This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS BEDAH MULUT 2
TRANSPLANTASI
KELOMPOK 2
Musdewinda Suciati (04111004017)
Ammelia Piliang (04111004018)
Meity Isriyanti Lestari (04111004019)
Wendy Nadya Vitasani Haloho (04111004020)
MK Zahrah (04111004021)
Egi Utia Asih (04111004022)
Alfa Marojahan Irianto Sinaga (04111004023)
Rini Andriani (04111004024)
Meiza Pratiwi (04111004025)
Miftah Wiryani (04111004026)
Devi Alviani (04111004027)
Rivi Eka Permata Sari (04111004028)
Sischa Ramadhani (04111004029)
Dimas Puja Permana (04111004030)
Rozalia (04111004031)
Rizka Adianti Hutami (04111004032)
PSPDG FK UNSRI
2014
TRANSPLANTASI
A. PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga
mengalami perkembangan di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di
bidang kesehatan yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ
merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang
tidak berfungsi dengan organ dari individu yang lain. Sampai sekarang penelitian
tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor
kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang
transplantasi maju dengan pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus
mengalami peningkatan melebihi ketersediaan donor yang ada.
Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke
manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah
pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau
dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini
ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima.
Beberapa transplantasi yang dilakukan pada bidang kedokteran gigi seperti
transplantasi gigi dan transplantasi tulang (bone graft). Untuk mengembangkan
transplantasi sebagai salah satu cara penyembuhan suatu penyakit tidak dapat
begitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hokum,
atau sosial budaya ikut mempengaruhinya.
B. TRANSPLANTASI
Transplantasi adalah pemindahan jaringan dari satu tempat ke tempat lain
atau dari seorang donor ke seorang resipien1. Dalam bidang kedokteran gigi,
tranplantasi adalah pengambilan gigi dan penempatan kembali dalam posisinya
yang baru di dalam tulang rahang (mandibula atau maksila)1.
Transplantasi adalah perpindahan sebagian atau seluruh jaringan atau
organ dari satu individu pada individu itu sendiri atau pada individu lainnya baik
yang sama maupun berbeda spesies. Saat ini yang lazim di kerjakan di Indonesia
saat ini adalah pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara
hewan ke manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah
pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau
dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini
ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima
dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi
adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh
manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka
pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik11.
Donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau jaringan
tubuhnya kepada orang lain untuk tujuan kesehatan. Donor organ dapat
merupakan organ hidup ataupun telah meninggal. Sedangkan resipien adalah
orang yang akan menerima jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian
lain dari tubuhnya sendiri. Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai life
saving sedangkan transplantasi jaringan dikategorikan sebagai life enhancing.
Transplantasi organ atau jaringan bertujuan mengganti fungsi organ atau
jaringan yang rusak dengan organ atau jaringan yang sehat.
Transplantasi ditinjau dari sudut penyumbang atau donor jaringan
tubuh, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi :
1. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau
organ tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri
tanpa mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau
organ yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang,
serta organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal. Sebelum memutuskan
menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang
dihadapi baik resiko di bidang medis, pembedahan maupun resiko untuk
kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah
dipindahkan. Jika dilakukan pada orang yang sama dimana donor dan resipien
adalah orang yang sama, maka tindakan ini tidak mempunyai implikasi
hukum. Namun akan berbeda jika donor dan resipien adalah orang yang
berbeda, karena tindakan ini melibatkan orang lain yang juga memiliki hak,
maka dengan sendirinya akan memiliki implikasi hukum dan diperlukan
undang-undang yang mengatur.
2. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ
atau jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis
organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki
kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas.
Seperti halnya dengan transplantasi dengan donor hidup yang melibatkan dua
orang yang berbeda, tindakan ini juga berimplikasi hukum. Biasanya organ
terbaik donor jenazah berasal dari jenazah orang yang masih berusia muda
dan tidak mengidap penyakit, maka donor jenazah terbaik biasanya
merupakan korban dari kecelakaan, bunuh diri, maupun pembunuhan. Yang
pada beberapa negara secara hukum berada pada kekuasaan dokter forensik
untuk penyidikan. Di negara tersebut mulai dikembangkan pengambilan
organ atau jaringan tubuh dari donor jenazah di ruang autopsi dilakukan oleh
dokter forensik dengan prosedur aseptik sehingga lebih praktis dan
menghemat biaya. Untuk pengambilan organ atau jaringan tubuh ini dokter
forensik bisa dibantu atau diawasi oleh dokter dari bidang lain sesuai dengan
organ yang akan diambil. Sebelum pengambilan organ dilakukan informed
consent pada jenazah-jenazah tersebut, jika jenazah diketahui identitasnya
maka informed consent didapatkan dari keluarga atau ahli warisnya. Namun
jika tidak diketahui identitasnya, maka jenazah tersebut dianggap milik
negara sehingga dokter forensik dapat mengambil organ atau jaringan tubuh
untuk kemudian diserahkan pada bank organ dan jaringan tubuh.
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1. Autotransplantasi
Autotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat
lain dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan pada
jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat beregenerasi kembali.
Sebagai contoh tindakan skin graft pada penderita luka bakar, dimana kulit
donor berasal dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada bagian kulit
yang rusak akibat mengalami luka bakar.
2. Homotransplantasi
Homotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari
tubuh seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya, pemindahan jantung dari
seseorang yang telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih
hidup.
3. Heterotransplantasi
Heterotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari
spesies berbeda, seperti organ hewan ke organ manusia. Contohnya
pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia untuk mengganti organ
manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi baik.
Dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :
1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup
atau yang sudah meninggal.
2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut
kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu:
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang
hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis,
untuk hidup dengan kekurangan jaringan/ organ.
2. Adaptasi resipien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan/
organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan/
organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat
berfungsi lagi.
Kelemahan dan Keuntungan Transplantasi Organ
Teknik transplantasi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi
orang-orang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Salah satu
transplantasi yang paling sering dilakukan oleh manusia yaitu transfusi darah.
Biasanya dalam melakukan transplantasi organ melibatkan beberapa hal yang
sangat penting yakni:
Pencarian donor yang sesuai
Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan.
Pemakaian obat-obat immunosupresan yang paten
Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
Kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian.
Teknik transplantasi ini merupakan satu-satunya peluang agar orang-orang
yang memiliki kerusakan organ atau organ tersebut tidak dapat bekerja dengan
baik sebagaimana fungsinya.
Transplantasi paling baik dilakukan bila organ atau jaringan penggantinya
berasal dari tubuh sendiri karena memiliki stuktur yang sama sehingga mencegah
terjadinya rejeksi. Akan tetapi, jika organ atau jaringan yang berasal dari orang
lain maka akan memungkinkan seseorang mengalami rejeksi serta komplikasi
yang dapat mengakibatkan kematian.
C. JENIS-JENIS TRANSPLANTASI DALAM KEDOKTERAN GIGI
1. TRANSPLANTASI GIGI
a. Definisi
Transplantasi gigi adalah memindahkan satu gigi dari satu soket
alveolus ke dalam soket lain baik pada satu individu maupun pada
individu yang berbeda3,4.
b. Klasifikasi Transplantasi Gigi
Transplantasi Autogenus
Memindahkan satu gigi dari satu soket alveolus ke soket lain pada
pasien yang sama3,4.
Transplantasi Homogenus
Memindahkan satu gigi dari satu pasien ke pasien lain. Ini dapat
dilakukan segera atau setelah gigi disimpan dahulu dalam media
fisiologis atau dengan cryopreservation3,4. Transplantasi ini dibagi
menjadi 2, yaitu3,4:
Allograft atau allogenic homografts, didapatkan dari pendonor
yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan penerima donor.
Isograft atau isogeneic homografts, didapatkan dari pendonor
yang memiliki hubungan kekerabatan dengan penerima, contoh:
subyek manusia dengan saudara kandung.
Transplantasi Heterogenus
Memindahkan gigi dari satu spesies ke spesies lain (misalnya dari
monyet ke manusia) walaupun proses ini tidak mungkin dilakukan
secara klinis3,4.
c. Indikasi
Transplantasi Autogenus4,5
Indikasi Kriteria Keberhasilan
Tak ada lesi periapikal dan
periodontitis pada resipien.
