PENDAHULUAN Penyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit infeksius. Kira-kira 75% emerging infectious disease di manusia dan hewan adalah zoonosis (Fauci 2006). Penyakit kelompok emerging zoonosis yang dapat ditularkan melalui beberapa spesies kelelawar antara lain Lyssavirus, Menangle, Japanese encephalitis, virus Hendra dan Nipah (MacKenzie, et al. 2001; McColl et al. 2000; Reynes et al. 2005). Menurut Woolhouse et al. 2005 salah satu sumber potensial dari emerging zoonosis adalah spesies host yang berbeda (reservoir). Perubahan dari satu spesies host ke spesies lain (species jump) telah menimbulkan penyakit-penyakit baru seperti HIV/AIDS, BSE, Ebola, Hendra, dan Nipah. Kemunculan kasus-kasus zoonosis membuka suatu pemahaman dari lembaga kesehatan hewan sedunia atau OIE (World Organization for Animal Health) mengenai musuh dunia. OIE berpendapat musuh dunia bukan lagi perang dunia, bom nuklir ataupun serangan teroris, melainkan alam itu sendiri. Kemunculan yang tidak terduga dari suatu penyakit zoonosis juga memunculkan istilah emerging zoonosis.
29
Embed
karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Penyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia.
Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia
disebabkan oleh penyakit infeksius. Kira-kira 75% emerging infectious disease di
manusia dan hewan adalah zoonosis (Fauci 2006).
Penyakit kelompok emerging zoonosis yang dapat ditularkan melalui
beberapa spesies kelelawar antara lain Lyssavirus, Menangle, Japanese
encephalitis, virus Hendra dan Nipah (MacKenzie, et al. 2001; McColl et al.
2000; Reynes et al. 2005).
Menurut Woolhouse et al. 2005 salah satu sumber potensial dari emerging
zoonosis adalah spesies host yang berbeda (reservoir). Perubahan dari satu spesies
host ke spesies lain (species jump) telah menimbulkan penyakit-penyakit baru
seperti HIV/AIDS, BSE, Ebola, Hendra, dan Nipah.
Kemunculan kasus-kasus zoonosis membuka suatu pemahaman dari
lembaga kesehatan hewan sedunia atau OIE (World Organization for Animal
Health) mengenai musuh dunia. OIE berpendapat musuh dunia bukan lagi perang
dunia, bom nuklir ataupun serangan teroris, melainkan alam itu sendiri.
Kemunculan yang tidak terduga dari suatu penyakit zoonosis juga
memunculkan istilah emerging zoonosis. Istilah ini didefinisikan secara luas
sebagai suatu kejadian penyakit zoonosis dengan (1) agen penyakit yang telah
dikenal dan muncul pada area geografik yang berbeda (2) agen penyakit yang
telah dikenal atau kerabat dekatnya dan menyerang hewan yang sebelumnya tidak
rentan (3) agen penyakit yang belum dikenal sebelumnya dan terdeteksi untuk
pertama kalinya (Morse 2004).
Virus Hendra (HeV) dan virus Nipah (NiV) atau lebih dikenal dengan
Henipavirus muncul di dekade terakhir abad ke dua puluh sebagai penyebab
terjadinya wabah penyakit pernafasan dan saraf yang menginfeksi sejumlah
spesies hewan. Pada tahun 1994, HeV menyebabkan penyakit pernapasan yang
parah serta kematian 13 kuda dan pelatih kuda di sebuah kandang di Brisbane,
Australia.
2
Antara September 1998 dan April 1999, setelah penyebaran tidak
diketahui sebagai infeksi pernafasan dan ensefalitis pada babi di Malaysia, NiV
muncul pada populasi manusia dan menyebabkan ensefalitis yang fatal. Lebih dari
satu juta babi dimusnahkan untuk menghentikan penyebaran penyakit ini.
HeV menyebabkan dua orang meninggal dunia pada saat dilaporkan
terdapat 400 kasus NiV pada manusia, dengan perkiraan 200 orang meninggal di
Malaysia, Bangladesh dan India. Kelelawar buah (flying foxes) termasuk dalam
genus Pteropus adalah induk semang alami kedua virus ini (OIE 2008).
3
ETIOLOGI
Klasifikasi Virus
Klasifikasi dari henipavirus adalah sebagai berikut :
Grup : Group V ((-)ssRNA)
Ordo : Mononegavirales
Famili : Paramyxoviridae
Genus : Henipavirus
Tipe spesies : Hendra virus
Spesies : Nipah virus
Dikategorikan dalam genus Henipavirus, satu dari lima genus dalam subfamili
Paramyxovirinae. Genus yang lain yaitu Respirovirus, Morbillovirus, Avulavirus
dan Rubulavirus (gambar 1).
