JURNAL Nama : Munandar NIM : 24121427-2 Judul : Strategi Pemahaman Isi Kandungan al- Quran Di SMA Negeri Unggul Sigli Email : [email protected]ABSTRACT This thesis entitled strategy to increase understanding of content of Al-Quran content in SMA Negeri Unggul Sigli. Students are still misunderstanding the Quran because the strategy used by PAI teachers can not motivate to be more active learning, causing students less interest to learn, so menbuat students are not motivated on learning materials PAI let alone students who enter SMA Negeri Unggul not entirely students of boarding schools -pesantren but from junior high school and MTsN school. Implementation of teaching strategies for understanding the content of Al-Quran content implemented by teachers in SMA Negeri Unggul Sigli, that is by the way the teacher read the verses then give the meaning of a word or write the Arabic vocabulary in the verse, then give meaning to the whole then the teacher explaining the meaning of the verses of the Quran, as well as providing different strategies to students, for example for students who are less clever given a different strategy with clever students, because students who are good with different students who are less clever, then for students who are less clever, the way PAI teachers repeat-overthrow the meanings or subtleties of these verses in a sense of slowly, and provide examples of those verses. Constraints and challenges faced by teachers and students in the implementation of strategies to improve the understanding of Al-Quran is the allocation of time given is very minimal so that the teacher is very brief in explaining the verses contained in PAI Selabi, the lack of interest of students on the material PAI caused 1
51
Embed
jurnaleksperimental.comjurnaleksperimental.com/.../uploads/2018/04/JURNAL-P.-MUNANDAR … · Web viewImplementation of teaching strategies for understanding the content of Al-Quran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JURNALNama : Munandar NIM : 24121427-2Judul : Strategi Pemahaman Isi Kandungan al-Quran Di SMA
This thesis entitled strategy to increase understanding of content of Al-Quran content in SMA Negeri Unggul Sigli. Students are still misunderstanding the Quran because the strategy used by PAI teachers can not motivate to be more active learning, causing students less interest to learn, so menbuat students are not motivated on learning materials PAI let alone students who enter SMA Negeri Unggul not entirely students of boarding schools -pesantren but from junior high school and MTsN school. Implementation of teaching strategies for understanding the content of Al-Quran content implemented by teachers in SMA Negeri Unggul Sigli, that is by the way the teacher read the verses then give the meaning of a word or write the Arabic vocabulary in the verse, then give meaning to the whole then the teacher explaining the meaning of the verses of the Quran, as well as providing different strategies to students, for example for students who are less clever given a different strategy with clever students, because students who are good with different students who are less clever, then for students who are less clever, the way PAI teachers repeat-overthrow the meanings or subtleties of these verses in a sense of slowly, and provide examples of those verses. Constraints and challenges faced by teachers and students in the implementation of strategies to improve the understanding of Al-Quran is the allocation of time given is very minimal so that the teacher is very brief in explaining the verses contained in PAI Selabi, the lack of interest of students on the material PAI caused teachers to provide material PAI very deep in students. The effort of PAI teachers in facing these obstacles and challenges is that teachers provide explanations of the verses contained in PAI Selabi by allocating more time so that teachers can provide repeated explanations to students with different methods and provide various examples related to verses in PAI selabi. And the teacher provides an opportunity for the students to question again about the less understood verses that the PAI teacher has made clear. This research is a field research using data collection techniques through observation, interviews, and questionnaires. This research uses descriptive analysis method. With this method researchers can describe and interpret the objects and data obtained in the field then analyze it. The results of this study found that the strategy of understanding the content of Al-Quran content in SMA Negeri Unggul Sigli that has been applied well, then the students have a lot to know the contents of verses that contained in Al-Quran. this is a very good thing for graduate students in SMA Negeri Unggul. And teachers in SMA Negeri Unggul also have very good aspirations in providing teaching to students, and do not choose between stupid students with clever students.
1
ABSTRAK
Tesis ini berjudul strategi peningkatan pemahaman isi kandungan Al-Quran di SMA Negeri Unggul Sigli. Siswa masih salah memahami Al-Quran karena srategi yang digunakan oleh guru PAI belum bisa bermotivasi untuk lebih giat belajar, menyebabkan siswa kurang minat untuk berlajar, sehingga menbuat siswa tidak motivasi terhadap pembelajaran materi PAI apalagi siswa yang masuk SMA Negeri Unggul bukan seluruhnya siswa dari pesantren-pesantren tetapi berasal dari sekolah SLTP dan sekolah MTsN. Penerapan strategi pengajaran untuk pemahaman isi kandungan Al-Quran yang dilaksanakan oleh guru di SMA Negeri Unggul Sigli, yaitu dengan cara guru membacakan ayat-ayat kemudian memberi arti kata perkata atau menuliskan kosa kata bahasa Arab dalam ayat tersebut, kemudian memberi makna secara menyeluruhan lalu guru menjelaskan makna dari ayat Al-Quran tersebut, serta memberikan strategi yang berbeda-beda kepada siswa, misalnya bagi siswa yang kurang pandai diberikan strategi yang berbeda dengan siswa yang pandai, karena siswa yang pandai berbeda dengan siswa yang kurang pandai, maka bagi siswa yang kurang pandai, caranya guru PAI menggulangi-menggulangi makna-makna ataupun terjamahan ayat-ayat tersebut dalam artian berlahan-lahan, dan memberikan berbagai contoh yang berkenaan dengan ayat-ayat tersebut. Kendala dan tantangan yang dihadapi guru dan siswa dalam penerapan strategi peningkatan pemahaman Al-Quran yaitu alokasi waktu yang diberikan sangat minim sehingga guru sangat singkat dalam menjelaskan ayat-ayat yang terdapat dalam selabi PAI, kurangnya minat siswa terhadap materi PAI disebabkan guru dalam memberikan materi PAI sangat menoton dalam diri siswa. Upaya guru PAI dalam menghadapi kendala dan tantangan tersebut yaitu guru memberikan penjelasan ayat-ayat yang terdapat dalam selabi PAI dengan mengalokasi waktu lebih banyak agar guru bisa memberikan penjelasan berulang-ulang kepada siswa dengan metode yang berbeda-beda dan memberikan berbagai macam contoh yang berkenaan dengan ayat-ayat dalam selabi PAI. Dan guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk mempertanyakan kembali tentang ayat-ayat yang masih kurang dipahami yang telah dijelakan oleh guru PAI.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, serta angket. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Dengan metode tersebut peneliti dapat menggambarkan dan menginterpretasikan objek dan data yang diperoleh di lapangan kemudian menganalisisnya. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa strategi pemahaman isi kandungan Al-Quran di SMA Negeri Unggul Sigli bahwa telah diterapkan dengan baik, maka siswa telah banyak mengetahui isi ayat yang terkandungan dalam Al-Quran. ini merupakan suatu hal yang sangat bagus bagi tamatan siswa di SMA Negeri Unggul. Dan guru di SMA Negeri Unggul pun juga memiliki aspirasi yang sangat bagus dalam memberikan pengajaran kepada siswa, serta tidak memilih antara siswa yang bodoh dengan siswa yang pandai.
2
A. PENDAHULUAN
Pendidikan Agama merupakan modal dasar pembangunan Bangsa yang
mencakup luasnya masing-masing yang mempunyai tujuan yang berbeda-beda.
Pendidikan mendorong orang untuk belajar sendiri secara aktif dan
memberdayakan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Proses belajar akan
menjadi lebih bersifat dialogis dalam konteks yang lebih fungsional yang
berlangsung dalam iklim koordinatif. Produk pendidikan yang terwujud sumber
daya manusia menampilkan kualitas mandiri dan mengandung keunggulan. Di
sini dituntut kualitas kepemimpinan, manajemen organisasi dalam mencapai
kualitas pendidikan.
