BAB 4 TINJAUAN KEPUSTAKAAN LANGKAH-LANGKAH DALAM MELAKUKAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN (LITERATUR) Tidak peduli apakah sesuatu penelitian kuantitatif atau kualitatif, ada beberapa langkah yang biasanya digunakan untuk melakukan tinjauan kepustakaan. Pengetahuan tentang langkah- langkah ini membantu anda membaca dan memahami sebuah kajian berbentuk penelitian. Jika anda melakukan penelitian anda sendiri, pengetahuan tentang langkah-langkah ini dalam prosesnya akan memperlihatkan kepada anda tempat di mana anda harus memulai dan kemampuan mengetahui bahwa anda telah berhasil melakukan tinjauan pustaka. Walaupun pelaksanaan tinjauan kepustakaan ini tidak harus mengikuti aturan tertentu, jika anda berencana merancang dan melakukan suatu penelitian, anda biasanya mengikuti lima langkah yang saling terkait. Apabila anda hanya mencari suatu topik dalam literatur (kepustakaan) untuk keperluan anda sendiri atau untuk keperluan-keperluan praktis tertentu (seperti untuk Komite Sekolah dalam kasus Maria), hanya empat langkah pertama yang berlaku. Walaupun demikian, mengetahui kelima langkah tersebut akan memberikan pemahaman tentang bagaimana para peneliti biasanya melakukan tinjauan kepustakaan (litetature review). Langkah-langkah tersebut adalah: 1. Identifikasi istilah-istilah kunci yang akan digunakan dalam mencari bahan-bahan kepustakaan; 75
54
Embed
ferdinandusnipa.files.wordpress.com file · Web viewMulailah pencarian bahan kepustakaan itu dengan mempersempit topik pada beberapa istilah kunci dengan menggunakan satu atau dua
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 4
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
LANGKAH-LANGKAH DALAM MELAKUKAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN (LITERATUR)
Tidak peduli apakah sesuatu penelitian kuantitatif atau kualitatif, ada beberapa
langkah yang biasanya digunakan untuk melakukan tinjauan kepustakaan. Pengetahuan
tentang langkah-langkah ini membantu anda membaca dan memahami sebuah kajian
berbentuk penelitian. Jika anda melakukan penelitian anda sendiri, pengetahuan tentang
langkah-langkah ini dalam prosesnya akan memperlihatkan kepada anda tempat di mana
anda harus memulai dan kemampuan mengetahui bahwa anda telah berhasil melakukan
tinjauan pustaka.
Walaupun pelaksanaan tinjauan kepustakaan ini tidak harus mengikuti aturan
tertentu, jika anda berencana merancang dan melakukan suatu penelitian, anda biasanya
mengikuti lima langkah yang saling terkait. Apabila anda hanya mencari suatu topik dalam
literatur (kepustakaan) untuk keperluan anda sendiri atau untuk keperluan-keperluan
praktis tertentu (seperti untuk Komite Sekolah dalam kasus Maria), hanya empat langkah
pertama yang berlaku. Walaupun demikian, mengetahui kelima langkah tersebut akan
memberikan pemahaman tentang bagaimana para peneliti biasanya melakukan tinjauan
kepustakaan (litetature review). Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Identifikasi istilah-istilah kunci yang akan digunakan dalam mencari bahan-bahan
kepustakaan;
2. Cari bahan-bahan kepustakaan tentang sebuah topik dengan jalan menelusuri
beberapa jenis bahan dan data base, termasuk bahan-bahan kepustakaan yang
tersedia di perpustakaan-perpustakaan akademik dan di internet atau web site;
3. Evaluasi secara kritis dan pilih bahan kepustakaan yang ingin anda kaji;
4. Susun bahan kepustakaan yang sudah dipilih dengan jalan membuat abstaknya
atau membuat catatan tentang bahan kepustakaan tersebut dan buat diagram
visual untuk itu;
5. Susun tinjauan kepustakaannya yang berisikan keringkasan bahan kepustakaan
tersebut yang kiranya akan dimasukkan dalam laporan penelitian anda;
75
Mengidentifikasi Istilah-istilah Kunci
Mulailah pencarian bahan kepustakaan itu dengan mempersempit topik pada
beberapa istilah kunci dengan menggunakan satu atau dua buah kata atau ungkapan
singkat. Pilih istilah-istilah tersebut secara cermat karena istilah-istilah tersebut penting
pada awal pencarian bahan kepustakaan ini di pepustakaan atau melalui internet. Untuk
bisa mengidentifikasi istilah-istilah ini, anda bisa menggunakan beberapa strategi seperti
berikut:
Tulis “judul kerja” awal untuk proyek penelitian anda dan pilih dua atu tiga kata
kunci di dalam judul tersebut yang menggambarkan gagasan sentral dari
penelitian tersebut. Walapun beberapa peneliti menuliskan judul penelitiannya
pada saat-saat terakhir, judul kerja itu penting karena ia akan membantu anda
memfokuskan perhatian anda pada gagasan sentral dari penelitian tersebut.
Karena ia merupakan “judul kerja”, maka anda bisa merevisinya pada waktunya
secara teratur bila diperlukan selama penelitian masih berlangsung (Glesne &
Peshkin, 1992).
Ajukan pertanyaan yang bersifat umum, singkat yang anda ingin jawab dalam
penelitian ini. Pilih dua atau tiga kata dalam pertanyaan tersebut yang bisa
meringkaskan pokok permasalahan dari penelitian tersebut.
Gunakan kata-kata seperti digunakan oleh penulisnya di dalam kepustakaan
(literatur). Dalam beberapa penelitian kuantitatif, para pendidik mengetes
prediksi terhadap apa yang dia harapkan terjadi di dalam data. Prediksi ini
merupakan penjelasan tentang apa yang dia harapkan terjadi. Para peneliti
menggunakan istilah teori untuk penjelasan-penjelasan ini, dan ini boleh jadi
teori tentang “social support” (dukungan sosial) atau “learning styles” (gaya
belajar). Kata-kata aktual dari sebuah teori (seperti “dukungan sosial” atau “gaya
belajar”) menjadi kata-kata yang digunakan dalam pencaharian anda.
Lihat dalam katalog istilah-istilah untuk menemukan kata-kata yang cocok
dengan topik anda. Cari data base on-line (di internet) yang biasanya ditemukan
di sesuatu perguruan tinggi atau perpustakaan-perpustakaan universitas.
Contoh, salah satu data base ini adalah ERIC data base (lihat Educational
Resources Information Center (ERIC), 1991; www.eric.ed.gov/). ERIC
menyediakan akses tanpa bayar pada lebih dari 1.2 juta catatan bibliografis dari
2.500 jurnal, abstrak dari makalah-makalah konferensi yang disajikan pada
pertemuan-pertemuan asosiasi sosiologi, disertasi, dan buku-buku serta tinjauan
buku dari tahun 1963 sampai dewasa ini.
4. The Social Science Citation Index (SSCI); Institute for Scientific Information (ISI),
1969-) dan versi CD-ROM, Institute for Scientific Information (ISI, 1989-),
memberikan database dari referensi-referensi yang dikutip terhadap artikel-artikel
jurnal. Indeks kutipan itu memungkinkan anda mencari referensi terhadap sebuah
karya untuk menemukan artikel jurnal yang mengutip karya tersebut. SSCI itu
mencakup 5.700 buah jurnal mewakili masing-masing ilmu dalam ilmu-ilmu sosial.
