BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN ANGGARAN 2009 DI MEULABOH BPK RI PERWAKILAN PROVINSI NAD DI BANDA ACEH Nomor : 4.A/LHP/XVIII.BAC/05/2010 Tanggal : 7 Mei 2010 BUKU I
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
LAPORAN KEUANGANPEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT
TAHUN ANGGARAN 2009
DI
MEULABOH
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI NADDI BANDA ACEH
Nomor : 4.A/LHP/XVIII.BAC/05/2010
Tanggal : 7 Mei 2010
BUKU I
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman i dari iii
DAFTAR ISI
HalamanLAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN....................... ii
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN........................................................................ 1
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 26.909.471.261,18 18.944.498.253,79 70,40% 28.343.225.463,32
PENDAPATAN TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT – DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 24.339.721.520,00 21.298.185.854,00 87,50% 19.494.463.690,00Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9.353.343.315,00 8.171.220.956,00 87,36% 24.513.983.720,00
Dana Alokasi Umum 315.643.644.000,00 315.643.644.000,00 100,00% 303.463.871.000,00Dana Alokasi Khusus 45.466.000.000,00 45.486.605.000,00 100,05% 48.573.822.000,00
Jumlah Transfer Dana Perimbangan 394.802.708.835,00 390.599.655.810,00 98,94% 396.046.140.410,00TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA
Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00 0,00% 0,00
Dana Penyesuaian 20.605.000,00 8.028.825.000,00 38.965,42% 14.094.071.400,00
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 20.605.000,00 8.028.825.000,00 38.965,42% 14.094.071.400,00TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 8.170.432.728,00 9.838.567.168,00 120,42% 9.975.519.331,00Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 0,00 0,00 0,00%
Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi 8.170.432.728,00 9.838.567.168,00 120,42% 9.975.519.331,00
Total Pendapatan Transfer 402.993.746.563,00 408.467.047.978,00 101,36%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Dana Darurat 3.500.000.000,00 3.500.000.000,00 100,00% 0,00
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 3.500.000.000,00 3.500.000.000,00 100,00% 0,00
JUMLAH PENDAPATAN 433.403.217.824,18 430.911.546.231,79 99,43% 448.458.956.604,32
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 282.445.026.048,06 280.609.972.179,00 99,35% 241.147.362.043,00
Belanja Barang 71.317.200.189,00 66.548.747.586,00 93,31% 60.511.865.771,00
Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00% 0,00Belanja Hibah 6.080.955.000,00 5.924.007.000,00 97,42% 6.661.414.000,00Bantuan Bantuan Sosial 5.457.560.000,00 5.130.447.355,00 94,01% 6.126.649.075,00
Jumlah Belanja Operasi 365.300.741.237,06 358.213.174.120,00 98,06% 314.447.290.889,00BELANJA MODAL
Belanja Tanah 912.773.500,00 912.773.500,00 100,00% 5.725.339.250,00Belanja Peralatan Mesin 16.660.571.010,82 15.806.257.677,00 94,87% 12.539.971.180,00
Halaman 6 dari 35
(1) (2) (3) (4) (5)Belanja Gedung dan Bangunan 26.956.248.281,00 26.433.107.357,00 98,06% 35.223.714.777,00Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 40.651.684.812,62 38.206.477.037,00 93,98% 39.576.681.195,00Belanja Aktiva Tetap Lainya 3.999.241.788,00 3.967.512.000,00 99,21% 518.710.598,00
Jumlah Belanja Modal 89.180.519.392,44 85.326.127.571,00 95,68% 93.584.417.000,00BELANJA TIDAK TERDUGA
Belanja Tidak Terduga 150.500.000,00 362.945.000,00 241,16% 44.300.000,00
Jumlah Belanja Tak Terduga 150.500.000,00 362.945.000,00 241,16% 44.300.000,00JUMLAH BELANJA 454.631.760.629,50 443.902.246.691,00 97,64% 408.076.007.889,00
TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 34.710.000.000,00 34.245.701.300,00 98,66% 28.644.219.700,00
JUMLAH TRANSFER 34.710.000.000,00 34.245.701.300,00 98,66% 28.644.219.700,00
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 489.341.760.629,50 478.147.947.991,00 97,71% 436.720.227.589,00SURPLUS/DEFISIT (55.938.542.805,32) (47.236.401.759,21) 84,44% 11.738.729.015,32
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SilPA 37.438.542.805,32 37.438.542.805,32 100,00% 37.127.123.790,00Penerimaan Pinjaman Daerah 18.500.000.000,00 18.500.000.000,00 100,00% 0,00
Jumlah Penerimaan 55.938.542.805,32 55.938.542.805,32 100,00% 37.127.123.790,00
Pengeluaran Pembiayaan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 0,00 0,00% 11.427.310.000,00
Jumlah Pengeluaran 0,00 0,00 0,00% 11.427.310.000,00PEMBIAYAAN NETO 55.938.542.805,32 55.938.542.805,32 100,00% 25.699.813.790,00Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 0,00 8.702.141.046,11 0,00% 37.438.542.805,32
*Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini.
Halaman 7 dari 35
3. LAPORAN ARUS KAS
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009
(dalam rupiah)
URAIAN TAHUN 2009 TAHUN 2008
(1) (2) (3)
Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
Arus Kas Masuk
Pendapatan Pajak Daerah 4.276.502.262,90 4.187.199.822,78
Pendapatan Retribusi Daerah 5.990.145.924,00 6.177.301.954,00
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 1.658.387.037,18 2.056.020.789,18
Lain-lain PAD yang sah 2.654.986.460,71 6.095.392.897,36
Zakat 4.364.476.569,00 0,00
Dana Bagi Hasil Pajak 21.298.185.854,00 19.494.463.690,00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 8.171.220.956,00 24.513.983.720,00
Dana Alokasi Umum 315.643.644.000,00 303.463.871.000,00
Dana Alokasi Khusus 45.486.605.000,00 48.573.822.000,00
Dana Otonomi Khusus 0,00 14.094.071.400,00
Dana Penyesuaian 8.028.825.000,00 0,00
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 9.838.567.168,00 9.975.519.331,00
Pendapatan Dana Darurat 3.500.000.000,00 0,00
Pendapatan Lainnya 0,00 0,00
Jumlah Arus Masuk Kas 430.911.546.231,79 438.631.646.604,32
Arus Kas Keluar
Belanja Pegawai 280.609.972.179,00 241.147.362.043,00
Belanja Barang 66.548.747.586,00 60.511.865.771,00
Belanja Bunga 0,00 0,00
Belanja Hibah 5.924.007.000,00 6.661.414.000,00
Belanja Bantuan Sosial 5.130.447.355,00 6.126.649.075,00
Belanja Tak Terduga 362.945.000,00 44.300.000,00
Belanja Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 34.245.701.300,00 28.644.219.700,00
Jumlah Arus Kas Keluar 392.821.820.420,00 343.135.810.589,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 38.089.725.811,79 95.495.836.015,32
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
Arus Masuk Kas
Pendapatan Penjualan atas Tanah 0,00 9.827.310.000,00
Jumlah Arus Masuk Kas 0,00 9.827.310.000,00
Arus Keluar Kas
Belanja Tanah 912.773.500,00 5.725.339.250,00
Belanja Peralatan dan Mesin 15.806.257.677,00 12.539.971.180,00
Belanja Gedung dan Bangunan 26.433.107.357,00 35.223.714.777,00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 38.206.477.037,00 39.576.681.195,00
Belanja Aktiva Tetap Lainnya 3.967.512.000,00 518.710.598,00
Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00
Jumlah Arus Keluar Kas 85.326.127.571,00 93.584.417.000,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan (85.326.127.571,00) (83.757.107.000,00)
Halaman 8 dari 35
(1) (2) (3)
Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan
Arus Masuk Kas
Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0,00 0,00
Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 0,00 0,00
Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank 18.500.000.000,00 0,00
Jumlah Arus Masuk Kas 18.500.000.000,00 0,00
Arus Keluar Kas
Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 11.427.310.000,00
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi 0,00 0,00
Pemberian Pinjaman 0,00 0,00
Jumlah Arus Keluar Kas 0,00 11.427.310.000,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan 18.500.000.000,00 (11.427.310.000,00)
Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran
Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 38.812.497.584,00 27.678.859.640,00
Transito 7.471.408.058,81 (1.339.527.617,35)
Jumlah Arus Masuk Kas 46.283.905.642,81 26.339.332.022,65
Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Pihak ketiga 38.813.422.977,00 27.678.859.640,00
Jumlah Arus Keluar Kas 38.813.422.977,00 27.678.859.640,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran 7.470.482.665,81 (1.339.527.617,35)
Kenaikan/Penurunan Kas (21.265.919.093,40) (1.028.108.602,03)
Saldo Awal Kas di BUD 24.492.905.660,29 25.521.014.262,32
Saldo Akhir Kas di BUD 3.226.986.566,89 24.492.905.660,29
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran 5.475.154.479,22 12.946.562.538,03
Saldo Akhir Kas 8.702.141.046,11 37.439.468.198,32
*Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini.
Halaman 9 dari 35
4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
4.1. PENDAHULUAN
Mendasari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, menyatakan bahwa setelah berakhirnya pelaksanaan
tahun anggaran berkenaan Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun Laporan
dan Belanja Daerah tersebut disusun dari penggabungan laporan-laporan keuangan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai Entitas Akuntansi. Hal ini
sebagaimana dimaksud dalam pasal 296 ayat (1). Oleh karena itu Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Tahun Anggaran (TA) 2009 dengan berlandaskan pada ketentuan peraturan yang
berlaku.
Periode pelaporan adalah periode akuntansi selama TA 2009.
Laporan keuangan ini terdiri dari: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
4.1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel
dan transparan, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat menyusun LKPD TA 2009
sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBK TA 2009 dan sekaligus
informasi dalam penggunaan dana publik. Dari Laporan Keuangan tersebut
tercermin sejauh mana dana publik digunakan oleh pemerintah daerah untuk
penyelenggaraan roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
kemasyarakatan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan, dengan:
a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah daerah;
b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah daerah;
c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah daerah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Halaman 10 dari 35
4.1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan didasarkan pada:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4355);
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah untuk Kedua kalinya dengan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
4.1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan tahun 2009, disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
a. Bagian I Pendahuluan
Memuat maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan, landasan hukum
penyusunan Laporan Keuangan.
b. Bagian II Kebijakan Keuangan
Memuat kebijakan keuangan yang berlaku pada Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat
c. Bagian III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
Memuat ikhtisar pencapaian kinerja keuangan serta hambatan dan kendala
yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.
d. Bagian IV Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
Memuat SKPD yang menyusun laporan keuangan.
e. Bagian IV Kebijakan Akuntansi
Memuat uraian tentang entitas pelaporan keuangan, basis akuntansi, dan
pengakuan serta pengukuran yang mendasari penyusunan Laporan
Keuangan.
f. Bagian V Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan
Halaman 11 dari 35
Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan yaitu
Neraca, Laporan realisasi anggaran, serta Laporan Arus Kas.
g. Bagian VI Penutup
Memuat uraian tentang permasalahan serta pemecahannya.
4.2. KEBIJAKAN KEUANGAN
Berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-undang No.34 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pusat dan Daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal mengandung pengertian bahwa kepada
Daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan
didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.
Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi
dilakukan atas beban APBD, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBN dan
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka tugas berbantuan dibiayai
atas beban anggaran tingkat pemerintahan yang menugaskan.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
daerah diberi kewenangan untuk mengali sumber daya alam yang dimiliki dalam
rangka membiayai segala kebutuhan dana diperlukan selaku daerah otonom; seperti
memungut pajak dan retribusi (tax assignment), pemberian bagi hasil penerimaan
(revenue sharing), Dana Perimbangan, dan lain-lainya.
Berkaitan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat pada Tahun 2009
menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten sebagai pinjakan kerja
tahunan yang didasarkan pada pendekatan kinerja yang mengutamakan output, outcome
dan manfaat dari setiap alokasi biaya yang direncanakan, dengan berdasarkan prinsip-
prinsip disiplin, adil, efesien dan efektif, transparansi dan akuntabilitas serta partisipatif
untuk mengakomodasi aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Sumber-sumber pembiayaan Daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi fiskal meliputi:
a. Pendapatan Asli Daerah
Bentuk pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber
penerimaan bagi Daerah; seperti pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan
daerah lainnya. Dari sumber penerimaan tersebut pemerintah daerah diharapkan
dapat melaksanakan pembangunan daerah yang direncanakan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Kabupaten.
Kewenangan Daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dengan
Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dan ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaannya yaitu dengan Peraturan
Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, yang meliputi 11 jenis pajak dan
28 jenis retribusi.
Halaman 12 dari 35
b. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi, antara lain meliputi;
1) Bagian Daerah dalam bentuk bagi hasil penerimaan (Revenue Sharing)
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat mengalokasikan sumber dana yang
berasal dari bagi hasil penerimaan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan
daerah yang dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan pada setiap
SKPD.
2) Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN,
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
desentralisasi.
Untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan
penguasaan pajak antara Pusat dan Daerah telah diatasi dengan adanya
perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah (dengan kebijakan Dana Bagi
Hasil dan DAU minimal sebesar 25% dari Penerimaan Dalam Negeri). Dengan
perimbangan tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan kepastian bagi
Daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai
kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggungjawabnya.
DAU yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat pada TA 2009
dialokasikan untuk membiayai kebutuhan belanja pegawai, belanja barang dan
jasa yang merupakan kebutuhan rutin kantor dan sebagian juga dialokasikan
untuk membiayai pelaksanaan pembangunan daerah.
3) Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN,
yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan
tertentu. Kebutuhan khusus adalah (i) kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang
tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya: kebutuhan di kawasan
transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi/prasarana baru, pembangunan
jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer dan saluran drainase primer
dan (ii) kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
DAK yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat pada TA 2009
dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan daerah secara
keseluruhan, yang meliputi bidang irigasi, bidang kesehatan, bidang air minum
dan penyehatan lingkungan, bidang pendidikan, bidang lingkungan hidup,
bidang infrastruktur jalan, bidang pertanian, bidang kelautan dan perikanan,
dan bidang keluarga berencana (KB).
