2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Estuaria Estuaria adalah ekosistem perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut dan masih mendapat pengaruh air tawar dari sungai sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Perairan ini juga masih mendapat pengaruh dari pasang dan surut. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, karena kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain : 1) tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang dari laut, yang berlawanan menjadikan pola sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya . 2). Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. 3). Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya. 4) Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasangsurut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain, serta topografi daerah estuaria tersebut (Wolanski, 2007). Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena merupakan tempat pertemuan antara perairan laut dan perairan darat. Adanya aliran air tawar yang terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkat mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria yang melebihi produktifitas laut lepas dan perairan air tawar. Hal ini mengakibatkan estuaria mempunyai peran ekologis penting karena : sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2004).
23
Embed
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Estuaria · pertemuan antara perairan laut dan perairan darat. Adanya aliran air tawar yang terus ... berpengaruh terhadap pertumbuhan dari tumbuhan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Estuaria
Estuaria adalah ekosistem perairan semi tertutup yang berhubungan bebas
dengan laut dan masih mendapat pengaruh air tawar dari sungai sehingga air laut
dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Perairan ini juga masih
mendapat pengaruh dari pasang dan surut. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar
tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, karena kondisi lingkungan
yang bervariasi, antara lain : 1) tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang dari
laut, yang berlawanan menjadikan pola sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri
fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya . 2). Pencampuran kedua
macam air tersebut menghasilkan sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama
dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. 3). Perubahan yang terjadi akibat adanya
pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis
dengan lingkungan sekelilingnya. 4) Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung
pada pasangsurut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain, serta topografi
daerah estuaria tersebut (Wolanski, 2007).
Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena merupakan tempat
pertemuan antara perairan laut dan perairan darat. Adanya aliran air tawar yang terus
menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang
mengangkat mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang
dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria yang melebihi produktifitas
laut lepas dan perairan air tawar. Hal ini mengakibatkan estuaria mempunyai peran
ekologis penting karena : sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut
lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies
hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari
makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat
tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.
Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman,
tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan
kawasan industri (Bengen, 2004).
12
Estuaria sering mendapat tekanan ekologis berupa pencemar yang bersumber
dari aktifitas manusia, yang menjadi ancaman serius terhadap kelestarian perikanan
laut. Menurut Dahuri (1996) akumulasi limbah yang terjadi di wilayah pesisir,
terutama diakibatkan oleh tingginya kepadatan populasi penduduk dan aktifitas
industri. Aktifitas pemanfaatan wilayah pesisir seringkali saling tumpang tindih,
sehingga tidak jarang pemanfaatan potensi sumberdayanya menurun dan rusak. Hal ini
karena aktifitas-aktifitas yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mengubah tatanan lingkungan di wilayah pesisir sehingga mempengaruhi
kehidupan organisme di wilayah pesisir. Sebagai contoh, adanya limbah buangan baik
dari pemukiman maupun aktifitas industri, walaupun limbah ini mungkin tidak
mempengaruhi tumbuhan atau hewan utama penyusun ekosistem pesisir yang bertahan,
namun kemungkinan akan mempengaruhi biota penyusun lainnya yang sensitif. Logam
berat, misalnya mungkin tidak berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan bakau
(mangrove), tetapi sangat berbahaya bagi kehidupan ikan dan udang-udangnya
(krustasea) yang hidup di hutan tersebut (Bryan, 1976).
Selain dari itu penggundulan hutan juga akan menyebabkan bertambahnya
aliran air permukaan dari daratan dimana akan menambah sedimentasi di sungai-sungai
dan akhirnya mengakibatkan pendangkalan estuaria/perairan pantai. Pendalaman
estuaria karena pengerukan akan menambah volume estuaria dan pembukaan
(reklamasi) daerah pasang surut akan mengurangi aliran pasut, mengubah proses
pencampuran dan pola sirkulasi serta mengurangi waktu kuras estuaria. Dengan
berkurangnya waktu kuras estuaria, maka sirkulasi di estuaria tidak dapat
menanggulangi dan mengatur pencemar dalam jumlah besar.
Kerusakan ekosistem estuaria tentunya akan menurunkankan peranan ekologi
ekosistem estuaria. Bengen (2004) mengemukakan peran ekologi ekosistem estuaria
diantaranya:
1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang
surut (tidal circulation),
2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria
sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan
13
sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground)
terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.
3. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman.
4. Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan,
5. Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri.
2.2. Kualitas Perairan
Kualitas air merupakan sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter fisika
(suhu, kekeruhan, padatan tersuspensi, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen
terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan dan
kelimpahan makrozoobentos, plankton, bakteri, dan sebagainya).
