Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dongeng memunyai kekuatan yang besar untuk terus hidup dan tetap populer ditengah masyarakat modern. Umumnya, cerita-cerita di dalam dongeng di berbagai negara muncul tanpa diketahui siapa pengarangnya dan kapan cerita tersebut terjadi. Sejak ratusan tahun silam, dongeng hidup sebagai hiburan untuk anak-anak dan diceritakan oleh orang tua mereka. Tanpa disadari, dongeng telah menjadi salah satu bentuk warisan budaya dari orang dewasa kepada anak-anak. Kegiatan tersebut terus berlanjut dan berulang, pewarisan dongeng seakan menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh manusia dan menjadi bagian dari budaya suatu tempat atau daerah. Kekuatan dan kepopuleran dongeng yang terus hidup di era modern salah satunya terletak pada unsur-unsur agama dan kepercayaan yang tersembunyi di balik dongeng tersebut. Unsur-unsur agama dan kepercayaan dapat hidup di dalam pemikiran masyarakat modern melalui level imajenasi. Secara umum, dongeng sebenarnya meninggalkan 1
73

03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Dec 30, 2015

Download

Documents

8aso

prop
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dongeng memunyai kekuatan yang besar untuk terus hidup dan tetap

populer ditengah masyarakat modern. Umumnya, cerita-cerita di dalam dongeng

di berbagai negara muncul tanpa diketahui siapa pengarangnya dan kapan cerita

tersebut terjadi. Sejak ratusan tahun silam, dongeng hidup sebagai hiburan untuk

anak-anak dan diceritakan oleh orang tua mereka. Tanpa disadari, dongeng telah

menjadi salah satu bentuk warisan budaya dari orang dewasa kepada anak-anak.

Kegiatan tersebut terus berlanjut dan berulang, pewarisan dongeng seakan

menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh manusia dan menjadi bagian dari

budaya suatu tempat atau daerah.

Kekuatan dan kepopuleran dongeng yang terus hidup di era modern salah

satunya terletak pada unsur-unsur agama dan kepercayaan yang tersembunyi di

balik dongeng tersebut. Unsur-unsur agama dan kepercayaan dapat hidup di dalam

pemikiran masyarakat modern melalui level imajenasi. Secara umum, dongeng

sebenarnya meninggalkan kesan imajenatif di dalam otak manusia, karena

terdapat begitu banyak hal atau peristiwa yang tidak ada di dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat modern. Kesan tersebut tercipta karena perbedaan

peristiwa pada masa lampau dan masa kini, serta kemustahilan terjadinya

peristiwa-peristiwa di dalam dongeng tersebut di era modern. Namun, unsur-unsur

agama dan kepercayaan di dalam dongeng sesungguhnya adalah bentuk realitas

kehidupan manusia. Ratusan tahun silam atau era modern seperti saat ini, agama

1

Page 2: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

dan kepercayaan tetap menjadi bagian di dalam kehidupan manusia (Lüthi, 1970:

59-60).

Pada hakikatnya, agama dan kepercayaan berfungsi sebagai petunjuk dan

wejangan terhadap hidup manusia, terutama dari segi religi. Oleh sebab itu,

unsure-unsur agama dan kepercayaan selalu ada di dalam dongeng, baik dongeng-

dongeng yang dikenal masyarakat dunia, maupun dongeng yang hanya dikenal

oleh masyarakat daerah tertentu. Seringkali, unsure agama dan kepercayaan di

dalam dongeng tersebut kurang dikenali dan sulit dimengerti oleh manusia,

sehingga makna dalam setiap unsure agama dan kepercayaan tersebut tidak dapat

terserap. Padahal, hampir semua orang di dunia mengenal dongeng dan

mewariskan dongeng tersebut kepada anak-anak mereka.

Salah satu dongeng yang memiliki kekuatan untuk terus hidup dan populer

di era modern ini adalah kumpulan dongeng karya Grimm bersaudara.

Sneewittchen (Putri Salju), Aschenputtel (Upik Abu), dan Rapunzel adalah

beberapa contoh dongeng terkenal yang berasal dari Jerman dan telah

dikumpulkan dan ditulis dalam bentuk buku kumpulan dongeng. Grimm

bersaudara adalah orang pertama yang membukukan dongeng-dongeng rakyat

Jerman yang ditulis dalam versi asli cerita rakyat Jerman. Buku kumpulan

dongeng tersebut terdiri dari dua jilid, yaitu Kinder und Hausmärchen Band 1

(Kumpulan Dongeng Anak-anak Jilid 1) dan Kinder und Hausmärchen Band 2

(Kumpulan Dongeng Anak-anak Jilid 2). Buku tersebut diterbitkan tahun 1812 di

Jerman dan ditulis dalam bahasa Jerman.

Pada tahun 2014 ini, buku kumpulan dongeng milik Grimm bersaudara

telah berusia 202 tahun dan hampir semua orang di dunia telah mengenal

2

Page 3: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

dongeng-dongeng dari Jerman tersebut. Pada September tahun 2012, Goethe

Institut, lembaga kursus bahasa Jerman resmi yang bertempat hampir di seluruh

dunia, mengadakan sebuah acara berupa pameran dongeng karya Grimm

bersaudara di seluruh dunia, termasuk sepuluh kota besar di Indonesia. Surabaya

merupakan kota kesepuluh di Indonesia yang menjadi tuan rumah pameran

dongeng tersebut yang diselenggarakan di Wisma Jerman Surabaya.

Acara pameran kumpulan dongeng Grimm bersaudara tersebut menarik

minat banyak pihak, tidak hanya kalangan pembelajar bahasa Jerman, tetapi juga

pencinta dongeng pada umumnya. Terbukti dengan hadirnya peserta pameran dari

Dinas Pariwisata Pemprov Jatim, Dispora jatim, aktivis-aktivis pelatih kegiatan

mendongeng untuk guru-guru TK dan PAUD, dan komunitas-komunitas pencinta

sastra dan dongeng pada umunya. Hal tersebut membuktikan bahwa kumpulan

dongeng Grimm bersaudara begitu dikenal di seluruh dunia dan di Indonesia. Usia

kumpulan dongeng Grimm yang berusia 202 tahun tersebut tetap dikenal, hidup,

dan dicintai di tengah-tengah modernisasi global, dimana karya sastra terus

menerus lahir dan berkembang.

Dalam pameran 200 tahun kumpulan dongeng Grimm tersebut, Goethe

Institut (GI) Indonesia menerbitkan satu buku kumpulan dongeng Grimm yang

ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Dalam buku

kumpulan dongeng tersebut, GI Indonesia menampilkan sembilan dongeng

Grimm terpopuler. Sembilan dongeng tersebut dipilih dari seratus enam puluh

empat dongeng Grimm lainnya, karena berdasarkan survei yang dilakukan di

seluruh dunia, kesembilan dongeng tersebut yang paling dikenal masyarakat

dunia. Dongeng-dongeng tersebut adalah Sneewittchen (Putri Salju), Aschenputtel

3

Page 4: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

(Upik Abu), Rapunzel, Dornröschen (Putri Tidur), Hänsel und Gretel (Hensel dan

Gretel), Rötkapchen (Si Tudung Merah), Froshkönig (Pangeran Kodok), Frau

Hölle (Mama Hulda), dan Die Bremmer Stadtmusikkanten (Pemusik dari

Bremen).

Berdasarkan kesembilan urutan dongeng Grimm terpopuler yang

diterbitkan GI tersebut, Sneewittchen (Putri Salju) menempati urutan pertama

sebagai dongeng terpopuler di dunia. Selanjutnya, Aschenputtel (Upik Abu)

menempati urutan kedua dan Rapunzel berada di urutan ketiga. Sebagai salah satu

dongeng Grimm bersaudara yang paling mendunia, Sneewittchen dikenal

masyarakat dunia sebagai SnowWhite. Dari waktu ke waktu, Sneewittchen hadir

dengan berbagai versi cerita. Salah satu versi yang paling terkenal di dunia adalah

SnowWhite and The Seven Dwarfs (putri salju dan tujuh kurcaci) yang

dipopulerkan oleh perusahaan film animasi Walt Disney.

Sneewittchen atau yang lebih dikenal sebagai SnowWhite bermula sebagai

dongeng anak-anak, kemudian tahun 1916 ia hadir melalui film bisu karya

sutradara J. Searle Dawley. Seperempat abad setelah kahadiran SnowWhite versi

Dawley, Disney animated feature kemudian menghadirkan SnowWhite and The

Seven Dwarfs pada tahun 1937 dalam bentuk kartun hitam putih. Cerita

SnowWhite versi Disney inilah yang secara tidak langsung berjasa menjadikan

Sneewittchen karya Grimm bersaudara terkenal di penjuru dunia sampai saat ini.

Berbagai karya yang mengangkat cerita Sneewittchen terus hadir dalam

bentuk film, novel, pementasan drama, musik, bahkan video games. Baru-baru ini

Apple Inc. menghadirkan Hidden Objects - Snow White sebagai salah satu fitur

game di produk smart phone tebarunya yang mendunia. Pada Mei tahun 2012

4

Page 5: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

lalu, Snow White and the Huntsman garapan sutradara Rupert Sanders lahir

merajai deretan film Box Ofice dunia. Film fantasi Amerika yang paling baru ini

pun juga mengambil seting cerita dari dongeng Sneewittchen karya Grimm

bersaudara.

Sekian banyak versi cerita Sneewittchen, baik yang ditulis dalam bentuk

buku, maupun yang difilmkan, memiliki beberapa plot cerita yang berbeda-beda,

terutama pada bagian ending atau penutup. Sebagian besar versi cerita

Sneewittchen diakhiri dengan pernikahan Sneewittchen dengan pangeran tampan

yang telah menyelamatkannya dari apel beracun sang Ratu melalui sebuah

ciuman. Beberapa versi penutup cerita yang lain pun hadir, salah satu versi

penutup cerita yang terbaru ada di dalam film Snow White and the Huntsman. Di

dalam film ini, terjadi perang antara prajurit Revena The Evil Queen (ratu jahat)

dengan prajurit Duke Hammond, dimana Snow White juga ikut berperang

mengendarai kuda putih. Di akhir cerita, sang Ratu berhasil dibunuh oleh Snow

White sendiri dengan cara menikamkan pedang ke jantung sang Ratu.

