Top Banner
KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA DISUSUN O L E H NAMA : KHAIRUNNISAK NIM : 181010510026 MK : ASUHAN KEBIDANAN LANJUTAN II DOSEN : CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM 1
59

elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

Jul 19, 2019

Download

Documents

vannga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

DISUSUN

O

L

E

H

NAMA : KHAIRUNNISAKNIM : 181010510026MK : ASUHAN KEBIDANAN LANJUTAN IIDOSEN : CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM

PRODI DIPLOMA IV KEBIDANANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIATAHUN 2018

1

Page 2: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan Rahmat

dan Hidayah-nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Hipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia” Sebagai suatu kewajiban

untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan

Lanjutan II, Shalawat dan salam juga tidak lupa penulis sanjungkan kepangkuan nabi

Muhammad Saw. Beserta segenap keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya

yang setia hingga akhir zaman.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan oleh

terbatasnya kemampuan penulis, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan

kritik dan saran agar tercapainya kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semonga

makalah ini bermamfaat bagi semua pihak, atau jasa segala bantuan dan dorongan yang

di berikan kepada penulis, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah Swt

senantiasa melimpahkan karunianya pada kita semua. Amin Ya Rabbal’ Alamin.

Sigli, 06 Mei 2019

Penulis

2

Page 3: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Tujuan.................................................................................... 4

1. Tujuan Umum.................................................................. 4

2. Tujuan Khusus................................................................. 4

C. Rumusan Masalah................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 6

A. Hipertensi dalam kehamilan.................................................. 6

1. Definisi............................................................................ 6

2. Epidemiologi................................................................... 6

3. Klasifikasi........................................................................ 7

4. Faktor resiko.................................................................... 7

5. Patofisiologi..................................................................... 10

6. Manifestasi klinis............................................................. 11

7. Diagnosis......................................................................... 15

8. Penatalaksanaan............................................................... 18

9. Pencegahan...................................................................... 20

3

Page 4: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

B. Preeklampsia dan Eklampsia................................................. 23

1. Definisi............................................................................ 23

2. Etiologi............................................................................ 23

3. Klasifikasi........................................................................ 26

4. Patofisiologi..................................................................... 29

5. Pencegahan...................................................................... 30

BAB III PENUTUP.................................................................................. 32

A. Kesimpulan............................................................................ 32

B. Saran...................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 34

4

Page 5: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia merupakan kelainan yang ditemukan pada waktu

kehamilan yang ditandai dengan berbagai gejala klinis seperti hipertensi,

proteinuria, dan edema yang biasanya terjadi setelah umur kehamilan 20

minggu sampai 48 jam setelah persalinan. Sedangkan eklampsia adalah

kelanjutan dari preeklampsia berat dengan tambahan gejala kejang-keja ng

atau koma. Angka kejadian preeklampsia berkisar antara 0,51%-38,4%.

(WHO, 2011).

Sekitar 50.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi

terkait preeklampsia dan eklampsia (Hezelgrave dkk., 2012).

Eklampsia menduduki urutan kedua setelah perdarahan sebagai

penyebab utama kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 (Hernawati,

2011).

Insiden preeklamsia dimasing - masing negara berbeda-beda. Di

Indonesia, frekuensi terjadinya preeklamsia dilaporkan sekitar 3% – 10%

(Priati, 2008).

Hasil penelitian Madi dan Sulin tahun 2003 di RSUP dr.M.Djamil

Padang, dari 12.203 persalinan didapatkan angka kejadian preeklamsia

5,5% atau 663 kasus (Putra, 2010).

Preeklamsia disebut “disease of theories” karena ada beberapa teori

yang bisa menjelaskan keadaan tersebut tersebut. Teori-teorinya antaralain

5

Page 6: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

yaitu teori implantasi plas enta, maladaptasi imunologi, genetik, disfungsi

endotel, nutrisi dan hormon (Fhelsi, 2008; Solomon dan Seely, 2004;

Wagner, 2004).

Pada preeklamsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan

otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya yang dapat

mengakibatkan penurunan dari perfusi plas enta dan berlanjut terjadi

hipoksia dan iskemia plasenta. Iskemia pada plasenta m engakibatkan

terganggunya aliran darah ke janin (Angsar, 2010).

Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan insiden Intra

Uterine Growth Retardation (IUGR), hipoksia janin hingga kematian dalam

kandungan. Walaupun bayi dapat lahir hidup, bayi tersebut memiliki risiko

lebih tinggi untuk mengalami berat bayi lahir rendah dan berbagai penyakit

lainnya dibandingkan bayi yang lahir dari ibu yang tidak mengalami

preeklamsia (Akbar, 2011; Felicia dkk., 2010).

Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa preeklamsia dan eklamsia

merupakan golonga n penyakit obstetrik yang paling banyak menyebabkan

kematian dengan Case Fata lity Rate (CFR) 2,35% dan kebutuhan atas

perawatan intensif neonatus (neona tal intensive care) akan meningkat

karena angka mortalitas perinatal meningkat hin gga lima kali. Dari

keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa preeklamsia dan eklamsia

mempengaruhi luaran perinatal (Maryam, 2009).

Luaran perinatal meliputi asfiksia, BBLR, pertumbuhan janin

terhambat, dan kematian pada perinatal. Di seluruh dunia, preeklamsia

6

Page 7: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

menyebabkan kematian bayi sebesar 12 9-220 per 1000 kelahiran hidup

(Nurhusna, 2008).

Berdasarkan penelitian di 6 negara yaitu Argentina, Mesir, India,

Peru, Afrika Se latan dan Vietnam pada tahun 2001–2003 memperlihatkan

bahwa angka kelahira n mati (stillbirth) 12,5 per 1000 kelahiran dan angka

kematian neonatal dini adalah 9 per 1000 kelahiran pada kejadian

preeklamsia dan eklamsia (Wahyuni, 2009).

Tahun 2006, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah mencatat angka

kematian ibu akibat preeklampsia/eklampsia sebesar 31,57%. Sedangkan

berdasarkan penelitian pada persalinan dengan komplikasi tahun 2006 di

Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta, mencatat insidensi preeklampsia

sebesar 13,42% dan eklampsia sebesar 0,48%, (Ryadi, 2008).

Angka kejadian preeklamsia berat ditemukan pada kelompok paritas

0 sebanyak 5,8% dan pada kelompok paritas lebih dari atau sama dengan 5

sebanyak 4,5% (Roeshadi, 2 006).

Preeklampsia lebih tinggi terjadi pada primigravida dibandingkan

dengan multipara. Resiko preeklampsia/eklampsia pada primigravida dapat

terjadi 6 – 8 kali disbanding multipara (Chapman, 2006).

Sindrom preeklamsia ringan dengan hipertensi, edema dan

proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang

bersangkutan, sehingga tanpa disadari preeklamsia ringan akan berlanjut

menjadi preeklamsia berat, bahkan eklamsia pada ibu hamil

(Prawirohardjo, 2006).

7

Page 8: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui dan menambah ilmu pengetahuan bagi semua siswa

yang membaca makalah ini.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hipertensi kehamilan preeklampsia dan

eklampsia ?

b. Untuk mengetahui epidemiologi hipertensi dalam kehamilan ?

c. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi kehamilan preeklampsia

dan eklampsia ?

d. Untuk mengetahui faktor resiko pada hipertensi dalam kehamilan ?

e. Untuk mengetahui penyebab preeklampsia dan eklampsia ?

f. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertensi kehamilan ?

g. Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosis ?

h. Untuk mengetahui penatalaksanaan preelampsia dan eklampsia ?

i. Untuk mengetahui pencegahan preeklampsia dan eklampsia ?

8

Page 9: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian hipertensi dalam kehamilan preeklampsia dan

eklampsia?

2. Apa saja epidemiologi hipertensi dalam kehamilan ?

3. Bagaimana klasifikasi hipertensi kehamilan preeklampsia dan

eklampsia ?

4. Apa saja faktor resiko pada hipertensi dalam kehamilan ?

5. Apa-apa saja penyebab preeklampsia dan eklampsia ?

6. Apa saja manifestasi klinis hipertensi kehamilan ?

7. Bagaimana mendiagnosis hipertensi dalam kehamilan ?

8. Apa saja penatalaksanaan preeklampsia dan eklamps ia ?

9. Bagaimana pencegahan preeklampsia dan eklampsia ?

9

Page 10: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hipertensi dalam Kehamilan

1. Definisi

Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi

saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir

kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang

sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg,

atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15

mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010).

2. Epidemiologi

Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi pada kehamilan

juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh etiologi yang tidak

jelas, dan juga perawatan dalam persalinan masih ditangani petugas

non medik serta sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi pada

kehamilan dapat dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat

maupun di daerah ( Prawirohardjo, 2013).

Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Lampung pada tahun 2012

berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat kasus kematian ibu (kematian

ibu pada saat hamil, melahirkan, dan nifas) seluruhnya sebanyak 179

kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat

persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun, dan kasus

kematian ibu tertinggi berada di Kota Bandar Lampung (Profil

10

Page 11: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

Kesehatan Lampung, 2012).

