Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 1 November 2010 Secara tahunan, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih tumbuh positif, kecuali konsumsi semen, ekspor kayu lapis, produksi minyak mentah dan produksi kondensat. Secara bulanan, sebagian besar indikator pada November 2010 mengalami penurunan terutama pada ekspor kayu lapis. Secara kumulatif dalam periode Januari-November 2010, produksi dan penjualan kendaraan niaga tumbuh paling tinggi. Dengan proporsi konsumsi rumah tangga Indonesia terhadap bahan makanan sebesar 23,12% dari total pengeluaran dan tingginya inflasi bahan makanan, maka kenaikan harga bahan makanan akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada November 2010 sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang positif kecuali konsumsi semen dan ekspor kayu lapis. Peningkatan tertinggi terjadi pada penjualan kendaraan niaga sebesar 72,53% (yoy). Sementara itu, indikator aktivitas ekonomi migas yaitu produksi minyak mentah dan produksi kondensat mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar -2,72% dan -3,57%. Selama November 2009 November 2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis (131,40%) yang terjadi pada Januari 2010. Sebaliknya, produksi kendaraan niaga mengalami kontraksi terbesar (-34,25%) pada Oktober 2009 (Grafik. 1). Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d November 2010 Bulanan Sebagian besar indikator pada November 2010 mengalami penurunan secara bulanan. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor kayu lapis sebesar -20,29% (mtm). Sebaliknya, indikator penjualan listrik (penjualan ke industri, bisnis & total) dan indikator penjualan kendaraan niaga tumbuh positif. Selama periode November 2009 November 2010, pertumbuhan bulanan tertinggi dan terendah dialami oleh indikator yang sama yaitu ekspor besi & baja. Pertumbuhan tertinggi pada bulan Oktober 2010 (94,13%) dan pertumbuhan terendah pada bulan April 2010 (-44,30%) (Grafik. 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d November 2010 -100 -50 0 50 100 150 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Tingkat Hunian Hotel - Jkt Tingkat Hunian Hotel - Bali (% yoy) November 2009 - November 2010 Tertinggi November 2010 November 2009 - November 2010 Terendah -50 -25 0 25 50 75 100 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Hotel Occupancy Jkt Hotel Occupancy Bali (% mtm) November 2009 - November 2010 Tertinggi November 2010 November 2009 - November 2010 Terendah INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai sub sektor tanaman bahan makanan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
16
Embed
150 November 2010 INDIKATOR AKTIVITAS … daya beli masyarakat. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada November 2010 sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
1
November 2010
Secara tahunan, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih
tumbuh positif, kecuali konsumsi semen, ekspor kayu lapis, produksi
minyak mentah dan produksi kondensat.
Secara bulanan, sebagian besar indikator pada November 2010 mengalami
penurunan terutama pada ekspor kayu lapis.
Secara kumulatif dalam periode Januari-November 2010, produksi dan
penjualan kendaraan niaga tumbuh paling tinggi.
Dengan proporsi konsumsi rumah tangga Indonesia terhadap bahan
makanan sebesar 23,12% dari total pengeluaran dan tingginya inflasi
bahan makanan, maka kenaikan harga bahan makanan akan
mempengaruhi daya beli masyarakat.
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi:
Tahunan
Pada November 2010 sebagian besar indikator
aktivitas ekonomi terpilih non migas secara
tahunan menunjukkan pertumbuhan yang positif
kecuali konsumsi semen dan ekspor kayu lapis.
Peningkatan tertinggi terjadi pada penjualan
kendaraan niaga sebesar 72,53% (yoy).
Sementara itu, indikator aktivitas ekonomi migas
yaitu produksi minyak mentah dan produksi
kondensat mengalami pertumbuhan negatif
masing-masing sebesar -2,72% dan -3,57%.
Selama November 2009 November 2010,
pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada
ekspor kayu lapis (131,40%) yang terjadi pada
Januari 2010. Sebaliknya, produksi kendaraan
niaga mengalami kontraksi terbesar (-34,25%)
pada Oktober 2009 (Grafik. 1).
Grafik 1.
Pertumbuhan Tahunan s.d November 2010
Bulanan
Sebagian besar indikator pada November 2010
mengalami penurunan secara bulanan.
Penurunan terbesar terjadi pada ekspor kayu lapis
sebesar -20,29% (mtm). Sebaliknya, indikator
penjualan listrik (penjualan ke industri, bisnis &
total) dan indikator penjualan kendaraan niaga
tumbuh positif.
