14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Spiritualitas a. Pengertian Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau kematian (Hamid, 2008). Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Asmadi, 2008). Stoll (1989; dalam Hamid, 2008) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Spiritualitas
a. Pengertian
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan
Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang
yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha
Kuasa. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk
menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi
stres emosional, penyakit fisik, atau kematian (Hamid, 2008).
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai
oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi
(Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap
adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang
pernah diperbuat (Asmadi, 2008). Stoll (1989; dalam Hamid, 2008)
menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yaitu
dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah
hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun
kehidupan seseorang.
15
Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri,
dengan orang lain, dan dengan lingkungan.
Spiritualitas mencakup esensi keberadaan individu dan
keyakinannya tentang makna hidup dan tujuan hidup. Spiritualitas
dapat mencakup keyakinan kepada Tuhan atau kekuatan yang lebih
tinggi, praktik keagamaan, keyakinan dan praktik budaya, dan
hubungan dengan lingkungan (Videback, 2008).
b. Konsep Spiritualitas
Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas menurut Kozier
et al (2010) yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi,
pengampunan. Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang
terorganisasi. Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual
dan memberikan pedoman kepada yang mempercayainya dalam
berespon terhadap pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan
keagamaan individu mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai,
pedoman pelaksanaan, dan ritual tertentu.
Keyakinan adalah meyakini atau berkomitmen terhadap
sesuatu atau seseorang. Keyakinan memberi makna bagi kehidupan,
memberi kekuatan pada saat individu mengalami kesulitan dalam
kehidupannya. Keyakinan memberi kekuatan dan harapan (Kozier et
al, 2010).
16
Harapan merupakan konsep yang tergabung dengan
spiritualitas. Yaitu proses antisipasi yang melibatkan interaksi
berpikir, bertindak, merasakan, dan keterkaitan yang diarahkan ke
pemenuhan di masa yang akan datang yang bermakna secara personal.
Tanpa harapan, pasien menyerah, kehilangan semangat, dan penyakit
kemungkinan semakin cepat memburuk (Kozier et al, 2010).
Transendensi melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada
sesuatu yang lain atau yang lebih hebat dari diri sendiri dan suatu
pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang lebih hebat tersebut,
baik itu adalah mahluk, kekuatan, atau nilai yang paling hebat (Kozier
et al, 2010).
Kebutuhan akan ampunan merupakan kebutuhan akan
ampunan dari Tuhan, diri sendiri, dan orang lain serta kebebasan
individu untuk mencintai Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Bagi
banyak pasien, penyakit atau kecacatan menimbulkan rasa malu atau
rasa bersalah. Masalah kesehatan diinterpretasi sebagai hukuman atau
dosa yang dilakukan di masa lalu. Perawat dapat berperan penting
dalam membantu pasien memahami proses pengampunan (Kozier et
al, 2010).
c. Komponen Spiritualitas
Elkins et al (1998) dalam Rahadian (2011) menyebutkan
komponen dari spiritualitas meliputi dimensi transenden, makna dan
17
tujuan hidup, misi hidup, kesakralan hidup, nilai-nilai material,
altruisme, idealisme, kesadaran akan peristiwa tragis, dan buah dari
spiritualitas.
1). Dimensi Transenden
Dimensi transenden merupakan kepercayaan terhadap Tuhan atau
apapun yang dipersepsikan sebagai sosok transenden. Kepercayaan
ini akan diiringi dengan rasa perlunya menyesuaikan diri dan
menjaga hubungan dengan realitas transenden tersebut.
2). Makna dan Tujuan Hidup
Individu mengembangkan pandangan bahwa hidup memiliki
makna dan bahwa setiap eksistensi memiliki tujuannya masing-
masing.
3). Misi hidup
Individu merasakan adanya panggilan yang harus dipenuhi, rasa
tanggung jawab pada kehidupan secara umum. Individu memiliki
motivasi yang berarti mereka dapat memecah misi hidupnya dalam
target-target konkrit dan tergerak untuk memenuhi misi tersebut.
4). Kesakralan hidup
Individu yang spiritual mempunyai kemampuan untuk melihat
kesakralan dalam semua hal dalam hidup. Percaya bahwa semua
kehidupan suci sifatnya dan bahwa yang sakral dapat juga ditemui
dalam hal-hal keduniaan.
18
5). Nilai-nilai material
Individu yang spiritual menghargai materi seperti kebendaan atau
uang namun individu menyadari bahwa kepuasan dalam hidup
semestinya datang bukan dari seberapa banyak kekayaan atau
kebendaan yang dimiliki.
6). Altruisme
Individu yang spiritual menyadari akan adanya tanggung jawab
bersama dari masing-masing orang untuk saling menjaga
sesamanya. Mereka meyakini bahwa tidak ada manusia yang dapat
berdiri sendiri, bahwa umat manusia terikat satu sama lain sehingga
bertanggung jawab atas sesamanya. Keyakinan ini dipengaruhi oleh
sensitivitas mereka akan penderitaan orang lain.
7). Idealisme
Idealisme merupakan kepercayaan yang kuat pada potensi baik
manusia yang diaktualisasikan dalam berbagai aspek kehidupan.
8). Kesadaran akan peristiwa tragis
Kesadaran akan peristiwa tragis dalam hidup seperti rasa sakit,
penderitaan, atau kematian diyakini sebagai alat yang akan
membuat mereka semakin memiliki kesadaran akan eksistensinya
dalam hidup.
19
9). Buah dari spiritualitas
Komponen terakhir merupakan refleksi atas kedelapan komponen
sebelumnya dimana individu mengolah komponen-komponen dari
pandangan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dianutnya dalam
komponen efek dari spiritualitasnya, dan biasanya dikaitkan dengan
hubungannya terhadap diri sendiri, orang lain, alam, kehidupan.
Spiritualitas mencakup hubungan seorang individu dengan
daya yang melebihi dan juga dengan orang-orang disekitarnya.
Seseorang dengan spiritualitas yang berkembang akan memiliki
komponen-komponen tersebut.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang
adalah tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan
budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan perubahan, terpisah
dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, dan asuhan
keperawatan yang kurang sesuai (Hamid, 2008).
1). Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap
perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia