UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/128/jtptiain-gdl... · pemahaman atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
Post on 17-Sep-2018
244 Views
Preview:
Transcript
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI POKOK
KALIMAT THAYYIBAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)
(Studi Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal
Tahun Pelajaran 2010/2011)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
ULIFAH
073111317
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAK
Ulifah (NIM : 073111317). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar pada
Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat Thayyibah Melalui Model
Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) (Studi Tindakan Pada Kelas IV
MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi. Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Implementasi model
pembelajaran NHT (Numbered Head Together) di MI Brangsong Kendal Tahun
Pelajaran 2010/2011. 2) Adakah peningkatan prestasi belajar peserta didik pada
pembelajaran Aqidah Akhlak materi pokok kalimat thayyibah melalui model
pembelajaran NHT (Numbered Head Together) di MI Brangsong Kendal Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan melalui 2 siklus. Subyek penelitian berjumlah 21 peserta didik.
Pengumpulan data menggunakan tes, dokumentasi dan observasi. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Model pembelajaran kooperatif
tipe NHT diimplementasikan dengan melibatkan siswa dalam penguatan
pemahaman atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
dengan langkah berpikir bersama dalam kelompok kecil untuk menemukan
jawaban yang dianggap paling tepat dari permasalahan yang diberikankan guru.
Dengan model ini guru mudah merangsang keaktivan peserta didik melalui
pemberian tugas atau pertanyaan yang dikerjakan oleh peserta didik secara
bersama-sama dalam kelompok kecil. Guru juga mudah memantau aktivitas
peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh
peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam Aqidah Akhlak. 2) Ada
peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak
materi pokok kalimat thayyibah melalui model pembelajaran NHT (Numbered
Head Together) di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
Peningkatan prestasi tersebut terlihat dari nilai rata-rata prestasi belajar peserta
didik dan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal tiap siklus. Pada siklus I
nilai rata-rata peserta didik adalah 71,76 dengan ketuntasan belajar sebesar
80,95%, dan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 78,48
dengan ketuntasan belajar mencapai 95,24%.
Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan bagi guru maupun
praktisi pendidikan yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dapat
menerapkan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) ini dalam
proses pembelajaran di sekolah mengingat model pembelajaran ini terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Semarang, Maret 2011
NOTA DINAS
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar pada Pembelajaran
Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat Thayyibah Melalui
Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) (Studi
Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran
2010/2011)
Nama : Ulifah
NIM : 073111317
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing,
Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A.
NIP. 19640308 199303 1 002
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN
Naskah Skripsi dengan:
Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar pada Pembelajaran
Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat Thayyibah Melalui
Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) (Studi
Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran
2010/2011)
Nama : Ulifah
NIM : 073111317
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewa Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salash satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, Maret 2011
Ketua, Sekretaris,
_________________ _________________
NIP: NIP:
Penguji I, Penguji II,
_________________ _________________
NIP: NIP:
Dosen Pembimbing,
Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A.
NIP. 19640308 199303 1 002
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis, menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Maret 2011
Deklarator,
Ulifah
NIM. 073111317
MOTTO
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
perasaan si penerima. Allah maha kaya dan Maha penyantun.
(Q.S. Al-Baqarah: 263)1
1Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 66
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan penuh kebahagiaan skripsi ini penulis
persembahkan kepada mereka orang yang telah membuat hidup ini menjadi
berarti.
1. Kedua orang tua yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan baik moril
maupun materiil dan tidak pernah bosan mendoakan penulis dalam menempuh
studi dan mewujudkan cita-cita.
2. Suami tercinta yang dengan sabar menemani dan membimbing penulis.
3. Putra putri tercinta yang selalu ada di hati.
4. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi
kesuksesan penulis.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat
Thayyibah Melalui Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) (Studi
Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011)”.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa
uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil
maupun spiritual. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang beserta stafnya.
2. Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A., selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi..
3. Kepala MI Brangsong Kendal beserta jajarannya yang berkenan memberikan
izin pada penulis untuk melakukan penelitian ini.
4. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan
kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.
5. Bapak dan Ibu yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu,
baik moril maupun materiil dan memberikan do’a yang tiada henti-hentinya
kepada Allah untuk memohonkan keberkahan dan kesuksesan bagi penulis.
Dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu.
ii
Atas jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal
mereka diterima di sisi Allah SWT. dan mendapat balasan pahala yang lebih baik
serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, Maret 2011
Penulis,
Ulifah
NIM. 073111317
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... iv
DEKLARASI .............................................................................................. v
MOTTO ....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 5
C. Penegasan Istilah ................................................................ 6
D. Rumusan Masalah................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
BAB II : KERANGKA TEORI
A. Prestasi Belajar .................................................................. 9
1. Pengertian Prestasi Belajar .......................................... 9
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...... 9
B. Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI ................................... 12
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered
Head Together) .................................................................. 15
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ................ 15
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ................. 18
D. Kerangka Berpikir ............................................................. 21
E. Hipotesis Tindakan ............................................................ 22
ii
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................. 23
B. Setting dan Subyek Penelitian ........................................... 24
C. Desain Penelitian ............................................................... 24
D. Metode Pengumpulan Data ................................................ 29
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 30
F. Indikator Keberhasilan ...................................................... 31
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Awal ......................................................... 32
B. Hasil Penelitian ................................................................ 34
C. Pembahasan ...................................................................... 40
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 46
B. Saran-saran ........................................................................ 47
C. Penutup .............................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan
pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan keterampilan. Di
antaranya adalah “keterampilan membelajarkan dan keterampilan mengajar”.1
Namun dalam menciptakan pembelajaran yang baik ini tentunya disesuaikan
dengan budaya dan sumber-sumber yang dimilikinya, dengan sedikit rekayasa
dari pendidik untuk menjadikannya sebagai media/sumber belajar yang
berdayaguna.
Metode sebagai salah satu komponen yang utama harus dipenuhi
dalam proses belajar mengajar. Sebagai upaya perbaikan hasil belajar peserta
didik dapat diupayakan secara maksimal dengan cara memilih metode yang
tepat untuk suatu materi pelajaran terutama pelajaran Aqidah Akhlak. Guru
perlu mengenal beraneka macam metode yang ada, agar dapat melakukan
metode yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari pelajar tersebut.
Masing-masing metode mempunyai ciri khas yang berbeda antara metode
yang satu dengan metode yang lainnya. Dengan mengenal dan menguasai
sifat-sifat dari suatu metode, kita mampu mengkombinasikan beberapa metode
sekaligus untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Selama ini metode ceramah masih dominan digunakan para pendidik
dalam menyampaikan materi pelajaran, juga adanya ketidakaktifan peserta
didik dalam mengikuti pelajaran terutama mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Peserta didik sekedar mengikuti pelajaran Akidak Akhlak yang diajarkan guru
di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengar ceramah dan mengerjakan soal
yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik dan pertanyaan peserta
didik kepada guru sebagai feed back.
1 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 69
2
Tantangan yang dihadapi dalam pendidikan agama Islam khususnya
Aqidah Akhlak adalah bagaimana mengimplementasikannya, bukan hanya
mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan
peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan
demikian materi Aqidah Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan
tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian peserta didik agar
memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dalam kehidupannya yang
senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia di manapun mereka berada, dan
dalam posisi apapun mereka bekerja.2 Untuk mengatasi permasalahan di atas
dibutuhkan proses pembelajaran yang tepat. Salah satu kesulitan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran adalah disebabkan penggunaan metode
pembelajaran yang kurang mendapat perhatian anak didik, mungkin karena
terlalu monoton, kaku, terkesan memaksa, bahkan tersedianya perangkat
pembelajaran yang kurang atau ada tetapi belum difungsikan.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh
pendidik, karena keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM) bergantung
pada model yang digunakan oleh gurunya. Jika model mengajar guru enak,
maka peserta didik akan tekun, rajin, dan antusias menerima pelajaran yang
diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku pada
peserta didik baik tutur katanya, sopan santunnya, motoriknya dan gaya
hidupnya. Salah satu model yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
Aqidah Akhlak adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
yang merupakan strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta
didik dalam kelompok dan memungkinkan peserta didik saling membantu
dalam memahami konsep, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman
sebagai masukan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mencapai hasil
belajar yang lebih optimal.
