BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Pesatnya perkembangan industri yang terjadi saat ini salah
satunya karena sangat didukung oleh kondisi keamanan dan stabilitas
negara. Hal ini dapat dilihat dengan didirikannya industri industri
besar yang menyerap banyak tenaga kerja, sehingga kemudian dapat
mengurangi angka pengangguran. Rintangan terbesar muncul dari
persaingan yang sangat ketat di era globalisasi seperti saat ini,
dimana perkembangan aspek teknologi dari dalam maupun luar negeri
menuntut kita untuk memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi
yang baik pada bidang pekerjaan kita secara profesional. Dalam
rangka pemenuhan persyaratan tersebut, tentunya kita, sebagai calon
tenaga kerja yang berkualitas haruslah memiliki bekal berupa
pendidikan baik secara formal maupun non formal. Selain bekal
pendidikan tersebut, kita juga dituntuk untuk dapat mampu untuk
terlibat secara aktif dan nyata dalam bidang ilmiah di masyarakat
dan pada akhirnya memiliki kualitas untuk mengikuti persaingan yang
terjadi dalam dunia globalisasi.Persiapan yang memadai dari tenaga
kerja, baik secara teori maupun kemampuan nyata di lapangan
diharapkan mampu melahirkan tenaga tenaga kerja Indonesia yang
berkualitas dan unggul. Persiapan ini tidak mutlak menjadi tanggung
jawab dari lembaga pendidikan semata dikarenakan keterbatasan
sumber daya yang dimiliki oleh lembaga lembaga tersebut dalam
menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang sesuai dengan
kemajuan dan perkembangan mutakhir dari keadaan nyata di
lapangan.
Keterbatasan inilah yang kemudian diharapkan dapat dijembatani
oleh lembaga industri dan korporasi yang ada saat ini. Lembaga
industri dan korporasi inilah yang nantinya akan menjadi pengguna
dari calon calon tenaga kerja yang ada, sehingga tentunya mereka
mengharapkan apabila dalam proses penerimaannya, calon tenaga kerja
yang ada merupakan calon tenaga kerja yang berkualitas dan siap
pakai.
Proses hubungan tersebut kemudian dituangkan dalam suatu bentuk
Kerja Praktek, di mana oleh lembaga pendidikan diharapkan para
mahasiswa yang sedang dalam masa penempaan tersebut mampu melihat
secara nyata berbagai hal yang sifatnya aplikatif dari proses
pembelajaran yang telah dilalui melalui pendidikan formal. Hal ini
sekaligus juga merupakan suatu bentuk usaha untuk menyiapkan
mahasiswa tidak hanya sebagai calon tenaga kerja berkualitas,
tetapi juga siap pakai.
Dalam Kerja Praktek, mahasiswa diberikan kebebasan dalam memilih
lembaga industri maupun korporasi yang sesuai dengan minat. Hal ini
disesuaikan dengan semboyan utama pendidikan yaitu Tut Wuri
Handayani, dari belakang memberikan dorongan, sehingga mahasiswa
dapat berkembang sesuai dengan cita cita dan keinginannya, namun
tetap dalam koridor yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan. Adapun
pemilihan topik dalam Kerja Praktek juga diserahkan kepada
mahasiswa dengan tujuan membantu mahasiswa untuk memilih bidang
yang ingin lebih didalami sehingga membantunya lebih jauh tentang
pemahaman terhadap pembelajaran teori yang telah dilaluinya.
Seluruh rangkaian pengamatan tersebut kemudian dibukukan dalam
suatu bentuk laporan Kerja Praktek.
I.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilaksanakan kerja praktek adalah sebagai
pemenuhan dari beban satuan kredit semester (SKS) yang harus
ditempuh sebagai persyaratan akademis di FTI Universitas Trisakti,
Jurusan Teknik Elektro. Dalam Kerja Praktek ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami penerapan berbagai ilmu yang telah
diperoleh dalam kuliah sehingga dapat meningkatkan pemahaman
tentang penggunaan ilmu tersebut serta menumbuhkan kesiapan mental
mahasiswa untuk memasuki dunia kerja. Dengan kerja praktek ini
Penulis mengharapkan, melalui PT Indonesia Power UBP Priok
khususnya maupun tempat pembangkitan lainnya pada umumnya, untuk
dapat mengetahui proses pengoperasian dan pemeliharaan sehingga
keandalan dan mutu produksi dapat terjamin dan terjaga sampai
dengan jangka waktu yang ditentukan terutama di bagian unit
pemeliharaan listrik dan juga dapat mengetahui gangguan-gangguan
apa saja yang sering terjadi dalam proses produksi tenaga listrik
dan mengetahui bagaimana cara mengatasinya.
I.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan kerja prektek ini,masalah yang akan
bahas hanya terbatas pada proses pembangkitan tegangan dimulai dari
saat turbin dalam keadaan diam (0 rpm) hingga berputar pada
kecepatan penuh (3000 rpm) dan mengalirkan tegangan masuk ke
jaringan. Proses tersebut dibatasi hanya pada Generator 1.1 PLTGU
Priok. Materi yang diangkat lebih bersifat umum dan tidak menjurus
secara khusus pada proses tertentu selama pembangkitan
berlangsung.
I.4. Sistematika PenulisanBAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini, Penulis membahas penjelasan mengenai latar
belakang permasalahan dalam penulisan laporan, maksud dan tujuan
Kerja Praktek, pembatasan masalah untuk membatasi ruang lingkup
penulisan, dan sistematika laporan.BAB II. SEJARAH DAN STRUKTUR
ORGANISASI PT.INDONESIA POWER
Pada bab ini, Penulis menjelaskan secara singkat mengenai
sejarah berdirinya PT.INDONESIA POWER dan perkembangan secara umum
serta struktur organisasinya dan proses produksi yang dihasilkan
oleh PT.INDONESIA POWER secara khusus. Selain itu, akan dibahas
juga mengenai Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Priok tempat di mana
Kerja Praktek berlangsung.
BAB III. LANDASAN TEORIPada bab ini, Penulis menjelaskan
berbagai dasar teori yang berkaitan dan berhubungan dengan proses
pembangkitan, dimulai dari gambaran sekilas mengenai turbin gas,
generator sinkron, konverter, inverter, dan sistem excitation.BAB
IV. MATERI KERJA PRAKTEK IPada bab ini, Penulis menuliskan secara
umum langkah langkah yang harus dilaksanakan dalam kerangka
start-up GT 1.1 PLTGU Priok beserta penjelasan mengenai kegiatan
yang dilakukan pada setiap langkahnya.
BAB V. MATERI KERJA PRAKTEK II
Pada bab ini, Penulis menjelaskan secara lebih terstruktur
electrical equipment yang terlibat dalam proses start-up GT 1.1
PLTGU Priok dan penjelasan singkat tentang bagian bagian
tersebut.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, Penulis menjelaskan tentang kesimpulan kesimpulan
yang diambil terkait dengan proses pembangkitan yang telah diamati
pada bab sebelumnya serta bila memberikan saran, baik kepada PT.
Indonesia Power dalam kerangka peningkatan efisiensi maupun kepada
Penulis lainnya yang ingin mengambil judul serupa sehingga dapat
meneruskan dan melakukan pendalaman yang lebih baik.
Bab II
Sejarah dan Struktur Organisasi
PT Indonesia Power
II.1 Data Umum Perusahaan
PT. INDONESIA POWER merupakan salah satu anak perusahaan listrik
milik PT. PLN (Persero) yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995
dengan nama PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali I (PT. PLN
PJB I). Pembentukan perusahaan ini berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C2-12496
HT.01.01.TH.1995. Kemudian pada tanggal 3 Oktober 2000, PT. PLN PJB
I resmi berganti nama menjadi PT. INDONESIA POWER. Sebagai lahan
usahanya, PT. INDONESIA POWER bergerak pada bidang pembangkitan
tenaga listrik, dengan 8 (delapan) Unit Bisnis Pembangkitan (UBP)
utama yang terletak di beberapa lokasi strategis yang tersebar di
Pulau Jawa dan Bali untuk mengelola 127 mesin pembangkit dengan
total kapasitas terpasang sekitar 8.888 MW serta pada bidang
pemeliharaan yang disebut Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan (UBJP). PT.
INDONESIA POWER telah menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik
terbesar di Indonesia di mana delapan UBP utamanya terdiri
dari:
UBP Suralaya
Gambar II-1 UBP Suralaya
Kapasitas Terpasang:3.400 MW
Jenis Pembangkit:PLTU Batubara
UBP Priok
Gambar II-2 UBP Priok
Kapasitas Terpasang:1.248 MW
Jenis Pembangkit:PLTU, PLTGU, PLTG, PLTD UBP Saguling
Gambar II-3 UBP Saguling
Kapasitas Terpasang:797 MW
Jenis Pembangkit:PLTA
UBP Kamojang
Gambar II-4 - UBP Kamojang
Kapasitas Terpasang:375 MW
Jenis Pembangkit:PLTP
UBP Mrica
Gambar II-5 UBP Mrica
Kapasitas Terpasang:306 MW
Jenis Pembangkit:PLTA
UBP Semarang
Gambar II-6 UBP Semarang
Kapasitas Terpasang:1.469MW
Jenis Pembangkit:PLTU Minyak, PLTG, PLTGU
UBP Perak Grati
Gambar II-7 UBP Perak - Grati
Kapasitas Terpasang:864 MW
Jenis Pembangkit:PLTU Minyak, PLTG, PLTGU
UBP Bali
Gambar II-8 UBP Bali
Kapasitas Terpasang:428 MW
Jenis Pembangkit:PLTD, PLTG
Sementara UBJP terletak di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
UBJP ini bertugas untuk melakukan pemeliharaan terhadap ke delapan
UBP yang telah disebutkan sebelumnya, juga melakukan pemeliharaan
berdasarkan permintaan di luar kebutuhan PT. INDONESIA POWER.
Tabel Grafik Produksi per Unit Bisnis Pembangkitan berdasarkan
data tahun 2007
Kiprah PT. INDONESIA POWER dalam pengembangan usaha penunjang di
bidang pembangkit tenaga listrik juga dilakukan dengan membentuk
beberapa anak perusahaan yaitu PT. COGINDO DAYA PERKASA di mana PT.
INDONESIA POWER menguasai 99,% saham kepemilikannya dan PT. ARTA
DAYA COALINDO dengan kepemilikan hingga 60%. PT. COGINDO DAYA
PERKASA bergerak pada bidang jasa pelayanan dan manajemen energi
dengan penerapan konsep cogeneration dan distributed generation,
sementara PT. ARTA DAYA COALINDO bergerak pada bidang usaha
perdagangan batubara. Keberadaan kedua anak perusahaan memiliki
tujuan sebagai penunjang perusahaan dalam upayanya meningkatkan
pendapatan di masa mendatang.
PT. INDONESIA POWER dalam menjalankan perusahaan memiliki visi
dan misi sebagai berikut:
Visimenjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan
bersahabat dengan lingkungan.
Misimelakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan
mengembangkan usaha usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan
kaidah industri yang sehat, guna menjamin keberadaan dan
pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
Untuk mendukung terealisasinya keinginan tersebut, Indonesia
Power dan seluruh Unit Bisnisnya telah berbenah diri. Hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya berbagai penghargaan nasional dan
internasional antara lain ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan),
ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu), SMK3 dari Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Indonesia, Penghargaan Padma untuk bidang
Pengembangan Masyarakat, dan ASEAN Renewable Energy Award.
Adapun visi dan misi tersebut ditentukan sebagai suatu media
dalam mendorong tercapainya tujuan dari PT. INDONESIA POWER,
yaitu
Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-menerus
dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan
dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana
penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan
lingkungan.
Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan
dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.
Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta
mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan,
efisiensi maupun kelestarian lingkungan.
Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling
menghargai antar karyawan dan mitra kerja, sertamendorong terus
kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme.
Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia
perusahaan adalah dengan pembentukan budaya perusahaan di PT.
INDONESIA POWER. Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap
dan perilaku yang berdasarkan pada 5 (lima) filosofi dasar dan pada
kelanjutannya diwujudkan dan dinyatakan dalam 12 dimensi
perilaku.
Adapun 5 filosofi dasar PT. INDONESIA POWER adalah:
1. Mengutamakan pasar dan pelanggan
2. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan
3. Memelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Menjunjung tinggi etika bisnis
5. Memberi penghargaan atas prestasi
Sedangkan 12 dimensi perilaku tersebut bertautan dengan:
1. Integritas; berpikir benar, bersikap jujur, dapat dipercaya,
dan bertindak profesional.