5. EBSCO Information Service (www.ebcso .com/) adalah layanan informasi mendunia
yang memberikan layanan berlangganan elektronik dan cetak, database penelitian
pengembangan dan produksi database penelitian, dan akses online terhadap lebih
dari 150 databse dan ribuan e-journals. Perpustakaan-perpustakaan akademik
membeli layanan-layanan EBSCO atau individu-individu bisa membeli artikel-artikel
melalui pay-per-view feature (membayar setiap kali membaca). Dengan
menggunakan EBSCO peneliti pendidikan bisa melihat daftar isi jurnal, abstrak
terhadap artikel, dan bersambung secara langsung kepada teks secara penuh untuk
lebih 1.800 judul. Para peneliti juga bisa menerima email dari daftar isi jurnal-jurnal
favorite mereka secepatnya jurnal tersebut diterbitkan.
6. Disertation Abstracts (University Microfilms Internasional (UMI), 1938-1965/1966)
dan versi CD-ROM dari Disertation Abstracts Ondisc (Computer File; UMI, 1987-),
memberikan petunjuk untuk penulisan disertasi doktor yang dimasukkan oleh lebih
500 lembaga yang berpartisipasi di seantero dunia. ia dipublikasikan dalam 3 seksi,
Seksi A, The Humanities and Social Science, Seksi B, The Sciences and Engineering,
dan Seksi C, Worldwide. Memperhatikan ketiga seksi ini seorang peneliti akan
menemukan abstrak (keringkasan sepanjang 350 kata dari disertasi). Sebuah indeks
yang komfrehensif akan mempermudah akses terhadap judul, pengarang, dan
bidang kajian.
Bahan Kepustakaan Tahap Awal. Kategori utama terakhir dari bahan kepustakaan untuk
ditinjau (lihat diagram 4: terdiri dari bahan-bahan pada tahap awal pengembangan yang
para penyelia (seperti para redaksi jurnal atau penerbit buku) barangkali telah menyeleksi
87
bahan-bahan tersebut dari sisi kualitasnya. Bahan kepustakaan tahap awal seperti ini terdiri
dari newsletters, kajian-kajian yang dimasukan ke dalam website, newsletters dari asosiasi
profesional, dan draf kajian yang tersedia dari para pengarang. Contoh, jurnal elektronik dan
kajian penelitian yang dimasukkan ke website dan tersedia di internet mencerminkan
bertumbuh kembangnya informasi ke penelitian. Bahan-bahan ini perlu dievaluasi secara
cermat. Setiap orang bisa memasukkan apa saja ke internet, dan kadang-kadang susah
untuk dibedakan informasi tentang item-item yang terkait (pengarang, bagaimana dia
sampai ke internet). Juga, bahan tersebut boleh jadi tidak orisinil (contoh, kutipan di luar
konteks atau sudah dimodifikasi), dan ia cenderung bebas dari seleksi atau proses tinjauan.
Beberapa kelebihan dan kekurangannya menggunakan bahan-bahan dan internet ini
tercantum dalam diagram 4.4.
Tanpa diragukan lagi, mudahnya mengakses dan mengambil bahan-bahan ini
membuatnya jadi menarik. Walaupun demikian, karena penyelia boleh jadi tidak
mengevalusi kualitas informasi ini anda perlu hati-hati tentang apakah itu merupakan hasil
penelitian yang sistematis, cermat dan padat untuk bisa digunakan dalam sebuah tinjauan
kepustakaan. Cara untuk menentukan kredibilitas dari bahan antara lain tercakup sebagai
berikut :
Lihat apakah bahan tersebut merupakan hasil studi yang dilaporkan pada jurnal
online dengan tim penyelia teman sejawat untuk menguji kualitas publikasinya.
Tentukan apakah mengenal para pengarangnya karena mereka telah mereka
mempublikasikan bahan-bahan mereka di dalam jurnal dan buku-buku yang
berkualitas.
Lihat apakah website memiliki standar penerimaan kajian-kajian penelitian dan
melaporkannya.
Tanyakan kepada dosen anda di program pasca sarjana jika ia merasa bahwa artikel
tersebut memiliki kualitas untuk dicantumkan di dalam kajian kepustakaan.
Evaluasi dan Pilih Bahan Kepustakaan secara Kritis
Mari kita kembali pada langkah-langkah utama dalam melakukan tinjauan
kepustakaan. Proses ini dimulai dengan mengidentifikasi kata-kata kunci dan mencari
sumber-sumber kepustakaan tersebut. Sekali anda mendapatkan bahan kepustakaan
88
tertentu, anda perlu menentukan apakah bahan kepustakaan itu merupakan sumber yang
bagus untuk digunakan dan apakah relevan dengan penelitian anda.
Apakah bahan kepustakaan itu merupakan sumber yang baik dan akurat?
Kadang-kadang mengagetkan para peneliti muda yang walaupun penelitiannya
sudah dipublikasikan, penelitiannya tidak bermanfaat untuk dimasukkan dalam sebuah
tinjauan kepustakaan. Beberapa petunjuk agaknya penting diingat untuk melakukan
penseleksian secara cermat terhadap bahan-bahan kepustakaan. Ingat, seperti diungkapkan
pada Diagram 4.2, ada beberapa tipe bahan kepustakaan yang berbeda.
Sebanyak mungkin cari artikel-artikel yang dipublikasikan pada jurnal-jurnal
tingkat nasional. Biasanya, beberapa orang editor (redaktur) dalam bentuk panel
(dua atau tiga orang anggota dewan redaksi ditambah dengan seorang redaktur
utama) melakukan tinjauan dan mengevaluasi secara kritis sebuah manuskrip
sebelum ia diterima untuk diterbitkan. Jika jurnal tersebut memiliki anggota
dewan redaksi yang direkrut dari seluruh antero negeri, jurnal tersebut tentu
dianggap memiliki kualitas yang tinggi karena ia diacu sebagai jurnal nasional.
Gunakan sistem pioritas dalam mencari bahan kepustakaan. Mulai dengan
artikel-artikel di jurnal-jurnal yang dijadikan acuan nasional kemudian lanjutkan
dengan artikel-artikel di jurnal-jurnal yang tidak merupakan acual nasional;
kemudian buku-buku; kemudian makalah-makalah konferensi, disertasi, dan
tesis; dan akhirnya artikel-artikel yang tidak direview dan dievaluasi seperti yang
ditayangkan di web site. Urutan ini memperlihatkan rentangan evaluasi atau
review bahan-bahan kepustakaan mulai dari yang dievaluasi atau direview
secara eksternal dan berkualitas tinggi sampai pada evaluasi atau review-nya
yang terbatas dan tanpa evaluasi atau review sama sekali. Apabila anda
menggunakan artikel-artikel utuh dari web site, tinjau atau evaluasilah kualitas
bahan tersebut. Gunakan artikel-artikel yang dilaporkan pada jurnal-jurnal on-
line tingkat nasional yang telah melalui review oleh dewan redaksi. Informasi
tentang jurnal dan proses evaluasi/review-nya bisa didapatkan on-line. Bahan-
bahan yang diperoleh melalui web site tidak tingkat nasional, dan bukan
merupakan jurnal yang dijadikan acuan, perlu secara cermat ditapis untuk
89
menentukan kualifikasi si penulis, kualitas tulisan, dan ruang lingkup dan
mantapnya pengumpulan dan analisis data.
