This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Skripsi, Maret 2009
ABSTRAK NELLY AGUSTINI SIMANJUNTAK Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah Sakit Unum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008. 1x + 50 halaman + 12 tabel + 27 daftar pustaka (1996 – 2008). Anemia di dalam kehamilan adalah masalah yang umum di negara-negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya < 11,0 g%. Anemia dalam kaitannya dengan defisiensi zat besi adalah masalah kesehatan yang fungsional dan serius yang merupakan masalah gizi yang dapat diawasi dengan biaya yang sangat tinggi. Anemia di dalam kehamilan mempunyai risiko yang tinggi terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran preterm dan kematian janin. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari bulan April- Desember 2008 pada bayi yang dilahirkan di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat. Hasil analisis bivariat diperoleh faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah anemia (p = 0,000), penyakit yang diderita ibu (p = 0,000), kehamilan hidramnion (p = 0,000), dan komplikasi hamil (p = 0,000). Dan hasil analisis multivariat terdapat tiga variabel yang berhubungan secara bersamaan terhadap terjadinya BBLR yaitu anemia (p = 0,002), lower 2.420 dan upper 58.581, penyakit yang diderita ibu (p = 0,004), lower 2.158 dan upper 52.183 dan komplikasi hamil (p = 0,001) lower 1.946 dan upper 14.397. Ibu hamil diharapkan memeriksakan kehamilannya secara teratur untuk mendeteksi dini keadaan kesehatannya dan petugas kesehatan memberi penyuluhan untuk menambah pengetahuan ibu tentang BBLR sehingga AKI dan AKB dapat diturunkan. Kata kunci : Ibu hamil, anemia, dan BBLR.
NELLY AGUSTINI SIMANJUNTAK Relationship Between Anemia And Low Birth Weight (LBW) At Maternal Pregnancy at Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu 2008. 1x + 50 pages + 12 tables + 27 references (1996 – 2008). Maternal anemia is a common problem in pregnancy in developing countries. According to World Health Organization (WHO) anemia is difined as the hemoglobin level of < 11,0 gm/dl. Anemia due to Iron Deficiency has serious health and functional consequences and the most of nutritional component is controllable with a very high benefit/cost ratio. Maternal anemia in pregnancy have also higher risk of having low birth weight, preterm birth and intra uterine fetal death. The type of this research is survey and the character is analytic descriptive. The device of this research of cross sectional by using secondary information until April- Desember 2008 to the new baby born at Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat. The result of bivariat analysis is anemia (p=0,000), suffered disease of mother (p= 0,000), pregnant hidramnion (p= 0,000), and pregnant complicated (p= 0,000). And result of multivariate analysis there are three coresponding variable concurrently to the happening of Low Birth Weight (LBW) that is anemia (p=0,002) lower 2.420 and upper 58.581, suffered disease of mother (p= 0,004) lower 2.158 and upper 52.183 and pregnant complicated (p=0,001) lower 1.946 and upper 14.397. Maternal pregnancy expected to check their pregnant regularly to detect early their health circumstance because the prevalence of anemia depends upon regular antenatal care. The health worker give the councelling to add the mother knowledge about LBW so that mortality of mother and derivable baby mortality. Key Words : Maternal Pregnancy, Anemia, Low Birth Weight (LBW).
Walaupun berat badan ibu kecil pada trimester I kehamilan tetapi sangat
membutuhkan gizi yang tinggi karena pada trimester pertama ini plasenta terbentuk.
Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trimester I dan II akan meningkatkan
kemungkinan lahirnya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Hal ini terjadi karena
plasenta mengecil sehingga mengakibatkan berkurangnya zat-zat makanan ke janin. Bayi
dengan berat badan lahir rendah mempunyai risiko kematian lebih tinggi dibanding
dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal (Saimin, 2008).
Tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah di Indonesia yang diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya. Oleh karena itu penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang telah dilaksanakan pemerintah sejak pembangunan jangka panjang I (Sohimah, 2006).
Salah satu sasaran yang ditetapkan pada Indonesia Sehat 2010 adalah menurunkan
angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup (Sarwono, 2002). Masalah yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia ibu hamil yaitu 50,9% dan
sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin, sehingga yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi
(Depkes RI, 2003b).
