Transcript
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN
Assisten lab ukur tanah telah menyetujui atas laporan praktikum BEDA TINGGI menggunakan
water pass yang diajukan oleh:
Kelompok : II
Anggota : Amtris Hardiyanto (11114713)
: Alif Ma’shumah (11114015)
: Ary Wandana (11114021)
: Teguh Imam S (11114016)
: Umar Sumardi (11114019)
Setelah melalui praktek yang dilakukan pada:
Hari/ tanggal : Minggu 3 maret 2013 dan 10 maret 2013
Tempat praktek : lapangan belakang ISTN
Pukul : 9.30 s/d 12.30
Jakarta, 2013
Assisten lab 1
(……………………………….)
Assisten lab 2
(……………………………….)
Kepala Lab Ukur Tanah
(……………………………………….)
KATA PENGANTAR
1
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik. Shalawat dan Salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi
Muhammad SAW.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang praktikum Beda tinggi
menggunakan waterpass yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari lapangan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, keluarga dan teman –
teman yang telah memberi bantuan demi tersusunnya laporan ini.
Semoga dengan adanya laporan ini bermanfaat bagi pembaca. Dalam penyusunannya, penulis
sadar bahwa masih banyak kekurangannya, maka dari itu penulis mengharap saran dan kritik yang
membangun guna menyampurnakan laporan ini.
Jakarta, Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
2
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
PENDAHULUAN.................................................................................................................................................3
1. Latar belakang.......................................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................................4
3. Maksud dan Tujuan Praktikum..............................................................................................................5
4. Teori Dasar............................................................................................................................................5
4.1 Kesalahan karena kondisi alam...........................................................................................................7
5. Peralatan...............................................................................................................................................8
5.1 Rambu Ukur......................................................................................................................................8
5.2 Water Pass........................................................................................................................................9
5.3 Statif Water Pass.............................................................................................................................10
5.4 Unting-Unting..................................................................................................................................10
5.5 Payung.............................................................................................................................................11
5.6 Rol meter.........................................................................................................................................11
5.7 Patok...............................................................................................................................................11
5.8 Alat penunjang yang lain.................................................................................................................12
Pelaksanaan praktikum...................................................................................................................................13
6. Prosedur Pengukuran.....................................................................................................................13
6.1 Pengukuran Memanjang Pergi Pulang............................................................................................15
6.2 Langkah Perhitungan.......................................................................................................................16
6.3 Data hasil Praktikum dan Analis Data..............................................................................................21
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................... 22
3
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying) yaitu suatu
survey yang mengabaikan kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi adalah
bidang datar. Plane Surveying ini digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak
luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang datar. Ilmu Ukur tanah
dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk
pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan
fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan
posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat
disajikan dalam bentuk peta.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan
pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat
dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan
mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek diatas.
Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan
situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya
diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan
lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan.
2. Rumusan Masalah
Menentukan jarak optis dari patok utama ke patok utama berikutnya
Menentukan Beda tinggi antara patok satu dengan patok yang lainnya di
permukaan bumi.
Menentukan koreksi kesalahan antara patok
Menentukan tinggi patok antara patok sebelumnya ke patok selanjudnya
4
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
3. Maksud dan Tujuan Praktikum
Praktikum Pengukuran beda tinggi antara beberapa titik di lapangan ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori-teori dasar pengukuran beda tinggi.
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb:
Memahami cara menentukan beda tinggi,
Mahasiswa dapat memahami cara menentukan jarak optis patok dan jarak
satuan,
Memahami cara menentukan koreksi kesalahan,
Memahami cara menentukan tinggi patok.
4. Teori Dasar
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda
tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk
mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk
pekerjaan konstruksi.
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan
jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan
atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap
saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama
dengan garis unting-unting.
Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik.
Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.
Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
5
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap
datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :
Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur (baak).
Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti
untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara memegangnya
pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri dengan tegak, maka
dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat pula dengan cara
menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan, kemudian ke belakang,
kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini
tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas berbentuk persegi.
Gambar 4.1 pembacaan ke rambu ukur
6
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
4.1 Kesalahan karena kondisi alam
1. Kesalahan karena kurang teliti dalam membaca mistar
Hal ini mengakibatkan melengkungnya bidang nivo, padahal beda tinggi antara
dua titik adalah jarak dua bidang nivo yang melalui dua titik tersebut.
Kesalahan ini dapat dihindari dengan cara menempatkan pesawat tepat di
tengah-tengah antara dua titik yang diukur.
2. Melengkungnya sinar.
Kesalahan pelengkungan sinar ada dua jenis yaitu penambahan refraksi pada
pagi hari dan pengukuran refraksi pada sore hari serta perbedaan refraksi pada
pembacaan rambu muka dan rambu belakang, sebagai akibat perbedaan suhu
yang mengakibatkan waterpassing dengan rambu tidak vertikal. Adapun cara
mengatasi kesalahan ini adalah dengan jalan sebagai berikut :
Waterpassing pergi dilaksanakan pada pagi hari dan waterpassing pulang
dilakukan pada sore hari.Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua
titik yang akan diukur.
3. Kesalahan karena getaran udara (ondulasi).
Bila suhu lingkungan tinggi (panas), maka terjadilah pemindahan udara panas
dari permukaan bumi ke atas. Hal ini mengakibatkan bayangan mistar menjadi
kabur, sehingga bacaan mistar kurang teliti. Untuk itu maka hendaklah
memperpendek Jarak antara slag dan menghenatikan kegiatan pengukuran
4. Kesalahan karena perubahan garis arah nivo.
anggota ini terjadi bila kerangka nivo terkena panas sinar matahari secara
langsung yang mengakibatkan pemuaian, sehingga garis arah nivo tidak lagi
sejajar garis bidik. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka pesawat
7
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
harus dilindungi dengan menggunakan payung dalam setiap kali melakukan
kegiatan pengukuran.
5. Kesalahan dari Pengamat/operaor
Kesalahan pada pembacaan benang karena kelelahan mata.
Kurang cermat dalam perkiraan pembacaan rambu yang memiliki
ketelitian hingga milimeter (mm).
Kurangnya pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan pengukuran tanah.
Untuk menentukan baik buruknya pengukuran menyipat datar, ditentukan
dengan batas harga terbesar (batas toleransi). Bila pengukuran dilakukan pergi-
pulang, maka selisih hasil pengukuran tidak boleh lebih besar dari :
k = 12 mm √D, pengkuran tingkat III
k = 4 mm √D, pengkuran tingkat I
k = 8 mm √D, pengukuran tingkat II
5. Peralatan
Dalam pengukuran beda tinggi dibutuhkan beberapa peralatan yaitu:
5.1 Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran ±
3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai
500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur
dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan
cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih,
8
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk
pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara detail.
Gambar 3.2 rambu ukur
5.2 Water Pass
Adapun bagian – bagian dari waterpass dapat dilihat pada gaambar dibawah:
9
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Gambar 3.3 waterpass
5.3 Statif Water Pass
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat
diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.
Seperti tampak pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.4 statif ( kaki tiga )
5.4 Unting-Unting
Unting – unting, ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini
berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di
atas patok.
10
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Gambar 3.5 unting - unting
5.5 Payung
Payung digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung
maupun hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar
matahari.
Gambar 3.6 payung
5.6 Rol meter
Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi
tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.
Gamber 3.7 Rol meter
5.7 Patok
Patok ini terbuat dari kayu dan mempunyai penampang berbentuk lingkaran
atau segi empat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung bawahnya
dibuat runcing, berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik utama
dalam pengukuran.
