SKENARIO 3
Menggigil disertai Demam
Tn C, laki-laki, 35 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan
utama demam sejak satu minggu lalu. Demam di rasakan setiap dua
hari sekali. Setiap kali demam didahului menggigil dan diakhiri
berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti biasa. Beliau baru
kembali dari melakukan studi lapangan di Sumatera Selatan selama
dua minggu. Setelah melakukan pemeriksaan sediaan apus darah tepi,
dokter mengatakan beliau terinfeksi Plasmodium vivax.
Sasaran Belajar
LO 1. Memahami dan menjelaskan Plasmodium1.1Klasifikasi
Plasmodium1.2Hospes Plasmodium1.3Daur Hidup Plasmodium1.4Morfologi
PlasmodiumLO 2.Memahami dan menjelaskan penyakit
malaria2.1Definisi2.2Etiologi2.3manifestasi2.4
Patogenesis2.5Komplikasi2.6Diagnosis2.7 Diagnosis Banding2.8
Pemeriksaan Fisik2.9 Pemeriksaan PenunjangLO 3.Memahami dan
menjelaskan vector malaria3.1Morfologi3.2Siklus Hidup Nyamuk
Anopheles 3.3KlasifikasiLO 4.Memahami dan menjelaskan farmakologi
dan tata laksana malaria4.1Pengobatan dan pencegahan
malaria4.2Klasifikasi Biologi Obat Malaria4.3Obat malaria untuk
pengobatan dan pencegahan berdasarkan struktur kimia4.4Penggunaan
obat malaria4.5Resistensi parasit malaria terhadap obat malariaLO
5.Pencegahan malaria5.1 Pencegahan5.2Gebrak malaria
LO 1 Memahami dan Menjelaskan Plasmodium
1.1Klasifikasi Plasmodium Plasmodium merupakan genusprotozoa
parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai
malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus
hidupnya: vektornyamukdan inang vertebrata.
Taksonomi dari Plasmodium.
Kingdom : ProtistaKelompok : Protozoa Phylum: ApicomplexaKelas:
CoccidiaOrdo: EucococidioridaFamily: PlasmodidaeGenus: Plasmodium
sp.
Terdapat 4 spesies: Plasmodium falciparum Plasmodium vivax
Plasmodium malariae Plasmodium ovale
1.2Hospes PlasmodiumSecara teknis, sebagi hospes definitif dari
Plasmodium sp adalah hewan invertebrata yaitu nyamuk karena
reproduksi sexual terjadi disini. Sedangkan reproduksi asexual
terjadi pada hospes vertebrata termasuk manusia disini disebut
hospes intermediet. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa gametocyt
terbentuk dalam darah vertebrata dan fertilisasi terjadi di dalam
lambung nyamuk. Dari hal tersebutlah yang menunjukkan bahwa
vertebrata masih merupakan hospes definitif.
1.3Daur Hidup PlasmodiumFase vertebrataBila nyamuk terinfeksi
Plasmodium menghisap darah vertebrata, nyamuk menginjeksikan air
ludahnya (saliva) yang berisi sporozoit yang kecil dan memanjang
masuk kedalam aliran darah. Pada dasarnya sporozoit bentuknya mirip
dengan Emeria atau parasit coccidia dengan panjang 10-15 um dan
diameter 1 um.Begitu masuk aliran darah sporozoit langsung
menghilang dalam waktu 1 jam. Ternyata mereka masuk kedalam
parenchym hati atau organ internal lainnya. Fase ini disebut fase
Pre erytrocytic atau exoerytrocytic primer (schizogony). Begitu
masuk kedalam sel hati, parasit bermetamorfosis menjadi trophozoit.
Trophozoit memakan cytoplasma dari sel hospes secara pynositosis.
Setelah sekitar 1 minggu, trophozoit menjadi masak dan mulai
mengalami proses scizogony. Sejumlah anak nuclei terbentuk dan
berubah bentuk menjadi schizont yang disebut Merozoid. Dalam masa
pembelahan inti, membrana nukleus tetap utuh. Mitokondria membesar
pada saat terjadi perkembangan trophozoit menjadi banyak
mitokondria. Merozoit yang terbentuk terjadi setelah proses
cytokinesis. Merozoit lebih pendek daripada sporozoit. Merozoit
masuk ke sel hati lainnya dan membentuk schizont dan kemudian
membentuk merozoit lagi.Merozoit meninggalkan sel hati berpenetrasi
ke dalam sel erytrocyt, ini adalah awal fase erytrocytic. Begitu
masuk erytrocyt, merozoit berubah bentuk menjadi trophozoit lagi.
Cytoplasma sel darah dimakan dan membentuk vacuola cincin
cytoplasma dengan nukleus berada dipinggirnya. Pada saat trophozoit
tumbuh, vacuola menjadi tidak jelas, tetapi terlihat granula pigmen
dari hemozoin dari vacuola. Hemozoin adalah produk dari digesti
parasit asal hemoglobin dari hospes tetapi bukan degradasi dari
bagian hemoglobin.Parasit cepat berkembang menjadi schizont.
Bilamana perkembangan merozoit telah sempurna, maka sel pecah
kemudian keluar sel metabolik dari parasit dan residu dari sel
hospes termasuk hemozoin. Banyak merozoit dibunuh oleh sel reticulo
endothelial dan leucocyt, tetapi masih ada sejumlah merozoit yang
berparasit dalam sel hospes.Setelah beberapa generasi proses
reproduksi asexual tersebut, beberapa merozoit masuk kedalah sel
erytrocyt dan membentuk Macrogametocyt dan microgametocyt,
berbentuk agak pipih dan mengandung hemozoin. Gametocytogenesis
mungkin juga terjadi dalam hati. Bila tidak termakan nyamuk,
gametocyt segera akan mati atau dimakan oleh sel phagocyt dalam
sistem reticulo endothelial.
Fase invertebrataBila erytrocyt yang mengandung gemetocyt
dihisap oleh nyamuk yang bukan vektor (tidak cocok), maka darah
akan didigesti dan parasit akan mati. Tetapi bila dihisap oleh
nyamuk vektor (cocok) maka gametocyt berkembang menjadi gamet.
Secara alami hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hospes yang
cocok pada parasit Plasmodium adalah nyamuk Anopheles spp. Setelah
keluar dari erytrocyt, macrogametocyt masak dan menjadi macrogamet.
Dilain pihak microgamet berubah bentuk menjadi exflagelasi. Begitu
microgamet menjadi extraseluler, dalam waktu 10-12 menit, nucleus
membelah diri menjadi 6-8 anak nuclei, dimana setiap nuclei
berkembang menjadi axonema. Pada saat dinding microgamet pecah
setiap flagella yang mengandung nuclei bergerak keluar bebas
mencari macrogamet dan berpenetrasi sehingga terjadi fertilisasi.
Hasilnya adalah zygot diploid yang dengan cepat berkembang menjadi
ookinete yang motil dengan bentuk yang memanjang. Ookinete
berpenetrasi ke membran periothropic dinding usus nyamuk,
bermigrasi ke haemocel usus dan berubah bentuk menjadi oocyt. Oocyt
ditutupi oleh capsul segera setelah keluar dari haemocel. Selama
perjalanannya tersebut zygot membelah diri secara haploid dengan
banyak inti sel disebut mitokondria dan inclusion lainnya.
Sporoblast membelah menjadi ribuan sporozoit. Sporozoit ini memecah
oocyst dan keluar bermigrasi dalam tubuh nyamuk, kemudian masuk
kedalam kelenjar ludah nyamuk menunggu untuk diinjeksikan ke hospes
vertebrata.
Gambar 1.1. Siklus hidup Plasmodium sp.
1.4 Morfologi Plasmodium
Spesies-spesies Plasmodium yang terdapat didalam sel darah
merah, dapat dibedakan Morfologi bentuk-bentuk stadiumnya yang khas
bentuknya, yaitu bentuk trofozoit, skizon dan dan bentuk gametosit.
Stadium trofozoit., Plasmodium mempunyai trofozoit yang berbeda
bentuknya antara stadium yang masih baru terbentuk (trofozoit muda,
early trophozoite) dan pada stadium yang lanjut (trofozoit lanjut,
late trophozoite). Trofozoit muda Plasmodium vivax mula mula
berbentuk cincin yang mengandung bintik bintik basofil, kemudian
berkembang menjadi trofozoit yang berbentuk amuboid yang mengandung
bintik bintik schuffner. Pada trofozoit lanjut, selain tampak
adanya pigmen parasit sering ditemukan lebih dari satu parasit
(double infection) di dalam satu sel eritrositnya. Plasmodium
falciparum mempunya trofozoit muda yang berbentuk cincin yang
mempunyai inti dan tampak sebagian dari sitoplasma parasit berada
di bagian tepi eritrosit (bentuk ini disebut accole atau form
applique). Sering juga ditemui satu sel eritrosit diinfeksi oleh
lebih dari satu parasit yang mempunyai bintik kromatin ganda.
Trofozoit lanjut mengandung bintik bintik Maurer. Plasmodium
malariae trofozoit muda berbentuk cincin dan eritrositnya tidak
membesar. Trofozoit lanjut nya memiliki memiliki bentuk yang khas
seperti pita (band-form) dan terdapat titik Ziemann. Trofozoit
Plasmodium ovale bentuknya mirip dengan trofozoit Pl. vivax, bentuk
khas eritrosit yang terinfeksi parasit ini yaitu selain agak
membesar ukurannya juga eritrosit mempunyai bentuk yang tidak
teratur dan bergerigi. Bentuk skizon setiap spesies Plasmodium
mempunyai berbeda ukuran dan jumlahnya maupun susunan merozoitnya.
Khusus pada Plasmodium malariae skizon berukuran sekitar 7 mikron,
bentuknya teratur dan mengisi penuh eritrosit yang terinfeksi.
Skizon mempunyai merozoit berjumlah 8 buah yang tersusun seperti
bunga mawar (roset). Selanjutnya stadium gametosit. Plasmodium
vivax mempunyai bentuk gametosit yang lonjong atau bulat, dengan
eritrosit yang membesar ukurannya dan mengandung bintik bintik
Schuffner. Gametosit Plasmodium falciparum mempunyai bentuk khas
seperti pisang, dengan ukuran panjang gametosit lebih besar dari
ukuran diameter eritrosit. Plasmodium malariae mempunyai gametosit
yang berbentuk bulat atau lonjong dengan eritrosit yang tidak
membesar. Gametosit Plasmodium. ovale lonjong bentuknya, eritrosit
yang terinfeksi parasit ini berukuran normal, agak membesar atau
sama dengan ukuran gametosit. Terdapat bintik Schuffner pada
eritrosit yang terinfeksi
Gambar 1.2. Morfologi Plasmodium sp.
LO 2 Memahami dan menjelaskan penyakit malaria
2.1DefinisiMalaria adalah penyakit infeksi parasit yang
disebabkan oleh Plasmodium sp. yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukan bentuk aseksual dalam darah. Malaria
dapat berlangsung akut ataupun kronik, tanpa komplikasi atau dengan
komplikasi (malaria berat ).
2.1EtiologiMalaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif.
Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja
atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya
adalah tengah malam sampai fajar.
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies:
Plasmodium vivax Plasmodium vivax Plasmodium falciparum Plasmodium
malariae
Selain oleh gigitan nyamuk, malaria dapat ditularkan melalui
transfuse darah yang tercemar atau dari ibu hamil kepada
bayinya.
2.3Manifestasi KlinisMasa inkubasi malaria berkisar antara 9 -
30 hari. Gejala kliniknya dikenal sebagai trias malaria yang
terdiri dari demam, anemia dan splenomegali.
DemamDemam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang(sporulasi). Pada malaria tertiana (Plasmodium vivax dan
Plasmodium vivax),pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas
demamnya setiap hari ke-3,sedangkan malaria kuartana (Plasmodium
malariae) pematangannya tiap 72jam dan periodisitas demamnya tiap 4
hari. Tiap serangan ditandai denganbeberapa serangan demam
periodik. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu
menggigil (15 menit-1 jam), puncak demam (2-6 jam), danberkeringat
(2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat
beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respons imun.
SplenomegaliSplenomegali merupakan gejala khas malaria kronik.
Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena
timbunan pigmen eritrositparasit dan jaringan ikat yang
bertambah
AnemiaDerajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang
paling berat adalah anemia karena Plasmodium falciparum. Anemia
disebabkan oleh:1)Penghancuran eritrosit yang
berlebihan.2)Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time).3)Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sum-sum tulang (diseritropoesis)
2.4PatogenesisPatogenesis malaria berat dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu pejamu (host), agen (agent),dan lingkungan
(environment).
Dari sisi agen, parasit malaria, protein Pf EMP-1 (Plasmodium
falciparum erythrocyte membrane protein-1) diduga berperan penting
dalam patogenesis malaria. Protein tersebut diekspresikan pada
eritrosit yang terinfeksi parasit. Protein ini berperan dalamproses
cytoadherens yaitu sekuestrasi di mikrosirkulasi, rosseting, dan
aggregasi eritrosit terinfeksi dengan trombosit. Proses-proses
tersebut mengakibatkan obstruksi mikrosirkulasi yang kemudian
mengakibatkan gangguan fungsi organ.
Dari sisi pejamu, yang berperan dalam patogenesis adalah sitokin
pro-inflamasi (TNF- dan IFN-). Sitokin itu secara tidak langsung
menghambat perkembangan parasit. Akan tetapi, tingginya sitokin
dalam suatu organ akan mengganggu fungsi organ tersebut, baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan cara meningkatkan
ekspresi dari molekul adhesi sehingga memacu proses cytoadherens
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Manusia : Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah
manusia, sporozoit berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam
peredaran darah manusia selama setengahjam. Setelah itu akan masuk
kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Demam : Mulai timbul saat pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen akan merangsang
makrofag, monosit, atau limfosit yang mengeluarkan berbagai sitokin
(al: tumor nekrosis faktor TNF). TNF akan di bawa ke hipotalamus
(pusat pengatur suhu) dan terjadi demam
2.5KomplikasiKomplikasi malaria umumnya di sebabkan oleh
plasmodium falciparum dan sering di sebut pernicious
manifestations. Sering terjadi mendadak dan tanpa gejala-gejala
sebelumnya dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun dan
wanita hamil. Komplikasi sering terjadi 5-10% dan 20% merupakan
kasus yg fatal. Malaria dengan komplikasi umumnya di golongkan
sebagai malaria berat yang menurut WHO di golongkan sebagai infeksi
plasmodium falciparum dengan 1 atau lebih komplikasi sebagai
berikut:
1. Malaria serebal (coma) Yang tidak di sebabkan oleh penyakit
lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang penurunan
kesadaran harus di lakukan penilaian berdasarkan GSC ialah di bawah
7 atau equal dengan keadaan klinis soporous. Sebagian penderita
terjadi ganguan kesadaran yang lebih ringan seperti apati somonolen
delirium dan perubahan tingkah laku,k ejang kaku kuduk dan
hemiparese dapat terjadi walau cukup jarang. Dalam pemeriksaan
divergen, pupil ukuran normal dan reaktif, funduskopi normal atau
dapat terjadi pendarahan ,sedangkan anal reflex dapat hilang.
Keadaan ini sering di sertai dengan hiverpentilasi. Lama koma pada
orang dewasa 2-3 hari dan pada anak 1 hari. Diduga pada malaria
serebral terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga
terjadi anoksia otak. Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit
yng mengandung parasit sulit melalui pembuluh kapiler proses
sitoaderensi dan sekuekstrasi parasit.
2. Gagal ginjal Kelainan fungsi ginjal pada penderita orang
dewasa. Kelainan ini dapat pre renal karena dehidrasi dan hanya
5-10% di sebabkan oleh nekrosis tubulus akut. Ganguan ini diduga
karena anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat
sumbatan kapiler sebagai akibat penurunan filtrasi pada glomerulus.
Secara klinis dapat terjadi fase oliguria atau pun poliuria.
