Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap
kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi
telah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan
perumusan tujuan intruksional khusus. Jarang sekali
terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu
rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari
satu tujuan. Karenanya, guru pun selalu menggunakan
metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang
satu digunakan unutk mencapai tujuan yang satu,
sementara penggunaan metode yang lain, juga
digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah
adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran
yang telah dirumuskan.
Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah,
tenaga kependidikan yang meliputi, tenaga pendidik,
pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,
1
Page 2
peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan
berperan sebagaimana mestinya dan sebagai tenaga
kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru
yang berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang
sanggup, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya.
Tugas utama guru adalah bertanggung jawab
membantu anak didik dalam hal belajar. Dalam proses
belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan
pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi
dalam kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik
sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran berlangsung
(Combs, 1984: 11-13). Untuk memainkan peranan dan
melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru
diharapkan memiliki kemampuan professional yang
tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal
siswa-siswanya dengan baik, guru perlu memiliki
kemampuan untuk melakukan diagnosis serta mengenal
dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk
membantu siswa tumbuh sesuai dengan potensinya
masing-masing.
2
Page 3
Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang
dibedakan keluasan cakupannya, tetapi dalam konteks
kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas yang sama.
Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan
bahan pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the
stimulation of learner (Wetherington, 1986: 131-136), dan
mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan hasil
penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting
adalah perkembangan pribadi anak, sekalipun
mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan
pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap
dan kesanggupan yang konstruktif.
Dengan tercapainya tujuan dan kualitas
pembelajaran, maka dikatakan bahwa guru telah
berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan
belajar mengajar tentu saja diketahui setelah
diadakan evalusi dengan berbagai factor yang sesuai
dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh
mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat
dilihat dari daya serap anak didik dan persentase
3
Page 4
keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran khusus. Jika hanya tujuh puluh lima
persen atau lebih dari jumlah anak didik yang
mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf
keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka
proses belajar mengajar berikutnya hendaknya
ditinjau kembali.
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat
persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan
sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan.
Dalam perisiapan itu sudah terkandung tentang,
tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode
mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik
evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru
harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara
khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih,
menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat
tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang
alat-alat evaluasi.
4
Page 5
Sementara itu teknologi pembelajaran adalah
salah satu dari aspek tersebut yang cenderung
diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama
bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya
manusia pendidikan, sarana dan prasarana
pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji
lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat
pendidikan baik formal maupun non formal apalagi
tingkat Sekolah Dasar, haruslah berpusat pada
kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu
yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon
manusia seutuhnya.
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam
aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa
memanfaatkan teknologi pembelajaran yang tidak
terpaku hanya pada salah satu metode pengajaran
dalam penyampaian materi dengan tujuan agar materi
yang diajarkan dapat dengan mudah diserap peserta
didik.
5
Page 6
Khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, agar siswa dapat memahami materi yang
disampaikan guru dengan baik, maka guru dapat
memilih salah satu atau gabungan dari beberapa
metode pembelajaran, guru akan memulai membuka
pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan
yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri
dengan memberikan soal-soal kepada siswa.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka
peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh
gabungan metode ceramah dengan metode simulasi
terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil
judul “Penerapan Gabungan Metode Ceramah Dengan
Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas I SDN
GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi Tahun Pelajaran
2006/2007”.
B. Rumusan Masalah
6
Page 7
Merujuk pada uraian latar belakang di atas,
dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah gabungan metode ceramah dengan metode
simulasi berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial siswa kelas I SDN GUYUNG 4 Kec.
Gerih Kab. Ngawi Tahun Pelajaran 2006/2007?
2. Bagaimanakah pengaruh gabungan metode ceramah
dengan metode simulasi terhadap motivasi belajar
siswa kelas I SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi
Tahun Pelajaran 2006/2007?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka
tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengungkap pengaruh gabungan metode ceramah
dengan metode simulasi terhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial pada siswa kelas I SDN GUYUNG 4
Kec. Gerih Kab. Ngawi Tahun Pelajaran 2006/2007.
