BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silen Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa yang akan datang karena tingkat keganasanya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silen Killer karena
hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui
atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi
terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke
dan ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius
disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa yang
akan datang karena tingkat keganasanya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan
kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat
membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan
membutuhkan waktu yang panjang bahkan sampai seumur hidup.
Hipertensi saat ini masih menjadi faktor risiko kematian tertinggi di seluruh
dunia. Data yang dikumpulkan dari berbagai literature menunjukan jumlah penderita
hipertensi dewasa diseluruh dunia pada tahun 2000 adalah 957-987 juta orang.
Prevalensinya diduga akan semakin meningkat setiap tahunya sampai mencapai
angka 1,56 milyar (60% dari populasi dewasa dunia) pada tahun 2025.
1
WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab
kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke 49%
timbulnya serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya.
Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita
hipertensi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ
tubuh manusia. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari 7 kematian (7 juta
pertahun) di samping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal.
(Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita
hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5%
yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025
tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi
1,56 milyar penduduk di seluruh dunia.. (Depkes RI, 2007).
Menurut AHA (American Heart Assosiation) di Amerika tekanan darah tinggi
ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 285 atau 59 juta orang
mengidap hipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya
yang mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi, dari penderita yang mendapat
medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal/normal.
Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)
menunjukan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa
adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di
Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari NHANES tahun 1988-1991).
2
Di Amerika 15% golongan kulit putih dewasa dan 25-35% golongan kulit hitam
adalah penderita hipertensi. Angka kejadian hipertensi tahun 1997 adlah 4.400 per
100.000 penduduk. Insiden tertinggi adalah dikalangan kaum Melayu dan diikuti
kaum Cina dan India. (Suparman, 1998).
Di negara maju, pengendalian hipertensi juga belum memuaskan bahkan di
banyak Negara pengendalian tekanan darah hanya 8% karena menyangkut banyak
faktor dari penderita, tenaga kesehatan, obat - obatan maupun pelayanan
kesehatan. Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) seperti yang juga ahli jantung
menyatakan hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah bila
faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut meiputi monitoring tekanan darah
secara teratur program hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan aktifitas
fisik/gerakan badan diet yang sehat dengan kalori seimbang melalui konsumsi tinggi
serat, rendah lemak dan rendah garam. Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri
oleh individu atau masyarakat dan didukung oleh program pelayanan kesehatan yang
ada dan harus dilakukan sedini mungkin..
Di Asia penelitian di kota Taiwan, Taiwan menunjukan hasil sebagai berikut :
Penelitian pada usia diatas 65 tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan Jivve
ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1%) dan perempuan
(61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipetensi adalah 91,1% (laki-laki
29,4% dan perempuan 33,1%) hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-
laki 29,7% dan perempuan 28,8%). (Vina Ramitha, 2008).
3
Berdasarkan sensus nasional 2005 tingkat kejangkitan darah tinggi di
Tiongkok mencapai 18,8% bertambah 31% dibandingkan dengan tahun 1991.
(Depkes RI, 2007).
Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju.
Banyak kebiasaan makan yang telah diadopsi oleh orang Indonesia yang semakin
memperburuk keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man made disease) dan
penyakit degenerative sekarang telah menjadi masalah utama kesehatan. Perubahan
pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian siap santap
yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan
(directery fiber) membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit
degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, dan hipertensi. (Zukhair,
Alii, 2008).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara
17-21%. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita
hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya
tidak menyadari kondisi penyakitnya. (Depkes RI, 2007).
Hipertensi di Indonesia terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga setelah
penyakit jantung dan kanker. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995
menunjukan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia
cukup tinggi 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Prevalensi di daerah luar
Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan kedua pulau ini. Hal ini berkaitan erat dengan
4
pola makanan terutama konsumsi garam yang umumnya lebih tinggi di luar pulau
Jawa dan Bali. (Zukhair, Alii, 2008).
Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia
menunjukkan 1,8 – 18,8% penduduk yang berusia 20 tahun adalah penderita
hipertensi. Prevalensi di Sumatera Selatan dari penelitian menunjukan angka 6,3%
sampai 9,17 %. Lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan laki-laki. Zukhair,
Ali).
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien selama april sampai mei
2015 tersebut bahwa kasus penyakit tidak menular di UPTD Puskesmas
Kembangbahu hipertensi menduduki peringkat kedua.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya
tekanan darah, di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu.
5
B. Rumusan Masalah
Belum diketahuinya Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita
Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Kembangbahu Tahun 2015.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pengetahuan penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
2. Bagaimanakah sikap penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
3. Bagaimanakah tindakan penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di
wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kembangbahu tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di
wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kembangbahu, Tahun 2015. dalam
Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol.
6
b. Diketahuinya Gambaran Tingkat Sikap Penderita Hipertensi di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Kembangbauhu, Tahun 2015. dalam Upaya
Mencapai Tekanan Darah Terkontrol.
c. Diketahuinya Gambaran Tindakan Penderita Hipertensi di Puskesmas
Kembangbahu, Tahun 2015. dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah
Terkontrol.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman
bagi penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani
program internship dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti
tentang cara mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi UPTD
Puskesmas Kembangbahu. dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya penyakit hipertensi.
7
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di poli rawat jalan yang berada diwilayah
kerja Puskesmas Kembangbahu.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti
menggunakan analisa univariat.
8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007:143) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut
disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
9
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. (Roger, 1974).
2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Menurut Notoatmodjo dalam bukunya Ilmu Kesehatan Masyarakat (1997)
pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
10
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. (Notoatmodjo, 1993:96).
B. Sikap (Attitude)
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain
tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut:
11
“An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings,
and pro or conection tendencies will resepect to social object” (Krech et al, 1982).
“An individual’s social attitude in an syndrome of respons consistency with
regard to social objects” (Campbell, 1950).
“ A mental and neural state of rediness, organized through experlence,
excerting derective or dynamic influence up on the individual’s respons to all objects
and situations with which it is related” (Allport, 1954).
“Attitude with situational and other dispositional variables guides and direct
the obsert behavior of the individual” (Cardno, 1955).
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang
tertutup stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb (Notoatmodjo, 2003:131) adalah seorang ahli psikologi social
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah
laku yang dibuka lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek.
Dalam kegiatan lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok, yakni :
12
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terahdap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkat, yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat
dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
13
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
D. Praktek atau Tindakan (Practice)
Menurut Notoatmodjo (2007) suatu sikap belum otomatis terwujudnya dalam
suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya suatu sikap agar menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga
diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Tindakan mempunyai
beberapa tingkatan, yaitu:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
14
4. Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut. (Notoatmodjo, 2007:150).
E. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari
peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten di mana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg, pada
populasi manula hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
4 Penyakit beta MetoprololAtenolol PropanololAcebutolol
502540200
2001503201200
1x1x1x1x
5 Vasodilator HydralazineEcarazine HCL
5030
300120
2x2x
31
6 Penghambat ACECaptopril Lisinopril Enalapril
25-505
2,5-5
3004040
1-3x1x
1-2x
d. Pencegahan Hipertensi dengan cara tradisional
Banyak ramuan tradisional yang dapat dipercaya untuk menurunkan tekanan
darah, beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratories contoh yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah: cincau hijau, daun dan buah alpukat, mengkudu
masak (pace), mentimun, daun seledri, daun selada dan bawang putih.
Tabel 2.4Efek Samping obat anti hipertensi
Golongan obat Efek samping Thiazide/diuretic menyerupai thiaziae misalnya aprinox
- Kadar kalium dalam darah rendah (dideteksi dengan pemeriksaan darah)
- Toleransi glukosa terganggu (kadar glukosa darah diatas normal) terutama jika dikombinasi dengan beta blocker (dideteksi pemeriksaan darah)
- Peningkatan kadar kolesterol LDL, trigliserida dan asam urat (cek darah dan urine).
