5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
1/69
52
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Penilaian Bisnis
IV.1.1 Analisis SWOT
Analisis dilakukan dengan mengevaluasi peluang dan ancaman yang dihadapi
oleh perusahaan serta bagaimana mengelola kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan, kemudian dilakukan pencocokkan faktor-faktor tersebut untuk
menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif.
1. Kekuatan ( Strengths )
- Perusahaan menggunakan teknologi pencampuran tembakau secara khusus
serta berbagai teknologi pendukung lainnya untuk menghasilkan rokok
dengan rendah tar dengan rasa yang sesuai dengan keinginan konsumen.
- Produk unggulan yang diproduksi PT. Gudang Garam, Tbk seperti Gudang
Garam merah, Gudang Garam filter, Gudang Garam Surya Signature dan
Gudang Garam Surya Slim memilki brand awareness yang cukup tinggi
dengan low tar nicotine (LTN) yang menjadi lini terdepan dalam pemasaran.
- PT. Gudang Garam, Tbk memproduksi produk-produknya kedalam berbagai
kelas dan ragam yang memenuhi pasar di Indonesia yang besar dan beragam.
- Perusahaan memiliki jangkauan distribusi yang luas dengan sistem distribusi
terorganisir dan bantuan beberapa perusahaan distributor serta kantor cabang
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
2/69
53
yang tersebar di seluruh wilayah indonesia selain itu pada tahun 2010 PT.
Surya Air didirikan yang merupakan anak perusahaan yang dimiliki
sepenuhnya oleh PT. Gudang Garam, Tbk dimana bergerak di bidang jasa
pengangkutan niaga tidak berjadwal yang bertujuan untuk mengoptimalisasi
pendistribusian menggunakan prasarana transportasi udara.
2. Kelemahan ( Weakness )
- Kurang cepatnya perusahaan dalam mengikuti tren pasar yang terjadi dapat
terlihat dari ketertinggalannya inovasi-inovasi produk dari PT. Gudang
Garam, Tbk dibanding kompetitornya.
- Biaya yang cukup mahal baik dari segi bahan baku maupun teknologi yang
digunakan oleh perusahaan dalam proses produksi,
- PT. Gudang Garam, Tbk masih mengandalkan produk sigaret kretek
mesinnya yang kadar tar ataupun nikotinnya masih relatif tinggi padahal di
pasar telah terjadi pergeseran konsumen cenderung lebih menyukai kategori
low nikotin.
3. Kesempatan ( Opportunities )
- Dari total penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 240 juta jiwa
diperkirakan 65% atau kurang lebih 75 juta orang laki-laki di Indonesia
adalah perokok yang merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk
melakukan penjualan serta melakukan strategi-strategi yang diharapkan
dapat meningkatkan pangsa pasar perusahaan yang berkisar sekitar 22%.
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
3/69
54
- Penjualan PT. Gudang Garam, Tbk sebagian besar berfokus di pulau jawa
dapat dilihat dari hasil total penjualan yang sekitar 50% berasal dari pulau
jawa, sehingga masih terdapat banyak kesempatan dan potensi untuk
memperluas fokus penjualan ke daerah lain.
4. Ancaman ( Threats )
- Peraturan-peraturan yang mulai muncul mengenai anti tembakau untuk
mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan dari rokok, puncaknya
diadakan Konvensi Kerangka Pengendalian Tembakau atau Framework
Convention on Tobacco Control sebagai hukum internasional yang
diresmikan pada tanggal 27 February 2005 yang telah disetujui serta
didukung oleh negara-negara di dunia dan Indonesia pun masih dalam
perdebatan untuk menandatangani perjanjian tersebut.
- Pembatasan dalam promosi dari produk rokok yang mulai dilakukan
pemerintah dalam pembatasan yang menyangkut media dan promosi melalui
PP No.81/1999
- Peningkatan harga beli yang harus dibayarkan perusahaan yang diakibatkan
oleh fenomena La Nina menyebabkan hujan terus turun pada musim panen
tembakau dan cengkeh yang berakibat terjadinya gagal panen sehingga harga
menjadi melambung tinggi.
- Rencana kenaikan bahan bakar minyak yang secara tidak langsung
menyebabkan adanya inflasi sehingga harga kebutuhan pokok ikut naik
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
4/69
55
akibatnya konsumen cenderung untuk lebih membeli kebutuhan pokok
dibanding rokok yang merupakan kebutuhan tambahan
Strategi berdasarkan bagan matriks SWOT yang terdapat pada lampiran
Tabel IV.1. Tabel Strategi Berdasarkan Matriks SWOT
Matriks SWOT Strategi
SO 1. Meningkatkan promosi akan produk-produk rokok rendah
tar yang sesuai dengan selera konsumen (S1,O1)
2. Menggunakan strategi pemasaran terpadu untuk
memperluas pemasaran ke seluruh nusantara. (S2,S4,O1,O2)
WO 1. Meluncurkan produk-produk baru dengan segmen low tar
nikotin (LTN) yang sesuai dengan tren pasar saat ini
(W1,O1)
2. Membangun cabang distributor baru diluar pulau jawa
dengan mempertimbangkan biaya lahan dan tenaga kerja
yang lebih murah (W2,O2)
ST 1. Menggunakan metode promosi Word of Mouth (WOM)
dengan menonjolkan tentang produk rokok rendah nikotin
dan tar (S1,S3,T1,T2)
2. Melakukan penghematan biaya produksi terutama pada
bahan baku, misalnya dengan membeli bahan baku dari
daerah yang harga yang lebih murah dan kualitas baik serta
mempertimbangkan biaya distribusi. (S2, T3)
WT 1. Menggunakan strategi cost discipline untuk menghemat
biaya produksi .(W2, T3)
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
5/69
56
IV.1.2 Analisis PESTLE
Seluruh aktivitas usaha perusahaan tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal
dari sekitar perusahaan, termasuk dalam industri rokok dimana perusahaan perlu
memahami pengaruh dari luar serta perubahan-perubahan keadaan yang terus terjadi,
faktor- faktor tersebut sebagai berikut :
1. Politik
Dalam kurun waktu beberapa tahun ini berkembangnya kesadaran
tentang bahaya akan rokok menyebabkan munculnya banyak
penentangan yang berkaitan dengan konsumsi rokok oleh banyak negara.
Pada tanggal 27 February 2005 pun diadakan Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC) yang dprakarsai oleh Badan Kesehatan Sedunia
(WHO) yang telah ditandatangani oleh hampir seluruh negara di dunia,
Indonesia merupakan salah satu negara yang belum menandatangani
perjanjian ini dan sampai saat ini hal tersebut masih terus diperdebatkan
karena perjanjian tersebut merupakan suatu ancaman bagi industri rokok
di Indonesia selain itu pemerintah sedang menyusun roadmap yang
menargetkan produksi rokok menjadi 265 miliar batang pada tahun 2015
tentunya perjanjian tersebut akan menjadi hambatan sehingga pemerintah
masih terus melakukan pertimbangan tentang hal tersebut.
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
6/69
57
2. Ekonomi
Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 tercatat membaik dengan
pencapaian PDB yang tampaknya dapat dipertahankan sebesar 6,1 persen
dibandingkan 4,4 persen pada tahun 2009 dimana pemilu berlangsung
dan krisis ekonomi global masih terasa dampaknya. Dewasa ini
berdasarkan Berita Resmi Statistik No.31/05/X, 7 Mei 2012 diketahui
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2012 mengalami
pertumbuhan sebesar 1,4 persen dibandingkan triwulan IV-2011, yang
didukung oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan,
Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan, dan Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi. PDB Indonesia pada triwulan I-2012
dibandingkan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-y) mengalami
pertumbuhan sebesar 6,3 persen dimana nilai tambah bruto yang terbesar
berasal dari sektor industri pengolahan sebesar Rp 465,8 triliun yang
tentunya sebagian merupakan hasil sumbangan dari industri rokok. Selain
itu belanja fiskal pemerintah tahun ini mencakup peningkatan gaji
pegawai negeri dan program pembangunan infrastruktur. Indonesia
mencatat pertumbuhan yang menggembirakan yang dapat dilihat dari
perkembangan di sektor komoditas, sumber daya alam, pasar modal, dan
industri barang konsumen, yang tentunya mendorong kegiatan
perekonomian dan penciptaan lapangan kerja. Kondisi tersebut membuat
kepercayaan konsumen meningkat, sehingga seperti sektor industri
barang konsumen lainnya, industri rokok dapat mengambil peluang untuk
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
7/69
58
memenuhi permintaan pasar atas barang sekunder. Kondisi ini memiliki
pengaruh positif terhadap PT. Gudang Garam, Tbk karena dengan kondisi
tersebut secara tidak langsung perusahaan tentunya akan mendapatkan
kenaikan tingkat penjualan.
3. Sosial
Dewasa ini pola hidup masyarakat telah cukup mengalami perubahan,
kini mulai timbul kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Dapat dilihat dari pergeseran pola hidup dimana dahulu rokok menjadi
kebiasaan dan bahkan sebagai budaya, tetapi kini rokok mulai dianggap
sebagai ancaman bagi kesehatan sehingga muncul pikiran-pikiran negatif
tentang perokok. Hal ini cukup mempengaruhi bagi perusahaan karena
berubahnya pola hidup masyarakat tersebut relatif dapat mempengaruhi
terhadap penjualan rokok.
4. Teknologi
Salah satu lini produk PT. Gudang Garam, Tbk adalah Sigaret Kretek
Mesin (SKM) yang diproduksi dengan mesin teknologi tinggi yang
dikendalikan oleh komputer. Perusahaan terus melakukan perawatan,
peremajaan, serta membeli mesin-mesin baru untuk menambah tingkat
produksi, pada tahun 2010 perusahaan melakukan penambahan mesin
baru sebanyak 3 mesin baru dengan teknologi terbaru yang mampu
menghasilkan 7.000-10.000 batang per menitnya dan juga perusahaan
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
8/69
59
terus berusaha dalam melakukan pengembangan teknologi untuk
meningkatkan kapasitas produksi.
5. Hukum
PT. Gudang Garam, Tbk sebagai perusahaan rokok sangat erat kaitannya
dengan cukai. Sistem cukai tidak mengalami perubahan signifikan di
tahun 2010, Cukai dan PPN yang dibayarkan PT. Gudang Garam, Tbk
tahun ini meningkat dari Rp 19,2 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp
20,8 triliun. Sistem pungutan cukai yang lebih sederhana dan berlaku
pada semua produsen rokok, merupakan cara pembebanan cukai yang
lebih proporsional dan diharapkan dapat menjadi alat yang mampu
menjaga perkembangan pasar ke arah yang positif. Jumlah beban cukai
dan PPN yang dibayar kepada Pemerintah mencapai 55% dari setiap
Rupiah pendapatan Perseroan. Beban cukai mengalami kenaikan pada
bulan Januari 2010 sebesar 5,8% untuk SKM dan 7,6% untuk SKT.Untuk
tahun 2011, terhitung bulan Januari, beban cukai naik sebesar 7,1% untuk
SKM dan 4,1% untuk SKT. Jadi dapat dikatakan PT. Gudang Garam,
Tbk tidak menghadapi perubahan besar dalam pembebanan cukai
walaupun terdapat kenaikan tetapi tidak signifikan.