Pemeriksaan urin yang di perlukan yaitu urin mikroskopik, berat
jenis urin , natrium, kalium, ureum, kreatinin, analisa gas darah
,produksi urin. Beberapa resiko yang dapat menyebabkan Gagal Ginjal
Akut adalah hiperparasitemia , hipotensi, ikterus, hemoglobinuri.
dan ditandai dengan penurunan kesadaran berupa apatis,
disorientasi, somnolen, stupor, spoor, koma.dan terdapat ganguan
metabolism seperti asidosis, hipoglikemia, terjadi karena proses
patologis.
3. Kelainan hati (Malaria biliosa)Jaundice atau ikterus di
jumpai pada infeksi malaria falsiarum.
4. HipoglikemiaKeadan terminal pada binatang sebagai malaria
berat. Hal ini di sebabkan karena kebutuhan metabolic dari parasit
telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat
tanpa gejala pada penderita dengan keadan umum yang berat artaupun
penurunan kesadaran. Penyebab hipoglikemi karena pemberian terapi
kina yg bnyak, kegagalan glukogeneogenesis pada penderita dengan
ikterik, hiperparasitemia oleh karena parasit mengkonsumsi
karbohidrat, dan pada malaria tanpa komplikasi hipoglikemia dapat
terjdi dan sulit di obati secara konvensionil karena hipoglikemia
yg persisten karena hiperinsulinemia akibat kina.
5. Blackwater Fever (Malaria Haemoglobinuria)Suatu syndrome
dengan gejala dengan karakteristik serangan akut, menggigil, demam,
hemolisis, intravascular, hemoglubinuri, dan gagal ginjal. Terjadi
karena p.falcifarum yang tidak imun yang beulang-ulang dapat
terjadi pada penderrita tanpa kekurangan ansim G-6-PD dan parasit
falsifarum atau pun dengan penderita kekurangan G-6-PD yg biasanya
disebabkan pemberian Primakuin.
6. Malaria AlgidTerjadi syok paskular ditandai dengan hipotensi,
perubahan pertahan perifer dan berkurangnya ferfusi jaringan,
gambaran klinik berupa perasaan dingin, basah kulit, temperatur
rektal tinggi, kulit tidak elastic, pucat pernapasan dangkal, nadi
cepat, tekanan darah turun, tekanan sistolik tidak teratur sering
dikaitkan dengan septisemia gram negative.
7. Kecenderungan pendarahanPendarahan spontan berupa pendarahan
gusi, epistaksis, pendarahan di bawah kulit petakie, purpura,
hematoma, dapat terjadi sebagai komplikasi malaria tropika.
Pendarahan ini dapat terjadi karna trombositopenia karena pengaruh
sitokinin atau gangguan koagulasi intravaskuler atau gangguan
fungsi hati.
8. Edema paruSering terjadi pada malaria dewasa dan jarang
terjadi pada anak. Komplikasi paling berat di banding malaria
tropika dan sering menyebabkan kematian. Dapat terjadi karena
kelebihan cairan atau adult respiratory distress syindrom,
kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemi, hipotensi, asidosis,
dan uremi. Adanya peningkatan respirasi adalah gejala awal.
Pemeriksaan radiologic di jumpai peningkatan gambaran
bronkovaskuler tanpa pembesaran jantung.
2.6Diagnosis malariaTerjadinya demam, anoreksia, nyeri sendi dan
otot, sakit kepala, daire ringan, panas ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemia, dan sering terjadi komplikasi, masa
inkubasi 9-14 hari. Terjadinya hiperpireksia (yaitu panas diatas
40oC). gejala lain berupa pneumonia aspirasi, nadi cepat, mual dan
muntah, splenomegali lebih sering dijumpai daripada hepatomegali,
kelainan urin yaitu albuminuria.Relaps. : berulangnya gejala klinik
yg lebih lama dari waktu diantara serangan periodic dari infeksi
primer yaitu setelah periode yg lama, biasanya terjadi karena
infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit hati pada
malaria vivax atau ovale.Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk
menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak
mengenyampingkan diagnosis malaria. Pemeriksaan pada saat penderita
demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya
parasit.
2.7Diagnosis banding 1. Malaria tanpa komplikasi harus dapat
dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut:a. Demam
tifoidb. Demam denguec. lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)d.
Leptospirosis ringane. lnfeksi virus akut lainnya.2. Malaria berat
atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi
lain :a. Radang Otak (meningitis/ensefalitis)b. Stroke (gangguan
serebrovaskuler)c. Tifoid ensefalopatid. Hepatitise. Leptospirosis
beratf. Glomerulonefritis akut atau kronikg. Sepsish. Demam
berdarah dengue atau Dengue Shock Syndrome
2.8Pemeriksaan PenunjangDiagnosis malaria sering memerlukan
anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah
dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria,
riawayat pengobatan kuratip maupun preventip.
Pemeriksaan tetes darah untuk malaria Pemeriksaan mikroskopik
darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting
untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali denganhasil
negative tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah
tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat
dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan
melalui
a) Tetesan preparat darah tebal.Merupakan cara terbaik
untukmenemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyakdibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat
khususnya untukstudi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan
perlu untukmemudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit
dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan
pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah
diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700 - 1000 kali
tidak ditemukan parasit. Hitung parasite dapat dilakukan pada tetes
tebal dengan menghitung jumlah parasit per200 leukosit. Bila
leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlahparasit
dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
b) Tetesan preparat darah tipis.Digunakan untuk identifikasi
jenisPlasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.
