Top Banner
PEMAHAMAN HADIS TENTANG MEMBASUH JILATAN ANJING PERSPEKTIF FATWA SUARA MUHAMMADIYAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Salwa Nurbaya 1113034000141 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M
134

Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

Aug 14, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

PEMAHAMAN HADIS TENTANG MEMBASUH JILATAN ANJING

PERSPEKTIF FATWA SUARA MUHAMMADIYAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Salwa Nurbaya

1113034000141

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

PEMAHAMAN IIADIS TENTAi\G MEMBASUH JILATAN ANJINGPERSPEKTIF' F'ATWA SUARA MUHAMMADIYAII

Skripsi t

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar sarjana agama (S.Ag)

01Ch:

Salwa Nurbava

NIM:1113034000141

Pembimbing

Dro ⅣIuhamnlad Zuhdi Zainio Ⅳl.AgNIP:196508172000031001

PROGRAⅣISTUDIILMU AL… QUR`AN DAN TAFSIRFAKULTAS USIIILUDDINIINIVERSITAS NEGEIItI

SYARIF Ll■りAYATULLAⅡJAKARTA

1441H/2019M

Page 3: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan AnjingPerspellif Fatwa suara Muhammadiyah" telah diujikan dalam sidangmunaqasyah Fakultas ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 26Desember 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Sarjana Agama (s.Ag) pada program studi Ilmu Al-Qur'andan Tafsir.

Ciputat, 26 Desembet 2019

Sidang Munaqasyah,

Kctua Mcrangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

]厠NIP:1971021719顔3031002

Fahrizal Mahdin LC.Ⅳ IIRKHNIP:198208162015031004

Anggota,

Penguji II

Abdul Hakim Wahid.S.Httls y.A.

NコP:197804242015031001

Pembiinbing

Dro Muhammad Zuhdi Zaini.M.A負NIP:196508172000031001

1 196009021987031001

Page 4: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

Namat

NIM

LEⅣIBAR PERNYATAAN

Yallg bcrtandatangan di bawah inil

:Sal、va Nllrbaya

:1113034000141

Dengan ini menyatakan bahrva skripsi yang berjudul "PEMAHAMAN

HADIS TENTANG MEMBASUH .IILATAN ANJING PERSFEKTIF

FATWA SUARA MUHAMMADIYAH" adalah benar merupakan karya

sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam pen),Llsunannya. Adapun

krrtipan yang ada dalam pen),usunan karya ini telah saya cantumkan sumber

kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses semestinya sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian

atau keseluruhan merupakan plagiat karya orang lain.

Demikian pemyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta,09 Dcscmbcr 2019

Pcncliti

Salwa Nurbaya

ll13034000141

Page 5: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

i

ABSTRAK

Salwa Nurbaya,

Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspektif

Fatwa Suara Muhammadiyah.

Mengikuti zaman modern segala sesuatu diciptakan untuk

mempermudah kehidupan para milenial. Dewasa ini, umat islam tidak

memperhatikan kebersihan dalam memelihara anjing sebagaimana telah

disebutkan dalam hadits. Bahwa apabila anggota badan kita terkena

jilatan anjing maka harus dibasuh tujuh kali dan satu kali menggunakan

tanah tetapi jika penulis perhatikan mereka tidak mengikuti aturan yang

sudah ditetapkan dalam hadis yaitu membasuh kurang dari tujuh kali dan

tanah diganti menjadi sabun dengan alasan bahwa sabun lebih higienis

daripada tanah. Karena itu, penulis tertarik mengkaji hadis tentang jilatan

anjing dalam bejana khususnya hadis riwayat al-Da>ruquthni> yang

berkaitan langsung dengan masalah diatas.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara analisis-

deskriptif, baik dengan field research (lapangan) yaitu penulis

mengumpulkan data serta informasi tentang hadis-hadis dalam Fatwa yang

dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyyah dengan

melakukan wawancara, maupun library research (kepustakaan), yakni

menggunakan sumber-sumber data dari bahan-bahan tertulis dalam bentuk

buku, kitab dan lain-lain yang relevan dengan topik pembahasan.

Hasil dari penelitian ini adalah Ditinjau dari segi kualitas, hadis

“Jilatan Anjing dalam Bejana” yang diriwayatkan oleh Sunan al-

Da>ruqutni> adalah Hadis D}aif, yaitu hadis d}aif, yaitu hadis yang tidak

terkumpul sifat-sifat hadis hasan, disebabkan hilangnya satu syarat atau

lebih. hadis ini tidak dapat dijadikan hujjah karna mengandung syaz }

(bertentangan dengan periwayat yang lebih tsiqah) dan tidak dapat

terangkat statusnya meskipun ada hadis pendukung yang semakna, hadis

pendukung yang semakna itu adalah hadis mauquf (sesuatu yang

disandarkan kepada sahabat baik itu perkataan, perbuatan, maupun taqrir)

yang tidak dapat dijadikan hujjah. Sementara dilihat dari kajian matan,

mencuci bejana bekas jilatan anjing sebanyak jumlah tertentu dan mencuci

dengan menggunakan tanah bukan sebuah kewajiban, dan juga bukan

perbuatan yang disunnahkan berdasarkan kajian mendalam yang

dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.

Kata Kunci: Jilatan Anjing, Hadis, Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah

Page 6: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

ii

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur atas nikmat yang

Allah berikan dan kehadiratnya Allah SWT. Yang memberikan nikmat

sehat jasmani maupun rohani serta hidayah dan inayah-Nya sehingga

penulis dapat menyeleseikan penyusunan skripsi ini dengan judul “HADIS

TENTANG MEMBASUH JILATAN ANJING PERSPEKTIF FATWA

SUARA MUHAMMADIYAH.” S}alawat serta salam tak lupa juga penulis

junjungkan kepada baginda Nabi Muhammad s.a,w. serta kepada keluarga

dan para sahabat aamin allahumma aamiin.

Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

ujian munaqasyah guna memperoleh gelar Sarjana Agama Jurusan Ilmu

al-Qur’an dan Tafir ( IQTAF) di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini tentu masih jauh dengan kesempurnaan dan masih

banyak kekurangan, baik dari tekhnik penyusunan dan kosakata yang

tertulis, maupun dari isi pembahasan yang ada dalam skripsi ini. Untuk itu

kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan kesempurnaan dalam skripsi ini.

Page 7: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

iii

Dalam penyeleseian skripsi ini, penulis banyak memperoleh

bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu,dengan penuh rasa

hormat penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

kesempatan untuk belajar dan menuntut ilmu pada Program

Sarjana Jurusan Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ( IQTAF) di

Fakultas Ushuluddin.

2. Dr,Yusuf Rahman , M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, MA selaku ketua Jurusan di Fakultas

Ushuluudin pada bidang al-Qur’an dan Tafsir ( IQTAF) yang telah

membantu dan memberi saya kesempatan dalam penyusunan

Skripsi.

4. Fahrizal Mahdi, LC,MIRKH selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-

Qur’an dan Tafsir (IQTAF) yang sudah membantu dalam prosedur

Skripsi.

5. Kholik Ramdan Mahesa selaku yang membantu Sekertaris Jurusan

banyak meluangkan( IQTAF ) yang sudah banyak membantu

untuk proses awal pembuatan surat untuk para Dosen yang

bersangkutan judul dan sampai selesei skripsi penulis.

Page 8: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

iv

6. M. Anwar Syariffudin, S.Ag, MA selaku Dosen Penasehat

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak

memberi saya pengetahuan bagaiman menentukan kata-kata yang

benar dalam penulisan skripsi serta judul yang bagus.

7. Maulana, MA selaku Dosen penguji proposal yang senantiasa

sabar memberi arahan serta pertanyaan-pertanyaan dalam

menentukan judul yang baik untuk proses lanjutan penulisan

skripsi.

8. Dr. Muhammad Zuhdi Zaini, M. Ag selaku Dosen Pembimbing

yang selalu saya lontarkan dengan banyak dan berbagai pertanyaan

dalam penulisan skripsi ini hingga selesainya bimbingan skripsi

dengan beliau hingga saya dapat melanjutkan sidang dengan

penguji skripsi berikutnya.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

Nama para dosen yang saya hormati dengan tulus memberikan

ilmu pengetahuan serta wawasan yang luas mengenai segala aspek

keilmuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

10. Teruntuk Papa dan Mama tersayang, kakak-kakakku Heri

Darmawan, Linda Pusnawati, Neneng Nita Sundarti dan kakak

iparku Fuad Anwar dan Ai Nurlaela yang tak henti-hentinya

Page 9: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

v

memberi nasehat dan semangat kepada penulis, supaya menjadi

manusia yang bermanfaat dan sukses dunia akhirat, selalu

mendoakan penulis dalam shalat sepertiga malam, tak ada kata

yang pantas penulis ucapkan selain mendoakan kalian semua,

semoga Allah mengampuni segala dosa dan menyayangi kalian

semua, sebagaimana kalian semua menyayangi penulis di waktu

kecil. Amin.

11. Teruntuk teman-teman Ciwi Ketjeh yaitu Meida Kartika, Nafi

Aisyah, Aula Dzakiyyah, Nurul Fajriah, Hilma Rahmatia, Ilda

Nuris Safitri. Dan teman-teman seperjuangan dipenghujung

semester yaitu Omarwati, Lia Lianti, Fildzah Nida, Andini Nabila,

Farij Hamdillah, teman lama yang sudah membantu penulis

mengerjakan skripsi Zaim Najibbudin Rahman dan teman spesial

yang sudah menemani selama 9 tahun Ahmad Faiz yang juga

Penulis sangat berterimakasih telah mendukung dan memotivasi

penulis dalam penyusunan skripsi.

12. Teruntuk Teman-Teman penulis yang banyak memberi semangat

serta motivasi agar penulis tidak malas dalam penyusunan skripsi.

13. Seluruh pihak yang telah membantu proses kuliah penulis dan

proses skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu

Page 10: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

vi

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam pelaksanaan skripsi ini.

Untuk itu, penulis menerima segala saran dan kritikan demi perbaikan dan

kemajuan penelitian dimasa mendatang. Terima kasih

Page 11: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

vii

DAFTAR ISI

COVER SKRIPSI

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7

D. Kajian Pustaka ................................................................................. 8

E. Metode Penelitian ......................................................................... 10

1. Jenis Penelitian .................................................................. 10

2. Sumber Data ...................................................................... 11

3. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 11

4. Analisis Data ..................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 12

BAB II MANHAJ TARJIH MUHAMMADIYAH

A. Manhaj Tarjih Muhammadiyyah .................................................. 13

B. Unsur-Unsur Tarjih ....................................................................... 15

C. Visi dan Misi Majelis Tarjikh Muhammadiyah ............................ 23

D. Metode-Metode Ijtihad Manhaj Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah

....................................................................................................... 24

Page 12: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

viii

BAB III OTENTISITAS DAN PEMAHAMAN HADIS

MEMBERSIHKAN JILATAN ANJING KURANG TUJUH KALI

DAN TIDAK MENGGUNAKAN TANAH

A. Otentisitas Hadis Jilatan Anjing ................................................... 43

B. Takhrij Hadis ................................................................................. 43

C. Analisis Sanad Hadis ..................................................................... 49

D. Kesimpulan (Natijah) ................................................................... 54

E. Perspektif Para Muhadissin ........................................................... 55

F. Perspektif Para Mufassir ................................................................ 63

G. Perspektif Para Fuqoha .................................................................. 69

BAB IV PEMAHAMAN HADIS JILATAN ANJING DALAM

PERSPEKTIF FATWA SUARA MUHAMMADIYAH

A. Fatwa-Fatwa Suara Muhammadiyah ............................................ 77

B. Pemahaman Hadis ......................................................................... 84

C. Pendekatan Burhani > : Mengganti Tanah Dengan Sabun dalam

Membersihkan Jilatan Anjing ........................................................ 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 99

B. Saran-saran .................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 103

LAMPIRAN

Page 13: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini

berpedoman pada hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan

Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak ا

dilambangkan

Ba B Be ب

Ta T Te ت

Ṡa ṡ Es (dengan ث

titik di atas)

Jim J Je ج

Ḥa ḥ Ha (dengan ح

titik di bawah)

Kha Kh ka dan ha خ

Dal D De د

Żal ż Zet (dengan ذ

titik di atas)

Ra R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy es dan ye ش

Ṣad ṣ es (dengan ص

titik di bawah)

Ḍad ḍ de (dengan ض

titik di bawah)

Ṭa ṭ ط

te (dengan titik

di bawah)

Page 14: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

x

Ẓa ẓ zet dengan ظ

titik di bawah)

ain ‘ koma terbalik‘ ع

(di atas)

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Ki ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

ـه Ha H Ha

Hamzah ' Apostrof ء

Ya Y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk

vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dhammah U U

Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ي Fathah dan

ya

Ai a dan i

Page 15: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

xi

و Fathah dan

wau

Au a dan u

Contoh:

kaifa- ك ي ف

ل haula- ه و

3. Vokal Panjang/ Maddah

Ketentuan alih aksara vocal panjang (maddah), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Harakat

dan huruf

Nama Huruf dan

tanda

Nama

ا ي... Fathah dan

alif atau ya

Ā a dan garis

di atas

ي ى Kasrah dan

ya

Ī I dan garis

di atas

Dhammah ى و

dan wau

Ū u dan garis

di atas

Contoh:

ال ق -qāla

ىم ر -ramā

ل ي ق -qīla

Page 16: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

xii

4. Ta’ Marbūṭah

Transliterasi untuk Ta’ Marbūṭah ada dua:

a. Ta’ Marbūṭah hidup

Ta’ Marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan

ḍommah, transliterasinya adalah “t”.

b. Ta’ Marbūṭah mati

Ta’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya

adalah “h”.

c. kalau pada kata terkahir dengan Ta’ Marbūṭah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu

terpisah maka Ta’ Marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

No Kata Arab Alih Aksara

ف ال 1 ة األ ط ض و rauḍah al-aṭfāl ر

ل ة 2 ين ة الف اض د al-madīnah al-fāḍilah الم

ة 3 م ك al-ḥikmah الح

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

بن ا rabbanā- ر

ل nazzala- ن ز

Page 17: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

xiii

al-birr- الب ر

ج al-ḥajj– الح

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh

huruf kasrah ( ـى ـــــــــــــــ ), maka ia ditransliterasi seperti huruf

maddah (ī). Contoh:

Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)‘ : عل ى

ب ى Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)‘ : ع ر

6. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال. Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang

ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika dia diikuti oleh huruf

syamsiyah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi

huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata

yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-),

Contohnya:

ل ج al-rajulu- الر

al-sayyidu- السي د

ش al-syamsu- الشم

ل م الق -al-qalamu

Page 18: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

xiv

ي ع al-badĭ’u- أل ب د

ال ل al-jalālu- ال ج

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (') hanya berlaku

bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah

terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia

berupa alif. Contohnya:

ن و ر ta'murūna : ت أ م

ء 'al-nau : النو

syai'un : ش ي ئ

ت ر umirtu : أ م

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah

atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah

atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan

bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa

Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya

kata Al-Qur’an (dari al-Qur'ān), sunnah, khusus, dan umum. Namun bila

kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka

mereka harus ditransliterasi secara utuh. contoh:

Kata Arab Alih Aksara

آن ال ل الق ر Fī Ẓilāl al-Qur'ān ف ي ظ

ي ن Al-Sunnah qabl al-tadwīn الس نة ق ب ل الت د و

م الل ف ظ ال و ة ب ع م با ر الع

ص السب ب ص و ب خ

Al-‘ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi

khuṣūṣ al-sabab

Page 19: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

xv

9. Lafẓ al-jalālah (هللا)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf

lainnya atau berkedudukan sebagai mudāf ilaih (frasa nominal),

transliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:

ي ن هللا dīnullāh : د

billāh : ب ا هللا

Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-

jalālah, ditransliterasi dengan huruf (t). Contoh :

ة هللا م ح hum fī rahmatillāh : ه م ف ي ر

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps),

dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang

penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia

yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menulis

huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada

permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,

bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka

huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).

Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi

yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks

maupun dalam catatan rujukan (CK,DP,CDK, dan DR). Contoh:

Page 20: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

xvi

Kata Arab Alih aksara

ل س و د إ ال ر م ح ا م م Wa mā Muḥammadun illā rasūl- و

ي ب ع ل لناس ل لذ ض ل ب ي ت و ب كة إ ن أ و

كا با ر م

-Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi

bi Bakkata mubārakan

ان الذي ض م ر ر ل ف ي ه الق ر ش ه آن أ ن ز -Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh

al-Qur'an

ي س ي ن الط و ي ر الد Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī- ن ص

اب ي ر الف ر Abū Naṣr al-Farābī- أ ب و ن ص

ال ي Al-Gazālī- الغ ز

ن الد ال ل ن ق ذ م Al-Munqiż min al-Ḍalāl- الم

Page 21: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Najis Mugallaz}ah merupakan kategori najis berat yang mana

anjing disamaratakan dengan babi yang para ulama sepakat bahwa apapun

yang bersangkutan dengan babi itu haram dan najis. Akan tetapi dalam

beberapa riwayat, ayat Al-Qur'an dan pendapat para ulama menyebutkan

bahwa anjing tidak najis atas alasan tertentu.

ع ن ث د ح ن ع جهر ع ل انهع ادهن يالز هبهأ ن ع ك الهم ن ع ف س و ي ن ب للاهد ب اي بهأ

اءهن إهي فهب ل ك ال ب رهش اذ إهال ق م ل س و ههي ل ع ىللا ل ص للاهل و س ر ن أ ال ق ة ر ي ر ه

اع ب س ه ل سهغ ي ل ف م ك دهح أ

“Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf

dari Mâlik dari Abu Al-Zina>d dari Al-A'raj dari Abu Hurairah

berkata, "Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: "Jika anjing

menjilat bejana seorang dari kalian, maka hendaklah ia cuci

hingga tujuh kali.”1

Berdasarkan hadits ini, Imam Syafi'I menganggap bahwa anjing

adalah binatang yang najis, sebab kenajisannya maka Rasul

memerintahkan untuk mencuci bekas jilatannya hingga tujuh kali yang

mana hal ini menunjukkan bahwa najis anjing adalah najis yang berat.

Karena hal itu, Imam Syafi'I yang dikenal sangat berhati-hati dalam

mementapkan suatu hukum, maka memilih untuk menetapkan hukum

memelihara anjing untuk keperluan apapun adalah haram.2

1 Abu> ‘Abdullah Muhammad bin Ismâil al-Bukha>ri, al-Jami’ al-S}ahih

(selanjutnya disebut S}ahih al-Bukha>ri), (Beirut: Da>r al-Fikr, tt.) kitab al-Taha>rah no. 167. 2Nur Aslihah, Skripsi : "Pemeliharaan Anjing Dalam Perspektif Hadis" (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), 1.

Page 22: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

2

ل أ حه اذ ا م أ ل ون ك حهي س اره و ال ج ن مه ت م ل م ع ا م و الط ي هب ات ل ك م ل أ حه ق ل م ل ه

ه للا م وااس اذ ك ر و ل ي ك م ع ن س ك اأ م م ف ك ل وامه للا ك م ل م اع م مه ون ه ن ت ع ل هم ل هبهين ك م

س ال حه يع س ره للا إهن ات ق واللا و ل ي هه (4ابه)ع Artinya : Mereka menanyakan kepadamu "Apakah yang

dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang

baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang

telah kamu latih dengan melatihnya untuk berburu; kamu

mengajarkannya menurut apa yang telah diajarkan oleh Allah

kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu.

Dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu

melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya

Allah maha cepat hisab-Nya.3

Menurut Imam Ma>liki dengan dalil ayat Al-Qur'an diatas anjing

sebagai hewan yang najis dan beliau justru lebih longgar dalam

menetapkan hukum dan mengatakan bahwa memelihara anjing untuk

keperluan mengamankan rumah hukumnya adalah mubah. Maka apabila

terkena jilatan atau tetesan air liurya maka wajib dibersihkan sesuai

syari’at Nabi.4

Namun, mengikuti zaman modern segala sesuatu diciptakan untuk

mempermudah kehidupan para milenial. Dewasa ini, umat islam tidak

memperhatikan kebersihan dalam memelihara anjing seperti yang telah

disebutkan hadits diatas. Bahwa apabila seekor anjing atau anggota badan

kita terkena jilatan anjing maka harus dibasuh tujuh kali dan satu kali

menggunakan tanah tetapi jika penulis perhatikan mereka tidak mengikuti

aturan yang sudah ditetapkan dalam hadis yaitu hanya membasuh satu kali

dan tanah diganti menjadi sabun dengan alasan bahwa sabun lebih higienis

daripada tanah.

3Q.S Al-Ma>'idah [5]: 4. 4Nur Aslihah, Skripsi : "Pemeliharaan Anjing Dalam Perspektif Hadis" (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), 1.

Page 23: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

3

Menurut Fatwa Tajih hadis-hadis tentang perintah mencuci bejana

dari jilatan anjing bisa diklasifikasikan ke dalam empat kategori.

Kategori pertama adalah hadis-hadis yang mencantumkan perintah

mencuci bejana sebanyak tujuh kali, tanpa diiringi perintah menggunakan

tanah pada salah satunya. Hadis-hadis tersebut adalah sebagai berikut:

هص .1 للا س ول ر إهن ة ق ال ي ر أ بهىه ر مق ال ل س و ههي ل ع ىللا ل ع ن ب إهذ اش ره

اللفظ و مسلم و البخاري ]رواه س ب ع ا. ل ه ف ل ي غ سه ك م ده أ ح إهن اءه فهى ال ك ل ب

للبخاري[

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata:

Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila anjing minum dari

bejana salah seorang di antara kamu sekalian, hendaklah ia mencucinya

sebanyak tujuh kali.” [HR. al-Bukha>ri dan Muslim dengan lafal milik al-

Bukha>ri]

2. ب :إهذ اش ره صلىللاعليهوسلمق ال للاه ل س و ر أ ن ة ي ر أ بهيه ر ع ن

.]رواهمالك[ ات ر م س ب ع ل ه ف ل ي غ سه ك م ده أ ح فهيإهن اءه ا لك ل ب

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah

saw bersabda: Apabila anjing minum dari bejana salah seorang di

antara kamu sekalian, hendaklah ia mencucinya sebanyak tujuh

kali.” [HR. Ma>lik]

ه.3 للا س ول ر ق ال ة ي ر أ بهىه ر ع ن ك م ده أ ح إهن اءه صلىللاعليهوسلمه ه ور

.]رواه ات ر م س ب ع ل ه ي غ سه أ ن فهيهه ال ك ل ب ل غ مسلم[إهذ او

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw

bersabda: Sucinya bejana salah seorang di antara kamu sekalian jika

dijilati anjing adalah dengan mencucinya sebanyak tujuh kali.” [HR.

Muslim]

4 هصلىللاعليهوسلم. للا س ول ر ق ال ة ق ال ي ر أ بهىه ر ع ن ال ك ل ب ل غ إهذ او

.]رواه ار ر مه س ب ع ل ه ل ي غ سه ث م ق ه ف ل ي ره ك م ده أ ح مسلم[فهىإهن اءه

Page 24: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

4

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah

saw bersaba: Apabila anjing menjilati bejana salah seorang di

antara kamu sekalian, maka siramlah dengan air dan cucilah

sebanyak tujuh kali.” [HR. Muslim]

ال ك .5 ل غ إهذ او الن بهىه صلىللاعليهوسلمق ال ع نه ة ي ر أ بهىه ر فهىع ن ل ب

.]رواهاحمد[ ات ر م س ب ع ل ه سه ف اغ ن اءه اإله

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau

bersabda: Apabila anjing menjilati bejana, maka cucilah sebanyak

tujuh kali.” [HR. Ahmad]

Kategori kedua adalah hadis yang di dalamnya terdapat redaksi

perintah mencuci sebanyak tujuh kali dengan salah satunya menggunakan

tanah. Hadisnya adalah sebagai berikut:

ق ال .1 ق ال ة ي ر أ بهىه ر ع ن إهن اءه صلىللاعليهوسلمه ه ور ه للا س ول ر

ابه. بهالتر أ وال ه ن ات ر م س ب ع ل ه ي غ سه أ ن ال ك ل ب فهيهه ل غ و إهذ ا ك م ده ]رواهأ ح

مسلم[

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah

saw bersabda: Bersihnya bejana salah seorang dari kamu sekalian

apabila dijilati oleh anjing adalah dengan ia mencucinya sebanyak

tujuh kali, salah satu (cuciannya) menggunakan tanah.” [HR.

Muslim]

إهذ ا.2 هصلىللاعليهوسلمق ال للا الن بهى ة أ ن ي ر أ بهىه ر ع ن ال ك ل ب ل غ و

ابه.]رواهأبوداود[ بهالتر الس ابهع ة ات ر م س ب ع ل وه سه ف اغ ن اءه فهىاإله

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah

saw bersabda: Apabila anjing menjilati bejana cucilah sebanyak

tujuh kali, cucian ke tujuh dengan tanah.” [HR Abu > Da>ud]

Page 25: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

5

Kategori ketiga adalah hadis yang di dalamnya terdapat perintah

mencuci bejana sebanyak delapan kali, cucian yang terakhir menggunakan

tanah. Hadisnya adalah sebagai berikut:

ر .1 :ق ال غ ف له ال م اب نه اع نه ل غ صلىللاعليهوسلمإهذ او ه للا س ول ل ك ل ب

ابه.]روا فهيالتر ن ة الث امه وه ع فه ر ،و ات ر م س ب ع ل وه سه ف اغ ن اءه همسلم[فهياإله

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Mughaffal, Rasulullah saw

bersabda: Apabila anjing menjilati bejana, maka cucilah sebanyak

tujuh kali, dan gunakanlah tanah di cucian ke delapan.” [HR.

Muslim]

Kategori keempat adalah hadis yang perintah mencuci bejana kurang

dari tujuh kali dan tidak menggunakan tanah. Hadis tersebut adalah:

1. ي غ س ل " : ل م س و ل ي هه ع ل ىللا ص ه للا ل س و ر ق ال : ق ال ة ي ر أ بهيه ر ع ن

ال ك ل به غه ل و و ن ن ا ءمه ه س ب عا .]رواهالدارقطني[اإل سا ،أ و م خ ثا ،أ و ث ل

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah

saw bersabda: Bejana dicuci dari jilatan anjing sebanyak tiga kali

atau lima kali atau tujuh kali.” [HR. ad-Da>ruquthni>]

2. ث ث ل ل ه ا غسه ق ه ،ث م ره ف أ ه ن اءه ه فهياإل ال ك ل ب ل غ :إهذ او ق ال ة ي ر أ بهيه ر ع ن

.]رواهالدارقطني[ ات ر م

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:

Apabila anjing menjilati bejana, maka tumpahkanlah, kemudian

cucilah sebanyak tiga kali.” [HR. ad-Da>ruquthni>]5

5 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Fatwa Tarjih:

Sabun bisa Hilangkan Najis Jilatan Anjing ?. (disidangkan pada hari Jum’at, 25 Syakban

1431 H / 6 Agustus 2010), http://www.suaramuhammadiy ah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-

sabun-bisa-hilangkan-najis-jilatan-anjing/8/

Page 26: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

6

Dalam kategori hadis-hadis diatas hadis dalam kategori keempat yang

mendapat banyak sorotan, dan juga telah terjadi kontradiksi antar hadis

satu dengan yang lain.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan diatas, penting

kiranya bagi penulis untuk menjadikannya suatu karya ilmiah berupa

skripsi dengan judul :

"HADIS TENTANG MEMBASUH JILATAN ANJING

PERSPEKTIF FATWA SUARA MUHAMMADIYAH"

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas

menghasilkan perbedaan dalam menentukan sikap dalam membasuh

jilatan anjing. Pemahaman boleh atau tidaknya mengganti tanah dengan

sabun menjadi meluas yang kemudian menjadi suatu permasalahan di

masyarakat. Di sini lah penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai

berikut :

a. Najis Mugallaz}ah merupakan kategori najis berat yang mana anjing

disamaratakan dengan babi yang para ulama sepakat bahwa apapun

yang bersangkutan dengan babi itu haram dan najis. Akan tetapi

dalam beberapa riwayat, ayat Al-Qur'an dan pendapat para ulama

menyebutkan bahwa anjing tidak najis atas alasan tertentu.

b. Mengikuti zaman modern segala sesuatu diciptakan untuk

mempermudah kehidupan para milenial. Dewasa ini, umat islam tidak

memperhatikan kebersihan dalam memelihara anjing seperti yang

telah disebutkan hadits diatas. Bahwa apabila seekor anjing atau

anggota badan kita terkena jilatan anjing maka harus dibasuh tujuh

Page 27: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

7

kali dan satu kali menggunakan tanah tetapi jika penulis perhatikan

mereka tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan dalam hadis

yaitu hanya membasuh satu kali dan tanah diganti menjadi sabun

dengan alasan bahwa sabun lebih higienis daripada tanah

c. Menurut Fatwa Tarjih hadis-hadis tentang perintah mencuci bejana

dari jilatan anjing bisa diklasifikasikan ke dalam keempat kategori.

Diantara kategori tersebut, terjadi kontradiksi antara satu hadis

dengan yang lain, yakni tentang hadis perintah mencuci bejana kurang

dari tujuh kali dan tidak menggunakan tanah. Hadis ini dimuat dalam

kategori keempat.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan beberapa identifikasi yang telah penulis ungkap

sebelumnya, penulis mengarahkan penelitian ini agar sesuai dengan

masalah yang dicari dan tidak terjadi kekeliruan dalam memahami hadis

yang akan dibahas, penulis membatasi masalah ini hanya dalam kajian

study memahami hadis cara membasuh jilatan anjing dengan

memfokuskan satu perawi yang meriwayatkan hadis yang berbeda yaitu

hadis riwayat ad-Da>ruth Quthni > dalam kategori keempat.

3. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas, penulis hanya mengambil dua

rumusan masalah yang menjadi inti pembahasan, yaitu :

1. Bagaimana otentisitis hadis jilatan anjing ?

2. Bagaimana kandungan makna hadis tentang jilatan anjing ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana sikap jika ingin membasuh jilatan

anjing.

Page 28: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

8

b. Untuk menjelaskan beberapa perbedaan dalam memahami hadis

membasuh jilatan anjing.

c. Untuk mendapatkan pemahaman yang tepat secara metodik dalam

memahami hadis.

d. Untuk mengetahui bagaimana memahami hadits tentang jilatan anjing

menurut persfektif fatwa suaras Muhammadiyah.

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana

program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Pembaca mengetahui kondisi sosial dan sebab munculnya hadis

membasuh jilatan anjing dengan air 7 kali salah satunya dengan

tanah.

c. Sebagai bahan untuk menambah wawasan pemikiran penulis.

d. Sebagai bahan rujukan tambahan bagi seseorang yang memelihara

anjing dan bagaimana bersikap jika terkena jilatan anjing.

D. Kajian Pustaka

Data yang penulis gunakan ialah berupa kajian kepustakaan dan

lapangan. Kemudian melakukan wawancara dengan perwakilan dari

Majelis Tarjih Muhammadiyah.

Selanjutnya, setelah melakukan pencarian yang intensif di

perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, khususnya tentang kajian pustaka

yang berfokus membahas tentang anjing, penulis menemukan skripsi

yang membahas tentang "Analisis Pendapat Imam Malik Terhadap Jual-

Beli Anjing". Oleh Annisa Tulfiada, 2012. Skripsi yang ditulis olehnya

membahas tentang jual beli anjing menurut analisis Imam maliki, skripsi

Page 29: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

9

ini berbeda pembahasan dengan yang saya kaji, dimana saya membahas

hukum jilatan anjing menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.

Skripsi Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017 karya Nur Aslihah Mansur

yang berjudul "Pemeliharaan Anjing Dalam Perspektif Hadis". Dalam

skripsi ini mengetahui bagaimana kualitas hadis yang berhubungan

dengan pemeliharaan anjing dan mengetahui bagaimana pemahaman serta

penyelesaian tentang hadis pemeliharaan anjing. Pembahasan dalam

skripsi ini bersifat umum, sementara penelitian yang penulis lakukan

lebih spesifik pada Fatwa Tarjih dan Tajdid Muhammadiyyah.

Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid yang diterbitkan dalam website

Suara Muhammadiyah yang disidangkan pada hari Jum’at, 25 Syakban

1431 H / 6 Agustus 2010. Dalam fatwa ini menjelaskan tentang boleh-

tidaknya mengganti tanah dengan sabun, yang akan menjadi landasan

penting dalam skripsi ini.

Setelah mengkaji karya-karya penelitian diatas, penulis belum

menemukan skripsi yang membahas tentang jilatan anjing, dan sejauh

mana dampak yang ditimbulkan jika terkena najis jilatan anjing.

Berdasarkan pertimbangan ini, pembahasan ini masih layak untuk dikaji

dan diharapkan pula bagi peneliti-peneliti selanjutnya unuk terus

melanjutkan penelitian ini, supaya khazanah ilmu pengetahuan yang ada

semakin berkembang dan maju.

Page 30: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

10

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif jenis penelitian analisis deskriptif, untuk langkah-

langkahnya Yaitu:

1. Jenis Penelitian

Di dalam skripsi ini, penulis menggunakan dua peneitian yang

dijadikan sebagai sumber data yaitu lapangan (Field Research) penulis

mengumpulkan data serta informasi tentang hadis-hadis dalam Fatwa yang

dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyyah dengan

melakukan wawancara. Adapun kepustakaan (Library Research), dengan

menggunakan sumber-sumber data dari bahan-bahan tertulis dalam bentuk

buku, kitab dan lain-lain yang relevan dengan topik pembahasan. dimana

semua datanya dikumpulkan dari berbagai sumber dokumentasi. Tahap

awal penelitian mengumpulkan berbagai sumber yang berasal dari kitab-

kitab hadis dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Sumber-sumber

tersebut kemudian diolah dan diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan

yaitu tentang jilatan anjing.

2. Sumber Data

Data yang penulis gunakan bersumber dari hasil kepustakaan dan

lapangan, yaitu menggunakan kitab Sunan ad-Da>ruthquthni> sebagai

sumber primer adapun sumber sekunder yang penulis gunakan yaitu 3

kitab hadis seperti (Sahih Bukha>ri, Sahih Muslim, dan Sunan Abu> Da>ud).

Dan buku-buku, ataupun tulisan ilmiah yang dapat mendukung penelitian

skripsi ini. Adapun lapangan adalah melakukan wawancara dengan

perwakilan dari Majelis Tarjih dan Tajdid selaku yang mengeluarkan

fatwa tersebut.

Page 31: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

11

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini adalah mengumpulkan hadis-hadis

tentang jilatan anjing dalam kitab-kitab hadis, cara pengumpulannya

dengan Takhrij Hadis yaitu mencari akar kata, yang dimaksud akar kata

adalah kata yang terdapat pada matan hadis. Metode pencarian ini

mengambil hadis-hadis yang dimuat dalam website resmi PP

Muhammadiyah (Suara Muhammdiyah).

4. Analisis Data

Setelah data terkumpul penulis akan menganalisis data tersebut

sehingga penelitian ini dapat terlaksana secara rasional, sistematis, dan

terarah. Penelitian ini menggunakan metode analisis sanad dan matan

Adapun teknik operasional penelitian ini meliputi sebagai berikut :

1. Melakukan penelitian sanad (kritik sanad) dari data yang

diperoleh, untuk kemudian menentukan kedudukan hadis.

2. Melakukan penelitian matan yaitu mengkaji makna teks hadis

tersebut, dan secara kontekstual mengumpulkan informasi

tentang makna yang dimaksud dari teks hadis tersebut yang

menunjuk kepada metode memahami hadis dan

mempertimbangkan latar belakang serta tujuannya. Sumber-

sumber yang digunakan adalah otoritatif seperti al-Qur’an,

Hadis, Syarh Hadis, dan karya-karya yang terkait dengan

perbincangan seputar tema ini.

3. Teknik penulisan

Teknik penulisan skripsi ini menggunakan Pedoman Transliterasi Arab

Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987

dan Nomor: 0543b/U/1987

Page 32: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

12

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan tersebut dimaksudkan sebagai gambaran yang

akan menjadi pokok bahasan dalam penulisan skripsi, sehingga dapat

memudahkan dalam memahami dan mencerna masalah-masalah yang

akan dibahas. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB I, merupakan pendahuluan berisi uraian secara global, kemudian

dirinci ke dalam bab yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II, merupakan uraian tentang sejarah Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyyah beserta metode-metode penelitian yang sering

digunakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.

BAB III, merupakan penjelasan sekitar kualitas hadis tentang jilatan

anjing terutama pada proses pengumpulan hadis (Takhrij) serta

menguraikan persfektif para ulama dimulai dari muhadissin, mufassir, dan

fuqoha.

BAB IV, melakukan penjelasan kepada pemahaman hadis dalam

presfektif fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, pemahaman

hadis dilihat dari latar belakang terjadinya dan petunjuk hadis yang saling

bertentangan, serta pengaplikasian metode pendekatan burhani pada hadis

tentang jilatan anjing yang mana melahirkan pemahaman tekstual terhadap

hadis tentang jilatan anjing.

BAB V, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan seluruh

uraian yang telah dikemukakan atas permasalahan yang diteliti, kemudian

disertai dengan saran-saran.

Page 33: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

13

BAB II

MANHAJ TARJIH MUHAMMADIYAH

A. Manhaj Tarjih Muhammadiyyah

Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan pembaruan sosial

yang berbasis nilai-nilai keagamaan Islam. Muhammadiyah sendiri

mendefinisikan dirinya sebagai “Gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf

nahi munkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah,

(serta) berasas Islam.”1 Sebagai demikian, muhammadiyah tentu terlibat

dalam pengkajian penafsiran, dan penerapan ajaran agama Islam itu

sendiri. Untuk tujuan tersebut didalam persyarikatan ini diadakan suatu

majelis khusus yang bertugas melaksanakan tanggung jawab dimaksud,

yang sekarang dinamakan Majelis Tarjih dan Tajdid yang terdapat pada

setiap level organisasi sejak tingkat pusat dan cabang.2

Dalam melaksanakan pengkajian dan penafsiran ajaran agama

tentu ada prinsip dan metode tertentu yang dipegangi. Prinsip dan

metode tersebut disebut manhaj tarjih.3

a. Arti Tarjih

Menurut bahasa, kata “tarjih” berasal dari “rajjaha”. Rajjaha

berarti memberi pertimbangan lebih dari pada yang lain. Menurut istilah,

para ulama berbeda-beda dalam memberikan perumusan tarjih ini.

1 Anggaran Dasar Muhammadiyah, Tahun 2005, Pasal 4 ayat (1) dan Berita

Resmi Muhammadiyah, edisi khusus, No. 1/2005 (Rajab 1426 H/September 2005 M).

11. 2 Majelis Tarjih Muhammadiyah didirikan pertama kali tahun 1928 sebagai

buah dari Keputusan Kongres Muhammadiyah ke-16 di Pekalongan tahun 1927.

Kelembagaan Majelis Tarjih lengkap dengan susunan pengurus dan Qaidah Majelis

Tarjih disahkan dalam Kongres Muhammadiyah ke-17 di Jogjakarta tahun 1928 dengan

ketua pertamanya KH. Mas Mansur (w.1365/1946). Pada tahun 1995 sampai dengan

tahun 2005, Majelis ini disebut Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam.

Pada periode 2005 hingga sekarang lembaga ini diberi nama Majelis Tarjih dan Tajdid. 3 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah (Yogyakarta: Panitia

Musyawarah Nasional Tarjih Muhammadiyah XXX, 2018), 5-6.

Page 34: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

14

Sebagian besar ulama Hanafiyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah,

memberikan rumusan bahwa tarjih itu perbuatan mujtahid, sehingga

dalam kitab Kasyf-u ‘I-Asar disebutkan, bawa tarjih itu adalah :

ل ع ج ت ة ر ب ت ع م ة ي ز م ن م ه ي اف م ل ن ي ض ار ع م ال ن ي ق ي ر الط د ح أ د اه ت ج ال م ي د ق ت

ن م ىل و أ ل م ع ال ر خ ال

“Usaha yang dilakukan oleh Mujtahid untuk

mengemukakan satu diantara dua jalan yang bertentangan,

kecuali adanya kelebihan yang nyata untuk dilakukan tarjih itu.”

Dalam penjelasan kitab tersebut dikatakan bahwa mujtahid yang

mengemukakan satu dari dua dalil itu lebih kuat dari yang lainnya.

Frasa “manhaj tarjih” secara harfiah berarti cara melakukan

tarjih. Sebagai sebuah istilah, manhaj tarjih lebih dari sekedar cara

bertarjih. Istilah tarjih sendiri sebenarnya berasal dari disiplin ilmu Ushul

Fiqih. Dalam ilmu ushul fiqih, tarjih berarti melakukan penilaian

terhadap dalil-dalil syar’i secara zahir tampak saling bertentangan atau

evaluasi terhadap pendapat-pendapat fiqih untuk menentukan mana

yang lebih kuat. Ar-Ra>zi> mendefinisikan tarjih dalam ushul fiqih sebagai

:”menguatkan salah satu dalil atas yang lain sehingga diketahui mana

yang kuat, lalu diamalkan yang lebih kuat itu dan tinggalkan yang tidak

kuat.” Definisi Ar-Ra>zi> ini menjelaskan dua hal pokok tentang

pengertian tarjih, yaitu:

a. Bahwa tarjih itu adalah perbuatan mujtahid dan bukan sifat dari

suatu dalil.

b. Bahwa obyek tarjih adalah dalil-dalil yang tampak saling

bertentangan untuk diambil yang lebih kuat.4

Barangkali akan lebih sempurna kalau kita tambahkan pengertian

yang menyebutkan adanya pertentangan dua dalil itu dalam kualifikasi

4 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 6-7.

Page 35: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

15

yang sama, seperti yang dikemukakan oleh ustadz Ali Hasballah, dengan

rumusan :

ب ىل و أ ه ل ع ج ي ف ص و ب ن ي ل اث م ت م ال ن ي ل ي ل الد د ح أ از ي ت ام ر اه ظ ا ن م ار ب ت ع ال

ر خ لا

“Menampakkan kelebihan salah satu dari dua dalil yang

sama dengan sesuatu yang menjadikannya lebih utama dari yang

lain dalam ungkapan atau penggunaannya.”5

B. Unsur-Unsur Tarjih

Ketentuan ulama ushul menetapkan, bahwa tarjih akan terpenuhi

dengan adanya unsur-unsur: Pertama, adanya dua dalil. Kedua, adanya

sesuatu yang menjadikan salah satu dalil itu lebih utama dari yang lain.

Sedangkan untuk dua dalil itu diisyaratkan:

a. Bersamaan martabatnya.

b. Bersamaan kekuatannya.

c. Keduanya menetapkan hukum yang sama dalam satu waktu.

Mengenai sesuatu yang menjadikan salah satu dalil itu lebih

utama dari yang lain, dijabarkan oleh ulama ushul secara panjang lebar

dan mendetail. Sebagai acuan dapat dilihat uraian Imam al-Ghazali>

dalam kitabnya “Al-Mustasyfa” atau uraian al-Amidi dalam kitabnya

“Al-Ihkam fi Ushul-i ‘l-Ahkam”.

Al-‘Iraqi memberikan keterangan sesuatu yang dapat dijadikan

dasar untuk mentarjih itu sampai 110 macam.

Pada permulaan abad 20 umat Islam Indonesia menyaksikan

munculnya gerakan pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang

pada esensinya dapat dipandang sebagai salah satu mata rantai dari

serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang telah dimulai sejak dari

5Asjumuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah (Metodologi dan

Aplikasi) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 3-4.

Page 36: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

16

Ibnu Taimiyyah di Siria, diteruskan Muhammad ‘Ibnu ‘Abdul Wahab di

Saudi Arabia dan kemudian Jamaluddin al-‘Afghani bersama muridnya

Muhammad ‘Abduh dimesir. Munculnya gerakan pembaharuan

pemahaman agama itu merupakan sebuah fenomena yang menandai

proses Islamisasi yang terus berlangsung. Dengan proses Islamisasi yang

terus berlangsung –Meminjam konsep Nakamura- dimaksudkan suatu

proses dimana sejumlah besar orang islam memandang keadaan agama

yang ada, termasuk diri mereka sendiri, sebagai belum memuaskan.

Karenanya langkah perbaikan diusahakan untuk memahami kembali

tentang Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka

anggap sebagai standard Islam yang benar.6

Peningkatan agama seperti itu tidak hanya merupakan pikiran-

pikiran abstrak tetapi diungkapkan secara nyata dalam bnetuk organisasi-

organisasi yang bekerja secara terprogram. Salah satu organisasi itu di

indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad

Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18

November 1912. KH. Ahmad Dahlan yang semasa kecilnya bernama

Muhammad Darwis dilahirkan di Yogyakarta tahun 1968 atau 1969 dari

ayah KH. Abu Bakar, Imam dan Khatib Masjid Besar Kauman, dan Ibu

yang bernama Siti Aminah binti KH. Ibrahim penghulu besar di

Yogyakart. KH. Ahmad Dahlan kemudian mewarisi pekerjaan ayahnya

menjadi khatib masjid besar di Kauman. Disinilah ia melihat praktek-

praktek agama yang tidak memuaskan di kalangan abdi dalem keraton,

sehingga membangkitkan sikap kritisnya untuk memperbaiki keadaan.7

6Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Sejarah,” Diakses, 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah. html 7 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Sejarah,” Diakses, 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah. html

Page 37: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

17

Persyarikatan Muhammadiyah pada mulanya didirikan oleh KH.

Ahmad Dahlan bersifat lokal, tujuannya terbatas pada penyebaran agama

dikalangan penduduk Yogyakarta. Pasal dua Anggaran Dasarnya yang

asli berbunyi (dengan ejaan baru), maka perhimpunan itu maksudnya:

a. Menyebarkan pengarjaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Sallahu

‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residentie

Yogyakarta.

b. Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya8

Berkat kepribadian dan kemampuan Dahlan memimpin

organisasinya, maka dalam waktu singkat organisasi itu mengalami

perkembangan pesat sehingga tidak lagi dibatasi pada residensi

Yogyakarta, melainkan meluas ke seluruh jawa dan menjelang tahun

1930 telah masuk ke pulau-pulau luar jawa.9

Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah

pembaharuan (Tajdid) pemahaman agama. Adapun yang dimaksud

dengan pembaharuan oleh Muhammadiyah ialah yang seperti

dikemukakan oleh M. Djindar Tamimy: Maksud dari kata-kata “Tajdid”

(Bahasa Arab) yang artinya pembaharuan adalah mengenai dua segi,

ialah dipandang menurut sasarannya:

1. Pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada keasliannya atau

kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal

prinsip perjuangan yang sifatnya tetap atau tidak berubah-ubah.

2. Pembaharuan dalam arti modernisasi. Ialah bila tajdid itu sasarannya

mengenai masalah seperti: metode sistem, teknik strategi, taktik

8 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses, 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html 9 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html

Page 38: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

18

perjuangan, dan lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-

ubah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruang dan waktu.10

Tajdid dalam kedua artinya itu sesungguhnya merupakan watak

daripada ajaran islam itu sendiri dalam perjuangannya. Disimpulkan

bahwa pembaharuan itu tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan

tetapi juga memurnikan, membersihkan yang bukan ajaran.11

Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan

menegakkan agama islam ditengah-tengah masyarakat, sehingga

terwujud masyarakat islam sebenar-benarnya. Islam sebagai agama

terakhir tidaklah memisahkan masalah rohnai dan persoalan Dunia, tetapi

mencakup kedua segi ini. Sehingga Islam yang memancar ke dalam

berbagai aspek kehidupan tetaplah merupakan satu kesatuan.

Pembaharuan Islam sebagai satu kesatuan inilah yang ditampilkan

muhammadiyah itu sendiri. Sehingga dalam perkembangan sekarang ini

Muhammadiyah menampakan diri sebagai pengembangan dari pemikiran

perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh KH. Ahmad Dahlan

sebagai karya amal shaleh.12

Usaha pembaharuan Muhmmadiyah secara ringkas dapat dibagi

ke dalam tiga bidang garapan, yaitu: bidang keagamaan, pendidikan, dan

kemasyarakatan. Akan tetapi pada sub-bab ini penulis hanya menjelaskan

bagian bidang keagamaan saja :

a. Bidang keagamaan

Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali

ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu,

10 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html 11 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses, 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html 12 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html

Page 39: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

19

lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar

tersebut kurang jelas tampak tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran

tambahan lain.13

Diatas telah dijabarkan bahwa yang dimaksud pembaharuan

dalam bidang keagamaan adalah memurnikan dan mengembalikan

kepada keasliannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan agam baik

menyangkut aqidah (keimanan) ataupun ritual (ibadah) haruslah sesuai

dengan yang aslinya yaitu sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam

al-Qur’an dan dituntun oleh Nabi Muhammad SAW dalam sunah-

sunahnya.14

Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya

aqidah islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah

dan khufarat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran

islam, sedang dalam ibadah Muhammadiyah berkerja untuk tegaknya

ibadah tersebut sebagaimana yang dituntukan Rasulullah SAW tanpa

tambahan dan perubahan dari manusia.15

Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang disebut al-Qur’an

dan Hadis, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam

tambahan yang datang kemudian dalam agama. Di indonesia keadaan ini

terasa sekali, bahwa keadaan keagamaan yang nampak adalah serapan

dari berbagai unsur kebudayaan yang ada.16

Majelis Tarjih didirikan atas dasar keputusan kongres

Muhammadiyyah ke- XVI di pekalongan pada tahun 1927 yang pada

13 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses 24

Oktober, 2017 http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html 14Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses 24

Oktober, 2017 http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html 15 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html 16 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html

Page 40: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

20

saat itu K.H. Ibrahim (1878-1934) masih menjabat sebagai Pimpinan

Pusat Muhammadiyah dan atas usul dari K.H. Mas Mansyur, seorang

tokoh ulama Muhammadiyah yang bersal dari Surabaya.

Pada kongres tersebut diusulkan bahwa Muhammadiyah perlu

memiliki sebuah lembaga yang menangani persoalan-persoalan hukum

agama. Melalui lembaga ini diharapkan persoalan tersebut bisa dihadapi

khususnya oleh warga muhammadiyah. Sehingga warga Muhammadiyah

tidak terpecah belah dalam mengamalkan ajaran islam, khususnya

masalah yang terkait dengan masalah khilafiyah.

Fungsi dari majelis ini adalah mengeluarkan fatwa atau

memastikan hukum tentang masalah-masalah tertentu, menghidupkan

tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai

gerakan pembaharuan yang kritis-dinamis dalam kehidupan masyarakat

dan proaktif dalam menjalankan problem dan tantangan perkembangan

sosial budaya dan kehidupan pada umunya sehingga Islam selalu

menjadi sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial di tengah kehidpan

masyarakat, bangsa dan negara yang sangat kompleks.17

Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 5/PP/1971

menetapkan Qaidah Lajnah Tarjih. Dalam pasal 2 disebutkan bahwa

tugas dari Majlis Muhammadiyah adalah:

a. Menyelidiki dan memahami ilmu agama islam untuk memperoleh

kemurniannya.

b. Menyusun tuntunan akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah

duniawiyah.

c. Memberi fatwa dan nasihat, baik atas permintaan maupun Tarjih

sendiri yang memandang perlu.

17 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Sejarah,” Diakses 24

Oktober, 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-sejarah. html

Page 41: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

21

d. Menyalurkan perbedaan pendapat/faham dalam bidamg keagamaan

kearah yang lebih maslahat.

e. Mempertinggi mutu ulama.

f. Hal-hal dalam bidang keagamaan yang diserahkan oleh Pimpinan

Pusat.

Masalah itu tidak perlu semata-mata terletak pada bidang agama

dalam arti sempit, tetapi mungkin juga terletak pada masalah yang dalam

arti biasa tidak terletak dalam bidang agama, tetapi pendapat apapun juga

haruslah dengan sendirinya didasarkan atas syari’ah yaitu al-Qu’an dan

Hadis yang dalam proses pengambilan hukumnya didasarkan pada ilmu

ushul fiqh. Majelis ini berusaha untuk mengembalikan suatu persoalan

kepada sumbernya yaitu al-Qur’an dan al-Hadis, baik masalah itu semula

sudah ada hukumnya dan berjalan dimasyarakat tetapi masih

dipertikaikan dikalangan umat islam, ataupun yang merupakan masalah-

masalah baru, yang sejak semula memang belum ada ketentuan

hukumnya, seperti masalah keluarga berencana, bayi tabung, bank dan

lain-lain.

b. Tokoh-Tokoh yang berpengaruh dalam Majelis Tarjih

Muhammadiyah

Setelah usul K.H. Mas Mansyur diterima secar aklamasi oleh

peserta kongres tentang Majelis Tarjih, maka untuk melengkapi

kepengurusan dari Majelis Tarjih, yang kemudian segera dibentuk

panitia. Panitia perumus ini beranggota tujuh orang ulama

Muhammadiyah yang bertugas membuat rancangan qaidah dan

membentuk susunan pengurus Majelis Tarjih Pusat.

Adapun susunan panitia perumus adalah sebagai berikut :

Page 42: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

22

1. K.H. Mas Mansyur, Surabaya18

2. A. R. Sutan Mansyur, Maninjau19

3. H. Muchtar, Yogyakarta.

4. H. A. Mukti, Kudus

5. Kartosudharmo, Jakarta

6. M. Kusni, dan

7. M. Junus Anis, Yogyakarta.

Setelah panitia selesai merumuskan kemudian hasilnya dibawa

kedalam kongres Muhammadiyah ke 17 tahun 1923 di Yogyakarta, dan

dalam kongres tersebut sekaligus disahkan tentang Qaidah Majelis

Tarjih. Adapun susunan pengurus Majelis Tarjih Pusat yang pertama

adalah sebagai berikut:

1. K.H. Mas Mansyur, sebagai Ketua.

2. K.H. R. Hajid, sebagai Wakil Ketua.

3. H.M. Aslam Zainuddin, sebagai Sekretaris.

4. H. Jazari Hisyam, sebagai Wakil Sekretaris.

5. K.H. Badawi , K.H. Hanad, K.H. Washil, K.H. Fadlil dan lain-lain

yang kesemuanya itu menjadi anggota. Majelis Tarjih ini sendiri

tidak memiliki bendahara karena semua biaya yang dikeluarkan

ditanggung oleh persyarikatan Muhammadiyah.

Dalam pemilihan ketua Majelis Tarjih tidak ada periodesasinya

karena Majelis Tarjih itu termasuk dalam unsur pembantu dalam

persyarikatan. Jadi untuk jabatan ketuapun secara normalnya mengikuti

18 K.H Mas Mansyur (1896-1946) yang berasal dari Surabaya, Jawa timur.

Beliau juga pernah menjadi Ketua Pengurus Besar yang kini Pimpinan Pusat dari tahun

1937 sampai 1944. 19 Buya Ahmad Rasyid Sutan Mansur yang berasal dari Minangkabau,

Sumatera Barat, Beliau juga pernah menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyyah

periode 1953-1969.

Page 43: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

23

periodesasi di Persyarikatan yaitu selama 5 tahun. Dalam pemilihan agar

bisa menjadi ketua Majelis Tarjih tergantung kapsitasnya diantaranya

alim ibadahnya, cerdik cendekiawan, intelektual yang tinggi dan ilmu

keagamaanya itu lebih tinggi dari pada yang lainnya. Pemilihan untuk

menjadi ketua Majelis Tarjih tidak dilakukan dalam Muktamar akan

tetapi dipilih dan ditunjuk langsung oleh Pimpinan Pusat

Muhammadiyah, dan juga bisa menjabat lebih dari satu periode (lebih

dari 5 tahun).

C. Visi dan Misi Majlis Tarjikh Muhammadiyah

a. Visi

Tertatanya manajemen dan jaringan guna meningkatkan

efektifitas kinerja Majelis menuju gerakan tarjih dan tajdid yang

lebih maju, profesional, modern, dan otoritatif sebagai landasan yang

kokoh bagi peningkatan kualitas persyarikatan dan amal usaha20

b. Misi

1. Mewujudkan landasan kerja Majelis yang mampu memberikan

ruang gerak yang dinamis dan berwawasan ke depan.

2. Revitalisasi peran dan fungsi seluruh daya majelis.

3. Mendorong lahirnya ulama tarjih yang teroganisasi dalam sebuah

intitusi yang lebih memadai.

4. Membangun model jaringan kemitraan yang mendukung

terwujudnya gerakan tarjih dan tajdid yang lebih maju, profesional,

modern, dan otoritatif.

5. Menyelenggarakan kajian terhadap norma-norma islam guna

mendapatkan kemurniannya, dan menemukan substansinya agar

20 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Visi,” Diakses 28 Oktober,

2017, tarjih.muhammadiyah.or.id /content-5-sdet-visi.html

Page 44: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

24

didapatkan pemahaman baru sesuai dengan dinamika perkembangan

zaman.

6. Menggali dan mengembangkan nilai-nilai Islam, serta

menyebarluaskannya melalui berbagai sarana publikasi.21

D. Metode-Metode Ijtihad Manhaj Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah

a. Sumber-sumber Ajaran Agama

Manhaj (metodologi) tarjih juga mengandung pengertian sumber-

sumber pengambilan diktum ajaran agama. Sumber pokok ajaran agama

islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah yang ditegaskan dalam sejumlah

dokumen resmi Muhammadiyah, yaitu antara lain:

1. Pasal 4 ayat (1) Anggran Dasar Muhammadiyah yang telah dikutip

diatas yang menyatakan bahwa “Muhammadiyah adalah Gerakan

Islam, Dakwah ‘Amar Ma'ruf Nahi > Munkar dan Tajdid, bersumber

kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.

2. Putusan Tarjih di Jakarta Tahun 2000 Bab II ankgka 1 menegaskan,

“Sumber ajaran islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah al-

Maqbulah.“22 Putusan Tarjih ini merupakan penegasan kembali apa

yang sudah ditegaskan dalam putusan-putusan terdahulu.23

الت ف ي ل ع ي ر ش األ ص ا ل ع ي م ل س ل ا ط ل ى ل م ي ر لك ا آن ر لق ا و ه

ف ي ر الش ث ي د لح ا و

21 Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. “Misi,” Diakses 28 Oktober,

2017, http://tarjih .muhammadiyah.or.id/content-6-sdet-misi.html 22 Keputusan Musyawarah Nasional XXV Tarjih Muhammadiyah di Jakarta

Tahun 2000, (Yogyakarta: Sekretariat Majelis Tarjih dan Tajdid, 2012). 6 23 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 20.