- Disfungsi ereksi (impotensi pada pria)- Gout (radang pada persendian akibat
peningkatan kadar gula)Alfa blocker (misalnya cardura)
- Inkontinensia- Rasa melayang pada saat berdiri
Beta-blocker(misalnya cardicor)
- Kadar glukosa tidak terkontrol- Latargi (lesu)- Gangguan memori dan kosentrasi- Gejala penyakit arteri perifer
memburuk, sirkulasi yang buruk pada tungkai.
Inhibitor ACE - Batuk
32
(misalnya capoten) - Fungsi ginjal memburuk- Hipotensi (akut, penurunan tekanan
darah tiba-tiba)- Ruam
Blocker kenal kalsium golongan non-dihydropyridine misalnya ticdiem
- Edema perifer (akumulasi cairan dan pembengkakan di mata kaki)
- Pembesaran gusi dan konstipasi7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).
8. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran
tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat
selama 5 menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80%
lengan) tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang
terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit
33
dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan
aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan
efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk,
2001).
9. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata. Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir
pada kegagalan jantung. Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki,
kelopak mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai
penyaring racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan
tubuh, penderita yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu
dengan biaya yang mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari
34
sebagai akibat tekanan darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan
kebutaan atau gangguan penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya
kesadaran kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah.
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
kedalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000)
F. kerangka Teori
35
Faktor Predisposisi1. Pengetahuan 2. Keyakinan 3. Nilai 4. Sikap5. geografi
Faktor Pendukung1. Tugas kesehatan 2. Keterjangkauan sumber 3. rioritas dan komitmen.
Faktor pendorong1. Keluarga 2. Petugas Kesehatan3. Masyarakat
Prilaku
pendidikan kesehatan
Kesehatan Kesejahteraan
Non Prilaku
Non Kesehatan
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatar belakangi atau
dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor-faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat
atau mendorong (reinforcing factors).
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori tersebut diatas maka peneliti mengadopsinya dalam
membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut.
B. Definisi Operasional
No VariabelDefinisi
OperasionalAlat Ukur
Cara ukur Hasil UkurSkala Ukur
1 Pengetahuan Aspek yang diketahui dan mampu diingat oleh responden tentang upaya
Kuesioner Wawancara Baik, jika responden dapat menjawab ≥ mean (kode 1).
Ordinal
36
Upaya penderita hipertensi dalam mencegah
kekambuhan penyakit hipertensi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan
mencegah kekambuhan penyakit hipertensi.
Kurang, jika responden tidak bisa mejawab < mean (kode 0).
No VariabelDefinisi
OperasionalAlat Ukur
Cara ukur Hasil UkurSkala Ukur
2 Sikap Segala pandangan atau pendapat responden yang berkaitan dengan upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi.
Kuesioner Wawancara Positif, jika responden dapat menjawab ≥ mean (kode 1).Negatif, jika responden tidak bisa mejawab < mean (kode 0).
Ordinal
3 Tindakan Upaya dalam mencegah kekambuhan penyakit hipertensi.
Kuesioner Wawancara Baik, jika responden melakukan upaya dalam mencegah kekambuhan penyakit hipertensi ≥ mean (kode 1).Kurang, jika responden tidak melakukan upaya dalam mencegah kekambuhan penyakit
Ordinal
37
hipertensi < mean (kode 0).
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan pengetahuan, sikap dan tindakan penderita hipertensi upaya
mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kembangbahu Tahun 2015. Penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
terhadap variabel yang diteliti yaiu variabel pengetahuan, variabel sikap dan variabel
tindakan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di poli rawat jalan dan wilayah kerja
Puskesmas Kembangbahu.
2. Waktu Penelitian
38
Penelitian akan dilakukan tanggal 26 April sampai 5 Juni 2015.
C. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian responden akan menandatangani format
persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini, hal ini dilakukan sebelum peneliti
menyerahkan kuesioner untuk dilakukan wawancara.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2002:79). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam
penelitian ini adalah penderita hipertensi yang datang berobat ke poli rawat jalan di
wilayah kerja kecamatan Kembangbahu selama bulan April 2015.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti, apabila subjeknya kurang
dari 100 maka lebih baik diambil semua hingga sampel penelitian menggunakan
seluruh populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%.
39
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 penderita (total populasi).
(Arikunto, 2003:112).
F. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti
dengan menggunakan teknik wawancara.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
pengetahuan, sikap dan tindakan penderita hipertensi upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi.
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di
proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga
jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
40
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi
bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan. (Hastono, 2001).
2. Tehnik Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan,
variabel sikap dan variabel tindakan.
Hasil penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi jawaban
benar/salah dari responden untuk setiap item pertanyaan dijumlahkan kemudian
dibagi dengan seluruh responden dikali 100% hasilnya berupa persentase.
Rumus yang digunakan
X P = x 100
N
Keterangan :
P : Persentase
41
X : Jumlah soal
N : Jumlah Responden
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kembangbahu, Tahun 2015. dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah
Terkontrol. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
A. Gambaran Umum Wilayah UPTD Puskesmas Kembangbahu
1. Latar belakang
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan paling terdepan di
masyarakat. Pada era globalisasi sekarang ini dibutuhakan suatu paradigma
yang berbeda dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Dengan kondisi Masyarakat yang semakin maju, maka dibutuhkan pelayanan
kesehatan berorientasi pada promotif dan preventif..
42
Dalam rangka mendukung program Pemerintah Daerah, Puskesmas
Kembangbahu berupaya melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat secara maksimal, sesuai program-program yang telah
direncanakan sebelumnya. Dimana dalam acuan tugas pokok puskesmas
dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, Puskesmas
Kembangbahu berupaya menjangkau semua lapisan masyarakat yang berada
di wilayah kerja Puskesmas.
Dengan segala keterbatasan, Puskesmas Kembangbahu berupaya
membawa masyarakat di wilayahnya untuk berprilaku hidup bersih dan sehat,
guna mendukung tercapainya Kota Lamongan Sehat.
Pada era desentralisasi ini, keberhasilan seluruh program yang akan
dilaksanakan bergantung pada keseriusan Pemerintah Daerah dalam
membiayai dan masyarakat selaku obyek, untuk ikut berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatannya. Dukungan lainnya yang cukup penting
adalah dari lintas sektoral dan pihak swasta. Maka diharapkan sinergi yang
dihasilkan akan mampu membawa Kota Lamongan Sehat Tahun 2015
menjadi kenyataan.
B. Hasil Penelitian
43
a. Gambaran Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Kembangbahu, Tahun 2015. dalam Upaya Mencapai
Tekanan Darah Terkontrol.
Pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya mencegah tidak
terkontrol tekanan darah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil
tahu penderita hipertensi melalui panca indera dengan titik potong (cut of
point) mean 7,8 diperoleh hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut
Tabel 2Distribusi frekuensi responden menurut Pengetahuan Penderita Hipertensi
dalam Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kembangbahu Tahun 2015
No Pengetahuan Jumlah Persentase
1
2
Baik
Kurang baik
3
7
30%
70%
Jumlah 10 100%
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden
berpengetahuan baik sejumlah 3 responden (30%) sisanya berpengetahuan
kurang sejumlah 7 responden (70%).
44
b. Gambaran Sikap di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kembangbahu, Tahun
2015. dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol.