Carilah “kajian-kajian penelitian” untuk dimasukkan didalam tinjauan
kepustakaan anda. Penelitian yang baik mengikuti defenisi penelitian yang telah
kita pelajari pada bahagian terdahulu, di mana penelitian itu terdiri dari
pengajuan pertanyaan, pengumpulan data, dan perumusan temuan-temuan
atau kesimpulan penelitian yang bersumber dari data. Disamping itu,
pernyataan-pernyataan yang dibuat si peneliti terkait dengan hasil penelitiannya
perlu dijustifikasi dan didukung atas dasar data-data yang dikumpulkan.
Masukkan tidak hanya kajian-kajian penelitian kuantatif tapi juga kualitatif
dalam tinjauan kepustakaan anda, tak peduli pendekatan apa yang anda
gunakan dalam penelitian anda.
Apakah bahan kepustakaan itu relevan?
Apakah bahan kepustakaan itu merupakan sumber yang berkualitas tinggi dan
bermanfaat untuk dimasukkan dalam tinjauan kepustakaan merupakan salah satu
pertimbangan. Pertanyaan lain yang perlu dipertimbangkan adalah apakah bahan
kepustakaan itu relevan untuk digunakan: Anda mungkin telah membaca bahan
kepustakaan yang telah anda seleksi, dengan memperhatikan judul dari artikel, isi yang
terlihat dari abstrak yang ditemui pada bahagian awal laporan penelitian (jika ada), dan
judul-judul utama dalam laporan penelitian. Bacaan yang telah anda lakukan ini akan
membantu anda menentukan apakah informasi yang anda peroleh relevan untuk
digunakan dalam tinjauan kepustakaan untuk penelitian anda. Relevansi memiliki beberapa
dimensi, dan perhatikan kriteria berikut dalam memilih bahan kepustakaan untuk direview.
Relevansi dari sisi topik: Apakah bahan kepustakaan itu memfokuskan pada
topik yang sama dengan topik penelitian anda?
Relevansi dari sisi individu dan situs. Apakah bahan kepustakaan itu meneliti
individu dan situs yang sama dengan individu dan situs yang akan anda teliti?
Relevansi dari sisi masalah dan pertanyaan. Apakah bahan kepustakaan itu
mengkaji masalah penelitian yang sama dengan masalah yang akan anda teliti?
Apakah bahan kepustakaan itu mengkaji pertanyaan yang sama dengan yang
akan anda teliti?
90
Relevansi dari sisi asessibilitas (keterjangkauan). Apakah bahan kepustakaan
tersedia di perpustakaan anda atau apakah anda bisa mengunduhnya dari Web
site? Bisakah bahan tersebut anda peroleh dari perpustakaan atau Web site?
Apabila jawaban anda terhadap pertanyaan-pertanyaan itu “ya”, maka bahan
kepustakaan itu relevan terhadap tinjauan kepustakaan yang akan anda lakukan.
Susunlah bahan kepustakaannya
Sekali anda telah menemukan bahan kepustakaan, menilai kualitasnya, dan
mengecek relevansinya, langkah selanjutnya adalah menyusunnya untuk keperluan
melakukan tinjauan (review). Proses ini mencakup memfotokopi dan membuat file-nya.
Pada saat ini, anda mungkin harus membacanya secara cepat, membuat catatan
tentangnya, dan menentukan apakah atau bagaimanakah kesesuaiannya dengan
keseluruhan bahan kepustakaan yang anda butuhkan. Membuat gambaran visual tentang
bahan kepustakaan ini – peta kepustakaan—akan membantu menyusunnya, memposisikan
penelitain anda di dalam bahan kepustakaan yang ada, dan memberikan kerangka untuk
menyajikan penelitian anda kepada audience tentang topik yang anda teliti.
Memfotokopi, mengunduh, dan membuat file
Setelah menemukan buku-buku, artikel-artikel jurnal, dan bermacam ragam
dokumen (seperti dukumen-dokumen pendidikan di ERIC yang tersedia dalam bentuk
microfiche) di perpustakaan, anda harus mendapatkan salinannya atau mengunduhnya
(dalam bentuk file html atau pdf) dan kemudian membangun semacam sistem guna bisa
meretrieve (memanggil)-nya secara cepat. Undang-undang hak cipta mengizinkan anda
untuk membuat foto kopinya untuk satu buah artikel utuh tanpa minta permisi dari si
pengarang. Menempatkan artikel-artikel tersebut di file folder secara alfabetis menurut
nama pengarang merupakan cara yang paling baik untuk menyusun bahan-bahan tersebut.
Alternatif lain adalah anda bisa menyusun bahan kepustakaan itu atas dasar sumber, topik,
atau kata-kata kunci. Walaupun demikian, penggunaan indek nama pengarang merupakan
metoda yang paling nyaman karena topik dan kata-kata kunci yang anda gunakan dalam
tinjauan kepustakaan anda nanti bisa berpindah-pindah sewaktu anda mengerjakan draft
tinjauan tersebut.
91
Membuat Catatan dan Abstrak Penelitian
Dalam proses membaca bahan kepustakaan, para peneliti bisanya membuat
catatan terhadap informasi sehingga sebuah keringkasan tentang bahan kepustakaan
tersebut tersedia dalam bentuk tinjauan tertulis. Pembuatan catatan ini merupakan
prosedur tak resmi di mana si peneliti mengidentifikasi ide-ide penting tentang artikel atau
bahan tersebut dan membuat catatan kasar tentang masing-masing sumber informasi
tersebut. Proses ini mencakup pembuatan kutipan terhadap artikel dimaksud (lihat
“Penggunaan Buku Petunjuk Penulisan” pada bahagian lain bab ini) dan sebuah keringkasan
tentang butir-butir pokok yang dibicarakan dalam artikel. Butir-butir ini pada umumnya
mencakup: a) pertanyaan yang diajukan; b) pengumpulan data; c) hasil utama lihat kriteria
tambahan dalam penulisan abstrak pada bab lain).
Ketimbang pendekatan informal seperti ini, strategi yang biasanya lebih disenangi
adalah mensistematisasikan perekaman informasi untuk masing-msaing sumber sehingga
anda bisa dengan mudah memasukkannya ke dalam tinjauan tertulis tentang bahan
kepustakaan itu. Proses ini akan menghasilkan informasi yang bermanfaat sehingga anda
bisa mengingat detil (rincian) dari penelitian-penelitian tersebut.
Pendekatan yang sistematis dalam membuat keringkasan masing-masing sumber
informasi adalah dengan jalan membuat abstrak dari masing-masing sumber. Abstrak
adalah sebuah keringkasan yang berisikan aspek-aspek utama dari sebuah penelitian atau
artikel, yang dsampaikan secara padat (untuk maksud ini, sering tidak melebihi 350 buah
kata) dan mencakup komponen-komponen tertentu. Hati-hati untuk tidak menggunakan
abstrak yang sudah tersedia pada awal aritikel jurnal. Ini mungkin terlampau singkat karena
adanya pembatasan kata-kata atau ruangan yang diwajibkan oleh para editor jurnal.