3. Klasifikasi

Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan The

National High Blood Pressure Education Program Working Group on

High Blood Pressure in Pregnancy (NHBPEP) memberikan suatu

klasifikasi untuk mendiagnosa jenis hipertensi dalam kehamilan,

(NHBPEP, 2000) yaitu :

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur ke-

hamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis sete-

lah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12

minggu pascapersalinan.

b. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu ke-

hamilan disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsi

yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.

c. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed

upon chronic hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda-

tanda preeklampsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.

d. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan

tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan

pascapersalinan atau kematian dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi

tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2013).

4. Faktor Resiko

Hipertensi dalam kehamilan merupakam ganggua multifaktorial.

11

Page 12: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

Beberapa faktor resiko dari hipertensi dalam kehamilan adala (Katsiki N

et al, 2010) :

1. Faktor maternal

a. Usia maternal

Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-

30 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan

pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari

usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama

kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih

besar mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi

saat usia diatas 35 tahun (Manuaba C, 2007).

b. Primigravida

Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan

pertama. Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan,

graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai ketiga

(Katsiki N et al., 2010).

c. Riwayat keluarga

Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal

tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan

hipertensi dalam kehamilan (Muflihan FA, 2012).

12

Page 13: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

d. Riwayat hipertensi

Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana

komplikasi dapat mengakibatkan superimpose preeclampsi dan

hipertensi kronis dalam kehamilan (Manuaba, 2007).

e. Tingginya indeks massa tubuh

Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena

kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor

risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes

melitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung koroner,

reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan

kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya timbunan

lemak berlebih dalam tubuh (Muflihan FA, 2012).

f. Gangguan ginjal

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu

hamil dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut

berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan

gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (Muflihan FA,

2012).

2. Faktor kehamilan

Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrops fetalis dan

kehamilan ganda berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.

Preeklampsi dan eklampsi mempunyai risiko 3 kali lebih sering

13

Page 14: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua,

didapatkan 28,6% kejadian preeklampsi dan satu kasus

kematian ibu karena eklampsi (Manuaba, 2007).

5. Patofisiologi

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui

dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya

hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori yang

dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah

( Prawirohardjo, 2013).

Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia

merupakan akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain

itu terdapat bukti bahwa preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai

darah ke plasenta, yang mengakibatkan pelepasan substansi plasenta

sehingga menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang luas

(Hutabarat dkk, 2016).

14

Page 15: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

Gambar 1. Remodeling pembuluh darah pada kehamilan normal dan

hipertensi dalam kehamilan (Powe CE, et al., 2014)

Gambar 2. Patofisiologi terjadinya gangguan hipertensi

dalam kehamilan (Prawirohardjo S, 2006)

6. Manifestasi Klinis

Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyakit teoritis,

sehingga terdapat berbagai usulan mengenai pembagian kliniknya.

Pembagian klinik hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut

(Manuaba, 2007) :

a. Hipertensi dalam kehamilan sebagai komplikasi kehamilan

15

Page 16: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

1) Preeklampsi

Diagnosis preeklampsi ditegakkan jika terjadi hipertensi

disertai dengan proteinuria dan atau edema yang terjadi akibat

kehamilan setelah minggu ke-20. Proteinuria didefinisikan sebagai

terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin 24 jam atau 30

mg/dl (+1 dipstik) secara menetap pada sampel acak urin

(Cunningham G, 2013).

Proteinuria yang merupakan tanda diagnostik

preeklampsi dapat terjadi karena kerusakan glomerulus ginjal.

Dalam keadaan normal, proteoglikan dalam membran dasar

glomerulus menyebabkan muatan listrik negatif terhadap protein,

sehingga hasil akhir filtrat glomerulus adalah bebas protein. Pada

penyakit ginjal tertentu, muatan negatif proteoglikan menjadi

hilang sehingga terjadi nefropati dan proteinuria atau albuminuria.

Salah satu dampak dari disfungsi endotel yang ada pada

preeklampsi adalah nefropati ginjal karena peningkatan

permeabilitas vaskular. Proses tersebut dapat menjelaskan

terjadinya proteinuria pada preeklampsi. Kadar kreatinin plasma

pada preeklampsi umumnya normal atau naik sedikit (1,0-

1,5mg/dl). Hal ini disebabkan karena preeklampsi menghambat

filtrasi, sedangkan kehamilan memacu filtrasi sehingga terjadi

kesimpangan (Guyton, 2007).

16

Page 17: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

2) Eklampsia

Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita

dengan preeklampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain.

Kejang bersifat grand mal atau tonik-klonik generalisata dan

mungkin timbul sebelum, selama atau setelah persalinan.

