapa filusuf zaman dulu, bahwa orang-orang

banak terganggu oleh peristiwa-peristiwa dengan kata lain gangguan emosional seperti

rasa bersalah, rasa malu, depresi atau kecemasan merupakan hasil dari bagaimana

seseorang melihat dan menilai peristiwa dalam kehidupannya.

REBT adalah system psikologi terapi yang mengajari individu bagaimana

sistem keyakinan menentukan yang dirasakan dan dilakukannya pada berbagai

peristiwa dalam kehidupan. Penekanan REBT pada cara pikiran mempengaruhi

perrasaan menempatkan pendekatan ini pada aliran terapi perilaku kognitif di mana

REBT ini menjadi salah satu pendiri aliran tersebut.

REBT menegaskan bahwa keyakinan yang kaku dan absolut dalam bentuk

“mesti”, “seharusnya”, “harus’, dan sejenisnya, biasanya ditemukan pada inti gangguan

emosional. REBT menyatakan bahwa dua tipe gangguan emosi mendasari banyak, atau

semua problem neurotic, yaitu masalah-masalah seperti perasaan bersalah yang tidak

melibatkan kehilangan kontak dengan realitas atau tidak disebabkan oleh penyakit

fisik. (Palmer, 2011).

Tujuan REBT adalah membantu individu menanggulangi masalah perilaku

dan emosi mereka untuki membawa mereka ke kehidupan yang lebih bahagia, sehat,

dan lebih terpenuhi. Hal tersebut dicapai dengan cara setiap individu berpikir lebih

Page 38: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

36

rasional, berperasaan tidak terganggu, dan bertindak dengan cara-cara yang dapat

mencapai tujuan akhir. Diharapkan klien dapat memecahkan masalah di masa sekarang

dan di masa yang akan datang.

Dalam (Daryen & Branch, 2008) pada pelaksanaannya Rational Emotive

Behavior Therapy (REBT) memformulasikan masalah dalam model ABCD dan

mengajarkan model ini untuk mengubah keyakinan irasional mereka. Berikut adalah

model ABCD, yaitu

A: (activating event in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau

mengakibatkan individu (peristiwa yang memicu)

B: (belief) keyakinan yang mendasari pandangan seseorang tentang peristiwa

tersebut

C: (emosional and behavior consequences) konsekunsi baik emosional

maupun tingkah laku terutama di tentukan oleh kepercayaan seseorang

tentang peristiwa tersebut

D: (disputing irasional belief) mendebatkan keyakinan yang menyebbakan

gangguan

E: (Effective) adalah pandangan rasional baru yang diikuti perubahan dan

emosional dan perilaku

(Nelson-Jones. 1995)

Untuk melawan (D) keyakinan irasional tersebut, CP menggunakan teknik

kognitif, dimana teknik ini membantu klien berpikir mengenai pemikirannya dengan

Page 39: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

37

cara konstruktif klien diberikan pembelajaran untuk memeriksa bukti-bukti yang

mendukung dan menentang keyakinan-keyakinan irasional nya dengan menggunakan

tiga kriteria utama yaitu logika , relism dan kemanfaatan. Dari proses perlawanan

tersebut diharapkan D belajar mengembangkan sebuah cara berpikir rasional yang baru

dan efektif (E).

2. Teknik kognitif dan Perilaku Dalam Terapi REBT

Menurut Ellis (dalam Ellis & Dryen, 1997) ada tiga teknik utama yang

biasanya dilakukan dalam treatmen Rational Behavior Therapy (REBT), yaitu teknik

kognitif, emotive, dan perilaku. Ketiga teknik tersebut tidak terpisah satu sama lain

karena setiap teknik yang dipakai selalu melibatkan unsur kognisi, emosi dan perilaku

yang berperan dalam proses disputing yang menjadi elemen penting dari REBT.

Berikut penjelasan teknik tersebut :

a. Teknik kognisi

Teknik kognisi merupakan teknik yang dipakai dalam kegiatan disputing untuk

menentang pikiran irasional dan mengubahnya menjadi rasional. Teknik ini

melibatkan identifikasi keyakinan disfunsional yang merefleksikan pemikiran

irasional, melakukan debat terkait keyakinan yang dimiliki dan

mendiskriminasikannya dengan keyakinan yang lebih rasional. Debat dilakukan

dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang didesain sedemikian rupa agar

klien meninggalkan keyakinan irasionalnya. Pertanyaan tersebut berisi argument-

argument empiris, logis dan pragmatis.

Untuk mempermudah pelaksanaan tek nik kognitif, klien diberikan materi

untuk dibaca, mendengarkan rekaman dan melakukan intervensi dengan orang

Page 40: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

38

lain. Bila klien tidak memiliki kapasitas intelektual yang diperlukan untuk

melakukan disputing, maka ia dapat dibantu untuk mengulang pernyataan

rasioanal terkait dengan dirinya secara terus menerus.

b. Teknik emotive

Teknik emotive yang utama dalam REBT adalah menunjukkan penerimaan tak

bersyarat (unconditional acceptance) dimana terapis berusaha menerima klien

sebagai manusia yang dapat melakukan kesalahan umum tidak menyetujui

perilaku buruknya. Teknik emotive lainnya mencakup penggunaan metode humor

untuk mendorong klien berpikir rasional, self disclouser dimana terapis mengaku

memiliki masalah yang hamper sama dan dapat menanganinya dengan

menggunakan REBT serta pengguna cerita, moto puisi dan lainnya, sebagai

tambahan yang dapat mendukung kegiatan disputing.

Selain itu terapis REBT dapat menyarankan klien untuk menentang

pemikirannya secara kuat dengan beberapa cara. Role reversal adalah teknik

dimana klien dipaksa mencoba berperan sebagai orang yang rasional. Dalam

shame-attacking exercise, klien diminta bertindak “memalukan” didepan umum

untuk menerima kondisi dan ketidak nyamanan yang mereka rasakan. Risk-taking

exercise memaksa klien untuk mengambil resiko melakukan sesuatu terkait

perubahan yang ingin dicapai. shame-attacking exercise dan Risk-taking exercise

memberikan bukti bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi dari pengalaman

tersebut.

c. Teknik perilaku

REBT menawarkan penggunaan teknik perilaku karena perubahan kognitif sering

kali difasilitasi oleh perubahan perilaku. Inti dari teknik perilaku adalah

Page 41: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

39

mendorong klien mengambil suatu kegiatan yang menentang terkait dengan

kondisi mereka sendiri. Bentuk teknik perilaku yang paling umum adalah

pemberian tugas rumah dengan bentuk apapun. Beberapa teknik lain yang dipakai

adalah stay in there actrivitie, antiprocastination exercise, penggunaan reward dan

pinalti, serta role play. Stay in there adalah salah satu teknik dimana klien

diberikan kesempatan untuk merasakan dan menahan ketidaknyamanan didalam

situasi yang tidak nyaman dalam waktu lama. Antiprocastination exercise

mendorong klien untuk melakukan suatu tugas sesegera mungkin untuk mengubah

siklus kebiasaannya. Penggunaan reward dan pinalti juga dapat dilibatkan untuk

mencapai tujuan. Role play merupakan teknik tambahan dimana klien diminta

untuk memerankan dirinya yang rasional. Selain itu skill training methods juga

dapat digunakan untuk melengkapi klien dengan keterampilan baru.

Dengan mempertimbangkan karakteristik dari masalah dan kondisi subjek, CP

berupaya untuk menggunakan teknik dalam terapi REBT, teknik yang digunakan

lebih berfokus pada teknik kognitif dan perilaku yang tetap disertai dengan

komponen teknik emotive berupa unconditional acceptance.

3. Langkah-langkah Dalam Melakukan Intervensi

Langkah-langkah yang dilakukan pada terapi ini yaitu

a. Melakukan prosedur wawancara

Wawancara adalah suatu kunci utama pertukaran informasi antara klien dan

terapis

b. Membangun hubungan yang baik antara klien dan terapis \

Sistem yang efektif harus mempertahankan ini sebagai tujuan utama selama

bagian pertama terapi. Teknik dalam mencapai hubungan antara klien dan

Page 42: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

40

terapis jarang di formalkan, biasanya mereka melibatkan kepercayaan klien,

membangkitkan harapan, menekankan keyakinan bahwa terapis ingin

bersama dengan pasien dan mampu melakukannya, memotivasi memotivasi

pasien untuk menerima kondisi terapi, dan mengklarifikasi kesalapahaman.

c. Menentukan sumber daya dan dinamika masalah klien

Hal ini umumnya dianggap penting dalam resolusi masalah terhadap

perubahan rekontruksi bagi individu untuk menjadi sadar akan fakta bahwa

seseorang menjadi korban pola berulang yang memaksa seseorang untuk

tindakan menentang kehidupan yang poduktif.

d. Pemanfaatan insight dan pemahaman dalam arah untuk berubah

Untuk menciptakan dorongan dalam menghadapi tekanan yang menghalangi

tindakan, untuk mendapatkan pemecahan masalah, dan pengujian realitas,

untuk membantu pasien agar sumber memperbaiki distorsi, dan menerima

keterbatasan diri.

e. Terminasi terapi

Klien dipersiapkan untuk kemungkinan terjadinya relapse dan mengingatkan

gejala timbul kembali, pemahaman yang diperoleh pada proses terapi harus

dapat membantu klien mendapatkan keseimbangan kembali.

Page 43: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

41

B. Rancangan Intervensi

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan menggunakan terapi REBT

(Rational Emotion Behavior Teraphy) dengan teknik kognitif dan relaksasi dengan

sasaran gejala utama S dalam mengatasi cemas dan gelisah, sulit tidur, menutup

diri, pikiran negative Intervensi ini dilakukan sebanyak 5 kali (jangka pendek),

dengan rancangan intervensi seperti di bawah ini.

C. Proses Intervensi

1. Intervensi Sesi Pertama : Identifikasi masalah dan teknik activity scheduling

Hari/tangga :Selasa, 21 Agustus 2018

Waktu : WIB

Tempat : Di rumah subyek

Sasaran

a. Subjek dapat mengemukakan dan memahami masalah yang dialami

b. Mendapat pemahaman baru mengenai teknik activity scheduling

c. Pengenalan konsep REBT (Rational Emotive Behavior Therapy)

Obervasi umum

Saat CP datang subyek berada dirumahnya seorang diri sudah berpakaian rapi

dengan menggunakan baju long dress bewarna hijau dipadupadakan dengan jilbab

bergo warna hitam, menyapa CP dan mempersilahkan masuk sambil mengatakan

bahwa penghuni rumah nya yaitu suami dan anak-anaknya sedang tidak ada dirumah.

Sambil tersenyum tipis mempersilahkan CP masuk dan mengobrol di ruang tamu.

Page 44: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

42

Proses intervensi

Sesi pertama memiliki lima kegiatan utama yaitu pengenalan, pembahasan tujuan,

gambaran sesi, identifikasi dan pengalihan masalah serta penjelasan konsep activity

scheduling.

a. Pengenalan

CP membuka sesi dengan melakukan pengenalan dan menanyakan masalah yang

dialami S yaitu rasa cemas yang berlebihan, gelisah sehingga mempengaruhi nya

dalam berfikir negatif dan membuatnya sulit tidur. Kemudian menanyakan apakah

ia pernah melakukan terapi atau konseling sebelumnya dengan psikolog atau calon

psikolog lain. Selanjutnya meminta kesediaan subjek untuk melakukan intervensi

dengan teknik yang telah di tentukan. Atas persetujuan subjek selanjutnya CP

mengulang kembali hal yang ada di informed concent yaitu tentang kerahasiaan

data, komitmen, waktu dan sebagainya.

b. Pembahasan tujuan dan gambaran sesi

CP memberikan pemahaman tentang pengenalan konsep REBT (Rational Emotive

Behavior Therapy) gambaran umum tersebut mencakup waktu, durasi dan

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan serta teknik dan konsep dalam REBT.

Selanjutnya diberitahukan tujuan intervensi yaitu untuk mengatasi masalah

kecemasan subjek. Setelah itu menanyakan harapan-harapan yang ingin dicapai

oleh subjek yaitu bisa menjalin hubungan baik dengan keluarga dan suami tanpa

ada rasa cemas dan gelisah lagi, pikiran negative hilang serta kembali bisa tidur.

Page 45: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

43

c. Activity scheduling

CP memberikan gambaran singkat mengenai activity scheduling, sambil

menjelaskan bahwa pentingnya berpikiran positif dan beraktifitas yang positif

dalam keseharian. Hal ini di respon baik oleh subjek, ia menyetujui penjelasan

yang diberikan, ia juga menjelaskan bahwa ia selalu berfikir negative tentang Ibu

mertuanya sehingga membuatnya gelisah dan khawatir serta takut jika ada Ibu

mertuanya. Hal itu di respon dengan mengingatkan kembali dampak dari

pikirannya akan mempengaruhi kesehatan fisiknya. Kemudian dijelaskan activity

scheduling merupakan metode yang fleksibel karena pelaksanaannya sesuai

dengan kemampuan dan kemauan subjek. Selanjutnya mengajaknya untuk

berdiskusi mengenai aktivitas yang dapat membantunya untuk lebih berpikir

positif sehingga mengurangi perasaan cemas, gelisah yang selalu ia rasakan.

Aktivitas yang akan dilakukan sesuai yang subjek sukai dan subjek pilih yang

menurut subjek akan membantu dirinya mengurangi pikiran-pikiran negative,

subjek diminta menceritakan aktivitas yang ia lakukan dan menuliskannya di

kertas, lalu menyebutkan aktivitas yang ingin ia lakukan dan menuliskannya di

kertas aktifitas. Selanjutnya menanyakan kemungkinan aktifitas yang ia inginkan.

Di akhir kegiatan ini CP meyakinkan dan mendorongnya untuk melakukan activity

scheduling semampunya.

d. Kesimpulan

S dapat mengingat secara keseluruhan apa yang dilakukan dalam sesi ini dan

mendapatkan pemahaman baru berupa pemahaman teknik REBT dan gambaran

pelaksanaan dan latihan activity scheduling

Page 46: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

44

Evaluasi pelaksanaan sesi

Secara umum S dapat mengemukakan masalah yang ia alami dan terlibat aktif dalam

pembuatan activity scheduling.

2. Intervensi sesi kedua : pengenalan konsep Concequences dan Activiting event

Hari/tanggal : Sabtu, 25 Agustus 2018

Waktu : WIB

Tempat : Di rumah subjek

Sasaran

a. S dapatkan pengenalan mengenai konsep consequence dan Activating event

b. Dapat menerapkan konsep consequence dan activating event

Observasi umum

Pada sesi ini subyek cukup kooperatif dalam mengikuti sesi intervensi dan dapat

mengikuti sampai akhir sesi. Subyek menggunakan baju lengan panjang setengan

badan dipadukan dengan rok panjang berbahan dasar kain serta jilbab bergo warna

ungu.

Page 47: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

45

Proses intervensi

Sesi ini memiliki dua kegiatan utama yaitu pendalaman konsep REBT (Consequence

dan activating event) berikut adalah gambarannya :

a. Review dan Overeview

CP membuka sesi dengan review sesi sebelumnya, pada tahap ini CP menanyakan

S mengenai kegiatan sebelumnya. S dapat mengingat topik pembicaraan

sebelumnya mengenai melakukan aktifitas yang membantunya untuk lebih

berpikir ke hal-hal yang positif dan pembuatan activity scheduling. Dari topik

tersebut CP mengevaluasi jadwal dan pelaksanaan activity scheduling yang telah

dilakukan oleh S. Ia mengaku sudah mulai mengikuti pengajian kembali di daerah

rumahnya setelah sebelumnya ia jarang hadir dan semalam ia mengajak suaminya

untuk solat malam berjama’ah. Ia mengatakan merasa lebih baik setelah mengadu

kepada Allah, biasanya ketika tidak bisa tidur karena gelisah ia hanya menangis

sendiri. CP mengajak S mendiskusikan mengenai hambatan yang ia alami dan

manfaat yang ia dapatkan dengan melakukan activity scheduling. Dari situ

keluarlah ide membaca buku saat ia memiliki waktu senggang yang bertujuan

untuk mengalihkan pikiran-pikiran irrasional atau negative yang sering muncul. Ia

mengaku manfaat yang ia dapatkan ia merasa lebih legah dan sedikit tenang

walaupun ketika teringat tentang Ibu mertuanya, ia masih keringat dingin dan

gelisah tapi ia sedikit merasa bebannya berkurang setelah mengadu dan

mendekatkan diri kepada Tuhan.

Page 48: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

46

b. Pendalaman REBT (Rational Emotive Behavior Therapy)

CP mengungkapkan adanya beberapa poin penting dalam intervensi dengan

menggunakan pendekatan REBT diantaranya adalah penting adanya keterkaitan

antara perasaan, pemikiran dan perilaku seseorang. CP menekankan bahwa

intervensi ini juga menitik beratkan pada keterkaitan tersebut.

c. Pendalaman konsep Concequences

CP memperkenalkan konsep consequnses yaitu perasaan dan perilaku yang

muncul pada setiap individu ketika mengalami suatu peristiwa. Bentuk perasaan

dan perilaku tersebut dapat tergolong positif dan negative. CP menggunakan

contoh dengan kondisinya saat ini. Kemudian menanyakan apa yang S rasakan saat

ini, ia menjawab bahwa dirinya merasa tidak nyaman, ia selalu merasa cemas dan

gelisah setiap kali bertemu atau mengingat Ibu mertuanya yang selalu ikut campur

urusannya dan keluarganya. Selanjutnya merujuk perasaan gelisah, cemas sebagai

concequences atau konsekuensi yang muncul saat memikirkan Ibu mertuanya.

d. Pendalaman Activating event

CP selanjutnya memperkenalkan konsep activating event dengan menggunakan

istilah “situasi”, pengenalan dan pendalaman konsep ini dikaitkan dengan

konsekuensi yang dialami S saat ini yaitu selalu cemas dan gelisah. CP

mengistilahkan “situasi” sebagai suatu peristiwa yang dialami individu yang

menimbulkan suatu perasaan dan perilaku tertentu contohnya ketika teringat Ibu

mertuanya membuatnya cemas dan gelisah.

Setelah menjelaskan kedua konsep tersebut CP meminta S menyebutkan

situasi dan konsekuensi seperti peristiwa tadi untuk di tuliskan pada lembar

kosong. Kemudian menuliskan contoh situasi bermasalah, perasaan dan perilaku

Page 49: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

47

yang muncul sebagai konsekuensi yang telah dibahas sebelumnya. Pengisian

konsep ini dilakukan secara bersama-sama. Setelah itu ia diminta menulis situasi

dan konsekuensi pada peristiwa tersebut sebagai pekerjaan rumah yang akan di

bahas pada pertemuan berikutnya.

e. Kesimpulan

Sesi ini ditutup dengan menanyakan perasaan S setelah melakukan sesi ini. Ia

merasa dirinya lebih tenang dan nyaman.

Evaluasi pelaksanaan sesi

Secara umum S mendapatkan pemahaman baru berupa konsep REBT dan mampu

memahaminya dengan cukup baik. Ia juga sempat menceritakan kemajuan dirinya

yaitu ia merasa lebih lega dan perasaan nya sedikit lebih tenang dan ia tidak lagi gelisah

tetapi ia ganti dengan sholat malam dan mengadu pada Allah. Hal ini didukung dengan

penampilan subjek terlihat lebih cerah dan lebih banyak senyum.

3. Intervensi sesi ketiga : Pengenalan model ABC

Hari/tanggal :Selasa, 28 Agustus 2018

Waktu : WIB

Tempat : Di rumah subjek

Sasaran

a. S mendapatkan pemahaman mengenai konsep beliefe

b. Memahami model ABC yang merupakan keterkaitan antara activating event,

beliefe, dan concequences yang telah dipelajari sebelumnya.

Page 50: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

48

Observasi Umum

Saat CP datang subyek berada di dapur sedang menyelesaikan pekerjaan rumah yang

belum selesai, mempersilahkan masuk dan meminta CP untuk menunggunya sebentar.

Subyek menggunakan baju long dress berwarna kuning dengan kerudung coklat.

Proses intervensi

Sesi ini memiliki dua kegiatan utama yaitu pemahaman konsep beliefe dan

psikoedukasi model ABC. Berikut adalah penjelasannya.

a. Review and Overeview

CP memulai sesi dengan menanyakan keadaan S hari ini. Ia mengatakan hari ini

ia bersemangat untuk melakukan intervensi dan bertemu CP bahkan ia sudah

menunggu sejak pagi. CP melakukan review dengan menanyakan kegiatan pada

sesi sebelumnya. Tanpa ragu ia memberikan kertas yang telah ia tulis beberapa

peristiwa yang ia jabarkan dengan cukup detail. CP memberikan umpan balik dan

apresiasi terhadap nya yang telah berusaha mengerjakan pekerjaan rumah.

CP mengevaluasi kembali activity scheduling yang dilakukan oleh S.

ternyata kegiatan yang belum bisa ia lakukan sampai saat ini adalah melakukan

pillow talk dengan suami agar lebih terbuka tentang perasaannya selama ini

tentang Ibu mertuanya. CP mengajak subjek untuk mendiskusikan hambatan-

hambatan dan langkah yang dapat diambil agar esensi dari kegiatan tersebut dapat

terpenuhi, yaitu melakukan pillow talk.

Page 51: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

49

b. Pendalaman konsep beliefe

Setelah menjelaskan konsep belief pada subjek. CP meminta ia menyebutkan satu

peristiwa yang membuatnya merasa sangat cemas, gelisah sehingga membuatnya

berfikir negative dan sulit tidur. Ia mengatakan bahwa dari dulu mertuanya tidak

menyukainya dan ada perkataan mertuanya yang memuatnya trauma dan

membekas hingga saat ini. CP kemudian menjelaskan mengenai beliefe yaitu

pemikiran yang muncul ketika mengalami sesuatu.

c. Psikoedukasi model ABC dari REBT

Dari contoh peristiwa sebelumnya CP mengaitkan dengan penjelasan model ABC.

Kemudian dijelaskan bahwa umumnya seseorang akan memiliki perasaan dan

menunjukkan perilaku tertentu jika mengalami suatu situasi tertentu. Selain itu ada

faktor lain yang berpengaruh dalam kemunculan suatu perasaan dan perilaku,

bukan situasi yang menyebabkan hal tersebut, melainkan pandangan terhadap

situasi yang dialami. Ia meminta CP untuk menjelaskan ulang dan memberikan

contohnya kembali. Setelah di jelaskan ulang dan di berikan contoh kembali ia

merespon “jadi situasi yang sama pun respon kitanya bisa berbeda-beda ya”

setelah ia paham tentang konsep ABC, CP menanyakan kepada S lalu apa yang

perlu di ubah dari kita jika ingin mengubah perasaan dan perilaku kita, ia

menjawab “berarti cara pandang kita yang perlu diubah ya” hal ini menunjukkan

bahwa ia sudah memahami inti model ABC.

d. Kesimpulan

CP meminta S untuk menceritakan kembali apa yang ia dapatkan dari sesi ini.

Subjek menceritakan bahwa ada keterkaitan antara pemikiran dan perasaan serta

Page 52: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

50

perilaku yang ditunjukkan. Dan perbedaan respon individu ketika mengalami

suatu hal.

Evaluasi pelaksanaan sesi

Secara umum sesi ini berjalan dengan cukup lancar, subjek mampu

memahami materi yang diberikan setelah dijelaskan secara bertahap. Dengan demikian

sasaran intervensi ketiga cukup terpenuhi.

4. Intervensi sesi keempat : pengenalan konsep pikiran irasional dan dispute

Hari/tanggal : Rabu, 29 Agustus 2018

Waktu : WIB

Tempat : Di rumah subjek

Sasaran

a. S mendapatkan pengetahuan baru dan pemahaman mengenai irasional belief

b. Dapat mengaitkan antara irrasional belief yang dimiliki dengan consequences

yang dialami

c. Penerapan dan pendalaman dispute

Observasi Umum

Pada sesi ini subyek dapat mengikuti dengan baik sampai sesi berakhir, subyek

sempat memperkenalkan anaknya pada CP dengan tersenyum bangga. Subyek

menggunakan baju setengah badan bewarna merah dipadukan dengan rok hitam

berbahan dasar kain dan jilbab bergo warna merah. Subyek meminta kepada CP untuk

Page 53: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

51

mengobrol di dalam kamarnya saja karena merasa kurang nyaman nanti anaknya

mendengar.

Proses intervensi

Sesi ini memiliki dua kegiatan utama yaitu pendalaman konsep pemikiran irasional dan

penerapan dan pendalaman dispute. Berikut adalah penjabarannya :

a. Review and Overview

Sesi dimulai dengan menanyakan kabar dan kegiatan subjek yang dilakukan

kemarin yang termasuk ke dalam activity scheduling. Ia kemudian menceritakan

yang dialaminya ia membaca buku pada malam hari. Membuatnya memiliki

aktivitas yang berarti sehingga muncul dara lelah dan bisa tidur sebelum jam 12

malam. Kemudian memintanya untuk menceritakan hambatan saat melakuan

activity scheduling lainnya. Kemudian melakukan review intervensi sebelumnya. Ia

sempat terdiam seperti berpikir dan CP mengingatkan tentang pemikiran irasional

yang kemudian ia tersenyum tipis. Setelah melakukan review kemudian diberikan

gambaran apa yang dilakukan pada sesi ini.

b. Pengenalan dan pendalaman konsep keyakinan irasional

CP memulai dengan menanyakan situasi yang paling menimbulkan perasaan yang

tidak menyenangkan atau menimbulkan perasaan gelisah, cemas dan dijawab “saat

mertua memarahinya”. Kemudian menggali pemikiran yang ia yakini “saya tuh

sedih, rasanya selalu kurang di depan mertua membuat saya selalu takut membuat

kesalahan didepannya dan berfikir apakah saya bukan menantu yang baik”. Setelah

mendengarkan pemikirannya kemudian menjelaskan tentang pemikiran dan

Page 54: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

52

keyakinan irrasional. Lalu menjelaskan bahwa kita sangat mudah berpikir irrasional

terhadap suatu hal dan dan memberikan beberapa contoh nya. Selanjutnya

menjelaskan bahwa pemikiran negative dapat menimbulkan perasaan dan perilaku

negative.

CP mengaitkan pemikiran yang subjek miliki dan perilaku yang dilakukannya.

Setelah mendiskusikannya bersama ia menarik kesimpulan bahwa pemikiran

irasional yang membuatnya menjadi cemas, gelisah selalu merasa ketakutan,

menutup diri, bahkan menjadi sulit tidur. Di akhir kegiatan ini ia diingatkan kembali

dengan model ABC mengenai perubahan pemikiran yang mendahului perubahan

konsekuensi.

c. Pengenalan dan pendalaman disputing

CP memulai kegiatan disputing dengan melanjutkan penjelasan mengenai pemikiran

irasional. Walaupun setiap individu cenderung berpikir irasional, kita tetap dapat

mengubahnya. CP menggunakan pemikiran irasional yang dimiliki subjek sebelumnya

yaitu “selalu kurang dan selalu salah di mata Ibu mertua”. Kemudian ia diajak

menceritakan pemikiran rasionalnya. Hal ini direspon dengan mendetail sehingga

menghasilkan pemikiran rasional lainnya yaitu “saya harus terbuka tentang perasaan

saya agar hidup saya lebih tenang”

Kesimpulan

CP menutup sesi ini dengan menanyakan apa yang telah didapatkan sejauh ini. Ia

menjawab dari sesi ini ia mengetahui bagaiman pikiran negative yang menumpuk akan

Page 55: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

53

menghasilkan perasaan dan perilaku yang negative dan sebaliknya pikiran positif akan

menghasilkan perasaan dan perilaku yang positif.

Evaluasi pelaksanaan sesi

Secara umum sesi ini berjalan cukup baik, subjek mampu memahami materi yang

diberikan dan sempat di tengah sesi berhenti karena dirinya menangis sehingga CP

memberikan subjek waktu untuk lebih tenang dan mengatasi emosi yang sedang dialami

sehingga sesi lain berjalan lebih lama

5. Intervensi sesi kelima : Pengenalan teknik pemecahan masalah

Hari/tanggal : Jumat, 31 Agustus 2018

Waktu : WIB

Tempat : Di rumah subjek

Sasaran

a. S memahami teknik pemecahan masalah

b. Dapat melakukan teknik pemecahan masalah secara sendiri

Observasi Umum

Saat CP datang subyek menyapa dengan senyuman lepas dan mempersilahkan CP

untuk masuk serta duduk di ruang tamu. Pada sesi ini subyek mulai terlihat lebih baik.

menggunakan baju longdress berwarna hitam dan jilbab bergo bewarna cream.

Page 56: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

54

Proses intervensi

Sesi ini terdiri dari dua kegiatan utama yaitu pengenalan dan pendalaman teknik

pemecahan masalah

a. Review and overview

CP melakukan review sesi sebelumnya untuk menggali pengetahuan dan

pemahaman tentang konsep keyakinan irasional dan dispute. Subjek dapat

mengingat dengan baik selanjutnya membahas latihan kemarin dengan diberikan

contoh baru terkait permasalahan nya sekarang. Ia menerangkan dengan cukup

detail kemudian menanyakan apa yang ia pikirkan terkait dengan

ketidakberdayaan. Ia menjawab “meskipun nanti ia melakukan kesalahan di depan

mertuanya diluar ketidak sengajaannya, ia akan berusaha memperbaikinya dengan

terbukan agar mendapat solusi yang terbaik dari dirinya ataupun Ibu mertuanya”.

Ia mengalami perubahan pemikiran karena memikirkan apa yang dapat ia lakukan

dengan kondisi nya saat ini, dan lebih fokus pada kemampuan dirinya.

b. Pengenalan dan pendalaman teknik pemecahan masalah

CP menjelaskan setiap orang pasti memiliki masalah dan perlu menyelesaikannya.

Kemudian menanyakan subjek masalah apa yang ia alami saat ini dan apa yang ia

lakukan untuk menyelesaikannya. Kemudian mengaitkan dengan penjelasan

mengenai teknik pemecahan masalah, yang mencakup definisi, kegunaan dan

langkah-langkah yang dilakukan. Kemudian membantunya mendifinisikan

beberapa penyelesaian masalah satu persatu sehingga menghasilkan solusi

penyelesaian terbaik.

Page 57: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

55

c. Kesimpulan

Sesi ini berjalan lancar, meskipun memakan waktu cukup lama dari sesi

sebelumnya. Subjek terlihat lebih bersemangat dan tidak memasang muka sedih

lagi. Ia mendapatkan pemahaman baru mengenai teknik pemecahan masalah yang

ia jelaskan akan ia peraktekkan jika nantinya mengalami masalah baru atau serupa

agar ia bisa memilih solusi terbaik dari permasalahannya.

Evaluasi pelaksanaan sesi

Secara umum tujuan dalam sesi ini tercapai dengan baik. CP kemudian mengajak

subjek untuk review penjelasan dan contoh yang diberikan tadi dan menanyakan

apakah masih ada penjelasan yang sekiranya kurang dimengerti. Setelah semuanya

dapat dipahami dan di peraktekkan, ia disarankan mengaplikasikan teknik dan latihan

yang sudah diberikan selama pertemuan sebelumnya.