Selama periode November 2009 November
2010, pertumbuhan bulanan tertinggi dan
terendah dialami oleh indikator yang sama yaitu
ekspor besi & baja. Pertumbuhan tertinggi pada
bulan Oktober 2010 (94,13%) dan pertumbuhan
terendah pada bulan April 2010 (-44,30%)
(Grafik. 2).
Grafik 2.
Pertumbuhan Bulanan s.d November 2010
-100
-50
0
50
100
150
Pro
duksi M
inya
k M
enta
h
Pro
duksi
Kondensat
Pro
duksi K
endara
an
Non N
iag
a
Penju
ala
n K
endara
an
Non N
iag
a
Pro
duksi K
endara
an
Nia
ga
Penju
ala
n K
endara
an
Nia
ga
Pro
duksi S
epeda
Moto
r
Penju
ala
n S
epeda
Moto
r
Konsum
si
Sem
en
Ekspor
Besi
Baja
Ekspor
Kayu
Lapis
Ekspor
Kayu
G
erg
ajian
Penju
ala
n M
inya
k D
iesel
Penju
ala
n Lis
trik
u/
Industr
i
Penju
ala
n Lis
trik
u/
Perd
ag
.
Penju
ala
n Lis
trik
Tota
l
Kunj. W
ism
an
Tin
gkat H
unia
n H
ote
l -
Jkt
Tin
gkat H
unia
n H
ote
l -
Bali
(% yoy)
November 2009 - November 2010 Tertinggi
November 2010
November 2009 - November 2010 Terendah
-50
-25
0
25
50
75
100
Pro
duksi M
inya
k M
enta
h
Pro
duksi K
ondensat
Pro
duksi K
endara
an
Non N
iag
a
Penju
ala
n K
endara
an
Non N
iag
a
Pro
duksi K
endara
an
Nia
ga
Penju
ala
n K
endara
an
Nia
ga
Pro
duksi S
epeda
Moto
r
Penju
ala
n S
epeda
Moto
r
Konsum
si
Sem
en
Ekspor
Besi
Baja
Ekspor
Kayu
Lapis
Ekspor
Kayu
G
erg
ajian
Penju
ala
n M
inya
k D
iesel
Penju
ala
n Lis
trik
u/
Industr
i
Penju
ala
n Lis
trik
u/
Perd
ag
.
Penju
ala
n Lis
trik
Tota
l
Kunj. W
ism
an
Hote
l O
ccupancy
Jkt
Hote
l O
ccupancy
Bali
(% mtm)
November 2009 - November 2010 Tertinggi
November 2010
November 2009 - November 2010 Terendah
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH
Metodologi
Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor
ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai sub sektor tanaman bahan makanan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia
maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2
Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif
Secara kumulatif dalam periode Januari-November 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih
mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi dan penjualan
kendaraan niaga tumbuh tertinggi diantara indikator lainnya yaitu masing-masing sebesar 86,12% dan 84,62%.
Tingginya produksi dan penjualan kendaraan niaga selama Januari-November 2010 merupakan indikasi mulai
meningkatnya investasi khususnya untuk pemenuhan kebutuhan alat angkut. Disisi lain, produksi minyak
mentah mengalami tumbuh negatif sepanjang Januari-November 2010 yaitu sebesar -0,18% (Tabel 1).
Tabel 1
Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih
Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).
Keterangan :
Satuan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
CEREALS MEAL AND FLOUR OF WHEAT OTHER CEREAL MEALS
CEREAL PREPARATIONS
(Juta USD)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
8
E. Keterkaitan dengan Sektor Lain
Keenam kelompok komoditi dalam subsektor tanaman bahan makanan memiliki keterkaitan yang
cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam Tabel Input
Output Indonesia Updating 2008, komoditas dalam subsektor tanaman bahan makanan tercermin dari
padi, tanaman kacang-kacangan, jagung, tanaman umbi-umbian, dan tanaman bahan makanan lainnya.
Berdasarkan Tabel Input Output Indonesia Updating 2008, komoditi padi memiliki derajat daya
penyebaran (power of dispersion) sebesar 1,24, lebih tinggi dibandingkan komoditi lainnya. Sementara
itu, komoditas padi dan jagung memiliki derajat kepekaan (degree of sensitivity) tertinggi sebesar 0,81.
Hal tersebut mencerminkan bahwa output padi dan jagung memiliki indeks derajat kepekaan yang lebih
tinggi dari komoditas lainnya.
