2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan dalam operasi penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas perahu atau kapal penangkapan ikan, alat penangkapan ikan dan nelayan. Jika satu perahu atau kapal dalam satu tahun operasi menggunakan dua jenis alat yang berbeda-beda dalam waktu yang berbeda pula, maka jumlah unit penangkapan dihitung dua. Selain itu, unit penangkapan ikan diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi jenis alat tangkap yang mengikuti standar di Indonesia (Ditjen Perikanan Tangkap, 2004). 2.1.1 Alat penangkapan ikan Berbagai ahli telah melakukan klasifikasi teknik penangkapan ikan. Terdapat perbedaan pengklasifikasian dari masing-masing ahli karena perbedaan titik pandang, tujuan dan kondisi perairan. Namun, prinsip dasar dari pengklasifikasian adalah bagaimana ikan itu tertangkap. Nomura dan Yamazaki (1975) mengklasifikasikan alat penangkapan ikan menjadi 9 jenis, yang terdiri dari 7 alat tangkap dikategorikan menggunakan jaring, 1 alat tangkap pancing, dan 1 alat tangkap lainnya. Alat tangkap dan teknik penangkapan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Alat tangkap yang memakai jaring (netting gear) (i) Gil net yaitu semua jenis jaring (surface gill net, mid water gill net, bottom gill net, dan sweeping gill net) kecuali jaring yang menangkap ikan secara terbelit. (ii) Entangle net yaitu jaring yang menangkap ikan secara terbelit misalnya tuna drift net dan trammel net. (iii) Towing net, yaitu kelompok jaring yang dalam operasinya ditarik atau didorong dan berkantong misalnya beach seine, cantrang, trawl. (iv) Lift net, yaitu semua jenis jaring angkat misalnya floating lift net, bottom lift net. (v) Surronding net, yaitu menangkap ikan dengan melingkari gerombolan ikan dan ikan masuk ke kantong atau kantong bentukan, misalnya purse seine. Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
28
Embed
2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Pembukaan mulut jaring payang ditentukan oleh adanya beberapa pelampung dan pemberat. Fungsi pelampung adalah untuk mempertahankan bentuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan dalam operasi penangkapan
ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas perahu atau kapal penangkapan ikan, alat
penangkapan ikan dan nelayan. Jika satu perahu atau kapal dalam satu tahun operasi
menggunakan dua jenis alat yang berbeda-beda dalam waktu yang berbeda pula,
maka jumlah unit penangkapan dihitung dua. Selain itu, unit penangkapan ikan
diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi jenis alat tangkap yang mengikuti standar
di Indonesia (Ditjen Perikanan Tangkap, 2004).
2.1.1 Alat penangkapan ikan
Berbagai ahli telah melakukan klasifikasi teknik penangkapan ikan. Terdapat
perbedaan pengklasifikasian dari masing-masing ahli karena perbedaan titik
pandang, tujuan dan kondisi perairan. Namun, prinsip dasar dari pengklasifikasian
adalah bagaimana ikan itu tertangkap.
Nomura dan Yamazaki (1975) mengklasifikasikan alat penangkapan ikan
menjadi 9 jenis, yang terdiri dari 7 alat tangkap dikategorikan menggunakan jaring,
1 alat tangkap pancing, dan 1 alat tangkap lainnya. Alat tangkap dan teknik
penangkapan tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Alat tangkap yang memakai jaring (netting gear)
(i) Gil net yaitu semua jenis jaring (surface gill net, mid water gill net, bottom
gill net, dan sweeping gill net) kecuali jaring yang menangkap ikan secara
terbelit.
(ii) Entangle net yaitu jaring yang menangkap ikan secara terbelit misalnya
tuna drift net dan trammel net.
(iii) Towing net, yaitu kelompok jaring yang dalam operasinya ditarik atau
didorong dan berkantong misalnya beach seine, cantrang, trawl.
(iv) Lift net, yaitu semua jenis jaring angkat misalnya floating lift net, bottom lift
net.