Page 45: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

25

"Dasar mutlak dalam penetapan hukum islam adalah al-

Qur'an dan al-Hadis asy-Syarif."24

Mengenai hadis (sunnah) yang dapat menjadi hujah adalah

sunnah makbulah seperti ditegaskan dalam Putusan Tarjih Jakarta tahun

2000 yang dikutip diatas. Istilah sunnah makbulah merupakan perbaikan

terhadap rumusan lama dalam Himpunan Putusan Tarjih tentang definisi

agama islam yang menggunakan ungkapan “sunnah sahihah.” Istilah

sunnah sahihah sering menimbulkan salah paham dengan

mengindetikkannya dengan hadis sahih. Akibatnya hadis hasan tidak

diterima sebagai hujah syari’ah, padahal sudah menjadi ijmak seluruh

umat islam bahwa hadis hasan juga menjadi hujah agama. Oleh karena

itu, untuk menghindari salah paham tersebut, rumusan itu diperbaiki

sesuai dengan maksud sebenarnya dari rumusan yang bersangkutan,

yaitu bahwa yang dimaksud sunnah sahihah adalah sunnah yang bisa

menjadi hujah, yaitu hadis sahih dan hadis hasan.25

Karenanya dalam rumusan baru dikatakan “sunnah makbulah”,

yang berarti sunnah yang dapat diterima sebagai hujjah agama, baik

berupa hadis sahih maupun hadis hasan.

Hadis daif tidak dapat dijadikan hujah syari’ah. Namun ada suatu

pengecualian dimana hadis daif bisa juga menjadi hujjah, yaitu apabila

hadis tersebut :

1. Banyak jalur periwayatannya sehingga satu sama lain

saling menguatkan.

2. Ada indikasi berasal dari Nabi Muhammad saw.

3. Tidak bertentangan dengan al-Qur’an.

24 Himpunan Putusan Tarjih, cet. Ke-3 (Yogyakarta: Pimpinan Pusat

Muhammadiyah,t.t.), 278. 25 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 20.

Page 46: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

26

4. Tidak bertentangan dengan hadis yang lain yang sudah

dinyatakan sahih.

5. Kedhaifannya bukan karena perawi hadis bersangkutan

tertuduh dusta dan pemalsu hadis.

Dalam Putusan Tarjih ditegaskan :

اه ق ر ط ة ر ث ك ع م ل اإ ه ب ج ت ح ي ب ع ضال اه ض ع ب د ض ع ي ة ف ي ع الض ث ي اد ح األ

ق ه ي ف و ث ل ع ل د ت ة ن ي ر ا و ه ل ص أ ت و ب ى ار ع ت م ل ا ث ي د ح ال و آن ر لق ا ض

ح ي ح الص

"Hadis-hadis dhaif yang satu sama lain saling menguatkan

tidak dapat dijadikan hujjah kecuali apabila banyak jalannya dan

padanya terdapat karinah yang menunjukkan keotentikan asalnya

serta tidak bertentangan dengan al-Qur'an dan Hadis sahih"

Apa yang dikemukakan di atas adalah sumber-sumber pokok

ajaran islam secara umum. Dalam kaitan dengan sistem normatif islam

terdapat sumber-sumber yang mendampingi sumber pokok. Sumber-

sumber pendamping ini dapat disebut juga sumber-sumber instrumental.

Sumber-sumber ini juga dapat diterima dan diakui dalam praktik

ketarjihan, seperti Ijmak, Qiyas, Maslahat Mursalah, Istihsan, Tindakan

Preventif (Sadduz-Zari’ah), dan Uruf.

b. Wawasan Toleransi

Toleransi artinya bahwa putusan Tarjih tidak menganggap dirinya

saja yang benar, sementara yang lain tidak benar. Dalam “Penerangan

tentang Hal Tarjih” yang dikeluarkan tahun 1936, dinyatakan,

“Kepoetoesan tardjih moelai dari meroendingkan sampai kepada

menetapkan tidak ada sifat perlawanan, jakni menentang ataoe

menjatoehkan segala jang tidak dipilih oleh tardjih itoe.”26 Pernyataan ini

26 Boeah Congres 26 (Jogjakarta: Hoefdcomite Congres Moehammadijah, t.t.)

32.

Page 47: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

27

menggambarkan bahwa Tarjih Muhammadiyah tidak menampik

pendapat lain apalagi menyatakannya tidak benar. Tarjih Muhammadiyah

memandang keputusan-keputusan yang diambilnya adalah suatu capaian

maksimal yang mampu diraih saat mengambil keputusan itu. Oleh

karena itu, Tarjih Muhammadiyah terbuka terhadap masukan baru

dengan argumen yang lebih kuat. Keterbukaan terhadap penemuan baru

adalah prinsip berikutnya dalam wawasan ketarjihan Muhammadiyah.

c. Keterbukaan

Keterbukaan artinya segala yang diputuskan oleh Tarjih dapat

dikritik dalam rangka melakukan perbaikan, apabila ditemukan dalil dan

argumen yang lebih kuat, maka Majelis Tarjih akan membahasnya dan

mengoreksi dalil dan argumen yang dinilai kurang kuat. Dalam

“Penerangan tentang Hal Tardjih” ditegaskan, “Malah kami berseroe

kepada sekalian oelama soepaja soeka membahas poela akan kebenaran

poetoesan Madjelis Tardjih itoe dimana kalaoe terdapat kesalahan ataoe

koerang tepat dalilnja diharap soepaja diajoekan, sjoekoer kalaoe dapat

memberikan dalil jang lebih tepat dan terang, jang nanti akan

dipertimbangkan poela, dioelang penjelidikannja, kemoedian

kebenarannja akan ditetapkan dan digoenakan. Sebab waktoe

mentardjihkan itoe ialah menoeroet sekedar pengertian dan kekoetan kita

pada waktoe itoe.”27

d. Tidak Berafiliasi Mazhab

Memahami agama dalam perspektif tarjih dilakukan langsung

dari sumber-sumber pokoknya, al-Qur’an dan Sunnah melalui proses

ijtihad dengan metode-metode ijtihad yang ada. Ini berarti

Muhammadiyah tidak berafilisasi kepada mazhab tertentu. Namun, ini

27 Berita Resmi Muhammadiyah, Edisi Khusus, No. 1/2005 (Rajab 1426

H/September 2005 M), 111.

Page 48: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

28

berarti tidak menafikan berbagai pendapat fuqaha yang ada. Pendapat-

pendapat mereka sangat penting dan dijadikan bahan pertimbangan

untuk menentukan diktum norma/ajaran yang lebih sesuai dengan

semangat dimana kita hidup.

Ada tiga pendekatan yang komprehensif tentang tarjih, yaitu

bayani, burhani dan ‘irfani. Dalam keputusan Muktamar tidak pernah

ketiga istilah itu disebutkan, tetapi telah dilakukan sejak lama setelah

terbentuknya Majelis Tarjih. Pelaksanaan ijtihad memang tidak pernah

dibicarakan. Demikian juga manhaj dan cara-cara yang harus ditempuh,

juga tidak pernah dibicarakan. Penyebutan kata ijtihad oleh Majelis

Tarjih sejak tahun 1955, pada Muktamar Tarjih khusus di Yogyakarta.

Dan peyebutan kata itu tertuang pada keputusan penggunaan qiyas.28

A. Metode Ijtihad Bayani

Pendekatan bayani sudah lama digunakan oleh para fuqoha,

mutakallimin dan ushuliyyun. Bayani adalah pendekatan untuk

memahami dan menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan

makna yang dikandung dalam, atau dikehendaki lafaz.29

Dalam Putusan Tarjih tahun 2000 di Jakarta dijelaskan bahwa

pendekatan dalam ijtihad Muhammadiyah menggunakan pendekatan

Bayani, Burhani dan Irfani. Pendekatan bayani adalah merespons

permasalahan dengan titik-titik tolak utama adalah nas-nas syariah (al-

Qur’an dan Sunnah). Hal ini biasanya banyak digunakan dalam

memecahkan masalah-masalah yang terkait ibadah mahdah (khusus)

karena asas hukum syariah tentang ibadah menegaskan bahwa “Ibadah

itu pada asasnya tidak dapat dilaksanakan kecuali yang disyariatkan.”

28 Asjumuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah (Metodologi dan

Aplikasi). 3-4 29 Muhammad Zuhdi, Maja’iyah Syi’ah Imamamiyah (Jakarta: Gradasi

Print,2017) h.120

Page 49: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

29

Asas ini menegaskan bahwa suatu ritus ibadah tidak sah dilakukan

apabila tidak ada dalil dari nas al-Qur’an dan Sunnah yang

mensyariatkannya. Apabila orang mengerjakan suatu bentuk ibadah yang

tidak disahkan dalam Sunnah Nabi saw, maka ibadah tersebut tidak sah

sesuai sabda Nabi Muhammad saw, “Barang siapa mengamalkan suatu

amalan yang tidak termasuk ke dalam agama kami, maka ditolak” dan

dalam lafal lain dikatakan, “Barang siapa mengada-adakan dalam

agama kami sesuatu yang tidak termasuk ke dalamnya, maka ditolak”

[HR.Muslim]. Oleh karena itu, dalam masalah ibadah Mahdah (khusus)

pendekatan bayani banyak digunakan.30

Bagi Muhammadiyah, pendekatan bayani tetap sangat diperlukan

dalam rangka menjaga komitmen proses ijtihadnya yang juga selalu

konsisten kepada teks, yakni al-Qur’an dan Sunnah, meskipun dalam

praktiknya tidak harus berlebihan. Untuk ini diperlukan penguasaan

kaidah-kaidah ushuliyyah dan kaidah-kaidah fiqhiyyah.31

B. Metode Ijtihad Burhani

Burhani dalam bahasa Arab bermakna argumen yang jelas (al-

hujjah al-bayyinah) dan dapat membedakan (al-fashl). Dalam persfektif

logika metode burhani adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada

kekuatan rasio melalui instrumen logika. Seperti induksi dan deduksi dan

lain sebagainya. Pendekatan ini mejadi realitas secara umum yang

mencakup realitas alam, realitas sejarah, realitas sosial, realitas budaya.

Dalam pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam suatu

wilayah yang saling mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri dan dia

30 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 26. 31 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah”. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Vol. 7, no. 1

(2012): 54.

Page 50: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

30

selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya

sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan.32

Jika dibandingkan dengan bayani dan irfani, dimana bayani

menjadikan teks, ijmak, dan ijtihad sebagai otoritas dasar dan bertujuan

untuk membangun konsepsi tentang alam untuk memperkuat akidah

agama, yang dalam hal ini Islam. Sedangkan irfani menjadikan al-kasyf

satu-satunya jalan dalam memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu

burhani lebih bersandar pada kekuatan natural manusia berupa indera,

pengalaman, dan akal dalam mencapai pengetahuan.33

Pendekatan burhani berpola dari nalar burhani, dan nalar burhani

bermula dari proses abstraksi yang bersifat ta’aqulli terhadap realitas

sehingga muncul konsepsi, sedangkan konsepsi sendiri butuh aktualisasi

sebagai upaya untuk bisa dipahami dan dimengerti, sehingga disinilah

ditempatkan kata-kata. Atau dengan redaksi lain, kata-kata adalah

sebagai alat komunikasi dan sarana berpikir disamping sebagai simbol

pernyataan konsepsi.34

Secara struktural, proses yang dimaksud terdiri atas tiga hal.

Pertama, proses eksperimentasi, yakni pengamatan terhadap realitas.

Kedua, proses abstraksi, yakni terjadinya gambaran atas realitas tersebut

dalam pikiran. Ketiga, ekspresi yakni mengungkapkan realitas dengan

kata-kata.35

Berkaitan dengan cara ketiga untuk mendapatkan ilmu burhani

diatas, pembahasan tentang silogisme demonstratif atau qiyas burhani

32 Muhammad Zuhdi, Maja’iyah Syi’ah Imamamiyah (Jakarta: Gradasi

Print,2017) h.120 33 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah”, 53. 34 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54. 35 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54

Page 51: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

31

menjadi sangat signifikan. Qiyas atau tepatnya qiyas jama’i, yakni

mengumpulkan dua preposisi yang disebut premis, kemudian

dirumuskan hubungannya dengan bantuan terminus medius atau tengah

sehingga diperoleh sebuah konklusi yang meyakinkan, menuju sesuatu

yang sangat penting.36

Selain itu, pendekatan burhani atau pendekatan rasional

argumentatif melalui dalil-dalil logika, menjadikan teks maupun konteks

sebagai sumber kajian. Dalam konteks ini metode ta’lili, yakni pola

penafsiran yang bertumpu pada illah yang diyakini berada pada

kandungan Ayat atau Hadis yang menjadi tambatan ditetapkannya suatu

norma. Artinya, lafz } tidak cukup hanya dipahami berdasarkan arti

kebahasaannya, tetapi juga dilihat dalam persfektif sosio-historisnya,

analisis pada metode ini dapat dibedakan kepada penalaran qiyasi,

istihsani, maupun istihlahi.37

Pendekatan burhani merespons permasalahan dengan banyak

menggunakan ilmu pengetahuan umum yang berkembang. Pendekatan

ini dimaksudkan untuk memberikan dinamika kepada pemikiran tarjih

(pemikiran keislaman) Muhammadiyah,38 khususnya diluar bidang

ibadah mahdah (khusus). Berbagai permasalahan sosial dan kemanusian

yang timbul tidak hanya didekati dari sudut nash-nash syari’ah, tetapi

juga didekati dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang relevan. Nas-

nas baik yang berupa al-Qur’an maupun Sunnah, meskipun banyak yang

bersifat universal, namun turun dalam konteks tertentu dan untuk

menyapa situasi tertentu. Oleh karena itu, apabila konteks penerapannya

di zaman sekarang telah berubah, maka pemahaman terhadapnya perlu

36 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54. 37Afif Fauzi Abbas,“Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54. 38 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 26.

Page 52: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

32

dilakukan kontekstualisasi dengan memanfaatkan temuan berbagai ilmu

yang terkait. Tetapi kontekstualisai tidak semata memaksa nas agar

mengikuti konteks saja sehingga terjadi pemaksaan nash agar sesuai

dengan konteks sehingga nash hanya berfungsi sebagai legitimasi

terhadap penafsiran yang kita buat. Konteks memberikan wawasan

kepada kita bagaimana memahami nash, tetapi nash juga dalam jangka

waktu yang sama menerangi kita dan memberikan petunjuk bagaimana

kita menangani konteks, yang semuanya dilakukan dalam bingkai

Maqasid asy-Syari’ah sebagai ruang makna.39

C. Metode Ijtihad ‘Irfani

‘Irfani berasal dari kata ‘irfan (Arab) merupakan bentuk dasar

dari kata ‘arafa, yang semakna dengan ma’rifah. Dalam bahasa Arab,

istilah al-Irfan berbeda dengan kata al-‘ilm. Al-‘Ilm menunjukan

pemerolehan obyek pengetahuan melalui transformasi ataupun

rasionalitas, sementara ‘irfan atau ma’rifah berhubungan dengan

pengalaman atau pengetahuan langsung dengan objek pengetahuan.40

Istilah tersebut digunakan untuk membedakan antara pengetahuan

yang diperoleh melalui indera dan akal atau keduanya, dengan

pengetahuan yang diperoleh melalui kasyf (ketersingkapan), Ilham,’Iyan,

atau Isyraq. Irfan dimengerti sebagai ketersingkapan lewat pengalaman

intuitif akibat persatuan antara yang mengetahui dan yang diketahui yang

telah dianggap sebagai pengetahuan tertinggi.41

Bagi kalangan ‘irfaniyyin, pengetahuan tentang Tuhan tidak

diketahui melalui bukti-bukti empiris rasional, tetapi harus melalui

pengalaman langsung. Untuk dapat berhubungan langsung dengan

39 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 27. 40 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54. 41 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54.

Page 53: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

33

Tuhan, seseorang harus melepaskan dirinya dari segala ikatan dengan

alam yang menghalanginya.42

Menurut konsep ‘irfani, Tuhan dipahami sebagai realitas yang

berbeda alam. Seangkan akal, indera,dan segala yang ada didunia ini

merupakan bagian dari alam, sehinggatidak mungkin mengetahui Tuhan

dengan sarana-sarana tersebut. Satu-satunya saranayang dapat digunakan

untuk mengetahui hakikat Tuhan adalah melalui jiwa (nafs), sebab ia

merupakan bagian dari tuhan yang terpancar dari alam keabadian dan

terpasung ke alam dunia. Ia akan kembali kepada-Nya, jika sudah bersih

dan bebas dari kungkungan alam dunia.43

Jika sumber pokok dari ilmu pengetauan dalam pendekatan

bayani adalah teks, maka dalam pendekatan irfani,sumber pokonya

adalah experience (pengalaman), yakni pengalaman hidup yang otentik,

dan sesungguhnya, yang merupakan pelajaran tak ternilai harganya.44

Pengalaman-pengalaman batin yang amat mendalam, otentik,

fitri, dan hampir-hampir tak terkatakan oleh logika dan tak terungkapkan

oleh bahasa inilah yang disebut direct experience, dan disebut ilmu

hudhuri dalam tradisi ‘isyraqiyyah. Semua pengalaman otentik tersebut

dapat dirasakan secara langsung tanpa harus mengatakannya terlebih

dahulu lewat pengungkapan “bahasa” atau “logika”.45

Pendekatan‘irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu

pada pengalaman batin dan intuisi. Pendekatan pengetahuan ini

menekankan hubungan anatara subjek dan objek berdasarkan

42Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhhammadiyah, 54. 43 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54. 44 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54. 45 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah,. 54.

Page 54: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

34

pengalaman langsung seorang muslim, tidak melalui medium bahasa

atau logika rasional, sehingga obyek menyatu dalam diri subjek.

Pengetahuan ‘irfani sesungguhnya adalah pengetahuan pencerahan

(iluminasi).46

Dalam kaitan ini pengetahuan ‘irfani dapat diperoleh melalui tiga

tingkatan. Pertama, tahap membersihkan diri dari ketergantungan pada

hal-hal yang bersifat duniawi. Ini dapat dilakukan dengan tazkiyyah al-

nafs (penyucian jiwa). Kedua, melalui pengalaman-pengalaman eksklusif

dalam menghampiri dan merasakan pancaran nur Ilahi. Ketiga, ditandai

dengan pengetahuan yang seolah-olah tidak terbatas dan tidak terikat

ruang dan waktu.47

Meskipun metode ‘irfani sangat subjektif dan batini, namun

semua orang dapat merasakan kehadiran-Nya, setiap orang melakukan

dengan tingkat kadarnya sendiri-sendiri. Ketika pengalaman masing-

masing tersebut diwacanakan maka ia akan menjadi ntersubjektif. Sifat

intersubjektif tersebut dapat diformulasikan dalam beberapa tahapan.

Pertama, tahapan persiapan diri. Kedua, tahapan pencerahan. Ketiga,

tahapan konstruksi (pemaparan secara simbolik), sehingga memberi

peluang bagi orang lain untuk mengaksesnya. Implikainya adalah akan

lahir pengalaman keagamaan yang berbeda antara satu orang dengan

yang lain, berbeda ekspresinya, meskipun substansi dan esensinya tetap

sama. Inilah yang memperkaya empati dan simpati terhadap orang lain

yang setara secara elegan.48

46 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54. 47 Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 54-55. 48Afif Fauzi Abbas, “Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam

Ijtihad Muhammadiyah, 55.

Page 55: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

35

D. Prosedur Metode

a. Asumsi Metode

Metode adalah langkah-langkah prosedural dalam pemanfaatan

sumber guna menemukan suatu petunjuk agama. Metode tarjih

didasarkan kepada dua asumsi pokok, yaitu a). Asumsi integralistik, dan

b). Asumsi hirarkis. Asumsi integralistik mempostulasikan teori

keabsahan koroboratif tentang norma, yakni suatu asumsi yang

memandang adanya koroborasi49 dan saling mendukung di antara

berbagai elemen sumber guna melahirkan suatu norma. Suatu norma

yang didasarkan kepada suatu elemen sumber tentu sudah absah, hanya

saja keabsahan itu bersifat zanni.50 Namun, kekuatan keabsahan tersebut

akan meningkat manakala dapat dihadirkan lebih banyak elemn sumber

yang saling menguatkan dan saling berkoroborasi untuk mendukung

norma yang dimaksud, untuk pada suatu tingkat dalam kasus-kasus

tertentu kekuatan keabsahan itu mencapai derajat qat’i.51 Keqat’ian tidak

terdapat dalil yang terpisah satu persatu, tetapi terdapat koroborasi

sejumlah dalil yang satu sama lain saling menguatkan dan menunjukkan

satu pemaknaan yang sama. Sebagiman yang dikatakan asy-Syatibi >

“Keseluruhan itu memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh bagian-

bagian yang terpisah.”52 Cara pandang integralistik ini mengharuskan

proses operasionalisasi sumber dapat dilakukan dengan suatu metode

‘istiqra’ (induktif).

Asumsi hirarkis adalah suatu anggapan bahwa norma itu

berjenjang dari norma yang paling bawah hingga norma yang paling atas.

49 Bukti-bukti sejarah yang membenarkan atau memperkuat suatu pernyataan. 50 Dalil yang menunjukan adanya kemungkinan takwil dengan adanya dalil

yang selainnya. 51 Suatu dalil yang menunjukan terhadap makna yang dapat dipahami

maksudnya serta tidak membutuhkan penakwilan dan tidak memberi petunjuk terhadap

makna yang lain. 52 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 28.

Page 56: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

36

Apabila jenjang norma itu adalah prinsip-prinsip dasar baik norma

teologis maupun norma etik dan yuristik. Norma dasar ini diambil dari

nilai-nilai universal islam seperti tauhid, akhlaq karimah, kemashlahatan,

keadilan, persamaan, kebebasan, dan persaudaraan yang bersumber

kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, atau dapat disimpulkan dari kenyataan

hidup manusia di bawah sinar sumber-sumber pokok tersebut. Norma

dasar ini memayungi norma di bawahnya yang berupa asas-asas yang

diambil dari kedua sumber pokok diatas atau di satu sisi merupakan

deduksi dari prinsip dasar atau pada sisi lain merupakan abstraksi dari

norma konkret. Asas-asas ini merupakan konkretisasi dari nilai-nilai

dasar. Lebih jauh asas-asas ini pada gilirannya memayungi norma paling

bawah, yakni norma konkret berupa ketentuan-ketentuan syar’i yang

bersifat far’i yang langsung mengkualifikasi suatu peristiwa hukum

syar’i.

Struktur jenjang norma ini juga bisa dilihat dari bawah ke atas.

Apabila dilihat dengan cara ini, maka norma dasar terletak pada bagian

paling bawah yang berfungsi melandasi asas-asas. Asas-asas pada

gilirannya melandasi konkret yang merupakan norma paling atas yang

berdiri di atas jenjang dua lapis norma lainnya yang lebih asasi.

Dengan dua asumsi metode diatas, maka respons terhadap

permasalahan sosial atau kemanusiaan tidak selalu dilakukan dengan

introduksi norma-norma konkret (dilihat dari segi hukum taklifi seperti

halal, haram, wajib) tetapi juga dimana diperlukan, menggali asas-asas

agama yang menjadi pedoman bertindak, bahkan juga melihat nilai-nilai

dasarnya yang menyemangati aktifitas kehidupan. Penggunaan prosedur

seperti ini dalam bertarjih telah banyak dilakukan dalam sejumlah

keputusan tarjih seperti keputusan tentang fiqih tata kelola air atau fiqih

air.

Page 57: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

37

b. Ragam Metode

Untuk menemukan norma konkret terdapat tiga ragam yang

secara tidak langsung dipraktikkan dalam pengambilan keputusan atau

fatwa tarjih. Ragam metode yang dimaksud adalah 1). Metode bayani

(metode interpretasi), (2). Metode kausasi, baik kausasi berdasarkan

kausa efisien maupun berdasarkan kausa finalis (maqasid asy-syariah),

dan 3). Metode sinkronisasi dalam hal terjadi taarud.53

Dengan metode bayani (tidak sama dengan istilah bayani dalam

pendekatan) adalah suatu metode interprestasi yang ditujukan untuk

menjelaskan nash-nash yang sudah ada. Ragam ini digunakan untuk

menangani kasus-kasus yang sudah terdapat nash langsung

mengenainya, hanya saja nash itu bersifat kabur sehingga perlu

diperjelas. Sedangkan ragam kausasi digunakan untuk memecahkan

masalah yang tidak terdapat nash langsung mengenainya. Prosesnya

dilakukan dengan cara menggali kausa, baik efisien maupun finalis, yang

dapat memberikan landasan bagi hukum kasus tersebut. Ragam metode

sinkronisasi digunakan untuk menemukan ketentuan hukum bagi kasus-

kasus yang untuknya terdapat dalil-dalil yang salimg bertentangan

(ta’arud dalil). Mengenai ini telah terdapat Putusan Tarjih yang

menyatakan, Jika terjadi ta’arud, diselesaikan dengan urutan cara-cara

sebagai berikut:

a. Al-Jam’u wa at-Taufiq yakni sikap menerima semua dalil yang

walaupun zahirnya ta’arud. Sedangkan pada dataran pelaksanaan

diberi kebebasan untuk memilihnya (takhyir).

b. At-Tarjih yakni memilih dalil yang lebih kuat untuk diamalkan

dan meninggalkan dalil yang lemah.

c. An-Naskh yakni mengamalkan dalil yang munculnya lebih akhir.

53 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 30.

Page 58: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

38

d. At-Tawaqquf yakni menghentikan penelitian terhadap dalil yang

dipakai dengan cara mencari dalil baru.54

Pentarjihan terhadap nash dilihat dari beberapa segi:

1. Segi Sanad

a. Kualitas maupun kuantitas rawi.

b. Bentuk dan sifat periwayatan.

2. Segi Matan

a. Matan yang menggunakan sighat nahyu lebih rajih dari sighat

amr

b. Matan yang menggunakan sighat khass lebih rajih dari sighat

‘am

3. Segi Materi Hukum

4. Segi Eksternal55

c. Beberapa Kaidah Hadis

Dalam Putusan Tarjih telah terdapat beberapa kaidah yang

mendukung metode Tarjih dalam manhaj tarjih secara keseluruhan.

Kaidah ini terkait dengan masalah hadis, yaitu sebagai berikut:

a. Kaidah 1

ب ه ت ج ي ح د ل ر ج ال م ف ق و و ا ل م

"Hadis mauquf murni tidak dapat dijadikan hujjah."

b. Kaidah 2

ف ق و و ب ه ا ل م ت ج ي ح ع ف و ر ا لم م ك ح ف ي ي ال ذ

"Hadis mauquf yang berstatus marfu' dapat dijadikan

hujjah."

54 Keputusan Musyawarah Nasional XXV Tarjih Muhammadiyah di Jakarta

Tahun 2000, 17. 55 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, 31.

Page 59: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

39

c. Kaidah 3

ىل إ ع ه ف ار ه ن م م ه ف ي ة ن ي ر ق ه ي ف ان اك ذ إ ع و ف ر لم ا م ك ح ي ف ن و ك ي ف و ق و م ل ا

ك للا ل و س ر ك ة ي ط ع م أ ل و ق )صلعم( ن ن : د ي لع ا ي ف ج ر خ ن ن أ ر م ؤ ا

(ه و ح ن و ث ي د ح ل )ا ض ي لح ا

"Hadis Mauquf berstatus marfu' apabila terdapat karinah

yang daripadanya dapat dipahami kemafru'annya kepada

Rasulullah saw, seperti pernyataan Ummu' Atiyyah: "Kita

diperintahkan supaya mengajak keluar wanita-wanita yang

sedang haid pada Hari Raya" dan seterusnya bunyi hadis itu, dan

sebagainya.

d. Kaidah 4

ه ب ج ت ح ي ل د ر ج لم ا ي ع اب الت ل س ر م

"Hadis Mursal Tabi'i murni tidak dapat dijadikan hujjah."

e. Kaidah 5

ه ل صا ىات ل ع ل د ت ة ن ي ر ق م ث ت ان اك ذ إ ه ب ج ت ح ي ي ع اب الت ل س ر م

"Hadis Mursal Tabi'i dapat dijadikan hujjah apabila

besertanya terdapat karinah yang menunjukkan

kebersambungannya."

f. Kaidah 6

ه ل صا ىات ل ع ل د ت ة ن ي ر ق م ث ت ان ك ذ إ ه ب ج ت ح ي ي اب ح الص ل س ر م

"Hadis Mursal Shahabi dapat dijadikan hujjah apabila

padanya tempat terdapat karinah yang menunjukkan

kebersambungannya."

g. Kaidah 7

ضع اب ه ض ع ب د ض ع ي ة ف ي ع الض ث ي اد ح األ اه ق ر ط ة ر ي ث ك ع م ل اإ ه ب ج ت ح ي ال

ق ه ي ف و ث ل ع ل د ت ة ن ي ر ا و ه ل ص أ ت و ب ى ار ع ت م ل ا ث ي د لح ا و آن ر لق ا ض

ح ي ح الص

Page 60: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

40

"Hadis-hadis dhaif yang satu sama lain saling menguatkan

tidak dapat dijadikan hujjah kecuali apabila banyak jalannya dan

padanya terdapat karinah yang menunjukkan keotentikan asalnya

serta tidak bertentangan dengan al-Qur'an dan Hadis Sahih."

h. Kaidah 8

اعر ش ر ب ت ع لم ا ي اف الش ان ي لب ا ب ع د ل ي د ع ىالت ل ع م د ق م ح ر ج ل ا

"Jarh (cela) didahulukan atas ta'dil setelah adanya

keterangan yang jelas dan sah secara syara'."

i. Kaidah 9

ي ل د الت ب ر ه ت اش ن م م ل ب ق ت ان ك و ال ص ت ل ا ه ر اه اظ م ب ح ر اص ذ إ ه ت اي و ر س

ه ت ال د ع ي ف ح اد ق ر ي غ ه س ي ل د ت

"Riwayat orang yang terkenal suka melakukan tadlis dapat

diterima apabila ia menegaskan bahwa apa yang ia riwayatkan itu

bersambung dan tadlisnya tidak sampai merusak keadilannya."

j. Kaidah 10

ل و ب لق ا ب اج و ه ي ي ن ع م د ح ىأ ل ع ك ر ت ش لم ا ظ ف الل ي اب ح الص ل م ح

"Penafsiran Sahabat terhadap lafal (pernyataan) musytarak

dengan salah satu maknanya wajib diterima."

k. Kaidah 11

ر اه ظ لاب ل م ع ل ا ه ر ي ىغ ل ع ر اه الظ ي اب ح الص ل م ح

"Penafsiran Sahabat terhadap lafal (pernyataan) zahir

dengan makna lain, maka yang diamalkan adalah makna zahir

tersebut."56

56 Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah. 32-34.