Versi asli dari dongeng Sneewittchen karya Grimm bersaudara memiliki

ending yang berbeda, yaitu sepatu besi yang panas membara. Sang Ratu dipaksa

menari menggunakan sepatu besi yang telah dipanaskan dengan bara api, sehingga

akhirnya ia mati. Namun, meski ending cerita pada hampir setiap versi berbeda,

semua versi tersebut pada prinsipnya tetap memiliki kesamaan untuk memberi

kesan keaslian dongeng secara utuh. Setiap versi selalu memiliki ratu jahat,

cermin ajaib, 7 kurcaci, apel beracun, pangeran tampan, dan tentu saja

Sneewittchen atau Putri Salju.

5

Page 6: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Sama seperti Sneewittchen, Aschenputtel dan Rapunzel juga terus hidup

dan bertahan di tengah-tengah karya sastra modern yang terus bermunculan.

Berbagai film, buku, pementasan drama, serial tv telah diproduksi dengan

mengadopsi dongeng Grimm tersebut. November 2010 lalu, Walt Disney kembali

merilis ulang sebuah film animasi yang mengangkat cerita dongeng Rapunzel

dengan judul Tangled yang dikemas dalam versi musikal. Tidak tanggung-

tanggung, aktris dan penyanyi Hollywood papan atas, Mandy Moore, didaulat

menjadi pengisi suara dan menyanyikan Original Soundtrack film tersebut.

Gema dongeng Grimm di Indonesia pun tidak kalah hebat dengan

produksi film Hollywood. Berbagai sinema elektronik (sinetron) produksi stasiun

TV swasta dalam negeri telah banyak mengangkat cerita yang mengadopsi

dongeng-dongeng Grimm bersaudara. Salah satu rumah produksi atau Production

House (PH) dalam negeri yang paling produktif dalam menghasilkan sinetron dan

Film Televisi (FTV) adalah Genta Buana Paramita. Berbagai judul sinetron dan

FTv yang mengadopsi dongeng Grimm yang telah ditayangkan di televisi antara

lain, Putri Tidur dan Ratu Penyihir (Indosiar, 2007), Putri Salju dan Tujuh

Kurcaci (Indosiar, 2007), Pangeran Katak dan Sofie (MNC TV, 2007), dan lain

sebagainya.

Berbagai karya yang lahir dari dongeng-dongeng karya Grimm bersaudara

membuktikan bahwa dongeng Grimm bersaudara mampu hidup dan tetap terkenal

di era modern. Selain itu proses pewarisan dongeng Grimm bersaudara dari

generasi ke generasi pun terus berlangsung, ia hidup ditengah-tengah masyarakat

dunia dan telah menjadi bagian dari hidup manusia. Telah banyak penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui kekuatan apa yang menyebabkan dongeng-dongeng

6

Page 7: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Grimm bersaudara tersebut dapat terus hidup di era modern. Beberapa penelitian

menyabutkan bahwa Grimm bersaudara mampu menciptakan karakter yang unik

dan abadi melalui tokoh-tokoh dalam dongengnya, seperti yang disampaikan oleh

Thomas O’Neill pada tahun 1999 dalam jurnalnya yang berjudul Guardians in

Grimm Brother’s Fairy Tales dan Hideo Toguchi pada tahun 2007 dalam

jurnalnya yang berjudul Reading into Grimm fairy Tales: Eternal Characters.

N.J. Girardot pada tahun 2006 dalam laporan penelitiannya, The Journal of

American Folklore, menyebutkan bahwa dibalik dongeng-dongeng dunia yang

sangat sederhana namun indah sesungguhnya sarat dengan Inisiasi, termasuk

dongeng-dongeng Grimm bersaudara. Menurut Girardot, kekuatan dongeng-

dongeng dunia sesungguhnya terletak pada unsur Inisiasi yang disampaikan secara

sederhana, bahkan hampir tersembunyi. Namun, pewarisan dongeng yang

dilakukan oleh masyarakat dunia dari waktu ke waktu ini tak diiringi dengan

pemahaman akan makna Inisiasi yang terkandung di dalamnya. Mereka tidak

menyadari bahwa Inisiasi disampaikan secara tersirat di dalam dongeng-dongeng

tersebut, termasuk dongeng-dongeng karya Grimm bersaudara.

Inisiasi berasal dari kata bahasa Latin, initium, yang berarti masuk atau

permulaan. Secara harafiah, Inisiasi berarti masuk ke dalam. Inisiasi terdapat di

dalam ritus kehidupan di berbagai tempat. Ritus atau ritual dilakukan ketika

bersyukur atas bayi di dalam kandungan, kelahiran, pubertasi (akil balik),

pernikahan, hingga kematian. Ritus erat hubungannya dengan proses kehidupan

manusia. Praktek inisisasi sebenarnya telah dilakukan oleh banyak kelompok,

suku, kelompok keagamaan, dan kelompok mistik (Lüthi, 1970: 59-60).

7

Page 8: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Di dalam bahasa Inggris, Inisiasi berasal dari kata initiate, yang berarti

memulai suatu kegiatan. Inisiasi adalah sebuah perayaan ritus yang menjadi tanda

masuk atau diterimanya seseorang di dalam sebuah kelompok

atau masyarakat. Inisiasi juga menjadi sebuah tanda formal diterima

menjadi dewasa di dalam sebuah komunitas. Setiap daerah atau tempat memiliki

cara dan ritual yang berbeda-beda sebagai wujud Inisiasi. Inisiasi merupakan

ritual sebagai tanda seseorang diterima di dalam sebuah komunitas

atau suku. Inisiasi merupakan gejala sosio-antropologis yang muncul dan

berkembang di dalam setiap komunitas atau masyarakat (Lüthi, 1970: 59-60).

Dengan kata lain, Inisiasi adalah bentuk keagamaan dan kepercayaan yang

disampaikan melalui ritus dan ritual.

Salah satu dongeng karya Grimm bersaudara yang sarat dengan unsur-

unsur agama dan kepercayaan dalam setiap bagian ceritanya adalah Sneewittchen.

Dibalik gaya bahasa penceritaan Grimm bersaudara yang indah, terselip ritus dan

ritual di setiap alur ceritanya, baik berupa plot cerita, maupun dialog para tokoh-

tokohnya. Karya sastra yang lahir ratusan tahun silam ini menarik untuk dikaji,

karena Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel merupakan salah satu karya

sastra klasik yang tidak lekang oleh jaman dan diwariskan terus menerus hingga

sekarang.

Dalam pewarisan dongeng Grimm bersaudara, ada satu hal yang terkesan

luput atau dilupakan oleh masyarakat, yaitu pemaknaan terhadap dongeng-

dongeng tersebut. Unsur-unsur agama dan kepercayaan yang terdapat dalam

dongeng Grimm tersebut seperti tak terjamah, padahal di dalamnya terdapat

warisan budaya dari masa silam. Tidak banyak yang menyadari bahwa unsur-

8

Page 9: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

unsur agama dan kepercayaan masyrakat jerman pada abad pertengahan

tersembunyi dibalik kesederhanaan sebuah dongeng. Masyarakat mewariskan

dongeng seperti melakukan kebiasaan lama yang menyenangkan, tetapi tidak

bermakna. Sangat disayangkan apabila warisan budaya masa silam justru sirna

dibalik ketenaran sebuah dongeng. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui bentuk-bentuk unsur agama dan kepercayaan yang terdapat

dalam tiga dongeng Jerman terpopuler yang ditulis oleh Grimm bersaudara, yaitu

Sneewittchen, Aschenputel, dan Rapunzel. Tiga dongeng tersebut dipilih karena

diantara 164 dongeng Jerman versi Grimm, Sneewittchen, Aschenputel, dan

Rapunzel adalah yang terpopuler versi Goethe Institut dan ketiganya merupakan

dongeng dengan jenis yang sama, yaitu ordinary fairytales. Selain itu, ketiganya

memiliki tipe dan motif cerita yang hampir sama, istana sentris, dan ending yang

mirip.

Unsur agama dan kepercayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

ritus dan ritual dalam agama dan kepercayaan yang ada di Jerman pada abad

pertengahan, mengingat dongeng Grimm ditulis pada tahun 1812. Bentuk-bentuk

ritus dan ritual dalam tiga dongeng tersebut sarat akan makna. Bentuk-bentuk ritus

dan ritual tersebut perlu dikaji agar diketahui makna sesungguhnya, agar proses

pewarisan dongeng Sneewittchen, Aschenputel, dan Rapunzel oleh generasi

selanjutnya disertai dengan kebermaknaan.

Namun sebelum melakukan pemaknaan, ketiga dongeng tersebut perlu

dianalisis struktur naratifnya. Mengingat tiga dongeng tersebut merupakan cerita

yang berkembang di istana atau istana sentris, maka analasis struktur naratif ala

Vladimir Prop adalah teori yang paling cocok untuk digunakan. Vladimir Prop

9

Page 10: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

melalui bukunya yang berjudul The Morphology of the Folktale telah menemukan

struktur plot berdasarkan hasil penelitiannya mengenai dongeng Rusia. Struktur

plot tersebut sangat cocok dengan karakteristik dongeng-dongeng Jerman,

sehingga hasil analisis struktur naratifnya nanti akan memudahkan untuk

menganalisis unsur-unsur agama dan kepercayaan beserta maknanya dalam

dongeng Sneewittchen, Aschenputel, dan Rapunzel.

Melalui teori Inisiasi Mircea Eliade, sejarah perkembangan agama dan

kepercayaan masyarakat Jerman, dan teori-teori terkait yang tertera pada bab

kajian pustaka akan dipaparkan unsur-unsur liturg, terutama bentuk-bentuk ritus

dan ritual beserta maknanya yang terdapat dalam tiga dongeng Grimm bersaudara.

Bentuk-bentuk ritus dan ritual yang terdapat dalam ketiga dongeng tersebut akan

dikelompokkan sesuai dengan tipe ritus dan ritual Inisiasi Mircea Eliade. Setiap

bentuk ritus dan ritual yang terdapat dalam tiga dongeng terpopuler karya Grimm

bersaudara tersebut akan dimaknai pada setiap bagiannya berdasarkan sejaran

perkembangan agama dan kepercayaan masyarakat Jerman untuk mengetahui

makna setiap ritus dan ritual tersebut, sehingga akan diketahui unsur agama dan

kepercayaan, serta maknanya dalam dongeng Sneewittchen, Aschenputel, dan

Rapunzel. Dengan penelitian ini, diharapkan pewarisan dongeng Jerman tak lagi

hampa tanpa makna, namun diiringi oleh pengetahun dan pemaknaan yang

mendalam.