Pembelajaran kooperatif mengupayakan peserta didik mampu
mengajarkan sesuatu kepada peserta didik lainnya, mengajar teman sebaya,
2 Djamaludin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam: Sejarah, Ragam dan Kelembagaan,
(Semarang: RaSAIL, 2006), hlm.80.
3
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu
dengan baik dan pada waktu bersamaan, peserta didik menjadi nara sumber
bagi peserta didik lain. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode
diskusi dalam kelas. Pembelajaran kooperatif menekankan pada pembejaran
dalam kelompok kecil, peserta didik belajar dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif
terhadap peserta didik yang rendah hasil belajarnya, karena peserta didik yang
rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan
penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama.3
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik peserta didik
terlebih dahulu dilatih keterampilan-keterampilan kooperatif sebelum
pembelajaran kooperatif itu digunakan. Hal ini dilakukan agar peserta didik
telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk satuan pembelajaran
tertentu. Keterampilan kooperatif yang dilatihkan diantaranya: mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan atau menanggapinya, menyampaikan
ide/pendapat, mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya.
Dengan diterapkannya metode ini, diharapkan dapat membantu para guru
agama dalam mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia yang benar-
benar mempunyai kualitas keberagamaan yang kuat yang dihiasi dengan
akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan
memberikan tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil peserta didik
dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan
membantu menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim
belajar di kelas. karena hal yang demikian itu bisa mewujudkan dan
meningkatkan rasa percaya diri peserta didik yang memiliki kemampuan
rendah, menciptakan kebersamaan serta dapat saling melengkapi dengan
demikian maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai.
3 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), hlm. 228.
4
Bermacam-macam model pembelajaran dapat digunakan oleh guru dan
masing-masing model pembelajaran ada kelemahan dan keuntungannya.
Tugas guru ialah memilih model pembelajaran yang tepat untuk menciptakan
proses belajar mengajar
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar Aqidah Akhlak adalah dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Numbered Head Together
NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling berbagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) pertama kali
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1992. Metode ini juga dapat
mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama antar siswa.4
Peneliti memilih model pembelajaran ini karena mempunyai
keunggulan di antaranya melibatkan peserta didik dalam mereview bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut, meningkatkan keyakinan ide atau
gagasan sendiri, meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik, mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan
saling menjaga perasaan juga meningkatkan pandangan peserta didik terhadap
guru yang bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik.
Peserta didik yang aktif akan terlibat kesungguhannya dalam belajar
dan seorang peserta didik semakin mampu mempersiapkan sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan teliti. Makin mampu memberikan keterangan yang
masuk akal, berarti ia makin mampu belajar dari kerja kelompok tersebut.
Memberikan keterangan yang bagus dan masuk akal pada anggota yang lain
lebih penting dibandingkan dengan hanya menerima keterangan dari orang
lain, dengan memberikan keterangan yang benar berarti ia belajar.
4 Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 59
5
Maka dalam penelitian ini penulis selain meneliti prestasi belajar juga
aktivitas belajar peserta didik, karena keduanya saling keterkaitan. Aktivitas
belajar peserta didik yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah keterlibatan dalam proses belajar mengajar (tatap muka). Keaktifan
peserta didik tercermin dari partisipasi/respon mereka baik dalam bertanya,
menjawab pertanyaan guru, menanggapi permasalahan maupun materi yang
diajarkan, mencari/melengkapi contoh yang mutakhir (up to date). Baik
merespon guru maupun sesama peserta didik yang lain. Suasana pembelajaran
yang dinamis akan terlihat apabila antar anggota dalam satu kelompok saling
mengemukakan paparan dan argumennya secara teratur.
Penelitian tindakan kelas ini peneliti terapkan di MI Brangsong Kendal.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses belajar mengajar dan hasil
prestasi belajar Aqidah Akhlak Kelas IV, ditemukan beberapa permasalahan,
diantaranya: pertama, model pembelajarannya masih satu arah (ceramah)
belum bervariasi sehingga pelajaran yang seharusnya dikuasai dengan baik
oleh peserta didik hasilnya kurang optimal. Kedua, aktivitas belajar peserta
didik juga masih rendah dan peserta didik cendeurng pasif. Hal ini disebabkan
karena peserta didik tidak merasa dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka penulis mencoba
mengangkat skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI
POKOK KALIMAT THAYYIBAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) (Studi Tindakan Pada Kelas IV MI
Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011)”.
B. Identifikasi Masalah
Kondisi proses belajar mengajar Aqidah Akhlak yang ada di MI
Brangsong Kendal masih diwarnai dengan model belajar satu arah (ceramah)
sehingga tidak merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
proses belajar mengajar sehingga membosankan. Padahal keberhasilan dalam
belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari
pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Oleh
6
karena itu perlu diterapkan konsep pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah
NHT (Numbered head together).
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak, peserta didik atau peserta didik lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling
mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi
ini akan terjalin komunikasi di mana peserta didik saling berbagi ide atau
pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga
dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan
pendapatnya. Penerapan model NHT ini pada mata pelajaran Aqidah Akhlak
dengan sendirinya akan menggerakkan aktivitas belajar peserta didik yang
akan berdampak positif pada nilai kognitif.
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan persepsi di antara pembaca, maka perlu
dijelaskan maksud dari judul penelitian ini.
1. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ”upaya” diartikan
sebagai usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud, akal,
ikhtiar.5 Sedangkan kata meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf),
mempertinggi, memperhebat.6 Jadi upaya disini dipahami sebagai usaha
untuk menuju yang lebih baik.
Hakikat prestasi belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri peserta didik yang mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotor.7 Prestasi belajar Aqidah Akhlak merupakan hasil yang telah
5 Suharno dan Ana Retnoningsih, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya
Karya, 2009), cet. 3, hlm. 620 6 Ibid, hlm. 574 7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 3
7
dicapai peserta didik setelah melakukan perbuatan belajar Aqidah Akhlak.
Dari beberapa definisi di atas dapat dipamahi bahwa yang dimaksud disini
adalah usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dalam penelitian ini
upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik
adalah dengan menggunakan metode yang lebih kreatif yaitu metode NHT
(Numbered Head Together).
2. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir
bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan berbagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional.8 Pembelajaran dengan menggunakan model
NHT diawali dengan numbering (penomoran), mengajukan pertanyaan,
berpikir bersama (berdiskusi), dan menjawab pertanyaan.9
Model pembelajaran NHT ini merupakan salah satu dari sekian
banyak teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk saling berkomunikasi secara aktif
dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Seperti yang dikemukakan oleh
Lie “model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat”.10
Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud
judul dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan guru dalam rangka
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak di
kelas IV MI Brangsong Kendal tahun pelajaran 2010/2011 melalui
implementasi model pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Head
Together) secara sistematis dan terprogram.
8 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 62 9 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 92. 10 Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 59
8
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi model pembelajaran NHT di MI Brangsong
Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Apakah dengan model pembelajaran NHT bisa meningkatkan prestasi
belajar pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi pokok kalimat
thayyibah di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan penulis lakukan bertujuan untuk mengetahui:
1. Implementasi model pembelajaran NHT di MI Brangsong Kendal Tahun
Pelajaran 2010/2011.
2. Adakah peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran
Aqidah Akhlak materi pokok kalimat thayyibah melalui model
pembelajaran NHT di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas belajar yang benar dan
dapat berbagi pengalaman juga memecahkan permasalahan secara
bersama-sama, selain dengan guru.
2. Bagi guru, penerapan pendekatan kooperatif tipe NHT dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan hal yang belum umum
dilakukan oleh para guru di sekolah. Karena itu, hasil penelitian ini dapat
memberikan pengalaman langsung pada guru-guru yang terlibat dalam
memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih
inovatif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada
guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru yaitu penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan prestasi
belajar dan aktivitas belajar peserta didik.