4.3. IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN
4.3.1. Ihktisar Pencapaian Kinerja Keuangan
Halaman 13 dari 35
a. Realisasi Pendapatan
Realisasi dan rencana kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat pada TA 2009 adalah sebagai berikut:
No. Uraian Anggaran Realisasi %
A. PENDAPATAN ASLI DAERAH
1 Pendapatan Pajak Daerah 4.538.562.685,00 4.276.502.262,90 94,23%
2 Pendapatan Retribusi Daerah 7.891.265.700,00 5.990.145.924,00 75,91%
3 Hsl Pengelolaan Kekayaan Da. yg dipisahkan 2.335.053.701,18 1.658.387.037,18 71,02%
4 Lain-lain PAD yang Sah 9.044.589.175,00 2.654.986.460,71 29,35%
5 Zakat 3.100.000.000,00 4.364.476.569,00 140,79%
B. DANA PERIMBANGAN
1 Dana Bagi Hasil Pajak 24.339.721.520,00 21.298.185.854,00 87,50%2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9.353.343.315,00 8.171.220.956,00 87,36%3 Dana Alokasi Umum 315.643.644.000,00 315.643.644.000,00 100,00%
4 Dana Alokasi Khusus 45.466.000.000,00 45.486.605.000,00 100,05%
C. TRF PEMERINTAH PUSAT–LAINNYA
1 Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00 0,00%
2 Dana Penyesuaian 20.605.000,00 8.028.825.000,00 38965,42%
D. TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 8.170.432.728,00 9.838.567.168,00 120,42%
2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 0,00 0,00 0,00%
E. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
1. Pendapatan Dana Darurat 3.500.000.000,00 3.500.000.000,00 100,00%
JUMLAH PENDAPATAN 433.403.217.824,18 430.911.546.231,79 99,43%
Kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan Daerah sebesar
4,40%. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Barat TA 2009 terealisasi
sebesar Rp18.944.498.253,79 atau 70,40% dari anggaran. Hal ini karena ada
beberapa sumber PAD yang tidak dapat realisasi pada TA 2009 antara lain
dividen penyertaan modal pada PT BPD Aceh yang dianggarkan pada APBK
semula Rp4.275.000.000,00 dan setelah perubahan menjadi
Rp2.335.053.701,00 terealisasi sebesar Rp1.658.387.037,18, Pajak Bahan
Galian Golongan C semula dianggarkan sebesar Rp1.082.348.807,00 setelah
perubahan menjadi Rp500.000.000,00 terealisasi sebesar Rp385.213.088,00.
Kondisi ini dikarenakan banyaknya paket pekerjaan TA 2009 terutama yang
bersumber dari dana Otsus, BKRA dan APBA serta APBN yang berlokasi di
Kabupaten Aceh Barat tidak dapat dikenakan Pajak Bahan Galian Golongan
C secara optimal karena paket-paket pekerjaan tersebut belum selesai
dikerjakan pada Tahun 2009. Selain itu penjualan aset daerah tidak terealisasi
dikarenakan adanya fluktuasi harga pasar terutama terhadap besi tua.
Berikutnya pendapatan dari retribusi jasa usaha (Pasar Induk/Mall
Meulaboh) dianggarkan sebesar Rp800.000.000,00 tidak dapat direalisasi
akibat gagal terder (belum ada peminat).
Komposisi Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dan Zakat, hal ini
sebagaimana tertera dalam tabel di atas. Pendapatan Asli Daerah yang paling
besar penerimaannya adalah Retribusi Daerah, memberikan kontribusi
sebesar 31,62%, berikutnya Zakat sebesar 23,04%, Pajak Daerah 22,57%,
Halaman 14 dari 35
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar 14,01%. Sedangkan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan memberikan
konstribusi penerimaan terhadap PAD sebesar 8,75%.
Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan intensifikasi dan
ekstensifikasi PAD yang lebih optimal dengan gerakan partisipatif dan
kesadaran masyarakat dalam keikutsertaan pembangunan daerah, dengan
disertai penyediaan berbagai fasilitas umum dan pelayanan maksimal kepada
masyarakat.
Pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan TA 2009
diperoleh sebesar Rp390.599.655.810,00 atau 98,93% dari anggaran.
Komposisi dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus
sebagaimana yang tertera dalam tabel di atas. Dari penerimaan ini yang
paling besar penerimaannya adalah Dana Alokasi Umum sebesar 80,81%,
Dana Alokasi Khusus memberikan kontribusi sebesar 11,65% dan dari Dana
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak memberikan kontribusi sebesar 7,54%.
Dari tabel di atas terlihat bahwa kontribusi masing-masing sumber
penerimaan dari dana perimbangan cukup besar terhadap APBK Aceh Barat,
terutama DAU. Hal ini menggambarkan bahwa ketergantungan Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat pada Pemerintah Pusat sangat besar dalam membiayai
pelaksanaan pembangunan daerah.
b. Realisasi Belanja Tahun 2009No. Uraian Anggaran Realisasi %
A Belanja Operasi 365.300.741.237,06 358.213.174.120,00 98,06
1. Belanja Pegawai 282.445.026.048,06 280.609.972.179,00 99,35
2. Belanja Barang dan Jasa 71.317.200.189,00 66.548.747.586,00 93,31
5. Belanja Bantuan Sosial 5.457.560.000,00 5.130.447.355,00 94,01
B Belanja Modal 89.180.519.392,44 85.326.127.571,00 95,68
1. Belanja Tanah 912.773.500,00 912.773.500,00 100,00
2. Belanja Peralatan & Mesin 16.660.571.010,82 15.806.257.677,00 94,87
3. Belanja Gedung & Bangunan 26.956.248.281,00 26.433.107.357,00 98,06
4. Belanja Jalan, Irigasi & Jaringan 40.651.684.812,62 38.206.477.037,00 93,98
5. Belanja Aset Tetap Lainnya 3.999.241.788,00 3.967.512.000,00 99,21
C. Belanja Tak Terduga 150.500.000,00 362.945.000,00 241,16
1. Belanja Tak Terduga 150.500.000,00 362.945.000,00 241,16
D. Belanja Bagi Hasil ke Desa 34.710.000.000,00 34.245.701.300,00 98,66
1. Belanja Bagi Hasil ke Desa 34.710.000.000,00 34.245.701.300,00 98,66
Jumlah Belanja 489.341.760.629,50 478.147.947.991,00 97,71%
c. Realiasasi Pembiayaan Tahun 2009No. Uraian Anggaran Realisasi %
A Penerimaan Pembiayaan 55.938.542.805,32 55.938.542.805,32 100,00
1. Penggunaan SiLPA 37.438.542.805,32 37.438.542.805,32 100,00
2. Pinjaman DN Lembaga Keu Bank 18.500.000.000,00 18.500.000.000,00 100,00
B Pengeluaran Pembiayaan 0,00 0,00 01. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 0,00 0
Halaman 15 dari 35
4.3.2.Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan
Dalam pelaksanaan rencana program dan kegiatan ada beberapa kendala
yang dialami pada TA 2009 sehingga mempengaruhi pencapaian sasaran
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan.
Adapun hambatan dan kendala tersebut adalah:
a. Tujuan dan sasaran program kegiatan belum dapat dilaksanakan secara
optimal karena keterbatasan anggaran yang tersedia sehingga belum mampu
menjawab kebutuhan biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan belum tergali dengan optimal.
c. Belum tersedianya petunjuk teknis pelaksanaan sebagai instrumen kendali
sehingga efektifitas program kegiatan masih kurang terarah.
4.4. ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas
akuntansi adalah SKPD sebagaimana Qanun Kabupaten Aceh Barat No.3 Tahun 2008
tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dinas–Dinas Daerah Kabupaten Aceh Barat
dan Qanun No.4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Lembaga
Teknis Daerah Kabupaten Aceh Barat yang meliputi 42 SKPD sebagai berikut:
1 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Aceh Barat2 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Aceh Barat3 Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Aceh Barat4 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Barat5 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Barat6 Dinas Bina Marga Kabupaten Aceh Barat7 Dinas Cipta Karya dan Pengairan Kabupaten Aceh Barat8 Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Aceh Barat9 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Barat10 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat11 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Barat12 Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat13 Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat14 Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat15 Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Kabupaten Aceh Barat16 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Aceh Barat17 Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Aceh Barat18 Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat19 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat20 Dinas Syariat Islam Dan Pemberdayaan Dayah Kabupaten Aceh Barat21 Inspektorat Kabupaten Kabupaten Aceh Barat22 Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Aceh Barat23 Kantor Camat Arongan Lambalek24 Kantor Camat Bubon25 Kantor Camat Johan Pahlawan26 Kantor Camat Kaway XVI27 Kantor Camat Meureubo28 Kantor Camat Pante Ceureumen29 Kantor Camat Panton Reu
Halaman 16 dari 35
30 Kantor Camat Samatiga31 Kantor Camat Sungai Mas32 Kantor Camat Woyla33 Kantor Camat Woyla Barat34 Kantor Camat Woyla Timur35 Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Aceh Barat36 Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Aceh Barat37 Kantor Penanggulangan Kebakaran dan Pengelolaan Alat Berat Kabupaten Aceh Barat38 Kantor Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Aceh Barat39 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat40 Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Kabupaten Aceh Barat41 Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat42 Sekretariat DPRK
4.5. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah cash basis untuk
pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam perhitungan realisasi anggaran
dan accrual basis untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan pada Kas Umum Daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
daerah.
Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum Daerah.
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto atau nilai nominal yang tertera pada dokumen
Surat Tanda Setoran (STS) atau dokumen lainnya yang dipersamakan dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran pada Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari rekening Kas Umum
Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan. Belanja
disajikan sesuai dengan jenis belanja.
c. Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik
penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat
kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah serta pada saat terjadinya
pengeluaran kas dari rekening Kas Umum Daerah. Akuntansi penerimaan
Halaman 17 dari 35
pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi
dengan pengeluaran).
d. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah daerah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah
dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti
hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat
diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset
Lainnya.
1) Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai Aset Lancar jika berupa kas dan
setara kas serta diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki
untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset
lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Kas disajikan di neraca
dengan menggunakan nilai nominal.
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan
hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya. Temasuk dalam pos
Piutang adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), tagihan pajak dan tagihan
retribusi yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan dicatat pada neraca berdasarkan:
a) harga pembelian terakhir/perolehan, apabila diperoleh dengan pembelian,
b) harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri,
c) harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara
lainnya seperti donasi/rampasan.
2) Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat. Investasi pemerintah daerah diklasifikasikan kedalam
investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek
adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki
Halaman 18 dari 35
dalam kurun waktu setahun atau kurang. Investasi jangka panjang adalah
investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari setahun.
Penyajian investasi pada Neraca Pemerintah Kabupaten Aceh Barat per 31
Desember 2009 meliputi investasi jangka panjang.
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya,
yaitu non permanen dan permanen.
a) Investasi Non Permanen
Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang tidak
termasuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimiliki secara
tidak berkelanjutan. Investasi non permanen sifatnya bukan penyertaan
modal saham melainkan berupa pinjaman jangka panjang yang
dimaksudkan untuk pembiayaan investasi perusahaan negara/daerah,
pemerintah daerah lainnya, dan pihak ketiga lainnya.
b) Investasi Permanen
Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen
dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh
yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi permanen meliputi seluruh
Penyertaan Modal Daerah (PMD) pada perusahaan daerah, lembaga
pemerintah, dan badan usaha lainnya yang bukan milik daerah.
Suatu pengeluaran kas atau aset diakui sebagai investasi apabila
memenuhi salah satu kriteria:
(1) Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial
dimasa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh
pemerintah.
(2) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai.
3) Aset Tetap
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari Tanah, Gedung
dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, dan Aset
Tetap Lainnya. Aset tetap juga mencakup biaya-biaya atas pembangunan aset
tetap yang sampai dengan tanggal pelaporan sedang dalam proses pengerjaan
dan dilaporkan sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).
a) Tanah
Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa
telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara
hukum seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah belum didukung
dengan bukti secara hukum maka tanah tersebut harus diakui pada saat
terdapat bukti bahwa penguasaannya telah berpindah, misalnya telah
terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik
sebelumnya.
Halaman 19 dari 35
b) Gedung dan Bangunan
Termasuk dalam kategori gedung dan bangunan adalah Barang Milik
Daerah yang berupa bangunan gedung, monumen, bangunan menara,
rambu-rambu, serta Tugu Titik Kontrol.
c) Peralatan dan Mesin
Peralatan dan Mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan
bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya
signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap
pakai. Wujud fisik Peralatan dan Mesin meliputi: alat besar, alat angkutan,
alat bengkel dan alat ukur, alat pertanian, alat kantor dan rumah tangga,
alat studio, komunikasi dan pemancar, alat kedokteran dan kesehatan, alat
laboratorium, alat persenjataan, komputer, alat eksplorasi, alat pemboran,
alat produksi, pengolahan dan pemurnian, alat bantu eksplorasi, alat
keselamatan kerja, alat peraga, serta unit proses/produksi.
d) Jalan, Irigasi dan Jaringan
Termasuk dalam kategori aset ini adalah jalan dan jembatan,
bangunan air, instalasi, dan jaringan.
e) Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan sebagai Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan
Bangunan; Jalan, Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan
untuk kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap
dipakai. Termasuk dalam kategori aset ini adalah koleksi
perpustakaan/buku, barang bercorak kesenian/kebudayaan/ olah raga,
hewan, ikan dan tanaman.
f) Kontruksi Dalam Pengerjaan
Kontruksi Dalam Pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam
proses pembangunan pada tanggal laporan keuangan. Kontruksi Dalam
Pengerjaan mencakup Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan,
Jalan, Irigasi dan jaringan, dan Aset tetap lainnya yang proses
perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode
waktu tertentu dan belum selesai.
4) Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah daerah selain aset lancar, investasi,
dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan
Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih
dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi
Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, Dana Penjaminan, dan Aset Lain-lain.
e. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
Halaman 20 dari 35
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
daerah. Dalam konteks pemerintahan daerah, kewajiban muncul antara lain karena
penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan,
entitas pemerintahan daerah lain, atau pemerintah pusat. Kewajiban pemerintah
daerah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang.
f. Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah daerah, yaitu selisih
antara aset dan utang pemerintah daerah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas
Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih
antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan
selisih antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang.