Pendidikan Agama Islam memerlukan berbagai tugas yang harus
dikerjakan oleh para tenaga kependidikan sesuai dengan peran dan fungsinya
masing-masing mulai dari level mikro dan makro yaitu tenaga kependidikan
disekolah. Di sekolah sama-sama terdapat tenaga kependidikan yang paling
berperan dan sangat menentukan kualitas pendidikan yaitu kepala sekolah dan
guru. Dalam perspektif globalisasi, otonomi daerah, desentralisasi pendidikan
serta untuk menyukseskan manajemen berbasis sekolah dan manajemen berbasis
kompetensi. Kinerja guru dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah.
Sebagai contoh guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh
Besar kurang memiliki motivasi mengajar. Hal ini terlihat dari semangat mengajar
mereka kalau ada kepala sekolah mereka disiplin masuk kelas namun jika kepala
sekolah tidak hadir kesekolah mereka tetap masuk kelas namun hanya sekedar
menghabiskan waktu pembelajaran.
Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru disekolahnya
gaya yang ditampilkan tepat diterapkan disekolahnya. Gaya kepemimpinan itu
tentu saja bersifat situasional, artinya seorang pemimpin lazimnya menggunakan
gaya kepemimpinan yang berbeda, tergantung pada kebutuhannya.
Untuk memperoleh sumber daya yang berkualitas khususnya di bidang
Pendidikan Agama Islam diperlukan berbagai upaya. Di sinilah pentingnya peran
kepala sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan yang berupaya terus-menerus
dan bertanggung jawab terhadap pembinaan Pendidikan Agama Islam.
3
Pengelolaan satuan pendidikan bertanggung jawab atas pemberian kesempatan
kepada tenaga pendidikan yang bekerja di satuan pendidikan yang bersangkutan
untuk mengembangkan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu tenaga
kependidikan sudah sewajarnya memperoleh upaya pembinaan dari Kepala
Sekolah terhadap para pendidik secara efektif dan efisien. Karena hal ini
merupakan faktor kunci yang turut menentukan keberhasilan pendidikan
sebagaimana diisyaratkan dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tersebut di atas
sesuai dengan kajian tentang arah pada abad 21 ,yakni: Persoalan kepemimpinan
(leadership) merupakan suatu persoalan yang sangat aktual untuk dibicarakan.1
Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.2
Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan yang penting dalam rangka
pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan
kunci keberhasilan. Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen
merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan
amat berat tugas yang diemban, seolah-olah kepemimpinan diharuskan
menghadapi berbagai macam faktor seperti struktur atau tatanan, koalisi,
kekuatan, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi. Disamping itu
kepemimpinan dapat dijadikan alat yang dapat menyelesaikan suatu masalah yang
menimpa suatu organisasi.
Kepemimpinan berperan dalam melindungi beberapa isu pengaturan
organisasi yang tidak tepat, yang menyangkut distribusi kekuatan yang menjadi
penghalang tindakan efektif, kekurangan berbagai macam sumber, prosedur yang
dianggap buruk, yakni problem-problem organisasi yang lebih mendasar. Istilah
kepemimpinan diartikan bermacam-macam. Hal ini tergantung pada sudut
pandang dan konteks pengertian para ahli membahasnya. Beberapa batasan
pengertian kepemimpinan diuraikan dibawah ini yang berkaitan dengan penelitian
yang menjadi sasaran.
1 Prawiroesentono,Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan Kinerja karyawan (Yokyakarta:BPEF,1999),hal.7
2 Dharma, A,Gaya Kepemimpinan Yang Efektif bagi para Manager (Bandung:Sinar Baru,1984) ,hal.136.
4
Tugas pokok seorang pemimpin adalah mendidik, memberi petunjuk,
membimbing dan lain sebagainya yang secara singkat dapat dikatakan seorang
pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya dengan sedemikian rupa, sehingga
mereka itu mau mengikuti kehendak pimpinan untuk dapat bekerja sama dengan
sebaik-baiknya, sehingga tercapainya tujuan yang telah ditentukan atau ditetapkan
sebelumnya.3
Dari berbagai batasan tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan
adalah seseorang untuk mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasikan
aktivitas orang lain dengan melalui cara tertentu dalam situasi tertentu guna
pencapaian tujuan bersama sebagaimana telah ditetapkan. Dalam penelitian ini
kepemimpinan ditelaah perilaku (behavior approach) atau kepemimpinan sebagai
fungsi kelompok yang memandang efektivitas organisasi sebagai fungsi perilaku
kepemimpinan Kepala Sekolah yang bersangkutan.
Kepemimpinan yang bersifat umum memberikan landasan pengertian
kepemimpinan secara khusus dalam bidang pendidikan. Banyak pendapat tentang
kepemimpinan, Daryanto mengemukakan: “Kepemimpinan Pendidikan adalah
segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personil di lingkungan pendidikan
pada situasi tertentu agar melalui kerjasama mau bekerja dengan penuh rasa
tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditentukan”4
Pimpinan lembaga pendidikan berfungsi sebagai motor penggerak yang
mempengaruhi anggotanya, yaitu para guru dan pegawai agar bekerja secara
maksimal sehingga dapat menampilkan kinerja optimal untuk mencapai standar
mutu yang diharapkan orang tua, masyarakat, lapangan kerja, industri dan
pemerintah. As-Suwaidan dan Basyarahil menyebutkan:
Kepemimpinan Pendidikan sebagai suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien didalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran5
Kepemimpinan Pendidikan merupakan suatu kesiapan, kemampuan yang
dimiliki seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing,
mengarahkan, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan pengembangan pendidikan dan pengajaran6 Ini bertujuan agar
segenap kegiatan dapat berjalan secara efisien yang pada gilirannya dapat
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan, atau dengan
ringkas dapat diungkapkan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang
terhadap penetapan dan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran
Kepala sekolah pada hakikatnya adalah tenaga fungsional yang diberi
tugas untuk memimpin penyelenggaraan sekolah. Oleh sebab itu komposisi yang
dititik beratkan bagi tugas-tugas kepala sekolah bukan komposisi proses belajar
mengajar. Kemampuan kepala sekolah yaitu memiliki kemampuan untuk
menganalisis persoalan, kemampuan memberikan berbagai pertimbangan,
kecakapan berorganisasi, kemampuan berkomunikasi secara tertulis, keinginan
untuk berpartisipasi dan kecakapan dalam mendiskusikan kejadian aktual,
memotivasi tinggi dan memahami latar belakang filosofis pendidikan dengan
baik.
Kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan
akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam
pembaharuan sistem pendidikan di sekolah, dampak tersebut antara lain
efektivitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas dan
dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan
(transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi
dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan dan
akuntabilitas.
Untuk menjadi Kepala Sekolah yang profesional dan memiliki kredibilitas
yang tinggi maka dibutuhkan profesionalisme kepala sekolah:
5 As-Suwaidan, M. T. dan Basyarahil, U.F, Melahirkan Pemimpin Masa Depan (Jakarta: Gema Insani, 2005),hal.33.
6 Indrafachruddin, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang baik (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995),hal.29.
6
1. Tumbuhnya kepemimpinan sekolah yang kuat. Kepala sekolah
memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan
dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan.
2. Efektivitas proses pendidikan. Peningkatan profesionalisme tenaga
kependidikan memiliki efektivitas pendidikan tinggi, yang dampak
dari sifat pendidikan yang menekankan pada pemberdayaan peserta
didik.
3. Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah sehingga
setiap perilaku selalu di dasari oleh profesionalisme.
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Tenaga pendidikan,
terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Oleh karena itu,
peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan mulai dari analisis
sampai pada imbal jasa, merupakan harapan penting bagi seorang
Kepala Sekolah.