2. Sikap melayani; berusaha memenuhi komitmen terhadap kualitas
pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
3. Komunikasi; melakukan komunikasi yang terbuka, efektif, dan
bertanggung jawab serta mengikuti etika yang berlaku.
4. Kerja sama; melakukan kerja sama yang harmonis
5. Tanggung jawab
6. Kepemimpinan
7. Pengambilan resiko
8. Pemberdayaan
9. Peduli biaya dan kualitas
10. Adaptif
11. Keselarasan tujuan
12. Keseimbangan antara tugas dan hubungan sosial
Pada susunan struktur organisasi PT. INDONESIA POWER, terdiri
dari Dewan Komisaris yang membawahi Dewan Direksi yang terdiri dari
Direktur Utama, Direktur Pengembangan dan Niaga, Direktur Produksi,
Direktur Sistem dan SDM, dan Direktur Keuangan, yang mana setiap
direktur membawahi divisi yang dipimpin oleh seorang manajer.II.2
Sejarah dan Profil UBP Priok
PT. INDONESIA POWER Unit Bisnis Pembangkitan Priok merupakan
salah satu unit bisnis pembangkitan besar yang dimiliki oleh PT.
INDONESIA POWER. Saat ini terpasang 16 unit pembangkit dengan total
kapasitas terpasang 1.248 MW terdiri dari dua unit PLTG siklus
terbuka, enam unit PLTD, dua blok PLTGU yang setiap bloknya terdiri
dari 3 unit turbin gas dan 1 unit PLTU.
Pertengahan tahun 1960, dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik
di Jakarta khususnya dan Jawa Barat pada umumnya, maka PLN
Eksploitasi XIII membangun PLTU konvensional 1 dan 2. Namun pada
tahun 1989, dengan mempertimbangkan berbagai faktor maka PLTU 1 dan
2 tersebut tidak dioperasikan lagi.
Pesatnya pembangunan di segala bidang khususnya industri maka di
tahun 1972 dibangun 2 unit PLTU 3 dan 4. Setelah sekian lama
dioperasikan, unit ini pada kondisi Reserve Shut Down.
Berikutnya dibangun PLTG John Brown, kini dipergunakan oleh PLTA
Suralaya untuk unit Black Start, lalu dibangun lagi 2 unit PLTG
Westing House dan GE 4, 5, 6, 7. Saat ini PUB 6 direlokasi ke PLN
wilayah Sumatera bagian selatan yang letaknya di daerah Indragiri
Palembang, sebagai pengelola PT. Cogindo anak perusahaan PT.
Indonesia Power, sedangkan unit 7 Draw Back to GE. Unit 4 dan 5
direlokasi ke Bali menjadi PLTGU Pemaron.
Terdapatnya 2 unit PLTG yang istimewa yaitu PLTG 1 dan PLTG 3
yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan energi listrik dari luar
(Black Start), apabila terjadi pemadaman total (Black Out). Energi
listrik yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk menghidupkan unit
pembangkit lainnya, kemampuan ini sangat menunjang dalam rangka
pemulihan kembali sistem kelistrikan Jawa Bali. Karena fungsinya
yang sangat vital, kedua unit ini tidak dioperasikan setiap
hari.
Selain kedua unit PLTG tersebut, Unit Pembangkitan Priok juga
mengelola 6 unit PLTD Senayan beroperasi tahun 1961. PLTD Senayan
Kebayoran, melalui feeder VIP hingga saat ini memasok kebutuhan
energi listrik ke gedung MPR, Gelora Bung Karno dan TVRI.
Tanggal 25 Maret 1992, PLN menyertakan konsorsium internasional
yaitu ABB dan Marubeni untuk membangun 2 blok. Dengan menggunakan
kabel bawah tanah, listrik sebesar 150 KV disalurkan ke GI Plumpang
dan GI Ancol. Selain itu listrik juga dialirkan melalui saluran
udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV ke Kemayoran I/II, Plumpang
I/II. Setelah PLTGU Priok sempurna untuk dioperasikan maka
dilakukan sinkronisasi ke sistem kelistrikan Jawa-Bali.
Sampai saat ini, kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki
Unit Pembangkitan Priok merupakan aset yang tak ternilai. Selain
memiliki SDM profesional yang ahli di bidangnya, pihak manajemen
juga berhasil mengelola perusahaan dengan baik. Terbukti dengan
berhasilnya mendapat sertifikat ISO 9002, ISO 14001 dan SMK 3 dan
ISO 9001 versi 2000.
Mesin Mesin yang dimiliki dan dikelola oleh UBP Priok
adalah:
PLTD Senayan
Jumlah unit:4 Unit
Kapasitas per Unit:2,52 MW
Kapasitas Total:10,08 MW
PLTD Senayan
Jumlah Unit:2 Unit
Kapasitas per Unit:3,00 MW
Kapasitas Total:6,00 MW
PLTG Priok
Jumlah Unit:2 Unit
Kapasitas per Unit:26,00 MW
Kapasitas Total:52,00 MW
PLTGU Priok Gas Turbine
Jumlah Unit:6 Unit
Kapasitas per Unit:130 MW
Kapasitas Total:780,00 MW
PTGU Priok Steam Turbine
Jumlah Unit:2 Unit
Kapasitas per Unit:200,00 MW
Kapasitas Total:400,00 MW
II.2.1 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
(PLTGU) Priok
Pada prinsipnya PLTGU adalah penggabungan PLTG dan PLTU, dengan
memanfaatkan energi panas yang terbuang dari hasil pembakaran pada
PLTG untuk memanaskan air pada HRSG (Heat Recovery Steam Generator)
sehingga menghasilkan uap yang mampu menggerakkan turbin. Siklus
yang terjadi pada PLTGU merupakan siklus tertutup yang terdiri dari
siklus turbin gas dan siklus turbin uap. Dengan demikian energi
dimanfaatkan secara optimal.
Saat ini PLTGU Priok memiliki dua blok pembangkit. Setiap blok
terdiri dari 3 unit PLTG dan 1 unit PLTU. Pembangunan pembangkit
listrik dimulai pada 25 Maret 1992 dan diresmikan penggunaannya
oleh Presiden RI pada 18 Januari 1994.
Gambar II-9 Proses Pembangkitan Listrik pada PLTGU Priok
Proses pada Turbin Gas (PLTG)
Bahan gas alam (natural gas) yang disupply dari ARCO Station (1)
langsung dimasukkan ke dalam ruang bakar/Combustion Chamber (2)
bersama-sama dengan udara yang disupply dari Main Compressor (4)
setelah terlebih dahulu melalui saringan udara/Air Filter (5). Maka
akan menghasilkan gas panas yang selanjutnya akan dimasukkan
langsung ke dalam Turbin Gas (3) sedangkan gas bekas yang telah
melalui turbin gas tadi, apabila tidak dipakai (open cycle) akan
langsung dibuang keluar melalui katup (8), tetapi bila dipakai lagi
(closed cycle) akan dimasukkan kembali melalui katup (9) ke dalam
Heat Recovery Steam Generator HRSG (10)
Proses pada Turbin Uap (PLTU)
Air pengisi yang berada di dalam deaerator (11) akan dibagi dua
yaitu melalui Low Pressure Flow Water/LPFW (13) dan High Pressure
FW/HPFW (12). Air pengisi yang dari HPFW akan dimasukkan ke dalam
HRSG setelah melalui pipa/saluran uap HP Admission Steam diteruskan
ke Turbin Uap High Pressure Turbine/HPT (15) yang sebelumnya
terlebih dahulu melalui Katup Uap Utama (14) dan setelah itu
diteruskan lagi ke Low Pressure Turbine/LPT (16) yang selanjutnya
dikopling dengan Generator (17) untuk menghasilkan tenaga listrik
melalui Penghantar (18).
Uap bekas yang keluar dari LPT tadi akan dialirkan kembali ke
dalam Condenser (19) untuk diubah kembali menjadi air kondensat
setelah dikondensasi oleh air pendingin/air laut. Air kondensat
selanjutnya akan dipompakan oleh Condensate Pump (20) untuk
selanjutnya terus dimasukkan ke dalam Feed Water Tank yang berada
pada deaerator.
Air dari Condensate Pump tadi dicabang lagi ke dalam HP Bypass
(21), uap diatur dengan Katup uap tekanan tinggi (22), sedangkan
cabang yang lain yaitu LP Bypass (23) uap diatur dengan Katup uap
tekanan rendah (24). Katup uap tekanan tinggi utama (25) digunakan
untuk mengatur jumlah uap tekanan tinggi masuk ke dalam turbin uap
(HPT), sedangkan uap tekanan tinggi yang dipakai untuk memanaskan
deaerator diatur jumlahnya oleh Katup Uap (26).
Proses Penyaluran Tenaga Listrik
Tenaga listrik yang dikeluarkan dari Penghantar Listrik PLTG
(17) bertegangan 15,75 kV dan dari Penghantar Listrik PLTU (18)
bertegangan 18 kV kemudian dinaikkan oleh Main Transformer menjadi
150 kV untuk selanjutnya diinterkoneksi pada sistem jaringan
Jawa-Bali
II.2.2 Keuntungan Penggunaan PLTGU Priok
Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap di UBP Priok
merupakan suatu kelebihan tersendiri dikarenakan beberapa alasan
berikut:
1. Efisiensi thermal dari PLTGU mendekati 42%. Efisiensi ini
berarti bahwa biaya operasi (Rp/kWh) akan lebih rendah dibandingkan
dengan pembangkit lain yang juga menggunakan energi thermal
2. Pad awal penggunaannya, PLTGU menggunakan gas propane yang
hasil pembakarannya tidak mencemari lingkungan. Akan tetapi, akibat
berbagai keadaan di lapangan, akhirnya penggunaan gas tersebut
kemudian dibatasi dan sebagian pembangkitnya menggunakan HSD
sebagai bahan bakar.
3. Pengendalian PLTGU dilakukan secara komputerisasi, di mana
pengaturan dan pengoperasian dapat dikendalikan dari satu ruang
kontrol yang terintegrasi.
4. 1 (satu) blok PLTGU dapat mencapai kondisi beban maksimum
hanya dalam waktu sekitar 150 (seratus lima puluh) menit.
5. Keberadaan fasilitas sistem diagnosa yang memudahkan prosedur
pemeliharaan.
II.3 Lokasi dan Tempat Perusahaan
UBP Priok terletak di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara
dengan pertimbangan sebagai berikut:
Alasan teknis, suplai gas untuk memasok PLTGU berasal dari
kilang lepas pantai sehingga keberadaan UBP Priok yang menggunakan
gas sebagai bahan bakar untuk PLTGU haruslah berdekatan dengan
lokasi kilang tersebut.
Alasan non-teknis, adalah faktor kebisingan, keamanan kerja, dan
lingkungan mengharuskan UBP Priok terletak jauh dari kawasan
pemukiman dan pada area yang terisolasi.
II.4 Data Teknis PLTGU UBP Priok
Turbin Gas
Pabrik:Asia Brown Boveri (ABB)
Jumlah sudu:5 (lima) tingkat
Kompresor:21 (duapuluh satu) tingkat
Model:GT-13E SBK
Kapasitas:140.830 KW
Putaran:3000 rpm
Suhu Uap Masuk:Beban dasar:1070 oC
Beban puncak:1115 oC
Suhu Gas Buang:Beban dasar: 527 oC
Beban puncak:554 oC
Bahan Bakar:Minyak HSD:30,426 ton/jam/unit
Gas Propane:9,2 kg/sec/0,011 MMBTU/kWh
Temperatur:Udara masuk:30 oC
Gas buang:554 oC
Tahun Pembuatan:1992
Generator
Pabrik:ABB GT
Type:WY Z1L-097LLT
Phasa:3 (tiga)
Frekuensi:50 Hz
Faktor Daya:0,8 (lagging)
Tegangan:15,750 kV
Putaran:3000 rpm
Kapasitas:210.999 kVA
Massa:2,72 Ton
J:5,72 Ton m2Stator:U = 15.750 VI = 7698 AmpCLB (IEC)
Rotor:U = 310 VI = 1473 Amp
Insulation Class:F-stator
Tahun Pembuatan:1992
Turbin Uap
Pabrik:ABB
Type:DKZ-Z-2094
Serial:I-36021
Putaran:3000 rpm
Kapasitas:199.600 kW
Jumlah Sudu:30 (tigapuluh) tingkat
Temperatur:479 oC
Tekanan:60 bar
Tahun Pembuatan:1992
Generator
Pabrik:ABB GT
Type:WY-Z1L-100LLT
Serial:HM 300792
Fasa:3 (tiga) Y
Frekuensi:50 Hz
Faktor Daya:0,9
Tegangan:18.000 kV
Putaran:3000 rpm
Kapasitas Daya:236.000 kVA
Nominal Output:223.000 kVA
Arus:7153 Amp
Insulation Class:F-stator
Tahun Pembuatan:1992
BAB III
LANDASAN TEORI
III.1 Turbin Gas
III.1.1 Umum
Sebuah pusat listrik tenaga gas turbin terdiri dari beberapa
bagian yaitu kompresor, ruang pembakaran, turbin gas, dan
generator. Bagian bagian tersebut kemudian terintegrasi dengan
suatu sistem kerja yang secara garis besar digambarkan pada gambar
berikut:
Gambar III-1 Diagram Aliran Daya
Udara luar masuk melalui turbin air inlet filter menuju
kompresor, kemudian udara tersebut ditekan atau dimampatkan. Udara
yang telah dimampatkan tersebut dialirkan ke dalam ruang bakar. Di
dalam ruang bakar disemprotkan bahan bakar ke dalam arus udara
tersebut sehingga terjadi proses pembakaran. Gas hasil pembakaran
yang terbentuk kemudian dimasukkan ke dalam turbin sehingga akan
menghasilkan gaya dorong untuk memutar turbin. Turbin akan berputar
yang pada gilirannya menggerakkan kompresor kembali dan generator
listrik sebagai daya yang dimanfaatkan lebih lanjut. Gas hasil
pembakaran ini akan keluar ke luar dan berbaur dengan udara bebas
melalui exhaust silencer.