Ada 3 hal penting dalam mempelajari manajemen kualitas air yaitu : 1) observasi,
2) analisa teori dan 3) model numerik. Observasi adalah satu-satunya cara yang
digunakan untuk dapat mengetahui karakteristik nyata dari suatu ekosistem dan
merupakan dasar dari analisa suatu teori dan model numerik (Gang Ji, 2007). Setelah
melakukan observasi di lapangan dengan analisa teori, maka model numerik akan
membantu memahami hidrodinamika dan proses-proses kualitas air dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk mengambil suatu keputusan.
Parameter kunci dalam penentuan kualitas air dan hidrodinamika air pada suatu
perairan adalah : 1) Temperatur, 2) salinitas, 3) Arus, 4) Sedimen, 4) Bakteri, 5) Bahan
beracun, 6) DO, 6) Alga dan 7) Nutrient (Gang Ji, 2007).
2.2.1. Parameter Fisika
2.2.1.1. Suhu.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan
laut, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari badan air.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi di badan air.
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan
volatilisasi. Selain itu, peningkatan suhu air juga mengakibatkan penurunan kelarutan
gas dalam air seperti O2, CO2, N2, dan CH4 (Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003). Suhu
14
air merupakan parameter penting dalam menentukan kondisi badan air karena
berpengaruh terhadap pertumbuhan dari tumbuhan dan hewan, reproduksi dan
migrasinya (Gang Ji, 2007).
Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan
diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal dan
air yang datang (pada saat pasang-naik) ke perairan estuaria tersebut kontak dengan
daerah yang substratnya terekspos (Kinne, 1964). Parameter ini sangat spesifik di
perairan estuaria. Ketika air tawar masuk estuaria dan bercampur dengan air laut,
terjadi perubahan suhu. Akibatnya, suhu perairan estuaria lebih rendah di musim dingin
dan lebih tinggi di musim panas daripada suhu air laut didekatnya. Skala waktu
perubahan suhu ini menarik karena dapat dilihat dengan perubahan pasang surut,
dimana suatu titik tertentu di estuaria akan memperlihatkan variasi suhu yang besar
sebagai fungsi dari perbedaan antara suhu air laut dan air sungai. Kenaikan suhu di atas
kisaran toleransi organisme dapat meningkatkan laju metabolisme, seperti
pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme. Kenaikan laju metabolisme dan
aktifitas ini berbeda untuk spesies, proses dan level atau kisaran suhu.
2.2.1.2. Gelombang.
Gelombang merupakan gerakan naik turunnya muka air laut yang dibarengi
perpindahan partikel air dipermukaan sehingga mempengaruhi kondisi fisik suatu
perairan. Pada umumya gelombang dibangkitkan oleh angin yang bertiup di atas
permukaan air laut. Sifat –sifat gelombang dipengaruhi oleh tiga bentuk angin, yaitu :
1. Kecepatan angin : umumnya makin kencang angin yang bertiup, maka makin
besar gelombang yang akan terbentuk dan gelombang ini mempunyai kecepatan
yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.
2. Waktu dimana angin sedang bertiup. Tinggi, kecepatan dan panjang gelombang
seluruhnya cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada
saat angin pembangkit gelombang mulai bertiup.
3. Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (dikenal dengan fetch).
Gelombang yang terbentuk di danau fetchnya kecil, biasanya mempunyai
gelombang hanya beberapa centimeter, sedangkan yang dilautan bebas
15
kemungkinan fetchnya lebih besar sehingga mempunyai panjang gelombang
sampai beberapa ratus meter.
2.2.1.3. Arus
Sirkulasi air merupakan mekanisme utama yang menyebabkan terjadinya proses
percampuran di estuaria. Sirkulasi air merupakan fenomena yang kompleks
dipengaruhi oleh angin di atmosfer dan perbedaan panas di lautan. Di estuaria sirkulasi
air umumnya dipengaruhi oleh aliran air tawar yang bersumber dari badan sungai,
pasang surut, hujan dan peguapan, angin dan peristiwa upwelling di pantai
(Mukhtasor, 2007; Wolanski, 2007).
Arus pasang surut yang terjadi di estuaria berperan penting sebagai pengangkut
zat hara dan polutan, mengencerkan dan membawa polutan sampai ke laut.
2.2.1.4. Padatan Tersuspensi (TSS)
Padatan tersuspensi total (total suspended solid) adalah bahan-bahan tersuspensi
(diameter >1 m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m.
TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi,
2003).
Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan
kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton,
sehingga produktivitas primer perairan menurun, yang akhirnya mengganggu
keseluruhan rantai makanan. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan nilai TSS di
Estuaria Tallo cukup bervariasi namun secara umum telah melebihi baku mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah yaitu 80 mg/l (Bapedalda, 2006; Bapedalda 2008;
Widyasari, 2007)
Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar
dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air, buangan
domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan tersuspensi
mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu pengendapan dan
pembusukan bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna perairan.
16
2.2.2. Parameter Kimia
2.2.2.1. Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan.
Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam
dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium