Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi telah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan unutk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan yang meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, 1
75

2006-2007 ips ptk

Mar 30, 2023

Download

Documents

Dessy Septa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2006-2007 ips ptk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap

kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi

telah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan

perumusan tujuan intruksional khusus. Jarang sekali

terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu

rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari

satu tujuan. Karenanya, guru pun selalu menggunakan

metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang

satu digunakan unutk mencapai tujuan yang satu,

sementara penggunaan metode yang lain, juga

digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah

adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran

yang telah dirumuskan.

Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah,

tenaga kependidikan yang meliputi, tenaga pendidik,

pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

1

Page 2: 2006-2007 ips ptk

peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan

berperan sebagaimana mestinya dan sebagai tenaga

kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru

yang berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang

sanggup, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya.

Tugas utama guru adalah bertanggung jawab

membantu anak didik dalam hal belajar. Dalam proses

belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan

pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi

dalam kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik

sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran berlangsung

(Combs, 1984: 11-13). Untuk memainkan peranan dan

melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru

diharapkan memiliki kemampuan professional yang

tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal

siswa-siswanya dengan baik, guru perlu memiliki

kemampuan untuk melakukan diagnosis serta mengenal

dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk

membantu siswa tumbuh sesuai dengan potensinya

masing-masing.

2

Page 3: 2006-2007 ips ptk

Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang

dibedakan keluasan cakupannya, tetapi dalam konteks

kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas yang sama.

Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan

bahan pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the

stimulation of learner (Wetherington, 1986: 131-136), dan

mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan hasil

penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting

adalah perkembangan pribadi anak, sekalipun

mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan

pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap

dan kesanggupan yang konstruktif.

Dengan tercapainya tujuan dan kualitas

pembelajaran, maka dikatakan bahwa guru telah

berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan

belajar mengajar tentu saja diketahui setelah

diadakan evalusi dengan berbagai factor yang sesuai

dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh

mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat

dilihat dari daya serap anak didik dan persentase

3

Page 4: 2006-2007 ips ptk

keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran khusus. Jika hanya tujuh puluh lima

persen atau lebih dari jumlah anak didik yang

mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf

keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka

proses belajar mengajar berikutnya hendaknya

ditinjau kembali.

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat

persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan

sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan.

Dalam perisiapan itu sudah terkandung tentang,

tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode

mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik

evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru

harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara

khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih,

menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat

tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang

alat-alat evaluasi.

4

Page 5: 2006-2007 ips ptk

Sementara itu teknologi pembelajaran adalah

salah satu dari aspek tersebut yang cenderung

diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama

bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya

manusia pendidikan, sarana dan prasarana

pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji

lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat

pendidikan baik formal maupun non formal apalagi

tingkat Sekolah Dasar, haruslah berpusat pada

kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu

yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon

manusia seutuhnya.

Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam

aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa

memanfaatkan teknologi pembelajaran yang tidak

terpaku hanya pada salah satu metode pengajaran

dalam penyampaian materi dengan tujuan agar materi

yang diajarkan dapat dengan mudah diserap peserta

didik.

5

Page 6: 2006-2007 ips ptk

Khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial, agar siswa dapat memahami materi yang

disampaikan guru dengan baik, maka guru dapat

memilih salah satu atau gabungan dari beberapa

metode pembelajaran, guru akan memulai membuka

pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan

yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri

dengan memberikan soal-soal kepada siswa.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka

peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh

gabungan metode ceramah dengan metode simulasi

terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil

judul “Penerapan Gabungan Metode Ceramah Dengan

Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas I SDN

GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi Tahun Pelajaran

2006/2007”.

B. Rumusan Masalah

6

Page 7: 2006-2007 ips ptk

Merujuk pada uraian latar belakang di atas,

dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial siswa kelas I SDN GUYUNG 4 Kec.

Gerih Kab. Ngawi Tahun Pelajaran 2006/2007?

2. Bagaimanakah pengaruh gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi terhadap motivasi belajar

siswa kelas I SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi

Tahun Pelajaran 2006/2007?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka

tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengungkap pengaruh gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi terhadap hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial pada siswa kelas I SDN GUYUNG 4

Kec. Gerih Kab. Ngawi Tahun Pelajaran 2006/2007.