Sumber : Bellini et al. 2002Gambar 1. Pohon filogenetik membandingkan virus Nipah dan Hendra dalam
Henipavirus berbentuk pleomorphic (bentuk bervariasi), diameter 40-600
nm (Hyatt et al. 2001), memiliki membran lipid yang melapisicangkang protein
matriks virus. Pada intinya adalah seuntai heliks tunggal dari genom RNA yang
terikat dengan N (nukleokapsid) protein dan terkait dengan L (Large) dan P
4
(phosphoprotein) protein yang menyediakan aktivitas polimerase RNA selama
reolikasi (gambar 2).
Melekat dalam membran lipid spike dari F (fusion) trimer protein dan G
(attachment) tetramer protein. Fungsi G protein adalah melekatkan virus ke
permukaan sel host melalui (EFNB2), jumlah protein yang tinggi tersimpan pada
beberapa mamalia (Bonaparte et al. 2005; Negrete et al. 2005). Protein F
menyatukan membran viral dengan membran sel host, melepaskan kandugan
virion ke dalam sel. Protein F ini juga menyebabkan sel yang terinfeksi bergabung
dengan sel terdekat dan membentuk syncytia.
Gambar 2. Struktur dari henipavirus (Bonaparte et al. 2005)
Struktur Genom
Seperti semua virus ordo Mononegavirales, genom virus Hendra dan virus
Nipah tidak bersegmen, untai tunggal RNA. Berukuran 18,2 kb dan mengandung
6 gen serta 6 struktur protein. Secara umum dengan anggota lain dari subfamili
Paramyxovirinae, jumlah nukleotida dalam genom henipavirus merupakan
kelipatan enam, sesuai dengan yang dikenal sebagai 'aturan enam' (Wang et al.
2001).
Deviasi dari aturan enam, melalui mutasi atau sintesis genom tidak
lengkap, mengarah ke replikasi virus yang tidak efisien, mungkin karena kendala
struktur yang dipaksakan oleh pengikatan antara RNA dan protein N (Wang et al.
2001).
5
Gambar 3. Genom henipavirus (3’-5’ orientasi) dan produk dari gen P (Wang et al. 2001)
Masih menurut Wang et al. 2001 henipaviruses memakai proses yang
tidak biasa disebut RNA editing untuk menghasilkan beberapa protein dari gen
tunggal. Proses tertentu dalam henipaviruses melibatkan penyisipan residu
guanosin ekstra ke mRNA gen P sebelum translasi. Jumlah residu ditambahkan
yang menentukan apakah protein P, V atau W ini disintesis (gambar 3). Fungsi
dari V dan W protein tidak diketahui, tetapi mereka mungkin terlibat dalam
mekanisme antiviral yang mengganggu host.
TRANSMISI
Induk Semang
Induk semang alami adalah kelelawar pemakan buah (Pteropus sp). Induk
semang antara adalah babi sedangkan induk semang akhir adalah manusia
(Deptan 2004).
Cara Penularan
Penularan ke manusia dan hewan lainnya adalah melalui inhalasi, aerosol
atau kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh atau ekskresi infeksius
lainnya dari hewan yang terinfeksi seperti air kencing, saliva, gelembung air yang
dikeluarkan melalui pernafasan baik melalui mulut maupun dari hidung babi yang
terinfeksi. Manusia bisa terinfeksi langsung dari kelelawar jika mengonsumsi
buah atau produk dari buah yang terpapar feses atau urin kelelawar yang terinfeksi
ataupun dari buah yang terpapar virus secara langsung (Deptan 2004)
6
VIRUS HENDRA
Kemunculan
Virus Hendra (sebelumnya disebut Equine morbilivirus) ditemukan
September 1994 ketika menyebabkan kematian 13 kuda dan seorang pelatih di
kandang kuda di Hendra, suburb Brisbane, Queensland, Australia (Selvey et al.
1995).
Outbreak kedua terjadi pada Agustus 1994 di Mackay, 1000 km utara
Brisbane yang menyebabkan kematian 2 kuda dan pemiliknya (Field et al. 2001).
Survei satwa liar pada area outbreak dilakukan dan diidentifikasi bahwa
kelelawar buah pteropid sebagai sumber Hendra virus dengan seroprevalens
sebesar 47%. Isolasi virus didapatkan dari saluran reproduksi dan urin kelelawar
sehingga diindikasikan transmisi ke kuda terjadi karena terdedah urin kelelawar
(Halpin et al. 2000).
Outbreak di Australia
Sampai 30 Agustus 2011, total terjadi 31 kasus hendra virus, semua terjadi
pada kuda. Sebanyak 4 kasus menyebar ke manusia karena kontak langsung
dengan kuda yang terinfeksi. Pada 26 Juli 2011 seekor anjing yang berada di Mt.
Alford dilaporkan memiliki antibodi HeV.
Kejadian outbreak terjadi pada pesisir timur Australia dengan wilayah
paling barat terjadi di Cairns, Queensland, wilayah paling selatan di Macksville,
NSW. Semua outbreak terjadi pada area penyebaran flying fox (kelelawar buah)
yaitu : Little red flying-fox, (Pteropus scapulatus), black flying-fox, (Pteropus
alecto), grey-headed flying-fox, (Pteropus poliocephalus) and spectacled flying-
fox, (Pteropus conspicillatus).
