0 LAPORAN PENELITIAN Peran Ganda Beserta Tingkat Kelelahan Dosen Wanita di Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh : WIJI NURASTUTI STTI RESPATI YOGYAKARTA Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V Nomor : 0169.0/023-04.0/XIV/2008 Tahun Anggaran 2008 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH V YOGYAKARTA
39
Embed
20091115_Penelitian Tingkat Kelelahan Dosen Wanita - Wiji Nurastuti, SE,MT
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
LAPORAN PENELITIAN
Peran Ganda Beserta Tingkat Kelelahan Dosen Wanita di Daerah Istimewa Yogyakarta
Oleh :
WIJI NURASTUTI STTI RESPATI YOGYAKARTA
Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V Nomor : 0169.0/023-04.0/XIV/2008 Tahun Anggaran 2008
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH V
YOGYAKARTA
1
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : Peran Ganda dan Tingkat Kelelahan Dosen Wanita di Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Bidang Penelitian : Sosial ( Kemasyarakatan) 3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : WIJI NURASTUTI,SE,MT. b. Jenis Kelamin : P c. NIP/NIDN : 440206002 d. Pangkat/Golongan : Penata Muda / IIIB e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli f. Perguruan Tinggi : STTI Respati Yogyakarta g. Program Studi : Komputerisasi Akuntansi h. Status Dosen : Dosen Tetap Yayasan (A), Dosen DPK (B)*
4. Pembimbing**)
a. Nama Lengkap (Gelar) : Wasit Ginting, M.Kom b. Jabatan Akademik : Asisten Ahli c. Unit Kerja / PT : STTI Respati Yogyakarta
5. Jumlah Tim Peneliti : Mandiri 7. Lokasi Penelitian : Sleman - Yogyakarta 8. Jumlah Biaya : Rp. 1.570.000,- (Satu Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah)
Yogyakarta, 31 Agustus 2008 Dosen Pembimbing, Wasit Ginting, M.Kom NIK 440205001
Menyetujui : Pimpinan PT Dr. Drs. Ag. Soeharno,MM NIK. 420207003
2
SURAT KETERANGAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini :**) 1. Nama :
NIP/NIDN : Jabatan Fungsional :................................................. (.............AK) Bidang Ilmu : Unit Kerja / PT :
2. Nama : NIP/NIDN : Jabatan Fungsional : .................................................. (..........AK) Bidang Ilmu : Unit Kerja / PT :
Memberikan rekomendasi untuk Karya Ilmiah dengan judul :
a.n. Saudara tersebut dibawah ini :
Nama : NIP/NIDN : Jabatan Fungsional : ............................................................... (............AK) Bidang Ilmu : Unit Kerja / PT :
Isi rekomendasi Karya Ilmiah itu sebagai berikut : a. Mutu : Amat Baik / Baik / Cukup *) b. Softifikasi : Amat Baik / Baik / Cukup *) c. Kemutakhiran : Amat Baik / Baik / Cukup *) Demikian untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat.
Pada tahun 1988 data memperlihatkan jumlah pekerja wanita di Indonesia berkisar
23.874.400. Jumlah ini kemudian meningkat menjadi 35.479.000 (35,37 %) pada
tahun 2003 ( BPS, 2003).
Bagi wanita Indonesia memasuki abad ke dua puluh satu atau era globalisasi
akan lebih merupakan suatu ancaman daripada suatu kesempatan untuk memperbaiki
kehidupan mereka, karena persaingan dan persyaratan yang ketat dalam memasuki
lapangan kerja akan menyebabkan tenaga kerja wanita tidak memiliki pilihan lain
kecuali menerima pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan upah yang rendah, meskipun
akan merendahkan martabat mereka sebagai wanita (Soetrisno,1998).
Jika pekerjaannya berat, bagaimanapun kecepatan jantung meningkat sampai
pekerjaan itu berhenti atau pelakunya dipaksa untuk berhenti karena kelelahan.
Menurut Weiskopf dan Buttler, rekreasi mempunyai kekuatan yang dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang mencakup tiga hal pokok, yaitu
intelektual (kognitif), psikomotorik (keterampilan fisik), serta sosial (afektif)
(Hartoto, 1995). Di samping nilainya yang esensial bagi kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup bagi seseorang, rekreasi juga di pandang sebagai alat untuk
pencegahan stress, meningkatkan keterampilan intelektual dan peningkatan kualitas
hidup (Entjang, 1986 dan Hartoto, 1995).
Pembangunan Gender (GDI) dan Pemberdayaan Gender (GEM) serta
Pembangunan Era Millenium (MDG) banyak menggunakan indikator perempuan
sebagai salah satu ukuran keberhasilan pembangunan. Di bidang ketenagakerjaan
menggunakan indikator angka pengangguran, proporsi yang bekerja di luar sektor
pertanian, pekerja trampil, ketimpangan upah perempuan dan laki-laki, serta
kontribusi pendapatan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga digunakan
4
sebagai dasar indikator pembangunan. Dalam laporan International sejak tahun 1995
– 2004 posisi perempuan di Indonesia dilihat dari Pembangaunan Gender (GDI) dan
Pemberdayaan Gender (GEM) cenderung melemah dan bahkan semakin tertinggal di
kawasan Asia Tenggara, sebab di negara lain lebih cepat perkembangannya.
Pembahasan perubahan peluang kerja perempuan diawali dengan perubahan
angka fertilitas (TFR) yang dapat memberikan peluang bagi perempuan untuk masuk
dalam pasar kerja. Asumsinya adalah seperti yang dikatakan oleh Bongarts(1999)
ketika TFR masih tinggi partisipasi bagi perempuan (bukan untuk laki-laki) dalam
pasar kerja relatif rendah. Dan ketika angka fertilitas (TFR) menjadi semakin rendah
maka partisipasi tersebut semakin meningkat. Aspek mortalitas dan mobilitas tidak
dibahas dengan pertimbangan bahwa Indonesia telah terjadi perubahan yanbg
mendasar dari ’’health to survival resource development”. Artinya telah terjadi
peningkatan derajat kesehatan yang sangat besar di Negara Indonesia khususnya
Jawa-Bali (Kiki, 2003).
Tabel 1.1 Perkembangan Jenis Pekerjaan Wanita di beberapa Propinsi di
Indonesia tahun 1980-2003
Jenis Pekerjaan Profesional, Tehnisi, Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan
1980 1996 1999 2003 DKI Jakarta 9.1 34.7 34.9 36.1 Jawa Barat 3.2 38.2 36.0 36.9 Banten 3.2 38.2 36.0 37.1 Jawa Tengah 3.5 40.6 44.7 45.9 D.I Yogyakarta 3.9 40.2 46.7 47.9 Jawa Timur 2.1 38.4 45.9 46.1 Bali 3.4 33.9 35.5 37.4 Indonesia 3.3 33.7 36.2 39.9 Sumber BPS: Tahun 1980 -2004
Dari tabel diatas bisa dilihat perkembangan aktualisasi dari para wanita di
berbagai Propinsi di Indonesia, sejak tahun 1980 hingga tahun 2003.
Di sektor formal, peranan perempuan pekerja biasanya jauh lebih kecil.
5
Mayoritas perempuan pekerja sektor formal menduduki posisi yang kurang penting.
Hal ini memang sering dikaitkan dengan kemampuan perempuan yang lebih terbatas,
yang seringkali merupakan cerminan dari pendidikannya. Alasan lain yang sering
pula dikemukakan adalah perempuan hanya cocok bagi pekerjaan yang feminin atau
pekerjaan yang berkaitan dengan nalurinya dalam peran sebagai ibu rumah tangga
atau mitra pembantu laki-laki, misalnya guru, perawat, pelayan restoran, juru masak,
operator telepon, teller bank, dan sejenisnya (Barry, 1989 seperti dikutip oleh
Chrysanti Hasibuan-Sedyono dalam Gardiner, 1994:214).
Bekerja sebagai seorang Dosen sangat berarti bagi wanita itu sendiri, hal itu
dapat memberikan dampak yang positif seperti timbulnya harga diri, lebih mandiri
dan dapat menunjang kehidupannya. Di sisi lain, dampak negatif dari pekerjaan dapat
berupa penyakit yang timbul akibat melakukan pekerjaan, kecelakaan dan gangguan-
gangguan yang ditimbulkan oleh lingkungan kerjanya.
Pekerja perempuan dalam fungsi sebagai ibu ataupun sebagai sosok
perempuan yang tidak atau belum menikah, bekerja di luar rumah memerlukan energi
yang lebih besar bila dibandingkan dengan perempuan dalam peran kodratinya saja.