Eklampsia paling sering terjadi pada trimester akhir dan

menjadi sering mendekati aterm. Pada umumnya kejang

dimulai dari makin memburuknya preeclampsia dan terjadinya

gejala nyeri kepala daerah frontal, gangguan penglihatan, mual,

nyeri epigastrium dan hiperrefleksia (Prawirohardjo, 2013).

b. Hipertensi dalam kehamilan sebagai akibat dari hipertensi menahun

1) Hipertensi kronik

Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah tekanan darah

≥140/90 mmHg yang didapatkan sebelum kehamilan atau

sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi tidak

menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan. Berdasarkan

penyebabnya, hipertensi kronis dibagi menjadi dua, yaitu

hipertensi primer dan sekunder. Pada hipertensi primer

penyebabnya tidak diketahui secara pasti atau idiopatik.

Hipertensi jenis ini terjadi 90 - 95% dari semua kasus hipertensi.

Sedangkan pada hipertensi sekunder, penyebabnya diketahui

secaranspesifik yang berhubungan dengan penyakit ginjal,

penyakit endokrin dan penyakit kardiovaskular (Manuaba,

17

Page 18: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

2007).

2) Superimposed preeclampsia

Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada

sebelumnya semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu.

Apabila disertai proteinuria, diagnosisnya adalah superimpose

preeklampsi pada hipertensi kronik (superimposed preeclampsia).

Preeklampsia pada hipertensi kronik biasanya muncul pada usia

kehamilan lebih dini daripada preeklampsi murni, serta

cenderung cukup parah dan pada banyak kasus disertai dengan

hambatan pertumbuhan janin (Manuaba, 2007).

3) Hipertensi gestasional

Hipertensi gestasional didapat pada wanita dengan

tekanan darah ≥140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali

selama kehamilan tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi

gestasional disebut transien hipertensi apabila tidak terjadi

preeklampsi dan tekanan darah kembali normal dalam 12 minggu

postpartum. Dalam klasifikasi ini, diagnosis akhir bahwa yang

bersangkutan tidak mengalami preeklampsi hanya dapat dibuat

saat postpartum. Namun perlu diketahui bahwa wanita dengan

hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain

yang berkaitan dengan preeklampsi, misalnya nyeri kepala, nyeri

epigastrium atau trombositopenia yang akan mempengaruhi

trombositopenia yang akan mempengaruhi penatalaksanaan

18

Page 19: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

(Cunningham G, 2013).

7. Diagnosis

a. Anamnesis

Dilakukan anamnesis pada pasien/keluarganya mengenai

adanya gejala, penyakit terdahulu, penyakit keluarga dan gaya

hidup sehari-hari. Gejala dapat berupa nyeri kepala, gangguan

visus, rasa panas dimuka, dispneu, nyeri dada, mual muntah dan

kejang. Penyakit terdahulu seperti hipertensi dalam kehamilan,

penyulit pada pemakaian kontrasepsi hormonal, dan penyakit

ginjal. Riwayat gaya hidup meliputi keadaan lingkungan sosial,

merokok dan minum alkohol (POGI, 2010).

b. Pemeriksaan Fisik

Evaluasi tekanan darah dilakukan dengan cara meminta pasien

dalam posisi duduk di kursi dengan punggung bersandar pada

sandaran kursi, lengan yang akan diukur tekanan darahnya,

diletakkan setinggi jantung dan bila perlu lengan diberi penyangga.

Lengan atas harus dibebaskan dari baju yang terlalu ketat

melingkarinya. Pada wanita hamil bila tidak memungkinkan duduk,

dapat miring kearah kiri. Pasien dalam waktu 30 menit sebelumnya

tidak boleh minum kopi dan obat dan tidak minum obat-obat

stimulant adrenergik serta istirahat sedikitnya 5 menit sebelum

dilakukan pengukuran tekanan darah (POGI, 2010).

Alat yang dipakai untuk mengukur tekanan darah adalah

19

Page 20: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

sphygmomanometer. Letakkan manset atau bladder cuff di tengah

arteri brachialis pada lengan kanan, sisi bawah manset kurang lebih

2,5cm diatas fosa antecubital. Manset harus melingkari sekurang -

kurangnya 80% dari lingkaran lengan atas dan menutupi 2/3 lengan

atas. Menentukan tekanan sistolik palpasi dengan cara palpasi pada

arteri radialis dekat pergelangan tangan dengan dua jari sambil

pompa cuff sampai denyut nadi arteri radialis menghilang. Baca

berapa nilai tekanan ini pada manometer, kemudian buka kunci

pompa. Selanjutnya untuk mengukur tekanan darah, cuff dipompa

secara cepat sampai melampaui 20-30 mmHg diatas tekanan

sistolik palpasi. Pompa dibuka untuk menurunkan mercury dengan

kecepatan 2-3 mmHg/detik. Tentukan tekanan darah sistolik dengan

terdengarnya suara pertama (Korotkoff I) dan tekanan darah

diastolik pada waktu hilangnya denyut arteri brakhialis (POGI,

2010).