7

Page 8: 2006-2007 ips ptk

2. Untuk mengungkap gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi terhadap motivasi belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial pada siswa kelas I SDN GUYUNG 4

Kec. Gerih Kab. Ngawi Tahun Pelajaran 2006/2007.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada permasalahan dalam

penelitian tindakan yang berjudul “Penerapan

Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Simulasi Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial” yang dilakukan oleh peneliti, dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas I

SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi menggunakan

metode Ceramah dengan metode Simulasi dalam

menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan

minat belajar dan hasil belajar siswa kelas I SDN

GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi akan lebih baik

dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru sebelumnya".

E. Manfaat Penelitian

8

Page 9: 2006-2007 ips ptk

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat

memberikan informasi tentang gabungan metode

ceramah dengan metode simulasi dalam meningkatkan

mutu dan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial.

2. Guru-guru Ilmu Pengetahuan Sosial perlu

memanfaatkan teknik gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran, baik dalam hal kualitas

proses maupun kualitas hasil.

3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan

bagi guru dalam hal proses pembelajaran dengan

tetap berpegang pada suatu pengertian bahwa siswa

memerlukan perhatian guru.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Metode Ceramah adalah:

Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran

dengan komunikasi lisan.

9

Page 10: 2006-2007 ips ptk

2. Metode simulasi adalah:

Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang

yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu

dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana

orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa

itu berlatih memegang perenan sebagai orang lain

3. Motivasi belajar adalah:

Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam

nilai atau skor yang setelah mengikuti kegiatan

belajar mengajar.

4. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai

atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti

pelajaran.

G. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan

pembatasan masalah yang meliputi:

10

Page 11: 2006-2007 ips ptk

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas I

SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi TahunPelajaran

2006/2007.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September

semester ganjil tahun ajaran 2006/2007.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan

Mengidentifikasi identitas diri, keluarga, dan

kerabat.

BAB II

11

Page 12: 2006-2007 ips ptk

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar

adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan

oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo

(1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah

proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan

sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku

tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses

yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan

disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat

fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,

bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-

lain. (Soetomo, 1993: 120).

12

Page 13: 2006-2007 ips ptk

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja

yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan

belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi

tertentu.

B. Metode Ceramah

1. Pengertian

Metode ceramah terkadang disebut sebagai

metode kuliah, dapat juga disebut metode

deskripsi. Sesuai dengan namanya, berceramah

dipergunakan sebagai metode mengajar.

Sedangkan menurut Hasibuan dan Mudjiono

(1981), metode ceramah adalah cara penyampaian

bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.

Jadi metode ceramah adalah metode belajar

yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

sesuai dengan rumusan metode belajar mengajar.

13

Page 14: 2006-2007 ips ptk

Penggunaan metode ceramah secara terus menerus

dalam proses belajar kurang tepat karena dapat

menimbulkan kejenuhan pada siswa.

Gambaran pengajaran dengan pendekatan ceramah

adalah sebagai berikut; guru mendominasi kegiatan

belajar mengajar, definisi dan rumus diberikannya,

contoh-contoh soal diberikan dan dekerjakan

sendiri oleh guru, langkah-langkah guru diikuti

dengan teliti oleh siswa.

2. Kebaikan Metode Ceramah

a. Dapat menamung kelas besar dan tiap siswa

mempunyai kesempatan yang sama untuk

mendengarkan. Oleh karenanya biaya yang

diperlukan lebih murah.

b. Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut,

ide atau konsep dapat direncanakan dengan baik.

c. Guru dapat menekankan hal-hal yang penting,

sehingga waktu dan energi dapat digunakan

sehemat mungkin.

14

Page 15: 2006-2007 ips ptk

d. Isi silabus dapat dilakukan menurut jadwal,

karena guru tidak harus menyesuaikan dengan

kecepatan belajar siswa.

e. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan

alat bantu pelajaran tidak menghambat jalanya

pelajaran.

3. Kelemahan Metode Ceramah

a. Pelajaran berjalan membosankan siswa karena

mereka tidak diberi kesempatan untuk menemukan

sendiri konsep yang diajarkan.

b. Siswa menjadi pasif hanya aktif membuat catatan

saja.

c. Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat

berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan

yang diajarkan.

d. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah

lebih cepat terlupakan.

e. Ceramah menyebabkan sistem belajar siswa

menjadi “belajar menghafal” dan tidak mengacu

pada timbulnya pengertian.