Jenis kerja turbin seperti yang telah dijelaskan di atas,
apabila dilihat dari aliran udaranya, menggunakan sistem terbuka.
Keuntungan dari sistem terbuka gas turbin adalah:
1. Ruang bakar yang ringan
Ruang bakar berukuran kecil tetapi dapat menghasilkan
temperature yang tinggi dibandingkan dengan turbin uap. Sistem awal
pengapiannya mudah karena hanya membutuhkan penyulut untuk pertama
kali dan pembakaran pembakaran berikutnya akan berlangsung sendiri.
Desain ruang bakarnya dapat digunakan untuk membakar habis semua
bahan bakar hidrokarbon, baik berupa gas maupun minya diesel,
hingga bahan bakar padat, walaupun jenis bahan bakar padat hampir
sama sekali tidak digunakan.
2. Perputaran rotor dari turbin ataupun kompresor yang satu
sumbu
Pergerakan atau perputaran dari rotor baik pada turbin maupun
pada kompresor berada pada satu rotor yang sama sehingga gaya yang
dihasilkan akan seimbang dan secara keseluruhan, getaran yang
dihasilkan akan sangat kecil.
3. Waktu pemanasan
Dikarenakan penggunaan campuran antara bahan bakar maupun udara
yang keduanya memiliki tekanan tinggi, waktu pemanasan pada awal
starting turbin dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih
cepat.
4. Perawatan dan Biaya
Perawatan turbin gas lebih mudah dikarenakan bagian dari sistem
yang berputar hanya sedikit dan oleh karena itu biayanya lebih
murah. Selain itu, turbin gas membutuhkan oli pelumas yang lebih
sedikit sehingga dapat menekan biaya operasional.
5. Sistem Pelumasan
Bagian yang perlu dilumasi terbatas pada bagian yang berputar
yaitu kompresor, bearing turbin, dan pada gear unit.
6. Ringkas
Apabila dibandingkan dengan turbin uap, turbin gas lebih
sederhana dan ringkas karena tidak memerlukan boiler dengan feed
water evaporator dan condensing system.
Kerugian dari sistem terbuka turbin gas:
1. Daya guna yang rendah
Daya guna dari gas turbin secara umum rendah dikarenakan daya
yang dihasilkan oleh turbin harus dibagi untuk menggerakkan
kompresor udara dan generator listrik. Perbandingan dayanya kurang
lebih 3:2:1
2. Kinerja keseluruhan sistem ditentukan oleh efisiensi dari
tiap tiap bagian
3. Kuantitas Udara
Turbin gas dengan sistem terbuka membutuhkan udara yang besar
sebagai pasokan utama.
Turbin gas bekerja berdasarkan prinsip siklus tenaga gas Brayton
atau Joule yang terdiri dari proses proses berikut:
Gambar III-2 Siklus Turbin Gas
Langkah 1 2 :Proses isentropic kompresi
Langkah 2 3 :Proses isobaric dengan penambahan energi
Langkah 3 4:Proses isentropic dekompresi
Langkah 4 1:Proses isobaric dengan pelepasan energi
Layaknya mesin termodinamis lain, suhu pembakaran yang lebih
tinggi akan menghasilkan tingkat efisensi yang lebih besar. Faktor
yang membatasi adalah baja, nikel, keramik, ataupun material
lainnya yang dapat mempertahankan mesin dari panas atau tekanan.
Selain itu, diusahakan pula agar kondisi dari turbin tetap dingin.
Kebanyakan turbin juga mengusahakan pendayagunaan ulang panas yang
terbuang, yang pada sistem terbuka akan terbuang sia sia.
Recuperator adalah tempat terjadinya pertukaran panas yang
melewatkan panas yang terbuang untuk melakukan kompresi udara
sebelum terjadinya pembakaran. Pada siklus kombinasi, panas yang
terbuang dialirkan ke turbin uap, sementara pada kombinasi panas
dan daya (co-generation) menggunakan panas yang terbuang untuk
menghasilkan air panas.
Sebagai prinsip dasar, bahwa semakin kecil mesin, maka akan
semakin tinggi pula kecepatan putaran yang dibutuhkan untuk
mempertahankannya putaran maksimum. Kecepatan puncak bilah turbin
menentukan tekanan maksimum yang dapat diperoleh, yang kemudian
menghasilkan daya maksimum yang dimungkinkan, tanpa bergantung dari
ukuran mesin. Mesin jet beroperasi pada kecepatan 10.000 rpm,
sementara mikro-turbin beroperasi pada kecepatan 100.000 rpm.
Untuk menghitung efisiensi thermal dari suatu turbin gas yang
menggunakan sistem terbuka berlaku persamaan:
(persamaan 3-1)
(persamaan 3-2)dimana
=Energi yang ditambahkan pada keadaan 1-2
=Energi yang dibuang pada keadaan 1-4
=Perbandingan kompresi
k
=Perbandingan panas spesifik (1,3 1,4 untuk udara)
Suatu turbin gas pada umumnya memiliki tingkat efisiensi yang
rendah dikarenakan tingkat konsumsi bahan bakar yang tinggi
sementara panas yang terbuang masih memiliki suhu yang tinggi.
III.1.2 Kompresor
Fungsi dari kompresor adalah untuk menaikkan tekanan udara.
Kompresor yang biasa dipergunakan adalah kompresor aksial
dikarenakan tingkat efisiensi yang lebih tinggi yang dimiliki oleh
kompresor aksial bila dibandingkan dengan kompresor sentrifugal,
walaupun bobotnya lebih berat. Pada kompresor ini, udara mengalir
secara aksial mulai inlet sampai outlet kompresor, seperti layaknya
udara mengalir pada sebuah pipa, hanya saja pada kompresor, karena
memiliki beberapa tingkat penekanan udara, maka udara yang mengalir
makin ke dalam kompresor makin tinggi tekanannya.
Arah aliran udara ketika melalui kompresor aksial seperti ketika
sedang melalui pipa, yaitu mendatar seperti yang ditunjukkan oleh
gambar. Setiap turbin memiliki tingkatan aliran yang berbeda,
bergantung dari jenis dan spesifikasi turbin. Tinggi kenaikan
tekanan udara pada kompresor dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
(persamaan 3-3)
dimana H
=kolom udara (meter)
g
=gravitasi
=9,81 m/s2
Gambar III-3 Arah Aliran Udara pada Kompresor Aksial
III.1.3 Ruang Bakar
Ruang bakar terdiri dari selubung luar dan suatu tabung
silindris yang di bagian dalamnya dilengkapi dengan pembakar dan
dikelilingi oleh beberapa penyemprot bahan bakar (nozzle) yang
jumlahnya bergantung kepada jenis turbin.
Sebagian udara dari kompresor dialirkan di luar ruang bakar,
dengan maksud supaya berfungsi sebagai pendingin ruang bakar. Udara
ini kemudian mengalir masuk ke dalam melalui bagian yang terbuka,
untuk mendapatkankan pencampuran yang baik dan pembagian temperatur
yang merata di seluruh bagian di luar ruang bakar.
Ruang bakar yang baik memenuhi beberapa persyaratan berikut:
Tekanan yang hilang kecil
Efisiensi pembakaran tinggi
Kestabilan pengapian yang baik
Ringan
Daya tahan yang baik
Endapan karbon rendah
Pada suatu ruang bakar, luas penampang yang dibutuhkan dapat
dihitung melalui persamaan:
(persamaan 3-4)kecepatan udara di daerah pembakaran mulai c = 25
m/s hingga 30 m/s, bila c berada di bawah nilai tersebut maka akan
terjadi penyebaran api ke arah kompresor, sementara bila c berada
di atas nilai tersebut maka api akan mengarah ke saluran di luar
ruang bakar.
Hal ini akan mengakibatkan kenaikan temperatur di bagian masuk
turbin semakin tinggi, juga akan memadamkan api di ruang bakar dan
menyebabkan timbulnya thermal stress, yang diakibatkan distribusi
temperatur yang tidak merata di bagian sebelum turbin.
III.1.4 Turbin Gas
Konstruksi utama dari turbin gas seperti yang terlihat pada
gambar terdiri dari kompresor dan turbin yang berada pada rotor
yang sama (single shaft) yang ditumpu oleh konstruksi baja.
Sistem sudu sudu turbin gas terdiri dari sudu pengarah yang
ditempatkan di dalam rumah turbin atau penyangga sudu penyerah dan
sudu jalan.
Gambar III-4 Turbin Gas dengan Sistem Terbuka dan Satu
ShaftUntuk memutar kompresor, kecepatan turbin gas dibuat lebih
tinggi, supaya diameternya bisa dibuat lebih kecil dan sudu sudunya
bisa dibuat lebih panjang.
Daya yang dihasilkan turbin dapat diperhitungkan dengan
menggunakan persamaan:
(persamaan 3-5)di mana:PT
=daya yang dihasilkan turbin keseluruhan (kW)
PV
=daya yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor (kW)
PN
=daya efektif yang keluar untuk memutar mesin (kW)
Biasanya daya efektif pada turbin gas sudah diketahui karena
ukuran turbin gas ditentukan oleh daya yang berguna. Daya yang
dihasilkan turbin gas harus dibagi sebagian untuk menggerakkan
kompresor udara dan sebagian lagi untuk menggerakkan generator
listrik.
Instalasi turbin gas yang bersifat tetap tidak mengalami
pemindah mindahan, seperti pada instalasi yang dipakai untuk
memutar generator dan untuk menggerakkan kompresor. Oleh karena
itu, turbin harus dapat bekerja dalam jangka waktu yang panjang.
Untuk mendapatkan durasi masa pakai yang lebih lama, maka dalam
pemakaiannya turbin haruslah memikul beban yang tinggi agar
efisiensi yang didapat semakin besar.
Dengan semakin tingginya operasi turbin gas, maka kekuatan logam
bahan instalasi turbinpun akan turun. Sifat material yang disebut
sebagai kekuatan rangkak, yang kemudian menjadi salah satu faktor
penentu dalam pemilihan logam untuk instalasi turbin gas.
Untuk turbin gas dengan proses sistem terbuka hanya dapat
menggunakan bahan bakar cair atau gas karena hasil proses bahan
bakarnya harus bebas dari sisa bahan bakar (abu) yang keras dan
terutama tidak menimbulkan korosi akibat suatu peristiwa kimia.
Sebagai langkah pencegahan, penggunaan bahan bakar padat sangat
dihindari.
III.1.5 Sistem Starting Turbin Gas
Pembangkit listrik ini tidak dapat dengan sendirinya melakukan
start pada saat pertama kali akan dijalankan. Ada beberapa sistem
start yang dapat digunakan yaitu dengan pneumatic start,
electrohydraulic start, dan turbohydraulic start. Ketiga cara
tersebut menggunakan motor starter untuk menghasilkan gerakan
mekanis (rotasional) pertama yang dibutuhkan untuk menjalankan
turbin. Selain cara tersebut, terdapat pula cara lain dengan
memanfaatkan karakteristrik elektronika daya, yaitu melalui
penggunaan Static Frequency Converter (SFC).
III.1.6 Sistem Kebutuhan Udara
Supaya umur hidup turbin gas yang biasa dipakai pada industri
dapat diperpanjang, maka turbin gas haruslah bekerja dengan
temperatur rata rata sebesar 950o K. Untuk mendinginkan sudu sudu
di setiap tingkat pada turbin, dialirkan udara dari kompresor.
