TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER ANALISIS MANAJEMEN KINERJA KOORDINASI RELASIONAL TIM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (STUDI KASUS DI KABUPATEN BELITUNG) TAPM diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Disusun Oleh: Arham Armuza NIM. 015624493 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA 2012 UNIVERSITAS TERBUKA 1340998.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER
ANALISIS MANAJEMEN KINERJA KOORDINASI RELASIONAL TIM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
(STUDI KASUS DI KABUPATEN BELITUNG)
TAPM diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Manajemen
Disusun Oleh: Arham Armuza NIM. 015624493
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA
2012
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
LENOVO
Stamp
ABSTRACT
ANALYSIS OF PERFORMANCE MANAGEMENT OF RELATIONAL COORDINATION OF TEAM ONE STOP INTEGRATED SERVICE
Keywords: relational coordination, element of team, longevity, clear-boundaries, trust, reward or recognition
The one stop integrated service in implementation was still founded the problem in processing interagency coordination. Researcher reviewed these problems through the approach of relational coordination theory. The Aims of this research founded the quality relational coordination team in the one stop integrated service currently and analyzed relationship quality between relational coordination performances and the quality of element team, that including: longevity, clear boundaries, mutual trust, and rewards or recognition.
The subjects of research were the members of Technical Working Team of The One Stop Integrated Service in Belitung Regency. Data collected through census techniques (N = 30), interview method based on structuring questionnaire instrument interval Likert’s Scale, as well as supporting by observation and document review.
The result of research showed that the index performance of relational coordination team was good (average= 3.66 or IRC = 73.2).The performance relational coordination had high significant level with the elements of team (r = 855 Sig. 0.001). The variable of element team explained performance of relational coordination above 77 percent. Both of elements: longevity and mutual trust had significant contributions each others with t-values = 5.890, Sig. 0.01 and t-values = 2.585, Sig. 0.02. In the other sides, two of the other elements: clear boundaries and reward or recognition had positive correlation, but did not have significant contribution to the performance of relational coordination.
The study had suggested, in order to enhance the performance of relational coordination necessary to review performance of team periodically, which followed by socialization or training for team members, and for the same time, given financial and non-financial reward to team members according to their performance. Also recommended in the policy of rotation employees stability team members must be considered.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
ABSTRAK
ANALISIS MANAJEMEN KINERJA KOORDINASI RELASIONAL TIM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Kata Kunci: koordinasi relasional, elemen tim, longevity , kejelasan batas tim, saling percaya, penghargaan atau pengakuan
Dalam pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu, masih ditemukan adanya permasalahan dalam proses koordinasi antarinstansi. Peneliti meninjau permasalahan tersebut dengan pendekatan teori koordinasi relasional. Tujuan penelitian untuk mengetahui kualitas koordinasi relasional tim pelayanan terpadu satu pintu saat ini di Kabupaten Belitung dan menganalisis hubungan kualitas kinerja koordinasi relasional tersebut dengan kualitas elemen tim yang meliputi: longevity, kejelasan batas tim, saling percaya, penghargaan atau pengakuan.
Subjek penelitian adalah anggota Tim Kerja Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Belitung. Pengumpulan data melalui teknik sensus (N=30), dengan metode wawancara berpedoman pada instrumen kuesioner terstruktur skala interval Likert, serta dukungan observasi dan telaah dokumen.
Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks kinerja koordinasi relasional tim saat ini baik (nilai rata-rata tertimbang 3,66, IKR = 73,2). Kinerja koordinasi relasional berkorelasi tinggi dengan elemen tim (r =855 Sig. 0,001). Variabel elemen tim secara bersama-sama dapat menjelaskan kinerja koordinasi relasional sebesar 77 persen. Dua elemen tim, yaitu: longevity dan saling percaya mempunyai kontribusi signifikan masing-masing dengan t-hitung = 5,89 pada taraf Sig 0,001 dan t-hitung = 2,585 pada taraf Sig. 0,02. Sedangkan dua elemen tim lainnya: kejelasan batas tim dan penghargaan atau pengakuan mempunyai korelasi yang positif, tetapi tidak mempunyai kontribusi signifikan pada kinerja koordinasi relasional.
Penelitian ini menyarankan, guna meningkatkan kinerja koordinasi relasional perlu untuk secara berkala melaksanakan evaluasi kinerja tim yang ditindak lanjuti dengan mengadakan sosialisasi atau pelatihan bagi anggota tim, dan pada saat yang sama, diberikan penghargaan finansial dan nonfinansial kepada anggota tim sesuai dengan kinerja masing-masing. Disarankan juga dalam kebijakan rotasi pegawai, kestabilan anggota tim perlu untuk dipertimbangkan.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan Yang Kuasa, hanya atas
pertolongan dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis
ini merupakan Tugas Akhir Program Magister (TAPM) dalam rangka memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Magister Manajemen Program Pascasarjana
Universitas Terbuka.
Saya mengakui sejujurnya, sejak mulai perkuliahan sampai pada
penyelesaian TAPM ini banyak kendala dan kesulitan yang saya hadapi. Tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, niscaya saya akan gagal. Oleh karena
itu, dengan segala ketulusan hati, pada kesempatan ini saya menyampaikan terima
kasih kepada:
1) Direktur Program Pascasarjana Universitas Terbuka;
2) Kepala UPBJJ-UT Pangkal Pinang, selaku penyelenggara Program
Pascasarjana;
3) Pembimbing I, Bapak Prof. Dr. Ferdinand D. Saragih, MA dan Pembimbing
II, Bapak Dr. A.A. Ketut Budiastra, M.Ed yang telah menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan TAPM ini;
4) Kepala Bidang Magister Manajemen selaku penanggung jawab program
Magister Manajemen;
5) Para Dosen/Tutor Tatap Muka dan Online, yang telah banyak mencurahkan
ilmunya sepanjang masa perkuliahan;
6) Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pemerintah Kabupaten
Belitung, yang telah memberikan banyak dukungan dan izin belajar;
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
7) Kepala Kantor PTSP bersama staf dan para Pimpinan dan Responden pada
instansi Pemerintah Kabupaten Belitung yang telah memberikan akses dan
informasi yang diperlukan sebagai bahan penyusunan Tesis ini;
8) Ibunda, istri dan anak-anak saya yang telah dan selalu memberikan semangat
dan dukungan doa;
9) Seluruh Staf UPBJJ-UT Pangkal Pinang serta teman-teman seangkatan dalam
perkuliahan ini yang setia kawan dan selalu menyemangati untuk aktif dan
menyelesaikan TPAM.
10) Semua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moral.
Atas semua jasa dan kebaikan itu, saya hanya dapat membalasnya dengan
doa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang lebih baik dan
semoga TPAM ini memberikan manfaat.
Pangkal Pinang, Desember 2012
Penulis,
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ……………………………………………………………………
Pernyataan Orisinalitas ……………………………………………………
Lembar Persetujuan ………………………………………………………
Lembar Pengesahan ……………………………………………….………
Kata Pengantar …………………………………………………….……..
Daftar Isi ………………………………………………………….……….
Daftar Tabel ……………………………………………………….……..
Daftar Gambar …………………………………………………….………
Daftar Lampiran ………………………………………………….………
ii
iv
v
vi
vii
ix
xii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………….………
B. Perumusan Masalah …………………………………….……
C. Tujuan Penelitian …………………………………….……..
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………………………..
1
1
9
9
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….
A. Kajian Teori ..........................................................................
1. Tinjauan Tentang Kelembagaan PTSP ………………….
2. Teori Tentang Tim ……………………………………….
3. Teori Koordinasi ..………………………………………..
B. Kerangka Konseptual …………………………………….....
C. Definisi Operasional ………………………………………. .
11
11
11
13
18
21
25
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………..….
A. Jenis Penelitian ………….………………..…….…………
B. Populasi Penelitian ………………………………..……….
C. Teknik Pengumpulan Data ………………………..……….
D. Uji Reliabilitas dan Validitas ……...………………..……..
E. Analisis Data …………………………………….….…….
1. Deskriptif …………………………………….….……..
2. Kuantitatif ………………………………………..…….
36
36
37
39
40
41
41
42
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ……………………………
A. Gambaran Umum ……………………………………..…..
1. Latar Belakang Lokasi dan Potensi ……………...…...…
2. Proses Kerja Pelayanan Perizinan …………………..…..
3. Latar Belakang Responden ………………..………..…...
B. Kondisi Objektif Elemen Tim dan Koordinasi Relasional…
1. Kondisi Kualitas Elemen Tim ..…………………………
2. Peranan Kelompok Fungsional Atas Kualitas Tim ……...
3. Kondisi Kinerja Dimensi Koordinasi Relasional ………..
a. Kinerja dimensi-dimensi komunikasi ………………....
b. Kinerja dimensi-dimensi relasi ……………………..…
4. Peranan Kelompok Fungsional ………………………….
5. Nilai Indeks Kinerja Koordinasi Relasional Tim ………..
C. Hubungan Koordinasi Relasional dengan Elemen Tim ….…..
1. Temuan Analisis Kuatitatif ………………………..……
a. Analisis korelasi …………………………………..…..
45
45
45
48
53
56
56
60
62
64
66
69
71
74
74
74
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
b. Analisis regresi multivariat ………..………………....
2. Pembahasan ………………………………………….….
a. Hubungan longevity dengan koordinasi relasional .......
b. Hubungan kejelasan batas dengan koordinasi relasional
c. Hubungan saling percaya dengan koordinasi relasional
d. Hubungan penghargaan/pengakuan dengan koordinasi
relasional …………………………………….………..
D. Keterbatasan Penelitian ………………………….………….
78
85
86
87
90
92
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………..……….
