15 BAB 2 LANDASAN TEORI Dengan latar belakang permasalahan yang terjadi pada manajemen sumber daya manusia pada PT. Prima Teknik Mandiri yang meliputi masalah kompetensi, kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja karyawan, maka dalam penelitian ini menggunakan Grand Theory yang digunakan untuk penelitian ini adalah teori manajemen, Middle Theory yang digunakan adalah manajemen sumber daya manusia (MSDM), dan Applied Theory adalah kompetensi, kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kinerja karyawan. 2. 1. Manajemen Manajemen merupakan suatu proses yang mengkoordinasi kegiatan pekerjaan sehingga secara efisien dan efektif melalui orang lain. Dalam definisi ini, mengkoordinasi dan mengawasi pekerjaan orang lain merupakan hal yang dapat membedakan posisi manajerial dengan non manajerial. Namun, manajer tidak dapat bertindak sesuai kehendak mereka kapan pun, di mana pun bahkan dengan cara apa pun. Manajemen harus memastikan bahwa aktivitas pekerjaan terselesaikan secara efektif dan efisien oleh orang-orang yang bertanggung jawab saat melakukannya atau setidaknya sesuai dengan harapan manajer (Robbins & Coulter, 2012). 15
42
Embed
library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPrima Teknik Mandiri yang meliputi masalah kompetensi, kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dengan latar belakang permasalahan yang terjadi pada manajemen sumber daya
manusia pada PT. Prima Teknik Mandiri yang meliputi masalah kompetensi,
kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja karyawan, maka dalam penelitian
ini menggunakan Grand Theory yang digunakan untuk penelitian ini adalah teori
manajemen, Middle Theory yang digunakan adalah manajemen sumber daya
manusia (MSDM), dan Applied Theory adalah kompetensi, kepuasan kerja,
komitmen organisasi dan kinerja karyawan.
2. 1. Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang mengkoordinasi kegiatan pekerjaan
sehingga secara efisien dan efektif melalui orang lain. Dalam definisi ini,
mengkoordinasi dan mengawasi pekerjaan orang lain merupakan hal yang dapat
membedakan posisi manajerial dengan non manajerial. Namun, manajer tidak dapat
bertindak sesuai kehendak mereka kapan pun, di mana pun bahkan dengan cara apa
pun. Manajemen harus memastikan bahwa aktivitas pekerjaan terselesaikan secara
efektif dan efisien oleh orang-orang yang bertanggung jawab saat melakukannya atau
setidaknya sesuai dengan harapan manajer (Robbins & Coulter, 2012).
Manajemen secara umum bertanggung jawab dalam masalah penempatan,
pengembangan, pelatihan, penilaian kinerja, pengembangan hubungan harmonis,
pengembangan dan pemeliharaan moral serta kegiatan yang berkaitan lainnya
(Sastradipoera, 2006).
Manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan
efisien dalam perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
sumber daya organisasi (Daft, 2010).
2. 1. 1 Fungsi Manajemen
Manajemen memiliki beberapa fungsi, di antaranya (Robbins & Coulter,
2012) :
15
16
1. Planning
Fungsi planning untuk menetapkan tujuan-tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan
tersebut, serta membuat rencana-rencana untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas.
2. Organizing
Fungsi Organizing untuk menentukan pekerjaan yang harus dilakukan, siapa yang
melakukan, dan bagaimana pekerjaan dikelompokkan, kepada siapa pekerjaan
dilaporkan, dan bagaimana keputusan dibuat.
3. Leading
Fungsi leading untuk memotivasi bawahan, menengahkan konflik kelompok,
mempengaruhi individu-individu maupun kelompok, dan memilih komunikasi yang
akan digunakan.
4. Controlling
Fungsi controlling untuk mengawasi aktivitas-aktivitas untuk memastikan segala
sesuatunya terselesaikan sesuai rencana.