Udara pendingin mengalir di sekeliling dinding sudu dan akhirnya
keluar melalui lubang lubang kecil yang terdapat pada bagian sudu
dan selanjutnya udara akan bercampur dengan gas yang bekerja di
dalam turbin. Fungsi utama dari sistem udara pada turbin gas adalah
membantu proses pembakaran. Tetapi selain itu, sistem udara juga
dimanfaatkan untuk:
1. Memberikan tekanan pada oil seals2. Pendinginan rotor turbin
pada Turbin Cooling Air System3. Membantu pengaturan udara untuk
mengoperasikan sistem kontrol bahan bakar
4. Mencegah surge condition pada saat kecepatan turbin belum
stabil, terutama pada saat start.
III.1.7 Sistem Pelumasan
Sistem minyak pelumasan mensirkulasikan minyak pelumas
bertekanan rendah ke beberapa bagian dari turbin dan reduction
drive gears yang memiliki fungsi selain sebagai pelumasan tetapi
juga sebagai media pendingin.
III.1.8 Sistem Bahan Bakar
Fungsi utama dari sistem bahan bakar adalah untuk mengontrol
besarnya laju aliran bahan bakar dengan mengontorl tekanan
masuknya. Tujuan yang ingin didapat yaitu tubrin generator dapat
berjalan dan berfungsi dengan baik, kecepatannya maksimum dan pada
kecepatan rata rata dapat diperoleh tegangan yang stabil, mencegah
over-temperatur selama start-up dan operasi, serta menghasilkan
frekuensi tegangan AC yang baik walaupun beban yang ada berubah
ubah.
Bahan Bakar Cair
Minyak bakar asalnya dari minyak bumi dan minyak bumi ini
mengandung campuran zat hidrokarbon. Minyak bakar berat dan sedang
adalah yang pertama kali dipergunakan pada turbin gas di industri.
Minyak ini mengandung aspal dan bitumen yang akan menyebabkan
terbentuknya suatu endapan yang sukar terbakar di ruang bakar dan
pada sudu sudu turbin. Sisa sisa pembakaran yang didapat dari
pembakaran minyak bakar berat mempunyai bahan bahan campuran yang
untuk meleburkannya dibutuhkan suhu yang tinggi. Berdasarkan
kenyataan ini, maka pemakaian minyak bakar berat dibatasi
penggunaannya.
Bahan bakar untuk diesel cocok untuk turbin gas. Selain itu,
dapat pula digunakan minyak kasar yang diambil langsung dari ladang
minyak karena sebagian besar dari bagian bagian tersebut mudah
menguap.
Bahan Bakar Gas
Bahan bakar yang berbentuk gas yang umum digunakan untuk turbin
gas adalah gas bumi, karena merupakan bahan bakar ideal dan
terbaik. Hal ini disebabkan rendahnya radiasi yang dihasilkan serta
proses pembakaran yang lebih mudah dan bersih.
III.2 Generator Sinkron
III.2.1 Pengertian Generator
Generator adalah suatu mesin listrik di mana dalam proses
kerjanya melakukan konversi energi, yaitu dari energi mekanis
menjadi energi elektrik. Proses konversi energi tersebut dilakukan
sebagai aplikasi nyata dari Hukum Faraday terkait dengan tegangan
induksi, yaitu:
(persamaan 3-6)di mana: einduksi= tegangan yang dibangkitan
d=fungsi dari fluks
dt=fungsi dari waktu
tanda negatif diberikan pada persamaan tersebut sebagai symbol
bahwa besarnya tegangan yang dibangkitkan adalah suatu vektor
dengan arah yang berlawanan dengan vektor dari fluks.
III.2.2 Pengertian Generator Sinkron
Generator sinkron adalah suatu mesin listrik dimana terjadi
konversi energi mekanik yang dihasilkan oleh putaran kumparan rotor
yang memotong suatu medan elektromagnet yang dihasilkan di stator
sehingga kemudian menimbulkan energi elektrik. Secara prinsip,
generator sinkron memiliki kumparan rotor yang berfungsi sebagai
pembangkit kumparan medan magnet yang terletak di antara kutub
magnit Utara dan Selatan yang diputar oleh suatu penggerak mula.
Hasil perputaran tersebut kemudian akan menimbulkan medan magnet
berupa fluks. Fluks yang timbul ini bersumber dari suatu sumber AC
yang memiliki fungsi sinusoidal sehingga arah putaran dari fluks
ini akan berganti setiap periode.
Fluks putar yang berganti ganti arah tersebut kemudian akan
memotong kumparan stator sehingga pada stator akan timbul gaya
gerak listrik. Gaya gerak listrik tersebut, akibat pengaruh dari
induksi fluks putar yang memiliki sumber AC, juga akan bersifat
bolak balik yang berarti bahwa berputar dengan kecepatan sinkron
terhadap kecepatan penggerak mulanya.
III.2.3 Dasar Dasar Pembangkitan Daya Generator Sinkron
Pada generator sinkron, ada beberapa hal dasar yang perlu
diketahui sehubungan dengan proses pembangkitan, yaitu:
Lilitan yang berputar dengan putaran konstan pada alur medan
magnet homogen
Lilitan yang dalam keadaan diam pada suatu medan magnet homogeny
yang berputar konstan
Prinsip Induksi Heteropolar (asiklis)
Prinsip Induksi Heteropolar atau asiklis menjelaskan bahwa
apabila sepotong kawat berada dalam medan magnet diputar pada
sumbunya, maka kawat tersebut akan memotong garis garis gaya
sehingga fluksi yang dilingkupinya sebesar:
(persamaan 3-6)Menurut Hukum Faraday,
(persamaan 3-7)sehingga akan diperoleh persamaan
(persamaan 3-8)karena
(persamaan 3-9)di mana bila
, maka
, maka (persamaan 3-10)apabila prinsip tersebut diterapkan
terhadap kumparan di mana kumparan merupakan gabungan sejumlah
belitan kawat, maka persamaan di atas akan dimodifikasi
menjadi:
(persamaan 3-11)
yang kemudian dapat ditulis ulang menjadi:
(persamaan 3-12)di mana:N=jumlah eblitan
=kecepatan putaran (
=besar fluks medan (Webber)
=emaks =
EN=ggl induksi yang dibangkitkan pada sejumlah N belitan
kawat
III.2.4 Medan Magnet pada Generator Sinkron
Pada generator sinkron, terdapat dua jenis medan magnet:
Medan Utama
Medan Utama adalah medan yang mempengaruhi kerja dari generator
sinkron. Terdapat dua jenis medan utama, yaitu:
1. Magnet Permanen
Medan magnet yang daya magnetisnya tidak dapat diatur dalam
suatu batasan tertentu dan secara berangsur angsur mengalami
perlemahan
2. Elektromagnet
Medang magnet dimana daya magnetisnya dapat diatur dalam suatu
batasan tertentu. Sebagai arus penguat, dipakai arus searah yang
dimasukkan ke dalam belitan melalui sikat ataupun slip-ring. Arus
DC ini diambil dari suatu komponen penguat yang disebut dynamo
pembangkit atau exciter.
Medan Jangkar
Medan jangkar adalah medan yang timbul di belitan stator,
sehingga sering disebut juga sebagai medan stator. Medan ini timbul
sebagai hasil superposisi dari medan AC yang berasal dari tiga
kumparan stator. Tiga kumparan stator ini mewakili masing masing
phasa dari arus bolak balik, yaitu R, S, dan T. Sumbunya membentuk
sudut sebesar dan arus yang berbeda phasa sebesar 120o. Kecepatan
dan arah perputaran sama dengan medan utama, sehingga keduanya
dapat disuperposisikan.
Besarnya putaran ini dapat diketahui berdasarkan:
(persamaan 3-13)Atau
(persamaan 3-14)di mana:n=jumlah putaran per menit
f=frekuensi AC yang dipergunakan
p=jumlah kutub
120=besarnya perbedaan phasa di antara kutub sumbu
Gambar III-5 Skema Lilitan Generator 3 Phasa
III.2.5 Tegangan yang Diinduksikan
Besar gaya gerak listrik yang diinduksikan oleh kumparan stator
per phasa adalah:
(persamaan 3-15)di mana: =gaya gerak listrik induksi kumparan
stator
f=frekuensi output generator
M=jumlah kumparan per phasa
kd=faktor distribusi
=fluks magnet per kutub per phasa
dapat dinyatakan juga bahwa , di mana Z = jumlah konduktor
seluruh slot per phasa
maka, persamaan tersebut dapat ditulis ulang menjadi:
(persamaan 3-16)
(persamaan 3-17)di mana
(persamaan 3-18)Sementara, harga rata rata dari gaya gerak
listrik induksi adalah:
(persamaan 3-19)III.2.6 Hubungan Kerja Parallel Generator
Sinkron
Kerja parallel adalah pengoperasian beberapa buah generator
secara bersama sama, di mana output dari genset yang beroperasi
disalurkan ke beban melalui bus yang sama (common busbar system).
Sedangkan yang dimaksud dengan sinkronisasi adalah kerja satu
generator untuk kerja parallel dengan generator lainnya, karena
pada umumnya generator sinkron yang bekerja utnuk suatu sistem
tenaga bekerja parallel dengan banyak generator lain. Kerja
parallel antar beberapa generator dilakukan utnuk meningkatkan
besarnya daya yang dihasilkan.
Seringkali sistem, dimana generator yang akan dihubungkan, sudah
mempunya begitu banyak generator dan beban yang terpasang, sehingga
berapapun jumlah daya yang diberikan oleh generator yang baru masuk
tidak mempengaruhi tegangan dan frekuensi dari sistem. Hal ini yang
disbeut generator terhubung pada sistem yang kuat sekali.
Generator dalam keadaan diam tidak boleh dihubungkan ke jala
jala atau sistem karena pada saat diam, gaya gerak listrik yang
terinduksi pada stator adalah nol dan berakibat hubung singkat.
Adapun tujuan utma adari pelaksanaan kerja parallel tersebut
adalah:
Penambahan daya
Jika diesel yang terpasang tidak mampu menanggung pertambahan
beban listrik maka dengan kerja parallel masalah tersebut dapat di
atasi sehingg daya kerja generator dapat diandalkan
Kontinuitas
Jika ada gangguan dari sumber listrik, maka beban akan tetap
mendapatkan supply listrik sehingga tidak terjadi pemutusan supply.
Selain itu, keadaan parallel menjamin kestabilan tegangan dan
frekuensi walaupun besar beban yang ditanggung berubah ubah.
Efisiensi
Efisiensi maksimum dari generator dapat tercapai juka generator
mengirimkan supply untuk beban puncak, begitu pula jika generator
dioperasikan parallel dengan generator lainnya.
Pada Generator Sinkron, terdapat hubungan kerja parallel,
yaitu:
a) Generator parallel dengan jala jala AC
b) Generator parallel dengan generator lain
Syarat kerja parallel dari generator adalah:
Tegangan pada generator pertama sama dengan tegangan pada
generator kedua
Frekuensi ataupun kecepatan sudut dari generator pertama harus
sama dengan frekuensi maupun kecepatan sudut dari generator
kedua
Urut urutan phasa dari kedua generator sama.
Vektor tegangan yang saling berhimpit antara tegangan dari
generator pertama dengan jala jala dari generator kedua.
Generator yang akan digunakan untuk kerja parallel pentanahannya
hanya dilakukan pada salah satu generator saja. Hal tersebut
bertujuan untuk menhindari terjadinya aliran harmonisa ketiga antar
generator yang dapat merusak generator.
III.2.7 Konstruksi Generator Sinkron
Gambar III-6 Struktur Generator Sinkron
Suatu mesin sinkron dapat bekerja sebagai generator maupun
sebagai motor. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki konstruksi
yang serupa. Perbedaannya terletak pada fungsi konversi yang
dilakukan, yaitu bila pada generator, mesin sinkron mengubah energi
mekanis dari suatu penggerak mula berupa turbin untuk menghasilkan
energi elektrik, maka pada motor, mesin sinkron memanfaatkan energi
elektrik untuk menjadi energi mekanis yang akan memutar suatu
beban. Adapun konstruksi mesin sinkron terdiri dari:
Rangka Mesin
Rangka mesin berfungsi sebagai pemegang inti jangkar atau
stator. Pada mesin besar putaran rendah dengan diameter yang sangat
besar, rangka mesin seringkali dibuat menjadi bagian bagian yang
dapat dilepas untuk mempermudah pengangkutan. Rangka mesin terbuat
dari besi cor
Inti Stator
Inti stator terbuat dari lembaran lembaran besi elektris yang
terlaminasi. Lembaran ini diikat menjadi satu dan membentuk stator.