Kepadatanparasit dinyatakan sebagai hitung parasite (parasite
count), dapat dilakukanberdasar jumlah eritrosit yang mengandung
parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit >
100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit
penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan
dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans, atau Fields dan
juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa
laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang
cukup baik
Tes Antigen : p-f testYaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum
(Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit,
tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak
memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar
dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi
laktat dehydrogenase dari Plasmodium (pLDH) dengan cara immune
chromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal
dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan
apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 %
dan hasilpositif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini
sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
Tes SerologiTes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962
dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini
berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi
setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama
untukpenelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah.
Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20
dinyatakan positif . Metode metode tes serologi antara lain
indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques,
ELISA test, radio-immunoassay.
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)Pemeriksaan ini
dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat
memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana
penelitian dan belum untukpemeriksaan rutin.
LO 3 Memahami dan Menjelaskan Vektor Malaria (Anopheles sp.)
3.1Morfologia).Stadium telur:-Berbentus seperti perahu yang
bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konfaks.- Mempunyai
sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral.b).Stadium
larva:- Spirakel pada bagian posterior abdomen,- Tergal plate pada
bagian tengah sebelah dorsal abdomen- Bulu palma pada bagian
lateral abdomenc).Stadium pupa- Mempunyai tabung
pernafasan(respiratory trumpet)yang berbentuk lebar dan pendek
d).Stadium dewasa- Pulpus nyamuk jantan dan betina mempunyai
panjang hampir sama dengan panjang probosisnya- Nyamuk jantan ruas
palpus bagian apikal berbentuk gada(club form),nyamuk betina ruas
palpusnya mengecil- Sayap pada bagian pinggir(kosta dan vena
I)ditumbuhi sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran
belang-belang hitam putih dan bagian ujung sisk sayap membentuk
lengkung(tumpul)- Bagian posterior abdomennya sedikit lancip.
3.2Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Semua serangga termasuk nyamuk,
dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang
kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang
berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya
dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
1. Tingkatan di dalam air.2. Tingkatan di luar tempat berair
(darat/udara).
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup
nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air
ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur
berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik.
Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti
jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan
kulit sebanyak empat kali. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan
jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta
species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa)
yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan.
Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari.
Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa
yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk
bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah
mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk
meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan
keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan hanya kawin satu kali selama
hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat
keluarnya dari kepompong.
Perilaku Berkembang Biak.Nyamuk Anopheles betina mempunyai
kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang
biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species
yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung
(an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An.
Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau
(campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan
seterusnya. Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat
bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk
inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam
program pemberantasan.
3.3Klasifikasi nyamuk Anopheles sp.NOVEKTORTEMPAT PERINDUKAN
LARVAPERILAKU NYAMUK DEWASA
1An.sundaicusMuara sungai yang dangkal pada musim kemarau,
tambak ikan yang kurang terpelihara, parit- parit di sepanjang
pantai bekas galian yang terisi air payau, tempat penggaraman
(Bali) di air tawar (kaltim dan Sum)Antropofilik > zoofilik;
mengigit sepanjang malamTit: di dalam dan di luar rumah
2An. AconitusPersawahan dengan saluran irigasi, tepi sungai pada
musim kemarau, kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinyaZoofilik
> antropofilikeksofagik mengigit di waktu senja sampai dengan
dini hariTit: di luar rumah (pit traps)
3An. SubpictusKumpulan air yang permanan/ sementara, celah tanah
bekas kaki bnatang, tambak ikan dan bekas galian di pantai (pantai
utara pulau jawa)Ntropofilik > zoofilikMengigit di waktu
malamTit: di dalam dan di luar rumah (kandang)
4An. BarbirostisSawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata
air, sumur dan lain- lainAntropofilik (sul & NT) zoofilik (jawa
& sumatera) eksofagik > endofagikMengigit malamTit: di luar
rumah (pada tanaman)
5.An. BalanbacensisBekas roda yang tergenang air, air, bekas
jejak kaki binatang yang berlumpur yang berair, tepi sungai pada
musim kemarau, kolam atau kali yang berbatu di hutan atau daerah
pedalamanAntropofilik < zoofilik endofilik mengigit malamTit: di
luar rumah (di sekitar kandang)
6.An. LetiferAir tergenang (tahan hidup ditempat asam) terutama
dataran pinggir pantaiAntropofilik > zoofilikTit: bagian bawah
atap di luar rumah
7.An. FarautiKebun kangkung, kolam, genangan air dalam perahu,
genangan air hujan, rawa- rawa dan saluran airAntropofilik >
zoofilikEksofagikmengigit malamTit: di dalam dan diluar rumah
8.An. punctulatusAir di tempat terbuka dan terkena sinar
matahari, pantai (pada musim penghujan), tepi sungaiAntrofopolik
> zoofilikMengigit malamTit: di dalam rumah
9.An. LodlowiSungai di daerah pergununganAntropofilik >>
zoofilik
10.An. KoliensisBekas jejak roda kendaraan, lubang- lubang di
tanah yang berisi air, saluran- saluran, kolam, kebun kangkung dan
rawa- rwa tertutupAntropofilik >> zoofilikMengigit malamTit:
di dalam rumah
11.An. NigerrimusSawah, kolam dan rawa yang ada tanaman
airZoofilik > antropofilikMengigit pada senja- malamTit: di luar
rumah (kandang)
12.An. SinensisSawah, kolam dan rawa yang ada tanaman
airZoofilik > antropofilikMengigit pada senja- malamTit: di luar
rumah (kandang)
13.An. FlavirostisSungai dan mata air terutama apabila bagian
tepinya berumputZoofilik > antropofilikTit: belum ada
laporan
14.An. KarwariAir tawar yang jernih yang terkena sinar matahari,
di daerah pergununganZoofilik > antropofilikTit: di luar
rumah
15.An. MaculatusMata air dan sungai dengan air jernih yang
mengalir lambat di daerah pergunungan dan perkebunan teh (di
jawa)Zoofilik > antropofilikMengigit malamTit: di luar rumah
(sekitar kandang)
16.An. BancroftiDanau dangan tumbuhan bakung, air rawa yang
tergenang dan rawa dengan tumbuhan pakisZoofilik >
antropofilikTit: belum jelas
17An. barbumbrosusDi pinggir sungai yang terlindung dengan air
yang mengalir lambat dekat hutan di dataran tinggiBionomiknya belum
banyak dipelajari antropofiliknya
LO 4 Farmakologi dan Tata Laksana Malaria
4.1Pengobatan dan pencegahan malariaTerapi kombinasiKombinasi
obat malaria adalah pemberian secara bersamaan dua atau lebih obat
skizontisida darah yang mempunyai cara kerja atau target biokimia
yan berbeda. Terapi kombinasi dapat berupa fixed combination dimana
semua komponen diformulasikan dalam satu tablet atau kapsul yang
sama, atau setiap komponen berupa tablet atau kapsul yang berbeda,
tetapi diberikan secara bersamaan (co-administered). Tujuan
penggunaan terapi kombinasi adalah untuk meningkatkan efektifitas
pengobatan dan memperlambat terjadinya resistensi setiap komponen
dalam obat tersebut.
