Top Banner
RISIKO DALAM USAHA PERTANIAN Sektor pertanian, yang mencakup tanaman bahan makanan, peternakan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pada tahun 2003 menyerap 46,3 persen tenaga kerja dari total angkatan kerja, menyumbang 6,9 persen dari total nilai ekspor non migas, dan memberikan kontribusi sebesar 15 persen dari PDB nasional. Sektor pertanian juga berperan besar dalam penyediaan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka memenuhi hak atas pangan. Untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan peran tersebut, sektor pertanian menghadapi berbagai perubahan sebagai akibat dari globalisasi yaitu: (i) semakin terbukanya pasar dan meningkatnya persaingan; (ii) meningkatnya tuntutan kebijakan pertanian yang berlandaskan mekanisme pasar (market oriented policy) dan (iii) semakin berperannya selera konsumen (demand driven) dalam menentukan aktivitas di sektor pertanian. Sektor pertanian masih memiliki potensi untuk ditingkatkan apabila berhasil menangani kendala-kendala yang meliputi: produktivitas, efisiensi usaha, konversi lahan pertanian, keterbatasan sarana dan prasarana pertanian, serta terbatasnya kredit dan infrastruktur pertanian. Secara khusus sarana dan prasarana perikanan di wilayah timur Indonesia masih sangat kurang sehingga sumber daya perikanan di wilayah ini dengan potensi yang cukup besar belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, pembangunan di sektor pertanian juga rentan terhadap perubahan dan dampak-dampak lingkungan yang telah terjadi, seperti hujan asam (acid deposition) akibat pencemaran udara, serta penurunan kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Beberapa kendala dan masalah lain yang dihadapi adalah:
83

RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Mar 28, 2019

Download

Documents

NguyễnKhánh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

RISIKO DALAM USAHA PERTANIANSektor pertanian, yang mencakup tanaman bahan makanan,

peternakan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pada tahun 2003 menyerap 46,3 persen tenaga kerja dari total angkatan kerja, menyumbang 6,9 persen dari total nilai ekspor non migas, dan memberikan kontribusi sebesar 15 persen dari PDB nasional. Sektor pertanian juga berperan besar dalam penyediaan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka memenuhi hak atas pangan.

Untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan peran tersebut, sektor pertanian menghadapi berbagai perubahan sebagai akibat dari globalisasi yaitu: (i) semakin terbukanya pasar dan meningkatnya persaingan; (ii) meningkatnya tuntutan kebijakan pertanian yang berlandaskan mekanisme pasar (market oriented policy) dan (iii) semakin berperannya selera konsumen (demand driven) dalam menentukan aktivitas di sektor pertanian.

Sektor pertanian masih memiliki potensi untuk ditingkatkan apabila berhasil menangani kendala-kendala yang meliputi: produktivitas, efisiensi usaha, konversi lahan pertanian, keterbatasan sarana dan prasarana pertanian, serta terbatasnya kredit dan infrastruktur pertanian. Secara khusus sarana dan prasarana perikanan di wilayah timur Indonesia masih sangat kurang sehingga sumber daya perikanan di wilayah ini dengan potensi yang cukup besar belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, pembangunan di sektor pertanian juga rentan terhadap perubahan dan dampak-dampak lingkungan yang telah terjadi, seperti hujan asam (acid deposition) akibat pencemaran udara, serta penurunan kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.

Beberapa kendala dan masalah lain yang dihadapi adalah: (i) rendahnya kesejahteraan dan relatif tingginya tingkat

kemiskinan petani dan nelayan; (ii) lahan pertanian yang semakin menyempit; (iii) terbatasnya akses ke sumberdaya produktif, terutama akses

terhadap sumber permodalan yang diiringi dengan rendahnya kualitas SDM;

(iv) penguasaan teknologi masih rendah; (v) belum optimalnya pengelolaan sumberdaya perikanan, (vi) terjadinya penurunan hasil hutan alam sementara hasil hutan

tanaman dan hasil non kayu belum dimanfaatkan secara optimal, serta

(vii) lemahnya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian pada khususnya dan perdesaan pada umumnya.

Page 2: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Sektor pertanian, khususnya usaha tani lahan sawah, memiliki nilai multifungsi yang besar dalam peningkatan ketahanan pangan, kesejahteraan petani, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Keberlanjutan pertanian dengan program lahan pertanian abadi akan dapat diwujudkan jika sektor pertanian dengan nilai multifungsinya dapat berperan dalam pengentasan kemiskinan. Tingkat kemiskinan absolut tahun 2004 mencapai 36,10 juta orang, sebagian besar tinggal di pedesaan (68,70%) dengan kegiatan utama (60%) di sektor pertanian (Tahlim Sudaryanto dan I Wayan Rusastra, 2006). Kemampuan sektor pertanian dalam peningkatan produksi dan pengentasan kemiskinan akan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu 1) kemampuan mengatasi kendala pengembangan produksi, 2) kapasitas dalam melakukan reorientasi dan implementasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi, dan 3) keberhasilan pelaksanaan program diversifikasi usaha tani di lahan sawah dengan mempertimbangkan komoditas alternatif nonpadi seperti palawija dan hortikultura.

Hujan Jarang Turun, Padi Terancam Gagal PanenAceh Tengah Wed, Feb 24th 2010, 09:39

www.serambinews.com/news/view/24...al-panenKemarau

Seorang pemilik sawah warga Kampung Mendale, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah mengamati tanaman padi miliknya yang kekurangan pasokan

air, Selasa (23/2). Cuaca panas yang terjadi sejak dua bulan terakhir menyebabkan sejumlah areal persawahan warga menjadi kering sehingga

dipastikan hasil panen akan menurun.SERAMBI/MAHYADI.

Hasil panen padi di sejumlah daerah di Kabupaten Aceh Tengah, terancam berkurang. Prediksi akan berkurangnya hasil panen padi di

Page 3: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

daerah itu, disebabkan oleh karena sebagian lahan sawah tidak dialiri air disebabkan sedikitnya hujan sejak dua bulan terakhir.  Selain itu, cuaca panas telah menyebabkan berkurangnya debit air dari daerah pegunungan yang mengalir ke lahan sawah selama musim kemarau. Bukan hanya tanaman padi yang terancam berkurang hasil panennya karena musim kemarau tahun ini, sebagian tanaman kopi juga menjadi kering karena kekurangan air.Areal persawahan warga yang kering karena tidak dialiri air terjadi di sebagian daerah Kampung Mendale, Kecamatan Kebayakan, yang menyebabkan puluhan hektar areal tanaman padi milik warga menjadi terhambat perkembangannya karena kurangnya pasokan air. Namun, kurangnya pasokan air ke areal persawahan warga itu, menurut para petani tidak berdampak pada gagal panen namun dapat dipastikan hasil panen padi tahun ini terancam berkurang.

“Hampir dua bulan ini, cuaca panas sehingga debit air dari daerah hulu air berkurang cukup drastis sehingga sebagian sawah warga menjadi kering,” kata Aman Khairul Saleh, pemilik areal persawahan warga Kampung Mendale. Lahan persawahan di kampung itu tidak memiliki irigasi secara khusus namun para petani padi hanya mengharapkan aliran air yang bersumber dari kawasan Ulung Gajah. Namun, sejak memasuki tahun 2010 ini, debit airnya mulai berkurang sehingga tidak mampu lagi mengaliri semua areal persawahan milik warga. “Debit aliran airnya kecil sehingga harus kita bagi-bagi, tetapi malah sebagian kering total. Dan kami berharap hujan dapat segera mengguyur sehingga tanaman padi kami bisa kembali pulih”. Menurut Aman Khairul  Saleh, tanaman padi yang ada di daerah itu, sebagian telah berumur sekitar dua bulan setengah dan padi yang ditanam petani di daerah itu, rata-rata dalam waktu enam bulan hingga tujuh bulan baru masuk masa panen. Perkembangan tanaman padi milik mereka terhambat karena kurangnya pasokan air. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya kondisi saat ini lebih parah karena hujan sampai dengan saat ini belum turun.“Di sini tidak ada tanaman padi unggul, sehingga masa panennya lebih lama tapi tanaman padi masih berumur dua bulan sudah tidak ada lagi air sehingga bisa jadi hasil panen tahun ini akan berkurang”.     Keringnya areal persawahan warga bukan hanya terjadi di Kampung Mendale, namun di sejumlah lokasi areal persawahan warga di daerah Kecamatan Bintang, juga mengalami kejadian yang sama namun di daerah itu, masih dapat ditanggulangi.

Kebijakan strategis yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah: 1) memfasilitasi pengembangan infrastruktur fisik dan kelembagaan, perbaikan sistem insentif usaha tani, dan mendorong pengembangan agroindustri padat tenaga kerja di pedesaan, 2) reorientasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi dengan sasaran peningkatan pendapatan

Page 4: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi, serta sebagai wahana dinamisasi perekonomian desa, dan 3) pengembangan infrastruktur (fisik dan kelembagaan), teknologi, permodalan, kebijakan stabilisasi, dan penyuluhan untuk komoditas alternatif non-padi yang bernilai ekonomi tinggi tetapi memiliki risiko yang besar.

70 Ha Sawah Gagal PanenAkibat Diserang Hama Tikus

Selasa, Oktober 27th, 2009Empat Lawang Expres (0813-73316333)

Hama tikus semakin ganas menyerang tanaman padi warga di Desa Pagar Jati, Kecamatan Pasemah Air Keruh (Paiker), Kabupaten Empat Lawang. Sedikitnya 70 hektar (ha) areal persawahan di daerah ini terpaksa gagal panen. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Empat Lawang Expres, tujuh hektar persawahan terserang hama dengan intensitas sedang, 10 hektar dengan intensitas ringan, 10 hektar dengan intensitas tertimbang, delapan hektar dengan intensitas berat serta 34 hektar persawahan terancam gagal panen.

4lawang.wordpress.com/2009/10/27/Puluhan hektar padi sawah warga yang gagal panen akibat diserang

hama tikus.

Beberapa petani yang sempat dibincangi mengatakan, hama tikus yang menyerang persawahan mereka kali ini, lebih dahsyat dari sebelumnya. Beberapa hektar lahan persawahan milik petani, bahkan tidak bisa panen sama sekali karena habis akibat terserang hama tikus yang terjadi sejak dua bulan terakhir ini.

Page 5: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Menurut Jemaan, petani di Desa Pagar Jati, Kecamatan Paiker sekitar satu hektar tanaman padi di sawahnya tidak bisa panen sama sekali. Padahal, ia sudah merencanakan melakukan panen beberapa pekan kedepannya. “Apa mau dikata, padi saya tidak bisa panen karena habis terserang hama tikus”, meratapi nasibnya sambil memandang sawahnya yang gagal panen.Kejadian serupa juga pernah ia alami periode sebelumnya. Namun saat itu, ia masih bisa menikmati jerih payahnya meskipun hasilnya tidak sebanding dengan modal yang sudah ia keluarkan. “Tahun kemarin juga terserang hama tikus, tapi tidak sedahsyat kali ini dan saya masih bisa panen meskipun hasilnya sedikit”.Hal serupa juga dialami Zainal, petani di Desa Pagar Jati, Kecamatan Paiker. Dari sekian banyak padi yang ia tanam, hanya bisa menghasilkan dua karung gabah kering. Padahal, jika tidak terserang hama tikus atau hama lainnya, ia bisa mendapatkan puluhan gabah kering dari sawah yang ia miliki. “Saya mengalami kerugian jutaan rupiah, akibat tidak maksimalnya hasil panen yang saya dapatkan. Hal ini juga terjadi pada petani lainnya, yang mempunyai persawahan di Desa Pagar Jati”.Jemaan dan Zainal merupakan contoh dari sebagian kecil petani yang meresahkan kehadiran hama tikus, khususnya di Desa Pagar Jati, Kecamatan Paiker. Lebih dari itu, puluhan petani yang ada di desa tersebut, juga mengalami hal serupa serta terancam gagal panen apabila hama tikus di areal persawahan mereka tidak segera diberantas.Menurut Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Paiker (Darsono ), hama tikus yang terjadi kali ini memang lebih banyak dibandingkan dengan beberapa waktu sebelumnya. Pihaknya juga sudah melakukan survei ke lapangan dan memberikan sosialisasi kepada petani yang ada serta memberikan bantuan racun tikus sebanyak 30 Kg. “Kita sudah melakukan survei, dan memberikan bantuan racun hama tikus sebanyak 30 Kg untuk petani. Mudah-mudahan, bisa mencegah meluasnya hama tikus di areal persawahan”.Hama tikus merupakan salah satu hama yang sangat berbahaya bagi petani, khususnya untuk tanaman padi di persawahan. Namun, bukan berarti hama tersebut tidak bisa ditanggulangi. “Tikus itu selalu ada di setiap tanaman padi persawahan, namun keberadaannya yang terlalu banyak bisa membahayakan tanaman padi”.Petani yang mengalami serangan hama tikus, hendaknya bisa memberikan laporan ke UPTD Kecamatan. Dari laporan petani tersebut, pihaknya bisa melakukan survei dan memberikan sosialisasi serta bisa memberikan bantuan racun hama yang sedang mengganggu tanaman petani. “Kita selalu siap memberikan bantuan kepada petani, jika ada laporan dari mereka terkait hama yang menyerang tanaman mereka. Selain itu, tim kita juga selalu melakukan survei ke lapangan, sesuai dengan jadwal dan kebutuhan yang ada.”

Page 6: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Sektor pertanian memiliki multifungsi yang mencakup aspek produksi atau ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan petani atau pengentasan kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bagi Indonesia, nilai fungsi pertanian tersebut perlu dipertimbangkan dalam penetapan kebijakan struktur insentif sektor pertanian. Komitmen dukungan insentif melalui pemahaman peran multifungsi pertanian perlu didefinisikan secara luas, bukan saja insentif ekonomi (subsidi dan proteksi), tetapi juga dukungan pengembangan sistem dan usaha agribisnis dalam arti luas. Pengembangan lahan pertanian abadi akan dapat diwujudkan jika sektor pertanian dengan nilai multifungsinya dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan.

Hasil kajian di DAS Citarum Jawa Barat menunjukkan bahwa konversi lahan sawah yang diprediksi sekitar 15%, di samping berdampak langsung terhadap nilai ekonomi lahan dan produksi padi, juga memiliki dampak eksternal positif yang perlu dipertimbangkan (Agus et al. 2002). Nilai multifungsi pertanian berdasarkan metode Replacement Cost Method (RCM) menunjukkan bahwa kehilangan nilai riil pendapatan karena konversi lahan sawah (15%) mencapai US$ 27,20 juta. Jika diperhitungkan total nilai eksternal yang besarnya US$ 12,25 juta maka total kehilangan manfaat (keuntungan), termasuk nilai riil alih fungsi lahan sawah mencapai US$ 39,45 juta. Jadi proporsi nilai eksternal terhadap total nilai kehilangan relative besar, yaitu 31%. Nilai ini perlu diperhitungkan dalam penentuan nilai dan struktur insentif bagi sektor pertanian. Dalam konteks ini, menciptakan lahan pertanian abadi dan peningkatan kesejahteraan petani atau pengentasan kemiskinan merupakan tujuan ganda yang bersifat inklusif. Pencapaiannya akan menghadapi berbagai tantangan, antara lain mencakup pengembangan aspek penawaran sektor pertanian, pengembangan agribisnis padi dan diversifikasi usaha tani di lahan sawah. Agribisnis padi dan pengembangan diversifikasi lahan sawah perlu mendapat penekanan karena peran lahan sawah dalam multifungsi pertanian sangat vital. Urgensi mempertahankan lahan sawah menjadi penting karena memiliki eksternality yang besar, yaitu mencakup fungsi mitigasi banjir, konservasi sumber daya air, pencegahan erosi tanah dan longsor, penampungan limbah organik, pembersihan udara, mitigasi suhu udara, dan fungsi pemeliharaan lingkungan.