11
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Gambar 3.8 patok
5.8 Alat penunjang lainnyag
Alat penunjang lain seperti blanko data, alat tulis, kalkulator dipergunakan
untuk amemperlancar jalannya praktikum.
Gambar 3.9 Alat penunjang lain
12
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Pelaksanaan praktikum
6. Prosedur Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass
Urut-urutan pelaksanaan dari pengukuran waterpass adalah sebagai berikut:
Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap (Banch Mark) yang
digunakan.
Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku dan cat
sebagai titik P1.
Menentukan titik A yang berjarak 20 meter didepan titik P1, dan titik P2 yang
berjarak 20 meter didepan titik A dan seterusnya dengan memberi tanda
dengan cat hingga titik terakhir, sejauh 100 m dari titik awal.
Mendirikan tripod diantara titik P1 dan P2, meletakkan alat ukur waterpass
diatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian bawahnya.
Mengatur sekrup pengungkit agar gelembung nivo terletak di tengah-tengah
tabung.
Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM kemudian
ditembak dari titik waterpass tersebut (usahakan letak bak vertikal)
Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat oleh
pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d = 100 x
(BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB + 0,0015. Jika hasil pembacaan tidak
memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian titik P1
dan P2 ditembak/diukur. Setelah itu alat dipindahkan ke titik B untuk
penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya hingga titik
terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan kembali ketitik awal untuk
bacaan pulang hingga titik A, seperti pada gambar dibawah ini.
13
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Gambar 3.10 pengukuran beda tinggi
Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika selisih beda tinggi
antara pengukuran pergi dengan pengukuran pulang melampaui kesalahan ynag
diijinkan, maka Pengukuran harus diulang kembali.
Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pergi Pulang, Siapkan catatan ,
daftar pengukuran dan buat sket situasi yang akan diukur.
Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik (jarak
antar titik ± 20 m).
Dirikan pesawat di antara titik P1 dan P2 kemudian lakukan penyetelan
alat sampai di dapat kedataran.
Arahkan pesawat ke titik P1 dan baca benang tengahnya.
Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik
P2, baca dan catat benang tengahnya.
Pindahkan teropong pesawat di antara titik P2 dan P3 dan lakukan
penyetelan alat sampai datar.
Arahkan pesawat ke titik P2 dan baca benang tengahnya.
Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik
P3, baca dan catat benang tengahnya.
Dengan cara yang sama, lakukan sampai titik yang terakhir. (pengukuran
pergi).
Setelah pengukuran sampai pada titik yang terakhir, lakukan pengukuran
kembali (pengukuran pulang) dari arah titik terakhir sampai ke titik awal
dengan cara yang sama pada pengukuran pergi.
14
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Lakukan perhitungan beda tinggi dan ketinggian masing-masing titik.
Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.
Dirikan bak ukur di beberapa titik (sepanjang garis teropong) yang
diperlukan sebagai titik detail di sebelah kiri titik P2. Kemudian baca dan
catat benang tengahnya.
Putar pesawat searah jarum jam dengan besar sudut horizontal.
Dirikan bak ukur di beberapa titik (sepanjang garis teropong) yang
diperlukan sebagai titik detail di sebelah kanan titik P2. Kemudian baca
dan catat benang tengahnya.
Ukurlah tinggi pesawat dan jarak antar titik detail.
Dengan cara yang sama lakukan pengukuran profil melintang di atas tiap
titik pokok sampai titik yang terakhir.
Hitung beda tinggi dan ketinggian masing-masing titik.
Gambar hasil pengukuran dan perhitungan
6.1 Pengukuran Memanjang Pergi Pulang
Pengukuran sipat datar memanjang digunakan apabila jarak antara dua stasiun yang
akan Ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (berada di luar jangkauan jarak
pandang). Sedang pengukuran sipat datar memanjang pergi pulang merupakan salah
satu jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat datar memanjang. Pengukuran
sipat datar memanjang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, karena
dengan mengadakan dua kali pengukuran.