Tabel 2. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Sumber: Data I-O Updating 2008 BPS, diolah
Input utama komoditi tanaman bahan makanan adalah benih komoditas tabama kemudian diikuti oleh
pupuk dan pestisida. Berdasarkan alokasi outputnya, produksi tabama adalah hasil produksi komoditas
tabama dan indutri pengolahan (penggilingan padi, industri makananan lainnya, industri tepung, dan
industri minuman dan industri makanan lainnya).
Tabel 3. Input Utama dan Alokasi Output Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Sumber: Data I-O Updating 2008 BPS, diolah
Keterangan Derajat Kepekaan Derajat Penyebaran
Padi 0.81 1.24Jagung 0.81 0.93Tanaman umbi-umbian 0.72 0.71Tanaman kacang-kacangan 0.77 0.72Tanaman bahan makanan lainnya 0.77 0.63
% Input Utama Komoditi % Alokasi Output
78.8 Padi 51.4 Padi4.9 Industri pupuk dan pestisida 36.3 Industri penggilingan padi3.7 Tanaman lainnya 2.1 Restoran dan hotel3.0 Peternakan 1.5 Jasa sosial kemasyarakatan
80.2 Jagung 69.7 Jagung
4.9 Industri pupuk dan pestisida 10.0 Industri makanan lainnya3.1 Tanaman lainnya 4.8 Unggas dan hasil-hasilnya3.0 Peternakan 4.4 Industri tepung, segala jenis
88.8 Tanaman umbi-umbian 90.4 Tanaman umbi-umbian2.1 Industri pupuk dan pestisida 2.4 Industri tepung, segala jenis1.9 Peternakan 1.8 Industri makanan lainnya1.2 Tanaman lainnya 1.3 Peternakan
84.7 Tanaman kacang-kacangan 91.1 Tanaman kacang-kacangan3.2 Industri pupuk dan pestisida 3.7 Industri makanan lainnya2.2 Tanaman lainnya 1.4 Unggas dan hasil-hasilnya2.0 Perdagangan 0.9 Peternakan
80.3 Tanaman bahan makanan lainnya 97.6 Tanaman bahan makanan lainnya8.0 Industri pupuk dan pestisida 1.5 Industri minuman4.2 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 0.3 Industri tepung, segala jenis2.1 Perdagangan 0.2 Industri makanan lainnya
Padi
Jagung
Tanaman umbi-
umbian
Tanaman bahan
makanan lainnya
Tanaman kacang-
kacangan
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
9
F. Pembiayaan Kredit Sektor Pertanian
Pertumbuhan kredit sektor pertanian rata-rata lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit
(2001-2010). Pertumbuhan kredit sektor pertanian pada tahun 2010 mencapai 18,77% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (14,10%). Peningkatan tersebut sejalan dengan
hasil Survei Perbankan triwulan IV-2010 yang menunjukan bahwa prioritas utama penyaluran kredit pada
tahun 2010 adalah sektor pertanian, kemudian sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan.
Sektor pertambangan dan industri pengolahan yang menjadi prioritas kedua dan ketiga pada tahun 2010
masing-masing tumbuh sebesar 45,79% dan 11,63%.
Meskipun pertumbuhan kredit sektor pertanian semakin meningkat, namun pangsa penyaluran
kredit terhadap sektor pertanian masih relatif kecil dibandingkan total kredit. Nilai kredit sektor
pertanian pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp.91.921 miliar, dengan pangsa kredit sebesar 5,18% dari
total kredit yang mencapai Rp.1.775.946 miliar. Pangsa tersebut lebih rendah dibandingkan sektor jasa-
jasa (22,19%), sektor perdagangan (19,15%) dan sektor perindustrian (15,47%). Hasil Survei SKDU
triwulan IV-2010 menunjukan bahwa 30,49% responden sektor pertanian masih mengalami kesulitan
dalam mengakses kredit dari perbankan, terutama akibat persyaratan kredit yang masih cukup rumit,
masih tingginya bunga kredit serta akibat tidak adanya jaminan kredit.
Grafik 16. Pangsa Kredit Tahun 2009-2010 Grafik 17. Pembiayaan Kredit Total dan Sektor Pertanian
Sumber: LBU, Bank Indonesia Sumber: LBU, Bank Indonesia
Sesuai dengan Rancangan Strategis Kementrian Pertanian 2010-2014, beberapa upaya Pemerintah
untuk meningkatkan pembiayaan pada sektor pertanian yang sering terkendala masalah keterbatasan
akses (unbankable) akibat tidak dipenuhinya sejumlah persyaratan (Jaminan, NPWP dan SIUP) adalah
sebagai berikut.:
1. Penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti Kredit Program
Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi
Perkebunan (KPEN-RP) dan Kredit Usaha Perbibitan Sapi (KUPS).