Pengukuran tekanan darah dengan posisi duduk sangat

praktis, untuk skrining. Namun pengukuran tekanan darah dengan

posisi berbaring, lebih memberikan hasil yang bermakna,

khususnya untuk melihat hasil terapi. Pengukuran tekanan darah

tersebut dilakukan dalam dua kali atau lebih (POGI, 2010).

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam kasus hipertensi

sebagai komplikasi kehamilan adalah proteinuria, untuk diagnosis

20

Page 21: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

dini preeklampsi yang merupakan akibat dari hipertensi

kehamilan. Pemeriksaan proteinuria dapat dilakukan dengan dua

metode, yaitu secara Esbach dan Dipstick. Pengukuran secara

Esbach, dikatakan proteinuria jika didapatkan protein ≥300 mg

dari 24 jam jumlah urin. Nilai tersebut setara dengan kadar

proteinuria ≥30 mg/dL (+1 dipstick) dari urin acak tengah

yang tidak menunjukkan tanda- tanda infeksi saluran kencing.

Interpretasi hasil dari proteinuria dengan metode dipstick adalah

(POGI, 2010) :

+1 = 0,3 – 0,4g/L

+2 = 0,45 – 1 g/L

+3 = 1 – 3 g/L

+4 = > 3 g/L.

Prevalensi kasus preeklampsi berat terjadi 95% pada hasil

pemeriksaan +1 dipstick, 36% pada +2 dan +3 dipstick

(Prasetyo R, 2006).

21

Page 22: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

Gambar 3. Alur Penilaian Klinik Hipertensi Dalam Kehamilan

(Prawirohardjo S, 2006)

8. Penatalaksanaan

Penanganan umum, meliputi :

a. Perawatan selama kehamilan.

Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat

antihipertensi sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmHg.

Obat pilihan antihipertensi adalah hidralazin yang diberikan 5 mg IV

pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun. Jika

hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan nifedipin 5 mg sublingual

dan tambahkan 5 mg sublingual jika respon tidak membaik setelah

10 menit. Selain itu labetolol juga dapat diberikan sebagai alternatif

22

Page 23: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

hidralazin. Dosis labetolol adalah 10 mg, jika respon tidak baik

setelah 10 menit, berikan lagi labetolol 20 mg. Pasang infus

Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih). Ukur

keseimbangan cairan, jangan sampai overload. Auskultasi paru untuk

mencari tanda-tanda edema paru. Adanya krepitasi menunjukkan

edema paru, maka pemberian cairan dihentikan. Perlu kateterisasi

urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria. Jika jumlah urin <30

ml per jam, infus cairan dipertahankan sampai 1 jam dan pantau

kemungkinan edema paru. Observasi tanda-tanda vital ibu dan denyut

jantung janin dilakukan setiap jam (Prawirohardjo S, 2006).

Untuk hipertensi dalam kehamilan yang disertai kejang, dapat

diberikan Magnesium sulfat (MgSO4). MgSO4 merupakan obat

pilihan untuk mencegah dan menangani kejang pada preeklampsi dan

eklampsi. Cara pemberian MgSO4 pada preeklampsi dan eklampsi

adalah (Prawihardjo S, 2006) :

1) Dosis awal

Berikan MgSO4 4 gram IV sebagai larutan 20% selama 5 menit.

Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr IM dengan 1 ml lignokain

2% (dalam semprit yang sama). Pasien akan merasa agak panas

saat pemberian MgSO4.

2) Dosis pemeliharaan

MgSO4 (50%) 5 gr + 1 ml lignokain 2 % IM setiap 4 jam.

Pemberian tersebut dilanjutkan sampai 24 jam postpartum atau

23

Page 24: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

kejang terakhir. Sebelum pemberian MgSO4, periksa frekuensi

nafas minimal 16 kali/menit, refleks patella positif dan urin

minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir. Pemberian MgSO4

dihentikan jika frekuensi nafas <16 kali/menit, refleks patella

negatif dan urin <30 ml/jam. Siapkan antidotum glukonat dan

ventilator jika terjadi henti nafas. Dosis glukonat adalah 2 gr

(20 ml dalam larutan 10%) IV secara perlahan sampai pernafasan

membaik.

b. Perawatan persalinan

Pada preeklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam,

sedang pada eklampsi dalam 12 jam sejak gejala eklampsi timbul.

Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak terjadi dalam 12

jam pada eklampsi, lakukan seksio sesarea (Mustafa R et al.,

2012).

c. Perawatan pospartum

Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang

terakhir. Teruskan pemberian obat antihipertensi jika tekanan darah

diastolik masih >110 mmHg dan pemantauan urin (Mustafa R et

al., 2012).