7
Page 8
2. Untuk mengungkap gabungan metode ceramah dengan
metode simulasi terhadap motivasi belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial pada siswa kelas I SDN GUYUNG 4
Kec. Gerih Kab. Ngawi Tahun Pelajaran 2006/2007.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam
penelitian tindakan yang berjudul “Penerapan
Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Simulasi Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial” yang dilakukan oleh peneliti, dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas I
SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi menggunakan
metode Ceramah dengan metode Simulasi dalam
menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan
minat belajar dan hasil belajar siswa kelas I SDN
GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi akan lebih baik
dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru sebelumnya".
E. Manfaat Penelitian
8
Page 9
1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat
memberikan informasi tentang gabungan metode
ceramah dengan metode simulasi dalam meningkatkan
mutu dan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
2. Guru-guru Ilmu Pengetahuan Sosial perlu
memanfaatkan teknik gabungan metode ceramah
dengan metode simulasi untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, baik dalam hal kualitas
proses maupun kualitas hasil.
3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan
bagi guru dalam hal proses pembelajaran dengan
tetap berpegang pada suatu pengertian bahwa siswa
memerlukan perhatian guru.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Metode Ceramah adalah:
Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran
dengan komunikasi lisan.
9
Page 10
2. Metode simulasi adalah:
Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang
yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu
dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana
orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa
itu berlatih memegang perenan sebagai orang lain
3. Motivasi belajar adalah:
Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam
nilai atau skor yang setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
4. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti
pelajaran.
G. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan
pembatasan masalah yang meliputi:
10
Page 11
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas I
SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi TahunPelajaran
2006/2007.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September
semester ganjil tahun ajaran 2006/2007.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan
Mengidentifikasi identitas diri, keluarga, dan
kerabat.
BAB II
11
Page 12
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo
(1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan
sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku
tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses
yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan
disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,
bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-
lain. (Soetomo, 1993: 120).
12
Page 13
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja
yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan
belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi
tertentu.
B. Metode Ceramah
1. Pengertian
Metode ceramah terkadang disebut sebagai
metode kuliah, dapat juga disebut metode
deskripsi. Sesuai dengan namanya, berceramah
dipergunakan sebagai metode mengajar.
Sedangkan menurut Hasibuan dan Mudjiono
(1981), metode ceramah adalah cara penyampaian
bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.
Jadi metode ceramah adalah metode belajar
yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang
sesuai dengan rumusan metode belajar mengajar.
13
Page 14
Penggunaan metode ceramah secara terus menerus
dalam proses belajar kurang tepat karena dapat
menimbulkan kejenuhan pada siswa.
Gambaran pengajaran dengan pendekatan ceramah
adalah sebagai berikut; guru mendominasi kegiatan
belajar mengajar, definisi dan rumus diberikannya,
contoh-contoh soal diberikan dan dekerjakan
sendiri oleh guru, langkah-langkah guru diikuti
dengan teliti oleh siswa.
2. Kebaikan Metode Ceramah
a. Dapat menamung kelas besar dan tiap siswa
mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendengarkan. Oleh karenanya biaya yang
diperlukan lebih murah.
b. Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut,
ide atau konsep dapat direncanakan dengan baik.
c. Guru dapat menekankan hal-hal yang penting,
sehingga waktu dan energi dapat digunakan
sehemat mungkin.
14
Page 15
d. Isi silabus dapat dilakukan menurut jadwal,
karena guru tidak harus menyesuaikan dengan
kecepatan belajar siswa.
e. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan
alat bantu pelajaran tidak menghambat jalanya
pelajaran.
3. Kelemahan Metode Ceramah
a. Pelajaran berjalan membosankan siswa karena
mereka tidak diberi kesempatan untuk menemukan
sendiri konsep yang diajarkan.
b. Siswa menjadi pasif hanya aktif membuat catatan
saja.
c. Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat
berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan
yang diajarkan.
d. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah
lebih cepat terlupakan.
e. Ceramah menyebabkan sistem belajar siswa
menjadi “belajar menghafal” dan tidak mengacu
pada timbulnya pengertian.
15
Page 16
4. Peranan Siswa dalamMetode Ceramah
Walaupun dalam metode ini, seluruh kegiatan
didominasi oleh guru, siswa juga berperan dalam
metode ceramah yaitu;
a. Mengadakan interpretasi terhadap keterangan
guru.
b. Mendengarkan dan memperhatikan dengan baik
keterangan guru.
c. Mengadakan asimilasi, apabila tidak ada
interpertasi yang benar.
d. Mengadakan pencatatan yang diperlukan.