B. Fokus penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian dalam

proposal penelitian ini adalah sebagai berikut.

10

Page 11: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

1. Struktur dongeng Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel versi Grimm

bersaudara

2. Bentuk-bentuk ritus dan ritual dalam dongeng Sneewittchen, Aschenputtel,

dan Rapunzel versi Grimm bersaudara.

3. Makna ritus dan ritual dalam dongen Sneewittchen, Aschenputtel, dan

Rapunzel karya Grimm bersaudara.

C. Tujuan

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan penulisan dalam

proposal penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui struktur dongeng Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel

versi Grimm bersaudara

2. Mengatahui bentuk-bentuk ritus dan ritual dalam dongeng Sneewittchen,

Aschenputtel, dan Rapunzel versi Grimm bersaudara.

3. Mengetahui makna ritus dan ritual dalam dongen Sneewittchen,

Aschenputtel, dan Rapunzel karya Grimm bersaudara.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai Inisiasi dalam tiga dongen terpopuler karya Grimm

bersaudara ini diharapkan dapat memeberikan manfaat bagi para praktisi, peneliti,

dan pengajar sastra pada khususnya dan perkembangan ilmu sastra pada

umumnya.

1. Manfaat Bagi Praktisi Sastra

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wacana tentang unsur

agama dan kepercayaan yang terdapat dalam kumpulan dongeng karya

11

Page 12: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Grimm bersaudara, terutama unsur agama dan kepercayaan yang terdapat

dalam dongeng Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel.

2. Manfaat Bagi Peneliti Sastra

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pembanding sekaligus

wacana untuk penelitian mengenai unsur agama dan kepercayaan dan

penelitian mengenai sistem kepercayaan, maupun penelitian mengenai

karya Grimm Bersaudara yang lain.

3. Manfaat Bagi Pengajar Sastra

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu wacana untuk

mengapresiasi karya-karya Grimm bersaudara dan unsur agama dan

kepercayaan yang terdapat dalam karya sastra yang lain.

12

Page 13: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Relevansi Penelitian

Penelitian mengenai unsur agama dan kepercayaan dalam dongeng

Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel versi Grimm bersaudara yang akan

dilakukan ini didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan

telah dilakukan. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang akan menjadi

dasar penelitian ini.

Sesungguhnya telah banyak penelitian mengenai dongeng yang telah

dilakukan oleh peneliti-peneliti di seluruh dunia. Biasanya, penelitian tersebut

mengenai pesan moral, unsur instrinsik dan ekstrinsik, sejarah, Anthology, dan

kebudayaan masa lampau. Penelitian tersebut fokus pada satu atau beberapa

dongeng dari suatu Negara, di antaranya sebagai berikut.

1. Studies in Folklore, in Honor of Distinguished Service Professor Stith

Thompson oleh W. Edson Richmond pada tahun 1957

2. Folklore in America: Tales, Songs, Superstitions, Proverbs, Riddles,

Games, Folk Drama and Folk Festivals oleh Tristram P. Coffin dan

Hennig Cohen pada tahun 1970

3. The Black Cloth: A Collection of African Folktales oleh Bernard Binlin

Dadié dan Karen C. Hatch pada tahun 1987

4. Studies in Japanese Folklore oleh Richard M. Dorson dan Toichi Mabuchi

pada tahun 1963

13

Page 14: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

5. Sitting at the Feet of the Past: Retelling the North American Folktale for

Children oleh Gary D. Schmidt dan Donald R. Hettinga pada tahun 1992

6. Folk Poetics: A Sociosemiotic Study of Yoruba Trickster Tales oleh Ropo

Sekoni pada tahun 1994

7. Traditional Chinese Folktales: An Anthology oleh Yin-Lien C. Chin dan

Yetta S. Centerpada tahun 1996

8. Folktales in the Middle Grades oleh Gilstrap Robert L. dan Doris Evens

pada tahun 1996

9. Myths, Legends, and Folktales of America: An Anthology oleh David

Leeming dan Jake Page pada tahun 1999

10. Ariadne's Thread: A Guide to International Tales Found in Classical

Literature oleh William Hansen pada tahun 2002

Sedangkan penelitian mengenai sistem religi dan kepercayaan yang

terdapat dalam dongeng-dongeng dunia belum banyak dilakukan. Biasanya,

sistem religi dan kepercayaan diteliti secara langsung melalui budaya dalam suatu

tradisi, agama, atau kepercayaan tertentu. Namun, tahun 2006, seorang peneliti

Amerika telah berhasil menemukan Inisisasi dalam dongeng asli Amerika.

N. J. Girardot pada tahun 2006 telah mempublikasikan hasil penelitiannya

mengenai Inisiasi yang terdapat dalam dongeng-dongeng asli Amerika. Girardot

memaparkan bahwa kekuatan dongeng sesungguhnya terletak pada nilai Inisiasi

yang tersembunyi dibalik kesederhanaan ceritanya. Dongeng dapat tetap hidup di

era modern ini dikarenakan Inisiasi yang menjadi bagian dari kehidupan manusia

itu sendiri. Dongeng-dongeng Amerika seperti White lady, Armadilo’s song,

Fraddy’s fabulous frogs, The fighting roosters and the eagle, Black Aggie, Bloody

14

Page 15: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Marry, The rooster and the pearl dan lain sebagainya lahir ratusan tahun silam

dan tanpa diketahui pasti kebenarannya. Namun dongeng-dongeng tersebut

muncul sebagai bentuk ‘rangkuman’ ritus dan ritual kehidupan manusia pada

waktu itu. Dongeng tersebut membawa misi pewarisan budaya, termasuk Inisiasi,

kepada generasi selanjutnya.

Sama seperti penelitian mengenai Inisiasi dalam dongeng, penelitian

mengenai kumpulan dongeng Grimm bersaudara juga belum banyak dilakukan.

Berikut adalah beberapa penelitian mengenai kumpulan dongeng Grimm

bersaudara yang telah dilakukan sebelumnya.

Pada tahun 1999, Thomas O’Neill mempublikasikan penelitiannya

mengenai tokoh-tokoh penyelamat dan penjaga dalam kumpulan dongeng Grimm

bersaudara. O’Neill lewat jurnal penelitiannya yang berjudul Guardians in Grimm

Brother’s Fairy Tales mengungkapkan bahwa dalam kumpulan dongeng Grimm

bersaudara selalu terdapat tokoh-tokoh penyelamat dan penjaga (the guardians)

yang membantu dan melindungi tokoh utama. Ia memaparkan peran semua tokoh-

tokoh the guardians tersebut dan pengaruhnya terhadap tokoh utama, baik tokoh

baik maupun tokoh jahat.

Pahun tahun 2007, seorang peneliti Jepang mempublikasikan hasil

analisisnya terhadap ‘keabadian’ karakter-karakter utama dalam kumpulan

dongeng Grimm bersaudara. Hideo Toguchi melalui jurnalnya yang berjudul

Reading into Grimm fairy Tales: Eternal Characters, ia mengungkapkan

karakteristik dan keunikan yang membuat okoh-tokoh dalam kumpulan dongeng

Grimm bersaudara tersebut abadi. Tokoh-tokoh tersebut antara lain, Upik Abu

(Aschenputtel), Putri Tidur (Dörnröschen), Putri Salju (Sneewttchen), Ibu Hulda

15

Page 16: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

(Frau Hölle), Si Tudung merah (Rötcapchen), Pangeran Kodok (Froshkönig), dan

Rapunzel.

Penelitian terbaru mengenai kumpulan dongeng Grimm bersaudara

dipublikasikan pada tahun 2010 oleh Maria Alcantud Diaz dengan judul Violence

in the Brothers Grimm’s FairyTales: A Corpus-BasedApproach. Penelitiannya

tersebut mengungkapkan unsur-unsur kekerasan yang terdapat dalam delapan

dongeng Grimm bersaudara. Delapan dongeng tersebut dipilih karena dianggap

memiliki unsur kekerasan dalam ceritanya. Kedelapan dongeng tersebut adalah

The Twelve Brothers (Die Zwölf Brüder), Little Brother and Little Sister

(Brüderchen und Schwesterchen), Hansel and Grethel (Hansel und Grethel), The

Three Snake-Leaves (Die Drei Schlangenblätter), Cinderella (Aschenputtel),

TheRobber Bridegroom (Der Räuberbräutigam), Fitcher’s Bird (Fitchers Vogel),

dan Snow-White (Sneewttchen).

Di Indonesia, penelitian dongeng Grimm belum banyak dilakukan. Hanya

beberapa penelitian saja yang mengulas dongeng Grimm dan sebatas pada analisis

struktur naratif, diantaranya adalah Analisis Fungsi Vladimir Propp dalam

Dongeng der Singende Knochen dan der Froschkönig oleh Bruder Grimm.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Julianti pada tahaun 2012. Julianti (2012: 6)

menganalisis dua dongeng berjenis fable tersebut dengan mengurakain fungsi dan

pelaku menggunakan teori struktur naratif Propp. Penelitian tersebut hanya

mendeskripsikan jumlah fungsi dan pelaku pada setiap dongeng, namun tidak

menganalisis dari segi sosial maupun budaya secara mendalam.

16

Page 17: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Tokoh Kekerasan

Amerika Eropa

Inisiasi

The Journal of American Folklore oleh N.J. Girardot pada tahun 2006Unsur agama & kepecayaan dongeng Grimm

Asia dan Afrika

oleh Richard M. Dorson dan Toichi Mabuchi pada tahun 1963 oleh Yin-Lien C. Chin dan Yetta S. Centerpada tahun 1996 oleh Bernard Binlin Dadié dan Karen C. Hatch pada tahun 1987

Penelitian terhadap dongeng-dongeng di dunia

oleh W. Edson Richmond pada tahun 1957 oleh Tristram P. Coffin dan Hennig Cohen pada tahun 1970 oleh Gary D. Schmidt dan Donald R. Hettinga pada tahun 1992 oleh Ropo Sekoni pada tahun 1994 oleh Gilstrap Robert L. dan Doris Evens pada tahun 1996 oleh David Leeming dan Jake Page pada tahun 1999 oleh William Hansen pada tahun 2002

Penelitian terhadap kumpulan dongeng Grimm bersaudara

Guardians in Grimm Brother’s Fairy Tales oleh Thomas O’Neill pada tahun 1999Reading into Grimm fairy Tales: Eternal Characters oleh Hideo Toguchi pada tahun 2007

Violence in the Brothers Grimm’s FairyTales: A Corpus-BasedApproach oleh Maria Alcantud diaz pada tahun 2010

Gambar 1. Skema Relevansi Penelitian

Penelitian karya Grimm lainnya adalah Analisis Struktur dalam Sage der

Kobold dari Kumpulan Deutsche Sagen oleh Grimm Bersaudara yang dilakukan

pada tahun 2012 oleh Hendri Laksana. Sama seperti penelitian sebelumnya,

Laksana juga menganalisis sage der Kobold untuk mendeskripsikan struktur

17

Page 18: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

naratifnya tanpa pembahasan yang terkait bidang sosial dan budaya (Laksana,

2012: 5).