Gigi melekat relatif kuat.
Gigi yang diganti berindikasi dicabut. Tidak ada rasa sakit
Gigi donor harus sudah ada
akar minimal 3 mm.
Gingiva sekitar normal.
Gigi donor sudah ada bifurkasio. Tidak ada resorbsi tulang.
Gigi donor besarnya sama
atau sedikit lebih kecil daripada gigi
yang diganti.
Tidak ada poket periodontal.
Keadaan umum pasien baik. Tidak ada fistel.
Kebersihan mulut baik. Tidak ada resorbsi akar gigi.
Tidak ada lesi periapikal.
Ada membran periodontal.
Ada pertumbuhan akar.
Transplantasi autogenus biasanya dilakukan pada molar tiga atau
premolar. Tempat untuk gigi kaninus atau insisif yang kosong karena
gigi tidak ada secara kongenital atau karena gigi-gigi itu dicabut
akibat karies ataau trauma, periodontitis, atau impaksi, sering
merupakan tempat penerima (resipien) bagi premolar yang
ditransplantasikan. Gigi posterior biasanya diganti karena gigi tersebut
rusak berat akibat karies atau kecelakaan prosedur4.
Gigi yang akan ditransplantasikan harus memiliki mahkota yang
utuh idealnya dengan akar yang pertumbuhannya belum selesai yang
panjangnya kira-kira hampir sama dengan panjang mahkota walaupun
gigi yang akarnya sudah lebih berkembang juga bisa merupakan
kandidat transplantasi4. Dimensi donor harus sama dengan resipien.
Akar yang belum matang biasnya mengandung sarung epitel akar
sehingga daya tahan pulpa dan pembentukan akarnya dapat terus
berlanjut. Transplantasi gigi donor yang akarnya belum tumbuh
sempurna seperti itu umumnya lebih mudah dan prognosisnya lebih
baik, jaringan pulpanya pun sering dapat bertahan hidup4.
Transplantasi Homogenus4,5
Indikasi Kriteria Keberhasilan
Tidak ada lesi
periapikal pada resipien.
Gigi melekat relatif kuat.
Tak ada peradangan akut
periodontium.
Tidak ada rasa sakit.
Gigi yang diganti berindikasi
dicabut.
Gingiva sekitar normal.
Resipien bisa berupa soket baru,
bisa juga berupa tulang edentolus
yang ketinggian dan ketebalannya
mencukupi.
Tidak ada resorbsi tulang.
Donor bebas dari
penyakit menular (hepatitis, AIDS).
Tidak ada poket periodontal.
Gigi resipien sama atau lebih
kecil dari pada gigi donor.
Tidak ada fistel.
Keadaan umum pasien baik. Tidak ada resorbsi akar gigi.
Kebersihan mulut pasien baik. Tidak ada lesi periapikal.
Terjadi perlekatan yang kuat
dengan tulang.
Indikasi Transplantasi Berdasarkan Kriteria Donor dan Resipien5
Gigi Donor Resipien Indikasi dan
Prognosis
Premolar maksila Agenesis sites
(premolar kedua
mandibula)
Jika gigi premolar
maksila diekstraksi
untuk perawatan
ortodonti, dapat
digunakan untuk
transplant gigi
premolar kedua
mandibula. prediksi
yang pasti dan
pembentukan akar
masih dalam
penelitian.
Premolar (utamanya
premolar satu
mandibula karena
anatomi akarnya,
pilihan kedua adalah
premolar kedua
maksila. Premolar saru
maksila tidak
direkomendasikan
karena memiliki akar
divergen
Regio anterior
maksila
Disarankan untuk
anak-anak yang
mengalami
kehilangan gigi
karena kecelakaan.
Penelitian
menunjukkan hasil
yang baik untuk
jangka panjang.
Molar ketiga Molar pertama atau
kedua
Karies gigi berat,
masalah endodontic
atau juvenile
Agenesis site (regio
premolar kedua)
periodontitis.