5. Peranan Guru Dalam Metode Ceramah
Dalam metode ceramah, pemeran utama adalah
garu. Karena pelaksanaan metode ceramah merupakan
komunikasi satu arah, dalam arti guru mendominasi
seluruh kegiatan belajar mengajar. Berhasil
tidaknya metode ceramah tergantung sebagian besar
pada guru. Oleh karena itu ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh guru.
16
Page 17
a. Satuan bahan pelajaran apa yang disajikan pada
siswa.
b. Bagaimana menyajikan satuan bahan pelajaran
tersebut.
c. Alat-alat apa yang digunakan oleh guru
tersebut.
6. Sepuluh Saran Untuk Mengefektifkan Pengajaran
Dengan Ceramah
Berceramah merupakan salah satu dari metode
pengajaran yang paling lama digunakan, namun
apakah metode semacam ini memiliki tempat dalam
lingkungan belajar aktif? Karema terlalu sering
digunakan, metode ceramah tidak akan mengantarkan
pada pembelajaran, namun ada kalanya cara ini bisa
efektif. Agar bisa efektif, guru harus terlebih
dahulu membangkitkan minat, memaksimalkan
pemahaman dan pengingatan, melibatkan siswa selama
penceramahan, dan menekankan kembali apa yang
telah disajikan. Berikut adalah sejumlah pilihan
untuk melakukan hal itu.
17
Page 18
a. Membangkitkan Minat
- Paparkan kisah atau tayangan menarik:
Sajikan anekdot yang relevan, kisah fiksi,
kartun, atau gambar grafis yang bisa menarik
perhatian siswa terhadap apa yang akan anda
ajaran.
- Ajuan soal cerita: Ajukan soal yang nantinya
akan menjadikan sajian dalam ceramah
pengajaran.
- Pertanyaan penguji: Ajukan pertanyaan kepada
siswa (sekalipun mereka baru sedikit
memiliki pengetahuan tentang mata pelajaran)
atau mereka termotivasi untuk mendengarkan
ceramah dalam rangka mendapatkan jawabannya.
b. Memaksimalkan Pemahaman dan Pengingatan
- Headline/kepala berita: Susunlah kembali
poin-poin utama dalam ceramah menjadi kata-
kata kunci yang berfungsi sebagai subjudul
verbal atau bantuan mengingat.
18
Page 19
- Contoh dan analogi: Berikan gambaran nyata
tentang gagasan dalam perencanaan dan, jika
memungkinkan, buatlah perbandingan antara
materi dengan pengetahuan dan pengalaman
yang siswa miliki.
- Cadangan visual: Gunakan grafik lipat,
transparansi, buku pegangan dan peragan yang
memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa
yang guru katakan.
c. Melibatkan Siswa Perceramahan
- Tantangan kecil: Lakukan interupsi ceramah
secara berkala dan tantanglah siswa untuk
memberikan contoh tentang konsep-konsep yang
telah disajikan selama ini atau untuk
menjawab pertanyaan kuis ringan.
- Latihan yang memperjelas: Selama menyajikan
materi selingilah dengan kegiatan yang
memperjelas hal-hal yang disampaikan.
d. Memperkuat Apa yang Telah Disampaikan
19
Page 20
- Soal penerangan: Ajukan masalah atau
pertanyaan untuk dipecahkan oleh siswa
berdasarkan informasi yang disampaikan
selama pengajaran.
- Tinjauan siswa: Perintahkan siswa untuk
meninjau tes dari penyampaian pelajaran
kepada sesama siswa, atau berilah mereka tes
penilaian diri.
C. Simulasi
Dalam pengajaran modern teknik ini telah banyak
dilaksanakan, sehingga siswa bisa berperan seperti
orang-orang atau dalam keadaan yang dikehendaki.
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk
berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan
tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih
mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan
berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang
peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai
bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah: peer-teancing,
sosiodrama, psikodrama, simulasi game dan role prlaying.
20
Page 21
Contohnya: siswa melatih mengajar di depan
kelas, berperan sebagai buru. Dalam pengajaran
konpeksi, siswa berperan sebagai manager,
penggunting bahan, penjahit, mereka sedang
memerankan sekelompok orang yang mengelola konpeksi
pakaian.
Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena:
- Menyenangkan siswa.
- Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas
siswa.
- Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa
memerlukan lingkungan yang sebenarnya.
- Mengurangi hal-hal yang verbalistis atau abstrak.
- Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan
mendalam.
- Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang
memberi kemungkinan timbulnya keutuhan dan
kegotong-royongan serta kekeluargaan yang sehat.
- Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang
lamban/ kurang cakap.
21
Page 22
- Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
- Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat abilitas
yang berbeda-beda.
Walaupun teknik ini baik dan memiliki
keunggulan, tetapi masih juga mempunyai kelemahan
ialah:
- Efektivitas dalam memajukan belajar siswa belum
dapat dilaporkan oleh riset.
- Terlalu mahal biayanya.
- Banyak orang meragukan hasilnya karena sering
tidak diikutsertakannya elemen-elemen yang
penting.
- Menghendaki pengelompokan yang fleksibel, perlu
ruang dan gedung.
- Menghendaki banyak imajinasi dari guru maupun
siswa.
- Menumbuhkan hubungan informasi antara guru dan
siswa yang melebihi batas.
- Sering mendapat kritik dari orang tua karena
dianggap permainan saja.
22
Page 23
Bila guru mampu mengurangi kelemahan-kelemahan
itu, maka pelaksanaan teknik simulasi akan berhasil
sekali.
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan
seserang atau organisme yang menyebabkan kesiapan
kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku
atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2000: 114)
motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah
energi dalam diri seseorang kedalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
23
Page 24
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan
sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar tidak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang
termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih
baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang
mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.
1. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
dari dalam individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
24
Page 25
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya
ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman,
2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2000: 115),
motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:
105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk
membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan
siswa.
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi
pelajaran sebatas yang pokok.
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa
untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan
sumber belajar di sekolah.
25
Page 26
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa
atas pekerjaannya.
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil
pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul
dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki
motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar
akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia
mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya
seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang
tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya
(Usman, 2000: 29).
26
Page 27
Sedangkan menurut Djamarah (2000: 117),
motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang
dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi
ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik
antata lain:
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha
menciptakan persaingan diantara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat):
Pada awal kegiatan belajar mengajar guru,
hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada
siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan
demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK
tersebut.
27
Page 28
3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu
untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan,
makin besar nilai tujuan bagi individu yang
bersangkutan dan makin besar pula motivasi
dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat
menimbulkan rasa puas, kesenangan dan
kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.
Dengan demikian, guru hendaknya banyak
memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih
sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan
bimbingan guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika
individu memiliki minat yang besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya
semua siswa mau belajar dengan tujuan
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti
dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak
belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi,
28
Page 29
bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan
ulangan lisan, barulah siswa giat belajar
dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang
baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan
motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan,
untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain
sebagainya.
E. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur
di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar.
Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai
pebelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana
dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
29
Page 30
dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku, atu memaknai sesuatu yang diperoleh.
Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil
belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah
dicapai oleh si pebelajar.
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat
kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya
sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi
belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat
bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan
pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih
dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan
bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan
prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas
jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu,
satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi
belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek,
30
Page 31
misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan
harian dan sebagainya.
Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian
hasil adalah sebagai berikut: Keberhasilan murid
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil
tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904),
yang memberikan penjelasan tentang hasil belajar
sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga
atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”,
sedangkan Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa
“hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang
secara langsung dapat diukur”.
Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya,
hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Hasil belajar yang berupa kemampuan
keterampilan atau kecakapan di dalam melakukan
atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di
dalamnya ketermpilan menggunakan alat.
31
Page 32
b. Hasil belajar yang berupa kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang
dikerjakan.
c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap
dan tingkah laku.
F. Materi Ilmu Pengetahuan Sosial
Pada saat ini sedikit perhatian yang ditujukan
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
mengembangkan model-model yang sistematis.
Pembelajaran dengan ceramah dan Tanya jawab
merupakan strategi yang paling sering digunakan
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Guru
mendominasi pembicaraan dan buku-buku konvensional
masih merupakan sumber belajar yang primer. Dengan
cara yang seperti ini tidak mengherankan kalau siswa
cenderung secara umum apatis terhadap gejala sosial.
Karena yang ditemukan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial hanya fakta-fakta dan bukan ide-
ide (Armento: 1986) sebagai mana dikutip Karwono
(1993: 61).
32
Page 33
Sebagian besar penelitian tentang pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial telah mengkaji hubungan
antara teknik-teknik pembelajaran dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa. Penelitian banyak
dilakukan untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang
stabil antara fenomena-fenomena pembelajaran yang
dipilih. Penelitian pada variabel pembelajaran
cenderung untuk menggambarkan perhatian umum di
bidang teknik penyelidikan inovatif dan reflektif.
Topik-topik yang lain menggambarkan refleksi sifat
dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan
kurangnya konsensus pada definisi yang jelas dari
tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial. Perilaku siswa
dianggap sebagai hasil pembelajaran.
33
Page 34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
(action research), karena penelitian dilakukan untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran
diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat
dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti,
1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi
empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)
penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan
terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk
guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh
penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil
pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat
34
Page 35
dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama
dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di
kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti
biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan
cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif
mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan
dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data
yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Kelas I
SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya
penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada
35
Page 36
bulan September semester ganjil Tahun pelajaran
2006/2007.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas I
SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi pada pokok
bahasan Mengidentifikasi identitas diri, keluarga,
dan kerabat.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan
itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek
pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis
36
Page 37
reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
(Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih,
yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis
dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan),
dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari
37
Page 38
tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan
penelitian peneliti menyusun rumusan masalah,
tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau
38
Refleksi
Tindakan/ObservasiRefleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Rencana awal/ranca
ngan
Rencana yang
direvisi
Rencana yang
direvisi
Putaran 1
Putaran 2
Putaran 3
Page 39
dampak dari diterapkannya metode pembelajaran
model gabungan ceramah dan simulasi.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan
yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil
refleksi dari pengamat membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu
putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai
perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri
dengan tes formatif di akhir masing putaran.
Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.
39
Page 40
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas,
serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP
berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian
hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan
kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa
untuk membantu proses pengumpulan data hasil
kegiatan pemberian tugas.
40
Page 41
4. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk
mengukur kemampuan pemahaman konsep IPS pada pokok
bahasan peristiwa sekitar proklamasi. Tes formatif
ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal
yang diberikan adalah pilihan guru (objektif).
Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang
telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan
analisis butir soal tes yang telah diuji validitas
dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang baik dan
memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data.
Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai
berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item
digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan
masing-masing butir soal. Sehingga dapat
ditentukan butir soal yang gagal dan yang
41
Page 42
diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung
dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi
Arikunto, 2001: 72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product
moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian
ini menggunakan rumus belah dua sebagai
berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 93)
Dengan:r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah
disesuaikan
42
Page 43
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap
belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11
dari perhitungan lebih besar dari harga r pada
tabel product moment maka tes tersebut
reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran.
Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf
kesukaran adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B : banyak siswa yang menjawab soal
dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran
soal adalah sebagai berikut:
43
Page 44
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah
sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah
sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah
mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu
soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda desebut indeks
diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai
berikut:
(Suharsimi Arikunto,
2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
44
Page 45
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab
dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang
menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan
daya pembeda butir soal sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah
jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah
cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah
baik
45
Page 46
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah
sangat baik
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui observasi pengolahan kegiatan
belajar mengajar dengan gabungan metode ceramah
dengan metode simulasi, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data.
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian
yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta
sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan
untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa
juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
46
Page 47
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau
persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar
mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada
setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan
jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
47
Page 48
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu
secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum
1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah
tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau
nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di
kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai
daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk
menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:
48
Page 49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji
coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan
pengelolaan gabungan metode ceramah dengan metode
simulasi, dan data tes formatif siswa pada setiap
siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan
untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa
yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis
tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya pembeda.
49
Page 50
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkan gabungan
metode ceramah dengan metode simulasi.
A. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui
instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes
yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar
sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan
meliputi:
1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk
mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan
sebagai Instrumen dalam penelitian ini. Dari
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid
dan 30 soal valid. Hasil dari validits soal-soal
dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak
Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid
50
Page 51
1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14,17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29,30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44,46
2, 3, 8, 15, 16, 18,20, 22, 24, 31, 32,33, 34, 35, 40, 45
2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat
validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil
perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11
sebesar 0, 739. Harga ini lebih besar dari harga r
product moment. Untuk jumlah siswa (N = 25) dengan
r (95%) = 0,396. Dengan demikian soal-soal tes
yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui
tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan
dari 46 soal yang diuji terdapat:
- 21 soal mudah
- 15 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
51
Page 52
Analisis daya pembeda dilakukan untuk
mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh
soal yang berkriteria jelek sebanyak 15 soal,
berkriteria cukup 22 soal, berkriteria baik 8
soal, dan yang berkriteria tidak baik 1 soal.
Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas,
taraf kesukaran, dan daya pembeda.
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1
dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain
itu juga dipersiapkan lembar observasi
52
Page 53
pengolaan gabungan metode ceramah dengan metode
simulasi.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 6
September 2006 di kelas I SDN GUYUNG 4 Kec.
Gerih Kab. Ngawi dengan jumlah siswa 24 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
beriku.
53
Page 54
Table 2. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I
No. Urut Nilai
Keterangan No. Urut Nilai
KeteranganT TT T TT
1 70 √ 14 80 √2 60 √ 15 70 √3 70 √ 16 40 √4 80 √ 17 80 √5 80 √ 18 60 √6 70 √ 19 50 √7 70 √ 20 80 √8 50 √ 21 60 √9 70 √ 22 80 √10 60 √ 23 70 √11 70 √ 24 70 √12 90 √13 60 √ jumlah 740 7 4
Jumlah 900 9 4Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400Jumlah Skor Tercapai 1640Rata-Rata Skor Tercapai 68,80
Keterangan: T :
Tuntas
TT : Tidak
Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas
: 17
Jumlah siswa yang belum tuntas
: 8
54
Page 55
Klasikal : Belum
tuntas
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siswa pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
68,8017
68,00
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan penerapan gabungan metode
ceramah dengan metode simulasi diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 68,80
dan ketuntasan belajar mencapai 68,00% atau ada
17 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥
65 hanya sebesar 68,00% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
55
Page 56
masih merasa asing dan bingung dengan gabungan
metode ceramah dengan metode simulasi yang
diterapkan dalam proses belajar mengajar.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang begitu antusias selama
pembelajaran berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada
siklus I ini masih terdapat kekurangan,
sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan
pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi
siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak
56
Page 57
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan
yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-informasi yang
dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat
dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa
lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 13
September 2006 di Kelas I SDN GUYUNG 4 Kec.
Gerih Kab. Ngawi dengan jumlah siswa 24 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
57
Page 58
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi
pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II
adalah sebagai berikut.
Table 4. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus
II
No. Urut Nilai
Keterangan No. Urut Nilai
KeteranganT TT T TT
1 100 √ 14 80 √2 60 √ 15 80 √3 80 √ 16 60 √4 70 √ 17 80 √5 90 √ 18 70 √6 70 √ 19 60 √
58
Page 59
7 70 √ 20 100 √8 60 √ 21 60 √9 70 √ 22 90 √10 80 √ 23 70 √11 70 √ 24 80 √12 90 √13 70 √ Jumlah 820 8 3
Jumlah 980 11 2Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400Jumlah Skor Tercapai 1800Rata-Rata Skor Tercapai 75,60
Keterangan: T :
Tuntas
TT : Tidak
Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas
: 20
Jumlah siswa yang belum tuntas
: 5
Klasikal : Belum
tuntas
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siswa pada Siklus II
No Uraian Hasil SiklusII
59
Page 60
123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
75,6020
80,00
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-
rata prestasi belajar siswa adalah 75,60 dan
ketuntasan belajar mencapai 80,00% atau ada 20
siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah
mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar
siswa ini karena siswa-siswa telah mulai
terbiasa dengan metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru, disamping itu peningkatan
ini karena guru mengimformasikan bahwa setiap
akhir dari proses belajar mengajar akan
diadakan tes, sehingga siswa sudah siap
sebelumnya.
c. Refleksi
60
Page 61
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus
II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.
Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat
membuat siswa lebih termotivasi selama proses
belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga
tidak ada perasaan takut dalam diri siswa
baik untuk mengemukakan pendapat atau
bertanya.