15

Page 16: 2006-2007 ips ptk

4. Peranan Siswa dalamMetode Ceramah

Walaupun dalam metode ini, seluruh kegiatan

didominasi oleh guru, siswa juga berperan dalam

metode ceramah yaitu;

a. Mengadakan interpretasi terhadap keterangan

guru.

b. Mendengarkan dan memperhatikan dengan baik

keterangan guru.

c. Mengadakan asimilasi, apabila tidak ada

interpertasi yang benar.

d. Mengadakan pencatatan yang diperlukan.

5. Peranan Guru Dalam Metode Ceramah

Dalam metode ceramah, pemeran utama adalah

garu. Karena pelaksanaan metode ceramah merupakan

komunikasi satu arah, dalam arti guru mendominasi

seluruh kegiatan belajar mengajar. Berhasil

tidaknya metode ceramah tergantung sebagian besar

pada guru. Oleh karena itu ada beberapa hal yang

harus diperhatikan oleh guru.

16

Page 17: 2006-2007 ips ptk

a. Satuan bahan pelajaran apa yang disajikan pada

siswa.

b. Bagaimana menyajikan satuan bahan pelajaran

tersebut.

c. Alat-alat apa yang digunakan oleh guru

tersebut.

6. Sepuluh Saran Untuk Mengefektifkan Pengajaran

Dengan Ceramah

Berceramah merupakan salah satu dari metode

pengajaran yang paling lama digunakan, namun

apakah metode semacam ini memiliki tempat dalam

lingkungan belajar aktif? Karema terlalu sering

digunakan, metode ceramah tidak akan mengantarkan

pada pembelajaran, namun ada kalanya cara ini bisa

efektif. Agar bisa efektif, guru harus terlebih

dahulu membangkitkan minat, memaksimalkan

pemahaman dan pengingatan, melibatkan siswa selama

penceramahan, dan menekankan kembali apa yang

telah disajikan. Berikut adalah sejumlah pilihan

untuk melakukan hal itu.

17

Page 18: 2006-2007 ips ptk

a. Membangkitkan Minat

- Paparkan kisah atau tayangan menarik:

Sajikan anekdot yang relevan, kisah fiksi,

kartun, atau gambar grafis yang bisa menarik

perhatian siswa terhadap apa yang akan anda

ajaran.

- Ajuan soal cerita: Ajukan soal yang nantinya

akan menjadikan sajian dalam ceramah

pengajaran.

- Pertanyaan penguji: Ajukan pertanyaan kepada

siswa (sekalipun mereka baru sedikit

memiliki pengetahuan tentang mata pelajaran)

atau mereka termotivasi untuk mendengarkan

ceramah dalam rangka mendapatkan jawabannya.

b. Memaksimalkan Pemahaman dan Pengingatan

- Headline/kepala berita: Susunlah kembali

poin-poin utama dalam ceramah menjadi kata-

kata kunci yang berfungsi sebagai subjudul

verbal atau bantuan mengingat.

18

Page 19: 2006-2007 ips ptk

- Contoh dan analogi: Berikan gambaran nyata

tentang gagasan dalam perencanaan dan, jika

memungkinkan, buatlah perbandingan antara

materi dengan pengetahuan dan pengalaman

yang siswa miliki.

- Cadangan visual: Gunakan grafik lipat,

transparansi, buku pegangan dan peragan yang

memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa

yang guru katakan.

c. Melibatkan Siswa Perceramahan

- Tantangan kecil: Lakukan interupsi ceramah

secara berkala dan tantanglah siswa untuk

memberikan contoh tentang konsep-konsep yang

telah disajikan selama ini atau untuk

menjawab pertanyaan kuis ringan.

- Latihan yang memperjelas: Selama menyajikan

materi selingilah dengan kegiatan yang

memperjelas hal-hal yang disampaikan.

d. Memperkuat Apa yang Telah Disampaikan

19

Page 20: 2006-2007 ips ptk

- Soal penerangan: Ajukan masalah atau

pertanyaan untuk dipecahkan oleh siswa

berdasarkan informasi yang disampaikan

selama pengajaran.

- Tinjauan siswa: Perintahkan siswa untuk

meninjau tes dari penyampaian pelajaran

kepada sesama siswa, atau berilah mereka tes

penilaian diri.