Penelitians sastra lisan di Indonesia jarang yang menggunakan teori struktur

miliki Vladimir Prop. Hal tersebut mungkin dikarenakan karakteristik sastra lisan

di Indonesia cenderung mengarah pada legenda dan mite. Penelitian sastra lisan

umumnya menggunakan teori struktur naratif milik C. Levi Straus untuk

menganalisis mite dan teori struktur naratif milik milik Eli Kongas Maranda dan

Pierre Maranda untuk Legenda. Salah satu penelitian tersebut adalah Mite di

Kabupaten Karo Sumatra Utara yang dilakukan oleh Sinurya tahun 2013. Sinurya

(2013: 6) mengumpulkan mite-mite yang berada di Kabupaten Karo dan

menganalisis struktur naratif dan fungsinya menggunakan teori Levi Straus.

Selain itu, ia juga mengulas nilai budaya, kearifan lokal, dan kepercayaan

masyarakat terhadap mite tersebut.

Penelitian serupa dilakukan oleh Sapulette pada tahun 2011 dengan judul

Cerita Rakyat di Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah. Dengan

menggunakan teori struktur naratif Maranda, Sapulete (2011: 8) mengkaji genre

dan struktur pada cerita rakyat saparua. Selain itu, cerita rakyat tersebut juga

dikaji nilai-nilai budayanya.

Teori struktur naratif milik Vladimir Propp memang cenderung cocok untuk

dongeng-dongeng eropa, karena memiliki karakteristik yang cenderung sama.

Penelitian sastra lisan di Indonesia yang menggunakan teori struktur naratif milik

Vladimir Propp pernah dilakukan pada tahun 2010. Namun objek yang dikaji

adalah dongeng prancis karya Charles Perrault. Dongeng Prancis tersebut mirip

dengan dongeng-dongeng Jerman, bahkan memiliki judul yang hampir sama,

18

Page 19: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

seperti La Belle au Bois Dormant (Putri Yang tertidur), Le Petit Chaperon Rouge

(Si Kerudung Merah) miri, Cendrillon (Cinderella atau Upik Abu), dll. Namun

penelitian tersebut terbatas pada unsur intrinsik dan aspek moral saja, tanpa

keterkaitan dengan aspek social da budaya Prancis.

Penelitian-penelitian terdahulu di atas menjadi dasar penelitian unsur agama

dan kepercayaan dalam dongeng Jerman versi Grimm bersaudara ini. Dengan

menggunakan teori struktur naratif Propp, akan dianalisis struktur, fungsi, dan

pelaku pada dongeng Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel. Setelah itu,

berdasarkan skema struktur fungsi naratif tersebut akan dikaji aspek agama dan

kepercayaan sesuai dengan budaya masyarakat Jerman.

B. Sosiologi Sastra dalam Sastra Lisan

Berbicara mengenai dongeng tentu tidak lepas dari masyrakat yang

membaca dan mewariskan dongeng itu sendiri, karena dongeng adalah salah satu

bentuk dari folklore atau sastra lisan. Dalam mengkaji sebuah sastra lisan, tidak

cukup hanya dengan mengumpulkan dan berkutat dengan lore-nya saja atau

karyanya saja. Sebuah sastra lisan selalu diikuti oleh folk yaitu kebudayaan dan

masyrakat tempat karya sastra tersebut lahir, tumbuh, dan berkembang

(Danandjaya, 1984: 1-2). Maka penelitian tentang dongeng sangat berkaitan

dengan ilmu sosial yang berhubungan langsung dengan masyrakat. Salah satu

cabang ilmu sosial yang menghubungkan masyarakat dan karya sastra adalah

sosiologi sastra.

Pada hakikatnya, karya sastra tidak hanya sebagai hasil rekayasa imajinasi,

melainkan cermin masyarakat. Melalui penelitian sosiologi sastra, akan diketahui

keterkaitan antara karya sastra dengan masyarakat dalam berbagai aspek, misal

19

Page 20: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

aspek politik, norma sosial, agama, kepercayaan, dan lain-lain. Dalam hal ini

Sumardjo (1979:15) mengatakan bahwa, ”sastra merekam penderitaan dan

harapan suatu masyarakat, sehingga sifat dan persoalan suatu zaman dapat dibaca

dalam karya sastra”. Dimensi sosial ini dipertegas pula oleh Damono (1984:9),

yang menyatakan bahwa, ”sastra merupakan cerminan langsung berbagai segi

struktur sosial zamannya.” Oleh karena itu, penelitian mengenai dongeng Grimm

bersaudara ini adalah salah satu jenis penelitian sosiologi sastra, karena ingin

mengetahui keterkaitan antara dongeng dengan agama dan kepercayaan

masyarakat Jerman ketika dongeng ini dikumpulkan dan ditulis oleh Grimm

bersaudara. Konsep agama dan kepercayaan yang dimaksudkan dalam penelitian

ini adalah Inisiasi, yaitu bentuk-bentuk ritus dan ritual, sesuai dengan tujuan

penelitian ini.

Berkaitan dengan konsep sosiologi sastra di atas dan tujuan penelitian ini,

yaitu untuk menguak unsur agama dan kepercayaan yang terdapat dalam dongeng

Sneewittchen (Putri Salju), Aschenputtel (Upik Abu), dan Rapunzel (Rapunsel),

maka teori Inisiasi Mircea Eliade adalah salah satu teori yang relevan untuk

penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan tiga dongeng Grimm bersaudara tersebut

berasal dari Eropa, kemudian dikumpulkan dan ditulis pada tahun 1812, dimana

agama dan kepercayaan yang muncul dan berkembang pada saat dongeng tersebut

lahir dan dibukukan bertalian erat dengan keadaan dan budaya Eropa, baik pada

masa silam, maupun masa sekarang.

Namun, sebelumnya perlu pula diketahui makna sesungguhnya dari suatu

sistem religi (agama) dan kepercayaan dari sudut pandang masyarakat Indonesia.

Mengingat ketiga dongeng tersebut juga tumbuh dan berkemang di Indonesia,

20

Page 21: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

bahkan banyak penelitian yang telah mengemukakan bahwa banyak persamaan

antara dongeng-dongeng nusantara dengan tiga dongeng tersebut. Oleh karena itu,

teori sistem religi dan kepercayaan milik Koentjaraningrat dianggap relevan

sebagai dasar untuk menguak ritus dan titual dalam dongeng Sneewittchen,

Aschenputtel, dan Rapunzel karya Grimm bersaudara.

C. Hakekat Folklor dan Dongeng

Dongeng merupakan salah satu bentuk folklor atau sastra lisan yang

berbentuk cerita prosa rakyat. Sebelum membahas mengenai dongeng Grimm,

penting untuk diketahui hakekat dari folklor itu sendiri, agar diketahui kedudukan

dongeng dalam disiplin ilmu sastra lisan.

Folklor adalah salah satu disiplin atau cabang ilmu pengetahuan yang

berdiri sendiri di Indonesia. Kata folklor berasal dari kata bahasa Inggris folklore

dan merupakan kata majemuk, yaitu terdiri dari dua kata dasar yaitu folk dan lore.

Menurut Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal

fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dengan kelompok-

kelompok lain. Sedangkan lore adalah tradisi folk itu sendiri, yaitu sebagian

kebudayaan yang diwariskan secara turun-menurun secara lisan atau melalui suatu

contoh yang disertai gerak isyrat atau alat pembantu pengingat (Dundes, 1965: 2).

Berdasarkan definisi Dundes di atas, definisi folklor secara keseluruhan adalah

kebudayaan suatu kolektif (masyarakat) yang tersebar dan diwariskan turun-

temurun secara tradisional dan dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk

lisann maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu

pengingat.

21

Page 22: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Definisi megenai folklor di atas menyimpulkan bahwa yang disebut dengan

folklor tidak hanya dongeng, mitos, legenda, dan cerita-cerita kuno saja.

Danandjaja mengungkapkan sembilan ciri pengenal utama folklor pada umumnya,

yaitu sebagai berikut.

a. Penyebarannya dan pewarisannya dilakukan secara lisan.

b. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam kolektif tertentu dalam

waktu yang cukup lama.

c. Folklor hadir (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang

berbeda.

d. Anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketaui lagi.

e. Folklor biasanya memunyai bentuk rumus atau bepola, misalnya

kalimat pembuka dan penutup yang cenderung baku.

f. Folklor memunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu

kolektif, misalnya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan

proyeksi keinginan terpendam.

g. Folklor bersifat pralogis, yaitu memunyai logika sendiri yang tidak

sesuai dengan logika umum.

h. Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.

i. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali

kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dikarenakan kebanyaka

folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur

manifestasinya.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, folklor dibedakan menjadi tiga, yaitu folklor

lisan, folklor setengah lisan dan foklor bukan lisan (Danandjaja, 1991:21-22).

22

Page 23: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan, seperti bahasa rakyat,

ungkapan tradisional, pertanyaan atau teka-teki rakyat, sajak dan puisis rakyat,

cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Folklor setengah lisan merupakan

campuran antara unsur lisan dan bukan lisan, seperti permaian rakyat, teater

rakyat, adat-istiadat, upacara, dll. Sedangkan Folklor bukan lisan folklor yang

bentukya bukan lisan, tapi cara pembuatannya dan pewarisannya dilakukan

dengan lisan, misalnya arsitektur rakyat dan musik rakyat.