9. Pencegahan

Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam

kehamilan meliputi upaya nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya

nonfarmakologi meliputi edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi

24

Page 25: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

diet. Sedangkan upaya farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis

rendah dan antioksidan (Cunningham G, 2013).

a. Penyuluhan untuk kehamilan berikutnya

Wanita yang mengalami hipertensi selama kehamilan harus

dievaluasi pada masa postpartum dini dan diberi penyuluhan

mengenai kehamilan mendatang serta risiko kardiovaskular mereka

pada masa yang akan datang. Wanita yang mengalami

preeklampsi-eklampsia lebih rentan mengalami penyulit hipertensi

pada kehamilan berikutnya (James R dan Catherine N, 2004).

Edukasi mengenai beberapa faktor risiko yang memperberat

kehamilan dan pemberian antioksidan vitamin C pada wanita

berisiko tinggi dapat menurunkan angka morbiditas hipertensi

dalam kehamilan (Cunningham G, 2013).

b. Deteksi pranatal dini

Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan 1

kali saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali

pada trimester ketiga. Kunjungan dapat ditambah tergantung

pada kondisi maternal. Dengan adanya pemeriksaan secara rutin

selama kehamilan dapat dilakukan deteks dini hipertensi dalam

kehamilan. Wanita dengan hipertensi yang nyata (≥140/90mmHg)

sering dirawat inapkan selama 2 sampai 3 hari untuk dievaluasi

keparahan hipertensi kehamilannya yang baru muncul. Meskipun

pemilihan pemeriksaan laboratorium dan tindakan tambahan

25

Page 26: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

tergantung pada sifat keluhan utama dan biasanya merupakan

bagian rencana diagnostik, pemeriksaan sel darah lengkap dengan

asupan darah, urinalisis serta golongan darah dan rhesus menjadi

tiga tes dasar yang memberikan data objektif untuk evaluasi

sebenarnya pada setiap kedaruratan obstetri ginekologi. Hal

tersebut berlaku pada hipertensi dalam kehamilan, urinalisis

menjadi pemeriksaan utama yang dapat menegakkan diagnosis dini

pada preeklampsi (Cunningham G, 2013).

c. Manipulasi diet

Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah

hipertensi sebagai penyulit kehamilan adalah pembatasan asupan

garam. Diet tinggi kalsium dan pemberian kapsul dengan

kandungan minyak ikan dapat menyebabkan penurunan bermakna

tekanan darah serta mencegah hipertensi dalam kehamilan

(Cunningham G, 2013).

d. Aspirin dosis rendah

Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian

aspirin 60 mg atau placebo pada wanita primigravida mampu

menurunkan kejadian preeklampsi. Hal tersebut disebabkan karena

supresi selektif sintesis tromboksan oleh trombosit serta tidak

terganggunya produksi prostasiklin (Cunningham G, 2013).

26

Page 27: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

e. Antioksidan

Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi

sel endotel dan mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini

bermanfaat dalam pencegahan hipertensi kehamilan, terutama

preeklampsi. Antioksidan tersebut dapat berupa vitamin C dan E

(Cunningham G, 2013).

B. Preeklampsia dan Eklampsia

1. Definisi

Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawiroharjo, 2013).

Preeklampsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa

berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel,

proteinuria adalah tanda penting preeklampsi, terdapatnya proteinuria

300 mg/+1 (Cunningham, 2013).

Eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘halilintar’.

Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala ekalampsi timbul

dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui

bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau pada

masa nifas dengan tanda-tanda preeklampsia disertai kejang dan diikuti

koma (Prawihardjo, 2002)

2. Etiologi

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui

secara pasti. Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang

27

Page 28: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

terjadinya hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori

tersebut yang dianggap benar-benar mutlak. Beberapa faktor resiko ibu

terjadinya preeklampsi :

a. Paritas

Kira-kira 85% preeklampsi terjadi pada kehamilan pertama.

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian

preeklampsi dan risiko meningkat lagi pada grandemultigravida

(Bobak, 2005). Selain itu primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga

dapat berisiko tinggi timbul preeklampsi (Rochjati, 2003).

b. Usia

Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah

20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang

memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap

lebih rentan terhadap terjadinya preeklampsi (Cunningham, 2013).

Pada ibu hamil yang berusia ≥ 35 tahun telah terjadi perubahan

pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi

sehingga lebih berisiko untuk terjadi preeklampsi (Rochjati, 2003).

c. Riwayat hipertensi

Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi

sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang

mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami

preeklampsi, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal

28

Page 29: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklampsi ditegakkan

berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan

proteinuria atau edema anasarka (Cunningham, 2013).

d. Sosial ekonomi

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial

ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklampsi.

