12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian konsep diri Menurut Agustiani (2006) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman- pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari. Hal serupa tentang konsep diri menurut Rakhmat (2009) adalah suatu gambaran dan penilaian tentang diri kita. Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Calhoun dan Acoccela (1990) konsep dir merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu. Pendapat lain tentang konsep diri menurut Burns (1993) adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita 12
23
Embed
12 BAB II 1. ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak … · 2016-04-03 · BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian konsep diri ... bukan merupakan faktor bawaan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
1. Pengertian konsep diri
Menurut Agustiani (2006) konsep diri merupakan gambaran yang
dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-
pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri
bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman
yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu
ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang
mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari. Hal serupa tentang
konsep diri menurut Rakhmat (2009) adalah suatu gambaran dan penilaian
tentang diri kita.
Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep diri
merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri
seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Calhoun dan Acoccela (1990)
konsep dir merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek
pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu.
Pendapat lain tentang konsep diri menurut Burns (1993) adalah suatu
gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain
berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
12
13
inginkan. Sedangkan Centi (1993) mengemukakan konsep diri (self
concept) adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana kita harapkan.
Selanjutnya Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2009)
menjelaskan ada lima ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri yang
positif dan negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah,
pertama, yakin mampu mengatasi masalah. Kedua, merasa setara dengan
orang lain. Ketiga, menerima pujian tanpa rasa malu. Keempat, menyadari
bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku
yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. Kelima, mampu memperbaiki
dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek yang tidak disenanginya
dan berusaha mengubahnya. Sedangkan ciri-ciri individu dengan konsep
diri yang negatif ialah peka terhadap kritikan, responsif terhadap pujian,
bersikap hiperkritis terhadap orang lain, cenderung merasa tidak disenangi
oleh orang lain, dan pesimis terhadap kompetisi.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa
tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan
pandangan atau gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya baik
secara fisik maupun psikologis yang dibentuk melalui pengalaman-
pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan.
14
2. Aspek-aspek konsep diri
Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) membagi konsep diri dalam
dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan
internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang
dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap
dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini
terdiri dari tiga bentuk :
1). Diri identitas (identity self)
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada
konsep diri dan mengacu pada pertanyaan “Siapakah saya?”
Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-
simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu
yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan
membangun identitasnya.
2). Diri pelaku (behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah
lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang
dilakukan oleh diri”. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan
diri identitas.
15
3). Diri penerimaan atau penilai (judging self)
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan
evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator)
antara diri identitas dan diri pelaku. Diri penilai menentukan
kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang
menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan
menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan
akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada
dirinya. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri
yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis.
Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-
beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu
diri yang utuh dan menyeluruh.
b. Dimensi eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui
hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta
hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang
luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi,
agama, dan sebagainya. Namun dimensi yang dikemukakan oleh
Fitts (dalam Agustiani, 2006) adalah dimensi eksternal yang bersifat
umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:
16
1). Diri fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan
dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang
mengenai kesehatan diri, penampilan (cantik, jelek, menarik,
tidak menarik)dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk,
kurus).
2). Diri etik moral (moral-ethic self)
Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya
dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini
menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan
Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan
nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik
dan buruk.
3). Diri pribadi (personal self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang
tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh
kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi
dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap
pribadinya.
4). Diri keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan harga diri seseorang
dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini
menunjukkan sejauh mana seseorang merasa adekuat terhadap
17
dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun
fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.
5). Diri sosial (social self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi
dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.
Bagian-bagian internal dan eksternal tersebut saling berinteraksi satu
sama lain, sehingga dari tiga dimensi internal dan lima dimensi eksternal
akan diperoleh lima belas kombinasi yaitu identitas fisik, identitas moral-