Disamping itu, jika anda menggunakan abstrak seperti ini, anda perlu membuat referensinya
sehingga anda tidak melakukan plagiat terhadap karya seseorang. Justru itu, sebaiknya anda
membuat sendiri abstrak dari artikel atau penelitian dimaksud. Ini memerlukan
pengidentifikasian topik yang abstraknya perlu anda buat.
Langkah pertama adalah untuk mempertimbangkan jenis bahan kepustakaan apa
yang akan anda buat abstraknya. Para peneliti biasanya membuat abstrak dan
memasukkannya ke dalam tinjauan kepustakaan hanya kajian-kajian penelitian saja,
ketimbang esei atau makalah-makalah berisikan pendapat (walaupun barangkali anda perlu
92
mengutip esei-esei penting atau pendapat-pendapat yang secara luas dikutip atau dirujuk
oleh para pengarang).
Untuk membuat abstrak dari unsur-unsur penelitian kuantitatif seperti artikel
jurnal, makalah konferensi, atau disertasi atau tesis, anda barangkali perlu mengidentifikasi:
Masalah penelitian
Pertanyaan penelitian dan hipotesis
Prosedur pengumpulan data
Hasil-hasil penelitian
Abstrak lengkap yang melaporkan keempat unsur ini dalam penelitian survai
kuantitatif oleh Metzner (1989) diperlihatkan dalam Diagram 4.6. Perhatikan bahwa
keringkasan dari masing-masing unsur itu singkat dan bahwa referensi lengkap terhadap
karya tersebut ditampilkan pada bahagian atas sehingga masing-masing abstrak benar-
benar terdokumentasi secara utuh. (Formatnya akan dibicarakan selanjutnya pada bahagian
lain dalam bab ini).
Untuk penelitian kualitatif, topiknya sama dengan yang dibicarakan dalam
penelitian kuantitatif, akan tetapi judul-judulnya mencerminkan istilah-istilah yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif. Ketimbang memakai hipotesis dan pertanyaan, para
peneliti kualitatif cukup hanya menggunakan pertanyaan. Ketimbang menggunakan “hasil-
hasil”, penelitian kualitatif lebih menerima kata “temuan-temuan”.
Ketika membuat abstrak sebuah penelitian kualitatif, anda sebaiknya
mengidentifikasi:
Masalah penelitian
Pertanyaan-pertanyaan penelitian
Prosedur pengumpulan data
Temuan-temuan
Unsur-unsur ini digunakan untuk membuat abstrak sebuah penelitian kualitatif oleh
Creswell dan Brown 1992) seperti terlihat pada Diagram 4.7. Penelitian ini mengkaji peranan
pembantu dekan bidang akademik untuk meningkatkan kinerja dosen dalam bidang
penelitian. Lagi-lagi, ada ringkasan untuk masing-masing unsur dan referensi lengkap
terhadap artikel tersebut pada bahagian atas abstrak tersebut.
Unsur-unsur yang diabstraksikan pada contoh untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif mengilustrasikan informasi khusus yang disarikan dari penelitian. Dalam bentuk
93
lain dari abstrak ini, informasi tambahan boleh jadi dicantumkan juga di mana anda
memberikan kritikan atau melakukan penilaian berkenaan dengan kelebihan dan
kekurangan dari penelitian tersebut.
Membuat Peta Kepustakaan
Ketika anda menyusun dan membuat catatan atau membuat abstrak dari artikel-
artikel, anda akan mulai memahami isi dari tinjauan kepustakaan anda. Dengan kata-kata
lain, sebuah gambar konseptual akan mulai muncul. Dengan adanya diagram atau gambar
visual tentang konseptualisasi bahan kepustakaan ini akan memungkinkan anda menyusun
bahan kepustakaan tersebut dalam pikiran anda, mengidentifikasi di mana letak kesearasian
penelitian anda itu dengan bahan kepustakaan, dan meyakinkan orang-orang lain tentang
pentingnya penelitian anda.
Gambar visual ini akan berupa peta kepustakaan, sebuah peta dari bahan
kepustakaan yang telah anda temukan. Peta kepustakaan adalah diagram atau gambar yang
memperlihatkan bahan kepustakaan untuk penelitian (seperti kajian-kajian, esei-esei, buku-
buku, bab-bab, dan ringkasan-ringkasan) berkenaan dengan sesuatu topik. Penggambaran
secara visual ini membantu anda melihat ketumpang-tindihan informasi atau topik-topik
utama di dalam bahan kepustakaan dan bisa membantu anda menentukan bagaimana
penelitian yang anda rencanakan ini menambah atau mengembangkan bahan kepustakaan
yang sudah ada ketimbang menduplikasikan penelitian terdahulu. Sebagai alat untuk
berkomunikasi, sebuah peta membantu anda mengkomunikasikan kepada orang-orang lain,
seperti dosen pembimbing, anggota panitia penguji atau audience pada sebuah konferensi,
gambaran terkini tentang bahan bahan kepustakaan tentang sesuatu topik.
Rancangan aktual dari peta tersebut bisa mengambil beberapa bentuk. Diagram 4.8
memperlihatkan sebuah chart di mana si peneliti menyusun bahan kepustakaan itu secara
hierarkhis. Tersusun dari atas ke bawah, chart ini menggambarkan bahan kepustakaan yang
ditemukan oleh Hovater (200) tentang topik pelatihan pra-jabatan bagi guru-guru
berkenaan dengan topik-topik yang bersifat multikultural. Pada bahagian atas dari gambar
ini ia mencantumkan topik: perlunya program pendidikan guru untuk melatih mereka agar
responsif terhadap masalah-masalah multikultural. Kemudian di bawahnya, ia
mengidentifikasi dua program yang sudah ada, program belajar di luar negeri dan program
yang ada di Amerika Serikat, dan di bawahnya lagi, kajian-kajian khusus yang terkait dengan
94
kedua jenis program tersebut. Kajian-kajian ini dikaitkan dengan sikap mahasiswa,
pandangan guru secara pribadi, dan kemungkinan-kemungkinan adanya peningkatan berkat
pelatihan-pelatihan. Pada bahagian bawah agak ke tengah dari peta tersebut, Hovater
mengusulkan rencana penelitiannya: untuk mengembangkan bahan kepustakaan yang
terkait dengan pertanyaan, “Apakah program-program belajar di luar negeri jangka pendek
di negera-negara yang bukan berbudaya bahasa Inggeris membantu menciptakan
ketanggapan budaya pada calon-calon guru?”
Peta kepustakaan Hovater (2000) mencakup beberapa karakteristik yang bisa juga
anda masukkan ke dalam peta kepustakaan anda. Berikut ini adalah beberapa petunjuk
yang bisa diikuti untuk membuat peta kepustakaan:
Identifikasi istilah-istilah kunci dalam topik anda dan letakkan pada bahagian
atas dari peta. Seperti didiskusikan terdahulu, istilah-istilah kunci ini bisa ditemui
dalam draft judul, pertanyaan, atau sumber-sumber ERIC.
Ambil informasi ini untuk peta anda dan lakukan penyortiran untuk dijadikan
berkelompok-kelompok yang masing-masing terkait dengan topik-topik sesuai
dengan bidangnya atau menjadi “kelompok-kelompok penelitian yang
serumpun”. Coba perkirakan tiga atau empat pengelompokan karena kelompok-
kelompok ini akan menjadi bahagian-bahagan utama dari tinjauan kepustakaan
tertulis.