2. 2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2. 2. 1 Pengertian Sumber Daya Manusia
SDM merupakan rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi
untuk memastikan penggunaan kemampuan manusia secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan
aspek “manusia” atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk
diantaranya merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan, dan penilaian
(Dessler, 2011).
Sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai rancangan sistem-sistem
formal dalam organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif
dan efesien guna mencapai tujuan organisasi (Mathis & Jackson, 2009).
2. 2. 2 Fungsi Manajemen SDM
Fungsi manajemen SDM pada dasarnya memiliki dua fungsi yaitu fungsi
manajerial, dimana kegiatan dilakukan dengan menggunakan pikiran (mental) dan
kedua fungsi operatif yaitu kegiatan dilakukan secara fisik. Gambaran tentang fungsi
17
personel sama halnya dengan gambaran perkembangan suatu perushaaan. Fungsi
teknis personel berkaitan dengan pengadaan, pengembangan, pemanfaatan, dan
pemeliharaan pekerjaan. Sedangkan untuk fungsi manajerial berkaitan dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian karyawan untuk
melakukan fungsi teknis (Suwanto & Priansa, 2013).
Fungsi Manajerial menurut (Suwanto & Priansa, 2013) meliputi :
a. Perencanaan
Seorang manajer dikatakan berhasil jika mereka mengerti dan mencurahkan
waktunya untuk perencanaan. Proses perencanaan merupakan penentuan suatu
tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan kepegaiwan membutuhkan informasi
lengkap mengenai tujuan, fungsi,dan bagaimana cara melakukannya sebelum
melakukan proses selanjutnya.
b. Pengorganisasian
Setelah proses perencanaan, tindakan selanjutnya adalah proses pengorganisasian
untuk membentuk dan melaksanakan tujuan organisasi. Dalam hal ini dibentuk
struktur organisasi dan menunjukkan hubungan antara satu unit dengan unit lainnya.
Fungsi ini juga diharapkan ada di setiap unit kecil dalam organisasi untuk mengatur
agar pimpinan kepegaiwaian dapat memberi nasihat atau saran untuk perusahaan
secara menyeluruh.
c. Pengarahan
Memberi petunjuk dan mengajak para karyawan agar mereka mau secara sadar
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Pengarahan ini juga
dapat dikatan sebagai penggerakan (actuating), motivasi (motivating), dan pemberian
perintah (commanding). Ini bertujuan agar karyawan merasa bekerja tanpa paksaan
dan dapat bekerjasama dengan rekan lainnya.
d. Pengendalian
Proses pengendalian dapat meliputi melihat, mengamati dan menilai setiap pekerjaan
maupun tindakan karyawan dalam perusahaan. Pengendalian ditujukan untuk
18
membandingkan yang dikerjakan karyawan sesuai dengan hasil atau target yang
direncanakan perusahaan.
Fungsi Operatif atau Teknis menurut (Suwanto & Priansa, 2013) meliputi
a. Pengadaan (Recruitment)
Fungsi operasional pertama dalam manajemen SDM adalah mendapatkan jumlah dan
jenis karyawan yang sesuai untuk mencapai tujuan organisasi. Ini berkaitan dengan
kebutuhan akan karyawan, penarikan, seleksi dan penempatannya. Hal ini sangat
dibutuhkan untuk menjamin mutu dari karyawan.
b. Pengembangan (Development)
Setelah melakukan penerimaan karyawan maka karyawan perlu dibina dan
dikembangkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengembangan
diri dan penyesuaian diri dengan semakin rumitnya pekerjaan yang dilakukan untuk
menghadapi persaingan.
c. Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini sangat besar pengaruhnya untuk karyawan. Kompensasi merupakan
pemberian penghargaan atas apa yang telah dikerjakan oleh para karyawan. Biasanya
kompensasi diberikan dalam bentuk uang dan tunjangan-tunjangan lainnya.