A. Kesimpulan ……………….…………………………...…….
B. Saran …………………….….…………………………..……
97
97
98
DAFTAR PUSTAKA ……………………..………………………..…….. 101
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Jenis dan Jumlah Perizinan dikeluarkan Tahun 2009&2010 … 5
1.2 Nilai Indek Kepuasan Masyarakat Pada Kantor PTSP
Tahun 2010 ……………………………………………………
6
2.3 Elemen Tim Menurut Para Ahli dan Elemen Dipilih ………... 33
2.4 Variabel, Definsi Operasional, Pengukuran dan Referensi …... 34
3.5 Jumlah Responden Menurut Asal Instansi …………………… 38
3.6 Kriteria Predikat Nilai Rata-Rata Dalam Interval …………… 41
3.7 Output:Tests of Normality ……………………………………. 42
4.8 Jumlah Penduduk Kabupaten Belitung Menurut Kecamatan Tahun 2010 ……………………………………………………
46
4.9 Jumlah Personil Menurut Fungsi Instansi ……………………. 53
4.10 Jumlah Responden Menurut Kelompok Umur ………………. 54
4.11 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin ……………….…. 54
4.12 Jumalah Responden Menurut Tingkat Pendidikan ……….….. 55
4.13 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendikana Dalam Kelompok Umur ………………………………………………
55
4.14 Daftar Pertanyaan Variabel Elemen Tim dan Kode …………. 56
4.15 Descriptive Statistics Rata-rata Jawaban Responden Per elemen Tim …………………………………………………...
57
4.16 Kualitas Elemen Tim Menurut Kelompok Fungsi Anggota … 60
4.17 Test of Homogeneity of Variance: Dalam Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Terhadap Elemen Tim
62
4.18 Daftar Pertanyaan Variabel Koordinasi Relasional dan Kode 63
Keberadaan PTSP di Indonesia dirancang sebagai perangkat pemerintah
daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan
perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu. Organisasi
perangkat daerah ini termasuk dalam kategori lembaga teknis yang berbentuk
badan atau kantor. Berbagai jenis perizinan yang semula pemrosesannya tersebar
di berbagai instansi diintegrasikan (dipadukan) pada lembaga ini (Permendagri
Nomor 20 Tahun 2008).
Menurut Steer (2006), untuk memahami posisi kelembagaan OSS di
pemerintah daerah, perlu mempertimbangkan tiga faktor: dasar hukum, tingkat
organisasi dan otoritas operasional. Faktor pertama dasar hukum, sangat
menentukan karena menyangkut kepastian hukum. Pembentukan ataupun
kewenangan OSS yang diatur melalui Peraturan Daerah (Perda) lebih kuat dan
mempunyai kekuatan lebih besar daripada dibentuk berdasarkan Peraturan
Bupati/Walikota.
Faktor kedua tingkat organisasi. Menurut Steer (2006) tingkat organisasi
OSS di Indonesia sejak awal pembentukannya bervariasi: ada dalam bentuk unit,
kantor dan dinas atau badan; pada umumnya bentuk dinas atau badan lebih
efisien. Tetapi sejak tahun 2006 pemerintah telah merekomendasikan sekurang-
kurang dalam bentuk kantor.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
12
Faktor ketiga otoritas, menurut Steer (2006) berhubungan erat dengan
tingkat organisasi dan dasar hukum. Sebuah fungsi OSS paling efisien jika
memiliki otoritas atau kewenangan untuk menerima, memproses dan menyetujui
aplikasi lisensi. Kewenangan ini pada umumnya, meskipun tidak secara eksklusif
terkait dengan bentuk dinas dari OSS dan peraturan daerah (Perda). Namun,
organisasi tingkat unit dan kantor juga dapat menggunakan otoritas yang lebih
besar, tergantung pada instrumen hukum berkaitan arahan dan kepemimpinan dari
pemerintah.
Dari dokumen yang tersedia diketahui bahwa organisasi PTSP pada lokasi
penelitian kasus ini adalah tingkat kantor. Keberadaan organisasi ditetapkan
berdasarkan Perda No. 21 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata kerja
Lembaga Teknis. Penjabaran tugas pokok dan fungsi ditetapkan berdasarkan
Peraturan Bupati (Perbup). (Perbup Nomor: 46/2008 Tentang Penjabaran Tugas
dan Fungsi Kantor PTSP).
Sesuai ketentuan Permendagri Nomor 24 Tahun 2006, lembaga ini
memberikan pelayanan dengan menggunakan sistem loket. Menurut ketentuan,
setiap penyelenggara PTSP menyediakan lima loket, yaitu: (a) loket pengajuan
permohonan dan informasi; (b) loket pemrosesan berkas; (c) pembayaran; (d)
loket penyerahan dokumen; dan (e) penanganan pengaduan. (pasal 5). Namun
kewenangan operasional Kantor PTSP dalam memberikan perizinan tidak
seluruhnya penuh atau dapat diselesaikan dalam lingkup organisasi PTSP (in-
house). Beberapa perizinan atau aspek-aspek tertentu perizinan, kewenangannya
masih pada instansi teknis. Oleh karena itu, lembaga ini dalam mengelola
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
13
administrasi perizinan dan non perizinan dituntut untuk mengacu pada prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan keamanan berkas (pasal 7).
Untuk mempercepat proses kerja koordinasi dibentuk Tim Kerja Teknis
yang keanggotaannya masing-masing wakil dari instansi teknis terkait di bawah
koordinasi Kepala PTSP. Tim kerja teknis diberikan kewenangan untuk
mengambil keputusan dalam memberikan rekomendasi mengenai diterima atau
ditolaknya suatu permohonan perizinan. Tim tersebut ditetapkan dengan
Keputusan Bupati/ Walikota (pasal 10).
Suatu penelitian Model Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Tasikmalaya, Priyanta,
Imamulhadi & Imami (2008) memperlihatkan bahwa tim kerja teknis (dalam
naskah tersebut disingkat: tim teknis) mempunyai fungsi yang sangat strategis.
Tiap bagian atau seksi dalam struktur formal organisasi PTSP berhubungan
dengan tim teknis.
2. Teori Tentang Tim
Menurut Hackman & Katz (2010) bekerja dalam tim merupakan
kecenderungan organisasi modern dalam merespon semakin kompleks dan makin
tingginya saling ketergantungan pekerjaan; terutama sejak Harold Leavitt (1975)
dalam esainya berjudul "Suppose We Took Groups Seriously…” pada peringatan
ke-50 studi Hawthorne, menulis bahwa kelompok (tim) menghasilkan banyak
manfaat sehingga pertimbangan serius harus diberikan untuk menggunakan
kelompok bukan individu sebagai blok bangunan dasar organisasi (the basic
building blocks of organizations).
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14
Seiring perkembangan dan penelitian tentang tim, definisi tim juga
menjadi sangat banyak. Setiap ahli mendefinisikan sesuai sudut pandang (disiplin)
keilmuannya masing-masing. Mengenai terminologi (istilah) yang dipergunakan,
kelompok (group) atau tim (team) para ahli juga mempunyai pandangannya
masing-masing. Beberapa di antaranya tidak membedakan, dan menyebut
“kelompok” dan “tim” secara bergantian, sedangkan para ahli lainnya
membedakannya. Sementara itu Katzenbach & Smith (1997: 63), mendefinisikan:
Tim adalah sejumlah kecil orang yang memiliki keahlian komplementer yang bekerja untuk maksud, tujuan kinerja, dan ancangan bersama yang membuat mereka mengikat diri mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab bersama (A team is a small number of people with complementary skills who are committed to a common purpose, performance goals, and approach for which they hold themselves mutually accountable. p.45).
Ratmawati & Herachwati (2007: 4.2) mendefinisikan kelompok sebagai
“dua individu yang saling berinteraksi dan saling tergantung antara satu sama
yang lain, saling bergabung untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”. Ratmawati
dan Herachwati mengacu kepada Robbins (2001) membedakan pengertian tim
dengan kelompok. Bahwa tim lebih membangkitkan sinergi positif melalui usaha
yang terkoordinasi, yang hasilnya lebih dari jumlah individual anggota.
Robbins & Coulter (2007: 454) mendefiniskan kelompok sebagai “two or
more interacting and interdependent individuals who come together to achieve
specific goals”. Kelompok berinteraksi untuk berbagi informasi dan membuat
keputusan untuk membantu setiap anggota melakukan pekerjaannya lebih efisien
dan efektif. Kelompok tidak perlu terlibat dalam kerja kolektif yang
membutuhkan usaha bersama. Kinerja kelompok adalah jumlah kinerja individual
anggota kelompok. Sedangkan tim, adalah kelompok yang anggotanya bekerja
secara inten menggunakan sinergi positif mereka dengan keterampilan saling
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
15
melengkapi dan individu yang saling bertanggungjawab untuk suatu tujuan
bersama yang spesifik. Kinerja yang dihasilkan oleh suatu tim lebih besar dari
pada jumlah kinerja individual anggotanya.
Hackman & Katz (2010: 1210), menggunakan definisi yang mereka
pandang relatif sederhana dan inklusif: A group is an intact social system,
complete with boundaries, interdependence for some shared purpose, and
differentiated member roles. Sebuah kelompok adalah sebuah sistem sosial yang
utuh, lengkap dengan batas-batas, saling ketergantungan untuk tujuan bersama,
dan peran anggota dibedakan. Hackman tidak membedakan kelompok dengan tim.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah tim adalah
(1) dua atau lebih individu, yang (2) dengan batas-batas tertentu, (3) saling
berinteraksi satu sama lain, karena (4) adanya saling ketergantungan tugas dan
fungsi, serta sepakat (5) untuk saling bertanggungjawab, (6) mencapai tujuan
bersama.
Arti penting atau kualitas suatu tim pada umumnya dikaitkan dengan
efektivitas atau kinerja tim tersebut dalam pencapaian sasaran atau tujuan
pembentukannya. Para ahli pada umumnya mengukurnya dari fungsi variabel
elemen-elemen tim.
Katzenbach & Smith (1997: 83) berpendapat ada enam elemen dasar tim
(the six basic elements of team) yang memungkinkan tim berkinerja tinggi.
Elemen pertama jumlah yang cukup kecil (small enough in number), sehingga
memungkinkan mudah dan sering mengadakan rapat, mudah dan sering
berkomunikasi dengan semua anggota, dapat berdiskusi terbuka dan interaktif,
serta setiap anggota memahami peranan dan keahlian anggota lain. Elemen kedua
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
16
tingkat keahlian komplementer yang memadai (adequate levels of complementary
skills), baik keterampilan teknik, pemecahan masalah dan keterampilan
interpersonal. Elemen ketiga tujuan yang sungguh-sungguh bermakna (truly
meaningfull purpose), yang dengannya semua anggota merasa bahwa tujuan itu
penting atau menarik untuk mereka wujudkan. Elemen keempat sasaran spesifik
(specific goal or goals), tercakup di dalamnya jelas, sederhana, realistis, dapat
diukur dan ditentukan pencapaiannya, semua anggota setuju dan
mengartikulasikannya dengan cara yang sama.
Elemen kelima ancangan kerja yang jelas (clear working approach), yang
memungkinkan semua anggota untuk mengkontribusikan jumlah kerja riil yang
sama, mendorong interaksi terbuka dan pemecahan masalah berdasarkan fakta.