Beri masing-masing kotak sebuah label (kemudian label ini digunakan sebagai
judul dalam tinjauan kepustakaan anda). Disamping itu, masukkan sumber-
sumber kunci yang anda temukan dalam pencarian bahan kepustakaan yang
sesuai dengan label kotak tersebut.
Buatlah peta kepustakaan dengan sebanyak mungkin label. Beberapa cabang di
dalam gambar akan menjadi lebih berkembang ketimbang cabang-cabang
lainnya karena bahan kepustakaannya cukup banyak. Dalam beberapa hal, anda
bisa mengembangkan satu cabang yang rinci karena ia merupakan fokus utama
dari pada topik penelitian anda.
Tunjukkan bahwa penelitian yang anda usulkan itu akan menambah atau
mengembangkan bahan kepustakaan yang ada. Gambarkan sebuah kotak di
bawah Diagram (diagram) yang berbunyi “penelitian yang saya usulkan”, “usulan
penelitian” atau “penelitian saya”. Di dalam kotak ini, anda bisa nyatakan judul
95
yang anda usulkan, pertanyaan penelitian, atau masalah yang ingin anda teliti.
Langkah yang sangat penting adalah membuat garis-garis yang menghubungkan
penelitian yang anda usulkan dengan cabang-cabang (kota-kotak) bahan
kepustakaan. Peta pada Diagram 4.8 memperlihatkan rancangan yang
hierarkhis. Rancangan-rancangan lain, seperti rancangan melingkar (sirkuler)
atau rancangan berurutan yang menunjukkan bahan kepustakaan yang
menyempit dan terfokus pada penelitian yang diusulkan, bisa juga digunakan.
Kita bisa mendapatkan rancangan yang sirkuler dengan jalan memindah-
mindahkan dan mengubah peta yang dirancang secara hierakhis oleh Hovater
(2000) menjadi peta yang sirkuler, sebagaimana terlihat pada Diagram 4.9.
Menulis tinjauan kepustakaan
Nah sekarang setelah anda membaca secara cepat bahan kepustakaan untuk
mengetahui relevansinya, mengabstraksikannya, dan menyusunnya menjadi sebuah peta
kepustakaan, sudah tiba saatnya anda mengembangkan ringkasan tertulis dari bahan
kepustakaan tersebut. Untuk sebahagian besar, bahan kepustakaan itu terdiri dari artikel
jurnal dan laporan penelitian yang ditemukan pada sumber-sumber perpustakaan. Para
peneliti menggunakan prosedur-prosedur tertentu dalam membuat keringkasan masing-
masing penelitian, memberikan referensi yang jelas, dan menuliskan tinjauan kepustkaan.
Untuk penulisannya perlu dikerahkan semua aspek, seperti:
Penggunaan gaya yang tepat dalam penulisan referensi yang lengkap untuk
keringkasan ini (seperti daftar kepustakaan pada akhir laporan penelitian anda)
dan untuk mengembangkan judul-judul di dalam tinjauan kepustkaan).
Penggunaan strategi penulisan tertentu terkait dengan jangkauan tinjauan, jenis
tinjauan, dan rumusan kesimpulan dalam tinjauan.
Menggunakan “Style Manual” (Petunjuk Penulisan)
Telah kita lihat bagaimana abstrak bisa berisikan referensi lengkap (kutipan)
terhadap informasi yang ada di dalam bahan kepustakaan (lihat Diagram 4.7 dan 4.8). Dalam
menuliskan referensi ini, anda harus menggunakan gaya (petunjuk) penulisan yang sudah
berlaku umum. Judul, tabel, diagram, dan format secara menyeluruh juga memerlukan
petunjuk khusus (specific style manual). Style manual (petunjuk penulisan) memberikan
96
struktur tentang bagaimana mengutip referensi, memberikan label terhadap judul, dan
membuat tabel serta diagram untuk laporan ilmiah. Bila anda menggunakan sesuatu
petunjuk penulisan, penelitian (dan tinjauan kepustkaan) harus mengikuti format yang
sesuai dengan para pembaca dan para peneliti lainnya, dan format ini akan memudahkan
mereka memahami penelitian anda.
Buku petunjuk penulisan The Publication Manual of the American Psychological
Association, edisi kelima (APA, 2001) merupakan petunjuk penulisan yang paling populer di
lingkungan penelitian pendidikan. Petunjuk-petunjuk lain yang tersedia adalah Chicago
Manual of Style, edisi ke 15 (University of Chicago Press, 2003), A Manual for Writers of
Term Papers, Theses, and Dissertations, edisi ke 6 (Turabian, 1996), dan Form and Syle:
Theses, Reports, and Term Papers, edisi ke 8 (Campbell, Ballou, & Slade, 1990). Petunjuk
penulisan ini memberikan format yang konsisten dalam penulisan laporan penelitian.Tiga
dari pendekatan yang paling sering digunakan ditemukan dalam Publication Manual of the
American Psychological Association (APA, 2001) akan diberikan penekanan di sini:
Referensi pada akhir sebuah teks
Referensi di dalam teks
Judul
Referensi pada akhir sebuah teks. Referensi pada akhir sebuah teks adalah referensi yang
daftarnya diletakkan pada akhir sebuah laporan penelitian. Dalam petunjuk APA, diketik dua
spasi dan disusun secara alfabetis menurut nama pengarang. Yang dimasukkan ke dalam
referensi akhir teks ini hanya referensi-referensi yang disebutkan di dalam batang tubuh
tulisan. Petunjuk APA memberikan contoh-contoh bagi referensi akhir teks untuk 76 buah
jenis dokumen. Di bawah ini diberikan tiga jenis referensi yang biasa sesuai dengan gaya
penulisan APA yang tepat.
Contoh referensi akhir-teks untuk artikel jurnal dengan gaya APA adalah:
Elam, S. M. (1989). The Second Phi Delta Kappa poll of teachers’attitudes toward public schools. Phi
Delta Kappan, 70 (3), 785-798.
Contoh referensi akhir-teks untuk buku dengan gaya APA adalah:
Shertzer, B., & Stne, S. C. (1981). Fundamentals of guidance (4th ed.), Boston Houghton Mifflin.
Contoh referensi akhir-teks untuk makalah konferensi dengan gaya APA adalah:
97
Zedexk, S,. & baker, H. T. (1971, May), Evaluation of behavioral expectation scales.Makalah yang
disajikan pada pertemuan the Midwestern Psychological Association. Detroit. MI.
Seperti diperlihatkan oleh contoh ini, baris pertama diketik di pinggir sedangkan
baris kedua di ketik agak ke tengah beberapa spasi (indent). Ini disebut hanging indent.
Perhatikan juga semua huruf dituliskan dengan huruf kecil untuk judul artikel. Dalam contoh
untuk artikel jurnal, semua kata-kata di dalam judul (nama) jurnal ditulis dengan huruf besar
(untuk huruf pertama). Dalam contoh untuk buku, yang ditulis dengan huruf besar adalah
kata pertama dalam judul buku, kata pertama yang mengikuti titik dalam judul, dan kata
benda nama diri.
Referensi dalam teks. Referensi dalam teks adalah referensi yang dikutip dalam format
yang singkat di dalam batang tubuh teks untuk memberikan penghargaan kepada
pengarang. Gaya penulisan APA menyebutkan beberapa konvensi untuk mengutip referensi-
referensi dalam teks ini. Contoh-contoh berikut mengilustrasikan penggunaan gaya
penulisan APA yang tepat ketika anda mengutip seorang atau lebih pengarang.
