FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503 Penghargaan Bersyukur ke hadrat Ilahi kerana dengan limpah izin-Nya, saya dapat menyiapkan tugasan ini dengan sempurna. Saya ini mengucapkan jutaan terima kasih yang juga penghargaan khusus buat En. Fuadi B. Hj. Abd Razak kerana segala tunjuk ajar serta membimbing saya dalam menyiapkan tugasan ini. Tidak lupa juga ribuan terima kasih kepada rakan-rakan seperjuangan PISMK -OUM Pengajian Melayu yang banyak membantu saya dalam menyiapkan tugasan ini. Penghargaan juga kepada orang yang terlibat secara langsung atau tidak dalam menjayakan tugasan ini. Akhir sekali, penghargaan istimewa buat ibu bapa saya yang banyak memberi galakan dan sokongan agar memastikan saya berjaya dalam pelajaran. Semoga mereka semua mendapat balasan yang setimpal daripada Yang Maha Esa. Sekian, terima kasih. Pengenalan 1
71
Embed
14660406 Fonetik Dan Fonologi Bahasa Melayu Tinggi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Penghargaan
Bersyukur ke hadrat Ilahi kerana dengan limpah izin-Nya, saya dapat menyiapkan
tugasan ini dengan sempurna.
Saya ini mengucapkan jutaan terima kasih yang juga penghargaan khusus buat En.
Fuadi B. Hj. Abd Razak kerana segala tunjuk ajar serta membimbing saya dalam
menyiapkan tugasan ini.
Tidak lupa juga ribuan terima kasih kepada rakan-rakan seperjuangan PISMK -OUM
Pengajian Melayu yang banyak membantu saya dalam menyiapkan tugasan ini.
Penghargaan juga kepada orang yang terlibat secara langsung atau tidak dalam
menjayakan tugasan ini.
Akhir sekali, penghargaan istimewa buat ibu bapa saya yang banyak memberi
galakan dan sokongan agar memastikan saya berjaya dalam pelajaran.
Semoga mereka semua mendapat balasan yang setimpal daripada Yang Maha Esa.
Sekian, terima kasih.
1
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Pengenalan
Bahasa Melayu di Malaysia (BM) diakui sebagai bahasa nasional berdasarkan
Peraturan 152 Pasal 1. Undang-undang ini baru disahkan pada tahun 1968 M, atau
sembilan tahun pasca kemerdekaan negara itu. Meskipun di dalam Undang-undang
itu digunakan istilah Bahasa Melayu, BM berulangkali berganti nama resmi. Dari
pertama bernama Bahasa Melayu, diganti menjadi Bahasa Malaysia, kemudian
berganti lagi menjadi Bahasa Melayu, dan terakhir pada tahun 2007, nama resmi
bahasa ini kembali menjadi Bahasa Malaysia.
Penggunaan BM di Malaysia tidak begitu disambut secara antusias oleh warga
ketika bahasa itu disahkan sebagai bahasa nasional. Justeru bahasa Inggris yang
sering digunakan, terutama di kalangan etnis Cina dan India walaupun mereka
termasuk warga minoritas. Hal ini membuat pemerintah berusaha menggalakkan
penggunaan BM melalui beberapa peraturan, misalnya pada tahun 1961 dikeluarkan
Akta Pelajaran dan pada tahun 1963 dikeluarkan Akta Bahasa Kebangsaan. Namun
demikian, peraturan-peraturan ini dinilai secara pesimis oleh sebagian kalangan
seperti pernyataan seorang Ketua Hakim Negara pada tahun 1979, bahwa BM tidak
mungkin digunakan di mahkamah (pengadilan) karena berbagai keterbatasan yang
dimiliki BM.
Perubahan baru terjadi pada dekade 80-an, yakni ketika BM berhasil menjadi
bahasa pengantar di sekolah-sekolah, mulai taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi. Perubahan ini seiring dengan peran Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP –
diresmikan pada tahun 1956) yang semakin gencar memasyarakatkan BM. Istilah-
istilah teknis yang selama dua dekade sebelumnya sulit ditemukan masuk
menerobos bersama-sama dengan gaya bahasa yang estetis, yang banyak
digunakan dalam ragam bahasa sastra.
Pasca perubahan ini, BM akhirnya berhasil menduduki lima fungsi yang harus
dimiliki oleh sebuah bahasa nasional: fungsi sebagai bahasa nasional itu sendiri,
2
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
sebagai bahasa resmi, sebagai bahasa perpaduan atau bahasa antaretnis, sebagai
bahasa ilmu pengetahuan dan terakhir sebagai bahasa pendidikan.