4.2Klasifikasi Biologi Obat MalariaBerdasarkan suseptibilitas
berbagai stadium parasite malaria, maka obat malaria dibagi dalam 5
golongan :1. Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimetamin,
dapat membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya
parasite ke dalam eritrosit; dapat digunakan sebagai profilaksis
kausal.2. Skizontosida jaringan sekunder : Primakuin, dapat
membasmi parasite daur eksoeritrosit atau stadium jaringan P.ovale
dan P.vivax dan digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat
anti relaps.3. Skizontosida darah : Membasmi parasite stadium
eritrosit. Skizontosida darah juga mengeliminasi stadium seksual di
eritrosit P.vivax, P.ovale dan P.malariae, tetapi tidak efektif
terhadap gametosit P.falciparum yang matang. Skizontosida darah
yang ampuh adalah kina, amodiaukin, holofantrine, golongan
artemisin sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan
pirimetamin.4. Gametositosida : mengeliminasi semua stadium seksual
termasuk gametosit P.falciparum. Bersifat sporontosida. Primakuin
adalah gametosida untuk keempat spesies; sedangkan kina, klorakuin,
amodiakuin adalah gametositosida untuk P.vivax, P.malariae dan
P.ovale.5. Sporontosida : mencegah atau menghambat gametosit dalam
darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk anopheles.
Obat yang termasuk golongan ini adalah primakuin dan
proguanil.4.3Obat malaria untuk pengobatan dan pencegahan
berdasarkan struktur kimia1. Golongan 4-aminokuinolon1.1.
KlorakuinMempunyai aktifitas skizontisida darah terhadap semua
infeksi yang disebabkan P.malariae dan P.ovale, serta terhadap
P.falciparum dan P.vivax yang masih sensitive klorokuin. Klorokuin
juga bersifat Gametosida terhadap P.vivax, P.ovale, dan P.malariae.
Aman diberikan pada ibu hamil. Sakit kepala, mual, muntah, gejala
GI dan pengelihatan kabur dapat ditemukan setelah pemberian
klorakuin.Kontra indikasi : hipersensitif terhadap klorakuin,
penderita dengan riwayat epilepsy dan penderita psoriasis.Keracunan
klorakuin akut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian
dalam waktu beberapa jam.1.2. AmodiakuinMerupakan obat yang
menyerupai struktur dan aktivitas yang menyerupai klorakuin,
termasuk efek antipiretik dan antiinflamasi. Amodiaukin masih cukup
efektif di daerah dengan P.falciparum yang resisten klorakuin
drajat rendah. Aman diberikan pada ibu hamil yang terinfeksi
malaria.Efek samping : Mual, muntah, nyeri perut, diare dan
gatal-gatal.2. Golongan obat antifolatObat ini tidak
direkomendasikan lagi untuk profilaksis. Sulfadoksin-pirimetamin
merupakan obat yang mempunyai aktivitas skizotisida darah hanya
terdapat P.falciparum, tetapi tidak mempunyai efek gametositosida.
Belum pernah dilaporkan pengaruh SP terhadap janin. Hal yang
ditakuti adalah hipersensitivitas terhadap sulfa yang dapat
menyebabkan kelainan kulit dan mukosa.3. Golongan 4
quinolon-methanol3.1. KinaKina merupakan obat malaria yang efektif
terhadap P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin dan
sulfadoksin-pirimetamin. Pada penderita malaria falsiparum tanpa
komplikasi, biasanya kina diberikan dalam kombinasi dengan
doksisiklin, tetrasiklin atau klindamisin. Kina merupakan obat
malaria yang aman untuk ibu hamil karena tidak menyebabkan
kontraksi uterus dan foetal distress.Cinchonism merupakan kumpulan
gejala seperti tinnitus, gangguan pendengaran dan vertigo atau
pusing yang dapat ditemukan pada sebagian besar penderita yang
diobati dengan kina. Pemberian secara intravena menyebabkan
hipoglikemi karena sel beta pancreas menjadi aktif. Toksisitas
terhadapjantung dapat terjadi bila penderita minum meflokuin
(profilaksis), sebelumnya diberi pengobatan kina.4. Artemisin dan
derivatnyaMerupakan obat malaria yang diisolasi dari tumbuhan
Artemisia annua. Merupakan golongan sesquiterpene lactone dengan
ikatan peroksida. Obat ini mempunyai efek skizontisida darah yang
paling cepat dibandingkan dengan obat malaria lainnya. Dapat
diberikan pada penderita malaria beratmaupun penderita malaria
tanpa komplikasi. Artemisin tidak memiliki efek hipnozoitisida.