Contoh referensi dalam teks dengan gaya penulisan APA di mana pengarang
mengacu pada sebuah referensi:
Roger (1994) membandingkan waktu bereaksi para atlit dan non atlit di sekolah
menengah. ...
Seperti terlihat dari contoh ini, gaya penulisan APA hanya menuliskan nama
belakang si pengarang untuk kutipan di dalam teks, kecuali huruf awal nama pertama
diperlukan untuk membedakan para pengarang yang kebetulan memiliki nama belakang
yang sama. Referensi ini juga mencakup informasi tentang tahun penerbitan. Referensi-
referensi seperti ini boleh jadi muncul di mana saja di dalam kalimat.
Contoh referensi dalam teks dengan gaya penulisan APA di mana pengarang
mengacu pada referensi jamak (multiple):
Penelitian-penelitian terdahulu tentang waktu bereaksi (Gogel, 1984; Rogers, 1994; Smith,
1989) memperlihatkan. ...
Keseluruhan kelompok penelitian telah menyingkap kesulitan terkait dengan keikutsertaan
dalam test dan waktu bereaksi (Gogel, 1984; Happenstance, 1995; Lucky, 1995; Smith,
1989).
98
Sebagaimana digambarkan oleh cintoh di atas, titik koma memisahkan penelitian
yang satu daru penelitian lainnya. Nama pengarang juga dituliskan secara alfabetis, seperti
referensi-referensi pada akhir teks, ketimbang secara kronologis atas dasar tahun terbit.
Contoh dari referensi dengan pengarang jamak, dua atau lebih pengarang apabila
disebutkan pertama kali dalam penelitian adalah:
Kesulitan yang dalami dalam keikutsertaan dalam test dan waktu bereaksi telah diteliti oleh
Smith, Parelli, John, dan Langor (1994).
Apabila seorang menyebutkan individu-individu ini secara berturut-turut di dalam
manskrip, hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan, dan diikuti oleh “et al” (dkk).
Penelitian tentang keikutsertaan dalam test dan waktu bereaksi (Smith et al, 1994).
Terakhir, tulisan ilmiah yang baik mempersyaratkan agar pengarang mengutip
sumber aslinya – dari mana informasi itu datangnya—dan bukan mengutip buku atau artikel
yang berisikan referensi dimaksud. Contoh, model yang tidak baik adalah seperti:
Smith 1994), sebagaimana dilaporkan daam Theobaki (1997), berkata bahwa ...
Sebuah model yang sudah agak baik, menggunakan sumber aslinya, adalah seperti:
Smith (1994) berkata bahwa ...
Tataran judul. Ketika anda menyusun tinjauan kepustakaan, pikirkanlah jumlah topik atau sub
bahagian yang terdapat dalam tinjauan kepustaan anda. Levels of heading (tataran judul) dalam
sebuah penelitian ilmiah dan tinjuan kepustakaan memperlihatkan sub bahagian yang logis dari
sebuah teks. Judul memberikan petunjuk penting kepada para pembaca yang membantu mreka
memahami sebuah penlitian. Judul juga membagi materi dengan cara yang sama dengn topik dalam
sebuah outline.
Menurut gaya penulisan APA, jumlah tataran judul secara maksimal adalah lima. Seperti
terlihat pada Diagram 4.10, kelima judul ini berbeda penggunaan buruf besar dan huruf kecilnya,
dalam hal pengaturan tata letaknya, dan penggunaan cara penulisan kata-katanya. Kebanyakan
penelitian pendidikan memiliki dua atau tiga tataran judul. Para peneliti jarang menggunakan judul
keempat atau kelima karena penelitian mereka tidalah sedemikian rincinya sehingga memerlukan
banyak sub bahagian. Untuk beberapa buku, lima tataran judul mungkin cocok, akan tetapi dua
sampai empat tataran judul biasanya memadai bagi kebanyakan laporan penelitian pendidikan.
Pilihan tataran judul dalam sebuah tinjauan kepustakaan tergantung pada jumlah bahagian
topik yang digunakan. Tak peduli berapapun jumlah bahagiannya, gaya penulisa dan APA
mengharuskan anda menggunakan tipe-tipe judul untuk format dengan dua , tiga dan empat tataran
judul. Contoh berikut menggambarkan ketiga bentuk yang populer ini.
99
Jika anda hanya memiliki dua tataran dalam laporan penelitian anda, gunakan Tataran 1
dan 3. Dengan demikian, tatarannya tidak berurutan (yakni 1, 2) jika hanya menggunakan dua
tataran. Sebuah contoh dari dua-tataran judul dalam bentuk APA menggunakan tataran pertama (ke
tengah, huruf besar dan huruf kecil) dan tataran ketiga rata kiri , miring, huruf besar dan huruf kecil)
adalah sebagai berikut:
Tinjauan Kepustakaan (Tataran 1)
Pendahuluan (Tataran 3)
Penelitian Tentang Dukungan Sosial (Tataran 3)
Jika anda memiliki tiga tataran dalam penelitian anda, gunakan Tataran 1 (ke tengah, huruf
besar dan huruf kecil), dan Tataran 3 (pojok kiri, miring, huruf besar dan huruf kecil), dan Tataran 4
(indented/ke tengah , miring, kata pertama dengan huruf besar, kata-kata lain dengan huruf kecil,
diakhiri dengan titik, kalimat pertama continous on right/tetap di sebelah kanan sesudah titik). Lagi-
lagi, tatarannya tidak berurutan (yakni 1, 2, 3). Sebuah contoh dari judul-tiga-tataran dalam bentuk
APA adalah seperti berikut:
Tinjauan Kepustakaan (Tataran 1)
Pendahuluan (Tataran 3)
Penelitan Dukungan sosial (Tataran 3).
Apabila anda memiliki 3 tataran dalam penelitian anda, gunakan taaran 1 (di tengah buruf besar dan
huruf kecil), 3 (rata kiri, garis miring, huruf besar dan huruf kecil), dan 4 (ke tengah, garis miring, kata
pertamma huruf besar, lainnya huruf kecil, diakhirin dengan titik, kalimat pertama tetap berada di
sisi kanan setelah titik). Lagi-lagi, tataran-tataran ini tidak berurutan (mislanya 1, 2, 3). Contoh dari
judul bertataran 3 dengan gaya APA:
Tinjauan Kepustakaan (Tataran 1)
Pendahuuan (Tataran 3)
Dukungan sosial. Orang-orang tergabung bersama-sama dalam unit-unit kerja ...(Tataran 4)
Anda akan selalu melihat Tataran 5 (ke tengah dan huruf besar) dalam judul-judul
penelitian tanpa mempedulikan tataran judul dalam laporan penelitiannya. Disamping itu, dalam
artikel-artikl jurnal, judul Tataran 1 “Pendahuluan” sering dihilangkan dan teks langsung dari judul
terus ke diskusi. Dalam laporan-laporan penelitian yang lebih formal seperti tesis dan disertasi, judul
pertama sering pada Tataran 1 “Pendehuluan”. (Lihat bab 10 bahagian yang berbicara tentang “Apa
Tipe-tipe Laporan Penelitian?” untuk lebih rincinya tentang bentuk-bentuk laporan.) Ringkasnya,
judul tidaklah gampang dideskripsikan, dan ia perlu ringkas -- biasanya dua atau tiga kata – dan
menggabarkan secara tepat dan jitu isi dari tulisan selanjutnya.