Perempuan yang tidak atau belum menikah di dalam kehidupan dengan orangtuanya
ataupun hidup sendiri maupun hidup bersama keluarga lain membebani perempuan
tersebut dengan beragam persoalan. Persoalan yang dihadapi perempuan sebagai ibu
rumah tangga, mendidik, mengasuh anak, melayani suami serta pekerjaan-pekerjaan
rumah tangga lainnya. (Molo, 1993 dan Setyawati, 1995).
Peran perempuan bagi pekerja perempuan tanpa disadari telah meningkatkan
tekanan fisik maupun mental. Peran perempuan dapat dikatakan memiliki konsep
dualisme cultural, yakni adanya konsep domestic sphere ( lingkungan
domestik ) dan public sphere (lingkungan publik ). Lingkungan publik adalah
lingkungan pekerjaan di luar rumah yang diakui secara formal di masyarakat seperi
kedudukan, prestise, kepuasan gaji, dan status sosial. Lingkungan domestik adalah
lingkungan yang tidak pernah lepas dari kodratnya sebagai perempuan yaitu ibu yang
6
melahirkan, menyusui, membimbing, mendidik, mengasuh anak dan mendapingi
suami. (Rahayu, dalam Arianta dan Azwar 1993). Dalam perannya sebagai istri,
tenaga kerja perempuan lebih banyak mengalami konflik-konflik perkawinan dalam
rumah tangganya (Susmayati, 1995).
Seorang pekerja wanita , dalam kasus ini adalah seorang Dosen wanita dapat
menjalankan peran yang berbeda-beda. Hal ini dapat mengakibatkan tuntutan yang
berbeda-beda pula dari masing-masing peran. Differensiasi dalam beberapa peran itu
dapat menumbuhkan kompetisi dalam menggunakan waktu, energi, perhatian dan
komitmen. Hal ini dapat menimbulkan konflik peran perempuan yang berkaitan
dengan stres dan kelelahan kerja akibat beban kerja yang berat.
Berdasarkan faktor-faktor di atas maka peneliti berkeinginan melakukan
penelitian tentang Peran Ganda Dan Tingkat Kelelahan Dosen Wanita Di Yogyakarta.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perbandingan klasifikasi tingkat kelelahan pada Dosen
Wanita dan Dosen Pria di Daerah Istimewa Yogyakarta ?
2. Apakah ada interaksi antara tingkat kelelahan Dosen wanita dengan
Dosen Pria ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan klasifikasi tingkat kelelahan
pada Dosen Wanita dan Dosen Pria?
2. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara tingkat kelelahan Dosen
wanita dengan jenis perusahaan?
7
Bab II
Tinjauan Pustaka
Banyak hal yang ditanyakan yang berhubungan dengan tingkat tipe kerja
kognitif yang berbeda mengikuti putaran circadian berbeda dan tingkat putaran-
putaran ini dipisahkan oleh variabel individu berbeda seperti pagi sampai sore hari,
gaya kognitif, dan jenis kelamin subjek. Mengenai hal ini Mackenberg dkk (1974)
melaporkan topik yang memerlukan latihan teratur lebih efektif dipelajari pada jam
pagi, sedangkan subjek yang memerlukan restrukturisasi atau pemikiran kompleks
lebih efektif dipelajari pada sore hari. Studi saat ini dilakukan untuk meneliti lebih
jauh tentang variabel yang mempengaruhi interaksi antara tipe pekerjaan dan
pelaksanaan pada hari kerja yang berbeda.
Selain itu efek jenis kelamin menghasilkan pekerjaan-pekerjaan analogi.
Subjek perempuan menunjukkan skor lebih tinggi dari laki-laki. Variabel jenis
kelamin dimasukkan karena hasil penemuan mengindikasikan bahwa skor perempuan
secara signifikan lebih tinggi dibanding laki-laki pada skala Studi Metodis ILP
(Watkins dan Hattie, 1981), dan laki-laki lebih diklasifikasikan ke dalam tipe pagi
daripada perempuan oleh kuesioner kerja saat pagi hari sampai sore hari (Horne dan
Otsberg, 1976). Secara umum diharapkan bahwa bekerja di pagi hari akan bekerja
lebih baik daripada yang bekerja di sore hari pada kondisi pagi hari dan tipe sore hari
akan bekerja lebih baik daripada pagi hari pada kondisi sore hari. Kinerja tersebut
dengan pekerjaan ringan akan lebih baik pada pagi hari daripada sore hari dan kinerja
untuk pekerjaan analogi akan lebih baik pada sore hari dibanding pagi hari.
