-
1 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
EKOLOGI TUMBUHAN
Mengenal Ekologi Tumbuhan
Secara harfiah, ekologi berasal dari dua kata yakni Oikos dan
Logos (Ernest Haeckel, 1866). Oikos berarti rumah sedangkan logos
berarti ilmu. Dengan demikian, ekologi bisa diartikan sebagai
sebuah ilmu yang mempelajari mahluk hidup dengan lingkungannya.
Bagaimana dengan ekologi tumbuhan? Secara sederhana, ekologi
tumbuhan diartikan sebagai sebuah ilmu yang fokus pada pembelajaran
mengenai hubungan timbal dan balik antara tumbuhan dengan habitat
tumbuhnya. Kajian pokok ekologi tumbuhan ini adalah melihat
pengaruh tumbuhan terhadap lingkungan dan juga pengaruh lingkungan
terhadap perkembangan tumbuhan tersebut.
Ekologi dibagi atas dua kelompok yaitu autekologi, dan
sinekologi. Autekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara
satu individu atau satu spesies dengan alam lingkunganya.
Sinekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara beberapa
grup individu yang berasosiasi bersama-sama sebagai satu unit
dengan alam lingkungannya.
Gambar 1: Komunitas tumbuhan tropis
Mempelajari ekologi tumbuhan sangat penting sebab kita bisa
memperoleh hasil yang maksimal terutama dalam hal teknik budidaya.
Dengan mencocokkan karakteristik lingkungan dengan tumbuhan yang
ditanam, maka kita akan memperbesar potensi suksesnya panen kelak.
Selain itu, kerusakan terhadap lingkungan juga bisa dicegah.
Mempelajari ekologi tumbuhan akan membuat kita paham teknik juga
cara yang tepat dan cermat untuk mengambil manfaat terbaik dari
tumbuhan tanpa harus merusak. Lingkungan akan mempengaruhi jenis
tumbuhan yang sesuai untuk dibudidayakan pada kawasan, penjadwalan
dan teknik budidaya yang digunakan. Oleh karenanya pengetahuan
tentang lingkungan sangat penting artinya bagi sektor pertanian.
Kebijakan mengenai pemeliharaan lingkungan di satu sisi dan
peningkatan produksi di sisi lainnya akan sangat tergantung
bagaimana pemahaman mengenai lingkungan. Pengurangan penggunaan
bahan kimia dalam aktivitas budidaya untuk mencegah terjadinya
degradasi lingkungan menjadikan pengetahuan ekologi tumbuhan
semakin penting dalam merancang bangun sistem budidaya pertanian.
Pemanfaatan sumber daya lingkungan secara optimal dengan dampak
seminimum mungkin merupakan sistem pertanian yang menjadi
idaman.
Lingkungan dalam ekologi adalah seluruh faktor BIOTIK dan
ABIOTIK yang mempengaruhi mahluk hidup di lingkungan tersebut.
Faktor biotik meliputi seluruh mahluk hidup di wilayah tsb yang
menimbulkan beberapa model hubungan interaksi misalnya predasi,
kompetisi, mutualisme, alelopati (eksudat kimia penghambat
pertumbuhan yang dikeluarkan umumnya oleh gulma), dan herbivora.
Faktor abiotik mencakup seluruh aspek kimia dan fisika lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman/tumbuhan.
Hirarki organisasi kehidupan yang membangun sistem ekologi pada
dasarnya secara berurut adalah organisme, populasi, komunitas,
ekosistem dan biosfir. Namun, ada level penting yang menbentuk
suatu organisme, yaitu atom, molekul (gen), sel, jaringan dan organ
(Gambar 2).
-
2 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Gambar 2: Hirarki organisasi yang membangun sistem EKOLOGI
Komponen Biotik berinteraksi dengan komponen Abiotik membangun
sistem BIOLOGI, sehingga terbentuk sistem antara lain sistem
populasi dan sistem komunitas. Dalam pembentukan sistem biologi
dibutuhkan aliran materi dan energi yang asal/bahan bakunya dari
komponen Abiotik. Komunitas (mis. tanaman) terbentuk jika telah
terjadi asosiasi antara tanaman dan lingkungannya. Asosiasi terjadi
sepanjang proses suksesi berlangsung.