6. Lingkungan
PT. Gudang Garam, Tbk terus mendukung upaya warga meningkatkan
kebersihan lingkungan dan memperbaiki kondisi kesehatan warga selain
itu juga menyumbangkan berbagai fasilitas untuk menciptakan sekaligus
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
9/69
60
memelihara lingkungan sekitar dan alam yang dapat dilihat dari program-
program seperti penghijauan-penghijauan terhadap lingkungan kota,
kegiatan kerja bakti menjaga kebersihan lingkungan dan program
penghijauan Aksi Penanaman Serentak Indonesia (APSI) dengan
menyediakan bibit dan peralatan.
IV.1.3 Analisis PORTER
Penelitian dilakukan dengan berdasar pada lima model kekuatan dari Porter
untuk menilai hubungan antara perusahaan dengan industri yakni sebagai berikut :
1. Ancaman masuknya pesaing baru
Dalam suatu industri munculnya pesaing baru merupakan ancaman yang
perlu diperhatikan, tetapi di dalam industri rokok di indonesia tidak
terdapat pesaing baru yang dapat diperhitungkan sebagai kompetitor yang
menimbulkan ancaman bagi perusahaan, perusahaan rokok yang muncul
di indonesia merupakan perusahaan kecil dengan pemusatan pada segmen
yang relatif kecil, misalnya saja perusahaan rokok Jaya Makmur, Gudang
Baru , Suburaman, dan perusahaan-perusahaan rokok lain yang memasuki
industri rokok di indonesia. Sehingga ancaman masuknya pesaing baru
dalam industri rokok di indonesia bagi PT. Gudang Garam, Tbk relatif
rendah.
2. Ancaman dari pesaing
Industri rokok merupakan salah satu industri yang memiliki peluang
cukup besar di indonesia, oleh karena itu persaingan yang timbul antara
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
10/69
61
perusahaan yang bergerak di bidang industri rokok pun cukup ketat. Perusahaan
yang bergerak di industri rokok di indonesia yang memiliki produk bersaing
dengan PT. Gudang Garam, Tbk antara lain : PT. Bentoel International
Investama Tbk, PT. Djarum dan PT. HM Sampoerna Tbk. Persaingan antar
perusahaan ini dapat dilihat dari lini produk yang dikeluarkan oleh masing-
masing perusahaan, misalnya saja dalam persaingan segmen rokok mild yang
terjadi antara perusahaan-perusahaan yang memproduksi rokok, dimana PT.
HM Sampoerna Tbk dengan produk A Mild, PT. Bentoel International
Investama Tbk dengan Star Mild, PT. Djarum dengan LA Lights dan PT.
Gudang Garam, Tbk dengan Gudang Garam Surya Signature.
3. Ancaman dari barang pengganti
Banyaknya isu tentang efek negatif dari rokok menimbulkan adanya
kesempatan dari barang pengganti untuk menjadi pilihan bagi konsumen.
Konsumen secara bertahap menggunakan barang pengganti dari rokok walaupun
untuk seorang perokok sulit tetapi isu kesehatan menjadi alasan yang kuat untuk
memilih barang pengganti. Barang pengganti yang kini cukup diminati
konsumen sebagai pengganti rokok antara lain rokok elektrik, rokok cair,
permen karet nikotin
4. Kekuatan tawar menawar dari pembeli
Dalam industri rokok di indonesia, perusahaan rokok bersaing dengan
memproduksi bermacam-macam jenis produk rokok di berbagai segmen,
sehingga terdapat banyak pilihan jenis dan ragam rokok yang dapat dipilih oleh
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
11/69
62
konsumen sesuai selera dan pilihan masing-masing konsumen itu sendiri. Hal ini
menjadi suatu yang cukup perlu diperhatikan oleh PT. Gudang Garam, Tbk
karena dapat disimpulkan kekuatan tawar menawar dari pembeli cukup besar
karena tersedianya banyak produk dipasar dari para kompetitor yang
menyebabkan konsumen membeli produk lain bila tidak puas dengan produk dari
perusahaan.
5. Kekuatan tawar menawar dari pemasok
Perusahaan memiliki tingkat persediaan yang cukup memadai untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh naik turunnya ketersediaan bahan
baku. Kondisi cuaca sangat mempengaruhi hasil panen bahan baku utama yaitu
tembakau dan cengkeh. Risiko ini diatasi dengan kebijakan Perseroan untuk
selalu memiliki tingkat persediaan yang mencukupi. Pembelian bahan baku
setiap tahun dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas, kuantitas, dan
harga pasar pada masa panen terhadap tingkat persediaan yang ada dengan
tujuan untuk menjaga stabilitas kualitas maupun harga bahan baku yang ada di
perusahaan. PT. Gudang Garam, Tbk mendapatkan bahan baku tembakau dan
cengkeh dari petani yang tersebar di penjuru nusantara seperti Kediri,
Temanggung, Pamekasan, Bojonegoro, dan daerah-daerah lainnya yang
merupakan menjadi serapan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku PT.
Gudang Garam, Tbk, tetapi penjualan tembakau dan cengkeh ini bersifat
oligopsoni, persaingan bersifat sempurna jadi tembakau dan cengkeh dijual
kepada pembeli yang membeli dengan harga sesuai kesepakatan sehingga PT.
Gudang Garam, Tbk perlu untuk melakukan perjanjan dengan para petani agar
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
12/69
63
dapat memenuhi kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk proses
produksi.
Tabel IV.2. Tabel Ringkasan Analisis Porter
Low Medium High
Ancaman masuknya pesaing baru Dalam industri rokok di
indonesia ancaman masuknya
pesaing baru bagi perusahaan
relatif rendah karena para
pemegang pangsa pasar telah
memiliki posisi yang kuat dan
tidak adanya pesaing baru
dalam kekuatan yang besar
yang masuk ke dalam
persaingan industri.
Ancaman dari pesaing Pesaing dalam industri rokok
di indonesia antara lain PT.
Bentoel International
Investama Tbk, PT. Djarum
dan PT. HM Sampoerna Tbk
Ancaman dari barang pengganti Adanya ancaman dari barang
pengganti rokok seperti rokok
elektrik, rokok cair, permen
karet nikotin
Kekuatan tawar menawar dari pembeli Beraneka ragamnya merk dan
jenis rokok yang dijual
menyebabkan pembeli atau
konsumen memiliki kekuatan
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
13/69
64
tawar menawar yang cukup
besar, karena pembeli atau
konsumen dapat berpindah
dari satu produk ke produk
lain bila tidak puas dengan
suatu produk.
Kekuatan tawar menawar dari
pemasok
Bahan baku dibeli dari para
petani cengkeh dan tembakau
dari pelosok nusantara, dalam
proses pembeliannya telah
dilakukan perjanjian dengan
para petani sesuai harga
kesepakatan karena cukup
banyaknya petani-petani di
Indonesia maka kekuatan
tawar-menawar dari petani ini
relatif rendah.
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
14/69
65
Gambar IV.1. Bagan Ringkasan Analisis Porter
Pendatang Baru
- Perusahaan rokok yang relatif kecil biladibandingkan Gudang Garam,antara lain:
perusahaan rokok Jaya Makmur, Gudang
Baru , Suburaman, dan perusahaan-
perusahaan rokok lain yang memasuki
industri rokok di indonesia
Pembeli
- Berbagai macam merk danjenis rokok yang ada di
industri rokok Indonesiamenyebabkan banyaknya
pilihan bagi para konsumen
sehingga konsumen dapat
memilih produk yang sesuai
selera, kekuatan tawar
menawar pembeli cukup
tinggi.
Persaingan Industri
- PT. Bentoel InternationalInvestama Tbk,
- PT. Djarum,- PT. HM Sampoerna Tbk.
Ancaman
Pendatan Baru
Kekuatan
Tawar
Kekuatan Tawar
Menawar PembeliAncaman Barang
Pengganti
Barang Pengganti
- Isu kesehatan dari rokok menyebabkanadanya inisiatif dari masyarakat untuk
menggunakan barang pengganti dari rokok
misalnya : rokok elektrik,
Tetapi rokok masih sangat diminati,
sehingga ancaman dari barang pengganti
relatif kecil
Pemasok
- Bahan baku di beli daripetani baik secara langsung
maupun melalui anak
perusahaan dimana telah
dilakukan kesepakatan antar
kedua pihak, kekuatan tawar
menawar dari pemasok
relatif kecil karena di
Indonesia terdapat banyak
lahan cengkeh dan tembakau
sehingga petani tidak dapat
terlalu menekan untuk
melakukan tawar menawar.
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
15/69
66
IV.1.4 Critical Success Factors
Critical Success Factors merupakan proses identidikasi terhadap hal-hal yang
dianggap penting yang perlu dilakukan oleh PT. Gudang Garam, Tbk, untuk dapat
mencapai target perusahaan secara efektif, efisien serta melakukan tahap-tahap untuk
menganalisis faktor penentu keberhasilan, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan, sasaran, visi serta misi yang ingin dicapai oleh
PT.Gudang Garam, Tbk, yaitu untuk menjadi Perusahaan terkemuka kebanggaan
nasional yang bertanggung jawab dan memberikan nilai tambah bagi para
pemegang saham, serta manfaat bagi segenap pemangku kepentingan secara
berkesinambungan.
2. Mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan
Untuk mencapai tujuan diatas PT. Gudang Garam, Tbk perlu untuk
menggunakan strategi yang sesuai dan sejalan dengan tujuan dan sasaran
tersebut, oleh karena itu perusahaan perlu melakukan identifikasi terhadap
faktor-faktor potensial yang penting untuk diperhatikan dalam usaha mencapai
tujuan dan sasaran PT. Gudang Garam, Tbk.
Tabel IV.3. Tabel Ringkasan Critical Success Factors
Objectives Potential CSFs
1. Meningkatkan pangsa pasar penjualanrokok
Promosi yang efektif dan efisien
2. Memperluas penjualan ke seluruhnusantara
Jaringan distribusi Persediaan
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
16/69
67
3. Menaikkan tingkat kepuasan konsumenterhadap produk-produk perusahaan
Inovasi produk Kualitas rasa
3. Membuat daftar dari unsur-unsur setiap faktor penentu keberhasilan yang
dipilih
Tabel IV.4. Tabel Critical Success Factors
CSFs Subfactors of the CSFs
Promosi - Kegiatan-kegiatan promosi seperti :Iklan, Publikasi,Direct Selling
- Tenaga Penjual- Minat konsumen
Jaringan distribusi - Jalur pengiriman- Kantor cabang- Kondisi geografis
Pengelolaan persediaan - Jumlah persediaan- Pengawasan saluran distribusi
Inovasi produk - Pengembangan varian baru Kualitas rasa - Peningkatan kualitas tembakau dan
cengkeh
- Pengawasan pengolahan produk
IV.2. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mengetahui keadaan keuangan suatu
perusahaan, Analisis dilakukan atas PT. Gudang Garam, Tbk, selama kurun waktu lima
tahun, yaitu tahun 2006-2010. Dengan menggunakan metode analisis horizontal, analisis
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
17/69
68
vertikal,serta analisis rasio-rasio yang umum digunakan untuk menilai bisnis suatu
perusahaan seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio manajemen utang, rasio
profitabilitas dan rasio nilai pasar yang dibandingkan dengan perusahaan dalam industri
sejenis yang terdaftar di BEI.
IV.2.1 Analisis Horizontal dan Vertikal
Analisis horizontal dan vertikal atas neraca dan laporan laba rugi PT. Gudang
Garam, Tbk, untuk tahun 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 terdapat pada bagian
lampiran yang digunakan sebagai dasar pembahasan, dimana terdapat hal-hal sebagai
berikut :
Berdasarkan analisis vertikal atas neraca, sebagian besar total aset merupakan
aset lancar dimana pada tahun 2010 aset lancar mencapai 74,52% yang didominasi oleh
persediaan yang berupa barang jadi/barang dagangan, barang dalam pengolahan, bahan
baku dan bahan pembantu, pita cukai dan PPN rokok, serta suku cadang dan barang-
barang keperluan pabrik dimana sebesar 65,62% dari total aset. Persentase kas terhadap
total aset mengalami kenaikan pada tahun 2007 sebesar 2,03% menjadi 4,71% di tahun
2008 yang sebagian besar tersimpan di bank sebagai pihak ketiga dalam rupiah. Pada
bagian kewajiban, persentase kewajiban lancar cukup besar terhadap total kewajiban dan
ekuitas yang mengalami naik turun dari 2006-2010 secara berturut-turut yaitu 36,14%,
37,29%, 31,86%, 29,24%, dan 27,59% . Dari hasil analisis vertikal pada laporan laba
rugi, persentase laba bersih terhadap penjualan terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun tetapi perbedaan terjadi pada beban pokok penjualan yang persentase terhadap
penjualannya yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun pada tahun 2008
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
18/69
69
persentase beban pokok penjualan terhadap penjualan mengalami kenaikan yang terjadi
karena adanya dari peningkatan pembelian bahan baku serta adanya kenaikan harga
tembakau sebesar kurang lebih 5% di pertengahan tahun 2008. Pada tahun 2009 beban
persentase beban pokok penjualan terhadap penjualan kembali mengalami penurunan
sehingga persentase laba kotor mengalami kenaikan bila dibandingkan dari tahun 2008
yakni sebesar 21,73% serta berpengaruh terhadap persentase laba bersih yang
mengalami kenaikan cukup besar dari 6,22% pada tahun 2008 menjadi 10,66% pada
tahun 2009.
Berdasarkan analisis horizontal dengan tahun 2006 sebagai dasar analisis, pada
bagian neraca kas mengalami kenaikan dari tahun ke tahun tetapi terdapat kenaikan yang
cukup signifikan pada kas dan setara kas di tahun 2008 yang mengalami kenaikan
sebesar 147,62% dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan kas
bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi yang cukup tinggi. Piutang usaha dengan
hubungan pihak istimewa mengalami penurunan signifikan pada tahun 2009 sebesar
83,33% dari tahun sebelumnya karena adanya pelunasan piutang yang jatuh tempo dari
perusahaan-perusahaan afiliasi, sedangkan piutang usaha pihak ketiga mengalami
kenaikan sebesar 329,94% yang terjadi karena transaksi penjualan secara kredit dengan
nilai piutang usaha yang berumur 1-30 hari yang besar berjumlah Rp. 858.348.712.535,-.
Pada akun persediaan kenaikan terjadi setiap tahun dari tahun 2006 sampai tahun 2010
tercatat kenaikan persediaan sebesar 83,33%. Kenaikan cukup drastis juga terjadi pada
akun tidak lancar lain-lain dimana terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun bahkan
pada tahun 2009 mencapai 1023,96% dibandingkan tahun dasar, yang sebagian besar
merupakan uang muka pembelian aset tetap yang dibayarkan pada tahun berjalan.Pada
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
19/69
70
akun hutang pajak ditahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 785,15% yang terjadi
karena adanya pembayaran PPh pasal 25 dan PPh pasal 29 yang cukup besar yang
bernilai Rp. 61.717.215.897,- dan Rp. 96.075.347.284,- dan relatif berfluktuatif di
tahun2 berikutnya. Pada akun kewajiban lancar lain-lain juga mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun pada tahun 2010 tercatat telah terjadi kenaikan sebesar 708,65% dari
tahun dasar yang sebagian besar berasal dari hutang pembelian aset tetap karena
PT.Gudang Garam terus melakukan perbaikan infrastruktur dengan penggantian mesin
dan peralatan serta untuk pembangunan gedung di Jakarta. Dari hasil analisis horizontal
terhadap laporan laba rugi hampir seluruh akun mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun kecuali pada beban penjualan dan laba penjualan dari aktiva tetap, dimana beban
penjualan di tahun 2008 mengalami penurunan cukup drastis sebesar 44,41% dari tahun
2008 dan dalam laba penjualan aktiva tetap di tahun 2008 dan 2010 mengalami
penurunan dikarenakan pada tahun tersebut penjualan aktiva tetap yang terjadi tidak
sebanyak di tahun sebelumnya sehingga menimbulkan penurunan persentase. Kenaikan
cukup mencolok dapat dilihat pada kenaikan laba bersih perusahaan di tahun 2009 dan
2010 dimana persentase laba bersih sebesar 347,73% dan 423,60% bila dibandingkan
dengan tahun dasar yang disebabkan karena kenaikan penjualan di tahun 2009 dan 2010
yang berbanding terbalik dengan beban pokok penjualan yang bila dibandingkan
dengan total penjualan mengalami penurunan sehingga menyebabkan laba kotor
meningkat dan laba bersih di tahun 2009 dan 2010 mengalami kenaikan.
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
20/69
71
IV.2.2 Analisis Rasio Likuiditas (L iquidity Ratio)
Analisis rasio likuiditas digunakan untuk mengambarkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau
kewajiban lancar perusahaan, rasio yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Tabel IV.5. Rasio Lancar
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 1,89 1,93 2,22 2,46 2,70
Rata- Rata Industri 1,64 2,75 2,04 1,98 2,06
Gambar IV.2. Rasio Lancar
Rasio lancar pada PT. Gudang Garam, Tbk mengalami kenaikan selama
tahun 2006-2010. Bila dibandingkan dengan rata-rata industri, rasio lancar PT.
Gudang Garam, Tbk berada di atas rata-rata industri kecuali pada tahun 2007
rasio lancar perusahaan dibawah rata-rata industri yang menunjukkan angka
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
21/69
72
cukup besar yaitu 2,75 kali dimana rasio lancar PT.Gudang Garam, Tbk sebesar
1,93 kali. Hal ini terjadi karena pada tahun 2007 PT.Bentoel Internasional
Investama, Tbk mengalami kenaikan asset lancar yang besar sehingga rasio
lancar menjadi tinggi dan menyebabkan rata-rata industri meningkat. Kenaikan
terbesar rasio lancar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,8 dari tahun
sebelumnya yang terjadi karena penurunan cukup besar pada kewajiban lancar
perusahaan akibat adanya pembayaran pada hutang cukai dan PPN rokok
meskipun pada tahun tersebut aset lancar mengalami penurunan pula tetapi tidak
sebesar kewajiban lancar sehingga menimbulkan peningkatan pada rasio lancar
ditahun 2008. Rasio lancar tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 2,70
kali bila dibandingkan dengan rata-rata industri menghasilkan selisih cukup jauh
sebesar 0,64 lebih tinggi dari rata-rata industri. Jadi dapat disimpulkan bila
melihat dari rasio lancar dari tahun 2006-2010 yang berada di atas 1 kali yang
berarti aset lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar dari kewajiban lancarnya
sehingga mampu memenuhi kewajiban lancarnya dengan aset lancar yang
dimilikinya dan bila dibandingkan dengan rata-rata industri, rasio lancar
PT.Gudang Garam, Tbk sebagian besar berada diatas rata-rata industri sehingga
dapat dikatakan perusahaan dalam keadaan likuid bila berdasar analisis diatas.
2. Rasio Cepat (Acid test atau Quick Ratio)
Tabel IV.6. Rasio Cepat
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 0,40 0,42 0,45 0,34 0,32
RATA-RATA INDUSTRI 0,58 0,78 0,46 0,41 0,54
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
22/69
73
Gambar IV.3. Rasio Cepat
Rasio cepat menunjukkan kemampuan PT.Gudang Garam, Tbk untuk
memenuhi kewajiban lancarnya tanpa memperhitungkan persediaan yang
dimilikinya. Rasio cepat PT.Gudang Garam, Tbk mengalami fluktuasi dari tahun
2006-2010 yang terjadi karena pengaruh kewajiban lancar yang mengalami naik
turun pula selama kurun waktu tersebut. Bila dibandingkan dengan rasio cepat
rata-rata industri rasio cepat PT.Gudang Garam, Tbk berada di bawah rata-rata
industri, perbedaan terjauh terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,36 dimana rata-rata
industri sebesar 0,78 sedangkan rasio cepat PT.Gudang Garam, Tbk hanya
sebesar 0,42 Rasio cepat tertinggi terjadi pada tahun 2008 dimana rasio cepat
0,45 kali yang berarti perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya kurang dari
separuh dengan menggunakan aset lancar yang dimilikinya tanpa
memperhitungkan persediaan, hal ini menunjukkan bahwa PT.Gudang Garam,
Tbk berada dalam keadaan yang kurang likuid. Bila dibandingkan dengan hasil
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
23/69
74
analisis rasio cepat (current ratio) yang berada di atas rata-rata industri maka
seharusnya rasio cepat PT. Gudang Garam, Tbk juga berada di atas rata-rata
industri, akan tetapi pada perhitungan diatas didapat hasil bahwa nilai rasio cepat
PT. Gudang Garam, Tbk berada di bawah rata-rata industri yang
mengindikasikan PT. Gudang Garam, Tbk memiliki persediaan dalam jumlah
yang besar dalam aset lancar yang dimilikinya.