Waktu kejadian mengindikasikan pola musim outbreak, kemungkinan
berkaitan dengan siklus kawin little red flying fox. Spesies-spesies ini biasa
beranak antara April-Mei. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa transmisi ke
manusia langsung dari kelelawar, sehingga infeksi pada manusia hanya muncul
melalui host antara yaitu kuda (Plowright et al. 2008).
7
Pada tahun 1994-2010 terjadi 14 kasus. Dari 20 Juni 2011-28 Agustus
2011 sebanyak 17 kasus teridentifikasi. Penyebaran HeV biasanya terjadi antara
Mei-Oktober dan sering disebut sebagai Musim Hendra. Pada saat ini kelelawar
buah dari berbagai spesies berkumpul di Queensland dalam jumlah besar karena
area ini memiliki habitat yang baik pada saat musim dingin. Suhu di daerah ini
lembab dan hangat yang mendukung tetap hidupnya HeV di lingkungan (Fogarty
et al. 2008).
VIRUS NIPAH
Outbreak
Sumber : Wikipedia 2011
Gambar 4. Lokasi outbreak henipavirus (bintang merah– virus Hendra; bintang biru - virus Nipah) dan penyebaran reservoir flying fox (bayangan merah – virus Hendra ; bayangan biru– virus Nipah)
Lokasi outbreak NiV merupakan wilayah spesies Pteropus (Pteropus
giganteus). Seperti kasus HeV, waktu outbreak mengindikasikan efek musim.
Kasus di Bangladesh terjadi saat musim dingin 2001, 2003, 2004. Februari 2011
di Hatibandha Upazila, Bangladesh utara terjadi outbreak NiV pada manusia
dengan 24 kasus dan 17 kematian.
31 Januari- 23 Februari 2001, Siliguri, India : 66 kasus dengan 74% mortality
rate. 75% pasien adalah staf rumah sakit atau pengunjung yang mengunjungi
Breed AC, Field HE, Epstein JH, Daszak P. 2006. Emerging henipavirus and flying foxes – Conservation and management perspectives. Biological Conservation 131 : 211-220.
Bonaparte M, Dimitrov A, Bossart K, et al. 2005. Ephrin-B2 ligand is a functional receptor for Hendra virus and Nipah virus. Proc Natl Acad Sci U S A 102 (30): 10652–7.
Halpin K, Young PL, Field HE, Mackenzie JS. 2000. "Isolation of Hendra virus from pteropid bats: a natural reservoir of Hendra virus". J. Gen. Virol. 81 (8): 1927–32.
Hyatt AD, Zaki SR, Goldsmith CS, Wise TG, Hengstberger SG. 2001. "Ultrastructure of Hendra virus and Nipah virus within cultured cells and host animals". Microbes Infect. 3(4): 297–306.
Mackenzie JS, Chua KB, Daniels PW, et al. 2001. Emerging viral diseases of Southeast Asia and the Western Pasific. CDC suppl. 7 (3).
McColl K, Tordo N, Aguilar-Setein A. 2000. Bat lyssavirus infections. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 19 : 177-196
Morse. 2004. Factor and Determinants of Diseases Emergence. Rev. sci. tech. Off.
int. Epiz.
Negrete OA, Levroney EL, Aguilar HC, et al. 2005. EphrinB2 is the entry receptor for Nipah virus, an emergent deadly paramyxovirus. Nature 436 (7049): 401–5.
[OIE] Office International des Epizootis. 2008. Hendra and Nipah virus diseases.
Hyatt AD, Bradfield J. 1997. Fatal encephalitis due to novel paramyxovirus transmitted from horses. 349: 93–95.
Paton DJ, Done SH. 2002. Viral Infection of Pigs : Trends and Knowledge. J. Comp. Path 127 : 77-95.
Plowright RK et al. 2008. Reproduction and nutritional stress are risk factors for Hendra virus infection in little red flying foxes (Pteropus scapulatus). 275;1636:861-869
Selvey LA, Wells RM, McCormack JG, et al. 1995. Infection of humans and horses by a newly described morbillivirus. Med. J. Aust. 162 (12): 642–645.
Straw B. 2006. Diseases of swine-9th edition. USA : Blackwell publishing.
Tee KK, Takebe Y, Kamarulzaman A. 2009. Emerging and re-emerging viruses in Malaysia,1997—2007. International Journal of Infectious Diseases 13 : 3073-18.
Wang L, Harcourt BH, Yu M. 200. Molecular biology of Hendra and Nipah viruses. Microbes Infect. 3 (4): 279–87.
Woolhouse MEJ, Haydon DT, Antia R. 2005. Emerging pathogens : the epidemiology and evolution of species jumps. Trends in Ecology and Evolution 20 : 238-244.
Yob MY, Field H, Rashdi AM, Morrissy C, Van der Heide B, Rota P, Adzhar A, White J, Daniels P, Jamaluddin A, Ksiazek T. 2001. Nipah virus infection in bats (Order Chiroptera) in Peninsular Malaysia. Emerg. Infect. Dis. 7(3) : 439-441.