9
BAB II
PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni prestasi dan
belajar. Oleh karena itu sebelum pengertian prestasi belajar dibicarakan
ada baiknya kedua kata itu dijelaskan artinya satu persatu. Secara bahasa
kata “prestasi” diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya.1
Sedangkan belajar menurut Morgan adalah “relatively permanent
change in behavior which occurs as result of experience or pratice”. 2
Yang berarti belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
merupakan hasil dari pengalaman atau latihan. Belajar sebagai suatu
proses, ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti
perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan ini
memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama. Perubahan
yang relatif lama tersebut disertai dengan berbagai usaha seperti membaca,
pengamatan, eksperimen dan lain sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas, pada intinya belajar merupakan
suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang
lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat menetap.
Belajar merupakan suatu efektifitas jiwa yang sadar akan tujuan.
Tujuan adalah terjadinya sesuatu perubahan dalam diri individu.
Perubahan yang dimaksud tentu saja menyangkut semua unsur yang ada
1 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya
Karya, 2009), hlm. 390 2 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: In Grow Hill, 1971), hlm.
2
10
pada diri individu. Maka seseorang dinyatakan melakukan kegiatan
belajar, setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah
laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti dan lain sebagainya.
Kemudian secara istilah, prestasi belajar adalah ”terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotor.”3 Sedangkan menurut A.J. Romiszowski
seperti dikutip Mulyono Abdurrahman prestasi belajar merupakan
”keluaran (outputs) dari suatu sistem proses masukan (inputs). Outputs
tersebut berasal dari berbagai macam informasi sedangkan inputs adalah
perbuatan atau kinerja (performance)”.4
Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta
didik dari mempelajari suatu ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur
berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau simbul.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah
barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari
pemprosesan (keluaran atau output). Faktor utama yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity)
dari dalam diri peserta didik.5
Meskipun begitu ada faktor dari luar peserta didik yang juga
mempengaruhi prestasi belajar mereka. Pada dasarnya faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam, yaitu faktor internal atau
faktor yang datang dari diri individu itu sendiri dan faktor eksternal atau
faktor yang datang dari luar individu. Faktor-faktor internal antara lain
faktor fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan lain-
3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 3 4 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), hlm. 38. 5 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Pendidikan Usia Dini,
(Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), hlm. 1.
11
lain. Sedangkan faktor-faktor eksternal antara lain faktor lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.6
Pengukuran prestasi belajar dilakukan melalui penilaian, dan
proses penilaian ini salah satunya dipengaruhi oleh metode mengajar.7
Dalam artian metode pembelajaran yang digunakan guru sangat
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Pemilihan metode yang tepat
dapat membantu peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan
oleh guru sehingga akhirnya prestasi belajarnya dapat meningkat.
B. Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Secara syara’ Aqidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatnya,
kitab-kitabnya, para rasulnya dan kepada hari akhir serta kepada Qadar
yang baik maupun yang buruk.8 Hal ini juga disebut sebagai rukun iman.
Sedangkan kata akhlak adalah jamak dari kata khilqun atau khulqun yang
berarti perangai, kelakukan, tabiat, watak dasar.9
Ibnu Miskawaih seperti dikutip Abudin Nata menyatakan bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.10
Jadi ilmu akhlaq adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan
buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir
dan batin. Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas
tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah
perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik dan atau buruk.11
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran
PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan
6 Nana Sudjana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), hlm. 6 7 Ibid., hlm. 6 8 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm.
hlm. 30 9 Lihat Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 2 10 Ibid., hlm. 3 11 Ibid., hlm. 8.
12
pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan
suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji
dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata
pelajaran Aqidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab
Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari akhir, serta Qada dan Qadar.12
Jadi pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu sub dari pendidikan
Agama Islam yang diajarkan di madrasah yang berisi tentang materi
keimanan dan perilaku manusia yang baik dan buruk.
2. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan
untuk membekali peserta didik agar dapat:
a. Menumbuhkembangkan Aqidah melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik
tentang Aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT;
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi
dari ajaran dan nilai-nilai Aqidah Islam.13
Mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi
pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar
peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta
pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula,
12 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah bab
VI, hlm. 21 13 Ibid.
13
untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai
bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
3. Materi Aqidah Akhlak Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Materi Aqidah Akhlak untuk kelas IV Madrasah Ibtidaiyah adalah
tentang kalimat thayyibah, beriman kepada kitab-kitab Allah,
membiasakan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela. Secara lebih
detail dapat dilihat pada tabel berikut:14
Kelas IV, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami kalimat
thayyibah (inna lillaahi
wa innaa ilaihi rajiuun)
dan al-asma’ al-husna (al-
Mukmin, al-Azhim, al-
Haadii, al-Adlu, dan al-
Hakam)
1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (inna lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun)
1.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-Mukmin, al-Azhim, al- Haadii, al-Adlu, dan al-Hakam)
2. Beriman kepada kitab-
kitab Allah 2.1 Mengenal kitab-kitab Allah
3. Membiasakan akhlak
terpuji
3.1 Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam kehidupan sehari-hari
3.2 Membiasakan sikap tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan melAlui kisah Mashithah
4. Menghindari akhlak
tercela 4.1 Menghindari akhlak tercela melalui
kisah Tsa’labah
Kelas IV, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
5. Memahami kalimat
thayyibah
(assalaamu’alaikum) dan
al-Asma’ al-husna (as-
Salaam, al-Mukmin, dan
al- Latiif)
5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (assalaamu’alaikum)
5.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)
6. Beriman kepada Rasul Allah 5.1 Mengenal Rasul dan Nabi Allah
7. Membiasakan akhlak
terpuji
7.1 Membiasakan akhlak sidik, amanah, tablig, fatanah dalam kehidupan sehari-hari
14 Ibid., hlm. 36-37
14
7.2 Membiasakan akhlak terpuji terhadap teman dalam kehidupan sehari-hari
7.3 Mencintai dan meneladani akhlak mulia lima Rasul Ulul Azmi
8. Menghindari akhlak
tercela 8.1 Menghindari sifat munafik dalam
kehidupan sehari-hari
4. Indikator Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat
Thayyibah
Indikator prestasi belajar Aqidah Akhlak meliputi tiga ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Indikator dari tiap aspek tersebut
adalah:
a. Aspek kognitif
1) Peserta didik mampu menjelaskan kalimat thayyibah
(assalaamu’alaikum) dan al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-
Mukmin, dan al- Latiif)
2) Peserta didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat Allah yang
terkandung dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan
al- Latiif)
b. Aspek afektif
1) Peserta didik mampu membiasakan diri mengucapkan
assalaamu’alaikum
2) Peserta didik mampu menghayati sifat-sifat Allah yang terkandung
dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)
c. Aspek psikomotorik
1) Peserta didik memiliki kecakapan mengucapkan
assalaamu’alaikum dan al-Asma’ al-husna (as-Salaam, al-
Mukmin, dan al- Latiif)
2) Peserta didik mampu menerapkan sifat-sifat Allah yang
terkandung dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan
al- Latiif) dalam kehidupan sehari-hari.
15
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered
Head Together)
Pembelajaran kooperatif disebut juga pembelajaran gotong royong,
yang berdasar pada falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa
manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.15
Berbeda dengan metode kerja kelompok, dalam pembelajaran
kooperatif bukan hanya sekedar kerja kelompok saja yang diperkenalkan,
tetapi juga pada penstrukturannya. Seperti yang diungkapkan oleh Lie
“pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai kerja kelompok yang
terstruktur”.16
Di dalam struktur ini terdapat lima unsur pokok seperti yang
dikemukakan oleh Johnson dalam Lie, yaitu “saling ketergantungan
positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerjasama dan proses kelompok”.17
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau
penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan berbagai
alternatif terhadap struktur kelas tradisional.18
Pembelajaran dengan
menggunakan model NHT diawali dengan numbering (penomoran),
mengajukan pertanyaan, berpikir bersama (berdiskusi), dan menjawab
pertanyaan.19
Model pembelajaran NHT ini merupakan salah satu dari sekian
banyak teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk saling berkomunikasi secara aktif
15 Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
Ruang Kelas,( Jakarta: Grasindo, 2004), Cet. 5, hlm. 28. 16 Ibid., hlm. 18 17
Ibid. 18 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 62 19 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 92.