Page 58: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

56

PENERAPAN TERAPI PERILAKU DENGAN TEKNIK PROGRAM

MENGENDALIKAN DIRI SENDIRI

A. Terapi Perilaku dengan Teknik Program Mengendalikan Diri Sendiri

1. Pengertian Terapi Perilaku

Perilaku yang ditampilkan manusia merupakan hasil pembelajaran yang

didapatkan dari lingkungannya. Perilaku yang baik merupakan hasil belajar yang benar

sementara perilaku yang tidak baik merupakan hasil belajar yang salah. Terapi perilaku

didasarkan pada prinsip belajar yang bersumber pada eksperimen sistematis untuk

menolong orang lain mengubah perilaku maladaptif-nya. Fokus dari terapi ini adalah

permasalahan yang dihadapi klien saat ini serta faktor yang mempengaruhi

permasalahan tersebut. Davison, Neale, dan Kring (2004) menyebutkan terapi perilaku

sebagai suatu cabang psikoterapi yang secara sempit digambarkan sebagai penerapan

pengkondisian klasik dan operant untuk mengatasi berbagai masalah klinis, namun

secara luas digambarkan sebagai psikologi eksperimental terapan dalam konsep klinis.

Terapi ini mengerucutkan perilaku yang konkrit dan objektif agar dapat diikuti secara

jelas oleh individu. Terapi perilaku bersifat mendidik yang menekankan agar klien

dapat mempelajari suatu keterampilan untuk menangani dirinya sendiri dengan harapan

mereka dapat bertanggung jawab untuk mengaplikasikan apa yang mereka pelajari

dalam kehidupan sehari-hari.

Terapi perilaku menawarkan berbagai metoda yang berorientasi pada perbuatan

untuk menolong orang mengambil langkah melakukan perubahan terhadap apa yang

sedang mereka lakukan dan pikirkan. Teknik yang menekankan pada proses kognitif

pada metode ini banyak mengalami perkembangan pada beberapa tahun terakhir.

Page 59: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

57

Dalam bukunya Corey (1991) mengartikan terapi perilaku sebagai penggunaan

perangkat prosedur klinis yang terdefinisikan secara longgar yang rasional serta

perinciannya seringkali menggantungkan diri pada hasil temuan eksperimental dari

suatu penelitian psikologi. Terapi perilaku diartikan juga sebagai suatu pendekatan

analitik eksperimental dan fungsional pada data klinis yang menggantungkan diri pada

hasil akhir yang objektif dan bisa diukur. Martin dan Pear (2003) mendefinisikan terapi

perilaku sebagai aplikasi sistematis yang mempelajari dasar dan teknik untuk menilai

dan meningkatkan perilaku covert dan overt individu yang bersangkutan.

Karakter penting dari terapi perilaku adalah penekanan kuat pada definisi

masalah klien yang termanifestasi dari perilaku yang ditampilkan dan dapat diukur

perubahannya, terapi ini melakukan pengukuran terhadap perubahan perilaku sebagai

indikator terbaik untuk mengetahui apakah masalah yang timbul berhasil dihadapi.

Karakteristik lain pada terapi ini adalah prosedur treatmen dan teknik yang digunakan

adalah jalan yang digunakan lingkungan untuk membantu individu berfungsi secara

normal secara sosial.

Tujuan dari terapi perilaku ini sendiri adalah untuk menghilangkan perilaku

maladaptif dan mempelajari perilaku yang efektif serta normatif. Aplikasi terapi

perilaku dapat digunakan untuk golongan individu, kelompok, pasangan, maupun

keluarga. Beberapa kasus yang juga dapat ditangani dengan terapi perilaku adalah

fobia, depresi, kelainan seksual, gangguan perilaku pada anak, gagap, dan pencegahan

penyakit kardiovaskular.

Kontribusi terapi perilaku ada pada tingkah laku yang dihasilkan bukan pada

perasaan individu tersebut. Terapi ini juga mampu membantu klien dalam mempelajari

Page 60: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

58

keterampilan yang praktis, fokus pada pendidikan, dan penekanan dalam strategi

manajemen diri. Terapi ini juga melatih individu untuk berani menolak dan memiliki

rasa tanggung jawab. Kritik yang diberikan pada terapi perilaku adalah bahwa

kurangnya perhatian pada teknik ini pada perasaan yang dimiliki individu dan hanya

terfokus pada goal yang didapat oleh klien sepanjang terapi berlangsung.

2. Teknik Terapi Perilaku Program Mengolah Diri

Sebagai metode intervensi, terapi perilaku memiliki beberapa teknik yang dapat

digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kasus yang dihadapi, diantaranya

desensitisasi sistemati, relaksasi, flooding, eye movement and desensitization,

reinforcement, modeling, rektrukturisasi kognitif, pelatihan asertif, kemampuan sosial,

program manajemen diri, pengulangan perilaku, pembinaan, latihan menegaskan apa

yang diinginkan (LMAD), terapi multimodal, dan program mengelola diri sendiri dan

perilaku yang diarahkan sendiri. Sementara teknik yang digunakan untuk menangani

kasus ini adalah “Program Mengelola Diri Sendiri dan Perilaku yang Diarahkan

Sendiri”.

Teknik Mengelola Diri Sendiri dan Perilaku yang Diarahkan Sendiri adalah

fenomena yang relatif baru dalam konseling dan terapi. Strategi mengelola diri sendiri

mencakup memantau diri sendiri, memberi imbalan sendiri, mengadakan kontrak

sendiri, dan pengendalian stimulus. Teknik ini banyak digunakan untuk menangani

kasus kecemasan, kepedihan, dan depresi. Asumsi dasar dari intervensi ini adalah

bahwa perubahan dapat dihadirkan dengan mengajar orang menggunakan keterampilan

menangani situasi bermasalah. Strategi yang digunakan untuk mempertahankan hasil

Page 61: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

59

akhir dari teknik ini adalah dengan mendorong klien untuk menerima tanggung jawab

menjalankan program yang telah diberikan dalam aplikasi hidup sehari-hari.

Teknik mengelola diri sendiri dan perilaku yang diarahkan sendiri membuat

program agar klien dapat mengambil keputusan tentang hal yang berhubungan dengan

perilaku khusus yang ingin dikendalikan atau diubah. Hal yang sering kali ditemukan

adalah alasan klien yang tidak mampu mencapai sasaran target karena tidak memiliki

keterampilan, sehingga terapis perlu mengarahkan agar klien dapat mengarahkan diri

sendiri untuk memberikan garis besar bagaimana bisa didapat perubahan dan rencana

yang akan membawa ke perubahan. Tujuan dari teknik ini adalah klien mampu

menjalani hidup yang diarahkan sendiri dan tidak bergantung lagi pada pakar untuk

berurusan dengan masalah mereka. Hasil akhir dari teknik ini adalah mendorong klien

untuk menerima tanggung jawab menjalankan strategi yang telah ditetapkan dalam

kehidupannya sehari-hari.

Cormier dan Cormier (1985) merinci lima ciri teknik mengelola diri sendiri secara

efektif sebagai berikut:

a) Melakukan kombinasi dan alternatif strategi yang akan digunakan dan tidak hanya

menggunakan strategi tunggal;

b) Melakukan strategi yang telah diterapkan secara konsisten;

c) Menerapkan perangkat sasaran yang realistis dan evaluasi seberapa efektif sasaran

tersebut;

d) Menggunakan penguatan pada diri sendiri;

Page 62: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

60

e) Reinforcement dari lingkungan merupakan hal penting.

3. Langkah-langkah Melakukan Intrevensi

Tahapan langkah yang dilakukan untuk menggunakan terapi perilaku dengan

teknik program mengelola diri sendiri dan perilaku yang diarahkan sendiri dalam

menangani kasus yang dihadapi adalah:

1) Penyaringan sasaran: Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan perincian mengenai

perubahan apa saja yang diinginkan dengan menetapkan sasaran yang dapat diukur,

terjangkau, positif, dan signifikan bagi klien;

2) Menerjemahkan sasaran menjadi perilaku yang diinginkan;

3) Memantau perkembangan diri sendiri: Mencakup pada perilaku yang dapat diamati

dengan menggunakan buku harian perilaku untuk mengukur sejauh mana perubahan

terjadi;

4) Menyelesaikan rencana perubahan;

5) Penguatan diri sendiri: Seperti berperan serta dalam kegiatan yang menyenangkan

dan memuji diri sendiri atas pencapaian yang didapat.

6) Mengontrak diri sendiri: Klien diarahkan untuk tetap memiliki komitmen dalam

melakukan rencana perbuatan secara konsisten;

7) Mengevaluasi rencana untuk melakukan perubahan.

Pada proses terapi perilaku juga perlu ditemukan asset serta kekuatan yang

dimiliki klien untuk menguatkan perubahan perilaku yang diinginkan. Identifikasi

Page 63: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

61

antecedent, belief, serta konsekuensi yang klien tunjukkan juga perlu diidentifikasi

dengan tepat agar strategi yang dirancang efektif dan memberikan dampak signifikan.

B. Rancangan Intervensi

Intervensi yang diberikan menggunakan terapi perilaku dan teknik program

mengelola diri dengan tujuan membantu mengatasi kesulitan atau ketergantungan

dengan target intervensi ragu-ragu, enggan merawat diri, malas beraktivitas,

keinginan menggunakan kembali dan menjadi pengedar kembali kuat. Intervensi

dilaksakan dalam jangka pendek dengan 5 kali pertemuan.

C. Proses Intervensi

1. Intervensi sesi pertama :

Hari/tanggal : Kamis, 04 Oktober 2018

Waktu : 09.00-13.00

Tempat : Aula pertemuan

Observasi umum

E menggunakan baju kaos biru lengan pendek dan celana jeans dengan robek-

robek dibagian lutut, memakai sendal jepit, rambut berantakan dan berkeringat

basah, terlihat bersemangat saat menemui CP

Proses intervensi

1. PerkenalanTerapi perilaku dan teknik program mengelola diri

CP menjelaskan tentang proses intervensi mulai dari tujuan, pertemuan, goals

yang ingin dicapai dan menjelaskan tentang hal yang akan dilakukan selama 5

sesi intervensi. Kemudian menanyakan kembali kesanggupan E untuk mengikuti

proses intervensi sampai selesai. Selanjutnya menjelaskan tentang terapi

Page 64: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

62

perilaku, dan teknik program mengelola diri yang digunakan, tujuan dari terapi

ini dan apa yang diharapkan dari intervensi ini. Setelah ia memahami penjelasan

yang diberikan. Kemudian ia diberikan waktu untuk bertanya seputar terapi (sesi

tanya-jawab). Selanjutnya meminta kesediannya untuk terbuka dan menjaga

komitmen selama sesi berlangsung.

2. Identifikasi Masalah

CP memaparkan kesimpulan dan poin penting yang menjadi permasalahan E

berdasarkan hasil anamnesa. E membenarkan setiap poin yang disampaikan

sehingga didapatkan permasalahan yang dialaminya untuk diatasi pada intervensi

kali ini yaitu ia yang enggan merawat diri, malas beraktivitas, ragu-ragu, mudah

marah, mudah terpengaruh dengan kembali menggunakan ganja dan pengedar

masih kuat. Setelah mengidentifikasi permasalahannya, ia diminta menjelaskan

mengenai perasaannya dalam menyikapi masalah tersebut apa pengaruh pada

dirinya sekarang dan usaha apa yang sudah ia lakukan untuk mengatasinya. Ia

menjelaskan bahwa dirinya kesulitan mengontrol emosi dan mudah tersinggung.

Ia mudah marah dan kegiatannya sehari-hari tidak jauh dari perkelahian dengan

WBP lain karena kejadian tidak menyenangkan.subyek juga menceritakan

karena ia sering dipukuli karena tidak membayar hutang sehingga ia dalam

sehari-hari sering waswas untuk melakukan perlawanan diri, ia juga

menambahkan bahwa tidak melakukan apapun untuk mengatasi masalah

tersebut.

D. Tindakan

Menggali masa lalu subyek dan menemukan pertama kali kejadian yang

membuat E merasa khawatir bahwa musuhnya berada di mana-mana, mudah

Page 65: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

63

marah, dan mudah tersinggung muncul dalam hidup subyek. Meminta subyek

menyebutkan keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari perkelahian yang

dilakukan saat ia menuruti emosi tidak menyenangkannya tersebut. Memberikan

solusi alternatif yang dapat subyek lakukan apabila merasa khawatir diserang

lagi, saat tersinggung oleh orang lain, atau saat merasa emosinya labil dengan

orang lain atau kejadian yang ada di sekitarnya dan meminta subyek menerapkan

solusi yang ia pilih segera setelah sesi pertemuan.

Kesimpulan proses intervensi

Subyek menyadari perilakunya yang selalu terlibat bentrok fisik dengan orang lain

tidak baik dan menentukan pilihan solusi bahwa bila ia mengalami kejadian tidak

menyenangkan lagi, ia akan pergi meninggalkan tempat dan orang yang membuatnya

kesal. Ia akan mengalihkannya dengan kegiatan lain seperti paskibra atau pramuka

yang banyak membantu orang lain. Subyek terlihat mendapatkan insight dan lebih

sumringah saat menemukan jalan keluarnya dan berjanji mencobanya hingga

pertemuan berikutnya.

2. Intervensi sesi kedua : Identifikasi masalah

Hari/tanggal : Jumat, 05 Oktober 2018

Waktu : 09.00-12.00

Tempat : Aula pertemuan

Page 66: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

64

Observasi umum

E terlihat kurang bersemangat hari ini, ia datang terlabat dan cukup lama datang, saat

datang ia mengatakan bahwasannya ia baru bangun tidur dan hanya mencuci muka

saja.

Proses intervensi

a. Menerjemahkan sasaran menjadi perilaku yang diinginkan

CP dan subyek mendiskusikan bersama sasaran yang harus ia lakukan untuk

menunjang sesuai perilaku yang dinginkan. CP kembali menegaskan point kondisi

subyek saat ini yang menghambat nya dalam menciptakan perilaku yang adaptif yaitu

adanya perubahan kearah yang baik. selanjutnya setelah memaparkan hambatan yang

ia miliki seperi enggan menurus diri, malas beraktifitas, ragu-ragu, mudah emosi dan

lainnya dan subyek sudah mengerti dan memahami dampak dari perilaku tersebut.

Selanjutnya CP meminta subyek mebuat rencana sasaran perilaku seperi apa yang

seharusnya ia miliki agar bisa menngani hambatan tersebut. Subyek dan CP membuat

beberapa rencana sasaran seperti :

1. Melakukan aktivitas yang positif sehingga membantu fikiran menjadi

sehat dan positif seperti olahrga di pagi hari

2. Bergabung bersama WBP yang sudah tidak mengkonsumsi narkoba

3. Menghindari konflik dengan lebih banyak melakukan aktivitas kegiatan

yang di sediakan di lapas

4. Merawat diri dengan mandi setiap pagi

Page 67: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

65

Kesimpulan dan tugas rumah

Secara keseluruhan subyek dapat memahami target intervensi pada sesi ini, dan subyek

sudah mampu mengenali perilaku maladaptive yang ia miliki serta sudah mampu

membuar rencana sasaran perilaku yang ia inginkan untuk menangangi perilaku

maladaptive nya. di tunjukkan dengan subyek mengatakan akan mencoba mendekati

teman satu sel yang menurut nya sudah tidak menggunakan ganja dan menjalin

komunikasi. E juga mengatakan mulai hari selanjutnya ia akan bangun lebih pagi dan

mandi sebelum bertemu CP. Selanjutnya CP mempertegas tugas rumah yang harus ia

kerjakan yaitu memperaktekkan yang ia pelajari pada sesi ini yaitu rencana sasaran

perilaku yang ia buat dan akan di evaluasi pada sesi selanjutnya

3. Intervensi sesi ketiga :

Hari/tanggal : Senin, 08 Oktober 2018

Waktu : 08.00- 15.00

Tempat : Aula pertemuan

Observasi umum

E datang menghampiri CP tepat jam 09.00 dengan rambut yang rapi, baju yang bersih

dan lebih wangi dari biasnaya dan menunjukkan ekspresi wajah yang ceria, lalu

bertanya pada CP bagaimana penampilannya hari ini, ia juga mengatakan bahwa ia

sudah bangun sejak pagi dan mandi.

Proses intervensi

a. Memantau perkembangan diri sendiri

CP menanyakan tentang tugas rumah yang diberikan pada sesi sebelumnya, bagaimana

perasaan yang ia rasakan, apakah ada kendala dalam pelaksanaannya dan apa saja

kendalanya jika ada. Secara keseluruhan ia sudah bisa bangun pagi dan mandi namun

Page 68: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

66

ia masih enggan untuk memulai aktivitas pagi dengan berolahraga, namun ia berjanji

mulai besok akan mencobanya. Subyek juga belum bisa mengendalikan kemauan

dirinya untuk lepas dari ganja. Subyek diminta untuk membayangkan kenikmatan yang

dirasakan setelah memakai narkoba, setelah itu subyek diminta membayangkan

bagaimana reaksi neneknya dan pacarnya saat mengetahui subyek terjerumus kembali

ke dalam kasus narkoba. Ekspresi subyek tampak serius dan menyerah karena tidak

mau membayangkan perasaan yang menyedihkan. Subyek diminta untuk menarik

nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan selama beberapa kali hingga

kembali rileks. Setelah itu subyek berusaha fokus membayangkan kekecewaan orang

yang ia sayangi apabila ia terlibat kasus narkoba kembali. Subyek juga diminta untuk

memikirkan hal pertama yang terpikir agar dapat mengalihkan perasaan khawatirnya

akan kekecewaan orang yang ia sayangi kepada dirinya.

Kesimpulan dan tugas rumah

Subyek terlihat tegang saat membayangkan tangisan nenek dan pacarnya apabila ia

kembali terlibat dalam kasus yang sama. Subyek menyatakan akan berusaha

mengalihkan pikirannya untuk kembali mengkonsumsi ganja dan akan berusaha

berteman dengan WBS yang tidak terlibat narkoba. Selanjutnya, CP memotivasi

subyek bahwa pasti bisa memfokuskan diri untuk lebih baik dan menjalankan rencana

sasaran target yang ia tetapkan, selanjutnya CP mengingatkan bahwa sesi selanjutnya

akan di evaluasi mengenai target yang harus ia lakukan.

Page 69: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

67

4. Intervensi sesi keempat

Hari/tanggal : Selasa, 09 Oktober 2018

Waktu : 09.00-13.00

Tempat : Aula pertemuan

Observasi umum

E datang dengan wajah ceria dan bersemangat dengan pakaian rapi dan bersih dengan

rambut di kuncir rapi, saat datang ia mengatakan pagi ini ia mengikuti senam pagi

bersama tahanan yang lain.

Proses intervensi

a. Penguatan diri sendiri

CP menanyakan tentang tugas rumah yang diberikan pada sesi sebelumnya, bagaimana

perasaan yang ia rasakan, apakah ada kendala dalam pelaksanaannya dan apa saja

kendalanya jika ada. Secara keseluruhan ia sudah sudah cukup mampu memfokuskan

diri pada rencana sasaran perilaku yang ia buat namun ia masih ragu-ragu mampu

melakakannya secara maksimal. Ia mengatakan takutnya setelah keluar dari sini tetap

terjerumus kembali ke dunia narkoba dan tetap mencari nafkah di bidang tersebut

disebabkan pastinya ia akan ketemu teman-teman lamanya dan kalau dirinya berubah

ia takut dan khawatir jadi di remehkan dan hilang kendali dominan nya, ia khawatir

nanti kalo di berubah ia malah tidak bisa mendapatkan uang dan tidak bisa segera

menikahi pacarnya. Ia masih berencana untuk kembali ke narkoba sampai ia punya

modal untuk menikah. Subyek diminta untuk memfokuskan diri terlebih dahulu saat

ini pada target sasaran yang telah ia rencanakan di awal sesi, CP menguatkan dan

memotivasi jika ia telah terbiasa dengan perilaku adaptif maka nanti nya secara tidak

Page 70: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

68

langsung pola pikirnya juga akan berubah. Subyek diminta untuk memikirkan hal yang

menyenangkan setelah bebas yang akan dilakukannya bersama kekasihnya dan

neneknya karena dengan mengingat nenek nya dan pacar nya bagaimanapun ia akan

fokus memperbaiki diri dengan mengingatkan bahwa tujuan hidupnya adalah

membahagiakan nenek nya dan menikahi pacarnya. Selanjutnya CP meminta subyek

membuat daftar kira kira setelah bebas pekerjaan seperti apa yang bisa ia lakukan.

Subyek membuat daftar apa yanag bisa ia lakukan seperti

1. Fokus meneruskan usaha pacarnya yang ia modali sebagai tujuan

penghasilan nantinya setelah bebas atau,

2. Mengikuti saran pamannya untuk bekerja dengan pamannya di luar kota

Kesimpulan

Sampai pada tahap sesi ini subyek hanya mampu menjalan kan sasaran rancangan

perilaku adaptif nya seperti bangun pagi, berolahraga dan mandi. Subyek masih ragu

untuk tidak lagi terlibat ke narkoba setelah bebas, karena takut kehilangan teman teman

lama nya dan tidak yakin bisa mendapatkan pekerjaan selain menjadi pengedar.

Selanjutnya CP meminta subyek untuk memikirkan lagi dan menguatkan sasarantujuan

yang telah ia pilih

5. Intervensi kelima :

Hari/tanggal : Rabu, 10 Oktober 2018

Waktu : 09.00-12.00

Tempat : Aula pertemuan

Page 71: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

69

Observasi umum

E datang menghampiri CP dengan wajah yang ceria dan tampak bersemangat, ia

menggunakan pakaian yang rapi dan bersih, E juga terlihat menyapa petugas tamping

dan petugas tahanan serta tahanan lainnya yang sedaang berada didekatnya saat ia

lewat.

Proses intervensi

a. Mengontrak diri sendiri dan mengevaluasi rencana untuk melakukan

perubahan

CP membimbing subyek untuk mengenal minat dan skill-nya yang dapat ia gunakan

setelah bebas nanti. Subyek diminta mengukur kembali intensitas perasaan emosional

dan perkelahiannya dengan temannya. Subyek diminta membuat penolakan terhadap

teman-temannya yang dulu dengan membayangkan teman-temannya tersebut ada di

hadapannya dan menawarkannya kembali untuk memakai dan mengedarkan narkoba.

Serta subyek di minta untuk berkomitment menjalankan apa yang telah ia rencanakan

dengan motivasi utama kepada tujuan nya yaitu lebih berperilaku adaptif agar bisa

membahagiakan neneknya dan segera bisa menikahi pacarnya.

Kesimpulan dan penutup

Secara keseluruhan subyek sudah mampu merencanakan tujuan namun masih ragu bisa

menjalani nya dan konsisten dengan apa yang telah ia rencanakan. Selanjutnya CP

kembali memotivasi subyek bahwa dirinya yakin bisa menciptakan dan

mempertahankan perilaku adaptif nya agar tujuan yang ia rencanakan setelah bebas

tercapai dengan cara fokus memikirkan perasaan sedih nenek dan kekasih nya jika ia

kembali terjerumus pada dunia narkoba

Page 72: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

70

PENERAPAN TERAPI OKUPASI DENGAN TEKNIK PEMANFAATAN

WAKTU LUANG (LEISURE)

A. Terapi Okupasi dengan Teknik Pemanfaatan Waktu Luang (Leisure)

1. Pengertian Terapi Okupasi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) mendefiniskan terapi

okupasi sebagai bentuk pelayanan kesehatan kepada klien dengan kelainan/kecacatan

fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan

menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian

individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivtas, dan pemanfaatan

waktu luang. Pelayanan terapi okupasi merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan dimana kebutuhan akan pelayanan terapi okupasi pada fasilitas kesehatan

akan cenderung meningkat sehubungan dengan meningkatnya prevalensi penyakit

dan/atau kecacatan yang diakibatkannya. Terapi okupasi adalah suatu bentuk terapi

non-farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan menjaga kondisi kejiwaan

pasien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat baik

dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir

dan Muhith, 2011).

Tujuan utama okupasi terapi adalah mengembalikan kemampuan seseorang

untuk melakukan sebuah aktivitas kerja dalam kehidupan sehari-hari. Terapi okupasi

bertujuan untuk memenuhi target terapi yang direncanakan untuk dicapai sesuai

dengan kondisi yang dialami oleh pasien/klien. Tujuan terapi okupasi sendiri dari

Page 73: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

71

tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang perlu dituliskan pada lembar

rekam medis terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus terapi okupasi. Selain itu,

terapi okupasi juga berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dan mencegah

kecacatan dalam aktivitas perawatan diri, produktivitas, dan pemanfaatan waktu luang

untuk mencapai kemandirian maksimum dan kualitas hidup (Hidayati, Pratiwi, dan

Aliya, 2017). Sukmana dan Wulandari (2014) memaparkan bahwa terapi okupasi dapat

digunakan sebagai salah satu jenis psikoterapi untuk menangani pasien karena

mencakup aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa, aktivitas dengan

pendekatan kognitif, aktivitas untuk memacu kreativitas, training keterampilan dan

terapi bermain.

Sukmana dan Wulandari (2014) menyatakan sebagai metoda intervensi, terapi

okupasi memiliki beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai

jenis kasus, diantaranya adalah occupational daily living (perawatan diri), productivity

(kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang). Ketiga teknik ini masing-masing

merupakan komponen yang perlu dikuasai oleh pasien/klien untuk melanjutkan

kehidupanya. Pasien/klien perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan,

mandi, berpakaian, dan berhias tanpa bantuan orang lain. Pasien/klien juga perlu

bekerja untuk bisa mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan atau makna dalam

hidupnya. Selain itu, pasien/klien juga perlu melakukan refreshing dan penyaluran hobi

untuk memanfaatkan waktu luang dengan aktivitas yang bermakna disela-sela

kepenatan kerja. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan kondisi klien yang

mampu melakukan activity daily living (ADL) secara mandiri dan memiliki motivasi

untuk beraktivitas namun terkendala dengan kemampuan fisik yang terus merasa lelah,

Page 74: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

72

maka teknik terapi yang digunakan pada intervensi ini adalah pemanfaatan waktu luang

(leisure).

2. Teknik Pemanfaatan Waktu Luang (Leisure).

Pasien/klien yang mengalami perubahan lingkungan hidup termasuk orang-

orang dan tuntutan baru di dalamnya akan memerlukan waktu untuk menyesuaikan

diri. Apabila dalam waktu tersebut tidak diisi oleh kegiatan yang menyenangkan yang

membuat klien dapat memanfaatkan fungsi dirinya secara maksimal terutama pada

orang lanjut usia yang sudah tidak lagi berproduksi, maka dapat menjadi simtom awal

dalam gangguan penyesuaian diri. Untuk itu, perlu dijalankan okupasi terapi secara

sistematik dengan mendampingi kegiatan klien untuk beberapa waktu sehingga

akhirnya klien dapat diajak berdiskusi mengenai ketertarikan dan kesenangannya pada

aktivitas tertentu. Terapis/Psikolog juga perlu mendiskusikan dengan klien mengenai

kegiatan yang dianggapnya terampil dan apakah program yang tengah dilakukan akan

dilanjutkan. Dalam diskusi inilah timbul proses fungsi mental dengan adanya

perhatian, antusias, kesungguhan, dan adanya kecekatan untuk melakukan aktivitas

sehingga fungsi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik klien dapat dinilai oleh

terapisnya.

3. Langkah Terapi Okupasi dengan Pemanfaatan Waktu Luang (Leisure)

Tahapan langkah yang dilakukan untuk menggunakan terapi okupasi dengan teknik

pemanfaatan waktu luang (leisure) adalah sebagai berikut:

1) Mengobservasi dan mengumpulkan data terkait:

Page 75: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

73

CP melakukan observasi terhadap klien dan mengumpulkan data melalui allo-

anamnesa mengenai perilaku klien yang membutuhkan perhatian khusus untuk

perubahan;

2) Menentukan target perilaku yang ingin diubah:

Berdasarkan informasi yang telah terkumpul, CP menentukan target perilaku

klien yang ingin diubah;

3) Mengidentifikasi prioritas target perilaku:

Menentukan target perilaku jangka panjang dan jangka pendek yang ingin

dicapai, serta perilaku paling mudah yang mampu diubah terlebih dahulu;

4) Membuat jadwal harian untuk dilakukan selama proses intervensi:

Mendiskusikan proses dan hal yang perlu dilakukan oleh klien serta

kesanggupan klien untuk melakukan rangkaian aktivitas yang telah disepakati;

5) Memantau perkembangan aktivitas yang dilakukan klien:

CP memantau respon klien selama terapi berlangsung dan mengobservasi

keaktifan klien.

6) Mengevaluasi hasil.

Mengevaluasi efektivitas dari teknik tersebut dengan melakukan diskusi

mengenai perasaan klien, kesulitan yang ditemui, serta hasil dari program yang

telah dijalankan. CP juga memberikan apresiasi kepada klien karena telah

berusaha melakukan hal yang telah disepakati sejak awal.

Page 76: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

74

B. Rancangan Intervensi

Intervensi yang diberikan menggunakan terapi okupasi teknik leisure (pemanfaatan

waktu luang) dengan target intervensi malas, sangat emosional, mudah tersinggung,

menyendiri . Intervensi dilaksakan dalam jangka pendek dengan 5 kali pertemuan.

C. Proses Intervensi

1. Sesi pertama : Pengenalan teknik leisure (pemanfaatan waktu luang).

Hari/tanggal : Kamis, 29 November 2018

Waktu : 14.30-16.00

Tempat : Wisma WBS

Tujuan : Mengatasi gejala malas pada subjek

Observasi Umum

T menggunakan daster batik dengan rambut yang terkuncit satu kebelakang, tampak

duduk sambil memegang gelas berisi teh dan disebelahnya ada roti biskuit bersama 2

orang temannya, namun tidak saling mengobrol.

Proses Intervensi

a. Perkenalan teknik leisure (pemanfaatan waktu luang)

CP menjelaskan tentang proses intervensi mulai dari tujuan, pertemuan, hasil yang

ingin dicapai dan menjelaskan tentang hal yang akan dilakukan selama lima sesi

intervensi. Kemudian menanyakan kembali kesanggupan T untuk mengikuti proses

intervensi sampai selesai. Selanjutnya menjelaskan tentang terapi okupasi teknik

Page 77: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

75

leisure (pemanfaatan waktu luang) yang digunakan, tujuan dari terapi ini dan apa

yang diharapkan dari intervensi ini. Setelah ia memahami penjelasan yang diberikan.

Kemudian ia diberikan waktu untuk bertanya seputar terapi (sesi tanya-jawab.