Page 61: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

41

d. Kaidah Perubahan Hukum

Dalam fiqih telah diterima asas kebolehan terjadinya perubahan

hukum. Bahkan ini telah dirumuskan dalam kaidah fiqih dan akan

diterima oleh para fuqaha, yaitu kaidah:

لينكرتغيراألحكمبتغيراألزمنةواألمكنةواألحوال

Dalam Ketarjihan Muhammadiyah secara praktik telah diakui

adanya perubahn ketentuan hukum, bahkan bukan hanya ketentuan

hukum ijtihadiah, tetapi juga ketentuan hukum yang ditegaskan dalam

nash. Contohnya tentang masalah kepemimpinan wanita yang dalan

hadis dilarang, tetapi dalam Putusan dan Fatwa tarjih dibolehkan. Begitu

pula hukum melakukan ru'yat yang diperintahkan dalam hadis, tetapi

Tarjih tidak lagi mengamalkan hadis itu, melainkan menggunakan hisab.

Oleh karena itu, kaidah tersebut diterima dalam Muhammadiyah.

Hukum-hukum tidak boleh asal berubah, tetapi harus ada syarat-

syarat untuk dapat diubah. Menurut bapak Syamsul Anwar (Ketua

Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah), ada empat syarat yang harus

dipenuhi untuk suatu hukum dapat berubah, yaitu:

a. Adanya tuntutan kemashlahatan untuk berubah, yang berarti

bahwa apabila tidak ada tuntutan dan keperluan untuk berubah,

maka hukum tidak dapat diubah.

b. Hukum itu tidak mengenai pokok ibadah mahdah, melainkan

diluar ibadah mahdah, yang berarti ketentuan-ketentuan ibadah

mahdah tidak dapat diubah karena pada dasarnya hukum ibadah

itu bersifat tidak jelas makna.

c. Hukum itu tidak bersifat qat'i, apabila hukum itu qat'i maka dapat

diubah seperti ketentuan larangan makan riba, makan harta

Page 62: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

42

sesama dengan jalan batil, larangan membunuh, larangan berzina,

wajibnya puasa Ramadhan, wajibnya salat lima waktu, dan

sebagainya.

d. Perubahan baru dari hukum itu harus berlandaskan kepada suatu

dalil syar'i, sehingga perubahan hukum itu tidak lain adalah

perpindahan dari suatu dalil kepada dalil yang lain.57

57 Syamsul Anwar, Diskusi dan Korespodensi Kalender Hijriah Global

(Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah, 2014), 262-263.

Page 63: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

43

BAB III

OTENTISITAS DAN PEMAHAMAN HADIS

MEMBERSIHKAN JILATAN ANJING KURANG TUJUH

KALI DAN TIDAK MENGGUNAKAN TANAH

A. Otentisitas Hadis Jilatan Anjing

a. Teks Hadis dan Terjemah

د بن جعفر حدثنا حم ي عل ي بن الحسن نا , ن صير بن م عبد نا , المعمر

اك بن الوهاب يل نا , الضح شام عن , عياش بن إ سماع أب ي عن , ع روة بن ه

ناد ف ي» وسلم عليه للا صلى النب ي عن , رة ه ري أب ي عن , العرج عن , الز

ناء ف ي يلغ الكلب ل ه أنه ال الدارقطني( )رواه «.سبعا أو خمسا أو ثلثا يغس Artinya: “Ja’far bin Muhammad bin Nushair menceritakan

kepada kami, Al-Hasan bin ‘Ali > Al-Ma’muri > mengabarkan kepada

kami, Abdul Wahhab bin Adh-Dhahhak mengabarkan kepada

kami, Isma’il bin ‘Ayyasy mengabarkan kepada kami, dari Hisya>m

bin Urwah, dari Abu Az-Zina>d, dari Al-‘A’raj, dari Abu Hurairah,

dari Nabi SAW: tentang anjing yang menjilat pada bejana: Bahwa

bejana itu dicuci tiga kali atau lima kali atau tujuh kali.” (HR.

Da>ruqutni>)

B. Takhrij Hadis

Takhrij hadis adalah pencarian hadis pada berbagai sumber aslinya

disertai penjelasan kualitas hadis sanad tersebut. Jika dilakukan kajian

mendalam, pengertian ini menghasilkan dua perkara, yaitu: pertama,

mengetahui tempat hadis dalam kitab-kitab hadis dan selainnya. Pada

bagian pertama, pencarian hadis pada sumber-sumbernya mencakup

penyebutan beberapa literatur memuat hadis yang dikaji. Sebagai

contohnya, seperti kalimat “Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukha>ri

dalam Sahih-nya”. Praktik takhrij dapat dilakukan dengan menyandarkan

hadis pada perawi yang dimuat dalam beberapa kitab hadis sebagai

berikut:1

1 Muhammad al-Khusyu’i. al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, vol. 1 (Kairo: al-

Azhar, 2002 M), 4.

Page 64: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

44

1. Buku-buku sunah yang memuat hadis dengan sanad yang bersambung

pada pengucap pertama, seperti Kutub al-Sittah, Muwatta Imam

Ma>lik, dan lain-lain.

2. Buku-buku selain hadis, seperti kitab tafsir Ibn Jarir al-T}abari.

Meskipun ditulis dalam bidang tafsir, kitab ini juga memuat hadis-

hadis beserta sanadnya sampai pada pengujar pertama.

3. Buku-buku fikih yang memuat hadis-hadis beserta sanadnya yang

bersambung ke Nabi Saw, seperti buku al-Umm karya al-Syafii.

4. Buku-buku sejarah yang memuat hadis lengkap dengan sanadnya,

seperti Tarikh ‘Ibn Jarir al-T}abari.

Literatur di atas merupakan sumber asli yang dipakai dalam

meriwayatkan hadis. Selain sumber asli, hadis dimuat juga dalam sumber

tambahan/bukan aslinya. Sumber ini ialah buku-buku yang menyebutkan

hadis-hadis tanpa sanadnya yang bersambung pada Nabi Saw. Namun

demikian, penulis buku berpegang teguh pada sumber-sumber asli.

Mereka mengambil matan hadis kemudian mengeluarkan hadis dari

sumber aslinya. Sumber-sumber tambahan ini ialah sebagai berikut:

1. Buku-buku yang menghimpun hadis-hadis hukum, seperti Bulugh al-

Maram karya Ibn Hajar al-‘Asqalani.

2. Buku-buku seputar Fadail al-`A’mal, seperti Riyadh al-Shalihin dan

al-Adzkar karya al-Nawawi.

3. Buku-buku yang memuat hadis-hadis berdasarkan urutan huruf

hijaiyah, seperti al-Jami‘ al-Shaghir karya al-Suyuti, dan al-Fath al-

Kabir karya al-Nabhani.

4. Buku-buku yang menyebutkan hadis-hadis populer di telinga

masyarakat, seperti Kasyf al-Khafa wa Mazil al-Ilbas fi ma Isytahara

min al-Ahadits ‘ala Alsinat al-Nas karya al’Ajluni.

5. Buku-buku lain yang mengumpulkan beberapa hadis tanpa sanad yag

bersambung pada Nabi Saw.

Page 65: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

45

Berangkat dari pembahasan di atas, diketahui bahwa sumber hadis

terbagi dua, yaitu: pertama, buku-buku yang memuat hadis beserta

sanadnya sampai pengucap pertama atau disebut dengan buku induk.

Kedua, buku-buku yang memuat hadis namun tidak lengkap dengan

sanadnya. Pertanyaannya, apakah boleh melakukan takhrij hadis bukan

berasal dari buku induk?

Takhrij hadis tidak boleh dilakukan dari buku-buku sekunder atau

selain induk, kecuali jika hadis yang dikutip dalam buku tersebut tidak

ditemukan, baik disebabkan hilang atau sulit didapat sehingga pelajar

hadis tidak dapat menemukannya. Hal ini terkadang disebabkan buku

tersebut berupa manuskrip yang belum dicetak atau sebab lain. Adapun

jika buku yang memuat hadis tersebut ada dan mudah didapat, pelajar

hadis diharuskan merujuk pada buku tersebut.

Sumber-sumber hadis selain buku induk terbagi dua, yaitu sebagai

berikut:2

1. Peneliti mengetahui hadis yang dikaji ditemukan dalam kitab tertentu,

tanpa menyebutkan sumber aslinya. Jika demikian, peneliti wajib

merujuk pada sumber asli hadis tersebut.

2. Jika sebuah kitab mengacu pada sumber yang telah hilang, dapat

dipastikan peneliti mengetahui sumber hadis tersebut.

Kedua, mengetahui kualitas hadis yang sedang dikaji. Pada bagian

ini, penulis melakukan kajian ulang terhadap derajat hadis, baik sahih,

hasan, maupun dha’if dengan menelusuri sanad dan matan juga

memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Jika memenuhi semua kriteria hadis yang diterima, suatu hadis dinilai

sahih.

2 Muhammad al-Khusyu’i. al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, 5.

Page 66: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

46

2. Jika memenuhi kriteria hadis kurang dari kriteria, suatu hadis dinilai

hasan.

3. Apabila suatu hadis mayoritas tidak memenuhi syarat kesahihan,

hadis tersebut dinilai lemah atau dha’if sebagaimana diketahui dalam

buku Mustalah hadits.

Beberapa kriteria di atas merupakan cerminan bahwa hadis dapat

diterima dengan melakukan penelusuran terhadap sanad dan matannya

atau disebut takhrij. Karenanya, takhrij memiliki beberapa manfaat

sebagai berikut:

1. Mengetahui siapa ulama yang mengeluarkan hadis dalam kitab-

kitabnya. Karenanya, peneliti melakukan penelusuran terhadap

sumber hadis dalam kitab sunah dan lain-lain.

2. Mengetahui derajat hadis baik sahih, hasan, dha’if. Ketika peneliti

mengkaji hadis, kemudian mengumpulkan jalur periwayatannya maka

terkadang dalam suatu riwayat hadis dinilai dha’if namun dalam jalur

lain dinilai sahih. Kondisi lainnya ialah hadis dhaif dapat naik derajat

menjadi hasan li ghairih jika terdapat riwayat-riwayat lain yang

semakna. Hal ini disebabkan jalur-jalur periwayatan saling

menguatkan satu sama lain.

3. Mengetahui hadis mutawatir dan ahad. Ini disebabkan ketika peneliti

mentakhrij hadis dan mengumpulkan jalur-jalur periwayatannya, akan

diketahui apakah hadis tersebut mutawatir atau ahad, apakah dia

masyhur, aziz, atau gharib.

4. Mengetahui sebab turun hadis, karena peneliti ketika mentakhrij hadis

terkadang menemukan riwayat yang menyebut sebab turunnya.

Dengan mengetahui poin keempat, memudahkan peneliti untuk

memahami hadis dengan benar sebagaimana sebab turun ayat

memudahkan pemahaman terhadap suatu ayat dengan komprehensif.

Page 67: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

47

5. Mengetahui mubham (nama yang tidak diketahui) yang kadang terjadi

pada sanad atau matan, seperti kata ‘an rojulin dalam sanad atau Ja`a

Rajulun ila al-Nabi dalam matan. Ketika ditemukan perawi yang

mubham dalam sanad, peneliti dapat mengetahuinya dengan melihat

apakah ia seorang yang adil atau tidak. Perawi mubham dalam satu

riwayat dapat diketahui juga dengan melihat riwayat lain yang

menyertakan nama aslinya.3

6. Mengetahui muhmal dalam sanad atau matan hadis. Adapun contoh

muhmal dalam sanad ialah kata ‘an Muhammad, sementara contoh

dalam matan ialah Ja`a Muhammad tanpa penjelasan tambahan.

Peneliti dapat mengetahui informasi tambahan dengan melihat

penjelasan dalam riwayat lain seperti contoh ‘an Muhammad bin

Fulan atau diketahui nasab dan kesukuannya, sehingga diketahui

apakah ia seorang yang adil atau jarh.

7. Menolak ‘illat baik karena tadlis atau ikhltilat dengan menghimpun

riwayat-riwayat.

8. Mengetahui idraj (sisipan) dalam sanad atau matan hadis dengan

melakukan perbandingan hadis-hadis yang diriwayatkan.4

Ada dua hadis yang akan ditakhrij dalam penelitian ini, yaitu:

Sunan al-Da>raquthni>

ي , نا عبد د بن ن صير , نا الحسن بن عل ي المعمر حم حدثنا جعفر بن م

يل بن عياش , اك , نا إ سماع شام بن ع روة , عن الوهاب بن الضح عن ه

ناد , عن العرج , عن أب ي ه ريرة , عن النب ي صلى للا عليه أب ي الز

ل ه ثلثا أو خمسا أو سبعا»وسلم ناء أنه يغس )رواه «.ف ي الكلب يلغ ف ي ال

الدارقطني(

3 Muhammad al-Khusyu’i. al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, 6. 4 Muhammad al-Khusyu’i. al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, 7.

Page 68: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

48

“Ja’far bin Muhammad bin Nushair menceritakan kepada

kami, Al-Hasan bin ‘Ali > Al-Ma’muri > mengabarkan kepada kami,

Abdul Wahhab bin Adh-Dhahhak mengabarkan kepada kami,

Isma>’il bin Ayya>sy mengabarkan kepada kami, dari Hisya>m bin

Urwah, dari Abu Az-Zina>d, dari Al-‘A’raj, dari Abu Hurairah, dari

Nabi SAW: tentang anjing yang menjilat pada bejana: Bahwa

bejana itu dicuci tiga kali atau lima kali atau tujuh kali.”

د , وثنا حم أب و بكر نا أب و بكر , قال: حدثن ي عل ي بن حرب , نا أسباط بن م

ي , نا سعدان بن نصر , ثنا إ سحاق الزرق , قال: نا عبد المل ك النيساب ور

قه ث م », عن عطاء , عن أب ي ه ريرة , قال: ناء فاهر إ ذا ولغ الكلب ف ي ال

ات له ثلث مر ، عن هذ «. اغس ه هكذا غير عبد المل ك ا موق وف , ولم يرو

عطاء , وللا أعلم

“Abu Bakar menceritakan kepada kami, ia mengatakan:

‘Ali > bin Harb menceritakan kepada kami, Asba>t} bin Muhammad

menceritakan kepada kami. Dan Abu Bakar An-Naisa>buri

menceritakan kepada kami, Sa’da >n bin Nushr mengabarkan kepada

kami, Isha>q Al-Azraq menceritakan kepada kami, keduanya

mengatakan: ‘Abdul Malik mengabarkan kepada kami, dari ‘Atha’,

Abu Hurairah, ia mengatakan: “Apabila anjing menjilat pada

benjana, maka tumpahkanlah, kemudian cucilah tiga kali.”

Riwayat ini Mauquf. Tidak ada yang meriwayatkannya selain

Abdul Malik dari ‘Atha’. Wallahu a’alam. 5

5 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Fatwa Tarjih :

Bejana yang dijilatin. (disidangkan pada hari Jum’at, 25 Syakban 1431 H / 6 Agustus

2010), Diakses, 24 Oktober, 2017, https://www.fatwatarjih.com/2012/01/bejana-yang-

dijilati-Sanjing.html?m=1”

Page 69: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

49

C. Analisis Sanad Hadis

Adapun rangkaian nama-nama para periwayat hadis pada jalur

periwayatan al-Da>ruqutni> adalah:

Tabel di atas menggambarkan jalur periwayataan al-A’raj

bersambung pada Nabi Saw, sementara Ata terhenti pada Abu Hurairah.

Untuk lebih jelasnya, Berikut adalah paparan biografi dan kualitas dari

para perawi:

لمالنبي صلى هللا عليه وس

األعرج

هشام بن عروة

أبو الزناد

أبو هريرة

إسماعيل بن عياش

الحسن بن علي المعمري

عبد الوهاب بن الضحاك

جعفر بن محمد بن نصير

الدارقطني

Page 70: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

50

a. Jalur periwayatan bersambung ke Nabi Saw

1. Abu Hurairah al-Dausi al-Yamani (w. 58 H)

Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahman bin Shakhr, ‘Abdullah bin

‘Adz, ‘Abdurrahman bin Ghanam. Wafat tahun 58 H, di usia 78 tahun. Ia

meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw, Ubay bin Ka’ab, Usamah bin

Zaid bin Haritsah. Sedangkan meriwayatkan hadis darinya antara lain

adalah Ibrahim bin Ismail, Ibrahim bin ‘Abdullah bin Hunain, Nafi bin

Jubair bin Muthim atau disebut juga Nafi bin Abi Anas (Abu Suhail).

2. al-‘A’raj (w. 140 H)

Nama lengkapnya ialah Tsabit ‘Iyadh al-Ahnaf al-Qurasyi al-

‘Aduwi. Ia adalah orang yang dimerdekakan oleh ‘Abdurrahman bin Zaid

bin al-Khattab. Ia merupakan generasi ke-3 dari kalangan tabiin

pertengahan. Ia memiliki guru dalam bidang hadis, yaitu Anas bin Malik,

‘Abdullah bin Zubair, ‘Abdullah bin Umar bin al-Khattab, ‘Abdullah bin

‘Amr bin al-‘Ash, dan Abu Hurairah. Sementara murid-muridnya ialah

Ishaq bin Yahya bin Talhah, Ziyad bin Sa’d, dan Abu Zina>d. Para ulama

menilai baik al-‘A’raj dalam periwayatan hadis. Al-Dikutip dari al-Mizi,

Nasai mengatakan ia seorang tsiqoh. Pendapat lain yaitu datang dari Abu

Hatim, mengatakan ia seorang la ba`sa bihi. Al-Dzahabi mengatakan ia

Shaduq sementara Ibn Hajar mengatakan ia seorang tsiqah.

3. Abu Zina>d (w. 131 H)

Nama lengkapnya ialah ‘Abdullah bin Dzakwan, Abu Zina>d, Abu

‘Abdirrahman, seorang ahli fikih Madinah. Ia adalah keponakan Abu

Lu’luah, pembunuh Sayyidina Umar. Dalam bidang periwayatan hadis, ia

mendengar hadis dari Anas, Abu Umamah bin Sahl, al-‘A’raj dan lain-

lain. Ia juga memiliki murid antara lain, Malik, Syu’aib, Hisya>m bin

‘Urwah dan lain-lain. Para ulama menilai ia adalah seorang ahli fikih. Abu

Hanifah mengatakan Abu Zina>d lebih faqih dari Rabi’ah. Al-Laits

Page 71: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

51

mengatakan ia mendengar dari Rabi’ah, bahwa Abu Zina>d bukan orang

tsiqah, sementara al-Dza>habi mengatakan bahwa ia telah dinyatakan

tsiqah menurut ijmak.6

4. Hisya>m bin Urwah (146 H)

Nama lengkapnya ialah Hisya>m bin Urwah bin Zubair bin al-

‘Awam al-Qurasyi, Abu al-Mundzir. Ada yang mengatakan nama

kunyahnya ialah Abu ‘Abdillah al-Madani. Ia merupakan generasi ke-5

dari tabiin atau dengan kata lain termasuk tabiin junior.hadis-hadis yang

diriwayatkannya telah dimuat dalam berbagai kitab induk, seperti al-

Bukha>ri, Muslim, Abu Dau>d, al-Tirmizi, al-Nasai, Ibn Majah. Dalam

bidang hadis, ia memiliki beberapa guru, antara lain: Bakr bin Wa`il, Salih

bin Rabiah, Abu Zina>d, dan lain-lain. Sementara murid-muridnya ialah

sebagai berikut: Aban bin Zaid al-Aththar, Ibrahim bin Humaid bin

Abdirrahman al-Rawasi, Ismail bin Yunus, Isma>il bin Ayya>sy, dan lain-

lain. Adapun penilaian dalam meriwayatkan hadis, para ulama berbeda

pendapat, antara lain: Ibnu hajar mengatakan ia adalah seorang tsiqah

yang faham agama. Sementara al-Dza>habi mengatakan ia seorang

cendekiawan. Berikutnya Abu Hatim mengatakan ia adalah seorang imam

dalam bidang hadis.7

5. Isma>il bin Ayya>sy (w. 182 H)

Nama lengkapnya ialah Isma>il bin Ayya>sy bin Sulaim, Abu Utbah

al-Himsha. Ia merupakan generasi ke-8 dari pengikut tabiin. Ia merupakan

periwayat hadis yang dipakai dalam berbagai kitab hadis, antara lain: al-

Bukha>ri, Abu Dau>d, al-Tirmidzi, al-Nasai, dan Ibnu Majah. Guru-gurunya

dalam bidang hadis ialah Ishaq bin ‘Abdullah bin Abi Farwah al-Madani,

6 Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz al-

Dzahabi. Tarikh al-Islam wawafayat al-Masyahir wa al-A’lam, Vol. 3 (Beirut: Dar al-

Gharb, 2003 M), 677. 7Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz al-

Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubal. Tarikh al-Islam wawafayat al-Masyahir wa al-A’lam, 34.

Page 72: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

52

Tamam bin Najih al-Asadi, Sufyan al-Tsauri, Hisya>m bin Urwah, Hisyam

bin al-Ghaz dan lain-lain. Sementara murid-muridnya ialah Abd al-

Wahhab bin al-Dhahhak, ‘Utbah bin Sa’id, ‘Ali bin Ayya>sy al-Himsha,

dan lain-lain. Adapun pendapat ulama tentangnya, seperti Ibnu Hajar

mengatakan ia adalah Shaduq jika meriwayatkan hadis di daerahnya. Akan

tetapi, ia mengalami ikhtilat jika meriwayatkan hadis di luar daerah.

Kemudian al-Dza>habi mengatakan, Yazid bin Harun berpendapat ia

memiliki hafalan yang kuat dalam jejak periwayatan.8

6. Abd al-Wahhab bin al-Dhahhak (w. 245 H)

Ia adalah Abd al-Wahhab bin al-Dhahhak bin Aban bin al-Sulami,

Abu al-Harits al-Himsha. Ia tinggal di sekitar daerah Himsha. Merupakan

generasi ke-10 dari pengikut tabiin. Dalam meriwayatkan hadis namanya

diakui dalam Sunan Ibn Majah. Guru-gurunya dalam bidang hadis ialah

Isma>il bin Ayya>sy, Baqiyyah bin al-Walid, al-Harits bin Ubaidah, Sufyan

bin Uyainah dan lain-lain. Sementara murid-muridnya ialah al-Hasan bin

Ali bin Syabib al-Ma’mari, al-Abbas bin Ahmad al-Syami, Ahmad bin

‘Amr bin Abi Ashim, dan lain-lain. Adapun pendapat ulama tentangnya

ialah Ibnu Hajar mengatakan ia merupakan seorang matruk. Bahkan,

dinilai kadzdzab oleh Abu Hatim.9

7. Al-Hasan bin Ali al-Ma’mari (w. 295)

Nama lengkapnya ialah al-Hasan bin Ali bin Syabib al-Ma’mari,

Abu Ali. Ia seorang hakim dan penghafal hadis. Berasal dari Baghdad,

kemudian hijrah ke Bashrah, Kufah, Syiria, dan Mesir. Ia diangkat

menjadi hakim agung kemudian wafat di Baghdad. Ada yang mengatakan

8 Sayyid Abu al-Ma’athi al-Nuri. Mausu’ah Aqwal Imam Ahmad, Vol. 1

(Beirut: Alim al-Kitab, 1997 M/1417 H), 109. 9 Muhammad Mahdi al-Muslimi. Mausu’ah Aqal Abi al-Husain al-Daruqutni,

Vol. 2 (Beirut: Alim al-Kitab, 2001 M), 429.

Page 73: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

53

sampai umur 82 tahun tidak tumbuh uban di kepalanya.10 Guru-gurunya

dalam bidang hadis ialah Abd al-Wahhab bin al-Dhahhak, Ali bin al-

Madini, Syaiban, dan lain-lain. Sementara murid-muridnya ialah Ja’far bin

Muhammad bin Nusair, Suwaid bin Ghafalah, al-Sya’bi, dan lain-lain.

8. Ja’far bin Muhammad bin Nusair (w. 348 H)

Nama lengkapnya ialah Ja’far bin Muhammad bin Nushair bin

Qasim, Abu Muhammad al-Baghdadi al-Khuldi al-Khawash. Ia

merupakan seorang guru dan petinggi sufi sekaligus muhaddits dari

kalangan mereka. Guru-gurunya dalam bidang hadis ialah al-Harits bin

Abi Usamah, Bisyr bin Musa, al-Hasan bin al-Ma’mari, dan lain-lain.

Sementara muridnya ialah Yusuf al-Qawwas, Abu ‘Abdillah al-Hakim,

‘Abdul ‘Aziz al-Satturi, Da>ruqutni>, Ibn al-Fadhl al-Qaththan dan lain-lain.

Dalam meriwayat hadis, ia dinilai tsiqah oleh al-Khatib.11

9. Da>ruqutni> (w. 385 H)

Namanya ialah Abu al-Hasan ‘Ali bin Umar bin Ahmad. Ia

seorang imam, hafiz, Syaik al-Islam, Abu al-Hasan ‘Ali bin Umar bin

Ahmad bin Ahmad bin Mahdi bin Mas’ud bin al-Nu’man bin Dinar bin

Abdillah al-Baghdad. Lahir tahun 306 H. Ia mendengar hadis dari Abu al-

Qasim al-Baghawi, Yahya bin Muhammad bin Shaid, Abu Bakr bin Abi

Dawud, dan lain-lain. Murid-muridnya dalam hadis ialah al-Hafiz Abu

Abdillah al-Hakim, al-Hafiz Abd al-Ghina, Tammam bin Muhammad al-

Razi, dan selain mereka dari orang Baghdad, orang Damaskus, orang

Mesir, dan lain-lain.

Berdasarkan pemaparan di atas, Da>ruqutni> dan Ja’far bin

Muhammad bin Nushair tidak memiliki hubungan guru murid yang

10 Khairuddin bin Mahmud al-Zarkali. al-A’lam, Vol. 2 (Beirut: Dar al-Ilmi li al-

Malayin), 200. 11 Syamsuddin al-Dzahabi. Tarikh al-Islam wa Wafayat al-Masyahir wa la-

A’lam, 862.

Page 74: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

54

tertulis dalam buku takhrij. Namun demikian, ada dua indikasi adanya

hubungan guru murid antar keduanya, yaitu dilihat dari kedekatan tahun

wafat dan kesamaan domisili antar mereka.

D. Kesimpulan (Natijah)

Bertitik tolak pada uraian di atas, dapat diketahui bahwa hadis

Nabi tentang jilatan anjing, pada jalur al-Da>ruqutni> selengkapnya:

1. Sanadnya bersambung, hal ini ditandai dengan adanya indikator

bahwa antara para periwayat yang satu dengan yang lain masing-

masing telah memenuhi syarat-syarat periwayatan hadis (tahammul

wa al-Ada), diantaranya selain pertemuan antar guru dan murid (liqa),

juga hidup satu zaman (mu’asharah), sehingga hadis yang

diriwayatkan benar-benar bersambung dan bersandar sampai kepada

Rasulullah Saw.

2. Keseluruhan periwayat dalam sanad tersebut menunjukkan bahwa

mereka adalah periwayat adil dan dabit, kecuali Abd al-Wahhab bin

al-Dhahhak yang terindikasi matruk dan Isma>il bin Ayya>sy yang

terindikasi ikhtilat jika meriwayatkan hadis luar daerah. Meskipun ada

hadis penguat yang semakna. Hadis itu bukan hadis marfu' melainkan

hadis mauquf, sehingga tidak bisa dijadikan hujjah.

3. Sanad hadis tersebut di dalamnya ditemukan adanya kejanggalan

(syaz) dan cacat (illat).

4. Pada matan hadis juga ditemukan kejanggalan dan cacat.

Karena, bertentangan dengan riwayat yang lebih tsiqah, yaitu riwayat

Imam Muslim, Imam Bukhari, dan Imam Ahmad, Abu Daud dan Imam

Malik.

Berpijak dari penjelasan di atas, hadis tentang membersihkan jilatan

anjing kurang dari tujuh kali tanpa tanah pada jalur imam al-Da>ruqutni>

ialah hadis dhaif, yaitu hadis yang tidak terkumpul sifat-sifat hadis hasan,

Page 75: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

55

disebabkan hilangnya satu syarat atau lebih. hadis ini tidak dapat dijadikan

hujjah karna mengandung syaz (bertentangan dengan periwayat yang lebih

tsiqah) dan tidak dapat terangkat statusnya meskipun ada hadis pendukung

yang semakna, hadis pendukung yang semakna itu adalah hadis mauquf

(sesuatu yang disandarkan kepada sahabat baik itu perkataan, perbuatan,

maupun taqrir) yang tidak dapat dijadikan hujjah. Dalam kaidah

pemahaman hadis yang juga menjadi pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah, terdapat kaedah:

. د ل ي حتج ب ه جر الموق وف الم Artinya: “Hadis mauquf murni tidak bisa dijadikan hujjah.”

Jadi, hadis al-Da>ruqutni> tidak bisa berubah statusnya dan dijadikan

hujjah meskipun ada hadis mauquf tersebut karna ada riwayat yang tsiqah

dari hadis riwayat jalur al-Da>ruqutni>.

E. Persfektif Para Muhadissin

Dalam hadis terkait jilatan anjing, terkumpul beberapa redaksi

dalam 4 kategori hadis yang telah disebutkan di bab awal. pada

pembahasan ini akan dijelaskan dalam persepektif para ahli hadis. Berikut

ini hadis tentang jilatan anjing:

Beberapa kategori

Hadis berdasarkan Rawi Redaksi Hadis

Riwayat Muslim

.عن أب ى ه ريرة قال إ ن رس ول للا

ب الكلب ف ى إ ذا شر صلى للا عليه وسلم قال

له سبعا. ]رواه البخاري و ك م فليغس إ ناء أحد

مسلم و اللفظ للبخاري[

.عن أب ى ه ريرة قال رس ول للا صلى

ك م إ ذا ولغ للا عليه وسلم ط ه ور إ ناء أحد

. ات له سبع مر مس ]رواهالكلب ف يه أن يغس

Page 76: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

56

.عن أب ى ه ريرة قال قال رس ول للا

إ ذا ولغ الكلب ف ى إ ناء صلى للا عليه وسلم

. ]رواه رار له سبع م قه ث م ليغس ك م فلي ر أحد

مسلم[

عن أب ى ه ريرة قال قال رس ول للا .

ك م إ ذا ولغ صلى للا عليه وسلم ط ه ور إ ناء أحد

ات أ وله ن له سبع مر ف يه الكلب أن يغس

ب الت راب . ]رواه مسلم[

غفل : قال رس ول للا صلى .عن ابن الم

ناء للا عليه وسلم إ ذا ولغ الكلب ف ي ال

ل وه سبع مر نة ف ي فاغس وه الثام ات ، وعف ر

الت راب . ]رواه مسلم[

Riwayat Bukha>ri

عن أب ى ه ريرة قال إ ن رس ول للا

ب الكلب ف ى صلى للا عليه وسلم قال إ ذا شر

له سبعا. ]رواه البخاري و ك م فليغس إ ناء أحد

لبخاري[مسلم و اللفظ ل

Riwayat Ahmad

.عن أب ى ه ريرة عن النب ى صلى للا

ناء عليه وسلم قال إ ذا ولغ الكلب ف ى ال

. ]رواه احمد[ ات له سبع مر فاغس

Riwayat Abu Da>ud

عن أب ى ه ريرة أن النب ى للا صلى للا .

ناء عليه وسلم قال إ ذا ولغ الكلب ف ى ال

ات الساب عة ب الت راب . ]رواه ل وه سبع مر فاغس

أبو داود[

Riwayat

Da>rut}Qutni>

.عن أب ي ه ريرة قال: قال رس ول للا

وغ ل ن و نا ء م صلى للا عليه وسلم: " ي غسل ال

الكلب ثلثا، أو خمسا، أو سبعا. ]رواه

الدارقطني[

.عن أب ي ه ريرة قال: إ ذا ولغ الكلب

. ات له ثلث مر قه ، ث م اغس ناء فأهر ف ي ال

]رواه الدارقطني[Riwayat Ma>lik صلى .عن أب ي ه ريرة أن رس ول للا

Page 77: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

57

ب الكلب ف ي إ ناء للا عليه و سلم قال :إ ذا شر

. ]رواه مالك[ ات له سبع مر ك م فليغس أحد

Dalam riwayat muslim Kata ط ه ور dengan dibaca fathah atau

dibaca dhammah ( ط) yakni sesuatu yang suci mensucikan. Sementara

lafaz thahara berarti suci12. Dalam satu riwayat lain hadis yang ada lafaz

memiliki riwayat lain.13 ط ه ور

Pemahaman redaksi at-tahuru ini madzhab Syâfi’iyah dan

mayoritas Ulama madzhab Hanâbilah. Dalam fiqh empat mazhab al

dJaziri disebutkan tentang penetapan kalangan Syâfi’iyah bahwa seluruh

badan anjing adalah najis.14 Pendapat ini pula yang dipegang oleh

sebagian besar Ulama kalangan Hanabilah.15 Syekh Mahmud bin Ahmad

menganggap bahwa anjing itu najis dzatiah berdasarkan dalil bahwa hadis

jilatan anjing adalah cabang dari 16.أن بيع الكلب حرام

Riwayat lain ada redaksi perintah nabi untuk membunuh anjing

akan tetapi dikecualikan bagi anjing pemburuh, dan anjing gembala dan

nabi berkata ketika anjing-anjing pemburuhmu dan anjing pengembalamu

menjilat anjing maka basuhlah sebanyak tujuh kali dan campurlah dengan

tanah dalam basuhan ke delapan riwayat ini sebagai berikut:17

12 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi. al-Minhaj Syarh

Muslim (Bairut: Dar Ihya al-Turats, Tt), Juz. 3, 183. 13 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi. al-Minhaj Syarh

Muslim, 183. 14 Syaikh 'AbdurRohman al-Jaziri. Al-Fiqh 'ala al-Madzahib al-Arba’ah, ttp. Ad-

Dar al-'Alamiyyah, Vol: 1 , 2004, 18. 15 Wahbah zuhayli, al-Fiqh al-Islâmi wa ‘Adilatuhu,dimsyq:darul fikr, 2000,

vol, 1, 305. Dan lihat juga di Mughni al-Muhtâj, vol 1, 78, Kasy-syâf al-Qanna` vol 1,

208, Al-Mughni vol 1, 52. 16 Abu Muhammad Mahmud bin ahmad bin Musa bin Ahmad al-‘Aini. Syarh

Abi Daud Li al-‘Aini, (Riyad: Maktab Ar-Rasyid, 1999), Juz. 1, 212. 17 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi. al-Minhaj Syarh

Muslim, 183.

Page 78: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

58

م لب ث م قال ما بال ه أمر رس ول للا صلى للا عليه وسلم ب قتل الك

ص ف ي كلب لب ث م رخ يد وكلب الغنم وقال إ ذا ولغ الكلب ف ي وباللك الص

نة ف ي الت راب وه الثام ات وعف ر ل وه سبع مر ناء فاغس ال

Dari pemahaman hadis inilah ulama berpendapat yang

menghukumi bahwa yang najis dari anjing hanya air liurnya saja,

sedangkan anggota tubuh lainnya suci. Ini adalah pendapat jumhûr

(mayoritas) Ulama.18 Walaupun para ulama membenarkan atau

menshahihkan hadis ini para ualma dalam memahami lafaz ولغ إ ذا dalam

satu riwayat Imam Malik dan Imam Muslim mengunakan redaksi ب ,شر

yakni meminum dengan lisan anjing. Karena lafaz ولغ bermakna

meminum dengan ujung lidah.19 Syekh Mahmud bin Ahmad mengatakan

dalam lafaz الكلب itu ma’rifat dengan alif dan lam menandakan bermakna

jenis anjing seperti pemburuh dan pengembala ternak, Namun Syekh

Mahmud bin Ahmad tetap menganggap bahwa anjing itu najis dzatiah

berdasarkan dalil bahwa hadis jilatan anjing adalah cabang dari أن بيع

Sehingga pendapat ini dijadikan .(jual beli anjing itu haram) 20.الكلب حرام

bahwa anjing secara keseluruhan najis baik itu air liur dan anggota

badanya.

Abi ‘Abdurahman mengatakan dalam Kata ك م itu untuk ف ي إ ناء أحد

penjelas atau bayan dari lafaz ات له سبع مر dan disandarkan pada أن يغس

lafaz إناء terhadap mukhatab itu bukan untuk pengkhususan. Dengan

maksud bahwa tindakan bersuci bukan hanya untuk pemiliknya saja akan

tetapi untuk semua orang ketika wadah terkena jilatan anjing. Dalam lafaz

18 Syaikh 'AbdurRohman al-Jaziri. Fiqh ‘Ala Madzâhibil ‘Arba’ah, vol 1, h18,

Majmû’ al Fatâwâ, vol 5, 51. 19 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi. al-Minhaj Syarh

Muslim, 183. 20 Abu Muhammad Mahmud bin ahmad bin Musa bin Ahmad al-‘Aini. Syarh

Abi Daud Li al-‘Aini, (Riyad: Maktab Ar-Rasyid, 1999), Juz. 1, 212.

Page 79: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

59

ك م itu umum mengandung pengertian setiap sesuatu yang cair atau إ ناء أحد

susu, buah zaitun dan sebaganya.21 Dalam hal ini perintah tersebut

ditinjukan secara umum siapa saja yang menemui anjing itu menjilat maka

wajib untuk mensucikanya.

Abu ‘Abdirrahman mengatkan juga dalam lafaz له di dalam أن يغس

riwayat lain له , ي غسل ل وه, اغس له , فاغس له Di dalam lafaz .ث م ليغس فليغس

maksudnya membasuh wadah setelah setelah menumpahkan air, tidak

tertentu hanya bagi pemilik wadah. Dalam semua redaksi hadis yang ada

makna membasuh berawal dari kata غسل semuanya tidak membuat

pembatasan atau pentakhsisan makna, sehingga jika pemilik wadah

membasuhnya atau menyuruh orang lain untuk membasunya, tentu

boleh.22

Pemahaman pencampuran tanah dalam mensucikan najis jilatan

anjing dipahamai dari redaksi ( ات أ وله ن ب الت راب ada beberapa cara .(سبع مر

dalam mencampurkan tanah, caranya boleh menaburkan tanah ke tempat

yang hendak disucikan lalu dibasuh dengan air, atau ditumpahkan air

terlebih dahulu kemudian dicampur tanah. Karena tanah dapat menjadi

alat bersuci seperti dalam tayamum.23 Sementara air pun dapat

mensucikan. Karena itu wajib menggunakan dua alat yang bisa

menyucikan sekaligus terkait proses penyucian najis jilatan anjing, sebab

masuk dalam kategori najis yang berat. Dalam redaksi riwayat lain ( أ وله ن

redaksi ini muncul disertai ragu-ragu. Riwayat tersebut (أو أخراه ن ب الت راب

terdapat di dalam Tirmidzi. Sementara berdasarkan riwayat Nasa’i

menunjukkan lemahnya yang memakai redaksi ( أ وله ن أو أخراه ن ب الت راب),

dikarenakan “أو ” dalam redaksi tersebut tidak bertujuan untuk pilihan

21 Abi Abdurahman. Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, 4. 22 Abi Abdurahman. Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, 5. 23 Abi Abdurahman. Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, 5.

Page 80: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

60

tetapi karena keraguan periwayat. Namun dalam riwayat lain, tanah

dicampur pada basuhan ketujuh sebagaimana dalam redaksi ( الساب عة

ثلثا، أو خمسا، أو ) Riwayat al-Da>ruqut}ni> menggunakan redaksi .(ب الت راب

tanpa dicampur tanah. al-Da>ruqut}ni> juga meriwayatkan hadis yang (سبعا

hampir sama yang dari jalur Abdul Malik bin Abi Sulaiman dari Atha dari

Abu Hurairah:24

ف اء نال ي ف ب ل ك ال غ ل ا و ذ إ ات ر م ث ل ث ه ل س اغ م ، ث ه ق ر ه أ

Menurut Taqiyudin di dalam Kitab al-Imam bahwa sanad hadis ini

sahih dilihat dari dzahir. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-

Da>ruqut}ni> ini memberikan penjelasan bahwa lebih baik lebih dari tiga kali

basuhan. Dengan kata lain dalam perintah tiga kali basuhan itu tidak wajib

tetapi perintah sunah.25 Akan tetapi riwayat al-Da>ruqut}ni> ini bertentangan

dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang tertulis dalam

kitab Kutub al-Sittah seperti yang tercantum di dalamnya kebanyakan

mengunakan atau redaksi yang lebih banyak dengan mengunakan lafaz

,sebagimana yang diriwayatkan oleh Muslim, Bukha>ri, Tirmidi (سبع )

Nashai, Abu Da>ud.26

Hadis yang memuat redaksi ( نة ف ي الت راب وه الثام yang (وعف ر

diriwatkan oleh Muslim diriwayatkan juga oleh Abu Da>ud, Nasai, Ibn

Majah. Menurut Imam al-Thahawi bahwa hadis tersebut telah di-naskh

seperti hadis ( له ثلث ات ث م اغس مر ) namun penambahan tanah dalam

24 Abu Muhammad Mahmud bin ahmad bin Musa bin Ahmad al-‘Aini. Syarh

Abi Daud Li al-‘Aini, 214 25 Abu Muhammad Mahmud bin ahmad bin Musa bin Ahmad al-‘Aini. Syarh

Abi Daud Li al-‘Aini , 212 26 Abu Muhammad Mahmud bin ahmad bin Musa bin Ahmad al-‘Aini. Syarh

Abi Daud Li al-‘Aini, 212.

Page 81: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

61

basuhan kedelapan hanya bersifat sunah karena perintah (وه hanya (عف ر

mengandung kesunahan27

Menurut Abu Muhammad bahwa lafz قه ) { -dalam riwayat al ,(فلي ر

Da>ruqut}ni> menggunakan ( قه akan tetapi dalam riwayat tersebut ,(فأهر

hanya diperintahkan membasuh sebanyak tiga kali tanpa dicampur tanah.

perintah agar menumpahkan air yang ada di dalam wadah menunjukkan

status najis air tersebut, sebagaimana petunjuk dari perintah membasuh

wadah. Jelasnya, jika status air tersebut tidak najis, tentu tidak akan

muncul perintah untuk melakukan keduanya, terlebih dalam satu riwayat

menggunakan ( ك م ini berarti proses pembasuhan disebut ,(ط ه ور إ ناء أحد

sesuatu yang mensucikan, sebab, kewajiban bersuci perlu dilakukan pada

sesuatu yang jelas-jelas terdapat najis. Sebagaimana bersuci selalu

disebabkan antara dua hal, disebabkan hadas atau najis. Karena itu, hadis

tersebut, karena terdapat perintah membasuh dalam proses penyucian,

sudah tentu jilatan anjing hukumnya najis.28 Menurut Abu Muhammad

bahwa lafaz ( قه amr dalam kata tersebut menunjukan wajib (فلي ر

sebagaimana kaidah amr yang paling rajih menurut para ulama ushul

fikih.29 Dan harus disegerakan karena kaidah amar itu menuntut

dikerjakan segera sebagaimana pendapat paling rajih menurut ulama ushul

fikih.

Mengutip penjelasan Abu ‘Abdirrahman, Jika redaksi (ط ه ور)

difahami berdasarkan arti bahasa, yakni menghilangan kotoran, maka

27Abu Muhammad Mahmud bin ahmad bin Musa bin Ahmad al-‘Aini. Syarh

Abi Daud Li al-‘Aini, 212. 28 Abu Muhammad Mahmud bin ahmad bin Musa bin Ahmad al-‘Aini. Syarh

Abi Daud Li al-‘Aini, 212. 29 Abi Abdurahman, Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, 17.

Page 82: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

62

perintah membasuh hanya sebatas taqarrub. Akan tetapi, anggapan

demikian dapat dijawab dengan kaidah ushul fikih:30 ى ل ع ت ل م ح ة ي ع ر الش و ة ي و غ الل ة ق ي ق ح ال ن ي ب ت ار ا د ذ إ ع ر الش اظ ف ل أ ن أ

ل ي ل د ام ا ق ذ إ ل ، إ ي ان الث

Masih mengutip penjelasan dari Abu ‘Abdirrahman, jika ada

anggapan bahwa kewajiban membasuh wadah hanya sebatas ta’abbud,

maka perlu dikembalikan pada kaidah ushul fikih ( ل س غ ال ب و ج و ل ص ال ن أ

ة اس ج الن ن م ) dan ( أ ىنع م ال ة ل و ق ع ا م ه ن أ ام ك ح ال ي ف ل ص ل ). Ini berarti, jika

perintah tersebut hanya sebatas ta’abbud, tentu tidak perlu sampai

membuang air dan membasuh wadahnya. Ada sebuah anggapan, jika

perintah tersebut dengan alasan najis, tentu tidak perlu membasuhnya

sebanyak tujuh kali. Sebagaimana najis yang lebih berat daripada jilatan

anjing, seperti najis kotoran yang tidak disyaratkan menghilangkanya

dibasuh sebanyak tujuh kali. Sebagiaimana pada hewan buruan itu mesti

terkena liur anjing, sehingga adanya penegasan tentang kehalalan

(binatang buruan yang berhasil ditangkap oleh anjing menunjukkan

sucinya air liur anjing .Apalagi tidak ada perintah untuk mencuci bagian

yang tersentuh mulut anjing pada hewan buruan tersebut.31 (Aridhatul

Ahwadzi, Ibnul Arabi)

Namun menurut Abu ‘Abdirrahman Anggapan air liur itu tidak

najis berdasarkan metode qiyas. Akan tetapi, menurut anggapan semacam

ini dapat dibantah dengan kaidah ushul fikih, yakni ( ف ال ا خ ذ ا اس ي ق ال ن ا

د اس ف ه ن ا ف ص الن ), karena itu, hadis terkait jilatan anjing harus dimenangkan

daripada qiyas berdasarkan pendapat rajih dari pendapat ulama ushul

30 Abi Abdurahman. Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, 5-6. 31 Ibnul Arabi. 'Aridhatul Ahwadzi Bisyarah Shahih Tarmidzi. (Beirut: dar

fikr al-ilmiyah),vol 1, 2000, 35.

Page 83: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

63

fikih. Sebagaimana perkataan Ibn Hajar di dalam kitab Fath al-Bari: (

و ق أ س ي ج ن الت ب ل ي و أ الت و ص و ص ن م ى ال نع ي م ف ه ن ى ل ) karena alasan najisnya lebih

kuat sebagaimana yang ditetapkan oleh Ibn Abbas bahwa jilatan anjing itu

najis.32

F. Presfektif Para Mufassir

Sebagaimana sudah maklum, najis terbagi menjadi tiga, yakni najis

mughalladhah, yaitu najisnya anjing dan babi; najis mutawassithah atau

najis standar yang jamak terjadi; dan terakhir najis mukhaffafah, najisnya

anak laki-laki yang belum sampai berumur dua tahun dan baru meminum

air susu ibu sebagai sumber makanan tunggal. Namun terkait dengan najis

jilatan anjing para ulama mufasirin para tidak secara jelas dalam

menafsirkan surat al-maidah ayat 4:

ح ن الجوار ل لك م الطي بات وما علمت م م م ق ل أ ح ل له يسأل ونك ماذا أ ح

ا علمك م للا م ونه ن م كل ب ين ت عل م وا اسم للا م ا أمسكن عليك م واذك ر م فك ل وا م

ساب يع الح سر إ ن للا عليه واتق وا للاArtinya : Mereka menanyakan kepadamu "Apakah yang

dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang

baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang

telah kamu latih dengan melatihnya untuk berburu; kamu

mengajarkannya menurut apa yang telah diajarkan oleh Allah

kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu.

Dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu

melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya

Allah maha cepat hisab-Nya.33

Dalam ayat di atas, tidak secara ekplisit membicarakan air liur

anjing, akan tetapi lebih pada kehalalan hewan hasil buruan anjing dengan

syarat-syarat yang telah ditentukan. Meskipun begitu, ayat di atas

dijadikan sebagai landasan oleh kalangan Malikiyah dalam

32 Abi Abdurahman. Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, 6-7. 33 Q.S Al-Ma'idah [5]: 4.

Page 84: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

64

mempersoalkan status hukum anjing khususnya air liurnya. Karena ayat

di atas berkenaan dengan mulut anjing yang digunakan untuk memangsa

buruannya.

Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengartikan lafaz الجوارح

dalam surat al-Maidah ayat 4. Sebagian mereka berpendapat, الجوارح

adalah setiap hewan yang bisa diajari berburu, baik dari hewan berkaki

empat atau burung hal itu didasarkan pada landasan sebagai berikut:

ب م ال ن ا اب نث د ، ح ال ق د ي م ح ن ا اب نث د ح سم إ ن ، ع ك ر ا ن ، ع م ل س م ن ب ل ي ع ا

كل ب ين ح ار و ج ال ن م م ت م ل ا ع م :"و ه ل و ي ق ف ن س ح ال ا ع ل م م ل : ك ال "، ق م

ه ر ي غ و د أ ه ف و أ ر ق ص و أ ب ل ك ن اد، م ص ف

Ulama lain membedakan hasil buruan anjing dan burung. Meraka

hanya membatasi kehalalannya pada hasil buruan burung sementara anjing

sebaliknya. Ada pendapat satu ulama yang mengira dalam memahami kata

sehingga yang dikehendakinya ,الجوارح sebagai penjelasan dari kata مكلبين

adalah khusus anjing. Meskipun pendapat ini ditolak. Sebab, asbabun

nuzul ayat di atas turun terkait dengan persoalan perintah Nabi kepada

sahabatnya agar membunuh anjing yang dijadikan sebagai hewan

pemburu34.

ول ها أن الن لب قال وا: يا سبب ن ز ا أمر ب قتل الك ب ي صلى للا عليه وسلم لم

ه الية ، ة الت ي أمرت ب قتل ها؟ فنزلت هذ ه ال م ن هذ ل لنا م رس ول للا ماذا يح

ن رس ول للا صلى للا ا نزلت أذ لب الت ي ي نتفع فلم عليه وسلم ف ي اقت ناء الك

نها. ب ها، ونهى عن إ مساك ما ل نفع ف يه م “Sebab turunnya ayat di atas ketika Nabi Muhammad SAW

memerintahkan membunuh anjing. Mereka (para sahabat)

bertanya: wahai Rasulullah, apa yang halal bagi kami yang kau

perintahkan untuk membunuhnya? Lalu turun lah ayat tersebut.

Setelah ayat turun, Rasulullah memberi izin memelihara anjing

34 Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib. Jami’ al-bayan Fi

Ta’wil Ay al-Quran, (Bairut: Muassisah al-Risalah: 2000), cet. I. Juz. 9. 542.

Page 85: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

65

yang dapat dimanfaatkan dan melarang mengambil sesuatu yang

tidak dapat dimanfaatkan.”35

Selain asbabun nuzul di atas, ada juga asbabun nuzul terkait ayat

al-Maidah ayat 4 ini. Sebagai berikut:36

ل هله ي بن حات م وزيد بن الم ه الية ف ي عد : نزلت هذ بير يد بن ج قال سع

اه رس ول للا صلى للا عليه وسلم زيد الطائ يين وه و زيد الخيل ا ي سم لذ

ل لنا لب والب زاة فماذا يح يد ب الك ، قال: يا رس ول للا إ نا قوم نص الخير

ه الية . نها؟ فنزلت هذ م

“Said bin Jubair berpendapat, ayat tersebut turun berkenaan

dengan ‘Adi > bin Abi Ha>tim dan Zaid bin al-Muhalhil. Mereka

berdua bertanya kepada Rasulullah SAW. “kami berburu dengan

menggunakan anjing dan senjata, apa yang halal dari dua hal

tersebut untuk kami?”

Lalu turun lah ayat tersebut. 37 Selanjutnya, hasil buruan anjing

tetap halal dimakan meskipun anjing tersebut telah memakan 2/3 hasil

35 Abu al-Husain bin Muhammad bin Mas’ud bin Muhammad bin al-Farra’.

Ma’alim al-Tanzil (Bairut: Dar Ihya al-Turats: Tt), Juz. 2, 15. 36 Asababun nuzul ayat ini salah satunya; 1) Qasim menceritakan kepada kami,

dia berkata: Husain menceritakan kepada kami, dia berkata: Hajjaj menceritakan

kepadaku dari ibn juraij, dari ikrimah “sesungguhnya nabi muhammad saw mengutus abu

raf’i agar membunuh anjing, lalu dia membunuhnya hingga sampai pada sebuah daerah

bernama al-a’wali lalu ‘Asim ibn ‘adi, sa’id ibn khaitsamah dan Uwaim ibn sa’idah

masuk lalu bertanya: apa yang halal untuk kita ya rasullallah? Kemudian diturunkan ayat

4 surat al-maidah. 2)Ibnu jarir at-tabari mengeluarkan dari jalur syi’by : bahwa ad’i ibn

hatim al-thai berkata. Seorang laki-laki medatangi nabi-saw bertanya tentang hewan

buruan anjing, lalu Nabi tidak mengerti yang diucapkan seseorang itu hingga turunya

ayat ini: 3) Dikeluarkan dari ibn hatim dari sa’id ibn Jabir: bahwa ‘adi ibn hatim dan zaid

ibn muhalhil al-thaiyin bertanya kepada rasullallah saw. ya rasulallah seseunguhnya

kaum ku berburu dengan mengunakan anjing dan senjata. bahwasanya anjing itu

menerkam sapi,keledai,kijang. sungguh allah mengharamkan bangkai, lalu apa yang

halal dari bangkai untuk kita. Kemudian ayat turun ( surat Al-maidah ayat 4) 4)

Dikeluarkan oleh Ibnu jarir dan ibn mundzir, al-thabrani, dan al-baihaqi: sesungguhnya

pada saat nabi muhammad saw memerintah abu raf’i agar membunuh anjing di madinah,

manusia datang lalu bertanya kepada nabi: ya rasullallah apa yang halal bagi umat ini

yang diperintahkan membunuh anjing. Kemudian turun ayat lalu nabi membacakan ayat

tersebut. 37Abu al-Husain bin Muhammad bin Mas’ud bin Muhammad bin al-Farra’.

Ma’alim al-Tanzil, 15

Page 86: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

66

buruannya yang menyisakan 1/3 untuk tuannya. Sebagai riwayat Ibnu Jarir

berikut:

ه نحو هذا عن ابن ع مر وسع ير وغير ، وعن أب ي ه ريرة روى ابن جر د

، وبق ي الث ل ث فك ل، وعليه مال ك ما قال: وإ ن أكل ث ل ثيه .وسلمان أنه “Ibn jari>r dan lainnya meriwayatkan hadis yang sama

dengan di atas dari Ibn Umar, Sa’d, Abu Hurairah, dan Salman.

Mereka berdua berkata. “jika hewan buruan memakan 2/3 hasil

buruannya dan masih menyisakan 1/3, maka makan lah, dan 1/3

tersebut atas pemilik”.38

Menurut al-Thabari bahwa makna ayat ح ن الجوار adalah وما علمت م م

hewan buruan dari hasil hewan buas dan burung yang kalian latih. Lafaz

itu sifat untuk hewan berburu. Meskipun tidak selalu berburu مكلبين

dengan anjing. Itu adalah pandangan orang yang menyampaikan kepada

kaum ك م ح ار و ج ال ن م م ت م ل ا ع م و ن ي ن م ؤ م ن ي ب ل maksud ayat di atas adalah bukan

untuk kekhususan anjing sebagai hewan berburu yang halal hasil

buruannya, tetapi semua hewan buas yang bisa dilatih untuk berburu.39

Pada persoalan status hukum anjing, al-Qurt}ubi banyak

menyinggung penjelasannya dalam QS: al-furqan: 48 yang menjelaskan

status air hujan yang dapat mensucikan. Sebagai berikut:

ياح ب شرا بين يدي رحمت ه ي أرسل الر ن السماء ماء وه و الذ وأنزلنا م

طه ورا

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar

gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami

turunkan dari langit air yang amat bersih”40

38 Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Muhammad Syamsuddin bin

Muhammad Bahauddin, Tafsir al-Qur’an al-karim: Tafsir al-Manar (Mesir: al-Haiat al-

Mishriyah, 1990), Juz. 6. 143. 39Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghali. Jami’ al-bayan Fi Ta’wil

Ay al-Quran, 542 40 Qs. al-Furqan: 48

Page 87: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

67

Al-Qurt}ubi dalam tafsirnya, ketika ada anjing menjilat air maka

harus membasuh wadah dan tidak boleh digunakan wudhu walaupun air

itu suci. Pendapat beliau ini mengutip pendapat Imam Ma>lik disebabkan

dalil-dalil yang mendasarinya, sebagai berikut:41

صعب المدن ي حدثنا عبد حمن بن زيد بن أسلم عن أب يه عن حدثنا أب و م الر

ي أن النب ي صلى للا عليه وسلم س ئ ل در يد الخ عطاء بن يسار عن أب ي سع

لب باع والك د ها الس ينة تر ياض الت ي بين مكة والمد ر وعن عن الح م والح

نها فقال لها ما حملت ف ي ب ط ون ها ولنا ما غبر طه ور الطهارة م “Telah menceritakan kepada kami (Abu Mush'ab Al

Madani >) berkata, telah menceritakan kepada kami (Abdurrahman

bin Zaid bin Aslam) dari (Bapaknya) dari ('Atha >` bin Yasa>r) dari

(Abu Sa'id Al Khudri >) bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

ditanya tentang telaga-telaga yang terdapat di antara Makkah dan

Madinah yang dikunjungi hewan buas, anjing dan himar, serta

hukum bersuci dengannya. Maka beliau pun menjawab: "Baginya

apa yang dikandung di dalam perutnya dan bagi kita tidak

menghalangi untuk bersuci."

Dari dalil tersebut al-Qurt}ubi menghukumi anjing itu suci dan apa

yang dijilatnya juga suci42. Mengenai membasuh wadah yang terkena

jilatan anjing dengan membasuh tujuh kali basuhan hanya ta’abbudi. Tak

sekedar dalil yang di atas sebagai argumentasi beliau menghukumi anjing

itu suci. beliau juga memberikan dalil lain sebagai berikut:

لب كانت ي عن ابن ع مر أن الك د رس ول وف ي الب خار ت قب ل وت دب ر ف ي مسج

ن ذل ك. وقال ع مر ب حضرة ش ون شيئا م للا صلى للا عليه وسلم ول ير

د حوضك : هل تر و بن العاص ي سأله عمر ب الحوض الذ حابة ل صاح الص

باع . فق باع الس د على الس ، ل ت خب رنا فإ نا نر ب الحوض : يا صاح ال ع مر

د علينا. أخرجه مال ك والدارق طن ي وتر

41 Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin al-Farah al-Anshari.

al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an (Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah, 1964), Juz. 13, 45. 42 Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin al-Farah al-Anshari.

al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, 45.