Elemen keenam rasa tanggung jawab bersama (sense of mutual accountability),
mencakup tanggungjawab secara individual dan bersama atas semua tindakan
berupa kegagalan maupun keberhasilan dalam pencapaian misi, tujuan dan
sasaran tim.
Hackman (2004) menekankan “how well a team is performing is viewed as
one of the major influences on group interaction processes (seberapa baik kinerja
sebuah tim dipandang sebagai salah satu pengaruh besar pada proses interaksi
kelompok). Melalui penelitiannya, Hackman mengidentifikasi lima kondisi yang
memungkinkan meningkatnya kinerja ataupun efektifitas suatu tim. Wageman, et
al. (2005), kemudian mengembangkan lima kondisi tersebut sebagai instrumen
mendiagnosis tim secara kuantitatif, yaitu: (a) orang yang bertanggungjawab
untuk pekerjaan adalah the real team (tim sejati), yang mencakup: kejelasan batas
(clear boundaries), interdependensi tujuan, hasil dan tangungjawab, serta stabiltas
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
17
keaggotaan memberikan kesempatan anggota belajar dan kerjasama; (b) tim
memiliki arah yang menarik bagi pekerjaannya (Compelling direction), yang
mencakup: tujuan yang menantang, berarti dan konsekuensial; (c) struktur tim
memfasilitasi daripada menghambat kerja bersama (enabling structure), yang
mencakup: desain tugas, komposisi tim dan norma inti perilaku; (d) kontek
organisasi tim beroperasi menyediakan dukungan untuk kegiatan tugas
(supportive organizational context) yang mencakup: penghargaan/pengakuan
(rewards/recognition), informasi, pendidikan/konsultasi dan sumberdaya; dan (e)
telah tersedia tenaga ahli yang menangani pembinaan dan membantu anggota
untuk kinerja mereka (Coaching Availability).
Robbins & Coulter (2007: 471), menggambarkan karakteristik tim yang
efektif dengan sembilan “mata rantai” melingkar yang terdiri dari: clear goals,
relevant skills, mutual trust, unified commitment, good communication,
negotiating skills, appropriate leadership, internal and external suport. Dari
penjelasan Robbins & Coulter (2007), atas elemen-elemen tersebut esensinya
sama dengan pendapat-pendapat sebelumnya, hanya berbeda nomenklaturnya
saja.
Belakangan ini Khan, et al. (2010), mengemukakan empat elemen tim,
terkait dengan efektifitas koordinasi, yaitu: longevity (panjang umur atau durasi
dalam tim), keragaman pengetahuan (knowledge diversity), kepercayaan (trust)
dan keberhasilan kelompok (group efficacy). Dalam penelitian Khan, et al. (2010),
elemen tim: longevity, knowledge diversity (komposisi tim), trust dan group
efficacy (atribut tim) merupakan variabel koordinasi implisit berpengaruh pada
koordinasi eksplisit melalui (variabel moderator) rasa kebersamaan (sharedness).
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
18
Menurut Hackman & Katz (2010) kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi yang begitu pesat telah banyak menimbulkan perubahan karakteristik
tim. Interaksi antar anggota tidak lagi semata-mata dalam pengertian tatap muka
atau bertemu secara fisik; karena anggota dapat berinteraksi terutama (dan
kadang-kadang eksklusif) dengan menggunakan sarana elektronik dan jadwal
mereka sendiri. Namun, dalam tinjauan Hackman & Katz (2010) pendekatan
psikologi sosial masih tetap relevan untuk menjelaskan berbagai fenomena tim
dengan teori-teori yang juga terus berkembang.
3. Teori Koordinasi
Malone & Crowston (1994: 90) mendefinisikan koordinasi sebagai
mengelola ketergantungan antara kegiatan (“Coordination is managing
dependencies between activities”). Hal itu menurut mereka konsisten dengan
intuisi sederhana bahwa jika tidak ada saling ketergantungan, tidak ada apa-apa
untuk dikoordinasikan. Kebutuhan mengelola saling ketergantungan muncul
setiap ada kegiatan yang mengharuskan berbagi sumber daya (uang, ruang, aktor
atau waktu) yang terbatas atau dibatasi.
Bentuk saling ketergantungan itu menurut James D. Thompson,
sebagaimana dikemukakan oleh Handoko (2003: 196) ada tiga macam. Pertama,
saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), yaitu apabila
satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap
satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir. Kedua, saling ketergantungan
yang berurutan (sequential interdependece), di mana suatu satuan organisasi harus
melakukan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
19
Ketiga, saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence),
merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Stoner, et al. (1996: II.6) menggambarkan sebuah organisasi sebagai “pola
hubungan – banyak hubungan yang saling terjalin secara simultan – yang menjadi
jalan bagi orang, dengan pengarahan dari manajer, untuk mencapai sasaran
bersama”. Koordinasi pada dasarnya merupakan “proses menyatukan aktivitas
dari departemen yang terpisah untuk mencapai sasaran organisasi secara efektif”.
Definisi tersebut lebih menggambarkan koordinasi dalam satu organisasi.
Menurut Campbell & Harnett (2005) konsep baru koordinasi dalam kontek
antar instansi atau antar lembaga bahwa koordinisasi merupakan proses berulang-
ulang (iterative process) yang secara bertahap membangun kepercayaan,
pemahaman dan hubungan kerja. Koordinasi tersebut dibangun melalu proses:
komunikasi koeksistensi aksi terkoordinasi tindakan terpadu dan
pengambilan keputusan (diambil dari konsep spektrum kerjasama Andre
Strimling). Dari satu langkah menuju langkah berikutnya koordinasi (komunikasi
koeksistensi tindakan terkoordinasi aksi yang terpadu dan pengambilan
keputusan) mensyaratkan bahwa setiap instansi mengerahkan sejumlah besar
sumber daya dan menurunkan tingkat kendalinya yang lebih besar untuk
mencapai tujuan koordinasi. Dalam proses koordinasi tersebut masing-masing
instansi harus mempunyai tingkat komitmen yang tinggi dan mengambil risiko
masing-masing lembaga yang diperlukan dalam proses koordinasi. Setiap badan
harus mengadopsi prinsip-prinsip koordinasi, utamanya transparansi dan dampak
akuntabilitas. Oleh karena itu, menurut Campbell & Harnett (2005) penting bahwa
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
20
kelembagaan dan insentif pribadi dibentuk untuk mendorong komitmen yang
lebih besar untuk koordinasi, jika koordinasi benar-benar diinginkan.
Jody Hoffer Gittell dari Associate Professor The Heller School for Social
Policy and Management Brandeis University Waltham, mengembangkan bangun
koordinasi yang disebutnya koordinasi relasional (relational coordinaton). Gittell
(2009: 3) mendefinisikan koordinasi relasional sebagai “a mutually reinforcing
process of interaction between communication and relationships carried out for
the purpose of task integration” (suatu proses interaksi saling memperkuat antara
komunikasi dan relasi yang dilakukan untuk tujuan integrasi tugas). Menurut
Gittell (2009) melalui penelitian lapangan secara induktif dan telah divalidasi
beberapa studi selanjutnya ditemukan bahwa koordinasi relasional terdiri dari
tujuh dimensi, yaitu: “frequent, timely, accurate, problem-solving communication,
and relationships of shared goals, shared knowledge and mutual respect” (sering,
tepat waktu, akurasi, pemecahan masalah komunikasi, dan berbagi tujuan, berbagi
pengetahuan dan saling menghormati).
Secara ringkas Gittell (2009: 19) menjelaskan teori koordinasi relasional
bahwa koordinasi pekerjaan (the coordination of work) paling efektif dilakukan
melalui komunikasi berkualitas tinggi dan melalui hubungan berkualitas tinggi di
antara peserta. Bahwa hubungan yaitu adanya tujuan bersama, pengetahuan
bersama, saling menghormati mendukung komunikasi yang berkualitas tinggi, dan
demikian pula sebaliknya. Secara bersama-sama dimensi-dimensi tersebut
memungkinkan para peserta untuk secara efektif mengkoordinasikan pekerjaan
mereka.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
21
B. Kerangka Konseptual
Manajemen Kinerja organisasi/instansi pemerintah sesuai regulasi yang
bersifat nasional dewasa ini, dikembangkan dalam kerangka sistem yang terdiri
dari 6 komponen pokok, yaitu: input (masukan), proses, output (keluaran),
outcome (manfaat), impact (dampak) dan feedback (umpan balik). Setiap
komponen sama penting dan menjadi dasar pertanggungjawaban pemerintah
kepada publik (akuntabilitas publik).
Dalam kontek perbaikan iklim investasi, enam komponen sistem tersebut
pada PTSP dapat divisualiasikan sebagaimana pada Gambar 2.1.
Sebagaimana telah dipaparkan terdahulu, sasaran operasional lembaga
teknis Kantor PTSP ini adalah memberikan pelayanan perizinan dan non perizinan
secara sederhana: cepat, mudah dan murah (komponen output) dan kepuasan
masyarakat (outcome). Proses itu sendiri menurut Eliyana & Wiratmoko (2009:
1.5) adalah “merupakan setiap aktivitas atau sekolompok aktivitas yang
menggunakan satu atau lebih input yang ditransformasikan dengan memberikan
nilai tambah menjadi satu atau lebih output yang ditujukan untuk pelanggan”.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
22
Menurut Armstong (2006: 498) “performance is a matter not only of what people
achieve but how they achieve it”, kinerja adalah masalah tidak hanya dari apa
yang orang capai tetapi bagaimana mereka mencapai itu. Artinya kinerja proses
layanan tim PTSP, dalam hal ini adalah koordinasi tim, merupakan faktor kunci
keberhasilan PTSP untuk mencapai sasarannya.
Seperti telah dikemukakan terdahulu koordinasi relasional itu menurut
Gittell (2009) ada 7 dimensi yaitu: sering komunikasi, tepat waktu komunikasi,
akurasi komunikasi, pemecahan masalah komunikasi, tujuan bersama,
pengetahuan bersama dan saling menghormati. Gittell konsisten menempatkan
tujuh dimensi tersebut sebagai satu set (kesatuan) variabel koordinasi relasional.
Dengan mengacu kepada aplikasi teori koordinasi relasional Gittell, maka
pertanyaan pertama studi kasus ini ”bagaimana kualitas kinerja koordinasi
relasional dalam pelaksanaan tugas tim pelayanan terpadu satu pintu” adalah
tentang nilai dari tujuh dimensi koordinasi korelasi tersebut.