Hubungan antara jenis kelamin, tipe circadian, dan hari kerja dalam pelaksanaan
kerja akan menjadi interaktif dan pelaksanaan kerja akan berhubungan dengan level
pemrosesan.
Faktor-faktor penyebab kelelahan digambarkan seperti pada Gambar 2.1 di
bawah ini :
8
Gambar 3.1 Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran
(Recuperation) (Grandjean, 1991)
Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja
dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan
maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan
tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga
otot statis 15 – 20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan
berlangsung sepanjang hari. Menurut Astrand dan Rodahl (1977) kerja dapat
dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang
dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot. Lebih lanjut Suma’mur
(1982) dan Grandjean (1993), juga menyatakan bahwa kerja otot statis merupakan
kerja berat (Strenous), kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan
dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi
Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
Problem Fisik: tanggung jawab, kekhawatiran konflik
Dimana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-
umur) untuk wanita. Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan
dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :
<30% = Tidak terjadi kelelahan
30 s.d. <60% = Diperlukan perbaikan
60 s.d. <80% = Kerja dalam waktu singkat
80 s.d. <100% = Diperlukan tindakan segera
>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas
25
4.4 Perbandingan Tingkat Kelelahan Dosen Wanita dan Dosen Pria di DIY
a) Berdasar Kuesioner
Klasifikasi menurut jenis kelamin terlihat dari diagram berikut :
sedangringan
kuesioner_
wanitalaki-laki
jk
60
50
40
30
20
10
0
Cum
ulat
ive
Freq
uenc
y
60
50
40
30
20
10
0
Cum
ulat
ive
Freq
uenc
y
tingkat kelelahan ringan sedang jumlah
status laki-laki 9 (15 %) 21 (35%) 30 wanita 5 (8.33 %) 25 (41.67%) 30
jumlah 14 46 60
Dari 30 responden wanita terdapat 5 orang yang mengalami tingkat
kelelahan ringan dan 25 orang yang mengalami tingkat kelelahan
sedang.
Dari 30 responden laki-laki terdapat 9 orang yang mengalami
tingkat kelelahan ringan dan 21 orang yang mengalami tingkat kelelahan
sedang.
26
Chi-Square Tests
1.491b 1 .222.839 1 .360
1.507 1 .220.360 .180
1.466 1 .226
60
Pearson Chi-SquareContinuity Correction a
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.
b.
Dari statistic pearson chi-square, diketahui nilai sig : 0.222 > alpha
: 0.05 berarti Ho tidak ditolak sehingga tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kelelahan. Berarti berdasarkan data kuesioner
yang telah diisi oleh para responden, dapat disimpulkan bahwa
perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi adanya perbedaan
tingkat kelelahan.
b) Berdasar Reactimer
Klasifikasi menurut jenis kelamin terlihat dari diagram berikut :
beratsedang
kode
wanitalaki-laki
jk
30
25
20
15
10
5
0
Cou
nt
30
25
20
15
10
5
0
Cou
nt
27
tingkat kelelahan sedang berat jumlah
status laki-laki 12 (20%) 18 (30%) 30 wanita 1 (1.67%) 29 (48.33%) 30
jumlah 13 47 60
Dari 30 responden wanita terdapat 1 orang yang mengalami tingkat
kelelahan ringan dan 29 orang yang mengalami tingkat kelelahan berat.
Dari 30 responden laki-laki terdapat 12 orang yang mengalami tingkat
kelelahan sedang dan 18 orang yang mengalami tingkat kelelahan berat. Chi-Square Tests
11.882b 1 .0019.820 1 .002
13.569 1 .000.001 .001
11.684 1 .001
60
Pearson Chi-SquareContinuity Correction a
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.
b.
Dari statistic pearson chi-square, diketahui nilai sig : 0.001 < alpha :
0.05 berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan
tingkat kelelahan.
Berdasarkan reaction timer, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
jenis kelamin mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kelelaha.
Artinya jenis kelamin responden berpengaruh terhadap perbedaan
tingkat kelelahan yang dirasakan.