Distribusi kematian neonatal sebagian besar di wilayah Jawa dan Bali (66,7%)
dan di daerah pedesaan (58,6%). Menurut umur kematian yaitu 79,4% adalah angka
kematian neonatal yaitu pada usia 0-7 hari dan 20,6% terjadi pada usia 8-28 hari.
Penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal kelompok
umur 0-7 hari tertinggi adalah prematur dan berat badan lahir rendah (35%), kemudian
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, pada
skala nasional juga masih terjadi kesenjangan kematian bayi antar propinsi dengan
variasi yang sangat besar yaitu propinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 103 per 1.000
kelahiran hidup (tertinggi) dan propinsi D.I Yogyakarta mencapai 23 per 1.000 kelahiran
hidup (terendah). Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur dibawah 1
bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah
(BBLR) (Depkes RI, 2003a).
Pemantauan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik pada awal kehamilan dan
selama masa kehamilan merupakan upaya pendekatan yang potensial dalam kaitannya
dengan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak. Situasi pelayanan obstetrik di Indonesia
dimana sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun (>60%). Sementara lebih
dari 60% bidan di desa-desa masih memerlukan peningkatan keterampilan dan
pengetahuan terutama keterlambatan dalam mendeteksi kehamilan dapat teratasi apalagi
terhadap kehamilan yang berisiko tinggi sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu
dan perinatal dapat berkurang (Saimin, 2008).
Di Rumah Sakit Pematang Siantar ditemukan 300 kelahiran hidup dengan 66 (22%) kasus bayi lahir dengan berat lahir rendah dengan ibu hamil yang menderita anemia180 orang (55%) dari 327 orang ibu hamil (Selvia, 1999). Demikian juga di daerah Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2006 dari 18.782 kelahiran hidup ditemukan bayi yang BBLR sebanyak 2956 orang (15%) dengan ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 8884 orang (47,04%) dari 18.883 orang ibu hamil dan pada tahun 2007 dari 18.927 kelahiran hidup ditemukan sebanyak 3477 orang (18,37%) bayi yang BBLR dan jumlah ibu hamil yang anemia sebanyak 9120 orang (47,71%) dari 19.112 orang ibu hamil. Terjadi peningkatan jumlah bayi yang lahir dengan BBLR dan ibu hamil yang mengalami anemia pada tahun 2007 dari tahun sebelumnya (Dinkes Lab. Batu 2006-2007). Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat di Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2007 dari 412 ibu yang melahirkan didapati sebanyak 30 orang (7,28%) kasus ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Berdasarkan data-data tersebut di atas yang menyebabkan peneliti ingin melakukan
penelitian tentang hubungan anemia pada ibu hamil dengan BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2008.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahannya adalah tingginya/banyaknya kejadian anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2008.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di
Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten
Labuhan Batu tahun 2008.
2. Untuk mengetahui hubungan anemia dengan kejadian BBLR setelah dikontrol
faktor kesehatan ibu dan faktor kehamilan di Badan Pengelola Rumah Sakit
Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2008.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR
yang dapat dijadikan evaluasi dan pengambilan kebijakan di dinas kesehatan
2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan
konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai
deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka mencegah bayi lahir BBLR.
3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat mengenai hubungan anemia pada ibu hamil
dengan kejadian bayi BBLR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dibedakan dalam dua kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau bayi berat lahir rendah karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat badan kurang untuk usianya (Depkes RI, 2003). Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Prawirohardjo, 2002) : a. Bayi dengan berat badan normal, yaitu > 2500 gram.
b. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram – 2500
gram.
c. Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya adalah
c. Perdarahan ante partum, yaitu perdarahan yang terjadi pada masa hamil.
d. Komplikasi hamil : pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini, pre-
eklampsia/eklampsia yaitu kondisi ibu hamil dengan tekanan darah meningkat
keadaan ini sangat mengancam jiwa ibu dan bayi yang dikandung. Ketuban pecah
dini adalah kondisi dimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan biasanya
faktor penyebab paling sering adalah terjainya benturan pada kandungan.
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, yaitu keadaan janin yang cacat sabagai akibat pertumbuhan janin
didalam kandungan tidak sempurna.
b. Infeksi dalam rahim, yaitu janin mengalami infeksi sebagai akibat penyakit yang
diderita ibu. Seperti ibu yang menderita HIV/AIDS sangat rentan mengakibatkan
infeksi dalam rahim.