(v) Surronding net, yaitu menangkap ikan dengan melingkari gerombolan ikan
dan ikan masuk ke kantong atau kantong bentukan, misalnya purse seine.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
(10) Surrounding nets yaitu alat tangkap yang melingkari gerombolan ikan dengan menutup pada bagian tepi dan bagian bawah jaring, (misalnya pada alat tangkap purse seine).
(11) Drive in nets (biasanya alat tangkapnya skala kecil, misalnya jaring yang ditarik dengan tangan untuk menangkap ikan).
(12) Lift nets yaitu semua jenis jaring angkat (misalnya bagan). (13) Falling gear, yaitu alat tangkap yang cara penangkapannya dilakukan dengan
membuang alat dari atas ke bawah (misalnya jala lempar). (14) Gill nets yaitu semua jenis jaring insang (misalnya jaring insang hanyut). (15) Tangle nets yaitu penangkapan dengan alat tangkap jaring, dengan maksud
agar ikan terbelit misalnya jaring listrik. (16) Harvesting machines yaitu semua jenis alat tangkap yang disebutkan di atas
yang semua penanganannya dengan mesin (misalnya fish pump).
Secara umum standar alat tangkap perikanan laut di Indonesia menurut
Ditjen Perikanan Tangkap DKP, (2004) diklasifikasikan sebagai berikut :
(1) Pukat udang (shrimp net)
(2) Pukat kantong (seine net), yang terdiri dari :
(i) Payang (termasuk lampara)
(ii) Dogol
(iii) Pukat pantai
(3) Pukat cincin (purse seine)
(4) Jaring insang (gill net)
(i) Jaring inang hanyut
(ii) Jaring isang lingkar
(iii) Jaring klitik
(iv) Jaring insang tetap
(v) Jaring net
(5) Jaring angkat (lift net)
(i) Bagan perahu/rakit
(ii) Bagan tancap (termasuk kelong)
(iii) Serok
(iv) Jaring angkat lainnya
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
(6) Pancing (hook and lines) (i) Rawai tuna (ii) Rawai hanyut lain selain rawai tuna (iii) Rawai tetap (iv) Huhate (v) Pancing yang lain (vi) Pancing tonda
(7) Perangkap (traps) (i) Sero (ii) Jermal (iii) Bubu (iv) Perangkap lainnya
(8) Alat pengumpul kerang dan rumput (shell fish and seaweed collection) (i) Alat pengumpul (ii) Alat pengumpul rumput laut
(9) Muro ami (10) Lain-lain, seperti: jala, tombak, dan lain-lain.
Alat penangkapan ikan yang digunakan nelayan di Kabupaten Lampung
Selatan cukup banyak jenisnya. Dari sekian banyak jenis alat tangkap yang ada,
terdapat 14 (empat belas) unit penangkapan ikan yang masih digunakan, yaitu :
(1) Payang
Menurut klasifikasi Von Brandt (1984), payang termasuk ke dalam kelompok
besar ”Seine Net”, yaitu alat tangkap yang memiliki warp penarik yang sangat
panjang dengan cara melingkari area atau wilayah seluas-luasnya dan kemudian
menariknya ke kapal atau pantai. Seine net telah ditemukan sejak abad ketiga
sebelum Masehi di Phoenicia, Mesir dan Yunani kuno. Bangsa Romawi
menggunakannya dalam kegiatan penangkapan ikan dan menyebarkannya ke daerah
Eropa seiring dengan pendudukan yang dilakukannya.
Alat tangkap yang termasuk ke dalam kelompok payang adalah payang teri atau
tongkol (boat seine), dogol dan pukat pantai (beach seine). Jaring pada payang
terdiri atas kantong, dua sayap, dua tali ris, tali selambar, serta pelampung dan
pemberat. Kantong merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut, semakin ke
ujung mata jaringnya semakin kecil. Ikan hasil tangkapan akan terkumpul di bagian
kantong ini, semakin kecil ukuran mata jaring, maka akan semakin kecil
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
memanjang, dan sebagainya. Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau
tanpa umpan.