16
dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Seperti yang dikemukakan oleh
Lie “model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat”.20
Selanjutnya Lie juga mengungkapkan bahwa model
pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat
kerja sama mereka dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
semua tingkatan usia didik.
Jadi model pembelajaran NHT ini digunakan untuk melibatkan
peserta didik dalam penguatan pemahaman atau mengecek pemahaman
peserta didik terhadap materi pembelajaran dengan langkah berpikir
bersama dalam kelompok kecil untuk menemukan jawaban yang dianggap
paling tepat dari permasalahan yang diberikankannya.
Terdapat empat tahap pelaksanaan teknik NHT yaitu “penomoran,
mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab”. Rencana
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Penomoran
Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok 3-5 orang,
dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
b. Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam
bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Apa arti dari assalamu’alaikum?”.
c. Berpikir bersama
Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawaban tim.
d. Menjawab
20 Anita Lie, op.cit., hlm. 59
17
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta didik
yang nomornya sama mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.21
Dalam model pembelajaran kooperatif, “penataan ruang kelas perlu
memperhatikan prinsip-prinsip tertentu”.22
Bangku perlu ditata sedemikian
rupa sehingga semua peserta didik dapat melihat guru atau papan tulis
dengan jelas serta melihat rekan sekelompoknya dengan baik dan berada
dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok-kelompok yang
dibentuk ini dapat berada dalam posisi dekat satu sama lain tetapi tidak
mengganggu antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head
Together)
Model pembelajaran NHT yang pertama kali dikembangkan oleh
Spenser Kagen (1993) ini bertujuan:
a. Untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.23
Pada prinsipnya model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) difokuskan untuk
membuat peserta didik supaya lebih memahami materi yang
disampaikan guru. Tiap individu dikondisikan supaya mampu
memahami materi tersebut dengan cara memberikan pertanyaan yang
lebih spesifik. Sehingga guru dapat mengetahui sampai sejauhmana
pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.
b. Untuk menjalin kerjasama di antara peserta didik. Pembelajaran
kooperatif dalam kelas menekankan pada kerja sama kelompok yang
saling mendukung untuk berhasil dalam memahami materi yang telah
disampaikan oleh guru. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua
atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai
21 Trianto, op.cit., hlm. 63 22 Anita Lie, op.cit., hlm. 51 23 Trianto, op.cit., hlm. 62
18
satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut
seandainya mereka berhasil sebagai kelompok. Unsur ini menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban
kelompok. Pertama mempelajari bahan yang ditugaskan kepada
kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu
mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.24
3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered
Head Together)
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together), di antaranya adalah:
a. Peserta didik dilibatkan dalam pembelajaran secara aktif
Dipilihnya model belajar NHT diterapkan pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak karena cocok untuk memperhatikan tujuan dari
pelajaran tersebut di antaranya yaitu untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam
akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik
tentang Akidah dan Akhlak Islam. Untuk menunjang tercapainya tujuan
Aqidah Akhlak tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang
kondusif di antaranya peserta didik harus dilibatkan dalam kegiatan
belajar mengajar.
b. Mengoptimalkan tutor sebaya
Keberhasilan belajar menurut model belajar NHT ini bukan
semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,
melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan
secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang
terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di
bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman
24Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), ,hlm. 58-59
19
peserta didik akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang
dipelajari.
c. Menumbuhkan rasa kebersamaan
Disamping itu, suasana belajar dan rasa kebersamaan yang
tumbuh dan berkembang di antara sesama anggota kelompok
memungkinkan peserta didik untuk mengerti dan memahami materi
pelajaran dengan lebih baik. Proses pengembangan kepribadian yang
demikian, juga membantu mereka yang kurang berminat menjadi lebih
bergairah dalam belajar. Peserta didik yang kurang bergairah dalam
belajar akan dibantu oleh peserta didik lain yang mempunyai gairah
lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang
telah dipelajarinya.
4. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered
Head Together)
Kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together), di antaranya adalah:
a. Suasana pembelajaran bisa menjadi tidak kondusif jika guru tidak bisa
mengelola kelas dengan baik.
b. Kondisi kelompok akan stagnan jika tidak ada peserta didik yang bisa
menjadi leader dan memiliki kemampuan lebih dibanding teman-
temannya. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kondisi
kelompok yang homogen misalnya dalam satu kelompok harus ada
minimal satu peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
c. Kemungkinan ada peserta didik yang hanya mengikuti pendapat
temannya tapi tidak benar-benar memahami materi. Oleh karena itu,
guru perlu mengecek pemahaman peserta didik satu persatu.
5. Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered
Head Together) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
20
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para peserta didik dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif
adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
peserta didik, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para peserta didik dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif
adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
peserta didik, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
Dengan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran
dan adanya upaya memecahkan masalah yang berkaitan materi pelajaran
secara bersama-sama, maka pemahaman peserta didik terhadap materi
Aqidah Akhlak akan menjadi lebih baik. Sehingga akhirnya prestasi
belajar Aqidah Akhlak peserta didik juga meningkat. Oleh karena itu,
model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)
tersebut sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar Aqidah
Akhlak.
D. Kerangka Berpikir
21
Kondisi proses belajar mengajar Aqidah Akhlak yang ada di MI
Brangsong Kendal masih diwarnai dengan model belajar satu arah (ceramah)
sehingga tidak merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
proses belajar mengajar sehingga membosankan. Padahal model belajar NHT
ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus
diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam
pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak, peserta didik lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan
masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi ini akan terjalin
komunikasi di mana peserta didik saling berbagi ide atau pendapat. Melalui
diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat
meningkatkan daya nalar, keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan
memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya.
Penerapan model NHT ini pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan
sendirinya akan menggerakkan aktivitas belajar peserta didik yang akan
berdampak positif pada nilai kognitif.
Berdasarkan kerangka berfikir secara teoritis di atas dapat dikatakan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang meliputi aktivitas belajar dan prestasi belajar yang
signifikan. Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kualitas hasil belajar Aqidah Akhlak
pada peserta didik kelas IV MI Brangsong Kendal.
Alur kerja penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Kondisi awal
Prestasi belajar peserta didik
pada pembelajaran Aqidah
Akhlak masih rendah
Dilakukan upaya
perbaikan dengan PTK
Prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah
Akhlak sedikit meningkat tapi
belum maksimal
Siklus I pembelajaran
Aqidah Akhlak dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif
tipe NHT
Kondisi sudah meningkat, ada
perbaikan tapi belum
maksimal
Prestasi belajar peserta didik
pada pembelajaran Aqidah
Siklus II pembelajaran
Aqidah Akhlak dengan
menggunakan model
22
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah bahwa model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak
materi pokok kalimat thayyibah melalui di MI Brangsong Kendal Tahun
Pelajaran 2010/2011.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) atau classroom action research (CAR). Yaitu “penelitian praktis
yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru
sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola pembelajaran” .1
Tujuannya untuk melakukan perubahan pada semua peserta didik sebagai
subyek penelitian dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna
mencapai perbaikan praktek secara berkelanjutan.