4.6. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN KEUANGAN
4.6.1. Penjelasan Atas Pos-Pos Neraca
a. Kas di Kas Daerah
Saldo Kas di Kas Daerah Kabupaten Aceh Barat per 31 Desember 2009
sebesar Rp3.226.986.566,89. Saldo rekening koran sebagai berikut:
No. Rekening Giro dan Tabungan Per 31 Des 2009 Per 31 Des 2008
1 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (PAD) 144.447.815,35 3.515.300.659,75
2 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Bagi Hasil Pajak) 0,00 1.347.264.747,00
3 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Dana Pendidikan) 0,00 0,00
4 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (DAU) 0,00 401.984.219,57
5 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Dana SDA) 0,85 0,85
6 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Penampungan Kasda) 0,00 839.434,00
7 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Jasa Giro) 26.292.333,52 7.938.420,52
8 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Zis Kasda) 19.839.040,00 2.441.416.746,00
9 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Bid. Kesehatan) 0,00 0,00
10 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Bid. Pertanian) 0,00 0,00
11 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Bid. Lingdup) 0,00 0,00
12 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Bid. Pendidikan) 0,00 0,00
13 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Bid. Infrastruktur) 0,00 0,00
14 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Bid. Kelautan/Prk) 0,00 0,00
15 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Kas Umum Daerah) 2.116.460.852,57 0,00
17 PT BPD Aceh Cabang Meulaboh (Jasa Giro) 20.769.772,00 0,00
Jumlah 2.556.352.378,29 7.714.744.227,69
Jumlah Saldo Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2009 sebesar
Rp3.245.820.816,89 meliputi saldo kas pada Rekening Kas Umum Daerah
(rekening koran) sebesar Rp2.556.352.378,29 dan kasbon sebesar
Rp689.468.438,60. Dari nilai saldo Rp3.245.820.816,89 tersebut belum
dikurangi dengan Rp18.834.250,00 yang merupakan nilai SP2D yang baru
dicairkan oleh bank pada tanggal 6 Januari 2010 sebesar Rp13.500.000,00, serta
mutasi kredit bank tanggal 31 Desember 2009 yang dikoreksi kembali oleh bank
per tanggal 6 Januari 2010 sebesar Rp5.334.250,00, sehingga hasil rekonsiliasi
Halaman 21 dari 35
menunjukkan saldo Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2009 sebesar
Rp3.226.986.566,89.
Jumlah kas tersebut belum termasuk uang yang dijadikan sebagai barang
bukti oleh Polres Aceh Barat sebesar Rp173.550.500,00 yang diterima dan
dikeluarkan dari rekening Kas Umum Daerah pada TA 2008 dan tidak dicatat
dalam pembukuan akuntansi Kabupaten Aceh Barat.
b. Kas di Bendahara Pengeluaran
Jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2009 dan 31
Desember 2008 sebesar Rp5.475.154.479,22 dan Rp12.946.562.538,03,
merupakan kas yang dikuasai dan di bawah tanggungjawab Bendahara
Pengeluaran yang berasal dari sisa Uang Persediaan (UP) namun sampai dengan
akhir tahun anggaran belum disetor/dipertanggungjawabkan ke Kas Daerah.
Selama Tahun 2009 sisa UP TA 2005 s.d 2008 telah disetor ke kas daerah
sebesar Rp8.180.377.122,00 dan sisa UP TA 2007 sebesar Rp901.402.480,00
pada Sekretariat DPRK telah dilimpahkan kasusnya kepada Kejaksaan Negeri
Kabupaten Aceh Barat.
Sisa UP yang belum disetor/dipertanggungjawabkan s.d akhir Tahun 2009
sebagai berikut:
No. SKPD s.d. 2007 2008 2009
1 Dinas Pendidikan 0,00 309.971.623,00 69.600.841,002 TK Negeri Pembina 10.479.762,00 0,00 0,003 SMPN 1 Kaway XVI 351.273,00 0,00 0,004 SMPN 3 Kaway XVI 14.300.555,00 0,00 0,005 SMPN 3 Samatiga 87.926,00 0,00 0,006 SMUN 1 Kaway XVI 1.882.447,00 0,00 0,007 SMUN 1 Woyla 1.916.840,00 0,00 0,008 SMKN 1 Meulaboh 41.373.330,00 0,00 0,009 SMKN 2 Meulaboh 8.566.702,00 0,00 0,0010 Dinas Kesehatan 0,00 26.666.442,00 47.227.287,0011 Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien 0,00 0,00 338.325,0012 Puskesmas Johan Pahlawan 16.172.237,00 0,00 0,0013 Puskesmas Pir Batee Puteh 1.449.585,00 0,00 0,0014 Dinas Bina Marga 0,00 0,00 53.091.187,0015 Dinas Cipta Karya dan Pengairan 0,00 0,00 75.317,0016 BAPPEDA 0,00 0,00 6.284,0017 Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi 17.058.250,00 225.000,00 3.827.234,0018 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan,
Kebersihan, dan Pertamanan69.821.982,00 2.343.293,00 39.051.756,00
19 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 0,00 0,00 62.052,0020 Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KS 0,00 1.606.458,00 32.952.739,0021 Dinas Sosial 0,00 0,00 468.134,0022 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 8.780.523,00 0,00 0,0023 Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda 0,00 0,00 648,0024 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas 0,00 0,00 10.384.641,0025 Kantor Satpol PP dan Wilayatul Hisbah 0,00 0,00 24.288.686,0026 Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten 10.871,00 0,00 0,0027 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah 87.101.500,00 0,00 0,00
Halaman 22 dari 35
No. SKPD s.d. 2007 2008 2009
28 Setdakab 2.093.380.796,03 579.379.522,00 42.650.056,0029 Sekretariat DPRK 971.136.912,00 0,00 29.349.291,0030 DPKKD 0,00 270.516.270,00 92.667.996,0031 Inspektorat 0,00 0,00 11.739.971,0032 Kecamatan Panton Reu 2.234.549,00 0,00 7.350.937,0033 Kecamatan Johan Pahlawan 81.000.000,00 0,00 8.837,0034 Kecamatan Kaway XVI 0,00 0,00 2.564.257,0035 Kecamatan Sama Tiga 0,00 0,00 11.694,0036 Kecamatan Meureubo 0,00 0,00 6.850.807,0037 Kecamatan Sungai Mas 0,00 0,00 150.626,0038 Kecamatan Woyla 0,00 0,00 701.299,0039 Kecamatan Bubon 0,00 0,00 23.072.950,0040 Kecamatan Pante Ceureumen 0,00 0,00 1.046.411,0041 Kecamatan Arongan Lambalek 33.113.857,00 14.119.286,00 4.780.060,0042 Kecamatan Woyla Barat 36.943.122,00 0,00 0,0043 Kecamatan Woyla Timur 190,00 1.378.328,00 455.097,1944 Dinas Syariat Islam dan Pemberdayaan Dayah 47.701.767,00 0,00 7,0045 Kantor Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) 0,00 0,00 1.774.850,0046 Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) 15.114.218,00 0,00 364.560,0047 Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah 0,00 0,00 1.478.442,0048 Dinas Pertanian dan Peternakan 0,00 0,00 36.427.497,0049 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan 0,00 0,00 52.731.272,0050 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 0,00 0,00 25.418.047,0051 Dinas Pertambangan dan Energi 0,00 0,00 15.335.138,0052 Dinas Kelautan dan Perikanan 0,00 0,00 16.600.937,0053 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kop dan
UKM0,00 0,00 54.062.893,00
JUMLAH 3.559.979.194,03 1.206.206.222,00 708.969.063,19
c. Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan Per 31 Desember 2009 sebesar
Rp94.825.000,00 mencakup seluruh kas baik saldo rekening di bank maupun
saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Penerimaan
yang belum disetor ke Kas Daerah dengan rincian:
No. Uraian Per 31 Des 2009
1 Badan Pengendalaian Dampak Lingkungan dan Kebersihan 72.920.000,00
2 Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu 6.605.000,00
3 Kantor Pendidikan dan Pelatihan 15.300.000,00
Jumlah 94.825.000,00
d. Piutang Pajak
Jumlah Piutang Pajak per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2008
sebesar Rp0,00 dan sebesar Rp341.005.972,00.
e. Piutang Retribusi
Jumlah Piutang Retribusi per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember
2008 sebesar Rp166.149.000,00 dan sebesar Rp1.372.000,00 merupakan saldo
Halaman 23 dari 35
Piutang Retribusi kepada pihak ketiga yang belum diselesaikan pada akhir tahun
anggaran serta diharapkan dapat diterima dalam waktu tidak lebih dari satu tahun
dengan rincian:
No. Uraian Per 31 Des 2009
1 Retribusi pasar grosir 65.229.000,00
2 Retribusi sewa alat berat 31.050.000,00
3 Retribusi penyedotan kakus 5.550.000,00
4 Retribusi sampah 46.320.000,00
5 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 18.000.000,00
Jumlah 166.149.000,00
f. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian lancar tagihan penjualan angsuran per 31 Desember 2009 sebesar
Rp55.820.000,00 adalah penjualan (dump) kendaraan dinas operasional yang
belum dilunasi sampai dengan 31 Desember 2009 dengan rincian:
No. Nama Pembeli Sisa Per 31 Des 2009
1 Drs. H.M. Syarif Harun 44.800.000,00
2 Drs. T. Amir Diwan 9.800.000,00
3 Drs. T. Riswan NS 760.000,00
4 Ridwan Ibrahim 460.000,00
Jumlah 55.820.000,00
g. Piutang Lainnya
Jumlah Piutang Lainnya per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2008
sebesar Rp0,00 dan sebesar Rp317.714.077,00.
h. Persediaan
Jumlah Persediaan per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2008
senilai Rp1.318.887.592,00 dan senilai Rp1.732.305.567,51. Rincian Persediaan
per 31 Desember 2009 yaitu:
No. Uraian Per 31 Des 2009 Per 31 Des 2008
1 Dinas Pertanian dan Peternakan 58.228.500,00 0,00
Belanja Barang dan Jasa pada periode ini direalisasi sebesar
Rp66.548.747.586,00 atau 93,31% dari anggaran. Dibandingkan dengan TA
2008 sebesar Rp60.511.865.771,00 terjadi kenaikan sisi belanja ini sebesar
9,98%.
3) Belanja Bunga
Terdapat biaya bunga, biaya administrasi dan provisi sebesar
Rp231.250.000,00 atas pinjaman kepada PT Bank BPD Cab. Meulaboh yang
dicairkan pada 30 Desember 2009 sebesar Rp18.500.000.000,00, tetapi
dibebankan pada belanja tak terduga karena tidak tersedia alokasi
anggarannya, sedangkan untuk TA 2010 telah tersedia anggarannya pada
belanja bunga.
4) Belanja Hibah
No. Uraian Anggaran Realisasi %
1 Belanja Hibah kepada badan/Lembaga/organisasasi swasta
6.080.955.000,00 5.924.007.000,00 97,42
2 Belanja Hibah kepada kelompokmasyarakat/perorangan
0,00 0,00 0,00
Jumlah 6.080.955.000,00 5.924.007.000,00 97,42
5) Belanja Bantuan Sosial
No. Uraian Anggaran Realisasi %
1 Belanja Bantuan Sosial kpd Ormas 3.972.560.000,00 3.698.702.000,00 93,11
2 Belanja Bantuan social kpd anggotamasyarakat
900.000.000,00 900.000.000,00 100,00
3 Belanja Bantuan kepada Parpol 585.000.000,00 531.745.355,00 90,90
Jumlah 5.457.560.000,00 5.130.447.355,00 94,01
Belanja Bantuan Sosial pada Periode ini direalisasi sebesar
Halaman 32 dari 35
Rp5.130.447.355,00 atau 94,01% dari anggaran. Dibandingkan TA 2008
Rp6.126.649.075,00 terjadi penurunan sebesar 16,26%.
6) Belanja Modal Tanah
No. Uraian Anggaran Realisasi %
1 Belanja Modal Tanah 912.773.500,00 912.773.500,00 100,00
Jumlah 912.773.500,00 912.773.500,00 100,00
7) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
No. Uraian Anggaran Realisasi %1 Belanja Modal
Peralatan dan Mesin16.660.571.010,82 15.806.257.677,00 94,87
Jumlah 16.660.571.010,82 15.806.257.677,00 94,87
8) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
No. Uraian Anggaran Realisasi %
1 Gedung dan Bangunan 26.956.248.281,00 26.433.107.357,00 98,06
2 Bangunan monument 0,00 0,00 0,00
Jumlah 26.956.248.281,00 26.433.107.357,00 98,06
9) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
No. Uraian Anggaran Realisasi %
1 Jalan dan Jembatan 32.525.109.868,45 30.379.751.190,00 93,402 Bangunan Air 7.628.212.063,17 7.336.366.947,00 96,173 Instalasi 498.362.881,00 490.358.900,00 98,394 Jaringan - - 0,00
Jumlah 40.651.684.812,62 38.206.477.037,00 93,98
10) Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
No. Uraian Anggaran Realisasi %
1 Buku Perpustakaan 158.678.700,00 128.092.000,00 80,72
2 Barang CorakKesenian/Budaya
0,00 0,00 0,00
3 Hewan/ Ternak dantanaman
3.840.563.088,00 3.839.420.000,00 99,97
Jumlah 3.999.241.788,00 3.967.512.000,00 99,21
11) Belanja Tidak Terduga
No. Uraian Anggaran Realisasi %
1 Belanja Tidak Terduga 150.000.000,00 362.945.000,00 241,96
Jumlah 150.000.000,00 362.945.000,00 241,96
Belanja Tidak Terduga pada periode ini terealisasi sebesar
Rp362.945.000,00 atau 241,96% dari anggaran. Dibandingkan dengan TA
2008 sebesar Rp44.300.000,00 terjadi peningkatan sisi belanja ini sebesar
719,29%.
12) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa
No. Uraian Anggaran Realisasi %
1 Belanja Bantuan Keuangankpd Pemda/Pemdes lain
34.710.000.000,00 34.245.701.300,00 98,66
Jumlah 34.710.000.000,00 34.245.701.300,00 98,66
Halaman 33 dari 35
Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa pada periode ini
direalisasi sebesar Rp34.245.701.300,00 atau 98,66% dari anggaran.
Dibandingkan TA 2008 sebesar Rp28.644.219.700,00 terjadi peningkatan
sebesar 19,55%.
13) Penerimaan Pembiayaan
No. Uraian Anggaran Realisasi %1 Penggunaan SiLPA 37.438.542.805,32 37.438.542.805,32 100,00
2 Pinjaman dalam negeriLembaga Keuangan Bank
18.500.000.000,00 18.500.000.000,00 100,00
Jumlah 55.938.542.805,32 55.938.542.805,32 100,00
Pinjaman pada lembaga bank dalam hal ini PT BPD Aceh sebesar
Rp18.500.000.000,00, dilakukan untuk membiayai kekurangan belanja TA
2009 yang disebabkan oleh penetapan penerimaan bagi hasil bukan
pajak/sumber daya alam dari Pemerintah Pusat secara signifikan menurun
dari penetapan semula.