15
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
Gambar: Pengukuran sipat datar memanjang pergi pulang
6.2 Langkah Perhitungan
6.2.1 Beberapa rumus yang digunakan sebagai berikut :
Jarak optis = (ba-bb) x 100
pengukuran pergi
jarak optis titik I ke A =( 0.684 - 0.608 ) X 100= 7.600
jarak optis titik I ke B =( 1.918 - 1.794 ) X 100= 12.400
jarak optis titik II ke B =( 1.732 - 1.634 ) X 100= 9.800
jarak optis titik II ke C =( 1.354 - 1.252 ) X 100= 10.200
jarak optis titik III ke C =( 1.553 - 1.449 ) X 100= 10.400
jarak optis titik III ke D =( 1.300 - 1.206 ) X 100= 9.400
jarak optis titik IV ke D =( 1.475 - 1.385 ) X 100= 9.000
jarak optis titik IV ke E =( 0.632 - 0.522 ) X 100= 11.000
jarak optis titik V ke E =( 1.562 - 1.440 ) X 100= 12.200
jarak optis titik V ke F =( 1.338 - 1.253 ) X 100= 8.500
jarak optis titik VI ke F =( 1.382 - 1.289 ) X 100= 9.300
Pengukuran pulang
jarak optis titik VI ke E =( 1.601 - 1.483 ) X 100= 11.800
jarak optis titik VII ke E =( 0.767 - 0.687 ) X 100= 8.000
jarak optis titik VII ke D =( 1.640 - 1.520 ) X 100= 12.000
jarak optis titik VIII ke D =( 1.098 - 1.047 ) X 100
16
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
= 5.100
jarak optis titik VIII ke C= ( 1.396 - 1.246 ) X 100= 15.000
jarak optis titik IX ke C =( 1.313 - 1.191 ) X 100= 12.200
jarak optis titik IX ke B =( 1.668 - 1.592 ) X 100= 7.600
jarak optis titik X ke B ( 2.097 - 1.919 ) X 100= 17.800
jarak optis titik X ke A ( 0.807 - 0.782 ) X 100= 2.500
Panjang /jumlah = jarak optis muka + jarak optis belakang
PENGUKURAN PERGI
Panjang A - B = 7.600 + 12.400 = 20.000
Panjang B - C = 9.800 + 10.200 = 20.000
Panjang C - D = 10.400 + 9.400 = 19.800
Panjang D - E = 9.000 + 11.000 = 20.000
Panjang E - F = 12.200 + 8.500 = 20.700
PENGUKURAN PULANG
Panjang F - E = 9.300 + 11.800 = 21.100
Panjang E - D = 8.000 + 12.000 = 20.000
Panjang D - C = 5.100 + 15.000 = 20.100
Panjang C - B = 12.200 + 7.600 = 19.800
Panjang B - A = 17.800 + 2.500 = 20.300
Beda tinggi = bt belakang – bt muka
PENGUKURAN PERGI
beda tinggi A - B = 0.646 - 1.856
= -1.210
beda tinggi B - C = 1.683 - 1.303
17
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
= 0.380
beda tinggi C - D = 1.501 - 1.253
= 0.248
beda tinggi D - E = 1.430 - 0.577
= 0.853
beda tinggi E - F = 1.501 - 1.296
= 0.205
PENGUKURAN PULANG
beda tinggi F - E = 1.335 - 1.542
= -0.207
beda tinggi E - D = 0.727 - 1.580
= -0.853
beda tinggi D - C = 1.072 - 1.321
= -0.249
beda tinggi C - B = 1.252 - 1.630
= -0.378
beda tinggi B - A = 2.008 - 0.795
= 1.213
Koreksi Beda tinggi = Beda tinggi – (( - (
)