Pertanyaan kedua penelitian ini, apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara kinerja koordinasi relasional dengan faktor-faktor elemen tim dalam proses
pelaksanaan tugas tim pelayanan terpadu satu pintu. Untuk meneliti masalah
tersebut bertolak dari asumsi Gittell (2011) bahwa koordinasi relasional tidak
hanya meliputi pengelolaan saling ketergantungan antara tugas-tugas tetapi juga
pengelolaan saling ketergantungan antara orang yang melakukan tugas-tugas.
Saling ketergantungan antara tugas-tugas, artinya berbasis peran, sedangkan
saling ketergantungan antara ”orang-orang yang melakukan tugas” artinya
berbasis kualitas hubungan pribadi para aktor. Dalam teori tentang tim, kualitas
hubungan pribadi dalam tim terdeteksi dari elemen-elemen tim tertentu. Dengan
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
23
demikian asumsi teoritis perluasan teori koordinasi relasional Gittell (2011)
tersebut dalam hubungannya dengan elemen tim, melahirkan proposisi bahwa,
kinerja koordinasi relasional mempunyai hubungan dengan elemen-elemen tim
yang mempunyai fungsi manifestasi hubungan pribadi.
Atas dasar asumsi dan proposisi tersebut diputuskan pilihan unit analisis
studi kasus ini pada kinerja koordinasi relasional, dalam kaitannya dengan
elemen-elemen tim dengan fokus pada proses kerja tim pelayanan terpadu satu
pintu. Untuk lebih jelasnya dapat divisualisasikan sebagaimana terlihat pada
Gambar 2.3. Fokus penelitian adalah bidang yang disorot, dengan unit analisis
dimaksud di dalamnya.
Jadi dalam penentuan elemen-elemen tim apa sajakah yang akan diuji
kontribusinya terhadap kinerja koordinasi relasional pada studi kasus ini, dibatasi
sesuai proposisi yaitu hanya elemen-elemen tim (observable) yang mempunyai
fungsi manifestasi hubungan pribadi di antara para anggota tim, baik karena
elemen tersebut memfasilitasi terjadinya interaksi atau kontak tatap muka (face-
to-face contact) antara anggota (Hackman & Katz (2010)) maupun karena
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
24
keberadaannya merupakan support atau dukungan yang datang dari luar organ tim
(Wagemen, et al. 2005).
Teknik pemilihan dengan mengidentifikasi semua elemen tim menurut
pendapat ahli melalui tabulasi, yaitu sebagaimana pada Tabel 2.2 (di halaman
akhir bab ini). Elemen yang makna atau esensinya sama, meskipun
nomenklaturnya berbeda, dimasukkan pada baris yang sama. Identifikasi bertolak
dari diagnosis Wageman, et al. (2005). Peneliti akhirnya memutuskan memilih
empat elemen tim, yang memenuhi kriteria di atas, yaitu: longevity, kejelasan
batas tim (clear boundaries), saling percaya (mutual trust) dan penghargaan atau
pengakuan (rewards/recognition).
C. Definisi Operasional
Untuk mendapat gambaran lebih jelas, agar tidak bias berikut ini diberikan
penjelasan atas elemen-elemen tim maupun dimensi-dimensi koordinasi relasional
sebagai variabel yang diukur pada penelitian ini, berikut definisi operasional serta
uraian (deskripsi) instrumen pengukuran per item.
Elemen tim ke-1. Longevity.
Nomenklatur “Longevity” digunakan Khan, et al, (2010) untuk
menjelaskan tentang panjang umur dalam arti durasi waktu seseorang anggota
terlibat dalam tim. Pertanyaan yang diajukan Khan, et al, (2010) untuk
mengobservasi elemen ini adalah, “sudah berapa lama anda dalam tim ini”.
Elemen ini sesuai dengan elemen stable dalam diagnosis tim Wageman, et
al. (2005), bahwa anggota yang stabil memberikan kesempatan anggota belajar
bersama dan bekerjasama. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat oleh
Wageman, et al. (2005) dua item, yaitu: “Orang yang berbeda terus bergabung dan
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
25
meninggalkan tim ini” dan “Tim ini cukup stabil, dengan sedikit perubahan
dalam keanggotaan”.
Pada penelitian ini longevity didefinisikan sebagai kondisi keberadaan
anggota tim tentang lamanya atau durasi waktu terlibat dalam tugas tim pelayanan
terpadu satu pintu. Pengukurannya dilakukan atas durasi waktu dalam jumlah
bulan berada dalam tim, dengan menggunakan 5 poin interval durasi waktu sejak
keberadaan tim hingga saat penelitian dilakukan, mulai dari 6 bulan ke bawah (1)
sampai pada 28 bulan ke atas (5).
Elemen tim ke-2, kejelasan batas tim (clear boundaries)
Menurut Katz & Khan (1966: 60) “boundaries are the demarcation lines
or region for the definition of appropriate system activity, for admission of
members into the systems, and for other imports into the system”. (Batas adalah
garis demarkasi atau wilayah untuk definisi aktivitas sistem yang tepat, untuk
penerimaan anggota ke dalam sistem, dan untuk impor lainnya ke dalam sistem).
Wageman, et al. (2005) menggunakan nomenklatur “clear boundaries”,
terjemahan bebas “kejelasan batas tim”, masuk dalam elemen “the real team”.
Pertanyaan yang dirancang untuk mengungkap indikasi elemen ini hanya 2 item,
yaitu: “Keanggotaan tim cukup jelas semua orang tahu siapa yang sebenarnya tim
dan siapa yang bukan”, dan “setiap orang mengenal dan dapat secara akurat
menyebutkan nama semua anggotanya”.
Wageman, et al. (2005) memasukkan ukuran (size) tim sebagai indikasi
tambahan, yang berarti batas dimaksud juga batas jumlah keaggotaan. Dengan
demikian elemen ini sesuai elemen small enough in number (jumlah yang cukup
kecil) yang dipersyaratkan Katzenbach & Smith (1997).
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
26
Pada penelitian ini “kejelasan batas tim” didefinisikan sebagai kejelasan
garis lingkup identitas keanggotaan tentang orang-orang (personal) yang termasuk
dalam tim pelayanan terpadu satu pintu. Pengukurannya dilakukan atas tingkat
kejelasan batas keanggotaan, dengan menggunakan 5 poin skala Likert terhadap
pernyataan yang dibuat, dengan interval mulai sangat tidak akurat (1) sampai
pada sangat akurat (5).
Elemen tim ke-3, saling percaya (mutual trust).
Nomenklatur “saling percaya” mengacu kepada Robbins & Coulter
(2007). Robbins & Coulter (2007: 471), menjelaskan elemen saling percaya
bahwa setiap orang dalam tim mempercayai anggota lainnya tentang kemampuan
(ability), sifat-sifat kepribadiannya (character), dan kejujurannya (integrity),
bahwa hal tersebut menyangkut hubungan pribadi (personal relationships).
Elemen ini oleh Wageman, et al (2005) disebut sebagai trust masuk dalam salah
satu elemen norma inti perilaku yang harus dimiliki bersama oleh anggota tim.
Katzenbach & Smith (1997: 81) memandang rasa saling percaya
merupakan landasan pembangunan tim. Tidak seorangpun dapat memaksa orang
lain untuk saling percaya. Namun saling percaya akan tumbuh bila tim
mengerjakan pekerjaan nyata kearah tujuan bersama. Rasa saling percaya
terhambat tumbuh bila individualisme (sisi negatif hubungan individu) masih
mendominasi anggota tim.
Pada penelitian ini “saling percaya” didefinisikan sebagai rasa saling
percaya antara anggota dalam tim menyangkut informasi yang diberikan berkaitan
dengan tugas pelayanan perizinan. Pengukurannya dilakukan atas tingkat
kecenderungan untuk saling tukar informasi secara terbuka, dengan menggunakan
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
27
5 poin skala Likert terhadap pernyataan yang dibuat, dengan interval mulai dari
sangat tidak akurat (1) sampai pada sangat akurat (5).
Elemen tim ke-4, penghargaan atau pengakuan (rewards/recognition).
Elemen “penghargaan atau pengakuan” ini dalam diagnosis Wageman, et
al. (2005) masuk dalam kontek dukungan (support) organisasi. Robbins & Coulter
(2007) memandang dukungan internal (internal support) merupakan salah suatu
mata rantai yang sangat penting apabila menginginkan tim efektif.
Menurut Katz & Khan (1966: 354) untuk suatu kelompok (tim) dengan
keharusan melakukan kegiatan secara bekerja sama (cooperative) yang
mempunyai tingkat saling ketergantungan tinggi, penghargaan atau pengakuan
yang diberikan kepada tim dapat melindungi kelompok dari perpecahan
kelompok. Pemberian hadiah kepada individu, cenderung sebaliknya, karena
sering dianggap tidak adil.
Katzenbach & Smith (1997) tidak memasukkan penghargaan atau
pengakuan sebagai bagian dari elemen tim. Namun dikatakan, sebagai manusia
anggota tim perlu memiliki kebanggaan dalam tim; bagi tim yang sukses, imbalan
terbesar tampaknya adalah menjadi tim itu sendiri.
Maka dalam penelitian ini “penghargaan atau pengakuan” didefinisikan
sebagai suatu bentuk umpan balik positif berupa penghargaan atau pengakuan
kepada tim atas prestasi dalam pelaksanaan tugas tim pelayanan perizinan.
Pengukurannya dilakukan atas persepsi kepuasan anggota tim atas penghargaan
atau pengakuan pada kinerja mereka, dengan menggunakan 5 poin skala Likert,
dengan interval mulai dari sangat tidak akurat (1) sampai pada sangat akurat (5).
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
28
Penjelasan tentang 7 dimensi koordinasi relasional, secara konsisten
berdasarkan keterangan dari Gittell (2009) dan Gittell, Seidner, & Wimbush
(2009). Sumber referensi yang dijadikan argumen Gittell (2009) dan Gittell, et al.
(2009) tidak disebutkan. Keterangan dimaksud dan definisi operasionalnya
sebagai berikut ini.
Dimensi 1, sering atau frekuensi komunikasi.
Ini adalah tentang banyak atau berulang-kalinya komunikasi antara sesama
anggota tim untuk membicarakan perihal terkait tugas tim. Sering komunikasi
membantu membangun hubungan yang akrab. Saling berkomunikasi baik di
dalam rapat maupun di luar rapat.
Pada penelitian ini “sering komunikasi” didefinisikan sebagai suatu situasi
berulangnya peristiwa saling interaksi dengan bertukar informasi antara sesama
anggota tim tentang tugas pelayanan perizinan. Pengukurannya dilakukan atas
seberapa sering komunikasi antara anggota tim, dengan menggunakan 5 poin
skala Likert, dengan interval mulai dari tidak pernah (1) sampai pada selalu (5).
