LAPORAN KASUS Anamnesa (alloanamnesa) Tanggal 27 Desember 2009 Identitas Penderita Nama : Adytia Nur Usia : 15 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pelajar Alamat : Jl. Antasari II Agama : Islam Status : Belum Kawin MRS : 27 Desember 2009 pukul 22.50 WITA Keluhan utama : tidak sadar Telaah : Pasien tidak sadarkan diri sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas. Saat mengendarai sepeda motor, pasien disenggol oleh sepeda motor lain yang membuat pasien kehilangan kesiembangan sehingga pasien jatuh. Pasien langsung tidak sadarkan diri, kepalanya membentur jalanan namun pasien masih mengenakan helm, keluar darah dari hidung dan telinga.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KASUS
Anamnesa (alloanamnesa)
Tanggal 27 Desember 2009
Identitas Penderita
Nama : Adytia Nur
Usia : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Antasari II
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
MRS : 27 Desember 2009 pukul 22.50 WITA
Keluhan utama : tidak sadar
Telaah : Pasien tidak sadarkan diri sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit akibat
kecelakaan lalu lintas. Saat mengendarai sepeda motor, pasien disenggol oleh
sepeda motor lain yang membuat pasien kehilangan kesiembangan sehingga
pasien jatuh. Pasien langsung tidak sadarkan diri, kepalanya membentur jalanan
namun pasien masih mengenakan helm, keluar darah dari hidung dan telinga.
Kemudian pasien dibawa ke RS Dirgahayu, namun karena ruangan penuh, pasien
dirujuk ke RS A.W.Sjahranie . Saat di RS A.W.Sjahranie pasien muntah sebanyak
3. Fraktur basis kranii merupakan akibat benturan langsung pada daerah-
daerah dasar tulang tengkorak (oksiput,mastoid,supraorbital); transmisi
energi yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula; atau efek
”remote” dari benturan pada kepala (”gelombang tekanan” yang
dipropagasi dari titik benturan atau perubahan bentuk tengkorak).
Gambar 2.7 CT-scan fraktur basis kranii
GAMBARAN KLINIS FRAKTUR BASIS KRANII
Gambaran klinis dari fraktur basis cranii yaitu hemotimpanum, ekimosis
periorbita (racoon eyes), ekimosis retroauricular ( Battle’s sign), dan kebocoran
cairan serebrospinal (dapat diidentifikasi dari kandungan glukosanya) dari telinga
danhidung.
DIAGNOSIS FRAKTUR BASIS KRANII
Diagnosa cedera kepala dibuat melalui suatu pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
diagnostik. Selama pemeriksaan, bisa didapatkan riwayat medis yang lengkap dan
mekanisme trauma. Trauma pada kepala dapat menyebabkan gangguan neurologis
dan mungkin memerlukan tindak lanjut medis yang lebih jauh. Alasan kecurigaan
adanya suatu fraktur cranium atau cedera penetrasi antara lain :
• Keluar cairan jernih (CSF) dari hidung
• Keluar darah atau cairan jernih dari telinga
• Adanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata (panda eyes)
• Adanya luka memar di belakang telinga (Battle’s sign)
• Luka yang signifikan pada kulit kepala atau tulang tengkorak
• Adanya ketulian unilateral yang baru terjadi
E. Diagnosis
F. Penatalaksanaan
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Anamnesa, pemeriksaan fisik, dan terutama pemeriksaan penunjang yang
dilakukan terhadap pasien dapat dilakukan lebih holistik lagi, sehingga
diagnosa dapat ditegakan lebih dini dan tepat.
2. Penatalaksanaan terhadap pasien dapat diusahakan lebih optimal lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Speelman P. 2000. Leptospirosis. Harrison’s Principles of Internal Medicine edisi 16. Editor: Ascie AH. Jakarta : EGC. Hal. 1016-1019.
2. Zein U. 2006. Leptospirosis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV. Editor: Sudoyo AW, dkk. Jakarta : FKUI. Hal. 1845-1847.
3. Jacobs A,R. 1999. Leptospirosis. Current Medical Diagnosis and Treatment. Edisi 38. Editor: Tierney M,L,dkk. California. Hal. 1345-1346.
4. Gupte S. 1990. Leptospirosis. Mikrobiologi Dasar. Edisi III. Editor: Julius E. Jakarta : Binarupa Aksara. Hal 309-312.
5. Green J. 2008. Leptospirosis in Humans. [Internet]. e-medicine. Bersumber dari :<http://emedicine.medscape.com> [Diakses tanggal 1 mei 2009].
6. Ruel O., Efren M., Santiago E. 2000. Leptospirosis with Acute Renal Failure: The Role of Conservative management. [Internet]. Bersumber dari : <http://www.psmid.org.ph/vol30/vol30num2topic4.pdf> [Diakses tanggal 1 mei 2009].
7. Yang C,W. 2007. Leptospirosis Renal Disease. [internet]. Bersumber dari : <http://ki/journal/v72/n8/index.html> [Diakses tanggal 1 mei 2009].
8. Muthusethupathi M,A., Shivakumar S., Vijayakumar R. 1994. Renal involvement in leptospirosis--our experience in Madras City. [Internet] Tropical Nephrology. Bersumber dari : < http://www.jpgmonline.com/> [Diakses tanggal 1 mei 2009].
9. Sitprija V., 1980. Pathogenesis of Renal Disease in Leptospirosis. [Internet]. Clinical Investigation. Bersumber dari : <http://ki/journal/v72/n8/index.html> [Diakses tanggal 1 mei 2009].
10. Brito T. 1968. On the Pathogenesis of the Hepatic and Renal Lesion in leptospirosis. Review institute medicine tropical Sao Paolo, Brasil. Bersumber
dari : <http://resources.metapress.com/pdf-preview.axd> [Diakses tanggal 5 mei 2009].
11. Acha P.,N. 2005. Leptospirosis. [Internet]. Institute for International Cooperation in Animal Biologics. Bersumber dari : <http://www.doh.wa.gov/notify/guidelines/pdf/leptospirosis.pdf> [Diakses tanggal 1 mei 2009].
12. Sujudi H. 1993. Leptospira. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : FKUI, Binarupa Aksara. Hal. 218-220.