Secara umum, preeklampsi/eklampsi dapat dicegah dengan asuhan

pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah

dan pengetahuan yang kurang seperti di Negara berkembang seperti

Indonesia insiden preeklampsi/eklampsi masih sering terjadi

(Cunningham, 2013).

e. Hiperplasentosis/kelainan trofoblast

Hiperplasentosis/kelainan rofoblas juga dianggap sebagai faktor

predisposisi terjadinya preeklampsi, karena trofoblas yang berlebihan

dapat menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya

mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya

vasospasme, dimana vasospasme adalah dasar patofisiologi

preeklampsi/eklampsi (Prawirohardjo, 2008; Cunningham, 2013).

f. Genetik

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam

kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin.

Telah terbukti pada ibu yang mengalami preeklampsi 26% anak

perempuannya akan mengalami preeklampsi pula, sedangkan 8%

29

Page 30: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

anak menantunya mengalami preeklampsi. Karena biasanya kelainan

genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta

yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat

menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan dasar

patofisiologi terjadinya preeklampsi/eklampsi (Cunningham, 2013).

g. Obesitas

Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di

dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan

kalori, biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani,

kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko

terjadinya berbagai jenis penyakit degenera tif, seperti diabetes

melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai

jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hubungan

antara berat badan ibu dengan risiko preeklampsi bersifat progresif,

meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa tubuh

kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3% untuk

mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2013; Mansjoer,

2008).

3. Klasifikasi

Preeklampsi merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat

membahayakan kesehatan maternal maupun neonatal. Gejala klinik

preeklamosi dapat dibagi menjadi preeklampsi ringan dan preeklampsi

berat :

30

Page 31: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

a. Preeklampsi ringan (PER)

1) Pengertian

Preeklampsi ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan

dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya

vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Prawirohardjo,

2013).

2) Diagnosis

Diagnosis preeklampsi ringan menurut Prawirohardjo 2008,

ditegakkan berdasarkan atas munculnya hipertensi disertai

proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dengan

ketentuan sebagai berikut :

TD : ≥140/90 mmHg

Proteinuria : ≥300 mg/24 jam atau pemeriksaan

kualitatif 1 atau 2+

Edema :edema generalisata (edema pada kaki,

tangan,muka,dan perut)

b. Preeklampsi berat (PEB)

1) Pengertian

Preeklampsi berat adalah preeklampsi dengan tekanan darah

≥160/110 mmHg, disertai proteinuria ≥5 g/24 jam atau +3 atau

lebih (Prawirohardjo, 2013).

31

Page 32: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

2) Diagnosa

Diagnosis preeklampsi berat ditegakkan bila ditemukan salah satu

atau lebih tanda/gejala berikut (Prawirohardjo 2013) :

a) TD ≥ 160/110 mmHg.

b) Proteinuria ≥5 g per 24 jam, +3 atau +4 dalam pemeriksaan

kualitatif.

c) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per24 jam.

d) Kenaikan kadar kreatinin plasma.

e) Gangguan visus dan serebral, terjadi penurunan kesadaran,

nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.

f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdo-

men.

g) Edema paru-paru dan sianosis.

h) Hemolisis mikroangiopatik.

i) Trombositopenia berat <100.000 sel/mm3 atau penurunan

trombosit dengan cepat.

j) Gangguan fungsi hepar.

k) Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat.

c. Eklampsia

Pada umumnya gejala eklampsia di dahului dengan makin

memburuknya preeklampisa. Bila keadaan ini tidak dikenali dan

diobati secara segera maka akan timbul kejang terutama pada saat

persalinan (prawiro, 2012).

32

Page 33: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

4. Patofisiologi

Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia

merupakan akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu

terdapat bukti bahwa preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah

ke plasenta, yang mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga

menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk,

2016).

Gambar 4. Mekanisme patofisiologi preeklampsia eklampsia

33

Page 34: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

Gambar 5. Sistem imun dalam patofisiologi preeklampsia.

5. Pencegahan

Pencegahan preeklampsi dan eklampsia ini dilakukan dalam

upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsi dan eklampsia pada

wanita hamil yang memiliki resiko terjadinya preeklampsi. Pencegahan

dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu(Prawirohardjo 2013) :

a. Pencegahan non medikal

Pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling

sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah

suplemen yang mengandung:

1) Minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh, seperti

omega-3 dan PUFA.

2) Antioksidan berupa vitamin C, vitamin E, dan sebagainya. c) Ele-

men logam berat seperti zinc, ma gnesium, dan kalium.