Gambar 3: Lingkup ekologi tanaman
Lingkungan makro dicirikan oleh: Intensitas cahaya Kelembaban
Kecepatan angin
Gambar 2: Contoh lingkungan makro
-
3 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Lingkungan mikro misalnya daerah di bawah tajuk
tanaman/tumbuhan
Gambar 3: Contoh lingkungan mikro, di bawah tajuk
Definisi ekologi dalam konteks yang lebih khusus adalah hubungan
timbal balik antara STRUKTUR dan FUNGSI, di bidang pertanian
misalnya pada model pertanian agroforestri, tumpangsari dan
budidaya lorong.
Gambar 4: Contoh ekologi pada beberapa sistem pertanian
Jejaring makanan (Food webs)
Suatu jejaring rantai makanan suatu suatu system jaringan
ekologi (ecological network). Tumbuhan menangkap energi surya
(solar energy) dan menggunakannya untuk mensintesa gula sederhana
selama proses fotosintesa. Sejalan dengan pertumbuhannya, tumbuhan
mengakumulasi nutrisi dan nutrisi tsb dimakan oleh organism
herbivora, sekaligus energi dari bagian tumbuhan yang dimakan oleh
herbivora mengalir ke kerbivora yang mengkonsumsinya. Jalur linear
aliran energi melalui proses makan-memakan dari tingkat konsumer
species trophic terbawah hingga ke tingkat konsumer species trophic
teratas dinamakan Rantai Makanan (food chain) (Gambar 4).
-
4 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Gambar 4: Rantai Makanan (food chain)
Tingkatan Trofik (Trophic levels)
Suatu trophic level (dari bahasa Greek troph, artinya "food"
atau "feeding") adalah "satu group organisme yang memenuhi sejumlah
besar kebutuhan energinya dari tingkatan organisme atau sumber
abiotik pada level dibawahnya yang terdekat ((Hairston Jr.and
Hairston, 1993). berdasarkan throphic level ini maka species mahluk
hidup dikategorikan atas autotrophs (primary producers),
heterotrophs (consumers), dan detritivores (pengurai/decomposers).
Autotrophs adalah organisme yang memproduksi sendiri kebutuhan
makanannya melalui proses fotosintesa atau chemosynthesis.
Heterotrophs adalah organisme yang harus memakan/memangsa organism
lainnya untuk memenuhi gizi dan energinya. Heterotrophs dapat
dibagi lagi atas tiga kelompok yaitu konsumer tingkat satu (primary
consumers, sangat herbivora), konsumer tingkat dua (secondary
consumers, carnivorous predators yang secara ekslusif memakan
organism herbivora) dan konsumer tingkat tiga (tertiary consumers
(predators yang memakan herbivora and predator).
Gambar 5: Piramida Trophic levels (kiri) dan food-web (kanan)
menggambarkan
hubungan ekologi antara mahluk hidup
Komunitas, adalah asosiasi seluruh populasi pada habitat yang
sama. komunitas mempunyai (1) keragaman, (2) stabilitas dan (3)
struktur trofil.
-
5 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Keragaman: variasi species dalam suatu komunitas. Komponen
keragaman:
- Kekayaan species (species richness) - Kelimpahan relatif
(relative abundance)
Misalnya pada Gambar 6.
Gambar 6: Kekayaan species dan Kelimpahan relatif dalam suatu
komunitas
Interaksi dalam Komunitas yang umumnya timbul adalah (1)
predasi, (2) kompetisi, (3) simbiosis, dan (4) herbivora.