Beberapa contoh folklor lisan seperti yag telah disebutkan di atas, salah

satu di antaranya adalah cerita prosa rakyat. Dundees membedakan cerita prosa

rakyat menjadi tiga, yaitu mite atau mitos, legenda, dan dongeng (1965: 4). Mite

adalah cerita prosa rakyat yang dianggap suci dan benar-benar terjadi. Mite

ditokohi dengan konsep dewa-dewi dan terjadi pada masa lampau. Legenda

memiliki ciri yang tidak jauh berbeda dengan mite, yaitu dianggap benar-benar

terjadi. Namun legenda tidak dianggap cerita suci, ditokohi oleh manusia yang

pada kalanya memiliki kekuatan luar biasa dan waktu terjadinya belum terlalu

lampau. Legenda erat pula kaitannya dengan asal-usul suatu tempat.

Berbeda dengan mite dan legenda yang ceritanya dianggap benar-benar

terjadi, dongeng secara sadar dinikmati sebagai cerita yang tidak sungguh-

sungguh terjadi, dan kebanyakan tidak terikat oleh waktu maupun tempat tertentu.

Tokoh dalam dongeng pun bervariasi, tidak hanya ditokohi oleh manusia, tetapi

juga oleh binatang dan makhluk-makhluk ajaib. Kisahnya juga beragam, ada yang

lucu, penuh teka-teki, penuh cinta dan kasih sayang, dll.

Di dalam buku The Tipes of the Folktale, Thompson telah membagi

dongeng ke dalam empat golongan besar, yaitu (1) dongeng binatang, (2) dongeng

23

Page 24: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

biasa, (3) lelucon dan anekdot, dan (4) dongeng berumus (1964: 25). Dongeng

binatang ditokohi oleh binatang-binatang, baik binatang peliharaan maupun

binatang liar. Binatang-binatang tersebut dapat berbicara dan berakal budi seperti

manusia. Dalam kumpulan dongeng Grimm, dongeng binatang tersebut misalnya

Frosch König (Pangeran Kodok) dan Rötcapchen (Si Tudung Merah). Dongeng

biasa atau ordinary folktales adalah dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya

mengangkat kisah suka duka seseorang. Seperti dalam penelitian ini,

Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel termasuk dalam jenis dongeng biasa.

Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan

rasa menggelikan hati, sehingga orang yang mendengarnya maupun yang

menceritakannya tertawa. Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya

terdiri dari pengulangan dan biasanya kisahnya bersifat lelucon.

D. Morfologi Cerita Rakyat Vladimir Propp

Vladimir Propp (1895-1970) adalah salah seorang tokoh Formalis Rusia

yang melakukan analisis yang cermat tentang struktur cerita rakyat. Prop

merupakan tokoh strukturalis pertama yang melakukan kajian serius terhadap

struktur naratif. Pada tahun 1928, Prop melakukan penelitian terhadap seratus

dongeng Rusia. Penelitiannya adalah usaha untuk menemukan pola umum alur

atau plot dongeng pada umumnya. Hasil penelitiannya dituangkan dalam buku

The Morphology of The Folktales. Berikut adalah pokok-pokok pikiran Prop yang

penting berdasarkan hasil peneltiannya tersebut.

Pertama, unsur dongeng yang paling stabil dan tak berubah bukanlah tokoh

atau motifnya, melainkan fungsi atau peranannya. Sekalipun pelaku dan penderita

dalam setiap dongeng berubah, tetapi fungsinya tak berubah. Kedua, fungsi dalam

24

Page 25: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

dongeng jumlahnya terbatas dan merupakan satuan pokok dalam alur cerita. Prop

menyebutkan jumlahnya sebanyak 31 fungsi. Ketiga, urut-urutan fungsi di dalam

sebuah dongeng selalu sama. Keempat, menurutnya dongeng hanya memiliki satu

tipe saja jika dilihat dari segi struktur (Taum, 2011: 125-126).

Fungsi yang dimaksud oleh Prop adalah tindakan tokoh yang dibatasi dari

segi maknanya untuk jalan lakonya. Prop membedakan fungsi-fungsi ini menjadi

31 jenis. Fungsi-fungsi ini dikelompokkan menjadi empat lingkaran (sphere)

satuan naratif sebagai berikut.

a) Lingkaran Pertama: Pengenalan

Terdapat tujuh macam fungsi dalam lingkaran pertama dan ketujuh fungsi

tersebut memperkenalkan situasi dan para pelakunya, serta mempersiapkan

adegan-adegan untuk petualangan selanjutnya (Taum, 2011: 126-128). Tujuh

fungsi pada lingkaran pertama ini adalah sebagai berikut.

1) Meninggalkan rumah (absentation). Seorang anggota keluarga meninggalkan

rumah dengan berbagai alasan. Tokoh yang pada mulanya digambarkan

sebagai orang biasa inilah yang kemudian perlu dicari dan diselamatkan.

2) Larangan (interdiction). Tokoh utama atau pahlawan dikenai larangan,

misalnya tidak boleh berbicara lagi, tidak boleh meninggalkan rumah, tidak

boleh memtik bunga terntentu, dll.

3) Pelanggaran terhadap larangan (violation of interdiction). Pelarangan itu

dilanggar, oleh karena itu penjahat mulai memasuki cerita, meskipun tidak

secara frontal melawan sang pahlawan. Namun pahlawan tetap mengabaikan

larangan.

25

Page 26: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

4) Memata-matai (reconnaissance). Penjahat mencoba memata-matai dan secara

aktif mencari informasi, misalnya menelurusi informasi-informasi yang

berharga atau berusaha menangkap seseorang, binatang buruan, atau lainnya.

5) Penyampaian (delivery). Penjahat memperoleh informasi mengenai

korbannya, misalnya tentang peta harta karun atau pun tujuan pahlawan.

6) Penipuan (trickery). Penjahat mencoba menipu dengan berbagai cara dan

meyakinkan korbannya untuk mengambil alih kedudukan atau barang-barang

miliknya.

7) Komplesitas (complicity). Korban benar-benar tertipu dan tanpa disadarinya

ia menolong musuhnya. Korban atau pahlawan memberikan sesuatu kepada

penjahat, misalnya peta atau senjata yang digunakan penjahat untuk melawan

orang baik.

b) Lingkaran Kedua: Isi cerita

Pokok cerita dimulai pada fase ceria ini dan diteruskan dengan

keberangkatan sang pahlawan (Taum, 2011: 128-130).

8) Kejahatan (villainy). Penjahat merugikan atau melukai salah seorang anggota

keluarga.

Kekurangan (lack). Salah seorang anggota keluarga kehilangan sesuatu atau

mengharapkan untuk memiliki sesuatu.

9) Mediasi (mediation). Pahlawan menyadari adanya tindakan keji atau

mengetahui kekurangan yang dimiliki anggota keluarga.

10) Aksi balas dendam (beginning counter-action). Pahlawan sekarang

memutuskan untuk mengambil tindakan untuk mengatasi kekurangan,

26

Page 27: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

misalnya dengan menemukan barang magis, menyelamatkan orang-orang

yang ditahan atau mengalahkan penjahat.

11) Kepergian (departure). Pahlawan pergi meninggalkan rumah.

c) Lingkaran Ketiga: Rangkaian Donor

Pada lingkaran ketiga, pahlwan mencari cara memecahkan masalah,

mendapatkan bantuan berupa hal-hal magis dari Donor. Sesungguhnya pada

rangkaian lingkaran ketiga, sebuah sudah utuh dan dapat diselesaikan atau tamat

(Taum, 2011: 130-131).

12) Fungsi pertama bantuan (first function of the donor). Pahlawan diuji,

diintrogasi, diserang, dan sebagainya, yang merupakan persiapan baginya

menerima pelaku atau penolong magis (donor).

13) Reaksi pahlawan (hero’s reaction). Pahlawan berekasi terhadap tindakan

penolong.

14) Resep benda magis (receipt of a magical agent). Pahlawan meneliti cara

penggunaan benda magis.

15) Bimbingan (guidence). Pahlawan dibawa, dipesan, atau dibimbing ke

sebuah tempat dari suatu objek pencarian.

16) Pertempuran (struggle). Pahlawan dan penjahat terlibat dalam pertempuran

langsung.

17) Pengenalan (branding). Pahlawan dikenali, misalnya terluka, menerima

cincin atau selendang.

18) Kemenangan (victory). Penjahat dikalahkan, misalnya terbunuh dalam

pertempuran, dikalahkan dalam sebuah sayembara, dll.

27

Page 28: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

19) Kegagalan pertama (liquidation). Kemalangan dihadapi, tawanan lepas,

orang yang sudah dibunuh hidup kembali, dll.

d) Lingkaran Keempat: Kembalinya Sang Pahlawan

Lingkaran keempat kadang-kadang bersifat optional atau tidak wajib ada.

Pada tahap final dari rangkaian penceritaan, pahlawan pulang ke rumah, berharap

tidak ada insiden lagi, dan pahlawan disambut baik (Taum, 2011: 131-132).

20) Kepulangan (return). Pahlaan kembali ke rumah.

21) Pencarian (persuit). Pahlawan dicari, sedangkan orang yang mencarinya

ingin membunuh, memakannya atau memperlemah posisi pahlawan.

22) Penyelamatan (rescue). Pahlawan diselamatkan dari pencarian (mujizat

menghalangi orang yang mencari, pahlawan bersembunyi atau

disembunyikan, dll).

23) Kedatangan orang tak dikenal (unrecognized arrival). Pahlawan yang belum

dikenali tiba di rumah atau sampai di negri lain.

24) Klaim palsu (unfounded claims). Pahlawan palsu menyampaikan pernyataan

yang tidak benar atau palsu.

25) Tugas yang sukar (difficult task). Tugas yang sulit diberikankepada

pahlawan (cobaan berat, teka-teki, uji kemampuan, sayembara, dll).

26) Penyelesaian (solution). Tugas itu dapat diselesaikan dengan baik.

27) Pengenalan (recognation). Pahlawan dikenali dengan tanda pengenal yang

diberikan kepadanya.

28) Pembuangan (exposure). Pahlawan palsu atau penjahat dibuang.

29) Perubahan penampilan (transfiguration). Pahlawan medapat penampilan

baru, pakaian baru, dll.

28

Page 29: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

30) Penghukuman (punishment). Penjahat dihukum.

31) Pernikahan (wedding). Pahlawan menikah dan menerima mahkota sebagai

imbalan yang pantas.

Menurut Propp (1975: 79-80), pelaku atau dramatis personae pada

umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis. Berikut adaah tujuh jenis

dramatis personae tersebut.