Page 88: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

68

Menandakan bahwa pada zaman Rasulullah anjing itu mondar

mandir di masjid Rasulullah dan tidak ada para sahabat yang menyiram

satu anjing pun. Umar berkata di tengah-tengah para sahabat kepada

pemilik kolam yang ditanya oleh Amr bin ‘Ash. “Apakah ada hewan buas

yang mendatangi kolammu?” Lalu umar berkata kepada pemilik kolam

“kamu tidak perlu memberi tahu kepada kami, sesunguhnya kami

mendatangi binatang buas dan mereka pun mendatangi kami”.

al-Qurtubi memberikan penjelasan bahwa hadis di atas tidak

membedakan kategori hewan buas, termasuk anjing. Tidak ada hujah

untuk menentang perintah menumpahkan air yang terkena jilatan anjing,

sebab sudah jelas karena najisnya. bersih dari kotoran sunnah, atau

mungkin saja perintah menumpahkan air yang terkena jilatan anjing

adalah sebagai bentuk untuk memberatkan mereka agar tidak memelihara

anjing. Perintah membasuh wadah yang terkena jilatan anjing hanya

sebagai bentuk ibadah bukan karena najisnya. Sebab, jika perintah

membasuh wadah karena alasan najis, tentu tidak perlu adanya bilangan

dan penggunaan tanah43.

Dalam kitab Fath al-Qadir, al-Qurt}ubi mengatakan sebagian

ulama menghukumi boleh mengambil hasil dari hewan terlatih seperti

anjing dan hewan lainya. Hal itu juga menandakan boleh mengambil

manfaat dari hewan terlatih seperti dibolehkanya jual beli anjing dan

hewan lainya dan mengambil manfaat dari hewan-hewan tersebut kecuali

ada dalil yang mengkhususkanya44.

43 Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin al-Farah al-Anshari.

al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an. 45. 44 Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah al-Syaukani. Fath al-Qadir

(Bairut: Dar Ibn Katsir, Tt), cet. I, juz.2, 16.

Page 89: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

69

G. Perspektif Para Fuqoha

Dalam masalah bagian tubuh anjing selain lidah, telah dibahas oleh

kalangan Ma>likiyah, Syafi’iyah dan Dzahiriyah. Ma>likiyah dan

Dzahiriyah hanya menghukumi najis jilatan anjing. Sedangkan Syafi’iyah

memiliki dua pendapat, yang paling sahih ialah semua angota tubuh anjing

sama hukumnya dengan lidah anjing.

Al-Qarafi dari kalangan Ma>likiyah berpendapat bahwa hukum

najis hanya sebatas jilatan anjing saja, jika kaki atau anggota tubuh lainya

masuk kedalam wadah tidak dihukumi najis.

Kalangan Dzahiriyah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn Hazm,

ketika anjing memakan makanan di dalam wadah dan tidak menjilati

wadah meskipun anggota badanya masuk ke dalam wadah maka tidak

wajib dibasuh, dengan kata lain hanya lidah yang dihukumi najis.

Sedangkan Syafi’iyah tidak membedakan antara lidah anjing dan anggota

badan lainya meskipun menempel diselain wadah hukumnya najis45.

Para Ulama berbeda pendapat tentang kenajisan anjing, ada tiga

pendapat, sebagaimana disampaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

rahimahullah :

“Adapun anjing, para Ulama terbagi atas tiga pendapat.

Pertama; Bahwa anjing najis seluruhnya termasuk bulunya. Inilah

pendapat Imam asy-Syâfi’i rahimahullah dan Ahmad rahimahullah

. Kedua; Bahwa anjing adalah suci termasuk liurnya. Inilah

pendapat yang masyhur (terkenal) dari Imam Mâlik rahimahullah.

Ketiga; Bahwa air liurnya najis, dan bulunya adalah suci. Inilah

madzhab yang masyhur dari Imam Abu Hanîfah rahimahullah ,

dan inilah riwayat yang didukung oleh mayoritas pengikutnya, dan

inilah riwayat lain dari Ahmad rahimahullah. Inilah pendapat yang

lebih kuat.”46

45 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh , Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba, 28. 46 Majmû’ al Fa>tawa>, vol 5, 51.

Page 90: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

70

Air yang terkena jilatan anjing harus ditumpahkan sebagaimana

yang dikatakan oleh fuqaha, tetapi mereka berselisih pendapat jika di

dalam wadah ada benda cair atau makanan. Pertama, kalangan Hanafiyah

menghukumi najis pada air yang terkena jilatan anjing dan wajib

menumpahkanya. Hal semacam ini juga berlaku pada setiap benda cair

yang terkena jilatan anjing. Kedua, Ma>likiyah lebih memilih

menumpahkan air yang terkena jilatan anjing tetapi mereka tidak menggap

najis. Sementara benda cair atau makanan ketika dijilat anjing hukumnya

tidak najis dan tidak wajib ditumpahkan. Ibn Abdi al-Barr dari kalangan

Hanafiyah menambahkan bolehnya memakan sesuatu yang terkena jilatan

anjing seperti susu, keju.dan disunahkan menumpahkan air yang terkena

jilatan anjing. Tambahnya lagi hadis tentang perintah membasuh sebanyak

tujuh kali hanya sebagai ta’abud. Ketiga, Syafi’iyah berselisih antara

wajib dan sunah menumpahkan dan memanfaatkan sesuatu yang terkena

jilatan anjing. Al-Mawardi menambahkan sebagian Syafi’iyah wajibnya

membuang sesuatu yang terkena jilatan anjing dan haram

memanfaatkanya. Sementara Jumhur al-Syafi’iyah memilih sunah dan

tidak haram memanfaatkannya. masih dalam kalangan Syafi’iyah yakni al-

Nawawi memberikan penjelasan tambahan tentang keharusan membuang

makanan di dalam wadah yang terkena jilatan anjing. Sementara makanan

yang tidak terkena jilatan tetap suci dan masih bisa dimanfaatkan.

Keempat, Hanabilah pendapatnya sama dengan kalangan Syafi’iyah. Ibn

Qadamah menambahkan jika sisa air dalam bejana dihukumi suci maka

tidak boleh ditumpahkan dan tidak wajib membasuhnya. Kelima,

Dzahiriyah berpendapat wajibnya menumpahkan benda cair yang terkena

jilatan, berbeda dengan makanan. Dan tidak perlu membasuh wadah

makanan sebanyak tujuh kali. Ibn Hazm dari kalangan Dzahiriyah

berpendapat wajib menumpahkan sesuatu yang ada dalam wadah yang

Page 91: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

71

terkena jilatan. jika anjing makan dalam wadah tidak wajib dibasuh dan

tidak boleh ditumpahkan47.

Argumentasi mereka dalam berpendapat menumpahkan bekas

jilatan, sebagai berikut48:

1. Sesuai sabda Nabi yang berarti “tumpahkanlah” , merupakan bentuk

perintah.

2. Ibn Hajar menambahkan bahwa perintah membasuh sebagai bukti

najis. Sementara dalam perintah menumpahkan bersifat umum baik

berupa air atau makanan. Jika sesuatu yang terkena jilatan itu suci

tentu saja tidak diperintah untuk menumpahkannya. Karena termasuk

menyia-nyiakan harta. Pendapat ini sama dengan yang dipaparkan

oleh al-Nawawi.

3. Ibnu Hazm berpendapat wajibnya menghilangkan air liur dan keringat

anjing dalam semua hal. Karena Allah mengharamkan setiap hewan

yang bertaring. Dan anjing termasuk dalam hewan tersebut. Sebagian

suatu yang haram itu haram, Air liur dan keringat anjing hukumnya

haram. Dan keharaman itu mewajibkan untuk dibuang dan dihindari.

4. Ma>likiyah bependapat bahwa redaksi yang berarti “tumpahkanlah”

tidak disebutkan oleh kalangan hadis. Pendapat ini dibantah oleh al-

Iraqi, dia menegaskan redaksi yang berarti “tumpahkanlah” adalah

tambahan yang tidak sampai membuat kecacatan hadis karena

tambahan orang yang tsiqah diterima. Ibn Hazm menambahkan

alasannya tentang ketidak haraman memakan sesuatu yang dimakan

anjing dengan argumentasi bahwa sesuatu yang Allah halalkan, baik

47 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh. Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba, 19-20. 48 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh. Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba, 21.

Page 92: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

72

makanan atau minuman tidak begitu saja berubah menjadi haram dan

najis kecuali terdapat nash.

Argumentasi mereka yang berpendapat tidak perlu membuang

sesuatu yang terkena jilatan anjing. Dalam permasalahan bilangan

membasuh bekas jilatan anjing, para fuqaha bereda pendapat, yakni:

Pertama, kalangan Hanafiyah seperti al-Sarkhasi dan al-Murghaniyah

berpendapat bahwa bekas jilatan anjing hanya dibasuh tiga kali basuhan.

Pendapat tersebut berlandasakan argumen-argumen naqli dan aqli, yakni49:

ه ق ر اه ف اء نى ا ف ب ل ك ال غ ل ا و ذ :ا ال ق ه ن ا - ه ن ع للا ى ض ر ة ر ي ر ه ي ب ا ن ع .1

اث ل ث ه ل س اغ م ث

يف ال ق –صلى للا عليه وسلم ي ب الن ن ا - للا ى ض ر ة ر ي ر ي ه ب ا ن ع .2

اع ب س و ا ا س م خ و ا ا ث ل ث ل س غ ي اء ني ال ف غ ل ي ب ل ك 3. Karena membasuh sebanyak tujuh kali terjadi pada masa awal Islam

4. Air kencing anjing dapat suci dengan tiga kali basuhan. Apalagi

hanya berupa jilatan yang bisa suci dengan tiga kali basuhan

Kedua, kalangan Malikiyah, Hanabilah, Syafi’iyah, dan Dzahiriyah

berpendapat membasuh wadah yang terkena jilatan anjing dengan tujuh

kali basuhan namun memiliki ikhtilaf dalam pembahasan basuhan ini yang

akan dijelaskan di bawah.

Ibn Abd al-Barr dari kalangan Ma>likiyah berpendapat bahwa

keseluruhan kalangan Maliki sampai saat ini bependapat bahwa anjing itu

suci dan membasuh wadah yang terkena jilatan anjing dengan tujuh

basuhan itu ta’abud. al-Muzani dari kalangan Syafi’iyah mengharuskan

membasuh wadah yang terkena jilatan anjing itu dengan tujuh kali

basuhan salah satunya mengunakan tanah. Ibn Qadamah dari kalangan

Hanabilah, membasuh wadah yang terkena jilatan anjing dengan

membasuh tujuh kali basuhan, namun Imam Ahmad sendiri membasuh

49 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh. Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba, 19.

Page 93: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

73

dengan delapan kali basuhan yang salah satunya mengunakan tanah

namun riwayat tujuh kali lebih ashah. Ibn Hazm dari kalangan Dzahiriyah

juga sama dengan Syafi’iyah dengan membasuh tujuh kali salah satunya

mengunakan tanah50.

Menyambung permassalah di atas terkait cara membasuh bekas

jilatan anjing dengan mencampurkan tanah. Para fuqaha berbeda pendapat

dalam membasuh bekas jilatan anjing. Apakah mencampurkan tanah

dalam pembasuhan ini sebagi syarat atau tidak?. pertama, kalangan

Hanafiyah dan Ma>likiyah tidak mensyaratkan mencampurkan tanah dalam

membasuh bekas jilatan anjing. Alasan hanafiyah tidak mensyaratkan

pemcampuran tanah dalam membasuh bekas jilatan anjing karena atas

dalil yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan berdasarkan qiyas.

Sedangkan Ma>likiyah mewajibkan pencampuran tanah akan tetapi Imam

Ma>lik tidak menetapkan mencampurakn tanah dengan alasan hadis yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Kedua, kalangan Syafi’iyah, Hanabilah

dan Dzahiriyah mensyaratkan pencampuran tanah di dalam membasuh

wadah yang terkena beksa jilatan anjing. Dalam hal ini Syafi’iyah

memiliki dua pendapat, yakni 1) mecampurkan tanah di awal basuhan, 2)

memcampurkan tanah disalah satu basuhan. Kalangan Hanabilah juga

memiliki dua pendapat dalam mencampurkan tanah untuk membasuh

bekas jilatan anjing, yakni: 1) mecampurkan tanah diantara salah satu

basuhan, 2) memcampurkan tanah diantara delapan basuhan51.

Masalah pengganti penggunaan tanah untuk membasuh atau

mensucikan bekas jilatan anjing, para fuqaha berbeda pendapat: Imam al-

Nawawi, dalam hal ini dari kalangan Syafi’iyah merinci kedudukan benda

50 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh. Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba, 19. 51 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh. Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba, 10-11.

Page 94: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

74

lain dalam mengantikan tanah untuk mensucikan bekas jilatan anjing.

Pertama, benda lain tidak dapat menggantikan tanah dalam mensucikan

bekas jilatan anjing, kedua, bisa menggantikan fungsi tanah dalam

mensucikan bekas jilatan anjing, ketiga, bisa diganti ketika tidak

ditemukan tanah, keempat, bisa menggantikan tanah ketika benda yang

terkena jilatan anjing tersebut dimungkinkan rusak jika dibasuh dicampur

tanah. Ibn Quddamah dari kalangan Hanabilah berpendapat, benda lain

yang menggantikan fungsi tanah dalam mensucikan jilatan anjing dirinci

dalam dua pendapat. Pertama, tidak bisa menggantikan kedudukan tanah

dalam mensucikan bekas jilatan anjing, kedua, bisa menggantikan tanah

dalam proses pensucian bekas jilatan anjing. Ibn Hazm dari kalangan

Dzahiriyah berpendapat tidak boleh mengganti tanah dengan benda lain,

karena hal itu batasan yang sudah ditetapkan Nabi SAW52.

Alasan fuqoha memilih pendapat tidak boleh mengganti fungsi

tanah dengan benda lain sebagai berikut: pertama, sebab proses penyucian

najis anjing hanya dapat dilakukan dengan tanah sebagaimana tayammum,

kedua, perintah menggunakan tanah dalam mensucikan najis anjing

bersifat ta’abud, maka tidak layak untuk menyamakannya dengan benda

lain.

Sedangkan alasan yang memilih bolehnya mengganti tanah dengan

benda lain sebagai berikut: Pertama, sabun dan benda lainnya lebih efektif

dalam menghilangkan najis ketimbang tanah. Penggunaan tanah dalam

nash sebagai informasi bahwa tanah pun dapat menghilangkan najis.

Kedua, tanah termasuk dalam benda keras yang dijadikan sebagai cara

dalam menghilangkan najis, karena itu, benda-benda keras lainnya seperti

batu dapat pula dijadikan alat bersuci. Ketiga, tanah dapat mensucikan

52 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh. Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba, 16.

Page 95: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

75

najis-najis yang bersifat keras, sebagaimana yang diterangkan dalam

nash53.

Walaupun para ulama fiqih memiliki pendapat masing masing

terkait pengati debu. Namunperlu digaris bawahi pengantian tanah

tersebut ketika tanah sulit didapat, maka pengantian tanah tersebut boleh.

Terkait masalah penganti tanah disimpulkan ada tiga pendapat. Pendapat

al-adh-har adalah tidak bisa sebagaimana bunyi tekstual hadits dan karena

ini berkaitan dengan aturan mencuci, maka sabun tidak bisa menggantikan

debu sebagaimana tayammum. Kedua, iya, bisa. Hal ini sebagaimana

menyamak. Selain tawas dan daun penghilang kotoran bisa digantikan

yang lain. Pada saat istinja’, batu bisa digantikan dengan yang lain.

Pendapat ketiga, selama masih ada debu tidak bisa digantikan apa pun.

Ada pula pendapat yang menyatakan, selain debu boleh digunakan asalkan

seumpama memakai debu bisa merusak objek seperti pakaian. Kalau

dengan debu tersebut tidak sampai bisa merusak objek, seperti pada

wadah, maka debu tidak bisa digantikan sama sekali.54

53 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh. Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba, 17 54 Abdul Karim bin Muhammad ar-Râfi’I, Fathul Azîz syarah al-Wajîz,

ttp:Dârul Fikr, Juz. 1, 264.

Page 96: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

76

Page 97: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

77

BAB IV

PEMAHAMAN HADIS JILATAN ANJING DALAM PERSPEKTIF

FATWA SUARA MUHAMMADIYAH

A. Fatwa-Fatwa Suara Muhammadiyah

Dalam persoalan hukum jilatan anjing, muhammadiyah memiliki

kerangka istinbat al-hukm. Ada beberapa landasan yang digunakan

Muhammadiyah dalam melakukan istinbat-nya, khususnya terkait

penggantian tanah dengan benda lain. yakni dengan menggunakan metode,

yaitu: (a) kritik hadis, (b) hukum asli (al-bara-ah al-ashliyyah), (c)

pendekatan semiotik (dilalah al-alfadz)1. Dalam hal ini, Muhammadiyah

mengumpulkan beberapa hadis jilatan anjing dan mengklasifikasikannya

dalam beberapa kategori.

Berdasarkan penelitian Muhammadiyah, hadis-hadis tentang perintah

mencuci bejana dari jilatan anjing bisa diklasifikasikan ke dalam empat

kategori2. Kategori pertama adalah hadis-hadis yang mencantumkan

perintah mencuci bejana sebanyak tujuh kali, tanpa diiringi perintah

menggunakan tanah pada salah satunya. Hadis-hadis tersebut adalah

sebagai berikut:

1 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Fatwa Tarjih:

Sabun bisa Hilangkan Najis Jilatan Anjing ?. (disidangkan pada hari Jum’at, 25 Syakban

1431 H/6 Agustus 2010), Diakses, 24 Oktober, 2017,

http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-sabun-bisa-hilang kan-najis-

jilatan-anjing/8/ 2 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Fatwa Tarjih:

Sabun bisa Hilangkan Najis Jilatan Anjing ?. (disidangkan pada hari Jum’at, 25 Syakban

1431 H / 6 Agustus 2010), Diakses, 24 Oktober, 2017,

http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-sabun-bisa-hilang kan-najis-

jilatan-anjing/8/

Page 98: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

78

صلى هللا عليه وسلم قال عن أ .1 إذا شرب بى هريرة قال إن رسول للا

الكلب فى إناء أحدكم فليغسله سبعا. ]رواه البخاري و مسلم و اللفظ

للبخاري[Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ia

berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila anjing

minum dari bejana salah seorang di antara kamu sekalian,

hendaklah ia mencucinya sebanyak tujuh kali.” [HR. al-Bukha>ri

dan Muslim dengan lafal milik al-Bukhari]

صلى هللا عليه و سلم قال :إذا شرب عن أبي هريرة أن رسول هللا .2

ات. ]رواه مالك[ الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبع مرArtinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya

Rasulullah saw bersabda: Apabila anjing minum dari bejana salah

seorang di antara kamu sekalian, hendaklah ia mencucinya

sebanyak tujuh kali.” [HR. Ma>lik]

صلى هللا عليه وسلم طهور إناء أحدكم .3 عن أبى هريرة قال رسول للا

ات. ]رواه ]مسلم إذا ولغ الكلب فيه أن يغسله سبع مر

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa

Rasulullah saw bersabda: Sucinya bejana salah seorang di antara

kamu sekalian jika dijilati anjing adalah dengan mencucinya

sebanyak tujuh kali.” [HR. Muslim]

صلى .4 إذا ولغ الكلب هللا عليه وسلمعن أبى هريرة قال قال رسول للا

فى إناء أحدكم فليرقه ثم ليغسله سبع مرار. ]رواه مسلم[Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:

Rasulullah saw bersaba: Apabila anjing menjilati bejana salah

seorang di antara kamu sekalian, maka siramlah dengan air dan

cucilah sebanyak tujuh kali.” [HR. Muslim]

عن أبى هريرة عن النبى صلى هللا عليه وسلم قال إذا ولغ الكلب فى .5

ات. ]رواه احمد[ اإلناء فاغسله سبع مرArtinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw,

beliau bersabda: Apabila anjing menjilati bejana, maka cucilah

sebanyak tujuh kali.” [HR. Ahmad]

Page 99: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

79

Kategori kedua adalah hadis yang di dalamnya terdapat redaksi

perintah mencuci sebanyak tujuh kali dengan salah satunya menggunakan

tanah. Hadisnya adalah sebagai berikut:

صلى هللا عليه وسلم طهور إناء .1 عن أبى هريرة قال قال رسول للا

ات أوالهن بالتراب. ]رواه أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبع مر

مسلم[Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata,

Rasulullah saw bersabda: Bersihnya bejana salah seorang dari

kamu sekalian apabila dijilati oleh anjing adalah dengan ia

mencucinya sebanyak tujuh kali, salah satu (cuciannya)

menggunakan tanah.” [HR. Muslim]

صلى هللا عليه وسلم قال إذا ولغ الكلب .2 عن أبى هريرة أن النبى للا

ات السابعة بالتراب. ]رواه أبو داود[ فى اإلناء فاغسلوه سبع مرArtinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya

Rasulullah saw bersabda: Apabila anjing menjilati bejana cucilah

sebanyak tujuh kali, cucian ke tujuh dengan tanah.” [HR Abu

Da>ud]

Kategori ketiga adalah hadis yang di dalamnya terdapat perintah

mencuci bejana sebanyak delapan kali, cucian yang terakhir menggunakan

tanah. Hadisnya adalah sebagai berikut:

صلى هللا عليه وسلم إذا ولغ الكلب في .1 عن ابن المغفل : قال رسول للا

ات ، وعف روه الثامنة في التراب. ]رواه مسلم[اإلناء فاغسلوه سبع مرArtinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Mughaffal, Rasulullah

saw bersabda: Apabila anjing menjilati bejana, maka cucilah

sebanyak tujuh kali, dan gunakanlah tanah di cucian ke delapan.”

[HR. Muslim]

Kategori keempat adalah hadis yang perintah mencuci bejana kurang

dari tujuh kali dan tidak menggunakan tanah. Hadis tersebut adalah:

Page 100: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

80

عليه وسلم: " يغسل .1 صلى للا عن أبي هريرة قال: قال رسول للا

ناء من ولوغ الكلب ثلثا، أو خمسا، أو سبعا. ]رواه الدارقطني[اإلArtinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:

Rasulullah saw bersabda: Bejana dicuci dari jilatan anjing

sebanyak tiga kali atau lima kali atau tujuh kali.” [HR. ad-

Da>ruqut}ni>]

ناء .2 ثلث فأهرقه، ثم اغسله عن أبي هريرة قال: إذا ولغ الكلب في اإل

ات. ]رواه الدارقطني[ مرArtinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:

Apabila anjing menjilati bejana, maka tumpahkanlah, kemudian

cucilah sebanyak tiga kali.” [HR. ad- Da>ruqut}ni>]

Berdasarkan hadis-hadis tersebut, Muhammadiyah menyimpulkan

telah terjadi ta’arudh atau kontradiksi antara masing-masing hadis.

Menggunakan pendapat Ibnu Adi dalam kitab al-Kamil dan Albani dalam

kitab al-Silsilah al-Dhaifah, Muhammadiyah menemukan bahwa hanya

hadis-hadis dalam kategori keempat-lah yang mendapatkan sorotan 3.

Namun, Muhammadiyah juga mengutip pendapat Ibnu Daqiq al-Id yang

dikutip juga oleh al-Aini dalam kitabnya Syarh Sunan Abi Dawud yang

mensahihkan hadis-hadis tersebut4

Dalam fatwa Muhammadiyah, penyebab ketumpangtindihan hadis-

hadis ada dua alasan, yaitu; Pertama, telah terjadi kelupaan dari sisi

sahabat Abu Hurairah ketika meriwayatkan hadis, sebab hampir kesemua

hadis tersebut diriwayatkan oleh beliau. Kedua, Rasulullah saw

mengucapkan keterangan yang berbeda-berbeda, yang berarti tidak ada

3 Sopa (Wakil Sekretaris Majelis Tajdid dan Tarjih PP Muhammadiyah),

diwawancarai oleh Salwa Nurbaya. Ciputat, 14 Februari 2019 16:27, Banten. Merujuk

Ibnu Adi. al-Kamil, Albani , Silsilah al-Ahaadits adh-Dhaifah wal Maudhuu’ah wa

Atsaaruha As-Sayyi' fil Ummah , vol. 3, 36. 4 Sopa (Wakil Sekretaris Majelis Tajdid dan Tarjih PP Muhammadiyah),

diwawancarai oleh Salwa Nurbaya. Ciputat, 14 Februari 2019 16:27, Banten. Merujuk

Abu Muhammad Mahmud Bin Ahmad. Syarh Sunan Abi Daud, vol. 1, (Riyadl:

Maktabah al-Rusyd, 1999), 274.

Page 101: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

81

bilangan tertentu yang diwajibkan, sehingga orang bisa saja memilih mana

bilangan yang ia mau.

Dari kontradiktif informasi dalam hadis di atas, Majlis Tarjih

beranggapan bahwa hal itu menjadi penyebab variatifnya pendapat para

ulama. Muhammadiyah menyimpulkan dari perdebatan hadis-hadis di atas

ada dua hal yang menjadi obyek perdebatan para ulama, yaitu tentang

mencuci bejana dengan tanah (at-tatrib) dan melakukannya dengan jumlah

tertentu, baik al-tasbi’, al-tatsmin, atau al-tatlits. Beberapa kutipan yang

dikutip oleh Majlis Tarjih, diantaranya pendapat dari Mazhab Hanafi yang

berpendapat bahwa tidak wajib mencuci bejana sebanyak tujuh kali dan

juga tidak wajib menggunakan tanah. Sementara kutipan lainnya dari

Mazhab Ma>liki mewajibkan bilangan tujuh, tetapi tidak mewajibkan

tanah. Adapun Mazhab Syafii mewajibkan mencuci bejana dengan tanah

sebanyak delapan kali5.

Selain disebabkan keterangan hadis yang berbeda-beda, perselisihan

(ikhtilaf) para ulama juga disebabkan karena perbedaan pemahaman;

apakah perintah dalam hadis-hadis tersebut menunjukkan kewajiban (al-

wujub) ataukah sunnah (an-nadb) atau hanya petunjuk keduniawian saja

yang sama sekali tidak terikat dengan nilai ibadah (laisa li at-ta’abbud),

sehingga bisa ditempuh metode lain dalam mensucikan bejana6.

Berdasarkan kajian yang mendalam terhadap hadis-hadis tersebut,

Muhammadiyah berpendapat bahwa perbedaan redaksi dalam hadis-hadis

tersebut menunjukkan bahwa mencuci bejana sebanyak jumlah tertentu

dan mencuci dengan menggunakan tanah bukanlah sebuah kewajiban, dan

5 Sopa (Wakil Sekretaris Majelis Tajdid dan Tarjih PP Muhammadiyah),

diwawancarai oleh Salwa Nurbaya. Ciputat, 14 Februari 2019 16:27, Banten. Merujuk

Ibnu Hajar al-Asqalani. Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, vol. 1, kairo: Dar al-

Hadith, 2004, 279. 6 Sopa (Wakil Sekretaris Majelis Tajdid dan Tarjih PP Muhammadiyah),

diwawancarai oleh Salwa Nurbaya. Ciputat, 14 Februari 2019 16:27, Banten.

Page 102: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

82

juga bukan perbuatan yang disunnahkan. Dengan kata lain perintah

tersebut tidak mengandung unsur ta’abbudiy, melainkan hanya perintah

Nabi saw untuk membersihkan bejana dari jilatan binatang yang

mengandung unsur najis. Hal ini, pendapat tersebut merujuk pada Syarh

Sunan Abi Da>ud.7.

Dewan Tarjih dan Tajdid berpendapat dalam ilmu Ushul Fikih diatur

bahwa untuk mengetahui apakah suatu perintah dimaksudkan wajib

(ibadah) oleh Nabi saw atau tidak, kita harus melihat konteks perbuatan

yang diperintahkan. Jika ada unsur al-qurbah (mendekatkan diri) pada

Allah pada perintah tersebut, berarti ia bernilai ibadah, dan dengan

demikian tidak bisa tidak harus diikuti8.

Dalam kasus ini, Muhammadiyah juga menariknya kepada klasifikasi

para ulama ushul fikih terhadap sunnah Nabi saw. Mereka membagi

sunnah Nabi saw ke dalam dua jenis; (a) yang mengandung unsur

pensyariatan (sunnah tasyri’iyyah) dan, (b) yang tidak mengandung unsur

syariat karena terikat dengan situasi, kondisi dan konteks saat di mana

Nabi saw mengeluarkan sabda tersebut (ghairu tasyri’iyah). Sunnah jenis

pertama bersifat abadi, tidak lekang (daim) dan berlaku untuk semua

ruang dan waktu (‘am) serta tidak terpengaruh dengan perubahan zaman.

Sedangkan sunnah jenis kedua adalah sunnah yang bersifat temporal

(khas) dan situasional (hal mu’ayyan)9.

7 Abu Muhammad Mahmud Bin Ahmad. Syarh Sunan Abi Daud, 213. 8 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Fatwa Tarjih:

Sabun bisa Hilangkan Najis Jilatan Anjing ?. (disidangkan pada hari Jum’at, 25 Syakban

1431 H / 6 Agustus 2010), http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-

sabun-bisa-hilang kan-najis-jilatan-anjing/8/ 9 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Fatwa Tarjih:

Sabun bisa Hilangkan Najis Jilatan Anjing ?. (disidangkan pada hari Jum’at, 25 Syakban

1431 H / 6 Agustus 2010), http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-

sabun-bisa-hilang kan-najis-jilatan-anjing/8/

Page 103: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

83

Dewan Tarjih berpendapat bahwa mencuci bejana sebanyak tujuh kali

dengan salah satunya menggunakan tanah sesungguhnya bukanlah inti

(subtansi) yang ingin Nabi saw sampaikan dalam hadisnya tersebut.

Sehingga ia bisa disebut sebagai wasilah (sarana) saja, bukan sebagai

sunnah tasyri’iyah10. Wasilah sendiri adalah sesuatu yang bersifat dinamis

dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Di zaman sekarang,

kita bisa menggunakan sabun, deterjen dan sarana-sarana lainnya yang

bisa mengantarkan kita sampai pada maqshad (tujuan inti) dari hadis

tersebut, yaitu membersihkan peralatan dari najis yang menempel

padanya11.

Disamping itu, secara redaksional, Dewan Tarjih menganggap tidak

ada satu indikasi (qarinah) yang menunjukkan wajib atau sunnahnya

perbuatan mencuci bejana sebanyak tujuh kali yang salah satunya

menggunakan tanah dalam hadis tersebut. Kaedah yang digunakan Dewan

Tarjih dalam hal ini adalah: suatu perintah Nabi saw terkadang bermakna

sebagai suatu petunjuk (al-irsyad), sunnah (an-nadb), makruh (al-

karahiyyah) dan wajib (al-wujub) tergantung dengan indikasi (qarain)

yang terdapat dalam perintah tersebut. Di antara indikasi tersebut adalah

apakah terdapat perintah yang bernada keras (al-tasydid fi al-amr) atau

ada ancaman jika ditinggalkan (al-wa‘id fi ‘adam al-fi’il)12. Bila hadis

tersebut dibaca ulang, tidak ada satupun qarinah seperti yang disebutkan

10 Hadis tentang jilatan anjing, muhammadiyah menilai sebagai hadis yang

bersifat ta’aquly, dengan kata lain bisa dinalar. Berbeda dengan pendapat kalangan

Maliki yang menyebut hadis terkait hal ini bersifat ta’abuddy 11 Sofa (Wakil Sekretaris Majelis Tajdid dan Tarjih Muhammadiyah),

diwawancarai oleh Salwa Nurbaya. Ciputat, 14 Februari 2019 16:27, Banten. 12 Yusuf al-Qaradlawi, as-Sunnah an-Nabawiyyah Masdaran li al-Ma’rifah wa

al-Hadlarah, (Kaherah: Dar al-Shuruq,1997), 44

Page 104: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

84

di atas yang mengindikasikan wajib atau sunnahnya perbuatan mencuci

bejana sebanyak tujuh kali13.

Selain itu, sebagai tambahan penjelasan adalah dengan menggunakan

prinsip kemudahan (at-taysir). Di zaman sekarang mencari sabun yang

bersih lebih mudah dari pada mencari tanah yang bersih. Dan, menurut

kami, barangkali suatu saat dunia yang kita tinggali ini akan memasuki

zaman di mana mencari tanah sangat sulit, karena tanah telah tergusur oleh

jalan raya, bangunan atau gedung-gedung, sehingga untuk mencari tanah,

apalagi yang bersih, seseorang harus melakukan perjalanan yang jauh.

Oleh karena itu, di sini kita menerapkan prinsip kemudahan dalam

beragama14. Nabi Muhammad saw bersabda:

روا ]رواه البخاري[ روا وال تعس يس

Artinya: “Mudahkanlah dan janganlah kamu persulit.” (HR.

al-Bukha>ri)

B. Pemahaman Hadis

1. Petunjuk Hadis Dihubungkan dengan Latar Belakang

Terjadinya.

Dalam latar belakang hadis masih banyak perselisihan di antara para

muhadisin sebab banyak riwayat-riwayat yang dipilih sebagai hujah antar

para muhadisin saling berbeda. pada mulanya perdebatan mereka tentang

anjing ini karena adanya perintah membunuh anjing, berikut ini latar

belakang hadis tentang jilatan anjing:

ن ، ع ج ي ر ج ن اب ن ، ع اج ج ح ي ن ث د ، ح ال ق ن ي س ح ا ال نث د ، ح ال م ق اس ق ا ال نث د ح

ل ت ق ، ف ب ل ك ال ل ت ق ي ف ع اف ا ر ب أ ث ع صلى هللا عليه وسلم ب ي ب الن ن : أ ة م ر ك ع

ن م ب ي و ع ، و ة م ث ي خ ن د ب ع س ي، و د ع ن م ب اص ع ل خ د ي ف ال عو ال غ ل ى ب ت ح

13 Sofa (Wakil Sekretaris Majelis Tajdid dan Tarjih Muhammadiyah),

diwawancarai oleh Salwa Nurbaya. Ciputat, 14 Februari 2019 16:27, Banten. 14 Sofa (Wakil Sekretaris Majelis Tajdid dan Tarjih Muhammadiyah),

diwawancarai oleh Salwa Nurbaya. Ciputat, 14 Februari 2019 16:27, Banten.

Page 105: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

85

س :"ي ت ل ز ن؟ ف هللا ل و س ا ر ا ي نل ل ح ا أ اذ ا: م و ال ق ، ف ة د اع س م ه ل ل ح ا أ اذ م ك نو ل أ

ك م ح ار و ج ال ن م م ت م ل ا ع م و ات ب ي الط م ك ل ل ح أ ل ق ".ن ي ب ل

”Qasim menceritakan kepada kami, dia berkata: Husain

menceritakan kepada kami, dia berkata: Hajjaj menceritakan

kepadaku dari ibn juraij, dari ikrimah “sesungguhnya nabi

muhammad saw mengutus abu rafi’ agar membunuh anjing, lalu

dia membunuhnya hingga sampai pada sebuah daerah bernama al-

a’wali lalu ‘Asim ibn ‘adi, sa’id ibn khaitsamah dan Uwaim ibn

sa’idah masuk lalu bertanya: apa yang halal untuk kita ya

rasullallah?”

Kemudian diturunkan ayat Al-Maidah Ayat 4.15 Menurut al-‘Aini, munculnya perintah membunuh anjing di masa awal

Islam memerlukan dalil qath’i. Jika persoalannya demikian, lalu Abu

Hurairah dan Ibn Mughaffal kemungkinan mendengar hadis tersebut dari

sahabat lain, kemudian mereka mengabarkannya dari Nabi SAW, maka

tentu tidak perlu dibahas lagi. Hal ini mengacu pada keadilan seorang

perawi dari kalangan sahabat tersebut dalam meriwayatkan hadis.

Namun, dalam kitabnya, al-Si’ayah, al-Maulawi Abd al-Hayi

membantah pendapat tersebut. Menurutnya, pendapat tersebut tidak dapat

dibenarkan. Sebab, adanya riwayat Abu Hurairah dan Ibn Mughaffal

dengan adanya perantara sahabat lain adalah kemungkinan yang ditolak.

Karena ditemukannya riwayat yang dikeluarkan oleh Ibn Majah dari Abu

Razin bahwa Abu Hurairah mendengar dan menyaksikan Nabi SAW

secara langsung. 16

قال رأيت أبا هريرة يضرب جبهته بيده ويقول يا أهل العراق أنتم

عليه وسلم ليكون لكم الهناء صلى للا تزعمون أن ي أكذب على رسول للا

15Abu Jafar Attabari. Jamiul Bayan Fi Tawilu Al-Quran, ttp: Muassah Ar-

Risalah, 2004, 231. 16 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi. al-Minhaj Syarh

Muslim (Bairut: Dar Ihya al-Turats, Tt), juz. 3, 187.

Page 106: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

86

عليه وسلم يقول إذا ولغ صلى للا ثم أشهد لسمعت رسول للا وعلي اإل

ات الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبع مرBegitu pula riwayat yang dikeluarkan oleh al-Tirmidzi dari Abu Razin

terkait Ibn Mughaffal yang mendengar langsung dari Nabi SAW.

عليه وسلم صلى للا قال لمن يرفع أغصان الشجرة عن وجه رسول للا

ة من المم لمرت بقتلها فاقتل وا منها وهو يخطب فقال لوال أن الكلب أم

كل أسود بهيم وما من بيت يرتبطون كلبا إال نقص من عملهم كل يوم

قيراط إال كلب صيد أو كلب حرث أو كلب غنم Riwayat di atas setidaknya dapat dijadikan sebagai bukti bahwa Ibn

Mughaffal mendengar langsung terkait penghapusan perintah membunuh

anjing dan juga keringanan memelihara anjing berburu dan lainnya.17

Sementara redaksi dalam Sahih Muslim disebutkan perintah membasuh

sebanyak tujuh kali muncul setelah adanya penghapusan perintah

membunuh anjing:18

عليه وسلم أمر بقتل الكلب ثم قال مالي وللكلب قال إن النبي صلى للا

ات وعف روه الثامنة ثم قال إذا ولغ الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبع مر

ف عن التراب ب قال حدثنا يحيى عن شعبة قال حدثنا أبو التياح عن مطر

عليه وسلم أمر بقتل الكلب ثم قال ما صلى للا ابن مغفل أن رسول للا

ص في كلب يد وفي كلب الغنم قال وإذا ولغ الكلب في لهم ولها فرخ الص

ناء فاغسلوه سبع مرار والثامنة عف روه بالتراب 19اإل“(Ahmad bin Hanbal radliyallahu'anhu) berkata; telah

menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Syu'bah] berkata; telah

menceritakan kepada kami [Abu At-Tayyah] dari [Mutharrif] dari

[Ibnu Mughaffal] sesungguhnya Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam menyuruh membunuh anjing, lalu

bersabda: "Apa gunanya anjing bagi mereka?" lalu beliau memberi

keringanan pada anjing untuk berburu dan anjing untuk menjaga

kambing. Beliau bersabda: "Jika anjing menjilat pada suatu bejana

17 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi. al-Minhaj Syarh

Muslim, 187. 18 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi. al-Minhaj Syarh

Muslim, 187. 19 Shahih Muslim hadits nomor 422

Page 107: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

87

maka cucilah tujuh kali dan yang ke delapannya gosoklah dengan

tanah”

Selanjutnya, setelah hadis-hadis di atas, muncul informasi seputar

ketentuan-ketentuan dalam berburu menggunakan anjing sebagai hewan

buruan:

بن حاتم د أخبرني ابن فضيل عن بيان عن عامر عن عدي حدثني محم

عليه وس صلى للا عنه قال سألت رسول للا لم فقلت إنا قوم رضي للا

فكل نتصيد بهذه الكلب فقال إذا أرسلت كلبك المعلمة وذكرت اسم للا

ا أمسكن عليك إال أن يأكل الكلب فل تأكل فإن ي أخاف أن يكون إنما مم

مسك على نفسه وإن خالطها كلب من غيرها فل تأكل أ Telah menceritakan kepadaku [Muhammad] berkata, telah

mengabarkan kepadaku [Ibnu Fudlail] dari [Bayan] dari [Amir]

dari [Adi bin Hatim] radliallahu 'anhu, ia berkata, "Aku bertanya

kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kukatakan, "Kami

adalah suatu kaum yang biasa berburu dengan anjing-anjing ini?"

Beliau lalu menjawab: "Jika kamu lepas anjingmu yang telah

terlatih dengan menyebut nama Allah, maka makanlah apa yang

telah ia tangkap untukmu. Kecuali jika anjing tersebut

memakannya, maka jangan kamu makan. Sebab aku kawatir jika

anjing itu menangkap untuk dirinya sendiri, dan jika ada anjing

lain bersamanya, maka jangan kamu makan juga."20

وه ار قالوا حدثنا عيسى بن يونس عن حدثنا نصر بن علي ناد وأبو عم

عليه صلى للا بن حاتم قال سألت رسول للا عن عدي مجالد عن الشعبي

و عيسى هذا حديث وسلم عن صيد البازي فقال ما أمسك عليك فكل قال أب

والعمل على هذا عند أهل العلم ال نعرفه إال من حديث مجالد عن الشعبي

قور بأسا و قال مجاهد البزاة هو الطير الذي ال يرون بصيد البزاة والص

متم من الجوارح { يصاد به من تعالى } وما عل الجوارح التي قال للا

ص بعض أهل العلم في صيد فسر الكلب والطير الذي يصاد به وقد رخ

ته وكرهه بعضهم والفقهاء البازي وإن أكل منه وقالوا إنما تعليمه إجاب

أكثرهم قالوا يأكل وإن أكل منه

20 Shahih Muslim hadits nomor: 3561

Page 108: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

88

Telah menceritakan kepada kami [Nashr bin Ali], [Hannad]

dan [Abu 'Ammar] mereka berkata; Telah menceritakan kepada

kami [Isa bin Yunus] dari [Mujalid] dari [Asy Sya'bi] dari ['Adi bin

Hatim] ia berkata; Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam tentang buruan burung elang. Beliau menjawab:

"Apa yang didapat untukmu makanlah." Abu Isa berkata; Hadis ini

tidak kami ketahui kecuali dari Hadis Mujalid dari Asy Sya'bi.

Hadis ini menjadi pedoman amal menurut para ulama, mereka

membolehkan berburu dengan burung pemangsa dan burung elang.

Mujalid berkata; Al Buzah adalah burung yang telah dilatih untuk

berburu, sebagaimana yang Allah firmankan: (Dan (buruan yang

ditangkap) oleh binatang buas yang Telah kamu ajar dengan

melatih nya untuk berburu). Ia menafsirkan dengan anjing dan

burung yang dilatih untuk berburu. Sebagian ulama membolehkan

berburu dengan burung elang walaupun ia memakannya. Dan

mereka mengatakan; Sesungguhnya wajib untuk mengajarinya,

namun sebagian dari mereka dan para fuqaha memakruhkan,

kebanyakan mereka berpendapat; Boleh memakannya walaupun ia

ikut memakannya”.

Dari beberapa riwayat yang telah disebutkan bahwa dalam pada

mulanya anjing disuruh untuk dibunuh akan tetapi redaksi untuk

membunuh itu telah di naskh oleh riwayat Muslim sebagaimana

disebutkan perintah membasuh sebanyak tujuh kali muncul setelah adanya

penghapusan perintah membunuh anjing. Meskipun perintah membunuh

anjing telah di-naskh dengan perintah membasuh bahkan menumpahkan

terhadap sesuatu yang terkena jilatan anjing, tetap dalam hal berburu

menggunakan anjing ada ketentuan. Dalam kata lain, berburu

menggunakan anjing tidak selalu halal dimakan hasil buruannya,

mengingat status anjing sebagai hewan yang diperintah membasuh bekas

jilatannya. Karena itu, ulama memberikan aturan terkait hasil buruan

anjing. Ada juga dalam latarbelakang hadis ketika berburu menggunakan

anjing, Nabi Muhammad saw bersabda yang Artinya: "Apabila seekor

anjing menjilat pada suatu wadah, maka kalian cucilah ia sebanyak tujuh

kali, dan campurkan dengan tanah pada pencucian yang kedelapan”.

Page 109: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

89

2. Petunjuk Hadis yang Tampak Saling Bertentangan

Para ulama berbeda pendapat terkait dengan najisnya jilatan anjing dan

aggota tubuh anjing sebagimana telah disebutkan pada bab 3, hal ini

dipengaruhi oleh redaksi antara hadis satu dengan hadis lainya tentang

jilatan anjing. Setidaknya ada dua kategori hadis yang secara redaksi

hadis saling kontradikstif, yang akan dijabarkan dibawah ini:

ناد، عن العرج، عن بن يوسف، عن مالك، عن أبي الز حدثنا عبد للا

صلى هللا عليه وسلم قال: إذا شرب »أبي هريرة، قال: إن رسول للا

« م فليغسله سبعاالكلب في إناء أحدك

Redaksi (في إناء أحدكم فليغسله سبعا) menurut al-Qasthalani

mengharuskan sebanyak tujuh kali basuhan dalam menyucikan najis

mughaladzah, kemudian, Sebagian ulama memahami redaksi di atas

dengan tidak adanya najis dalam air yang dijilat, menurut mereka, perintah

membasuh tertentu pada wadah. namun pendapat tersebut dinilai syadz.

Pendapat ini dianggap telah keluar dari keumuman dan tidak

memperhatikan redaksi (ولغ) atau redaksi (شرب), ketika yang dijilat

adalah benda keras, karena kewajibannya adalah membuang benda yang

terkena mulut anjing, begitupun ketidak wajiban membasuh wadah kecuali

bagian yang terkena mulutnya yang basah. Ketika di dalam wadah

terdapat sesuatu yang keras, tentu tidak disebut minum atau menjilat.

Mazhab manshush menyamakan hukum anggota tubuh lainnya seperti

tangan dan kakinya.

Dalam redaksi hadis di atas terdapat perintah membasuh sebanyak

tujuh kali dan tidak dicampur tanah untuk menyucikan najis anjing.

Riwayat semacam ini ditemukan pula di dalam riwayat Imam Malik dan

Page 110: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

90

semua hadis yang berasal dari Abu Hurairah kecuali dari jalur Ibn Sirrin21.

Berikut ini riwayat lain yang mencantumkan perintah mencuci bejana

sebanyak tujuh kali, tanpa diiringi perintah menggunakan tanah pada salah

satunya, yaitu :

ناد، عن .1 حدثنا يحيى بن يحيى، قال: قرأت على مالك، عن أبي الز

العرج، عن أبي هريرة، أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال:

ات إذا شرب الكلب في إناء أحدكم، فليغسله سبع » « مر

ام بن .2 اق، حدثنا معمر، عن هم ز د بن رافع، حدثنا عبد الر حدثنا محم

د رسول هللا صلى هللا منب ه، قال: هذا ما حدثنا أبو هريرة، عن محم

وقال رسول هللا صلى هللا عليه -منها فذكر أحاديث -عليه وسلم

ات »وسلم: «طهور إناء أحدكم إذا ولغ الكلب فيه، أن يغسله سبع مر

، حدثنا علي بن مسهر، أخبرنا .3 وحدثني علي بن حجر السعدي

العمش، عن أبي رزين، وأبي صالح، عن أبي هريرة، قال: قال

إذا ولغ الكلب في إناء أحدكم »رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:

فليرقه ثم ليغسله سبع مرار Hadis berikutnya ialah yang memerintahkan membasuh sebanyak

tujuh kali dicampur penggunaan tanah, sebagai berikut:

وحدثنا زهير بن حرب، حدثنا إسماعيل بن إبراهيم، عن هشام بن .1

د بن سيرين، عن أبي هريرة، قال: قال رسول هللا حسان، عن محم

غ فيه الكلب، أن طهور إناء أحدكم إذا ول »صلى هللا عليه وسلم:

ات أوالهن بالتراب « يغسله سبع مر

د بن .2 حدثنا موسى بن إسماعيل، حدثنا أبان، حدثنا قتادة، أن محم

-صلى هللا عليه وسلم -سيرين حدثه عن أبي هريرة، أن نبي هللا

لوه سبع مرار، السابعة قال: "إذا ولغ الكلب في اإلناء فاغس

بالتراب"

21 Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Malik al-Qasthalany al-

Mishry. Irsyad al-Sari Li Syarh Shahih al-Bukhari (Mesir: al-Kubro al-Amiriah, 1323 H),

cet. Ke-VII

Page 111: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

91

وحدثنا عبيد هللا بن معاذ، حدثنا أبي، حدثنا شعبة، عن أبي التياح، .3

ف بن عبد هللا عن ابن المغفل، قال: أمر رسول هللا صلى سمع مطر

ثم « ما بالهم وبال الكلب؟»عليه وسلم بقتل الكلب، ثم قال: هللا

يد وكلب الغنم، وقال: ص في كلب الص إذا ولغ الكلب في »رخ

ات، وعف روه الثامنة في الت ناء فاغسلوه سبع مر «راب اإلSetidaknya ada periwayat yang tidak menyebutkan ( التراب) dalam

redaksinya, sebagaimana tiga hadis di atas, yakni yang diriwayatkan oleh

Abu Hurairah dari jalur al-A’raj dan Hammam bin Munabbih, ditambah

dari jalur Abu Razin, Tsabit al-Ahnaf, dan Abdu al-Suddi Abdu al-

Rahman yang semuanya dari riwayat Abu Hurairah. Sementara dari

riwayat Qatadah, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin

Abbas, dan Abu Hurairah dari jalur Aban bin Yazid dan Abu Razin,

semuanya menyebutkan ( التراب)22

Dua hadis pertama di atas, dengan adanya redaksi ( التراب),

disamping ada perintah membasuh najis jilatan anjing sebanyak tujuh kali,

juga ada perintah untuk mencampuri dengan tanah di dalam salah satu dari

tujuh basuhannya. Tetapi berbeda dengan hadis yang diriwayatkan oleh al-

A'raj dari jalur yang sama, di dalam riwayatnya tidak terdapat tambahan

.(التراب )

Hasan al-Bashri berfatwa terakit tata cara dalam menyucikan najis

jilatan anjing berdasarkan hadis yang ketiga di atas, yakni dengan cara

membasuh tujuh kali dengan air terlebih dahulu dan basuhan yang

kedelapan dicampur dengan tanah. Hal ini disebabkan adanya redaksi

( ات، وعف روه الثامنة في التراب فاغسلوه سبع مر ). Selain itu, Imam

Ahmad memiliki dua riwayat dalam menyucikan najis jilatan anjing,

pertama, beliau mewajibkan membasuh dengan tujuh basuhan. Kedua,

22 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi. al-Minhaj Syarh

Muslim, 183.

Page 112: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

92

dalam satu riwayat lainnya membasuh sebanyak delapan kali basuhan dan

yang terakhir dicampur tanah.23

Selanjutnya, dalam persoalan bilangan membasuh najis anjing,

khususnya disebabkan karena jilatannya. Setidaknya ada dua hadis yang

boleh dilakukan kurang dari tujuh kali basuhan dan tanpa dicampur tanah.

Lebih lanjut, karena ini lah, Imam Abu Hanifah tidak menentukan

bilangan pembasuhan najis anjing. Akan tetapi yang menjadi tolak

ukurnya ialah sampai diduga kebersihannya. Namun hadis yang dijadikan

sebagai landasan oleh Imam Abu Hanifah ini mendapat banyak sorotan,

dan juga telah terjadi kontradiksi antar hadis satu dengan yang lain.24

Terdapat pula hadis lain riwayat al-Daruqutni yang sudah dijelaskan

statusnya pada pembahasan sebelumnya, yaitu :

المعمري , نا .1 د بن نصير , نا الحسن بن علي حدثنا جعفر بن محم

اك , نا إسماعيل بن عياش , عن هشام بن عبد الوهاب بن الضح

ناد , عن العرج , عن أبي هريرة , عن النبي عروة , عن أبي الز

ناء أنه يغسله ثلثا أو »صلى هللا عليه وسلم في الكلب يلغ في اإل

«خمسا أو سبعا

د , وثنا نا أبو بكر , .2 قال: حدثني علي بن حرب , نا أسباط بن محم

أبو بكر النيسابوري , نا سعدان بن نصر , ثنا إسحاق الزرق ,

إذا ولغ »قاال: نا عبد الملك , عن عطاء , عن أبي هريرة , قال:

ات ناء فاهرقه ثم اغسله ثلث مر هذا موقوف , ولم «. الكلب في اإل

يروه هكذا غير عبد الملك، عن عطاء

Dua hadis tersebut bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan

oleh perawi yang lebih tsiqah. Karena itu, para ahli hadis sepakat menilai

hadis tersebut sebagai hadis yang lemah, bahkan munkar, sebab hadis

tersebut berbeda dengan redaksi hadis sahih riwayat Abu Hurairah dari

23 Abi Abdurahman. Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, (Riyad: Tasfiyah, 1999),

18. 24 Abu Muhammad Mahmud Bin Ahmad. Syarh Abi Daud Li al-‘Aini, 88.

Page 113: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

93

jalur Ibn Sirin. Dan hadis ini tidak masuk dalam pembahasan yang akan

diselesaikan.25

اد بن زيد , عن اج بن الشاعر , نا عارم , نا حم حدثنا المحاملي , نا حج

ناء قال: يهراق د , عن أبي هريرة " في الكلب يلغ في اإل أيوب , عن محم

ات ". صحيح موقوف ويغسل سبع مر

Redaksi فليرقه dibahas oleh sebagian kalangan ahli hadis sebagai

redaksi tambahan dan diragukan keberadaannya. periwayat hadis yang

menambahkan redaksi itu adalah Ali bin Mushir dan tidak diketahui

ketersambungan sanadnya sampai kepada nabi kecuali dari riwayat ini.

Namun oleh sebagian ahli hadis lainnya berpendapat bahwa yang sahih

adalah penambahan redaksi فليرقه adalah penambahan dari periwayat

yang tsiqah. Ini artinya penambahan redaksi dapat diterima sebagaimana

penjelasan dalam Ilmu Hadis.26

د بن يحيى , نا إسماعيل بن خليل , نا حدثنا أبو بكر النيسابوري , نا محم

علي بن مسهر , عن العمش , عن أبي صالح , وأبي رزين , عن أبي

صلى هللا عليه وسلم إذا ولغ الكلب في : »هريرة , قال: قال رسول للا

ات صحيح , إسناده حسن ورواته «. إناء أحدكم فليهرقه وليغسله سبع مر

كلهم ثقات Karena itu, secara makna redaksi hadis ini dinilai tepat dengan adanya

penambahan فليرقه, yakni menumpahkan air yang ada di dalam wadah.

Artinya, tidak akan mungkin membasuh wadah yang terkena jilatan anjing

sebanyak tujuh kali yang dicampur tanah jika di dalamnya masih ada air.

Oleh sebab itu, sebagaimana urutan redaksi dalam hadis, yakni

mendahulukan فليرقه dari اغسله, sebelum membasuh, wadah yang hendak

dibasuh terlebih dahulu membuang air yang dijilat tersebut.

25 Abi Abdurahman. Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, 16 26 Abi Abdurahman. Syarh Al-Imam Ibn Daiq Al-I’d, 17.

Page 114: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

94

Semua riwayat mengatakan agar membasuh sebanyak tujuh kali,

perbedaannya hanya pada penggunaan tanah, berdasarkan analisis pada

perawi sahabat yang mayoritas adalah riwayat Abu Hurairah, maka dapat

disimpulkan tidak ada pertentangan, perbedaan redaksi kemungkinan

terjadi pada murid Abu Hurairah. Hadis semacam ini jika diteliti dengan

teori analisis isnad cum matan milik harald motzki, maka menjadikan

hadis itu lebih otentik. Jumlah riwayat yang menyebutkan tanah dan tidak

adalah sama. Dari penjelasan bisa dikatakan bahwa menggunakan tanah

lebih utama, yang tidak ada perbedaannya adalah kewajiban tujuh kali

dalam membasuh jilatan anjing.

C. Pendekatan Burhani : Mengganti Tanah Dengan Sabun dalam

Membersihkan Jilatan Anjing

Masalah pengganti penggunaan tanah untuk membasuh atau

mensucikan bekas jilatan anjing, para fuqaha berbeda pendapat: Imam al-

Nawawi, dalam hal ini dari kalangan Syafi’iyah merinci kedudukan benda

lain dalam mengantikan tanah untuk mensucikan bekas jilatan anjing.

Pertama, benda lain tidak dapat menggantikan tanah dalam mensucikan

bekas jilatan anjing, kedua, bisa menggantikan fungsi tanah dalam

mensucikan bekas jilatan anjing, ketiga, bisa diganti ketika tidak

ditemukan tanah, keempat, bisa menggantikan tanah ketika benda yang

terkena jilatan anjing tersebut dimungkinkan rusak jika dibasuh dicampur

tanah. Ibn Quddamah dari kalangan Hanabilah berpendapat, benda lain

yang menggantikan fungsi tanah dalam mensucikan jilatan anjing dirinci

dalam dua pendapat. Pertama, tidak bisa menggantikan kedudukan tanah

dalam mensucikan bekas jilatan anjing, kedua, bisa menggantikan tanah

dalam proses pensucian bekas jilatan anjing. Ibn Hazm dari kalangan

Dzahiriyah berpendapat tidak boleh mengganti tanah dengan benda lain,

karena hal itu batasan yang sudah ditetapkan Nabi SAW.

Page 115: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

95

Alasan yang memilih bolehnya mengganti tanah dengan benda lain

sebagai berikut: Pertama, sabun dan benda lainnya lebih efektif dalam

menghilangkan najis ketimbang tanah. Penggunaan tanah dalam nash

sebagai informasi bahwa tanah pun dapat menghilangkan najis. Kedua,

tanah termasuk dalam benda keras yang dijadikan sebagai cara dalam

menghilangkan najis, karena itu, benda-benda keras lainnya seperti batu

dapat pula dijadikan alat bersuci. Ketiga, tanah dapat mensucikan najis-

najis yang bersifat keras, sebagaimana yang diterangkan dalam nash.27

Namun ahli kedokteran, melalui eksperimennya bahwa virus anjing itu

sangat lembut dan kecil. Sebagaimana diketahui, semakin kecil ukuran

mikroba, ia akan semakin efektif untuk menempel dan melekat pada

dinding sebuah wadah. Air liur anjing yang mengandung virus yang

berbentuk pita cair. Dalam hal ini, tanah berperan sebagai penyerap

mikroba berikut virus-virusnya yang menempel dengan lembut pada

wadah.28

Eksperimen-eksperimen dan beberapa hipotesa menjelaskan bahwa

tanah merupakan unsur yang efektif dalam membunuh kuman.