d. Pengintegrasian (Integration)
Penyesuaian sikap-sikap, keinginan karyawan dan keinginan perusahaan serta
masayarakat merupakan kesulitan yang sering dihadapi oleh perusahaan. Dalam hal
ini integrasi karyawan diperlukan untuk dapat mengubah kebiasaan, sikap-sikap,
pandangan yang kurang menguntungkan bagi perusahaan. Dengan demikian
dibubuthkan pemahaman perasaan, tingkah laku, dan sikap para karyawan untuk
dipertimbangkan dalam rangka pembuatan keputusan dan kebijakan perusahaan.
e. Pemeliharaan (Maintenance)
Dalam hal ini perusahaan harus mencari cara untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi yang telah ada. Apa yang sudah dinikmati oleh karyawan dari
perusahaan hendaknya dipertahankan agar karyawan merasa nyaman dalam
19
perusahaan yang mampu mempengaruhi semangat dan perstasi kerja sehingga
karyawan perlu dilakukan sebaik mungkin agar mereka dapat memberikan hasil yang
menguntungkan untuk perusahaan.
f. Pensiun (Separation)
Fungsi terakhir dalam manajemen SDM adalah fungsi separation. Fungsi ini
berhubungan dengan jaminan yang diberikan perusahaan untuk karyawan yang akan
segera pensiun agar karyawan merasa aman. Prusahan perlu mempertimbangkan
kehidupan pegawai setelah tidak mampu bekerja lagi dalam perusahaan.
2. 2. 3 Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan dari sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kinerja
organisasi melalui pemanfaatan orang secara efektif. Semua manajer bukan hanya
menjadi spesialis sumber daya manusia yang berbagi tanggung jawab untuk
memastikan bahwa orang-orang mampu dan antusias mereka berada di posisi yang
tepat dan berkerja dengan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjadi sukses
(Schermerhorn, Jr., 2013).
Tiga tugas utama dalam manajemen sumber daya manusia yang digambarkan
sebagai berikut (Schermerhorn, Jr., 2013)
- Menarik tenaga kerja yang berkualitas termasuk didalamnya perencanaan
sumber daya manusaia, rekrutmen karyawan, dan seleksi karyawan
- Mengembangkan tenaga kerja yang berkualitas yang berorientasi pada
karyawan, pelatihan dan pengembangan serta manajemen kinerja
- Mempertahankan tenaga kerja berkualitas dengan pengembangan karir,
keseimbangan kehidupan kerja, kompensasi dan tunjangan, retensi dan
turnover serta manajemen tenaga kerja.
Pendekatan HRM dalam organisasi harus selalu berusaha untuk memastikan
kesesuaian yang baik antara karyawan dan pekerjaan yang akan dilakukan dan antara
karyawan serta budaya organisasi secara menyeluruh. Kesalahan dalam
mempekerjakan karyawan dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dan harus
membayar mahal. Person-job fit adalah sejauh mana pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan karakteristik pribadi individu secara konsisten sesuai dengan
pekerjaan mereka.
20
2. 2. 4 Model Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam memahami permasalahan yang ada pada manajemen sumber daya
manusia dan sekaligus untuk dapat menentukan cara pemecahannya perlu diketahui
terlebih dahulu model- model yang digunakan oleh perusahaan kecil karena tidak
bisa langsung menerapkan model yang biasa digunakan oleh perusahaan besar.
Dalam perkembangan model- model manajemen sumber daya manusia berkembang
sesuai dengan situasi dan kondisi serta tuntutan saat ini.
Untuk menyusun berbagai aktivitas manajemen sumber daya manusia ada 6
(enam) model manajemen sumber daya manusia yaitu (Nada Rezki, 2013) :
1. Model Clerical
Clerical adalah tipe individu yang fleksibel sehingga mampu melakukan berbagai
fungsi yang berbeda dari pekerjaan. Model ini menunjukkan fungsi departemen
sumber daya manusia yang utama adalah memperoleh dan memelihara laporan, data,
catatan-catatan dan melaksanakan tugas-tugas rutin. Fungsi departemen sumber daya
manusia menangani kertas kerja yang dibutuhkan, memenuhi berbagai peraturan dan
melaksanakan tugas-tugas kepegawaian rutin.