Digunakan untuk penderita P.falciparum yang resisten berbagai obat
malaria dan juga pada penderita P.falciparum dengan komplikasi.
Tidak dianjurkan dipakai untuk infeksi P.vivax, P.malariae,
P.ovale, selama ke-3 spesies ini masih dapat diobati dengan obat
malaria lainnya.Efek samping : Sakit kepala, mual, muntah, nyeri
perut, gatal, demam, perdarahan abnormal dan warna urin menjadi
gelap.Ada 4 derivat artemisin di pasaran yaitu : artemeter,
artesunat, dihidroartemisin dan arteeter. Aartemeter adalah obat
yang larut dalam minyak.5. PrimakuinMempunyai aktivitas gametosida
terhadap ke-4 spesies plasmodium dan hipnozoitisida terhadap
P.vivax dan P.ovale. Merupakan satu-satunya obat dipasaran yang
dapat digunakan untuk mencegah relaps. Tidak boleh diberikan pada
ibu hamil, sebab resiko terjadinya hemolysis pada janin yang
biasanya relative difisiensi G6PD.Efek sampingnya : mual, muntah,
nyeri dan kejang perut.Obat ini dapat menekan pembentukan elemen
darah dan sumsum tulang.6. Antibiotik6.1. DoksisiklinDigunakan
untuk strain P.falciparum yang mulai resisten terhadap kina.
Doksisiklin tidak dianjurkan untuk mengobati penderita malaria,
karena kerjanya yang sangat lambat. Tidak boleh diberikan pada
wanita hamil dan anak berusia kurang dari 8 tahun.Efek sampingnya :
reaksi fototoksisk, depresi pembentukan tulang perubahan warna gigi
dan hypoplasia gusi yang permanen.6.2. TetrasiklinMerupakan
antibiotic berspektrum luas dan mempunyai aktifitas anti malaria
yang sangat lambat terhadap semua spesies plasmodium. Tetrasiklin
tidak digunakan sebagai kemoprofilaksis. Tidak boleh diberikan pada
wanita hamil dan anak berusia 8 tahun. Efek samping lainnya
menyerupai doksisiklin.6.3. KlindamisinMerupakan antibiotic semi
sintetik yang berasal dari linkomisin. Mempunyai aktifitas
skizontisida darah yang relative lambat. Merupakan obat yang
dikombinasikan dengan kina pada P.falciparum. Klindamisin lebih
toksik danlebih mahal dari tetrasiklin dan doksisiklin, sehingga
hanya digunakan bila tetrasiklin atau doksisiklin tidak tersedia
atau tidak boleh diberikan.Efek sampingnya adalah mual, muntah,
nyeri perut atau kejang perut, diare.7.
Atovakuon-proguanilMerupakan obat kombinasi dengan efek sinergistik
dan sangat efektif untuk mengeliminasi P.falciparum yang resisten
terhadap klorokuin dan meflokuin. Digunakan untuk kemoprofilaksis
terhadap P.falciparum sebanyak 1 tablet/hari, diminum 1 hari
sebelum ke daerah endemis sampai 7 hari setelah meninggalkan daerah
endemis malaria.
4.4Penggunaan obat malariaPenggunaan obat malaria yang utama
ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksis), pengobatan
kuratif (terapeutik) dan pencegahan transmisi.1. Pengobatan
pencegahan (profilaksis)Obat diberikan dengan tujuan mencegah
terjadinya infeksi atau timbulnya gejala. Pencegahan absolut
terhadap infeksi adalah dengan membasmi sporozoit, segera setelah
sporozoit tersebut masuk dengan gigitan nyamuk gigitan nyamuk
anopheles yang infektif. Tidak ada obat yang dapat segera membunuh
sporozoit. Obat yang ada ialah obat yang dapat membasmi parasite
stadium dini dalam hati, sebelum merozoit dilepaskan ke dalam
peredaran darah perifer.2. Pengobatan terapeutik (kuratif)Obat
digunakan untuk penyembuhan infeksi, penanggulangan serangan akut
dan pengobatan radikal. Pengobatan serangan akut dapat dilakukan
dengan skizontosida darah. Dapat terjadi penyembuhan sementara atau
permanen. Penyembuhan permanen dapat dicapai dengan pengobatan
radikal, pada daur eritrosit dan daur eksoeritrosit, yakni
skizontosida darah dan skizontosida hati sebagai kombinasi.3.
Pengobatan pencegahan transmisiObat yang efektif terhadap
gametosit, sehingga dapat mencegah infeksi pada nyamuk atau
mempengaruhi perkembangan sporogonik pada nyamuk adalah
gametositosida dan sporontosida.
