BAB I PENDAHULUAN Saat ini penyakit ISPA masih menjadi masalah di Indonesia. ISPA merupakan penyebab utama kematian balita. Dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun diperkirakan 150.000 diantaranya disebabkan karena ISPA. Dengan kata lain setiap hari terjadi kematian balita akibat ISPA selalu menepati kelompok penyakit terbanyak di sarana kesehatan dan ISPA Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita. 1 Penyakit infeksi saluran pernafasan, bersama-sama dengan malnutrisi dan diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak Balita di Negara berkembang (Sharma et al., 1998). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 %- 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini penyakit ISPA masih menjadi masalah di Indonesia. ISPA merupakan
penyebab utama kematian balita. Dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap
tahun diperkirakan 150.000 diantaranya disebabkan karena ISPA. Dengan kata lain setiap
hari terjadi kematian balita akibat ISPA selalu menepati kelompok penyakit terbanyak di
sarana kesehatan dan ISPA Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan
balita.1
Penyakit infeksi saluran pernafasan, bersama-sama dengan malnutrisi dan diare
merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak Balita di Negara berkembang
(Sharma et al., 1998).
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 %- 60 % dari
kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena
pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan
dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu
besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik.1
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama
pada Anak Balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20% - 30% kematian anak Balita (Depkes RI,
2000). ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana
kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan
1
berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dirjen
P2ML, 2000). Host, lingkungan dan sosiokultural merupakan beberapa variabel yang dapat
mempengaruhi insiden dan keparahan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Sharma et
al., 1998).
Dengan melihat hal tersebut, diharapkan dokter dapat berperan dalam pencegahan,
deteksi dini, terapi maupun rehabilitasi dari infeksi saluran pernapasan akut ini. Penulis
berusaha untuk menuliskan aspek-aspek yang dirasakan perlu untuk dipahami melalui
tinjauan pustaka dalam referat ini dan diharapkan dapat bermanfaat.
2
BAB II
ANATOMI
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan dan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernafasan.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai bagian bagian tersebut diatas:2
a. HIDUNG
Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan
mengalami proses yaitu:
Penyaringan ( filtrasi )
Partikel-partikel yang ada dalam udara pernafasan akan disaring khususnya
partikel-partikel yang berdiameter > 2µm. Cilia berperan sebagai filter.
Penghangatan
Kapiler pembuluh darah yang ada di lapisan mukosa hidung berperan sebagai
penghangat. Udara pernafasan yang dingin akan dihangatkan.
Pelembaban (humidifikasi)
Udara pernafasan yang kering akan dilembabkan oleh lapisan mukosa hidung
sehingga tidak mengiritasi saluran pernafasan. Sepertiga bagian atas hidung
terdiri dari tulang dan dua pertiga bagian bawahnya adalah kartilago yang
terdiri dari dua bagian. Bagian tengah dipisahkan oleh septum. Septum dan
dinding dalam rongga hidung dilapisi oleh membrane mukosa. Bagian depan
hidung yang terbuka keluar dilapisi oleh kulit dan folikel rambut. Bagian
belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.
b. PHARING
Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga nasal dibagi
dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing. Pharing
merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup secara
otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil merupakan pertahanan tubuh terhadap
benda-benda asing (organisme) yang masuk ke hidung dan pharing.
c. LARING
3
Laring berada diatas trachea, dibawah pharing. Sering kali orang menyebut
laring sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah ini akan membentuk
bunyi (suara).
d. TRACHEA
Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah cricoids
kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trachea bercabang
menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri
dari 6 – 10 cincin kartilago.
e. BRONCHUS
Bronchus primer dimulai dari karina. Bronchus kanan lebih gemuk dan
pendek serta lebih vertikal dibandingkan dengan bronchus kiri. Bronchus
primer dibagi kedalam lima bronchus sekunder (lobus) masing-masing lobus
dikelilingi oleh jaringan penyambung, pembuluh darah saraf, pembuluh limfatik.