2. Model Hukum
Dalam operasi sumber daya manusia untuk memperoleh kekutannya dari keahlian di
bidang hukum. Aspek hukum memiliki sejarah panjang yang berawal dari hubungan
perburuhan, negosiasi kontrak, pengawasan dan kepatuhan yang merupakan salah
satu fungsi pokok yang disebabkan adanya hubungan yang sering bertentangan
antara manajer dengan karyawan.
3. Model Finansial
Aspek finansial dalam manajemen sumber daya manusia belakangan ini semakin
berkembang karena para manajer semakin sadar akan pengaruh yang besar dari
sumber daya manusia ini meliputi biaya kompensasi tidak langsung seperti biaya
asuransi kesehatan, pensiun, asuransi jiwa, liburan dan sebagainya, kebutuhan akan
keahlian dalam mengelola bidang yang semakin kompleks ini merupakan salah satu
penyebab utama mengapa peran para manajer sumber daya manusia perlu untuk
ditingkatkan
21
4. Model Manjerial
Untuk model manajerial ini memiliki dua versi yaitu versi pertama manajer sumber
daya manusia memahami kerangka acuan kerja manajer lini yang berorientasi pada
produktivitas. Versi kedua manajer ini melaksanakan beberpa fungsi sumber daya
manusia. Dalam departemen sumber daya manusia untuk melatih manajer lini dalam
keahlian yang diperlukan untuk menangani fungsi-fungsi kunci sumber daya manusia
seperti pengangkatan, evaluasi kinerja dan pengembangan. Karyawan pada
umumnya lebih senang berinteraksi dengan manajer mereka sendiri dibanding
dengan pegawai staf, karena beberapa departemen sumber daya manusia dapat
menunjuk manajer lini untuk berperan sebagai pelatih dan fasilitator.
5. Model Humanistik
Humanistik mempunyai arti filosofi dan nilai yang mencerminkan kepercayaan akan
martabat manusia. Pendekatan Humanistik berakar dari pemikiran eksistensialis
manusia sebagai individu (Quinn, 2013). Ide utama dalam model ini adalah
departemen sumber daya manusia dibentuk untuk mengembangkan dan membantu
perkembangan nilai dan potensi sumber daya manusia di dalam organisasi. Spesialis
sumber daya manusia harus memahami setiap individu karyawan dan membantu
karyawan untuk memaksimalkan pengembangan diri dan peningkatan karir. Model
ini menggambarkan tumbuhnya perhatian organisasi terhadap pelatihan dan
pengembangan karyawan mereka.
6. Model Ilmu Perilaku
Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri dimana setiap
tindakannya dapat diamati, diukur dan diulangi (Bicard & Bicard, 2012). Model ini
menganggap bahwa, ilmu perilaku seperti psikologi dan perilaku organisasi
merupakan dasar dari aktivitas sumber daya manusia. Pada prinsipnya bahwa sebuah
pendekatan sains terhadap perilaku manusia dapat diterapkan hampir pada semua
permasalahan sumber daya manusia yang didasarkan pada prinsip sains yang
meliputi teknik umpan balik, evaluasi, desain program dan tujuan pelatihan serta
manajemen karir.
22
2. 3 Kompetensi Karyawan
Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja.
Kompetensi setiap orang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan
dalam 2 golongan (Simanjuntak, 2005), yaitu :
a. Kemampuan dan keterampilan kerja
b. Motivasi dan etos kerja
Kompetensi adalah karakteristik- karakteristik dasar yang dapat
dihubungkan dengan kenaikan kinerja individu atau tim. Sekarang ini banyak
organisasi yang menggunakan beberapa segi analisis kompetensi. 3 (tiga) alasan
utama organisasi menggunakan pendekatan kompetensi adalah (Mathis & Jackson,
2009) :
1. Untuk mengkomunikasikan perilaku yang dihargai di seluruh organisasi.
2. Untuk meningkatkan tingkat kompetensi di organisasi tersebut.
3. Untuk menekankan kapabilitas karyawan guna meningkatkan keunggulan
kompetitif organisasional.