Karakteristik Kemiskinan

Menurut Sajogyo (2002), tingginya tingkat kemiskinan di pedesaan disebabkan kebijakan pembangunan cenderung bias perkotaan dan sektor industri, sementara alokasi anggaran sektor pertanian menurun drastis. Kebijakan ini dinilai keliru karena memarginalkan hak masyarakat dan

Page 7: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

menumbuhkan kantong-kantong kemakmuran masyarakat perkotaan di tengah kemiskinan masyarakat pedesaan.

Penanganan masalah kemiskinan dapat diarahkan pada kemiskinan absolute dan juga kemiskinan relatif. Tujuan utama program pengentasan kemiskinan adalah mengembangkan kesetaraan posisi dan kemampuan masyarakat. Fokus penanganan masalah perlu didasarkan pada permasalahan pokok yang dihadapi masyarakat melalui pengembangan instrumen kebijakan yang relevan.

Dimensi kemiskinan secara intertemporal mengalami perubahan dengan mempertimbangkan aspek nonekonomi masyarakat miskin. Sedikitnya terdapat sembilan dimensi kemiskinan yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1) Ketidak-mampuan memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang, dan perumahan),

2) Aksesibilitas ekonomi yang rendah terhadap kebutuhan dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi yang baik, air bersih, dan transportasi),

3) Lemahnya kemampuan untuk melakukan akumulasi kapital, 4) Rentan terhadap goncangan faktor eksternal yang bersifat

individual maupun massal, 5) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan penguasaan

sumber daya alam, 6) Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, 7) Terbatasnya akses terhadap kesempatan kerja secara

berkelanjutan, 8) Ketidak-mampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun

mental, dan 9) Ketidak-mampuan dan ketidakberuntungan secara sosial.

Karakteristik penduduk miskin secara spesifik antara lain adalah (Pasaribu2006):

1) Sebagian besar tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian dominant berusaha sendiri di sektor pertanian (60%),

2) Sebagian besar (60%) berpenghasilan rendah dan mengonsumsi energi kurang dari 2.100 kkal/hari,

3) Berdasarkan indikator silang proporsi pengeluaran pangan (> 60%) dan kecukupan gizi (energi < 80%), proporsi rumah tangga rawan pangan nasional mencapai sekitar 30%, dan

4) Penduduk miskin dengan tingkat sumber daya manusia yang rendah umumnya tinggal di wilayah marginal, dukungan infrastruktur terbatas, dan tingkat adopsi teknologi rendah.

Dalam konteks karakteristik kemiskinan masyarakat petani di pedesaan, menarik untuk dikemukakan keterkaitan antara penguasaan lahan dan

Page 8: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

tingkat kemiskinan. Terdapat korelasi yang kuat antara skala penguasaan lahan dengan indeks kemiskinan dan indeks rumpang kemiskinan (proverty gap). Makin luas penguasaan lahan, makin rendah tingkat kemiskinan (LPEM-FEUI 2004). Bagi tunakisma (petani tanpa lahan), tingkat kemiskinan mendekati 31%, dan bagi petani dengan penguasaan lahan kurang dari 0,10 ha, tingkat kemiskinan mencapai 28,30%. Tingkat kemiskinan menurun secara konsisten menjadi 5,60% bagi rumah tangga petani yang menguasai lahan 2−5 ha.

Kendala Produksi Pertanian

Kendala utama pengembangan pertanian ke depan adalah ketersediaan lahan pertanian. Pengembangan lahan pertanian tidak dapat dipisahkan dari pengembangan infrastruktur irigasi. Keterbatasan pengembangan lahan pertanian di Indonesia diindikasikan oleh penurunan luas lahan pertanian sebesar 0,40%/tahun dalam dua dasawarsa terakhir (1980−2000). Perluasan lahan sawah beririgasi sangat lambat, hanya 0,20%/tahun, dan proporsinya relatif kecil, yaitu 27% (2,59 juta ha) pada tahun 2000 (Pasandaran et al. 2004).

Berdasarkan kesesuaian lahan dan ketersediaan air, areal yang potensial untuk pengembangan irigasi sangat terbatas. Kecenderungan tersebut mengindikasikan kuatnya tantangan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani di pedesaan. Luas penguasaan lahan per rumah tangga petani terus menurun karena meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga petani.

Dinamika fakta empiris yang terkait dengan Growth Domestic Product (GDP) dan produksi agregat pertanian memberikan beberapa informasi menarik sebagai berikut (Arifin 2003; Simatupang et al. 2004):

1) GDP dan produksi agregat pertanian mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi dalam periode 1967−1986 karena adanya dukungan pengembangan lahan pertanian dan infrastruktur, kelembagaan penyuluhan, kelembagaan koperasi pedesaan, kredit bersubsidi, dan insentif harga,

2) Kontradiksi kebijakan pada periode berikutnya, yang ditunjukkan oleh penurunan alokasi anggaran dan insentif sektor pertanian, berdampak pada makin meningkatnya kendala pengembangan produksi pertanian,

3) Sumber utama pertumbuhan produksi dalam periode 1967−1986 adalah produktivitas lahan, yang kemudian menurun drastis dalam periode 1997−2001 dan bahkan mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 1997− 2001 karena menurunnya produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian.

Page 9: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Pertumbuhan produksi komoditas pertanian utama (padi, jagung, kedelai) menunjukkan kecenderungan yang sama dengan GDP dan produksi agregat sektor pertanian. Ke tiga komoditas tersebut mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi selama periode 1976−1980, dan selanjutnya menurun secara konsisten sejak tahun 1986, dan sangat drastis sejak 1996, bahkan untuk kedelai pertumbuhannya negatif sejak 1996−2003. Penurunan produksi ini disebabkan oleh penurunan areal panen dan/ atau stagnasi produktivitas. Produktivitas potensial varietas unggul baru (kecuali jagung) juga tidak mengalami perubahan berarti sejak pertengahan tahun 1990-an.

Sawah di Sumba Barat KeringSumba Island, Sunday, February 21, 2010

Di Sumba Barat, sawah tadah hujan terancam kering karena hujan yang tidak menentu. Menurut Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultura Kabupaten Sumba Barat, apabila benar ramalan Badan Meteorogi dan Geofisika (BMG) Kupang bahwa musim kemarau akan terjadi awal Maret 2010, maka tanaman padi sawah di daerah ini terancam kekeringan.

sumbaisland.com/sawah-di-sumba-b...-kering/

Dapat dibayangkan betapa sulitnya para petani jika gagal panen. Para petani tidak memiliki benih tambahan. Pemerintah setempat juga tidak menganggarkan dana untuk pengadaan benih bagi petani. Secara teknis Dinas Pertanian Perkebunan dan Hortikultura mengajukan rencana anggaran pengadaan benih bagi petani, baik benih padi, jagung maupun kacang-kacangan senilai Rp 1 miliar lebih, namun penganggarannya belum memungkinkan.

Page 10: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Pada saat ini belum semua petani menanam padi karena terlambat menyiapkan lahan. Hal itu dapat dijumpai di areal persawahan Kota Waikabubak dan sekitarnya dimana sebagian petani baru mulai mengolah lahan, meski sebagian sudah menanam, bahkan padi sudah mulai tumbuh besar.

Di samping permasalahan yang terkait dengan ketersediaan dan pengembangan lahan beririgasi, ketersediaan, akses, dan penerapan varietas unggul baru serta teknologi spesifik lokasi, pengembangan produksi pertanian juga menghadapi permasalahan yang terkait dengan ketersediaan anggaran pembangunan dan penyediaan sistem insentif untuk mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani. Keragaan dinamika investasi pemerintah di sektor pertanian menunjukkan bahwa (Rusastra et al. 2005) proporsi pengeluaran untuk pengembangan irigasi, penelitian dan pengembangan, serta penyuluhan tahun 2002 hanya 48,20% (Rp 418 juta) dari pengeluaran tahun 1985/96 (Rp867 juta). Pupuk yang bersifat komplemen dengan pengembangan infrastruktur pertanian juga mengalami penurunan subsidi secara signifikan sejak pertengahan 1980-an. Penurunan anggaran pemerintah dalam pengembangan infrastruktur (irigasi, penelitian dan pengembangan serta penyuluhan) dan subsidi pupuk berdampak terhadap stagnasi atau penurunan produktivitas dan produksi komoditas pertanian.Insentif yang diterima petani terdiri atas dua komponen utama, yaitu subsidi sarana produksi (pupuk, benih, kredit dan mekanisasi pertanian) dan proteksi harga hasil produksi. Sejak pertengahan 1980-an, total insentif pemerintah secara bertahap menurun. Penurunan subsidi sarana produksi berdampak terhadap peningkatan biaya produksi dan penurunan pendapatan petani. Dalam periode 1981−2002, rasio harga padi terhadap pupuk secara konsisten menurun dari 1,80 menjadi 1,20 untuk urea dan dari 1,80 menjadi 0,90 untuk TSP (Rusastra et al. 2005). Bersamaan dengan penurunan kinerja proteksi output, kesejahteraan petani pun menurun yang ditunjukkan oleh penurunan nilai tukar petani dari 106,40 menjadi 103,10 selama periode 1986/ 90−1991/95.Sejak 2001, nilai tukar petani meningkat secara signifikan karena adanya perubahan kebijakan pemerintah (Simatupang et al. 2004). Sejak 3 tahun terakhir, pemerintah menerapkan kembali kebijakan proteksi dan promosi sektor pertanian, seperti tarif impor untuk melindungi harga padi dan gula dari distorsi harga pasar dunia, serta kebijakan subsidi pupuk.Kebijakan ini diharapkan dapat berlanjut dan efektif untuk mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani.

Page 11: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Antisipasi Diversifikasi Usaha Tani

Dalam rangka memahami kinerja dan prospek diversifikasi di lapangan, analisis diversifikasi di tingkat regional perlu dikomplemen dengan analisis mikro dan diversfikasi di tingkat rumah tangga petani atau di tingkat usaha tani. Tidak ada fakta yang jelas bahwa lahan sawah irigasi teknis dan semiteknis memiliki tingkat diversifikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan lahan sawah irigasi sederhana. Fakta ini menunjukkan bahwa ketersediaan air tidak secara otomatis mendorong petani menanam padi sepanjang tahun. Pilihan untuk melakukan diversifikasi di lahan sawah ditentukan oleh kombinasi faktor teknis, ekonomi, lingkungan, sosial, dan budaya. Menurut Saliem dan Supriyati (2006), tingkat diversifikasi usaha tani lahan sawah, yang direfleksikan dalam keragaan pola tanam dan ragam komoditas penyusunnya, menunjukkan bahwa tingkat diversifikasi usaha tani di lahan sawah bervariasi menurut lokasi dan tipe irigasi.

Pemilihan jenis komoditas dan pola tanam oleh petani dipengaruhi oleh faktor teknis, ekonomi, sosial, dan budaya setempat. Tingginya tingkat pendapatan bukan merupakan satu-satunya penentu pengambilan keputusan. Secara umum usaha tani lahan sawah di desa-desa sentra produksi padi di Jawa pada musim hujan didominasi oleh padi. Diversifikasi usaha tani umumnya dilakukan pada musim kemarau pertama dan/atau kedua. Tingkat pendapatan usaha tani petani yang melakukan diversifikasi lebih tinggi dari petani nondiversifikasi. Pengusahaan komoditas hortikultura memberikan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dari-pada palawija, namun pengusahaan tanaman hortikultura membutuhkan modal yang besar dan risiko usahanya lebih tinggi.

Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan pola tanam diversifikasi, Sumaryanto (2006) menyimpulkan bahwa di lahan sawah irigasi teknis, diversifikasi usaha tani mempunyai prospek pengembangan yang cukup baik. Secara umum peluang petani untuk memilih pola tanam monokultur padi lebih rendah daripada berdiversifikasi. Dalam berdiversifikasi, kecenderungan untuk memilih komoditas pertanian yang tidak bernilai ekonomi tinggi lebih tinggi daripada komoditas yang bernilai ekonomi tinggi.

Faktor-faktor yang kondusif untuk penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota rumah tangga yang bekerja di usaha tani, kemampuan permodalan, peran usaha tani lahan sawah dalam ekonomi rumah tangga, tingkat kelangkaan air irigasi, dan kepemilikan pompa irigasi. Faktor yang tidak kondusif adalah fragmentasi lahan garapan. Pengembangan diversifikasi usaha tani di wilayah persawahan sebaiknya diarahkan pada lokasi-lokasi yang ketersediaan air irigasinya rendah, ketersediaan tenaga kerja pertanian cukup, peran usaha tani

Page 12: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

sebagai sumber pendapatan rumah tangga cukup signifikan, dan struktur penguasaan lahan garapan relatif terkonsolidasi.

Akselerasi pengembangan diversifikasi usaha tani membutuhkan kebijakan yang dapat meningkatkan akses petani terhadap sumber permodalan.

Kebijakan strategis dan langkah operasional yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan diversifikasi di lahan sawah adalah (Simatupang et al. 2003):

1) memperbaiki ketersediaan dan aksesibilitas terhadap teknologi usaha tani nonberas,

2) Meningkatkan kapasitas manajemen petani melalui perbaikan pelayanan penyuluhan, khususnya dalam pengembangan komoditas nonberas,

3) Memperbaiki ketersediaan dan akses terhadap permodalan untuk mendukung pengembangan komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti hortikultura,

4) Pembangunan infrastruktur irigasi pompa untuk mempercepat perkembangan diversifikasi usaha tani,

5) Peningkatan produktivitas usaha tani atau mengimplementasikan program stabilisasi harga untuk komoditas yang memiliki risiko tinggi tetapi tingkat profitabilitasnya tinggi,

6) Penguatan kelembagaan kelompok tani dan membangun jaringan kerja dengan investor dalam rangka mengatasi masalah permodalan dan pemasaran komoditas alternatif, dan

7) Pengembangan infrastruktur (fisik dan kelembagaan) di tingkat usaha tani, pengolahan dan pemasaran, dan kerja sama dengan pihak terkait dalam rangka peningkatan efisiensi pemasaran dan stabilisasi harga khususnya untuk komoditas palawija dan hortikultura.

Keberlanjutan pertanian dengan program lahan pertanian abadi dapat diwujudkan jika sektor pertanian (dengan nilai multifungsinya) dapat berperan dalam pengentasan kemiskinan. Setelah krisis ekonomi, kemiskinan relatif tahun 2004 menurun drastis menjadi 16,70%, tetapi secara absolut angkanya tetap tinggi, yaitu 36,10 juta orang. Sebagian besar dari mereka (68,70%) tinggal di pedesaan dengan kegiatan utama (60%) di sekor pertanian, dengan ciri utama infrastruktur wilayah marginal, penguasaan dan akses sumber daya rendah, serta kemampuan sumber daya manusia dan adopsi teknologi rendah.

Kemampuan sektor pertanian dalam peningkatan produksi dan pengentasan kemiskinan sangat bergantung pada kemampuannya dalam mengatasi kendala pengembangan yang dihadapi saat ini, yang mencakup keterbatasan pengembangan lahan beririgasi, teknologi varietas unggul,

Page 13: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

ketersediaan anggaran pembangunan, dan penyediaan sistem insentif untuk mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani. Kebijakan strategis yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah: 1) peningkatan investasi pemerintah dalam pengembangan infrastruktur utama seperti irigasi, penelitian dan pengembangan serta penyuluhan, 2) mendorong dan memfasilitasi keterlibatan swasta dalam pembangunan pertanian, 3) peningkatan insentif usaha tani (input, output, kapital) dalam spirit koreksi kegagalan pasar, dan 4) memfasilitasi perkembangan agroindustri padat tenaga kerja di pedesaan.