Laminasi dilakukan agar rugi arus eddy menjadi kecil. Inti stator
mempunyai alur alur di mana kumparan stator diletakan seperti pada
gambar.
Rotor
Ada dua jenis rotor yaitu rotor kutub menonjol (salient pole)
dan rotor kutub silindris. Rotor kutub menonjol dipakai pada mesin
dengan putaran rendah atau menengah. Untuk mesin yang besar,
kumparan rotor seringkali dibuat dari kawat persegi. Rotor dengan
kutub silindris biasanya dipergunakan pada generator yang
digerakkan oleh turbin uap (kecepatan tinggi). Untuk putaran
rendah, biasanya berdiameter kecil dan panjang. Kumparan rotor
diatur sedemikian sehingga agar terdapat fluks maksimum pada suatu
posisi tertentu.
Kumparan peredam
Sering juga disebut kumparan sangkar, yang terdiri dari batang
batang aluminium atau tembaga yang ujung ujungnya dihubung singkat.
Kumparan ini berguna untuk meredam osilasi sehinga tidak terjadi
hunting atau perubahan kecepatan sesaat.
III.2.8 Sistem Pendinginan
Sistem pendinginan pada generator dapat dibedakan menjadi:
Pendinginan dengan udara
Generator dengan kapasitas daya di bawah 15 MW didinginkan
dengan udara biasa yang dialirkan melalui cutting menuju stator dan
air gap Pendinginan dengan Hidrogen
Generator dengan kapasitas daya di atas 15 MW didinginkan dengan
Hidrogen, tetapi instalasi generator menjadi lebih sulit karena
membutuhkan faktor keamanan yang tinggi untuk mencegah adanya
kebocoran yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan
III.2.9 Pengaturan Tegangan
Tegangan pada terminal dari generator sinkron bergantung dari
beban yang terpasang dan juga faktor daya dari beban tersebut.
Pengaturan tegangan atau voltage regulation dari suatu generator
sinkron didefinisikan sebagia perubahan tegangan dari beban nol ke
beban penuh dengan menjaga eksitasi tetap dan putaran tetap. Untuk
mesin mesin kecil, pengaturan tegangan dapat diperoleh secara
langsung. Untuk memperoleh harga teganan pada beban nol, E0,
generator sinkron diputar pada kecepatan normal, eksitasi diatur
sehingga menghasilkan tegangan nominal V pada beban penuh dan
kemudian beban dilepas dengan juga menjaga agar putaran serta arus
penguat tetap konstan.
Hal ini kemudian disebut sebagai regulasi tegangan, yang
diartikan sebagai batasan agar kerja generator berada dalam tingkat
yang dapat ditoleransi, yang dapat dihitung melalui persamaan:
(persamaan 3-20)III.3 Penyearah: Perubahan dari AC ke DC
Input daya pada motor umunya berasal dari sumber yang memiliki
tegangan dan frekuensi yang konstan seperti pada frekuensi 50 Hz
ataupun 60 Hz, sementara keluarannya haruslah dapat memberikan
supply berupa tegangan dan/atau frekuensi yang berubah ubah ke
motor tersebut. Secara garis besar, proses tersebut berlangsung
dalam 2 langkah, sumber AC pertama tama disearahkan ke DC.
Kemudian, sumber DC kemudian dikonversi ke DC dengan penyesuaian
bentuk gelombang keluaran.
III.3.1 Penyearah Phasa Tunggal Gelombang Penuh dengan Dioda
Jembatan
Gambar III-7 Konfigurasi Penyearah Jembatan Gelombang Penuh
Perhatikan Gambar III-11, pada rangkaian tersebut, beban
resistor R dialirkan dari sumber tegangan Vs(t) = V0 sin t melalui
4 buah diode yang terhubung dalam penyerah gelombang penuh
konfigurasi diode jembatan.
Jika diandaikan bahwa diode adalah diode ideal, dapat
digambarkan bahwa keadaan diode diode tersebut adalah sebagai
berikut:
Diode D1 dan D3 dalam keadaan ON, diode D2 dan D4 dalam keadaan
OFF ketika Vs(t) > 0
Diode D2 dan D4 dalam keadaan ON, diode D1 dan D3 dalam keadaan
OFF ketika Vs(t) < 0
Tegangan pada resistor, seperti yang digambarkan pada Gambar
III-12 dapat diperhitungkan sebagai berikut:
(persamaan 3-21)Perhatikan bahwa tegangan resistor bersifat
positif untuk kedua polaritas dari tegangan sumber, yang kemudian
diistilahkan sebagai penyerah gelombang penuh. Nilai DC rata rata
dari bentuk gelombang ini dapat diperhitungkan dengan
persamaan:
(persamaan 3-22)
Gambar III-8 Tegangan pada Resistor R
Akan tetapi, bentuk gelombang seperti ini tidak memungkinkan
untuk dapat dipergunakan pada berbagai peralatan sebagaimana
gelombang DC lainnya, sehingga gelombang DC yang dikehendaki
haruslah konstan dan tanpa riak. Untuk memperolehnya, dapat
dipergunakan kapasitor yang akan memperhalus tegangan DC yang
dibentuk.
Gambar III-9 Penyearah Jembatan Gelombang Penuh dengan Filter
Kapasitor
Gambar III-10 Tegangan pada Resistor R setelah Diberikan Filter
Kapasitor
III.3.2 Penyerah Diode Jembatan Tiga Phasa
Walaupun pada umumnya sistem daya phasa tunggal banyak dipakai
pada peralatan yang memiliki rating antara 5 kW atau lebih, pada
sistem dengan daya yang lebih besar banyak mempergunakan sumber 3
phasa. Secara umum, hal hal yang terdapat pada penyearah diode
jembatan phasa tunggal juga berlaku untuk penyearah diode jembatan
tiga phasa.
Gambar III-11 Penyearah Gelombang Penuh 3 Phasa
Gambar III-12 Tegangan Saluran-ke-Saluran dan Tegangan pada
Resistor R
Pada Gambar III-11, ditunjukkan suatu sistem dimana beban R
mendapat supply dari suatu sumber tiga phasa yang melalui diode
jembatan tiga phasa, enam pulsa. Gambar III-12 menunjukkan fungsi
tegangan tiga phasa tegangan saluran-ke-saluran (Nilai puncak where
adalah nilai rms dari tegangan saluran-ke-saluran) dan tegangan
resistor VR(t). Akan tetapi, yang membedakan antara penyerah phasa
tunggal dengan tiga phasa adalah bahwa VR(t), tegangan resistor
tidak akan mencapai nilai nol, akan tetapi jembatan diode tiga
phasa tersebut akan menghasilkan nilai dari tiga buah tegangan
saluran-ke-saluran. Nilai dc rata rata dari tegangan ini
adalah:
(persamaan 3-23)di mana V1-1,rms merupakan nilai rms dari
tegangan saluran-ke-saluran.
Gambar III-13 Tabel Waktu Konduksi Diode untuk Penyearah
Jembatan 3 Phasa
Gambar III-14 menunjukkan urutan switching diode untuk jembatan
tiga phasa berdasarkan periode tunggal dari gelombang tiga phasa
yang dihasilkan. Perhatikan bahwa hanya dua buah diode yang berada
dalam kondisi ON pada waktu yang bersamaan dan setiap diode berada
dalam kondisi ON pada 1/3 siklus atau sebesar 120o.
Gambar III-14 Penyearah Jembatan 3 Phasa dengan SCR
Pada pengaturan phasa dengan menggunakan jembatan SCR, akan
menghasilkan output seperti pada gambar berikut:
Gambar III-15 Tegangan Beban untuk Firing yang ditunda pada SCR
pada Jembatan SCR dengan (a) d = 0,1 dan (b) d = 0,9
Sementara tegangan dc keluaran rata ratanya adalah sebesar:
(persamaan 3-24)III.4 Inverter: Perubahan dari DC ke AC
Inverter adalah peralatan elektronika daya yang digunakan untuk
mengubah tegangan dc menjadi tegangan dan frekuensi yang bervariasi
yang banyak dipergunakan untuk mengoperasikan motor. Rangakaian
umum dari suatu Inverter adalah sebagai berikut:
Gambar III-16 Konfigurasi Inverter dengan Sumber Tegangan
Gambar III-17 Konfigurasi Inverter dengan Sumber Arus
dimana Gambar III-16 merupakan suatu inverter dengan menggunakan
sumber tegangan dc yang konstan, V0, yang disebut sebagai bus
tegangan dc pada masukan inverter. Sementara Gambar III-17 dengan
menggunakan suatu sumber arus dc yang konstan, I0 yang disebut
sebagai inverter sumber arus.
III.4.1 Inverter Phasa Tunggal
Gambar III-18 Konfigurasi Inverter dengan IGBT
Gambar III-19 Konfigurasi Inverter dengan Saklar Ideal
Pada Gambar III-18 ditunjukkan konfigurasi inverter phasa
tunggal di mana bebannya memperoleh sumber dari tegangan dc, V0
yang dialirkan melewati satu rangkaian yang terdiri dari empat
IGBT. Rangkaian IGBT tersebut dinamakan sebagai konfigurasi
jembatan-H. MOSFET ataupun alat switching yang sejenis lainnya juga
dapat dipergunakan untuk menggantikan IGBT pada rangkaian.
Analisa terhadap rangkaian ini dimulai dari waktu yang
dipergunakan untuk switching jauh lebih lambat dibandingkan
konstanta waktu pembebanan L / R. Kemudian dengan mengganggap bahwa
iL positif dan saklar S1 dan S3 berada dalam kondisi ON, maka
tegangan pada beban adalah V0 dan arusnya adalah V0 / R. Kemudian
ketika S1 dimatikan, sementara S3 tetap dalam keadaan aktif, maka
arus beban, yang tidak dapat langsung berubah sebagai akibat
pengaruh inductor, akan mengalir melalui D2. Hal yang sama juga
akan terjadi ketika S3 dimatikan, sementara S1 dibiarkan tetap
menyala.
Gambar III-20 Analisa dari Inverter JembatanH keadaan (a)
S1&S3 nyala. (b) S3 nyala
Keadaan ini memungkinkan untuk membalik tegangan dan arus beban
dengan menyalakan S2 dan S4, yang mana VL = - V0 dan iL = - V0 / R.
Kemudian , tegangan dapat dikembalikikan ke nol dengan mematikan
salah satu dari S2 atau S4. Pada satu saat ini, satu siklus dari
penerapan gelombang tegangan-beban dari Gambar III-24 telah
dilengkapi.
Gelombang yang dihasilkan oleh urutan switching dengan waktu
penyalaan 1T dan waktu mati 2T (2 = 0,5 1) untuk kedua bagian
positif dan negatif dari siklus. Gelombang tersebut memikiki unsur
utama dari AC berupa frekuensi f0 = 1 / T, dimana T adalah periode
dari urutan switching, dan komponen pada frekuensi harmonisa ganjil
dari bagian utamanya.
Gambar III-21 Gelombang Keluaran dari Inverter Jembatan-H
Gelombang tersebut dapat dipertimbangkan sebagai satu langkah
sederhana yang diperoleh melalui pendekatan gelombang sinusoidal.
Analisa Fourier dipergunakan untuk menunjukkan bahwa gelombang
tersebut memiliki bagian utama yaitu amplitudo puncak
(persamaan 3-25)dan pada harmonisa ganjil dari amplitudo
puncak:
(persamaan 3-26)Walaupun gelombang ini merupakan pendekatan
terhadap gelombang sinusoidal, tetapi telah jelas tergambar bahwa
gelombang pendekatan tersebut memiliki komponen komponen utama dari
gelombang sinusoidal.
III.4.2 Inverter Tiga Phasa
Gambar III-22 Konfigurasi Inverter 3 Phasa dengan Sumber
Tegangan
Gambar III-23 Konfigurasi Inverter 3 Phasa dengan Sumber
Arus
Pada inverter 3 phasa, baik yang menggunakan sumber arus maupun
sumber tegangan dapat menghasilkan gelombang seperti pada inverter
phasa tunggal, yang mana hasil yang diperoleh akan tampak seperti
pada gambar berikut
Gambar III-24 Gelombang Keluaran dari Inverter 3 Phasa
III.5 Excitation
III.5.1 Definisi Eksitasi
Generator Sinkron merupakan tipe mesin listrik yang sangat
banyak digunakan pada pembangkit pembangkit listrik. Generator
sinkron merupakan generator AC yang beroperasi dengan putaran yang
serempak antara rotor dengan medan putar stator. Pada generator
sinkron, pada bagian rotor terdapat kumparan medan sementara pada
bagian stator terletak kumparan medan jangkar. Proses eksitasi atau
pembangkitan tegangan pada generator sinkron adalah dengan
memberikan arus DC pada belitan medan. Hal ini sesuai dengan
prinsip electromagnet, bahwa apabila suatu konduktor berarus pada
suatu medan magnet akan membangkitkan fluks yang kemudian menjadi
tegangan AC. Besarnya tegangan yang dihasilkan bergantung pada
besarnya arus eksitasi dan kecepatan putaran dari mesin, di mana
apabila kedua variabel tersebut semakin besar, maka teganganpun
akan semakin besar.
III.5.2 Metode Eksitasi pada Generator Sinkron
Metode pembangkitan tegangan pada suatu generator sinkron
bergantung kepada jenis mesin yang dipergunakan serta pabrik yang
membangun generator tersebut. Akan tetapi, secara umum terdapat
beberapa jenis cara pembangkitan tegangan yaitu:
1. Eksitasi dengan Generator DC
Pada sistem ini, sumber DC yang dipergunakan untuk eksitasi
diperoleh dari sebuah generator DC yang dikopel langsung dengan
generator utama.
Arus yang dihasilkan oleh generator DC dialirkan menuju belitan
rotor dari generator utama melalui slip ring yang dilengkapi dengan
sikat arang. Sistem ini banyak dipergunakan pada pembangkit
pembangkit yang dibangun pada waktu yang lampau dan telah
ditinggalkan karena rendahnya efisiensi dalam penggunannya.
2. Eksitasi dengan Generator Tanpa Sikat Arang
Sistem eksitasi ini menggunakan Permanent Magnet Generator (PMG)
sebagai sumber utama dalam proses pembangkitan. PMG merupakan jenis
magnet permanent yang menjadi rotor, sehingga tidak membutuhkan
sumber eksitasi dari luar untuk menghasilkan listrik. PMG akan
menghasilkan tegangan AC, yang kemudian disearahkan dengan bantuan
thyristor menjadi sumber DC untuk kemudian dialirkan ke belitan
stator dari generator eksitasi.
Generator eksitasi kemudian akan membangkitkan tegangan AC yang
disearahkan dengan bantuan Rotating Rectifier. Tegangan DC yang
dihasilkan kemudian yang menjadi arus eksitasi untuk generator
utama yang dialirkan langsung ke belitan rotornya tanpa melalui
sikat arang.
Apabila dibandingkan dengan proses eksitasi dengan generator DC,
hal ini lebih efisien karena tidak butuhkan perawatan khusus
seperti kebutuhan mengganti sikat arang. Untuk menjadi agar
tegangan yang dihasilkan generator selalu konstan, maka digunakan
Automatic Voltage Regulator.
Gambar III-25 Sistem Excitation dengan Brushless Generator
3. Static Excitation
Static excitation merupakan sistem pembangkitan tegangan yang
lebih sederhana dan modern dikarenakan tidak dibutuhkannya lagi
generator tambahan apapun sebagai media pembangkit tegangan DC yang
akan digunakan sebagai arus eksitasi. Untuk menggantikan fungsi
generator tambahan tersebut, Static Excitation menggunakan tegangan
output dari generator yang disearahkan dengan bantuan komponen
elektronika daya. Sistem ini disebut sebagai Static Excitation
dikarenakan peralatannya yang bersifat statis atau diam dan tidak
ikut berputar bersama dengan generator. Penambahan AVR digunakan
untuk menjaga tegangan pada keadaan yang lebih stabil.
Gambar III-30 Sistem Excitation dengan Static Excitation
BAB IV
START-UP PROCESS PADA
GAS TURBINE GENERATOR 1.1 PLTGU PRIOK
IV. 1 Prosedur Pengoperasian Generator
Dalam mengoperasikan suatu generator, operator harus mengikuti
SOP (standard operation procedure) yang ada sebagai petunjuk dalam
mengoperasikan suatu unit pembangkit. Prosedur pengoperasian dalam
suatu sistem pembangkit secara umum dibagi menjadi empat tahapan,
yaitu:
a. Tahap Persiapan
Sebelum mengoperasikan generator, perlu dilakukan prosedur
pemeriksaan secara menyeluruh. Pemeriksaan sebelum pengoperasian
akan menjamin kinerja generator berfungsi dengan baik. Hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum mengoperasikan generator adalah
sistem-sistem yang terkait dengan kinerja gas turbin, yaitu:
Sistem Start
Sistem Pendingin udara pada generator
Sistem Pelumasan
Sistem Udara pendingin ruang bakar
Sistem Pengambilan dan Pembuangan Udara
Sistem Pemutar Poros Hidrolik
Sistem Compressor Bleed Valve
Sistem Penyalaan Awal
Sistem Bahan Bakar
Adjusment Of The Compressor Variable Inlet Guide Vane
Sistem Pendingin dan Pelindung Udara
Sistem Pemantau Rotor Train
Bila pemeriksaan sistem di atas dalam kondisi yang baik, maka
generator dalam kondisi siap untuk dijalankan.
b. Tahap Menjalankan Generator
Tahap ini merupakan langkah menjalankan mesin generator dengan
putaran rendah kemudian putaran dinaikkan sampai ke putaran
nominal. Setelah kecepatan putar mesin mencapai putaran nominal,
perlu dilakukan pengecekan terhadap parameter yang ada pada unit
tersebut agar berada dalam keadaan normal. Setelah pengecekan unit
dalam kondisi normal kemudian mesin siap untuk dilakukan
pembebanan.
c. Tahap Pembebanan
Setelah generator berputar pada kecepatan normal dan dalam
kondisi baik, maka siap dilakukan pembebanan pada sistem operasi.
Pembebanan pada generator dapat bersifat resisitif, induktif maupun
kapasitif tergantung dari jenis beban yang diterima oleh
generator.
d. Tahap Menghentikan Generator
Dalam menghentikan generator, haruslah diperhatikan untuk tidak
mematikan mesin secara mendadak. Akan tetapi haruslah mesin
dilepaskan dari beban secara perlahan untuk kemudian biarkan mesin
bekerja tanpa beban guna memberikan kesempatan pada mesin untuk
menyesuaikan temperatur kerja seiring dengan penurunan pemakaian
bahan bakar. Apabila sedang diparalel, generator harus dilepaskan
dahulu dari hubungan paralel. Setelah generator berhenti, lakukan
pemeriksaan untuk menjamin keandalan mesin bila generator
beroperasi kembali.
IV.2 Sistem pada Generator
Sebelum memulai pengoperasian generator, perlu diketahui
sistem-sistem untuk operasi generator, yaitu :
Sistem Start (Starting System)
Sebelum mengoperasikan generator, perlu diperhatikan spesifikasi
dari mesin generator. Data mesin generator dapat diketahui dari
buku manual yang dikeluarkan oleh pabrik. Hal-hal yang perlu
dikenali dari data pada mesin generator, yaitu:
Mesin:
Generator:
Diameter silinder
Frekwensi
Langkah
Tegangan antar fasa
Jumlah dan letak silinder
Arus maximum
Letak silinder
Daya keluar
Langkah volume persilinder
Cos
Volume total langkah
Eksitasi
Putaran normal
Kemampuan operasi
Putaran engkol
Sistem Pendinginan Air Pada Generator
Untuk menurunkan temperatur kerja pada generator diperlukan
sistem pendinginan dengan menggunakan air. Sistem pendinginan
menggunakan air murni (fresh water) yang tidak menggandung kadar
garam dan silika ataupun kotoran-kotoran penyebab korosi mesin. Air
juga di campur dengan magnesium cromat. Gambar dari sistem ini
dapat dilihat pada HTCT 305 427. Komponen utama dari sistem
pendingin air generator ini adalah
Coller
PDC10 AC010, AC020, AC030
Fans (kipas-kipas)
PCD10 AN011, AN021, AN031
Katup-katup
PCD10 AA021, AA023
PCD10 AA031, PCD10 AA033
Pompa sirkulasi
PCC10 AP010,AP020
Akumulator tekanan
PCB70 BB001
Katup pengatur tekanan
PCB70 BB001
Perpipaan
Peralatan pengaman dan pemantau
Coller yang berfungsi sebagai penukar panas air/udara,kapasitas
pendinginan masing-masing coller adalah 50%. Rangkaian sistem
pendingin merupakan sistem tertutup dan bertekanan. Air yang telah
mengalami treatment khusus tersebut dipertahankan sirkulasinya oleh
salah satu dari dua pompa sirkulasi PCC10 AP010 atau AP020
sedangkan pompa yang lainnya berada dalam keadaan stand by. Pompa
ini akan bekarja dengan otomatis jika tekanan pompa sirkulasi turun
di bawah nilai yang seharusnya atau salah satu dari pompa utama
gagal beroperasi. Panas yang dihasilkan oleh generator akan diserap
oleh air pendingin di dalam generator coller. Panas kemudian
dibuang ke atmosphere melalui tiga buah penukar panas air/udara
dengan menggunakan udara yang dihembuskan oleh fan.
Sistem Pelumasan
Berfungsi untuk mensuplay kebutuhan minyak pelumas dari gas
turbin. Sistem minyak pelumas membentuk suatu sirkuit pelumasan
yang melumasi bantalan bantalan turbin gas dan auxiliary gear di
samping itu juga mensuplay:
1. Sistem Power Oil Forwarding
2. Sistem Jacking Oil Sistem
3. Sistem Emergency Oil
4. Sistem Reset Untuk Hidrolik trip sirkuit
Gambar sistem ini dapat dilihat pada gambar HTCT 305 430.
Komponen Utama dari sistem minyak pelumasan sendiri terdiri
dari:
Lube Oil storage sistemMBV10 termaksud
TangkiMBV10 BB001
Lube oil heaterMBV10 AH001, AH002
Oil vapor exhaust fansMBV10 AN001, AN002
Oil separatorMBV10 AT001, AT002
Lube Oil Forwarding sistemMBV21 termaksud
Main lube oil pumpMBV21 AP001
Lube oil collerMBV21 AC020,AC030,AC040
Twins filter MBV21 AT002
Temperatur control valve MBV21 DT001
Emergency Oil SistemMBV22 termaksud
Emergency oil pump MBV22 AP001
Lube oil distribution sistem MBV40
Lube oil return sistemMBV70
Peralatan pengaman dan pengamatan
Sistem pemipaan
Power oil sistem pada sistem pelumasan berfungsi untuk mensuplai
kebutuhan minyak yang dibutuhkan untuk menggerakan sistem kontrol
hidrolik dan proteksi. Sedangkan Jacking Oil System berfungsi untuk
memberikan pelumasan secara hidrodinamis yang berguna untuk
memperkecil torsi atau gesekan pada bantalan. Pada saat rotor
barring jacking oil memperkecil torsi yang di butuhkan untuk
memutar poros turbin.
Sistem Udara Pendingin Ruang Bakar
Sistem ini berfungi untuk mendinginkan Burner (ruang bakar).
Gambar sistem ini dapat dilihat pada gambar HTCT 305 436. Sistem
udara pendingin ruang bakar terdiri dari :
Pendingin udaraMBH41 AC001
Tempertur indikator MBH41 CT002
Katup searah MBH41 AA001,AA002
Orifice MBH41 BP006,BP007
Katup udara pendingin MBH41 AA010
Sistem Kebocoran Bahan bakar minyak kembali terdiri dari
Katup kebocoran bahan bakar minyakMBH35 AA001
OrificeMBH35 BP007
Sistem udara pendingin dan perapat MBH33 mengirim sistem udara
pendingin dengan udara yang sebelumnya telah didinginkan didalam
sistem pendingin udara (air cooler) MBH41 AC001. Sebagian Kecil
dari udara pendingin di gunakan untuk sistem udara kontrol pada
blow off valve MBX69.
Sistem Pengambilan Udara (Intake Valve) dan Sistem Udara Keluar
(Exhaust Valve).
Sistem pemasukan udara ini berfungsi untuk menyalurkan udara
murni ke dalam ruang bakar. Jumlah dan kualitas udara yang akan
masuk ke dalam silinder (ruang bakar) sangat penting bagi kinerja
generator. Udara yang di ambil haruslah bersih guna mencegah
Fauling yang menyababkan drop nya daya keluaran,kesalahan
(malfunction) dan merusak mesin. Udara di arahkan ke inlet
kompresor secara aerodimanis.Sistem ini juga berfungsi untuk
mengurangi kebisingan ke lingkungan. Sistem pembuangan udara yang
dikenal dengan knalpot pada mesin berfungsi untuk menyalurkan gas
sisa pembakaran ke udara luar dan sekaligus berfungsi sebagai
peredam getaran akibat ledakan pembakaran serta tekanan gas buang.