Bronchus dilapisi oleh cilia yang berfungsi menangkap partikel-
partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk
atau ditelan.
f. BRONCHIOLUS
Merupakan cabang dari bronchus sekunder yang dibagi ke dalam saluran-
saluran kecil yaitu bronchiolus terminal dan bronchiolus respirasi. Kedua bronchiolus
ini mempunyai diameter < 1 mm. Bronchiolus terminalis dilapisi cilia, tidak terjadi
difusi di tempat ini. Sebagian kecil difusi terjadi pada bronchiolus respirasi.
g. ALVEOLUS
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari
bronchiolus respiratori. Sakus alveolis mengandung alveolus yang merupakan unit
fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung
+ 300 juta alveolus (luas permukaan + 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang
sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan recoil paru. Surfaktan ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang
adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.
h. PARU-PARU
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura. Pleura
terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/melapisi paru dan pleura
parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang
4
berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10–15 cc. Lubrikasi
dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru
melalui dua pembuluh darah yaitu:3
Arteri pulmonaris yang bercabang-cabang menjadi arteriol venula yang akan
membentuk jalinan kapiler.
Arteri bronchialis yang merupakan percabangan dari aorta torakal. Arteri ini
akan mensuplai darah untuk kebutuhan metabolisme paru.
BAB III
5
PEMBAHASAN
III. 1 Definisi
ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala
batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung
sampai dengan 14 hari (Depkes RI, 2000). ISPA adalah penyakit infeksi yang
menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari saluran napas, mulai dari hidung
(saluran pernapasan atas) hingga alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura yang disebabkan
oleh masuknya kuman (bakteri, virus atau riketsia) ke dalam organ saluran pernapasan
yang berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses
akut dari suatu penyakit, meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut derajat
keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu ISPA ringan, ISPA
sedang, dan ISPA berat. Pembagian menurut deajat keparahan tersebut didasarkan
pada gejala-gejala dan tanda-tandanya. ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA
sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan, misalnya penderita kurang
mendapat perawatan atau saat penderita dalam keadaan lemah hingga daya tahan
tubuhnya rendah. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui oleh orang
awam, sedangkan gejala ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan
sederhana.4
III. 2 Klasifikasi
WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat
keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan
telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun
pembagiannya sebagai berikut :5
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
a. ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
i. Batuk
6
ii. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
iii. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
iv. Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba
dengan penggung tangan terasa panas.
b. ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-gejala
ISPA ringan disertai gejala-gejala berikut :
i. Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur >1 tahun atau >
40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun atau lebih.
ii. Suhu tubuh lebih dari 390C.
iii. Tenggorokan berwarna merah.
iv. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
v. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
vi. Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit. Dari gejala-
gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak menderita ISPA ringan
sedangkan suhu tubuhnya lebih dari 390C atau gizinya kurang baik,atau
umurnya ≤4 bulan, maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus
mendapat pertolongan dari petugas kesehatan.
c. ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-gejala
ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut :
i. Bibir atau kulit membiru.
ii. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernapas.
iii. Kesadaran menurun.
iv. Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah.
v. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.
vi. Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
vii. Tenggorokan berwarna merah.
7
Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena perlu
mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan atau cairan
infus.
Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan
tanda-tanda klinis yang didapat yaitu :4
1. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun
Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu :
a) Pneumonia berat
Tanda utama :
Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, serta gizi buruk.
Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bila paru-paru
menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik
nafas.
Tanda lain yang mungkin ada :
Nafas cuping hidung.
Suara rintihan.
Sianosis (pucat).
b) Pneumonia tidak berat
Tanda Utama :
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
Di sertai nafas cepat :
Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun.
Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.
c) Bukan pneumonia
Tanda utama :
Tidak ada tarikan dinding dada kedalam.
Tidak ada nafas cepat :
Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun.
Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun – 5 tahun.
2. Anak umur kurang dari 2 bulan
8
Untuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a) Pneumonia berat
Tanda utama :
Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing, demm atau dingin.
Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih.
Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.
b) Bukan pneumonia
Tanda utama :
Tidak ada nafas cepat.
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
III. 3 Epidemiologi
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia perkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun),
artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6
kali setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka
kesakitan dikota cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan
oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih
tinggi daripada di desa.1
ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10 penyakit
utama di Negara berkembang. Di Negara berkembang, penyakit pneumonia
merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia kurang
dari 2 bulan. Dari Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui
bahwa morbiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,2% dan pada balita 40,6%,
sedangkan angka mortalitas 36%.
Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar 3-6 kali per tahun per anak, sekitar
40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat jalan dan
rawat inap di rumah sakit juga disebabkan oleh ISPA. Hasil SKRT tahun 1992
menunjukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat penyakit ISPA menduduki
urutan pertama (36%), dan angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua
(13%). Di jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking 1
pada 10 besar penyakit pasien rawat jalan di puskesmas