34

Page 35: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

b. Pencegahan dengan medikal

Pemberian diuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi

bahkan memperberat terjadinya hipovolemia. Sehingga dapat

diberikan kalsium 1.500-2.000 mg/hari, selain itu dapat pula

diberikan zinc 200 mg/hari, atau magnesium 365 mg/hari. Obat

trombolitik yang dianggap dapat mencegah preeklampsi adalah

aspirin dosis rendah rata-rata <100 mg/hari atau dipiridamole,

dan dapat juga diberikan obat anti oksidan misalnya vitamin C, atau

Vitamin E.

Tujuan utama pengobatan pada eklampsia adalah menghentikan

kejang dan mencegah berulangnya kejang. Obat yang diberikan

adalah sodium penthotal, sulfas magnekus, lytic cocktail. Bila kejang

dapat diatasi, maka segera direncanakan untuk mengakhiri kehamilan

dengan cara yang aman (Prawirohardjo, 2013).

35

Page 36: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat

kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau

lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya

normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan

tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai

normal (Junaidi, 2010).

Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi pada kehamilan

juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas,

dan juga perawatan dalam persalinan masih ditangani petugas non medik

serta sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi pada kehamilan dapat

dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah

(Prawirohardjo, 2013).

Pada umumnya gejala eklampsia di dahului dengan makin

memburuknya preeklampisa. Bila keadaan ini tidak dikenali dan diobati

secara segera maka akan timbul kejang terutama pada saat persalinan

(prawiro, 2012).

36

Page 37: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

B. Saran

Dari uraian yang kami sajikan di atas kemungkinan besar masih

terdapat banyak kekeliruan, Namun dalam hal ini kami belajar untuk

memperbaiki diri dalam proses belajar. Dan apabila terdapat banyak kesalahan

kami mohon maaf, dan kami angat berharap agar Pembina mengoreksi dengan

baik, agar menjadi perbaikan yang sifatnya positif dan membangun bagi kami.

37

Page 38: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, C (2007). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta. EGC

NHBPEP (2000). Hypertensive disorder in pregnancy. Guideline Summary. New

York : New York State Department of Health, pp: 7-15

World Health Organization (2014). Dalam (Kementerian Kesehatan RI)

InfoDATIN. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI, pp: 1.

Roeshadi, R, H,. (2006). Upaya menurunkan angka kesakitan dan angka

kematian ibu pada penderita preeclampsia/ eklampsia. Indonesia

journal obstetric and gynecology. 31: 123- 133

Junaidi I. (2010). Hipertensi, Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta

: BIP Kelompok Gramedia.

Mustafa R, (2012). Comprehensive review of hypertension in pregnancy.

Hindawi Publishing Corporation Journal Of Pregnancy. USA :

State University of New York;2012: hlm. 1-19.

Prawirohardjo S. 2013. Hipertensi dalam kehamilan dalam : Ilmu Kebidanan

EdisiKeempat. Jakarta : PT Bina Pustaka. hlm 530-61.

Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2012

Cunningham, F.G,. (2005). Obstetri Williams: Gangguan Hipertensi dalam

Kehamilan. Edisi 21. Jakarta: EGC, 624-640.

Cunningham, F.G,. 2005. Obstetri Williams: Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan.

Edisi 21. Jakarta: EGC, 202-206.

38

Page 39: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

Katsiki N. Et all, (2010). Luaran Ibu dan Bayi pada penderita Pre eklamsia

Berat danEklamsia dengan atau Sindrom Hellp.

Ryadi (2008). Analisis faktor risiko kejadian preeklampsia. Kendari: Pendidikan

Dokter & Fakultas Farmasi UHO.

Chapman (2006). Fetal growth and body proportion in preeclampsia. Obstetric

Gynecology. 101 (3), pp: 575 – 583.

Wahyuni (2009). Sinopsis Obsetri Fisiologi- Obsetri Patologi : Toksemia

Gravidarum. Edisi 2. Jakarta: EGC, 195-198.

Hernawati (2011). Strategi Penurunan Kejadian PE Melalui Pendekatan Study

Kasus dan Metode Multiple Kriteria Utility Assesment)

Akbar (2011). Perubahan Anatomik dan Fisiologik pada Wanita Hamil.Dalam:

Prawirohardjo,S., ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan

BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo, 89-100.

Priati (2008). Luaran Ibu dan Bayi Pada Penderita Preeklampsia Berat dan

Eklampsia dengan atau tanpa Sindroma Hellp. Bagian Obstetri

Dan Ginekologi FK USU.

Putra (2010).Gambaran epidemiologi kejadian preeklampsia/ eklampsia di rsu

pk muhammadiyah Yogyakarta tahun2007–2009. Buletin

penelirian sistem kesehatan. 13: 378– 385.

39

Page 40: elearning.uui.ac.id · Web viewHipertensi Dalam Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia ” Sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi satu syarat dalam melengkapi tugas mata kuliah Asuhan

40