100
Strategi-strategi Penulisan
Ketika anda menulis tinjauan kepustakaan, beberapa unsur tambahan perlu mendapat
perhatian anda: jangkauan tinjauan, jenis tinjauan, dan rumusan kesimpulan dari tinjauan.
Jangkauan tinjauan. Satu peranyaan yang diajukan Maria kepada penasehat akademisnya adalah
“Seberapa lama seharusnya tinjauan kepustakaan saya ini?” Tidak mudah menjawab pertanyaan ini,
akan tetapi anda bisa mulai dengan mempertimbangkan tipe laporan penelitian apa yang anda
persiapkan (lihat bab 10 bahagian yang tekait dengan “Apa-apa saja tipe laporan penelitian?” Untuk
disertasi dan teis, anda memerlukan tinjauan kepustakaan yang intensif, yang sering secara
komprehensif harus mencakup semua sumber informasi yang diidentifikasi dalam klasifikasi sumber
yang diperlihatkan oleh Diagram 4.2. Untuk rencana atau usul penelitian, tinjauan kepustakaan yang
tidak begitu komprehesif sudah memadai. Tinjauan kepustakaan dalam proposal atau rencana
penelitian diarahkan pada pengembangan kerangka penelitian dan mendokumentasikan pentingnya
masalah penelitian. Biasanya, tinjauan kepustakaan untuk proposal atau rencana penelitian
panjangnya berkisar antara 10 sampai 30 halaman, walaupun ini bia bervariasi. Tinjauan
kepustakaan untuk proposal menyarikan kutipan-kutipan yang diperoleh dari pencarian database
seperti ERIC, PsycINFO, EBSCO, dan Sociofile. Untuk artikel jurnal, jangkauan tinjauan
kepusatakaannya bervariasi, tergantung pada penggunaannya dan peranannya di dalam penelitian
(seperti sebelumnya telah dibicarakan).
Terkait dengan jangkauan tinjauan kepustakaan ini adalah juga pertanyaan, “Seberapa jauh
ke belakangkah referensi harus dirujuk?” Ketika menyelesaikan disertasi atau tesis, pencarian harus
mencakup hampir semua bahan kepustakaan yang dipubikasikan dan si peneliti mengkaji sumber-
sumber semenjak munculnya topik penelitian dimaksud. Untuk tinjauan kepustakaan bagi proposal
atau artikel jurnal (dan tinjauan awal), gunakan pedoman kasar, yakni selama 10 tahun belakangan,
dengan memberi penekanan pada penelitian-penelitian yang lebih terkini. Sebuah kekecualian
adalah mengutip penelitian yang lebih awal dan klasik karena penelitian tersebut secara substantif
berpengaruh terhadap bahan-bahan kepustakaan selanjutnya yang dipublikasi pada dekade terakhir.
Tipe-tipe Tinjauan Kepustakaan.
Pada titik ini anda perlu menetapkan bagaimana struktur keringkasan atau catatan
yang dperoleh dari artikel jurnal dan laporan penelitian harus dibuat dalam tinjauan
kepustakaan. Susunan keringkasan ini bervariasi tergantung pada tipe laporan penelitian
dan tradisi yang diikuti dalam tinjauan kepustakaan di masing-masing kamus yang berbeda.
101
Ketika menulis tinjauan kepustakaan untuk disertasi atau tesis, anda mungkin berdiskusi
atau perlu mendatangi pembimbing anda untuk menentukan format yang tepat untuk
digunakan. Walaupun demikian kedua model yang disajikan disini—tinjauan tematik dan
tinjauan kajian per kajian—akan sangat membantu anda. Lihat Cooper, 1984, dan Cooper &
Lindsay, 1998, untuk informasi mengenai pendekatan lainnya).
Dalam tinjauan kepustakaan yang tematik, si peneliti mengidentifikasi sebuah tema
dan secara ringkas mengutip bahan kepustakaan untuk mendokumentasikan tema tersebut.
Dalam pendekatan ini si peneliti mendiskusikan hanya tema-tema besar atau hasil-hasil
penelitian ketimbang rincian dari sebuah penelitian. Para peneliti sering menggunakan
pendekatan ini dalam artikel-artikel jurnal, akan tetapi mahasiswa juga menggunakannya
untuk disertasi dan tesis pada program pasca-sarjana. Anda bisa mengidentifikasi bentuk ini
melalui pencarian tema dan mencatat referensinya (biasanya refrensi-refrensi jamak) dari
bahan kepustakaan yang digunakan untuk mendukung tema itu.
Contoh, penelitian yang dilakukan oleh Brown, Parham, dan Yonker (1996), para
peneliti melakukan tinjauan kepustakaan berkenaan dengan pembentukan identitas ras dari
para konselor yang berkulit putih yang sedang mengikuti pelatihan berkenaan dengan sikap
terhadap identitas ras wanita dan pria berkulit putih. Tulisan ini, yang muncul dalam bagian
awal dari penelitian mereka, mengilustrasikan pendekatan tematis ini.
Diantara banyak hal, identitas ras merupakan rasa memiliki kelompok didasarkan pada persepsi kebersamaan dalam hal garis keturunan (ras) dengan kelompok tertentu, seperti apa adanya, rasa kebersamaan itu memiliki dampak terhadap perasaan pribadi dan sikap yang bisa membedakan kelompok ras yang satu dengan kelompok ras yang lainnya (Helms, 1990;1994: Mitchell & Dell, 1992). Para peneliti sepakat orang-orang Amerika berkulit putih biasanya tidak tertantang bertanya pada diri mereka sendiri, “Apa sih maknanya menjadi orang berkulit putih?” (Pope-Davis & Ottavi, 1994).... (hal.511)
Dalam hal ini, para peneliti melakukan tinjauan kepustakaan tentang tema “identitas ras”
dan secara singkat menyebutkan referensi-referensi guna mendukung tema tersebut. Para
peneliti tidak membicarakan masing-masing referensi itu secara terpisah dan rinci.
Bertentangan dengan tinjauan tematis, tinjauan kepustakaan kajian per kajian
memberikan keringkasan dari masing-masing kajian/penelitian secara rinci dibawah sebuah
tema yang umum. Keringkasan yang rinci ini mencakup unsur-unsur dari sebuah abstrak
seperti diperlihatkan figur 4.6 dan 4.7. Bentuk tinjauan kepustakaan ini biasanya digunakan
102
di dalam artikel-artikel jurnal yang menyarikan bahan-bahan kepustakaan dan di dalam
disertasi dan tesis. Ketika menyajikan tinjauan kepustakaan kajian per kajian ini para peneliti
mengaitkan ringkasan-ringkasan ini (abstrak) dengan menggunakan kalimat-kalimat
transisional, dan mengorganisasikan keringkasan-keringkasan tersebut di bawah sub-judul
yang menggambarkan tema-tema dan bagian-bagian utama. Dengan menggunakan peta
kepustakaan tentang sebuah konsep seperti yang dibicarakan terdahulu dalam bab ini,
tema-tema ini sama dengan topik-topik yang diidentifikasi yang terdapat di dalam kotak-
kotak pada peta tersebut (lihat Diagram 4.8).