Sangat perlu evaluasi
yang akurat jarak
mesiodistal resipien.
75% transplant
berhasil untuk jangka
waktu lama.
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi sistemik untuk transplantasi sama dengan yang
diterapkan untuk replantasi internasional. Pertimbangan lokalnya adalah
faktor anatomis yang dapat menghalangi transplantasi4. Contohnya,
linggir alveolus yang relatif sempit tidak akan dapat menerima molar
dengan akar yang divergen. Kontraindikasi lainnya adalah oral hygiene
buruk dan kelainan patologis di soket penerima4.
e. Syarat Transplantasi untuk Sukses4
Tulang harus sehat, jaringan sekitar harus bebas dari inflamasi.
Lokasi resipien harus pas dimensinya mesiodistal dan buccolingual.
Transplantasi dilakukan pada saat ekstraksi atau segera sesudahnya,
menghindari penurunan tulang alveolar.
Waktu yang paling baik untuk menggambil gigi donor ketika formasi
akar adalah setengah sampai dua pertiga selesai (3-5 mm pertumbuhan
apikal-mahkota). Transplantasi gigi yang terlalu imature tidak boleh.
Fiksasi gigi yang ditransplantasi tidak direkomendasikan lebih dari 4
minggu.
f. Kriteria Penerima dan Donor Gigi
Kriteria Calon
Calon harus dalam kesehatan yang baik, mampu mengikuti
instruksi pasca operasi, dan bersedia untuk melakukan kunjungan
kembali6. Kebersihan mulut harus baik dan pasien dapat melakukan
perawatan gigi yang teratur. Yang terpenting, pasien harus memiliki
tempat yang cocok dan gigi penerima donor. Diperlukan kerja sama
pasien6.
Kriteria Daerah Penerima
Kriteria yang paling penting bagi keberhasilan bagi daerah
penerima adalah kecukupan dukungan tulang. Harus ada cukup
dukungan tulang alveolar pada semua dimensi dengan jaringan keratin
yang cukup melekat untuk memungkinkan stabilisasi gigi
transplantasi. Selain itu, situs penerima harus bebas dari infeksi akut
dan peradangan kronis6.
Kriteria Donor Gigi
Gigi donor harus diposisikan seperti ekstraksi. Morfologi akar
abnormal, yang membuat pencabutan gigi sangat sulit dan mungkin
melibatkan pemisahan gigi, merupakan kontraindikasi untuk operasi
ini6. Gigi dengan apeks terbuka atau tertutup mungkin dapat dijadikan
donor, namun hasil yang paling ditebak diperoleh dari gigi yang
memiliki satu-setengah atau dua-pertiga perkembangan akar.
Selanjutnya, gigi dengan pembentukan akar lengkap akan memerlukan
terapi saluran akar, sedangkan gigi dengan apeks terbuka harus tetap
diperhatikan perkembangan akar setelah transplantasi. Dalam kasus
lain, transplantasi sukses tanpa membutuhkan terapi endodontik lebih
lanjut6.
g. Persiapan Sebelum Transplantasi
Pemerikasaan laboratorium (urine dan darah)
Fungsi hepar perlu dilakukan pemeriksaan sebelumnya karena
fungsi tersebut menentukan imunitas organ tersebut. Golongan darah
harus berasal dari rhesus yang sama4.
Pemeriksaan tambahan4
Pemeriksaan sistem imunitas
Pemeriksaan RO foto terutama pada transplantasi tulang
Organ-organ yang dipindahkan tidak lebih dari 18 jam kecuali
jika disimpan di Bank transplantasi. Yang terbaik 1-6 jam.