Sikap penderita hipertensi dalam upaya mencegah tekanan darah tidak
terkontrol penyakit hipertensi adalah segala pandangan atau pendapat
penderita hipertensi yang berkaitan dengan upaya dalam mencegah
tekanan darah tidak terkontrol pada penyakit hipertensi dengan titik potong
(cut if point) mean 7,5 diperoleh hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3Distribusi frekuensi responden menurut sikap Penderita Hipertensi dalam
Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kembangbahu Tahun 2015
No Sikap Jumlah Persentase
1
2
Positif
Negatif
3
7
30%
70%
Jumlah 10 100%
Tabel menunjukan bahwa penderita hipertensi yang memiliki sikap
positif dalam upaya mencegah tekanan darah tidak terkontrol pada penyakit
hipertensi sejumlah 3 responden (30%) dan penderita hipertensi yang
memiliki sikap negatif sejumlah 7 responden (70%).
45
c. Gambaran tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak
terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kembangbahu Tahun 2015
Tindakan penderita hipertensi dalam upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi adalah usaha-usaha yang telah dilakukan penderita
hipertensi untuk mencegah tekanan darah tidak terkontrol penyakit hipertensi
dengan titik potong (cut of point) mean 6,03 diperoleh hasil sebagaimana
ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4.Distribusi frekuensi responden menurut tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kembangbahu Tahun 2015
No Tindakan Jumlah Persentase
1
2
Melakukan
Tidak melakukan
4
6
40%
60%
Jumlah 10 100%
Dari tabel 4 diatas diketahui bahwa responden yang baik upayanya dalam
mencegah tidak terkontrolnya tekanan pada penyakit hipertensi berjumlah 4
responden (40%) dan responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan
kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 6 responden (60%).
46
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Gambaran Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah
Kekambuhan Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan
baik sejumlah 3 responden (30%) sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 7
responden (70%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi
belum mempunyai pengetahuan baik dan mengerti tentang upaya mencegah
kekambuhan penyakit hipertensi. Sebagian penderita tidak mengetahui bahwa
memeriksakan tekanan darah secara teratur dan menjaga pola makan yang baik
47
akan sangat membantu mengontrol tekanan darah pada penyakit hipertensi,
namun masih ada 3 responden yang berpengetahuan cukup baik, kurangnya
pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya tamatan
sekolah dasar, kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan
kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat dan ada beberapa
responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50 tahun) dimana kemampuan
responden dalam menerima informasi kesehatan agak kurang.
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni : indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar berpengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga
Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu tindakan karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2002) peningkatan
pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel
perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas
cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.
48
B. Gambaran Sikap Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah Tekanan
darah Tidak Terkontrol pada Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden hipertensi yang memiliki
sikap positif dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 3
responden (30%) dan penderita hipertensi yang memiliki sikap negatif dalam
upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 7 responden (70%).
Hal ini menununjukan bahwa sikap responden masih negatif meskipun masih ada
3 responden yang mempunyai sikap positif. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
Pengetahuan yang kurang tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi, kurangnya kesadaran atau kemauan responden untuk berprilaku hidup
sehat dan ada juga beberapa responden yang mengambil sikap positif dikarenakan
kondisi mereka pada saat itu misalnya responden yang kurang pengetahuan
tentang upaya mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah pada penyakit
hipertensi tetapi karena mereka takut penyakit hipertensi akan menimbulkan
dampak yang lebih buruk lagi bagi kesehatanya maka responden juga mengambil
sikap yang positif.
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan salah satu domain perilaku
kesehatan yang dapat diartikan sebagai suatu reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup suatu stimulus/objek. Sedangkan menurut Newcomb
(Notoatmodjo, 2003) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu sikap belum otomatis terwujud
49
dalam bentuk praktek (overt behavior) untuk terwujud suatu sikap agar menjadi
perbuatan nyata (praktek) diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan antara lain fasilitas dan dukungan keluarga.