BM yang memiliki wilayah sebar tutur di sebuah negara yang luas seperti Malaysia,
tentunya, memiliki perbedaan-perbedaan cara tutur. Masing-masing Negeri (daerah)
hampir memiliki satu dialek tersendiri, yang berbeda dengan daerah lainnya. Dialek-
dialek BM yang masyhur di Malaysia antara lain, dialek Johor di Negeri Johor yang
terletak paling selatan, dialek Perak di Perak Darul Ridzuan, dialek Melaka di Negeri
Melaka sebelah utara Johor, dialek Kedah yang terdapat di Negeri Kedah Darul
Aman, dan terakhir dialek Sarawak yang terletak di Malaysia Timur atau di Pulau
Kalimantan yang disebut juga dengan Pulau Borneo.
Kata /kapal/ yang terdapat di dalam BM Piawai (standar) dapat dijadikan sebagai
contoh yang jelas. Meski tetap direalisasikan menjadi /kapal/ di Johor, Melaka dan
Sarawak, di Perak ia malah direalisasikan (baca; diucapkan) menjadi /kapɛ/ dan di
Kedah direalisasikan menjadi /kapaj/. Contoh lain yang lebih mencolok
perbedaannya adalah kata /pagar/. Di Johor orang menyebutnya /paga/, di Perak
orang menyebut /pagɔ/, akan tetapi di Melaka malah disebut /pagaw/, di Kedah
disebut /paga?/ (dengan glotal atau hamzah di akhir) dan di Sarawak menjadi
/pagaR/. /r/ yang terdapat di akhir kata /pagar/ ternyata direalisasikan dengan cara
yang berbeda-beda oleh dialek-dialek ini dan justeru karena perbedaan-perbedaan
kecil nan khas inilah mereka menjadi dialek.
3
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Pendahuluan
Di antara tataran kebahasaan yang paling mendasar adalah tataran fonem. Tataran
ini berada pada tataran bunyi terkecil dari sebuah bahasa, yang juga memiliki
sistemnya sendiri. Di dalam ilmu linguistik, cabang ilmu yang mempelajari sistem
fonem dalam sebuah bahasa disebut Fonologi.
Fonologi adalah ilmu bunyi, yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
oleh alat artikulasi manusia. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat artikulasi atau
alat ucap itu disebut fon (phone). Sementara itu, fonem adalah satuan bunyi terkecil
dari sebuah bahasa yang mampu menunjukkan kontras makna. Apabila kontras
makna tidak terjadi, maka sebuah bunyi bahasa tidak dapat disebut sebagai sebuah
fonem yang berbeda. Kontras makna ini adalah syarat bagi keabsahan sebuah fon
atau bunyi bahasa untuk disebut sebagai fonem.
Satu unit ujaran yang bermakna (bisa morfem dan bisa pula kata) terdiri dari
beberapa satuan bunyi. Misalnya kata pagi. Kata ini terdiri daripada empat unit bunyi
atau fonem yaitu /p/, /a/, /g/ dan /i/. Terjadinya sebuah fonem bisa ditunjukkan
dengan melakukan perbandingan fitur. Anggapan bahwa bunyi p dan b masing-
masing merupakan fonem yang berbeda dapat diterima setelah membandingkan
kedua bunyi tersebut pada kata pagi dan bagi. Kata pagi menunjukkan waktu, dan
kata bagi menunjukkan kata kerja. Kedua-duanya secara makna berbeda. Dari
perbedaan itu disimpulkan bahwa anggapan p dan b berbeda adalah benar.
Fonologi BM diterangkan dengan terlebih dahulu membicarakan fonem. Fonem
vokal, konsonan, diftong dan beberapa alofon merupakan hal-hal yang dibicarakan.
Penjelasan kemudian diakhiri dengan menerangkan pola suku kata di dalam BM.
4
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Fonologi BM
Sistem bunyi bahasa (fonetik) mencakup dua macam fonem: fonem segmental yang
membentuk kata dan kalimat, dan fonem suprasegmental yang terdapat di dalam
kata dan kalimat. Fonem segmental yang menjadi dasar pembentukan kata dan
kalimat terbagi dua: fonem vokal dan fonem konsonan. Fonem suprasegmental
berupa stres (keras/lembutnya arus ujaran), nada (tinggi/ rendahnya arus ujaran)
dan durasi (panjang/ pendeknya waktu yang dibutuhkan).