4.6.3. Penjelasan atas Arus Kas
a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Kas MasukUraian Realisasi 31 des 2009 Realisasi 31 des 2008
-Pendapatan Pajak Daerah 4.276.502.262,90 4.187.199.822,78
-Pendapatan Retribusi Daerah 5.990.145.924,00 6.177.301.954,00-Pendapatan Hasil Pengelolaan-Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
1.658.387.037,18 2.056.020.789,18
-Lain - lain PAD yang Sah 2.654.986.460,71 6.095.392.897,36
-Zakat 4.364.476.569,00 -
-Dana Bagi Hasil Pajak 21.298.185.854,00 19.494.463.690,00
-Dana Bagi Hasil bukan pajak /SDA 8.171.220.956,00 24.513.983.720,00
-Dana Alokasi Umum 315.643.644.000,00 303.463.871.000,00
-Dana Alokasi Khusus 45.486.605.000,00 48.573.822.000,00
-Dana Otonomi Khusus 0,00 14.094.071.400,00
-Dana Penyesuaian 8.028.825.000,00 -
-Pendapatan Bagi Hasil Pajak 9.838.567.168,00 9.975.519.331,00
-Pendapatan Dana Darurat 3.500.000.000,00 -
430.911.546.231,79 438.631.646.604,32
Arus Kas KeluarUraian Realisasi 31 des 2009 Realisasi 31 des 2008
-Belanja Pegawai 280.609.972.179,00 241.147.362.043,00
-Belanja Barang 66.548.747.586,00 60.511.865.771,00
-Belanja Bunga 0,00 0,00
-Belanja Hibah 5.924.007.000,00 6.661.414.000,00
-Bantuan Sosial 5.130.447.355,00 6.126.649.075,00
-Belanja Tak Terduga 362.945.000,00 44.300.000,00-Bagi Hasil Pendapatan Lainnya/Belanja Bantuan Keuangan
34.245.701.300,00 28.644.219.700,00
392.821.820.420,00 343.135.810.589,00
b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
Arus Kas Masuk
Halaman 34 dari 35
Uraian Realisasi 31 des 2009 Realisasi 31 des 2008
-Penjualan Tanah 0,00 9.827.310.000,00
Jumlah 0,00 9.827.310.000,00
Arus Kas KeluarUraian Realisasi 31 des 2009 Realisasi 31 des 2008
-Belanja Tanah 912.773.500,00 5.725.339.250,00
-BelanjaPeralatan dan Mesin 15.806.257.677,00 12.539.971.180,00
-Belanja Gedung dan Bangunan 26.433.107.357,00 35.223.714.777,00
-Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 38.206.477.037,00 39.576.681.195,00
-Belanja Aset Tetap Lainnya 3.967.512.000,00 518.710.598,00
Jumlah 85.326.127.571,00 93.584.417.000,00
c.Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
Arus Kas MasukUraian Realisasi 31 des 2009 Realisasi 31 des 2008
-Pinjaman Dalam Negeri- LembagaKeuangan Bank
18.500.000.000,00 0,00
Jumlah 18.500.000.000,00 0,00
Arus Kas KeluarUraian Realisasi 31 des 2009 Realisasi 31 des 2008
-Penyertaan Modal Pemda 0,00 11.427.310.000,00
Jumlah 0,00 11.427.310.000,00
d.Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran
Arus Kas MasukUraian Realisasi 31 des 2009 Realisasi 31 des 2008
Secara keseluruhan pelaksanaan APBK TA 2009 disisi penerimaan, realisasi
Pendapatan Daerah dapat dicapai sebesar 99,43% dari target penerimaan yang
Halaman 35 dari 35
ditetapkan, sedangkan belanja direalisasikan sebesar 97,71% dari yang
direncanakan.
Permasalahan dalam pengelolaan dan pelaksanaan Program Kegiatan
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat pada umumnya sama dengan pada tahun
sebelumnya, yaitu:
a. Terbatasnya dana menyebabkan tidak semua program pembangunan daerah
dapat direncanakan dan dilaksanakan sesuai tuntutan kebutuhan.
b. Belum optimalnya aparatur pemerintah daerah dalam menyatukanseluruh potensi yang ada untuk diberdayakan demi terlaksananyapembangunan daerah yang maksimal.
Pemecahan atas permasalahan tersebut antara lain:
a. Diperlukan adanya sumber-sumber penerimaan daerah yang baru sehingga
dapat menutupi belanja daerah dalam rangka pembangunan secara maksimal
dan terarah.
b. Perlu ditingkatkan kemampuan SDM aparatur sesuai dengan bidang tugasnya,
seperti mengikuti pendidikan, pelatihan dan bimbingan teknis dan lain
sebagainya.
c. Diupayakan pembentukan jabatan fungsional yang sesuai dengan potensi dan
kebutuhan daerah.
d. Menumbuhkembangkan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara
keseluruhan disegala bidang dalam pembangunan daerah.
BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT
TAHUN ANGGARAN 2009
DI
MEULABOH
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI NADDI BANDA ACEH
Nomor : 4.B/LHP/XVIII.BAC/05/2010
Tanggal : 7 Mei 2010
BUKU II
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman i dari iii
DAFTAR ISI
RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN
INTERN DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LKPD TA 2009........................................ ii
GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA SISTEM
AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH
BARAT TA 2009....................................................……................………......……................... 1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN…….…………......... 4
1. Pengelolaan dan Penatausahaan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Belum Tertib......................................................................................................................... 4
2. Pengelolaan dan Penatausahaan Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Belum
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman ii dari iii
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAANATAS
SISTEM PENGENDALIAN INTERNDALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LKPD TA 2009
Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan
hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksud telah telah dimuat dalam laporan Nomor
4.A/LHP/XVIII.BAC/05/2010 tanggal 7 Mei 2010.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mengharuskan BPK melaksanakan pengujian
atas pengendalian intern Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Pengendalian intern merupakan
tanggung jawab manajemen Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Tanggung jawab BPK terletak
pada pengungkapan kelemahan pengendalian intern berdasarkan pemeriksan BPK. Namun,
laporan hasil pemeriksaan atas pengendalian intern tidak dimaksudkan untuk menyatakan
pendapat atas keseluruhan efektivitas pengendalian intern.
BPK menemukan kelemahan berkaitan dengan desain dan pelaksanaan pengendalian intern yang
merupakan kondisi yang dapat dilaporkan. Kondisi yang dapat dilaporkan merupakan kelemahan-
kelemahan yang berdampak terhadap kemampuan entitas dalam mencatat, mengolah,meringkas
dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan
keuangan.
Pokok-pokok temuan kelemahan pengendalian intern adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan dan Penatausahaan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Belum
Tertib;
2. Pengelolaan dan Penatausahaan Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Belum Tertib.
Sehubungan temuan tersebut, BPK merekomendasikan agar dilakukan perbaikan dan langkah
tindak lanjut sesuai rekomendasi yang dimuat dalam hasil pemeriksaan.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman iii dari iii
Temuan dan rekomendasi secara rinci dapat dilihat pada hasil pemeriksaan dalam laporan ini.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 1 dari 8
GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PADA SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT TA 2009
1. Dasar Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
2. Organisasi
Untuk lebih mengoptimalkan kinerja dan pembagian tugas serta tanggung jawab
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat telah
menetapkan struktur organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Aceh Barat
dengan Qanun sebagai berikut:
a. Qanun Kabupaten Aceh Barat No.2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRK Aceh Barat. Berdasarkan Qanun
tersebut, Organisasi Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah
dibantu oleh 3 Asisten dan membawahi 11 Bagian. Sekretariat DPRK dipimpin oleh
seorang Sekretaris DPRK yang membawahi empat bagian.
b. Qanun Kabupaten Aceh Barat No.3 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan Qanun tersebut Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat terdiri atas 15 dinas, yaitu: Dinas Syariat Islam dan
Pemberdayan Dayah; Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Dinas Kehutanan
dan Perkebunan; Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil
Menengah; Dinas Kesehatan; Dinas Pendidikan; Dinas Perhubungan dan
Telekomunikasi; Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah; Dinas Bina
Marga; Dinas Cipta Karya dan Pengairan; Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinas
Pertambangan dan Energi; Dinas Pertanian dan Peternakan; Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga; dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
c. Qanun Kabupaten Aceh Barat No.4 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan Qanun tersebut,
lembaga teknis daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebanyak 13, yaitu: Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah; Badan Pemberdayaan Masyarakat; Badan
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan; Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan dan Pertamanan;
Inspektorat; Kantor Pendidikan dan Pelatihan; Kantor Arsip dan Perpustakaan; Kantor
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera; Kantor Penanggulangan Kebakaran
dan Pengelolaan Alat Berat; Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu; Rumah Sakit Umum
Daerah; dan Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah.
d. Qanun Kabupaten Aceh Barat No.5 Tahun 2008 tentang Kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Aceh Barat, yang terdiri dari 12 kecamatan, yaitu: Kecamatan Johan
Pahlawan; Kecamatan Samatiga; Kecamatan Bubon; Kecamatan Arongan Lambalek;
Kecamatan Woyla; Kecamatan Woyla Barat; Kecamatan Woyla Timur; Kecamatan
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 2 dari 8
Kaway XVI; Kecamatan Meureubo; Kecamatan Pante Ceureumen; Kecamatan Sungai
Mas; dan Kecamatan Panton Reu.
Mekanisme pengelolaan keuangan daerah sepenuhnya diselenggarakan oleh Dinas
Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD). Kepala DPKKD sebagai Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah yang
ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Aceh Barat No.21 Tahun 2009 tanggal 27
Januari 2009.
3. Kebijakan
Pemerintahan Kabupaten Aceh Barat belum menetapkan Peraturan Daerah (Qanun) tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan. Pengelolaan dan penatausahaan keuangan TA 2009
berpedoman pada Peraturan Bupati Aceh Barat No.9 Tahun 2009 tanggal 16 April 2009
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam penyelenggaraan APBK, Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat juga mempedomani kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh
Pemerintah, yaitu ketentuan/peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pedoman Penyusunan APBK TA 2009, Pedoman
Pelaksanaan dan Perhitungan Anggaran, Bentuk dan Susunan APBK. Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat telah menetapkan Peraturan Bupati Aceh Barat No.26 Tahun 2009
tanggal 28 Desember 2009 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat.
Dalam mengelola dan menatausahakan keuangan daerah, Bupati Aceh Barat telah
menetapkan beberapa kebijakan melalui:
a. SK Bupati Aceh Barat No.36 tanggal 4 Februari 2009 tentang Penunjukan Bank
Penerima Uang Daerah dan Penempatan Dana Pemerintah Melalui Rekening Kas
Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat;
b. SK Bupati Aceh Barat No.22 tanggal 27 Januari 2009 tentang Pejabat yang diberi
pelimpahan kewenangan selaku Kuasa BUD Kabupaten Aceh Barat TA 2009;
c. SK Bupati Aceh Barat No.35 tanggal 4 Februari 2009 tentang Penunjukan/Penetapan
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan Pengguna Anggaran pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Barat TA 2009.
4. Prosedur
Pengelolaan dan penatausahaan keuangan Kabupaten Aceh Barat berpedoman pada
Peraturan Bupati No.9 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan
tersebut antara lain mengatur tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan.
5. Personalia
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat belum mempunyai sumber daya manusia yang cukup,
baik jumlah maupun kompetensinya terutama bidang pengelolaan keuangan pada masing-
masing SKPD. Hal ini mengakibatkan laporan keuangan SKPD belum valid dan masih
banyak ditemukan kekeliruan penyajian laporan akun, sehingga laporan keuangan SKPD
tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk menyusun Laporan Keuangan Kabupaten Aceh
Barat secara konsolidasian.
6. Perencanaan
Pelaksanaan kegiatan pada TA 2009 dirumuskan dalam APBK TA 2009. APBK TA 2009
ditetapkan dengan Qanun Kabupaten Aceh Barat No.1 Tahun 2009 tanggal 30 Januari 2009
dan dijabarkan dalam Peraturan Bupati Aceh Barat No.1 Tahun 2009 tanggal 30 Januari
2009. Pengajuan Rancangan Perubahan APBK TA 2009 dilaksanakan tanggal 22 Desember
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 3 dari 8
2009 dan ditetapkan dengan Qanun Kabupaten Aceh Barat No.3 Tahun 2009 tanggal 29
Desember 2009 dan dijabarkan dengan Peraturan Bupati No.27 Tahun 2009 pada tanggal
29 Desember 2009. Penetapan APBK dan Perubahan APBK TA 2009 mengalami
keterlambatan.
7. Pencatatan
Pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dilaksanakan oleh Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD). Proses pencatatan penerimaan di
Buku Kas Umum (BKU) masih belum menyajikan informasi yang akurat antara lain, pajak-
pajak negara sebagai Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) belum dicatat di BKU dan Kuasa
BUD tidak membuat buku pembantu pajak. Terhadap BKU tidak dilakukan pemeriksaan
kas secara rutin oleh atasan langsung dan rekonsiliasi BKU dengan rekening koran bank
juga tidak dilaksanakan secara rutin. Kelemahan lainnya adalah masih terdapat beberapa
penerimaan daerah yang belum dicatat atau lebih catat pada BKU.
Pencatatan transaksi keuangan oleh Bidang Akuntansi dan Pelaporan untuk transaksi yang
mempengaruhi Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dilakukan dengan menggunakan
aplikasi Sistem Informasi Manajemen Anggaran dan Akuntansi Keuangan Daerah
(SIMAKDA). Dokumen sumber yang digunakan untuk mencatat pendapatan daerah adalah
Surat Tanda Setoran (STS) dan pencatatan pengeluaran daerah berdasarkan dokumen Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D). Pembuatan neraca dan laporan arus kas dilakukan secara
manual dengan data yang bersumber dari LRA
8. Pelaporan
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat menyampaikan Draft Laporan Keuangan TA 2009
kepada Perwakilan BPK di Banda Aceh tanggal 31 Maret 2010 yang terdiri dari Neraca,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang
telah direviu oleh Inspektorat Kabupaten Aceh Barat. Penyusunan Laporan Keuangan TA
2009 dilakukan oleh Bidang Akuntansi dan Pelaporan DPKKD, dan tidak melalui proses
konsolidasi, karena masing-masing SKPD belum menyusun laporan keuangan secara valid.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya personil di masing-masing SKPD yang memahami
mengenai penyusunan laporan keuangan.