Selanjutnya meminta kesediaannya untuk terbuka dan menjaga komitmen selama

sesi berlangsung.

b. Identifikasi Masalah

CP memaparkan kesimpulan dan poin penting yang menjadi permasalahan T

berdasarkan hasil anamnesa. T membenarkan setiap poin yang disampaikan sehingga

didapatkan permasalahan yang dialaminya untuk diatasi pada intervensi kali ini yaitu

ia lebih suka menyendiri dan malas melakukan aktivitas lebih banyak berdiam diri

di atas kasur, mudah terpancing emosi dan berkata kasar baik pada teman sesama

WBS atau petugas, sehingga ia tidak memiliki teman. Subjek juga tidak mau

bergabung bersama teman WBS karena merasa percuma. Setelah mengidentifikasi

permasalahannya, ia diminta menjelaskan mengenai perasaannya dalam menyikapi

masalah tersebut apa pengaruh pada dirinya sekarang dan usaha apa yang sudah ia

lakukan untuk mengatasinya. Ia menjelaskan bahwa ia sering merasa kesal dengan

teman atau penghuni panti yang lain yang suka membicarakan dirinya, membuatnya

kesal, dan petugas yang mengabaikannya. Sehingga ia lebih memilih untuk

membatasi diri dari interaksi sosial yaitu lebih memilih menjauh dan menyendiri, ia

juga menambahkan bahwa tidak melakukan apapun untuk mengatasi masalah

tersebut.

Page 78: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

76

“orang-orang disini sering membuat saya kesal mba, mereka itu banyak yang gak

bisa ngurus diri nya sendiri jorok, tapi kalau saya ingetin malah gak terima ya saya

emosi lah, saya tau kok mereka sering ngomongin saya makanya saya males sama

mereka jadi lebih baik sendiri aja saya bisa kok hidup, terus petugas disini tuh pelit-

pelit mba”

c. Tindakan

Subjek diajak membuat target perilaku yang dikeluhkan dan ingin diubah. Hal

pertama adalah mengatasi gejala malas. Pada pagi hari disepakati, subjek

menjalankan aktivitas semaksimal mungkin seperti memulai ikut senam kebugaran

bersama WBS lain agar fisiknya lebih tersa bugar dan hanya boleh istirahat sejenak

atau tidur siang sekali selama maksimal dua jam.

Kesimpulan

Pada sesi ini T cukup mampu memahami tentang terapi okupasi teknik leisure

(pemanfaatan waktu luang) yang dijelaskan oleh CP. Ia juga sudah cukup mampu

mengidentifikasi masalah yang sedang ia alami. Selain itu ia juga mendapatkan

tentang target perilaku yang akan diubah yaitu mencoba melakukan aktivitas di pagi

hari dengan senam kebugaran bersama WBS lain dan rutin memeriksakan kesehatan

pada petugas kesehatan. Walaupun T membutuhkan waktu lebih untuk berpikir

apakah dirinya mampu namun setelah beberapa kali CP membantu meyakinkan

bahwa subjek mampu melakukannya sampai pada akhirnya ia bersedia untuk

mencoba.

Page 79: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

77

2. Sesi kedua : Menerapkan teknik leisure (pemanfaatan waktu luang)

Hari/tanggal : Senin, 03 Desember 2018

Waktu :13.00-15.00

Tempat :Wisma WBS

Observasi Umum

Ketika CP datang, ia sedang tiduran di atas ranjang di kamar teman nya yang letaknya

di sebelah kamar miliknya dan menghadap ke jendela, memakai pakaian daster. Ketika

CP mendekati dan menyapa ia hanya tersenyum dan mengatakan jika ia sedang malas

berada didalam kamar.

Tujuan : Mengatasi mudah emosi sehingga cenderung berbuat kasar

Prose intervensi

a. Pembukaan

CP menanyakan tentang tugas rumah yang diberikan pada sesi sebelumnya,

bagaimana perasaan yang ia rasakan, apakah tadi pagi ia sudah mulai melakukan

kegiatan senam kebugaran. Subjek mengeluhkan ia masih merasa malas untuk

bergabung bersama WBS lain dalam kegiatan pagi karna tadi pagi ia bangun nya

kesiangan. Tetapi ia berjanji akan mencobanya besok pagi.

b. Tindakan

Setelah melakukan evaluasi mengenai aktivitas pagi yaitu melakukan senam

kebugaran dan mendampingi subjek melakukan aktivitas yang disediakan oleh panti.

Page 80: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

78

Intervensi dilanjutkan dengan bercerita dan bertukar pikiran dengan subjek hingga

waktu makan siang dan sholat tiba. Subjek juga diingatkan untuk menahan emosinya

dan tidak mudah meluapkan kepada orang lain apalagi sampai memukul orang

tersebut. Subjek diingatkan bahwa konsekuensi dari perilakunya tersebut adalah tidak

ada teman ataupun petugas yang suka menemaninya. Setelah selesai, subjek

ditawarkan untuk tidur siang.

Kesimpulan

3. Sesi ketiga : Menerapkan teknik leisure (pemanfaatan waktu luang)

Hari/tanggal : Selasa, 04 Desember 2018

Waktu : 13.30-15.30

Tempat : Halaman panti

Observasi Umum

Ketika CP datang ia sedang duduk di kursi bawah pohon seorang diri. Menggunakan

daster dan rambut di kuncir ke belakang

Tujuan : Mengatasi mudah emosi sehingga cenderung berbuat kasar

Proses Intervensi

a. Pembuka

CP mengevaluasi terhadap perubahan rutinitas kegiatan di pagi hari yang subjek

lakukan apa ada perubahan pada kesehatan yang ia rasakan. Dan mengevaluasi

kesanggupan subjek untuk melakukan aktivitas kegiatan yang ada di panti sehingga

Page 81: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

79

waktu nya lebih produktif tidak banyak berada di dalam kamar dan menimbulkan

konflik dengan teman sekamarnya karena ketidak cocokan dengan dirinya.

b. Tindakan

Subjek mengeluhkan ia merasa sedih bahwa teman satu kamarnya suka menjauhi

dirinya dan petugas suka mengabaikan dirinya. CP kembali mengingatkan konsekuensi

yang akan di terima nya jika ia kembali terlibat konflik dengan teman sesama WBS

bahwa dirinya akan semakin di jauhi teman yang lain. CP mengingatkan tidak apa

mengeluarkan emosi nya jika ada suatu hal yang tidak cocok dengan dirinya namun

harus tetap mengingat kembali perasaan orang lain dengan mengurangi kata kasar dan

tidak dengan memukul lawan nya. Serta CP mengajak subjek untuk berkeliling panti

sambil mengobrol menyudahi ketika subjek terilihat sudah lelah dan memintanya untuk

istrirahat. CP menanyakan apakah ada lagi kegiatan di panti yang membuatnya menarik

sehingga ia akan lebih banyak waktu di luar kamar sehingga lebih produktif dan tidak

banyak terlibat konflik di kamar dengan teman yang lain karena ketidak sesuaian

dengan kemauan dirinya.

Kesimpulan dan reaksi

Subjek merasa senang karena dengan mencoba berolahraga pagi badan nya lebih terasa

bugar dan ia berjanji akan lebih rutin memeriksa kesehatannya agar merasa lebih sehat.

Subjek merasa senang di ajak berkeliling panti sambil mengobrol menceritakan keluh

kesahnya. Ia masih belum menemukan minat nya untuk mengisi waktu luang nya

dengan berkegiatan namun ia akan mencoba kembali rutin mengikuti kegiatan di

masjid supaya ibadahnya juga menjadi lebih baik.

Page 82: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

80

4. Sesi keempat : Mengevaluasi perubahan

Hari/tanggal :Rabu, 05 Desember 2018

Waktu : 13.30-15.30

Tempat :Aula pertemuan/ ruang keterampilan

Observasi Umum

T sedang duduk di halaman aula menggunakan pakaian daster dan rambut yang diikat

sambil sedang membuat keset bersama dengan teman lainnya dan sedang mengobrol

dengan salah satu WBS.

Tujuan : Mengatasi mudah tersinggung

Proses Intervensi

a. Pembuka

CP mengevaluasi bagaimana perasaanya setelah berani mengikuti kegiatan

keterampilan membuat keset dengan WBS lain apakah ada perubahan perasaan atau

adakah kendala yang ia alami. Subjek mengatakan ia merasa senang dan ternyata

membuat keset tidak susah dan melelahkan seperti yang ia bayangkan.

b. Tindakan

Subjek mengatakan ia tadi pagi sempat merasa kesal dengan teman sekamarnya karena

merasa di sindir dan tertuju kepada dirinya ia sempat emosi namun ia mengingat

perkataan CP sebelumnya dan memilih untuk pergi ke aula dan membuat keset. CP

memuji subjek bahwa keputusannya untuk melakukan kegiatan ke aula sudah baik dan

mengajak berdiskusi subjek bahwa bisa saja teman sekamar nya tadi tidak bermaksud

Page 83: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

81

menyindir dan memojokkan subjek mungkin nanti atau lain kali ia bisa menanyakan

dengan baik agar tidak mudah tersinggung dan menjadi marah.

Kesimpulan

Subjek antusias mengikuti rangkaian kegiatan di panti. Setelah waktu makan siang,

subjek juga masih bersemangat untuk melanjutkan proses belajar membaca iqra’ di

kamarnya dan setelah lelah ia memutuskan untuk beristirahat. Subjek juga sudah bisa

mengalihkan emosi nya dengan menahan emosi nya tidak seperti sebelumnya.

5. Sesi kelima : Mengevaluasi akhir keefektifan teknik dengan subjek

Hari/tanggal : Jumat, 06 Desember 2018

Waktu : 10.00-12.00

Tempat : Taman halaman panti

Observasi Umum

Proses Intervensi

Ketika CP datang ia sedang duduk di taman bawah pohon seorang diri dengan

menggunakan baju daster dan rambut diikat satu kebelakang.

Tujuan : Mengatasi aktivitas yang tidak maksimal dan suka menyendiri

Tindakan : Mengevaluasi akhir keefektifan teknik terhadap subjek dan meminta

subjek agar konsisten menjalani apa yang telah dilakukan selama sesi intervensi. Pada

hari terakhir, CP mendampingi subjek pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh

perawat, serta mengikuti games ringan dan panggung seni yang diberikan oleh

Page 84: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

82

mahasiswa magang peksos bersama WBS lain. Subjek berusaha keras melakukan

kegiatannya dengan sebaik mungkin agar hidupnya terasa lebih berharga.

Kesimpulan dan Penutup

Subjek merasa puas dengan pencapaiannya saat ini. Ia merasa usaha yang dilakukan

selama sesi intervensi memberikan hasil dan dampak positif yang terasa bagi tubuhnya

dan perasaannya. Subjek juga sudah cukup mampu mengeluarkan emosi nya dengan

tidak berbuat kasar dan mengalihkan emosi nya dengan pergi berkegiatan dengan

begitu ia sudah tidak banyak menyendiri di dalam kamar.

Page 85: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

83

PENERAPAN TERAPI PSIKOANALISA

A. Terapi Psikoanalisa

1. Pengertian

Psikoanalisa merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi yang

dipelopori oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan

kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi.

Konsep dari psikoanalisa sendiri terdiri dari tiga system struktur kepribadian

yaitu: (1) id adalah system kepribadian yang orisinil dimana ini lebih kepada insting

dan naluri pada manusia; (2) ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah,

mengendalikan dan mangatur sebagai “polisi lalu lintas” bagi id, superego dan dunia

eksternal; (3) superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian.

Hal-hal yang sudah diberikan dari terapi ini adalah antara lain: (1) Kehidupan

mental individu menjadi bisa dipahami dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa

diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia; (2) Tingkah laku diketahui sering

ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar; (3) Perkembangan pada masa dini dan kanak-

kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa; (4) Teori

psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara

yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan

adanya mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan; (5) Pendekatan

psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran

melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi

(Corey, 2009).

Page 86: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

84

2. Teknik Terapi Psikoanalisa

Ciri dari tehnik Terapi Freud lebih berpengaruh bila dibandingkan teknik terapi

yang dikembangkan oleh ahli lainnya. Teknik terapi Freud memiliki karakteristik

tertentu yaitu (Alwisol, 2015).

b. Dilaksanakan dalam suasana santai

Terapi dilakukan Freud dalam suasana santai. Suasana seperti itu diciptakan

Freud melalui penataan ruang, warna dinding, pencahayaan, dst yang dibuat

sedemikian rupa sehingga pasien betul-betul merasa nyaman dan betah berada di ruang

tersebut. Dengan suasana santai Freud berharap konflik-konflik yang telah ada di alam

tidak sadar akan mudah muncul ke alam sadar.

c. Klien diberi kebebasan

Dalam terapi Freud, klien dibebaskan untuk bicara apa saja, termasuk

menangis, menjerit, mengumpat, dst Jika klien mengalami bloking atau kebuntuan

Freud berusaha membantu sehingga terjadilah asosiasi antara apa yang ada dalam alam

tak sadar dengan apa yang berikan oleh terapis.

d. Waktu pelaksanaan

Pertemuan terapeutik, pertemuan antara klien dan terapis dalam psikoterapi,

biasanya dilakukan 4 atau 5 kali seminggu (1 sampai 2 jam pertemuan), selama 2

sampai 3 tahun.

Ada beberapa teknik yang dipakai Freud dalam psikoterapinya, yaitu asosiasi

bebas, analisis mimpi, parapraxies atau Freudian slips, interpretasi, alasisis tesisten,

tranferensi dan pengulangan (Alwisol, 2015). Dalam terapi ini tehnik yang akan

dilakukan adalah asosiasi bebas.

Page 87: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

85

Dalam asosiasi bebas klien dipersilakan mengemukakan apa saja yang terlintas

dalam isi jiwanya, tidak peduli apakah hal itu remeh, memalukan, tidak logis, ataupun

kabur. Dari ungkapan kesadaran tanpa sensor ini terapis memahami masalah kliennya.

Asosiasi bebas dikembangkan Freud dan diterapkan dalam psikoterapi berdasarkan tiga

asumsi (Alwisol, 2015), yaitu :

2) apa saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang, mempunyai makna dan

berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya dimasa lalu;

3) materi yang ada dalam ketidak sadaran berpengaruh penting terhadap tingkah laku;

4) materi yang ada dalam ketidak sadaran dapat dibawa ke kesadaran dengan

mendorong ekspresi bebas setiap kali hal itu muncul ke dalam pikiran.

Menurut Freud, meskipun klien menghalangi topic tertentu dan berusaha

menyembunyikannya, suatu saat terbentuk rantai aso-siasi yang membuat terapis dapat

memahami konflik yang telah terjadi pada klien.

1) Langkah-langkah Terapi Psikoanalisa

Menurut Freud (2001), Psikoanalisa memiliki tiga bagian penting, yaitu:

a. Merangsang kelemahan ego subjek untuk berpartisipasi dalam proses intelektual

untuk mengisis kekosongan dari sumber mental mereka dan berpindah ke analisis

super ego mereka yang otoritas.

b. Menstimulus ego subjek untuk kuat melawan masing-masing tuntutan id mereka

dan untuk mengalahkan resistensi yang timbul dalam hubungan mereka.

c. Memulihkan ego subjek dengan mendeteksi material dan impuls yang ditekan

dalam ketidaksadarannya.

Page 88: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

86

B. Rancangan Intervensi

Dalam menangani kasus M intervensi yang digunakan Terapi Psikoanalisa yang

akan dilakukan sebanyak lima (5) sesi dengan sasarannya adalah perubahan dan

kemajuan dalam mudah menangis, gelisah, mudah lelah dan gangguan tidur.

C. Proses Intervensi

1) Terapi Psikoanalisa

a. Tahap Inducing (menginduksi)

1) Intervensi pertama dilakukan pada hari Senin, 3 Juli 2017

Tujuan :

a) M dapat mengemukakan dan memahami masalah yang dialaminya.

b) Mengurangi intensitas menangisnya

c) Mengenalkan konsep terapi psikoanalisa

Tempat : Rumah Subjek

Observasi :

M memang bukan orang yang mudah tersenyum sehingga setiap diawal perjumpaan

wajah M selalu terlihat tidak bersemangat.

Pelaksanaan:

a) Memperkenalkan diri dan membina rapport

Tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi

dengan membina rapport

” Bagaimana kabar ibu hari ini?”

Page 89: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

87

“ Baiklah, kita akan bersama-sama berdiskusi tentang masalah yang dialami dan yang

akan kita lakukan adalah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut.”

b) Menjelaskan tujuan serta proses terapi psikoanalisa

“ Terapi yang akan kita lakukan saat ini bertujuan untuk membebaskan atau

mengurangi dari perilaku yang dirasa negative yang sering muncul tanpa ibu sadari,

menguatkan fungsi ego ataupun kesadaran diri akan apa dari dampak perilaku yang

kita lakukan untuk kemudian sesuai dengan standart norma yang ada. Hal itu akan

kita lakukan dengan menginduksi, menstimulus dan akhirnya merekonstruksi kembali

apa yang bisa kita benahi agar kecemasan ibu bisa lebih berkurang.”

c) Membuat kontak terapi

Idealnya terapi psikoanalisa ini bisa terlaksana minimal 45 menit dalam sekali

sesi dan bisa setidaknya empat kali dalam seminggu.

d) Diperlukan kerjasama yang baik antara terapis dan pasien dalam seluruh proses

psikoterapi.

“Baiklah bu, kita telah sepakat akan melakukan terapi ini untuk masalah yang

sekarang sedang kamu hadapi sesuai dengan kesepakatan kita, ya.”

2) Intervensi kedua dilakukan pada hari Rabu, 5 Juli 2017

Tujuan :

a) Mengetahui permasalahannya di masa lalu.

Tempat :Rumah subjek

Page 90: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

88

Observasi : Seperti biasa M menyambut CP dengan wajah yang biasa saja namun

kali ini sudah sedikit tersenyum sambil menggendong cucunya.

Pelaksanaan :

a) CP mempersilahkan subjek untuk duduk secara rileks dan mempersilahkan subjek

untuk menceritakan apa yang ingin diceritakan (tehnik asosiasi bebas).

“ Baik ibu, pertemuan hari ini kita akan mulai dengan cerita dari ibu. Apa yang

menjadi pikiran ibu selama ini hingga ibu selalu bersedih tanpa ibu tahu

sebabnya.”

Subjek menjawab bahwa tidak tahu harus mulai dari mana dan apa yang harus

diceritakan, sehingga M meminta bantuan CP untuk memberinya pertanyaan.

“ Baiklah ibu, saya akan membantu, bagaimana kalau kita mulai dari ibunya ibu.

Apa yang ibu pikirkan tentang ibu buat ibu.?”

Respon yang diberikan adalah menangis, sehingga dalam sesi pertama ini hampir

selama 30 menit pertama dalam sesi ini subjek menangis tersedu-sedu saat mulai

mengatakan “ibu saya”. Dan akhirnya karena subjek sudah mulai sesak nafas

akibat menangis. Terapi dihentikan.

b) Memberikan rileksasi

Setelah melakukan sesi terapi CP melakukan rileksasi pernafasan agar

meredakan ketegangan otot dan juga menetralisisr pernafasan agar asmanya tidak

semakin parah.

c) Menutup sesi

Page 91: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

89

“Untuk sesi hari ini saya rasa sudah cukup, semoga kondisi ibu bisa jauh lebih baik

setelah ini. Dan kita akan bertemu disesi selanjutnya sesuai dengan waktu yang

disepakati. Terima kasih atas kesedediaan ibu untuk mengikuti sesi ini.”

3) Intervensi ketiga dilakukan pada hari Jumat, 7 Juli 2017

Tujuan :

a) Mengulang sesi sebelumnya untuk bisa diinterpretasi

Tempat :Rumah Subjek

Observasi : Seperti biasa M menyambut CP sambil menggendong cucunya dan

langsung mempersilhkan masuk dengan antusias walaupun tidak

tersenyum.

Pelaksanaan :

a) Melakukan tehnik pengulangan

CP melakukan pengulangan tentang sesi sebelumnya dimana subjek masih

merasakan sedih yang luar biasa. Sehingga bisa disimpulkan bahwa memang subjek

memiliki permasalahan yang belum selesai dengan ibunya di masa lalu. Sehingga

untuk sesi ini CP meminta M untuk mencoba menceritakan kembali apa yang ingin

diceritakan mengenai ibunya.

“ Ibu, dilihat dari sesi sebelumnya ibu masih belum mampu untuk menceritakan

permasalahan ibu di masa lalu. Apakah untuk kali ini ibu sudah siap untuk kembali

menceritakan tentang ibunya ibu?”

Subjek sudah siap bercerita walaupun air matanya sudah mulai mengalir kembali.

Page 92: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

90

“ Ibu saya itu tidak sayang sama saya. Dari saya lahir saya langsung tinggal dengan

nenek saya. Setelah saya lahir bapak ibu saya cerai. Saya pernah berpikir apa karena

saya mereka cerai. Saya dari tidak tahu rasanya disayang ibu saya. Saya dimanja oleh

nenek saya, makanya saya sudah menganggap nenek saya sama seperti ibu kandung

saya sendiri. Saetelah nenek saya meninggal pada saat usia saya 5 tahun. Saya benar-

benar sedih. Walaupun ada rasa senang karena saya bisa kembali tinggal dengan ibu

saya. Namun ternyata tidak seperti bayangan saya. Bahwa saya seperti anak yang

tidak dianggap. Saya disuruh untuk membantu pekerjaan rumah dan mengurus adik-

adik tiri saya. Ada kalanya saya dimarahi oleh ibu karena melakukan kesalahan.

Padahal saat SD saya termasuk pintar terutama saya suka sekali pelajaran

matematika. Tapi tiba-tiba pada saat usia 12 tahun ia terpaksa harus berhenti sekolah

dengan alasan ekonomi. Sedih sekali saya rasanya. Kenapa harus saya, padahal saya

berprestasi di sekolah. Sampai guru sekolah saya datang ke rumah untuk menanyakan

nasib saya selanjutnya dari ibu saya dengan tegas mengatakan kepad aguru saya bila

saya sudha tidak bisa kembali lagi bersekolah karena harus membantu perekonomian

keluar. Setelah itu saya disuruh untuk bekerja apa saja termasuk menjadi pembantu

rumah tangga dan gaji saya diambil oleh bapak tiri saya jadi saya ga bisa menikmati

hasil kerja saya. Setiap saya melihat anak yang berseragam sekolah saya pasti

menangis. Karena saya masih berpikir kalau saya seharusnya mampu dna bisa untuk

berprestasi dan bisa jauh lebih dari ini nasib saya. Saya benci sekali dengan ibu saya.

Kenapa dia memperlakukan saya seperti ini. Tapi saya sadar kalau saya berdosa tapi

kenapa dia memperlakukan saya seperti bukan anak kandungnya. Kalaupun tidak cinta

dengan bapak tetapi saya juga tidak minta untuk dilahirkan. Kenapa….?”

Page 93: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

91

b) Melakukan relaksasi

Melihat kondisi subjek yang sangat emosional, menangis dan terlihat lelah,

akhirnya CP merileksasi agar subjek tidak mengalami sesak nafas.

c) Menutup sesi

“Saya rasa untuk sesi kali ini kita sudahi dulu. Bagaimana perasaan ibu setelah

meluapkan perasaannya.? Kita akan kembali pada sesi selanjutnya. Semoga ibu selalu

dalam kondisi yang baik dan sehat ya.”

b. Tahap Stimulating (stimulasi) dan Restoring (Pemulihan)

1) Intervensi keempat dilakukan pada hari Senin, 10 Juli 2017

Tujuan :

a) Menguatkan ego untuk melawan id dan memulihkannya kembali.

b) Bisa mengurangi gejala yang muncul seperti mudah menangis, gelisah, mudah

lelah, temperamental dan gangguan tidur.

Tempat :Rumah subjek

Observasi : M sedang menggendong cucunya dan menyambut CP dengan wajah

yang biasa saja namun sudah bisa tersenyum.

Pelaksanaan :

a) Melakukan tehnik interpretasi

CP menngulas kembali cerita subjek disesi sebelumnya untuk diinterpretasi dan

membahas mengenai apa yang diinginkan untuk bisa membuat pikirannya jauh lebih

tenang.

Page 94: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

92

“ Bagaimana kabar ibu hari ini? Hari ini kita akan membahas mengenai cerita ibu

tempo hari mengenai kesedihan yang mendalam perihal hubungan ibu dengan ibu

kandung ibu dan ayah. Karena memang rasa penolakan yang ibu terima tersebut

ternyata tidak mudah untuk bisa ibu jalankan hingga kini. Dimana keinginan seorang

anak adalah pada dasarnya membahagiakan orang tuanya. Apakah setelah menjalani

pertemuan sebelum ini ada perubahan dengan suasana hati ibu ataupun ada hal lain

yang mungkin berkurang ibu?”

Subjek menjawab dengan kondisi yang juah lebih tenang walaupun masih tetap

meneteskan air mata.

“saya senang akhirnya saya bisa menumpahkan cerita kesedihan saya secara utuh ke

mbak, walaupun memang belum sepenuhnya menutup kepedihan hati saya, tetapi

sudah jauh berkurang dari sebelumnya. Setidaknya saya sudah bisa dur nyenyak dan

tidak terbangun tiba-tiba lagi. Dan mungkin memang saya harus mengikhlaskan apa

yang sudah Allah berikan kepada saya bahwa memang saya memiliki orang tua yang

seperti itu.”

b) Relakasasi

Sama seperti sesi sebelumnya CP melakukan relaksasi agar M merasa jauh lebih

rileks sehingga bisa mengurangi gejala yang muncul seperti sering menangis tiba-tiba,

gelisah, mudah lelah, temperamental dan sulit tidur.

c) Menutup sesi

“Saya rasa untuk sesi kali ini kita sudahi dulu. Bagaimana perasaan ibu setelah

merasa harus mengikhlaskan kondisi ibu? Kita akan kembali pada sesi selanjutnya.

Semoga ibu selalu dalam kondisi yang baik dan sehat ya.”

Page 95: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

93

c. Tahap Evaluasi dan Terminasi

1) Intervensi kelima dilakukan pada hari Rabu, 12 Juli 2017

Tujuan :

a) Mengevaluasi intervensi dan terminasi

Tempat :Rumash subjek

Observasi : Subjek jauh lebih segar dan ceria. Ia sedang menggendong cucunya

dan sedang membereskan rumah.

Pelaksanaan :

a) Mengevaluasi hasil intervasi

CP mengevaluasi hasil intervensi yang sudah dilakukan.

“ Bagaimana kabar ibu pagi ini? Sejauh ini apa yang sudah kit alakukan apakah ada

yang ibu rasakan seperti mengurangi kecemasan ibu ataupun gejala yang lain?”

Subjek merasa ada perubahan.

“Saya merasa bisa tidur lebih nyenyak, sehingga badan saya merasa lelah seperti

biasanya, mungkin karena tidurnya lebih lama dan juga jadinya tidak terlalu mudah

tersulut marah. Tapi kalau sendirian saya masih suka melamun walaupun tidak terlalu

mudah menangis lagi.”

b) Menutup sesi dan terminasi

“Untuk sesi kita akhiri disini ibu, apabila ada kekurngan dari saya, saya mohon maaf

dan semoga apa yang sudah kita lakukan bersama selama ini bisa membantu ibu

mengurangi hal-hal yang ibu anggap negative. Untuk itu mungkin ibu akan saya

Page 96: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

94

rekomendasikan kepada psikolog apabila memang ibu masih ingin melanjutkan dan

merasa butuh akan terapi selanjutnya, untuk bisa mengurangi lagi gejala yang muncul

sesuai dengan yang ibu keluhkan. Terima kasih banyak atas perhatiannya, semoga ibu

selalu sehat dan diberkati Tuhan.”

Page 97: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

95

PENERAPAN TERAPI KOGNITIF PERILAKU (TPK)

A. Tinjauan Teoritis dan Metode Intervensi

1. Terapi Kognitif Perilaku (TPK)

a) Pengertian Terapi Kognitif Perilaku (TPK)

Terapi Kognitif-Perilaku (TPK) merupakan intervensi psikologis yang

mengkombinasikan terapi kognitif serta terapi perilaku untuk menangani

masalah psikologis. Terapi Kognitif-Perilaku menurut Rosenvald, Oei &

Schmidt,Westbrook, Kennerley & Kirk (dalam Retha, 2012) mengajarkan

individu untuk mengenali pengaruh pola pikir tertentu dalam memunculkan

penilaian yang salah mengenai pengalaman-pengalaman yang ia temui, hingga

memunculkan masalah pada perasaan dan tingkah laku yang tidak adaptif

Menurut Epigee (2009) Terapi Kognitif Perilaku (TPK) merupakan terapi

yang didasari dari gabungan beberapa intervensi yang dirancang untuk

merubah cara berpikir dan memahami situasi dan perilaku sehingga mengurangi

frekuensi reaksi negatif dan emosi yang mengganggu. Menurut Fakutas Ilmu

Kedokteran Universitas Indonesia(2009) Terapi Kognitif Perilaku (TPK)

merupakan psikoterapi jangka pendek, yang menjadi dasar bagaimana seseorang

berfikir dan bertingkah laku positif dalam setiap interaksi Terapi-Kognitif-

Perilaku (TPK) berfokus pada masalah, berorientasi pada tujuan dan kesuksesan

dengan masalah disini dan sekarang

Prinsip dasar dari Terapi Kognitif-Perilaku antara lain (Westbrook,

Kennerley & Kirk, 2007):

1) Prinsip kognitif: masalah psikologis merupakan hasil interpretasi

Page 98: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

96

dari sebuah kejadian, bukan kejadian itu sendiri.

2) Prinsip perilaku: perilaku individu dapat sangat mempengaruhi

pikiran dan emosinya.

3) Prinsip kontinum: gangguan bukanlah suatu proses mental yang

berbeda dengan proses mental normal, melainkan proses mental

normal yang berlebihan hingga menjadi masalah.

4) Prinsip here-and-now : lebih baik berfokus pada proses masa kini

daripada masa lalu.

5) Prinsip sistem yang saling berinteraksi: melihat masalah sebagai

interaksi dari pikiran, emosi, perilaku, fisiologi, dan lingkungan

yang dimiliki individu.

6) Prinsip empiris: penting untuk mengevaluasi teori dan terapi

secara empiris.

Tujuan dari Terapi Kognitif-Perilaku (TPK) adalah untuk memodifikasi

fungsi berpikir, perasaan, bertindak, dengan menekankan fungsi otak dalam

menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat, dan mengambil keputusan

kembali. Dengan merubah status pikiran dan perasaannya, klien diharapkan

dapat merubah perilaku negatif menjadi positif (Oemarjoedi, dalam Retha, 2012)

dengan putusnya hubungan antara pikiran dan perilaku yang negatif, maka secara

keseluruhan cara berpikir dan berperilaku individu tersebut tidak mengarah pada

maladaptif. Terapi Kognitif-Perilaku (TPK) juga bertujuan agar klien memiliki

pola pikir yang positif sehingga perilaku yang terlihat juga positif atau adaptif.

Dengan pemberian Terapi Kognitif- Perilaku (TPK) klien diharapkan mampu

Page 99: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

97

mengatasi masalah yang timbul dengan cara yang konstruktif. Terapi Kognitif-

Perilaku (TPK) yang digunakan CP dalam pemeriksaan psikologis ini adalah

teknik restrukturisasi Kognitif atau Pikiran.