Sarwiji Suwandi mengemukakan bahwa penelitian tindakan
merupakan suatu penelitian yang bersifat reflektif yang didasarkan pada
kondisi riil yang kemudian dicari permasalahannya dan ditindaklanjuti dengan
melakukan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur.2
Sedangkan I.G.A.K. Wardani berpendapat bahwa penelitian tindakan
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.3 penelitian tindakan
kelas yang dilakukan guru bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan
nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan peserta didik yang sedang
belajar.4
1 Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm. 3 2 Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah,
(Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009), hlm. 10-11 3 I.G.A.K. Wardani, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004),
hlm. 1.4 4 Suharsimi Arikunto dkk, op.cit., hlm. 2
24
Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran
mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat
mencobakan sesuatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka,
dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur yang telah dirancang
oleh guru dan peneliti, yaitu pada semester genap tepatnya pada tanggal 3
Januari sampai dengan 10 Februari 2011 dengan dua kali siklus. Sedangkan
penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV MI Brangsong Kendal
dengan jumlah siswa 21 orang. Secara detail, jadwal pelaksanaan penelitian
tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut:
No Rencana Kegiatan Waktu (Minggu) Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Observasi Awal
2. Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan
Menyepakati jadwal dan tugas
Menyusun Instrumen
Diskusi konsep pelaksanaan
3. Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat
Pelaksanaan pra siklus
Pelaksanaan siklus I
Pelaksanaan siklus II
Koordinasi akhir
4. Pembuatan Laporan
Menyusun konsep laporan
Penyelesaian Laporan
C. Desain Penelitian
Menurut Kemmis dan Taggart Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
melalui empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang yang
merupakan ciri penelitian tindakan. Keempat rangkaian kegiatan yang dilakukan
25
Siklus II
Siklus I
dalam setiap siklus tersebut berupa: 1) rencana tindakan (action plan), 2) tindakan
(action), 3) pengamatan (observation), 4) refleksi (reflection). Ada beberapa ahli
yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang
berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui
sesuai dengan gambar berikut ini:5
Kendati pada gambar siklus di atas terdiri dari 2 siklus, akan tetapi
banyaknya siklus bukanlah sesuatu yang pasti, karena jumlah tersebut diambil
berdasarkan pertimbangan dalam refleksi apakah sesuatu yang ditargetkan
sudah tercapai atau belum. Dengan demikian, bila target belum tercapai maka
dimungkinkan dapat ditambah menjadi 3 siklus dan seterusnya.
Rincian pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
5 Ibid., hlm. 16
Refleksi
Tindakan
Observasi
Refleksi
Tindakan
Observasi
Perencanaan
Perencanaan
Hasil
26
1. Pra Siklus
Pada tahap pra siklus ini peneliti mengadakan kegiatan
pembelajaran tanpa model pembelajaran NHT (Numbered Head Together)
dan setelah itu peneliti mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil dari
pembelajaran yang telah dilakukan tanpa model pembelajaran NHT
(Numbered Head Together).
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus ini akan
diketahui bagaimana prestasi belajar Aqidah Akhlak peserta didik. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan hasil belajar yang diperoleh setelah
menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) pada
siklus I dan II.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Materi yang diajarkan pada siklus I adalah tentang kalimat
thayyibah (assalamu’alaikum). Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Dokumentasi kondisional peserta didik yang terdiri dari jumlah
peserta didik dalam kelas, nilai ulangan harian Aqidah Akhlak
peserta didik kelas IV tahun pelajaran 2010/2011.
2) Identifikasi masalah yang timbul berdasarkan hasil observasi awal
peneliti terhadap kondisi peserta didik dan guru
3) Merencanakan tindakan dengan ilustrasi PTK antara guru dan
peneliti sebagai mitra kolaboratif dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak.
4) Menyusun jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan
dilaksanakan dengan bantuan guru.
5) Membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang terdiri
dari 4-5 anggota dan tiap anggota diberi nomor 1-5 sesuai jumlah
anggotanya.
6) Menyusun lembar kegiatan peserta didik, observasi, silabus
pembelajaran, dan alat evaluasi akhir siklus
27
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pada awal pembelajaran peneliti menjelaskan secara singkat
model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan diterapkan
kepada peserta didik.
2) Peneliti menyajikan rencana atau tujuan pembelajaran kepada
peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
3) Peneliti membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik, setiap anggota kelompok
diberi nomor 1-5 sesuai dengan jumlah anggotanya.
4) Peneliti mempersilahkan semua peserta didik untuk membuka dan
mempelajari materi Aqidah Akhlak pokok bahasan kalimat
thayyibah pada beberapa sumber belajar yang sudah dipersiapkan.
5) Peneliti memberikan pertanyaan atau permasalahan pada peserta
didik dengan mengacu pada pokok bahasan dan kompetensi dasar
yang akan dicapai untuk dipecahkan bersama-sama dalam
kelompok.
6) Peneliti mengecek pemahaman peserta didik dengan menyebut satu
nomor dan para peserta didik dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan guru,
jawaban peserta didik yang ditunjuk merupakan wakil jawaban dari
kelompok.
7) Pada akhir pembelajaran peneliti memfasilitasi peserta didik dalam
membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada akhir pembelajaran.
8) Pada akhir siklus dilakukan tes akhir untuk mengetahui
perkembangan peserta didik dalam bentuk objektif tes. Hasil dari
tes pada akhir siklus ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi untuk tindakan berikutnya.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data
mengenai aktivitas belajar peserta didik maupun peneliti selama proses
28
pembelajaran berlangsung dengan bantuan guru mitra maupun orang
lain yang lain yang bertindak sebagai observer.
d. Refleksi
Data yang diperoleh pada siklus I dikumpulkan untuk
selanjutnya dianalisis kemudian diadakan refleksi terhadap hasil
analisis sehingga dapat diketahui apakah permasalahan yang dihadapi
sudah mampu terpecahkan, yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dan
prestasi belajar peserta didik setelah adanya tindakan.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Materi yang diajarkan pada siklus II adalah tentang Asmaul
Husna (as-salam, al-mukmin, dan al-latif). Tahap perencanaan
tindakan pada siklus II ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi
tindakan siklus I. Perencanaan tindakan pada siklus II merupakan hasil
perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I. Adapun kegiatan
perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah
penyusunan RPP dan lembar kerja peserta didik.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini langkah-langkahnya hampir sama
ketika dilakukan pada siklus I, hanya saja pelaksanaannya ditambah
dengan melihat hasil refleksi siklus I serta menambahkan hal-hal
yang perlu diperhatikan dan penekanan pada tahap sebelumnya. Di
akhir siklus II juga dilakukan pemberian angket dan tes akhir untuk
mengetahui perkembangan peserta didik dalam bentuk objektif tes.
c. Observasi dan Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sama persis dengan
kegiatan pada siklus I. data yang diperoleh dalam tahap observasi
siklus II dikumpulkan untuk kemudian dilakukan analisis.
29
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara atau jalan yang digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Metode
pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah dengan metode tes,
dokumentasi dan observasi.
1. Metode Tes
Metode tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.”6
Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman peserta didik mengenai materi setelah diberi panduan
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dengan menggunakan metode tes ini
maka peneliti akan dapat mengetahui apakah prestasi belajar Aqidah
Akhlak peserta didik mengalami peningkatan sesuai dengan yang
diharapkan peneliti.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yang dimaksud adalah berusaha mencari data
mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku surat kabar, majalah,
agenda dan sebagainya.7 Peneliti secara langsung dapat mengambil bahan
dokumen yang sudah ada dan untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data daftar nama peserta didik,
nilai ulangan harian peserta didik, foto kegiatan belajar mengajar dan
prestasi belajar peserta didik, serta aktivitas belajar.
3. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi observasi adalah ”pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau kejadian yang
diselidiki.”8 Sedangkan Soemitro seperti dikutip Subagyo
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 127 7 Ibid., hlm. 206 8 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 136.
30
mengemukakan bahwa observasi adalah “pengamatan yang dilakukan
secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala
psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.”9
Tujuan digunakan lembar observasi ini adalah untuk mengetahui
aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran, baik dalam siklus I
maupun siklus II dan selanjutnya sampai selesainya penelitian tindakan
kelas yang ditetapkan. Instrumennya berupa lembar observasi yang telah
dirancang bersama oleh guru dan mitra kolaboratif dalam penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu cara menganalisis data yang diperoleh
selama peneliti mengadakan penelitian sehingga akan diketahui kebenaran
atas suatu permasalahan. Untuk penelitian tindakan kelas analisis data tidak
dilaksanakan pada akhir penelitian, namun dilakukan sepanjang proses
penelitian.
Data yang terkumpul akan mempunyai arti jika dianalisis sesuai
dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, analisis data dalam penelitian ini
menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono analisis statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas (generalisasi/inferensi).10
Statistik deskriptif
digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan
menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta menyajikan data yang
menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya misalnya bentuk grafik
dan tabel.11
Data penelitian yang berupa nilai ulangan peserta didik diolah
dengan mencari rata-rata dan prosentase ketuntasan, kemudian disajikan
dalam tabel kemudian divisualisasikan dalam bentuk diagram.