1. Predasi (predation/pemangsasaan) Predasi adalah suatu
organisme memakan organisme lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
- Hewan dimangsa oleh hewan - Tumbuhan dimakan oleh hewan -
Hewan dimangsa oleh tumbuhan atau jamur
Bagi pemangsa (predator) yang dikembangkan adalah teknik berburu
sedangkan bagi target yang diburu pemangsa (prey) yang dikembangkan
adalah teknik menghindar. Teknik berburu/menangkap dan teknik
menghindar dari predator maupun prey sering dilengkapi dengan
beberapa kemampuan, yaitu:
- Adaptasi anatomi : kemapuan lari dan memarasit - Kamuflase :
tidak mudah dilihat (karena bentuk, warna) - Mimikri : memberi
kesan berbahaya, beracun, tidak enak dimakan - Pengembangan indra
khusus: penciuman, penglihatan, dan pendengaran
Gambar 7: kiri, teknik memerangkap
mangsa oleh laba-laba; kanan atas, teknik menghindar dengan
kamuflase menyerupai daun mati oleh kepik (kanan atas), dan mimikri
bentuk mata besar oleh kupu-lupu (kanan bawah)
-
6 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Gambar 8: Serangga dimangsa oleh tumbuhan karnifora (kiri);
batang pohon diserang
oleh jamur (kanan)
Hubungan antara predator-prey ini menyebabkan adanya suatu
keseimbangan populasi predator-prey, artinya kalau berlangsung
normal tidak ada terjadi ledakan populasi salah satunya (Gambar
8).
Gambar 8: Keseimbangan populasi antara predator-prey
(mangsa)
2. Kompetisi Tumbuhan, sebagaimana organisme lainnya,
membutuhkan nutrisi esensial dasar (hara), air, cahaya, dan ruang
untuk kehidupannya. Ketika tumbuhan tumbuh berdekatan dengan yang
lainnya maka sangat mungkin suplai kebutuhan oleh lingkungan tidak
cukup untuk beberapa individu tumbuhan yang berdekatan tsb,
sehingga terjadilah perebutan (kompetisi) untuk memperoleh
kebutuhan dasar tadi. Kompetisi dapat terjadi antara species
tumbuhan yang sama (intraspecific competition), dan antara
individu-individu species yang berbeda (interspecific
competition).
Gambar 9: Tipe kompetisi
-
7 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
3. Simbiosis Simbisis/simbiotik adalah bentuk interaksi antara
dua atau lebih species, satu species hidup di dalam atau di luar
species yang lain. Bentuk-bentuk simbiosis: (1) parasitisme, (2)
mutualisme, dan (3) komensalisme.
Gambar 10: Simbiosis antara buaya dan burung; burung
membersihkan
mulut/lidah buaya dengan memakan sisa-sisa yang ada di mulit
buaya
Simbiosis parasitisme ialah hubungan antara dua jenis makhluk
hidup yang berbeda pada suatu komunitas, individu yang satu
mendapat keuntungan dan individu yang lainnya dirugikan. Ukuran
tubuh inang jauh lebih besar daripada parasitnya. Organisme yang
mendapat keuntungan disebut parasit dan organisme yang menjadi
tempat hidup parasit disebut inang atau host. Parasit jarang
menyebabkan inang atau host mati. Parasit dapat sebagai agen
pengendali biologi dengan cara menghindari ledakan populasi
serangga inang (host).
Contoh simbiosis parasaitisme: benalu dengan tumbuhan inang
tali putri dengan tanaman yang ditumpanginya
kutu (tertentu) pada kerbau, kucing, kelinci dan manusia
cacing perut dan cacing tambang yang hidup di dalam usus
manusia
Gambar 11: Parasitisme
Simbiosis mutualisme ialah hubungan dua makhluk hidup yang
berbeda namun saling menguntungkan.
kupu-kupu atau lebah dengan bunga kerbau dengan burung jalak
Flagellata di dalam tubuh rayap. Flagellata dapat hidup di dalam
tubuh rayap karena
membantu rayap untuk mencerna kayu melalui proses pelapukan.
Manusia dengan bakteri usus, manusia memperoleh vitamin B 12 dari
bakteri, dan
bakteri dapat tempat hidup di usus manusia Jamur mycorrhizae
dengan tanaman. Jamur mycorrhizae memberi hara P dan air bagi
tanaman inang, tanaman inang memberi nutrisi (fotosintat) kepada
mycorrhizae
-
8 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Leafhoppers (Eurymela fenestrata) dan semut (Iridomyrmex
purpureus). Leafhoppers (E. fenestrate) dilindingi oleh semut dari
gangguan predator, dan semut mendapatkan madu dari Leafhoppers yang
memperolehnya dari bunga tumbuhan.