2. Teknik restrukturisasi Kognitif atau Pikiran

Teknik restrukturisasi Kognitif atau Pikiran (Yulle, dalam Retha 2012)

membantu individu mengatasi masalah kenangan yang jelek akibat trauma yang

dirasakan. Konsep kognitif menekankan pada pentingnya proses berpikir yang

akan mempengaruhi sebagian atau seluruh psikopatologi dari reaksi abnormal

dari post- trauma. Sehingga intervensi diperlukan untuk mengidentifikasi

pikiran dan kepercayaan yang tidak tepat dan membantu klien dalam

memunculkan kembali pikiran dan kepercayaan yang lebih membantu dalam

melihat kejadian traumatis, diri sendiri dan lingkungan.

Burns (1988 dalam Retha, 2012) mengungkapkan bahwa perasaan

individu sering dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan individu mengenai dirinya

sendiri. Pikiran individu tersebut belum tentu merupakan suatu pemikiran yang

objektif mengenai keadaan yang dialami sebenarnya. Penyimpangan proses

kognitif juga disebut dengan distorsi kognitif. Reaksi emosional tidak

menyenangkan yang dialami individu dapat digunakan sebagai tanda bahwa apa

yang dipikirkan mengenai dirinya sendiri mungkin tidak rasional, untuk

selanjutnya individu belajar membangun pikiran yang objektif dan rasional

terhadap peristiwa yang dialami.

Distorsi kognitif berikut (dalam Bradley.T, 2016) yang dapat

dialami oleh individu terdiri dari penyimpangan pemikiran-pemikiran

Page 100: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

98

dapat dipaparkan sebagai berikut :

1) Pemikiran ― Segalanya atau Tidak Sama Sekali (All or nothing thinking)

2) Terlalu Menggeneralisasi (overgeneralization)

3) Mendiskualifikasikan yang Positif (disqualifiying the positive)

4) Loncatan ke Kesimpulan (jumping to conclusions)

5) Pembesaran dan Pengecilan (magnification and minimization)

6) Penalaran Emosional (emotional reasoning)

7) Pernyataan ―Harus (should statements)

8) Memberi Cap dan Salah Memberi Cap (labeling and mis labeling)

9) Personalisasi (personalization)

3. Langkah-langkah

Menurut Beck (dalam Oei, 2011; Laidlaw, Thompson, Gallagher-

Thompson & Dick-Siskin, 2003) restrukturisasi kognitif atau pikiran

biasanya dilakukan dengan strategi A-B-C-D-E, yaitu :

1) A (Antecedent) merupakan peristiwa aktual yang mendasari munculnya

perasaan dan atau pikiran tertentu.

2) B (Beliefs) merupakan keyakinan yang muncul sebagai hasil dari pikiran,

biasanya berupa pikiran negatif.

3) C (Consequences) merupakan konsekuensi berupa perasaan yang muncul

dari suatu pikiran tertentu.

4) D (Dispute) merupakan usaha menantang pikiran yang sudah muncul

sebelumnya dengan menggunakan pikiran alternatif tertentu.

5) E (Evaluation) merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap perasaan

Page 101: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

99

setelah menantang pikiran negatif.

Dalam penulisan laporan kasus ini CP menggunakan Terapi Kognitif-

Perilaku (TPK) dengan teknik restrukturisasi Kognitif atau Pikiran yang langkah

– langkahnya dalam memberikan intervensi disusun oleh Doyle (1998, dalam

Bradley.T) yaitu sebagai berikut :

1) Mengumpulkan informasi latarbelakang klien

2) Membantu klien menjadi sadar akan proses pikirannya.

3) Memeriksa proses berpikir rasional klien yang memfokuskan bagaimana

pikiran klien mempengaruhi kesejahteraannya.

4) Membantu klien mengevaluasi keyakinan klien tentang pola – pola

pikiran logis klien sendiri dan orang lain.

5) Membantu klien merubah keyakinan dan asumsi interlnya.

6) Mengulangi kembali proses pikiran rasional sekali lagi dengan

mengajaarkan tentang aspek – aspek penting kepada klien dengan contoh

kehiduan nyata.

7) Kombinasi thought stopping dan relaksasi sampai pola – pola logis

terbentuk.

B. Rancangan Intervensi

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan dengan Terapi Kognitif-

Perilaku dengan teknik restrukturisasi Kognitif -Pikiran yang sasaran

intervensi meliputi “tidak mampu mengontrol emosi, sulit tidur, masih ada

keinginan konsumsi amphetamine, cemas akan masa depan setelah keluar dari

Page 102: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

100

Lapas”. Intervensi ini dilakukan sebanyak 5 kali (jangka pendek). Pada bagian

ini, akan dijabarkan tujuan dan bentuk kegiatan pada setiap isi sesi intervensi :

1. Sesi pertama : Psikoedukasi mengenai Terapi Kognitif-Perilaku dengan

teknik restrukturisasi Kognitif -Pikiran dan pengantar materi “Pikiran

Negatif”

Tujuan

a) Membuat subjek memahami teknik Kognitif-Perilaku dengan teknik

restrukturisasi Kognitif atau Pikiran

b) Membuat subjek memahami penyebab dan dampak perilaku

ketergantungan amphetamine

c) Membuat subjek semakin terbiasa melakukan relaksasi dalam

kesehariannya.

d) Mengantarkan partisipan menuju pembahasan materi sesi 2 lebih

lanjut, mengenai “Pikiran Negatif

Kegiatan yang dilakukan pada sesi 1

a) CP menjelaskan prinsip-prinsip Terapi Kognitif-Perilaku

dengan teknik restrukturisasi Kognitif atau Pikiran kepada

subjek dan mempersilahkan subjek bertanya apabila ada yang

belum dimengerti

b) CP mengajak subjek berdiskusi mengenai penyebab dan

dampak perilaku ketergantungan yang ia alami, dalam hal ini

ciri-ciri yang muncul dalam diri subjek.

c) CP menjelaskan dan mengajarkan teknik “Relaksasi

Pernapasan”

Page 103: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

101

d) Subjek meminta subjek mencoba menjalankan latihan

“Relaksasi Pernapasan”

e) CP menjelaskan pengantar materi “Pikiran Negatif” untuk

subjek dan memberikan tugas rumah “Pikiran Negatif” untuk

dibahas pada sesi 2

2. Sesi kedua : Pikiran negatif dan pengantar teknik

restrukturisasi kognitif atau pikiran

Tujuan

a) Membuat subjek dapat menyadari adanya pikiran-pikiran negatif

yang berkontribusi terhadap kemunculan ketergantungan

amphetamine dalam dirinya

b) Membuat subjek memahami cara melawan pikiran negatifnya agar

menjadi lebih adaptif dan melawan ketergantungan

c) Mengantarkan subjek menuju pembahasan materi sesi 3 lebih lanjut

mengenai restrukturisasi kognitif atau pikiran.

Kegiatan yang dilakukan pada sesi 2

a) CP membahas hasil pengerjaan tugas rumah “Pikiran Negatif”

yang sudah dikerjakan oleh subjek

b) CP menjelaskan lebih lanjut mengenai materi “Pikiran Negatif”

c) CP memberikan pengantar materi “Restrukturisasi Pikiran”

kepada subjek, lalu mengajarkan subjek menggunakan teknik

ABCDE dengan bimbingan CP

Page 104: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

102

d) CP memberi tugas rumah “Restrukturisasi Pikiran” untuk

dibahas lebih lanjut pada sesi 3

3. Sesi ketiga : Restrukturisasi pikiran dan pengantar teknik

memecahkan masalah.

Tujuan

a) Membuat subjek mampu mengembangkan pikiran-pikiran yang

adaptif dan melawan keinginan konsumsi amphetamine.

b) Membuat subjek kembali mengingat materi-materi yang telah

diberikan dari sesi 1 sampai sesi 3

c) Mengantarkan subjek menuju pembahasan materi sesi 4 lebih lanjut,

mengenai teknik memecahkan masalah.

Kegiatan yang dilakukan pada sesi 3

a) CP membahas hasil pengerjaan tugas rumah “Restrukturisasi

Pikiran” yang sudah dikerjakan oleh subjek

b) CP memberi penjelasan secara lengkap mengenai materi

“Restrukturisasi Pikiran” dan manfaatnya untuk memerangi

ketergantungan , mendiskusikannya bersama subjek dengan

membuat contoh kembali, serta mempersilakan subjek bertanya

apabila masih ada yang belum dimengerti

c) CP memberi pengantar materi “Teknik Memecahkan Masalah”

d) CP memberikan tugas rumah “Teknik Memecahkan Masalah”

untuk dibahas pada sesi 4

Page 105: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

103

4. Sesi 4 : Teknik memecahkan masalah ; Evaluasi Seluruh sesi

Tujuan

a) Membuat subjek semakin memahami dan terbiasa memecahkan

masalah dengan efektif dalam kesehariannya

b) Membuat subjek menyadari adanya pikiran-pikiran negatif di dalam

dirinya

c) Mengantarkan subjek menuju pembahasan materi sesi 4 lebih lanjut,

mengenai pikiran negatif

Kegiatan yang dilakukan pada Sesi 4

a) CP membahas hasil pengerjaan tugas rumah “Teknik

Memecahkan Masalah” yang dikerjakan oleh subjek

b) CP menjelaskan lebih lanjut mengenai materi “Teknik

Memecahkan Masalah”, dan kaitannya untuk menangani

ketergantungan amphetamnine.

c) CP mengajak subjek berlatih mengerjakan “Teknik

Memecahkan Masalah” kembali bersama dengan CP sebagai

pendamping

d) CP meminta subjek mencobakan pemecahan masalah yang

sudah dibuat, dan mengevaluasi hasilnya sendiri jika sudah

dilakukan

e) CP mengulang isi sesi 1 sampai 3 secara garis besar untuk

mengingatkan subjek akan teknik-teknik yang sudah diberikan

Page 106: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

104

lalu CP meminta subjek menjalankan kembali seluruh tugas dari

sesi 1 sampai sesi 4 untuk dibahas pada sesi 5

5. Sesi 5 : Evaluasi seluruh sesi

Tujuan

a) Membuat subjek menyadari kesulitan-kesulitan yang

menghambatnya memerangi ketergantungan

b) Membuat subjek menyadari bahwa kegagalan di tengah usaha

memerangi ketergantungan amphetamnine tidak dijadikan alasan

untuk berputus asa

c) Membuat subjek semakin termotivasi untuk mengatasi

ketergantungan amphetamnine dengan teknik-teknik yang sudah

diajarkan.

Kegiatan yang dilakukan pada sesi 5

a) CP membahas hasil pengerjaan tugas - tugas integrasi dari sesi

1 sampai sesi 4 yang sudah dikerjakan oleh subjek , dan

menanyakan pengalaman subjek terkait hal tersebut

b) CP mengajak subjek berdiskusi mengenai hambatan-hambatan

atau kesulitan-kesulitan yang ia alami saat mencoba

menjalankan teknik- teknik dari terapi, termasuk mendiskusikan

cara-cara mengatasi hambatan tersebut

c) CP meminta menjalankan kembali seluruh tugas dari sesi 1

sampai sesi 4 sebagai persiapan terminasi yang akan dilakukan

Page 107: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

105

pada pertemuan pasca-intervensi.

C. Proses Intervensi

Keluhan subjek saat ini : Selama subjek menjadi WBP di Lapas Salemba belum

pernah dibesuk keluarganya, walaupun ia memahami kondisi jarak yang jauh

namun tetap saja tersebut membuatnya merasa tidak mampu mengontrol emosi,

sulit tidur karena rindu ibu, dan cemas akan masa depan saat ia keluar dari

Lapas, kesemua hal tersebut membuatnya mempunyai keinginan kembali

konsumsi amphetamine untuk membantunya melupakan masalah.

Berikut ini rincian pelaksanaan intervensi :

Proses Intervensi pertama

Sesi 1 : Psikoedukasi mengenai Terapi Kognitif-Perilaku

dengan teknik restrukturisasi Kognitif atau Pikiran,

teknik relaksasi dan pengantar materi Pikiran Negatif

(sulit kontrol emosi)

Waktu : Selasa, 16 Juli 2019

Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

Observasi : Terlihat matanya masih terlihat sembab dan sedikit

malas, secara keseluruhan wajahnya terlihat tidak terlalu baik. Memakai kaos

biru seragam

WBP lapas Salemba dengan celana panjang hitam serta mengenakan sendal jepit

dan ditangannya terlihat satu batang rokok yang sudah terbakar. Melihat CP,

rokok di matikan mengusap tangannya ke baju dan bersalaman dengan CP.

Page 108: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

106

Sepanjang menjalani sesi hari ini, secara umum suasana perasaan subjek tampak

agak murung, tetapi ia dapat menjalani sesi dengan konsentrasi yang baik.

Gambaran Hasil Sesi 1:

Pada saat CP menjelaskan prinsip-prinsip dari Terapi Kognitif-

Perilaku,R menyimak dengan seksama. Ia mengaku dapat memahami dasar

terapi yang melibatkan pikiran, perasaan, dan tingkah laku serta keterkaitan tiga

aspek tersebut. Ketika diminta, R juga mampu memberikan contoh pengalaman

yang melibatkan hubungan pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Misalnya, ia

mengaku sulit mengontrol emosi diakuinya ia seringkali marah dengan

mendiamkan ibu, kakaknya atau siapapun apabila ia sedang kesal atau banyak

pikiran.

Lebih lanjut, ketika membahas prinsip-prinsip Terapi Kognitif-Perilaku,

R dapat memahami prinsip edukatif, masa sekarang, terstruktur dan bertujuan.

Sementara itu, R banyak bertanya mengenai prinsip kolaboratif dan

“meningkatkan keterampilan”. Pada prinsip kolaboratif, CP menjelaskan

pentingnya peran R sebagai klien di dalam terapi ini. Terapi tidak akan dapat

berjalan dengan baik apabila ia tidak mau berperan aktif bersama dengan CP

selama proses terapi.

Di sisi lain, untuk prinsip “meningkatkan keterampilan”, CP juga

menjelaskan bahwa dalam terapi ini, CP akan mengajarkan keterampilan-

keterampilan psikologis untuk subjek, yang dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Nantinya, efek terapeutik akan diperoleh subjek saat sudah

mempraktekkan keterampilan-keterampilan tersebut.

Page 109: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

107

CP juga memberi analogi bahwa jika dokter memberikan obat saat ia

sakit, maka CP akan memberikan keterampilan yang dapat membantunya

apabila ia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Memasuki materi selanjutnya,

yaitu “Relaksasi”. Pertama-tama, CP menjelaskan mengenai relaksasi, saat

mendengar penjelasan mengenai materi relaksasi, subjek bisa memahaminya

dengan cukup mudah. Ia memiliki kebingungan pada penjelasan prinsip

relaksasi yang berbunyi “Belajar relaksasi adalah belajar untuk „melepaskan‟

ketegangan, bukan „berjuang‟ untuk menjadi rileks”.

Untuk menjawab kebingungan ini, CP menjelaskan dengan contoh

apabila sedang mengalami susah tidur, biasanya orang berusaha menyuruh atau

memaksa dirinya untuk tidur, tetapi cara tersebut justru tidak akan membuatnya

jatuh tertidur. Begitu pula dengan relaksasi, jika dipaksakan, justru malah

menjadi tidak bisa rileks. Setelah dijelaskan demikian, subjek mengaku sudah

mengerti dan setuju dengan prinsip tersebut.

Setelah itu, CP membacakan materi berupa instruksi relaksasi

pernapasan dan mengajarkan latihan relaksasi pernapasan kepada subjek dengan

menunjukkannya di hadapan R. Subjek sempat kesulitan saat mempraktekkan

pernapasan perut. Ia terus- menerus memegang dada dan perutnya untuk

mempertahankan dadanya tidak mengembang saat menarik napas. Setelah

mencoba berkali-kali, subjek akhirnya bisa melakukannya.

CP kemudian memandunya melakukan latihan relaksasi pernapasan

sebanyak 10 kali menarik dan membuang napas. Setelah selesai latihan relaksasi

pernapasan, subjek mengatakan adanya kelegaan di bagian dada. Ia

Page 110: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

108

menyebutnya sebagai “plong”. Setelah menjalani sesi latihan relaksasi

pernapasan.

Setelah itu, CP masuk ke bagian selanjutnya, yaitu membahas materi

pikiran negatif yaitu mengenai jenis-jenis pikiran yang tidak berguna serta tidak

adaptif.

Kesimpulan Sesi 1:

1) Subjek mampu memahami prinsip-prinsip Terapi Kognitif-Perilaku yang

akan dijalaninya

2) Subjek mampu mengenali ciri-ciri ketergantungan amphetamine yang ada di

dalam dirinya.

3) Subjek memahami manfaat dan prinsip-prinsip relaksasi secara teoritis, serta

mampu mempraktekkan relaksasi pernapasan

Tugas untuk Sesi selanjutnya (sesi 2):

Subjek diminta terus memperhatikan ciri-ciri dan pikiran negatif yang muncul

dalam dirinya untuk mengetahui hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang membuat

perasaan menjadi positif dan negatif.

Proses IntervEnsi Kedua

Sesi 2 : Pikiran negatif dan pengantar teknik restrukturisasi

pikiran

Waktu : Rabu, 17 Juli 2019

Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

Observasi :Ketika CP datang, subjek sudah menunggu dengan

Page 111: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

109

mengenakan baju kaos biru berkerah seragam warga binaan yang telah

disediakan Lapas Salemba, dipadukan dengan celana panjang dan memakai

sendal jepit. Subjek sedang berada dalam kondisi kurang sehat hari teringat dan

rindu pada ibunya membuatnya mengalami kesulitan tidur, entah mengapa jika

sudah larut malam menjadi tidak mengantuk, begitu juga dipagi dan siang hari.

Terkadang sanggup untuk tidak tidur berhari-hari, lebih suka mengenang

kampung halaman bersama ibunya sambil menghabiskan rokok berbatang-

batang. Hal ini menyebabkan konsentrasinya agak menurun. Kendati demikian,

ia tetap dapat menjalani sesi dengan baik. Suasana hatinya pun tampak positif.

Gambaran Hasil Sesi 2:

Sesi 2 dibuka dengan membahas pengerjaan tugas mengenai “Pikiran

Negatif” yang sudah dilakukan oleh subjek. R tampak tidak mengalami kesulitan

mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif yang ia miliki. Contoh pikiran negatif

yang ia kenali antara lain berprasangka buruk dan keharusan. Berprasangka

buruk misalnya ia berpikir ayahnya atau kakaknya sengaja memukulnya jika ia

melakukan kesalahan untuk menyakiti perasaan hatinya atau ia pernah berpikir

temannya membencinya karena ia pernah tidak diundang saat teman satu selnya

tersebut membagi makanan setelah dibesuk keluarganya. Pada keharusan subjek

menyebutkan harus memakai sabu-sabu untuk membantu focus, juga membuat

perasaan nyaman. Setelah membahas pengerjaan tugas pikiran negatif, CP

kemudian membahas materi pikiran negatif lebih lanjut, yang terkait dengan

ketergantungan

CP membahas satu per satu jenis pikiran negatif yang ada di dalam

Page 112: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

110

materi, yaitu berprasangka buruk, pikiran selektif, berpikir hitam putih,

overgeneralisasi, dan keharusan / selalu. Subjek dapat memahami seluruh jenis

tersebut, dan menurutnya pikiran-pikiran tersebut memang biasanya muncul,

tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sesuatu yang buruk. Subjek dapat

memahami bahwa pikiran negatif muncul secara otomatis. Setelah selesai

membahas pikiran negatif.

Kemudian CP beralih pada materi selanjutnya, yaitu melakukan

restrukturisasi terhadap pikiran negatif. CP menjelaskan bahwa restrukturisasi

pikiran dapat diartikan sebagai menata kembali pikiran menjadi lebih sehat. CP

menekankan pentingnya melakukan restrukturisasi pikiran untuk pikiran negatif

karena pikiran negatif muncul secara otomatis, sehingga tidak dapat dicegah.

Oleh karena itu, setelah muncul, pikiran otomatis ini bisa dilawan atau ditata

ulang.

Lebih lanjut, CP menjelaskan teknik ABCDE untuk melakukan

restrukturisasi pikiran tersebut dengan cara CP meminta subjek mengulangi

pertanyaan lalu menjawabnya beberapa pertanyaan berikut ini, A(pencetus) :

apa yang memicu reaksi saya? E(emosi) : apa yang waktu itu saya rasakan?

Pikiran : apa yang waktu itu saya pikirkan? B(perilaku) : apa yang waktu itu

benar – benar saya lakukan? Pengalaman kehidupan awal apa yang terkait

dengannya? Apa yang saya lakukan hingga menyebabkan atau memperburuk

situasi tersebut? Mengatasi masalah : bagaimana saya mengatasi masalah

dengan lebih baik di masa akan datang?. Pembelajaran : apa yang dapat saya

pelajari dari situasi ini yang dapat saya terapkan dimasa depan?. Subjek agak

Page 113: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

111

kebingungan saat dijelaskan mengenai konsep D, yaitu mencari pikiran

alternatif untuk melawan pikiran negatif. Menurutnya, jika sedang tidak fokus,

pasti sulit sekali

mencari pikiran alternatif itu. CP mengiyakan bahwa pikiran negatif biasanya

akan lebih mendominasi ketika individu sedang tertekan, tetapi pikiran alternatif

tetap dapat dicari apabila ia mau berusaha. Subjek sepakat dengan hal tersebut.

Setelah menjabarkan materi dan cukup dimengerti oleh subjek, CP

melanjutkan dengan latihan melakukan restrukturisasi pikiran. Awalnya, CP

memberi contoh di luar pengalaman subjek, dan memintanya mencoba

mengerjakannya bersama-sama dengan CP. Kemudian CP meminta subjek

menyebutkan pikiran negatif yang benar-benar ia miliki. Contoh yang ia pilih

adalah pikiran negatif bahwa ia berpikir keluarga sengaja menyakiti hatinya

dengan tidak membesuknya di Lapas. Melalui latihan ini, subjek diajak untuk

mengenali pikiran negatif yang muncul dari situasi tertentu, perasaan yang

muncul, dan cara untuk melawannya menggunakan pikiran alternatif. Pikiran

alternatif yang dipilih oleh subjek adalah berpikir bahwa keluarganya mungkin

juga tidak punya biaya untuk transportasi juga akomodasi dari Lampung ke

Jakarta. Apalagi usia ibunya memasuki 60 tahun akan kelelahan bila menempuh

perjalanan jauh. Dengan berpikir demikian, ia mengaku tetap merasakan sakit

hati, dan menanyakan hal tersebut kepada CP.

Kemudian menanyakan kadar / skala 0 paling rendah dan 10 paling

tinggi tentang rasa sedih dan sakit hati yang ia rasakan sebelum di angka 10 dan

sesudah latihan diangka 6. Menurut subjek, kadar sakit hati dan sedihnya

Page 114: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

112

berubah, tetapi tidak mernghilang. CP kemudian menjelaskan bahwa tidak

mudah untuk menghilangkan sakit hati, tetapi pikiran tersebut sudah membuat

subjek lebih sehat karena rasa sedih dan sakit hatinya sudah berkurang. Lama

kelamaan, subjek akan mampu mengendalikannya lebih baik lagi, sehingga

dapat mengatasi emosi-emosi negatif yang ia rasakan.

Kesimpulan Sesi 2:

1) Subjek memahami materi dan jenis-jenis pikiran negatif, serta mampu

mengenai pikiran negatif yang ada di dalam dirinya, yaitu terutama berupa

berprasangka buruk dan berpikir mengenai keharusan.

2) Subjek memahami materi dan pentingnya melakukan restrukturisasi pikiran

untuk menghasilkan emosi yang lebih sehat.

Tugas untuk Sesi selajutnya (sesi 3):

1) Subjek diminta untuk terus memperhatikan pikiran-pikiran negatif yang

seringkali muncul dalam dirinya, walaupun tidak mencatatnya.

2) Subjek ditugaskan untuk memilih 2 pikiran negatif lagi. Kalaupun memiliki

lebih dari 2 pikiran negatif, maka subjek dapat mencoba melakukan

restrukturisasi pikiran juga walaupun tidak mencatatnya.

Proses Intervensi Ketiga

Sesi 3 : Teknik restrukturisasi pikiran dan pengantar teknik

memecahkan masalah keinginan konsumsi

amphetamine

Waktu : Kamis, 18 Juli 2019

Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

Page 115: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

113

Observasi : Subjek menerima kedatangan CP dengan baik. Ia

menemui CP mengenakan baju kaos berlengan pendek dilapisi kaos biru

berkerah seragam warga binaan yang telah disediakan Lapas Salemba,

dipadukan dengan celana panjang danb memakai sendal jepit. Subjek dapat

berkonsentrasi sepanjang pertemuan. Ia juga terlihat sudah lebih banyak

tersenyum dari pertemuan sebelumnya.

Gambaran Hasil Sesi:

Sesi 3 dibuka dengan membahas pengerjaan tugas mengenai

“restrukturisasi pikiran” yang sudah dilakukan oleh subjek. Subjek tampak

sudah tidak memiliki kesulitan yang berarti saat mengerjakan dua restrukturisasi

pikiran. Hanya saja, CP melihat adanya kecenderungan subjek hanya menjawab

kemungkinan sebagai pikiran alternatif. Untuk itu, CP menjelaskan kepada

subjek bahwa ada cara lain untuk membuat pikiran alternatif, misalnya mencari

fakta yang terkait, bukan hanya mencari kemungkinan. Misalnya saja, pada

pikiran negatif yang muncul terkait keinginan konsumsi amphetamine juga

kondisi di Lapas, subjek mengatakan merasa sedih karena tidak dibesuk

keluarganya sekaligus menyesal karena mengkonsumsi amphetamine dan

mengikuti ajakan teman melakukan penipuan.

Kemudian, CP bertanya mengenai usaha yang pernah subjek lakukan

untuk mengatasi hal tersebut tersebut. Subjek kemudian terlihat berpikir,

kemudian menjawab bahwa ia menyibukan diri dengan mengikuti semua

kegiatan di Lapas termasuk mendaftar agar dapat ikut sesi konseling ini. Setelah

menjelaskan hal tersebut, subjek langsung mengatakan, “Iya ya, saya udah

Page 116: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

114

pernah usaha sih ya, tapi ya tetap aja sudah terlanjur konsumsi amphetamine

malah dan masuk penjara juga?”. Walaupun masih ada kata “tapi” yang

dilontarkan oleh subjek, tetapi CP melihat bahwa subjek sudah dapat melawan

pikiran negatifnya dengan lebih kreatif berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Sementara itu, untuk restrukturisasi pikiran yang kedua, Subjek

melakukan restrukturisasi pada pikiran negatifnya terhadap teman yang tidak

mengundang dirinya ketika teman satu sel nya membagi makanan setelah

mendapat kunjungan dari keluarganya. Di sini, awalnya ia berpikir bahwa ia

dibenci oleh temannya tersebut, lalu ia berpikir ulang bahwa mungkin temannya

tersebut lupa sehingga tidak sengaja tidak mengajak dirinya. Untuk memuaskan

rasa penasarannya, subjek kemudian menanyakan langsung hal ini kepada

temannya, dan temannya meminta maaf karena benar-benar lupa. Kejadian ini

menurut subjek sudah berlalu cukup lama, sekitar satu bulan yang lalu. Akan

tetapi, ia sangat lega karena akhirnya bisa memikirkan ulang dan bahkan

mengkonfirmasi hal tersebut secara langsung sehingga tidak lagi berpikir negatif

mengenai temannya.

Setelah selesai membahas restrukturisasi pikiran, CP menutup sesi dan

mengajak subjek untuk membahas semua materi yang sudah diberikan sejak

awal. CP tidak menemukan kesulitan saat membahas ulang semua materi.

Subjek masih mengingat semua materi yang diberikan dengan baik. Ketika

membahas satu per satu materi dan tugas rumah” yang sudah ia kerjakan, Subjek

mengaku tidak memiliki pertanyaan apapun lagi.

CP hanya berusaha mendorongnya untuk terus berlatih dan

Page 117: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

115

mempraktekkan semua materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. CP

meminta subjek mempraktekan kembali tugas-tugas yang perlu dipraktekkan

setiap hari, yaitu latihan relaksasi pernapasan. Sementara, untuk mengatasi

keinginan konsumsi amphetamine ada teknik memecahkan masalah, mengenali

pikiran negatif, dan restrukturisasi pikiran. Subjek memahami instruksinya

dengan mudah karena sifatnya mengulang

Kesimpulan Sesi 3:

1) Subjek mampu melakukan restrukturisasi pikiran terhadap pikiran-pikiran

negatif yang ia miliki menggunakan kemungkinan berpikir yang lebih sehat

dan fakta-fakta yang ada.

2) Subjek dapat memahami seluruh materi yang diberikan pada setiap sesi, dan

akan melakukannya kembali sampai bertemu dengan peneliti di sesi4.

Tugas untuk Sesi 4:

Subjek diminta untuk mengulang mengerjakan semua tugas dari seluruh sesi

selama dua hari sampai pertemuan sesi 4. Tugas yang perlu dikerjakan per hari

adalah teknik memecahkan masalah, mengenali pikiran negatif dan melakukan

restrukturisasi pikiran.

Proses Intervensi Keempat

Sesi 4 : Teknik memecahkan masalah dan evaluasi seluruh sesi

Waktu : Jumat, 19 Juli 2019

Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

Observasi : Saat CP datang, subjek sedang membersihkan ruangan

perpustakaan. Setelah menyapa CP, subjek meminta izin untuk mencuci

Page 118: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

116

tangannya dan menyusul CP ke ruang konseling. Suasana perasaan subjek

tampak cukup stabil dan walau tampak sedikit murung namun ia dapat menjalani

sesi dengan konsentrasi yang baik.

Gambaran Hasil Sesi 4:

Sesi 4 dibuka dengan membahas tugas rumah dari sesi sebelumnya, yaitu

mengenai teknik memecahkan masalah, subjek membahas masalah

kekhawatirannya serta kecemasannya saat keluar dari Lapas. Subjek

mengaku tidak tenang memikirkan kondisi tersebut, karena ia ingin keluar dari

Lapas bersih dari narkoba dan mempunyai penghasilan yang halal tetapi ia

merasa berat untuk mencapainya. Inti dari masalahnya adalah rasa khawatir

ditolak untuk mendapat pekerjaan atau usaha untuk mendapat penghasilan.

Padahal subjek ingin sekali mandiri dan membahagiakan ibunya, sehingga ia

ingin sekali dapat menuntaskan masalah ini.

Dari mencoba mencari pemecahan atas masalah ini, subjek mengaku

mendapatkan beberapa alternatif yang sebelumnya tidak terpikir olehnya, seperti

membuat usaha tambel ban, meneruskan memelihara ayam milik teman

ayahnya. Subjek mengaku baru mulai mencobakan solusi tersebut hari ini,

sehingga belum tahu hasilnya. Dari pengerjaan tugas itu, CP dan subjek

membahas bahwa teknik memecahkan masalah yang diajarkan oleh CP dapat

diterapkan subjek karena membuat ia berpikir lebih rapi dan terarah, berbeda

dengan cara memecahkan masalah yang biasa ia lakukan. Subjek mengaku

merasakan manfaat dari teknik tersebut.