Bubu yang banyak dioperasikan di perairan Kabupaten Lampung Selatan untuk menangkap berbagai jenis ikan karang. Umumnya, bubu yang digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu: (i) Badan atau tubuh bubu
Badan atau tubuh bubu umumnya terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk empat persegipanjang dengan panjang 125 cm, lebar 80 cm dan tinggi 40 cm. Bagian ini dilengkapi dengan pemberat dari batu bata (bisa juga pemberat lainnya) yang berfungsi untuk menenggelamkan bubu ke dasar perairan yang terletak pada keempat sudut bubu.
(ii) Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan terletak pada sisi bagian bawah bubu. Lubang ini berdiameter 35 cm, posisinya tepat di belakang mulut bubu. Lubang ini dilengkapi dengan penutup.
(iii) Mulut bubu Mulut bubu berfungsi sebagai tempat masuknya ikan yang terletak pada bagian depan badan bubu. Posisi mulut bubu menjorok ke dalam badan atau tubuh bubu berbentuk tabung. Semakin ke dalam diameter lubangnya semakin mengecil. Pada bagian mulut bagian dalam melengkung ke bawah sepanjang 15 cm. Lengkungan ini berfungsi agar ikan yang masuk sulit untuk meloloskan diri keluar.
Sebelum alat tangkap bubu dimasukkan ke dalam perairan maka terlebih dahulu dilakukan penentuan daerah penangkapan. Penentuan daerah penangkapan tersebut didasarkan pada tempat yang diperkirakan banyak terdapat ikan demersal, yang biasanya ditandai dengan banyaknya terumbu karang atau berdasarkan pengalaman nelayan.
Bagi bubu yang tidak menggunakan umpan, setelah tiba di daerah penangkapan, maka dilakukan penurunan pelampung tanda, dilanjutkan penurunan bubu beserta pemberatnya. Untuk bubu yang menggunakan umpan (biasanya dari ikan) terlebih dahulu diberi umpan lalu dimasukkan ke dalam perairan. Setelah posisinya dianggap baik maka pemasangan bubu dianggap selesai. Pada beberapa waktu kemudian (1-3 hari) pengangkatan bubu dilakukan.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Adapun tahap pengoperasian alat tangkap bagan perahu adalah sebagai berikut:
(i) Setting, jaring diturunkan sampai pada kedalaman tertentu sesuai dengan banyaknya lampu petromak yang digunakan. Lama jaring di dalam air adalah 1-2 jam atau tergantung banyaknya ikan yang terkumpul, keadaan daerah serta musim penangkapan.
(ii) Lampu petromak digunakan sebagai alat bantu untuk menarik perhatian ikan pada saat operasi penangkapan. Banyaknya lampu yang digunakan biasanya 2 hingga 4 buah, lampu mulai dinyalakan setelah jaring diturunkan, kemudian dipasang pada saat mulai gelap. Pemasangan lampu dilakukan dengan cara menggantungkan lampu tersebut pada sebilah bambu dengan jarak + 1 meter dari permukaan laut.
(iii) Hauling, jaring diangkat dari dalam perairan secara berlahan-lahan ketika jaring mulai mendekat permukaan. Hal ini disebabkan agar ikan-ikan yang sudah terkumpul didalam jaring tidak kaget dan meloloskan diri. Penarikan jaring dilakukan dengan menggunakan roller.
(iv) Ikan yang sudah terkumpul didalam jaring, kemudian diarahkan pada satu sisi untuk memudahkan dalam pengambilan hasil tangkapan yang menggunakan alat bantu serok bergagang besi panjang.
(v) Ikan yang sudah diambil dengan serok, kemudian ditampung dalam sebuah keranjang.
(vi) Setelah itu jaring perlahan-lahan diturunkan untuk dioperasikan kembali, selanjutnya dilakukan penyortiran terhadap ikan berdasarkan ukuran dan jenis ikan.