Anamnesis4
Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
Alergi
Perawatan yang sedang berjalan
Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
Perhatikan motivasi dan tingkat kekooperatifan pasien
h. Seleksi Gigi
Gigi yang paling sering digunakan untuk transplantasi gigi adalah
gigi premolar, kaninus, insisivus (terutama gigi insisivus yang berlebih)
dan gigi molar ketiga9. Gigi premolar paling cocok untuk transplantasi
insisivus rahang atas dan biasanya sangat cocok untuk pasien yang masih
muda. Premolar pertama mandibular merupakan pilihan pertama untuk
transplantasi regio insisivus maksila karena kecocokan morfologi, ukuran
dan memiliki akar tunggal. Terkadang diperlukan rotasi gigi premolar
untuk meningkatkan lebar mesiodistal. Gigi-gigi ini dapat dimodifikasi
untuk membentuk menjadi gigi insisivus menggunakan porselen, veneer,
komposit dan mahkota. Secara teori, meskipun semua gigi dapat dijadikan
gigi donor, tetapi yang paling sering dipakai adalah gigi premolar pada
rahang yang crowded dan gigi insisivus yang berlebih9.
Gambar 1. (a-e) Dua gigi premolar mandibular yang crowded
ditransplantasikan ke soket insisivus sentral yang mengalami trauma (gigi
11). Dilakukan stabilisasi dan restorasi untuk memperbaiki estetik.
i. Teknik Klinis
Transplantasi melibatkan empat tahap: (1) di daerah resipien,
pencabutan dan/ atau bedah persiapan soket yang akan menerima
transplant, (2) pencabutan dan peletakan transplant, (3) stabilisasi, dan
kemudian (4) perawatan saluran akar (bila diperlukan) 4.
Persiapan Soket
Preparasi pada soket di daerah resipien disesuaikan dengan bentuk
transplant serta kapan transplantasi dilakukan. Bila morfologi akar dan
panjangnya sesuai dan pencabutan dilakukan pada kunjungan yang
sama, soket resipien hanya perlu preparasi minimal. Bila transplantasi
dilakukan pada kunjungan yang berbeda dengan persiapan soket, atau
bila besar soket dan besar transplant tidak cocok, soket harus dibentuk
dahulu. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan menggunakan henpis
listrik berputaran rendah dan irigasi salin yang banyak. Besar soket
diukur dan dibandingkan dengan ukuran tansplant memakai sonde
peridontium dan paskan soketnya dengan pembedahan. Gigi
diletakkan secara hati-hati dan distabilkan4.
Bila daerah penerima transplant sudah tidak bergigi lagi, jaringan
lunak maupun jaringan kerasnya harus dipreparasi dahulu. Angkat
plaf dengan ketebalan penuh dari tulang alveolus bagian bukal dan
lingual. Buang jaringan tulangnya (seperti pada preparasi soket), agar
transplantasi tepat secara pasif tetapi erat di dalam soket4.
Pencabutan
Pencabutan harus dilakukan sedapat mungkin tanpa menimbulkan
trauma agar serabut dan sel-sel ligament periodontiumnya tetap
terpelihara. Setelah pencabutan lokasi donor harus dirawat secara hati-
hati. Gigi yang akan ditransplantasikan dijaga tetap lembab dengan
membungkus dan menempatkannya di dalam kasa yang dibasahi
dengan larutan salin4.
Transplantasi
Soket yang telah dipersiapkan dicuci dengan salin steril. Gigi
dengan hati-hati diletakan di dalam soket dan plaf dijahit rapat4.
Stabilisasi
Bila gigi yang dittransplantasikan terlihat goyang (biasanya
demikian) atau bila perdarahan yang terus menerus menyebabkan
supraerupsi, lakukan stabilisasi untuk menjaga agar gigi tetap pada
posisinya, seperti pada replantasi. Cara lain adalah dengan menjahit
bagian oklusal dan memberi pack periodontium. Kasus-kasus tertentu
memerlukan splin rumit jangka panjang seperti pengawatan disertai
komposit adhesif4.