4. Faktor yang belum diketahui.
5. Faktor obat-obatan seperti ibu hamil yang keracunan obat (Manuaba, 1998).
2.2 Anemia pada Ibu Hamil
2.2.1 Pengertian Anemia pada Ibu Hamil
Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0 g%. Sedangkan menurut Saifuddin anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11,0 g% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 g% pada trimester II (Depkes RI, 2003b).
b. Rusaknya sel darah merah, seperti penyakit malaria dan thalasemia yang
merusak asam folat yang berada di dalam sel darah merah.
c. Kurangnya produksi sel darah merah karena kurang mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung zat gizi terutama zat besi, asam folat, vitamin B12,
protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya.
2.2.3 Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi
hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda (Sohimah, 2006).
Keluhan anemia yang paling sering dijumpai dimasyarakat adalah yang lebih dikenal dengan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai. Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003b).
Rasa cepat lelah disebabkan karena pada penderita anemia gizi besi, pengolahan
(metabolisma) energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena kurang oksigen.
Anemia gizi besi dengan keluhan dampak yang paling jelas adalah cepat lelah, rasa
ngantuk, malaise dan mempunyai wajah yang pucat (Sukirman, 1999).
2.2.4 Klasifikasi Anemia pada Ibu Hamil.
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. 2. Anemia Megaloblastik
2. Supplemen zat besi yang berfungsi dapat memperbaiki Hb dalam waktu
singkat.
3. Fortifikasi zat besi yaitu penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan
pangan untuk meningkatkan kualitas pangan.
Suatu penelitian di Asia 22,6% kematian ibu melahirkan dikarenakan anemia, artinya apabila ibu hamil dapat dicegah dari anemia maka 20-30 % kematian ibu karena melahirkan dapat dicegah (Sukirman, 1999).
2.3 Bahan Makanan Sumber Zat Besi Zat gizi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi lain, seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin dan elemen lainnya.
Pembuatan sel darah merah akan terganggu apabila zat gizi yang diperlukan tidak mencukupi. Selain itu dapat disebabkan karena tidak berfungsinya pencernaan dengan baik atau kelainan lambung sehingga zat-zat gizi penting tidak dapat diserap dengan baik dan terbuang bersama kotoran. Apabila ini berlangsung lama maka tubuh akan mengalami anemia (Wirahadikusuma, 1999). Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan yaitu 3-5 gr di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi essensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan (Almasier, 2001).
Zat besi yang terdapat dalam bahan makanan dapat berasal dari hewan maupun dari tumbuhan. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memiliki daya serap antara 1-6 % lebih rendah dibanding zat besi yang berasal dari hewan yang mempunyai daya serap 7-22 % (Almasier, 2001).
Ada 2 bentuk zat besi dalam makanan, yaitu hem dan non hem. Zat besi hem berasal dari hewan seperti daging dan ikan yang mengandung zat besi 5-10 % dengan penyerapan 25 %. Zat besi non hem terdapat pada pangan nabati seperti sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan dengan penyerapan zat besi hanya 5%. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi non hem sampai empat kali lipat (Wirahadikusuma, 1999).
Protein hewani, walaupun tidak semua juga dapat mendorong penyerapan zat besi non hem. Protein selular yang berasal dari daging sapi, kambing, domba, hati, ayam, menunjang penyerapan zat besi non hem. Namun protein yang berasal dari susu sapi, keju dan telur tidak dapat meningkatkan penyerapan zat besi non hem (Wirahadikusuma, 1999).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya yang disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah terjadinya benturan pada kandungan. Perdarahan ante partum adalah kondisi ibu saat hamil mengalami perdarahan yang hebat dan tercantum dalam berkas rekam medis.
9. Berat badan lahir adalah berat badan bayi pada saat dilahirkan, dibagi menjadi
2 yaitu :
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu jika berat bayi pada saat lahir
< 2500 gr.
b. Bayi berat badan lahir normal (BBLN) yaitu jika berat badan bayi pada
saat lahir ≥ 2500 gr.