Gambar 12: Mutualisme
Simbiosis komensalisme adalah interaksi antara dua jenis makhluk
hidup yang berbeda, individu yang satu mendapat keuntungan, dan
individu lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan.
ikan remora dengan hiu, ikan remora mendapat keuntungan dari
sisa makanan ikan hiu, dan ikan hiu tidak dirugikan
tanaman anggrek dengan pohon inangnya tanaman paku dengan pohon
yang ditumpanginya ikan badut dengan anemon laut
Gambar 13: Komensalisme
Tabel: Ringkasan hubungan antar organisme
Tipe interaksi Efek langsung pada
Species 1 Efek langsung pada
Species 2
Netral 0 0
Komensalisme + 0
Mutualisme + +
Kompetisi - -
Predasi + -
Parasitisme + -
0 = tidak ada efek langsung terhadap pertumbuhan populasi + =
efek positif - = efek negatif
-
9 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
4. Herbivora Satu fungsi ekologi penting tumbuhan adalah sebagai
produser senyawa organik untuk herbivora pada dasar dari jejaring
makanan (the bottom of food web). Tumbuhanpun melengkapi diri
dengan alat-alat perlindungan diri dalam menghadapi herbivora,
misalnya duri, racun dan lainnya, tergantung dari potensi
intensitas gangguan herbivora. Herbivora juga memberi beberapa efek
terhadap vegetasi, misalnya memindahkan species tumbuhan tertentu
dari wilayah semula, menimbulkan terjadinya jurang (gap) dalam
regenerasi individu baru dari suatu species tumbuhan, mendaur ulang
hara, menjadi agen penyebaran biji sejumlah species tumbuhan. Jenis
ekosistem tertentu, seperti padang rumput (grasslands), dapat
terbentuk akibat pengaruh herbivora besar. Hasil penelitian yang
lama dan panjang sering menunjukkan bahwa bahwa herbivora mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap komunitas species tumbuhan yang
terbentuk di suatu wilayah.
Suksesi Ekosistem sifatnya dinamis, perubahan suksesional tidak
selalu mengikuti jalur linear melainkan berubah, berlangsung secara
cepat ataupun perlahan dalam waktu yang lama hingga ribuan tahun,
karena berbagai hal, misalnya letusan gunung berapi, kebakaran
besar, tanah longsor, banjir besar dan angin tornado/topan.
Konsequensi kehidupan kadang stabil, kadang juga berubah karena
lingkungan berubah.
Suksesi adalah perjalanan pergantian species menuju klimaks yang
terjadi secara bertahap. Klimaks bisa tertunda melalui mekanisme
predasi, kompetisi dan/atau simbiotik.
Gambar 14: Gambaran perjalanan suksesi tumbuhan dari waktu ke
waktu
di suatu wilayah
Gambar 15: Proses SUKSESI
-
10 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Suksesi yang mulai terjadi di suatu habitat baru, tidak
dipengaruhi oleh komunitas sebelumnya (pre-existing communities),
dinamakan suksesi primer (primary succession), sedangkan suksesi
lebih lanjut yang mengikuti rusak/hilangnya komunitas sebelumnya
pada pre-existing community disebut suksesi sekunder (secondary
succession).
Gambar 16: Ekosistem yang muncul setelah bencana, misalnya
karena kebakaran, membentuk mosaics yang tersusun atas beberapa
grup vegetasi dengan umur yang berbeda pada landscape tsb. ada
beberapa tahapan perubahan dengan vegetasi yang berbeda, diawali
oleh pioneer (suksesi primer) yang menginvasi daerah yang baru
mengalami musibah besar, hingga tahap suksesi akhir yang tersusun
atas vegetasi yang sangat
berbeda dengan di awal, yang membentuk hutan dewasa.