9 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hlm. 63 10 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta, 2005), hlm. 21 11 Suharsimi Arikunto, dkk., op.cit., hlm. 131-132
31
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah bahwa penelitian
akan dinyatakan berhasil apabila:
1. Prosentase ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai
≥ 85 % dan nilai rata-rata secara individual yang diperoleh peserta didik ≥
65.
2. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik secara klasikal mencapai 80%.
32
BAB IV
ANALISIS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI POKOK KALIMAT
THAYYIBAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED
HEAD TOGETHER) DI KELAS IV MI BRANGSONG KENDAL
A. Deskripsi Data Awal
Data awal ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang
prestasi belajar serta aktivitas belajar peserta didik. Data awal ini diperoleh
melalui kegiatan observasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dari hasil observasi tersebut akan diperoleh kondisi pembelajaran
Aqidah Akhlak yang sedang berlangsung di kelas IV MI Brangsong Kendal, dan
kondisi riil subjek yang akan diteliti. Hasil tersebut akan digunakan untuk
membedakan hasil belajar peserta didik sebelum diberikan tindakan dan setelah
dilakukan tindakan.
Hasil observasi awal tersebut memperlihatkan bahwa sistem
pembelajaran yang berlangsung masih satu arah. Guru masih dominan dalam
pembelajaran, sedangkan peserta didik cenderung pasif dan tidak antusias
mengikuti pembelajaran. Masih banyak peserta didik yang melakukan aktifitas
sendiri dan terkadang mengganggu jalannya pembelajaran.
Pembelajaran yang berlangsung pasif tersebut berimbas pada prestasi
belajar peserta didik yang cenderung rendah dan belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar dan
aktivitas belajar peserta didik adalah pemilihan metode yang kurang tepat.
Selama ini guru sering menggunakan metode konvensional seperti ceramah
tanpa mencoba untuk menerapkan metode lain yang lebih inovatif. Sehingga
akibatnya, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama ini cenderung
pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar peserta didik pada tahap
pra siklus, berikut peneliti jabarkan rangkuman hasil ulangan harian Aqidah
Akhlak peserta didik kelas IV MI Brangsong Kendal.
33
Tabel 1
Data Prestasi Belajar Peserta Didik Tahap Pra Siklus
No Hasil Tes Pencapaian
1 Nilai tertinggi 73
2 Nilai terendah 47
3 Nilai rata-rata 63,19
4 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 11
5 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas belajar 10
6 Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal 52,38 %
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui bahwa rata-rata hasil
ulangan harian Aqidah Akhlak peserta didik kelas IV MI Brangsong Kendal
adalah 63,19 sedangkan ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 52,38%. Hasil
ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal masih
rendah.
Sedangkan hasil observasi terhadap aktifitas peserta didik dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2
Data Aktivitas Belajar Peserta Didik Pra Siklus
Aspek yang diamati Skor Prosentase
1. Peserta didik memperhatikan keterangan guru 8 38,10%
2. Peserta didik aktif dalam diskusi kelompok 10 47,62%
3. Peserta didik memberikan sumbangsih jawaban
pertanyaan pada kelompok 9 42,86%
4. Peserta didik antusias dalam mengikuti
pembelajaran 8 30,10%
5. Peserta didik mencatat rangkuman materi yang
telah dipelajari 11 52,38%
Jumlah 46
Prosentase aktifitas secara klasikal 43,81%
34
Kriteria aktifitas :
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
Dari data aktivitas peserta didik selama pembelajaran dapat diketahui
bahwa prosentase aktifitas peserta didik adalah 43,81% dengan kategori
kurang. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran tegrolong kurang.
Melihat hasil tersebut, perlu dicari solusi untuk memperbaiki proses
pembelajaran sehingga prestasi belajar peserta didik dapat meningkat. Salah
satu pemecahan masalah pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan
model pembelajaran NHT (Numbered Head Together).
B. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
Dari permasalahan yang ditemukan pada saat observasi awal
maka telah direncanakan bahwa guru akan menerapkan model
pembelajaran NHT (Numbered Head Together) pada pembelajaran
Aqidah Akhlak dengan materi pokok kalimat thayyibah
(assalamu’alaikum). Rencana tersebut tertuang dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Disamping itu, peneliti dan guru
juga mempersiapkan lembar observasi, lembar evaluasi, peralatan
dokumentasi dan materi pelajaran yang akan disampaikan pada
pertemuan kali ini.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal
17 Januari 2011. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini
35
mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dipersiapkan.
Pada awal pembelajaran guru menjelaskan secara singkat
model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan diterapkan kepada
peserta didik. Guru menyajikan rencana atau tujuan pembelajaran
kepada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari
4-5 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5 sesuai
dengan jumlah anggotanya.
Guru mempersilahkan semua peserta didik untuk membuka dan
mempelajari materi Aqidah Akhlak pokok bahasan kalimat thayyibah
pada beberapa sumber belajar yang sudah dipersiapkan. Guru
memberikan pertanyaan atau permasalahan pada peserta didik dengan
mengacu pada pokok bahasan dan kompetensi dasar yang akan dicapai
untuk dipecahkan bersama-sama dalam kelompok. Kemudian guru
mengecek pemahaman peserta didik dengan menyebut satu nomor dan
para peserta didik dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan guru, jawaban peserta
didik yang ditunjuk merupakan wakil jawaban dari kelompok.. Pada
akhir pembelajaran guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir
pembelajaran.
Pada akhir siklus dilakukan tes akhir untuk mengetahui
perkembangan peserta didik dalam bentuk objektif tes. Hasil dari tes
pada akhir siklus ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
untuk tindakan berikutnya. Hasil tes siklus I selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
36
Tabel 3
Data Prestasi Belajar Peserta Didik Siklus I
No Keterangan Perolehan
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai terendah 53
3 Nilai rata-rata kelas 71,67
4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 4
5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 17
6 Prosentase ketuntasan belajar 80,95 %
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa rata-rata
prestasi peserta didik pada siklus I mencapai 71,67 dengan presentase
ketuntasan belajar sebanyak 80,95 %.
c. Observasi
Observasi digunakan untuk mengadakan penilaian terhadap
aktivitas belajar peserta didik selama mengikuti model pembelajaran
kooperatif NHT. Hasil observasi mengenai penilaian aktivitas belajar
peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Data Aktivitas Belajar Peserta Didik Siklus I
Aspek yang diamati Skor Prosentase
1. Peserta didik memperhatikan keterangan guru 16 76,19%
2. Peserta didik aktif dalam diskusi kelompok 13 61,90%
3. Peserta didik memberikan sumbangsih
jawaban pertanyaan pada kelompok 10 47,62%
4. Peserta didik antusias dalam mengikuti
pembelajaran 15 71,43%
5. Peserta didik mencatat rangkuman materi
yang telah dipelajari 12 57,14%
Jumlah 66
Prosentase aktifitas secara klasikal 62,86%
37
Kriteria aktifitas :
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
Dari data aktivitas peserta didik selama pembelajaran dapat
diketahui bahwa prosentase aktifitas peserta didik adalah 62,86%
dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan
peserta didik dalam pembelajaran masih terbilang kurang. Begitu pula
aktivitas guru, di mana guru belum dapat mengkondisikan peserta
didik dengan baik.
d. Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus I,
proses pembelajaran yang berlangsung masih kurang efektif yang
ditunjukkan dengan kurang aktifnya peserta didik selama pembelajaran
berlangsung, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas peserta
didik hanya sebesar 62,86%. Namun penggunaan metode ini dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang semula prosentase
ketuntasannya hanya 52,38% dengan rata-rata 63,19 dan meningkat
menjadi 80,95% dengan nilai rata-rata kelas 71,67. Akan tetapi hasil ini
belum memenuhi target yang ditetapkan peneliti sehingga diperlukan suatu
perbaikan dalam pembelajaran untuk siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada siklus ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan model
yang sama dengan siklus I hanya saja mengalami beberapa perbaikan
berdasarkan hasil refleksi siklus I untuk materi pokok Asmaul Husna (as-
salam, al-mukmin, dan al-latif). Disamping menyiapkan RPP, peneliti
dan guru kolaborator juga mempersiapkan lembar observasi, lembar
38
evaluasi, peralatan dokumentasi dan materi pelajaran yang akan
disampaikan pada pertemuan kali ini.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 24
Januari 2011. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II juga mengacu pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RP) yang telah dipersiapkan. Prinsip
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I,
tetapi peneliti lebih menekankan pemberian tugas/pertanyaan yang semakin
sering dilakukan. Selama pembelajaran aktivitas peserta didik tetap diamati
oleh peneliti dan guru kolaborator maupun pengamat. Pada akhir siklus II
juga dilakukan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur kemampuan
belajar peserta didik. Hasil tes siklus II selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5
Data Prestasi Belajar Peserta Didik Siklus II
No Keterangan Perolehan
1 Nilai tertinggi 93
2 Nilai terendah 60
3 Nilai rata-rata kelas 78,48
4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 1
5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 20
6 Prosentase ketuntasan belajar 95,24%
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-
rata peserta didik pada siklus II mencapai 78,48 dengan prosentase
ketuntasan sebesar 95,24%.
c. Observasi
Observasi terhadap peserta didik dilakukan secara kolaboratif
antara peneliti dengan guru mitra. Hasil observasi mengenai penilaian
aktivitas belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut.