IV.2.3 Analisis Rasio Aktivitas ( Activity Ratio)
Analisis rasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif kemampuan perusahaan
dalam mengelola aset yang dimilikinya, rasio yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Tabel IV.7. Tingkat Perputaran Persediaan
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 1,83 1,83 1,86 1,70 1,56
Rata- Rata Industri 3,13 2,50 2,50 2,78 2,97
Gambar IV.4. Tingkat Perputaran Persediaan
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
24/69
75
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan kemampuan PT.Gudang
Garam, Tbk dalam mengelola dana dalam bentuk persediaan dalam suatu
periode. Tingkat perputaran persediaan PT.Gudang Garam, Tbk pada tahun 2006
dan 2007 memiliki nilai yang sama yaitu 1,83 kali meskipun sebenarnya harga
pokok penjualan dan rata-rata persediaan mengalami peningkatan. Tingkat
perputaran persediaan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 1,86 kali yang
terjadi karena adanya peningkatan harga pokok penjualan sebesar 9,34% dari
tahun lalu sedangkan persediaan tidak mengalami peningkatan yang berarti.
Setelah itu tingkat perputaran persediaan mengalami penurunan yakni 1,70 kali
pada tahun 2009 dan 1,56 kali pada tahun 2010, yang disebabkan karena
kenaikan persediaan yang cukup besar pada tahun tersebut dalam bahan baku
baik utama maupun pembantu serta pita cukai. Bila dibandingkan dengan rata-
rata industri tingkat perputaran persediaan PT. Gudang Garam, Tbk berada
dibawah rata-rata industri dalam kurun waktu 2006-2010,
yang menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk belum efisien dalam
mengelola persediaan yang dimilikinya bila dibandingkan dengan industrinya.
Tingkat perputaran persediaan PT. Gudang Garam, Tbk memiliki nilai yang
cukup kecil yaitu dibawah 2 kali dalam satu tahun, tetapi hal ini dapat dikatakan
wajar karena tingkat perputaran persediaan rata-rata industri sendiri hanya
mencapai 3 kali dalam setahun yang menunjukkan bahwa dalam bidang industri
tersebut memang memiliki tingkat perputaran persediaan yang kecil karena
dalam industri rokok memiliki bahan baku dan barang jadi yang dapat disimpan
cukup lama sehingga terdapat kecerendungan untuk menyimpan bahan baku
maupun barang jadi sesuai dengan kebjiakan perusahaan.
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
25/69
76
2. Tingkat Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)
Tabel IV.8. Tingkat Perputaran Piutang
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 11.69 10.66 12.41 21.02 38.58
Rata- Rata Industri 47.83 37.69 39.52 45.61 48.35
Gambar IV.5. Tingkat Perputaran Piutang
Tingkat perputaran piutang menunjukkan efektivitas PT. Gudang Garam,
Tbk dalam melakukan penagihan piutang, Perputaran piutang PT. Gudang
Garam, Tbk pada tahun 2006 sebesar 11,69 kali lalu mengalami penurunan di
tahun 2007 menjadi 10,66 kali kemudian setelah itu terus menerus mengalami
kenaikan, 12,41 kali pada tahun 2008, 21,02 kali pada tahun 2009 dan pada tahun
2010 mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi 38,58 kali yang terjadi
karena kenaikan penjualan dan penurunan jumlah piutang yang berasal dari
pembayaran piutang terutama dari piutang usaha pihak yang memiliki hubungan
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
26/69
77
istimewa seperti PT. Menara Kartika Buana, PT. Karya Niaga Bersama, dan
PT. Gandum serta pembayaran piutang pihak ketiga yang berumur 31-60 hari.
Meskipun terus mengalami kenaikan perputaran piutang tiap tahunnya tetapi bila
dibandingkan dengan perhitungan rata-rata industri tingkat perputaran piutang
PT. Gudang Garam, Tbk berada jauh dibawah rata-rata industri, bahkan pada
tahun 2006 tingkat perputaran piutang PT. Gudang Garam, Tbk sebesar hanya
sebesar 11.69 kali yang bila dibandingkan rata-rata industri yang mencapai
empat kali lipatnya yaitu sebesar 47.83 kali. Tetapi perputaran piutang
PT.Gudang Garam, Tbk terus membaik dari tahun ke tahun seiring dengan
penagihan piutang yang semakin cepat sehingga pada tahun 2010 perbedaaan
mencolok diatas mulai menipis yaitu perputaran piutang perusahaan sebesar
38.58 kali dan rata-rata industri sebesar 48.35 kali. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa meski terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun dalam menagih
piutang tetapi kemampuan PT. Gudang Garam, Tbk dalam mengelola piutang
yang dimilikinya kurang baik bila dibandingkan dalam industrinya.
3. Tingkat Perputaran Hutang (Account Payable Turnover)
Tabel IV.9. Tingkat Perputaran Hutang
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 8,26 6,83 7,11 7,07 5,95
RATA-RATA INDUSTRI 6,85 7,13 7,80 8,05 11,14
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
27/69
78
Gambar IV.6. Tingkat Perputaran Hutang
Tingkat perputaran hutang menunjukkan berapa kali hutang PT.Gudang
Garam, Tbk berputar dalam satu tahun. Pada tahun 2006 tingkat perputaran
hutang PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 8,26 kali yang menunjukkan bahwa
dalam kurun waktu satu tahun perusahaan melakukan 8 kali pembayaran dalam
satu tahun, yang memiliki nilai lebih tinggi bila dibandingkan dengan
perhitungan rata-rata industri yang bernilai 6,85, hal ini menunjukkan pada
tahun 2006 tingkat perputaran hutang gudang garam kurang baik dibanding
dengan rata-rata industri. Pada tahun 2007 nilai tingkat perputaran hutang PT.
Gudang Garam, Tbk menurun sebesar 1,43 sehingga menjadi sebesar 6,83 kali
sedangkan tingkat perputaran hutang rata-rata industri mengalami kenaikan
sehingga tingkat perputaran hutang PT. Gudang Garam, Tbk berada dibawah
rata-rata industri yang menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk dapat lebih
lama melakukan pembayaran atas hutang mereka dibandingkan dengan rata-rata
industri. Di tahun-tahun berikutnya tingkat perputaran hutang PT. Gudang
0.00
3.00
6.00
9.00
12.00
15.00
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
28/69
79
Garam, Tbk tidak mengalami perubahan yang signifikan dan tetap berada di
bawah rata-rata industri, perbedaan tingkat perputaran hutang yang mencolok
terjadi pada tahun 2010 yang terjadi karena tingkat perputaran hutang PT.
Gudang Garam, Tbk mengalami penurunan di tahun ini hingga menjadi sebesar
5,95 kali sedangkan tingkat perputaran hutang rata-rata industri mengalami
kenaikan yang cukup besar hingga mencapai 11,14 kali, sehingga berada cukup
jauh dari tingkat perputaran hutang PT. Gudang Garam, Tbk. Jadi dapat diambil
kesimpulan PT. Gudang Garam, Tbk berhasil mengelola tingkat perputaran
hutang yang dimilikinya yang awalnya berada di atas rata-rata industri tetapi
lambat laun dengan melakukan negosiasi atas waktu pembayaran hutang yang
dimilikinya sehingga dapat berada di bawah rata-rata industri yang menunjukkan
bahwa PT. Gudang Garam, Tbk dapat lebih lama dalam melakukan pembayaran
atas hutang yang dimilikinya.
4. Tingkat Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover)
Tabel IV.10. Tingkat Perputaran Total Aset
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 1.21 1.18 1.26 1.21 1.23
Rata- Rata Industri 1.81 1.54 1.74 1.72 1.96
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
29/69
80
Gambar IV.7. Tingkat Perputaran Total Aset
Tingkat perputaran total aset menunjukkan kemampuan PT.Gudang
Garam, Tbk dalam mengelola seluruh aset yang dimilikinya untuk menghasilkan
tingkat penjualan yang cukup bila dibandingkan dengan total aset secara
keseluruhan.perputaran total aset selama tahun 2006-2010 sangat berfluktuatif
dimana terjadi naik turun dari tahun ke tahun tetapi tidak signifikan karena
kenaikan penjualan diimbangi oleh kenaikan total aset dari tahun ke tahun
sehingga perhitungan perputaran total aset tidak berubah banyak. Pada tahun
2007 perputaran total aset mengalami penurunan kecil sebesar 0,03 kali sehingga
pada tahun 2008 menjadi sebesar 1,81 kali kemudian mengalami peningkatan
menjadi 1,26 kali dan menurun menjadi sebesar 1,21 kali dan 1,23 kali di tahun
2009 dan 2010. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata industri, perputaran total
aset PT.Gudang Garam, Tbk berada di bawah rata-rata industri, perbedaan
signifikan terjadi pada tahun 2010 perputaran total aset PT.Gudang Garam, Tbk
hanya sebesar 1,23 kali sedangkan perputaran total aset rata-rata industri sebesar
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
30/69
81
1,96, hal ini menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk belum secara baik
menggunakan nilai dari total aset yang dimilikinya untuk menghasilkan
pendapatan bila dibandingkan dalam industrinya.
5. Umur Rata-rata Persediaan (Number of DaysofInventory)
Tabel IV.11. Umur Rata-rata Persediaan
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 200 199 197 215 234
RATA-RATA INDUSTRI 116 146 151 135 124
Gambar IV.8. Umur Rata-rata Persediaan
Umur rata-rata persediaan menunjukkan berapa hari secara rata-rata
persediaan berada dalam PT. Gudang Garam, Tbk. Pada tahun 2006 umur rata-
rata persediaan PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 200 hari yang berarti bahwa
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan kurang lebih berumur sekitar 200 hari
sampai persediaan tersebut dapat terjual, yang bila dibandingkan dengan
0
50
100
150
200
250
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
31/69
82
perhitungan umur rata-rata persediaan rata-rata industri berada jauh lebih tinggi
dari rata-rata industri yang umur rata-rata persediaan nya selama 116 hari yang
menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk memerlukan waktu yang lebih
lama dalam mengelola persediaan yang dimilikinya bila dibandingkan dengan
rata-rata industri. Di tahun-tahun berikutnya umur rata-rata persediaan PT.
Gudang Garam, Tbk tidak mengalami perubahan yang signifikan dan selalu lebih
tinggi dari umur rata-rata persediaan rata-rata industri bahkan pada tahun 2010
terjadi perbedaan selama 111 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT.
Gudang Garam, Tbk kurang baik dalam mengelola persediaan yang dimilikinya
dengan melihat umur rata-rata persediaan PT. Gudang Garam, Tbk yang berkisar
hingga 200 hari dan lebih lama bila dibandingkan dengan rata-rata industri. Bila
melihat pada umur rata-rata persediaan dan PT.Gudang Garam, Tbk yang rata-
rata mencapai lebih dari 100 hari yang menunjukkan bahwa karakteristik
persediaan pada perusahaan rokok membutuhkan waktu yang cukup lama baik
dalam pengolahan maupun penyimpanan persediaan tersebut.
6. Umur Rata-rata Piutang (Average Age of Account Receivable)
Tabel IV.12. Umur Rata-rata Piutang
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 31 34 29 17 9
RATA-RATA INDUSTRI 9 10 9 8 8
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
32/69
83
Gambar IV.9. Umur Rata-rata Piutang
Umur rata-rata piutang menunjukkan waktu yang dibutuhkan oleh PT.