Page 119: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

117

Untuk memperdalam pemahaman mengenai teknik ini, CP mengajak

subjek untuk berusaha memecahkan masalahnya yang lain. Subjek memilih

memecahkan masalah keinginan konsumsi amphetamine dan keinginan

membahagiakan ibu yang berharap dirinya bebas dari narkoba serta mandiri

sehingga ini menjadi masalah. Subjek mampu menjabarkan alternatif solusi

walaupun hanya ada dua solusi yang ia temukan, yaitu pindah dari Lampung

atau tinggal di Lampung bersama kakak perempuannya membantunya berjualan

(menjaga warung).

Dari proses pembicaraan, subjek menganggap alternatif kedua lebih

cocok dilakukan karena ia sudah tinggal dengan kakak perempuannya tersebut

tetapi saat itu kakaknya masih berdagang keliling dan ia belum pernah

membantu kakaknya. Subjek pernah mengurangi konsumsi amphetamine saat di

melanjutkan sekolah tinggi di Jogja namun saat kembali ke Lampung bertemu

temannya ia kembali mengkonsumsi amphetamine, sehingga subjek merasa

tidak pernah berhasil. Dari sini terlihat bahwa subjek sudah berusaha melihat

pengalaman kegagalan solusi terdahulu untuk mengatasi masalah yang sama. Ia

berniat mencoba solusi yang lain. CP melihat bahwa subjek dapat melakukan

langkah-langkah dalam teknik memecahkan masalah ini dengan baik.

Kesimpulan Sesi 4:

Subjek memahami manfaat dari teknik memecahkan masalah yang sudah

diajarkan. 2. Ia dapat memahami langkah-langkah yang diperlukan untuk

memecahkan masalah, serta mencoba mempraktekkannya untuk masalahnya

sendiri.

Page 120: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

118

Tugas untuk Sesi 5:

Subjek diminta mencoba mempraktekkan solusi yang sudah ia pilih dari teknik

memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

Proses Intervensi Kelima

Sesi 5 : Evaluasi seluruh sesi

Waktu : Senin, 22 Juli 2019

Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

Observasi : Sujek sudah menunggu kedatangan CP dengan

mengenakan baju yang disediakan Lapas Salemba bagi warga binaan

pemasyarakatan dipadukan dengan celana panjang berbahan jeans. Suasana

perasaannya terlihat positif, kemurungannya tidak lagi tampak. Ia dapat

berkonsentrasi sepanjang berjalannya sesi hari ini.

Gambaran Hasil Sesi 5:

CP membuka pertemuan dengan menanyakan kesulitan yang dialami

subjek saat mencoba menjalankan kembali tugas-tugas yang sudah diberikan.

Subjek mengaku tidak mengalami kesulitan. Kemudian, CP membahas satu per

satu pengalaman subjek. Untuk tugas mengenali ketergantungan pada

amphetamine, subjek mengaku terkadang masih mengalami ciri-ciri yang

pernah didiskusikan sebelumnya, kecuali masalah susah tidur.

Menurutnya, ia sangat terbantu dengan relaksasi sebelum tidur yang

membuatnya mudah tidur. Ciri-ciri yang lain masih muncul, tetapi sudah tidak

separah dulu. Sementara itu, untuk tugas mengenali perasaan - perasaannya

Page 121: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

119

setiap hari yang ia monitor sangat dipengaruhi oleh rencana kegiatannya setelah

keluar dari Lapas. Untuk tugas relaksasi pernapasan subjek melakukan

latihannya secara rutin. Selain saat latihan, subjek biasanya melakukan relaksasi

menjelang tidur dan saat sedang menahan keinginan konsumsi amphetamine

untuk mengatasi rasa tidak nyaman.

Untuk tugas teknik memecahkan masalah, subjek mencoba

memecahkan masalah yang ia temui sebagai WBP di Lapas. Menurutnya,

masalah yang terkait dengan tugas rutin juga sebagai ketua kamar (sel) cukup

berat, tetapi bisa coba diselesaikan menggunakan teknik ini. Untuk tugas

mengenali pikiran negatif dan restrukturisasi pikiran, Subjek mencoba

mengenali pikiran-pikiran negatifnya, dan melakukan restrukturisasi. Ia

menceritakannya kepada CP, dan CP menangkap tidak ada kesalahan dalam

cara yang dilakukannya.

Topik yang ia jadikan bahan masih seputar ke khawatiran penolakan

keluarga dan lingkungan sekitar saat keluar dari Lapas. Dari hasil pertemuan

ini, CP melihat bahwa subjek sudah mampu menemukan manfaat dari teknik-

teknik yang diajarkan kepadanya untuk mengatasi ketergantungan pada

amphetamine.

Kesimpulan Sesi 5:

Subjek mampu mempraktekkan seluruh tugas yang sudah diajarkan oleh CP

secara mandiri, serta dapat mempraktekkannya sesuai kebutuhan dalam

kehidupan sehari-hari. Tugas untuk Penutup Rangkaian Sesi:

CP menekankan pentingnya subjek menjalankan teknik-teknik terapi yang

Page 122: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

120

sudah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan mendorongnya terus

menjalankan teknik- teknik tersebut untuk seterusnya.

Page 123: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

121

PENERPAN TERAPI PERILAKU (BEHAVIOR THERAPHY)

A. Tinjauan Teoritis dan Metode Intervensi

Untuk mengatasi Ketergantungan Cannabis dengan gejala diatas akan

dilakukan intervensi Terapi Perilaku (Behavior Theraphy) dengan teknik

perilaku dialektis atau Dialectical Behavior Therapy (DBT).

1. Terapi Perilaku (Behavior Theraphy)

Terapi perilaku (behavior theraphy) dan pengubahan perilaku (behavior

modification) atau pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu

dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya

psikoterapi. Pendekatan behavioristim dipergunakan dalam rangka melakukan

kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya,

bersumber pada aliran behaviorisme.

Aliran ini memandang perkembangan seseorang sebagai seseorang

tumbuh menjadi seperti apa yang terbentuk oleh lingkungan. Sebagai salah satu

teknik psikoterapi, terapi perilaku relatif masih sangat muda, baru dipergunakan

sejak sekitar 30 tahun lalu. Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku

dan terapi tingkah laku dalam psikoterapi berurusan dengan pengubahan tingkah

laku.

Salah satu tokoh teori Perilaku Belajar adalah Albert Bandura.

Page 124: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

122

yang terkenal dengan teorinya Social Learning. Menurut Bandura,

manusia mempelajari sesuatu dengan cara meniru perilaku orang lain (2000).

Behavioral Learning (belajar perilaku) berarti lingkungan menyebabkan

seseorang melakukan perilaku tertentu. Belajar kognitif berarti bahwa faktor

psikologis pun punya andil dalam mempengaruhi bagaimana seseorang

berperilaku. Manusia dapat meniru perilaku, namun ia juga punya kemampuan

memilih dan memilah inilah aspek kognitif.

Teori belajar sosial adalah kombinasi dari lingkungan dan faktor

kognitif. Perilaku adalah hasil dari pembelajaran, manusia adalah produk

sekaligus produsen dari lingkungan (pengalaman, pendidikan dan latihan.

Tidak ada satu asumsi tunggal mengenai perilaku yang dapat menggabungkan

semua prosedur yang ada dalam bidang behavioral, kecuali hasil belajar.

Berperilaku baik berarti belajar yang benar, berperilaku tidak

baik/menyimpang berarti belajar yang salah. Konsep dasar dari terapi perilaku

memusatkan pada perilaku overt (yang dapat dilihat), ketepatan dalam

menentukan tujuan spesifik dari pengobatan/terapi, dan tujuan objektif dari

evluasi hasil terapi. Perilaku sekarang diberikan perhatian. Terapi ini

didasarkan pada prinsip-prinsip teori belajar. Perilaku normal dipelajri melalui

pengutan dan peniruan (reinforcement and imitation). Perilaku abnormal

merupakan hasil dari belajar yang salah.

Tujuan terapi perilaku untuk menghilangkan maldaptif dan

mempelajari perilaku yang lebih efektif. Untuk fokus pada faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku dan menemukan apa yang dapat dilakukan tentang

perilaku bermasalah. Klien/pasien memiliki peran aktif dalam menetapkan

tujuan pengobatan (treatmen) dan mengevaluasi seberapa baik tujuan tersebut

Page 125: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

123

terpenuhi. Terapis aktifdan direktif serta berfungsi sebagai seorang guru atas

pelatihan dalam membantu klien mempelajari perilaku yang lebih efektif.

Klien harus aktif dalam proses dan bereksperimen dengan perilaku baru.

Walaupun kualitas hubungan pasien/klien-terapis/konselor tidak dipandang

cukup untuk membawa perubahan, maka dianggap penting untuk

melaksanakan prosedur perilaku. Dalam banyak

bidang fungsi manusia. Peran terapis adalah memperkuat (inforcer), model,

guru dan konsultan yang eksplisit.

Penekanan terapi perilaku adalah pada penilaian dan evaluasi teknik,

sehingga memberikan dasar untuk latihan akuntabilitas/rasa tanggung jawab.

Masalah spesifik diidentifikasikan dan klien harus terus diberi informasi

tentang kemajuan ke arah tujuan mereka. Pendekatan telah menunjukkan

efektivitas

Terapi behavioral diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah

laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan

mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Tujuan terapi behavioral juga

berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang

diantaranya untuk :

a. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar

b. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif

c. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari

d. Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang

merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru

yang lebih sehat dan sesuai

e. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang

Page 126: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

124

maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang

diinginkan.

f. Penentapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran

dilakukan bersama antara konseli dan konselor.

Pada dasarnya terapi behavioral diarahkan pada tujuan-tujuan

memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif,

serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Terapi

perilaku membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat,

kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif.

Kelebihan dari terapi perilaku, yaitu: 1) ada hasil konkrit / nyata yang

didapat (yaitu perubahan perilaku). Pembuatan tujuan terapi antara terapis dan

klien di awal sesi terapi dan hal itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi.

2)memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu

diperbaharui. 3)waktu konseling relatif singkat. 4)kolaborasi yang baik antara

konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.

Adapun kelemahan dari terapi perilaku, yaitu: 1) behavior therapy dapat

mengubah perilaku, tetapi tidak mengubah perasaan, 2)mengabaikan faktor-

faktor penting dalam hubungan terapi, 3)tidak menimbulkan insight, 3)lebih

mementingkan memperlakukan simtom-simtomya dari pada penyebab,4)

meliputi kontrol dan manipulasi oleh terapis.

2. Teknik Dialectic Behavior Therapy (DBT)

Terapi perilaku dialektis (Dialectical Behavior Therapy / DBT)

adalah intervensi dengan pendekatan perilaku yang menekankan aspek

psikososial. Teori di balik pendekatan ini adalah bahwa beberapa orang

cenderung untuk bereaksi dengan cara yang lebih intens dan luar biasa

Page 127: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

125

terhadap situasi emosional tertentu terutama yang terkait yang terkait dengan

keluarga dan hubungan teman. DBT menunjukkan bahwa tingkat passionate

beberapa orang dalam situasi seperti ini dapat meningkatkan jauh lebih cepat

daripada rata-rata orang, mencapai tingkat yang lebih tinggi rangsangan

emosional, dan memerlukan banyak waktu untuk kembali ke tingkat

passionate awal.

Teori DBT menurut Marsha Linehan, Ph.D, Dialectical Behaviour

Therapy (Linda Dimeff,2001, dalam Retno,2018) membantu seseorang

mengidentifikasi kekuatan mereka dan membangun diri mereka sehingga

mereka dapat merasa lebih baik tentang dia atau dirinya dan kehidupan

mereka. Dialectic Behavior Therapy memandang manusia sebagai individu

yang dominasi oleh sistem berpikir dan sistem perasaan yang berkaitan dalam

sistem psikis individu, Keberfungsian individu secara psikologis ditentukan

oleh pikiran, perasaan dan tingkah laku. Behaviour terapi melekat pada

epistemology atau theory of knowledge, dialektik atau sistem berpikir, secara

dialektik behaviour terapi bahwa berpikir logis itu tidak mudah.

DBT secara khusus fokus dalam menyediakan keterampilan

penyembuhan di empat daerah kunci. Pertama, mindfulness dalam hal ini

melatih fokus meningkatkan kemampuan individu untuk menerima dan hadir

di momen saat ini. Kedua, distress tolerance adalah meningkatan toleransi

emosi negatif seseorang, dari pada mencoba melarikan diri darinya. Ketiga,

emotion regulation mencakup strategi untuk mengelola dan mengubah intens

emosi yang menyebabkan masalah dalam kehidupan seseorang. Keempat,

interpersona effectivness terdiri dari teknik yang memungkinkan seseorang

untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan cara tegas, mempertahankan

Page 128: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

126

harga diri, dan memperkuat hubungan

Keterampilan DBT dianggap memiliki kemampuan membantu mereka

yang ingin meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatur semosi,

mentoleransi tekanan dan emosi negatif, menjadi sadar dan hadir pada saat

tertentu, dan berkomunikasi serta berinteraksi secara efektif dengan orang lain.

Dengan Dialectic Behavior Therapy dapat memberi dukungan dengan

pola pikir mereka yang kecanduan (ketergantungan) seperti membantu

mengidentifikasikan kekuatan diri mereka dan membangunkan diri mereka

sehingga mereka dapat merasakan diri mereka lebih baik tentang diri atau

dirinya dan kehidupan kesehariannya.

3. Langkah-langkah Dalam Melakukan Intervensi

Linehan (Robins, Schmidt III & Linehan, 2004) menyebutkan

“dialektis‟ kepada pendekatannya bagi behavioural karena hubungan

terapeutik sering melibatkan pandangan-pandangan berlawanan antara terapis

dan klien yang akhirnya dipadukan bersama dan sebagian kerana konflik logis

antara penerimaan dan perubahan. Klien awalnya memiliki pandangan sangat

negatif tentang dirinya sendiri dan orang lain, yang penting baginya sehingga

harus memulai memandang dan menerima dengan penuh penyadaran agar

dapat belajar melakukan tindakan konstruktif mengubah hal-hal tersebut.

Dalam kasus ini dilakukan intervensi Terapi Perilaku (Behavior

Theraphy) dengan teknik perilaku dialektis atau Dialectical Behavior Therapy

(DBT) meliputi tiga tahapan utama, yaitu :

a) Validasi dan strategi penerimaan (mindfulness)

Terapis harus berkomunikasi empati terhadap klien, Terapis

dapat menunjukkan kepada klien bahwa perilaku itu memiliki

Page 129: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

127

fungsi yang untuk mengurangi tekanan stres. Sebagai contoh jika

klien minum alkohol sampai-sampai dia sakit dan tidak bisa

berjalan, terapis mungkin mengatakan padanya: "Ketika Anda

sangat marah, minum tampaknya membantu Anda bersantai, dan

itu akan membantu untuk mengurangi stres Anda, yang Anda

lakukan dengan minum.

b) Toleransi Distress - belajar untuk menerima diri sendiri dan

situasi saat ini. Lebih khusus lagi, orang belajar bagaimana

mentoleransi atau bertahan dari krisis, pemecahan masalah dan

strategi perubahan, dapat mengubah perilaku yang telah

mengganggu tujuan hidup mereka.

c) Dialectical persuasion, dialektis dijelaskan sebagai berusaha

untuk menemukan sebuah resolusi antara dua ekstrem.

Menggunakan persuasi dialektis, yaitu terapis menerima klien

tapi mencoba untuk membujuk klien untuk menggunakan

metode yang lebih efektif untuk membawa perubahan. Hal ini

dilakukan dengan menunjukkan inkonsistensi dalam tindakan,

keyakinan, dan nilai nilai. Klien dibantu untuk mengubah

perilaku agar sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan.

B. Rancangan Intervensi

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan dengan Terapi

Perilaku (behaviour therapy) dengan tehnik Dialektical

Behaviour Therapy (DBT) yang sasaran intervensi gejala

utamanya dalam mengatasi “marah (karena merasa dijebak),

semangat rendah, pesimis pada masa depan, sulit tidur dan

Page 130: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

128

kesulitan melepaskan ketergantungan cannabis”. Intervensi

ini dilakukan sebanyak 5 kali (jangka pendek). Secara umum

proses terapi di bagi atas tiga tahapan :

1. Tahap pertama : mengidentifikasikan masalah yang dialami subjek,

pengenalan, pembahasan tujuan, gambaran sesi, identifikasi dan

penggalian masalah serta penjelasan konsep Dialectical Behaviour

Therapy (DBT).

2. Tahap kedua : attending dan personal konseling, proses dilakukan bagi

menggali data dan menyepakati tugas pada sesi-sesi konseling untuk

membantu subjek dalam menghadapi permasalahan.

3. Tahap ketiga : analisis fokus pada pemecahan permasalahan yang dihadapi

subjek, juga mengembalikan keyakinan subjek agar bisa bersemangat

menjalani hidup.

4. Tahap keempat : respon dan tantangan, melihat upaya sebagai jalan

menghadapi tantagan, bertahan dalam menghadapi kemunduran,

mengambil pelajaran dan inspirasi dalam keberhasilan orang lain.

5. Tahap akhir (sesi 5): tahap ini merupakan tahap evaluasi pada diri subjek

untuk mengetahui apakah terjadi perubahan positif pada dirinya sehingga

subjek mampu mengatasi ataupun mengurangi permasalahan yang

dialaminya.

C. Pelaksanaan Intervensi

1. Intervensi Sesi Satu : Identifikasi dan penjelasan teknik terapi DBT

a. Hari/ Tanggal : Kamis 01 Agustus 2019

b. Waktu : 09.00 – 12.00 WIB

c. Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

Page 131: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

129

d. Sasaran :Subjek dapat menyampaikan dan memahami

masalah yang dialaminya dan mengenalkan Terapi Perilaku dengan teknik

Dialectical Behaviour Therapy (DBT)

e. Observasi : Terlihat matanya terlihat sembab, secara keseluruhan

wajahnya terlihat tidak terlalu baik. Memakai kaos biru seragam lapas dan

celana panjang serta mengenakan sendal jepit, saat melihat CP ia

mengusap tangannya ke baju dan bersalaman. Subjek menceritakan

masalah dengan nada tidak terlalu tinggi namun terlihat tatapan mata

tajam dan wajah memerah terkesan emosi yang meluap – luap.

f. Proses Intervensi : Sesi pertama memiliki kegiatan utama yaitu,

pengenalan, pembahasan tujuan, gambaran sesi, identifikasi dan

penggalian masalah serta penjelasan konsep Dialectical Behaviour

Therapy (DBT). Pada sesi ini subjek menyampaikan perasaan marah dan

dendam pada teman yang menjebaknya sehingga ia masuk penjara.

1) Pengenalan :

CP mengawali sesi pertama dengan memperkenalkan tujuan dari sesi

konseling / terapi DBT yaitu untuk membantu subjek menangani masalah

yang dihadapi dan menyepakati lima kali sesi konseling. Dilanjutkan

mempersilahkan subjek untuk berganti mengenalkan diri dan

menyampaikan masalahnya.

2) Pembahasan tujuan dan Gambaran sesi :

Subjek menyampaikan msalah yang dialaminya belakangan ini adalah

perasaan marah dan ingin balas dendam pada temannya karena merasa

dijebak. CP merespon cerita R dengan mengajaknya mengatur napas lebih

baik kemudian menggunakan CP mengulang kembali kata-kata R,

Page 132: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

130

“merasa marah dan dikhinati” subjek terlihat menganguk kemudian CP

menanyakan sudah berapa lama ia menyimpan marah? Ia menjawab

spontan sejak di tangkap 2018 sekitar setahun. Kemudian CP bertanya apa

ada keuntungannya menyimpan perasan marahnya? Ia menunduk dan

terdiam beberapa saat, perlahan menjawab supaya ada temannya juga bisa

merasakan yang ia rasakan, CP melanjutkan, yaitu? Apa yang ia rasakan

lebih tepatnya? Ia menjawab tidak bisa hidup tenang, kemudian CP

bertanya hal – hal apa yang dapat membantunya tenang? Ia menjawab

istiqfar (mengucap kalimat memohon ampunan pada ALLAH) dan ingat

masih ada ibu serta adik perempuannya. CP mengajak subjek untuk deep

breathing sambil beristiqfar mengulangi beberapakali, kemudian

menanyakan bagaimana perasaan subjek, Ia menjawab lebih tenang walau

masih ada sisa marah. CP bertanya apakah boleh memberinya tugas atau

PR? Ia menjawab boleh, lalu CP meminta mengingat 3 hal yang

membuatnya bersyukur saat ini (berada di Lapas). Sesi di tutup dengan

mengajak subjek kembali melakukan deep breathing untuk membantu

mengurangi sisa marah dan perasaan ketidak nyamannya.

3) Evaluasi – follow up :

Pada tahap ini, CP mengevaluasi proses dialektikal behavior therapy

diantaranya deep breathing. Subjek mengatakan perubahan pada kondisi

perasaannya sedikit lebih tenang daripada sebelumnya. Setelah selesai sesi

diberikan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan berdasarkan dari

permasalahan yang dihadapi. CP menyampaikan tugas atau PR yaitu

menemukan tiga rasa syukur dalam sehari dan subjek ditantang untuk

dapat mempraktekkan deep breathing jika datang rasa tidak nyaman.

Page 133: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

131

2. Intervensi Sesi Kedua: attending dan personal konseling

a. Hari/ Tanggal : Jumat 02 Agustus 2019

b. Waktu : 09.00 – 12.00 WIB

c. Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

d. Sasaran :Menggali data untuk membantu subjek dalam

menghadapi permasalahan dalam hal ini semangatnya mudah menurun

(rendah ) dan tidak percaya diri.

e. Observasi : CP sudah berada di ruangan konseling lantai dua, tak lama

subjek masuk memakai kaos biru seragam Lapas dan celana panjang serta

mengenakan sendal jepit. saat subjek melihat CP ia mengusap tangannya

ke baju dan bersalaman dengan CP, wajahnya terlihat lebih cerah.

f. Proses Intervensi : Sesi kedua, analisis permasalahan, fokus pada

permasalahan yang dihadapi subjek, juga mengembalikan keyakinan diri

subjek agar bisa bersemangat menjalani hidup.

1) Pengenalan :

Saat subjek melihat CP subjek mengusap tangannya ke baju kaosnya dan

mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan CP, wajahnya terlihat lebih

cerah. Subjek menceritakan bahwa akhir-akhir ini ia merasa semangat

yang dirasakan cepat sekali menurun, ia juga mengatakan tidak terlalu

percaya diri karena banyak bekas luka gatal di lengan dan kakinya. Subjek

bercerita dengan menunduk walau sesekali ada melihat ke CP dan

kemudian berusaha menutup lengannya yang disebutkan banyak bekas

luka garuk karena gatal. Kemudian CP menanyakan apakah masih ingat

PR kemarin? Dijawab subjek ingat hal yang paling ia syukuri saat ini

adalah dapat kesempatan ikut sesi konseling ini dan menyadari mungkin

Page 134: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

132

masih ada kesempatan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

2) Pembahasan tujuan dan Gambaran sesi :

Menceritakan bahwa akhir-akhir ini ia merasa semangat yang dirasakan

cepat sekali menurun, ia juga mengatakan tidak terlalu percaya diri

karena banyak bekas luka gatal di lengan dan kakinya. Sebelum

menanggapi apa yang di sampaikan, CP menyampaikan terimakasih

karena telah menyelesaikan tugas, lalu CP menjelaskan sebelum

membahas permasalahan yang tadi subjek sampaikan, CP akan bertanya

beberapa hal, subjek terlihat menganguk, CP melanjutkan dengan

bertanya apa yang membuat ia mau mengerjakan PR? Bukankah ada

pilihan lain? Ia menjawab, “awalnya berat terpikir mana ada hal yang

disyukuri menjadi WBP di Lapas namun ia terus menerus terpikir

menemukan rasa syukur akhirnya ketemu juga jawaban seperti yang

disampaikan di awal”, lalu CP bertanya adakah hal yang dapat dipelajari

atau dilakukan saat ini di Lapas? Subjek menjawab lapas ada beberapa

kegiatan yang pernah ia lihat atau ada teman yang menyampaikan

padanya, diantara program santri, perpustakaan dan bengkel, atau sholat

berjamaah di masjid tapi saya tidak mau ikut sholat berjamaah karena

khawatir diejek Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) lainnya, lalu

subjek terdiam menunduk, CP mengajaknya melakukan lagi deep

breathing diulang tiga kali, lalu subjek melanjutkan sebenarnya ia

tertarik belajar modifikasi motor, sebelumnya pernah ada teman satu

selnya yang sama – sama hobi modifikasi kemudian teman tersebut

ditransfer ke Lapas lain, kemudian CP melanjutkan apakah ada

hubungannya semangat yang dirasakan subjek menurun akhir-akhir ini

Page 135: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

133

dengan apa yang baru saja di sampaikan? Ia mengangguk,sambil berkata

lirih “karena saya tidak punya teman ngobrol” kemudian CP melanjutkan

andai temannya tersebut bertanya kepadanya bagaimana cara untuk

membantu lebih percaya diri? Apa jawaban temannya tersebut? Subjek

menjawab “jalanin aja, segala yang awal pasti berat namun akan terbiasa

bila terus dilakukan”. Dan CP melanjutkan bertanya apakah subjek

bersedia melakukan saran temannya tersebut? Subjek terlihat tersenyum

dan mengangguk – angguk.

3) Evaluasi – follow up : Subjek telah mengenali menurunnya semangat

diantaranya karena ia merasa tidak adalagi teman mengobrol yang punya

hobi sama yaitu modifikasi motor. Setelah mengikuti sesi kedua subjek

dapat menyampaikan bahwa ia menyadari berat menghadapi situasi saat

ini namun ia sekarang telah punya cara membantumya lebih baik yaitu

berpikir dan perilaku positif serta melakukan deep breathing. Setelah

selesai sesi diberikan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan

berdasarkan dari permasalahan yang dihadapi diantaranya tidak mau ikut

sholat berjamaah karena khawatir diejek Warga Binaan Pemasyarakatan

(WBP) lainnya, maka subjek ditantang untuk dapat mempraktekkan deep

breathing jika datang rasa tidak nyaman agar dapat sholat CP

menyampaikan tugas atau PR subjek masih sama yaitu mencari tiga rasa

syukur dan subjek ditantang untuk dapat mempraktekkan deep breathing

jika datang rasa tidak nyaman agar dapat sholat bersama WBP lainnya.

3. Intervensi Sesi Ketiga: analisis dan fokus pemecahan masalah

a. Hari/ Tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

b. Waktu : 09.00 – 12.00 WIB

Page 136: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

134

c. Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

d. Sasaran : Analisis pemecahan masalah dan fokus pada permasalahan yang

dihadapi subjek, juga mengembalikan keyakinan subjek agar bisa

bersemangat menjalani hidup.

e. Observasi : Secara keseluruhan wajahnya terlihat cerah.

Memakai kaos biru seragam lapas Salemba dan celana panjang hitam serta

mengenakan sendal jepit, saat subjek melihat CP ia mengusap tangannya

ke baju dan mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan CP.

g. Proses Intervensi: Sesi ketiga memiliki kegiatan utama yaitu, analisis dan

fokus pemecahan masalah dalam hal ini subjek menyampaikan bahwa

kondisinya merasa lebih baik dua hari ini namun terlintas tidak yakin,

pesimis akan masa depannya juga teringat kepada ibu dan adik

perempuannya sehingga membuatnya kesulitan untuk tidur

1) Pengenalan

CP mengawali sesi ketiga dengan meminta subjek melakukan deep

breathing. Dilanjutkan mempersilahkan subjek untuk menyampaikan

masalahnya.

2) Pembahasan tujuan dan Gambaran sesi

Subjek menyampaikan bahwa ia pesimis akan masa depan setelah keluar

lapas juga teringat akan bagaimana nasib ibu dan adiknya. Apalagi saat

ada teman satu sel yang memberikan makanan setelah temannya

dikunjungi oleh keluarganya, membuatnya ingat makin teringat pada

keluarganya. Ia merasa bersalah kepada ayah almarhum, ibu dan adik

perempuannya. Hal ini sering mengganggu dirinya dan membuat dia

tidak dapat tidur juga merasa bersalah, karena mengecewakan ibunya,

Page 137: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

135

mencari nafkah yang tidak halal(sebagai kurir narkoba) ia sangat

menyayangi ibu dan adiknya. CP merespon cerita R dengan

mengajaknya deep breathing mengatur napas lebih baik, terilhat subjek

berusaha menahan airmatanya jatuh dengan melihat keatas dan

memalingkan wajah kesamping, kemudian CP menyampaikan bahwa

menangis adalah hal manusiawi, sambil menyodorkan tisue. Subjek

mengambil tisue kemudian mengusap wajah dan mata yang memerah.

Lalu menyampaikan bahwa dengan adanya perasaan bersalah terhadap

diri sendiri dapat menjadi modal bagi subyek untuk memperbaiki diri

kedepannya. Dilanjutkan CP menanyakan apa yang sudah dilakukannya

terhadap rasa bersalah kepada ibunya? Ia menjawab sempat

mengungkapkan pemintaan maaf karena telah mencoreng nama

keluarga terutama orangtua. CP menanyakan lagi apakah menurutnya

cukupkah dengan meminta maaf? Ia menjawab tentu saja tidak,

kemudian CP menyampaikan setuju bahwa dengan meminta maaf saja

belum cukup untuk kembali memperbaiki hubungan dengan keluarga

dan menebus rasa bersalah akan tetapi harus diiringi dengan

menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dari

sebelumnya. Kemudian CP menanyakan lagi apa yang subjek lakukan

besok atau dalam waktu dekat ini agar menjadi lebih baik? Ia menjawab

“berusaha untuk berubah berpikiran dan perilaku positif” dilanjutkan

dengan konsekuensi atau akibat perilaku maka CP menanyakan lagi

bagaimana cara atau aplikasinya agar berpikiran dan berperilaku positif?

Ia menjawab dengan lebih selektif memilih teman, ikut program santri

di Lapas dan banyak beristiqfar. CP menanyakan kembali apakah ia

Page 138: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

136

mampu melakukannya? Subjek menjawab akan berusaha semampunya.

CP melanjutkan dari angka 0 terendah dan 10 tertinggi seberapa yakin

subjek dapat ikut program santri dan banyak beristigfar. Subjek

menjawab 7, CP melanjutkan dan apakah ada hal yang dapat membuat

subjek tidak dapat melakukan program santri dan banyak beristigfar?

Subjek menjawab sudah tidak adalagi karena sekarang ia akan mengatur

napas dan ingat melakukan ini sebagai bukti permintaan maaf pada ibu

dan adiknya. CP meminta subjek untuk melihat kedepan dan

membayangkan ia telah melakukan program santri dan banyak

beristiqfar perubahan apa yang akan terjadi pada diri subjek? Subjek

menjawab perasaan lebih nyama karena rasa bersalah pada ibu dan adik

hilang.

3) Evaluasi – follow up : Subjek mulai memahami konsekuensi setiap

perilaku, dan bagaimana subjek dapat menghadapi saat ada masalah

yaitu dengan berpikiran dan perilaku positif, lebih selektif memilih

teman, mengikuti program santri di Lapas dan banyak beristiqfar.