Dimensi 2, tepat waktu komunikasi.
Ketepatan waktu komunikasi menyangkut kualitas komunikasi. Salah satu
media mengkoordinasikan tugas-tugas adalah melalui rapat atau pertemuan tim,
baik formal maupun non-formal. Untuk koordinasi kerja yang saling tergantung,
waktu adalah kritis. Ketertundaan waktu dari yang telah disepakati dapat
mengakibatkan keterlambatan atau kesalahan.
Pada penelitian ini ”tepat waktu komunikasi” didefinisikan sebagai
kualitas komunikasi berdasarkan ketepatan waktu dalam berkomunikasi tentang
tugas pelayanan yang telah ditentukan. Pengukurannya dilakukan atas tingkat
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
29
anggota menepati waktu untuk berkomunikasi, dengan menggunakan 5 poin skala
Likert, dengan interval mulai dari tidak pernah (1) sampai pada selalu (5).
Dimensi 3, akurasi komunikasi.
Komunikasi yang akurat menyangkut kepercayaan atau ketepatan
substansi pesan yang disampaikan karena didasari referensi atau fakta yang benar.
Komunikasi yang akurat memainkan peran penting dalam efektivitas tugas tim.
Informasi yang tidak akurat, mengadung konsekuensi kesalahan atau penundaan
dalam pengambilan keputusan.
Pada penelitian ini “akurasi komunikasi” didefinisikan sebagai kualitas
komunikasi dari segi ketepatan isi dan sumber informasi yang diberikan dalam
proses kerja koordinasi pelayanan perizinan. Pengukurannya dilakukan atas
tingkat kebenaran (akurasi) isi pesan atau informasi yang dikomunikasikan,
dengan menggunakan 5 poin skala Likert, dengan interval mulai dari tidak pernah
(1) sampai pada selalu (5).
Dimensi 4, komunikasi pemecahan masalah.
Interdependensi tugas sering mengakibatkan masalah yang memerlukan
pemecahan masalah bersama. Koordinasi yang efektif mensyaratkan anggota tim
terlibat dalam komunikasi pemecahan masalah, tidak saling menyalahkan.
Pada penelitian ini ”komunikasi pemecahan masalah” didefinisikan
sebagai kualitas komunikasi dari segi keterlibatan dan tanggungjawab anggota tim
dalam komunikasi menyelesaikan masalah pelayanan perizinan. Pengukurannya
dilakukan atas tingkat keterlibatan dan tanggungjawab anggota dalam pemecahan
masalah pelayanan perizinan, dengan menggunakan 5 poin skala Likert, dengan
interval mulai dari tidak pernah (1) sampai pada selalu (5).
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
30
Dimensi 5, berbagi tujuan.
Peserta menetapkan tujuan bersama untuk proses kerja, sehingga peserta
memiliki ikatan yang kuat dan dapat lebih mudah mengambil kesimpulan yang
kompatibel tentang bagaimana menanggapi informasi baru yang telah tersedia.
Pada penelitian ini “berbagi tujuan” didefinisikan sebagai kualitas
hubungan para anggota dari segi kesediaan saling berbagi tujuan untuk
mewujudkan tujuan bersama dalam tugas pelayanan perizinan. Pengukurannya
dilakukan atas tingkat saling berbagi tujuan di antara para anggota, dengan
menggunakan 5 poin skala Likert, dengan interval mulai dari tidak ada (1) sampai
pada semua (5).
Dimensi 6, berbagi pengetahuan.
Koordinasi yang efektif tergantung pada peserta memiliki tingkat tinggi
pengetahuan bersama tentang setiap tugas. Peserta memiliki pengetahuan terkait
tugas anggota lain dalam proses kerja sama, termasuk kemungkinan perubahan
atau perkembangan tertentu sangat penting.
Pada penelitian ini “berbagi pengetahuan” didefinisikan sebagai kualitas
hubungan para anggota dari segi kesediaan berbagi pengetahuan atau informasi
terkait proses kerja pelayanan perizinan. Pengukurannya dilakukan atas tingkat
saling berbagi pengetahuan para anggota, dengan menggunakan 5 poin skala
Likert, dengan interval mulai dari tidak ada (1) sampai pada semua (5).
Dimensi 7, saling menghormati.
Peserta memiliki rasa hormat terhadap peserta lain dalam proses kerja
sama, termasuk penghormatan terhadap kompetensi orang lain. Penghormatan
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
31
terhadap kompetensi orang lain menciptakan ikatan yang kuat, dan merupakan
bagian integral dari koordinasi yang efektif dalam kerja yang saling tergantung.
Pada penelitian ini “saling menghormati” didefinsikan sebagai kualitas
hubungan para anggota dari segi sikap menghormati kompetensi anggota lain
dalam proses kerja sama pelayanan perizinan. Pengukurannya dilakukan atas
tingkat saling menghormati di antara para anggota, dengan menggunakan 5 poin
skala Likert, dengan interval mulai dari tidak ada (1) sampai pada semua (5).
Definisi operasional di atas dikembangkan dari referensi yang relevan,
sebagaimana pada Tabel 2.3. Pada langkah lanjut penelitian definisi operasional
tersebut dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan pedoman pengumpulan data,
yang dirumuskan dalam bentuk daftar pertanyaan (diuraikan pada bab
selanjutnya).
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
32
Tabel 2.3
Elemen Tim Menurut Para Ahli dan Elemen Dipilih
Elemen Tim Menurut Para Ahli No. Wageman, Hackman & Lehman (2005) Katzenbach & Smith (1993) Robin & Coulter (2007) Khan, et al (2010) Elemen dipilih
1 Bounded (2 item) Bounded 2 Stable (2 item) Small enough in number Longevity Longevity 3
The real team
Interdependent (2 item) Sense of mutual accountability
Mutual trust Trust Mutual trust
4 Clear (2 item) Specific goal or goals Clear goals 5 Challenging (2 item) 6
Compelling direction
Consequential (2 item) Truly meaningful purpose Group efficacy Enabling structure
7 Size (2 item) Good communication 8 Diversity (2 item) Relevant skills Knowledge diversity 9
Team composition
Skills (3item) Adequate levels of complementary skills, Negotiating skills
Sumber: Diolah dari: Wageman, Hackman & Lehman (2005), Katzenbach & Smith (1993), Robbins & Coulter (2007) dan Khan, et al. (2010).
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
33
Tabel 2.4
Variabel, Definsi Operasional, Pengukuran dan Referensi
No. Variabel Definisi operasional Pengukuran Referensi Skala Elemen Tim Elemen tim yang berfungsi
manifestasi hubungan pribadi anggota tim.
1 Longevity (panjang umur)
Kondisi keberadaan anggota tim tentang lamanya atau durasi waktu terlibat dalam tugas tim pelayanan terpadu satu pintu
jumlah bulan (tahun) dalam tim
Khan, at al. (2010) Wageman, et al. (2005)
Interval
2 Kejelasan batas tim
Kejelasan garis lingkup identitas keanggotaan tentang orang-orang (personal) yang termasuk dalam tim pelayanan terpadu satu pintu
Tingkat kejelasan batas keangotaan tim
Katz & Khan (1966) Wageman, et al. (2005) Katzenbach & Smith (1993)
Interval
3 Saling percaya Rasa saling percaya antara anggota dalam tim menyangkut informasi yang diberikan berkaitan dengan tugas pelayanan perizinan
Tingkat kepercayaan antara sesama anggota tim
Robbins & Coulter (2007), Katzenbach & Smith (1993), Wageman, et al. (2005)
Interval
4 Penghargaan atau pengakuan
suatu bentuk umpan balik positif berupa penghargaan atau pengakuan kepada tim atas prestasi dalam pelaksanaan tugas tim pelayanan perizinan
Tingkat kepuasan anggota tim atas penghargaan/ pengakuan pada kinerja mereka
Wageman, et al. (2005) Katzenbach & Smith (1993). Katz & Khan (1966)
Interval
Koordinasi Relasional
Suatu kualitas interaksi dari segi komunikasi dan relasi dalam tim
1 Sering komunikasi
Suatu situasi berulangnya peristiwa saling interaksi dengan bertukar informasi antara sesama anggota tim
Seberapa sering komunikasi antara
Gittell (2009), Gittell, et al. (2009)
Interval
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
34
tentang tugas pelayanan perizinan anggota tim 2 Tepat waktu
komunikasi Kualitas komunikasi berdasarkan ketepatan waktu dalam berkomunikasi tentang tugas pelayanan yang telah ditentukan
Tingkat anggota menepati waktu untuk berkomunikasi
Gittell (2009), Gittell, et al. (2009)
Interval
3 Akurasi komunikasi
kualitas komunikasi dari segi ketepatan isi dan sumber informasi yang diberikan dalam proses kerja koordinasi pelayanan perizinan
Tingkat kebenaran (akurasi) isi pesan atau informasi
Gittell (2009), Gittell, et al. (2009)
Interval
4 Komunikasi Pemecahan masalah
Kualitas komunikasi dari segi keterlibatan dan tanggungjawab anggota tim dalam komunikasi menyelesaikan masalah pelayanan perizinan
Tingkat kerjasama anggota dalam pemecahan masalah
Gittell (2009), Gittell, et al. (2009)
Interval
5 Berbagi tujuan Kualitas hubungan para anggota dari segi kesediaan saling berbagi tujuan untuk mewujudkan tujuan bersama dalam tugas pelayanan perizinan
Tingat saling berbagi tujuan diantara para anggota
Gittell (2009), Gittell, et al. (2009)
Interval
6 Berbagi pengetahuan
Kualitas hubungan para anggota dari segi kesediaan berbagi pengetahuan atau informasi terkait proses kerja pelayanan perizinan
Tingkat saling berbagi pengetahuan para anggota
Gittell (2009), Gittell, et al. (2009)
Interval
7 Rasa Saling menghormati
Kualitas hubungan para anggota dari segi sikap menghormati kompetensi anggota lain dalam proses kerja sama pelayanan perizinan
Tingkat saling menghormati diantara para anggota
Gittell (2009), Gittell, et al. (2009)
Interval
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini adalah studi kasus
(case study research), yang merupakan satu di antara beberapa metode penelitian
ilmu-ilmu sosial lain seperti eksperimen, survei, historis dan analisis informasi
studi kasus sebagai ”suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam
konteks kehidupan nyata, bilamana: batas-batas antara fenomena dan konteks tak
tampak dengan tegas; di mana multisumber bukti dimanfaatkan”.