C. Simulasi

Dalam pengajaran modern teknik ini telah banyak

dilaksanakan, sehingga siswa bisa berperan seperti

orang-orang atau dalam keadaan yang dikehendaki.

Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk

berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan

tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih

mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan

berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang

peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai

bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah: peer-teancing,

sosiodrama, psikodrama, simulasi game dan role prlaying.

20

Page 21: 2006-2007 ips ptk

Contohnya: siswa melatih mengajar di depan

kelas, berperan sebagai buru. Dalam pengajaran

konpeksi, siswa berperan sebagai manager,

penggunting bahan, penjahit, mereka sedang

memerankan sekelompok orang yang mengelola konpeksi

pakaian.

Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena:

- Menyenangkan siswa.

- Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas

siswa.

- Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa

memerlukan lingkungan yang sebenarnya.

- Mengurangi hal-hal yang verbalistis atau abstrak.

- Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan

mendalam.

- Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang

memberi kemungkinan timbulnya keutuhan dan

kegotong-royongan serta kekeluargaan yang sehat.

- Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang

lamban/ kurang cakap.

21

Page 22: 2006-2007 ips ptk

- Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.

- Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat abilitas

yang berbeda-beda.

Walaupun teknik ini baik dan memiliki

keunggulan, tetapi masih juga mempunyai kelemahan

ialah:

- Efektivitas dalam memajukan belajar siswa belum

dapat dilaporkan oleh riset.

- Terlalu mahal biayanya.

- Banyak orang meragukan hasilnya karena sering

tidak diikutsertakannya elemen-elemen yang

penting.

- Menghendaki pengelompokan yang fleksibel, perlu

ruang dan gedung.

- Menghendaki banyak imajinasi dari guru maupun

siswa.

- Menumbuhkan hubungan informasi antara guru dan

siswa yang melebihi batas.

- Sering mendapat kritik dari orang tua karena

dianggap permainan saja.

22

Page 23: 2006-2007 ips ptk

Bila guru mampu mengurangi kelemahan-kelemahan

itu, maka pelaksanaan teknik simulasi akan berhasil

sekali.

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan

seserang atau organisme yang menyebabkan kesiapan

kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku

atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu

proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi

perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi

kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan

kesiapan dalam diri individu yang mendorong

tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam

mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2000: 114)

motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah

energi dalam diri seseorang kedalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

23

Page 24: 2006-2007 ips ptk

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan

sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi

dalam belajar tidak akan mungkin melakukan

aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang

termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan

proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan

meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih

baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang

mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam

mencapai tujuan tertentu.

1. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat

dari dalam individu, apakah karena adanya

ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

24

Page 25: 2006-2007 ips ptk

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya

ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman,

2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2000: 115),

motivasi instrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:

105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk

membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan

siswa.

2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi

pelajaran sebatas yang pokok.

3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa

untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan

sumber belajar di sekolah.

25

Page 26: 2006-2007 ips ptk

4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa

atas pekerjaannya.

5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil

pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul

dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki

motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar

akan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat

pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya

ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia

mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya

seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang

tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya

(Usman, 2000: 29).

26

Page 27: 2006-2007 ips ptk

Sedangkan menurut Djamarah (2000: 117),

motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi

intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif

yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang

dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi

ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik

antata lain:

1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha

menciptakan persaingan diantara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai

sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.

2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat):

Pada awal kegiatan belajar mengajar guru,

hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada

siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan

demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK

tersebut.

27

Page 28: 2006-2007 ips ptk

3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu

untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan,

makin besar nilai tujuan bagi individu yang

bersangkutan dan makin besar pula motivasi

dalam melakuakan sesuatu perbuatan.

4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat

menimbulkan rasa puas, kesenangan dan

kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan

kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.

Dengan demikian, guru hendaknya banyak

memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih

sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan

bimbingan guru.

5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika

individu memiliki minat yang besar.

6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya

semua siswa mau belajar dengan tujuan

memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti

dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak

belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi,

28

Page 29: 2006-2007 ips ptk

bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan

ulangan lisan, barulah siswa giat belajar

dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang

baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan

motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi

ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar

individu yang berfungsinya karena adanya

perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan,

untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain

sebagainya.

E. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur

di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar.

Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai

pebelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah

dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana

dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar

adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

29

Page 30: 2006-2007 ips ptk

dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru.

Belajar itu sebagai suatu proses perubahan

tingkah laku, atu memaknai sesuatu yang diperoleh.

Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil

belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah

dicapai oleh si pebelajar.

Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat

kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya

sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi

belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat

bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan

pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih

dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan

bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan

prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas

jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu,

satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi

belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek,

30

Page 31: 2006-2007 ips ptk

misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan

harian dan sebagainya.

Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian

hasil adalah sebagai berikut: Keberhasilan murid

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil

tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904),

yang memberikan penjelasan tentang hasil belajar

sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga

atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”,

sedangkan Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa

“hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang

secara langsung dapat diukur”.

Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya,

hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Hasil belajar yang berupa kemampuan

keterampilan atau kecakapan di dalam melakukan

atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di

dalamnya ketermpilan menggunakan alat.

31

Page 32: 2006-2007 ips ptk

b. Hasil belajar yang berupa kemampuan

penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang

dikerjakan.

c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap

dan tingkah laku.

F. Materi Ilmu Pengetahuan Sosial

Pada saat ini sedikit perhatian yang ditujukan

pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan

mengembangkan model-model yang sistematis.

Pembelajaran dengan ceramah dan Tanya jawab

merupakan strategi yang paling sering digunakan

dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Guru

mendominasi pembicaraan dan buku-buku konvensional

masih merupakan sumber belajar yang primer. Dengan

cara yang seperti ini tidak mengherankan kalau siswa

cenderung secara umum apatis terhadap gejala sosial.

Karena yang ditemukan dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial hanya fakta-fakta dan bukan ide-

ide (Armento: 1986) sebagai mana dikutip Karwono

(1993: 61).

32

Page 33: 2006-2007 ips ptk

Sebagian besar penelitian tentang pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial telah mengkaji hubungan

antara teknik-teknik pembelajaran dan pengaruhnya

terhadap hasil belajar siswa. Penelitian banyak

dilakukan untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang

stabil antara fenomena-fenomena pembelajaran yang

dipilih. Penelitian pada variabel pembelajaran

cenderung untuk menggambarkan perhatian umum di

bidang teknik penyelidikan inovatif dan reflektif.

Topik-topik yang lain menggambarkan refleksi sifat

dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan

kurangnya konsensus pada definisi yang jelas dari

tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial. Perilaku siswa

dianggap sebagai hasil pembelajaran.

33

Page 34: 2006-2007 ips ptk

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

(action research), karena penelitian dilakukan untuk

memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran

diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat

dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti,

1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi

empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)

penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan

terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk

guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh

penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari

penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil

pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat

34

Page 35: 2006-2007 ips ptk

dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama

dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di

kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti

biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan

cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif

mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan

dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data

yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Kelas I

SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya

penelitian atau saat penelitian ini

dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada

35

Page 36: 2006-2007 ips ptk

bulan September semester ganjil Tahun pelajaran

2006/2007.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas I

SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi pada pokok

bahasan Mengidentifikasi identitas diri, keluarga,

dan kerabat.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK

adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif

oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan

mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan

itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek

pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,

2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah

suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis

36

Page 37: 2006-2007 ips ptk

reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki

kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara

berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya

adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru

(Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih,

yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini

menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis

dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu

berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus

yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan),

dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi,

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk

pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari

37

Page 38: 2006-2007 ips ptk

tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan

penelitian peneliti menyusun rumusan masalah,

tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat

pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang

dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun

pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau

38

Refleksi

Tindakan/ObservasiRefleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Rencana awal/ranca

ngan

Rencana yang

direvisi

Rencana yang

direvisi

Putaran 1

Putaran 2

Putaran 3

Page 39: 2006-2007 ips ptk

dampak dari diterapkannya metode pembelajaran

model gabungan ceramah dan simulasi.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan

yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil

refleksi dari pengamat membuat rancangan yang

direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu

putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai

perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri

dengan tes formatif di akhir masing putaran.

Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk

memperbaiki sistem pengajaran yang telah

dilaksanakan.

39

Page 40: 2006-2007 ips ptk

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan

tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas,

serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang

digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan

disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP

berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian

hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan

kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa

untuk membantu proses pengumpulan data hasil

kegiatan pemberian tugas.