9. Pengawasan Intern
Kegiatan pengawasan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dilaksanakan oleh
Inspektorat Kabupaten Aceh Barat dan Inspektorat Provinsi NAD. Inspektorat Kabupaten
Aceh Barat telah melakukan review atas Draft Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat TA 2009 sebelum disampaikan ke BPK. Pemerintah Kabupaten Barat melalui
Inspektorat Kabupaten belum melakukan pengendalian intern dengan baik, rekomendasi
BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah TA 2005, 2006, 2007, dan
2008, Bantuan Keuangan Parpol TA 2006, Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)
Kesehatan TA 2006 dan 2007, Belanja Daerah TA 2005 dan 2006 dan TA 2007 dan 2008,
belum seluruhnya selesai ditindaklanjuti. Berdasarkan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan per 30 April 2009 tersebut menghasilkan 67 temuan pemeriksaan senilai
Rp126.390.289.707,29 dengan 106 rekomendasi/saran senilai Rp47.052.049.316,29, telah
ditindaklanjuti senilai Rp30.628.162.820,61, sisa yang masih harus ditindaklanjuti senilai
Rp 16.423.886.495,68. Dari 106 saran tersebut diatas, 8 saran yang telah ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, belum sesuai rekomendasi/masih dalam proses sebanyak 59 saran dan
sama sekali belum ditindaklanjuti sebanyak 39 saran.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 4 dari 8
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat TA 2009, dikemukakan hal-hal yang perlu mendapat perhatian terkait sistem
pengendalian intern, yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan dan Penatausahaan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Belum Tertib
Pengelolaan dan penatausahaan keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat TA
2009 berpedoman pada Peraturan Bupati Aceh Barat No.9 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah. Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan penatausahaan keuangan daerah
TA 2009 menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Peraturan Daerah (Qanun) tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah belum
ditetapkan.
b. Penetapan APBK TA 2009 dan Perubahan APBK TA 2009 terlambat. APBK TA 2009
ditetapkan dengan Qanun Kabupaten Aceh Barat No.1 Tahun 2009 tanggal 30 Januari
2009 dan dijabarkan dalam Peraturan Bupati Aceh Barat No.1 Tahun 2009 tanggal 30
Januari 2009. Pengajuan Rancangan Perubahan APBK TA 2009 dilaksanakan tanggal 22
Desember 2009 dan ditetapkan dengan Qanun Kabupaten Aceh Barat No.3 Tahun 2009
tanggal 29 Desember 2009 dan dijabarkan dengan Peraturan Bupati No.27 Tahun 2009
pada tanggal 29 Desember 2009.
c. Penganggaran dana perimbangan berupa Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) pada APBK tidak menggunakan data yang valid. Pada APBK TA 2009,
DAU dan DAK dianggarkan berdasarkan surat Direktur Jenderal Perimbangan No.S-
539/PK/2008, sedangkan data yang seharusnya digunakan adalah Peraturan Presiden
No.47 Tahun 2008 tanggal 24 Desember 2008 tentang DAU Kabupaten Kota dan
Peraturan Menteri Keuangan No.171/PMK.07/2008 tanggal 13 November 2008 tentang
Penetapan Dana Alokasi Khusus TA 2009.
d. Pelaksanaan APBK Kabupaten Aceh Barat dilaksanakan oleh 42 Satuan Kerja perangkat
Daerah (SKPD). Untuk mengelola keuangan pada masing-masing SKPD, Bupati Aceh
Barat telah menetapkan Surat Keputusan No.35 Tahun 2009 tentang penunjukan/
penetapan bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran, dan pengguna anggaran.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat juga telah membuka rekening bank untuk mengelola
kas pada masing-masing SKPD. Rekening bank tersebut belum ditetapkan dengan surat
keputusan kepala daerah dan belum diberitahukan kepada DPRK Aceh Barat.
e. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dilaksanakan oleh
Bidang Akuntansi dan Pelaporan dan tidak secara konsolidasian laporan keuangan
masing-masing SKPD. Laporan realisasi anggaran dihasilkan dari SIMAKDA. Dokumen
sumber yang digunakan untuk mencatat pendapatan daerah adalah STS dan dokumen
sumber untuk mencatat belanja daerah adalah SP2D. Neraca dan Laporan Arus Kas
(LAK) disusun secara manual dengan dokumen sumber menggunakan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA).
Bidang akuntansi dan pelaporan DPKKD melakukan rekonsiliasi LRA dengan masing-
masing SKPD setiap tiga bulan, dan terbatas hanya pada belanja daerah, sedangkan
terhadap pendapatan daerah dan neraca belum dilakukan rekonsiliasi.
Laporan keuangan masing-masing SKPD tidak dapat digunakan untuk menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat secara konsolidasian. Hal ini
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 5 dari 8
terjadi karena laporan keuangan yang dibuat oleh masing-masing SKPD tidak valid dan
masih banyak ditemukan kesalahan penyajian akun.
f. Uang yang berasal dari jaminan kesungguhan pertambangan belum dilaporkan pada
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Uang jaminan tersebut disimpan
di rekening Giro pada PT Bank BNI 46 cabang Meulaboh. Sampai dengan 31 Desember
2009 saldo rekening giro tersebut sebesar Rp1.049.942.711,00.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 3 Ayat (1) yang
menyatakan bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Uang Daerah Pasal 19:
1) Ayat (4) Bendahara Umum Daerah dapat membuka rekening pengeluaran pada bank
umum yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan operasional pengeluaran daerah;
2) Ayat (7) ketentuan lebih lanjut tentang pembukaan dan pengoperasian rekening
penerimaan dan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (4)
dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah:
1) Pasal 17 Ayat (2) pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap
sumber pendapatan.
2) Pasal 19 dalam menyusun APBK, penganggaran pengeluaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (1) harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup.
3) Pasal 240 ayat (1) pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah dan ayat (2) Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi
menyusun laporan keuangan SKPD yang disampaikan kepada PPKD untuk digabung
menjadi laporan keuangan pemerintah daerah.
4) Pasal 296 ayat (1) PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan
cara menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Belanja Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat tidak didukung dengan ketersedian
pendapatan dalam jumlah yang cukup karena penganggaran dana perimbangan
menggunakan data yang tidak valid.
b. Potensi terjadinya penyalahgunaan pengeluaran kas pada rekening giro SKPD tanpa
sepengetahuan Bupati Kabupaten Aceh Barat.
c. Potensi pemalsuan rekening kas di luar kendali Bupati Kabupaten Aceh Barat.
d. Penyajian nilai akun-akun dalam laporan keuangan Pemerintah Aceh Barat yang
disajikan belum sepenuhnya didukung oleh Laporan SKPD-SKPD sebagai unit akuntansi
yang juga bertanggungjawab untuk menyusun laporan keuangan SKPD.
e. Informasi dalam laporan keuangan Pemkab belum mencakup uang titipan pihak ketiga
yang sebenarnya berada dalam pengelolaan Pemkab.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 6 dari 8
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Bupati Aceh Barat selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah lemah
dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan keuangan daerah.
b. Sekretaris daerah Kabupaten Aceh Barat selaku Ketua Tim Anggaran Pemerintah
Kabupaten (TAPK) Aceh Barat dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh
Barat lemah dalam melakukan koordinasi penyusunan rancangan APBK dan rancangan
perubahan APBK.
c. Kepala Dinas Pendapatan Kekayaan Keuangan Daerah (DPKKD) Pemkab Aceh Barat
selaku BUD tidak melaksanakan Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
d. Kepala bidang Anggaran dan Pendapatan DPKKD Pemkab Aceh Barat tidak berhati-hati
dalam menyusun rancangan APBK dan perubahan APBK.
e. Pengguna Anggaran lemah dalam melakukan melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap Bendahara Pengeluaran SKPD.
f. Bendahara Pengeluaran SKPD Kabupaten Aceh Barat tidak mempedomani ketentuan
yang berlaku dalam melakukan pembukaan rekening dan melakukan pengeluaran kas.
g. Bidang akuntansi belum sepenuhnya melakukan verifikasi dan validasi laporan keuangan
SKPD-SKPD terutama akun neraca dan Laporan Keuangan disusun berdasarkan
konsolidasian Laporan Keuangan SKPD.
h. Ketidaktahuan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Aceh Barat serta
Kuasa BUD bahwa rekening tersebut seharusnya berada dalam pengelolaan kas di Kas
Daerah dan dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat.
Atas permasalahan tersebut Pemerintah Kabupaten Aceh Barat mengakui
ketidakcermatan, kelalaian dan kelemahan dalam permasalahan tersebut di atas. Sehubungan
hal tersebut diatas, dimasa yang akan datang Pemerintah Kabupaten Aceh Barat akan terus
melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Aceh Barat agar:
a. Bersama-sama dengan DPRK Aceh Barat segera menerbitkan Peraturan Daerah (Qanun)
berkaitan dengan pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.
b. Segera menerbitkan surat keputusan mengenai penunjukan Rekening Bendahara
Pengeluaran SKPD dan memberitahukan kepada DPRK.
c. Memberikan sanksi administratif kepada Sekretaris Daerah Aceh Barat selaku ketua
TAPK Aceh Barat agar behati-hati dalam melakukan penganggaran.d. Memerintahkan Sekretaris Daerah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pertambangan
dan Energi dan Kuasa BUD untuk memasukkan Uang Jaminan KesungguhanPertambangan ke dalam Laporan Keuangan.
e. Memberikan sanksi administratif kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi danKuasa BUD supaya melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara tertib, taat padaperaturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab.
f. Memberikan sanksi administratif kepada Kepala DPKKD dan kepala SKPD yang lainsupaya melakukakan pengujian atas kebenaran angka-angka yang dihasilkan oleh BagianPembukuan.
g. Melalui Kepala DPKKD memberikan sanksi administratif kepada Kepala BidangAkuntansi supaya secara rinci melakukan verifikasi dan validasi laporan keuanganSKPD-SKPD terutama akun neraca.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 7 dari 8
2. Pengelolaan dan Penatausahaan Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Aceh Barat BelumTertib
Pengelolaan dan penatausahaan aset tetap Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Hasil pemeriksaan atas pengelolaan aset tetap
pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat belum mempunyai kebijakan kapitalisasi aset
sehingga biaya konsultansi baik perencanaan maupun pengawasan tidak menambah nilai
aset tetap terkait. Pada tahun 2009 terdapat biaya jasa konsultansi sebesar
Rp1.497.073.140,00 yang dianggarkan sebagai belanja barang dan tidak
dikapitalisasi/menambah nilai aset.
b. Aset tetap yang berasal dari hibah pihak lain belum dimasukkan dalam daftar inventaris
Kabupaten Aceh Barat dan belum dilaporkan ke dalam Neraca Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat. Dalam daftar aset hibah yang terdapat pada Bidang Kekayaan Daerah
DPKKD diketahui terdapat aset hibah dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi NAD,
negara lain dan Non Governmental Organization (NGO) minimal senilai
Rp13.094.791.065,00. Aset tersebut belum seluruhnya dilengkapi dengan dokumen
pendukung yang diperlukan. Bidang kekayaan daerah belum selesai seluruhnya
melengkapi dokumen yang dibutuhkan sebagai dasar untuk mencatat aset hibah tersebut
dalam daftar inventaris dan melaporkannya dalam neraca.
Kondisi di atas tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
tentang Aktiva Tetap paragraf 33 yang menyatakan bahwa biaya perolehan Gedung dan
Bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh Gedung
dan Bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain biaya konstruksi, termasuk biaya
pengurusan IMB, notaris, dan pajak. Selanjutnya dalam paragraf 34 menyatakan bahwa
biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini
meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan
sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
b. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, Paragraf 34 huruf (d) yangmenyatakan bahwa informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkapmungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhipengambilan keputusan.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Nilai Aset Tetap yang disajikan dalam Neraca Tahun 2009 belum termasuk aset atas
kapitalisasi biaya perencanaan/pengawasan.
b. Aset tetap yang berasal dari hibah belum dicatat pada neraca dan berpotensi
disalahgunakan.
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat belum menetapkan kebijakan kapitalisasi aset.
b. Masing-masing kepala dinas SKPD-SKPD belum mencatat dan melaporkan data aset-
aset hibah dalam laporan keuangan mereka dan juga belum melaporkan ke bidang
kekayaan sebagai bagian dari pertanggungjawaban pengelolaan aset di lingkungannya.
c. Pengawasan dan pengendalian Kepala DPKKD atas aset hibah masih belum maksimal.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 8 dari 8
Atas permasalahan ini Pemerintah Kabupaten Aceh Barat menyatakan kesulitan
dalam memperoleh data aset berdasarkan perolehan riil dan pengendalian seluruh aset yang
berasal dari perolehan lainnya yang sah (berupa hibah/bantuan) yang belum maksimal.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Aceh Barat agar:
a. Menginstruksikan kepada Sekretaris Daerah supaya membuat rancangan keputusan
kapitalisasi aset
b. si dengan Kepala SKPD dalam hal penyelanggaraan pengelolaan barang milik daerah
yang berasal dari hibah.
c. Memerintahkan kepada Kepala SKPD agar segera melengkapi dokumen-dokumen
pendukung dan selanjutnya mencatat aset-aset hibah tersebut dalam buku inventaris dan
melaporkan data aset-aset hibah dalam laporan keuangan mereka serta
memberitahukannya kepada bidang kekayaan DPKKD.
d. Memberikan sanksi administratif kepada Kepala DPKKD selaku BUD untuk
melaksanakan Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
menginstruksikan untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT
TAHUN ANGGARAN 2009
DI
MEULABOH
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI NADDI BANDA ACEH
Nomor : 4.C/LHP/XVIII.BAC/05/2010
Tanggal : 7 Mei 2010
BUKU III
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman i dari iii
DAFTAR ISI
RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAN ATAS KEPATUHAN TERHADAPPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM KERANGKA PEMERIKSAANLKPD TA 2009 …………………………….....................................................................…........ ii
1. Terdapat Pengeluaran Uang dari Kas Daerah Tanpa Berdasarkan SP2D (Kasbon) SebesarRp689.468.438,60................................................................................................................. 1
2. Sisa Uang Persediaan Sebesar Rp4.845.836.100,03 Belum Dipertanggungjawabkan ….... 4
3. Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif oleh Pimpinan dan Anggota DewanBelum Sesuai dengan yang Diharapkan Sebesar Rp1.162.476.078,00................................ 6
4. Pencairan Jaminan Pelaksanaan Senilai Rp13.050.000,00 pada Dinas Kelautan danPerikanan Belum Dilaksanakan............................................................................................ 8
5. Terjadi Kekurangan Pekerjaan pada Kegiatan Pemeliharaan Jembatan Krueng Meulabohdi Dinas Bina Marga Sebesar Rp10.312.471,50.................................................................. 10
6. Hasil Pembangunan Balai Benih Ikan Senilai Rp1.556.910.796,00 Tidak DapatDimanfaatkan........................................................................................................................ 12
7. Pembangunan Fasilitas Tambat Labuh Boat Senilai Rp1.219.788.000,00 di KecamatanJohan Pahlawan Belum dapat Dimanfaatkan........................................................................ 13
8. Belanja untuk Sertifikasi Tanah Sebesar Rp529.604.250,00 Tidak Menambah AsetTanah ……………………………………………………………………………………… 14
LAMPIRAN
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman ii dari iii
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS
KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LKPD TA 2009
Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksud
telah telah dimuat dalam laporan Nomor 4.A/LHP/XVIII.BAC/05/2010 tanggal 7 Mei 2010.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mengharuskan BPK melaksanakan pengujian
atas kepatuhan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan
tanggung jawab manajemen Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Tanggung jawab BPK
terletak pada pengungkapan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan berdasarkan pemeriksaan BPK. Namun, laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan
tidak dimaksudkan untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BPK menemukan adanya ketidakpatuhan dalam pengujian kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundangan-undangan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Pokok-pokok
temuan ketidakpatuhan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengeluaran uang dari kas daerah tanpa berdasarkan SP2D (Kasbon) sebesar
Rp689.468.438,60;
2. Sisa uang persediaan sebesar Rp4.845.836.100,03 belum dipertanggungjawabkan;
3. Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif oleh Pimpinan dan Anggota Dewan belum
sesuai dengan yang diharapkan sebesar Rp1.162.476.078,00;
4. Pencairan Jaminan Pelaksanaan Senilai Rp13.050.000,00 pada Dinas Kelautan dan
Perikanan Belum Dilaksanakan;
5. Terjadi kekurangan pekerjaan pada kegiatan Pemeliharaan Jembatan Krueng Meulaboh di
Dinas Bina Marga Sebesar Rp10.312.471,50;
6. Pembangunan Balai Benih Ikan senilai Rp1.556.910.796,00 tidak dapat digunakan;
7. Pembangunan Fasilitas Tambat Labuh Boat senilai Rp1.219.788.000,00 di Kecamatan
Johan Pahlawan belum dapat dimanfaatkan;
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman iii dari iii
8. Belanja untuk sertifikasi tanah sebesar Rp529.604.250,00 tidak menambah nilai Aset
Tanah
Sehubungan temuan tersebut, BPK merekomendasikan agar dilakukan perbaikan dan langkah
tindak lanjut sesuai rekomendasi yang dimuat dalam hasil pemeriksaan.
Temuan dan rekomendasi secara rinci dapat dilihat pada hasil pemeriksaan dalam laporan ini.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 1 dari 16
TEMUAN PEMERIKSAAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat TA 2009 dapat dikemukakan hal-hal yang perlu mendapat perhatian terkait
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sebagai berikut.
1. Terdapat Pengeluaran Uang dari Kas Daerah Tidak Berdasarkan SP2D (Kasbon)
Sebesar Rp689.468.438,60
Untuk TA 2009 Penatausahaan dan Pengelolaan Kas Daerah Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat dikelola pemegang kas daerah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
Daerah (DPKKD) dalam hal ini disebut dengan staf yang bertugas sebagai Penghubung
antara SKPKD dan bank yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Bupati Aceh Barat No.309
Tahun 2009 tanggal 9 Nopember 2009. Staf tersebut juga bertugas mengelola penerimaan
dan pengeluaran Kas Daerah. Buku Kas Umum (BKU) per tanggal 31 Desember 2009
telah ditutup oleh Penghubung antara SKPKD dan bank dengan diketahui oleh atasan
langsungnya yaitu Kuasa BUD selaku pihak yang berwenang dalam menerbitkan SP2D.
Posisi saldo Buku Kas Umum dan saldo bank per 31 Desember 2009 adalah sebagai
berikut:
Penerimaan dari 1 Jan s.d. 31 Des. 2009 Rp482.753.976.253,89
Pengeluaran dari 1 Jan s.d. 31 Des. 2009 (Rp479.334.604.937,00)
Saldo Buku per 31 Des. 2009 Rp 3.419.371.316,89
Saldo Bank per 31 Des. 2009 Rp 2.556.352.378,29
Saldo Kas BUD per 31 Des. 2009 Rp 0,00
Saldo Kas dan Bank per 31Desember 2009 Rp 2.556.352.378,29
Saldo Kas dan Bank sebesar Rp2.556.352.378,29 per 31 Desember 2009 terdiri dari:No. Nama Bank No.Rekening Jumlah (Rp)
1. BPD Cab. Meulaboh/ DAU 060.01.02.803372-7 2.116.460.852,572. BPD Cab. Meulaboh/Jasa Giro 060.01.02.803530-0 26.292.333,523. BPD Cab. Meulaboh/PAD 060.01.02.803001-2 19.839.040,004. BPD Cab. Meulaboh/Dana ZIS 060.01.02.803651-6 144.447.815,355. BPD Cab. Meulaboh/SDA 060.01.02.803386-6 0,856. BNI Cab. Meulaboh/PPju 00172121086 228.542.564,007. BNI Cab. Meulaboh/Jasa Giro 0169729860 20.769.772,00Jumlah Saldo Bank 2.556.352.378,29Saldo Kas Tunai 0,00Saldo Kas dan Bank 2.556.352.378,29
Hasil rekonsiliasi antara saldo BKU dan Saldo Bank pada tanggal 31 Desember 2009
menunjukkan hal sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Uraian Buku Kas Umum Kas dan Bank Selisih Kasbon SelisihSaldo per 31/12/2009 3.419.371.316,89 2.556.352.378,29Koreksi Rekonsiliasi-/- Sp2D Lewat tahun (13.500.000,00)-/- Kelebihan pencatatan pend (177.295.842,00) (5.334.250,00)-/- Trdpt kekurangan pencatatan pend 32.160.607,47-/- Trdpt kelebihan pencatatan pengln 43.122.193,00-/- Trdpt kekurangan penctt pengln (92.800.001,00)-/- Trdpt kekrg penctt pend TYL 2.428.292,53Saldo Per 31 Desember 2009 3.226.986.566,89 2.537.518.128,29 689.468.438,60 689.468.438,60 0,00
Dari rekonsiliasi tersebut diketahui terdapat SP2D yang baru dikeluarkan dari
rekening Kasda pada tanggal 8 Januari 2010 senilai Rp13.500.000,00. Hal ini terjadi
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 2 dari 16
karena pihak bank tidak mendebit/memindahbukukan uang dari rekening Kas Daerah pada
tanggal 30 Desember 2009 atas belanja daerah, tetapi mendebit (mengeluarkan) dari
Rekening Bendahara Pengeluaran SKPD Dinas Kesehatan pada tanggal 30 Desember 2009
dan sekaligus mengkredit (menambah) ke rekening tersebut. Kekeliruan tersebut telah
dikoreksi oleh bank seperti yang dijelaskan sebelumnya yaitu baru didebit (dikeluarkan)
dari rekening Kasda tanggal 8 Januari 2010. Pada Rekening Koran juga diketahui terdapat
uang masuk atau nota kredit sebesar Rp5.334.250,00 yang sebenarnya bukan merupakan
penerimaan pada Rekening Kas Daerah, karena pada tanggal 8 Januari 2010 pihak Bank
melakukan koreksi dengan menarik kembali atau membuat nota debet rekening Kas
Daerah. Pada BKU terdapat kelebihan pencatatan pendapatan sebesar Rp177.295.842,00,
kekurangan pencatatan pendapatan sebesar Rp32.160.607,47, dan kelebihan dalam
pencatatan pengeluaran sebesar Rp43.122.193,00 serta terdapat kekurangan pencatatan
pengeluaran sebesar Rp92.800.001,00. Selain itu, pada BKU juga terdapat penyesuaian
terhadap pencatatan pendapatan tahun yang lalu sebesar Rp2.428.292,53. Selisih sebesar
Rp689.468.438,60 merupakan kasbon yang terdiri atas kasbon s.d. tahun 2004 sebesar
Rp660.658.438,60 dan kasbon tahun 2007 sebesar Rp28.810.000,00 dengan rincian
sebagai berikut:
No Uraian TA Kas Bon (Rp) Per31/12/2009
Unit Kerja Nama Penerima
1 SPMU Double 2 buah 1994 179.556.883,00 - -
2 SK Bupati No 903/251/05-11-1996 1996 3.024.987,60 - -
3 Uang Terbakar (Referendum Aceh) 1999 2.518.000,00 - -
a. Bendahara Pengeluaran pada masing-masing SKPD lalai mempertanggungjawabkan
sisa UP/TUP.
b. Kepala SKPD sebagai atasan langsung Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan dan
BUD lemah dalam pengawasan dan pengendalian pertanggungjawaban sisa UP oleh
Bendahara Pengeluaran.
Atas temuan BPK tersebut, Kepala DPKKD menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan
sisa UP tersebut, Pemkab Aceh Barat telah menyurati masing-masing Kepala SKPD.
Untuk penyelesaian sisa UP ini akan terus diupayakan sehingga seluruh dana dari sisa UP
yang ada pada bendahara pengeluaran pada masing-masing SKPD dapat disetorkan
kembali ke rekening kas umum daerah.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Aceh Barat agar:
a. Menginstruksikan Kepala SKPD yang bersangkutan untuk memberikan sanksi
administratif kepada Bendahara Pengeluaran supaya menyetorkan Sisa UP Sebesar
Rp4.845.836.100,03 ke Kas Daerah.
b. Memberikan sanksi administratif kepada para Kepala SKPD terkait sebagai atasan
langsung Bendahara Pengeluaran supaya lebih meningkatkan pengawasan dan
pengendalian terhadap penyelesaian sisa uang persediaan.
c. Melimpahkan masalah tersebut ke Tim TP/TGR untuk diproses lebih lanjut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 6 dari 16
3. Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif oleh Pimpinan dan Anggota Dewan
Belum Sesuai dengan yang Diharapkan Sebesar Rp1.162.476.078,00
Pada TA 2006 Pemerintah Aceh Barat telah merealisasikan Belanja Tunjangan
Komunikasi Intensif kepada Pimpinan dan anggota Dewan berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.37 Tahun 2006 tanggal 14 Nopember 2006 tentang
Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2004 tentang kedudukan
protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota dewan perwakilan rakyat daerah, pada
pasal 14 D menyatakan bahwa tunjangan komunikasi intensif dan dana operasional
dibayarkan mulai tanggal 1 Januari 2006. Tetapi berdasarkan Peraturan Pemerintah No.21
Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas peraturan pemerintah No.24 tahun 2004 tentang
kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota dewan perwakilan rakyat
daerah yang dikeluarkan pada tanggal 16 Maret 2007, mengubah pasal 14 D menjadi 14 C
yang menyatakan bahwa Tunjangan Komunikasi Intensif sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 A dibayarkan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2007. Dengan berubahnya
ketentuan, realisasi pembayaran mulai 1 Januari s.d. Desember 2006 harus dikembalikan
ke Kas Daerah. Ini dinyatakan dalam pasal 29 A ayat (1) Peraturan Pemerintah No.21
Tahun 2007 bahwa pimpinan dan anggota DPRK yang telah menerima tunjangan
komunikasi intensif dan pimpinan DPRK yang telah menerima Dana Operasional
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.37 Tahun
2006 harus menyetorkan kembali ke kas umum daerah paling lambat satu bulan sebelum
berakhirnya masa bakti sebagai anggota DPRK periode tahun 2004 sampai dengan tahun
2009, dan pasal 29 A ayat 2 bahwa pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan
dana operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan cara sekaligus atau
mengangsur setiap bulan.
Setelah masa bakti berakhir pada bulan Juli 2009, dari total nilai yang harus
dikembalikan Rp2.311.713.000,00 telah disetor ke Kas Daerah sebesar
Rp1.149.236.922,00 sehingga masih tersisa sebesar Rp1.162.476.078,00. Sampai
berakhirnya pemeriksaan sisa dana tunjangan komunikasi intensif tersebut belum disetor
kembali.
Pengembalian sisa dana tunjangan komunikasi intensif tersebut pada umumnya
masih menghadapi kendala yaitu:
a. Adanya kelemahan pada Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2007 pada pasal 29A yang
tidak menetapkan sanksi.
b. Pada umumnya para anggota dewan yang lama tidak terpilih kembali sebagai anggota
dewan yang baru, mengakibatkan macetnya pengembalian.
c. Upaya yang telah dilakukan oleh Sekretaris Dewan menjadi kurang maksimal karena
terdapat beberapa anggota dewan yang tidak menjabat lagi.
d. Belum adanya sanksi yang tegas terhadap para anggota dewan yang belum
menyelesaikan tunggakan TKI mereka.
e. Selain kendala-kendala di atas penyebab macetnya pengembalian dana TKI adalah
karena para anggota dewan dan mantan anggota dewan masih mengharapkan
dihapuskannya atau dicabutnya pengembalian dana TKI yang telah terlajur dibayarkan
kepada mereka ke Mahkamah Agung RI.
Sebelum berakhirnya pemeriksaan tepatnya tanggal 6 Mei 2010, telah diterbitkan
surat Menteri Dalam Negeri No.555/1757/SJ kepada seluruh Gubernur dan
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 7 dari 16
Bupati/Walikota seluruh Indonesia perihal Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif
dan Dana Operasional yang menyatakan bahwa berdasarkan Keputusan Mahkamah Agung
RI No.17/P/PUM/2009 tanggal 18 Juni 2009 mengenai tidak diterimanya permohonan
keberatan Hak Uji Materiil Pengembalian Sisa Dana TKI dan BO, maka ketentuan
Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2007 tetap berlaku, sehingga Pimpinan dan Anggota
DPRK masa bakti 2004-2009 yang telah menerima dana TKI dan BO (khusus pimpinan)
yang dibayarkan berdasarkan PP No.37 Tahun 2006 bagi yang belum melakukan
pengembalian tetap berkewajiban mengembalikan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Peraturan
Pemerintah No.24 Tahun 2004 tentang kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan
dan anggota dewan perwakilan rakyat daerah yang dikeluarkan pada tanggal 16 Maret
2007, mengubah pasal 14 D menjadi 14 C yang menyatakan bahwa Tunjangan
Komunikasi Intensif sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 A dibayarkan terhitung
mulai tanggal 1 Januari 2007.
b. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2007 pasal 29 A ayat (1) pimpinan dan anggota
DPRK yang telah menerima tunjangan komunikasi intensif dan pimpinan DPRK yang
telah menerima Dana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.37 Tahun 2006 harus menyetorkan kembali ke Kas Umum
Daerah paling lambat satu bulan sebelum berakhirnya masa bakti sebagai anggota
DPRK periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2009
c. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2007 pasal 29 A ayat (2) pengembalian Tunjangan
Komunikasi Intensif dan dana operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
dengan cara sekaligus atau mengansur setiap bulan.
Kondisi tersebut mengakibatkan macetnya pengembalian sisa dana tunjangan
komunikasi intensif sebesar Rp1.162.476.078,00 ke kas daerah berpotensi merugikan
keuangan daerah.