Setelah mengikuti sesi ketiga tesenyum dan mengucapkan terimakasih

serta pamit kembali ke sel, setelah sesi berakhir sambil bertanya apakah

ada PR lagi? CP menyampaikan PR yang sama yaitu rasa syukur dan

sholat berjamaah di masjid bersama WBP lainnya.

4. Intervensi Sesi Keempat : respond dan tantangan

a. Hari/ Tanggal : Selasa, 06 Agustus 2019

b. Waktu : 09.00 – 12.00 WIB

c. Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

d. Sasaran : Subjek dapat mengenali respon dan tantangan,

Page 139: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

137

melihat upaya sebagai jalan menghadapi tantagan, bertahan dalam

menghadapi kemunduran, mengambil pelajaran dan inspirasi dalam

keberhasilan orang lain. Subjek menyampaikan kesulitan melepas

ketergantungan pada cannabis (ganja).

e. Observasi : Memakai kaos biru seragam lapas dan celana panjang serta

mengenakan sendal jepit, mengusap tangan ke kaos atasannya sebelum

bersalaman dengan CP.

f. Proses Intervensi: Sesi keempat, tentang respon dan tantangan, subjek dapat

melihat upaya yang dilakukan sebagai jalan menghadapi tantagan, bertahan

dalam menghadapi kemunduran, mengambil pelajaran dan inspirasi dalam

keberhasilan orang lain.

1) Pengenalan :

Saat subjek melihat CP ia mengusap tangannya ke baju dan bersalaman

dengan CP. Kali ini CP mengikuti gerakan subjek yaitu mengusap tangan

ke jaket praktek sebelum bersalaman, subjek tampak tersenyum dan

bertanya kenapa CP mengusap tangannya bukankah tanggan CP selalu”

bersih? CP menjawab

apakah tangan subjek SELALU kotor? Di jawab dengan anggukan kepala.

2) Pembahasan tujuan dan Gambaran sesi :

Dengan suara perahan subjek mengatakan saat merasa ada masalah bahwa

ia masih ada keinginan mengkonsumsi cannabis (ganja) agar menjadi lebih

bahagia, semangat dalam melakukan aktifitas. CP merespond dengan

bertanya apakah ia mengetahui dampak apa yang akan dirasakan bila terus

menggunakan narkoba? Ia menjawab tubuhnya meriang, demam dan gatal-

gatal, kemudian CP memberitahukannya dampak negatif setelah pemakaian

Page 140: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

138

cannabis (ganja) yang dapat merusak dirinya secara perlahan selain

menurunkan fungsi pikir juga melemahkan fisik. Jika ingin bahagia dan

semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, maka dapat melakukan

dengan cara lain yang lebih baik, tidak harus dengan menggunakan

cannabis (ganja) seperti fokus pada cita-cita subjek. Lalu bertanya apa cita

– citanya? Ia menjawab dulu pernah ingin menjadi pemain bola namun

pernah jatuh dan kaki terkilir menyebabkan ia berhenti. CP kembali

bertanya harapan dan keinginannya setelah selesai menjalani masa

hukuman? Ia menjawab tertarik untuk mengembangkan hobinya

memodifikasi motor, punya bengkel, konsekuensi atau akibat perilaku

tersebut (dalam hal ini berpikir untuk memodifikasi motor) CP melanjutkan

bertanya apakah ia sudah pernah terpikir sebelumnya ingin punya bengkel

seperti bentuknya? Ia menjawab belum terbayang, CP bertanya apakah

pernah ke bengkel motor sebelumnya? Ia menjawab iya pastilah karena ia

menggunakan mootor sebelumnya, CP mengajak subjek membayangkan

bengkel yang pernah di datanginya kemudian memintanya menggambar

diatas kertas, nama bengkel, servis apa saja dan apa semboyan/moto/kata-

kata yang akan menyemangatinya ketika sedang sedih. Subjek menjawab

tidak dapat menggambar, lalu CP memintanya sebisanya saja untuk

membantunya mengingat.CP melanjutkan ketika subjek menggambar atau

membayangkan punya bengkel motor bagaimana perasaan subjek? Dijawab

sedikit senang dan semangat, CP melanjutkan dan apakah keinginan

konsumsi narkoba tadi dapat di respond dan ditantang oleh diri subjek untuk

dialihkan dengan hal sama seperti saat ini? Subjek menjawab untuk saat ini,

hilang tapi tidak yakin saat ia sendiri atau ada perasaan sedih lagi.

Page 141: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

139

3) Evaluasi follow up : Subjek mengenali perubahan atau reaksi tubuh saat

memakai dan tidak memakai cannabis, kemudian CP menyampaikan

dampak negatif setelah pemakaian cannabis (ganja) yang dapat merusak

dirinya secara perlahan. Menetapkan fokus pada cita-cita subjek untuk

mengembangkan hobinya memodifikasi motor, punya bengkel. CP,

meminta subjek menyiapkan bahan untuk sesi selanjutnya yaitu apa saja

yang perlu dipersiapkan untuk mempunyai bengkel modifikasi motor.

5. Intervensi Sesi Kelima : evaluasi seluruh sesi pertemuan

a. Hari/ Tanggal : Rabu, 07 Agustus 2019

b. Waktu :09.00 – 12.00 WIB

c. Tempat : Ruang konseling Lapas Salemba

d. Sasaran : Subjek dapat mengulangi kembali apa yang

telah dipelajarinya dari sesi satu sampai dengan sesi terakhir.

e. Observasi : Terlihat cukup baik, namun malu-malu. Sedang memakai baju

kaos berlengan pendek dilapisi kaos biru berkerah seragam warga binaan

yang telah disediakan, dipadukan dengan celana panjang dan memakai

sendal jepit, kali langsung bersalaman tanpa mengusap tangan ke bajunya

lebih dahulu.

f. Proses Intervensi: Sesi terakhir memiliki kegiatan utama yaitu, mengulang

kembali apa yang telah dilakukan sejak sesi pertama sampai dengan sesi

terakhir.

1) Pengenalan :

CP mengawali sesi terakhir dengan meminta subjek melakukan deep

breathing, dilanjutkan mempersilahkan subjek untuk menyampaikan

tugas / PR sesi sebelumnya.

Page 142: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

140

2) Pembahasan tujuan dan Gambaran sesi :

Setelah beberapa hari ini subjek merasa lebih baik namun agak pesimis

bagaimana nanti ke depannya karena ia masih menjalani 4,5 tahun lagi di

Lapas. CP bertanya tentang tugas persiapan apa saja untuk membuka

bengkel, subjek menjawab ia akan menyesuaikan dengan budget yang

ada, misalnya awalnya ia akan membuka tambal ban dan mengisi angin

yang diperkirakan subjek tidak memerlukan banyak modal. Dilanjutkan

CP bertanya beberapa kali mengikuti sesi konseling ini apakah ada hal

yang bermanfaat? Ia menjawab banyak, CP memintanya menyebutkan 3

diantaranya, emosi marah pada temanya perlahan hilang karena kini ia

berpikir bahwa senang susah hidupnya adalah ia yang menentukan, ia

dapat menemukan rasa syukur dari hal – hal yang sebelumnya tidak

pernah terpikir, ia merasa saat ini lebih hati – hati dalam bertindak ketika

emosi, dan ia merasa lebih lega karena apa yang menganjal berat di dada

sudah lebih ringan. CP mengucapkan terimakasih atas kesedianya

melakukan sesi bersama CP selama sebelasa kali bertemu diantaranya

lima kali sesi DBT dan hari ini adalah hari terakhir, lalu CP meminta

subjek apa saja yang telah dipelajari subjek, dijawab subjek pernapasan

dalam diakui subjek dapat membantunya lebih tenang dapat berpikir baik,

kemudia CP menanyakanapakah subjek bersedia membuat janji untuk

dirinya sendiri? Di lanjutkan menggambarkan dirinya yang telah membuat

janji lebih baik dan menjelaskan pada CP tentang gambarannya tersebut.

3) Evaluasi semua sesi :

Tahap kelima CP, mengevaluasi proses DBT diantaranya deep

breathing yang dilakukan selama sesi terapi dan diluar sesi subjek

menyatakan awalnya tidak yakin menarik napas dalam dapat

Page 143: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

141

membuatnya tenang namun setelah melakukan beberapakali ia

merasakan perubahan pada kondisinya sekarang dapat lebih menerima

keadaannya saat ini sebagai WBP di Lapas, lebih bersemangat menjalani

sisa hukuman dengan berpikir dan berperilaku yang baik, serta mulai

nyaman berinteraksi dengan WBP lainnya sehingga ia mengikuti sholat

jamaah di masjid dan mendaftar untuk ikut program santri.

Page 144: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

142

PENERAPAN TERAPI GESTALT (EMPTY CHAIR)

A. Tinjauan Teoritis dan Metode Intervensi

1. Pengertian Terapi Gestalt

Menurut Frizt Perls (1970, dalam Bradley.T.Efford) individu itu selalu aktif

sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ-

organ semata. Individu yang sehat adalah yang seimbang antara ikatan organisme

dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial dengan

biologis merupakan konsep dasar terapi gestalt.

Terapi Gestalt (Corey, 2016) menekankan pada “apa” dan “bagaimana” dari

pengalaman masa kini untuk membantu klien menerima perbedaan-perbedaan

mereka. Konsep pentingnya adalah holisme, proses pembentukan figur, kesadaran,

unfinished business dan penolakan, kontak dan energi. Area yang paling penting

yang harus diperhatikan dalam konseling menurut pendekatan ini adalah pemikiran

dan perasaan yang individu alami pada saat sekarang. Perilaku yang normal dan

sehat terjadi bila individu bertindak dan bereaksi sebagai organisme yang total,

yaitu memiliki kesadaran pada pemikiran, perasaan dan tindakan pada masa

sekarang.Banyak orang yang memisahkan kehidupannya dan berkonsentrasi serta

memfokuskan perhatiannya pada poin-poin dan kejadian-kejadian tertentu dalam

kehidupannya. Hal ini menyebabkan fragmentasi dalam diri yang dapat terlihat dari

gaya hidup yang tidak efektif yang berakibat pada produktifitas yang rendah bahkan

membuat masalah kehidupan yang lebih serius. Pendekatan Gestalt (Corey, 2016)

berpendapat bahwa individu yang sehat secara mental adalah:

1) Individu yang dapat mempertahankan kesadaran tanpa dipecah oleh berbagai

stimulasi dari lingkungan yang dapat mengganggu perhatian individu. Orang

tersebut dapat secara penuh dan jelas mengalami dan mengenali kebutuhannya dan

Page 145: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

143

alternatif potensi lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya.

2) Individu yang dapat merasakan dan berbagi konflik pribadi dan frustasi tapi dengan

kesadaran dan konsentrasi yang tinggi tanpa ada pencampuran dengan fantasi-

fantasi.

3) Individu yang dapat membedakan konflik dan masalah yang dapat diselesaikan dan

tidak dapat diselesaikan.

4) Individu yang dapat mengambil tanggung jawab atas hidupnya.

5) Individu yang dapat berfokus pada satu kebutuhan (the figure) pada satu waktu

sambil menghubungkannya dengan kebutuhan yang lain (the ground), sehingga

ketika kebutuhan itu terpenuhi disebut juga Gestalt yang sudah lengkap.

Dijelaskan lagi oleh Corey (2005) bahwa terapi gestalt dapat membantu klien untuk

mengonstruksikan makna dan maksud melalui mempertinggi kesadaran dan

persepsi mereka tentang apa yang sedang terjadi saat ini. Kemudian oleh Erford

(2017) diperjelas lagi bahwa perubahan dianggap sebagai suatu keadaan yang

kekal, dan konselor yang menggunakan pendekatan gestalt dan psikodrama sering

kali berusaha untuk mendeteksi tantangan-tantangan lingkungan, interpersonal,

dan intrapersonal, serta penghalang-penghalang untuk perubahan, sehingga

membantu klien untuk beradaptasi dan mengakomodasi lingkungan internal dan

eksternal. Corey (2016) menyebutkan kekuatan dan kelemahan dari pendekatan

Terapi Gestalt adalah sebagai berikut :

1) Kekuatan

a. Menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan

ke saat sekarang.

b. Memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan- pesan tubuh.

c. Menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.

Page 146: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

144

d. Meletakkan penekanan pada konseli untuk menemukan makna dan penafsiran-

penafsiran sendiri

e. Menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari

intelektualisasi abstrak tentang masalah konseli.

2) Kelemahan

a. Kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif. Baik fungsi perasaan maupun

fungsi pemikiran, sangatlah penting dalam terapi

b. Menekankan tanggungjawab atas diri kita sendiri,tetapi mengabaikan tanggung

jawab kita kepada orang lain

c. Para konseli sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa

dianggap tidak cakap.

Dalam prakteknya terapi gestalt terdapat beberapa teknik antara lain:

a. Kursi kosong (empty chair)

b. Gestur tubuh yang dilebih-lebihkan (body movement and exaggeration)

c. Membalik peran (role reversal)

d. Konfrontasi (confrontation)

2. Teknik Terapi Kursi Kosong (empty chair)

Menurut Joyce & Sill (dalam Safaria, 2005), teknik ini dapat digunakan

sebagai suatu cara untuk memperkuat apa yang ada di pinggir kesadaran klien,

untuk mengeksplorasi polaritas, proyeksi-proyeksi, serta introyeksi dalam diri

klien. Teknik ini diperuntukan untuk mengatasi Klien yang mengalami masalah

atau konflik yang tidak otentik. Teknik kursi kosong awalnya dikembangkan oleh

Perls sebagai teknik bermain peran yang melibatkan klien dan imajiner. Klien

duduk disebrang kursi kosong (imajiner) dan memainkan peran tertentu. Sekarang

Teknik ini digunakan secara luas, termasuk sebagai sarana bermain dialog.

Page 147: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

145

Penggunaan teknik kursi kosong untuk bermain peranan atau pun bermain

dialog yang dilakukan dengan tahap sebagai berikut : konselor mengkondisikan

klien untuk memainkan peran tertentu (dirinya atau Imajiner) sesuai dengan

masalah klien yang hendak dientaskan. Klien diminta untuk mendialogkan atau

berbicara sesuai dengan peran dirinya secara utuh dan lengkap . Sumber masalah

atau peran lawan bisa dilakukan oleh konselor. Memainkan peran lawan, peran

imajiner yang semula dimainkan konselor sekarng dapat dimainkan klien secara

bergantian. Diskusi, pengalaman dalam permainan kursi kosong atau dialog

tersebut dikaitkan dengan persoalan yang dihadapi klien dan konselor memperkuat

setiap kemajuan yang didapat Klien.

Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien

menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatan yang

menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini, fungsi konselor

adalah membantu klien untuk melakukan transisi dari ketergantungannya terhadap

faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan

menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien. Teknik kursi kosong

merupakan teknik permainan peran dimana klien memerankan dirinya sendiri dan

peran orang lain atau beberapa aspek kepribadiannya sendiri yang dibayangkan

duduk/berada dikursi kosong.

Pada teknik ini terapis menyediakan dua kursi dan konseli diminta duduk di

kursi yang satu yang memainkan peran sebagai top dog (yang seharusnya),

kemudian pindah ke kursi lain yang menjadi under dog (yang diinginkan) dan

semua perannya dimainkan oleh konseli. Konseli diarahkan untuk berbicara dengan

orang lain yang dibayangkan sedang duduk di kursi kosong yang ada di samping

atau di depan konseli.

Page 148: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

146

Setelah itu konseli diminta untuk berganti tempat duduk dan menjawab

pertanyaan seolah-olah sebelumnya konseli adalah orang lain tersebut. Tugas

konselor adalah mengarahkan pembicaraan dan menentukan kapan konseli harus

berganti tempat duduk

3. Langkah-langkah Dalam Memberikan Intervensi

Adapun tahap-tahap dalam kursi kosong adalah sebagai berikut:

a) Tahap pertama : membentuk pola pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang

memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Hal-hal yang

perlu dilakukan dalam tahap ini adalah:

1) Menciptakan tempat yang aman/nyaman untuk proses konseling

2) Mengembangkan hubungan kolaboratif

3) Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi

4) Meningkatkan self-support, khususnya dengan klien yang memiliki proses

diri yang rentan

5) Mengidentifikasikan dan mengklarifikasikan kebutuhankebutuhan klien dan tema-

tema/masalah yang muncul

6) Membuat prioritas dari kesimpulan diagnosis terhadap klien

b) Tahap kedua : melaksanakan pengawasan (control) yaitu konselor berusaha

meyakinkan atu memaksa klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan

sesuai dengan kondisi klien. Dalam fase ini yang dilakukan adalah: memotivasi

pada klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk menyadari

ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya

c) Tahap ketiga : klien didorong untuk mengatakan perasaan- perasaannya. Klien

diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada

Page 149: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

147

masa lalu, dalam situasi disini, saat ini. Kadang-kadang klien boleh

memproyeksikan dirinya pada konselor. Melalui fase ini konselor berusaha

menemukan celah-celah kepribadian atu aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari

sini dapat ditentukan penyebutan apa yang harus dilakukan.

d) Tahap keempat: setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang

dirinya, tindakannya, dan perasaannya, maka terapi sampai pada fase akhir. Pada

fase ini klien harus memiliki ciri-ciri yang menunjukkan integritas kepribadiannya

sebagai individu yang unik dan manusiawi. Klien harus sudah mempunyai

kepercayaan pada potensinya, selalu menyadari dirinya, sadar dan bertanggung

jawab atas sifat otonominya, perbuatannya, perasaan- perasaannya,pikiran-

pikirannya.

e) Tahap kelima : pada tahapan ini konselor dan klien merayakan hal- hal yang

berhasil dicapai serta menerima hal-hal yang tidak tercapai secara baik. Adapun

hal-hal yang dilakukan adalah:

1) Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada

2) Merayakan apa yang telah dicapai, menerima apa yang belum tercapai

3) Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisis dimasa depan.

B. Rancangan Intervensi

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan dengan terapi Gestalt dengan teknik

kursi kosong (empty chair) yang sasaran intervensinya gejala utama adalah mengatasi

perilaku : “sulit tidur, mudah tersinggung, tidak bersemangat, merasa takut karena

ditagih debtcollector hutang online”. Intervensi ini dilakukan sebanyak 5 (lima) kali

(jangka pendek).

Pada bagian ini akan dijabarkan tujuan dan bentuk kegiatan pada

setiap sesi intervensi, yaitu :

Page 150: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

148

1. Sesi Pertama : psikoedukasi terapi Gestalt yaitu, membentuk pola pertemuan

terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang

diharapkan pada klien. Pada pertemuan pertama, membahas tentang konseling

gestalt. Kemudian konselor menjelaskan pengertian dari teknik kursi kosong,

bagaimana prosedur pelaksanaan dari teknik kursi kosong, dan pentingnya teknik

kursi kosong untuk membantu subjek mengatasi permasalahannya.

Sesi kedua : mengenali dan menyadari perasaaan untuk memilih sisi polaritas,

yaitu klien didorong untuk mengatakan perasaan- perasaannya. Klien diberi

kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa

lalu, dalam situasi disini, saat ini. Kadang-kadang klien boleh memproyeksikan

dirinya pada konselor. Melalui fase ini konselor berusaha menemukan celah-celah

kepribadian atu aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat ditentukan

penyebutan apa yang harus dilakukan.

2. Sesi ketiga : : mengenali kontra ekspresi dilanjutkan melaksanakan pengawasan

(control) yaitu konselor berusaha meyakinkan klien untuk mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Dalam fase ini yang dilakukan

adalah: memotivasi pada klien, mengenali masalah dan perasaan dalam hal ini

klien diberi kesempatan untuk menyadari ketidaksenangannya atau

ketidakpuasannya.

3. Sesi keempat : menyadari kedua sisi polaritas yaitu setelah klien memperoleh

pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, dan perasaannya,

maka terapi sampai pada fase akhir. Pada fase ini klien harus memiliki ciri-ciri

yang menunjukkan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan

manusiawi. Klien harus sudah mempunyai kepercayaan pada potensinya, selalu

menyadari dirinya, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya,

Page 151: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

149

perbuatannya, perasaan-perasaannya,pikiran- pikirannya.

4. Sesi kelima : evaluasi dan follow up, pada tahapan ini konselor dan klien

merayakan hal-hal yang berhasil dicapai serta menerima hal- hal yang tidak

tercapai secara baik.

C. Proses Intervensi

1. Intervensi Sesi 1: Psikoedukasi mengenai Terapi Gestalt dengan

teknik kursi kosong (empty chair), teknik relaksasi

Waktu : Selasa, 17 September 2019

Tempat : Ruang konseling PSBLHS II

Observasi : Terlihat matanya masih terlihat sembab dan sedikit malas, secara

keseluruhan wajahnya terlihat tidak terlalu baik,. Memakai seragam PJLP, serta

mengenakan sepatu flat berwarna hitam. Ketika CP datang, sedang melakukan

pekerjaan sebagai PJLP di ruangan dekat poliklinik panti. Setelah melihat CP, ia

mengajak CP ke ruang konseling.

Gambaran kasus : subjek mengatakan bahwa ia sudah beberapa hari ini mengalami

kesulitan tidur, entah mengapa jika sudah larut malam menjadi tidak mengantuk,

begitu juga dipagi dan siang hari. Terkadang sanggup untuk tidak tidur berhari-hari,

lebih suka mengenang saat masih kuliah.

Proses Intervensi : CP menjelaskan kembali mengenai prosedur intervensi serta

tujuan pelaksanaan masing – masing sesi, bahwa CP nanti akan bertanya atau

mengulang pertanyaan yang tujuannya agar agar subjek dan CP mempunyai

kesamaan persespi dari apa yang disampaikan. CP juga menjelaskan tentang

bagaimana proses terapi gestalt dengan teknik kursi kosong yaitu akan meminta

subjek memainkan peran sebagai top dog (yang seharusnya), kemudian pindah ke

Page 152: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

150

kursi lain yang menjadi under dog (yang diinginkan). CP merespon cerita dengan

mengajak subjek menarik napas dalam dan perlahan 3x perlahan lalu

mengingatkan untuk bersabar serta berdoa dan memotivasi agar dapat terbuka

untuk menceritakan masalah yang dihadapinya. CP bertanya apa yang membuat

subjek memutuskan untuk mengikuti sesi ini? Dijawab subjek bahwa awal diakuinya

karena mendapat instruksi dari atasan namun setelah beberapa kali bertemu CP saat

sesi relaksasi bersama para sejawat kerja lain, subjek merasa perlu mengikuti sesi

dengan CP agar ia dapat keluar dari masalah. CP berterimakasih atas jawab subjek

kemudian CP melanjutkan pertanyaan, sejak kapan subjek mulai menyadari ini

adalah sebuah masalah? Subjek menundukkan wajahnya, lalu menggelengkan kepala

sambil berkata tidak tahu kapan pastinya. CP bertanya apa saja usaha yang sudah

dlakukan mengatasi masalah tersebut? Subjek menjawab tidak ada kecuali jika saat

ia terkena diare atau menstruasi yang terlalu banyak ia pergi ke puskesmas.

Dilanjutkan CP menanyakan apakah subjek bersedia mengatasi masalahnya?

Dijawab subjek dengan menganggukkan kepala, lalu CP mengatakan kepada subjek

bahwa dirinya tidak sendiri, tetapi masih banyak orang yang peduli terhadapnya.

Selain itu CP juga mengingatkan agar subjek dapat mengalihkan emosinya yang tidak

stabil dengan banyak berbicara dengan orang yang membuatnya nyaman. CP

mengajak subjek berpikir positif dan memperbanyak ibadah dan melakukan aktivitas

yang lebih bermanfaat. Mulai belajar untuk melakukan kebiasaan baik akan

menghasilkan hal baik pula. Kemudian CP mengajak subjek mempraktekan teknik

kursi kosong, dengan tema “masalahku dan perasaanku”. CP meminta subjek

mengimajinasikan masalahnya ada di kursi kosong yang ada di hadapannya dan

kemudian apabila sudah siap subjek silahkan bertukar tempat duduk dan kapanpun

subjek siap dapat berganti lagi setelah itu subjek menyampaikan pada CP bahwa ia

Page 153: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

151

lebih dapat lebih mengerti membedakan masalah dan perasaan nya sekarang, yaitu

masalahnya adalah karena beberapa hal yang awalnya ia tidak ingat lagi atau sudah

diusahakan untuk ia lupakan dan perasaannya adalah efek dari masalah yang tidak

terselesaikan tersebut diantaranya ingatannya tentang masa kecilnya pernah

dimasukan kedalam bak mandi saat ia menangis. CP bertanya apakah subjek pernah

menanyakan kepada orangtuanya tentang ingatannya tersebut? Dijawab belum, maka

CP meminta subjek mencari waktu yang tepat menanyakan hal tersebut kemudian

menemukan apa manfaat mengetahui hal tesebut.

Gambaran Hasil Sesi 1: Subjek memahami tujuan sesi intervensi yang sedang dan

akan di jalani beberapa waktu kedepan. Terdapat kesepakatan diantara CP dank

subjek mengenai keseluruhan proses intervensi. Sesi pertama untuk membantu

mengatasi kesulitan tidur

2. Intervensi Sesi 2 : Mengenali,menyadari perasaaan dan memilih

sisi polaritas

Waktu : Rabu 18 September 2019

Tempat : Ruang penyimpanan stock barang

Observasi : Terlihat mata tidak lagi sembab, secara

keseluruhan terlihat lebih baik dari kemarin. Masih memakai pakaian yang sama

yang telah disediakan bagi PJLP. Ketika CP datang, sedang menulis dibuku besar

diantara teman – teman sesama PJLP yang lain berada di ruang istirahat pegawai.

Melihat CP datang, ia menutup buku dan mengajak CP ke ruang konseling namun

karena masih dipakai oleh psikolog panti maka subjek mengajak CP menggunakan

ruangan stock barang yang letaknya bersebelahan dengan ruang konseling.

Gambaran kasus : subjek menyampaikan bahwa ia merasa mudah tersinggung, dan

itu membuatnya kesal menyebabkan ia sulit untuk mengontrol emosi kadang ingin

Page 154: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

152

marah, kadang ingin menangis, saat teman bicara dengan nada keras, atau justru tidak

mengacuhkannya.

Proses Intervensi : CP memulai sesi dengan meminta subjek mengulangi hasil

sesi sebelumnya, subjek menjawab bahwa ia sudah menanyakan tentang ingatannya

dan dijawab orangtuanya bahwa saat itu subjek tidak berhenti menangis dan

memasukan subjek kedalam air adalah meruqyah atau cara yang diajarkan orangtua

mereka untuk mengatasi hal tersebut. CP merespon cerita dengan mengajak subjek

menarik napas 3x perlahan serta mengingatkan untuk bersabar serta berdoa dan

memotivasi agar dapat terbuka untuk menceritakan masalah yang dihadapinya. CP

kemudian bertanya bagaimana perasaan subjek setelah mengetahui hal tersebut?

Subjek menjawab sedikit lega setelah saling meminta maaf. CP menyampaikan

kepada subjek bahwa dirinya tidak sendiri, tetapi masih banyak orang yang peduli

terhadapnya. CP juga menyampaikan bahwa setiap emosi perlu disadari kegunaan

atau maksudnya dan subjek belum melakukannya oleh karena itu membuat subjek

tidak nyaman, apakah subjek setuju? Subjek mengangguk. Kemudian CP bertanya

apa label emosi yang saling berlawan dari dirinya? Dijawab subjek mudah tersingung

atau marah dan takut salah. Lalu CP mengajak subjek mempraktekan terapi Gestalt

dengan teknik kursi kosong, dengan tema “masalahku dan perasaanku”. CP meminta

subjek mengimajinasikan masalahnya ada di kursi kosong yang ada di hadapannya

dan kemudian apabila sudah siap subjek silahkan bertukar tempat duduk dan

kapanpun subjek siap dapat berganti lagi. CP meminta subjek mengawali kursi

pertama dengan perasaan yang dirasakan saat ini, lalu subjek menyebutkan ia saat ini

merasa tersinggung karena salah seorang temannya tidak menyapanya, kemudian CP

bertanya emosi mudah tersinggung dan emosi takut salah tampak berbeda? Subjek

menjawab emosi mudah tersinggung matanya tajam dan emosi marah matanya tajam.

Page 155: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

153

Kemudian CP menyampaikan bahwa subjeklah satu-satunya yang dapat memberi

mereka suara, dan hanya subjek yang tahu apa yang diucapkan satu sama lain. Lalu

CP meminta subjek berkonsentrasi menjadi subjek yang mudah tersinggung.

Kemudian subjek melakukannya diawali dengan mengambil napas dalam lalu

menatap kursi dihadapannya. Subjek tidak bicara namun terihat perubahan ekspresi

wajah, lalu CP bertanya bagaimana? Subjek menjawab ia siap pindah ke kursi

didepan (emosi takut salah). Subjek memandang kursi didepan (emosi mudah

tersinggung atau marah), sambil bicara lirih saya merasa selalu takut salah, tidak

berdaya, tetapi saya juga merasa baik, CP memperhatikan perubahan wajah subjek

lalu CP bertanya bagaimana saat ini? Subjek menjawab mudah tersinggung dan

marah itu membuat ia merasa kuat tapi juga sangat lelah. Lalu CP mengembalikan

kursi keasal berhadapan dengan subjek menunjukkan sudah selesai dan meminta

subjek mempersilahkan subjek bicara, terapi ini membantunya mengenali label

emosi yang berlawan dan keduanya adalah bagian dari dirinya. CP meminta subjek

mengenali emosi yang muncul mengajak subjek untuk berpikir positif dan

memperbanyak ibadah dan melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat. Mulai belajar

untuk melakukan kebiasaan baik akan menghasilkan hal baik pula.

Gambaran Hasil Sesi 2: Pembahasan dimana subjek diminta untuk menganalisa

masalahnya, emosi yang ia rasakan terkait masalah itu dan penilaiannya akan

kemungkinan masalah tersebut dapat diatasi dikemudian hari, subjek dapat

mengatasi emosi labil yaitu mudah tersinggung, marah, menangis dengan mengenali

emosi tersebut untuk kemudian mendapatkan ide tentang kekuatan dan kegunaan dari

masing – masing yang dapat digunakan dengan tepat. CP memberi tugas pada subjek

mendapatkan 3 hal yang ia syukuri dalam hidup lalu disampaikan pada sesi

selanjutnya.

Page 156: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

154

3. Intervensi Sesi 3 : Mengenali kontra ekspresi

Waktu : Kamis 19 September 2019

Tempat : Ruang konseling

Observasi : Terlihat cukup baik, namun malu-malu. Memakai seragam PJLP

dipadukan dengan celana panjang dan memakai sepatu flat. Subjek berada di ruang

istirahat pegawai, duduk bersama teman-teman namun tidak mau mengajak teman-

teman mengobrol, ia hanya focus melihat HP. Setelah melihat CP datang ia berdiri

dan mengajak CP ke ruang konseling.