C. Gambaran Tindakan Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah
Tekanan Darah Tidak Terkontrol Pada Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam
mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 4 responden (40%) dan
responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan tidak terkontrolnya tekanan
darah penyakit hipertensi berjumlah 6 responden (60%). Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar responden masih kurang baik upayanya dalam mencegah
tekanan darah tidak terkontrol pada penyakit hipertensi. Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain : ada tidaknya kemauan dari responden untuk
sembuh/mengontrol kesehatanya, kurangnya kesadaran dari responden akan
pentingnya upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi dan sulitnya
meluangkan waktu untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan
mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta
kurangnya dukungan keluarga dalam memotivasi responden untuk melakukan
usaha dalam mencegah kekambuhan penyakit hipertensi, kurangnya perhatian
keluarga atau orang-orang terdekat dari responden akan berpengaruh besar dalam
keinginanya untuk sembuh.
50
Menurut Notoatmodjo (2003) tindakan merupakan aplikasi dari sikap
seseorang individu yang juga tidak terlepas dari pengetahuan individu itu sendiri.
Sikap membuat seseorang positif terhadap nilai-nilai kesehatan tetapi tidak selalu
terwujud dalam suatu tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan
antara lain tergantung pada situasi saat itu, mengacu kepada pengalaman
seseorang dan juga orang lain serta dipengaruhi juga oleh nilai-nilai yang ada di
masyarakat tersebut. Selain itu perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa
hal antara lain lingkungan, sarana kesehatan dan perilaku petugas kesehatan.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah diperoleh
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah Kerja UPTD
PuskesmasKembangbahu, Tahun 2015. dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah
Terkontrol sebagai berikut:
1. Pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi kurang baik sejumlah 3 responden (30%) sisanya
berpengetahuan baik sejumlah 7 responden (70%).
51
2. Sikap penderita hipertensi yang memiliki sikap negatif dalam upaya
mencegah kekambuhan penyakit hipertensi sejumlah 7 responden (70%) dan
positif sejumlah 3 responden (30%).
3. Tindakan penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi baik sejumlah 4 responden (40%) dan responden yang kurang baik
dalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 6
responden (60%).
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya
penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan
oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi
secara dini.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi
tentang penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan penyuluhan tentang
upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi secara dini dan tindakan
apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan
52
pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan
kesehatan terdekat.
3. Untuk Penderita Hipertensi
Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan
kesehatan terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan
dengan kesehatan untuk mencegah kekambuhan penyakit hipertensi serta
dapat termotivasi untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit
hipertensi menjadi lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang
mengandung lemak seperti gorengan, daging kambing, santan, mengurangi
konsumsi garam dapur, minuman yang mengandung kafein, alcohol,
merokok, malas berolahraga, serta menjauhi stress.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arora. 20085 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta : Bhauana Ilmu Populer.
Bustan. 2000 Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Gunawan Lany. 2000Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus
Hidayat, Aziz Alimul. 2007Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta :Salemba Medika
Sarwono Warpadzi, Soeparman,dkk. 2006.Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.
Wolf Harf Peter. 2006.Hipertensi. Jakarta : Buana Ilmu Populer
55
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Sebagai responden penelitian
Nama :
NIM :
Judul : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Hipertensi
56
Dalam Upaya Mencegah Tekanan Darah Tidak Terkontrol Pada
Penyakit Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kembangbahu Tahun 2015.
Menyatakan tidak keberatan dan bersedia untuk menjadi responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh tersebut diatas, saya bersedia berperan dalam
penelitian ini dan menandatangani lembar persetujuan sebagai responden peneliti.
Peneliti Responden
( ) ( )
KUESIONER PENELITIAN
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Hipertensi
Dalam Upaya Mencegah Tekanan Darah Tidak Terkontrol Pada Penyakit
Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kembangbahu
Tahun 2015
A. Identitas
Petunjuk pengisian
Isilah data berikut ini dengan benar
a. Tanggal pengisian kuesioner :
b. Nama :
c. Umur :
57
d. Pendidikan :
e. Alamat :
B. Aspek pertanyaan pengetahuan
Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan memberi
tanda (x) pada huruf pilihan tersebut!.
1. Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
2. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah ke
pelayanan kesehatan yang terdekat
Benar (1) Salah (0)
3. Membatasi makanan berlemak merupakan salah satu usaha untuk mencegah
tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
4. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah
meningkat.
Benar (1) Salah (0)
5. Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah
tekanan darah tinggi adalah olahraga secara teratur.
Benar (1) Salah (0)
6. Merokok dan minuman alcohol merupakan penyebab timbulnya kekambuhan
penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
7. Menjauhkan diri dari stress salah satu cara untuk mencegah tekanan darah
tinggi
58
Benar (1) Salah (0)
8. Dukungan keluarga merupakan salah satu yang penting untuk memotivasi
penderita hipertensi dalam menjalankan perubahan gaya hidupnya.
Benar (1) Salah (0)
9. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola makan
adalah usaha mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
10. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bisa mengurangi risiko terjadinya
penyakit hipertensi
Benar (1) Salah (0)
C. Aspek Sikap
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan “
S : Setuju TS : Tidak Setuju
No Pertanyaan S TS
1
2
3
4
Jika merasa pusing dan tengkuk terasa berat dalam jangka
waktu yang lama sebaiknya memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan terdekat.
Penderita hipertensi sebaiknya memeriksakan tekanan darah
secara teratur tiap bulan dan mengontrol pola makan.
Kurang istirahat dan banyak beban pikian dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat.
Penderita tekanan darah tinggi boleh melakukan olahraga
59
5
6
7
8
9
10
ringan seperti jogging, bersepeda dan berenang.
Konsumsi garam tidak perlu dihindari bagi penderita
hipertensi.
Mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti
gorengan, dan makanan yang bersantan perlu dilakukan oleh
penderita hipertensi.
Jika istirahat cukup tetapi masih pusing, teruskan saja minum
obat anti hipertensi tidak perlu ke puskesmas.
Menurunkan berat badan secara bertahap bisa mengurangi
risiko tekanan darah tinggi.
Mengkonsumsi makanan seperti daging kambing dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi.
Dukungan keluarga sangat penting perananya dalam
keberhasilan penderita hipertensi dalam menjalankan dietnya
D. Aspek Pernyataan Tindakan
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan :
Melakukan
Tidak melakukan
No Pernyataan Melakukan Tidak melakukan
1
2
3
4
5
Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap bulanya.Saya tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti daging merah, gorengan, jeroan.Saya mengkonsumsi setidaknya lima porsi buah dan sayuran segar setiap hari. Saya selalu minum obat anti hipertensi secara teratur jika tekanan darah tinggi.Saya selalu meluangkan waktu untuk istirahat
60
6
7
8
9
10
walaupun pekerjaan menumpuk.Saya berolahraga secara teratur untuk mengontrol tekanan darah.Saya tidak mengkonsumsi minum minuma keras seperti anggur, pigur dan bir bila sedang mempunyai masalah yang berat ataupun tidak mempunyai masalah.Saya mengurangi kebiasaan merokok dan konsumsi makanan yang mengandung garam tinggi untuk menghindari kekambuhan tekanan darah tinggi. Saya mengusahakan mengadakan rekreasi setelah mengerjakan pekerjaan yang berat.Saya akan mengontrol emosi saya jika sedang marah/banyak pikiran.
KUNCI JAWABAN
A. Pengetahuan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan Penyakit Hipertensi 1. Benar 6. Benar 2. Benar 7. Benar 3. Benar 8. Benar 4. Benar 9. Benar 5. Benar 10. Benar
B. Sikap Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan Penyakit Hipertensi 1. Setuju 2. Setuju 3. Setuju 4. Setuju 5. Tidak Setuju 6. Setuju 7. Tidak Setuju
61
8. Setuju 9. Setuju 10. Setuju
C. Tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan Penyakit Hipertensi 1. Melakukan 2. Melakukan 3. Melakukan 4. Melakukan 5. Melakukan 6. Melakukan 7. Melakukan 8. Melakukan 9. Melakukan 10. Melakukan