Contoh lain dari terbentuknya suksesi sekunder:
Gambar 17: Terbentuknya suksesi sekunder
1. Komunitas hutan deciduous yang srabil 2. Satu bencana hadir,
misalnya kebakaran, menghancurkan hutan deciduous tsb 3. Api
membakar hingga lantai hutan 4. Lahan menjadi kosong, tetapi tidak
merusal tanah 5. Rumput-rumputan dan tumbuhan herbaceous tumbuh
menjadi vegetasi awal di lahan
yang bru rekar 6. Semak-semak kecil dan pohon-pohon mulai
mengkoloni area, perlahan menggeser
rumput dan herbacoeus 7. pohon-pohon jenis evergreen (seperti
pinus-pinusan) yang cepat tumbuh menyusul
berkembang, sementara pohon-pohon yang toleran terhadap naungan
tumbuh di bawahnya
8. Pohon-pohon evergreen yang tidak tahan naungan dan yang
berumur pendek lalu mati. Pada contoh ini, vegetasi terakhir yang
stabil menyerupai vegetasi yang mendominasi wilayah tsb sebelum
tersebut mengalami bencana kebakaran.
Siklus Biokimia Siklus biokimia merupakan siklus energi melalui
biosfir karena saling makan antar
organisme Siklus biokimia : siklus karbon, nitrogen, fosfor,
air.
-
11 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Gambar 17: Siklus biokimia
Siklus Air
Daur hidrologi sering juga dipakai istilah water cycle atau
siklus air, suatu sirkulasi air yang meliputi gerakan mulai dari
laut ke atmosfer, dari atmosfer ke tanah, dan kembali ke laut lagi
atau dengan arti lain siklus hidrologi merupakan rangkaian proses
berpindahnya air permukaan bumi dari suatu tempat ke tempat lainnya
hingga kembali ke tempat asalnya.
Siklus hidrologi dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu: 1. Siklus
Pendek : Air laut menguap kemudian melalui proses kondensasi
berubah
menjadi butir-butir air yang halus atau awan dan selanjutnya
hujan langsung jatuh ke laut dan akan kembali berulang.
2. Siklus Sedang : Air laut menguap lalu dibawa oleh angin
menuju daratan dan melalui proses kondensasi berubah menjadi awan
lalu jatuh sebagai hujan di daratan dan selanjutnya meresap ke
dalam tanah lalu kembali ke laut melalui sungai-sungai atau
saluran-saluran air.
3. Siklus Panjang : Air laut menguap, setelah menjadi awan
melalui proses kondensasi, lalu terbawa oleh angin ke tempat yang
lebih tinggi di daratan dan terjadilah hujan salju atau es di
pegunungan-pegunungan yang tinggi. Bongkah-bongkah es mengendap di
puncak gunung dan karena gaya beratnya meluncur ke tempat yang
lebih rendah, mencair terbentuk gletser lalu mengalir melalui
sungai-sungai kembali ke laut.
Unsur-unsur utama dalam siklus hidrologi : Evaporasi : penguapan
dari badan air secara langsung Transpirasi : penguapan air yang
terkandung dalam tumbuhan Respirasi : penguapan air dari tubuh
hewan dan manusia Evapotranspirasi : perpaduan evaporasi dan
transpirasi Kondensasi : proses perubahan wujud uap air menjadi
titik-titik air sebagai hasil
pendinginan Presipitasi : segala bentuk curahan atau hujan dari
atmosfer ke bumi yang meliputi
hujan air, hujan es, hujan salju Infiltrasi : air yang jatuh ke
permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah Perkolasi : air yang
meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga mencapai air
tanah atau groundwater Run off : air yang mengalir di atas
permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga
menuju ke laut.
-
12 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Gambar 18: Siklus Air
Siklus Karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon
dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer
Bumi.
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang
dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut
adalah:
1. atmosfer 2. biosfer teresterial (biasanya termasuk pula
freshwater system dan material non-
hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)) 3. lautan
(termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan
non-hayati), dan 4. sedimen (termasuk bahan bakar fosil)
Pergerakan tahunan karbon, pertukaran karbon antar reservoir,
terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi
yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam aktif karbon terbesar
dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam
ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.
Gambar 19: Siklus Karbon
-
13 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang
mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi
yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara biologis maupun
non-biologis. Beberapa proses penting pada siklus nitrogen, antara
lain fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi,
denitrifikasi.