40

Page 41: 2006-2007 ips ptk

4. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk

mengukur kemampuan pemahaman konsep IPS pada pokok

bahasan peristiwa sekitar proklamasi. Tes formatif

ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal

yang diberikan adalah pilihan guru (objektif).

Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang

telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan

analisis butir soal tes yang telah diuji validitas

dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini

digunakan untuk memilih soal yang baik dan

memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data.

Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai

berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item

digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan

masing-masing butir soal. Sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang

41

Page 42: 2006-2007 ips ptk

diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung

dengan korelasi Product Moment:

(Suharsimi

Arikunto, 2001: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product

moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian

ini menggunakan rumus belah dua sebagai

berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 93)

Dengan:r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah

disesuaikan

42

Page 43: 2006-2007 ips ptk

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap

belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11

dari perhitungan lebih besar dari harga r pada

tabel product moment maka tes tersebut

reliabel.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan

mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran.

Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf

kesukaran adalah:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : banyak siswa yang menjawab soal

dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran

soal adalah sebagai berikut:

43

Page 44: 2006-2007 ips ptk

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah

sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah

sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah

mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu

soal untuk membedakan antara siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan

besarnya daya pembeda desebut indeks

diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai

berikut:

(Suharsimi Arikunto,

2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

44

Page 45: 2006-2007 ips ptk

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab

dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab

dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi peserta kelompok atas yang

menjawab benar.

Proporsi peserta kelompok bawah yang

menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan

daya pembeda butir soal sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah

jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah

cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah

baik

45

Page 46: 2006-2007 ips ptk

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah

sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

diperoleh melalui observasi pengolahan kegiatan

belajar mengajar dengan gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam

kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data.

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian

yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta

sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan

untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa

juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

46

Page 47: 2006-2007 ips ptk

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau

persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar

mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada

setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik

sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang

diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan

jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

47

Page 48: 2006-2007 ips ptk

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu

secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan

petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum

1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah

tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau

nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di

kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai

daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk

menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan

rumus sebagai berikut:

48

Page 49: 2006-2007 ips ptk

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji

coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan

pengelolaan gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi, dan data tes formatif siswa pada setiap

siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan

untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa

yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis

tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan

daya pembeda.

49

Page 50: 2006-2007 ips ptk

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa setelah diterapkan gabungan

metode ceramah dengan metode simulasi.

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui

instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes

yang baik, maka data tes tersebut diuji dan

dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar

sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan

meliputi:

1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk

mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan

sebagai Instrumen dalam penelitian ini. Dari

perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid

dan 30 soal valid. Hasil dari validits soal-soal

dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak

Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid

50

Page 51: 2006-2007 ips ptk

1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14,17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29,30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44,46

2, 3, 8, 15, 16, 18,20, 22, 24, 31, 32,33, 34, 35, 40, 45

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat

validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil

perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11

sebesar 0, 739. Harga ini lebih besar dari harga r

product moment. Untuk jumlah siswa (N = 25) dengan

r (95%) = 0,396. Dengan demikian soal-soal tes

yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui

tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan

dari 46 soal yang diuji terdapat:

- 21 soal mudah

- 15 soal sedang

- 10 soal sukar

4. Daya Pembeda

51

Page 52: 2006-2007 ips ptk

Analisis daya pembeda dilakukan untuk

mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa

yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh

soal yang berkriteria jelek sebanyak 15 soal,

berkriteria cukup 22 soal, berkriteria baik 8

soal, dan yang berkriteria tidak baik 1 soal.

Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah

memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas,

taraf kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1

dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain

itu juga dipersiapkan lembar observasi

52

Page 53: 2006-2007 ips ptk

pengolaan gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 6

September 2006 di kelas I SDN GUYUNG 4 Kec.

Gerih Kab. Ngawi dengan jumlah siswa 24 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi

tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Adapun data

hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai

beriku.