Gambar 2. Stabilisasi gigi yang ditransplantasi dengan splinting9
j. Transplantasi Gigi Autogenus
Transplantasi gigi manusia dari satu individu ke individu yang lain
telah digambarkan sebagai suatu kemungkinan yang teoritis pada awal
tahun 1953. Setelah perkembangan waktu, transplantasi gigi menjadi
perbincangan yang kontroversi tentang etika dan moral, pengetahuan
tentang perbaikan, regenerasi dan penolakan jaringan, kemungkinan
infeksi silang bakteri dan penularan penyakit dari gigi pendonor pada
homogenous dan heterogenous transplantasi gigi. Namun, transplantasi
gigi dapat berasal dari dirinya sendiri (autogenous) sehingga hal yang
menjadi kontroversi tersebut dapat dihindarkan.7
Transplantasi autogenous gigi telah dilakukan dengan berhasil
selama beberapa tahun terakhir seiring dengan perkembangan teknik
bedah transplantasi. Transplantasi autogenous gigi dapat dilakukan dalam
berbagai kondisi klinis gigi, hal ini dihubungkan dengan pemilihan teknik
bedah yang akan mempengaruhi hasil akhir dari tindakan bedah. Tipe
dasar dari variasi transplantasi autogenous gigi adalah sebagai berikut:3
Surgical Repositioning
Prosedur bedah ini memaksa gigi secara torque dan berpindah ke
arah yang baru setelah sebelumnya dilakukan osteotomi untuk
mempersiapkan space tulang alveolus untuk tempat reposisi gigi.
Reimplantation
Prosedur untuk mengembalikan gigi yang avulsi atau gigi yang
terekstraksi dikembalikan pada tulang alveolusnya. Dalam kasus
reimplantasi gigi yang avulsi pada gigi dengan akar belum terbentuk
sempurna diharapkan dapat mempertahankan pulpa dalam keadaan
vital dan tetap dapat berfungsi.
Tooth Transplantation
Prosedur melibatkan transplantasi gigi asli yang dipindahkan
secara utuh dari soket pendonor dan ditransplantasikan ke posisi yang
lain (biasanya dari gigi molar tiga ke posisi molar pertama).
Menyeleksi suatu kasus merupakan hal yang penting. Panjang akar
yang optimal kira-kira 3-5 mm dari apikal ke mahkota. Teknik yang dapat
diterima untuk mempersiapkan recipient socket site untuk
mentransplantasi gigi yaitu dengan melebarkan socket dan menghilangkan
tulang interseptal dengan bur. Hindarkan kerusakan jaringan lunak dari
kantung akar (root sac) selama instrumentasi. Gigi donor ditempatkan
pada recipient site dibawah oklusi dan stabilkan dengan splint akrilik atau
dengan ligature wire melintasi oklusal gigi donor. Teknik lain, tidak
ditempatkan splint akrilik maupun ligature wire atau gingival pack3.
Prosedur transplantasi gigi molar 3 mengalami keberhasilan lebih
dari 50% dari total kasus selama 5 tahun3,5. Kegagalan pembentukan akar
gigi setelah transplantasi dapat terbentuk sequela, namun transplantasi gigi
dapat menjadi stabil dengan membran periodontal sehat dan tetap bertahan
selama beberapa tahun, bahkn pada saluran akar yang sempit. Resorpsi
akar terjadi pada sekali waktu pada gigi mature maupun pembentukan akar
yang belum sempurna3.
Fenomena resorpsi akar pada transplantasi gigi secara umum
dianggap oleh beberapa peneliti berhubungan dengan degradasi dari
material organik pada akar tersebut selama transplantasi. Pendapat lain
menyatakan bahwa keberadaan ligament periodontal pada akar gigi akan
menghalangi resorpsi akar dan melindungi permukaan akar dari lisis. Pada
studi penemuan, gigi yang ditransplantasikan saling berhubungan dengan
tulang pada sekeliling akar gigi transplantasi, sehingga penyelidikan ini
gagal menunjukan bahwa periodontal membran utuh dan sekeliling tulang
periradikular tetap kuat dari kemungkinan resorpsi akar akibat
transplantasi gigi. Meskipun subjek telah dilakukan investigasi secara luas,
masih diperlukan banyak penelitian untuk sistem imun, fisiologi dari
perbaikan tulang, dan resorpsi tulang sebelum ada peningkatan tanda
klinis3.
Contoh transplantasi dari gigi molar ketiga mandibula ke gigi molar
pertama mandibula
Gambar 3. Gigi molar pertama yang akan digantikan dengan gigi molar
ketiga
Gambar 4. Gigi molar ketiga dikeluarkan dari soket
Gambar 5. Dilakukan pengangkatan gigi molar ketiga.