Fungsi sebagai peredam getaran ini sangat penting, mengingat
getaran yang berlebihan dapat mempercepat keausan komponen-komponen
motor itu sendiri. Gambar dari sistem intake air dapat dilihat pada
gambar HTCT 305 435. Bagian-bagian dari sistem intake air terdiri
dari:
Ducting udara masuk MBL30,yang meliputi :
Pulse filterMBL30 AT001
Compressor untuk pulse filter MBL30 AN001
Silincer MBL30 BS001
Sistem Pemutar Poros Hidrolik
Sistem ini berfungsi untuk memutar rotor setelah Gas Turbine set
stop agar pendinginan merata, juga untuk menghindari terjadinya
pelengkungan poros selama proses pendinginan berlangsung. Gambar
dari sistem ini dapat dilihat pada gambar HTCT 305 429. Pada
prinsipnya sistem ini terdiri dari:
Tangki MBX12 BB01
Pompa AC bertekanan tinggi MBX22 AP001
Pompa DC bertekanan tinggi MBX22 AP002
Sistem minyak pengatur untuk peralatan pemutar poros Hidrolik
MBX 51 terdiri dari :
Katup pemandu (pilot valve) MBX51 AA001
Katup pengatur tekanan (constanst presure velve) MBX51 DP001
Alat-alat pemutar poros hidrolik MBK70
Sistem Pemipaan
Alat-alat pengaman dan monitor pemutar poros hidrolik
Sistem Compressor Bleed valve
Untuk membuang sebagian udara kompresi ke udara bebas selama
proses start up dan shut-down. Hal ini adalah untuk mencegah
terjadinya rotating stall (aliran udara yang terputus-putus di
sepanjang sudu kompresor dimana bersamaan itu pula timbulah
tegangan kelelahan pada sudu-sudu kompresor) yang akhirnya akan
menyebabkan kerusakan atau kegagalan pada sudu kompresor. Gambar
dari sistem ini dapat dilihat pada gambar HTCT 305 431.Sistem ini
terdiri dari:
Compressor bleed valve system MBA81 dengan:
Dua bleed valve pada tingkat 1 MBA81 AA011 dan AA012 sesudah
baris ke 4 pada kompresor
Satu bleed valve pada tingkat 2 MBA81 AA021 sesudah baris 8 pada
kompresor
Satu bleed valve pada tingkat 3 MBA81 AA031 sesudah baris 12
pada kompresor
Blow of hood MBA81 HA800 yang di lengkapi dengan silencer MBA81
BS001
Sistem udara untuk bleed valve MBX69 dengan:
Katup penurun tegangan
MBX69 DP001,DP003
Supply orifice
MBX69 BP001,BP003
Safety relays
MBX69 AA001,AA003
Sistem minyak kontrol untuk bleed valve MBX48 dengan :
Pilot valve untuk safety valve
MBX48 AA001,AA003
Orifice
MBX48 BP011,BP013
Sistem pengamanan dan monitoring
Pemipaan
Sistem Penyalaan Awal
Ignition fuel system adalah sistem penyalaan awal untuk membakar
bahan bakar minyak atau bahan bakar gas pada saat start turbin gas.
Gambar dari sistem ini dapat dilihat pada gambar HTCT 305 426.
Komponen dari ignition fuel system terdiri dari :
Propane Gas Blok
Gas bottlesMBQ30 BB001,BB002
Change over reducing valve MBQ30 AA001
FilterMBQ30 AT001
Ignition gas flow orifice MBQ30 BP001
Stop valve MBQ30 AA002 sd AA005
Ignition torch dan ignition transformer,termaksud ignition coil
dan spark plug MBM31 AV003
Ignition fuel lines
Sistem Pengaman dan sistem monitoring
Jumlah gas propane pada sistem penyalaan setiap unit 2 buah, 1
buah untuk penyalaan sedangkan satu unit lagi untuk cadangan.
Apabila tekanan gas pada botol yang dipakai turun mencapai harga
minimum, suplai gas akan di tunjang oleh botol cadangan yang
perpindahan botolnya secara otomotis.
Sistem Bahan Bakar
Sistem bahan bakar pada turbin gas terdiri dari tiga pemilihan
bahan bakar yaitu dengan bahan bakar gas, minyak ataupun kombinasi
dari kedua bahan bakar tersebut.
Sistem bahan bakar gas pada turbin gas disuplai oleh sistem
suplai ke burner dengan jumlah aliran bahan bakar gas sesuai dengan
power output yang dibangkitkan oleh turbin gas. Sistem bahan bakar
gas telah diintegrasikan ke dalam sistem proteksi pembangkit secara
menyeluruh dengan demikinan katup trip akan segera menghentikan
aliran bahan bakar yang menuju ke burner jikan terjadi trip
emergency. Sistem bahan bakar gas dapat dilihat pada gambar HTCT
305 432 dengan kelengkapan peralatan dan komponen utama sebagai
berikut:
Sistem bahan bakar gas
MBP31 termaksud
Main shut off valve gas
MBP31 AA001
Relief valve
MBP31 AA002
Stop valve
MBP31 AA010
Trip valve
MBP31 AA003
2 buahMeasurement of gas flow
MBP31 CP001
Control valve
MBP31 AA007
Filter/separator
MBP31 CF001
Pressure limiting system
MBP31 DP210
Ignition gas system
MBP32 termaksud
Ignition gas/blow off valve
MBP32 AA001
Gas relief system
MBP33 termaksud
Gas relief fan
MBP33 AN001
Relief valve
MBP33 AA001
Fuel gas drain system
MBP35 termaksud
Silinder
MBP35 BS001
Gas piping
Pretection dan monitoring device
Sistem bahan bakar minyak pada turbin gas berfungsi untuk
mensuplai bahan bakar minyak ke burner untuk keperluan pembakaran
pada tekanan temperatur dan flow rate yang sesuai dengan power out
yang dibangkitkan oleh turbin gas. Sistem bahan bakar minyak pada
turbin gas ini termaksud di dalam sistem proteksi dari pembangkit,
sebagai contoh bila terjadi emergency trip maka suplai dari bahan
bakar menuju ke fuel nozzle dengan segera akan terhenti. Desain
skematik dari bahan bakar minyak ini dapat di lihat pada diagram
HTCT 305 433. Komponen utama dari gas turbin adalah sebagai berikut
:
The fuel transfer system
MBN31 termaksud
Fuel oil main stop valve
MBN31 AA001
Stop valve
MBN31 AA004
Drain pump
MBN31 AP011
Oil filter
MBN31 AT001
Fuel oil flow meter
MBN31 CF001
Fuel oil system dari fuel oil pump
MBN32 termaksud
Katup minimum flow
MBN32 AA001
Fuel oil relief velve
MBN32 AA002
Trip valve
MBN32 AA005
Control valve
MBN32 AA007
Non return valve
MBN32 AA011
Fuel oil pump
MBN32 AP001
Fuel oil return system
MBN34 termaksud
Non return valve
MBN34 AA001
Stop valve
MBN34 BB001
Fuel return flow meter
MBN34 CF001
Pressure limiting valve
MBN34 DP001
Fuel oil leakage return system
MBN35 termaksud
Fuel oil leakage
MBN35 AP001
Tank
MBN35 BB001
Three way valve
MBN35 AA002
Fuel oil leakage valve
MBN35 AA001
Nozzle blow off valve
MBN35 AA010
Fuel pipes
Safety and monitoring equipment
Kecuali fuel oil main valve, hubungan antara pipa-pipa dan
katup-katup yang terletak pada combustor (fuel oil return valve,
trip valve, control valve, nozzle blow off valve fuel oil leakage
valve), sedangkan komponen komponen yang lainnya diletakkan
bersama-sama didalam blok bahan minyak.
Sistem bahan bakar ganda pada turbin gas digunakan apabila gas
turbin menggunakan dua jenis bahan bakar gas dan atau minyak ke gas
burner MBM31 AV002 atau fuel nozzle MBM31 AV001. Masing-masing
bahan bakar akan diperhatikan tekanan dan suhunya. Banyaknya
pembagian bahan bakar bervariasi tergantung output yang
dikehendaki. Menggunakan dua bahan bakar pada turbin gas dapat
dilakukan dari satu tipe bahan ke bahan bakar lainnya jika ada
gangguan pada salah satu sistem bahan bakar tersebut. Sistem bahan
bakar minyak akan mengambil alih secara otomatis tanpa penundaan
operasi. Peralihan penggunaanbahan bakar dapat dilakukan secara
manual. Bentuk diagram pada sistem ini dapat dilihat pada gambar
HTCT 305 434 meliputi peralatan :
Fuel Oil system
MBN (HTCT 690 263)
Fuel gas system
MBP (HTCT 690 262)
Peralatan pemindahan bahan bakar lainnya
Adjusment Of the Compressor Variable Inlet Guide Vane
Berfungsi untuk mengatur jumlah udara masuk dari air intake
system yang akan di kompresi oleh kompressor utama gas turbin yaitu
dengan mengatur sudut dari variable inlet guide vane. Pada combined
cycle jumlah udara masuk sesuai dengan perubahan beban,yaitu agar
suhu exhaust gas di jaga tetap (konstan) agar di dapatkan
effisiensi maksimum. Gambar/desain dari variable inlet guide vane
yaitu HTCT 305 438 mencakup sistem-sistem seperti:
Variable inlet guide vane
MBA82 termaksud
Linier amplifier
MBAAS001
Elektrik drive with DC motor dan pengereman nya
Hidrolik drive
Hidrolik clamping unit
Power oil system for variable inlet guide vane MBX52
Pilot valve
MBX52 AA001
Filter
MBX52 AT001
High pressure power oil system
MBX22
Safety dan monitoring equipment
Sistem Pendingin Dan Pengamanan Aliran Udara
Berfungsi untuk melindungi rotor dan bagian bagian turbin gas
dari pengaruh gas panas yang timbul akibat overheating, untuk
melindungi sistem pendingin udara dari masuknya gas panas serta
untuk mencegah masuknya udara di luar sistem panyaringan dari
bagian bantalan kompresor ke dalam kompresor. Gambar dari sistem
ini dapat dilihat pada gambar HTCT 306 640. Sistem pendingin dan
pengamanan aliran udara MBH31 ini terdiri dari beberapa bagian
yaitu:
The colling and sealing air system for turbin exhaut
The colling and sealing air system for turbin and compressor
diffusor
The sealing air system for compressor system
The colling vane carriers and turbine vane
The colling of the inner housing
The colling of the gas turbine rotor and turbine blades
Sistem Pemantau Rotor Train
Berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada rotor turbin
gas dikarenakan oleh kecepatan yang melampaui nilai nominal yang
diijinkan maupun dikarenakan oleh getaran yang terlalu besar
sewaktu rotor bekerja. Gambar dari sistem ini dapat dilihat pada
gambar HTCT 306 693. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen
yaitu:
Electrical Probes for speed
MBA30 CS001 TO 003
Mechanical-hydraulic overspeed protecting device MBX01
Trip and reset equipment
MBX01 AA010
Overspeed trip
MBX01 AZ010
Bearing pedestal vibration pick-ups
IV.3 Pembangkitan Tegangan pada Gas Turbine Generator 1.1 PLTGU
Priok
Secara spesifik, proses pembangkitan tegangan pada Gas Turbine
Generator 1.1 UBP Priok dibagi dalam 25 langkah kerja. Generator
1.1 PLTGU Priok memakai SFC sebagai penggerak mula, dimana
generator akan bekerja sebagai motor terlebih dahulu hingga gas
turbin mencapai kecepatan nominal 2800 rpm. Turbin berada dalam
keadaan kerja autonom dimulai dari 700 rpm hingga kemudian pada
2500 rpm, SFC dilepaskan dari sistem. Kemudian pada 2800 rpm,
proses eksitasi dimulai untuk kemudian generator mampu menghasilkan
tegangan keluaran. Secara lengkap langkah langkah pembangkitan
tegangan pada Gas Turbine Generator 1.1 Priok adalah sebagai
berikut:
Step 1
1. Pengaktifan pasokan minyak pelumas
2. Pembukaan saluran pembuangan udara
3. Pemilihan bahan bakar diatur ke bahan bakar cair
Keterangan:
Pada langkah pertama, sistem pelumasan diaktifkan untuk melumasi
area area yang melakukan gerak yaitu pada beberapa bagian turbin
dan bantalan bantalannya. Selain itu, dilakukan pemilihan bahan
bakar berupa bahan bakar cair atau HSD (High Solar Diesel).
Step 2
1. Pemilihan bahan bakar gas
2. Pemilihan bahan bakar dual
Keterangan:
Pada langkah kedua, apabila diinginkan sistem bahan bakar
gabungan, maka pemilihan bahan bakar gas dan dual haruslah
diaktifkan.