Kompetensi merujuk pada karakteristik yang mendasari perilaku seseorang sebagai
bentuk penggambaran motif, karakteristik pribadi, konsep diri, nilai-nilai,
pengetahuan, keahlian yang dimiliki seseorang agar dapat menghasilkan kinerja
yang baik di perusahaan. Kompetensi dapat menggambarkan mengenai orang seperti
apa dan sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk perusahaan (Palan, PhD., 2007).
2. 3. 1 Karakteristik Kompetensi
(Spencer & Spencer, 1993) dalam (Sudarmanto, 2009) menyatakan bahwa
kompetensi yang dimiliki individu merupakan karakter sikap dan prilaku, atau dapat
dikatakan sebagai kemampuan individual yang relatif stabil dalam menghadapi suatu
situasi di tempat kerja yang terbentuk dari kesatuan antara watak, konsep diri,
motivasi internal, serta kapasitas dari pengetahuan kontekstual. Lima karakteristik
dari kompetensi yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, diantaranya:
1. Motif
23
Motif adalah sesuatu dipikirkan atau dikehendaki seseorang yang menyebabkan
tindakan. Motif dapat menggerakkan, mengarahkan, dan menyeleksi perilaku
terhadap kegiatan atau tujuan tertentu. Selain itu, motif dapat dikatakan sebagai
emosi, hasrat, kebutuhan psikologis, atau dorongan-dorongan lain yang memicu
suatu tindakan.
2. Watak
Watak merupakan karakteristik fisik dan respon terhadap rangsangan dan tekanan
pada berbagai situasi.
3. Konsep diri
Konsep diri dapat dikatakan suatu sikap, nilai, dan citra dari diri seseorang. Konsep
diri adalah suatu gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan hal
yang mencerminkan identitas dirinya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang spesifik
tertentu yang merujuk pada suatu informasi dan hasil pembelajaran.
5. Keterampilan
Keterampilan adalah aspek perilaku yang dapat dipelajari melalui latihan yang
digunakan untuk memenuhi tuntunan pekerjaan tertentu atau kemampuan seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan.
Dari komponen-komponen tersebut, keterampilan dan pengetahuan memiliki
sifat yang dapat dilihat (visible) dan mudah dikembangkan melalui program
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, sedangkan citra diri, watak, dan
motif memiliki sifat yang tidak terlihat (hidden) dan lebih sulit untuk dikembangkan.
2. 3. 2 Dimensi dan Indikator Kompetensi
(Spencer & Spencer, 1993) dalam (Winanti, 2011), mengklasifikasikan dimensi
kompetensi menjadi tiga, yaitu:
1. Kompetensi Intelektual
24
Kompetensi intelektual dapat diartikan sebagai karakter sikap dan perilaku atau
kemajuan dan kemampuan intelektual individu. Kemampuan intelektual sendiri dapat
berupa pengetahuan, keterampilan, pemahaman professional, pemahaman
kontekstual, dan lain-lain. Indikator kompetensi intelektual ini terbagi menjadi
sembilan indikator yaitu:
a. Berprestasi, yaitu keinginan atau semangat seseorang untuk berusaha mencapai
kinerja terbaik dengan menetapkan tujuan yang menantang serta menggunakan
cara yang lebih baik secara terus-menerus untuk mencapai tujuannya tersebut.