Gambaran kasus : Menceritakan bahwa akhir-akhir ini ia kurang memiliki

semangat dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Semangat yang dirasakan cepat

sekali menurun, terlebih selama berada di Panti, lebih banyak tidak semangatnya, ia

juga mengatakan bosan.

Proses Intervensi : CP merespon cerita lalu meminta subjek mengulang hasil sesi

sebelumnya mengenali label emosi dan mendapat ide kekuatan dan kegunaannya.

Subjek menyebutkan kembali pembahasan sesi sebelumnya yaitu emosi mudah

tersinggung dan marah berguna membuatnya merasa kuat sekaligus lelah, dan emosi

takut salah membantunya bersikap baik. Kemudian CP bertanya apakah subjek dapat

menyebutkan apa manfaat dari kurang bersemangatnya hari ini? Subjek terlihat

menunduk, CP memintanya menarik napas dalam 3x baru menjawab, kurang

semangat memberinya waktu untuk lebih pelan tidak tergesa – gesa, kemudian CP

menyampaikan agar subjek dapat sebisa mungkin berpikir secara positif dalam

hidupnya, dan berusaha meyakinkannya untuk memulai perubahan dari diri sendiri,

yakni dengan menumbuhkan semangat mulai dari hal terkecil dan mulai

menumbuhkan motivasi secara internal. Mulailah mengingat keinginan dan harapan

yang belum dan akan raih, agar sedikit demi sedikit semangat yang ada dapat

Page 157: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

155

tumbuh. Jika sudah bersemangat lawan sifat malas-malasan dan berusaha

mempertahankan semangat tersebut. Jika tidak dapat melakukannya sendiri, ia bisa

meminta bantuan orang lain untuk menjadi penyemangat secara eksternal,.dengan

cara berdiskusi hal – hal diminatinya. CP bertanya hal apa yang subjek sukai? Subjek

menjawab mendengarkan music atau kadang ia saat ia sangat sedih ia melakukan

sholat sambil menangis, seperti hal yang ia lakukan kemarin setelah pulang ke rumah.

Kemudian CP memintanya menyiapkan 3 hal apa yang dapat disyukurinya dan di

setorkan saat besok bertemu.

Gambaran Hasil Sesi 3: Pembahasan dimana subjek diminta untuk menganalisa

masalahnya, emosi yang ia rasakan terkait masalah itu dan mendapatkan ide tentang

kekuatan dan kegunaan dari masing – masing yang dapat digunakan dengan tepat.

Subjek mulai terbiasa mengenali 3 hal yang di syukuri, aktifitas yang membuat mood

menjadi senang, melakukan hal ringan disukai subjek seperti mendengarkan music

atau mendekatkan diri pada Allah dengan ibadah.

4. Intervensi Sesi 4 : Menyadari kedua sisi polaritas

Waktu : Jumat 20 September 2019

Tempat : Ruang konseling

Observasi : Pakaiannya juga cukup rapi, memakai seragaman PJLP kombinasi

celana panjang dan sepatu flat berwarna hitam. Subjek berada di ruang istirahat

pegawai, terlihat melamun menatap HP, terlihat layar HP tidak aktif, ketika HP

bergetar terlihat subjek menggemgam erat

HP, menutupi dan menyembunyikannya dibawah buku panjangnya, sampai HP

berhenti bergetar baru kemudian subjek ambil kembali dan memasukkan ke dalam

saku bajunya, subjek tidak menyadari kehadiran CP. Setelah CP menyapanya ia

mengangguk dan mengajak CP ke ruang konseling.

Page 158: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

156

Gambaran kasus : Dengan suara perlahan subjek mengatakan cemas dan takut

bila menerima telepon dari penagih hutang, subjek bicara terlihat serius sambil

terlihat meremas – remas ujung jilbabnya.

Proses Intervensi : CP merespon cerita lalu meminta subjek mengulang hasil sesi

sebelumnya, kemudian subjek mengulang pembahasan sesi sebelumnya yaitu

tentang mengenali manfaat kurang bersemangat supaya ia dapat melakukan sesuatu

perlahan dan tidak tergesa – gesa. Dan ia mendapatkan cara meningkatkan semangat

dengan mendengarkan music, dan diskusi dengan teman. Kemudian CP melanjutkan

dengan apa yang awal sesi tentang label takut salah dan adakah perberdaan dengan

takut akan terror telepon dari hutang online. Subjek tampak terdiam lalu menggeleng,

CP mengajak subjek kembali melakukan teknik kursi kosong, dan disetujui oleh

subjek. CP meminta subjek mengimajinasikan masalahnya ada di kursi kosong yang

ada di hadapannya dan kemudian apabila sudah siap subjek silahkan bertukar tempat

duduk dan kapanpun subjek siap dapat berganti lagi. CP meminta subjek mengawali

kursi pertama dengan perasaan yang dirasakan saat ini, lalu subjek menyebutkan ia

saat ini merasa takut ditelepon oleh penangih hutang. Kemudian subjek

melakukannya diawali dengan mengambil napas dalam lalu menatap kursi

dihadapannya. Subjek tidak bicara namun terihat perubahan ekspresi wajah, lalu CP

bertanya bagaimana? Subjek menjawab ia siap pindah ke kursi didepan (merasa

benar meminjam uang karena kebutuhan). Subjek memandang kursi didepan (takut

terror hutang), sambil bicara lirih saya merasa selalu takut salah, tidak berdaya, tetapi

saya juga merasa terpaksa, CP memperhatikan perubahan wajah subjek lalu CP

bertanya bagaimana? Subjek menjawab tidak menemukan jalan lain selain meminta

uang dari online karena mudah dan cepat saat ia butuh memenuhi kebutuhan

ekonominya, saat itu uang gaji sudah habis dan suami tidak memberi nafkah. CP

Page 159: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

157

bertanya, hal apa yang saat ini dapat subjek ambil manfaatnya, subjek terlihat

menunduk kemudian CP mengajak subjek melakukan pernapasan yang dalam 3x

dilanjutkan mempersilahkan subjek bicara, subjek mengatakan ia merasa sendirian

tidak berdaya karena jauh dari orangtua dan suami jarang pulang sehingga tidak ada

tempat bertanya ketika ada masalah, dan cara yang ia dapat saat itu adalah dengan

ikut teman pergi ke kedai kopi yang harganya cukup mahal dan hal tersebutlah yang

membuat ia berhutang. CP meminta subjek mengenali apa kelebihan dan kekurang

dari diri subjek untuk disampaikan pada sesi selanjutnya.

Gambaran Hasil Sesi 4: CP terus memberi motivasi untuknya dalam menjalani apa

yang telah terjadi saat ini. Memintanya untuk tetap semangat dan tidak berhenti

berdoa agar permasalahan hutangnya dapat segera selesai juga perselisihan

rumahtangganya. CP meyakinkan subjek jika ia dapat berubah menjadi lebih baik

maka saat bertemu anak, suami dan orangtua dapat bahagia dan membahagiakan

dengan cara yang baik pula sehingga menjadi lebih berkah.

5. Intervensi Sesi 5 : Evaluasi dan follow up

Waktu : Sabtu, 21 September 2019

Tempat : Ruang konseling

Observasi : Penampilannya cukup rapi, dengan menggunakan baju batik dan sandal.

berada di aula tengah sedang mengawasi WBS menonton film edukatif, melihat CP

datang subjek menganguk dan memberi isyarat agar CP lebih dahulu masuk ke ruang

konseling.

Gambaran kasus : Subjek menceritakan bahwa ia merasa perasaannya sudah lebih

baik, dapat tidur, namun masih ada takut tidak dapat melunasi hutang

Proses Intervensi : CP merespon cerita lalu meminta subjek mengulang hasil sesi

sebelumnya, kemudian subjek mengulang pembahasan sesi sebelumnya yaitu, pada

Page 160: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

158

sesi 1, mengenal terapi gestalt dan teknik kursi kosong dan ia dapat mempraktekknya

sendiri saat merasa tidak menemukan jawaban dari masalahnya, ia juga menyadari

keadaannya adalah sebuah masalah dan ia belum melakukan hal yang tepat untuk

mengatasi masalah.

Sesi 2 berani bertanya dan konfirmasi ingatan masa kecil dan hasilnya membuat lega

setelah saling meminta maaf atas masa lalu tersebut.

Sesi 3 hasil sesi sebelumnya mengenali label emosi dan mendapat ide kekuatan dan

kegunaannya. Subjek menyebutkan kembali pembahasan sesi sebelumnya yaitu

emosi mudah tersinggung dan marah berguna membuatnya merasa kuat sekaligus

lelah, dan emosi takut salah membantunya bersikap baik.

Sesi 4 yaitu tentang mengenali manfaat kurang bersemangat supaya ia dapat

melakukan sesuatu perlahan dan tidak tergesa – gesa. Dan ia mendapatkan cara

meningkatkan semangat dengan mendengarkan music, dan diskusi dengan teman.

CP, memuji subjek telah mampu mengingat setiap sesi kemudian CP melanjutkan

bertanya bagaimana keoptimisan subjek bahwa masalahnya mampu diatasi, dari

rentang 1 -10 dimana paling buruk dan 10 skor terbaik, lalu dijawab subjek diangka

6, lalu CP melanjutkan bertanya apa saja yang dapat dilakukan subjek yang apabila

hal tersebut dilakukan apa yang akan terjadi di diri subjek? Subjek terlihat focus lalu

menjawab ia akan mulai merubah cara mengatasi masalah bukan dengan minum kopi

mahal bersama teman tapi memisahkan masalah dan perasaan, hal yang akan terjadi

pada diri subjek mengatakan akan lebih ringan menghadapi hidup dan lebih bahagia.

Gambaran Hasil Sesi 5: Subjek dapat mengikuti CP meminta subjek untuk tetap

semangat dan tidak berhenti berdoa agar semua masalah dapat segera diatasi. CP

meminta subjek menuliskan rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk membantu

dirinya sendiri agar lebih baik.

Page 161: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

159

PENERAPAN TERAPI EKSISTENSIAL HUMANISTIK

A. Tinjauan Teoritis dan Metode Intervensi

Untuk mengatasi gangguan penyesuaian diri dengan gejala diatas akan

dilakukan pendekatan intervensi dengan menggunakan Terapi Eksistensial

Humanistik.

1. Pengertian Terapi Eksistensial Humanistik

Menurut Nevid, J.S dkk (2003), terapi humanistik berfokus pada pengalaman

klien dan disadari, lebih berfokus pada apa yang dialami klien saat ini disini dan

sekarang dari pada masa lalu (dengan catatan masa lalu ini dapat berperan hanya

untuk memperluas insight klien). Sedangkan terapi humanistik eksistensial

merupakan bentuk pendekatan dari terapi humanistik yang memiliki tiga point

pandangan terhadap hakekat manusia, diantaranya: Pertama, perilaku manusia

ditentukan oleh kebermaknaan dan persepsi individu terhadap suatu pengalaman.

Kedua, manusia itu adalah individu yang memiliki pilihan tujuan dan determinasi

diri (bertanggung jawab terhadap kehidupan yang kita pilih). Ketiga, manusia

memiliki kemampuan untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya.

Dalam (Corey, 2013) pendekatan eksistensial humanistik menekankan

renungan-renungan filosofis tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh.

Sehingga kebanyakan terapi pada dasarnya adalah membantu inividu agar mampu

bertindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab untuk tindakan-tindakannya.

Dalam terapi eksistensial humanistic ini berpijak pada premis bahwa manusia tidak

bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung

jawab itu saling berkaitan. Dalam penerapannya pendekatan ini memusatkan

perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi.

Terapi eksistensial merupakan pendekatan dinamis pada terapi yang berfokus

Page 162: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

160

pada pentingnya seseorang itu memiliki eksistensi. Inti dari realitas adalah

penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental.

Menurut Glasser (dalam Corey 2013) basis dari terapi realitas adalah membantu para

klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya yang mencakup

“kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa

kita berguna bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.

Psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia dimana

konsep-konsepnya adalah kesadaran diri; kebebasan, tangung jawab dan kecemasan;

dan penciptaan makna akan manusia itu sendiri pada saat ini dan bukan pada masa

lampau. Karena masa lampau tidak bisa diubah dan masa depanlah yang bisa

berubah.

Tujuan dari terapi ini agar klien mengalami keberadaannya secara otentik

dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat

membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.

2. Teknik Terapi Eksistensial Humanistik

Dalam hal ini tugas utama dari terapis sendiri adalah berusaha memahami

klien sebagai ada dalam-dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih

mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang.

Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal namun ada

kesepakatan yang menyangkut tugas-tugas dan tanggung jawab terapis. Menurut

Buhler dan Allen (Corey, 2013) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada

pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih system teknik, dimana para ahli

psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:

a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.

b. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.

Page 163: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

161

c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.

d. Berorientasi pada pertumbuhan.

e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebgai suatu pribadi yang

menyeluruh.

f. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.

g. Memandang terapis sebagai model, dalm arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan

padangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit menunjukkan kepada

klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.

h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk

mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.

Bekerja kearah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan

kebebasan klien.

3. Langkah-langkah dalam Melakukan Intervensi

Dalam melakukan langkah-langkah terapi eksistensial humanistic menutur

Corey (2009) apabila klien sudah mengungkapkan perasaannya maka yang harus

dilakukan terapis adalah:

a. Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitan dengan apa yang dikatakan oleh

klien.

b. Terlibat dalam sejumlah penyataan pribadi yang relevan dan pantas tentang

pengalaman-pengalaman yang mirip dengan yang dialami oleh klien.

c. Meminta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan

memilih dalam dunia yang tak pasti.

d. Menantang klien untuk melihat seluruh cara dia menghindari pembuatan putusan-

putusan dan memberikan penilaian terhadap penghindaran itu.

e. Mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak memulai terapi

Page 164: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

162

dengan pertanyaan: “jika Anda bisa secara ajaib kembali kepada cara Anda ingat

kepada diri Anda sendiri sebelum terapi, maukah Anda melakukannya sekarang?”

Beritahukan kepada klien bahwa ia sedang mempelajari apa yang dialaminya

sesungguhnya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia: bahwa dia pada

akhirnya sendirian, bahwa dia harus memutuskan untuk dirinya sendiri, bahwa dia

akan mengalami kecemasan atau ketidakpastian putusan-putusan yang dibuat dan

bahwa dia akan berjuang untuk menetapkan makna kehidupannya di dunia yang

sering tampak tak bermakna.

B. Rancangan Intervensi

Intervensi yang dilaksanakan menggunakan Terapi Eksistensial Humanistik

dengan sasaran intervensi gejala utama dalam “malas beraktifitas, hidup terasa

hampa, tidak suka bergaul, percaya diri rendah”. Intervensi ini dilakukan

sebanyak 5 kali (jangka pendek).

Pada bagian ini akan dijabarkan tujuan dan bentuk kegiatan pada setiap sesi

intervensi, yaitu :

1. Sesi Pertama : psikoedukasi terapi ekstensial humanistik yaitu, membentuk pola

pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-

perubahan yang diharapkan pada klien. Pada pertemuan pertama, konselor

menjelaskan pengertian dari terapi ekstensial humanistik bagaimana prosedur

pelaksanaan dan pentingnya untuk membantu klien mengatasi permasalahannya.

2. Sesi kedua : yaitu klien didorong untuk mengatakan perasaan- perasaannya.

Mengarahkan klien untuk mau mengenali makna dan tujuan hidup di usianya saat

ini.

3. Sesi ketiga : konselor berusaha meyakinkan klien untuk mengikuti prosedur yang

Page 165: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

163

telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Dalam fase ini yang dilakukan adalah

mengarahkan klien untuk mau bersosialisasi dan berinterkasi dengan lansia lainnya

Sesi keempat :setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang

dirinya, tindakannya, dan perasaannya, membantu klien mengatasi rasa rendah diri

karena belum menikah dan tidak bekerja lagi.

4. Sesi kelima : evaluasi dan follow up, pada tahapan ini konselor dan klien merayakan

hal-hal yang berhasil dicapai serta menerima hal- hal yang tidak tercapai secara baik.

C. Proses Intervensi

1. Intervensi Sesi 1 : Psikoedukasi Terapi Ekstensial Humanistik dan

membantu mengatasi malas beraktifitas.

Waktu : Selasa 01 Oktober 2019

Tempat : Ruang Ketrampilan

Observasi:

Menggunakan baju batik berbahan kain berwarna hijau kekuning-kuningan. Nampak

kurang bersemangat, namun saat bertemu dengan CP ia tersenyum dan membalas

sapaan CP.

Gambaran kasus :

S mengatakan bahwa ia merasa kelelahan sendiri sehingga hanya rebahan terus,

walaupun jika tertidur hanya sebentar dan jarang berkumpul dengan lansia lainnya.

Proses Intervensi :

Sesi pertama CP memberikan psikoedukasi terapi ekstesniala humanistik yaitu,

membentuk pola pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan

perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pada pertemuan pertama,

konselor menjelaskan pengertian dari terapi ekstensial humanistik bagaimana

Page 166: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

164

prosedur pelaksanaan dan pentingnya untuk membantu klien mengatasi

permasalahannya. Dilanjutkan dengan mengarahkan klien untuk mau bersosialisasi

dan berinterkasi dengan lansia lainnya. CP mengatakan kepada subyek bahwa ia

tidak boleh hanya berada didalam ruang keterampilan saja, ia juga perlu keluar dan

berkumpul bersama lansia-lansia lainnya. Perlu olahraga ringan atau dengan

berjalan-jalan keliling halaman panti agar badan tetap segar dan tidak lemas, selain

itu CP juga menyarankan agar ia mengikuti kegiatan- kegiatan yang diadakan panti

sehingga aktivitas yang dilakukan menjad lebih beragam, jika ia banyak beraktivitas

maka saat kembali ke kamar ia sudah benar- benar lelah, sehingga tidurnya akan lebih

berkualitas dan tidak akan mimpi buruk lagi

Gambaran Hasil Sesi 1 :

Klien terlihat berfikir dan berjanji akan mulai mencobanya melakukansaran dari yang

diberikan dan mengucapkan terimakasih. Terdapat kesepakatan diantara CP dank

klien mengenai keseluruhan proses intervensi. Sesi pertama untuk mengarahkan

klien untuk mau bersosialisasi dan berinterkasi dengan lansia lainnya

2. Intervensi kedua : Menfasilitasi klien untuk mau mengenali makna

dan tujuan hidup di usianya saat ini.

Waktu : Rabu, 02 Oktober 2019

Tempat : Gazebo

Observasi:

Terlihat sedang tiduran di gazebo dan menyapa CP dengan tetap sambil mendekatkan

radio mini ke telinga CP dan sesekali mengikuti irama dengan tangan di tepuk – tepuk

ke pahanya.

Page 167: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

165

Gambaran kasus :

S merasa hidupnya sepi serta hampa, dan menurutnya semenjak orang yang

disayanginya meninggal serta keluarganya tidak ada yang dekat membuat dirinya

merasa sepi serta tidak ada semangat.

Proses Intervensi :

CP menfasilitasi klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya.untuk mau

mengenali maknadan tujuan hidup di usianya saat ini. CP membantu klien

menemukan makna hidupnya, membantu membuka pandangan klien terhadap

berbagai nilai sumber makna hidup, dan tentang arti kehidupan yang sebenarnya.

Klien menyampaikan hidup nya selama ini selalu bekerja agar tidak menyusahkan

orang lain, tidak bergantung pada orang lain, bisa melakukan hal – hal yang disukai.

Tetapi belakangan setelah orang yang disayanginya meninggal sudah tidak ada

motivasi bekerja, hidup ditambah usia saat ini sudah tidak muda lagi. Tidak ada yang

menerimanya lagi sebagai penjahit. Pernah bekerja sebagai pengawas anak-anak

tetapi sangat melelahkan jadi minta berhenti. CP mendengarkan dengan empati

semua yang disampaikan klien lalu bertanya, apakah keahliaannya menjahit masih

dapat dilakukan disini? Klien mengangguk, masih lah.. itu ada beberapa lansia yang

minta dijahitin dasternya yang robek. Lalu CP melanjutkan setelah menjahitkan

daster robek bagaimana perasaannya, klien terdiam sebentar, lalu menjawab “biasa

aja tetapi senang juga merasa masih bisa bantu orang, apalagi lalu lansia itu

membelikannya kopi susu kesukaan saya.”

Gambaran Hasil Sesi 2 :

Subyek kooperatif dalam mengikuti sesi intervensi dan dapat menemukan makna

hidup dan tujuan hidupnya sehingga merasa hidupnya tidak hampa lagi. Akhir sesi

klien mengucapkan terimakasih pada CP.

Page 168: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

166

3. Intervensi Ketiga : Mengarahkan klien untuk mau bersosialisasi

Waktu : Kamis, 03 Oktober 2019

Tempat : Ruang Ketrampilan

Observasi:

Klien terlihat duduk di ruang ketrampilan sambil melihat – lihat tumpukan kain lalu

menatap CP langsung menyalami dan mengajak mengobrol lalu melakukan

intervensi.

Gambaran kasus :

S mengatakan bahwa ia malas sekali untuk bergaul dengan sesama lansia, lebih baik

diam dari pada banyak bicara tidak menentu.

Proses Intervensi :

Sesi ketiga ini CP berusaha meyakinkan klien untuk mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan sesuai dengan kondisi klien, dan mengarahkan klien untuk mau

bersosialisasi dan berinterkasi dengan lansia lainnya CP memberikan saran bahwa

bergaul lebih baik dari pada hanya didalam kamar saja, dengan bergaul kita menjadi

lebih semangat, ceria, dan bisa berbagi pengalaman dalam kehidupan ini sehinggadiri

kita tidak merasa kesepian salah satunya. Kemudian CP meminta bantuan sekaligus

menantang klien apakah ia bersedia untuk mengajarkan seorang lansia dari wisma

Bougenvile diajarkan ketrampilan membuat dompet atau bros berbahan batik. Klien,

melihat CP dan bertanya serius? Ada hadiahnya ga? CP menjawab hadiah

terbesarnya adalah bila klien dapat berhasil berbagi ilmunya, tapi nanti CP akan

membawakan kopi susu kesukaannya. Klien tersenyum dan menerima tantangan CP,

bersedia membantu lansia lain belajar keterampilan membuat bros berbahan kain.

Page 169: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

167

Gambaran Hasil Sesi 3 :

Klien terlihat dari ekspresi wajah diawal ragu, namun setelah dijelaskan kembali oleh

CP maka ia bersemangat dan bersedia melakukan tantangan CP untuk mengajarkan

lansia lain belajar keterampilan.

4. Intervensi keempat : klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya,

tindakannya, dan perasaannya.

Waktu : Jumat 04 Oktober 2019

Tempat : Gazebo

Observasi:

Klien terlihat duduk di ruang terbuka di depan wisma memakai baju atasan batik

bawah padanan celana kain warna biru.S terlihat duduk sendirian digazebo panti saat

CP datang langsung tersenyum dan mengajak CP duduk di sebelahnya

Gambaran kasus :

S mengatakan bahwa ia tidak bekerja atau tidak punya kerjaan lagi yang

menghasilkan uang juga belum menikah sehingga membuat dirinya menjadi rendah

diri

Proses Intervensi :

Sesi keempat CP memfasilitasi klien mempunyai kepercayaan pada potensinya, sadar

dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perbuatannya, perasaan-

perasaannya,pikiran-pikirannya Dilanjutkan dengan mengarahkan klien untuk

mempunyai harga diri yang lebih baik. CP mengajak subyek untuk tidak

merendahkan diri sendiri dan mengambil makna hidup dibalik cobaan ini semua,

tetap semangat dalam menghadapi kehidupan dan tetap berusaha serta berdoa dibalik

Page 170: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

168

ini semua terkandung hikmahnya. CP mengajak klien menyadari akan segala

kekurangan yang ada dalam dirinya, mampu menghadapi serta menyelesaikan

permasalahan pada dirinya serta tercapainya tujuan dan memaknai hidup dengan baik

akan membuat menjalani usia senjanya dengan perasaan optimis. Bahwa saat ini

klien tidak atau belum punya pasangan hidup juga atas izin yang Maha Kuasa, CP

bertanya apakah kelebihan dan kekurangannya dengan sikon tersebut? Klien terdiam

kemudia menjawab punya suami repot yah walau ada senangnya juga kali yah mba,

seperti ini juga enak juga ya mba, bebas mau ngapain aja. CP melanjutkan dengan

mengajak klien menyebutkan beberapa kelebihannya yang tidak ada di lansia lain,

seperti pandai menjahit, membuat kerajinan dan tubuh yang cukup sehat. Klien

menganggguk– angguk sambil berkata ia juga yah kan saya disini bisa tetap

menjahit, makan cukup, tidur cukup, kalau cerewet sedikit ga apa yah, mba. Klien

menambahkan bahwa ia sudah punya baru cara meningkatkan kepercayaan diri

dengan menerima apa adanya sambil mendengarkan music, dan diskusi dengan

teman lansia. CP tersenyum dan mengajak klien melakukan tos tangan. Lalu

menanyakan bagaimana perasaannya tentang pengalaman kemarin mengajarkan

lansia membuat kerajinan? Klien menjawab dengan semangat seru, ada kesalnya

juga karena ga bisa-bisa dibilangin karena sudah tua juga yah, terharu juga

akhirnya nenek itu bisa buat bros kain sendiri. CP memuji klien yang telah berhasil

bersosialisasi dengan sesama lansia dan mengajarkan ketrampilan.

Gambaran Hasil Sesi 4 :

Klien terlihat lebih besemangat dan berkata akan terus mengusahakannya dan

bersemangat mendengarkan apa yang disarankan oleh CP .

Page 171: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

169

5. Intervensi Kelima : evaluasi, follow up dan terminasi

Waktu : Sabtu, 05 Oktober 2019

Tempat : Gazebo

Observasi:

S terlihat duduk santai dengan dua orang lansia lain digazebo panti saat CP datang

langsung tersenyum. Memakai baju atasan batik bawah padanan celana kain warna

biru..

Gambaran kasus :

S mengatakan bahwa ia merasa lebih baik dan sudah mulai ada beberapa lansia yang

bisa diajak bicara bersama – sama.

Proses Intervensi :

CP merespon cerita lalu meminta klien mengulang hasil sesi sebelumnya, kemudian

klien mengulang pembahasan sesi sebelumnya yaitu, pada sesi 1, untuk

meningkatkan kesadaran diri atas alternatif- alternatif, motivasi-motivasi, dan tujuan-

tujuan pribadi. Serta menunjukkan bahwa harus ada pengorbanan untuk mewujudkan

hal itu Seperti mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan panti sehingga aktivitas

yang dilakukan menjad lebih beragam, jika ia banyak beraktivitas maka saat kembali

ke kamar ia sudah benar-benar lelah, sehingga tidurnya akan lebih berkualitas. Sesi

2, untuk mengatakan perasaan-perasaannya dan mendorong klien belajar

menanggung resiko atas keputusan menolak atau untuk mau bersosialisasi dan

berinteraksi engan lansia lainnya.. Sesi 3, CP berusaha meyakinkan klien untuk

mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Dalam fase

ini yang dilakukan adalah mengarahkan klien untuk mau bersosialisasi dan

Page 172: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

170

berinterkasi dengan lansia lainnya. Klien berhasil mengajarkan sesama lansia

membuat kerajinan bros berbahan kain. Sesi

4 hasil sesi sebelumnya memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya,

tindakannya, dan perasaannya, membantu klien mengatasi rasa rendah diri karena

belum menikah dan tidak bekerja lagi. Dan ia mendapatkan cara meningkatkan

semangat dengan mendengarkan music, dan diskusi dengan teman. CP, memuji klien

telah mampu mengingat setiap sesi kemudian CP melanjutkan bertanya bagaimana

keoptimisan klien bahwa masalahnya mampu diatasi, dari rentang 1 -10 dimana

paling buruk dan 10 skor terbaik, lalu dijawab klien diangka 6, lalu CP melanjutkan

bertanya apa saja yang dapat dilakukan klien yang apabila hal tersebut dilakukan

apa yang akan terjadi di diri klien? Klien menjawab santai saja menjalani dan

menikmati hidup disini.CP mengajak subyek untuk memikirkan tentang kehidupan,

dimana dengan bergaul bersama sesama lansia bisa mendapatkan keluarga, walaupun

keluarga sendiri sudah tidak ada lagi. Dengan adanya keakraban dengan sesama

panti beban yang terasa dihati menjadi berkurang karena saling berbagi dan

merasakan kehidupan dipanti.

Gambaran Hasil Sesi 5 :

Klien berkata akan terus mengusahakannya dan bersemangat mendengarkan apa

yang disarankan oleh CP serta berterimakasih atas semua sesi pertemuan yang sudah

dilaksanakan.

Page 173: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

171

PENERAPAN TERAPI KONSELING KETERAMPILAN HIDUP

A. Tinjauan Teoritis dan Metode Intervensi

1. Pengertian Konseling Keterampilan Hidup

Konseling keterampilan hidup dikembangkan oleh Richard Nelson Jonson

(dalam Palmer, 2011). Landasan filosofi konseling keterampilan hidup adalah

humanstik-eksisitensial. Konseling keterampilan hidup merupakan pendekatan

edukatif dengan berfokus pada perubahan pikiran dan tindakan, untuk mengasah

perasaan humanistik eksistensial dan member klien keterampilan yang dibutuhkan

agar lebih efektif sekarang dan di masa depan. Fokus utama konseling keterampilan

hidup lebih terkait dengan psikologis ketimbang biologis. Fokus utama kehidupan

psikologis adalah pikiran dan bukan jasmani. Oleh karena itu, tujuan utama

kehidupan psikologis adalah mencapai potensi manusia melampaui keberadaan

fisiknya dimana manusia mempunyai kapasitas unik karena memiliki kesadaran diri

dan pilihan.

Konseling keterampilan hidup juga membantu klien baik untuk mengelola

problem dan mengubah keterampilan prolematika yang mendasari problem yang

berkepanjangan. Pengelolaan problem atau model pemecahan problem itu

bermanfaat, Karen asering kali klien membutuhkan pertolongan untuk mengelola

atau memecahkan problem yang mendesak. Klien membutuhkan bantuan dalam

mengembangkan keterampilan hidup yang bias awet hingga masa depan dan tidak

hanya mengelola atau merencanakan problem-problem aktual yang spesifik.

Penerapan konseling keterampilan hidup yang elegan bertujuan untuk

mengembangkan pribadi yang terampil. Berikut ini, keterampilan hidup ilustratif

Page 174: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

172

yang dibutuhkan oleh orang yang terampil yang biasa disebut 5R, yaitu :

a. Responsif : keterampilan responsif mencakup kesadaran eksistensial, kesadaran

perasaan, kesadaran motivasi dari dalam, dan sensivitas pada kecemasan dan

perasaan bersalah.

b. Realisme : merujuk kepada keterampilan berpikir, self-talk yang meneguhkan dan

visualisasi.

c. Relasi : keterampilan berealisasi termasuk mengungkapkan, menyimak, merawat,

pertemanan, relasi seksual, penegasan, mengelola kemarahan dan memecahkan

problem relasi.

d. Aktivitas Rewarding : keterampilan aktivitas rewarding mencakup identifikasi

minat, keterampilan bekerja, keterampilan belajar, keterampilan emnggunkan

waktu luang, dan merawat keterampilan kesehatan fisik.

e. Righ-and-Wrong (benar dan salah) : keterampilan benar dan salah termasuk minat

sosial yang meliputi lingkungan terdekat seseorang dan kehidupannya.