Tinjauan kepustakaan berikut tentang kompetensi lintas budaya dan pendidikan
multikultural yang terdapat di dalam jurnal Review of Educational Research oleh McAllister
dan Irvine (2000) mengilustrasikan tinjauan kepustakaan kajian per kajian. Disini, para
peneliti mendiskusikan penelitian itu satu demi satu yang terkait dengan model identitas ras
menurut Helms.
S.P.Brown, Parham dan Yonker (1996) menggunakan Skala Identitas Ras Kulit Putih untuk mengukur perubahan identitas ras kulit putih dari 35 orang mahasiswa pasca-sarjana berkulit putih yang ikut serta dalam kuliah multikultural selama 16 minggu. 80% dari partisipan tersebut telah mengikuti pelatihan multikultural sebelumnya dan kebanyakan diantara mereka sudah memiliki pengalaman dengan orang-orang yang memiliki latar belakang ras yang berbeda sekurang-kurangnya dua jenis ras, walaupun pengalaman-pengalaman tersebut tidak begitu jelas bentuknya. Para peneliti merancang perkuliahan tersebut atas tiga bidang yang berbeda—perolehan pengetahuan tentang diri sendiri, pengetahuan budaya, dan keterampilan-keterampilan lintas budaya—dan mereka menggunakan berbagai ragam metode mengajar seperti ceramah, pembicara luar dan simulasi. Hasilnya memperlihatkan bahwa pada akhir perkuliahan para wanita menerapkan lebih banyak butir dalam tahap ketergantungan semu pada skala identitas ras berkulit putih, dan pria lebih banyak menerapkan butir-butir ketimbang wanita dalam tahap otonomi. Para peneliti menyimpulkan hubungan kausal antara perkuliahan dan perubahan-perubahan ini yang ditemukan dalam kelompok.
Nerville, Heppner, Louie, dan Thompson (1996) juga mengkaji perubahan yang sama tentang identitas ras kulit putih....(hal.8)
Dalam contoh ini, para peneliti mula-mula menggambarkan penelitian yang
dilakukan oleh S.P.Brown dkk (1996) yang sedikit agak rinci, kemudian mereka
mendiskusikan penelitian yang dilakukan oleh Neville dkk (1996). Dengan cara begini
mereka mendikusikan satu penelitian pada satu waktu tertentu. Mereka juga memberikan
deskripsi yang rinci tentang kajian tersebut dengan memasukkan masalah penelitian
(apakah skala mengukur perubahan), dan pertanyaan yang tersirat (apakah pria dan wanita
berbeda dalam skala tersebut), kemudian pengumpulan data (yakni 35 orang partisipan
103
dalam penelitian tersebut), dan ringkasan hasil penelitian (wanita dan pria menerapkan
butir-butir yang berbeda tergantung kepada tahap perkembangan mereka).
Kesimpulan Tinjauan Kepustakaan. Bagaimana anda mengakhiri bagian tinjauan
kepustakaan dalam penelitian anda? Kesimpulan dari suatu tinjauan kepustakaan memiliki
beberapa tujuan. Ia meringkaskan tema-tema utama yang ditemukan dalam kepustakaan
dan memberikan rasional bagi perlunya penelitian anda atau pentingnya masalah penelitian.
Pertama, meringkaskan tema-tema utama. Ajukan pertanyaan kepada diri anda
sendiri, “apa hasil dan temuan utama dari semua penelitian yang sudah anda kaji”. Jawaban
anda terhadap pertanyaan ini akan menghasilkan identifikasi tiga atau empat tema yang
merupakan saripati dari bahan kepustakaan yang anda tinjau. Kemudian ringkaskan masing-
masing tema tersebut. Keringkasan tersebut hendaklah memberi penekanan pada gagasan-
gagasan utama dibawah masing-masing judul utama dalam tinjauan kepustakaan dan
menggarisbawahi apa yang perlu diingat oleh pembaca dari keringkasan tersebut.
Di samping menyatakan tema-tema utama anda juga perlu mengungkapkan alasan
kenapa bahan kepustakaan yang ada ini memiliki kelemahan dan kenapa para pendidik
perlu mengadakan penelitian lanjutan mengenai topik yang anda pilih. Alasan-alasan ini
memperlihatkan bagaimana penelitian yang anda usulkan ini menambah pengetahuan dan
menjustifikasi pentingnya masalah penelitian tersebut. Biasanya peneliti menyebutkan tiga
atau empat alasan yang memainkan peranan penting dalam penelitian karena alasan-alasan
ini sering memberikan arahan terhadap tujuan, dan pertanyaan penelitian serta hipotesis.
Contoh berikut memberikan ilustrasi tentang cara meringkaskan tema dan cara
menjustifikasi perlunya penelitian lanjutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosen agar menjadi peneliti yang produktif di dalam tinjauan kepustakaan memperlihatkan tiga tema: produktivitas awal (apakah para dosen mempublikasikan karya ilmiahnya pada awal karirnya?) ; kemudian mentoring (apakah dosen melakukan magang dibawah bimbingan seorang peneliti senior?) ; dan sistem dukungan (apakah para dosen memiliki pendanaan yang memadai untuk penelitian mereka?). Faktor-faktor ini, walaupun penting, tidak terkait dengan waktu yang diperlukan oleh para dosen untuk melakukan penelitian. Apabila para dosen telah mengalokasikan waktunya untuk kegiatan-kegiatan dan penelitian ilmiah, ini akan membantu mereka untuk lebih memofokuskan perhatian mereka, menawarkan momentum-momentum untuk penelitian, dan mengeliminir kegiatan-kegiatan yang menghambat yang boleh jadi mengalihkan mereka dari penelitian.
104
Dalam contoh ini, peneliti menyebutkan tiga tema dan, dari tema-tema ini, mengidentifikasi
bidang penelitian lanjutan: waktu untuk dosen. Kemudian peneliti mengidentifikasi tiga
alasan bagi pentingnya penelitian tentang waktu lowong dosen.
MENGKAJI ULANG STUDI KASUS : “KETERLIBATAN ORANG TUA” DAN “GUNMAN”
Dalam penelitian kuantitatif keterlibatan orangtua (Deslandes & Bertrand, 2005) dan
penelitian kualitatif tentang Gunman Incident (Asmussen & Creswell, 1995), para peneliti
memulai artikel mereka dengan kutipan kepustakaan dari penelitian-penelitian lain. Seperti
telah anda pelajari dalam bab ini, anda bisa mengidentifikasi kepustakaan dengan melihat
kapan para peneliti mengutip seorang pengarang dan tahun. Contoh, lihat referensi
“Henderson & Mapp, 2002” (paragrap 01) dalam penelitian keterlibatan orangtua atau
pengarang dan angka yang menyatakan referensi pada akhir sebuah artikel seperti “Roark
(24) dan Roark & Roark (25)” dalam studi kasus Gunman incident (paragrap 01). Perhatikan
secara cermat kedua penelitian ini dan teliti penggunaan kajian kepustakaannya.
Alasan tinjauan kepustakaan dalam penelitian kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif keterlibatan orangtua (Deslandes & Bertrand, 2005), kutipan
terhadap bahan kepustakaan menumpuk diawal dan di akhir artikel. Pada pembukaan