1) The villain, penjahat yang bertarung melawan pahlawan.

2) The donor, donor atau pemberi yang mempersiapkan pahlawan atau member

pahlawan barang-barang magis tertentu.

3) The magical helper, pembantu magis yang menolong pahlawan ketika dia

menghadapi kesulitan.

4) The princes and her father, putri raja dan ayahnya yang memberikan tugas

kepada pahlawan, mengenali pahlawan palsu, menikah dengan pahlawan.

5) The dispatcheri, tokoh yang mengetahui adanya kekurangan dan menghalangi

pahlawan sejati.

6) The hero or victim/seeker hero, pahlawan sejati yang memberikan reaksi

terhadap donor dan menikahi putrid raja.

7) The false hero, pahlawan palsu yang mengambil keuntungan dari tindakan-

tindakan pahlawan sejati dan mencoba menikahi putri raja.

E. Sistem Religi dan Kepercayaan

Religi dan kepercayaan telah menjadi suatu pokok penting dalam ilmu

pengetahuan mengenai suku-suku bangsa di dunia. Dunia ilmiah mulai

mengambil perhatian terhadap upacara keagamaan yang tersebar diberbagai

sistem kepercayaan dunia. Masalah asal mula dari suatu unsur universal seperti

29

Page 30: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

religi, tentang mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib

(mistis) yang dianggapnya lebih tinggi daripadanya, dan mengapa manusia itu

melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna. Oleh karena itu,

untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi, telah

lam menjadi pusat perhatian banyak orang di berbagai belahan dunia, dan juga

dari dunia ilmiah pada umumnya.

1. Emosi keagamaan

Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan

atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan, atau religious

emotion. Emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia,

walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapa detik

saja, untuk kemudian menghilng lagi. Emosi keagamaan itulah yang mendorong

orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi. Emosi keagamaan

menyebabkan bahwa sesuatu benda, suatu tindakan, atau suatu gagasan, mendapat

suatu nilai keramat, atau sacred value, dan dianggap keramat. Demikian juga

benda-benda, tindakan-tindakan atau gagasan-gagasan yang biasanya tidak

keramat, yang biasanya profan, tetapi apabila dihadapi oleh manusia yang

dihinggapi oleh emosi keagamaaan, sehingga ia solah-olah terpesona, maka

benda-benda, tindakan-tindakan dan gagasan-gagasan tadi menjadi keramat

(Koentjaraningrat, 1986: 25).

Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu memunyai ciri-ciri

untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu di antara pengikut-

pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam

suatu religi bersama dengan tiga unsur lain, yaitu (1) sistem religi (agama) dan

30

Page 31: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

kepercayaan; (2) sistem upacara keagamaan dan kepercayaan; dan (3) suatu umat

yang menganut agama atau kepercayaan itu sendiri (Koentjaraningrat, 1986: 32).

a) Sistem religi dan kepercayaan

Sistem kayakinan secara khusus mengandung benyak sub-unsur lagi.

Dalam hal ini para ahli antroplogi biasanya menaruh perhatian terhadap konsepsi

tentang dewa-dewa yang baik maupun yang jahat, sifat-sifat dan tanda-tanda

dewa-dewa, konsepsi tentang mahluk-mahluk halus lainya seperti roh-roh leluhur,

roh-roh lain yang baik maupuan yang jahat, hantu dan lain-lain, konsepsi tentang

dewa tertinggi dan pencipta alam; masalah terciptanya dunia dan alam

(kosmologi), masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat dunia dan alam

(kosmologi), konsepsi tentang hidup dan mati, konsepsi tentang dunia roh, dunia

akhirat, dan lain-lain.

Adapun sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran aturan agama,

dongeng suci tengtang riwayat-riwayat dewa-dewi (mitologi), biasanya tercantum

dalam suatu himpunan buku-buku yang biasanya juga dianggap sebagai

kesusastraan suci. Sistem upacara keagaman secara khusus mengandung emosi

aspek yang menjadi perhatian khusus dari para hali antroplogi ialah tempat

upacara keagamaan dilakukan, saat-saat upacara keagmaan dijalankan, benda-

benda dan alat-alat upacara, dan orang-orang yang melakukan dan memimpin

upacara (Koentjaraningrat, 1986: 35).

Aspek yang pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat di mana

upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, masjid,

tempat tertentu yang dianggap keramat, dan sebagainya. Aspek ke-2 adalah aspek

yang mengenai saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci dan sebagainya.

31

Page 32: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Aspek k-3 adalah tentang benda-benda ynag dipakai dalam upacara termasuk

patung-patung yang melambangkan dewa-dewi, alat-alat bunyi-bunyian seperti

lonceng suci, seruling suci, gendering suci dan sebagainya. Aspek ke-4 adalah

aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan, yaitu pendeta biksu,

syaman, dukun dan lain-lain. Upacara itu sendiri banyak juga unsurnya, yaitu:

bersaji, berkorban, berdo’a, makan bersama makanan yang telah disucikan dengan

do’a, menari tarian suci, menyanyi nyanyian suci, berpropesi atau berpawai,

memainkan seni drama suci, berpuasa, intolsikasi atau menaburkan pikiran

dengan makan obat bius unutk mencapai keadaan trance atau tak sadar diri,

mabuk, bertapa, bersemedi, dan lain-lain (Koentjaraningrat, 1986: 35).

b) Sistem upacara keagamaan dan kepercayaan

Di antara unsur-unsur upacara keagamaan tersebut ada yang dianggap

penting sekali dalam satu agama atau kepercayaan, tetapi tidak dikenal dalam

agama atau kepercayaan lain, dan demikian juga sebaliknya. Kecuali itu suatu

acara upacara biasanya mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari sejumlah

unsur tersebut. Dengan demikian dalam suatu upacara untuk kesuburan tanah

misalnya, para pelaku upacara dan para pendeta berpawai terlebih dahulu menuju

ke tempat-tempat bersaji, lalu mengorbankan seekor ayam, setelah itu menyajikan

bunga kepada dewa kesuburan, disusul dengan doa yang diucapkan oleh para

pelaku, kemudian menyanyi bersama berbagai nyanyian suci, dan akhirnya

semuanya bersama kenduri makan hidangan yang telah disucikan dengan do’a.

c) Suatu umat penganut

Sub unsur tekahir dalam rangka agama dan kepercayaan adalah sub unsur

mengenai umat yang menganut agama atau kepercayaan yang bersangkutan.

32

Page 33: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Khusus sub-unsur itu meliputi misalnya hal-hal pengikut agama, hubungannya

satu dengan lain hubungan dengan para pemimpin agama, baik dalam saat adanya

upcara keagamaan maupun adalam kehidupan sehai-hari. Sub-unsur itu juga

meliputi persoalan mengenai organisasi para umat, kewajiban, serta hak-hak para

warganya.

2. Perbedaan antara sistem ilmu gaib, agama dan kepercayaan

Pokok-pokok khusus dalam rangka sistem ilmu gaib (mistis) atau magic

pada lahirnya memang sering tampak sama dengan dalam sistem agama dan

kepercayaan. Dalam ilmu gaib (mistis) sering terdapat juga konsepsi-konsepsi dan

ajaran-ajarannya; ilmu gaib juga memunyai sekelompok manusia yang yakin dan

yang menjalankan ilmu gaib itu untuk mencapai suatu maksud. Selain itu, upacara

mistis juga memunyai aspek-aspek yang sama saat-saat tertentu unutk

mengadakan upacara (biasanya juga pada saat-saat atau hari-hari keramat);

terdapat peralatan untuk melakukan upacara, dan ada tempat-tempat tertentu di

mana upacara harus dilakukan. Akhirnya suatu upacara mistis seringkali juga

mengandung unsur-unsur upacara yang sama dengan upacara agama dan

kepercayaan pada umumnya. Misalnya, orang melakukan hal mistis/gaib untuk

menambah kekatan ayam yang hendak diadunya dalam suatu pertandingan adu

ayam. Untuk itu dia membuat obat gaib dengan sajian kepada roh-roh, serta

dengan mengucapkan doa kepada dewa-dewa, serta dengan mengucapkan mantra-

mantra tertentu, dan dengan puasa. Dengan melakukan hal-hal itu semua ia

percaya bahwa obat gaib untuk ayam jantannya akan mujarab sekali.

Walaupun pada lahirnya agama, kepercayaan, dan ilmu gaib sering

kelihatan sama, dan walaupun sukar untuk menentukan batas daripada upacara

33

Page 34: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

yang bersifat keagamaan dan kepercayaan, dan upacara yang bersifat mistis, pada

dasarnya ada juga suatu perbedaan yang besar sekali antara kedua pokok itu.

Perbedaan dasarnya terletak dalam sikap manusia pada waktu ia sedang

menjalankan agama atau kepercayaan, manusia bersikap menyerahkan diri sama

sekali kepada Tuhan, kepada dewa-dewa, kepada roh nenek moyang. Intinya

menyerahkan diri sama sekali kepada kekuatan tinggi yang disembahnya itu.

Dalam hal itu manusia biasanya terhinggap oleh suatu emosi keagamaan.

Sebaliknya, pada waktu menjalankan ilmu gaib (mistis) manusia bersikap lain

sama sekali. Ia berusaha memperlakukan kekuatan-kekuatan tinggi dan gaib

(mistis) agar menjalankan kehendaknya dan berbuat apa yang ia capainya.

F. Inisiasi

Inisiasi berasal dari kata bahasa Latin, initium, yang berarti masuk atau

permulaan, secara harafiah berarti masuk ke dalam. Di dalam Inisiasi terdapat

ritus dan ritual kehidupan di berbagai tempat. Ritus erat hubungannya dengan

proses kehidupan manusia. Ritual dilakukan ketika bersyukur atas bayi di dalam

kandungan, lahir, pubertasi (akil balik), pernikahan, hingga kematian. Praktek

inisisasi sebenarnya telah dilakukan oleh banyak kelompok, suku, kelompok

keagamaan, kelompok kepercayaan dan kelompok mistik. Setiap daerah atau

tempat memiliki ritus dan ritual yang berbeda-beda sebagai wujud Inisiasi. Inisiasi

merupakan gejala sosio-antropologis yang muncul dan berkembang di dalam

setiap komunitas atau masyarakat (Eliade, 1968: 202-203).