Usaha tani tanaman pangan (padi) memiliki peranan multifungsi yang besar, dan keberhasilan pengembangannya akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pencapaian ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Berdasarkan konteks kebijakan dan tantangan serta hambatan internal pembangunan agribisnis padi, reorientasi kebijakan pengembangannya hendaknya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan petani padi, memantapkan ketahanan pangan nasional, dan mendinamisasi perekonomian desa. Dalam merumuskan instrumen kebijakan peningkatan produksi padi, di samping reorientasi arah dan tujuan tersebut, juga perlu dipertimbangkan konteks kebijakan pangan global dan kebijakan di negara kompetitor utama di Asia.

Upaya mempertahankan eksistensi lahan sawah dan peningkatan pendapatan petani (serta pengentasan kemiskinan) akan sangat ditentukan oleh keberhasilan program diversifikasi usaha tani. Kinerja diversifikasi di lahan sawah memiliki prospek yang baik, tetapi dihadapkan kepada sejumlah kendala teknis, ekonomi, lingkungan, sosial, dan budaya.

Kebijakan strategis yang dapat dipertimbangkan antara lain adalah: 1) Peningkatan ketersediaan dan akses teknologi, permodalan,

dan penyuluhan komoditas alternatif non-padi, 2) Pengembangan infrastruktur irigasi pompa, peningkatan

produktivitas, dan program stabilisasi harga untuk komoditas alternatif bernilai ekonomi dan risiko tinggi, dan

3) Pemberdayaan kelembagaan kelompok tani dan membangun keterkaitan fungsional dan institusional dengan elemen agribisnis lainnya dalam rangka mendorong peningkatan produksi, pendapatan petani, dan keberlanjutan diversifikasi usaha tani.

Page 14: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Puluhan Hektar Sawah di Kampung Bengle 'Bapuk'Kamis, 08 Oktober 2009, Radar Krawang

Puluhan hektar sawah di Kampung Bengle, Desa Pancakarya, Kecamatan Tempuran, mengalami gagal panen setelah hama menyerang area pesawahan tersebut. Akibat hama tersebut, petani mengalami kerugian yang cukup besar. Hama wereng tersebut menyerang padi dengan sangat cepat, petani kewalahan untuk mengendalikan hama tersebut. Sehingga tanaman padi tidak dapat diselamatkan.

radarkarawang.blogspot.com/2009_...ive.htmlGAGAL PANEN: Sawah yang sedianya tak lama lagi panen diserang hama.

Salah seorang pemilik sawah (H. Idris) menyatakan, dia telah mengetahui dari awal jika ada hama yang menyerang tanaman padinya. Karena itu dirinya gencar melakukan penyemprotan. Sayangnya, penyebaran hama tersebut begitu cepat dan sulit dikendalikan. Sehingga dia tidak dapat menyelamatkan sawahnya tersebut. Hama wereng menyerang padi mulai dari pangkalnya, setelah itu langsung menyerang kebagian padi lainnya. "Hama begitu cepat menyerangnya, walaupun gencar disemprot bahkan sampai setiap hari, tapi tetap saja hama menyerang.Pada awalnya padi yang terkena hama wereng hanya putih. Tak lama kemudian, padi tersebut langsung gosong dan bijinya tidak berisi. Sekitar dua hektar sawah miliknya, habis diserang hama tersebut. Diperkirakan kerugian yang dialaminya mencapai Rp 15 juta. "Hampir setiap hari saya nyemprot dan banyak biaya yang dikeluarkan. Diperkirakan dari mulai tanam padi hingga terserang ham sudah habis Rp 15 jutaan. Padi tidak

Page 15: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

bisa dipanen, karena tidak berisi akibat hama wereng. Ini merupakan yang pertama kali mengalami gagal panen, setelah 2007 lalu mengalami hal yang serupa akibat hama sundep.Idris menambahkan, dinas pertanian sudah melihat kondisi di lapangan dan membagikan satu botol obat untuk penangkal hama. Tapi dia menilai pembagian tersebut terlambat, karena padinya sudah tidak bisa terselamatkan. Dia berharap, pemerintah bisa lebih proaktif lagi dalam melakukan pemantauan terhadap perkembangan hama, karena secara pengetahuan bertani petani kurang mengerti, petani hanya mengandalkan pengalaman. "Saya berharap ke depan penyuluhan terhadap petani bisa diintensifkan, minimal satu bulan sekali dan bantuan obat bisa diperbanyak”.Kepala UPTD Pertanian Tempuran membenarkan bahwa padi tersebut terserang hama wereng. Pihaknya telah melakukan pengendalian, bahkan pihaknya telah memberikan obat kepada petani agar hama tersebut tidak terus meluas. Pihaknya beserta pemerintah kecamatan dan desa yang ada di Tempuran, sudah melakukan gerakan penyemprotan padi untuk mengendalikan hama tersebut."Pengendalian ini sudah dilakukan sejak beberapa hari yang lalu hingga hari ini dengan melakukan gerakan penyemprotan di desa yang ada di Tempuran". Mengenai masalah pembinaan terhadap petani, lanjutnya, pihaknya sering melakukan pembinaan maupun penyuluhan terhadap petani melalui kelompok tani. Bahkan beberapa hari yang lalu penyuluhan telah dilakukan. "Mungkin petani tersebut tidak ikut penyuluhan, sehingga mengira kami jarang melakukan penyuluhan".

PERTANIAN mempunyai RESIKO USAHA yang tinggiSalah satu fungsi utama bank adalah menyalurkan dana kepada

pihak yang membutuhkan, misalnya petani. Namun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi petani yang ingin mendapatkan kredit dari bank.

Salah satu resiko usaha pertanian adalah jangka waktu pertumbuhan tanaman pertanian memerlukan waktu yang lama, bahkan sampai lebih dari 5 tahun. Selain itu, harga hasil pertanian yang fluktuasi di pasaran dunia juga merupakan masalah yang serius yang dilihat oleh kalangan perbankan.

Stakeholder usaha pertanian juga mengakui  bahwa masalah utama dihadapi usaha di sektor pertanian adalah rumitnya prosedur untuk memperoleh dukungan dari bank. Hal ini mengakibatkan banyak petani kecil dan menengah memilih menggunakan jasa para tengkulak.

Page 16: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Kendala Sosialisasi KREDIT Usahatani Permasalahan akses pembiayaan pertanian yang dialami petani

bukan saja diakibatkan rumitnya administrasi yang harus dilakukan, melainkan juga diakibatkan kesenjangan informasi, yakni minimnya informasi yang diperoleh petani akan berbagai kredit yang tersedia. Masih banyak petani yang belum mengetahui kredit pembiayaan yang dapat diakses seperti Kredit Ketahanan Pangan Energi (KKP-E) dan Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP-3). Kedua kredit tersebut dikhususkan pada sektor pertanian. Selain itu, ada juga kredit umum yang ditujukan ke Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Usaha Mikro dan Kecil yang biasa disebut KUMK SUP-005. Penyebaran informasi yang tidak merata ini juga dialami oleh para stakeholder pertanian lainnya. Penyebaran info tentang kredit ini belum ada di kampung tempat para petani berusahatani, mungkin dibutuhkan waktu lebih untuk mensosialisasikannya.

Potensi sektor pertanian sebagai pusat pertumbuhan ekonomi belum didukung secara optimal oleh sektor perbankan. Padahal berdasarkan Hasil Survei Ekonomi, sektor pertanian memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan atas kerja sama Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara ini menunjukkan sampai dengan triwulan III 2008, sektor pertanian tanaman bahan makanan menyumbang 6,74 persen PDRB sektor pertanian Sumut.

Gambaran Pelaksanaan Program Kredit Ketahanan Pangan (KKP)

di Kab. Karawang, Kab. Cirebon, dan kab. lampung TengahPPNSI, Tonny F. Kurniawan, Surono, Ahmad Misbah Minggu, 31 Mei

2009

Program Kredit Ketahanan Pangan (KKP) di Kabupaten Karawang hampir seluruhnya digunakan untuk membiayai komoditas tanaman padi, karena Kabupaten Karawang sebagian besar petaninya mengusahakan bercocok tanam padi dan terkenal sebagai lumbung padi di Jawa Barat bahkan Nasional. Meskipun dalam siklus padi yang dianjurkan oleh dinas pemerintah daerah setempat juga perlu diselingi dengan menamami lahan dengan palawija, namun produk palawija tidak mendapat pinjaman dalam skim program KKP.

Page 17: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

www.ppnsi.org/index.php%3Foption...mid%3D46

Program KKP dikoordinasikan oleh Setda Kabupaten Karawang Bagian Perekonomian Seksi Ketahanan Pangan, pelaksanaan lapangannya dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Karawang, khususnya bagian Bina Usaha. Dinas berperan dalam melakukan sosialisasi, memberikan rekomendasi teknis dalam seleksi, pembinaan, dan evaluasi Kelompok Tani (KT) peserta Program KKP. Dalam fungsi kedinasannya di lapangan Petugas Penyuluh Lapang (PPL) menjadi ujung tombak berkomunikasi dan berinteraksi dengan petani, termasuk membimbing petani dalam penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), yang menjadi salah satu syarat dalam pengajuan skim KKP.Di Kabupaten Karawang, besaran dana KKP untuk tanaman padi adalah Rp. 3.000.000,-/ha. Sedangkan luasan rata-rata lahan para petani yang dibiayai dengan menggunakan dana KKP sebesar 0,3 ha/petani. Petani yang berminat menjadi peserta Program KKP harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan. Adapun persyaratan administratif untuk mengajukan skim Program KKP di Kabupaten Karawang antara lain:1. Membuat Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang

ditandatangani oleh PPL dan kepala desa setempat.2. Surat Pembayaran Pajak Tanah (SPPT) atau sertifikat lahan yang

akan ditanami sebagai agunan.

Persayaratan seperti ituy dianggap oleh sebagian petani masih memberatkan, terutama bagi para petani kecil. Persayaratan utama yang masih memberatkan petani adalah adanya keharusan memiliki SPPT atau sertifikat lahan yang dijadikan sebagai jaminan atas dana KKP yang dipinjam. Nilai jaminan yang diminta dapat lebih besar dari

Page 18: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

nilai pinjamannya. Bagi petani kecil tentunya hal ini masih menjadi kendala mengingat masih banyak lahan-lahan petani yang belum dilengkapi dengan kelengkapan administratif tersebut. Setelah petani memenuhi persyaratan administratif tersebut, para petani berhimpun dan mengajukan pinjaman skim KKP atas nama kelompok tani kepada bank. Pemegang keputusan yang menentukan diterima atau tidaknya petani atau kelompok tani untuk menjadi peserta Program KKP adalah pihak bank, dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia sebagai bank pelaksana penyaluran Program KKP di Kabupaten Karawang.Setelah pengajuan kredit disetujui oleh BRI, dana KKP dicairkan dalam bentuk uang tunai ke rekening petani. Sebagai bahan laporan dan evaluasi, BRI secara rutin memberikan tembusan kepada dinas mengenai kondisi pengembalian Program KKP dari petani. Petani yang mengembalikan dana KKP secara sekaligus setelah padi yang diusahakan dipanen atau sistem yang poluper di petani disebut “yarnen” dibayar setelah panen. Untuk modal musim tanam padi berikutnya petani kembali mengajukan skim KKP seperti halnya sebelumnya, sehingga petani harus mengajukan skim KKP setiap musim tanam. Menurut keterangan petani dan dinas, KKP juga bermanfaat membantu petani dan program pemerintah untuk menerapkan teknologi sesuai anjuran secara optimal sehingga dapat meningkatkan hasil.

Program KKP di Kabupaten Cirebon digunakan untuk membiayai komoditas tanaman tebu, karena Kabupaten Cirebon khususnya Kabupaten Cirebon bagian timur lahan didominasi oleh tanaman tebu. Hal ini cukup beralasan mengingat keberadaan tiga pabrik gula (PG) milik RNI di kota ini. Kebiasaan turun-temurun para petani dalam bercocok tanam tebu juga menjadi faktor yang mendorong luasnya usahatani tebu hingga saat ini. Dalam pelaksanaan program KKP, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon tidak terlibat secara langsung. Dinas berperan dalam melakukan sosialisasi, memberikan rekomendasi teknis dalam seleksi, pembinaan, dan evaluasi Kelompok Tani (KT) peserta KKP. Pemegang keputusan yang menentukan diterima atau tidaknya petani dalam kelompok tani atau koperasi untuk menjadi peserta KKP adalah pihak bank, dalam hal ini BRI dan Bukopin sebagai bank pelaksana penyaluran KKP di Cirebon, atas pertimbangan dan rekomendasi PG sebagai pihak penjamin pinjaman (avalis). Sebagai bahan laporan dan evaluasi, pihak bank secara rutin memberikan tembusan kepada dinas mengenai kondisi pengembalian KKP dari petani.Petani yang berminat menjadi peserta KKP harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan. Bagi pihak bank pada prinsipnya ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh petani yang akan mengajukan KKP-TR, yaitu:Luasan lahan yang dapat diajukan untuk dibiayai dengan KKP maksimal 2 ha/petani,

Page 19: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Mendapat rekomendasi dan jaminan dari PG yang bertindak sebagai penjamin kredit (avalis). Untuk itu petani yang bersangkutan harus bergabung dalam kelompok tani dan koperasi mitra binaan salah satu Pabrik Gula (PG) yang terdapat di Cirebon sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.Penerapan kedua syarat di atas mungkin terdapat beberapa perbedaan dan banyak mengalami penyesuaian di lapangan. Ukuran luas lahan yang dibatasi 2 ha/petani pada kenyataannya dapat disiasati oleh petani. Seorang petani yang menggarap lahan lebih dari 2 ha dapat mencantumkan namanya atas lahan seluas 2 ha, dan kelebihan lahan dibagi atas nama para pekerjanya. Untuk mendapatkan rekomendasi dari PG, petani harus mengikuti ketentuan dari PG yang bersangkutan. Setiap PG memiliki batas wilayah kerja masing-masing. Oleh karena itu persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani agar mendapat rekomendasi dapat berbeda jika para petani tersebut berada dalam wilayah kerja PG yang berbeda.Rekomendasi PG dalam posisinya sebagai avalis sangat menentukan bagi diterima atau ditolaknya petani yang mengajukan kredit. Rekomendasi PG berarti juga pernyataan kesediaan PG untuk menjadi penjamin bagi kredit yang diajukan oleh petani kepada pihak bank.

Besaran dana KKP yang diberikan kepada petani untuk setiap hektar tanaman tebu berbeda untuk setiap tipe, secara rata-rata sebagai berikut: TRIS I (11,05 juta/ha), TRIS II (7,8 juta/ha), TRIT I (8,55 juta/ha), TRIT II – IV (6,25 juta/ha). Besaran dana maksimal yang dapat diajukan oleh petani ini tidak mutlak, tetapi didasarkan juga pada kesepakatan yang dibuat diantara pihak-pihak yang terkait dalam program KKP sebelum keputusan tersebut ditetapkan. Hal ini mengingat kebutuhan masing-masing petani dapat berbeda pada kondisi areal lahan usaha yang berbeda.