2.7 Aspek Pengukuran Ukuran variabel penelitian yang digunakan yaitu dalam bentuk kategori dan mentransformasikan setiap variabel menjadi variabel satu-nol (1-0) Kategori variabel adalah sebagai berikut:
a. Variabel terikat
Berat lahir dibagi dalam 2 kategori yaitu BBLR dan BBLN dinyatakan sebagai variabel BL.
BL : 1 jika BBLR (< 2500 gr) 0 jika BBLN (≥ 2500 gr)
b. Variabel bebas
1. Anemia Kadar Hb ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu <11,0 g% dan ≥11,0 g% yang
dinyatakan dalam variabel Hb. Hb = 1 jika kadar Hb kurang dari 11,0g%
0 jika kadar Hb lebih atau sama dengan 11,0 g%. 2. Umur ibu
Umur ibu dibagi dalam 3 kelompok umur yaitu umur < 20 tahun, 20-35 tahun dan umur > 35 tahun yang dinyatakan sebagai variabel Ui.
Ui= 1 jika umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. 0 jika umur ibu 20-35 tahun.
Paritas dibagi dalam 3 kelompok yaitu paritas 1, paritas 2-4 dan paritas >4 yang dinyatakan dalam variabel P.
P= 1 jika paritas 1 dan > 4. 0 jika paritas 2-4.
4. Penyakit yang diderita ibu Penyakit yang diderita ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu mempunyai riwayat penyakit seperti asma, malaria, TB paru, jantung. Dimana data diperoleh berdasarkan data dari rekam medis. Dan yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang dinyatakan dalam variabel Pi. Pi= 1 jika memiliki riwayat penyakit tertentu.
0 jika tidak memiliki riwayat penyakit tertentu. 5. Pekerjaan
Pekerjaan dibagi dalam 2 kelompok yaitu bekerja dan tidak bekerja yang dinyatakan dalam variabel PK.
PK= 1 jika ibu hamil bekerja. 0 jika ibu hamil tidak bekerja
6. Hamil dengan hidramnion Hamil dengan hidramnion dibagi dalam 2 kelompok yaitu hamil hidramnion
dan hamil tidak hidramnion yang dinyatakan dalam variabel HH. HH= 1 jika ibu hamil hidramnion.
0 jika ibu hamil tidak hidramnion. 7. Hamil ganda
Hamil ganda dibagi dalam 2 kolompok yaitu hamil ganda dan tidak hamil ganda yang dinyatakan dalam variabel HG.
HG=1 jika ibu mengalami hamil ganda 0 jika ibu tidak mengalami hamil ganda.
9. Komplikasi hamil Komplikasi hamil dibagi dalam 2 kelompok yaitu ibu yang mengalami
komplikasi hamil dan ibu yang tidak mengalami komplikasi hamil yang dinyatakan dalam variabel KH.
KH= 1 jika ibu mengalami komplikasi. 0 jika ibu tidak mengalami komplikasi.
1. Ada hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR
2. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR
3. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR
4. Ada hubungan antara penyakit yang diderita ibu dengan kejadian BBLR
5. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian BBLR
6. Ada hubungan antara kehamilan hidramnion dengan kejadian BBLR
7. Ada hubungan antara kehamilan ganda dengan kejadian BBLR.
8. Ada hubungan antara komplikasi hamil dengan kejadian BBLR.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional untuk melihat hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi BBLR.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu pada bulan April - Desember 2008.
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu pada bulan April - Desember 2008 sebanyak 478 orang.
3.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di Badan
Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu pada bulan April 2008 – Desember 2008 yang tercatat kadar hemoglobinnya dan semua ibu hamil yang melahirkan yang tercatat kadar hemoglobinnya dijadikan sampel penelitian (Total Sampling). Dimana ibu hamil yang melahirkan yang tidak tercatat kadar hemoglobinnya termasuk dalam kriteria eklusi yaitu tidak termasuk dalam pengelolaan data.
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari laporan rawatan
pasien dan rekam medis pada ruang bersalin di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum
(BPRSU) Rantauparapat Kabupaten Labuhan Batu.