Gudang Garam, Tbk untuk menagih piutang yang dimilikinya. Pada tahun 2006
umur rata-rata piutang PT. Gudang Garam, Tbk selama 31 hari yang berarti
perusahaan dapat menagih piutang yang dimilikinya dalam waktu sekitar 31 hari.
Bila dibandingkan dengan perhitungan umur rata-rata piutang dari rata-rata
industri, umur rata-rata piutang PT. Gudang Garam, Tbk memiliki waktu yang
jauh lebih lama dimana umur rata-rata piutang rata-rata industri selama 9 hari
yang disebabkan oleh tingkat perputaran piutang dari PT. Hanjaya Mandala
Sampoerna, Tbk cukup besar yang akan mempengaruhi umur rata-rata piutang
perusahaan dan tentunya umur rata-rata piutang dari rata-rata industri. Umur
rata-rata piutang PT. Gudang Garam, Tbk tidak mengalami perubahan banyak
sampai dengan tahun 2008, tetapi di tahun 2009 dan 2010 terjadi penurunan lama
umur rata-rata piutang yang cukup signifikan hingga menjadi hanya selama 17
hari di tahun 2009 dan 9 hari di tahun 2010 yang tidak berbeda jauh bila
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
33/69
84
dibandingkan dengan umur rata-rata piutang dari rata-rata industri, hal ini
menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk berhasil melakukan perbaikan atas
penagihan piutang yang dimilikinya. Sehingga dapat disimpulkan PT. Gudang
Garam, Tbk memiliki umur rata-rata piutang yang cukup lama bila dibandingkan
dengan rata-rata industri yang merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan
karena semakin lama umur piutang maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya
kerugian akibat piutang ragu-ragu, tapi perusahaan mampu melakukan perbaikan
atas pengelolaan piutang yang dimilikinya sehingga umur rata-rata piutang PT.
Gudang Garam, Tbk tidak berbeda jauh tetapi masih dibawah umur rata-rata
piutang dari rata-rata industri.
7. Umur Rata-rata Hutang (Average Age of Account Payable)
Tabel IV.13 Umur Rata-rata Hutang
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 44 53 51 52 61
RATA-RATA INDUSTRI 53 51 47 46 35
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
34/69
85
Gambar IV.10. Umur Rata-rata Hutang
Umur rata-rata hutang menunjukkan lama rata-rata hutang berada dalam
PT. Gudang Garam, Tbk atau berapa lama rata-rata perusahaan terikat dalam
hutang. Pada tahun 2006 umur rata-rata hutang PT. Gudang Garam, Tbk selama
44 hari yang menunjukkan perusahaan melakukan pembayaran atas hutang yang
dimilikinya sampai kurang lebih 44 hari, semakin lama perusahaan mampu
menunda pembayaran hutang semakin baik tetapi harus juga memperhitungkan
kebijakan yang ada sehingga tidak sampai terkena denda. Bila dibandingkan
dengan umur rata-rata hutang industri di tahun 2006, umur rata-rata hutang PT.
Gudang Garam, Tbk berada di bawah rata-rata industri yang mencapai selama 53
hari. Pada tahun 2007 umur rata-rata hutang PT. Gudang Garam, Tbk mengalami
kenaikan menjadi selama 53 hari yang lebih lama bila dibandingkan dengan rata-
rata industri, karena pada tahun ini umur rata-rata hutang dari rata-rata industri
mengalami penurunan. Pada tahun-tahun berikutnya umur rata-rata hutang PT.
Gudang Garam, Tbk tidak banyak mengalami perubahan sampai di tahun 2010
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
35/69
86
umur rata-rata hutang mengalami kenaikan menjadi selama 61 hari yang memliki
selisih cukup besar dengan rata-rata industri yang mengalami penurunan umur
rata-rata hutangnya menjadi selama 35 hari. Sehingga dapat disimpulkan umur
rata-rata hutang PT. Gudang Garam, Tbk cukup baik karena berada di atas rata-
rata industri kecuali di tahun 2006 yang menunjukkan perusahaan mengelola
hutang yang dimilikinya dengan baik yang mampu menunda pembayaran hutang
serta jauh lebih lama bila dibandingkan dengan umur rata-rata piutang
perusahaan.
IV.2.4 Cash Conversion Cycle
Tabel IV.14. Cash Conversion Cycle
2006 2007 2008 2009 2
PT. GUDANG GARAM Tbk 187 180 175 181
RATA-RATA INDUSTRI 72 105 113 97
Gambar IV.11. Cash Conversion Cycle
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
36/69
87
Cash conversion cycle menunjukkan waktu yang diperlukan oleh PT.
Gudang Garam, Tbk untuk menghasilkan kas dari aktivitas utama perusahaan.
Selama tahun 2006-2010 PT. Gudang Garam, Tbk memiliki cash conversion
cycle dengan umur yang berkisar sekitar 180 hari yang jauh lebih lama bila
dibandingkan dengan cash conversion cycle dari rata-rata industri. Perbedaan
yang cukup jauh ini terjadi karena PT. Gudang Garam, Tbk kurang baik dalam
mengelola persediaan dan piutang usaha yang dimilikinya dapat terlihat dari nilai
perhitungan umur rata-rata persediaan dan umur rata-rata piutang yang
dimilikinya yang berada jauh di bawah rata-rata industri sehingga meski
pengelolaan hutang yang dimiliki oleh perusahaan cukup baik tetapi hal ini tidak
mempengaruhi banyak. Sehingga dapat disimpulkan PT. Gudang Garam, Tbk
memiliki umur cash conversion cycle yang cukup lama dan berada diatas rata-
rata industrinya sehingga perusahaan dapat dikatakan kurang efektif dan efisien
dalam mengelola aktivitas utama perusahaan yakni periode konversi persediaan,
periode pembayaran hutang, serta periode penagihan piutang.
IV.2.5 Analisis Rasio Manajemen Utang (F inancial L everage Ratio)
Analisis rasio manajemen utang menunjukkan seberapa besar PT. Gudang
Garam, Tbk dibiayai dengan utang, rasio yang digunakan adalah sebagai berikut :
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
37/69
88
1. Rasio Hutang (Debt Ratio)Tabel IV.15. Rasio Hutang
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 39.38% 40.91% 35.53% 32.49% 30.65%
RATA-RATA INDUSTRI 51.78% 54.31% 55.64% 50.94% 53.40%
Gambar IV.12. Rasio Hutang
Rasio hutang menunjukkan seberapa besar dana yang dipinjam telah
digunakan untuk membiayai aset PT. Gudang Garam, Tbk. Rasio hutang PT.
Gudang Garam, Tbk mengalami kenaikan di tahun 2007 yang awalnya sebesar
39.38% pada tahun 2006 menjadi 40.91%, kenaikan ini disebabkan oleh
kenaikan cukup besar pada total hutang di tahun 2007 yang berasal dari
bertambahnya hutang pajak dan kenaikan jumlah kewajiban tidak lancar. Selama
tahun 2008-2010 rasio hutang secara terus menerus mengalami penurunan yang
terjadi karena peningkatan total asset yang dimiliki PT. Gudang Garam, Tbk
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
38/69
89
dan kenaikan dari total hutang yang dimiliki tidak besar sehingga menyebabkan
rasio hutang mengalami penurunan nilai selama periode tersebut, pada tahun
2008 rasio hutang mengalami penurunan sebesar 5,38% sehingga rasio hutang
menjadi sebesar 35,53% lalu pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
3,04% sehingga menjadi sebesar 32,49% dan akhirnya pada tahun 2010
mengalami penurunan sebesar 1,85% sehingga rasio hutang menjadi sebesar
30,64%, meskipun total hutang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun tetapi
hal tersebut diimbangi oleh kenaikan aset yang cukup besar sehingga rasio
hutang mengalami penurunan. Pada tahun 2010 rasio hutang PT. Gudang Garam,
Tbk hanya sebesar 30,65%, yang berarti perusahaan hanya menggunakan
pinjaman atau hutang sebesar 30,65% untuk membiayai aset yang dimiliki nya
dan sisanya 69,35% berasal dari pendanaan perusahaan.
Berdasarkan perhitungan rata-rata industri selama tahun 2006-2010, rasio
hutang PT. Gudang Garam, Tbk berada dibawah rata-rata industri yang
disebabkan pembiayaan melalui hutang yang dilakukan oleh PT. Gudang Garam,
Tbk memiliki komposisi nilai terhadap total aset jauh lebih kecil bila dibanding
dengan rata-rata industri. Sehingga dapat dikatakan bahwa PT. Gudang Garam,
Tbk melakukan pembiayaan terhadap aset yang dimilikinya lebih banyak berasal
dari pendanaan perusahaan daripada hutang dibandingkan dengan rata-rata
industri.
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
39/69
90
2. Rasio Hutang Atas Modal (Debt / Equity Ratio)
Tabel IV.16. Rasio Hutang Atas Modal
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 65,05% 69,33% 55,12% 48,35% 44,45%
RATA-RATA INDUSTRI 108,94% 122,39% 128,98% 112,72% 115,58%
Gambar IV.13. Rasio Hutang Atas Modal
Rasio hutang atas modal menunjukkan modal yang dimiliki PT. Gudang
Garam, Tbk untuk dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin
kecil hasil dari perhitungan rasio ini semakin baik karena hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki cukup dana untuk membayar seluruh
hutang yang dimilkinya. Pada tahun 2006 rasio hutang atas modal PT. Gudang
Garam, Tbk sebesar 65,05%, yang berarti besarnya hutang perusahaan
melampaui separuh dari keseluruhan modal yang dimiliki oleh perusahaan,
Rasio hutang atas modal mengalami kenaikan di tahun 2007 sebesar 4,28%
sehingga menjadi 69,33%, yang terjadi karena bertambahnya hutang perusahaan
0.00%
15.00%
30.00%
45.00%
60.00%
75.00%
90.00%
105.00%
120.00%
135.00%
150.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
40/69
91
dengan nilai cukup besar selama tahun 2007 terutama pada hutang pajak yang
meningkat sangat signifikan dimana terjadi peningkatan mencapai 785,15% pada
tahun tersebut disebabkan oleh kenaikan nilai yang besar dari PPh pasal 25 dan
PPh pasal 29, sehingga mendongkrak jumlah hutang yang menyebabkan
kenaikan pada rasio hutang atas modal. Pada tahun 2008-2010 rasio hutang atas
modal mengalami penurunan, di tahun 2008 terjadi penurunan sebesar 14,21%
sehingga rasio hutang atas modal PT. Gudang Garam, Tbk menjadi sebesar
55,12%, dan di tahun 2009 dan 2010 terjadi penurunan pula sehingga rasio
hutang atas modal menjadi sebesar 48,35% dan 44,45 %. Penurunan ini
disebabkan karena meningkatnya total ekuitas selama tahun 2008-2010 sebesar
53,79% sedangkan total hutang mengalami kenaikan sebesar 10,14%, sehingga
menampilkan penurunan pada nilai rasio hutang atas modal.