5. Transparasi manajemen, dalam wacana demokrasi pendidikan
6. Kemandirian , kepala sekolah memiliki kemandirian untuk melakukan
yang terbaik bagi sekolah
7. Kemampuan untuk berubah. Perubahan harus menjadi kenikmatan
bagi semua warga sekolah
8. Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
9. Tanggap terhadap kebutuhan
10. Teamwork yang kompak, cerdas, dinamis. Kebersamaan teamwork
merupakan karakteristik yang dituntut oleh profesionalisme Kepala
Sekolah.
11. Akuntabilitas, sekolah dituntut melakukan petanggung jawaban
terhadap semua pelaksanaan pendidikan.
12. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat7
Kualitas kepala sekolah yang dimaksudkan adalah kepala sekolah yang
benar-benar memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang cukup
7 Mulyasa. E, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung. PT. Remaja Rosda Karya, 2002),hal.90
7
mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh pendidikan di sekolah tersebut,
kemudian Kepala Sekolah yang dapat benar-benar berfungsi sebagai peningkatan
mutu pendidikan yang dikelola.
Danim menjelaskan tentang bagaimana kualitas Kepala Sekolah yang
seharusnya diharapkan oleh para bawahan, paling tidak ada lima karakteristik
yang harus dipenuhi oleh kepala sekolah:
1. Bawahan menginginkan kepala sekolah membuat rencana yang baik dan dapat dijangkau oleh para guru dan anak didik.
2. Bawahan menginginkan agar kepala sekolah mempunyai tujuan yang jelas dan konsisten, dengan harapan tidak mudah terbawa kepada arus angin, melainkan melaksanakan tugas sesuai dengan harapan Pemerintah dan Kebutuhan sekolah baik pengembangan Kualitas dan Kuantitas.
3. Bawahan menginginkan kepala sekolah yang secara terus menerus menginformasikan kemajuan sekolah kepada bawahan.
4. Bawahan menghendaki agar kepala sekolah memperlakukan mereka sebagai pendidik dan bukan robot yang sesuka hati memerintahkan mereka.
5. Bawahan berharap kepala sekolah dapat membawa kemajuan ke arah yang lebih baik lagi. 8
Keberhasilan atau kegagalan seorang kepala sekolah tidak hanya
ditentukan oleh dirinya sendiri, akan tetapi juga ditentukan oleh akumulasi
subsistem yang terlibat, yaitu kepala sekolah sendiri dengan seperangkat
potensinya, Karakteristik bawahan, Karakteristik situasi, kondisi, organisasi di
luar manusianya, dan karakteristik situasi dan kondisi luar sekolah. Keberhasilan
sekolah mengandung arti keberhasilan pemimpin sekolah. Untuk menunjang
kemampuan kepala sekolah di samping kemampuan akademik yang telah dimiliki,
perlu adanya penambahan yang berasal dari luar akademik seperti pelatihan,
workshop dan seminar.
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan pada tingkat sekolah. Ia
memiliki peranan yang besar dalam mengembangkan kualitas pendidikan
disekolahnya. Tumbuh dan berkembangnya semangat kerja, terciptanya kerja
sama yang harmonis dan perkembangan kualitas guru Pendidikan Agama Islam
sangat ditentukan oleh kualitas manajemen kepemimpinan kepala sekolah. Kepala
sekolah sebagai seorang Manejer Pendidikan (Educational Leader) hendaknya
senantiasa mengembangkan diri agar menjadi pemimpin yang profesional.
Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru disekolahnya
gaya yang ditampilkan tepat diterapkan disekolahnya. Gaya kepemimpinan itu
tentu saja bersifat situasional, artinya seorang pemimpin lazimnya menggunakan
gaya kepemimpinan yang berbeda, tergantung pada kebutuhannya
Kita menyadari bahwa di mana saja kelompok manusia berada harus ada
yang dipercayai sebagai pemimpinnya. Pemimpin ini mempunyai sifat, kebiasaan,
temperamen, watak dan kepribadian yang unik dan khas, sehingga tingkah laku
dan gaya yang memiliki membedakannya dari orang lain. Gaya hidupnya pasti
mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Jadi gaya kepemimpinan
merupakan pancaran dari keseluruhan kepribadian seorang pemimpin. Istilah gaya
kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan keseharian baik dalam bentuk
organisasi/lembaga formal maupun organisasi/lembaga informal khususnya dalam
organisasi formal yaitu yang terdapat di sekolah.
Gaya kepemimpinan dilahirkan oleh perilaku dan sifat seseorang yang
memiliki jiwa kepemimpinan. Jadi gaya kepemimpinan dapat dilihat dari segi
perilaku dan sifat yang dimunculkannya. Istilah gaya (style) kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat ia mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain, yaitu dengan istilah kepemimpinan maka
dengan sendirinya orang yang bertindak sebagai bawahan mengaku pemimpin ini
memiliki kelebihan baik dari segi pengalaman, pendidikan ataupun kematangan
emosional, sehingga tanpa disadari bawahan tadi akan menghormati pemimpin
tersebut. 9
Salah satu pendekatan tentang teori kepemimpinan yang menunjukkan
gaya kepemimpinan secara jelas adalah Managerial Grid (Jaringan Manajemen),
yang dikembangankan oleh R.K. Blake dan Jane S. Mauton.10 Dalam pendekatan
Managerialgrid ini, manajer berhubungan dengan dua hal, yakni perhatian pada 9 Thoha. S, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaja ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002),hal.49
9
produksi di satu pihak dan perhatian pada orang-orang di pihak lain. Perhatian
pada produksi atau tugas adalah sikap pemimpin yang menekankan mutu
keputusan, prosedur, mutu pelayanan staf, efisiensi kerja dan jumlah pengeluaran.
Perhatian pada orang-orang adalah sikap pemimpin yang memperhatikan
keterlibatan anak buah dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam hal ini aspek-
aspek yang perlu diperhatikan berkaitan dengan harga diri anak buah, tanggung
jawab berdasarkan kepercayaan, suasana kerja yang menyenangkan dan hubungan
yang harmonis.
Tuntutan seperti itu berlaku untuk semua bentuk kepemimpinan, termasuk
lembaga pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan salah satu organisasi formal
yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah, kepala sekolah sangat dituntut untuk
menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam mengorganisir bawahannya sangat
besar pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Semakin
profesional kepala sekolah, maka semakin bagus kualitas pendidikan yang
dicapai.
Dari hasil pengamatan awal peneliti pada SMP NEGERI 2 SEULIMEUM,
kepala sekolah sangat mengutamakan kepentingan tugas disekolah, terutama
dalam meningkatkan kinerja guru.
Hal ini berarti bahwa semangat dan kerja guru Pendidikan Agama Islam
dapat dikenali melalui penyelesaian tugas-tugas tepat waktu atau dapat
terselesaikan dengan baik. Gaya Kepemimpinan yang diterima oleh bawahan
diharapkan dapat meningkatkan kinerja, karena pola kepemimpinan kepala
sekolah merupakan manifestasi dari suatu perilaku kepemimpinan yang tidak
terlepas dari sikap atau cara berfikir dan bertindak yang dianut oleh kepala
sekolah, sebab antara sikap dan gaya memiliki keterkaitan yang sangat erat.11
Ada beberapa gaya Kepemimpinan yang dapat diterapkan untuk
mengelola organisasi/lembaga atau sekolah. Ada empat pola kepemimpinan yang
10 Mulyasa. E, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. 2002),hal.12
11 Owens, RG, Organizaciona Behavior in Educational Administration Englewood Cliffs (New Yersey, Printice Hall, Inc),hal.83.
10
dapat mempengaruhi bawahannya baik secara individu maupun kelompok,
diantaranya: “(1) Gaya instruktif; (2) Gaya konsultatif; (3) Gaya partisipatif’ (4)
Gaya delegatif “.12 Prilaku pimpinan yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan
adalah gaya instruktif dicirikan dengan komunikasi satu arah. Insiatif pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan semata-mata Pimpinan. Prilaku Pimpinan yang
tinggi dukungan dan rendah pengarahan bercirikan Gaya konsultatif. Pimpinan
masih banyak memberikan pengarahan kepada guru-guru, tetapi hal ini juga
meningkatkan komunikasi dua arah. Meskipun demikian dukungan ditingkatkan
tetapi pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada Kepala Sekolah.
Prilaku Pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan ditunjukkan
dengan gaya partisipatif. Penggunaan gaya ini kepala sekolah dan bawahan saling
tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
sebahagian dipegang bawahannya. Prilaku pemimpin yang rendah dukungan dan
rendah pengarahan dirujuk sebagai gaya delegatif. Kepala Sekolah mendiskusikan
masalah secara bersama-sama dengan guru/bawahan sehingga tercapai
kesepakatan dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk memikul
tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
Tanpa perasaan aman guru merasa tertekan dalam bekerja, akibatnya
mereka tidak berani berpendapat atau melahirkan buah fikiran mereka. Jika
seorang pemimpin dapat menaruh kepercayaan kepada guru ia tidak merasa perlu
selalu mengawasi guru tersebut. Pimpinan tersebut dapat berbuat demikian karena
dalam dirinya sudah tertanam rasa percaya diri. Sebaliknya, guru juga dapat
memiliki rasa percaya diri dan akan berusaha melaksanakan tugasnya dengan
penuh tanggung jawab. Dengan demikian akan hilanglah segala prasangka,
fenomena ini diyakini sebagai peningkatan kinerja guru.
Dari paparan diatas, maka yang ingin penulis lakukan dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru Pendidikan Agama Islam Pada SMP N 2 Seulimeum Aceh Besar.
12 Hersey, Paul dan Ken Blanchard, Manajemen Perilaku Organisasi (Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud 1991),hal.43.
11
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan untuk
mendapatkan gambaran tentang kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah
dalam meningkatkan kinerja guru Pendidikan Agama Islam pada SMP Negeri 2
Seulimeum Aceh Besar, gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan
kemampuan guru Pendidikan Agama Islam pada SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh
Besar, Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi guru
Pendidikan Agama Islam pada SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar, Gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin guru Pendidikan
Agama Islam pada SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar, gaya kepemimpinan
kepala sekolah dalam meningkatkan komitmen guru Pendidikan Agama Islam
pada SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar, dan gaya kepemimpinan kepala
sekolah dalam meningkatkan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam pada
SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar.
Ada beberapa kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini di antaranya :
1. Untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu
Administrasi Pendidikan, khususnya kepemimpinan pendidikan dan kinerja
guru.
2. Sebagai bahan masukan bagi praktisi pendidikan untuk membuat suatu
kebijakan dalam memberdayakan kepemimpinan kepala sekolah, tenaga
kependidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
untuk peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam.
3. Kepala sekolah bisa menerapkan gaya kepemimpinan bersifat situasional,
artinya seorang pemimpin lazimnya menggunakan gaya kepemimpinan yang
berbeda tergantung kebutuhannya.
4. Wakil kepala sekolah guru dan staf administrasi, bisa menerima tentang gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru.
5. Komite sekolah untuk memberikan suatu pemahaman kepada guru-guru
tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dipandang suatu yang mendukung
dalam proses pendidikan karena itu, guru-guru akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya yang lebih baik
12
B. METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut moleong penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek dan perilaku yang dapat diamati.13 Dalam penelitian ini akan diambil data deskriptif berupa kata-kata hasil wawancara. Data tersebut digunakan untuk mengetahui Strategi Pemahaman Isi Kandungan al-Quran di SMA Negeri Unggul Sigli. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru PAI yang dijadikan sebagai subjek penelitian, kemudian diwawancara sesuai dengan melakukan Strategi Pemahaman Isi Kandungan al-Quran di SMA Negeri Unggul Sigli. Adapun proses pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data yaitu: Wawancara (Interview) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka di mana responden bebas memberikan jawaban sesuai dengan apa yang ditanyakan. Dalam penelitian ini wawancara akan dilakukan peneliti 1 orang guru PAI yang dipilih sebagai subjek penelitian untuk memperoleh data dalam melakukan Strategi Pemahaman Isi Kandungan al-Quran di SMA Negeri Unggul Sigli beserta memberikan solusi agar dapat mengatasi masalah tersebut dan memberikan jawaban yang akurat.
C. PEMBAHASAN
1. Strategi Peningkatan Pemahaman Isi Kandungan Ayat al-Quran dalam Silabi PAI di SMA Negeri Unggul Sigli
Strategi pengajaran untuk peningkatan pemahaman al-Quran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien untuk meningkatkan
kemampauan dalam memahami al-Quran. Secara etimologi strategi dapat
diartikan sebagai siasat, kiat, trik atau cara. Istilah strategi sering digunakan dalam
dunia kemiliteran.14 Sedangkan secara terminologi strategi adalah suatu garis-garis
besar haluan atau cara untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan/sasaran yang
15 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 5.
13
Berdasarkan teori-teori di atas dan hasil penelitian di lapangan yaitu hasil
wawancara dengan guru PAI dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi
pengajaran untuk pemahaman isi kandungan al-Quran yang dilaksanakan oleh
guru PAI yaitu:
a. Dengan cara guru membacakan ayat-ayat kemudian memberi arti kata perkata atau menuliskan kosa kata bahasa Arab dalam ayat tersebut, kemudian memberi makna secara menyeluruh lalu guru menjelaskan makna dari ayat al-Quran tersebut,
b. Memberikan strategi yang berbeda kepada siswa, misalnya bagi siswa yang kurang pandai diberikan strategi yang berbeda dengan siswa yang pandai, sebab bagi siswa yang kurang pandai lebih lambat menangkap penjelasan dari guru, sedangkan bagi siswa pandai mudah menangkap penyelasan dari guru tidak perlu menjelaskan secara berulang-ulang cukup sekali dijelaskan,
c. Memiliki sistematika yang baik dalam hal proses memahami isi ayat-ayat al-Quran yaitu mempunyai waktu yang khusus, bukan mencampur adukan segala bidang,
d. Adanya pemahaman dan penghayatan yang kuat, tidak hanya dalam memahami saja tetapi harus bisa menghafal dan mengingatnya, serta menjelaskannya,
e. Adanya dorongan dari internal yaitu dorongan dari guru sedangkan eksternal yaitu dorongan dari orang tuanya dan lingkungan, bahwa kedua ini sangat penting bagi siswa dalam meningkatkan pemahaman isi kandungan al-Quran yang terdapat dalam silabi PAI.
Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan guru PAI bahwa
strategi peningkatan pemahaman isi kandungan ayat al-Quran dalam silabi PAI di
SMA Negeri Unggul Sigli belum maksimal di mana masih terdapat siswa
mengalami sulit memahami isi kandungan al-Quran yang terdapat dalam silabi
PAI.
2. Kendala dan tantangan yang dihadapi guru dan siswa dalam penerapan strategi peningkatan pemahaman ayat-ayat al-Quran dalam silabi PAI.
Tujuan dari proses pembelajaran adalah untuk membantu siswa dalam
meningkatkan kemapuan, prestasi yang tinggi dan intelektual, walaupun dalam
proses pembelajaran tersebut masih banyak terdapat siswa yang masih salah
14
memahami isi kandungan al-Quran dalam silabi PAI, maka dalam setiap kegiatan
yang dilaksanakan sudah tentu adanya kendala dan tantangan yang dihadapi
karena dalam suatu kegiatan tersebut ada unsur positif dan negatif, di antara
kendala dan tantangan yang dihadapi oleh guru PAI dalam meningkatkan
pemahaman isi kandungan al-Quran dalam selabi PAI dapat dilihat dari beberapa
faktor yaitu:
a. Faktor sarana, terbatasnya persediaan buku.