3.5 Analisis data
Analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu dengan analisis univariat, analisis
bivariat dan analisis multivariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan
masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi. Sedangkan analisis bivariat dimaksud untuk melihat hubungan kedua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat
hubungan antar kedua variabel ini yakni menggunakan uji Chi Square dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ganda yakni untuk melakukan prediksi seberapa jauh nilai variabel dependen bila nilai variabel independen berubah. Regresi logistik berganda digunakan jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen ingin diestimasikan sehingga diperoleh persamaan regresi logistik berganda sebagai berikut :
1 p = 1+ e- (β0+βiXi +....+βiXi) Keterangan:
ß0 adalah konstanta.
ßi adalah koefisien regresi variabel X.
P dibaca harga harapan/peluang terjadinya suatukejadian.
1 Umur < 20 tahun dan > 35 tahun 29 17,9 20-35 tahun 133 82,1 Total 162 100 2 Paritas 1 dan > 4 89 54,9 2-4 73 45,1 Total 162 100 3 Penyakit Yang Diderita Ibu Memiliki Riwayat Penyakit 15 9,3 Tidak Memiliki Riwayat Penyakit 147 90,7 Total 162 100 4 Pekerjaan Bekerja 16 9,9 Tidak Bekerja 146 90,1 Total 162 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di BPRSU
Rantauprapat berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 133 orang (82,1%)
sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 29 orang (17,9%), dengan paritas 1
dan > 4 sebanyak 89 orang (54,9%) sedangkan paritas 2-4 sebanyak 73 orang (45,1%),
tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 147 orang (90,7%) sedangkan memiliki
riwayat penyakit sebanyak 15 orang (9,3%), tidak bekerja sebanyak 146 orang (90,1%)
Dari tabel diatas terlihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di BPRSU Rantauprapat pada bulan April-Desember 2008 yang mengalami anemia merupakan yang terbanyak yaitu sejumlah 86 orang dimana yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 31 orang (36,0%) dan yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal (BBLN) sebanyak 55 orang (64,0 %). Sedangkan ibu hamil yang tidak anemia ada sejumlah 76 orang dimana sebanyak 2 orang (2,6%) yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan sebanyak 74 orang (97,4%) yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (BBLN).
Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji Chi-Square terdapat bahwa Probabilitas (0,000) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya ada hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2008.
4.3.2 Faktor Kesehatan Ibu.
Tabel 4.9 Hubungan Antara Faktor Kesehatan Ibu Hamil Yang Melahirkan Dengan
Kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan bahwa probabilitas lebih besar
dari nilai α (0,578 > 0,05) berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR.
Pada kelompok paritas 1 atau lebih besar dari 4 merupakan yang terbanyak yakni sebanyak 89 orang, dimana 18 orang (20,2%) melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan 71 orang (79,8%) melahirkan bayi dengan berat lahir normal (BBLN). Yang mengidap anemia 49 orang (55,1%) dan yang tidak mengidap anemia sebanyak 40 orang (44,9%). Sedangkan yang memiliki paritas 2-4 sebanyak 73 orang, dimana 15 orang (20,5%) melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan 58 orang (79,5%) melahirkan bayi dengan berat badan normal (BBLN). Yang mengidap anemia 37 orang (50,7%) dan yang tidak mengidap anemia sebanyak 36 orang (49,3%).
Dari hasil uji statistik dengan chi square menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari nilai α (0,513 > 0,05) berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian BBLR
Sementara ibu hamil yang tidak memiliki riwayat penyakit merupakan yang
terbanyak yakni 147 orang, dimana 23 orang (15,6%) melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah dan 124 orang (84,4%) diantaranya melahirkan bayi dengan berat badan normal.
Yang mengidap anemia sebanyak 75 orang (51,0%) dan yang tidak mengidap anemia
sebanyak 72 orang (49,0%). Sedangkan ibu yang memiliki riwayat penyakit berjumlah 15
orang, dimana10 orang (66,7%) melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan 5 orang
(33,3%) melahirkan bayi dengan berat badan normal. Yang mengidap anemia 11 orang
(73,3%) dan yang tidak mengidap anemia sebanyak 4 orang (26,7%).
Dari hasil uji statistik dengan chi square dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
lebih kecil dari nilai α (0,000 < 0,05) berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada
hubungan antara penyakit yang diderita ibu dengan kejadian BBLR.