BM, seperti bahasa lain juga, memiliki fonem vokal dan fonem konsonan. Fonem
vokal terdiri dari enam fonem vokal dan fonem konsonan terdiri dari 19 konsonan
asli dan sembilan konsonan pinjaman. Di samping itu, terdapat pula diftong dan
alofon.
Pembagian fonem kepada fonem vokal dan fonem konsonan didasarkan kepada
terhambat atau tidaknya arus udara ketika sebuah bunyi dihasilkan di dalam rongga.
Jika arus udara bebas berlalu begitu saja, fonem yang dihasilkan disebut fonem
vokal atau vokal saja. Akan tetapi jika udara terhambat selama proses artikulasi
tersebut, fonem yang dihasilkan disebut sebagai fonem konsonan atau konsonan
saja.
Definisi Fonologi
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan
distribusinya.
Fonologi berbeza dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi
fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara
kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan
Jan : Mahu kan.. cara orang berjalan pun boleh ragut kan, kita naik motor pun orang boleh ragut sekarang ini tidak apa biar saya jadi mangsa, kamu jadi..
Lan : GRO..
Jan : Itu.. GRO?
Lan : GRO itu Gaya Ragut Orang.. kamu yang kata tadi..
Jan : Bukan..
Lan : Saya tidak mahu, saya hendak ragut juga sekarang..
Jan : Oi belum lagi..
41
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Lan : Ha cepat-cepat kamu jadi cepat..
Jan : Saya jalan..
Lan : Ha Saya ragut sekarang
…………………………………………………………………………………………………
Lakonan ragut..
Jan : Eh aduh, aduh, aduh..
Lan : Ha makan bulu kaki..
Jan : Hoi, Kenapa? Oii jangan lari.. amboi datang sini
Lan : Kenapa pula?
Jan : Amboi dasyat kamu pukul saya. Kamu tahu saya sakit kaki.
Lan : Sakit kaki ? Kenapa?
Jan : Kamu tahu kenapa dengan kaki saya?
Lan : Kena apa?
Jan : Kena sengat ikan pari..
Lan : Datang mana sengat ikan pari?
Jan : Hak ini bukan duri ikan pari hak ini paku..
Lan : Paku?
Jan : Allah.. botak!! Oi..oi.. malu dengan orang.. Botak.. ui malu-malu..
Lan : Kenapa abang buat macam ini?
Jan : Sabar..
…………………………………………………………………………………………………
Kedengaran bunyi siren..
Jan : Kamu dengar tidak? Dengar tidak? Dengar tidak ?
Lan : Dengar, dengar.. Ambulan..
Jan : Ui.. bukan ambulan
Lan : Haa?
Jan : Polis!
Lan : Ha polis?
Jan : Polis....
42
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Lan :Polis....
43
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Transkripsi Rakaman
(Sebutan Dialek Kedah)
Raja Lawak Musim ke 3 bersama LNJ (minit ke 6.25 saat)
Intro
Lan : [hai da.lam ku.ku pun a.da kam.bin]?
Jan : [ba.yë?]
Lan :[ui? me.sin ba.söh] [haj me.sin ba.söh] [ish hang ni]
Jan : [me.sin ba.söh mai küt ma.na]?
Lan : [am.boi mai tRe.gedi?- ge.di?] [tRe.ge.di? – ge.di? pa.saj pa] [a.wat]?
Jan : [hang tau ma.lam ni a.ku pang.gil hang pa.saj a.pa]?
Lan : [ta? tau]
Jan : [a.ku na? ba.gi hang ja.di G.R.O]
44
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Lan : [G.R.O. he.he.he su.ka.Лa a.ku G.R.O.] [a.bës di.ya ö.Rang tu ma.cam ma.na]? [haa ka.lau na? tau te.ŋo? ni u.šar la.gi]
Jan : [G.R.O. ni siŋ.ka.tan da.Ri.pa.da ga.ya Ra.gut ö.Raŋ]
Lan : [Ra.gut ö.Raŋ]? [la.gi na? mam.pöyëh] [lö.la¿ hang]
Jan : [hang pu.köj a.ku la.gi]
Lan : [ta? mau]
Jan : [hai hai sa.yaŋ in.tan pa.yöŋ mai mai mai] [am.boi pang.gë in.tan pa.yöŋ mai nëh]
Lan : [a.wat]?