Gambar 6. Gigi molar pertama diangkat dan dibuang secara hati-hati.
Gambar 7. Penempatan molar tiga pada resipient site dibawah permukaan
oklusal gigi tetangga (sebelumnya telah dilakukan ekstraksi gigi molar
satu).
Gambar 8. Pemasangan ligature wire menyilang pada oklusal gigi donor.
Gambar 9. Pemasangan ligature wire menyilang pada oklusal gigi donor.
Gambar 10. Ditutup dengan gingival pack.
Semua prosedur diatas biasanya digunakan pada gigi yang
bentuknya tidak sempurna dengan apeks terbuka dan jaringan pulpa vital
yang dapat membentuk dentin. Namun teknik diatas dapat juga dilakukan
pada gigi yang bentuknya sempurna dengan perawatan saluran pulpa3.
Gambar 11. Teknik transplantasi dari gigi molar ketiga bawah ke gigi
molar pertama bawah.
Gambar 12. Gambaran klinis sebelum dan sesudah tranplantasi
gigi.
Contoh transplantasi dari gigi premolar maksila ke gigi insisivus
sentral maksila
Gambar 13. Gigi premolar yang ditansplantasikan menjadi gigi insisivus
sentral atas.
Gambar 14. Soket dilebarkan dengan bur bedah, lalu dibilas dengan
larutan salin.
Gambar 15. Mengetes ukuran soket dengan replica gigi premolar.
Gambar 16. Gigi premolar kedua atas.
Gambar 17. Pemasangan gigi transplant dengan sudut 45o untuk
mendapat lebar servikal.
Gambar 18. Lakukan splin pada gigi yang ditansplantasi lalu evaluasi
melalui pemeriksaan radiografi.
Gambar 19. Transplantasi selesai, lalu dilakukan grinding dan direstorasi
untuk menjaga estetik.
k. Tindak Lanjut
Pasien hendaknya diberi petunjuk konvensional pasca-bedah.
Pasien harus kembali dalam waktu 7 sampai 10 hari untuk evaluasi
penyembuhan dan pengangkatan split. Bila gigi transplantasi mempunyai
akar yang belum sempurna evaluasi radiografi dilakukan pada interval 3
sampai 6 bulan untuk memonitor pertumbuhan akarnya. Pertumbuhan
yang terhenti dan adanya gambar lesi resorpsi merupakan tanda bahwa
pulpa telah nekrosis dan memerlukan perawatan saluran akar9.
Gigi dengan akar yang sudah selesai pertumbuhannya harus
dirawat saluran akarnya segera setelah transplantasi. Caranya sama seperti
yang dipakai untuk gigi avulsi akibat trauma yang kemudian di
replantasikan. Setelah stabilisasi saluran akar harus dibersihkan, dibentuk,
diobturasi, dan direstorasi. Peletakan hidroksida kalsium mungkin tidak
perlu9.
l. Evaluasi
Untuk beberapa tahun lamanya gigi transplantasi mungkin tidak
menunjukan tanda-tanda kegagalan. Oleh karena itu, lakukanlah evaluasi
klinis dan radiologis minimal 5 tahun untuk melihat ada tidaknya
kelainan9.
Instruksi pada Pasien
Kompres dengan es 10 menit, selama 20 menit.
Tidak merokok.
Jangan menarik bibir untuk melihat jahitan.
Hindari sikat gigi pada daerah operasi.
Makan makanan lunak dan hindari mengunyah langsung pada
daerah operasi.
Hindari makanan panas/ dingin.
Hindari latihan fisik berat.
Tidak kumur-kumur dengan kuat.
Dapat berkumur setelah 24 jam.
Follow-up9
1 minggu : suture removal + foto radiograft periapikal untuk
melihat perkembangan.
4 minggu : gigi dengan pembentukan akar yang telah sempurna
atau gigi dengan tanda perubahan patologis à rawat endo dengan
kalsium hidroksida
Jika tidak ada perubahan patologis : kontrol 12 minggu kemudian.