Berdasarkan perhitungan rata-rata industri selama tahun 2006-2010, rasio
hutang atas modal PT. Gudang Garam, Tbk berada di bawah rata-rata industri,
yang menunjukkan PT. Gudang Garam, Tbk memiliki perbandingan hutang
terhadap modal yang lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata industri.
Pada tahun 2006 rasio hutang atas modal PT. Gudang Garam, Tbk jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan rasio hutang atas modal rata-rata industri yang
sebesar 108,94%, yang menunjukkan bahwa rata-rata industri memiliki total
hutang melebihi modal yang dimilikinya. Pada tahun-tahun berikutnya posisi
yang sama juga kembali terjadi PT. Gudang Garam, Tbk menunjukan nilai rasio
hutang atas modal yang jauh lebih rendah bila dibanding dengan rata-rata
industri dan nilai rasio hutang atas modal rata-rata industri melebihi 100% yakni,
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
41/69
92
sebesar 122,39% pada tahun 2007, sebesar 128,98% pada tahun 2008, sebesar
112,72% pada tahun 2009 dan sebesar 115,58% pada tahun 2010. Nilai rasio
hutang atas modal yang lebih besar dari 100% pada rata-rata industri
menunjukkan bahwa hutang yang dimiliki oleh perusahaan dari industri lebih
besar daripada modal yang dimiliki selain itu dipengaruhi juga oleh faktor dalam
analisis rata-rata industri perusahaan terdaftar di bursa yang berada dalam
industri hanya terdapat dua perusahaan sehingga bila salah satu perusahaan
menunjukkan nilai signifkan maka akan sangat berpengaruh pada nilai rata-rata
industri.
3. Rasio Hutang Jangka Panjang Atas Modal(Long Term Debt to Equity Ratio)
Tabel IV.17. Rasio Hutang Jangka Panjang Atas Modal
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 5,35% 6,14% 5,69% 4,85% 4,43%
RATA-RATA INDUSTRI 15,41% 56,53% 45,90% 41,70% 39,03%
Gambar IV.14. Rasio Hutang Jangka Panjang Atas Modal
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
42/69
93
Rasio hutang jangka panjang atas modal menunjukkan modal yang
dimiliki oleh PT. Gudang Garam, Tbk yang dijadikan sebagai hutang jangka
panjang. Pada tahun 2006 rasio hutang jangka panjang atas modal PT. Gudang
Garam, Tbk sebesar 5,35%, yang kemudian pada tahun 2007 mengalami
kenaikan sebesar 0,79% sehingga rasio hutang jangka panjang atas modal
menjadi sebesar 6,14%, yang merupakan nilai tertinggi selama tahun 2006-2010
karena kemudian setelah tahun 2007 rasio hutang jangka panjang atas modal
perusahaan mengalami penurunan. Pada tahun 2008 dan 2009 mengalami
penurunan sebesar 0,84% dan 0,42% sehingga rasio hutang jangka panjang atas
modal PT. Gudang Garam, Tbk menjadi sebesar 5,69% dan 4,85%, dan di tahun
2010 dimana rasio hutang jangka panjang atas modal berada di posisi terendah
yaitu 4,43%, dimana hutang jangka perusahaan hanya mencakup 9,97% dari
keseluruhan total hutang yang dimilikinya yang sebagian besar merupakan
kewajiban imbalan pasca kerja dan kewajiban pajak tangguhan dan modal dari
PT. Gudang Garam, Tbk pada tahun 2010 mengalami kenaikan cukup besar yaitu
sebesar 15,82% dari tahun sebelumnya sehingga rasio hutang jangka panjang
atas modal mengalami penurunan.
Berdasarkan perhitungan rata-rata industri pada tahun 2006-2010, rasio
hutang jangka panjang atas modal PT. Gudang Garam, Tbk berada dibawah
rata-rata industri. Pada tahun 2006 rasio hutang jangka panjang atas modal rata-
rata industri mencapai nilai 15,41% yang terpaut selisih 10,07% dengan nilai
rasio hutang jangka panjang atas modal PT. Gudang Garam, Tbk, kenaikan
signifikan terjadi di tahun berikutnya dimana selisih mencapai 50,39% karena
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
43/69
94
terjadinya kenaikan rasio hutang jangka panjang atas modal rata-rata industri
yang besar di tahun tersebut. Setelah tahun 2007 rasio hutang jangka panjang
atas modal rata-rata industri mengalami penurunan yaitu 45,90% pada tahun
2008 , 41,70% pada tahun 2009 dan 39,03% di tahun 2010, meskipun rata-rata
industri mengalami penurunan tetapi rasio hutang jangka panjang atas modal PT.
Gudang Garam, Tbk tetap jauh berada di bawah rata-rata industri yang
menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk lebih sedikit memiliki hutang
jangka panjang bila dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industrinya.
IV.2.6 Analisis Rasio Profitabilitas (Profi tabil ity Ratio)
Analisis rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, rasio
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Tabel IV.18. Margin Laba Bersih
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 3,84% 5,14% 6,22% 10,66% 11,36%
RATA-RATA INDUSTRI 8,40% 8,73% 7,63% 6,73% 8,63%
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
44/69
95
Gambar IV.15. Margin Laba Bersih
Margin laba bersih menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang
diperoleh PT. Gudang Garam, Tbk dari hasil penjualan bersih setelah dikurangi
dengan pajak. Pada tahun 2006 margin laba bersih PT. Gudang Garam, Tbk
sebesar 3,84% yang berarti setiap Rp 1,- penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan akan memberikan laba bersih sebesar Rp 0,03,- kemudian di tahun
2007 dan 2008 mengalami kenaikan sebesar 1,30% dan 1,07% sehingga margin
laba bersih menjadi sebesar 5,14% serta 6,22%, yang bila dibandingkan dengan
margin laba bersih rata-rata industri selama 3 tahun tersebut PT. Gudang Garam,
Tbk berada dibawah rata-rata industri.
Pada tahun 2009 margin laba bersih PT. Gudang Garam, Tbk mengalami
kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 4,45% sehingga margin laba bersih
menjadi sebesar 10,66% , kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan nilai laba
bersih yang cukup signifikan yakni sebesar 86,98% yang terjadi karena terdapat
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%9.00%
10.00%
11.00%
12.00%
13.00%
14.00%
15.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
45/69
96
kenaikan penjualan bersih sebesar 9,00% tetapi beban pokok penjualan serta
beban lain-lain relatif tetap. Hal ini menyebabkan margin laba bersih PT. Gudang
Garam, Tbk berada diatas rata-rata industri yang turut dipengaruhi juga oleh
penurunan margin laba bersih rata-rata industri yang mulai terjadi pada tahun
2008 hingga pada tahun 2009 margin laba bersih rata-rata industri menjadi
sebesar 6,73% . Di tahun berikutnya margin lama bersih PT. Gudang Garam,
Tbk juga mengalami kenaikan sebesar 0,70% sehingga margin laba bersih pada
tahun 2010 menjadi sebesar 11,36% yang merupakan nilai tertinggi margin laba
bersih selama 5 tahun terakhir. Margin laba bersih PT. Gudang Garam, Tbk juga
berada diatas rata-rata industri pada tahun ini bila dibandingkan dengan rata-rata
industri yang hanya sebesar 8,63% yang menunjukkan bahwa pada tahun ini PT.
Gudang Garam, Tbk lebih baik dalam menghasilkan laba bersih dibandingkan
dengan industrinya.
2. Tingkat Pengembalian Total Aset (Return on Total Assets)
Tabel IV.19. Tingkat Pengembalian Total Aset
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 4,61% 6,34% 7,84% 13,71% 14,78%
RATA-RATA INDUSTRI 17,74% 16,70% 15,12% 15,30% 19,02%
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
46/69
97
Gambar IV.16. Tingkat Pengembalian Total Aset
Tingkat pengembalian total aset menunjukkan kemampuan PT. Gudang
Garam, Tbk dalam menghasilkan laba bersih dengan aset yang dimilikinya. Pada
tahun 2007 tingkat pengembalian total aset PT. Gudang Garam, Tbk mengalami
peningkatan sebesar 1,73% sehingga meningkat dari sebesar 4,61% pada tahun
2006 menjadi sebesar 6,34% di tahun 2007, hal ini menunjukkan bahwa PT.
Gudang Garam, Tbk mengalami peningkatan dalam mendapatkan laba bersih
dengan menggunakan total aset yang dipunya. Pada tahun 2008 peningkatan
tidak terlalu signifikan yaitu hanya sebesar 1,49% sehingga tingkat
pengembalian total aset sebesar 7,84%, peningkatan yang cukup besar terjadi di
tahun 2009 dimana mengalami kenaikan sebesar 5,87% sehingga tingkat
pengembalian total aset menjadi sebesar 13,71%, yang disebabkan oleh kenaikan
laba bersih yang signifikan di tahun 2009 dan rata-rata total aset yang dimiliki
relatif tetap yang mengindikasikan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk berhasil
mengelola aset yang dimilikinya dengan nilai relatif tetap tetapi dapat menaikkan
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
20.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
47/69
98
laba bersih dengan nilai cukup besar. Pada tahun 2010 tingkat pengembalian
total aset meningkat sebesar 1,07% sehingga menjadi sebesar 14,78% dimana
merupakan nilai tertinggi selama tahun 2006-2010.
Bila dibandingkan dengan perhitungan rata-rata industri tingkat
pengembalian total aset PT. Gudang Garam, Tbk masih berada dibawah rata-rata
industri, pada tahun 2006 perbedaan signifikan dimana terjadi perbedaan sebesar
13,12% yang menunjukkan bahwa tingkat pengembalian total aset rata-rata
industri masih jauh lebih baik dari PT. Gudang Garam, Tbk. Pada tahun 2007
dan 2008 terdapat tingkat pengembalian total aset sebesar 10,36% dan 7,28%
selisih elisih yang terjadi terus mengalami penurunan seiring dengan kenaikan
tingkat total aset PT. Gudang Garam, Tbk, serta karena terjadinya penurunan
tingkat pengembalian total aset rata-rata industri. Pada tahun 2009 karena
terdapat kenaikan signifikan dari tingkat pengembalian total aset PT. Gudang
Garam, Tbk sehingga selisih dengan rata-rata industri pun hanya menjadi sebesar
1,59%, tetapi di tahun 2010 selisih mengalami kenaikan lagi yaitu sebesar 4,25%
yang terjadi karena tingkat pengembalian total aset rata-rata industri mengalami
peningkatan yaitu sebesar 3,73%.
3. Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas (Return On Total Equity)
Tabel IV.20. Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 7,69% 10,26% 12,12% 19,21% 20,21%
RATA-RATA INDUSTRI 37,11% 30,35% 31,11% 24,97% 36,57%
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
48/69
99
Gambar IV.17. Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas
Tingkat pengembalian atas ekuitas menunjukkan tingkat pengembalian
dari total investasi pada pemegang saham perusahaan dengan membandingkan
laba bersih dan rata-rata total ekuitas. Pada tahun 2006 tingkat pengembalian
atas ekuitas PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 7,69% dan terus mengalami
kenaikan di tahun-tahun berikutnya. Peningkatan nilai tingkat pengembalian atas
ekuitas ini disebabkan terjadinya perubahan pada total ekuitas perusahaan dan
diiringi oleh kenaikan laba yang cukup besar dari tahun ke tahun, tetapi bila
dibandingkan dengan perhitungan rata-rata industri, tingkat pengembalian atas
ekuitas PT. Gudang Garam, Tbk berada jauh dibawah rata-rata industri. Selisih
terjauh terjadi di tahun 2006 dimana terjadi perbedaan sebesar 29,43% ,
kemudian pada tahun 2007 dan 2008 tingkat pengembalian atas ekuitas PT.
Gudang Garam, Tbk hanya sebesar 10,26% dan 12,12% sedangkan tingkat
pengembalian atas ekuitas rata-rata industri mencapai 30,35% pada tahun 2007
dan 31,11% pada tahun 2008. Di tahun 2009 tingkat pengembalian atas ekuitas
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
49/69
100
PT. Gudang Garam, Tbk mengalami kenaikan cukup besar yaitu sebesar 7,09%
dan tingkat pengembalian atas ekuitas rata-rata industri mengalami penurunan
sehingga perbedaan di tahun 2009 hanya sebesar 5,76%, tetapi di tahun
berikutnya perbedaan mencolok dari tingkat pengembalian atas ekuitas kembali
mengalami peningkatan yaitu sebesar 16,36% dimana tingkat pengembalian atas
ekuitas PT. Gudang Garam, Tbk hanya sebesar 20,21% sedangkan tingkat
pengembalian atas ekuitas mengalami peningkatan hingga menjadi sebesar
36,57%.
IV.2.7 Analisis Rasio Nilai Pasar (Market Ratio)
Analisis rasio nilai pasar menunjukkan kemampuan perusahaan yang dinilai
berdasarkan nilai pasar yang ada , rasio yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Laba Per Saham (Earning per Share)
Tabel IV.21. Laba Per Saham
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 526 753 977 1.827 2.226
RATA-RATA INDUSTRI 413 430 461 582 748
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
50/69
101
Gambar IV.18. Laba Per Saham
Laba per saham menunjukkan kemampuan PT. Gudang Garam, Tbk
menghasilkan laba bagi para pemegang saham dengan menilai laba yang didapat
dari setiap lembar saham yang dimiliki. Pada tahun 2006 laba per saham PT.
Gudang Garam, Tbk sebesar Rp 526,- per saham, yang berarti setiap saham PT.
Gudang Garam, Tbk akan memberikan laba bagi pemegang sahamnya sebesar
Rp.526,- per sahamnya. Laba per saham PT. Gudang Garam, Tbk terus
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, di tahun 2007 dan 2008 laba per
sahamnya sebesar Rp 753,- per saham dan Rp 977,- per saham. Kenaikan yang
signifikan terjadi pada tahun 2009 dimana laba per saham PT. Gudang Garam,
Tbk mengalami peningkatan sebesar Rp 850,- sehingga menjadi sebesar Rp
1.827,- per saham yang dipengaruhi oleh kenaikan laba bersih yang besar dan
jumlah saham yang beredar tetap sehingga laba per saham pun mengalami
kenaikan. Pada tahun 2010 laba per saham PT. Gudang Garam, Tbk mengalami
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
51/69
102
peningkatan sebesar Rp 399,- sehingga menjadi sebesar Rp 2.226,- per saham
yang merupakan nilai laba per saham tertinggi selama tahun 2006-2010.
Bila dibandingkan dengan perhitungan rata-rata industri pada tahun 2006-
2010 , laba per saham PT. Gudang Garam, Tbk berada diatas rata-rata industri.
Di tahun 2006 selisih dengan rata-rata industri tidak terlalu besar yaitu hanya
sebesar Rp 113,- dan terus mengalami peningkatan selisih karena terus
meningkatnya laba per saham PT. Gudang Garam, Tbk. Perbedaan yang
siginifikan terjadi pada tahun 2009 dan 2010 dimana laba per saham rata-rata
industry hanya sebesar Rp 582,- per saham dan Rp 748,- per saham, sedangkan
di tahun tersebut PT. Gudang Garam, Tbk memiliki nilai laba per saham yang
besar disbanding tahun-tahun sebelumnya sehingga menimbulkan selisih sebesar
Rp 1.245,- di tahun 2009 dan Rp 1.479,- di tahun 2010. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk memiliki kemampuan lebih baik
untuk memberikan laba kepada para pemegang sahamnya bila dibandingkan
dengan rata-rata industrinya.
2. Dividend Payout RatioTabel IV.22.Dividend Payout Ratio
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 95.14% 33.21% 25.58% 19.15% 29.20%
RATA-RATA INDUSTRI 23.82% 20.84% 34.33% 108.74% 32.76%
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
52/69
103
Gambar IV.19. Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratiomenggambarkan besarnya bagian dari pendapatan
PT. Gudang Garam, Tbk per saham biasa yang dibayarkan dalam dividen. Pada
tahun 2006 dividend payout ratioPT. Gudang Garam, Tbk memiliki nilai yang
cukup tinggi yaitu sebesar 95,14% dimana dividend per common share sebesar
Rp 500,- dan earnings per share sebesar Rp 526,- di tahun ini, yang
menunjukkan bahwa hampir seluruh dari keuntungan PT. Gudang Garam, Tbk
per sahamnya dibagikan ke dalam bentuk dividen sehingga hal ini menarik minat
para investor bila melihat nilai dividend payout ratio PT. Gudang Garam, Tbk
pada tahun 2006. Tetapi sayangnya di tahun 2007 dividend payout ratio PT.
Gudang Garam, Tbk mengalami penurunan sangat besar yaitu sebesar 61,93%
sehingga dividend payout ratiomenjadi hanya sebesar 33,21% yang disebabkan
oleh turunnya nilai dividend per common sharedi tahun ini hingga menjadi Rp
250,- sedangkan earning per share mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 dan
0.00%
30.00%
60.00%
90.00%
120.00%
150.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
53/69
104
2009 dividend payout ratio PT. Gudang Garam, Tbk kembali mengalami
penurunan hingga menjadi hanya sebesar 25,58% di tahun 2008 dan 19,15% di
tahun 2009, penurunan ini terjadi karena di tahun 2008 meskipun dividend per
common share tidak mengalami perubahan tetapi terjadi kenaikan pada earning
per share hingga menjadi sebesar Rp 977,- sedangkan di tahun 2009 terjadi
kenaikan sangat besar pada earnings per share dimana mencapai Rp 1.827,-
sedangkan dividend per common share hanya sebesar Rp 350,- sehingga
menyebabkan nilai dividendpayout ratiomenjadi kecil. Pada tahun 2010 dividen
payout ratio PT. Gudang Garam, Tbk kembali mengalami kenaikan sebesar
10,05% dari tahun sebelumnya sehingga menjadi sebesar 29,20%, kenaikan ini
dipicu oleh kenaikan earning per shareyang ditahun 2007 sebesar Rp 350,- naik
menjadi Rp 650,- sehingga mempengaruhi nilai dari dividend payout ratio.
Bila dibandingkan dengan perhitungan dividend payout ratio rata-rata
industri, di tahun 2006 dividend payout ratio PT. Gudang Garam, Tbk berada
jauh diatas rata-rata industri dimana mencapai selisih 71,32% dimana dividend
payout ratiorata-rata industri hanya sebesar 23,82%. Di tahun berikutnya karena
terjadinya penurunan dividend per common share PT. Gudang Garam, Tbk yang
menyebabkan nilai dividend payout ratio sehingga selisih dengan rata-rata
industri menjadi hanya sebesar 12,37% dimana dividend payout ratio sebesar
20,84%. Selisih nilai dividend payout ratioPT. Gudang Garam, Tbk dengan rata-
rata industri yang cukup besar terjadi di tahun 2009, karena pengaruh penurunan
nilai dividend payout ratio PT. Gudang Garam, Tbk dan juga nilai dividend
payout ratio rata-rata industri yang mencapai 108,74% yang disebabkan oleh
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
54/69
105
nilai dividend payout ratio PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk yang
mencapai nilai 201,39% akibat pengaruh dariDividend Per Common Share yang
memiliki nilai lebih tinggi dari Earning Per Share maka perusahaan melakukan
pembayaran dividen dengan menggunakan saldo laba ditahan sehingga
mengakibatkan nilai dividend payout ratio melebihi 100% dan juga
mempengaruhi nilai dividend payout ratiorata-rata industri.
3. Imbal Hasil dividen (Dividend Yield)Tabel IV.23.Dividend Yield
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 4,90% 2,94% 5,88% 1,62% 1,63%
RATA-RATA INDUSTRI 1,75% 1,23% 3,21% 1,44% 1,52%
Gambar IV.20. Dividend Yield
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
55/69
106
Dividend yield menunjukkan hubungan antara dividen per saham biasa
dan harga pasar per saham biasa atau dapat dikatakan memberikan informasi
mengenai perbandingan besarnya dividen yang diberikan oleh PT. Gudang
Garam, Tbk kepada para investor dengan harga saham yang berada di bursa.
Pada tahun 2006 dividend yield PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 4,90% yang
menunjukkan dividend yang diberikan oleh PT. Gudang Garam, Tbk kepada para
investornya sebesar 0,04 bagian dari harga saham perusahaan yang berada di
bursa. Di tahun 2007 nilai dividend yield PT. Gudang Garam, Tbk mengalami
penuruan sebesar 1,96% yang disebabkan oleh penurunan dividend yang
diberikan pada tahun tersebut dari Rp 500,- pada tahun sebelumnya menjadi
Rp 250,- pada tahun 2007. Nilai Dividend Per Common Share PT. Gudang
Garam, Tbk pada tahun 2007 dan 2008 bernilai sama tetapi nilai saham di bursa
mengalami penurunan dimana tahun 2007 sebesar Rp 8.000,- menjadi Rp 4.250,-
pada tahun 2006 sehingga menyebabkan nilai dividend yield PT. Gudang Garam,
Tbk mengalami kenaikan dari 2,94% menjadi 5,88% di tahun 2008. Pada tahun
2009 dan 2010 nilai dividend yield PT. Gudang Garam, Tbk mengalami
penurunan signifikan hingga menjadi hanya sebesar 1,62% pada tahun 2009 dan
1,63% pada tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan yang
sangat besar dari harga saham PT. Gudang Garam, Tbk di bursa hingga
mencapai Rp 21.550,- dan Rp 40.000,- di tahun 2009 dan 2010 dimana tidak
adanya kenaikan yang berarti pada dividend per Common share sehingga
mengakibatkan penurunan drastis pada nilai dividend yield PT. Gudang Garam,
Tbk di tahun tersebut.