Walaupun terdapat sangat banyak molekul nitrogen di dalam
atmosfer, nitrogen dalam bentuk gas tidaklah reaktif. Hanya
beberapa organisme yang mampu untuk mengkonversinya menjadi senyawa
organik dengan proses yang disebut fiksasi nitrogen.
Fiksasi nitrogen yang lain terjadi karena proses geofisika,
seperti terjadinya kilat. Walaupun demikian, sedikit sekali makhluk
hidup yang dapat menyerap senyawa nitrogen yang terbentuk dari alam
tersebut. Hampir seluruh makhluk hidup mendapatkan senyawa nitrogen
dari makhluk hidup yang lain. Oleh sebab itu, reaksi fiksasi
nitrogen sering disebut proses topping-up atau fungsi penambahan
pada tersedianya cadangan senyawa nitrogen.
Vertebrata secara tidak langsung telah mengonsumsi nitrogen
melalui asupan nutrisi dalam bentuk protein maupun asam nukleat. Di
dalam tubuh, makromolekul ini dicerna menjadi bentuk yang lebih
kecil yaitu asam amino dan komponen dari nukleotida, dan
dipergunakan untuk sintesis protein dan asam nukleat yang baru,
atau senyawa lainnya.
Gambar 20: Siklus Nitrogen
Siklus Fosfor
Fosfor merupakan salah satu jenis elemen yang penting dalam
kehidupan, sebab semua makhluk hidup membutuhkan fosfor yang
berbentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), yang berguna untuk sumber
energi metabolisme pada sel. Fosfor berbentuk ion yaitu ion fosfat
atau (PO43-), ion ini terdapat dalam bebatuan. Akibat dari
terjadinya erosi dan pelapukan kemungkinan fosfat akan terbawa ke
arah sungai bahkan sampai ke laut yang membentuk sedimen. Sedimen
yang mengandung fosfat bisa naik ke atas permukaan disebabkan
terjadinya geseran gerak dasar bumi. Tumbuhan mengambil fospat yang
masih berbentuk larutan yang berada didalam tanah.
Sumber fosfor yang terdapat dibumi yaitu dari bebatuan, tanaman,
tanah dan bahan organik. Daur fosfor yang berberupa hasil pelapukan
bebatuan dinamakan input, sedangkan outputnya yaitu berupa fiksasi
mineral dab pelindikan yang dapat dihasilkan oleh output
fosfor.
Fosfor dibagi menjadi dua senyawa yaitu fosfat organik antara
lain tumbuhan dan hewan, dan senyawa fosfat anorganik yaitu air dan
tanah.
-
14 Nihla Farida: BIOLOGI_Ekologi Tumbuhan_Gsl_2013-2014
Gambar 21: Siklus Fosfor
Referensi :
Daubenmire. R.F. 1987. Plants and Environment. A Textbook of
Plant Autecology. Third Edition. John Wiley and Sons . New
York.
Dombois, D. M. and H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of
Vegetation Ecology. Wiley International Edition. John Wiley and
Sons. Toronto.
Etherington, J.R. 1982. Environment and Plant Ecology. Second
Edition. John Wiley and Sons. Chichester. Haeruman, H., R. Abidin,
Hardjanto, & E. Suhendang. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat.
Lembaga Penelitian IPB. Bogor.
Hairiah, K. Dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di
Berbagai Macam Penggunaan Lahan. WAC. ICRAF Southeast Asia Regional
Office. Bogor.
Hairston Jr., N. G.; Hairston Sr., N. G. (1993). "Cause-effect
relationships in energy flow, trophic Mabberley, D.J. 1983.
Tropical Rain Forest Ecology. Tertiary Level Biology. Blackie.
Glasgow and London.
Moore, P. D. and S.B. Chapman. 1986. Methods in Plant Ecology.
Second Edition. Blackwell Scientific Publications. Oxford
London
Noss, R. F.; Carpenter, A. Y. (1994). Saving Nature's Legacy:
Protecting and Restoring Biodiversity. Island Press. p.443.
Sudiana, E. 2010. Optimalisasi Pengelolaan Lahan untuk
Pengembangan Hutan Rakyat Berkelanjutan. Universitas Brawijaya.
Malang.