Petani menerima KKP dalam bentuk tunai dan berupa sarana produksi. Dalam bentuk tunai, penerima dana KKP dapat menggunakan dana untuk kepentingan pribadinya di luar usahataninya. Oleh karena itu sebagai antisipasi pihak PG menyalurkan dana kepada petani secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan tahapan kerja yang dilakukan di lahan usaha. Tetapi di sisi lain metode seperti ini menjadi tidak efektif jika proses pencairan dana mengalami keterlambatan, sehingga mengorbankan petani dan tanamannya. Di lapangan, petani sering mengalami keterlambatan pengerjaan lahannya karena keterlambatan pencairan dana ini. Jika hal ini tidak diperbaiki maka akan berdampak pada penyimpangan teknik budidaya yang dapat menurunkan produktifitas.Dana yang digunakan pada program KKP-TR sampai saat ini dalam kondisi aman, dalam arti setiap pinjaman oleh petani selalu dibayar lunas kepada pihak bank. Hal ini dapat dilakukan karena yang membayar adalah pihak PG sebagai penjamin petani, meskipun petani tersebut mengalami kerugian. Adapun perhitungan untung dan rugi

Page 20: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

dilakukan antara petani dengan pihak PG. Dengan demikian dalam hal ini ketepatan jumlah dan waktu pengembalian dana KKP dari petani (yang difasilitasi Koperasi dan PG) kepada pihak bank tidak dapat dijadikan ukuran bahwa kesejahteraan petani tebu meningkat. Pada kondisi tertentu, petani sering mengalami kerugian dari hasil bertanam tebu. Pada saat itu pihak PG biasanya menangguhkan pengembalian pinjaman sampai musim giling berikutnya.

Petani menerima Program KKP dalam bentuk tunai dan sarana produksi. Dalam bentuk tunai, penerima dana Program KKP dapat saja menggunakan dana tersebut untuk kepentingan pribadinya di luar usahataninya. Oleh karena itu sebagai antisipasi pihak PG menyalurkan dana kepada petani secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan tahapan kerja yang dilakukan di kebun. Tetapi di sisi lain metode seperti ini menjadi tidak efektif jika proses pencairan dana mengalami keterlambatan, sehingga mengorbankan petani dan kebunnya. Di lapangan, petani sering mengalami keterlambatan pengerjaan kebunnya karena keterlambatan pencairan dana ini. Jika hal ini tidak diperbaiki maka akan berdampak pada penyimpangan teknik budidaya yang dapat menurunkan produktifitas.

Dana yang digunakan pada program KKP-TR sampai saat ini dalam kondisi aman, dalam arti setiap pinjaman oleh petani selalu dibayar lunas kepada pihak bank. Hal ini dapat dilakukan karena yang membayar adalah pihak PG sebagai penjamin petani, meskipun petani tersebut mengalami kerugian. Adapun perhitungan untung dan rugi dilakukan antara petani dengan pihak PG. Dengan demikian dalam hal ini ketepatan jumlah dan waktu pengembalian dana Program KKP dari petani (yang difasilitasi Koperasi dan PG) kepada pihak bank tidak dapat dijadikan ukuran bahwa kesejahteraan petani tebu meningkat. Pada kondisi tertentu, petani sering mengalami kerugian dari hasil bertanam tebu. Pada saat itu pihak PG biasanya menangguhkan pengembalian pinjaman sampai musim giling berikutnya.

Page 21: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Risiko Usahatani Komoditas Bawang

Bawang merah dapat kita tanam dengan baik di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Pertumbuhanya lebih baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 30 meter di atas permukaan laut karena suhunya lebih tinggi, yaitu rata-rata 30oC. Bawang merah termaksud tanaman sayuran yang tidak tahan terhadap air hujan. Kita juga dapat menanam bawang merah dalam musim penghujan asal saja pembuangan airnya baik dan pemberantasan penyakit di lakukan secara teratur.

distan.kalselprov.go.id/index2.p...26id%3D6

SALAH satu risiko yang bisa dibilang utama dalam usaha pertanian adalah hama dan penyakit. Hampir semua jenis usaha pertanian demikian, begitu juga dengan usaha bawang merah dan bawang putih. Beragam gangguan hama, penyakit, dan perubahan cuaca dapat datang secara tiba-tiba. Risiko produksi yang paling banyak menimbulkan kerugian bagi petani adalah serangan hama dan penyakit yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya. Serangan hama dan penyakit dapat muncul karena dipicu perubahan cuaca, gulma, dan pengelolaan tanaman yang tidak optimal.

Usaha tani dapat dikatakan efisien jika gross margin potensial lebih dari 75%. Ketidakmampuan petani untuk mencapai pendapatan potensial karena pengaruh risiko usaha tani.

Besarnya pendapatan dan risiko usaha tani bawang putih dan bawang merah sangat memengaruhi perilaku petani dalam proses pengambilan keputusan. Dalam memilih usahanya, petani memiliki alasan tertentu tergantung dari preferensi petani terhadap risiko ataupun faktor sosial ekonominya.

Page 22: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Efisiensi relatif dan perilaku petani terhadap risiko usahatani bawang putih dan merah merupakan dua hal yang sangat menentukan keberhasilan usahatani kedua tanaman ini.

Selain itu juga perlu diungkapkan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku petani terhadap risiko usahatani, penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien dengan mempertimbangkan risiko produksi, tingkat efisiensi relatif usahatani serta pengaruh perilaku petani terhadap efisiensi relatif usahatani. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pendapatan yang dihadapi petani dalam berusaha tani bawang merah lebih tinggi dibandingkan dengan bawang putih. Usaha tani bawang putih pendapatan terendahnya berkisar Rp 14.540.000/ha dan tertinggi Rp 77.945.000/ha. Pada usaha bawang merah bervariasi antara Rp 200.000/ha hingga Rp 70.161.111/ha (Sriyadi, 2007).

Sebagian besar petani mempunyai perilaku enggan terhadap risiko usaha tani bawang putih dan merah. Perilaku petani terhadap risiko usaha tersebut dipengaruhi oleh luas lahan, umur, pendidikan, pengalaman berusaha tani, jumlah anggota keluarga, frekuensi kegagalan berusahatani bawang putih dan merah selama lima tahun terakhir serta pendapatan petani dari usahanya.

Penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan dan tenaga kerja pada fungsi produksi bawang putih belum efisien. Penggunaan bibit, pupuk organik, urea, TSP, NPK, POSKA dan pestisida Curacron EC, Score, Sellestol, Dithane M-45 juga tidak efisien. Petani disarankan menggunakan pupuk organik yang layak pakai dan pestisida organik.

PETANI BAWANG MERAH DI KOTA BATU mengeluhkan anjloknya harga saat panen

Harga bawang merah turun drastis dari Rp 12 ribu per kilogram menjadi Rp 6 ribu per kilogram. Meskipun tidak sampai merugi, petani tetap kecewa dengan hasil panen yang tidak sesuai harapan. Ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan) padi dan bawang merah Kota Batu, Junimoyo (2008) menilai hal itu akibat sikap petani yang latah menanam komoditas pertanian yang sedang mahal saat itu. Jika harga bawang merah tinggi, banyak petani menanam tanpa mempertimbangkan masa panennya.

Kebiasaan latah seperti ini seharusnya mulai dirubah secara bertahap. Pola tanam petani menanam satu komoditas harus diperhitungkan dengan baik. Jangan latah. Kalau satu komoditas harga pasarnya naik, semuanya menanam komoditas yang sama (Junimoyo, Malang Post, 2008).

Page 23: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

malangraya.web.id/2008/08/09/pet...t-panen/

Banyak petani yang menjual bawangnya sebelum panen (system tebasan ijon), meskipun keuntungan yang diperoleh tidak banyak. Banyak petani yang menjual bawangnya ke pengepul saat masih sentiran berumur sekitar 35 hari. Sentiran biasanya hanya diambil daunnya, bukan umbi bawangnya. Harga sentiran lebih mahal dari harga umbi bawang saat panen Rp 7000 per kilogram. Waktu budidayanya lebih singkat dan hasilnya lebih banyak. Biasanya pengepul langsung menebas satu hamparan lahan budidaya.Harga bawang merah merosot-jatuh karena bersamaan dengan panen raya di beberapa negara penghasil bawang merah seperti Filipina, Vietnam, dan Thailand. Di negara itu panen bawang biasanya terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Karena di negara itu termasuk negara sub tropis yang hanya panen satu kali dalam setahun. Hasil panen raya bawang itu akan masuk ke Indonesia dengan harga murah. Sehingga berdampak pada turunnya harga bawang local di pasar domestik. Panen bawang di daerah Batu harusnya sebelum bulan Juli, agar harganya layak.

Petani Bawang Merah Terancam Gagal Panen(Suara Merdeka, Rabu, 23 April 2003, Berita Utama )

Terserang Hama "Inul"

Ratusan hektar tanaman bawang merah berumur antara 30 - 40 hari yang ada di beberapa lokasi di Kota dan Kabupaten Tegal sejak beberapa pekan terakhir terserang hama kosek. Akibat serangan hama ini tanaman bawang merah terancam gagal panen. Serangan hama yang bentuknya seperti ulat kecil warna merah ini menyebabkan tanaman bawang yang semula nampak hijau dalam waktu kurang dari tiga hari berubah menjadi cokelat kemudian mengering. Hama ini secara bertahap merambat ke petak lain sehingga dalam waktu tiga hari saja tanaman yang terserang hama ini

Page 24: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

semakin luas. Akibat serangan hama ini diperkirakan petani akan mengalami kerugian yang jumlahnya mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Kerugian itu terdiri atas sewa lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja.

Lahan pertanian bawang merah yang sudah terserang hama kosek ini berada di Desa Sidakaton, Sidapurna, Kepandean dan Kupu Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal, Kelurahan Kalinyamat Kulon, Cabawan, Margadana Kecamatan Margadana, Kelurahan Keturen, Tunon Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. Gangguan hama ini sangat parah menimpa petani di Desa Sidakaton dan Sidapurna mencapai sekitar 150 hektare, dan sebagian besar lainnya di Kalinyamat Kulon sekitar 120 hektare. Serangan hama sejenis ulat yang kian hari kian meluas membentuk seperti lingkaran itu menjadikan hama yang selama ini oleh petani bawang setempat semula dikenal dengan sebutan hama kosek tapi belakangan petani menyebut hama "inul", menyamakan nama biduan Inul Darasista yang kini lagi ngetop. Benih utama bawang merah yang sudah terserang tembus ke tanah hingga akar seperti lagi ngebor hingga sulit diobati. Serangannya sampai ke akar di bawah tanah seperti sedang ngebor, petani menyebutnya hama inul (menurut Abdul Kornen dan A. Nur Fatoni, petani asal Kecamatan Margadana, 2003).

Lebih GanasHama ini lebih ganas dibanding dengan hama Kosek. "Kalau kosek yang diserang cuma satu dua batang daun, tapi kalau "inul" menyerang semua daun bawang hingga tumbang. Dengan kata lain, kalau ada satu daun bawang diserang hama "inul" maka jangan harap daun yang lain bisa selamat (menurut Abdul Kornen dan A. Nur Fatoni, petani asal Kecamatan Margadana, 2003). Cara pencegahan hama kosek dulu termasuk mudah, cukup sekali semprot hama hilang. Tapi kalau hama yang kini disebut hama inul meski berulang kali disemprot pun tetap membandel tidak juga berhenti, atau malah tambah parah. Serangan hama yang sulit diatasi itu membuat petani setempat terpaksa memanen bawangnya lebih awal meski belum masanya dipanen. Untuk usia panen usia bawang merah adalah sekitar 55 hari. Daripada habis diserang hama, lebih baik dipanen saja meski belum cukup umurnya.

Page 25: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

www.suaramerdeka.com/harian/0304...as21.htmSERANGAN HAMA: Seorang petani bawang merah di Kalinyamat Kulon, Kecamatan Margadana tengah melihat tanamannya yang

terserang hama kosek. (Foto : Suara Merdeka/so).

HARGA BAWANG MERAH DI BREBES ANJLOK(Laporan wartawan KOMPAS Siwi Nurbiajanti, Jumat, 4 Desember 2009)

Harga bawang merah di Brebes anjlok, dalam satu pekan terakhir. Hal tersebut diperkirakan akibat pengaruh panen raya, serta masuknya bawang impor. Para petani di wilayah tersebut mengeluh rugi, karena harga jual bawang merah tidak mampu menutup biaya produksi yang mereka keluarkan. Menurut Subekhan, petani di Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba- Brebes, pada saat ini harga bawang merah di tingkat petani hanya sekitar Rp 3.000 per kilogram. Padahal pekan lalu, harga bawang merah masih sekitar Rp 6.000 per kilogram. Kondisi seperti ini sangat merugikan petani. Ia mengaku menanam bawang pada lahan seluas 1.700 meter persegi, dengan biaya sekitar Rp 4 juta. Dari lahan tersebut dihasilkan sekitar delapan kwintal bawang merah. Dengan harga bawang Rp 3.000 per kilogram, ia mengaku hanya mendapatkan hasil jual sekitar Rp 2,4 juta. Menurut Mukri, petani di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, turunnya harga bawang merah karena melimpahnya pasokan hasil panen umbi. Selain karena panen raya, saat ini bawang impor juga mulai masuk ke Brebes. Musim panen kali ini, hampir semua petani mengalami kerugian. Padahal, selama ini, petani terbebani mahalnya harga obat-obatan, pupuk, dan biaya pengairan. Petani yang panen saat ini merupakan petani yang memulai tanam pada Oktober lalu, atau saat masih berlangsung musim kemarau.

Page 26: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Menurut Sukari, pedagang bawang merah di Pasar Induk Klampok, Kecamatan Wanasari, pada saat ini harga bawang di tingkat pedagang turun dari kisaran Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram, menjadi Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per kilogram. Penurunan harga bawang ini diperkirakan masih akan terjadi terus. Hal ini ada hubungannya dengan volume impor bawang, pada saat ini volume impor masih sedikit; nanti kalau volume impor bawang sudah banyak, harga bawang di pasaran pasti akan turun lagi.

Menurut Ketua Koperasi Bawang Merah Indonesia (Kobamindo Brebes), (Sukaemi, 2009), penurunan harga bawang di pasraan juga dipengaruhi cuaca. Pada musim penghujan, kualitas bawang cenderung turun, karena bawang tidak bisa kering. Untuk mengatasi persoalan ini, perlu adanya keterlibatan pemerintah, terutama dalam memberikan kemudahan modal usaha kepada petani. Salah satu kendala petani, mereka tidak mampu menyimpan sebagian hasil panen bawang, karena tidak memiliki biaya untuk mengeringkannya. Selain itu, petani juga harus segera menjual hasil panen, untuk membayar hutangnya. Akibatnya, mereka tidak memiliki kekuatan tawar dalam mekanisme pasar bawang merah.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTOregional.kompas.com/read/2009/12...s.anjlok

Page 27: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Revitalisasi Pertanian untuk meminimumkan Risiko

Revitalisasi pertanian ditempuh dengan empat langkah pokok yaitu peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya, pengamanan ketahanan pangan, peningkatan produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan serta pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan dengan tetap memperhatikan kesetaraan gender dan kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku pertanian dan perikanan lain serta penguatan lembaga pendukungnya, diarahkan untuk:

1. Revitalisasi penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan.

2. Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sarana produktif, membangun delivery system dukungan pemerintah untuk sektor pertanian, dan meningkatkan skala pengusahaan yang dapat meningkatkan posisi tawar petani dan nelayan.

3. Peningkatan kemampuan/kualitas SDM pertanian.

Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk: 1. Mempertahankan tingkat produksi beras dalam negeri dengan

ketersediaan minimal 90 persen dari kebutuhan domestik, agar kemandirian pangan nasional dapat diamankan.

2. Meningkatkan ketersediaan pangan ternak dan ikan dari dalam negeri. Kebijakan pengembangan peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi hewan dan produksi pangan hewani dari produksi dalam negeri agar ketersediaan dan keamanan pangan hewani dapat lebih terjamin untuk mendukung peningkatan kualitas SDM.

3. Melakukan diversifikasi pangan untuk menurunkan keter-gantungan pada beras dengan melakukan rekayasa sosial terhadap pola konsumsi masyarakat melalui kerjasama dengan industri pangan, untuk meningkatkan minat dan kemudahan konsumsi pangan alternatif.