2. Konseling Keterampilan Hidup DAISE

Teknik konseling kehidupan terstruktur menggunakan model lima tahap

DASIE. Tak hanya mengelola atau memecahkan problem namun juga untuk

memahami keterampilan problematik yang mendasari.

D = Develop (mengembangkan reaksi mengklarifkasi masalah)

A = Asses (menilai dan menyatakan kembali problem dalam istilah-istilah keterampilan)

S = State (menyatukan tujuan dan merencanakan intervensi)

I = Intervense (intervensi untuk mengembangkan keterampilan hidup) E =

Emphasize (menekankan tugas rumah dan akhir konseling)

Page 175: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

173

2. Langkah-langkah dalam Melakukan Intervensi

Dalam kasus ini langkah-langkah dalam memberikan intervensi dilakukan

dengan tapahan sebagai berikut :

a. Tahap 1

a. Membina hubungan baik sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi

klien, konselor banyak memberikan ucapan mendalami masalah, refleksi dan bila

perlu konfrontasi, agar klien mau mengungkapkan, mengklarifikasi serta

memahami masalahnya dengan benar dan mampu mengagendakan sebagian

masalah yang harus diselesaikan.

b. Tahap 2

Konselor bertugas menjembatani pengertian dan aktivitas terkait masalah

yang didasari kurangnya keterampilan yang dimiliki klien. Hal penting yang terkait

dengan keterampilan hidup dalam melakukan coping menghadapi masalah, untuk

memperoleh petunjuk, pemikiran,bagaimana menyampaikan pikirannya, dan

semua terkait keterampilan hidup klien yang perlu dibantu dikembangkan untuk

mengatasi masalah.

c. Tahap 3

Menentukan tujuan konseling yang sesuai keadaan yaitu mengatasi

masalah. Meningkatkan keterampilan hidup klien yang menghambat pemecahan

masalah yang dihadapi dengan latihan. Merencanakan intervensi yang komprensif,

mencakup masalahnya dan keterampilan hidupnya yang kurang sehingga dapat

diatasi secara terarah dan terpadu.

d. Tahap 4

Membantu klien mengatasi masalah agar lebih matang dan mandiri.

Mengembangkan keterampilan hidup agar lebih cekatan dalam menghadapi segala

Page 176: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

174

situasi kehidupan diri klien. Membantu klien agar lebih bebas dari masalah-

masalah well being dan terampil menghadapi kehidupannya

e. Tahap 5

Konselor terus menganjurkan agar klien dapat mengatasi sendiri segala

permasalahannya dan tidak tergantung pada konselor.

B. Rancangan Intervensi

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan dengan Konseling Keterampilan

Hidup dengan sasaran intervensi gejala utama dalam “sulit tidur, tidak ingin

bersosialisasi, kekecewaan dengan keluarga dan kurang bersemangat menjalankan

aktifitas”. Terapi ini diberikan untuk mengembalikan fungsi mental. Intervensi ini

dilakukan sebanyak 5 kali (jangka pendek).

C. Proses Intervensi

1. Intervensi pertama dilakukan pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 Observasi :

S menggunakan baju daster batik berwarna oranye, diawal perjumpaan wajah S

selalu terlihat tidak bersemangat dan terkesan muram. Masalah : Merasa sulit

tidur

Kesan : Terlihat lesu Intervensi

• Tujuan :

Subjek dapat menyampaiakan apa yang membuatnya sulit tidur

• Tindakan :

1) CP mempersilahkan subjek untuk duduk secara rileks dan mempersilahkan

subjek untuk menceritakan apa yang ingin diceritakan. Subjek menyampaikan

bahwa ia merasa sulit untuk tidur salah satunya karena gatal di punggung sudah

minta obat namun menurutnya petugas selalu lalai dalam memberikan pelayanan.

Page 177: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

175

Seperti misalnya ketika ia meminta obat untuk persiapan jika nanti mengalami

sakit kepala padA

malam hari, obat tersebut tidak akan langsung diberikan namun ditunda menjadi

keesokan harinya. CP mendengarkan cerita S dan menaruh empati serta

menjelaskan perawat lupa memberi obat dapat terjadi karena banyaknya WBS yang

perlu dilayani setiap hari. Hendaknya S memaklumi dan memaafkan kesalahan-

kesalahan kecil yang dilakukan oleh petugas. Ada baiknya ia meminta obat pada

saat petugas dalam keadaan tidak sibuk sehingga mereka tidak akan lupa untuk

segera memberikan obat tersebut. Lalu CP bertanya menurut subjek apakah ada

cara lain untuk bantu menghilangkan gatal tersebut? Sambil melihat ke TV ia

menjawab “mandi tapi aku malas karena capek kalau cuci baju setiap hari”. CP

bertanya kembali, apakah bajunya tidak di cuci dari panti? S menjawab tidak mau

dicucikan dari panti nanti bajunya hilang. Lalu CP kembali bertanya apakah baju

dapat dicuci 2 hari sekali? S menjawab dengan mengganguk.

Menutup sesi “Untuk sesi hari ini saya rasa sudah cukup, semoga kondisi nek S

bisa jauh lebih baik setelah ini. Dan kita akan bertemu disesi selanjutnya sesuai

dengan waktu yang disepakati. Terima kasih atas kesediaan nek S untuk mengikuti

sesi ini.”

2) Reaksi : Subjek terdiam sejenak terlihat menundukkan kepala merenungkan

seperti memikirkan apa yang disampaikan oleh CP kemudian melihat CP tersenyum

dan mengucapkan terima kasih kepada CP.

2. Intervensi kedua, Rabu 16 Oktober 2019

Observasi : Terlihat sedang menonton tv dengan baju rambut basah terurai seperti

habis keramas, masih menggunakan daster yang sama berwarna oranye, dengan

Page 178: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

176

sedikit robek dibawah bagian lengan. Seperti biasa subjek menyambut CP dengan

wajah yang biasa saja namun kali ini sudah sedikit tersenyum mempersilahkan CP

duduk disebelah sisi kirinya di tempat tidurnya.

Masalah : tidak ingin bersosialisasi

Kesan : Terlihat lesu

Intervensi

• Tujuan :

1) Dapat menyampaiakan apa yang membuat subjek tidak ingin bersosialisasi

• Tindakan :

3) 1) CP mempersilahkan subjek untuk duduk secara rileks dan

mempersilahkan subjek untuk menceritakan apa yang ingin diceritakan. Subjek

menceritakan tentang WBS lain terutama yang pernah terlibat konflik dengannya

selalu menceritakan keburukan dirinya. Oleh karena itu, ia tidak mau keluar dari

kamar karena hanya akan menimbulkan fitnah. Baginya lebih baik menghabiskan

waktu di kamar dari pada terlibat keributan dengan mereka. CP menaruh perhatian

terhadap cerita subyek dan menanyakan bagaimana ia tahu bahwa warga binaan

tersebut menceritakan keburukannya? Subyek menjawab bahwa ia juga yakin sekali

dengan hal itu.

CP mencoba memberikan pemahaman kepada subyek bahwa apa yang ada

dipikirannya belum tentu semua itu benar adanya. CP mengajak agar berpikir

positif terhadap orang lain, karena hal tersebut akan membantunya dalam menjalani

kehidupan di panti. CP berusaha memberikan pengertian tentang pentingnya

menjaga silaturahmi dengan Warga Binaan Sosial (WBS) yang ada di panti karena

mereka saat ini merupakan orang terdekat. Untuk itu perlu baginya keluar dari

kamar dan berinteraksi dengan Warga Binaan Sosial lainnya. CP mengajak subjek

Page 179: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

177

agar mau bergaul dengan teman- temannya di panti dengan ikut kegiatan

keterampilan.

Menutup sesi “Untuk sesi hari ini saya rasa sudah cukup, semoga kondisi nek S

bisa jauh lebih baik setelah ini. Dan kita akan bertemu disesi selanjutnya sesuai

dengan waktu yang disepakati. Terima kasih atas kesediaan nek S untuk mengikuti

sesi ini.”

4) Reaksi : Diawal terlihat tidak tertarik mendengarkan intervensi dari CP namun

perlahan subjek mulai memperhatikan dan terlihat menganggukkan kepala tertarik

dengan intervensi yang diberikan oleh CP. Subjek mengatakan akan mencoba

bersosialisasi dengan sesam WBS di wisma dan mengiyakan ajakan CP untuk

mengikuti kegiatan keterampilan. Subjek mengucapkan terima kasih kepada CP

sebelum intervensi diakhiri.

3. Intervensi Ketiga, Kamis, 17 Oktober 2019

Observasi : Terlihat sedang duduk dibangku panjang depan wisma Bougenville

dengan baju daster berwarna senada namun dominan warna kekuningan dan jilbab

berbahan kaos berwarna sama seperti sebelumnya. Kali ini tersenyum

mempersilahkan CP duduk disebelahnya. Kemudian CP mengajak untuk bersama

–sama ke ruang keterampilan sesuai apa yang telah disepakati kemarin.

Masalah : Kurang bersemangat menjalankan aktifitas

Kesan : Subjek terlihat mendengarkan intervensi CP dengan baik Intervensi

• Tujuan:

1) dapat menyampaiakan apa yang membuat subjek kurang bersemangat

menjalankan aktifitas

• Tindakan:

Page 180: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

178

CP dan subjek berada di ruang ketrampilan mengikuti acara pembuatan bros

berbahan kain, awalnya subjek hanya diam dan melihat tidak bergabung bersama

WBS lain yang membuat keterampilan. Kemudian CP duduk di sebelah subjek dan

bertanya mengapa subjek tidak bergabung, Ia menceritakan beberapa WBS punya

kebiasaan yang kurang sesuai dengannya. CP mengarahkan klien untuk menerima

keadaan rekan- rekannya. CP juga memberikan pengertian kepadanya jika setiap

orang memiliki perbedaan kebiasaan dan perilaku. CP mengajak subjek sambil

bicara juga membuat keterampilan dan disetujui olehnya kemudian CP bertanya

apa hobi dan harapannya” Subjek menjawab bahwa ia tidak punya hobi selain

ingin tetap berdagang dan tinggal sendiri di daerah sebelum ia masuk panti, Ia

menyebutkan sudah terimakasih ke panti karena membiayai operasi katarak tapi ia

tetap merasa tidak betah di panti dan ingin kembali ke rumah kontrakannya

melanjutkan berdagang. CP bertanya diman subjek berdagang dan menjual prodak

apa? Subjek menjawab berdagang keliling dan menjual batik, daster dan baju bekas.

CP menyemangati S dengan menyarankannya dengan cara mengisi kegiatan di

masa tuanya dengan kegiatan positif yang digemari.

Reaksi :Subjek menganggukkan kepala dan sesekali mengucapkan iya sebagai

persetujuan atas intervensi yang diberikan oleh CP. Subjek terlihat tersenyum

setelah proses intervensi selesai dilaksanakan.

4. Intervensi keempat, Jumat 18 Oktober 2019

Observasi :Terlihat sedang menonton tv dengan rambut terurai, ketika melihat CP

tersenyum dan menanyakan lebih dahulu apa kabar CP . Subjek menyampaikan ia

merasa bosan terus menerus berada di panti dan kurang bersemangat mengikuti

kegiatan yang tersedia di panti.

Masalah : Kecewaan dengan keluarga

Page 181: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

179

Kesan : Wajah subjek terlihat sedih ketika bercerita dengan CP

Intervensi

a. Tujuan :

1) dapat menyampaiakan apa yang membuat subjek kecewaan dengan

keluarga

b. Tindakan :

CP mendengarkan dengan empati, S merasa sedih karena di masa tua sering

dibayangi kesedihan jika mengingat dirinya yang hidup seorang diri, padahal ada

anak kandung dan ia juga membesarkan dua orang anak dari suami keduanya. CP

mendengarkan cerita S dan memberikan semangat kepadanya. CP menyampaikan

kepada S jika di panti saat ini tidak hidup seorang diri, ia juga memiliki teman-

teman yang senasib. CP menyemangati S dengan menyarankannya dengan cara

mengisi kegiatan di masa tuanya dengan kegiatan positif yang digemari seperti

kemarin membuat keterampilan dan apabila hasilnya baik dan banyak dapat di jual

kembali. Kemudian subjek dan CP kembali ke ruang keterampilan berrsama-sama

membuat kerajinan dompet kain. Di Akhir Intervensi, CP juga mengingatkan

kepada S agar selalu beribadah agar ia tidak merasa khawatir dengan masa tuanya

Reaksi : Pada awal intervensi terlihat tidak tertarik ketika CP menanyakan tentang

kegiatan sehari-hari di panti. Setelah diberikan intervensi, Ia terlihat menyetujui

dengan intervensi yang diberikan dan mengucapkan terima kasih kepada CP di

akhir intervensi

5. Intervensi Kelima, Sabtu, 19 Oktober 2019

Observasi : Terlihat sedang berdiri di depan pintu dan menyapa CP untuk

mengikuti senam pagi.

Kesan : terlihat bersemangat Intervensi

Page 182: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

180

• Tujuan :

1) Mengevaluasi terapi dan terminasi

• Tindakan :

“ Bagaimana kabar ibu pagi ini? Setelah beberapakali kita melakukan sesi

pertemuan apakah ada yang ibu rasakan” Subjek merasa ada perubahan. “Saya

merasa bisa tidur lebih nyenyak, sehingga badan saya merasa lelah seperti

biasanya, mungkin karena tidurnya lebih lama dan juga jadinya tidak terlalu

mudah tersulut marah. Tapi kalau sendirian saya masih suka melamun walaupun

tidak terlalu sering.” Kemudian melanjutkan dengan cerita bahwa tadi pagi petugas

menanyakan kondisi kesehatannya dan hal tersebut sangat membuatnya senang

karena merasa diperhatikan.Menjelaskan bahwa itu adalah bukti bahwa petugas

sangat memperhatikan dirinya. CP mengevaluasi hasil intervensi yang sudah

dilakukan.

2) Menutup sesi dan terminasi

“Untuk sesi kita akhiri disini ibu, apabila ada kekurngan dari saya, saya mohon

maaf dan semoga apa yang sudah kita lakukan bersama selama ini bisa membantu

ibu mengurangi hal-hal yang ibu anggap negative. Terima kasih banyak atas

perhatiannya, semoga ibu selalu sehat.”

Page 183: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

181

PENERAPAN TERAPI CLIENT CENTERED

B. Terapi Client Centered

1. Pengertian Client Centered

Menurut (Corey, 2013) terapi client centered berdasarkan suatu filsafat

manusia yang menekankan bahwa kita memiliki dorongan bawaan pada aktualisasi

diri. Selain itu Rogers (dalam Corey, 2013) memandang manusia secara

fenomenologis, yakni bahwa manusia menyusun dirinya sendiri menurut persepsi-

persepsinya tentang kenyataan. Orang termotivasi untuk mengaktualisasikan diri

dalam kenyataan yang dipersepsinya.

Teori Rogers (dalam Corey, 2013) mengatakan bahwa klien memiliki

kesanggupan untuk memahami faktor-faktor yang ada dalam hidupnya yang menjadi

penyebab ketidakbahagiaan. Klien juga memiliki kesanggupan untuk mengarahkan

diri dan melakukan perubahan pribadi yang konstruktif. Perubahan pribadi akan

timbul jika terapis yang selaras bisa membangun hubungan dengan kliennya, suatu

hubungan yang ditandai oleh kehangatan, penerimaan dan pengertian empatik yang

akurat.

Konseling terapeutik berlandaskan hubungan Aku-Kamu, atau hubungan

pribadi-ke-pribadi dalam keamanan dan penerimaan yang mendorong klien untuk

menanggalkan pertahanan-pertahanannya yang kaku serta menerima dan

mengintegrasikan aspek-aspek sistem dirinya yang sebelumnya diingkari atau

didistorsi.

Terapi client centered menitik beratkan hubungan pribadi antara klien dan

terapis; sikap-sikap terapis lebih penting daripada teknik-teknik, pengetahuan atau

teori. Jika terapis menunjukkan dan mengomunikasikan kepada kliennya bahwa

Page 184: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

182

terapis adalah pribadi yang selaras, secara hangat dan tak bersyarat menerima

perasaan-perasaan dan kepribadian klien dan mampu mempersepsi secara peka dan

tepat dunia internal klien sebagaimana klien mempersepsi dunia internalnya itu,

maka klien bisa menggunakan hubungan terapeutik untuk melancarkan pertumbuhan

dan menjadi pribadi yang dipilihnya.

2. Tujuan Terapeutik

Tujuan dasar terapi client centered adalah menciptakan iklim yang kondusif

bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh.

Rogers (dalam Corey, 2013) menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak ke arah

menjadi bertambah teraktualkan sebagai berikut:

1) Keterbukaan pada pengalaman

Keterbukaan pada pengalaman perlu memandang kenyataan tanpa

mengubah bentuknya supaya sesuai dengan struktur diri yang tersusun lebih

dulu. Dengan kata lain adalah orang memiliki kesadaran atas diri sendiri pada

saat sekarang dan kesanggupan mengalami dirinya dengan cara-cara baru.

2) Kepercayaan terhadap organisme sendiri

Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa

percaya terhadap diri sendiri, dengan meningkatnya keterbukaan klien pada

pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan klien kepada dirinya

sendiri pun mulai timbul.

3) Tempat evaluasi internal

Tempat evaluasi internal yang berkaitan dengan kepercayaan diri, berarti

lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-

masalah keberadaannya. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan

Page 185: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

183

melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan

pilihan-pilihan bagi hidupnya.

4) Kesediaan untuk menjadi suatu proses

Ketika klien menjalani terapi untuk mencari sejenis formula untuk

membangun keadaan berhasil dan berbahagia (hasil akhir), mereka menjadi

sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses pyang berkesinambungan.

Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi dan

kepercayaan serta membuka diri bagi pengalaman baru dan revisi alih-alih

menjadi wujud yang membeku.

3. Langkah-langkah dalam Melakukan Intervensi

Dalam proses konseling ada tiga tahapan, yaitu :

a. Tahap mendifinisikan masalah (tahap awal)

Tahap ini terjadi saat konseli menemui konselor hingga berjalan proses

konseli sampai konselor dan konseli menemukan definisi masalah konseli

atas dasar isu, kepedulian atau masalah konsel. Adapun proses konseli tahap

awal dilakukan konselor sebagai berikut :

1. Membangun hubungan konseli yang melibatkan konseli

2. Memperjelas dan mendifinisikan masalah

3. Membuat penaksiran dan penjajakan

4. Menegosiasikan kontrak (perjanjian).

b. Tahap dan fase kerja dengan definisi masalah (tahap pertengahan)

Berangkat dari definisi masalah konseli yang disepakati pada tahap awal,

kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada penjajahan masalah konseli,

dan bantuan apa yang diberikan berdasarkan penilaian kembali apa yang

telah di jelajah tentang masalah konseli.

Page 186: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

184

c. Tahap keputusan untuk berbuat (action) disebut juga tahap akhir

Pada tahap akhir konseli ditantai dengan beberapa hal yaitu :

1. Menurunnya kecemasan konseli, hal ini diketahui setelah konselor

menanyakan keadaan kecemasannya

2. Adanya perubahan perilaku konseli kearah yang lebih positif, sehat dan

dinamik

3. Terjadinya perubahan pada sikap yang lebih positif

B. Rancangan Intervensi

Untuk melakukan intervensi dilaksanakan menggunakan Client Centered

Therapy dengan sasaran gejala utama S dalam mengatasi cemas dan gelisah, sulit

tidur, menutup diri, pikiran negative Intervensi ini dilakukan sebanyak 5 kali

(jangka pendek), dengan rancangan intervensi seperti di bawah ini.

C. Proses Intervensi

1.1.Tahap Awal

Intervensi pertama dilakukan pada hari Selasa, 21 agustus 2018

Tujuan : Membangun hubungan terepeutik

Tempat : Di rumah subyek

Observasi : Saat CP datang subyek berada dirumahnya seorang diri sudah

berpakaian rapi dengan menggunakan baju long dress bewarna

hijau dipadupadakan dengan jilbab bergo warna hitam, menyapa

CP dan mempersilahkan masuk sambil mengatakan bahwa

penghuni rumah nya yaitu suami dan anak-anaknya sedang tidak

Page 187: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

185

ada dirumah. Sambil tersenyum tipis mempersilahkan CP masuk

dan mengobrol di ruang tamu.

Pelaksanaan :

a. Tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan

membina rapport guna membuka peluang untuk encounter.

b. Mendefinisikan dan memperjelas masalah yang muncul

Melalui teknik Client Centered, subyek diminta untuk menceritakan apa yang

sedang ia rasakan pada saat ini dan apakah ada kejadian yang sedang di

hadapinya, kemudian mendiskusikan mengapa kejadian tersebut membuatnya

cemas dan gelisah sehingga mempengaruhi nya dalam berfikir positif dan

membuatnya sulit tidur.

Subyek menceritakan apa yang sedang ia rasakan saat ini, ia pun

menceritakan bahwa ia sedang memikirkan kondisi ibu dan kakak yang sedang

berselisih paham. Kakaknya memilih untuk tidak lagi tinggal bersama ibunya,

hal ini membuatnya mengkhawatirkan kondisi ibunya yang sering sakit-sakitan

dan merasa bersalah tidak bisa mengurus ibunya sehingga keadaan tersebut

membuat subyek sering cemas dan gelisah.

c. Membuat kontak terapi

Setelah bina rapport dan mengetahui permasalahan klien, dan

merancang bantuan yang bisa diberikan pada subyek. Terapis menjelaskan

peraturan dalam pelaksanaan terapi realitas kepada klien, meliputi :

5) Waktu pertemuan yang akan dilaksanakan 5 sesi.

6) Tugas terapis sebagai rekan untuk membantu memperjelas dan

mengidentifikasi masalah yang timbul, mengidentifikasi kegagalan

Page 188: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

186

dan identifikasi keberhasilan kemudian merumuskan tindakan-

tindakan apa saja untuk mencapai identifikasi keberhasilan.

7) Jika klien berhasil melewati masing-masing sesi sesuai tujuan maka

klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya

8) Perlu kerjasama yang baik antara terapis dan klien dalam seluruh

proses psikoterapi.

“Baiklah S, kita telah sepakat akan melakukan terapi ini untuk

masalah yang sekarang sedang kamu hadapi dengan kesepakatan

yang sudah kita buat.

Kesimpulan

Subyek mulai memahami bahwa gejala fisik yang muncul pada dirinya adalah akibat

dari dirinya yang terlalu memikirkan permasalahan yang dihadapinya dan

mengkhawatirkannya.

1.2.Tahap Pertengahan

1. Intervensi kedua dilakukan pada hari Sabtu, 25 Agustus 2018

Tujuan : Melakukan keterbukaan pada pengalaman dan kepercayaan

terhadap organisme sendiri sebagai tujuan dari Client Centered

therapy

Tempat : Di rumah subyek

Observasi : Pada sesi ini subyek cukup kooperatif dalam mengikuti sesi

intervensi dan dapat mengikuti sampai akhir sesi. Subyek

menggunakan baju lengan panjang setengan badan dipadukan

Page 189: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

187

dengan rok panjang berbahan dasar kain serta jilbab bergo

warna ungu.

Pelaksanaan :

a. CP menjelaskan mengenai fungsi dari keterbukaan pada pengalaman

b. CP meminta subyek untuk bisa terbuka terhadap pengalaman yang telah

dilaluinya

c. CP membantu subyek dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri

CP menjelaskan kepada subyek agar dirinya melakukan keterbukaan pada

pengalaman agar ia lebih bisa menerima pemahaman-pemahaman yang baru agar ia

tidak menjadi individu yang terlalu kaku. Kemudian membantunya untuk yakin

dengan dirinya sendiri terhadap putusan-putusannya agar tidak selalu merasa cemas

dan gelisah karena terlalu mengkhawatirkan sesuatu hal negatif akan menimpa

dirinya.

Kesimpulan :

Subyek mulai menerima bahwa bahwa kenyataan yang akan dialaminya bisa

saja di luar pemikiran diri sendiri, ia pun mulai yakin dengan segala keputusan yang

akan ia ambil.

2. Intervensi ketiga dilakukan pada hari Selasa, 28 Agustus 2018

Tujuan :Menjadikan diri sebagai tempat evaluasi

Tempat : Di rumah subyek

Observasi : Saat CP datang subyek berada di dapur sedang menyelesaikan

pekerjaan rumah yang belum selesai, mempersilahkan masuk

Page 190: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

188

dan meminta CP untuk menunggunya sebentar. Subyek

menggunakan baju long dress berwarna kuning dengan

kerudung coklat.

Pelaksanaan :

a. CP menjelaskan bahwa segala keputusan dan tindakan yang dilakukan ada

pilihan dari diri sendiri

b. CP mengajak subyek berdiskusi untuk mengevaluasi apakah peristiwa-

peristiwa yang ada harus dihadapi dengan rasa khawatir yang berlebih yang

menyebabkan selalu cemas dan gelisah.

CP menjelaskan kepada subyek bahwa segala keputusan dan tindakan yang

dilakukannya atas dasar dirinya sendiri. Sehingga ia sudah mengetahui apa yang akan

terjadi tanpa ada rasa cemas dan gelisah yang berlebihan. Kemudian ia diminta untuk

menceritakan permasalahannya yang selama ini menjadi penyebab rasa cemasnya

lalu meminta ia untuk menyatakan apakah peristiwa tersebut harus dihadapi dengan

rasa khawatir yang berlebihan sehingga menyebabkan nya gelisah.

Kesimpulan :

Subyek mulai menemukan insight bahwa tidak semua permasalahan yang ada

harus dihadapi dengan stress dan cemas yang berlebihan.

3. Intervensi keempat dilakukan pada hari Kamis, 30 Agustus 2018

Tujuan : Membantu memahami siapa dirinya yang sebenarnya.

Tempat : Di rumah subyek

Page 191: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

189

Observasi : Pada sesi ini subyek dapat mengikuti dengan baik sampai sesi

berakhir, subyek sempat memperkenalkan anaknya pada CP

dengan tersenyum bangga. Subyek menggunakan baju

setengah badan bewarna merah dipadukan dengan rok hitam

berbahan dasar kain dan jilbab bergo warna merah. Subyek

meminta kepada CP untuk mengobrol di dalam kamarnya saja

karena merasa kurang nyaman nanti anaknya mendengar.

Pelaksanaan :

Berdiskusi untuk menyadari bahwa dirinya juga memiliki kelemahan

sehingga ia tidak bisa menangani semua permasalahan atau peristiwa sendiri. CP

berdiskusi dengan subyek untuk menyadari bahwa dirinya adalah seorang wanita

yang sudah menjadi istri dan ibu sehingga apa saja keputusannya dapat di diskusikan

terlebih dahulu.

Kesimpulan :

Subyek mulai menyadari bahwa dirinya juga memiliki kelemahan yang tidak bisa

selalu ia tutupi

4. Tahap Akhir

Intervensi kelima dilakukan pada hari Jumat 31 Agustus 2018

Tujuan : Melakukan follow up terhadap pelaksanaan intervensi yang

telah dilakukan serta merencanakan perilaku apa saja yang

akan dilakukan untuk mengalihkan rasa cemas yang

berlebihan.

Page 192: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

190

Tempat : Di rumah subyek

Observasi : Saat CP datang subyek menyapa dengan senyuman lepas dan

mempersilahkan CP untuk masuk serta duduk di ruang tamu.

Pada sesi ini subyek mulai terlihat lebih baik. menggunakan

baju longdress berwarna hitam dan jilbab bergo bewarna

cream.

Pelaksanaan :

CP menanyakan bagaimana perasaan yang ia rasakan setelah mengikuti proses

intervensi psikologi. Kemudian menanyakan kepada subyek apakah rencana yang

akan ia lakukan jika dihadapkan berbagai permasalahan.

Kesimpulan :

Subyek sudah bisa menentukan bahwa tidak semua permasalahan harus di

khawatirkan secara berlebihan yang menyebabkan selalu cemas dan gelisah dan sulit

untuk berpikir positif sehingga ia sering mengalami sulit tidur dan menutup diri. Ia

sudah menemukan bagaimana jika nanti dihadapkan pada situasi yang sama, dengan

menemukan insight bahwa dirinya juga mempunya kelemahan dan tidak bisa

memecahkan masalah seorang diri dan membutuhkan orang lain yaitu dengan

melakaukan keterbukaan pada keluarga untuk memecahkan permasalahan nya.

Page 193: INTERVENSIrepository.upi-yai.ac.id/2654/1/File... · 2021. 2. 15. · Perilaku abnormal merupakan hasil dari belajar yang salah. Untuk . 2 menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari

191

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Assosiation. 2000, Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder, Fourt edition, Washington DC

Chaplin, J.P. (1968). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Corey, G. 1991.Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi edisi ke empat.

Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove. California.

Erford, B. T. 2015. 40 Teknik yang harus diketahui setiap konselor edisi kedua edisi

kedua. Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Garry Martin Joseph Pear, Modifikasi Perilaku Makna dan Penerapannya

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015) hal 766-767

Hall, C. S., Lindzey, G. L. 1993. Teori-teori sifat dan behavioristik. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta.

Hidayati, E. R., Pratiwi, A., dan Aliya, R. 2017. Penatalaksanaan Okupasi Terapi

dalam Aktivitas Menggunakan Beha dengan Konsep Bobath pada Pasien

Stroke Hemiparesis Sinistra di Klinik Sasana Husada. Okupasi Terapi

Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Jawa Barat.

.

Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia. 2008. SPPK: Standar

pelayanan psikologi klinis. Jakarta. .

Martin, G., Pear, J. 2003. Behavior modification what is it and how to do it. Prentice

Hall. New Jersey.

Ni Ketut Suarni, Gede.A (2014) Efektivitas Konseling Gestalt Dengan Teknik

Kursi Kosong Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Dalam Menghadapi

Proses Pembelajaran Pada Siswa Kelas Viii Smp Laboratorium Undiksha

Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014, e-journal Undiksa Jurusan

Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014

Retno, A, Astrini (2018) Efektivitas Brief Dialectical Behavior Therapy Untuk

Menurunkan Suicidal Ideation Pada Wanita Tunawisma Di Uptd

Lingkungan Pondok Sosial Keputih Surabaya Tesis Fakultas Psikologi

Universitas Airlangga Surabaya, 2018 http://repository.unair.ac.id/id

Retha. A, (2012) Terapi Kognitif-Perilaku Untuk Menangani Depresi Pada Lanjut

Usia, Tesis - Fakultas Psikologi Program Magister Profesi Psikologi Klinis

Dewasa, Universitas Indonesia

Setiawan. H, (2016) Penerapan Terapi Kognitif-Perilaku Dan Terapi Asertif Terhadap

Klien Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Akut Rumah Sakit Jiwa Karya

Ilmiah Fakultas Ilmu Keperawatan Program Pendidikan Ners Spesialis

Keperawatan Jiwa, Universitas Indonesia