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
56/69
107
Bila dibandingkan dengan perhitungan rata-rata industri dividend yield
PT. Gudang Garam, Tbk selama tahun 2006-2010 berada di atas rata-rata
industri, bahkan terjadi perbedaan mencolok pada tahun 2006 dimana nilai
dividend yield PT. Gudang Garam, Tbk mencapai sebesar 4,90% sedangkan nilai
dividend yield rata-rata industri saat itu hanya mencapai 1,75%. Hal ini
menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam, Tbk memiliki tingkat pengembalian
kepada investor dalam bentuk dividen yang dibandingkan dengan harga saham di
bursa, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri. Sehingga para investor
yang melakukan pemilihan investasi dengan mengacu pada kebijakan dividen
akan lebih tertarik menanamkan modalnya pada PT. Gudang Garam, Tbk karena
perusahaan memiliki dividend yield yang lebih besar bila dibandingkan
perusahaan lain dalam industrinya.
IV.3 Analisis Rasio Arus Kas
Analisis rasio arus kas menunjukkan kinerja dari PT. Gudang Garam, Tbk
terutama dengan melihat pada aliran arus kas, rasio yang digunakan adalah sebagai
berikut :
IV.3.1 Rasio Arus Kas Operasi
Tabel IV.24. Rasio Arus Kas Operasi
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 24.26% 16.24% 29.48% 41.01% 33.87%
RATA-RATA INDUSTRI 36.98% 47.13% 33.28% 46.91% 59.18%
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
57/69
108
Gambar IV.21. Rasio Arus Kas Operasi
Rasio arus kas operasi menunjukkan kemampuan arus kas operasi dari PT.
Gudang Garam, Tbk untuk membayar kewajiban lancar yang dimilikinya. Rasio arus kas
operasi dalam periode 2006-2010 mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2006 arus
kas operasi PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 24,26% yang kemudian di tahun 2007
mengalami penurunan sehingga menjadi sebesar 16,24%, yang disebabkan karena
terdapat penurunan arus kas operasi di tahun tersebut sebesar 23,95%. Di tahun 2008
dan 2009 rasio arus kas operasi mengalami peningkatan sebesar 13,23% dan 11,54%
sehingga menjadi rasio arus kas operasi PT. Gudang Garam, Tbk menjadi sebesar
29,48% pada tahun 2008 dan 41,01% pada tahun 2009. Pada tahun 2010 rasio arus kas
operasi kembali mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 33,87%.
Bila dilihat hasil perhitungan rasio arus kas operasi dari PT. Gudang Garam, Tbk
selama tahun 2006-2010, nilai rasio arus kas operasi kurang dari 50% yang
menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mencapai setengah dari total keseluruhan
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
58/69
109
dari kewajiban lancar yang dimiliki oleh perusahaan sehingga mengindikasikan kurang
baiknya pembayaran kewajiban lancar tanpa menggunakan arus kas dari lainnya,
Berdasarkan perhitungan rata-rata industri, bila dibandingkan dengan rasio arus
kas operasi PT. Gudang Garam, Tbk maka dapat terlihat bahwa rasio arus kas operasi
PT. Gudang Garam, Tbk berada dibawah rata-rata industri, dimana di tahun 2007
terdapat selisih sebesar 12,72% yang terjadi karena adanya perbedaan total arus kas
antara PT. Gudang Garam, Tbk dengan perusahaan dalam industri, bahkan di tahun 2008
saat rasio arus kas operasi PT. Gudang Garam, Tbk mengalami penurunan besar
perbedaaan rasio arus kas operasi mencapai sebesar 30,89%. Selisih dengan rasio arus
kas operasi rata-rata industri dengan nilai terkecil terjadi pada tahun 2008 dimana hanya
terdapat perbedaan sebesar 3,81%, tetapi di tahun berikutnya perbedaan tersebut kembali
meningkat yaitu sebesar 5,90% pada tahun 2009 dan 25,32% pada tahun 2010.
Sehingga dapat disimpulkan arus kas operasi dari PT. Gudang Garam, Tbk masih belum
cukup baik karena memiliki nilai yang cukup rendah dan juga masih dibawah rata-rata
bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya.
IV.3.2 Rasio Total Hutang Terhadap Arus Kas
Tabel IV.25. Rasio Total Hutang Terhadap Arus Kas
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 24.26% 16.24% 29.48% 41.01% 33.87%
RATA-RATA INDUSTRI 30.72% 23.64% 30.36% 37.14% 44.41%
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
59/69
110
Gambar IV.22. Rasio Total Hutang Terhadap Arus Kas
Rasio total hutang menggambarkan kemampuan PT. Gudang Garam, Tbk
mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas
operasional perusahaan, Rasio total hutang PT. Gudang Garam, Tbk selama tahun 2006-
2010 mengalami fluktuatif, pada tahun 2006 rasio total hutang PT. Gudang Garam, Tbk
sebesar 24,26%, kemudian di tahun 2007 mengalami penurunan menjadi sebesar 16,24%
yang terjadi karena arus kas operasi ditahun ini mengalami penurunan 23,95% dari tahun
sebelumnya akibat dari adanya kenaikan pembayaran kas kepada pemasok dan
karyawan bila dibandingkan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 terjadi
peningkatan cukup besar yaitu sebesar 11,63% sehingga rasio total hutang PT. Gudang
Garam, Tbk menjadi sebesar 26,43%. Nilai rasio hutang tertinggi terjadi pada tahun
2009 dimana mencapai sebesar 36,90% karena di tahun ini terdapat kenaikan arus kas
operasi yang besar yaitu sebesar 44,42% dari tahun 2008 yang terjadi karena pengaruh
dari penerimaan arus kas yang cukup besar di tahun ini yaitu sebesar Rp
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
60/69
111
37.800.119.274.156,-. Pada tahun 2010 rasio total hutang kembali mengalami penurunan
sebesar 6,41% sehingga menjadi sebesar 30,49%.
Bila dibandingkan dengan rata-rata industri selama tahun 2006-2010, rasio
hutang PT. Gudang Garam, Tbk selalu berada dibawah rata-rata industri, ketika rasio
total hutang PT. Gudang Garam, Tbk mencapai nilai tertinggi di tahun 2009 nilainya
tidak mampu melampau rata-rata industri yang sebesar 37,14%. Bahkan di tahun 2010
terjadi selisih rasio total hutang sebesar 13,92% dimana rata-rata industri mencapai
sebesar 44,41%. Sehingga dapat disimpulkan PT. Gudang Garam, Tbk kurang baik
dalam membayar kewajiban yang dimilikinya dengan arus kas yang berasal dari
aktivitas normal operasi perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata industri karena
selama tahun 2006-2010 nilai arus kas yang berasal dari aktivitas operasi PT. Gudang
Garam, Tbk memiliki nilai dibawah rata-rata industri.
IV.3.3 Rasio Arus Kas Operasi Per Saham
Tabel IV.26. Rasio Arus Kas Operasi Per Saham
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 990 753 1,175 1,697 1,493
RATA-RATA INDUSTRI 412 242 545 522 844
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
61/69
112
Gambar IV.23. Rasio Arus Kas Operasi Per Saham
Rasio arus kas operasi per lembar saham menunjukkan arus dana operasi dari PT.
Gudang Garam, Tbk per lembar sahamnya. Pada tahun 2006 rasio arus kas operasi per
lembar saham menunjukkan nilai sebesar Rp 990,- per saham yang menunjukkan bahwa
di setiap lembar saham dari PT. Gudang Garam, Tbk yang beredar mengandung Rp
990,- arus dana operasi perusahaan. Di tahun 2007 rasio ini mengalami penurunan
sebesar 23,95% sehingga rasio arus kas operasi per lembar saham menjadi hanya sebesar
Rp 753,- yang merupakan nilai terkecil dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir yang
dipengaruhi oleh menurunnya arus kas operasi di tahun 2007 sehingga dengan jumlah
saham beredar yang tetap maka menimbulkan penurunan pada nilai rasio arus kas
operasi per lembar saham. Pada tahun 2008 dan 2009 rasio arus kas per lembar saham
dari PT. Gudang Garam, Tbk kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 1.175,-per
lembar saham di tahun 2008 serta Rp 1.697,- di tahun 2009 yang merupakan pengaruh
naiknya arus kas operasi pada tahun tersebut, tetapi di tahun 2010 rasio arus kas operasi
per saham kembali mengalami penurunan hingga menjadi sebesar Rp 1.493,- per saham.
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk
RATA-RATA INDUSTRI
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
62/69
113
Bila dibandingkan dengan rata-rata industri, rasio arus kas operasi per saham PT.
Gudang Garam, Tbk berada jauh di atas rata-rata industri yang dapat dilihat selama
tahun 2006-2010 PT. Gudang Garam, Tbk selalu memiliki nilai arus kas operasi lebih
besar yang terdapat di setiap sahamnya bila dibandingkan dengan nilai rata-rata industri.
Sehingga dapat disimpulkan kandungan arus kas aktivitas operasi PT. Gudang Garam,
Tbk dalam setiap lembar sahamnya lebih besar dari rata-rata industri yang menunjukkan
bahwa PT. Gudang Garam, Tbk lebih menarik minat para investor untuk melakukan
investasi karena dengan arus kas operasi yang besar perusahaan mampu membiayai
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sehingga perusahaan diyakini akan berkelanjutan
serta menghasilkan laba untuk para investor yang membeli saham perusahaan.
IV.3.4 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kas Dividen
Tabel IV.27. Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kas Dividen
2006 2007 2008 2009 2010
PT. GUDANG GARAM Tbk 1.98 3.01 4.70 4.85 2.30
RATA-RATA INDUSTRI 2.58 3.57 1.23 0.88 1.05
5/26/2018 2011-2-00510-AK Bab4001
63/69
114
Gambar IV.24. Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kas Dividen
Rasio arus kas operasi terhadap kas dividen menunjukkan kemampuan PT.
Gudang Garam, Tbk untuk menutupi kas dividen dengan arus kas dari aktivitas operasi
perusahaan. Pada tahun 2006 rasio arus kas operasi terhadap kas dividen PT. Gudang
Garam, Tbk menunjukkan angka sebesar 1,98 kali yang menunjukkan bahwa dengan
arus kas dari kegiatan operasi PT. Gudang Garam, Tbk dapat menutupi pembayaran kas
dividen sebesar 1,98 kali di tahun tersebut. Bila dibandingkan dengan perhitungan rata-
rata industri rasio arus kas operasi terhadap kas dividen PT. Gudang Garam, Tbk berada
di bawah rata-rata karena di tahun 2006, rasio arus kas operasi terhadap kas dividen rata-
rata industri mencapai sebesar 2,58 kali yang menunjukkan rata-rata industri memiliki
arus kas yang berasal dari aktivitas operasi dengan jumlah yang lebih besar dari PT.
Gudang Garam, Tbk.
Pada tahun 2007 rasio arus ka