28
c) Berdasar Denyut Nadi
Klasifikasi menurut jenis kelamin terlihat dari diagram berikut : diperlukan perbaikan
tidak terjadi kelelahantingkat_kelelahan
wanitalaki-laki
jk
25
20
15
10
5
0
Cou
nt
25
20
15
10
5
0
Cou
nt
tingkat kelelahan sedang berat jumlah
status laki-laki 14 (23.33%) 16 (26.67%) 30 wanita 22 (36.67%) 8 (13.33%) 30
jumlah 36 24 60
Dari 30 responden wanita terdapat 22 orang tidak terjadi kelelahan
dan 8 orang yang diperlukan perbaikan.
Dari 30 responden laki-laki terdapat 14 orang tidak terjadi kelelahan
sedang dan 18 orang yang diperlukan perbaikan.
29
Chi-Square Tests
4.444b 1 .0353.403 1 .0654.511 1 .034
.064 .032
4.370 1 .037
60
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.
b.
Dari statistic pearson chi-square, diketahui nilai sig : 0.035 < alpha :
0.05 berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan
tingkat kelelahan. Berdasarkan perhitungan denyut nadi, dapat disimpulkan
bahwa perbedaan jenis kelamin mempengaruhi adanya perbedaan tingkat
kelelahan. Artinya jenis kelamin responden berpengaruh terhadap
perbedaan tingkat kelelahan yang dirasakan.
Risk Estimate
3.143 1.066 9.267
1.571 1.013 2.438
.500 .253 .988
60
Odds Ratio for jenis_kelamin (wanita / laki-laki)For cohort tingkat_kelelahan = tidak terjadikelelahanFor cohort tingkat_kelelahan = diperlukanperbaikanN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
Nilai Odds Ratio = 3.143, itu artinya dosen wanita mempunyai
resiko 3 x lebih besar terkena kelelahan(diperlukan perbaikan) daripada
dosen lelaki
30
4.5 Apakah ada interaksi pada tingkat kelelahan Dosen wanita dengan
Dosen Pria antara jenis kelamin dan jenis perusahaan?
SourceCorrected ModelInterceptjkprofesijk * profesiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
Partial EtaSquared
R Squared = .061 (Adjusted R Squared = -.065)a.
Nilai sig : 0.718 > alpha : 0.05 berarti Ho ditolak Ada interaksi antara
jenis kelamin dengan profesi dosen. Ini berarti dalam penentuan besarnya
tingkat kelelahan ada interaksi antara jenis kelamin dengan profesi dosen.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan, maka penulis memberikan kesimpulan :
a. Berdasar Kuesioner
Dari 30 responden wanita terdapat 5 orang yang mengalami tingkat
kelelahan ringan dan 25 orang yang mengalami tingkat kelelahan sedang.
Dari 30 responden laki-laki terdapat 9 orang yang mengalami tingkat
kelelahan ringan dan 21 orang yang mengalami tingkat kelelahan sedang.
Dari statistic pearson chi-square, diketahui nilai sig : 0.222 > alpha :
0.05 berarti Ho tidak ditolak sehingga tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kelelahan. Berarti berdasarkan data kuesioner yang
telah diisi oleh para responden, dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis
kelamin tidak mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kelelahan.
b. Berdasar Reactimer
Dari 30 responden wanita terdapat 1 orang yang mengalami tingkat
kelelahan ringan dan 29 orang yang mengalami tingkat kelelahan berat.
Dari 30 responden laki-laki terdapat 12 orang yang mengalami tingkat
kelelahan sedang dan 18 orang yang mengalami tingkat kelelahan berat.
Dari statistic pearson chi-square, diketahui nilai sig : 0.001 < alpha :
0.05 berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan
tingkat kelelahan.
Berdasarkan reaction timer, dapat disimpulkan bahwa
perbedaan jenis kelamin mempengaruhi adanya perbedaan tingkat
kelelahan. Artinya jenis kelamin responden berpengaruh terhadap
perbedaan tingkat kelelahan yang dirasakan.
32
c. Berdasar Denyut Nadi
Dari 30 responden wanita terdapat 22 orang tidak terjadi kelelahan dan
8 orang yang diperlukan perbaikan.
Dari 30 responden laki-laki terdapat 14 orang tidak terjadi kelelahan
sedang dan 18 orang yang diperlukan perbaikan.