4.5Resistensi parasit malaria terhadap obat malariaResistensi
adalah kemampuan strain parasite untuk tetap hidup dan/atau
berkembang biak walaupun pemberian dan absorpsi obat sesuai dosis
standar atau lebih tinggi dari dosis yang direkomendasikan tetapi
masih dapat ditoleransi hospes. Seleksi obat terhadap parasite
terjadi bila konsentrasinya tidak cukup untuk menghambat parasite
yang bermutasi. Proses evolusi P.falciparum menjadi resisten
terhadap obat belum dimengerti seluruhnya. Perkembangan
P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin mungkin memerlukan
mutasi beberapa gen secara berurutan dan hal ini berlangsung
lamban. Ada indikasi bahwa pada P.falciparum terjadi mutasi pada
gen plasmodium falciparum chroquine resistance transporter (Pfcrt),
selain gen Plasmodium falciparum multidrug resistance (Pfmdr). Pada
P.vivax yang resisten dilaporkan mutasi gen yang berbeda.
Resistensi P.falciparum terhadap obat digolongkan antifolat sudah
diketahui yaitu melibatkan beberapa mutasi titik pada ensim dhfr
(dihydrofolate reducatase) dan dhps (dihydropteroate synthase) yang
berperan dalam pembentukan asam folat plasmodium. Peningkatan
penggunaan obat juga akan mempercepat resistensi. Semakin sering
obat digunakan, semakin tinggi kemungkinan parasite akan terpapar
kadar obat yang tidak adekuat, selanjutnya parasite akan terseleksi
untuk bermuatasi. Resistensi P.falciparum terhadap klorakuin untuk
pertama kali ditemukan pada tahun 1960-1961 di Kolumbia dan Brazil
Resistensi P.vivax terhadap klorakuin, mula-mula dilaporkan di
Papua Indonesia dan Papua Nugini pada tahun 1989. Amodiakuin secara
umum lebih efektif dibandingkan klorokuin dalam hal mengeliminasi
strain P.falciparum yang resisten klorokuin.
LO 5 Pencegahan Malaria
5.1PencegahanA. Berbasis Masyarakata. Pola perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui
penyuluhan kesehatan , pendidikan kesehatan, diskusi kelompok
maupun melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk
(pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi
menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan
air atau menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang
memungkinkan sebagai tempat air tergenang.b. Menemukan dan
mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah
penularanc. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang
bionomic anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak
terbang, dan reswistensi terhadap insektisida.
B. Berbasis Pribadi1. Pencegahan gigitan nyamuk ;a. Tidak keluar
rumah antara senja dan malan hari, bila keluar sebaiknya
menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terangb. Menggunakan
repelan yang mengandung dimetilfalat atau zat antinyamuk lainnya.c.
Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa
antinyamuk pada ventilasi pintu dan jendelad. Menggunakan kelambu
yang mengandung insektisida (insecticide-treated mosquito net,
ITN)e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat
nyamuk bakar
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemic,
meliputi ;a. Pola daerah dimana plasmodiumnya masih sensitive
terhadap klorokuin, diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg
klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1
minggu sebelum masuk daeh sampau 4 minggu setelah meninggalkan
tempat tersebut.b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien
memerlukan pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin
5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100mg/hari atau sulfadoksin
500mg/pirimetamin 25 mg (SuldoxR), 3 tablet sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan pada wanita hamila. Klorokuin,
bukan kontraindikasib. Profilaksis dengan klorokuin 5mg/kgBB/minggu
dan proguanil 3mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitive
klorokuinc. Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat
kehamilan untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten terhadap
klorokuin.d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak
diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darahCalon donor yang datang ke
daerah endemic dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak
menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan
darahnya selama 6 bulan sejak dia datang. Calon donor tersebut,
apabila telah diberi pengobatan profilaksis malaria dan telah
meneteap di daerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukkan
geaka klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun.
Banyak penelitian melaporkan bahwa donor dari daerah endemic
malaria merupakan sumber infeksi.
5.2GEBRAK MALARIAGerakan berantas kembali malaria (Gebrak
Malaria) merupakan bentuk oprasional dari Roll Back Malaria (RBM).
Gerakan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tiap orang dalam
mengatasi penyakit malaria untuk mewujudkan lingkungan yang
terbebas dari penularan malaria melalui penanggulangan yang bermutu
untuk menurunkan kesakitan dan kematian. Program pemberantasan
malaria yang saat ini dilakukan di Indonesia :1. Diagnosis awal dan
pengobatan yang tepat2. Program kelambu dengan insektisida3.
Penyemprotan4. Pengawasan deteksi aktif dan pasif5. Survei demam
dan pengawasan migrant6. Deteksi dan control epidemic7.
Langkah-langkah lain seperti larva ciding (merupakan kegiatan
penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan
nyamuk malaria)8. Peningkatan kemampuan masyarakat (capacity
building).
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007). Farmakologi dan
Terapi, edisi V, FKUI,Jakarta
Harijanto, Paul M (2008). Ilmu Penyakit Dalam edisi V jilid III.
Jakarta: Interna Publishing.
Hogg,Stuart (2005).Essensial Microbiology.Hal: 229
230.England:Wiley.
Jawetz, Melnick, Adelberg (2008). Mikrobiologi Kedokteran, UI,
Binarupa Aksara.
Jawetz., Melnick., Adelberg (2010). Medical Microbiology
25th..Hal: 718-721. England:McGraw-Hill Medical.
Kayser F H., (2005). Medical Microbiology. Hal: 520 537. New
York: Thieme.
Suhendro, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V
Jilid III Bab 425 Malaria. Jakarta: InternaPublishing
Sutanto I (2009). Parasitologi Kedokteran edisi IV.
Jakarta.Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan & Pembrantasannya. Edisi Kedua. Jakarta :
Erlangga.
21