Jan : [ki.ta hang mau du.wët da?]?
Lan : [haj du.wët mes.ti la na?]
Jan : [na? kan ca.Ra ö.Rang ber.ja.lan pun bo.lëh Ra.gut kan ki.ta na.yë? mö.tö pun ö.Rang bo.lëh Ra.gut la.ni ta? pa bi.a¿ a.ku ja.di maŋ.sa, hang ja.di]
Lan : [G.R.O.]
Jan : [tu G.R.O. köt ma.na]
Lan : [G.R.O tu ga.ya Ra.gut ö.Rang] [hang yaŋ ka.ta ta.di]
45
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Jan : [da? aih]
Lan : [a.ku ta? mau a.ku na? Ra.gut ju.ga? mai]
Jan : [oi be.lum la.gi]
Lan : [ha ce.pat ce.pat hang ja.di ce.pat]
Jan : [a.ku ja.lan]
Lan : [ha a.ku na? Ra.gut le.kayëh]
…………………………………………………………………………………………………
Lakonan ragut..
Jan : [eh a.döyëh a.döyëh a.döyëh]
Lan : [ha nah ma.kan bu.lu ka.ki]
Jan : [hoi a.wat woi oi ja.ŋan la.Ri] [am.boi mai ni]
Lan : [a.wat pu.la?]
Jan : [am.boi hang pu.köj a.ku sa.kan nöh] [hang ta? tau a.ku sa.kit ka.ki ni]
Lan : [sa.kit ka.ki]? [ke.na.pa]?
Jan : [hang tau ka.ki a.ku ke.na pa]?
Lan : [ke.na pa]?
Jan : [ke.na se.ŋat i.kan pa.Ri]
Lan : [mai taŋ ma.na se.ŋat i.kan pa.Ri pla?]
Jan : [ha? ni bu.kan du.Ri i.kan pa.Ri ha] [ni pa.ku]
Lan : [pa.ku]?
Jan : [Al.lah] [bo.ta?]!! [oi.oi. ma.lu kat ö.Rang bo.ta?] [ui ma.lu ma.lu]
Lan : [a.wat a.baŋ bu.wat ma.cam ni]
Jan : [sa.ba¿ la] …………………………………………………………………………………………………
Kedengaran bunyi siren..
Jan : [hang de.ŋa¿ da? de.ŋa¿ da? de.ŋa¿ da?]
Lan : [de.ŋa¿ de.ŋa¿ am.bu.len]
Jan : [ui bu.kan am.bu.len]
Lan : [haa]?
46
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Jan : [po.lis]!
Lan : [ha po.lis]?
Jan : [po.lis]
Lan :[po.lis]
47
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Aplikasi 3 Rumus Fonologi
Soalan B
Tiga rumus fonologi telah diaplikasikan dalam rakaman tadi. Antaranya ialah :
1. Penghilangan Rumus
Sesuatu proses yang melibatkan rumus yang pada awalnya wujud dalam bahasa
asal, tetapi tidak lagi dikekalkan dalam dialek turunannya dikenali sebagai proses
penghilangan rumus.Berdasarkan kaedah perbandingan sinkronis seperti yang
digunakan dalam linguistik sejarah, apabila sesuatu rumus itu dimanifestasikan
dalam kebanyakan dialek turunan, maka rumus itu dapat dianggap sebagai rumus
asal yang wujud dalam nahu bahasa sumber (King 1969 : 176)
48
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Sehubungan dengan itu, rumus Pembentukan Glotal (PGT) yang menukarkan /k/
menjadi /?/ di posisi akhir kata. Rumus tersebut boleh diformulasasikan seperti yang
berikut :
Pembentukan Glotal k ? / _________ #
Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam
rumus fonologi Pembentukan Glotal. Antaranya :
Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah
Gedik
Nak
Tengok
Dak
Tak
Berlahak
Hak
Naik
Botak
Jugak
Ge.di?
Na?
Te.ŋo?
Da?
Ta?
BeR.la.ha?
Ha?
Na.yë?
Bo.ta?
Ju.ga?
2. Rumus Penyisipan Gelencuran
Rumus Penyisipan Gelencuran pada vokal rangkap tinggi terdapat dalam sesebuah
dialek Melayu dalam bahasa Melayu. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh
Zaharani Ahmad (1993), rumus ini menyisipkan bunyi gelencuran [y] dan [w] di
antara vokal rangkap yang terdiri daripada vokal tinggi dan satu vokal lain.