Kondisi tersebut terjadi karena:
a. Anggota dewan dan mantan anggota dewan masih mengharapkan dihapuskannya atau
dicabutnya pengembalian dana TKI yang telah terlajur dibayarkan kepada mereka ke
Mahkamah Konstitusi
b. Telah berakhirnya masa bakti anggota DPRK periode tahun 2004 sampai dengan tahun
2009
Atas temuan BPK tersebut, Kepala DPKKD menjelaskan bahwa Pemkab Aceh
Barat melalui Sekretariat DPRK Aceh Barat, akan berupaya terus-menerus sehingga
pengembalian sisa dana tunjangan komunikasi intensif dapar direalisasikan seluruhnya
sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
BPK merekomendasikan kepada Bupati Aceh Barat agar menginstruksikanSekretaris DPRK Aceh Barat untuk menagih kelebihan pembayaran belanjapenunjang komunikasi insentif bagi pimpinan dan anggota DPRK danmenyetorkan hasilnya ke Kas Daerah. Copy bukti setor agar disampaikan kepadaBPK.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 8 dari 16
4. Pencairan Jaminan Pelaksanaan Senilai Rp13.050.000,00 pada Dinas Kelautan dan
Perikanan Belum Dilaksanakan
Pada TA 2009 Dinas Kelautan dan Perikanan menganggarkan belanja modal
pengadaan konstruksi reservoir sebesar Rp327.302.000,00 dengan realisasi sebesar
Rp289.457.000,00 atau 88,44% dari anggaran. Dana tersebut berasal dari DAK sebesar
Rp263.142.727,00 dan dari SDA sebesar Rp26.314.273,00. Pekerjaan konstruksi
reservoir pembangunan Kolam Air Deras di Desa Meutulang dilaksanakan oleh CV
Ujong Tanoh Darat Putra berdasarkan kontrak No.523/387/SPP-DKP/2009 tanggal 29
Juli 2009 senilai Rp261.000.000,00 dengan metode pelelangan terbuka. Jangka waktu
pelaksanaan selama 120 hari terhitung mulai tanggal 31 Juli s.d 27 Nopember 2009.
Dalam pelaksanaan kontrak terjadi addendum penambahan waktu selama 13 hari yang
tertuang dalam addendum kontrak No.523/518/ADD-DKP/2009 tanggal 26 Nopember
2009.
Hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak dan penjelasan dari PPTK Bidang
Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat diketahui
bahwa pekerjaan telah dihentikan dan telah dilakukan pemutusan kontrak sesuai dengan
Surat Pemutusan Kontrak No.523/527/SPKK-DKP/2009 tanggal 11 Desember 2009
dengan progres fisik sebesar 90%. Pemutusan kontrak ini dilakukan karena sampai
dengan tanggal berakhirnya kontrak pada tanggal 10 Desember 2009, rekanan tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan. Pekerjaan telah dibayar seluruhnya sebesar Rp223.115.000,00
atau merupakan 85,49% dari nilai kontrak dengan rincian sebagai berikut:
a. Sebelum pemutusan kontrak pembayaran termyn sebesar 45% dengan SP2D
No.4081/SP2D/BL/LS.BJ/2.05.01/2009 tanggal 12 Nopember 2009 sebesar
Rp101.434.091,00 dan SP2D No.3146/SP2D/BL/LS.BJ/2.05.01/2009 tanggal 12
Nopember 2009 sebesar Rp10.143.409,00.
b. Setelah pemutusan kontrak Pembayaran termyn sebesar 90% dengan SP2D
No.4081/SP2D/BL/LS.BJ/2.05.01/2009 tanggal 28 Desember 2009 sebesar
Rp101.434.091,00 dan SP2D No.4082/SP2D/BL/LS.BJ/2.05.01/2009 tanggal 28
Desember 2009 sebesar Rp10.143.409,00
Sampai dengan pemeriksaan berakhir, jaminan pelaksanaan pekerjaan
No.1028/JB/MBO/VIII/2009 tanggal 5 Agustus 2009 yang berlaku sebesar
Rp13.050.000,00 jatuh tempo pada tanggal 9 Juni 2010 belum dicairkan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keppres No.80 Tahun 2003 tentang Pedoman
3. Tahun Anggaran Pemantauan........................................................................................... 1
4. Tujuan Pemantauan............................................................................................................ 1
5. Jangka Waktu Pemantauan............................................................................................... 2
6. Gambaran Umum Pemeriksaan......................................................................................... 2
a. Organisasi dan Prosedur Kerja....................................................................................... 2
b. Penyelesaian Kerugian Daerah....................................................................................... 3
c. Penatausahaan dan Pelaporan......................................................................................... 3
7. Hasil Pemantauan................................................................................................................ 3
a. Hasil Pemantauan........................................................................................................... 3
b. Permasalahan Dalam Penyelesaian Kerugian Daerah.................................................... 4
c. Rekomendasi................................................................................................................... 6
LAMPIRAN
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 1 dari 7
BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMANTAUANATAS
PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAHPADA
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARATDI
MEULABOH
SEMESTER I TAHUN 2010
1. Dasar Pemantauan
a. Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
b. Undang-Undang No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Entitas Pemantauan
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat.
3. Tahun Anggaran Pemantauan
Tahun Anggaran (TA) 2009.
4. Tujuan Pemantauan
Pemantauan atas penyelesaian kerugian daerah dilakukan untuk mengetahui:
a. Keberadaan dan pelaksanaan tugas Majelis Pertimbangan TP dan TGR dalam menangani
kerugian daerah.
b. Posisi kasus kerugian daerah pada instansi yang dipantau per 31 Desember 2009 dan posisi
terakhir s.d tanggal 7 Mei 2010 meliputi:
1) Kasus yang telah ditetapkan SK pembebanannya;
2) Kasus yang sedang dalam proses penyelesaian pembebanan;
3) Kasus yang berupa informasi kerugian daerah namun belum diproses penyelesaian
kerugian daerahnya.
c. Ketepatan pengenaan kerugian daerah.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 2 dari 7
5. Jangka Waktu Pemantauan
Pemantauan atas penyelesaian Kerugian Daerah dilakukan selama 46 hari mulai tanggal 23 Maret
2010 s.d.07 Mei 2010.
6. Gambaran Umum Pemeriksaan
a. Organisasi dan Prosedur Kerja
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat telah menetapkan Majelis Pertimbangan Tuntutan
Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Material Daerah Kabupaten Aceh
Barat dengan Keputusan Bupati Aceh Barat No. 141 Tahun 2009 tanggal 8 Januari 2009.
Keanggotaan Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi
(TP/TGR) Keuangan dan Material Daerah sebagai berikut:
1) Pembina : Bupati
2) Pengarah : Wakil Bupati
3) Ketua merangkap Anggota : Sekretaris Daerah
4) Wakil Ketua merangkap Anggota : Asisten Administrasi Sekretariat Daerah
5) Wakil Ketua merangkap Anggota : Kepala Inspektorat
6) Sekretaris : Kepala DPKKD
7) Anggota : Kepala Bagian Kepeg. Sekretariat Daerah8) Anggota : Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Dalam Surat Keputusan tersebut ditetapkan tugas Majelis Pertimbangan Tuntutan
Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebagai berikut:
1) Memanggil Aparatur yang diduga telah melakukan penyimpangan sehingga
menyebabkan terjadinya kekurangan Perbendaharaan Keuangan Daerah/Negara dan
Material Daerah.
2) Pelaksanaan penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Keuangan Daerah/Negara dan Material
Daerah.
3) Melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi
Keuangan Daerah/Negara.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat belum menetapkan prosedur kerja Majelis Pertimbangan
Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Material Daerah.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat telah menetapkan Sekretariat Tim Tuntutan
Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi dengan Keputusan Bupati Aceh Barat No. 142
Tahun 2009 tanggal 8 Januari 2009.
Keanggotaan Sekretariat Tim Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi sebagai
berikut:
1) Ketua Sekretariat : Sekretaris DPKKD
2) Anggota : Kepala Bidang Anggaran DPKKD
3) Anggota : Kepala Bidang Akuntansi DPKKD
4) Anggota : Kepala Bidang Kekayaan DPKKD
5) Anggota : Kepala Bidang Pendapatan DPKKD
Dalam Surat Keputusan tersebut ditetapkan tugas Sekretariat Tim Tuntutan Perbendaharaan
dan Tuntutan Ganti Rugi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebagai berikut:
1) Menyiapkan daftar hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional dalam formulir
yang telah ditetapkan.
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 3 dari 7
2) Melakukan evaluasi terhadap laporan hasil pelaksanaan tindak lanjut yang telah
dilakukan oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan.
3) Mempersiapkan jadwal pelaksanaan rapat koordinasi Tindak Lanjut Laporan Hasil
Pemeriksaan dan Rapat TP/TGR.
4) Mengadakan rapat koordinasi dan sidang TP/TGR secara berkala sekurang-kurangnya
satu bulan sekali untuk membahas tindak lanjut terhadap temuan pemeriksaan.
5) Melakukan monitoring secara terus-menerus terhadap pelaksanaan tindak lanjut yang
dilakukan oleh pimpinan unit kerja serta menguji, menilai dan menyelaraskan kebenaran
laporan pengaduan.
6) Mengadakan konsultasi dengan Aparat Pengawasan Fungsional lainnya dan dengan pihak
Kejaksaan/Kepolisian yang menangani/memeriksa kasus temuan yang diduga adanya
unsur tindak pidana.
7) Mempersiapkan bahan/data yang akan dibahas dalam rapat pemutakhiran data.
8) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati Aceh Barat.
b. Penyelesaian Kerugian Daerah
Posisi kerugian daerah per 30 April 2010 sebanyak 23 kasus senilai Rp4.797.562.268,20 dantelah ditindaklanjuti sebanyak dua kasus senilai Rp123.515.009,00 sehingga sisa kasus yangbelum ditindaklanjuti sebanyak 23 kasus dengan nilai sebesar Rp4.674.047.259,20, denganrincian sebagai berikut:
1) Kerugian daerah yang telah ditetapkan SK Pembebanan dan Surat Keterangan Tanggung
Jawab Mutlak (SKTJM) sebanyak satu kasus senilai Rp901.402.480,00, telah
ditindaklanjuti sebanyak sebesar Rp68.000.000,00, sehingga sisa yang belum
ditindaklanjuti sebesar Rp833.402.480,00.
2) Kerugian Daerah yang sedang dalam proses penyelesaian pembebanan sebanyak 0 kasus,
senilai Rp0,00.
3) Kerugian Daerah yang masih berupa informasi sebanyak 22 kasus, senilai
Rp3.896.159.788,20, telah ditindaklanjuti sebanyak satu kasus senilai Rp55.515.509,00
sehingga sisa yang belum ditindaklanjuti sebanyak 22 kasus dengan nilai sebesar
Rp3.840.644.779,20. Kerugian tersebut merupakan hasil pemeriksaan BPK dan
Inspektorat Aceh.
Keadaan di atas menunjukkan bahwa penyelesaian kerugian daerah pada PemerintahKabupaten Aceh Barat belum terlaksana dengan optimal dan efektif, karena MajelisPertimbangan TP/TGR Kabupaten Aceh Barat belum melakukan tugasnya sesuai ketentuan.
c. Penatausahaan dan Pelaporan
Sekretariat Tim TP/TGR belum mengumpulkan hasil pemeriksaan BPK maupun aparat
pengawasan fungsional yang berindikasi kerugian daerah sebagai bahan penetapan TP/TGR.
Penatausahaan dokumen tersebut masih dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Aceh
Barat. Dengan demikian penatausahaan dan pelaporan TP/TGR belum dilaksanakan oleh
Sekretariat Tim TP/TGR.
7. Hasil Pemantauan
a. Hasil Pemantauan
1) Tim Penyelesaian Kerugian Negara (Majelis TP/TGR) belum berjalan sebagaimana
mestinya dalam menangani penyelesaian kerugian daerah.
2) Posisi kerugian daerah per tanggal 30 April 2010 sebanyak 23 kasus senilai
Rp4.797.562.268,20 dan telah ditindaklanjuti sebanyak dua kasus senilai
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 4 dari 7
Rp123.515.009,00 sehingga sisa kasus yang belum ditindaklanjuti sebanyak 23 kasus
dengan nilai sebesar Rp4.674.047.259,20, dengan perincian sebagai berikut:
a) Kerugian daerah yang telah ditetapkan SK Pembebanan dan Surat Keterangan
Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) sebanyak satu kasus senilai senilai
Rp901.402.480,00, telah ditindaklanjuti sebesar Rp68.000.000,00, sehingga sisa
kasus yang belum ditindaklanjuti sebesar Rp833.402.480,00;
b) Kerugian daerah yang sedang dalam proses penetapan pembebanannya adalah nihil;
c) Kerugian Daerah yang masih berupa informasi sebanyak 22 kasus, senilai
Rp3.896.159.788,20, telah ditindaklanjuti satu kasus senilai Rp55.515.509,00
sehingga sisa kasus yang belum ditindaklanjuti sebanyak 22 kasus dengan nilai
sebesar Rp3.840.644.779,20. Kerugian tersebut merupakan hasil pemeriksaan BPK
dan Inspektorat Aceh.
(Rincian lihat lampiran).
b. Permasalahan dalam penyelesaian kerugian daerah
1) Tim Penyelesaian Kerugian Negara (Majelis TP/TGR) belum berjalan sebagaimana
mestinya dalam menangani Penyelesaian Kerugian Daerah;
2) Kasus kerugian daerah pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat yang tersisa sebanyak 23
kasus senilai Rp4.797.562.268,20 yang terdiri dari:
a) Kerugian daerah yang telah ditetapkan SK Pembebanan dan Surat Keterangan
Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) yaitu atas nama Sulaiman Jalil, SE senilai senilai
Rp901.402.480,00, telah ditindaklanjuti sebesar Rp68.000.000,00, sehingga sisa
Rp833.402.480,00
b) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan LKD Kabupaten Aceh Barat TA 2005
terdapat lima kasus kerugian daerah senilai Rp542.871.108,02, telah ditindaklanjuti
senilai Rp165.204.509,00 sehingga sisa yang belum ditindaklanjuti sebesar
Rp377.666.599,02 dengan rincian:
(1) Belanja Penunjang Kegiatan DPRK sebesar Rp90.000.000,00 tidak sesuai
ketentuan. telah dilakukan penyetoran senilai Rp55.515.009,00 pada tanggal 5
Desember 2008 sehingga masih terdapat kekurangan yang harus disetor ke kas
daerah sebesar Rp34.484.991,00.
(2) Terdapat Kelebihan Pembayaran atas Kegiatan Pembibitan dan Pengembangan
Buah-buahan dan Sayuran pada Dinas Kehutanan, Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Aceh Barat. Atas kasus tersebut terdapat kelebihan pembayaran yang
belum disetorkan kembali ke kas daerah sebesar Rp41.131.608,02.
(3) Pembayaran PBB Masyarakat menjadi tanggungan Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat sebesar Rp251.220.000,00 belum diselesaikan.