2. Memperluas skim baru yang lebih mudah.
3. Menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan.
4. Melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam
mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan yang sudah ada.
5. Menumbuhkan kembali koperasi khusus dibidang pertanian.
Selain hal tersebut, implementasi program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bertujuan untuk
mempercepat pengembangan sektor-sektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil juga semakin
ditingkatkan. Pemerintah menargetkan penyaluran KUR tahun 2011 dapat mencapai Rp 18-20 triliun,
lebih tinggi dari realisasi tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp 16 triliun, dimana 18,5% dari total kredit
tersebut tersalurkan pada sektor pertanian.
5.35 2.87
17.02
20.87 22.76
31.14
5.18 3.41
15.47
19.15
22.19
34.60
Pertanian Pertambangan Perindustrian
Perdagangan Jasa-jasa Lain-lain
2009 2010
1,775,946
91,921
0
8
16
24
32
40
-
400,000
800,000
1,200,000
1,600,000
2,000,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Total Pertanian
Pertumbuhan Kredit - Total Pertumbuhan Kredit - Pertanian
(Miliar Rp) (YOY, %)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
10
Di sisi lain, Bank Indonesia juga melakukan beberapa kebijakan untuk mendukung pertumbuhan kredit
pada sektor pertanian, antara lain:
1. Bekerjasama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Bank
Indonesia mulai bulan Januari 2009 membentuk Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD) di daerah-
daerah untuk mendukung pengembangan kredit bagi UMKM.
2. Memfasilitasi dan mengoordinasikan proses pembentukan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB)
di setiap propinsi.
3. Bekerjasama dengan PT.Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO) untuk menjamin pemberian kredit
atau pembiayaan kepada UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi).
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
11
BOKS : Agricultural Outlook 2010-2019 1
Berdasarkan data FAO (The Food and Agricultur Organization of United Nation), tingkat kenaikan harga
pangan pada tahun 2010 sampai dengan awal tahun 2011 mendekati pola kenaikan harga pangan yang
terjadi sebelum krisis yang terjadi pada akhir tahun 2008. Indeks harga pangan dunia (cereal, oils, dairy,
sugar dan meat) mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 25,32% pada tahun 2007 dan 25,86% pada
tahun 2008, kemudian mengalami penurunan sebesar 21,42% pada tahun 2009. Setelah mengalami
pemulihan ekonomi, pada tahun 2010 indeks harga pangan kembali meningkat sebesar18,03% dan pada
awal tahun 2011 semakin menguat menjadi 24,66%. Apabila dibandingkan tingginya harga pangan pada
tahun 2008, indeks harga pangan dunia pada awal tahun 2011 sudah lebih tinggi 15,61%
dibandingkan tahun 2008. Kenaikan harga pangan tertinggi pada tahun 2011 (s.d. Januari 2011) terjadi
pada kelompok oils product (43,89%) yang melewati kenaikan harga pada tahun 2008 (33,32%), kemudian
kelompok sugar (39,11%) dan kelompok cereal product (beras, gandum dan jagung) sebesar 34,04%.
Trend kenaikan harga pangan dunia yang semakin menguat dalam 6 bulan terakhir semakin berpotensi
meningkatkan tekanan inflasi, terutama pada negara-negara berkembang karena sebagian besar
pengeluarannya digunakan untuk membeli bahan pangan. Tingginya permintaan seiring dengan pemulihan
ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan produksi ditengarai menjadi
factor utama kenaikan harga pangan. Selain itu, trend kenaikan harga minyak dunia juga semakin memicu
kenaikan harga pangan akibat kenaikan biaya produksi.
Grafik 18. Indeks Harga Pangan Dunia
Sumber: FAO Food Price Index, World Bank
Peningkatan produksi pangan yang tidak seimbang dengan permintaan akan berdampak pada kenaikan
harga komoditi pangan. Berdasarkan proyeksi FAO, secara umum surplus produksi pangan semakin
lama akan semakin menurun. Surplus terendah diperkirakan akan terjadi pada komoditi beras, yang hanya
sebesar 0,03% pada tahun 2019. Disisi lain, beras sebagai makanan utama penduduk Indonesia pada tahun
2010 rata-rata dikonsumsi sebanyak 157,14 kg per kapita per tahun, diperkirakan hanya akan menurun
menjadi 153,91 kg per kapita per tahun pada tahun 2019. Dengan mempertimbangkan proyeksi FAO
tersebut, peningkatan produksi beras nasional dan program diversifikasi produk bahan makanan selain beras