(10) Hand line Hand line (pancing tangan) adalah salah satu alat tangkap yang dikenal oleh
masyarakat luas, utamanya di kalangan nelayan. Pancing prinsipnya terdiri dari dua
kelompok utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook).
Tali pancing biasanya terbuat dari bahan nylon monofilament. Keuntungan dari
jenis tali pancing jenis nylon monofilament yaitu kuat, tahan lama dan tidak busuk
dalam air. Sedangkan untuk mata pancing umumnya terbuat dari baja atau bahan
yang anti karat dan mempunyai berkait balik. Panjang tali pancing bervariasi antara
100 m sampai 200 m, dan ukuran tali pancing bernomor 100 atau 500. Pemberat
berbentuk kerucut dengan diameter 4 cm, tinggi 6 cm dan berat 500 gram. Kapal
yang digunakan terbuat dari kayu dengan panjang 10 m, lebar 3 m tinggi 1,10 m.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
zona II atau jalur 2 dengan jarak 4 mil – 8 mil dari garis pantai. Perikanan skala
besar merupakan perikanan industri yang menggunakan mesin dalam dengan
kekuatan < 200 HP atau 100 GT dan jalur operasinya pada jalur 3 dan 4 dengan jarak
8 mil – 12 mil dari garis pantai dan atau > 12 mil. Selanjutnya Soekarsono (1995),
mengklasifikasikan kapal perikanan menurut fungsinya, yaitu kapal tonda (troller),
kapal rawai dasar (bottom long liner), kapal rawai tuna (tuna long liner), kapal pukat
cincin (purse seiner), kapal jaring insang (gillnetter), kapal bubu (pot fishing vessel),
kapal pikat udang (shrimp trawler), kapal set net, kapal pengangkut ikan dan jenis
kapal lainnya.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki jumlah perahu/kapal penangkapan ikan dengan kategori: (1) Perahu tanpa motor yang terdiri dari: jukung, perahu papan kecil, sedang dan besar, (2) Perahu motor tempel dan, (3) Kapal motor yang terdiri dari: 0-5 GT, 5-10 GT dan 10-20 GT.
Perahu atau kapal yang digunakan nelayan Kabupaten Lampung Selatan
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu perahu tanpa motor (PTM),
perahu motor tempel (PMT), dan kapal motor (KM). Perahu tanpa motor dan perahu
motor tempel merupakan jenis perahu yang mendominasi kegiatan penangkapan
ikan, karena harga perahu ini terjangkau bagi sebagian besar nelayan di Kabupaten
Lampung Selatan. Perkembangan perahu/kapal penangkapan ikan di Kabupaten
Lampung Selatan terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah perahu/kapal perikanan tangkap Kabupaten Lampung Selatan (2000-2005)
Kategori Perahu/Kapal (unit) Dengan perahu tanpa motor Dengan kapal motor
Perahu papan Ukuran kapal motor (GT) Tahun Jukung Kecil Sedang Besar
penarik jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar,
nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkapan ikan)
sebagai mata pencaharian”. Inti pengertian batasan ini menyatakan, bahwa nelayan
adalah pekerjaan orang yang kerja utamanya menangkap ikan. Batasan pengertian
yang ada pada ensiklopedi Indonesia itu, tampaknya diikuti sama persis didalam
statistik perikanan Indonesia dalam angka, 1992 yang dikeluarkan oleh Departemen
Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta 1995, bunyinya adalah sebagai
berikut: ”Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan/binantang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan
pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan kedalam
perahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan,
tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkap dimasukkan
sebagai nelayan”. Menurut Undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan
pasal 1 ayat 10 disebutkan, Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan. Selanjutnya pada pasal 1 ayat 11 disebutkan, Nelayan
kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi
penangkapan, nelayan diklasifikasikan sebagai berikut :
(1) Nelayan penuh: yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air.
(2) Nelayan sambilan utama: yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Di samping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain.
(3) Nelayan sambilan tambahan: yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan. Nelayan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan sebagai besar merupakan nelayan kecil yang melakukan pekerjaan operasi penangkapannya sebagai nelayan penuh dan nelayan sambilan utama. Adapun perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
perikanan multi spesies. Sumberdaya perikanan dikelompokkan menjadi kelompok
sumberdaya perikanan demersal dan pelagis (Direktorat Jenderal Perikanan, 1997).
Secara umum sumberdaya hayati laut dapat dikelompokkan ke dalam
4 kelompok (Naamin dan Badrudin, 1992 yang diacu dalam Ihsan, 2000) :
(1) Sumberdaya ikan demersal, yaitu jenis ikan yang hidup di atau dekat dasar perairan.
(2) Sumberdaya pelagis kecil, yaitu jenis ikan yang berada di sekitar permukaan. (3) Sumberdaya ikan pelagis besar, yaitu jenis ikan oseanik yang bermigrasi sangat
jauh (seperti tuna dan cakalang) dan, (4) Sumberdaya udang dan biota laut non ikan lainnya.
Sumberdaya perikanan tangkap yang didaratkan nelayan di Kabupaten
Lampung Selatan cukup beragam. Namun dari sekian banyak ikan yang didaratkan
tersebut, terdapat 14 (empat belas) jenis ikan utama yang didaratkan seperti ikan
kembung (Indian mackerel), teri (anchovies), selar (trevallies), kurisi (threadfin
breams), kuwe (trevallin), tongkol (eastem little tuna), tenggiri (narrow barred king
Dengan mempertimbangkan berbagai kendala dalam pendekatan sistem, maka pengkajian suatu permasalahan sebaiknya memenuhi karakteristik : (1) Komplek, dimana interaksi antar elemen cukup rumit, (2) Dinamis, dalam arti faktornya ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan (3) Probabilistik, yaitu diperlukan fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi. Menurut Eriyatno (1999), terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan pokok oleh para ahli sistem dalam merekayasa solusi permasalahan, yaitu (1) Sibernetik (cybernetic), artinya berorientasi pada tujuan, (2) Holistik (holistic), yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, dan (3) Efektif (effectiveness), yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan dari pada pendalaman teoritis untuk mencapai efisiensi keputusan.
2.5 Pengambilan Keputusan
AHP (Analytical Hierarchy Procces) adalah salah satu alat analisis (tools analysis) pendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan, alokasi sumberdaya, serta penentuan bobot dan prioritas alternatif strategi atau kebijakan (Saaty, 1988), bahkan bisa juga digunakan untuk memilih portofolio, analisis biaya manfaat, peramalan, dan lain-lain (Mulyono, 1996). Metode ini dapat digunakan untuk kondisi pengambilan keputusan banyak kriteria, ketidakpastian serta ketidaksempurnaan data dan informasi, dan dibutuhkan segera untuk diimplementasikan. AHP merupakan suatu pendekatan sistem yang digunakan untuk menelaah konsistensi dari suatu kebijakan strategi yang bersifat hirarki. Kompleksitas permasalahan yang terkait dengan pengambilan keputusan distrukturkan dalam bentuk hirarki dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif terhadap alternatif keputusan.
Metode ini dkembangkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty pada tahun
1970. Mulyono (1999) menyatakan bahwa pendekatan AHP adalah salah satu bentuk
operations research (OR) yang sudah kembali pada ciri operasionalnya. Metode ini
telah diaplikasikan dalam berbagai bidang ekonomi, sosial, dan manajemen. Expert
Choice adalah software (program komputer) yang umum digunakan untuk membantu
proses analisis AHP, karena disain program ini telah disesuaikan dengan kebutuhan
proses analisis dan dibangun untuk memudahkan pengguna (user friendly).
Metode AHP pada dasarnya adalah sebuah hirarki fungsional dengan input
utamanya persepsi dan preferensi manusia. Masalah yang komplek dan tidak
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)