Faktor sarana adalah alat lansung untuk mencapai tujuan pendidikan,
jenis peralatan dan perlengkapan yang disediakan disekolah mempunyai pengaruh
besar terhadap program belajar mengajar. Persediaan yang kurang dan tidak
memadai akan menghambat proses pembelajaran. Dari hasil wawancara dari gugu
PAI bahwa jumlah buku paket untuk murid sangat sedikit, sehingga buku yang
ada tersebut tidak dibagi permurid melainkan dibagi bergiliran setiap masuk kelas,
demikian faktor sarana ini merupakan penghambat dalam meningkatkan
pemahaman isi kandungan al-Quran. 16
b. Faktor pendidikan
Faktor pendidikan juga termasuk kendala yang dihadapi SMA Negeri
Unggul Sigli, bahwa faktor pendidikan yang kurang karena jumlah guru
agamanya satu orang, otomatis guru tersebut harus mengawal atau mengajar
semua rombongan kelas dari kelas 1 sampai kelas 3, sehingga proses
pembelajaran tidak optimal, seharusnya setiap sekolah minimal 2 orang untuk
guru pendidikan agama agar ada pembagian waktu tugas mengajar. Misalnya
kelas 1 dipegang oleh guru A dan kelas 2 sampai 3 dipegang oleh guru B,
demikian guru PAI tidak merasa kewalahan dalam mengajar dan pembelajaran
yang diberikan akan maksimal. 17
c. Faktor waktu
16 Wawancara dengan Ramli guru PAI SMA Negeri Unggul Sigli tanggal 21 Juli 2014.17 Wawancara dengan Ramli guru PAI SMA Negeri Unggul Sigli tanggal 21 Juli 2014.
15
Faktor waktu yang tidak mencukupi juga menjadi penyebab dalam proses
pembelajaran, waktu pembelajaran mata pelajaran PAI pada SMA Negeri Unggul
Sigli cuma 2 jam pembelajaran. Hal tersebut tidak cukup untuk membimbing
murid dalam memahami isi kandungan al-Quran, bahwa dalam 2 jam
pembelajaran tersebut 1 jam digunakan untuk melatih membaca al-Quran dan 1
jam lagi untuk membahas isi kandungan al-Quran. Jadi untuk mendorong siswa
dalam memahami al-Quran cuma 1 jam, maka hal tersebut tidaklah cukup, karena
kebanyakan siswa masih mampu memahami isi kandungan al-Quran, sehingga
membuat siswa banyak kesalahan dalam memahami isi kandungan al-Quran. 18
Sedangkan hasil wawancara dengan siswa ada beberapa kendala dan
tantangan yang mereka hadapi adalah:
1) Kurang mampu menguasai bahasa Arab sehingga memperlambat siswa untuk memahami penjelasan isi ayat-ayat al-Quran dalam silabi PAI yang diajari oleh gurunya,
2) Minimnya waktu untuk menerima penjelasan isi ayat-ayat al-Quran dalam silabi PAI yang diajarin oleh gurunya,
3) Adanya kesibukan yang lain sehingga mengikis waktu untuk mempelajari isi ayat-ayat al-Quran dalam silabi PAI,
4) Adanya faktor kemalasan saat memulai belajar untuk mempelajari silabi PAI.19
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Berdasarkan uraian di atas
menunjukkan bahwa penggunaan strategi bermuara pada satu titik sentral, yakni
agar siswa dapat memahami isi kandungan ayat al-Quran dengan baik dan benar.
Jadi dalam melakukan strategi pengajaran al-Quran, perlu menggunakan strategi
yang baik maka akan berpengaruh kuat terhadap proses pengajaran al-Quran,
sehingga terciptanya keberhasilan dalam target pemahaman al-Quran bagi siswa,
sebab strategi yang digunakan dalam pemahaman isi kandungan ayat al-Quran
dipandang sebagai salah satu strategi alternatif yang dapat membantu siswa dalam
18 Wawancara dengan Ramli guru PAI SMA Negeri Unggul Sigli tanggal 21 Juli 2014.
19 Wawancara dengan Heri siswa SMA Negeri Unggul Sigli 7 Maret 2014.
16
pemahaman isi kandungan ayat al-Quran. Maka strategi yang digunakan untuk
pengajaran isi kandungan ayat al-Quran adalah strategi yang sangat penting dalam
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
3. Upaya Guru PAI dalam Menghadapi Kendala dan Tantangan yang dihadapi Siswa
Karena masih banyak kendala dan tantangan guru PAI di SMA Negeri
Unggul Sigli dalam meningktakan pemahaman siswa terhadap ayat al-Quran
dalam silabi PAI. maka guru PAI Harus berupaya untuk memperbaiki kekurangan
tersebut, jadi upaya-upaya yang dilakukan yaitu:
a. Dengan menerapkan metode yang bervariasi dalam pembelajaran memahami isi kandungan al-Quran, adapun metode pengajarannya antara lain. Metode penafsiran al-Quran. seperti tafsir al-bayân, tafsir misbâh dan lain-lain, serta guru memberikan berbagai macam contoh terhadap ayat-ayat tersebut agar bisa memahami isi kandungan ayat al-Quran dalam selabi PAI.
b. Dalam melaksanakan setiap kegiatan harus melakukan berbagai usaha yang dapat menunjang keberhasilan pekerjaan tersebut. Termasuk juga dalam mengajar pendidikan al-Quran di SMA Negeri Unggul Sigli yang memerlukan berbagai upaya agar siswa mampu mengatasi kendala dan tatangan yang dihadapi dalam memahami isi kandungan al-Quran. Hal ini senada yang dikatakan oleh Bapak Heri bahwa guru memerlukan berbagai upaya agar siswa yang belajar di SMA Negeri Unggul Sigli mampu memahami isi kandungan al-Quran.20
Upaya yang dilakukan guru dalam mengajar al-Quran kepada siswa
adalah menyuruh membaca dan memahami. Membaca adalah proses
mengenal, mengenterpretasi dan mempersepsikan bahan tertulis dan
tercetak selain itu juga komunikasi antar penulis dan pembaca.
Sedangkan memahami adalah proses membaca dan mengetahui makna
yang terkandung dalam tulisan tersebut. Jadi membaca dan memahami
mempunyai hubungan keterkaitan dalam dalam upaya meningkatkan
20 Wawancara dengan Heri, Guru Bahasa Arab SMA Unggul Sigli, Tanggal 21 Juli 2014.
17
kemapuan memahami isi kandungan al-Quran, karena dengan
membaca menjadi arah akan berusaha untuk memahami dan
pemahaman timbul karena adanya bacaan. Guru PAI SMA Negeri
Unggul Sigli bahwa dalam meningkatkan pemahaman isi kandungan
al-Quran belum memadai, karena setiap guru hanya berupa memberi
ilmu yang ada dan memberi motivasi kepada murid. Bahkan proses
pembelajaran hanya dalam ruang saja tidak ada upaya untuk
menambah jam pelajaran, karna hal inilah masih banyak terdapat siswa
yang salah memahami isi kandungan al-Quran. 21
1. Menjalin kerja sama dengan orang tua
Selain itu upaya yang dilakukan oleh guru PAI yaitu memberitahukan
kepada orang tua agar anaknya diantar ketempat pengajaran baik TPA
maupun teungku-teungku dan membimbing kembali anaknya di
rumah, serta guru tersebut juga menyediakan waktu untuk siswa yang
tidak bisa memahami isi kandungan al-Quran diluar jam sekolah. Oleh
karena itu, guru dan orang tua harus melakukan berbagai cara untuk
mengatasi kendala tersebut, maka dapat diketahui bahwa cara guru dan
orang tua dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam meningkatkan
kemampuan memahami isi kandungan al-Quran di SMA Negeri
Unggul Sigli dengan meningkatkan kerjasama antara guru dan orang
tua.
Orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak akan mencapai
tujuan utama pendidikan. apabila kedua belah pihak antara guru dan
orang tua tidak menjalin kerjasama maka akan memberikan hasil
belajar yang negatif terhadap anak. Jadi bisa dikatakan keberhasilan
anak dalam mencapai suatu tujuan ditentukan pula oleh sejauh mana
21 Wawancara dengan Ramli guru PAI SMA Negeri Unggul Sigli tanggal 21 Juli 2014.
18
pihak sekolah mengajak dan menggandeng orang lain untuk berperan
serta dalam pendidikan yang mereka terapkan.
Untuk mencapai maksud tersebut, hendaklah ada hubungan timbal balik
antara guru dan orang tua, dengan cara guru secara berkala
memberikan laporan tentang perkembangan dan kemunduran yang
terjadi pada anak, sebaliknya orang tuapun secara berkala melaporkan
kepada pihak sekolah tentang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
oleh anak baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam meningkatkan
kemampuan memahami isi kandungan al-Quran di sma negeri unggul
sigli terdapat kendala dan tantangan yang harus dihadapi, maka
kendalan dan tantangan tersebut meliputi faktor sarana yang terbatas,
faktor pendidik, dan waktu yang tidak mencukup, namun guru dan
orang tua mengatasinya dengan cara memilih metode yang tepat dan
kerja sama antara guru dan orang tua, untuk menyelesaikan siswa yang
masih salah memahami isi kandungan al-Quran.
1. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Komitmen Guru Pendidikan Agama Islam.
Wahjosumidjo Mengungkapkan bahwa: “Komitmen dalam kerja baik
individu, kelompok maupun organisasi di pengaruhi oleh lingkungan kerja dan
teman kerja”.22 Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap komitmen
seseorang untuk bekerja lebih baik atau sebaliknya. Karena lingkungan kerja
merupakan aspek tidak dapat dipisahkan dengan unsur emosional seseorang.
Dalam melaksankan tugas kesehariannya dilembaga organisasi sangat dituntut
kepada profesionalisme dalam bekerja, hal tersebut akan terlaksana dan terwujud
22 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hal 153.
19
jika didukung oleh teman kerja yang kompak dan bersahaja dalam melaksanakan
tugas. Komitmen dalam bekerja tertanam oleh bawahan sangat didukung oleh
teman kerja yang saling mengingatkan, membantu dalam bekerja, mendorong jika
pekerjaannya benar dan menasehati jika pekerjaannya kurang benar sehingga rasa
bersama dan sepenanggungan dalam bekerja akan terjalin. Dalam hal ini kepala
sekolah mengatakan bahwa, selaku pimpinan kepala sekolah selalu memberikan
perhatian penuh dalam memberikan kenyamanan kepada guru dalam setiap
pekerjaan yang mereka lakukan. Karena kepala sekolah berpendapat bahwa
mekanisme kerja yang telah dirancang dan tidak baku dalam membagi tugas
kepada guru karena melihat kepada situasi serta kondisi yang ada. Ciri
kepemimpinan dalam melihat kepada keadaan guru secara menyeluruh dapat
dikatakan dengan ciri kepemimpinan delegatif.
5. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam.
Terungkap dari hasil wawancara menunjukkan bahwa tidak ada guru
Pendidikan Agama Islam atau bawahan yang senang apabila tidak diserahi
tugas/tanggung jawab, apabila berupaya menghindari tugas/tanggung jawab bila
ada kesempatan untuk itu dan guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan
tugas bukan didasari oleh rasa takut melainkan rasa segan apabila tidak dapat
menyelesaikan tugas yang telah diberikan, Sutarto mengatakan bahwa:
Dalam melaksanakan peran kepemimpinannya, para pemimpin delegatif
percaya bahwa orang cenderung lebih senang diarahkan, menjadi pekerja yang
ditentukan prosedurnya dan pemecahan masalahnya dari pada harus memikul
sendiri tanggung jawab diatas segala tindakan dan keputusan yang diambil. Oleh
karena itu bawahan pada iklim delegatif tidak cocok diserahi tanggung jawab
merancang pekerjaannya secara inisiatif atau pekerjaan yang menuntut prakarsa.23
Kepala sekolah sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan untuk
membawa sekolah SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar ke arah yang lebih
23 Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi( Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1991),hal. 77.
20
berkualitas, seperti kesiapan sekolah untuk menyelenggarakan UN, dalam hal ini
Wahjosumidjo mendefinisikan Kepemimpinan delegatif adalah “Kepemimpinan
yang mempunyai Visi dan Misi untuk masa depan, sebagai agenda perubahan
yang unggul, sebagai pembimbing yang dapat mengarahkan bawahannya ke arah
profesionalisme kerja yang diharapkan”.24
1. HASIL PENELITIAN
1. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kemampuan guru Pendidikan Agama Islam.
Hasil wawacara dengan kepala sekolah terungkap bahwa pembinaan
terhadap kualitas kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap tugas-tugas yang telah
diberikan. Peningkatan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk guru
terindikasi sebagai berikut: (1) Tugas yang diberikan oleh kepala sekolah sebagian
besar dapat diselesaikan dengan baik, (2) Dokumen-dokumen pembelajaran sudah
bertambah lengkap dan (3) Proses pembelajaran yang dilakukan bertambah baik
dan meningkat.25
Dari hasil pengamatan dan wawancara, gaya kepemimpinan kepala
sekolah yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan guru Pendidikan
Agama Islam adalah gaya kepemimpinan delegatif, sedangkan untuk mengikuti
Pelatihan dan mengikutsertakan guru-guru melalui wadah MGMP menggunakan
gaya kepemimpinan instruktif.
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam terungkap bahwa
guru merasa sangat termotivasi dalam melaksanakan tugasnya dengan bentuk
kepemimpinan yang memfokuskan pada tugas dan hubungan kerja yang baik
dalam lembaga, apalagi kepala sekolah sangat menghargai perbedaan yang
dimiliki secara individu pada masing-masing guru, hasil wawancara dengan
kepala sekolah juga terungkap bahwa kepala sekolah sangat memperhatikan
24 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hal 6.
25 Hasil wawancara dengan bapak S (Kepala Sekolah SMPN 2 Seulimeum) tanggal 17 Desember 2014.
21
pengembangan individu guru, dimana ada guru yang masih belum memiliki
Stratifikasi Sarjana sangat disarankan untuk dapat melanjutkan kuliah dengan
diberikan fasilitas berupa pengurangan jam mengajar, hal ini dilakukan menurut
kepala sekolah agar pengembangan kemampuan pribadi guru tetap dilaksanakan
namun proses jalannya pembelajaran tidak terganggu26.
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam, guru-guru selalu
diberikan kesempatan oleh kepala sekolah untuk mengikuti berbagai kegiatan
Work Shop, In House Training, Rapat Kerja dan berbagai jenis kegiatan-kegiatan
lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan serta kompetensi kami
yang bertujuan agar lebih mudah diaplikasikan serta guru-guru diwajibkan untuk
mengikuti kegiatan melalui wadah MGMP menurut bidang studinya masing-
masing dan yang paling diutamakan bidang studi yang di UN-kan dan Pendidikan
Agama Islam yang di UASBN-kan.27
2. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Motivasi Guru Pendidikan Agama Islam
Dari hasil penelitian dan wawancara dengan kepala sekolah, dapat
diketahui bahwa kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya selaku pemimpin
lembaga pendidikan formal menerapkan gaya delegatif untuk memberikan
kesempatan kepada guru untuk melakukan kunjungan studi ke sekolah-sekolah
lain yang diperkirakan dapat memberikan nilai tambah bagi guru dan kepala
sekolah memberikan perhatian penuh dalam menindak lanjuti keluhan serta
harapan yang di harapkan oleh guru untuk menciptakan lembaga sekolah yang
berkualitas.28
Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah juga terungkap bahwa
kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin disekolah sangat
baik. Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam, juga terungkap
26 Hasil wawancara dengan ibu M (Guru Pendidikan Agama Islam pada SMPN 2 Seulimeum) pada tanggal 19 Desember 2014.
27 Hasil wawancara dengan ibu A,ibu S,ibu M (Guru-guru Pendidikan Agama Islam pada SMPN 2 Seulimeum) pada tanggal 20 Desember 2014.