Mircea Eliade merupakan antropolog yang terkenal dalam memelajari dan

mengembangkan ilmu sosiologi dan antropologi. Mircea Eliade menjelaskan

Inisiasi sebagai suatu tindakan agama yang berprinsip klasik atau tradisional.

34

Page 35: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Menurut Eliade, Inisiasi mampu mengintisarikan sejarah yang sakral dalam dunia.

Intisari bahwa seluruh dunia disucikan menjadi baru dan dirasakan sebagai

pekerjaan yang sakral, yaitu ciptaan Tuhan. Ini merupakan penilaian nyata akan

ritual kelahiran sampai kematian, yang akhirnya memimpin kepada penaklukan

ketakutan akan kematian. Fungsi Inisiasi untuk menyatakan makna yang dalam

dari keadaan menuju generasi baru dan membantu mereka memikul tanggung

jawab atas tindakan manusia yang benar dan partisipasi dalam kebudayaan.

Inisiasi menyatakan dunia terbuka terhadap pergeseran manusia dan disebut

transendental. Selain itu, Inisiasi membuka nilai-nilai spiritual (Eliade, 1968: 204).

Apabila dihubungkan dengan sistem agama dan kepercayaan yang ada di

dunia, Inisiasi adalah bentuk iman (keyakinan) pada suatu agama dan bentuk

percaya pada suatu kepercayaan. Bentuk-bentuk keimanan dan kepercayaan

tersebut tertuang dalam berbagai macam ritus dan ritual. Ritus adalah makna atau

filosofi yang mendasari suatu ritual, seperti makna dari simbol-simbol

keagamaan, makna dari benda-benda yang dianggap keramat, makna suatu

upacara keagamaan, dan lain-lain. Sedangkan ritual adalah bentuk-bentuk

kongkrit keimanan dan kepercayaan tersebut, seperti ibadah, upacara keagamaan,

dan lain sebagainya.

Eliade membagi Inisiasi kedalam tiga tipe ritus, yaitu ritus peralihan, ritus

peribadatan, dan ritus devosi pribadi. Ketiga ritus ini merupakan satu kesatuan

yang mendasari sistem kepercayaan manusia. Berikut adalah penjelasan ketiga

rirus tersebut.

35

Page 36: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

1. Ritus Peralihan (Puberitas)

Ritus peralihan (puberitas) dibagi menjadi dua, yaitu perjalanan kehidupan

atau dalam teori Inisiasi Marcea Eliade dikenal dengan istilah long journey dan

ritus dewasa awal (the coming age). Ritus perjalanan kehidupan menggambarkan

peralihan seorang manusia dari dua alam yang berbeda. Selama

perjalanankehidupannya tersebut, ia harus melawati berbagai tugas untuk

melengkapi kehidupannya dan ketika perjalanannya telah mancapai ujung

(kematian), usailah sudah perjalanannya. Peralihan tersebut ditandai dengan

kelahiran dan kematian seorang manusia. Sedangkan ritus dewasa awal adalah

peralihan seseorang menuju kedewasaan.

a) Ritus Perjalanan Kehidupan (long journey)

Kehidupan manusia ditandai dengan sebuah kelahiran dan diakhiri dengan

kematian. Ketika seorang bayi lahir, maka perjalanan hidupnya telah dimulai.

Setiap manusia harus menempuh perjalanan panjang sampai ia tiba diujung jalan,

dimana perjalanannya telah usai, yaitu kematian. Dalam setiap perjalanan,

terdapat tugas dan ujian yang harus dijalani sebagai tanda seorang manusia telah

melengkapi tugas hidupnya.

b) Ritus Dewasa Awal (the coming age)

Kehidupan manusia juga ditandai dengan beberapa tahap, yaitu anak-anak,

remaja, dan dewasa. Tahap tersebut merupakan peristiwa peralihan tugas seorang

manusia. Ketika ia telah dianggap cukup menjalankan tugas sebagai anak-anak,

maka tiba waktunya ia menjalani tugas pada tahap yang lebih tinggi. Peralihan

tersebut berlangsung sepanjang hidup manusia (Eliade, 1968:205-211).

36

Page 37: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

2. Ritus Peribadatan

Ritus peribatan merupakan kegiatan di mana suatu komunitas berhimpun

bersama-sama untuk beribadah. Ritus peribadatan terdiri dari ritus masyarakat

atau komunitas mistis (secret society) dan pekerjaan mistis (mistical vocation).

Masyarakat mistis erat kaitannya dengan hubungan antara manusia atau suatu

komunitas dengan makhluk-makhluk selain manusia, baik tumbuhan, hewan,

binatang, roh, benda mati, dan lain-lain di berbagai agama dan kepercayaan.

Sedangkan pekerjaan mistis menyangkut bentuk-bentuk kekuatan mistis, gaib, dan

ajaib di luar nalar manusia yang dihasilkan oleh masyarakat mistis melalui

peribadatan.

a) Ritus Masyarakat Mistis (secret society)

Ritus masyarakat mistis berhubungan dengan makhluk selain manusia atau

benda-benda tertentu yang memiliki keistimewaan. Tak jarang pula, makhluk atau

benda-benda tersebut meiliki kekuatan khusus yang bisa mendatangkan kebaikan

dan bahkan kejahatan atau kematian.

b) Ritus Pekerjaan Mistis (mistical vocation)

Ritus pekerjaan mistis berkaitan dengan kekuatan yang berada di sekitar

manusia. Pekerjaan Mistis juga mengarah kepada seorang yang bekerja dibidang

pengobatan secara mistis, seperti dukun. Ritus ini dilakukan dengan

mempersiapkan seseorang yang telah dipilih (Eliade, 1968: 215-218).

3. Ritus Devosi Pribadi

Ritus devosi pribadi, di mana seseorang melakukan ibadah pribadi,

termasuk berdoa dan melakukan ziarah. Dalam berdoa, tiap-tiap orang memiliki

kepercayaan akan apa yang ia percayai memiliki keuatan untuk mengabulkan

37

Page 38: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

setiap keinginannya. Doa yang dipanjatkan terlantun lewat kata-kata dan simbol-

simbol tertentu. Kata-kata dan simbol-simbol tersebut dipercaya membawa

kebaikan atas apa yang dipinta. Dalam melakukan peribadatan pribadi, pemilihan

waktu juga memiliki pengaruh yang kuat bagi tiap-tiap kepercayaan (Eliade,

1968:220).

38

Page 39: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang berlandaskan pada

filsafat pospositivisme dan digunakan untuk meneliti objek yang alamiah, dimana

peneliti adalah instrumen kunci. Salah satu karakteristik pendekatan kualitatif

adalah bersifat interpretative, karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan

interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Temuan data dan

interpretasi data tersebut akan disajikan dalam bentuk deskripsi. Oleh karena itu,

pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Pendekatan deskriptif kualitatif dipilih karena sesuai dengan tujuan

penelitian ini, yaitu untuk memperoleh skema struktur naratif dan penjelasan

mengenai bentuk dan makna unsur agama dan kepercayaan yang terdapat dalam

tiga dongeng terpopuler karya Grimm bersaudara, yaitu Sneewittchen,

Aschenputtel, dan Rapunzel. Dengan menggunakan pendekatan tersebut,

penelitian akan difokuskan pada struktur fungsi cerita dan unsur agama dan

kepercayaan, berupa ritus dan ritual yang terdapat dalam dongeng Sneewittchen,

Aschenputtel, dan Rapunzel.

Tipe-tipe ritus dan ritual yang terdapat dalam dongeng akan dibahas pada

setiap judul dongeng, sehingga akan diketahui (1) bentuk-bentuk ritus dan ritual

apa saja yang terdapat dalam dongeng Sneewittchen, (2) bentuk-bentuk ritus dan

ritual apa saja yang terdapat dalam dongeng Aschenputtel, dan (3) bentuk-bentuk

39

Page 40: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

ritus dan ritual apa saja yang terdapat dalam dongeng Rapunzel. Bentuk-bentuk

ritus dan ritual tersebut akan dideskripsikan berdasarkan kata-kata, dialog,

peristiwa atau ilustrasi yang terdapat dalam setiap dongeng. Pedeskripsian

tersebut dimaksudkan untuk mengetahui makna unsur agama dan kepercayaan

yang terkandung dalam dongeng Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel karya

Grimm bersaudara.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah tiga dongeng terpopuler karya Grimm

bersaudara. Tiga dongeng terpopuler tersebut adalah Sneewittchen, Aschenputtel,

dan Rapunzel yang terdapat dalam buku Kinder- Und Hausmärchen Band 1

(kumpulan dongeng Grimm Bersaudara Jilid 1). Buku tersebut merupakan cetakan

ketujuh yang diterbitkan pada tahun 1857 di Jerman, tepatnya di kota Göttingen

dan diterbitkan oleh penerbit Verlag der Dieterichschen Buchhandlung.

Tiga dongeng tersebut dipilih karena tiga dongeng tersebut adalah

dongeng yang terpopuler di antara 160 dongeng lain yang ditulis oleh Grimm

bersaudara. Selain itu, ketiga dongeng tersebut memiliki jenis yang sama, yaitu

ordinary fairytale, memiliki alur cerita yang hampir sama, ketiganya memiliki

tokoh utama perempuan atau seorang putri, berlatar belakang istana, tokoh

jahatnya pun juga sama-sama perempuan, dan diindikasikan banyak mengandung

unsur-unsur agama dan kepercayaan yang tersembunyi.

C. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah unsur-unsur agama dan kepercayaan, yaitu

bentuk-bentuk ritus dan ritual dalam dongeng Sneewittchen, Aschenputtel, dan

40

Page 41: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Rapunzel. Data penelitian ini akan diperoleh dari kata-kata, dialog, peristiwa atau

ilustrasi pada ketiga dongeng tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik pustaka untuk mengumpulkan data.

Teknik pustaka atau dokumntasi adalah kegiatan mengumpulkan,

mengidentifikasi, serta mengolah data-data penelitian berdasarkan bahan pustaka,

bahan acuan, maupun standar tertentu. Teknik pustaka dalam penelitian ini

memanfaatkan tiga bahan pustaka, berupa dongeng Sneewittchen, Aschenputtel,

dan Rapunzel yang terdapat dalam buku Kinder- Und Hausmärchen Band 1.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis isi.

Analisis deskriptif digunakan untuk menelaah struktur naratif dongeng

berdasarkan 31 fungsi struktur naratif milik Vladimir Propp. Hasil deskripsi

tersebut akan dijadikan pedoman untuk melakukan analisis isi, sehingga diperoleh

pemahaman yang mendalam mengenai unsur agama dan kepercayaan dalam

dongeng Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel.