Namun menurut Yin (2011) studi kasus itu sendiri mempunyai tujuan-
tujuan: eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif, meski tidak mengharuskan
suatu studi kasus terikat pada satu tujuan, tergantung keperluan dan strategi.
Sebagaimana tercermin pada rumusan masalah dan tujuan penelitian, penelitian
ini dirancang sebagai penelitian studi kasus dengan tujuan deskriptif dan
eksplanatoris. Tujuan deskriptif untuk menjawab pertanyaan ”bagaimana kualitas
kinerja koordinasi relasional dalam pelaksanaan tugas tim pelayanan terpadu satu
pintu?”.
Tujuan eksplanasi atau menjelaskan dimaksudkan ”menjelaskan”
serangkaian hubungan dan arah hubungan mengenai fenomena koordinasi
relasional dengan elemen tim. Tujuan ini untuk menjawab pertanyaan kedua
penelitian ini: “apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja
koordinasi relasional dengan faktor-faktor elemen tim dalam proses pelaksanaan
tugas tim pelayanan terpadu satu pintu”.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
36
B. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki
kesamaan umum ciri atau karakteristik dari suatu objek penelitian. Apabila
penelitian dilakukan pada sebagian dari populasi tersebut, kelompok terpilih
disebut sebagai sampel. Apabila keseluruhan anggota populasi diteliti disebut
sensus (Mansoer: 2005).
Studi ini mengacu kepada Gittell (2009: 29) tentang ”Who to survey, About
Whom dan About What” dan ”Unit of Observation and Unit of Analysis” bahwa
populasi penelitiannya adalah keseluruhan individu (perorangan) yang
(karakteristiknya) terlibat dalam arti berpartisipasi dan berinteraksi secara
langsung dengan peserta lainnya dalam proses kerja pelayanan perizinan pada tim
pelayanan terpadu satu pintu.
Secara instansional anggota tim pelayanan terpadu tersebut, berdasarkan
Keputusan Bupati Belitung Nomor: 188.45/178/KEP/KPTSP/2008, tentang
Pembentukan Tim Kerja Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Belitung, adalah sebagai berikut:
“Koordinator : Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab. Belitung Sekretaris : Kepala Seksi Pengelolaan Data dan Pemeriksaan Kantor
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab. Belitung. Anggota :
1. Unsur Badan Perencanaan dan Pembangunan dan Penanaman Modal Kab. Belitung.
2. Unsur Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah Kab. Belitung.
3. Unsur Dinas Pekerjaan Umum Kab. Belitung. 4. Unsur Dinas Perhubungan, Telekomuniasi dan Informatika Kab.
Belitung. 5. Unsur Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kab.
Belitung. 6. Unsur Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Belitung. 7. Unsur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Belitung. 8. Unsur Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Belitung.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
37
9. Unsur Dinas Kesehatan Kab. Belitung. 10. Unsur Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab. Belitung. 11. Unsur Kecamatan tempat lokasi dimohon. 12. Desa/Lurah tempat lokasi dimohon.”
Untuk mengetahui jumlah populasi dilaksanakan penelitian pendahuluan,
melalui wawancara dengan Kepala Kantor PTSP. Kemudian informasi tersebut
dikonfirmasikan kepada pejabat instansi yang bersangkutan. Hasilnya diketahui
individu (perorangan) yang memenuhi syarat karakteristik populasi penelitian ini,
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel. 3.5
Jumlah Responden Menurut Asal Instansi
No.
Nama Instansi Jumlah Responden
1 Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 3 2 Badan Lingkungan Hidup Daerah 3 3 Dinas Pekerjaan Umum 1 4 Dinas Perhubungan, Telekomuniasi dan Informatika 2 5 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi 3 6 Dinas Kelautan dan Perikanan 3 7 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 1 8 Dinas Pertanian dan Kehutanan 2 9 Dinas Kesehatan 2 10 Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu 5 11 Kecamatan dan Lurah 5 Jumlah 30
Sumber: Keterangan Kepala Kantor PTSP dan Fakta Lapangan
Seperti terlihat pada Tabel 3.5, jumlah populasi sebanyak 30 orang. Oleh
karena jumlah populasi tersebut relatif kecil, untuk memperoleh hasil penelitian
yang maksimal maka penelitian ini dilakukan kepada seluruh anggota populasi,
atau dengan menggunakan metode sensus. Dengan kata lain seluruh anggota
(elemen) populasi menjadi sumber data yang disebut responden.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
38
C. Teknik Pengumpulan Data
Cara untuk memperoleh data utama penelitian ini adalah dengan teknik
wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan (questionnaire) terstruktur.
Prosedur yang secara konsisten dijalankan dalam pengumpulan data meliputi: (1)
mendatangi kantor instansi responden, (2) bertemu dengan pimpinan instansi
tersebut dan menyampaikan maksud kedatangan peneliti, (3) pimpinan
mempertemukan peneliti dengan responden, (4) peneliti menjelaskan kepada
responden maksud dan tujuan penelitian, (5) kuesioner diserahkan kepada
responden, (6) lalu wawancara peneliti secara langsung dengan responden yaitu
bertanya sesuai item-item kuesioner, kemudian (7) mempersilakan responden
mengisi kuesioner. Peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk
klarifikasi kalau ada pertanyaan yang kurang jelas. Teknik gabungan wawancara
dan pengisian kuesioner sengaja dipilih untuk semaksimal mungkin menghindari
bias antara pemahaman responden dengan apa yang dimaksud pertanyaan
sesungguhnya.
Adapun daftar pertanyaan (kuesioner) dikelompokkan atas dua bagian.
Bagian pertama tentang identitas responden: jenis kelamin, asal instansi dan
pendidikan terakhir, (tidak diminta menuliskan nama, meski demikian beberapa
responden menuliskan namanya). Bagian kedua subtansi terdiri dari 11 item,
masing-masing 4 item pertanyaan untuk variabel elemen tim, 7 item untuk
variabel koordinasi relasional. Butir-butir (item) pertanyaan dikembangkan dari
definisi operasional (Bab II), dan dirancang sesederhana mungkin namun tetap
mewakili esensi variabel yang diukur. Kuesioner dimaksud disajikan sebagaimana
pada Lampiran 1
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
39
Sebagian besar responden langsung mengisi kuesioner di ruang wawancara
dan segera menyerahkannya kepada peneliti. Ada juga responden yang membawa
dan mengisi kuesioner di ruang kerjanya. Oleh karena tingkat pendidikan
responden pada umumnya cukup tinggi, wawancara pada umumnya berlangsung
lancar. Rata-rata responden menyelesaikan isiannya selama kurang lebih 5 (lima)
menit.
Pengumpulan data juga dilengkapi dengan teknik observasi pada proses
kerja di lapangan, penelusuran dekumen dan rekaman arsip. Informasi yang
diperoleh disamping memperkuat informasi yang diperoleh melalui kuesioner dan
wawancara, juga informasi pelengkap tentang latar belakang (background)
organisasi, lokasi dan aspek-aspek lain yang terkait dengan proses
penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu.
D. Uji Reliabilitas dan Validitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran
memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali terhadap
subjek yang sama. Sedangkan uji validitas untuk mengetahui apakah instrumen
dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
Untuk pengujian reliabilitas digunakan koefisien Cronbach alpha. Menurut
Gittell (2009), instrumen atas 7 dimensi koordinasi relasional dikatakan valid
apabila nilai reliabilitas alpha Cronbach lebih besar dari 0,70 untuk studi
eksplorasi, dan lebih besar dari 0,80 untuk penelitian non-eksplorasi. Berdasarkan
hasil uji reliabilitas khusus variabel independen (7 item) dengan menggunakan
SPSS Versi 16 diperoleh hasilnya nilai: alpha Cronbach adalah 0,87 atau lebih
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40
besar daripada yang dipersyaratkan. Sedangkan hasil uji reliabilitas untuk seluruh
item (pertanyaan) kuesioner diperoleh nilai alpha Cronbach sebesar 0,90.
Untuk validitas instrumen, diperoleh dari nilai Corrected Item-Total
Correlation setiap butir (item) instrumen. Hasilnya menunjukkan seluruh (100%)
item instrumen valid (Tabel pengolahan pada Lampiran 2). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa instrumen telah memenuhi kelayakan untuk digunakan.
E. Analisis Data
1. Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendapat informasi tentang kondisi
objektif kualitas tim dan kinerja koordinasi relasional. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis frekuensi dan perbandingan nilai rata-rata.
Interpretasi atas nilai rata-rata berpatokan kriteria mengikuti pola nilai
interval kelas (IK), dengan jumlah kelas (K) sesuai interval Skala Likert, yaitu 5.
Rumusnya adalah IK = R/K di mana R adalah range atau selisih nilai terbesar
dengan nilai terkecil (5-1=4). Jadi IK adalah 4/5 = 0,8. Kriteria lengkapnya
sebagaimana pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Kriteria Predikat Nilai Rata-Rata Dalam Interval
No. NILAI INTERVAL PREDIKAT
1 1,00 – 1,80 Sangat Tidak baik 2 1,81 – 2,60 Kurang baik 3 2,61 – 3,40 Sedang 4 3,41 – 4,20 Baik 5 4,21 – 5,00 Sangat Baik
Sumber: Diolah secara manual
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41
2. Kuantitatif
Untuk pedoman penentuan teknik statistik yang akan dipilih, terlebih dulu
dilaksanakan uji normalitas distribusi data, untuk memastikan apakah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data yang
mampunyai pola seperti distribusi normal (distribusi data tersebut tidak menceng
ke kiri atau ke kanan) atau sebaliknya. Apabila data berkenaan koordinasi
relasional ternyata terdistribusi normal maka data dianalisis dengan menggunakan
teknik statistika parametrik, jika terdistribusi tidak normal maka data dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis non-parametrik.
Peneliti menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov (K-S), dengan kriteria
pengujian apabila angka signifikansi (Sig > 0,05), maka data variabel disimpulkan
terdistribusi normal, apabila angka signifikansi (Sig < 0,05), maka data variabel
disimpulkan tidak terdistribusi normal.
Prosedur: Analyze > Descriptive Statistics > Explore. Masukkan Variabel
diuji pada kotak Dependent List, masuk kotak Plot, aktifkan Normality plots with
tests. Hasil hitung menggunakan SPSS sebagaimana terlihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Output:Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VARX .108 30 .200* .960 30 .305
VARY .130 30 .200* .950 30 .171
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Hasil Penelitian, diolah dengan SPSS Versi 16
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
42
Dari hasil uji menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov ternyata baik
variabel elemen tim (VARX) maupun variabel koordinasi relasional (VARY)
masing-masing mempunyai nilai Sig = 0,200 dan Sig = 0,200 atau Sig > 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan data variabel-variabel yang diselidiki
terdistribusi normal.