b. Kepastian kerja, yaitu keinginan dan kemampuan seseorang untuk meningkatkan
kejelasan kerja dengan cara menetapkan rencana yang sistematik dan mampu
memastikan pencapaian tujuan berdasarkan data dan informasi yang akurat
c. Inisiatif, yaitu keinginan seseorang untuk bertindak melebihi tuntutan seseorang,
atau sifat keinginan untuk mengetahui hal-hal yang baru dengan mengevaluasi,
menyeleksi, dan melaksanakan berbagai metode dan strategi untuk meningkatkan
kinerja.
d. Penguasaan informasi, yaitu kepedulian seseorang untuk meningkatkan kualitas
keputusan dan tindakan berdasarkan informasi yang akurat dan juga berdasarkan
pengalaman serta pengetahuan atas kondisi lingkungan kerja.
e. Berfikir analitik, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami situasi dengan
cara menguraikan permasalahan untuk dapat dijadikan komponen-komponen
yang lebih terinci serta menganalisis masalah secara sistematik atau bertahap
berdasarkan pendekatan logis.
f. Berfikir konseptual, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan
memandang suatu permasalahan sebagai satu kesatuan yang meliputi
kemampuan memahami akar dari suatu permasalahan atau komponen masalah
yang sedang terjadi pada perusahaan.
g. Keahlian praktikal, yaitu kemampuan seseorang dalam menguasai pengetahuan
eksplisit berupa keahlian untuk dapat menyelesaikan pekerjaan serta keinginan
untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri.
h. Kemampuan linguistik, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat menyampaikan
pemikiran atau gagasan secara lisan maupun tulisan untuk kemudian didiskusikan
atau didialogkan sehingga terbentuk kesamaan dalam persepsi.
25
i. Kemampuan naratif, yaitu kemampuan untuk menyampaikan pokok-pokok
pikiran dan gagasan dalam suatu pertemuan formal atau informal dengan
menggunakan media cerita atau perumpamaan.
2. Kompetensi Emosional
(Spencer & Spencer, 1993) dalam (Winanti, 2011), kompetensi emosional
merupakan karakter sikap dan perilaku atau juga dapat dikatakan sebagai
keinginan dan kemampuan untuk menguasai diri dan memahami lingkungan
sehingga pola emosi karyawan relatif lebih stabil dalam menghadapi berbagai
permasalahan di tempat kerja.
Indikator kompetensi emosional, yaitu:
a. Sensitifitas atau saling pengertian, yaitu kemampuan dan keinginan untuk
memahami, mendengarkan, dan menanggapi hal-hal yang tidak di katakan orang
lain, melainkan pemahaman atas pemikiran dan perasaan orang lain.
b. Kepedulian akan kepuasan pelanggan, yaitu keinginan untuk membantu dan
melayani pelanggan dengan baik dan benar.
c. Pengendalian diri, yaitu kemampuan untuk mengendalikan emosi pada saat
menghadapi tekanan sehingga tidak melakukan tindakan yang negative dalam
situasi apapun yang terjadi.
d. Percaya diri, yaitu keyakinan seseorang untuk menunjukkan citra diri, keahlian,
dan kemampuan yang positif.
e. Kemampuan beradaptasi, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dan bekerja
secara efektif pada berbagai situasi dan mampu melihat setiap perubahan situasi.
f. Komitmen pada organisasi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengikatkan diri
terhadap visi dan misi organisasi dengan memahami kaitan antara tanggung
jawab pekerjaanya dengan tujuan organisasi.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dapat diartikan sebagai karakter sikap dan perilaku atau
keinginan dan kemampuan untuk membangun hubungan kerja sama dengan
orang lain yang bersifat stabil ketika menghadapi masalah di tempat kerja.