39
Tabel 6
Data Aktivitas Belajar Peserta Didik Siklus II
Aspek yang diamati Skor Prosentase
1. Peserta didik memperhatikan keterangan
guru 17 76,19%
2. Peserta didik aktif dalam diskusi kelompok 18 61,90%
3. Peserta didik memberikan sumbangsih
jawaban pertanyaan pada kelompok 18 47,62%
4. Peserta didik antusias dalam mengikuti
pembelajaran 16 71,43%
5. Peserta didik mencatat rangkuman materi
yang telah dipelajari 19 57,14%
Jumlah 88
Prosentase aktifitas secara klasikal 83,81%
Kriteria aktifitas :
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
Dari data aktivitas peserta didik dan peneliti selama
pembelajaran dapat diketahui bahwa keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran pada siklus II ini mengalami peningkatan dan telah
memenuhi target yang ingin dicapai oleh peneliti. Selain itu pada
siklus II ini peneliti sudah dapat menerapkan model pembelajaran
dengan baik, di mana peneliti sudah dapat mengkondisikan peserta
didik selama pembelajaran
d. Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus II,
diketahui bahwa proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II
40
ini lebih baik dibandingkan dengan siklus I, di mana data peningkatan
prestasi belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Data Peningkatan Prestasi Belajar
No Siklus Nilai rata-rata Ketuntasan belajar
1 Pra 63,19 52,38%
2 I 71,67 80,95%
3 II 78,48 95,25%
Sedangkan peningkatan aktifitas peserta didik dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 8
Data Peningkatan Aktivitas Peserta didik
No Siklus Ketuntasan belajar
1 Pra 43,81%
2 1 62,86%
3 II 83,81%
C. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak semester II. Pada siklus I materi pokok yang dibahas adalah kalimat
thayyibah (assalamu’alaikum) dan pada siklus II materi pokok yang dibahas
adalah Asmaul Husna (as-salam, al-mukmin, dan al-latif).
Pelaksanaan proses pembelajaran siklus I mengacu pada rencana
pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti. Pada awal pembelajaran,
peneliti mengulas sedikit materi yang ada kaitannya dengan kalimat thayyibah
yaitu kalimat “assalamu’alaikum” dan memberikan motivasi kepada peserta
didik sehingga peserta didik menjadi tertarik untuk mempelajari materi
tersebut.
41
Proses pembelajaran siklus I yang dilakukan oleh peneliti adalah
mengoptimalkan terjadinya interaksi antar peserta didik dengan guru sehingga
proses pembelajaran tidak hanya berlangsung satu arah melalui kegiatan
kelompok. Selama pembelajaran peneliti memberikan latihan-latihan soal
yang harus dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompok. Pelaksanaan
diskusi kelompok bertujuan agar peserta didik lebih banyak berinteraksi
dengan teman satu kelompok dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh
guru kepada mereka, sehingga apabila mereka mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal tersebut dapat bertanya kepada teman satu kelompok.
Namun apabila semua peserta didik dalam satu kelompok juga tidak dapat
menyelesaikan, maka peserta didik tersebut dapat bertanya kepada guru.
Pemberian latihan soal dimulai dari soal dengan tingkat kesulitan yang
rendah ke soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Pada akhir pembelajaran,
peneliti membimbing peserta didik untuk dapat menarik kesimpulan dari apa
yang telah mereka pelajari dan mengadakan evaluasi berupa tes akhir siklus
untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
diajarkan.
Berdasarkan hasil tes siklus I diketahui jumlah peserta didik yang
mengalami ketuntasan belajar sebesar 80,95%. Hasil ini menunjukkan adanya
peningkatan jika dibandingkan tahap pra siklus. Setelah diberi tindakan
terlihat adanya peningkatan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
telah dipelajari. Peningkatan pemahaman ini disebabkan oleh karena adanya
keterlibatan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui
belajar secara berkelompok, peserta didik lebih banyak berinteraksi dengan
teman atau dapat dikatakan peserta didik terlibat secara langsung selama
pembelajaran sehingga pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan lebih
lama melekat dalam ingatan.
Pada siklus I jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar
meningkat sebanyak 17 peserta didik dan nilai rata-rata juga mengalami
peningkatan dari 63,19 pada tahap pra siklus, meningkat menjadi 71,67 pada
siklus I. Peran guru selama proses pembelajaran sangat menentukan
42
keberhasilan belajar peserta didik. Akan tetapi hasil dari tes akhir siklus I ini
belum mencapai target yang ditentukan oleh peneliti, yaitu jumlah peserta
didik yang mengalami ketuntasan belajar harus mencapai 85%. Kurang
optimalnya hasil belajar peserta didik pada siklus I disebabkan guru belum
dapat mengkondisikan kelas dengan baik yang ditunjukkan dengan masih
banyak peserta didik yang ramai sendiri selama proses pembelajaran, juga
terdapat peserta didik belum bisa menyesuaikan diri dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Siklus I ini keterlibatan peserta didik selama proses pembelajaran
sudah bisa kategorikan cukup karena rata-rata aktivitas peserta didik secara
klasikal sudah mencapai 62,86% akan tetapi perlu dikembangkan untuk
masuk dalam kriteria penilaian baik atau sangat baik. Dalam siklus I ini
selama pelaksanaan diskusi peserta didik belum dapat bekerja-sama dengan
baik, masih terdapat peserta didik yang hanya bergantung pada peserta didik
lain yang lebih pintar dalam kelompoknya. Oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan proses pembelajaran untuk siklus berikutnya, sehingga
pada siklus II nantinya akan tercipta suatu proses pembelajaran yang menarik
dan tidak membosankan bagi peserta didik yang pada akhirnya peserta didik
akan lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran yang dilakukan peneliti pada siklus II tidak jauh
berbeda dengan pembelajaran pada siklus I, hanya saja peneliti melakukan
beberapa perbaikan sesuai dengan hasil refleksi kinerja peneliti selama siklus I.
Pada siklus II, peneliti lebih banyak memberikan latian-latian soal kepada peserta
didik untuk dikerjakan secara berkelompok dan menyampaiakan materi secara
umum, sehingga peserta didik lebih banyak berdiskusi dengan kelompok untuk
menyelesaikan pertanyaan yang telah diberikan. Pelaksanaan diskusi ini pun masih
dalam pengawasan guru, di mana guru berkeliling kelas untuk mengetahui
bagaimana aktivitas dan proses diskusi yang terjadi dalam kelompok.
Pelaksanaan diskusi kelompok pun sudah terlihat baik, masing-masing
peserta didik dapat berbagi peran dalam diskusi kelompoknya dan sudah tidak
saling menggantungkan kepada teman lain. Guru juga memberikan bantuan berupa
43
pengarahan kepada peserta didik apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal atau tugas.
Nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan, di mana nilai
rata-rata pada pra siklus adalah 63,19 meningkat menjadi 71,67 pada siklus I
dan meningkat mejadi 78,48 pada siklus II. Peningkatan juga ditunjukkan
pada jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar, yaitu para
pra siklus mencapai 52,38% dan meningkat menjadi 80,95% pada siklus I
kemudian meningkat lagi menjadi 95,24% pada siklus II. Peningkatan prestasi
belajar tiap siklusnya dapat dilihat pada gambar berikut.