Oleh karena dari hasil uji normalitas diketahui data terdistribusi normal
maka uji korelasi yang digunakan adalah analisis statistika parametrik. Rumus
untuk menghitung koefisien korelasi dua variabel X dan Y adalah sebagai berikut:
(Mansoer, 2005: 8.4)
di mana simbol dan menggambarkan nilai rata-rata X dan Y.
Namun pada penelitian ini pengolahan dilakukan dengan SPSS Versi 16,
dengan uji Korelasi Pearson Product Moment. Melalui uji ini akan diketahui nilai
koefesien korelasi yang menggambarkan keberartian (signifikansi) hubungan
antara variabel koordinasi relasional dengan varibel elemen-elemen tim.
Studi kasus ini tidak menggunakan hipotesis. Pertama karena sejauh ini
belum diketahui bentuk arah hubungan (korelasi) antara kedua variabel tersebut,
apakah positif atau negatif atau sama sekali tidak ada korelasinya. Kedua, sifatnya
studi kasus yang setiap temuan bisa dikembangkan dengan berbagai eksprimen
sejauh tidak menyimpang atau tetap relevan dengan tujuan maupun arahan teori
dan proposisi (Yin, 2011: 31).
Terkait dengan maksud untuk mengetahui secara lebih dalam hubungan
antara variabel yang diselidiki tersebut maka setelah analisis hubungan antara dua
rxy = ryx =
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
43
variabel, analisis dilanjutkan dengan analisis multivariat. Dalam hal ini, empat
elemen tim, yaitu: longevity, kejelasan batas tim, saling percaya dan penghargaan
atau pengakuan dianalisis hubungannya dengan kualitas koordinasi relasional
dengan analisis korelasi parsial secara berjenjang. Tujuan dilakukannya analisis
korelasi parsial ini, adalah untuk mengetahui koefisien korelasi suatu elemen
variabel “yang murni – tidak dikotori atau dipengaruhi oleh variabel-variabel lain”
yang sedang dikorelasikan (Christianus, 2010: 124). Oleh karena itu yang
dimaksudkan dengan ungkapan “secara parsial” dalam uraian atau pembahasan
tentang elemen variabel, adalah untuk menggambarkan sebagai bagian dari (part
of) keseluruhan variabel yang secara bersama-sama (simultan) dikorelasikan.
Interpretasi atas hasil uji statistik tersebut dengan menggunakan kriteria
Young (1982) sebagaimana dikemukakan Christianus (2010: 114) pada tarap
signifikansi 5 % (Sig: 0,05) sebagai berikut:
1. 0,70 - 1,00 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya derajat hubungan
yang tinggi;
2. 0,40 - < 0,70 (baik plus atau minus) menunjukkan hubungan yang
substansial
3. 0,20 - < 0,40 (baik plus atau minus) artinya ada korelasi yang rendah
4. < 0,20 (baik plus atau minus) artinya korelasi dapat diabaikan.
Setelah mengetahui hasil uji korelasi, untuk mengetahui sejauh mana
variabel dependen (koordinasi relasional) dapat diprediksi oleh variabel
independen (faktor-faktor elemen tim), maka analisis dilanjutkan dengan analisis
regresi. Oleh karena elemen tim tersebut terdapat empat faktor (variabel) maka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
44
analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi ganda, yang menurut
Mansoer (2005: 8.29) persamaan umumnya adalah:
Y = +
di mana Y adalah variabel dependen (koordinasi relasional),
adalah dua konstanta yang akan diestimasi, dan X (X1 X2 X3) adalah variabel
independen.
Untuk analisis regresi pada penelitian ini estimasi hubungan variabel
independen (longevity, kejelasan batas tim, saling percaya dan penghargaan atau
pengakuan) dan variabel dependen (koordinasi relasiona) diilustrasikan
sebagaimana pada Gambar 3. 3.
Untuk itu sesuai prosedur analisis model regresi multivariat, menurut
Christianus (2010: 138) beberapa persyaratan harus dipenuhi, yaitu: linearitas,
homoskedastisitas (kesamaan varian) atau tidak terjadi yang sebaliknya
heteroskedastisitas, non-autokorelasi, dan non-multikolinearitas.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari temuan dan pembahasan penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Pertama, melalui pengukuran tujuh dimensi koordinasi relasional dengan
mengadopsi metode pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, terbukti kualitas kinerja
koordinasi relasional tim pelayanan terpadu satu pintu dalam pelaksanaan tugas
pelayanan perizinan di Kabupaten Belitung sudah baik (dengan nilai indeks 73,2).
Untuk ukuran organisasi yang dituntut memberikan pelayanan prima, nilai indeks
tersebut belum maksimal.
Kualitas koordinasi relasional yang optimal, merupakan solusi yang pas
(compatible) untuk mengatasi kesulitan atau kendala koordinasi antara instansi
yang mempunyai saling ketergantungan (interdepensi) tugas tinggi. Dari nilai
rata-rata dimensi koordinasi relasional, ada dua dimensi yang nilainya rendah
yaitu ketepatan waktu komunikasi (timely communication) dan dimensi berbagi
pengetahuan (shared knowledge) di antara sesama anggota tim kerja teknis. Efek
praktis kelemahan pada dua dimensi tersebut adalah tertundanya eksekusi
pemberian perizinan, yang berarti terhambatnya kinerja penyelenggara PTSP
memenuhi komitmen pencapaian Standar Pelayanan Minumum (SPM).
Kedua, kualitas kinerja koordinasi relasional mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kualitas elemen tim. Elemen tim yang dikaji, yaitu: longevity
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
98
(panjang umur/durasi waktu dalam tim), kejelasan batas tim (clear boundaries),
saling percaya (mutual trust) dan penghargaan atau pengakuan (reward or
recognition) sebagai variabel independen secara bersama-sama mampu
menjelaskan kualitas kinerja koordinasi relasional sebagai variabel dependen
sebesar 77 persen, selebihnya yakni 23 persen dijelaskan oleh varibel lain.
Bagian dari elemen tim yang mempunyai kontribusi positif menjelaskan
kinerja koordinasi relasional adalah elemen longevity dan elemen saling percaya
masing-masing pada taraf signifikan 1 persen dan 2 persen. Elemen tim lainnya,
kejelasan batas tim dan penghargaan atau pengakuan mempunyai hubungan
positif namun tidak mempunyai kontribusi yang signifikan pada taraf 5 persen
terhadap kinerja koordinasi relasional.
B. Saran
Beberapa kesimpulan di atas mempunyai implikasi/manfaat praktis dan
teoritas yang dituangkan sebagai saran-saran, berikut ini.
1. Implikasi/manfaat praktis
Pertama, bagi penyelenggara PTSP, dalam rangka peningkatan kinerja
(output dan outcome) PTSP, perlu mengambil langkah atau tindakan
memaksimalkan bangunan tim yang solid, antara lain dengan memberikan
penghargaan yang layak kepada anggota tim. Sedangkan untuk peningkatan
koordinasi antar instansi perlu peningkatan kualitas koordinasi relasional,
khususnya untuk mengatasi kelemahan dalam dimensi ketepatan waktu
komunikasi dan berbagi pengetahuan, antara lain dengan mengajak anggota tim
membuat komitmen bersama untuk disiplin waktu dan senantiasa berbagi
pengetahuan.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
99
Penyelenggara PTSP juga perlu mengupayakan kegiatan sosialisasi dan
pelatihan kepada seluruh anggota tim pelayanan terpadu, khususnya untuk
meningkatkan kualitas komunikasi dan relasi dalam dimensi-dimensi berbagi
pengetahuan atau informasi mengenai peraturan perundang-undangan yang
sifatnya dinamis. Pada waktu yang sama, guna mengefektifkan fungsi
penghargaan (reward), sekaligus sebagai pelaksanaan strategi “total reward”,
kepada peserta (anggota tim) diberikan piagam penghargaan dan insentif uang
atau barang yang jumlah atau nilainya disesuaikan nilai kinerja masing-masing.
Kedua, bagi pembuat kebijakan mengingat kontribusi longevity termasuk
di dalamnya kestabilan anggota dalam tim mempunyai kontribusi besar terhadap
kinerja koordinasi, sepanjang tidak sangat mendesak atau tidak untuk promosi,
personil yang terlibat dalam tim pelayanan terpadu satu pintu agar tidak cepat
dimutasikan. Dengan kata lain dalam menentukan kebijakan rotasi pegawai, posisi
pegawai tersebut dalam tim perlu dipertimbangkan.
2. Aspek Teoritis
Pertama, hasil penelitian ini masih perlu divalidasi dengan penelitian pada
PTSP di lokasi yang berbeda. Meskipun secara umum PTSP merupakan
implementasi dari peraturan perundang-undangan yang sama secara nasional,
namun faktor budaya lokal, termasuk budaya organisasi atau situasi geografis
yang berbeda dapat membuat hasil penelitian yang berbeda.
Kedua, kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian
ini hanya sebagai pedoman wawancara dan mengkonfirmasi jawaban responden.
Oleh karena itu, apabila kuesioner ini akan dipergunakan sebagai instrumen survei
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
100
atau angket, item-item pertanyaan tertentu perlu lebih dipertegas sehingga tidak
bias. Termasuk interval jawaban longevity, apabila tidak diketahui sudah berapa
lama keberada tim, maka interval ukuran bulan atau tahun dapat diganti dengan
model jawaban Skala Likert pada umumnya.
Ketiga, untuk penelitian lebih lanjut, guna memperoleh gambaran
menyeluruh model hubungan antara variabel elemen-elemen tim dengan variabel
dimensi-dimensi koordinasi relasional, disarankan melaksanakan pengujian model
persamaan struktural (Structural Equation Modeling). Sebab dengan pengujian
model struktural tersebut, dimungkinkan pengukuran dan analisis faktor yang
kompleks dan saling berhubungan dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan
pelayanan terpadu satu pintu yang efektif dan efisien.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
101
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, M. (2006). A handbook of human resource management practice, (10th ed.) London and Philadelphia: Kogan Page, diambil 21 November 2010 dari http://storage.worldispnetwork.com/books/Hand-book.of.Human.Resource.Management.Practice.pdf
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Kerjasama Dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung. (2011). Belitung dalam angka: Belitung in figures 2011.
Campbell & Harnett. (2005). A framework for improved coordination: lessons
learned from the international development, peacekeeping, peacebuilding, humanitarian and conflict resolution communities diambil 12 Maret 2011 dari http://www.regjeringen.no/upload/UD/Vedlegg/missions/framework. pdf.
Christianus, S. (2010). Belajar kilat SPSS 17, Yogyakarta: Penerbit Andi dan Elcom.
Dharma, S. (2011). Manajemen kinerja filsafat teori dan penerapannya (cetakan IV), Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Eliyana, Anis & Wiratmoko, M. (2009). Manajemen operasi, Cet. 2. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Gittell, Jody H. (2009). Relational coordination: Guidelines for theory, measurement and analysis, diambil 24 April 2011, dari http://www.bus.umich.edu/positive/posresearch/Contributors/Relational%20Coordination%20Guidelines%20for%20Theory%20Measurement%20and%20Analysis%2002-20-09.pdf
--------- (2011). New directions for relational coordination theory, dalam The Oxford Handbook of Positive Organizational Scholarship, Kim S. Cameron,Gretchen M. Spreitzer, Oxford University Press, 2011 diambil 11 Agustus 2011 dari http://www.relationalcoordination.org/downloads /2011-New-Directions-for-Relational-Coordination-Theory.pdf
Gittell, J. H., Seidner, R.B., & Wimbush, J. (2009). A relational model of how high performance work systems work,. Organization Science, Articles in Advance, pp. 1–17 diambil 3 maret 2011 dari http://www.mendeley.com/ research/a-relational-model-of-how-highperformance-work-systems-work/
Hackman, J. R. (2004). What makes for a great team? Psychological science agenda June 2004 http://www.apa.org/print-this.aspx, diambil 2 November 2010 dari Error! Hyperlink reference not valid..
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
102
Hackman & Katz. (2010). Group behavior and performance, Preparation of this chapter was supported in part by National Science Foundation Research Grant REC - 0106070 to Harvard University, diambil 17 Maret 2011 dari http://groupbrain.wjh.harvard.edu/jrh/pub/JRH2010_2.pdf.
Handoko, T. H. (2009). Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Keduapuluh. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi.
Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Belitung (2009). Pedoman umum ketentuan waktu, persyaratan dan retrebusi perizinan (Buku Saku).
Katz, D. & Khan R. L. (1966). The Social psychology of organizations, New
York-USA: John Wiley & Sins, Inc.
Katzenbach, J. R, & Smith D. K. (1997). The wisdom of teams (Keampuhan Tim)Menciptakan organisasi berprestasi, (Alih bahasa Agus Maulana) Jakarta: Professional Books (Karya asli diterbitkan 1993, diakses pada http://books.google.co.id/books/about/The_wisdom_of_teams. html?id )
Keputusan Bupati Belitung Nomor: 188.45/178/KEP/KPTSP/2008, Tentang Pembentukan Tim Kerja Tekinis Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Belitung.
coordination, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 4(6): 1211-1136, 2010, diambil pada 3 Agustus 2011 dari Error! Hyperlink reference not valid..
Malone, T.W. & Crowston, K. (1994). The interdisciplinary study of coordination,. Computing Surveys, 26(1): 87-119 diambil Maret 2011 dari http://ccs.mit.edu/papers/CCSWP-157.html.
Mansoer, Faried W. (2005). Metode penelitian bisnis, BMP EKMA 5105/3SKS/Modul 1-9, Jakarta: Penerbitan Universitas Terbuka.
Peraturan Bupati Nomor: 46/2008 Tentang Penjabaran tugas dan fungsi kantor
PTSP.
Peraturan Daerah Nomor: 21/2007, Tentang Organisasi dan tata kerja lembaga Teknis.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
103
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman penyelenggaran pelayanan terpadu satu pintu.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
organisasi dan tatakerja unit pelayanan perijinan terpadu di daerah
Pos Belitung (2010, 15 November)
Pusat Kajian Manajemen Pelayanan Deputi II Bidang Kajian Manajemen Kebijakan dan Pelayanan Lembaga Administrasi Negara ”LAN” (2009). Standar pelayanan publik, langkah-langkah penyusunan, Edisi Revisi, Cet 1. Jakarta.
Priyanta, M, Imamulhadi & Imami, A.A.D. (2008). Model pelayanan perizinan terpadu satu pintu dalam pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten Tasikmalaya, diambil 10 Oktober 2010 dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/model_pelayanan _perizinan_terpadu_satu_pintu_di_tasikmalaya.pdf.
Robbins, Stephen P & Coulter, Mary. (2007). Management (Ninth Edition), New Jersey: Pearson Educaton, Inc.
Stoner, James AF, Freeman,R., & Gilbert,J. R. (1996). Manajemen, Jilid I dan II, Jakarta: Penerbit Buana Ilmu Populer.
Steer, L. (2006). Business licensing and one stop shops in indonesia, The Asia Foundation Jakarta, Indonesia, diambil 25 Oktober 2010 dari http://www.businessenvironment.org/dyn/be/docs/121/Session2.1Paper2.1.2Steer.pdf.
Suciati, Dewiki S, Rosita T, Susanti, Sudarmo Agnes P. & Supartomo. (2010). Pedoman penulisan tugas akhir program magister (TAPM), Cet. 2. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Wageman, R., Hackman J.R. & Lehman, E. (2005). Team diagnostic survey development of an instrument, The Journal Of Applied Behavioral Science, Vol. 41 No. 4, December 2005 373-398 diambil 1 Agus 2011 dari http://groupbrain.wjh.harvard.edu/jrh/pub/JRH2005_5.pdf.
Wihadanto, Ake. (2007). Pengolahan dan analisis data II (Metode statistika
multivariat), Materi Inisiasi VII Tutorial Online 2009.1 Matakuliah Metode Penelitian Bisnis (EMKA 5104) diambil 20 April 2009 http://student.ut.ac.id/
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
104
Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) TESIS:
ANALISIS MANAJEMEN KINERJA KOORDINASI RELASIONAL
TIM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (STUDI KASUS)
DI KABUPATEN BELITUNG
Bapak/Ibu/Saudara Yang Terhormat
Dalam rangka pelaksanaan Tugas Akhir Program Magister Manajemen pada Universitas Terbuka (TAPM- UT), saya bermaksud menyusun Thesis dengan judul “Anilisis Manajemen Kinerja Koordinasi Relasional Tim Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Studi Kasus di Kabupaten Belitung). Pemilihan thema atau judul tersebut dimasudkan untuk mengetahui gambaran mengenai berbagai aspek kerja tim dalam pelaksanaan koordinasi antar intansi pemerintah melalui penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negari (Permendagri) Nomor 24 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Hasil penelitian ini semata-mata untuk kebutuhan yang bersifat ilmiah, tidak ada motif politik ataupun maksud lain seperti promosi jabatan, sanksi dan lain sebagainya. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk lebih meningkatkan kualitas pelananan pemerintah kepada publik.
Pertanyaan sengaja dirancang sesederhana mungkin untuk tidak mengambil banyak waktu Bapak/Ibu/Saudara yang tentunya sangat berharga. Sangat diharapkan Bapak/Ibu/Saudara berkenan membantu memberikan jawaban atas kuesioner ini apa adanya sesuai pendapat ataupun persepsi Bapak/Ibu/Saudara.
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
105
Atas perhatian dan partisipasinya, disampaikan terima kasih.
Tanjungpandan, Oktober 2011
Hormat saya,
Arham Armuza
I. DATA RESPONDEN
Lingkari kode angka sesuai jawaban masyarakat/responden)
Berikan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan di bawah ini dengan menandai (melingkari atau menconteng) kode angka yang paling sesuai dengan pendapat/persepsi responden.
No. Pernyataan/Pertanyaan Kode dan Jawaban Responden
1 Sudah seberapa lama anda bekerja di dalam tim pelayanan terpadu ini?
1. 6 bulan ke bawah 2. antara 7 s.d 12 bulan 3. antara 13 s.d 20 bulan 4. antara 21 s.d 27 bulan 5. 28 bulan ke atas
2 Batas keanggotaan tim cukup jelas semua orang tahu atau mengenal siapa yang anggota tim sebenarnya dan siapa yang tidak termasuk anggota tim
1. sangat tidak akurat 2. sedikit 3. sebagian akurat, 4. kebanyakan 5. sangat akurat
3 Sesama anggota tim kami merasa nyaman banyak saling bertukar informasi secara terbuka, tanpa curiga satu sama lain.
1. sangat tidak akurat, 2. jarang, 3. kadang-kadang, 4. sering kali, 5. sangat akurat
4 Setiap kali tim kami bekerja sesuai atau melebihi target kami selalu mendapatkan penghargaan atau pengakuan yang memuaskan.
1. sangat tidak akurat, 2. jarang, 3. kadang-kadang, 4. sering, 5. sangat akurat
5 Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan sesama anggota tim tentang penyelesaian tugas pemberian suatu perizinan?
1. tidak pernah, 2. jarang, 3. kadang-kadang, 4. sering, 5. selalu
6 Apakah para anggota dalam tim ini berkomunikasi dengan Anda dalam cara yang tepat waktu dalam penyelesaian tugas perizinan?
1. tidak pernah, 2. jarang, 3. kadang-kadang, 4. sering, 5. selalu
UNIVERSITAS TERBUKA
1340998.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
107
7 Apakah para anggota dalam tim ini dalam berkomunikasi dengan Anda memberikan informasi atau data tentang perizinan kebenarannya meyakinkan?
1. tidak pernah, 2. jarang, 3. kadang-kadang, 4. sering, 5. selalu
8 Ketika suatu tugas terdapat permasalahan atau persoalan layanan yang sulit diselesaikan, anggota tim ini saling merasa bertanggung jawab untuk memecahkannya bersama daripada menyalahkan orang lain?
1. tidak pernah, 2. jarang, 3. kadang-kadang, 4. sering, 5. selalu
9 Berapa banyak anggota tim ini berbagi tujuan dengan Anda dalam kaitannya dengan tugas pelayanan perizinan?
1. tidak ada, 2. sedikit, 3. beberapa, 4. banyak, 5. semua
10 Berapa banyak anggota tim ini berbagi pengetahuan tentang pekerjaan yang Anda lakukan dalam bidang atau jenis tugas perizinan?
1. tidak ada, 2. sedikit, 3. beberapa, 4. banyak, 5. semua
11 Berapa banyak anggota tim ini menghormati Anda dan pekerjaan yang Anda lakukan dalam pelaksanaan penyelesai tugas perizinan?
1. tidak ada, 2. sedikit, 3. beberapa, 4. banyak, 5. semua