Dan ibu hamil yang tidak bekerja merupakan yang terbanyak yakni sebanyak 146
orang, dimana 30 orang (20,5%) melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan 116
orang (79,5%) diantaranya melahirkan bayi dengan berat badan normal.Yang mengidap
Berdasarkan hasil analisis regresi multivariat diperoleh anemia, penyakit yang
diderita ibu dan pendarahan antepartum secara bersama- sama berhubungan dengan kejadian BBLR dengan nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α (0.05) yaitu masing-masing anemia (p = 0.002), penyakit yang diderita ibu (p = 0.004) dan pendarahan antepartum ( p = 0.001).
Memperhatikan hasil dari analisis multivariat maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut :
1 p = 1+ e- (β0+ βiXi) 1 p = 1+ e- (-4,081+ 2,477 X
Dan untuk melihat probabilitas terjadinya BBLR secara bersamaan apabila ibu hamil memiliki riwayat penyakit dan komplikasi hamil dapat dilihat melalui perhitungan dibawah ini : 1 p = 1+ e- (β0+ βiXi) 1 p = 1+ e- (-4,081+ 2,477 X
Jika ibu hamil memiliki riwayat penyakit yang berbahaya terhadap kehamilan dan mengalami komplikasi hamil maka probabilitas untuk melahirkn bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 48 %.
Dan apabila ketiganya yaitu kadar Hb < 11,0 g% (mengidap anemia) dan memiliki riwayat penyakit serta mengalami komplikasi hamil secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian BBLR maka diperoleh persamaan logistik sebagai berikut:
1 p = 1+ e- (β0+ βiXi) 1 p = 1+ e- (-4,081+ 2,477 X
Dari persamaan diatas diperoleh nilai probabilitas terjadinya BBLR adalah sebesar 92 %.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Antara Anemia Dengan Kejadian BBLR
Hasil analisis dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa Probabilitas (0,000) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya ada hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2008.
Hal ini sesuai dengan Hasil SKRT (2002), bahwa ibu hamil yang menderita
anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Berdasarkan hasil persamaan regresi logistik yang diperoleh bahwa ibu hamil yang
memiliki kadar Hb < 11,0 gr% maka probabilitas melahirkan bayi yang BBLR adalah 23
%. Kemudian menurut Zulhaida (2003) bahwa ibu hamil dengan anemia akibatnya
mereka mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan
mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
Menurut asumsi peneliti sesuai dengan pendapat Depkes RI (2003) bahwa
seorang ibu sebaiknya hamil pada usia 20-35 tahun karena pada usia ini disebut sebagai
usia reproduksi sehat dan perlu juga didukung oleh status gizi yang baik dan dilakukan
pemeriksaan kehamilan dengan teratur agar perkembangan janin dapat dipantau.
5.2.2 Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian BBLR
Dari hasil uji statistik dengan chi square menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari nilai α (0,959 > 0,05) berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian BBLR.
Hal ini tidak sesuai dengan Depkes RI (2003b), yang menyatakan bahwa
banyaknya anak akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan faktor-faktor
terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah dan
nutrisi kurang. Dari penelitian saya tidak dijumpai adanya hubungan karena dalam hal ini
faktor ekonomi juga berpengaruh didalam memperoleh suplai gizi yang cukup baik
selama masa hamil dan rutin memeriksakan kehamilan maka BBLR tidak ada
hubungannya terhadap paritas.
5.2.3 Hubungan Penyakit Yang Diderita Ibu Dengan Kejadian BBLR
Dari hasil uji statistik dengan chi square diketahui bahwa nilai probabilitas lebih
kecil dari nilai α (0,000 < 0,05) berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada hubungan
antara penyakit yang diderita ibu dengan kejadian BBLR.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rochjati (2003), bahwa riwayat penyakit yang
diderita ibu berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan, penyakit tersebut antara lain
seperti hipertensi, jantung, asma, TB paru, malaria dan lain-lain.
Menurut asumsi peneliti hal ini juga sesuai dengan pendapat Rochjati (2003), bahwa faktor risiko terhadap ibu hamil adalah riwayat penyakit yang diderita ibu dan penyakit yang diderita ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinannya adalah penyakit yang bersifat kronis.
Menurut pemantauan peneliti di daerah kabupaten Labuhan Batu angka penderita malaria cukup tinggi. Di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum BPRSU Rantauprapat penyakit malaria menempati posisi ke 4 (empat) dari 10 (sepuluh) penyakit terbanyak rawat inap.