26
Indikator kompetensi sosial, yaitu:
a. Pengaruh dan dampak, yaitu kemampuan meyakinkan dan memengaruhi orang
lain untuk secara efektif dan terbuka dalam berbagi pengetahuan, pemikiran dan
ide-ide secara perorangan atau dalam kelompok agar mau mendukung gagasan
atau idenya.
b. Kesadaran untuk berorganisasi, yaitu kemampuan untuk memahami posisi dan
kekuasaan dengan baik di dalam organisasi maupun dengan pihak-pihak
eksternal perusahaan.
c. Membangun hubungan kerja, yaitu kemampuan untuk dapat membangun dan
memelihara jaringan kerjasama dengan siapapun agar hubungan tetap hangat dan
akrab.
d. Kerja tim, yaitu keinginan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang
lain untuk menjadi bagian yang bermakna dari suatu tim untuk mencapai solusi
yang bermanfaat bagi semua pihak.
e. Kepemimpinan kelompok, yaitu keinginan dan kemampuan untuk berperan
sebagai pemimpin kelompok yang mampu menjadi teladan bagi anggota
kelompok yang dipimpinnya.
2. 4 Kepuasan Kerja
2. 4. 1 Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan cara karyawan untuk merasa menyatu dengan
pekerjaan mereka dapat diartikan bahwa kepuasan kerja merupakan cara pegawai
merasakan dirinya atau pekerjaannya, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah perasaan yang mendukung atau tidak mendukung dalam diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya (Wexley & Yukl, 2005).
Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai penilaian, perasaan atau sikap
seseorang atau karyawan terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan
lingkungan kerja dan sebagainya. Sehingga juga dapat dikatakan bahwa kepuasan
kerja merupakan terpenuhinya beberapa keinginan dan kebutuhan karyawan melalui
kegiatan kerja atau bekerja (Koesmono H., 2005).
Kepuasan kerja sebagai perasaan positif tentang pekerjaan sebagai hasil
evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut (Robbins & Judge, 2009). Sehubungan
27
dengan itu, kepuasan kerja sebagai perasaan yang menyenangkan sebagai hasil dari
persepsi bahwa pekerjaannya memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang penting (Noe,
Rebello, & Wang , 2006). Selain itu, ada pula yang mendefinisikan kepuasan kerja
sebagai respon sikap atau emosi terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang (Kinicki
& Kreitner, 2008).
Kepuasan kerja mengacu pada sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya.
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi memiliki sikap positif terhadap
pekerjaannya. Seseorang yang tidak puas memiliki sikap negatif (Robbins & Coulter,
2012). Ketika orang berbicara tentang sikap karyawan, mereka biasanya mengacu
pada kepuasan kerja.
Kepuasan kerja adalah signifikansi yang luas, karena mempengaruhi sebagian
besar anggota organisasi, karena sebagian besar orang menghabiskan sebagian besar
hidup mereka didalam pekerjaan, pemahaman tentang faktor-faktor yang terlibat
dalam kepuasan kerja sangat penting untuk meningkatkan kebahagiaan pekerja di
tempat kerja (Rashid & Rashid , 2011). Dalam penelitiannya juga menunjukkan
bahwa karyawan yang bahagia adalah karyawan yang merasa puas terhadap
pekerjaannya, namun bahagia yang bersifat sementara itu terjadi karena karyawan
tidak produktif, maka keberhasilan organisasi tergantung pada kepuasan tenaga kerja
mereka.
2. 4. 2 Dimensi dan Indikator Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja kedalam 9 dimensi dan indikator tentang kepuasan kerja,
diantaranya menurut Spector dalam (Yuwono, 2005) :
1. Upah : jumlah dan rasa keadilannya.
2. Promosi : peluang dan rasa keadilan untuk mendapatkan promosi
3. Supervisi : keadilan dan kompetensi penugasan manajerial oleh atasan
4. Benefit : asuransi, liburan dan bentuk fasilitas yang lain
5. Contingent rewards : rasa hormat, diakui dan diberikan apresiasi
6. Operating procedures : kebijakan, prosedur dan aturan
7. Coworkers : rekan kerja yang menyenangkan dan kompeten
8. Nature of work : tugas itu sendiri dapat dinikmati atau tidak