Kebijakan dalam peningkatan produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan diarahkan untuk:1. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam mendukung

ekonomi dan tetap menjaga kelestariannya, melalui:

Page 28: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

(1) Penataan dan perbaikan lingkungan perikanan budidaya; (2) Penataan industri perikanan dan kegiatan ekonomi masyarakat

di wilayah pesisir; (3) Perbaikan dan peningkatan pengelolaan sumberdaya perikanan

tangkap, terutama di wilayah ZEEI; (4) Pengembangan perikanan samudera dan bioteknologi

perikanan; (5) Peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta dalam

pengelolaan sumberdaya perikanan; (6) Peningkatan kualitas pengolahan dan nilai tambah produk

perikanan melalui pengembangan teknologi pasca tangkap/panen;

(7) Percepatan peningkatan produk perikanan budidaya; (8) Peningkatan kemampuan SDM, penyuluh, dan pendamping

perikanan; dan (9) Perkuatan system kelembagaan, koordinasi dan pengembangan

peraturan perundangan sebagai instrumen penting untuk mempertegas pengelolaan sumber daya perikanan yang ada.

2. Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu dengan konsep pengembangan agribisnis. Pendekatan ini akan meningkatkan kelayakan dalam pengembangan/skala ekonomi, sehingga akan lebih meningkatkan efisiensi dan nilai tambah serta mendukung pembangunan pedesaan dan perekonomian daerah.

3. Penyusunan langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dan perikanan, misalnya dorongan dan insentif untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan, melindungi petani dan nelayan dari persaingan yang tidak sehat.

4. Penguataan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengelola resiko usaha pertanian serta untuk mendukung pengembangan agroindustri.

Pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan dengan kebijakan yang diarahkan pada:

1. Peningkatan nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu;2. Pemberian insentif pengembangan hutan tanaman industri

(HTI); 3. Peningkatan partisipasi kepada masyarakat luas dalam

pengembangan hutan tanaman;

Page 29: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

4. Peningkatan produksi hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

PETANI DAN RISIKO USAHATANINYA

Salah satu faktor kunci keberhasilan wirausahawan dalam memimpin sebuah usaha adalah kemampuan yang dimiliki dalam berinovasi dan menciptakan gagasan brilian agar usahanya dianggap sebagai usaha yang sukses. Inovasi merupakan factor pendukung keberhasilannya selaku wirausahawan yang handal. Seorang wirausahawan menjadi sukses karena mampu menciptakan gagasan baru dalam membangun image suatu usaha. Upaya yang perlu dilakukan oleh wirausahawan adalah menunjukkan tingkat keefektifan usahanya berdasarkan pendekatan atau model efektivitas yang beragam dengan standar kualitas produk yang tinggi.

Pertanyaannya ialah bagaimana mensiasati keunggulan yang dimiliki dibandingkan dengan usaha-usaha lain. Di sini diperlukan sebuah inovasi dari seorang wirausahawan bersama staf atau karyawannya dengan cara menerapkan berbagai jenis strategi agar usahanya bukan saja dapat dicitrakan (positioning) dan dibedakan (strategi diferensiasi) dengan usaha lain yang setingkat, melainkan pula diminati oleh pelanggan.

Untuk menjadi seorang yang berjiwa wirausaha harus menerapkan beberapa hal berikut: (1) Berpikir kreatif inovatif, (2) Mampu membaca arah perkembangan produk, (3) Dapat menunjukkan nilai lebih dari beberapa atau seluruh elemen sistem yang dimiliki, (4) Perlu menumbuhkan kerjasama tim, sikap kepemimpinan, kebersamaan dan hubungan yang solid dengan segenap karyawan, (5) Mampu membangun pendekatan personal yang baik dengan lingkungan sekitar dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraih, (6) Selalu meng-upgrade ilmu pengetahuan yang dimiliki dan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas produknya, (7) Bisa menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen dan teknologi informasi.

Semua orang menyadari bahwa dunia penuh dengan ketidakpastian, kecuali kematian, namun itupun tetap mengandung ketidakpastian yang akan mengakibatkan adanya risiko bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Apalagi dalam dunia bisnis, ketidakpastian dan risikonya adalah sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja, malahan harus diperhatikan secara serius.

Sehubungan dengan kenyataan tersebut, semua orang (khususnya pengusaha) selalu harus berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Para wirausaha menyukai tindakan pengambilan risiko nyata karena mereka ingin berhasil. Maksudnya mereka

Page 30: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

ingin mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan tugas yang sukar tetapi nyata dengan menerapkan keterampilan mereka.

Wirausaha menghindari situasi risiko rendah karena tidak ada tantangan, akan tetapi mereka juga tidak menyukai situasi dengan risiko tinggi karena para wirausaha cenderung selalu ingin berhasil. Ringkasnya, para wirausaha menyukai tantangan , namun dapat dicapai.

Pengertian RisikoHasil yang dicapai dari suatu kegiatan jarang sekali yang dapat

diramalkan dengan hasil yang sempurna, pada umumnya terjadi penyimpangan, biarpun kecil. Risiko selalu terjadi bila keputusan yang diambil dengan memakai kriteria peluang (decision under risk) atau kriteria ketidakpastian (decision under uncertainty). Untuk menghitung risiko pada umumnya dipakai nilai yang diperkirakan (expected value) atau angka penyimpangan (variance).

Risiko perlu dianalisis, yaitu dengan memakai tolok ukur untuk mengukur besarnya risiko atas suatu alternatif, dengan tujuan untuk memperoleh alternatif dengan risiko yang masih dapat ditanggung. Analisis ini sangat penting untuk menentukan modal yang dianggarkan dalam kegiatan usaha. Bermacam-macam risiko yang mungkin terjadi dalam suatu kegiatan usaha, yaitu risiko teknis (kerugian), risiko pasar, risiko kredit serta risiko di luar kemampuan manusia. Semua risiko dapat dicegah atau diperkecil, kecuali risiko alam yang probabilitasnya sangat kecil dan dapat diabaikan. Bagi seorang Wirausaha, menghadapi risiko adalah tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi kenyataan.

Demikian pula pengambilan risiko bagi Wirausaha berkaitan dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar pula keyakinan pada kemampuan dirinya, semakin besar pada kesanggupan untuk menelurkan hasil dari keputusan yang diambil. Bagi orang yang bukan Wirausaha (misalnya pegawai negeri) kegiatan tersebut merupakan risiko, tetapi bagi Wirausaha adalah tantangan dan peluang untuk memperoleh hasil. Wirausaha berprinsip biar mundur satu langkah, tetapi nanti harus maju dua langkah.

Majalah Wirausaha yang berjudul “Executive” pada lembaran khusus ditulis huruf besar dengan warna yang berbeda seperti di bawah ini:

“Jangan tinggal diam di tempat (digambar dengan kura-kura terbalik), tetapi berbuatlah yang pasti dan mantap biarpun lambat (digambarkan dengan kura-kura yang berjalan merayap)”.

Berikut beberapa pendapat tentang pengertian risiko : • Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi

selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard, M. H)

Page 31: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

• Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss), (A.Abas Salim)

• Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)

• Risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan (Herman Darmawi)

• Risiko adalah probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan(Herman Darmawi).

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa resiko adalah sesuatu yang selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga atau tidak diinginkan. Sedangkan karakteristik risiko itu sendiri adalah:

• Risiko adalah suatu ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.

• Risiko adalah ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian

3. Risiko Wirausaha

Pada saat memulai bisnis, Wirausaha biasanya menghadapi risiko bisnis yang besar. Di Amerika Serikat lebih dari 3 juta bisnis baru dimulai tiap tahunnya, dan dua pertiga dari bisnis tersebut bergerak sebagai bisnis/usaha kecil. Rata-rata kegagalan diantara bisnis baru ini cukup mengganggu. Berdasarkan penelitian, 25 sampai 33 persen usaha kecil mengalami kegagalan selama dua tahun pertama masa operasinya.

Di samping mempertimbangkan risiko bisnis, Wirausaha juga menghadapi risiko finansial, selama mereka menginvestasikan sebagian besar atau semua kekayaannya dalam bisnis. Mereka mengambil risiko karir dengan meninggalkan pekerjaan yang aman untuk suatu pekerjaan yang mengandung risiko dengan masa depan yang penuh ketidakpastian.

Mereka juga mebuat risiko keluarga dan sosial karena kebutuhan untuk memulai dan mengelola bisnis yang baru hanya menyisakan sedikit waktu untuk memperhatikan keluarga dan teman.

Ciri seorang wirausaha harus berani mengambil dan menanggung risiko dalam ketidakpastian, karenanya ia akan memilih dan mengembangkan banyak usaha. Dari sekian usaha yang dijalankannya pasti ada yang berhasil (bertelur emas).

Ada tiga penyebab yang menjadi alasan kegagalan bisnis, yaitua. Mereka masuk ke dalam bisnis terlalu cepat. Mereka terjun ke

dalam suatu pekerjaan baru yang mengandung risiko terlalu tergesa-gesa, tanpa melakukan perencanaan yang mendalam.

Page 32: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Mereka tidak menganalisis kekuatan dan kelemahannya. Siapa saya ?, Apa yang saya inginkan ? Apa tujuan saya ?

b. Mereka kehabisan uang. Jika Anda tidak dapat menyelaraskan daftar gaji/upah atau membayar rekening-rekening Anda, Anda akan ke luar dari bisnis. Perencanaan kebutuhan uang yang realistik merupakan hal yang sangat penting. Perkiraan kebutuhan kas merupakan prioritas utama sebelum memulai bisnis ini.

c. Kegagalan perencanaan jelas merupakan suatu kesalahan. Rencana bisnis yang terperinci mendorong Wirausaha untuk berpikir ke depan, merefleksikan, dan memutuskan bagaimana agar maju. Rencana bisnis ini harus secara tertulis.

Alasan-alasan kegagalan di atas haruslah dipertimbangkan sebelum memulai operasi suatu bisnis. Empat kategori utama (kesalahan perencanaan, rendahnya kualitas manajeman, metode bisnis yang tidak mencukupi, dan kurang dana) dapat merusak kerja keras, kreativitas yang brilian, pengambilan risiko dan kejelasan masa depan.

4. Macam-Macam Risiko

a. Menurut sifatnya dibedakan ke dalam :1) Risiko murni, risiko yang terjadi pasti akan menimbulkan

kerugian dan terjadinya tanpa sengaja. Misal : kebakaran, bencana alam, pencurian, penggelapan, dan sebagainya.

2) Risiko spekulatif, risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar memberikan keuntungan bagi pihak tertentu. Misal: utang piutang, perdagangan berjangka, dan sebagainya.

3) Risiko fundamental, risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita cukup banyak. Misal : banjir, angin topan, dan sebagainya. Risiko khusus, risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal kandas, pesawat jatuh, dan sebagainya.

4) Risiko dinamis, risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan masyarakat di bidang ekonomi, ilmu, dan teknologi, seperti risiko penerbangan luar angkasa.

Dapat tidaknya risiko dialihkan kepada pihak lain, sbb:1) Risiko yang dapat dialihkan pada pihak lain, dengan

mempertanggungkan suatu objek yang akan terkena risiko pada perusahaan asuransi.

2) Risiko yang tidak dialihkan pada pihak lain

Page 33: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

b. Menurut sumber/penyebab timbulnya :1) Risiko intern, risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu

sendiri, seperti kerusakan aktiva karena kesalahan karyawan, kecelakaan kerja.

2) Risiko ekstern, risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti pencurian, persaingan dalam bisnis, fluktuasi harga, dan sebagainya.

Upaya penanggulangan risiko berdasar pada sifat dan objek yang terkena risiko ada beberapa cara untuk menanggulangi atau meminimumkan risiko, sebagai berikut:

a. Mengadakan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian.

b. Melakukan retensi, yakni mentolerir terjadinya kerugian.c. Melakukan pengendalian terhadap risikod. Mengalihkan risiko kepada pihak lain (asuransi)

Untuk garis besarnya ada bermacam-macam risiko dalam berusaha dan upaya untuk menghindari atau memperkecil risiko, yaitu

a. Risiko TeknisRisiko ini terjadi akibat kekurangmampuan manajer atau Wirausaha

dalam mengambil keputusan. Risiko yang sering terjadi:• Biaya produksi yang tinggi (inefisien), • Pemakaian sumber sumber daya yang tidak seimbang (tenaga

kerja terlalu banyak),• Terjadi pencurian, akibat pengawasan yang kurang baik,• Terjadi kebakaran, akibat keteledoran dan kurang kecermatan,• Terus menerus rugi karena biaya yang terus membengkak serta

harga jual tak berubah, • Penempatan tenaga kerja yang kurang tepat sehingga

produktivitas kerja menurun,• Perencanaan dan desain yang salah, sehingga sulit

dioperasionalkan, serta hal-hal yang berhubungan dengan ketatalaksanaan perusahaan.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas dapat ditempuh upayaupaya sebagai berikut:

1. Manajer atau Wirausaha menambah pengetahuan tentang:• Keterampilan teknis (technological skill), terutama yang

berkaitandengan proses produksi yang dihasilkan. Diupayakan dengan memakai metode yang dapat menurunkan biaya produksi (efisien).

Page 34: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Misalnya yang semula dengan teknologi tradisional diganti dengan teknologi tepat guna atau teknologi modern.

• Keterampilan mengorganisasi (organizational skiil), yaitukemampuan meramu yang tepat dari factor produksi dalam usaha, mencakup sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal. Ibarat membuat kue, bagaimana agar rasanya enak, murah, dan disenangi pembeli.

• Keterampilan memimpin (managerial skill), yaitu kemampuan untuk mencapai tujuan usaha dan dapat dikerjakan dengan baik dan serasi oleh semua orang yang ada pada organisasi. Untuk ini, setiap pimpinan dituntut membuat konsep kerja yang baik (conceptional skill).

2. Membuat strategi usaha yang terarah untuk masa depan, yang meliputi strategi produksi, strategi keuangan, strategi sumber daya manusia, strategi operasional, strategi pemasaran, dan strategi penelitian dan pengembangan. Tujuan strategi ada tiga, yaitu tetap memperoleh keuntungan, hari depan lebih baik dari sekarang (usaha berkembang) dan tetap bertahan (survive). Upaya yang dilakukan ialah kepAndaian menganalisis dan memprognosa keadaan di dalam dan di luar lingkup organisasi.

3. Mengalihkan kerugian pada perusahaan asuransi, dengan konsekuensi setiap saat harus membayar premi asuransi yang merupakan pengeluaran tetap.

b. Risiko Pasar

Risiko ini terjadi akibat produk yang dihasilkan kurang laku atau tidak laku di pasar. Produk telah menjadi kuno (absolensence) yang diperoleh terus menurun dan terjadi kerugian. Akibatnya penerimaan (revenue) yang diperoleh terus menurun dan terjadi kerugian. Hal ini akan menjadi bencana usaha yang berakibat usahanya sampai di terminal alias gulung tikar. Upaya yang dapat ditempuh pengusaha adalah sebagai berikut :

1) Mengadakan inovasi (product innovation), yaitu membuat desain baru dari produk yang disenangi calon pembeli. Dalam usaha pertanian terlihat pada budidaya kelinci, lele dumbo, asparagus, dan sebagainya. Memang relatif sulit bagi usaha pertanian mengadakan inovasi, tetapi hal ini akan dipermudah bila ada upaya ke arah argo industri.