Dari statistic pearson chi-square, diketahui nilai sig : 0.035 < alpha :
0.05 berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan
tingkat kelelahan. Berdasarkan perhitungan denyut nadi, dapat disimpulkan
bahwa perbedaan jenis kelamin mempengaruhi adanya perbedaan tingkat
kelelahan. Artinya jenis kelamin responden berpengaruh terhadap
perbedaan tingkat kelelahan yang dirasakan.
Nilai Odds Ratio = 3.143, itu artinya dosen wanita mempunyai resiko
3 x lebih besar terkena kelelahan(diperlukan perbaikan) daripada dosen lelaki.
Ada interaksi pada tingkat kelelahan Dosen wanita dengan
Dosen Pria antara jenis kelamin dan jenis perusahaan
Nilai sig : 0.718 > alpha : 0.05 berarti Ho ditolak Ada interaksi antara jenis
kelamin dengan profesi dosen. Ini berarti dalam penentuan besarnya tingkat
kelelahan ada interaksi antara jenis kelamin dengan profesi dosen.
5.2 Saran
Tingkat kelelahan Dosen wanita dan Dosen Pria kemungkinan disebabkan
oleh aktivitas kerja fisik, kerja statis, lingkungan kerja, psikologis. Sebaiknya
instansi atau yayasan pengelola pendidikan atau Dinas terkait menyesuaikan
kapasitas kerja fisik dan mental, kerja yang lebih dinamis dan lebih bervariasi,
mengadakan reorganisasi kerja dan mendesain ulang lingkungan kerja agar lebih
nyaman. Khususnya pemberian penghargaan dan motivasi terhadap kinerja
Dosen.
Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menyempurnakan penelitian yang
sudah ada, dengan menggunakan metode analisis yang berbeda dan berfokus pada
side effect dari penelitian ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
Arinanta, L. I. dan Azwar, S. 1993. Peran Jenis Androgini dan konflik Peran Ganda pada Ibu Bekerja. Jurnal Psikologi No. 2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Harsiwi MA.Th & Widiyastuti, S.M. 2001. Produktivitas Kerja Dan Kesempatan Aktualisasi Diri Dosen Wanita Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Kopertis Wilayah V. Yogyakarta
ICS mobile enterprise solutions. 2004. Equential - Improving Productivity and
Profit performance in Construction & Field services. Jacksonville Gunawan, A. 2005. Analisa faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas
Kerja Pegawai Biro Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan. Eberts, R. E. dan Eberts C. G. 1985. Trends in Ergonomics / Human Factor II.
Elsevier Science Publishers b. v, Netherlands. Grandjean. 1995. Fitting The Task To The Man (4th Edition). A Text Book
Occupational Ergonomics, London, New York, Philadelphia.
34
Kurniawan, D. 2000. Pengaruh Gizi dan Kesehatan Tenaga Kerja Wanita terhadap Peningkatan Produktivitas. Pusat Hiperkes, Majalah Hiperkes dan Kesehatan Keselamatan, Vol. XXXIII, Jakarta.
Molo, M. P. 1993. Hubungan Sumber Daya dan Pengambilan Keputusan Suatu
Kasus di Pedesaan Jawa. Makalah untuk Seminar PPK-Universitas Gadjah Mada, 19 Agustus 1993.
Purnomo, H. 2007. Tingkat Kelelahan Pekerja Wanita ( Studi Kasus Perusahaan Garment dan Non - Garment. Tesis UGM tidak dipublikasikan. Yogyakarta
Rini, F, Jacinta., 2005, Wanita Bekerja, http://www.e-psikologi.com/keluarga/280502.htm.
Setyawati, L. 1994. Kelelahan Kerja Kronis, Kajian Terhadap Kelelahan Kerja,
Penyusunan Alat Ukur, Serta Hubungannya Dengan Waktu reaksi dan Produktivitas Kerja. Disertasi, Program Pascasarjana, 1994.
Soetrisno, L. 1998. Kebijakan Publik Dalam Pemberdayaan dan Peningkatan
Martabat Kaum Perempuan : Status dan Peran Lembaga Sosial dan Pemerintah. Makalah Seminar Sehari 25 Tahun Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, 20 April 1998.
Susmayanti, T. 1995. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebahagian Perkawinan Pada Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Media Gizi & Keluarga 1995, XIX, (1) : (9-17).
Supenti, T. 2005. Rendahnya Posisi Perempuan di Pasar Kerja.