61
Page 62
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh
soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa
untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar
mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 20
September 2006 di Kelas I SDN GUYUNG 4 Kec.
Gerih Kab. Ngawi dengan jumlah siswa 24 siswa.
62
Page 63
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi
pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
III. Adapun data hasil penelitian pada siklus
III adalah sebagai berikut.
Table 6. Distribusi Nilai Tes Pada
Siklus III
No. Urut Nilai
Keterangan No. Urut Nilai
KeteranganT TT T TT
1 90 √ 14 90 √
63
Page 64
2 70 √ 15 80 √3 70 √ 16 80 √4 70 √ 17 70 √5 80 √ 18 80 √6 70 √ 19 60 √7 80 √ 20 100 √8 80 √ 21 80 √9 70 √ 22 80 √10 90 √ 23 70 √11 70 √ 24 80 √12 90 √13 70 √ jumlah 870 10 1
Jumlah 1000 13 -Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400Jumlah Skor Tercapai 1870Rata-Rata Skor Tercapai 78,00
Keterangan: T :
Tuntas
TT : Tidak
Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas
: 24
Jumlah siswa yang belum tuntas
: 1
Klasikal : Tuntas
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siswa pada Siklus III
64
Page 65
No Uraian Hasil Siklus III123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
78,0024
96,00
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai
rata-rata tes formatif sebesar 78,00 dan dari
25 siswa yang telah tuntas sebanyak 24 siswa
dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang
telah tercapai sebesar 96,00% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus
II. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan dari kemampuan guru dalam proses
belajar mengajar, sehingga siswa mudah
menguasai materi yang diperlajari.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang
baik dalam proses belajar mengajar dengan
65
Page 66
penerapan penerapan gabungan metode ceramah
dengan metode simulasi. Dari data-data yang
telah diperoleh dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya
untuk masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui
bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai
ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan
gabungan metode ceramah dengan metode simulasi
66
Page 67
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses
belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak,
tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah
selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan gabungan metode ceramah
dengan metode simulasi dapat meningkatkan
proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan
bahwa penerapan gabungan metode ceramah dengan
metode simulasi memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan
67
Page 68
belajar meningkat dari siklus I, II, dan III)
yaitu masing-masing 68,00%, 80,00%, dan 96,00%.
Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
dengan menerapkan gabungan metode ceramah dengan
metode simulasi dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan menerapkan gabungan
metode ceramah dengan metode simulasi yang paling
dominan adalah bekerja dengan sesama siswa,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan
68
Page 69
diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat
dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah
penerapan gabungan metode ceramah dengan metode
simulasi dengan baik. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
69
Page 70
1. Pembelajaran dengan menerapkan gabungan
metode ceramah dengan metode simulasi memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,
yaitu siklus I (68,00%), siklus II (80,00%),
siklus III (96,00%).
2. Penerapan gabungan metode ceramah dengan metode
simulasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang
ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan penerapan gabungan metode ceramah dengan
metode simulasi sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
3. Penerapan penerapan gabungan metode ceramah dengan
metode simulasi efektif untuk meningkatkan
prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
70
Page 71
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari
uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan penerapan gabungan metode
ceramah dengan metode simulasi memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus
mampu menentukan atau memilih topik yang benar-
benar bisa diterapkan dengan gabungan metode
ceramah dengan metode simulasi proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa,
guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan
berbagai metode yang berbeda, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat
menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
71
Page 72
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena
hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas I
SDN GUYUNG 4 Kec. Gerih Kab. Ngawi tahun pelajaran
2006/2007.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang
lebih baik.
72
Page 73
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Wayan. 1980. Beberapa Metode Statistik Untuk KeperluanPenelitian Pendidikan. Malang: Swadaya.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar SecaraManusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan.Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.
Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers.Allin and Bacon, Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalamInteraksi Edukatif. Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi.Banjarmasin.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. YayasanPenerbitan Fakultas Psikologi Universitas GajahMada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung: Sinar Baru.
73
Page 74
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses BelajarMengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta.Rineksa Cipta.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: BinaAksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Bina Aksara.
Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran.
Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:Andi Offset.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu PendekatanBaru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung:Jemmars.
74