Teknik analisis data dalam penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa

langkah, di antaranya adalah pembacaan seksama (close reading), pencatatan

data, analisis dan interpretasi. Berikut adalah langkah-langkah analisis data yang

akan dilakukan dalam penelitian ini.

41

Page 42: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

1. Pembacaan seksama (close reading)

Pembacaan seksama dilakukan untuk (1) menganalisis struktur cerita dan

mengklasifikasikannya ke dalam 31 fungsi dan (2) mengidentifikasi bagian-

bagian cerita yang mengandung bentuk-bentuk ritus dan ritual dalam ketiga

dongeng yang akan diteliti. Selama proses close reading, sesungguhnya kegiatan

pengumpulan data sudah mulai berjalan, yaitu dengan cara menandai bagian-

bagian cerita yang diindikasikan sesuai dengan salah satu jenis fungsi Propp dan

bagian cerita yang mengandung bentuk-bentuk ritus dan ritual.

Pembacaan seksama dilakukan selama beberapa kali untuk memahami cerita

secara mendalam dan menggali data lebih banyak. Selanjutnya, data sementara

yang telah ditandai akan dibaca kembali secara seksama, kemudian dikumpulkan

dan ditulis secara terperinci dalam kegiatan Data Colecting.

2. Pengumpulan data (Data Collecting)

Data yang terkumpul dari hasil kegiatan close reading selanjutnya akan

ditulis untuk mengetahui seberapa banyak data yang telah terkumpul. Data ditulis

dan dikelompokkan sesuai judul masinng-masing dongeng. Sehingga akan

diketahui jumlah data yang ditemukan dari masing-masing dongeng dan

memudahkan proses pemberian kode pada tahap selanjutnya.

3. Pemberian kode (Encoding)

Setelah pengumpulan data dilakukan, tahap selanjutnya adalah (1)

pemberian kode di tiap-tiap paragraf atau bagian di teks dongeng yang sesuai

dengan jenis fungsi Propp dan (2) pemberian kode di tiap-tiap paragraf atau

bagian di teks dongeng yang dianggap memiliki unsur agama dan kepercayaan,

baik ritus maupun ritual. Kode yang diberikan untuk menandai jenis fungsi adalah

42

Page 43: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

angka 1 sampai dengan 31, sesuai dengan 31 jenis fungsi Propp. Sedangkan kode

yang diberikan untuk menandai unsur agama dan kepercayaan berupa jenis-jenis

ritus dan ritual adalah huruf dan angka. Penjelasan mengenai kode-kode ritus dan

ritual yang diberikan dalam ketiga teks dongeng tersebut ada pada tabel 1.

Tabel 1. Daftar Kode dalam Pengumpulan Data

Kode Arti

R1 Kode R1 diberikan di bagian yang dianggap mengandung unsur Ritus

dan Ritual Peralihan.

R1a Kode R1a diberikan di bagian yang dianggap mengandung unsur Ritus

dan Ritual Perjalanan Kehidupan (long journey).

R1b Kode R1b diberikan di bagian yang dianggap mengandung unsur Ritus

dan Ritual Dewasa Awal (the coming age).

R2 Kode R2 diberikan di bagian yang dianggap mengandung unsur Ritus

dan Ritual Peribadatan.

R2a Kode R2a diberikan di bagian yang dianggap mengandung unsur Ritus

dan Ritual Masyarakat Mistis (secret society).

R2b Kode R2b diberikan di bagian yang dianggap mengandung unsur Ritus

dan Ritual Pekerjaan Mistis (mystical vocation).

R3 Kode R3 diberikan di bagian yang dianggap mengandung unsur Ritus

dan Ritual Devosi Pribadi.

4. Pengelompokan data (Indexing)

Data yang telah diberi kode, selanjutnya dikelompokan berdasarkan jenis

kode yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan indexing diperlukan untuk

mengetahui seberapa banyak fungsi yang ditemukan dalam setiap dongeng dan

43

Page 44: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Stuktur naratif berupa 31 fungsi.

Analisis deskripsi Text Dongeng

R1R1aR1bR2R2aR2bR3

Analisis isi dari data yang telah diberi kode

Unsur liturgi dalam doneng

seberapa banyak data yang mengandung bentuk-bentuk ritus dan ritual Peralihan

(R1), Perjalanan Kehidupan (R1a), Dewasa Awal (R1b), Peribadatan (R2),

Masyarakat Mistis (R2b), Pekerjaan Mistis (R2c), dan Devosi Pribadi (R3) pada

masing-masing dongeng. Selain itu, indexing juga mempermudah kegiatan

analisis data dan penarikan kesimpulan.

5. Penggambaran ilustrasi pada tiap kode (Decoding)

Setiap kode yang telah dikelompokkan pada masing-masing kategori akan

diubah menjadi deskripsi peristiwa atau ilustrasi kejadian secara sederhana dan

ringkas. Pengambaran ilustrasi pada tiap kode digunakan untuk mengolah data

yang diperlukan untuk semakin mempermudah proses analisis, menarik

kesimpulan, dan menjawab fokus penelitian penelitian.

6. Analisis

Tahap selanjutnya adalah analisis dan interpretasi. Gambar 3 adalah skema

analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui unsur agama dan kepercayaan

dalam tiga dongeng terpopuler karya Grimm bersaudara.

Bentuk-bentuk ritus dan ritual dalam kegiatan analisis data akan diketahui

melalui peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh yang ada dalam ketiga dongeng

tersebut. Hasil analisis data akan menghasilkan suatu kesimpulan, yaitu unsure

liturgy yang terdapat dalam masing-masing dongeng. Hasil analisis dan

kesimpulan tersebut selanjutnya akan diperiksa keabsahannya melalui teknik

validasi atau pemeriksaan keabsahan data.

44

Page 45: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Gambar 2. Skema Analisis Data

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Setelah data penelitian dianalisis, maka langkah selanjutnya yang akan

dilakukan adalah memeriksa keabsahan data tersebut. Penelitian ini akan

menggunakan tiga teknik validasi data, yaitu membaca ulang dan triangulasi.

Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga teknik tersebut.

1. Membaca Ulang

Dongeng Sneewittchen, Aschenputtel, dan Rapunzel akan dibaca kembali

dengan seksama. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencocokan antara data yang

telah ditemukan dan analisis yang telah dilakukan, agar diperoleh keabsahan

antara data penelitian dan hasil analisis data tersebut.

2. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara memeriksa data untuk mengetahui

apakah data sudah menjawab fokus penelitian penelitian. Selain itu, triangulasi

juga diperlukan untuk menghubungkan data dengan sumber data, teori, dan

metode penelitian. Keseluruhan proses triangulasi tersebut dilakukan untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid.

Untuk kegiatan triangulai, Sudikan (2001: 169) menyarankan untuk

menempuh empat langkah, namun penelitian ini hanya akan menempuh dua

45

Page 46: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

langkah, yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Triangulasi sumber

data akan dilakukan melalui penelusuran terhadap cetakan tertua dan terbaru buku

Kinder und Hausmärchen Band 1, serta mencari informan seorang native speaker

bahasa Jerman utuk menceritakan tiga dongeng tersebut. Triangulasi teori

dilakukan dengan menggunakan teori struktur naratif lain yang relavan. Penelitian

ini akan menggunakan teori struktur narataif A.J. Greimas, karena teori milik

Greimas memiliki karakter yang sama dan merupakan pengembangan dari teori

struktur narataif Vladimir Propp.

Daftar Pustaka

Betthelheim, Bruno. 1976. The use of Entchantment: The meaning and Importance of Fairy Tales. New York: Bantam Books. (http://

46

Page 47: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

en.wikibooks. org /wiki/Cultural _Anthropology/Ritual_and_Religion diakses tanggal 25 November 2012 pukul 21.45 WIB).

Damono, Sapardi Djoko. 2003. Sosiologi Sastra. Semarang: Magister Ilmu Susastra Undip

Danandjaja, James. 1991. Folklor Indonesia, Ilmu Goip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Dundes, Alan. 1965. “The Form of Folklore: Prose Narratives”, Journal of American Folklore Vol. 78 No. 307. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Eliade, Mircea. 1968. Myth and Reality. New york: Harper Torchbook.

Girardot, N. J. 2006. The Journal of American Folklore, Voll.90. New York: JStor.

Grimm, Jacob. & Grimm, Wilhem. 1857. Kinder- Und Hausmärchen Band 1. Göttingen: Verlag der Dieterichschen Buchhandlung.

Gutenberg. 2012. Grimms Märchen. (http: //www. grimmstories. com/ de/grimm _maerchen /sneewittchen_Sneewittchen, diakses 10 Oktober 2012 pukul 08.39 WIB).

Jalasco, Jagad. 2012. Analisis Fungsi Vladimir Propp dalam Dongeng Prancis Karya Charles Perrault. Jakarta: UI

Julianti, Sri. 2012. Analisis Fungsi Vladimir Propp dalam Dongeng Der Singende Knochen dan Den Froschkönig. Yogyakarta: UNY

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Aksara Baru.

Laksana, Hendri. 2012. Analisis Struktur dalam Sage Der Kobold dari Kumpulan Deutsche sagen oleh Bruder Grimm. Yogyakarta: UNY.

Lüthi, Max. 1970. Once Upon a Time: On The Nature of fairy Tales. New York: Frederick Ungar Publishing Co. (http://www.mircea-eliade.com/from-primitives-to-zen/142.html diakses tanggal 25 November 2012 pukul 21.45 WIB)

Propp, Vladimir. 1975. Morphology of the Folktale. London: University of Texas Press.

Sapulette, Violeta. 2011. Cerita Rakyat di Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah (Kajian Genre, struktur, nilai budaya). Surabaya: PPS Unesa.

Sinurya, Lesta Br. 2013. Mite di Kabupaten Karo Sumatra Utara. Surabaya: PPS Unesa.

47

Page 48: 03.Proposal Penelitian Tesisdevi

Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana.

Sumardjo, Jakob. 1979. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Sastra Lisan – Sejarah, Teori, Metode, dan Pendekatan Disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.

Thompson, Stith. 1964. The Type of Folktale (a Classification and Bibliography). Helsinki: Tiedeakatemeia Academia Scientiarum Fennica.

48