Pada Langkah 1 dan Langkah 2 diketahui bahwa pengoperasian
dimulai dengan pembukaan aliran minyak pelumas serta pembukaan
jalur gas buang. Turbin gas sendiri dapat dioperasikan dengan
menggunakan bahan bakar gas maupun cair (HSD) atau bahkan
penggabungan dari kedua bahan bakar tersebut. Langkah ini perlu
dilakukan karena sebelum start up turbin gas, sistem rotor turning
atau rotor barring sudah terlebih dahulu diaktifkan. Pembukaan
exhaust gas tract dilakukan untuk menghindari kegagalan (trip)
turbin karena apabila dicapai suhu exhaust (TAT) 575C turbin akan
trip.
Step 3
1. Stop Valve berada pada posisi terbuka
2. Kipas Pembuangan Udara dikondisikan terbuka
3. Relief Valve berada pada posisi tertutup
4. Pemilihan bahan bakar gas
Keterangan:
Pada langkah ketiga, Stop Valve diatur dalam posisi terbuka dan
kipas pembuangan udara juga diatur dalam posisi terbuka. Akan
tetapi Relief valve dari generator diatur dalam posisi tertutup.
Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan gas sebagai bahan bakar
sebelum proses automatic start dijalankan.
Step 4
1. Pemilihan bahan bakar cair
2. Pemilihan bahan bakar dual
Keterangan:
Pemilihan bakar dilakukan untuk mengganti bahan bakar yang telah
dipilih dari gas menjadi bahan bakar cair ataupun bekerja secara
dual.
Step 5
1. Pengaktifan Fuel Forward System
Keterangan:
Fuel Forward System merupakan mekanisme pengaturan pasokan bahan
bakar gas dari tempat penampungannya menuju ke saluran bahan bakar
sebelum akhirnya menuju ruang pembakaran.
Step 6
1. Pengaturan tekanan yang rendah pada tempat pengiriman bahan
bakar cair
2. Pembukaan Main Stop Valve dari penampungan bahan bakar
cair
Keterangan:
Pembukaan Main Stop Valve bertujuan untuk memulai pengaliran
bahan bakar cair dari tempat penampungannya dengan tekanan yang
diatur pada tingkat rendah.
Step 7
1. Pompa bahan bakar minyak dijalankan
Keterangan:
Pompa bahan bakar minyak dijalankan sebagai kelanjutan dari
langkah sebelumnya untuk mengalirkan bahan bakar cair.
Pada Langkah 3 sampai dengan Langkah 7 merupakan suatu mekanisme
pemilihan bahan bakar, baik gas, cair, maupun gabungan, untuk
dipasok ke dalam sistem pembakaran nantinya.
Adapun Start Up dengan menggunakan bahan bakar gas adalah:
1. Pada saat automatic start dilakuan pilihan bahan bakar
gas
2. Relief Valve MBP31 AA002 masih dalam keadaan tertutup,
sedangkan Main Shut-off Valve MBP31 AA001 dalam keadaan terbuka.
Aliran dari bahan bakar gas sepanjang Trip Valve MBP31 AA003 masih
dalam keadaan tertutup sehingga aliran bahan bakar masih tertahan
sampai saat di mana Gas Relief Fan MBP31 AN01 diaktifkan.
3. Proses start up dilanjutkan setelah Operator mendapat
feedback berupa keterangan dari Main Shuf-off dan Gas Relief Fan
yang telah beroperasi serta Relief Valve telah tertutup.
4. Setelah tercapainya kecepatan nominal dari turbin untuk
memulai proses pembakaran atau ignition, maka Trip Valve akan
berada pada posisi terbuka sehingga kemudian Fuel Ignition System
akan beroperasi. Pasokan gas setelahnya berada dalam kendali
Control Valve MBP31 AA007 dan Ignition Gas/Blow-off Valve MBP32
AA001.
5. Gas propane yang dipasok oleh Ignition Fuel System MBQ30 akan
menyulut Ignition Torch MBM31 AV003. Hal ini berlangsung hingga
tekanan nominal telah tercapai oleh Control Valve yang kemudian
memicu operasi otomatis dari Blow-off Valve.
6. Ketika Trip Valve dibuka, terjadi perubahan posisi dari
Blow-off yang semula tertutup menjadi dalam keadaan terbuka. Hal
ini mengakibatkan mengalirnya gas dari Ignition Das menuju Orifice
MBP BP001 untuk kemudian menuju Burner MBM31 dan berakhir di Ruang
Pembakaran (Combuster) MBM30.
7. Setelah pembakaran perdana berhasil, 3 buah monitor pengawas,
MBM CN001, MBM CN002, MBM CN003 akan bekerja mengawasi proses
pembakaran tersebut. Proses penyulutan yang dilakukan dihentikan
sementara Control Valve mengatur besar bukaan katup aliran gas ke
dalam ruang bakar agar sesuai dengan kerja pembebanan yang
diinginkan.
Adapun Start Up dengan menggunakan bahan bakar cair (HSD) adalah
kurang lebih seperti proses Start Up dengan bahan bakar gas, hanya
saja terdapat beberapa perbedaan langkah kerja yaitu:
1. Main Stop Valve MBM31 AA001 akan terbuka dan dengan bantuan
Fuel Oil Pump MBN32 AP001 akan mengatur tekanan aliran bahan
bakar.
2. Fuel Pump MBN32 AA001 berfungsi untuk memberikan tekanan
tambahan pada bahan bakar sebelum kemudian dialirkan menuju Relief
Valve MBN32 AA002.
3. Aliran bahan bakar akan kembali ke tangki utama dan menuju
Minimum Flow Valve MBN32 AA001 setelah Turboset Gas mencapai nilai
yang telah ditetapkan berdasarkan kebutuhan. Minimum Flow Valve
berfungsi untuk meningkatkan tekanan pada bahan bakar. Aliran bahan
bakar ini bertujuan untuk menghindari Fuel Oil Pump atau pompa
bahan bakar minyak dari panas berlebih.
4. Ignition Gas System akan bekerja setelah kecepatan penyulutan
berada pada nilai yang ditentukan, yang mana secara bersamaan Trip
Valve akan terbuka dan mengalirkan bahan bakar melalui Filling
Valve menuju Nozzle MBM31 AV001.
5. Fuel Oil Relieve Valve akan terbuka secara sempurna. Leakage
Valve pada jalur utama menuju Fuel Oil Leakage Return System pun
akan terbuka. Sementara Fuel Oil Drain Valve akan tertutup dan Fuel
Nozzle di sisi kanan akan terbuka untuk memberikan tekanan
minimum.
6. Bahan bakar kemudian mengalir melalui Nozzle menuju ruang
bakar dan mengalami pembakaran. Saat pembakaran terjadi, 3 monitor
pengawas akan bertugas untuk mengawasi proses pembakaran, sementara
Control Valve dan Nozzle akan terbuka sesuai dengan kebutuhan dari
penggunaan bahan bakar yang bergantung pada beban yang
ditanggung.
Step 8
1. Pasokan minyak pelumas diaktifkan
Keterangan:
Dengan dimulai nya aliran bahan bakar untuk memulai pembakaran
maka pompa-pompa sistem pelumasan akan di aktifkan. Fungsi dari
pelumasan pada mesin gas turbin adalah untuk mengurangi gaya gesek
pada mesin, untuk pendinginan, dan pencegahan karat.
Step 9
1. Saluran pembuangan gas berada dalam keadaan terbuka
2. Tekanan minyak pengaman diatur dalam keadaan minimum
3. Pasokan Power Oil diaktifkan
4. Proses pendinginan diaktifkan
5. Sel CW PPS diatur dalam keadaan minimum
6. Pembilasan mulai untuk dilaksanakan
Keterangan:
Selanjutnya saluran gas buang akan terbuka, sistem pendinginan
akan diaktifkan untuk mengurangi temperatur di dalam turbin gas.
Pada Langkah 9 ini, Power Oil Supply akan diaktifkan untuk
menyediakan pasokan oli yang dibutuhkan dalam proses mengaktifkan
kontrol hidrolik dan sistem proteksi.
Tekanan minyak di sistem pelumasan pada tahap ini berada dalam
keadaan minimum melalui pemberian tekanan oleh Safe Oil Pressure.
Akan tetapi, apabila tekanan minyak dalam sistem pelumasan
mengalami penurunan melebihi ambang batas yang ditetapkan,
Emergency Oil Pressure akan bekerja dan memberikan tekanan tambahan
untuk menjaga agara tekanan tetap seimbang.
Sistem pendingin berfungsi juga menghindari kegagalan bekerja
(trip) di generator yang disebabkan oleh:
Suhu udara pendingin generator (warm) pada kedua channel
mencapai 125C
Suhu Udara rotor colling system melampaui 350C
Step 10
1. Kecepatan perputaran turbin telah mencapai 800 rpm atau lebih
dalam jangka waktu 5 menit semenjak proses dimulai
2. Perlengkapan starting dalam keadaan flush.
3. Fuel Valve diatur dalam keadaan terbuka untuk mengalirkan
bahan bakar
4. Pembakaran tetap berlangsung
5. Boiler Furge berada dalam keadaan aktif.
Keterangan:
Pada Langkah 10 ini, kecepatan perputaran turbin diharuskan
untuk mencapai nilai minimal 800 rpm dalam jangka waktu 5 menit
setelah proses dimulai. Sementara itu, pembukaan katup bahan bakar
merupakan suatu persiapan dalam pembakaran bahan bakar bertekanan
tinggi dengan injektor pada ruang pembakaran.
Step 11
1. Starting Equipment diatur dalam keadaan menyala
2. Kecepatan putaran turbin berkurang hingga kurang dari 700
rpm.
3. Pengambilalihan dilakukan oleh Furge4. Proses pembakaran
berlangsung.
Keterangan:
Proses starting yang akan dijalankan kembali menghendaki turbin
untuk berputar dengan kecepatan maksimum kurang dari 700 rpm.
Step 12
1. Pembukaan saluran gas pembuangan
2. Starting Equipment diaktifkan
3. Kecepatan perputaran turbin dicapai hingga lebih dari 2500
rpm
4. Proses pembakaran tetap berlangsung
Keterangan:
Proses pembakaran yang dilakukan dengan pengaturan Control Valve
bahan bakar berlangsung terus menerus hingga kecepatan putaran
turbin mencapai angka 2500 rpm.
Step 13
1. Pasokan bahan bakar gas dalam keadaan berfungsi
2. Gas Main Stop Valve berada dalam keadaan terbuka
3. Pasokan bahan bakar cair dalam keadaan tertutup
4. Pengaturan aliran gas pada kondisi maksimum
5. Gas Main Relief Valve berada dalam keadaan tertutup
6. Pasokan bahan bakar cair diubah ke keadaan terbuka
7. Pengaturan aliran gas pada kondisi minimum
8. Pasokan bahan bakar gas dihentikan
9. Pasokan bahan bakar dual (gas dengan cair) dijalankan
Keterangan:
Langkah 13 ini merupakan suatu langkah peralihan dari suatu
proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar gas menuju proses
pembakaran dengan bahan bakar cair. Dalam proses peralihan
tersebut, pengaturan terhadap pembukaan dan penutupan terhadap
katup yang terlibat menjadi sangat penting untuk mencegah
terjadinya backfire yang dapat merusak sistem.
Step 14
1. Ruang Bakar dikondisikan pada keadaan tidak bekerja
2. Sistem Proteksi terhadap turbin diaktifkan
3. Kecepatan perputaran turbin diturunkan hingga kurang dari 700
rpm
4. Gas Trip Valve diatur pada keadaan Normally Closed
5. Pemilihan bahan bakar dialihkan dari gas menjadi bahan bakar
cair
Keterangan:
Dalam proses peralihan penggunaan bahan bakar, hal pertama yang
harus dilakukan adalah menghentikan aktivitas pembakaran sehingga
ruang pembakaran berada dalam keadaan tidak bekerja. Kemudian
sistem proteksi terhadap turbin dilakukan untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada turbin akibat penurunan kecepatan putaran hingga
kurang dari 700 rpm. Kemudian Gas Trip Valve diatur dalam keadaan
tertutup untuk selanjutnya terjadi peralihan bahan bakar dari gas
menjadi cair.
Step 15
1. Pengaturan Propane Gas Valve
2. Ignition Transformer
3. Start-up Integrator
4. Pengaturan Cool Air Valve
5. Pengaturan Propane Gas Valve pada keadaan terbuka
6. Proses pembakaran berlangsung kembali
Keterangan:
Setelah terjadi pergantian bahan bakar dari gas menjadi