28 Hasil wawancara dengan bapak S (Kepala sekolah pada SMPN 2 Seulimeum) pada tanggal 19 Desember 2014.
22
bahwa dalam meningkatkan motivasi guru Pendidikan Agama Islam maka kepala
sekolah selalu memberikan kesempatan untuk melakukan kunjungan studi ke
sekolah-sekolah lain, kepala sekolah juga memberikan perhatian penuh dan serius
dalam menindak lanjuti keluhan, harapan guru Pendidikan Agama Islam untuk
kemajuan dan perkembangan sekolah ke depan.29
3. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Guru Pendidikan Agama Islam.
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan kepala sekolah, kepala
sekolah berusaha ingin menjadi contoh teladan di lingkungan sekolah dengan cara
datang paling awal dan pulang paling akhir. Hal ini dilakukan untuk memberi
contoh kepada guru agar memiliki disiplin dalam bekerja, datang ke sekolah
sebelum jam belajar dimulai dan keluar dari kelas saat belajar selesai, dari contoh
yang diberikan oleh kepala sekolah diharapkan kepada guru Pendidikan Agama
Islam akan terciptanya proses belajar mengajar yang efektif seperti yang
diharapkan.
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa kepala sekolah
menentukan tugas personal guru Pendidikan Agama Islam sesuai dengan Job
Description yang telah disepakati bersama pada saat diadakan rapat kerja. Setiap
tugas yang diberikan oleh kepala sekolah kepada masing-masing guru selalu
diawali dengan pengarahan dan petunjuk untuk dapat dilaksanakan apa yang
ditugaskan dan kemudian mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas
tersebut, supaya tugas yang dilaksanakan itu dapat terlaksana dengan baik dan
benar. Sejauh yang didapati dari hasil penelitian tidak ada guru Pendidikan
Agama Islam yang menghindari pekerjaan dan tidak ada yang merasa senang jika
tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan, karena tugas dan tanggung jawab
seorang guru Pendidikan Agama Islam harus benar-benar dipahami dan
dilaksanakan dengan baik dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala
sekolah dalam memimpin sekolah jarang didapati informasi dari guru-guru bahwa
29 Hasil wawancara dengan ibu M (Guru Pendidikan Agama Islam pada SMPN 2 Seulimeum) pada tanggal 19 Desember 2014.
23
kepala sekolah dalam memimpin sangat jarang emosional atau marah-marah dan
memberi sanksi, kepala sekolah juga sangat memperhatikan dari aspek-aspek
kepribadian guru-guru Pendidikan Agama Islam tatkala menyerahkan tugas yang
harus dikerjakan, seperti contoh guru Pendidikan Agama Islam yang sedang
hamil, sakit, kecelakaan dan ataupun guru yang mendapat musibah.
Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam, terungkap
bahwa dalam meningkatkan disiplin guru di SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh
Besar kepala sekolah langsung menegur, membuat absen kehadiran dan
mengontrol ke setiap kelas jika ada guru Pendidikan Agama Islam yang terlambat
memasuki kelas dan untuk meningkatkan kedisiplinan guru Pendidikan Agama
Islam maka semua guru dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu.30
4. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Komitmen Guru Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh kepala sekolah sangat bervariasi, dimana kepala sekolah memiliki
teknik tersendiri dalam memimpin bawahannya yang dianggap sebagai mitra
kerja, penerapan gaya kepemimpinan berdasarkan pengamatan dan juga
wawancara dengan guru-guru Pendidikan Agama Islam, kepala sekolah
menerapkan gaya kepemimpinan yang tidak kaku, dimana semua tergantung
dengan keadaan dilapangan apabila keadaan dilapangan kondisinya relatif baik,
maka dengan sendirinya kepala sekolah selalu berusaha untuk dapat terus
meningkatkan semangat kerja dengan harapan terus memacu mutu dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Menurut hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam,
terungkap bahwa target utama kepala sekolah adalah selalu pada peningkatan
Mutu, terutama mutu kelulusan, dimana setiap lulusan tingkat SMP mereka
nantinya akan bersaing. Dalam hubungan mutu ini, kepala sekolah sangat 30 Hasil wawancara dengan ibu A (Guru Pendidikan Agama Islam pada SMPN 2
Seulimeum) pada tanggal 19 Desember 2014.
24
menekankan pada aspek hubungan dan perhatian yang baik dalam pelaksanaan
kegiatan sehari-hari di sekolah. Menurut kepala sekolah hubungan kerja yang
sangat diperhatikan adalah hubungan kerja dalam kelompok, menurut kepala
sekolah apabila hubungan kerja dalam kelompok diabaikan, akan sangat
berpengaruh dalam pencapaian hasil yang sangat maksimal. Di samping itu kepala
sekolah juga meminta kepada guru Pendidikan Agama Islam agar Mewajibkan
kepada siswanya untuk bisa Menghafal surat-surat pendek yang ada dalam Al-
qur,an. Tujuan ini menurut kepala sekolah adalah untuk jangka panjang dimana
dengan bisa menguasai ayat-ayat yang ada dalam surat-surat pendek tersebut
siswa dapat dengan mudah diterima di lembaga pendidikan terutama lembaga
pendidikan berlatar belakang pendidikan Islam (Pesantren). Selain itu juga
terungkap bahwa kepala sekolah tidak pernah membeda-bedakan perhatian
kepada guru, dimana menurut mereka, apabila hal ini dilakukan maka jurang
pemisah yang selama ini dikhawatirkan melebar akan terjadi, hal ini sangat
menganggu pencapaian tujuan dari Lembaga Pendidikan.31
5. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam.
Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam pada SMP
Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar, guru-guru juga mengatakan bahwa guru diberi
wewenang untuk memilih dan menetapkan pekerjaan sesuai dengan keahliannya
masing-masing dalam rangka untuk meningkatkan tanggung jawabnya, bahkan
guru-guru diwajibkan mengikuti secara rutin kegiatan sanggar yang relevan
dengan mata pelajaran masing-masing, kalau seandainya ada masalah dalam
proses belajar-mengajar, kepala sekolah bersama wakil membuat rapat, dalam
rapat tersebut guru diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat berupa
saran, usul, kritikan dan sebagainya yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Menurut kepala sekolah SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar bahwa
pelaksanaan tugas guru Pendidikan Agama Islam dapat dikatagorikan cukup baik.
31 Hasil wawancara dengan ibu M (Guru Pendidikan Agama Islam pada SMPN 2 Seulimeum) pada tanggal 20 Desember 2014.
25
Guru Pendidikan Agama Islam selalu berusaha melaksanakan tugas dengan waktu
yang telah ditentukan, hal ini sesuai dengan pendapat guru di SMP Negeri 2
Seulimeum Aceh Besar bahwa, kami disini merupakan personal dalam mendidik
peserta didik sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawab dan wewenang
kami baik itu tugas Kurikuler maupun tugas Ekstrakurikuler.32
Menurut kepala sekolah tanggung jawab terhadap hasil pembelajaran
merupakan tanggung jawab pokok dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan program kerja, dari hasil pelaksanaan tugas, umumnya guru sudah
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dalam kategori baik, walaupun masih
ditemukan ada beberapa guru yang belum melaksanakan tugasnya secara optimal,
pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan guru
yang mengatakan bahwa mereka mengajar dan melaksanakan tugas lainnya
merupakan tanggung jawab kami terhadap seluruh kegiatan yang ada pada SMP
Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar. Dari hasil pengamatan dan wawancara, gaya
kepemimpinan kepala sekolah yang diterapkan untuk meningkatkan Tanggung
jawab guru Pendidikan Agama Islam adalah gaya kepemimpinan delegatif
sedangkan untuk mengikuti Pelatihan dan mengikutsertakan guru-guru
Pendidikan Agama Islam melalui wadah MGMP menggunakan gaya
kepemimpinan intruktif.
2. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam penelitian yang
mengacu pada pembahasan penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru Pendidikan Agama Islam pada SMP Negeri 2
Seulimeum Aceh Besar sebagai berikut:
1. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kemampuan Guru Pendidikan Agama Islam.
32 Hasil wawancara dengan ibu Z (Guru Pendidikan Agama Islam pada SMPN 2 Seulimeum) pada tanggal 20 Desember 2014.
26
a. Kepala sekolah SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar menerapkan gaya
kepemimpinan instruktif dan delegatif dalam meningkatkan kemampuan
guru Pendidikan Agama Islam.
b. Gaya kepemimpinan delegatif yang ditetapkan oleh Kepala SMP Negeri 2
Seulimeum Aceh Besar, dalam hal ini kepala sekolah memberikan
kesempatan kepada guru Pendidikan Agama Islam untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
c. Gaya kepemimpinan instruktif yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan kemampuan guru Pendidikan Agama Islam, seperti setiap
guru PAI diharuskan untuk mengikuti pelatihan dan menginstruksikan
kepada guru wajib mengikutsertakan dirinya melalui wadah MGMP.
2. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Motivasi Guru Pendidikan Agama Islam.
a. Kepala sekolah (SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar) dalam
melaksanakan tugas untuk meningkatkan motivasi guru Pendidikan
Agama Islam lebih cenderung menggunakan gaya kepemimpinan
delegatif.
b. Gaya kepemimpinan delegatif yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan motivasi terhadap guru Pendidikan Agama Islam dalam
melaksanakan tugas, gaya ini membuktikan bahwa pimpinan memilih,
memutuskan dengan aturan yang telah berlaku seperti memberi
kesempatan kepada guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan
kunjungan ke sekolah-sekolah lain, memberikan perhatian penuh dalam
menindaklanjuti keluhan, harapan yang diharapkan guru.
3. Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Guru Pendidikan Agama Islam
a. Dalam meningkatkan Disiplin guru Pendidikan Agama Islam pada SMP
Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar kepala sekolah menggunakan gaya type/
kepemimpinan intruktif dan konsultasi.
b. Gaya kepemimpinan instruktif yang diterapkan oleh kepala SMP Negeri 2
Seulimeum Aceh Besar , dalam hal ketepatan waktu kehadiran di sekolah
27
dan ketepatan waktu untuk memasuki kelas sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
c. Gaya kepemimpinan konsultasi diterapkan oleh kepala sekolah untuk
pemecahan masalah pendisiplinan dan pembagian tugas secara adil dan
fair sesuai dengan keahliannya masing-masing.
4. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Komitmen Guru Pendidikan Agama Islam
a. Untuk meningkatkan komitmen guru Pendidikan Agama Islam pada SMP
Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar kepala sekolah menerapkan Gaya
kepemimpinan delegatif.
b. Gaya kepemimpinan delegatif yang diterapkan oleh kepala SMP Negeri 2
Seulimeum Aceh Besar , seperti kepala sekolah bersikap adil terhadap
stafnya, menaruh perhatian yang sama kepada stafnya bersikap ramah,
bersikap adil dalam pembagian tugas maupun dalam pembagian
kesejahteraan yang berpedoman kepada beban tugas yang diemban oleh
guru Pendidikan Agama Islam.
5. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam.
a. Dalam meningkatkan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam
kepala SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh Besar menerapkan 2 gaya
kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan delegatif dan intruktif.
b. Gaya kepemimpinan delegatif diterapkan dalam mensosialisasikan Visi
dan Misi sekolah, kepala sekolah sangat menjunjung nilai-nilai
kebersamaan untuk membawa sekolah SMP Negeri 2 Seulimeum Aceh
Besar ke arah yang lebih berkualitas.
c. Gaya kepemimpinan intruktif diterapkan dalam mensosialisasikan tata
tertib/aturan-aturan sekolah yang telah ditetapkan bersama misalnya,
setiap guru (masing-masing bidang studi) harus tercapai target Kurikulum,
apakah target Kurikulum yang telah ditentukan oleh sekolah, Dinas
Pendidikan dan Pengajaran di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun tingkat
Pusat.
28
PENUTUP
Alhamdulillahirobbil’alamin, itulah kiranya kata yang pantas keluar dari
bibir penulis sebagai pujian dan ungkapan syukur kepada Allah swt Pencipta alam
raya. Semuanya tidak akan terlaksana dan tidak akan berarti apa-apa tanpa
adanya campur tangan Allah swt. Karena setelah melalui proses yang panjang
akhirnya tesis ini dapat terselesaikan. Buah karya ini merupakan hasil kerja
penulis dengan mencurahkan segenap kemampuan dan pikiran serta
mengorbankan seluruh tenaga, waktu dan materi. Namun kerja keras dan
pengorbanan penulis sama sekali tidak ada artinya tanpa bantuan dari Allah
SWT, karena semua bisa terjadi hanya karena kekuasaan Allah.
Oleh karena itu, kesalahan dan kekurangan pada tesis ini bukanlah sesuatu
hal yang mustahil adanya. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Harapan penulis adalah semoga karya kecil ini dapat
mendatangkan dan memberikan manfaat yang besar bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amin.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kencana, 2008.
Ahmad Tri Sofyan, Pendidikdn Al Islam Panduan Anak Shaleh BerakhlaqulKarimah, Majelis Pendidkan Dasar dan Menegah Pimpinan WilayahMuhammadiyah Diy, 2012.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu PendekatanPraktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002.
Bin Umar As-Sunaidi Salman, Mudahnya Memahami Al-Quran, Jakarta: Darul Haq, 2008.
Buchori Didin Saefuddin, Pedoman Memahami Al-Quran, Bogor:Granada Sarana Pustaka, 2005.
30
Cepi Safruddin Abdul Jabar Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program PendidikanPedoman Teoretis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta: BumiAksara, 2004.
Cholid Narbuko Dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta:Bumi Aksara, 2005.
Departemen Agama Drektorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Panduan Pesantren Kilat, Jakarta: Pustaka Setia, 2005.Djamarah Syaiful Bahri dan Aswan Zaib, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006.
Hamid Ahmad Humam, Analisa Data dalam Penelitian Ilmu-IlmuSosial, Makalah pada pelatihan penelitian ilmu-ilmu sosial, Pusat Penelitian Ilmu Sosial Budaya, Darussalam, Banda Aceh, 1997.
Moh Nazir, Metode, Penelitian, Jakarta: Glialia Indonesia, 1985.
Imam, Menjaga Kemulian Al-Quran dan Tata-Caranya, Bandung: Mizan, 1996.
Imronah Siti, Pendidikan Al-Islam Panduan Anak Saleh Beakhlaqul Karimah, Majelis Pendidikan Dasar dan Menegah Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah DIY, 2007.
Jamadi, Pendidikan Al Islam Panduan Anak Saleh Berakhlaqul Karimah, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, 2007.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Al-Fabeta, 2010.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Sunggono Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Supranto, Metode Riset, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Berdialog Dengan Al-Quran Memahami Pesan Kitab Suci Dalam Kehidupan Masa Kini, Bandung: Mizan, 1999.
Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Bagaimana Memahami Al-Quran, Jakarta Timur: Pustaka AlKausar, 2006.
32
Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Bagaimana Memahami Al-Quran, Jakarta Timur: Pustaka Al Kausar, 2006.
Tafsir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Taswin Ahmad, Pendidikan Agama Islam, Cemaka Putih, 2003.
Utsman Husaini, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.