2) Mengadakan penelitian pasar (market research) dan memperoleh informasi pasar secara berkesinambungan. Cara

Page 35: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

ini memerlukan dana yang besar dan hanya layak untuk perusahaan besar. Contohnya pabrik mobil, tekstil, alat rumah tangga, dan hiburan. Dalam bidang pertanian antara lain ukuran berat dalam setiap komoditi yang dihasilkan yang diinginkan konsumen (ikan, udang, kubis, ternak, dan sebagainya).

c. Risiko Kredit

Adalah risiko yang ditanggung kreditor akibat debitor tidak membayar pinjaman sesuai waktu yang telah disepakati. Sering terjadi produsen menaruh produknya lebih dulu dan dibayar kemudian. Atau debitor meminjam uang untuk usaha tetapi usahanya gagal, akibatnya timbul kredit macet. Upaya untuk mengatasi hal tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Berikan kredit pada seseorang yang minimal memenuhi syarat sebagai berikut:

• Dapat dipercaya (character), yaitu watak dan reputasi yang telah diketahui.

• Kemampuan untuk membayar (capacity). Hal ini dapat dilihat dari kemampuan/hasil yang diperoleh dari usahanya.

• Kemampuan modal sendiri yang ditempatkan dalam usaha (capital) sehingga merupakan net personal assets.

• Keadaan usahanya selama ini (conditions) apakah menunjukkan trend naik mendatar atau menurun.

2. Jangan memberikan pinjaman yang terlalu besar sambil mengevaluasi kredibilitas debitor.

3. Memperhatikan pengelolaan dana debitor bila yang bersangkutan memiliki perusahaan. Yang perlu diperhatikan adalah lembaran neraca, laporan laba-rugi tahunan dan aliran dana setiap tahun.

d. Risiko alamRisiko ini terjadi di luar pengetahuan manusia, misalnya gempa bumi, banjir, angin puyuh, dan kemarau panjang. Karena kemungkinan terjadi sangat kecil risiko ini dapat dianggap tidak ada. Tetapi, bila takut menghadapi risiko tersebut, ada perusahaan asuransi yang berani menanggung risiko tersebut.

5. Situasi BerisikoSituasi yang mengandung risiko adalah situasi dimana kita dihadapkan pada dua pilihan atau lebih dan kita tidak dapat mengetahui hasil yang akan diperoleh dari setiap alternatif pilihan yang ada. Situasi risiko juga mengandung dua potensi bagi perusahaan, yaitu potensi kegagalan dan potensi sukses.

Page 36: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Seorang Wirausaha yang harus selalu mengambil keputusan dalam berbagai situasi walaupun situasi tersebut penuh ketidakpastian.Keputusan yang harus dipilih tersebut dapat berupa alternatif yang mengandung risiko atau alternatif yang konservatif, tergantung pada daya tarik setiap alternatif, sejauh mana seorang pengusaha bersedia untuk mengalami kerugian, prediksi atas kesuksesan dan kegagalan yang akan dialami, dan seberapa jauh seorang Wirausaha dapat meningkatkan kemungkinan untuk sukses dan mengurangi kemungkinan untuk gagal.Dalam pelaksanaan pengambilan keputusan ada yang berani, ada juga yang tidak berani dalam mengambil risiko atas keputusan yang dibuatnya walaupun ada kemungkinan potensi sukses atas keputusan yang dibuatnya. Ada pula yang sangat berani dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pertimbangan terlebih dahulu, secara cepat mengambil keputusan yang dianggapnya peluang emas. Pengusaha seperti ini adalah pengusaha yang dipengaruhi oleh besarnya jumlah imbalan yang ditawarkan, dan sangat tertarik oleh harapan muluk tentang hasil yang tinggi dengan sedikit usaha. Seorang Wirausaha sejati adalah yang tidak takut dalam mengambil risiko akan tetapi juga tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil selalu berdasarkan pertimbangan terlebih dahulu.Unsur penting lainnya dari situasi yang mengandung risiko adalah kesediaan dalam menerima tanggung jawab pribadi atas akibat-akibat keputusan, baik yang menguntungkan maupun tidak. Kebanyakan ciri-ciri Wirausaha saling berkaitan, terutama mengenai sikap pengambilan risiko, ciri-ciri tersebut yaitu :

a. Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.

b. Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan atas kemampuan yang dimiliki, semakin besar pula keyakinan yang dimiliki atas kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusan yang akan diambil serta semakin besar kesediaan untuk mengambil risiko.

c. Pengetahuan realistik mengenai kemampuan sendiri akan membatasi kegiatan yang akan diambil sehingga tidak akan mengahsilkan suatu putusan yang tidak sanggup untuk dilaksanakan.

Sekali lagi bahwa situasi risiko terjadi apabila seorang Wirausaha diminta membuat pilihan diantara dua alternatif atau lebih yang hasilnya tidak dapat diprediksi sebelumnya dan harus dinilai secara objektif. Sebagai pengambil risiko Anda harus mengambil keputusan dalam situasi penuh ketidakpastian, sambil mempertimbangkan kemungkinan sukses dan

Page 37: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

ruginya. Apakah akan memilih alternatif yang mengambil risiko atau alternatif konservatif tergantung kepada :

a. daya tarik dari setiap alternatif,b. sejauhmana Anda bersedia rugi,c. kemungkinan relatif sukses dan gagal,d. seberapa jauh Anda dapat/mampu meningkatkan kemungkinan

sukses dan mengurangi kemungkinan gagal.

Ada beberapa ciri dari seorang wirausaha yang saling berkaitan, hal ini cenderung berlaku pada perilaku dalam pengambilan risiko. Kaitan tersebutantara lain :

a. Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi yang merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.

b. Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan terhadap diri sendiri.

c. Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan Anda sendiri juga penting.

6. Pengambilan RisikoPara Wirausaha merupakan pengambil keputusan risiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi risiko rendah, tidak ada tantangannya dan menjauhi situasi risiko yang tinggi, karena mereka ingin berhasil. Mereka menyukai tantangan yang dapat dicapai.

• Para Wirausaha menyukai mengambil risiko yang realistik karena mereka ingin berhasil.

• Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanaan tugas-tugas yang sukar, namun realistic.

• Wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai.

• Bertambah besarnya perusahaan Anda akan bertambah banyak dan ruwetlah persoalan Anda.

Para wirausaha menyukai mengambil risiko yang realistik karena mereka ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang sukar namun realistik. Wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai. Kebanyakan orang takut mengambil risiko karena mereka ingin aman dan mengelakkan kegagalan.Namun, semua tahap pekerjaan pasti akan ada risikonya. Pengambilan risiko merupakan bagian hakiki dari seorang Wirausaha. Apabila kita telah mengambil suatu keputusan dari salah satu alternatif yang ada, maka ini berarti kita telah memutuskan untuk menyisihkan alternatif-alternatif lainnya untuk tidak digunakan dalam pelaksanaan. Dalam pengambilan keputusan

Page 38: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

dari alternatif terpilih didasarkan atas pertimbangan agar dalam pelaksanaannya nanti diharapkan ini erat hubungannya dengan keinginan yang harus diderita atau risiko.7. Pengambilan Risiko PribadiPengambilan risiko adalah hal yang hakiki dalam merealisasikan potensi sebagai Wirausaha. Seorang Wirausaha harus sadar bahwa pertumbuhan datang dari pengambilan peluang-peluang masa sekarang dan pengambilan risiko untuk mencapai tujuan. Beberapa risiko yang terpenting adalah risiko yang membawa kita sebagai seorang Wirausaha untuk belajar mengenai sesuatu yang baru tentang diri sendiri dan perusahaan Anda. Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi haruslah menantang kemampuan dan kapasitas Anda dengan sungguh-sungguh. Merupakan suatu hal yang sulit bagi seorang Wirausaha dalam membedakan tujuan pribadi dan tujuan bisnis karena perusahaan merupakan bagian hidupnya. Pengambilan keputusan merupakan bagian yang penting dalam pertumbuhan pribadi juga berguna dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Memikul tanggung jawab pribadi atas tindakan yang dilakukan akan mengurangi ketergantungan Anda pada pihak lain. Wirausaha adalah orang yang bertanggung jawab karena mereka mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentyukan masa depan mereka sendiri. Risiko akan timbul ketika seorang Wirausaha menerima tanggung jawab atas keputusan dan tindakannya.Sebagai seorang Wirausaha kita tidak boleh mengambil risiko yang tidak perlu dan harus dapat menguasai emosi dalam mengambil risiko jika keuntungannya diperkirakan sama atau bahkan lebih besar daripada risiko yang terkandung. Dalam beberapa hal, kita harus menggunakan intuisi dalam menilai tindakan apa saja yang mengandung risiko karena intuisi akan dapat turut menentukan sampai sejauh mana risikonya dan hasil apa saja yang mungkin diperoleh.

Dalam pengambilan risiko pribadi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Pengalaman pribadi selama ini dalam mengambil risiko yang terkait dengan orang-orang terdekat

• Dalam beberapa hal, juga perlu menggunakan intuisi dalam menilai tindakan apa saja yang mengandung risiko. Intuisi Anda akan ikut menentukan sampai sejauh mana risikonya dan hasil-hasil yang mungkin akan diperoleh.

• Anda bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam hidup Anda, termasuk sukses dan kegagalan Anda sendiri. Namun sukses akan dapat diperoleh dengan lebih mudah jika Anda bersedia dan mampu mengambil risiko yang perlu dengan penuh perhitungan.

Page 39: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

8. Tipologi Pengambilan RisikoPada tingkat-tingkat bawah perusahaan dibutuhkan pekerja-pekerja yang terampil dalam melaksanakan hal-hal yang rutin, yang mempunyai sedikit risiko. Agar perusahaan kita berkembang, kita maka harus mempunyai sumber daya yang termasuk dalam pengambil risiko tipe ini karena perilaku mereka akan dapat diramalkan dan membawa kestabilan perusahaan. Pada tingkat manajemen menengah terdapat lebih banyak kemungkinan untuk pengambilan risiko. Manajer-manager tingkat menengah harus mendapat lebih banyak kebebasan untuk berinovasi dan membuat perubahan-perubahan kecil dalam prosedur-prosedur dan fungsi-fungsi.

Orang-orang yang berada di sini dianggap sebagai pengambil risiko. Sedangkan para Wirausaha berada pada tingkat atas dalam struktur perusahaan, dimana harus mempunyai kemampuan untuk me-rumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif agar berhasil dalam bisnis dan mewujudkan ide-ide mereka menjadi kenyataan.Beberapa Wirausaha dapat disebut praktisi karena perusahaan tumbuh berdasarkan pengendalian dan pengarahan dari diri para Wirausaha sendiri.Para Wirausaha yang mengembangkan usahanya dengan praktis karena berorientasi kepada hasil dan cukup yakin akan ide-ide mereka hingga berani menerima risiko demi terlaksananya ide itu.Namun mereka juga cukup praktis untuk menyadari keterbatasan dirinya dan akan membatasi kegiatan. Wirausaha yang sangat kreatif dan inovatif biasanya adalah pengambil risiko yang sedang-sedang saja. Mereka bersedia menerima perubahan, mencoba berbagai alternatif dan mengembangkan inovasi untuk barang dan jasa dalam bidang–bidang bisnis baru. Para Wirausaha yang sangat inovatif biasanya menjadi tokoh dalam bisnis, mereka mempunyai ide-ide dan mampu mencari kombinasi-kombinasi orang dan sumber daya lain untuk mewujudkan idenya.

9. Mengevaluasi Risiko Terdapat beberapa pertanyaan bagi Wirausaha sebelum memutuskan untuk mengambil risiko, yaitu:

a. Apakah risiko yang mungkin terjadi sepadan dengan hasil usaha tersebut ?Bila usaha yang bersifat judi (gambling) keluaran (outcome) yang keluar pasti lebih besar ruginya dari pada untungnya. Untuk memulai usaha harus melalui studi kelayakan untuk memperhitungkan risiko tersebut.

b. Bagaimana risiko dapat dikurangi ?Wirausaha harus bertindak efisien dengan mengurangi pengeluaran dana yang tidak ada kaitannya langsung dengan

Page 40: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

produksi. Dalam usaha yang masih kecil tidak perlu membuat lapangan tenis dan kolam renang. Bertindak yang efektif sehingga sasaran yang dituju akan mudah dicapai.

c. Personalia yang bagaimana yang dapat mengurangi risiko ?Setiap kegiatan memerlukan sumber daya manusia. Setiap orang dituntut memberikan produktivitas kerja sebaik mungkin. Hal ini hanya mungkin bila “the right man on the right place”. Untuk meningkatkan produtivitas kerja setiap karyawan perlu dididik, dilatih, ditatar baik formal, informal maupun nonformal.

d. Apakah Anda takut dalam mengambil risiko ?Orang yang pesimis masih takut. Tapi, bagi Wirausaha yang berpikir positif (optimis), risiko justru menjadi tantangan. Ibarat nelayan yang ingin menangkap ikan besar, ia harus berani menghadapi gelombang di laut terbuka. Meskipun demikian, keberanian tersebut harus diperhitungkan.Bila risiko telah melampaui 50% maka kita telah memasuki gelanggang judi.

e. Persiapan apa yang Anda lakukan sebelum mengambil risiko ?Yang utama ialah kesiapan sebagai pemimpin yang harus memiliki berbagai keterampilan (lihat risiko teknis). Selanjutnya harus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi untuk seterusnya mengambil strategi yang tepat. Setelah kemungkinan risiko yang terjadi diperhitungkan, itu harus kita ikuti dengan semangat tidak mengenal menyerah (ausdauer), ibarat kuda menarik pedati yang menempuh jarak puluhan kilometer.

Semua dengan perhitungan kuantitatif serta mempertimbangkan keterbatasan sebagai seorang Wirausaha, yaitu kesehatan, waktu, keterampilan, kelelahan, usia, dan sebagainya itulah sebabnya jiwa Wirausaha hanya dimiliki oleh sebagian kecil dari kelompok nelayan. Mereka berani berumah di pinggir pantai meskipun tahu suatu saat gelombang besar akan menghempaskan. Tetapi, mereka tahu bahwa ikan besar tidak ada di darat.Evaluasilah kebutuhan-kebutuhan sendiri sebelum memutuskan untuk mengambil risiko. Ada beberapa pertanyaan sebelum mengambil keputusan yang mengandung risiko, yaitu:

• Apakah risiko tersebut sepadan dengan hasilnya ?• Bagaimana risiko dapat dikurangi ?• Informasi apakah yang diperlukan sebelum risiko diambil ?• Orang-oarng dan sumber-sumber daya manakah yang dapat

membantu mengurangi risiko dan mencapai tujuan ?• Mengapa risiko ini penting ?• Apakah ketakutan Anda dalam mengambil risiko ini ?

Page 41: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

• Apakah Anda bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan ini ?

• Apakah yang akan dapat Anda capai dengan mengambil risiko itu ?

• Persiapan-persiapan apa yang perlu Anda buat sebelum mengambil risiko itu ?

• Bagaimana Anda dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa tujuan Anda telah tercapai ?

• Apakah halangan-halangan terbesar dalam mencapai tujuan tersebut ?

Dalam setiap usaha bisnis tidak mungkin mengelakkan risiko. Jika Anda mengambil risiko, Anda akan lebih yakin pada diri sendiri dan pandangan Anda terhadap pengambilan risiko akan lebih positif, karena Anda percaya pada kemampuan-kemampuan Anda, dan Anda menerima risiko yang terbaik dalam mencapai tujuan akhir.Data kuantitatif (angka-angka) akan membantu dalam mengevaluasi setiaprisiko dan menetapkan tujuan-tujuan dan juga memungkinkan untuk menggariskan kemajuan secara sistematik. Akhirnya melalui data kuantitatif dapat diukur hasil-hasil yang dicapai dalam hubungan dengan ide-ide semula. Perlu diketahui kecermatan dan makna angka-angka tersebut. Data kuantitatif akan mendukung pengetahuan, latar belakang, dan pengalaman dalam mengambil keputusan. Proses pemeriksaan diri ini penting dalam proses pengambilan risiko. Daftar pertanyaan di atas merupakan contoh dari serangkaian pertanyaan yang harus dijawab sebelum memikul suatu situasi risiko. Mengambil risiko sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini mungkin akan berakibat kegagalan.