53

Page 54: 2006-2007 ips ptk

Table 2. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I

No. Urut Nilai

Keterangan No. Urut Nilai

KeteranganT TT T TT

1 70 √ 14 80 √2 60 √ 15 70 √3 70 √ 16 40 √4 80 √ 17 80 √5 80 √ 18 60 √6 70 √ 19 50 √7 70 √ 20 80 √8 50 √ 21 60 √9 70 √ 22 80 √10 60 √ 23 70 √11 70 √ 24 70 √12 90 √13 60 √ jumlah 740 7 4

Jumlah 900 9 4Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400Jumlah Skor Tercapai 1640Rata-Rata Skor Tercapai 68,80

Keterangan: T :

Tuntas

TT : Tidak

Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 17

Jumlah siswa yang belum tuntas

: 8

54

Page 55: 2006-2007 ips ptk

Klasikal : Belum

tuntas

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes

Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

68,8017

68,00

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

dengan menerapkan penerapan gabungan metode

ceramah dengan metode simulasi diperoleh nilai

rata-rata prestasi belajar siswa adalah 68,80

dan ketuntasan belajar mencapai 68,00% atau ada

17 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus

pertama secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥

65 hanya sebesar 68,00% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa

55

Page 56: 2006-2007 ips ptk

masih merasa asing dan bingung dengan gabungan

metode ceramah dengan metode simulasi yang

diterapkan dalam proses belajar mengajar.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang begitu antusias selama

pembelajaran berlangsung.

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada

siklus I ini masih terdapat kekurangan,

sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan

pada siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi

siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

56

Page 57: 2006-2007 ips ptk

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan

yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik

dengan menambahkan informasi-informasi yang

dirasa perlu dan memberi catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat

dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa

lebih antusias.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan

alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 13

September 2006 di Kelas I SDN GUYUNG 4 Kec.

Gerih Kab. Ngawi dengan jumlah siswa 24 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

57

Page 58: 2006-2007 ips ptk

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi

pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi

pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif II dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah tes formatif

II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II

adalah sebagai berikut.

Table 4. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus

II

No. Urut Nilai

Keterangan No. Urut Nilai

KeteranganT TT T TT

1 100 √ 14 80 √2 60 √ 15 80 √3 80 √ 16 60 √4 70 √ 17 80 √5 90 √ 18 70 √6 70 √ 19 60 √

58

Page 59: 2006-2007 ips ptk

7 70 √ 20 100 √8 60 √ 21 60 √9 70 √ 22 90 √10 80 √ 23 70 √11 70 √ 24 80 √12 90 √13 70 √ Jumlah 820 8 3

Jumlah 980 11 2Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400Jumlah Skor Tercapai 1800Rata-Rata Skor Tercapai 75,60

Keterangan: T :

Tuntas

TT : Tidak

Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 20

Jumlah siswa yang belum tuntas

: 5

Klasikal : Belum

tuntas

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes

Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil SiklusII

59

Page 60: 2006-2007 ips ptk

123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

75,6020

80,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-

rata prestasi belajar siswa adalah 75,60 dan

ketuntasan belajar mencapai 80,00% atau ada 20

siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini

ketuntasan belajar secara klasikal telah

mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar

siswa ini karena siswa-siswa telah mulai

terbiasa dengan metode pembelajaran yang

diterapkan oleh guru, disamping itu peningkatan

ini karena guru mengimformasikan bahwa setiap

akhir dari proses belajar mengajar akan

diadakan tes, sehingga siswa sudah siap

sebelumnya.

c. Refleksi

60

Page 61: 2006-2007 ips ptk

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar

diperoleh informasi dari hasil pengamatan

sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus

II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.

Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat

membuat siswa lebih termotivasi selama proses

belajar mengajar berlangsung.

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga

tidak ada perasaan takut dalam diri siswa

baik untuk mengemukakan pendapat atau

bertanya.

61

Page 62: 2006-2007 ips ptk

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik

sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan.

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh

soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa

untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar

mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan

alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 20

September 2006 di Kelas I SDN GUYUNG 4 Kec.

Gerih Kab. Ngawi dengan jumlah siswa 24 siswa.

62

Page 63: 2006-2007 ips ptk

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi

pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi

pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif III dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah tes formatif

III. Adapun data hasil penelitian pada siklus

III adalah sebagai berikut.