Demikianlah yang dilansir oleh himpunan dokter ahli. Mereka

berpendapat sebagai berikut:

“Pada masa modern sekarang ini, para ilmuan telah melakukan analisis

terhadap tanah kuburan untuk mengetahui kuman-kuman yang

terkandung di dalamnya. Mereka berkeyakinan dapat menemukan kuman-

kuman yang membahayakan dalam jumlah yang banyak. Asumsi ini

berdasarkan sebuah fakta bahwa banyak manusia yang matinya karena

penyakit yang ditularkan melalui kuman”29

Namun setelah diadakan penelitian, ternyata mereka tidak menemukan

bekas apa pun dari kuman penyakit tersebut di dalam tanah. Akhirnya,

27 Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh, 17. 28 Hisham Thalbah, Syarif Hade Masyah, dkk, Ensiklopedia mukjizat al-Quran

dan Hadis, vol. 5, (Bekasi: PT. Sapta Sentosa, 2008), 107. 29 Hisham Thalbah, Syarif Hade Masyah, dkk, Ensiklopedia mukjizat al-Quran

dan Hadis, vol.5, (Bekasi: PT. Sapta Sentosa, 2008), 107.

Page 116: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

96

mereka menarik kesimpulan bahwa tanah memiliki keunggulan dalam

membunuh kuman yang membahayakan. Jika tidak, tentu kuman akan

banyak dan menyebar ke mana-mana. Padahal jauh sebelum mereka

menemukan kesimpulan tersebut, Nabi SAW telah mengukuhkan hal itu

dalam Hadis-Hadisnya, seperti tercantum di atas.

Menurut Muhammad Kamil Abd Ash-Shamad, mukjizat ilmiah

dengan jelas sangat mendukung penggunaan tanah pada salah satu dari

tujuh kali basuhan dalam menghilangkan najis jilatan anjing. Ia melansir

bahwa tanah mengandung unsur yang cukup kuat menghilangkan bibit-

bibit penyakit dan kuman-kuman. Hal ini berdasarkan bahwa molekul-

molekul yang terkandung di dalam tanah menyatu dengan kuman-kuman

tersebut, sehingga mempermudah dalam proses sterilisasi kuman secara

keseluruhan. Ini sebagaimana tanah juga mengandung materi-materi yang

dapat mensterilkan bibit-bibit kuman tersebut30

Fatwa tarjih Muhammadiyah tidak memiliki pendekatan secara

burhani terkait penggantian tanah dengan sabun dalam mensucikan najis

jilatan anjing, mereka hanya berpendapat bahwa mencuci bejana sebanyak

tujuh kali dengan salah satunya menggunakan tanah sesungguhnya

bukanlah inti (subtansi) yang ingin Nabi saw sampaikan dalam hadisnya

tersebut. Sehingga ia bisa disebut sebagai wasilah (sarana) saja, bukan

sebagai sunnah tasyri’iyah. Wasilah sendiri adalah sesuatu yang bersifat

dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Di zaman

sekarang, kita bisa menggunakan sabun, deterjen dan sarana-sarana

lainnya yang bisa mengantarkan kita sampai pada maqshad (tujuan inti)

30 Hisham Thalbah, Syarif Hade Masyah, dkk, Ensiklopedia mukjizat al-Quran

dan Hadis, vol.5, (Bekasi: PT. Sapta Sentosa, 2008), 108.

Page 117: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

97

dari hadis tersebut, yaitu membersihkan peralatan dari najis yang

menempel padanya.31

Selain itu, Muhammadiyah menambahkan dengan menggunakan

prinsip kemudahan (at-taysir). Di zaman sekarang mencari sabun yang

bersih lebih mudah dari pada mencari tanah yang bersih.

31 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Fatwa Tarjih:

Sabun bisa Hilangkan Najis Jilatan Anjing ?. (disidangkan pada hari Jum’at, 25 Syakban

1431 H / 6 Agustus 2010), http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-

sabun-bisa-hilang kan-najis-jilatan-anjing/8/

Page 118: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

98

Page 119: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

99

BAB V

PENUTUP

Pada akhirnya saya mengakhiri penelitian ini dengan menampilkan

kesimpulan dan saran pada bab akhir, kesimpulan bab ini merupakan

jawaban dari rumusan masalah yang diteliti. Sedangkan saran pada bab ini

memuat berbagai rekomendasi yang ditemukan dalam penelitian ini yang

bisa ditindak lanjuti.

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan pemahaman ulang terhadap

hadis “Jilatan Anjing dalam Bejana” akhirnya saya mendapatkan jawaban

yang kemudian disimpulkan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari segi kualitas, hadis “Jilatan Anjing dalam Bejana”

yang diriwayatkan oleh Sunan Daruqutni adalah hadis dhaif, yaitu

hadis yang tidak terkumpul sifat-sifat hadis hasan, disebabkan

hilangnya satu syarat atau lebih. hadis ini tidak dapat dijadikan

hujjah karna mengandung syaz (bertentangan dengan periwayat

yang lebih tsiqah) dan tidak dapat terangkat statusnya meskipun

ada hadis pendukung yang semakna, hadis pendukung yang

semakna itu adalah hadis mauquf (sesuatu yang disandarkan

kepada sahabat baik itu perkataan, perbuatan, maupun taqrir) yang

tidak dapat dijadikan hujjah. Dalam manhaj yang dipegangi

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, terdapat kaedah:

د ال يحتج به.الموقوف المجرArtinya: “Hadis mauquf murni tidak bisa dijadikan hujjah.”

Page 120: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

100

2. Berdasarkan kajian mendalam terhadap hadis-hadis tersebut,

Muhammadiyah berpendapat perbedaan redaksi dalam hadis-hadis

tersebut menunjukkan bahwa mencuci bejana sebanyak jumlah

tertentu dan mencuci dengan menggunakan tanah bukanlah sebuah

kewajiban, dan juga bukan perbuatan yang disunnahkan. Dengan

kata lain perintah tersebut tidak mengandung unsur ta’abbudiy,

melainkan hanya perintah Nabi saw untuk membersihkan bejana

dari jilatan binatang yang mengandung unsur najis. Dan Majelis

Tarjih Muhammadiyah yang membolehkan mengganti tanah

dengan sabun terdapat dua qoul (pendapat), pendapat pertama

mengatakan bahwa masalah ini adalah masalah ta'abbudiy

(mengandung unsur ibadah) dan pendapat kedua yaitu masalah

ta'aqquliy (mengikuti perkembangan akal manusia atau zaman)

B. Saran-Saran

Setelah melakukan penelitian diatas, tentu dapat ditemukan

beberapa kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Karenanya, penulis

membutuhkan kritik membangun dari berbagai pihak yang memiliki

konsentrasi dalam bidang tafsir dan hadis. Berikutnya penulis memberikan

saran-saran kepada pembaca skripsi ini serta para pengkaji ilmu hadis.

1. Bagi para pengkaji hadis, hendaknya hadis dikaji secara komprehensif

yakni dengan mengumpulkan berbagai jalur periwayatan khususnya

dalam hadis membasuh jilatan anjing dalam bejana. Dengan

demikian, kesimpulan yang diambil para peneliti ialah kesimpulan

yang universal bukan particular

2. Bagi para scientist, penelitian mengenai sabun yang mengandung

tanah hendaknya direalisasikan dalam bentuk produk yang

didistribusikan pada masyarakat luas, baik dengan cara pemasaran

maupun dibagikan dengan cuma-cuma.

Page 121: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

101

3. Bagi penulis skripsi berikutnya, penelitian ini dapat dikembangkan

kembali, khususnya dalam perspektif para mufassir Q.S Al-Maidah

[5]: 4 yang menjelaskan kebolehan memakan hasil buruan anjing

peliharaan.

Page 122: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

102

Page 123: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

103

DAFTAR PUSTAKA

‘Abdurrahman, Abi. Syarh al-Imam Ibn Daiq al-I’d. Riyadh: Tasfiyah.

1999 M.

‘Aini, Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad bin Musa bin Ahmad al-.

Syarh Abi > Da>ud li al-‘Aini. Riyadh: Maktab Ar-Rasyid. 1999 M.

‘Arabi, Ibnu. ‘Aridhatul Ahwadzi Bisyarah Shahih Tarmidzi. Beirut: Dar

Fikr al-Ilmiyah. 2000 M.

Abbas, Afif Fauzi. Integrasi Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani

dalam Ijtihad Muhammadiyah. Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah 7, no.1 (2012): 54-55.

Abdurrahman, Asjumuni. Manhaj Tarjih Muhammadiyah (Metodologi

dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

al-Anshari, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin al-

Farah. al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an. Kairo: Dar al-Kutub al-

Mishriyah. 1964 M.

al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari. Kairo: Dar

al-Hadith. 2004.

Albani. Silsilah al-Ahaadits al-D}aifah wal Maudhuu’ah wa Atsaaruha As-

Sayyi' fil Ummah.

Anwar, Syamsul. Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Panitia

Musyawarah Nasional Tarjih Muhammadiyah XXX. 2018

ar-Ra>fi’i, Abdul Karim bin Muhammad. Fathul Azi>z Syarah al-Waji>z. ttp:

Dârul Fikr.

Aslihah, Nur. “Pemeliharaan Anjing Dalam Perspektif Hadis.” Skripsi

S1 Fakultas Ushuluddin. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2017.

At-T}abari, Abu jafar. Jamiul Bayan Fi Tawilu Al-Quran. ttp: Muassah Ar-

Risalah. 2004 M.

Bukha>ri, Muhammad bin Isma’il al-. al-S}ah}i>h} al-Bukha>ri>. Beirut: DarTuq

al-Najah. 1422 M

Page 124: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

104

Dzahabi, Syamsudin Abu ‘Abdilla>h Muhammad bin Ahmad bin Utsman

bin Qaimaz al-. Siyar A’lam al-Nubala. Beirut: Mu’assasah al-

Risalah. 1985 M/1405H.

Dzahabi, Syamsudin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman

bin Qaimaz al-. Tarikh al-Islam wawafayat al-Mansyahir wa al-

A’lam. Beirut: Dar al-Gharb. 2003 M.

Ibn al-Farra’, Abu al-Husain bin Muhammad bin Mas’ud bin Muhammad.

Ma’alim al-Tanzil. bairut: Dar Ihya al-Turats: Tt.

Ibn Katsi>r, Muhammad bin Jarir bin Yazid. Jami’ al-Bayan Fi Ta’wil Ay

al-Qur’an. Beirut: Muassisah al-Risalah. 2000 M.

Ibn Muhammad Bahauddin, Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin

Muhammad Syamsuddin. Tafsi>r al-Qur’an al-karim: Tafsi>r al-

Manar. Mesir: al-Haiat al-Mishriyah. 1990 M.

Jaziri, Syaikh ‘AbdurRohman al-. al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah.

Dar al-‘Alamiyyah. 2004

Khusyu’i, Muhammad al-. al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid. Kairo: Al-

Azhar. 2002.

Masyah, Syarif Hade dan Hisham Thalbah. Ensiklopedia mukjizat al-

Quran dan Hadis. Bekasi: PT. Sapta Sentosa. 2008 M.

Mis}hry, Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar bin ‘Abdul Malik al-

Qast}halany. Irsyad al-Sari Li Syarh S}ah}i>h} al-Bukha>>>ri>. Mesir: al-

Kubro al-Amiriah. 1323 H.

Muktamar I’jaz Ilmi Dalam al-Qur’an dan Hadis yang ketujuh. Wulugh al-

Kalb Baina Istinbathat al-Fuqaha wa Iktisyafat al-Athibba.

Muslimi, Muhammad Mahdi al-. Mansu’ah Aqal Abi al-Husain al-

Da>ruqutni>. Beirut: Alim al-Kitab. 2001 M.

Nawawi, Abu Zakaria Muhyidin Yahya bin Syaraf al-. al-Minhaj Syarh

Muslim. Beirut: Dar Ihya al-Turats.

Nuri, Sayyid Abu al-Ma’athi al-. Mansu’ah Aqwal Imam Ahmad. Beirut:

Alim al-Kitab. 1997 M/1417 H.

Page 125: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

105

Qaradlawi, Yusuf. as-Sunnah an-Nabawiyyah Masdaran li al-Ma’rifah wa

al-Hadlarah. Kaherah Dar al-Shuruq. 1997.

Sopa, Wakil Sekretaris Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).

Diwawancarai oleh Salwa Nurbaya, Ciputat, 14 Februari 2019,

Banten.

Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah. Fath al-

Qadir. Bairut: Dar Ibn Katsir. Tt.

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. "Fatwa Tarjih:

Sabun bisa Hilangkan Najis Jilatan Anjing ?." (disidangkan pada

hari Jum’at, 25 Syakban 1431 H / 6 Agustus 2010). Diakses, 24

Oktober 2017, http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/

fatwa-tarjih sabun-bisa-hilangkan-najis-jilatan-anjing/8/

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Diakses, 24

Oktober 2017, http://tarjih.muhammadiyah. or.id/content-3-sdet-

sejarah.html.

Zarkali >, Khairuddi>n bin Mah}mu>d al-. al-A’la >m. Beirut: Dar al-Ilmi li al-

Ma>layi>n.

Zuhdi, Muhammad. Maja’iyah Syi’ah Imamamiyah. Jakarta: Gradasi

Print. 2017.

Page 126: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

n. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412, lndqnesia WWtushJud鷹 11謡彼『 lttlttf急誦」tもな綿種鴛

Norlor'I.ampiranPerihal

J'ernbusan

Dekan Fakultas Ushuluddin

B" 3D3d /F3iKM.01 .3let2,t'

Penelitian Skripsi

Kepada Yth.

NamaNiMJurusanSemester'l'ahun Akademik

Jakarta, 25 September 20I8

Dengan hormat,' Bersama ini disarnpaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif I{idayatullah Jakarta sebagai berikut :

SalwO Nurbaya

ll13034000141

Hmu Al‐ Qur'an dan Tafsirll(SObClas)

2018/2019

sedang dalam penulisan skipsi dengan judur"pemohaman Hadis |'entangJilatan Anjing dalam Persfektif l'atwa T'arjih dan Tajdicl Muhammadiyah',.

Sehubu,gan de,ga, itu, kami rnohon rnahasiswa kami clapat diizinka,melakukan penelitian guna penulisan skripsi climaksr.rd.

Demikia,, atas perhatian da, kerjasarrranya kami ucapkan terima kasih.

溺羅littM・鉗r

Page 127: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

MENGGANTI TANAH DENGAN SABUN KETIKA BERSUCI DARI

JILATAN ANJING

Pertanyaan Dari:

Emrizal Amir, KAM No: 092 4804 947583,

Jl. Seudati No. 6, Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara 14240

(disidangkan pada hari Jum‟at, 25 Syakban 1431 H / 6 Agustus 2010)

Pertanyaan:

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Bapak Pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, saya

ada pertanyaan tentang bersuci dari najis bekas jilatan anjing. Seperti yang

telah kita ketahui dari hadis Rasulullah bahwa tata cara mensucikan bejana

bekas jilatan anjing adalah dengan digosok dengan tanah sebanyak 7 kali.

Pertanyaan saya adalah:

1. Apakah hanya untuk bekas jilatan anjing saja yang cara mensucikannya

demikian?

2. Pada saat ini sudah ada sabun pembersih. Apakah dengan memakai sabun

ini dapat menghilangkan keharusan menggosok dengan tanah sebanyak 7

kali?

Demikianlah pertanyaan saya dan terima kasih banyak atas perhatian

dari Bapak.

Wassalamualaikum Wr Wb

Jawaban:

Wa „alaikumus-salam Wr. Wb.

Terima kasih atas pertanyaan yang saudara ajukan. Berikut ini jawaban

kami:

1. Untuk menjawab pertanyaan pertama yang saudara ajukan, kita bisa

menempuh beberapa metode, yaitu: (a) kritik hadis, (b) hukum asli (al-bara-

ah al-ashliyyah), (c) pendekatan semantik (dilalah al-alfadz).

a. Terdapat sebuah hadis yang menerangkan perintah mencuci bejana dari

jilatan binatang selain anjing. Hadis tersebut adalah:

Page 128: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

Artinya: “Apabila kucing menjilati (satu barang), maka dicuci sebanyak satu

kali” [HR. Abu Dawud dan ad-Daruquthni]

Hadis ini berkualitas sahih, namun sayangnya bukan hadis marfu‟

(bersumber dari Nabi saw), melainkan mauquf (perkataan Abu Hurairah),

sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. Dalam manhaj yang dipegangi Majelis

Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, terdapat kaedah:

Artinya: “Hadis mauquf murni tidak bisa dijadikan hujjah.”

Selain itu, isi hadis di atas memang tidak menerangkan perintah

mencuci bejana bekas jilatan kucing sebanyak tujuh kali dan perintah

menggunakan tanah, sehingga tanpa adanya keterangan dari Abu Hurairah

pun kita pasti mencuci bejana atau barang kita yang terkena jilatan hewan

apa saja.

b. Kami tidak menemukan dalil lain yang menerangkan tentang keharusan

mencuci bejana dengan tanah dan sebanyak tujuh kali dari hewan selain

anjing. Sehingga di sini berlakulah kaedah fikih bahwa sepanjang tidak ada

dalil atau keterangan khusus, maka kita tidak perlu memberikan perlakuan

khusus terhadap barang atau bejana yang terkena jilatan hewan selain anjing.

Dalam fikih terdapat kaedah:

Artinya: “Segala sesuatu adalah boleh, kecuali yang telah ditunjukkan

keharamannya oleh dalil.”

c. Dalam hadis tersebut Rasulullah saw menggunakan redaksi “idza” yang

dalam bahasa Indonesia berarti “apabila”. Dalam ilmu dilalah al-alfazh ushul

fikih kata idza dimasukkan ke dalam pasal mafhum syarth. Dalam pasal ini

berlaku kaedah bahwa perintah (Arab: al-amr) yang di dalamnya terdapat

kata idza (berarti mensyaratkan sesuatu terjadi lebih dahulu), hanya bisa

dilakukan jika syarat tersebut sudah terpenuhi.

Bunyi kaedah tersebut adalah sebagai berikut:

Artinya: “Terikatnya sesuatu (larangan atau perintah) dengan suatu syarat

Page 129: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

menunjukkan bahwa yang disyaratkan tidak perlu dilakukan jika syaratnya

tidak ada.” (Ushul al-Fiqh al-Islamiy, Wahbah az-Zuhaili, 351)

Dalam hal ini, yang menjadi syarat terjadinya pencucian dengan tanah

dalam hadis tersebut adalah adanya jilatan yang dilakukan oleh anjing, dan

yang menjadi konsekwensi (al-masyrut) adalah mencucinya dengan air yang

pada salah satunya dicampur dengan tanah. Dengan menggunakan kaedah ini

kita bisa menarik kesimpulan, jika bukan anjing yang menjilati bejana berarti

tidak ada keharusan mensucikan bejana dengan cara demikian.

Oleh karena itu, jika bejana saudara terkena jilatan binatang lain,

tidaklah wajib dilakukan penanganan yang serupa seperti ketika terkena

jilatan anjing.

2. Berdasarkan penelitian kami, hadis-hadis tentang perintah mencuci

bejana dari jilatan anjing bisa diklasifikasikan ke dalam empat kategori.

Kategori pertama adalah hadis-hadis yang mencantumkan perintah

mencuci bejana sebanyak tujuh kali, tanpa diiringi perintah menggunakan

tanah pada salah satunya. Hadis-hadis tersebut adalah sebagai berikut:

1.

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata:

Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila anjing minum dari bejana

salah seorang di antara kamu sekalian, hendaklah ia mencucinya sebanyak

tujuh kali.” [HR. al-Bukhari dan Muslim dengan lafal milik al-Bukhari]

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw

bersabda: Apabila anjing minum dari bejana salah seorang di antara kamu

sekalian, hendaklah ia mencucinya sebanyak tujuh kali.” [HR. Malik]

Page 130: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw

bersabda: Sucinya bejana salah seorang di antara kamu sekalian jika dijilati

anjing adalah dengan mencucinya sebanyak tujuh kali.” [HR. Muslim]

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw

bersaba: Apabila anjing menjilati bejana salah seorang di antara kamu

sekalian, maka siramlah dengan air dan cucilah sebanyak tujuh kali.” [HR.

Muslim]

5.

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda:

Apabila anjing menjilati bejana, maka cucilah sebanyak tujuh kali.” [HR.

Ahmad]

Kategori kedua adalah hadis yang di dalamnya terdapat redaksi

perintah mencuci sebanyak tujuh kali dengan salah satunya menggunakan

tanah. Hadisnya adalah sebagai berikut:

1.

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw

bersabda: Bersihnya bejana salah seorang dari kamu sekalian apabila

dijilati oleh anjing adalah dengan ia mencucinya sebanyak tujuh kali, salah

satu (cuciannya) menggunakan tanah.” [HR. Muslim]

Page 131: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

2.

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw

bersabda: Apabila anjing menjilati bejana cucilah sebanyak tujuh kali,

cucian ke tujuh dengan tanah.” [HR Abu Dawud]

Kategori ketiga adalah hadis yang di dalamnya terdapat perintah

mencuci bejana sebanyak delapan kali, cucian yang terakhir menggunakan

tanah. Hadisnya adalah sebagai berikut:

1.

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Mughaffal, Rasulullah saw bersabda:

Apabila anjing menjilati bejana, maka cucilah sebanyak tujuh kali, dan

gunakanlah tanah di cucian ke delapan.” [HR. Muslim]

Kategori keempat adalah hadis yang perintah mencuci bejana kurang

dari tujuh kali dan tidak menggunakan tanah. Hadis tersebut adalah:

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw

bersabda: Bejana dicuci dari jilatan anjing sebanyak tiga kali atau lima kali

atau tujuh kali.” [HR. ad-Daruquthni]

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Apabila anjing

menjilati bejana, maka tumpahkanlah, kemudian cucilah sebanyak tiga

kali.” [HR. ad-Daruquthni]

Berdasarkan hadis-hadis tersebut, bisa disimpulkan bahwa telah terjadi

ta‟arudh (kontradiksi) antar informasi yang disajikan oleh masing-masing

Page 132: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

hadis. Berdasarkan penelitian kami terhadap kualitas hadis-hadis di atas,

hanya hadis-hadis dalam kategori keempat-lah yang mendapatkan “sorotan”

dari para ulama (misal, Ibnu Adi dalam kitab al-Kamil, Albani dalam kitab

al-Silsilah al-Dhaifah, vol. 3, hal. 36). Namun, Ibnu Daqiq al-Id, seperti

dikutip al-Aini dalam kitabnya Syarh Sunan Abi Dawud mensahihkan hadis-

hadis tersebut (vol. 1, hal. 274).

Kemungkinan dari penyebab ketumpangtindihan hadis-hadis ada dua,

yaitu; Pertama, telah terjadi kelupaan dari sisi sahabat Abu Hurairah ketika

meriwayatkan hadis (sebab hampir kesemua hadis tersebut diwayatkan oleh

beliau (Mubarakfuri, Tuhfatu al-Ahwadzi, vol. 1, hal. 257). Kedua,

Rasulullah saw mengucapkan keterangan yang berbeda-berbeda, yang berarti

tidak ada bilangan tertentu yang diwajibkan, sehingga orang bisa saja

memilih mana bilangan yang ia mau.

Banyaknya dan tumpangtindihnya hadis-hadis di atas, telah

menyebabkan pendapat para ulama juga menjadi begitu variatif.

Dalam hadis-hadis tersebut, sesungguhnya yang menjadi obyek

perdebatan para ulama adalah dua hal, yaitu tentang “mencuci bejana dengan

tanah (at-tatrib)” dan melakukannya “dengan jumlah tertentu (at-tasbi‟

(tujuh kali), at-tatsmin (delapan kali), at-tatlits (tiga kali))”. Mazhab Hanafi

berpendapat bahwa tidak wajib mencuci bejana sebanyak tujuh kali dan juga

tidak wajib menggunakan tanah. Mazhab Maliki mewajibkan bilangan tujuh,

tetapi tidak mewajibkan tanah. Adapun Mazhab Syafii mewajibkan mencuci

bejana dengan tanah sebanyak delapan kali (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-

Bari Syarh Shahih al-Bukhari, vol. 1, hal. 279).

Selain disebabkan keterangan hadis yang berbeda-beda, perselisihan

(ikhtilaf) para ulama juga disebabkan karena perbedaan pemahaman; apakah

perintah dalam hadis-hadis tersebut menunjukkan kewajiban (al-wujub)

ataukah sunnah (an-nadb) atau hanya petunjuk keduniawian saja yang sama

sekali tidak terikat dengan nilai ibadah (laisa li at-ta‟abbud), sehingga bisa

ditempuh metode lain dalam mensucikan bejana.

Berdasarkan kajian yang mendalam terhadap hadis-hadis tersebut kami

berpendapat bahwa perbedaan redaksi dalam hadis-hadis tersebut

menunjukkan bahwa mencuci bejana sebanyak jumlah tertentu dan mencuci

dengan menggunakan tanah bukanlah sebuah kewajiban, dan juga bukan

perbuatan yang disunnahkan. Dengan kata lain perintah tersebut tidak

mengandung unsur ta‟abbudiy, melainkan hanya perintah Nabi saw untuk

membersihkan bejana dari jilatan binatang yang mengandung unsur najis (li

at-tanajjus) (Syarh Sunan Abi Dawud, vol. 1, hal. 213).

Page 133: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

Dalam ilmu Ushul Fikih diatur bahwa untuk mengetahui apakah suatu

perintah dimaksudkan wajib (ibadah) oleh Nabi saw atau tidak, kita harus

melihat konteks perbuatan yang diperintahkan. Jika ada unsur al-qurbah

(mendekatkan diri) pada Allah pada perintah tersebut, berarti ia bernilai

ibadah, dan dengan demikian tidak bisa tidak harus diikuti.

Dalam kasus ini, kita juga bisa menariknya kepada klasifikasi para

ulama ushul fikih terhadap sunnah Nabi saw. Mereka membagi sunnah Nabi

saw ke dalam dua jenis; (a) yang mengandung unsur pensyariatan (sunnah

tasyri‟iyyah) dan, (b) yang tidak mengandung unsur syariat karena terikat

dengan situasi, kondisi dan konteks saat di mana Nabi saw mengeluarkan

sabda tersebut (ghairu tasyri‟iyah). Sunnah jenis pertama bersifat abadi,

tidak lekang (daim) dan berlaku untuk semua ruang dan waktu („am) serta

tidak terpengaruh dengan perubahan zaman. Sedangkan sunnah jenis kedua

adalah sunnah yang bersifat temporal (khas) dan situasional (hal mu‟ayyan).

Kami berpendapat bahwa mencuci bejana sebanyak tujuh kali dengan

salah satunya menggunakan tanah sesungguhnya bukanlah inti (subtansi)

yang ingin Nabi saw sampaikan dalam hadisnya tersebut. Sehingga ia bisa

disebut sebagai wasilah (sarana) saja, bukan sebagai sunnah tasyri‟iyah.

Wasilah sendiri adalah sesuatu yang bersifat dinamis dan berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman. Di zaman sekarang, kita bisa menggunakan

sabun, deterjen dan sarana-sarana lainnya yang bisa mengantarkan kita

sampai pada maqshad (tujuan inti) dari hadis tersebut, yaitu membersihkan

peralatan dari najis yang menempel padanya.

Di samping itu, secara redaksional, dalam hadis tersebut tidak ada satu

indikasi (qarinah) yang menunjukkan wajib atau sunnahnya perbuatan

mencuci bejana sebanyak tujuh kali yang salah satunya menggunakan tanah.

Kaedah yang bisa kita pegangi dalam hal ini adalah: suatu perintah Nabi saw

terkadang bermakna sebagai suatu petunjuk (al-irsyad), sunnah (an-nadb),

makruh (al-karahiyyah) dan wajib (al-wujub) tergantung dengan indikasi

(qarain) yang terdapat dalam perintah tersebut. Di antara indikasi tersebut

adalah apakah terdapat perintah yang bernada keras (al-tasydid fi al-amr)

atau ada ancaman jika ditinggalkan (al-wa„id fi „adam al-fi‟il) (Yusuf al-

Qaradlawi, as-Sunnah an-Nabawiyyah Masdaran li al-Ma‟rifah wa al-

Hadlarah, hal. 44). Bila hadis tersebut dibaca ulang, tidak ada satupun

qarinah seperti yang disebutkan di atas yang mengindikasikan wajib atau

sunnahnya perbuatan mencuci bejana sebanyak tujuh kali.

Selain itu, sebagai tambahan jawaban adalah dengan menggunakan

prinsip kemudahan (at-taysir). Di zaman sekarang mencari sabun yang

Page 134: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49921... · 2020-02-03 · PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "Pemahaman Hadis Tentang Membasuh Jilatan Anjing Perspellif

bersih lebih mudah dari pada mencari tanah yang bersih. Dan, menurut kami,

barangkali suatu saat dunia yang kita tinggali ini akan memasuki zaman di

mana mencari tanah sangat sulit, karena tanah telah tergusur oleh jalan raya,

bangunan atau gedung-gedung, sehingga untuk mencari tanah, apalagi yang

bersih, seseorang harus melakukan perjalanan yang jauh. Oleh karena itu, di

sini kita menerapkan prinsip kemudahan dalam beragama. Nabi Muhammad

saw bersabda:

Artinya: “Mudahkanlah dan janganlah kamu persulit.” [HR. al-Bukhari]

Kesimpulan dari jawaban kedua kami adalah saudara boleh menggunakan

sabun pembersih sebagai ganti sabun dari tanah untuk mensucikan bejana

yang terkena jilatan anjing. Namun, jika saudara merasa ingin tetap

melakukannya sesuai dengan yang tercantum dalam hadis Nabi Muhammad

saw, karena faktor kecintaan terhadap segala sesuatu yang berasal dari

beliau, maka dalam pandangan kami, saudara termasuk muhsin (orang yang

melakukan kebaikan) dan insya Allah tetap mendapat pahala karena niat

saudara. Demikian jawaban dari kami.

Wallahu a‟lam bish-shawab. M-Rf.

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

E-mail: [email protected] dan [email protected]

http://www.fatwatarjih.com