Peluang Usaha dan Risiko Budidaya Ikan Mas

Karakteristik Ikan Ikan mas (Cyprinus carpio Linn) merupakan ikan yang paling

banyak dipelihara para petani di Indonesia. Ikan ini tidak saja disenangi konsumen, tetapi juga oleh para petani, mengingat ikan memiliki beberapa sifat yang baik sebagai ikan budidaya. Ikan ini tumbuhnya tergolong cepat, dalam usia setengah tahun sudah dikonsumsi dan laku di pasaran; makan makanan yang berupa tanaman maupun hewan, bahkan dapat mencerna

Page 42: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

karbohidrat dengan baik; serta masa reproduksinya tergolong cepat dan bertelur banyak, yakni sekitar 100.000-200.000 butir per kg.

Ciri-ciri ikan mas secara umum antara lain sebagai berikut : Bentuk badan agak panjang dan agak pipih, bibir lunak dan

dapat disembulkan Memiliki dua pasang sungut/barbell di bibir atas, kadang-kadang

satu pasang rudimentir. Jari-jari punggung yang kedua bergigi seperti gergaji Tidak memiliki lambung, tidak bergigi dan sebagai

penggarusnya adalah pharing yang mengeras.

Ikan mas memiliki beberapa ras/strain. Masing-masing strain dapat dicirikan dari bentuk tubuh, sisik,

bentuk mata atau gerakan. Ras yang telah dikenal diantaranya Majalaya, Sinyonya, Taiwan, Punten, Kumpay, Karper Kaca dan Kancra Domas. Disamping itu di beberapa daerah masih terdapat strain lokal. Diantara strain di atas yang tergolong unggul dan direkomendasikan oleh pemerintah untuk dikembangkan di seluruh Indonesia adalah strain Majalaya dan Sinyonya, dengan tanda-tanda sebagai berikut.

Ikan mas Majalaya : warna sisik hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap, badan relatif pendek, punggung tinggi membungkuk dan tipis. Kuduk bagian atas antara kepala dan punggung nyata melekuk. Penampang melintang badan semaikn tipis kearah punggung dan lebih tipis dari ras lain, moncong lebih memipih dari ras lain. Gerakan lamban, suka berenang pada permukaan air apabila diberi pakan. Perbandingan panjang terhadap tinggi badan berkisar 3,2 : 1.

Ikan Mas Sinyonya : warna sisik kuning muda, badan relatif panjang, mata tidak menonjol dan normal pada yang lebih muda, tetapi ikan yang sudah dewasa bermata sipit, gerakan lamban dan suka berenang di permukaan air. Perbandingan panjang terhadap tinggi badan berkisar 3,66 : 1.

Prospek dan Risiko Usaha Budidaya Ikan MasIkan mas merupakan ikan utama air tawar yang memiliki konsumen

tetap yang besar, terutama di Jawa, Sumatera Utara, Barat dan Selatan serta Sulawesi Utara. Peningkatan penduduk Indonesia yang cukup besar setiap tahunnya berarti penambahan konsumen tradisional ikan mas yang cukup besar pula. Berapapun produksi yang dihasilkan, masih akan dapat diserap oleh permintaan pasar yang sangat besar. Dengan kata lain, ceruk

Page 43: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

pasar ikan mas masih sangat terbuka bagi para pemain baru yang ingin berusaha dalam pembesaran ikan mas.

Ikan mas merupakan menu yang khas untuk restoran yang bernuansa etnis tertentu (Sunda) yang penyebarannya sudah menjangkau kota-kota besar di seluruh tanah air. Demikian pula dalam pemancingan, ikan mas merupakan ikan utama. Perkembangan kedua jenis usaha ini akhir-akhir ini secara langsung atau tidak akan menambah jumlah konsumen baru.

Risiko-risiko UsahaRisiko fatal yang selama ini terjadi dalam usaha di jaring apung

adalah kematian massal yang menumpuknya kotoran di dasar perairan. Pada proses pembusukan kotoran, lapisan dasar menjadi kekurangan oksigen dan banyak mengandung bahan-bahan toksik, terutama gas amoniak dan metan. Pada musim-musim tertentu lapisan dasar waduk teraduk dan muncul ke permukaan merubah kualitas perairan yang tidak dapat ditolerir ikan mas. Dewasa ini pemerintah sudah mengeluarkan peraturan yang menyangkut perijinan usaha serta memberikan penyuluhan masa tanam, yang walaupun tidak sepenuhnya menghindari risiko diatas, tapi mengurangi tingkat kematian/kerugian.

Dari segi ekonomi, fluktuasi harga, terutama harga pakan dan harga jual ikan, seringkali tidak terkontrol dengan baik. Penurunan nilai tukar rupiah, seringkali segera diikuti dengan peningkatan harga pakan tetapi ketika nilai tukar kembali normal harga pakan ini sulit untuk kembali turun. Keadaan ini sewaktu-waktu menurunkan marjin usaha bahkan menimbulkan kerugian.

Dari segi pengelolaan budidaya resiko-resiko dalam usaha pembesaran ikan mas dengan jaring apung adalah sebagai berikut. :

1. Dewasa ini belum ada standarisasi benih. Masih didapatkan benih berkualitas rendah yang menyebabkan pertumbuhan dan efisiensi pakan rendah,

2. Kematian ikan akibat penanganan benih yang kurang baik yang menyebabkan kondisi di mana benih menjadi stres dan mati,

3. Masih ada kejadian wabah penyakit.Pada tahun 1980 pernah terjadi wabah penyakit bakterial dan berulang pada tahun 2002 dengan penyakit viral. Dua kejadian ini walaupun terjadi pada sebagian kecil usaha di jaring apung, tetapi sempat menimbulkan kerugian besar pada budidaya di kolam air tenang.

Menyiasati KHV, Meminimalkan Kerugian usaha budidaya ikan mas

Page 44: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Sebagaimana penyakit virus lainnya, KHV hingga kini belum ditemukan obatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikannya, sehingga kerugian dapat diminimumkan.

Pada saat KHV (Koi Herpes Viruses), penyakit yang paling ditakuti para pembudidaya ikan mas dan koi mewabah dapat memusnahkan ribuan ton ikan mas baik di waduk maupun sungai. Hingga kini, kematian masal ikan mas akibat virus ini masih terus terjadi, terutama di kolam air deras. Serangan virus ini juga berakibat menimbulkan infeksi sekunder yang disebabkan oleh mikroba lainnya dengan memanfaatkan turunnya daya tahan tubuh ikan.Komisi Kesehatan Ikan dan Lingkungan pada akhir 2006 menetapkan KHV sebagai satu dari lima penyakit utama pada perikanan budidaya.

Menurut Syamsuddin HA, Direktur Penyakit dan Kesehatan Ikan DKP, kelima penyakit utama pada perikanan budidaya tersebut adalah Ichthyophtirius multifiliis (penyakit bercak putih pada ikan air tawar), Aeromonas hydrophila (penyakit Motile Aeromonas Septicemia / MAS), Koi Herpes Virus (KHV pada ikan mas dan koi), White Spot Syndrome Virus (WSSF pada udang) dan Viral Nervous Necrosis (VNN pada ikan kerapu).

Sampai saat ini, sebagaimana penyakit yang disebabkan virus lainnya, masih belum ada obatnya. Vaksin pun masih dalam proses uji lapang. Meski demikian, penyakit ini dapat dikendalikan sehingga meminimalisir dampak kerugian. Ada beberapa tips untuk mengendalikan penyakit KHV dan juga mengatasi infeksi sekunder (secondary infection) yang diakibatkan oleh serangan virus ini, terutama bagi para pembudidaya Keramba Jaring apung (KJA).

Waspadai Penurunan SuhuKHV dapat muncul saat suhu perairan berada di kisaran 22o-26oC,

suhu tersebut merupakan suhu optimum bagi berkembangnya virus KHV. Pada kondisi optimum, virus akan bermultiplikasi dan bersifat patogen. Selanjutnya virus akan menekan kekebalan tubuh ikan, dan secondary infection dapat muncul.

Penurunan suhu 20oC akan menyebabkan ikan mulai kehilangan nafsu makan dan mengurangi aktivitas metabolisme, akibatnya virus akan mudah mendominasi dalam tubuh ikan. Tak urung, mewaspadai tanda-tanda perubahan cuaca menjadi suatu keharusan, terutama pada saat pancaroba (perubahan musim) yang biasanya terjadi pada bulan Juni-Oktober. Saat pancaroba biasanya terjadi perubahan kualitas air dan

Page 45: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

cuaca, sebagai dampak perubahan suhu yang sangat mencolok (>50oC) antara pagi dan sore hari yang menyebabkan ikan-ikan mudah stres.

Pola Kematian IkanHal lain yang juga harus diperhatikan adalah pola kematian ikan

apabila terjadi serangan penyakit. Menurut Heny, apabila ikan mati 1-2 ekor per hari dengan disertai spot putih di tubuhnya, dan terjadi pada musim hujan, biasanya itu lebih disebabkan oleh faktor perubahan cuaca dan jamur. Kemudian jika ikan mati 2-5 ekor per hari dan disertai luka-luka, ini biasanya disebabkan oleh parasit.

Berbeda jika ikan yang mati sudah mencapai 5 ekor per hari dan disertai luka berdarah dan borok, biasanya ini tanda bahwa ikan telah terserang oleh bakteri. Yang paling membahayakan adalah jika ikan telah terserang virus KHV. Bisanya akan ditemukan kematian ikan yang tinggi secara mendadak disertai luka-luka disekitar tubuh dan juga ditemukan adanya kerusakan insang. Tidak hanya itu, pola kematian akan terus meningkat dari rendah ke tinggi hingga mencapai puncak lalu turun lagi dalam waktu 2-7 hari.

Pemberian Vitamin dan ImunostimulanSebagai langkah pencegahan, disarankan agar para pembudidaya

KJA mengurangi kepadatan ikan. Biasanya dapat mencapai 7.000-8.000/ keramba (7x7x2,5 m3) menjadi 5.000/ keramba. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir penyebaran penyakit.

Pemberian vitamin C atau multivitamin juga dirasa perlu pada saat ikan terlihat stres. Tujuannya, meningkatkan daya tahan tubuh ikan. Heny menyarankan pemberian vitamin C sebanyak 2-5 gr/ kg pakan/ hari bila ikan dalam kondisi stres, hingga stres berkurang. Yang tak kalah penting, pencampuran pakan dengan vitamin ini sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 menit sebelum pakan diberikan ke ikan. Selain itu juga harus dilakukan di tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari, agar vitamin tidak mudah teroksidasi.

Pencegahan penyakit dapat juga dilakukan dengan memberikan pakan yang mengandung imunostimulan pada ikan. Ini penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan terhadap serangan virus KHV. Pemberian sebaiknya dilakukan sejak ikan mulai ditebar ke KJA selama 2 minggu. Lalu dihentikan selama 2-3 minggu dan diberikan kembali selama 2 minggu. Hal ini terus dilakukan hingga ikan tersebut dipanen.

Mencegah Infeksi BakteriUntuk menghindari infeksi sekunder yang diakibatkan oleh bakteri,

pembudidaya dapat menggunakan antibiotik Oxytetracyclin dengan dosis 30 mg/kg bobot ikan. Pemberian dilakukan dengan cara mencampur antibiotik dalam pakan dan diberikan ke ikan setiap hari sebanyak satu kali

Page 46: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

pada jam pemberian pakan terbanyak (jam 11.00 atau jam 14.00) selama 5 hari berturut-turut.

Pencegahan infeksi oleh bakteri ini juga dapat dilakukan dengan disinfeksi ikan sebelum ditebar di KJA menggunakan larutan formalin 10-15 ml/m3 (10-15 ppm). Caranya dengan merendam ikan pada larutan formalin dengan kandungan formaldehid 37%.

Perendaman dengan larutan formalin ini dapat diulangi secara rutin setiap 1-2 minggu sekali pada masa pemeliharaan sambil diikuti dengan penggaraman untuk merangsang keluarnya lendir yang merupakan cara fisik dan kimia ikan dalam menjaga ketahanan tubuhnya dari mikro-organisme penyebab penyakit dan mengatur tekanan cairan tubuhnya dengan lingkungan.

Perendaman ikan dilakukan dengan cara menyiapkan terpal ukuran 2x7x0,5 m3 di bawah jaring, kemudian diberikan larutan formalin 175 ml. Lama perendaman antara 20 menit hingga 1 jam. Sedangkan langkah yang dapat ditempuh apabila ikan telah terserang bakteri adalah dengan memberikan antibiotik. Pemberian antibiotik hendaknya dilakukan melalui uji sensitifitas di laboraturium, terutama untuk menentukan jenis dan dosisnya. Hal ini bertujuan agar ikan tidak resisten di kemudian hari. Pemberian antibiotik dihentikan 2 minggu sebelum ikan dipanen, agar tidak ditemukan tresidu antibiotik dalam tubuh ikan. Sebagai langkah terakhir  apabila serangan penyakit sangat dasyat, Heny menyarankan untuk memanen ikan-ikan mas yang sudah cukup besar (minimal ukuran 3-4 ekor/kg) apabila semua usaha pencegahan sudah tidak mungkin dilakukan.

www.trobos.com/show_article.php%...d%3D2122

Menyiasati Kematian MassalPeluang yang besar dari bisnis ikan mas masih menyisakan

ancaman risiko yang sangat serius. Pembudidaya ikan belum dapat tenang karena kematian ikan secara massal masih sering dialami. Penyebab

Page 47: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

utama kematian diduga ada dua, karena upwelling (proses pengadukan dasar perairan) atau karena serangan virus KHV.

Menurut Penyuluh Perikanan Bandung Barat (Nafis M., 2010), “Budidaya ikan mas masih menjadi daya tarik para pembudidaya KJA, selama kendala kematian dan penyakit bisa di atasi.”  Proses upwelling tidak berhubungan langsung terhadap serangan penyakit KHV.

Berbagai upaya telah dilakukan pembudidaya guna menyiasati kendala kematian ini. Salah satunya dengan mengurangi kepadatan tebar benih. Langkah ini sudah ditempuh sejak 2004. Ukuran satu petak KJA yang tadinya 7 x 7 m2, kini diperbesar jadi 7 x 14 m2. Kalau dulu satu petak (7 x 7 m2) biasa tebar benih 60 kg, sekarang 1 petak (7 x 14 m2) hanya tebar benih 80 kg. Otomatis dari jumlah benih yang ditebar produksi ikan mas menurun sekitar 40%. Namun demijkian, kasus kematian terus saja terjadi setiap tahun.

Selama terjadi serangan penyakit, para pembudidaya juga memuasakan ikan. “Puasa dilakukan supaya ikan lebih banyak bergerak di dasar jaring. Diindikasi, virus banyak terdapat di permukaan air” (Ade, 2010). Pembudidaya ada yang memindahkan ikan mas di jaring lapis kedua yang lebih dalam, supaya ikan tidak muncul ke permukan. Tetapi dua cara ini hanya efektif ketika ikan belum terinfeksi virus.

Upaya pengaturan musim tebar pun dilakukan untuk menghindari dampak negatif upwelling. Belajar dari pengalaman (Agus Hidayat , 2010), pembudidaya ikan mas di Saguling asal Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, mulai Oktober sampai Desember atau masa pergantian musim kemarau ke hujan, para pembudidaya tidak menebar ikan mas. Masa pancaroba ini riskan terjadi upwelling. Pembudidaya biasanya tebar lagi antara Februari sampai Agustus. Pola pengaturan musim tebar mulai diterapkan 2004. Dengan pola seperti itu, kematian ikan mas akibat upwelling budidaya ikan mas bisa ditekan.

Sementara untuk serangan KHV sudah jarang terjadi. Agus (2010) menduga hal ini karena ada program penebaran berbagai jenis ikan pemakan bakteri dan plankton merugikan yang ada di dasar perairan, sehingga kondisi lingkungan perairan lebih sehat dan bersih. Kecenderungan budidaya ikan mas 2 tahun belakangan di Saguling mulai berkembang kembali, meskipun belum sebanyak dulu. Beberapa lokasi perairan Saguling relatif aman dari serangan upwelling, seperti Kecamatan Cipongkor, Cihampelas, dan Cililin. Sumber air dari sungai Citarum yang terkadang mambawa limbah, bisa dinetralisir sumber air dari Gunung wayang relatif lebih bersih.

Menurut Nafis (2010), jumlah pembudidaya KJA di Saguling sekitar 7 ribu orang. Secara total produksi budidaya ikan mas untuk Kabupaten Bandung Barat masih yang paling besar dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Produksi ikan mas nasional pada 2008 sekitar 243 ribu ton, hampir

Page 48: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

setengahnya dipasok dari Jabar (sekitar 110 ton), sentranya ada di waduk Cirata dan Saguling.

www.nofasonic.co.cc/2009/10/budi...o-l.html

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.

Page 49: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Resiko dan Prospek Usaha dalam Bisnis Bandeng

Prospek Usaha : Ikan bandeng sudah dikenal masyarakat, tidak saja masyarakat pantai tetapi juga masyarakat pedalaman. Peluang usaha budidaya ikan bandeng berkaitan dengan jumlah konsumen yang meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Dewasa ini peluang meningkatkan daya jual terbuka dengan adanya penjualan ikan yang telah diolah dalam bentuk pindang presto dan ikan asap, yang ternyata disukai oleh masyarakat.

Indonesia merupakan negara produsen tertinggi untuk ikan bandeng, akan tetapi saat ini hasil produksi baru mencukupi kebutuhan sendiri. Sebenarnya Indonesia Indonesia memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ekspor dengan cara meningkatkan produksi, karena seperti telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang luas yang saat ini baru sebagian kecil dimanfaatkan.Risiko-risiko Usaha

Dari segi ekonomi, fluktuasi harga, terutama harga pakan dan harga jual ikan, seringkali tidak terkontrol dengan baik. Penurunan nilai tukar rupiah, seringkali segera diikuti dengan peningkatan harga pakan. Di lain pihak harga jual ikan tidak dapat segera disesuaikan dengan peningkatan harga pakan. Harga jual juga berisiko rendah manakala terjadi pemanenan serentak di beberapa sentra produksi bandeng atau ketika ikan laut hasil tangkapan melimpah di pasaran. Keadaan ini sewaktu-waktu menurunkan margin usaha bahkan menimbulkan kerugian.

Risiko lain yang selama ini terjadi berkaitan dengan teknis budidaya, yaitu :

Pada budidaya di tambak :i. Terjadi pencemaran, terutama di pantai utara P. Jawa,ii. Peningkatan salinitas disebabkan kemarau berkepanjangan,iii. Banjir

Pada budidaya di jaring apung :i. Adaptasi gelondongan terhadap air tawar kurang sempurnaii. Terjadi umbalaniii. Terjadi penyimpangan penggunaan sarana produksi (pencurian)iv. Pegawai tidak disiplin dalam pengelolaan rutin budidaya,

terutama dalam pemberian pakan.

Peluang usaha dan Risiko Budidaya Gurami

Page 50: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Karakteristik Ikan Ikan gurame (Osphronemous gouramy) telah dipublikasikan sejak

tahun 1802 sebagai ikan konsumsi dan ikan hias. Tekstur daging yang kompak dengan rasa yang gurih dan lezat membuat ikan ini menjadi salah satu ikan konsumsi air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Ikan Gurame memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin, yaitu selaput berlekuk-lekuk yang merupakan penonjolan dari tepi atas insang pertama. Labirin memiliki pembuluh darah kapiler yang dapat mengambil zat asam pada waktu ikan ini muncul di permukaan. Dengan alat ini ikan gurame mampu menyerap oksigen dari udara bebas untuk pernapasan, sehingga ikan ini mampu hidup di air yang kandungan oksigennya rendah, seperti air yang tidak mengalir dan berwarna hijau karena ledakan populasi plankton. Namun di balik keunggulan tersebut, ikan gurame mempunyai kelemahan yaitu pertumbuhannya sangat lambat.

Beberapa jenis induk gurame dengan berbagai sifatnya telah dikenal di lingkungan petani ikan. Di Bogor, dikenal tiga jenis induk gurame, yaitu jenis porselin dengan ukuran sedang namun produksi telurnya tinggi (10.000 butir/sarang), jenis blusafir yang ukurannya lebih besar namun produksi telurnya rendah (5.000-7.000 butir/sarang), dan jenis bastar yang tumbuh cepat dengan sisik besar dan produksi telur rendah (2.000-3.000 butir/sarang) (Sudarto, 1989). Untuk daerah lain dikenal dua jenis ikan gurame, yaitu angsa dan jepun (Soim, 1992). Gurame angsa berwarna putih abu-abu dengan sisik dan tubuh besar. Gurame jepun memiliki sisik tidak terlalu besar dan tubuhnya pendek dengan warna putih abu-abu dan kemerahan. Jenis lain dikenal dengan gurame merah.

TEKNIK BUDIDAYA IKAN GURAMI (Sumber: CAEPON SAE R A B U , 1 9 A G U S T U S 2 0 0 9 )

Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang mempunyai tali panjang, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan / keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain.

Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya gurami, Gurameh, orang Sumatra ikan kalau, kala, kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris menyebutnya “Giant Gouramy”, karena ukurannya yang besar sampai mencapai berat 5 kg.

Pemanenan hasil pembesaran ikan gurame sangat tersantung dari ukuran yang diminta konsumen. Umumnya pemanenan dilakukan setelah

Page 51: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

ikan berumur 2-3 tahun, ikan yang berumur 2 tahun mempunyai panjang sekitar 25 cm dan berat 0,3 kg/ekor, sedangkan untuk ikan yang berumur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan berat badan 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor.

ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA Gurami

Perkiraan analisis budidaya ikan gurame untuk 6 empang selama 1 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1. Biaya produksi 1) Sewa lahan 6 empang @ Rp. 80.000,-/bulan Rp. 480.000,-2. Benih per empang 4000 ekor @Rp 150,- Rp. 3.600.000,-3. Pakan

- Postal per empang 7 karung @ Rp 10.000,- Rp. 420.000,-- Rambo per empang 5 karung @ Rp 2.500,- Rp. 75.000,-

4) ObatSuper tetra per empang 2 tablet @ Rp 1.000,- Rp 12.000,-5) Tenaga kerja 2 OH @ Rp 20.000,- Rp. 40.000,-6) Lain-lain (pemeliharaan) Rp. 460.700,-Jumlah biaya produksi Rp. 5.089.700,-

2. Penerimaan per empang 4000 ekor @ Rp. 400,- Rp. 9.600.000,-3. Keuntungan Rp. 4.510.300,-4. Parameter kelayakan usaha B/C Rasio = 1,89

Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya ikan gurame, mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. disamping rasanya yang lezat dan empuk, ikan ini pun digemari banyak orang. Sudah menjadi tradisi dalam setiap kendurian, ikan gurame selalu menjadi syarat utama hidangan. Disamping rasanya itu, perawatannya pun tidak terlalu sulit dan tidak memakan banyak biaya, sehingga banyak petani ikan yang mulai menggemari, membudidayakan ikan ini, karena harga dari setiap bibitnya yang murah dapat menghasilkan keuntungan 3 kali lipat dari harga bibit. Harga dari ikan gurame di pasaran sangat bervariasi tergantung dari bobot ikan tersebut. Ikan gurame dengan berat 1,5 kg dapat mencapai harga Rp 6.000-Rp 8.000 tergantung keadaan pada saat itu.

Risiko Gangguan Hama dan Penyakit

Page 52: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

1. Penyakit

Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut.

Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya. Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:

1). Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama di bagian dada, perut dan pangkal sirip.

2) Penyakit pada insang; tutup insang mengembang. Lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu

3) Penyakit pada organ dalam; perut ikan membengkak, sisik berdiri.

Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset.

Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:

1) Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK). a. Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam

bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.b. Buat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l air.c. Rendam ikan yang akan diobati dalam larutan tersebut selama

30-60 menit dengan diawasi terus menerus.d. Bila belum sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3

atau 4 hari kemudian.

2). Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan neguvon dengan 2-3,5% selama 3 mernit. Untuk pembe-rantasan parasit di kolam, bahan tersebut dilarutkan dalam air hingga konsentrasi 0,1%

Page 53: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Neguvon lalu disiramkan ke dalam kolam yang telah dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.

3). Pengobatan dengan garam dapur. Hal ini dilakukan di pedesaan yang sulit mendapatkan bahan-bahan kimia. Caranya:

(1) Disiapkan wadah yang diisi air bersih. setiap 100 cc air bersih dicampurkan 1-2 gram (NaCl), diaduk sampai rata;

(2) Ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Tetapi karena obat ini berbahaya, lamanya perendaman cukup 5-10 menit saja.

(3) Setelah itu segera ikan dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih untuk selanjutnya dipindahkan kembali ke dalam kolam;

(4) Pengobatan ulang dapat dilakukan 3-4 hari kemudian dengan cara yang sama.

2. HamaBagi benih gurame musuh yang paling utama adalah gangguan dari

ikan liar / pemangsa dan beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, gurame dan sepat. Musuh lainnya adalah biawak, katak, ular dan bermacam-macam burung pemangsa.

pantas58s.blogspot.com/2009_08_0...ive.html

Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:

a) Kolam penyimpanan induk. Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa

Page 54: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.

b) Kolam pemijahan Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.

c) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederanLuas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

d) Kolam pembesaranKolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.

e) Kolam / tempat pemberokan Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan.

Adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:a) Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m2).b) Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian

bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.c) Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah

tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan air.d) Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi. Tanah

akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.

e) Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.

f) Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.

Page 55: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., R.L. Watung, H. Suganda, S.H. Tala'ohu, Wahyunto, S. Sutanto, A. Setiyanto, H. Mayrowani, A.R. Nurmanaf, and M. Kundarto. 2002. Multifunctionality and sustainability of paddy field in Citarum River Basin, West Java. Soil Research Institute, ICASERD, Bogor, and UPN Veteran, Yogyakarta.

Anorogo, Panji. Sudantoko, Djoko. 2002, Koperasi,Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, Rineka Cipta, Jakarta.

Apriyantono, A. 2006. Kinerja dan kebijakan strategis pembangunan pangan nasional. Makalah pada Silaturahmi Nasional Anggota Legislatif Partai Keadilan Sejahtera, Auditorium BPPT, Jakarta, 30 April 2006.

Arifin, B. 2003. Dekomposisi pertumbuhan pertanian Indonesia. Makalah pada Seminar Khusus Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor, 14 November 2004.

Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Danuhadimedjo, R Djatmiko, 1998. Kewiraswastaan Dan Pembangunan, Alfabet, Bandung.

Davis, Ralph C. 1988. Fundamental Of Top Management, Kogakusha Compay Limited, Tokyo.

Geoffrey G. Meredith, et al. 2000, Kewirausahaan Teori dan Praktek. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Hakim, Rusman, 1998, Dengan Wirausaha Menepis Krisis (Konsep Membangun Masyarakat Entrepreneur Indonesia), PT Elex Media Komputindo Gramedia Jakarta.

Hasibuan, H. Malayu. 2004. Manajemen (Dasar, Pengertian, Dan Masalah) Bumi Aksara, Jakarta.

Khomsan, A. 1999. Fenomena kemiskinan. Harian Suara Pembaharuan, 1 November 1999 (http://www.indo-news.com/), Jakarta. strategies for Indonesia: Enhancing the contribution of agriculture to poverty reduction an food security. Forum Penelitian Agro Ekonomi 23(2): 84−101.

LPEM-FEUI. 2004. Finding Sources of Poor Growth in Indonesia. Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Pasandaran, E., G. Irianto, dan N. Zuliasri. 2004. Pendayagunaan dan peluang pengembangan irigasi bagi peningkatan produksi padi. hlm. 277−294. Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi (Ed.). Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Page 56: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

Pasaribu, B. 2006. Poverty profile and the alleviation programs in Indonesia. Paper presented in Asian Regional Seminar on Poverty Allevation, held by AFPPD and IFAD, 5−6 April 2006, Hanoi, Vietnam.

Purnomo, 2001. Kewirausahaan (materi Pokok), Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.

Rusastra, I W., Sumaryanto, and P. Simatupang. 2005. Agricultural development policy Lesson and Future Direction, 17−18 February 1999. ICASERD, Bogor.

RUSDI, Taufiq. 1987. Usaha budidaya Ikan Gurame. Jakarta : CV. simplek,.

Sajogyo. 2002. Pertanian dan kemiskinan. Jurnal Ekonomi Rakyat 1(1): 1−15.

Saliem, H.P. and Supriyati. 2006. Farm diversification and farmer income in rice field area. In-Country Seminar on Poverty Allevation Through Development of Secondary Crops, Bogor, 23 March 2006. ICASEPS dan UNESCAP-CAPSA, Bogor.

Sawit, M.H. dan I W. Rusastra. 2005. Globalisasi dan Ketahanan Pangan di Indonesia. Road Map Memperkuat Kembali Ketahanan Pangan. Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Simatupang, P. 1999. Toward sustainable food security: The need for a new paradigm. International Seminar on Agricultural Sector During the Turbulence of Economic Crisis: Kustia, A.A. 2002. Kebijakan perberasan di Republik Rakyat Cina. Hasil Pertemuan Regional di Bangkok, Thailand, Oktober 2002.

Simatupang, P. dan I W. Rusastra. 2004. Kebijakan pembangunan sistem agribisnis padi. hlm. 31−52 Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi (Ed.). Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Simatupang, P., I W. Rusastra, and M. Maulana. 2004. How to solve supply bottleneck in agricultural sector. Agricultural Policy Analysis 2(4): 369−392.

Simatupang, P., I W. Rusastra, H.P. Saliem, Supriyati, dan Saptana. 2003. Prospek Diversifikasi Usaha Tani di Lahan Sawah: Kasus Empat Kabupaten di Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor dan Bappenas/USAID/ DAI, Jakarta.

SITANGGANG, M. 1999. Budidaya Gurame. Jakarta : Penerbit Swadaya.Soemanto, Wasty, 1984, Pendidikan Wirausaha (Sekuncup Ide

Profesional) , Bina Aksara, Malang.Sumahamijaya, Suparman, 1980. Membina Sikap Mental Wiraswasta,

Gunung Jati, Jakarta. Sumaryanto. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani

menerapkan pola tanam diversifikasi: Kasus di wilayah persawahan

Page 57: RISIKOmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/RISIKO-ekologi... · Web viewNamun sebagian pihak perbankan melihat pertanian sebagai sektor yang memiliki resiko usaha yang cukup tinggi.

irigasi teknis di DAS Brantas. In-Country Seminar on Poverty Allevation Through Development of Secondary Crops, Bogor, 23 March 2006. ICASEPS dan UNESCAP-CAPSA, Bogor.

Sumintaatmadja, Z. 2002. Kebijakan Perberasan di India. Hasil Pertemuan Regional di Bangkok, Thailand, Oktober 2002.

Tahlim Sudaryanto dan I Wayan Rusastra. 2006. KEBIJAKAN STRATEGIS USAHA PERTANIAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jalan Ahmad Yani No.70, Bogor 16161. Jurnal Litbang Pertanian, 25(4), 2006.