Table 6. Distribusi Nilai Tes Pada

Siklus III

No. Urut Nilai

Keterangan No. Urut Nilai

KeteranganT TT T TT

1 90 √ 14 90 √

63

Page 64: 2006-2007 ips ptk

2 70 √ 15 80 √3 70 √ 16 80 √4 70 √ 17 70 √5 80 √ 18 80 √6 70 √ 19 60 √7 80 √ 20 100 √8 80 √ 21 80 √9 70 √ 22 80 √10 90 √ 23 70 √11 70 √ 24 80 √12 90 √13 70 √ jumlah 870 10 1

Jumlah 1000 13 -Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400Jumlah Skor Tercapai 1870Rata-Rata Skor Tercapai 78,00

Keterangan: T :

Tuntas

TT : Tidak

Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 24

Jumlah siswa yang belum tuntas

: 1

Klasikal : Tuntas

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Tes

Formatif Siswa pada Siklus III

64

Page 65: 2006-2007 ips ptk

No Uraian Hasil Siklus III123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

78,0024

96,00

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai

rata-rata tes formatif sebesar 78,00 dan dari

25 siswa yang telah tuntas sebanyak 24 siswa

dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang

telah tercapai sebesar 96,00% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini

mengalami peningkatan lebih baik dari siklus

II. Adanya peningkatan hasil belajar pada

siklus III ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan dari kemampuan guru dalam proses

belajar mengajar, sehingga siswa mudah

menguasai materi yang diperlajari.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah

terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang

baik dalam proses belajar mengajar dengan

65

Page 66: 2006-2007 ips ptk

penerapan penerapan gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi. Dari data-data yang

telah diperoleh dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah

melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.

Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya

untuk masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui

bahwa siswa aktif selama proses belajar

berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya

sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai

ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan

gabungan metode ceramah dengan metode simulasi

66

Page 67: 2006-2007 ips ptk

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa

serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses

belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak,

tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah

selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan

agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar

selanjutnya penerapan gabungan metode ceramah

dengan metode simulasi dapat meningkatkan

proses belajar mengajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan

bahwa penerapan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan

67

Page 68: 2006-2007 ips ptk

belajar meningkat dari siklus I, II, dan III)

yaitu masing-masing 68,00%, 80,00%, dan 96,00%.

Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar

dengan menerapkan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap

prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada

setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dengan menerapkan gabungan

metode ceramah dengan metode simulasi yang paling

dominan adalah bekerja dengan sesama siswa,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan

68

Page 69: 2006-2007 ips ptk

diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi

dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat

dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama

pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah

penerapan gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi dengan baik. Hal ini terlihat dari

aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan

kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan

seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

69

Page 70: 2006-2007 ips ptk

1. Pembelajaran dengan menerapkan gabungan

metode ceramah dengan metode simulasi memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,

yaitu siklus I (68,00%), siklus II (80,00%),

siklus III (96,00%).

2. Penerapan gabungan metode ceramah dengan metode

simulasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa yang

ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang

menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat

dengan penerapan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi sehingga mereka menjadi

termotivasi untuk belajar.

3. Penerapan penerapan gabungan metode ceramah dengan

metode simulasi efektif untuk meningkatkan

prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

70

Page 71: 2006-2007 ips ptk

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari

uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial lebih efektif dan lebih

memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka

disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan penerapan gabungan metode

ceramah dengan metode simulasi memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus

mampu menentukan atau memilih topik yang benar-

benar bisa diterapkan dengan gabungan metode

ceramah dengan metode simulasi proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa,

guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan

berbagai metode yang berbeda, walau dalam taraf

yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat

menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

71

Page 72: 2006-2007 ips ptk

keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena

hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas I

SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi tahun pelajaran

2006/2007.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan

perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang

lebih baik.

72

Page 73: 2006-2007 ips ptk

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Wayan. 1980. Beberapa Metode Statistik Untuk KeperluanPenelitian Pendidikan. Malang: Swadaya.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar SecaraManusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan.Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers.Allin and Bacon, Inc. Boston.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalamInteraksi Edukatif. Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi.Banjarmasin.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. YayasanPenerbitan Fakultas Psikologi Universitas GajahMada. Yoyakarta.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung: Sinar Baru.

73

Page 74: 2006-2007 ips ptk

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:PT. Bumi Aksara.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses BelajarMengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta.Rineksa Cipta.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: BinaAksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Bina Aksara.

Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran.

Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:Andi Offset.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu PendekatanBaru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung:Jemmars.

74

Page 75: 2006-2007 ips ptk

75