(4) Realisasi Belanja Modal pada Kegiatan Rehabilitasi Pasar Bina Usaha TA 2005
Dibayar Ganda Atas kasus tersebut terdapat kelebihan pembayaran sebesar
Rp50.830.000,00 belum disetorkan kembali ke kas daerah.
c) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Barat TA
2005 dan 2006 terdapat dua kasus kerugian daerah senilai Rp883.244.487,47 belum
ditindaklanjuti, antara lain:
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 5 dari 7
(1) Program Modal Usaha Bergulir pada Dinas Perindustrian Perdagangan serta
Koperasi dan UKM TA 2005 menunggak atas kasus tersebut terdapat tunggakan
dana bergulir sebesar Rp833.201.958,00 belum disetorkan ke kas daerah.
(2) Pekerjaan Pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada Dinas Kelautan
dan Perikanan kurang dikerjakan senilai Rp50.042.529,47 yang harus disetor ke
kas daerah.
d) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan LKD Kabupaten Aceh Barat TA 2006
terdapat satu kasus kerugian daerah yang belum ditindaklanjuti, yaitu Belanja Modal
Pengadaan Tanah pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat TA 2006. Atas kasus tersebut terdapat kelebihan pembayaran senilai
Rp54.500.000,00 yang belum disetorkan kembali ke Kas Daerah.
e) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan Pertanggungjawaban Keuangan Partai
Politik TA 2006 terdapat satu kasus kerugian daerah yang belum ditindaklanjuti yaitu
Pemberian Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik TA 2006 Melebihi Ketentuan
yang Ditetapkan. Atas kasus tersebut terdapat kelebihan pembayaran senilai
Rp122.500.000,00 yang belum disetorkan kembali ke kas daerah.
f) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan Pertanggungjawaban Keuangan Dana
Kesehatan APBN dan APBD TA 2006 dan 2007 terdapat tiga kasus kerugian daerah
senilai Rp1.313.886.793,13 yang belum ditindaklanjuti, antara lain:
(1) Penetapan Biaya Pemakaian Ambulance Askeskin TA 2006 Lebih Besar dari
Biaya yang ditetapkan oleh BP RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh. Atas kasus
tersebut terdapat kelebihan pembayaran senilai Rp14.574.800,00 belum
disetorkan kembali ke kas daerah.
(2) Pembayaran untuk Jasa Pelayanan Medis Dana Askeskin di sebelas Puskesmas
tidak sesuai dengan ketentuan. Atas kasus tersebut terdapat pembayaran Jasa
Pelayanan Medis Dana Askeskin senilai Rp1.246.410.915,00 belum disetorkan
ke kas daerah.
(3) Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas untuk Dokter dan Paramedis yang tidak
sesuai dengan volume dalam kontrak. Atas kasus tersebut terdapat kekurangan
volume pekerjaan senilai Rp52.901.078,13 dan yang belum disetorkan ke kas
daerah.
g) Berdasarkan LHP BPK atas Pemeriksaan LKD Kabupaten Aceh Barat TA 2007,
terdapat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin dan jembatan pada Dinas
Prasarana Wilayah tidak sesuai ketentuan senilai Rp902.089.397,00 belum
ditindaklanjuti.
h) Berdasarkan LHP BPK atas Belanja Daerah TA 2007 dan 2008 terdapat dua kasus
kerugian daerah senilai Rp41.520.726,58 yang belum ditindaklanjuti yaitu:
(1) Pengadaan peralatan Hotel Praktek SMK 3 Meulaboh kurang diserahkan senilai
Rp18.076.916,00 belum diselesaikan dan disetorkan kembali ke Kas Daerah.
(2) Kekurangan pekerjaan senilai Rp2.250.000,00 dan kelebihan pembayaran senilai
Rp21.193.810,58 belum diselesaikan dan disetorkan kembali ke Kas Daerah.
i) Berdasarkan LHP Inspektorat Aceh bidang Pemerintahan pada Sekretariat Dewan TA
2008 terdapat dua kasus kerugian daerah senilai Rp3.280.500,00 yang belum
ditindaklanjuti yaitu:
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 6 dari 7
(1) Pengadaan alat kelengkapan komputer fiktif senilai Rp1.090.000,00 belum
diselesaikan dan belum disetorkan kembali ke Kas Daerah
(2) Kemahalan harga pembelian pelumas senilai Rp2.190.500,00 belum diselesaikan
dan disetorkan kembali ke Kas Daerah
j) Berdasarkan LHP Inspektorat Aceh bidang Perlengkapan pada Dinas Cipta Karya
dan Pengairan TA 2008 terdapat lima kasus kerugian daerah senilai Rp62.600.258,00
yang belum ditindaklanjuti yaitu:
(1) Kekurangan volume pekerjaan senilai Rp1.149.858,00 pada pekerjaan
peningkatan jalan lingkungan Lorong Kijang belum diselesaikan dan disetorkan
ke Kas Daerah;
(2) Kekurangan volume pekerjaan senilai Rp19.556.664,00 pada pekerjaan
peningkatan jalan lingkungan Desa Cot Darat belum diselesaikan dan disetorkan
ke Kas Daerah;
(3) Kekurangan volume pekerjaan senilai Rp28.793.835,00 pada pekerjaan
peningkatan jalan lingkungan Desa Ujong Drien belum diselesaikan dan
disetorkan ke Kas Daerah;
(4) Kekurangan volume pekerjaan bahu jalan senilai Rp1.837.910,00 pada
peningkatan jalan lingkungan SD Rantau Panjang Timur belum diselesaikan dan
disetorkan ke Kas Daerah;
(5) Kekurangan volume pekerjaan senilai Rp11.261.991,00 pada lanjutan
pemeliharaan daerah Irigasi Balee belum diselesaikan dan disetorkan ke Kas
Daerah.
k) Berdasarkan LHP Inspektorat Aceh bidang Perlengkapan pada Dinas Pendidikan TA
2008 terdapat satu kasus kerugian daerah yaitu kekurangan volume pekerjaan senilai
Rp79.176.018,00 yang belum diselesaikan dan disetorkan ke Kas Daerah.
c. Rekomendasi
Sehubungan dengan kasus-kasus kerugian daerah tersebut, BPK merekomendasikan kepada
Bupati Aceh Barat untuk mengambil tindakan agar:
1) Menginstruksikan kepada Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan
Ganti Rugi (Majelis Pertimbangan TP/TGR) yang telah dibentuk agar menatausahakan
dan memantau kasus kerugian daerah secara tertib dan lengkap serta sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
2) Segera melaporkan kepada BPK setiap kerugian negara yang diakibatkan oleh bendahara
(Tuntutan Perbendaharaan) selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah kerugian negara
diketahui dan melaksanakan Tuntutan Perbendaharaan sesuai dengan Peraturan BPK No.
3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap
Bendahara;
3) Kasus kerugian daerah yang belum ada angsuran sama sekali, agar segera TP/TGR sesuai
Undang-undang No.1 Tahun 2004, Pasal 59 ayat (3);
4) Menindaklanjuti kasus kerugian daerah yang belum selesai, di mana SKTJM telah
melampaui waktu yang diperjanjikan, dengan menerbitkan Keputusan Pembebanan Ganti
Rugi, dengan tetap mengupayakan barang jaminan minimal senilai besarnya kerugian
dari masing-masing penanggung jawab;
BPK RI Perwakilan Provinsi NAD Halaman 7 dari 7
5) Segera memproses TP/TGR kepada penanggung jawab walaupun kasus yang
bersangkutan dalam proses pihak POLRI/Kejaksaan, sesuai Pasal 62 Ayat 2 Undang-
Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
6) Menginstruksikan Inspektorat Kabupaten Aceh Barat untuk mengusahakan Surat
Pernyataan Pengakuan Hutang (SPPH) dari pihak III sebagai dasar penagihan dan
melakukan penagihan sampai lunas, apabila upaya damai tidak berhasil, agar dilanjutkan
melalui Peradilan Umum sesuai kontrak/ SPK (Surat Perintah Kerja).
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
I
NoNama, NIP, Jabatan, Penanggung
jawab & Unit KerjaJenis Kasus (Tahun Kejadian)
Jumlah Kerugian
(Rp)Angsuran (Rp) Sisa (Rp)
Data/Dokumen
yang adaMasalah
Koment
ar
Instansi
Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Sulaiman Jalil, SE Bendahara
Pengeluaran Setwan
Sisa UP TA 2007 901,402,480.00 68,000,000.00 833,402,480.00 SKTJM Tgl 26
April 2009, Surat
Bupati kepada
Kejaksaan
No.961/785/2009
Tgl 26 Mei 2009
tentang adanya
kerugian daerah
Sisa UP
TA 2007
yang
belum
disetor
Masih
dalam
proses di
Kejaksaan
Jumlah 901,402,480.00 68,000,000.00 833,402,480.00
#REF! #REF! #REF!
#REF! #REF! #REF!
II Kerugian daerah yang sedang dalam proses penetapan pembebanannya
Sumber Informasi Uraian Kasus Nilai Kerugian (Rp) Angsuran (Rp) Sisa (Rp) Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
1 nihil nihil nihil nihil nihil nihil
III
Sumber Informasi Uraian Kasus Nilai Kerugian (Rp) Angsuran (Rp) Sisa (Rp) Keterangan
1 2 3 4 5 6=4-5 7
1 LHP BPK-RI atas LKPD TA 2005 Belanja Penunjang Kegiatan DPRD sebesar Rp90.000.000,00
Tidak Sesuai Ketentuan
90,000,000.00 55,515,009.00 34,484,991.00
2 s.da Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp41.131.608,02 atas
Kegiatan Pembibitan dan Pengembangan Buah-buahan dan
Sayuran pada Dinas Kehutanan, Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Aceh Barat
41,131,608.02 - 41,131,608.02
3 s.da Pembayaran PBB Masyarakat Menjadi Tanggungan
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp251.220.000,00
251,220,000.00 - 251,220,000.00
4 s.da Realisasi belanja modal pada kegiatan Rehabilitasi pasar Bina
Usaha TA 2005 dibayar ganda
50,830,000.00 50,830,000.00
5 LHP BPK-RI atas Belanja Daerah TA
2005 dan 2006
Program Modal Usaha Bergulir pada Dinas Perindustrian
Perdagangan serta Koperasi dan UKM TA 2005 Menunggak
Sebesar Rp833.201.958,00
833,201,958.00 - 833,201,958.00
Kasus kerugian daerah yang masih berupa informasi atau berasal dari Hasil Pemeriksaan BPK dan aparat pengawas fungsional dan atau belum diproses penyelesaiannya
DAFTAR PERKEMBANGAN PENYELESAIAN KASUS KERUGIAN DAERAH
PADA
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT
POSISI S.D. 30 APRIL 2010
Kerugian daerah yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap baik dengan SK pembebanan, surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTJM) dan putusan pengadilan
Lampiran
1 2 3 4 5 6=4-5 7
6 s.da Kekurangan pekerjaan pembangunan Pangkalan Pendaratan
ikan (PPI) pada Dinas Kelautan dan Perikanan
50,042,529.47 50,042,529.47
7 LHP BPK-RI atas LKPD TA 2006 Belanja Modal Pengadaan Tanah pada Bagian Hukum
Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Barat TA 2006
Sebesar Rp443.750.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan
54,500,000.00 - 54,500,000.00
8 LHP BPK-RI atas Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan kepada
Parpol TA 2006
Pemberian Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik TA 2006
Melebihi Ketentuan yang Ditetapkan Sebesar
Rp122.500.000,00
122,500,000.00 - 122,500,000.00
9 LHP BPK-RI atas Pertanggungjawaban
Keuangan Dana Kesehatan Sumber
Dana APBN dan APBD TA 2006 dan
2007
Penetapan Biaya Pemakaian Ambulance Askeskin TA 2006
Lebih Besar dari Biaya yang ditetapkan oleh BP RSUD Cut
Nyak Dhien Meulaboh Sebesar Rp14.754.800,00
14,754,800.00 - 14,754,800.00
10 s.da Pembayaran untuk Jasa Pelayanan Medis Dana Askeskin di
Sebelas Puskesmas Sebesar Rp1.246.410.915,00 Tidak Sesuai
dengan Ketentuan
1,246,410,915.00 - 1,246,410,915.00
11 s.da Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas untuk Dokter dan
Paramedis yang Tidak Sesuai Dengan Volume Dalam Kontrak
Sebesar Rp52.901.078,13.
52,901,078.13 - 52,901,078.13
12 LHP BPK-RI atas LKPD TA 2007 Pelaksanaan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin dan Jembatan pada
Dinas Prasarana Wilayah tidak sesuai ketentuan
902,089,397.00 - 902,089,397.00
13 LHP BPK-RI atas Belanja TA 2007 dan
2008
Kekurangan barang senilai Rp18.076.916,00 pada SMK 3
Meulaboh
18,076,916.00 - 18,076,916.00
14 s.da Kekurangan pekerjaan sebesar Rp2.250.000,00 dan kelebihan
pembayaran senilai Rp21.193.810.58 pada Dinas Cipta karya
dan SDA
23,443,810.58 - 23,443,810.58
15 Hasil Pemeriksaan Inspektorat Aceh
Bidang Pemerintahan pada Sekretariat
Dewan Kabupaten Aceh Barat TA 2008
Pengadaan alat kelengkapan komputer fiktif 1,090,000.00 - 1,090,000.00
16 s.d.a Kemahalan harga pembelian pelumas 2,190,500.00 - 2,190,500.00
17 Hasil Pemeriksaan Inspektorat Aceh
Bidang Perlengkapan pada Dinas Cipta
Karya dan Pengairan TA 2008
Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp1.149.858,00 pada
pekerjaan peningkatan jalan lingkungan Lorong Kijang
1,149,858.00 - 1,149,858.00
18 s.d.a Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp19.556.664,00 pada
pekerjaan peningkatan jalan lingkungan Desa Cot Darat
19,556,664.00 - 19,556,664.00
19 s.d.a Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp28.793.835,00 pada
pekerjaan peningkatan jalan lingkungan Desa Ujong Drien
28,793,835.00 - 28,793,835.00
20 s.d.a Kekurangan volume pekerjaan bahu jalan sebesar
Rp1.837.910,00 pada peningkatan jalan lingkungan SD Rantau
Panjang Timur
1,837,910.00 - 1,837,910.00
21 s.d.a Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp11.261.991,00 pada
lanjutan pemeliharaan daerah irigasi balee
11,261,991.00 - 11,261,991.00
22 Hasil Pemeriksaan Inspektorat Aceh
Bidang Perlengkapan pada Dinas
Pendidikan Kab Aceh Barat TA 2008
kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp79.176.018,00 pada
Dinas Pendidkan Kab Aceh Barat
79,176,018.00 - 79,176,018.00
Jumlah 3,896,159,788.20 55,515,009.00 3,840,644,779.20