Proses penyisipan gelencuran boleh diformulasasikan seperti berikut :
49
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Ø y / i _________ v
w u
Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam
rumus fonologi Penyisipan Gelencuran. Antaranya :
Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah
Dia
Duit
Buat
Baik
Mampus
Naik
aduh
di.ya
du.wët
bu.wat
ba.yë?
mam.pöyëh
na.yë?
a.döyëh
3. Rumus Pengguguran Getaran
Rumus penguguran getaran (PGR) ini termasuk dalam penghilangan rumus. Apa
yang ingin dijelaskan di sini ialah rumus ini menggugurkan /r/ menjadi /¿/ iaitu frikatif
faring. Sebagai contohnya, /besar/ menjadi [bə.sa¿]. Walaupun ciri fonetiknya
berbeza, apa yang dipentingkan di sini adalh bunyi tersebut tidak mengalami proses
penguguran di akhir kata.
Rumus penguguran getaran
50
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
r ¿ / ________ #
Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam
rumus fonologi Penguguran Getaran(PGR). Antaranya :
Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah
Dengar
Biar
Sabar
De.ŋa¿
Bi.a¿
Sa.ba¿
4. Rumus penggelencuran /l/
Rumus penggelencuran ini berlaku pada dialek Kedah. Dialek ini mengubah bunyi
lateral /l/ menjadi bunyi gelencuran /j/. Sebagai contohnya, /hal/ bertukar menjadi
[hai] dalam dialek Kedah.
Rumus Penggelencuran /l/
l j / _________ #
51
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam
rumus fonologi Penggelencuran /l/ Antaranya :
Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah
Pukul
Betul
Pasal
Pu.köj
Be.töj
Pa.saj
5. Rumus Pendepanan Nasal
Apabila bunyi berubah dan melibatkan satu inovasi, gejala ini dihuraikan sebagai
proses penambahan rumus (Lehman 1973 : 169). Bagi rumus pendepanan nasal,
rumus ini dikategorikan dalam penambahan rumus. Rumus ini menyatakan
bahawa /ŋ/ akan berubah menjadi /n/, apabila berada di suku kata akhir tertutup.
Rumus ini diformulasasikan sebagai :
Rumus Pendepanan Nasal
ŋ n / V _________ #
52
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam
rumus fonologi Pendepanan Nasal. Antaranya :
Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah
Kambing /kambiŋ/ kam.bin
53
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Ciri Suprasegmental
Suprasegmental Bahasa Melayu
Fonem suprasegmental yang juga disebut fonem suprapenggalan ialah ciri atau sifat
bunyi yang menindih atau menumpang sesuatu fonem. Maksudnya ciri
suprasegmental hadir bersama-sama fonem penggalan dengan cara menumpang
bunyi segmental. Fonem suprasegmental ini bukannya bunyi segmental atau bunyi
penggalan tetapi ciri yang hadir bersama dengan cara menumpang bunyi
penggalan.
Terdapat empat unsur-unsur dalam suprasegmental iaitu tekanan, nada, jeda dan
panjang-pendek
54
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503
Tekanan
Tekanan menunjukkan kelantangan sesuatu suku kata yang menandakan keras
atau lembutnya penyebutan sesuatu suku kata tersebut. Tekanan juga merupakan
ciri lemah atau kerasnya suara penyebutan sesuatu suku kata. Lambang yang
digunakan untuk tekanan ialah /’/. Lambang ini diletakkan di atas suku kata yang
menerima tekanan itu. Dalam bahasa Melayu tekanan berlaku pada vokal. Bunyi
vokal dalam bahasa Melayu disebut dengan lantang dan boleh dipanjangkan.
Tekanan dalam perkataan bahasa Melayu lazimnya berlaku pada suku kata yang
kedua seperti dalam perkataan /ki’ta/, /ba’pa/, /sa’tu/. Tekanan tidak membezakan
makna.
Berdasarkan rakaman tersebut, contoh ciri suprasegmental bagi tekanan adalah
seperti berikut :
Contohnya : 1. [am’boi ke’Лaŋ Rasa’]
2. [hai’-hai’ sa’yaŋ]
3. [hai’-hai’ sa’yang, in’tan pa’yung mai mai mai]
4. [sakit kaki? Kenapa’]
5. [a’wat ?]
6. [po’lis]
Nada
Nada ialah kadar meninggi atau menurun pengucapan sesuatu suku kata atau