63.19
71.6778.48
52.38
80.95
95.25
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata Prosentase Ketuntasan
Gambar 1
Diagram Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Peserta didik
Pada siklus II ini, aktifitas peserta didik juga mengalami peningkatan.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa pada siklus II ini aktivitas peserta didik
meningkat 62,86% pada siklus I meningkat menjadi 83,81% pada siklus II dan
dapat dilihat pada gambar berikut.
44
43.81
62.86
83.81
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Gambar 2
Diagram Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta didik
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada prinsipnya hampir sama dengan
metode belajar kelompok. Tetapi dalam penerapan metode yang dipakai
peneliti terdapat penekanan pada pengoptimalan peserta didik untuk
berinteraksi dan berlatih mengerjakan soal-soal yang diserikan guru, hal inilah
yang membedakan dengan metode belajar kelompok. Pada model
pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk aktif di dalam diskusi kelompok
untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dari para anggota
kelompok atas soal atau tugas yang diberikan guru dan setiap peserta didik
dituntut untuk mengetahui hasil hari diskusi yang telah mereka lakukan.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT peserta
didik akan terlihat kesungguhannya dalam belajar dan seorang peserta didik
semakin mampu mempersiapkan jawaban soal yang dianggap benar juga
semakin mampu memberikan keterangan yang masuk akal, berarti ia makin
mampu belajar dari kerja kelompok tersebut. Memberikan keterangan yang
bagus dan masuk akal pada anggota yang lain lebih penting dibandingkan
45
dengan hanya menerima keterangan dari orang lain, dengan memberikan
keterangan yang benar berarti ia belajar.
Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan, maka keterlibatan peserta
didik selama proses belajar mengajar dengan menggunakan model kooperatif
tipe NHT pada mata pelajaran Aqidah Akhlak mengalami peningkatan
sehingga tingkat pemahaman, aktivitas belajar, dan prestasi belajar juga turut
meningkat karena peserta didik mengalami sendiri setiap kegiatan
pembelajaran. Pengalaman ini mereka peroleh dengan semakin sering berlatih
mengerjakan soal/tugas yang diberikan oleh guru, sehingga apabila
menemukan kesulitan akan bertanya kepada teman mampun guru.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi
Pokok Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah Melalui Model Pembelajaran NHT
(Numbered Head Together) (Studi Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong
Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010), dapat peneliti kemukakan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT diimplementasikan dengan
melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dengan langkah berpikir
bersama dalam kelompok kecil untuk menemukan jawaban yang dianggap
paling tepat dari permasalahan yang diberikankan guru. Dengan model ini
guru mudah merangsang keaktivan peserta didik melalui pemberian tugas
atau pertanyaan yang dikerjakan oleh peserta didik secara bersama-sama
dalam kelompok kecil. Guru juga mudah memantau aktivitas peserta
didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh
peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam Aqidah Akhlak.
2. Ada peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah
Akhlak materi pokok kalimat thoyyibah melalui model pembelajaran NHT
(Numbered Head Together) di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran
2010/2011. Peningkatan prestasi tersebut terlihat dari nilai rata-rata
prestasi belajar peserta didik dan prosentase ketuntasan belajar secara
klasikal tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata peserta didik adalah 71,76
dengan ketuntasan belajar sebesar 80,95%, dan pada siklus II nilai rata-
47
rata peserta didik meningkat menjadi 78,48 dengan ketuntasan belajar
mencapai 95,24%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka ada beberapa
saran yang menjadi harapan penulis dan sekaligus sebagai saran yang
ditujukan kepada para pemerhati dan praktisi pendidikan sebagai berikut:
1. Bagi guru, untuk mencapai kualitas proses belajar mengajar dan kualitas
hasil belajar yang baik dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT diperlukan persiapan penguasaan materi dengan baik,
menggali pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan materi
yang akan dibahas dan hal-hal yang terkait dengan unsur model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Oleh karena itu, guru perlu
mempersiapkan metode ini dengan matang.
2. Bagi peserta didik, kepada peserta agar selalu rajin, tekun dan sabar dalam
mempelajari Akidah Akhlak. Dengan pengalaman pembelajaran
kooperatif tipe NHT, pembelajaran kelompok kecil banyak pengaruhnya
dalam peningkatan prestasi dan aktivitas belajar. Oleh karena itu,
tingkatkan praktek dan cara-cara keterampilan kooperatif dalam
pembelajaran selanjutnya.
3. Bagi kepala sekolah, untuk sering memberikan pendidikan dan latihan
(diklat) bagi guru-guru tentang wawasan dunia pendidikan terutama dalam
penerapan model-model pembelajaran, agar guru dapat memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran yang diajarkannya sehingga
tujuan belajar mudah dicapai.
C. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini betapapun penulis telah berusaha dengan segenap
kemampuan yang ada untuk menyajikan karya tulis yang sebaik-baiknya tapi
48
dalam skripsi ini masih jauh kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan dan penulis terima dengan tangan
terbuka.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih dan semoga skripsi dapat memberikan manfaat
kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan dimasa
mendatang.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. & Totok. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan
Problema dalam Belajar: Pedoman Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan
Mutu SLTP. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan
Nasional.
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
Al-Khinn, Mustafa Sa’id. 1984. Dirasat Tarikhiyyah Li al-Fiqh wa Usulihi.
Damaskus: al-Syirkah al-Muttahidah.
Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya .
Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
---------------. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
---------------. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
---------------. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2007 Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Khusus Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: PT Binatama
Raya.
Darsono, Max dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP
Semarang Press.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. VII. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hudoyo, H., 1988. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : DepDikbud.
Ibrahim, Muslim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri
Malang.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
82
Moloeng, Lex J. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Morgan, Clifford F. 1961. Introduction to Psychology. New York: The Ms. Grow
Will Book Company.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan, cet. 7. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
--------------. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi H. dan Hadari, Martin M. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurhadi & Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:
UM PRESS.
Oja, S. N. & Smulyan. 1998. Collaborative Acion ResearchL: A Developmental
Approach. Philadelphia: Printed in Great Britain by Taylor & Francis
(Printers) Ltd, Basing Stoke, Hampshire.
Poerwadarminta, WJS., 1974. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Purwanto, M. Ngalim. 1985. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Remadja
Karya.
--------------. 2001. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Riyanto, Yatim. 2001. Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, cet. 2. Jakarta: Kencana.
83
Saragih, Sahat. 2003. Pendekatan Cooperative Learning dalam Pembelajaran
Kalkulus dengan Menggunakan Konsep. Jurnal Kependidikan No. 1
Tahun XXXII, Mei 2002.
Soejanto, Agoes., 1997. Bimbingan Ke arah Belajar yang Sukses. Surabaya :
Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara
--------------. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sugiono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung; Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Cet. II.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sukono F, Bangun. 2006. Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS Melalui
Cooperative Learning di SMP 2 Lumbir. Tesis Pascasarjana Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sumarni. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together dalam Meningkatkan Ketrampilan Proses Sain Siswa
SMA. Tesis Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. 4.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Wardani, Sri. 2005. Pembelajaran Matematika Kontekstual. Bahan Ajar Diklat di
PPPG Matematika. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Winkel, WS., 1986. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.
84
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya
Yusuf. 2003. Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran
dengan Model Kooperatif pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul
Haramain, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Zaenal, Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi
Guru, cet. 1, Bandung: Yrama Widya
Zaini, Hisyam dkk. 2002. Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ulifah
Tempat/Tanggal lahir : Kendal,14 Maret 1972
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : RT. 09 RW. III Brangsong Kecamatan Brangsong
Kabupaten Kendal
Agama : Islam
Jenjang Pendidikan :
1. MI. Brangsong Lulus Tahun 1986
2. SMP Muhammadiyah Lulus Tahun 1989
3. SMA Takhasus Wonosobo Lulus Tahun 1993
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2007
Demikian daftar riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sesungguhnya, dan
semoga dapat menjadi keterangan yang jelas.
Semarang, 15 April 2011
Penulis
ULIFAH
NIM. 073111317
top related