Penyakit yang diderita ibu hamil apabila dikontrol dengan baik dan tidak menunjukkan gejala klinis saat kehamilan maka tidak akan mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan. Untuk itu ibu hamil harus rajin memeriksakan kehamilannya dengan teratur untuk mengetahui status kesehatannya secara berkala dan mengetahui perkembangan janin dalam kandungan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.
5.2.4 Hubungan Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR
Dari hasil uji statistik dengan chi square dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
lebih besar dari nilai α (1,000 > 0,05) berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada
hubungan antara pekerjaan dengan kejadian BBLR.
Hal ini tidak sesuai dengan Depkes RI (2003b), yang menyatakan bahwa
pekerjaan mempengaruhi status sosial ekonomi dan ini akan berpengaruh dalam
mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat dan pemenuhan gizi. Ibu yang bekerja
dapat menambah pendapatan rumah tangga sehingga dapat memperoleh pelayanan
kesehatan selama hamil secara rutin dan cukup di dalam pemenuhan gizi sehingga dapat
melahirkan bayi dengan berat badan normal dibandingkan jika hanya suami yang bekerja
penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil sehingga masyarakat mengetahui tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk mencegah terjadinya BBLR. Dan lebih
lengkap lagi didalam pengumpulan data - data.
2. Kepada tenaga kesehatan seperti bidan desa/bidan PTT untuk lebih giat lagi
melakukan penyuluhan kepada ibu hamil agar secara rutin memeriksakan
kehamilannya untuk mendeteksi secara dini keadaan kesehatan ibu dan janin
dalam kandungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Almasier, Suminta, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2003a. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir
(Neonatal) Dan Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Berkaitan di Indonesia. Jakarta.
……………,2003b. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia
Subur (WUS), Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas, Jakarta. ………….., 2004. Makanan sehat Ibu Hamil. Jakarta. …………., 2005, Materi Ajar Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru
Lahir, FKM UI, Jakarta. Diah Krisnatuti, 2002. Menu Sehat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui. Puspa Swara,
Jakarta. Dinas Kesehatan Labuhan Batu, 2006. Profil dan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan
Labuhan Batu, Rantauprapat. …………………………………,2007. Profil dan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan
Labuhan Batu, Rantauprapat. Hartanto, Hanafi, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.
Lubis, Zulhaida, 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi
Yang Dilahirkan, http://tumoutou.net/ 702 07134/zulhaida lubis.htm, diakses 16 Oktober 2008.
Manuaba, Ida Bagus, 1998. Konsep Obstetri Dan Ginekologi Sosial Indonesia. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Mochtar,1998. Sinopsis Obstetri. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Moehji, Sjahmien, 2003. Ilmu Gizi. Batara Karya Aksara. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo, 1993. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Rineka Cipta.
Jakarta. ……………...., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Rochjati, Poedji, 2003, Screning Antenatal Pada Ibu Hamil, Airlangga University
Press, Surabaya. Saifuddin, 2002. Buku Acuan : Asuhan Persalinan Normal, Jakarta. Saimin, Juminten, 2008. Hubungan Antara Berat Badan Lahir Rendah Dengan
Status Gizi Ibu Berdasarkan Ukuran Lingkar Lengan Atas(LILA), http://anemia.com/2008/09/Hubungan-Antara-BeratBadan-LahirRendah Dengan-StatusGiziIbu-Berdasarkan-Ukuran-LingkarLenganAtas(LILA) html, diakses 16 Oktober 2008.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT. Gramedia.
Jakarta. Sarwono Prawirohardjo, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Selvia, Nita, 1999. Faktor-faktor Penyebab Bayi Lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah di Rumah Sakit Umum Pematang Siantar, Skripsi FKM USU Medan.
Setyawan, Henry, 1996. Pengaruh Anemia Ibu Hamil Trimester III Terhadap
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Prematuritas, Dan Intra Uterine Growth Retardation (IUGR). Jurnal Epidemiologi Nasional. Jakarta.
Sohimah, 2006. Anemia Dalam Kehamilan Dan Penanggulangannya. Gramedia.
Sugiyono, 2000. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung. Sukirman, 1999. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Gramedia. Jakarta. Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Wirahadikusumah, Emma S, 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi, Trubus