PENGUKURAN PERGI
koreksi beda tinggi A - B = -1.210 - ((( 0.684 + 0.608 )/2)-(( 1.918 + 1.794 )/2))
= 0.000
koreksi beda tinggi B - C = 0.380 - ((( 1.732 + 1.634 )/2)-(( 1.354 + 1.252 )/2))
18
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
= 0.000
koreksi beda tinggi C - D = 0.248 - ((( 1.553 + 1.449 )/2)-(( 1.300 + 1.206 )/2))
= 0.000
koreksi beda tinggi D - E = 0.853 - ((( 1.475 + 1.385 )/2)-(( 0.632 + 0.522 )/2))
= 0.000
koreksi beda tinggi E - F = 0.205 - ((( 1.562 + 1.440 )/2)-(( 1.338 + 1.253 )/2))
=-
0.0005
PENGUKURAN PULANG
koreksi beda tinggi F - E = -0.207 - ((( 1.382 + 1.289 )/2)-(( 1.601 + 1.483 )/2))
=-
0.0005
koreksi beda tinggi E - D = -0.853 - ((( 0.767 + 0.687 )/2)-(( 1.640 + 1.520 )/2))
= 0.0000
koreksi beda tinggi D - C = -0.249 - ((( 1.098 + 1.047 )/2)-(( 1.396 + 1.246 )/2))
=-
0.0005
koreksi beda tinggi C - B = -0.378 - ((( 1.313 + 1.191 )/2)-(( 1.668 + 1.592 )/2))
= 0.0000
koreksi beda tinggi B - A = 1.213 - ((( 2.097 + 1.919 )/2)-(( 0.807 + 0.782 )/2))
=-
0.0005
Beda tinggi setelah dikoreksi = Beda tinggi + koreksi Beda tinggi
PENGUKURAN PERGI
beda tinggi A - B = -1.210 + 0.000= -1.210
beda tinggi B - C = 0.380 + 0.000= 0.380
beda tinggi C - D = 0.248 + 0.000= 0.248
beda tinggi D - E = 0.853 + 0.000= 0.853
beda tinggi E - F = 0.205 + -0.0005= 0.2045
PENGUKURAN PULANG
beda tinggi F - E = -0.207 + -0.0005
19
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
= -0.2075beda tinggi E - D = -0.853 + 0.000
= -0.8530beda tinggi D - C = -0.249 + -0.0005
= -0.2495beda tinggi C - B = -0.378 + 0.000
= -0.378beda tinggi B - A = 1.213 + -0.0005
= 1.2125 Tinggi = tinggi sebelumnya + Beda tinggi setelah dikoreksi
Contoh : Tinggi patok A = 12.000 , beda tinggi A – B setelah dikoreksi = -1,210
Jadi tinggi patok B = 12,000 - 1,210 = 10,790
20
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
6.3 Data hasil Praktikum dan Analis Data
Tempat Pesawat
Titik Arah
Pembacaan Mistar JarakJumlah Beda
Tinggi
Koreksi Beda Tinggi
Beda Tinggi Setelah Koreksi
Tinggi KeteranganBelakang Muka Belakang Muka
0.684
A 0.646 7.600 12.000Tinggi patok
I 0.608
1.732 1.918
B 1.683 1.856 9.800 12.400 20.000 -1.210 0.0000 -1.2100 10.790
II 1.634 1.794
1.553 1.354
C 1.501 1.303 10.400 10.200 20.000 0.380 0.0000 0.3800 11.170
III 1.449 1.252
1.475 1.300
D 1.430 1.253 9.000 9.400 19.800 0.248 0.0000 0.2480 11.418
IV 1.385 1.206
1.562 0.632
E 1.501 0.577 12.200 11.000 20.000 0.853 0.0000 0.8530 12.271
V 1.440 0.522
1.382 1.338
F 1.335 1.296 9.300 8.500 20.700 0.205 -0.0005 0.2045 12.476
VI 1.289 1.253
0.767 1.601
E 0.727 1.542 8.000 11.800 21.100 -0.207 -0.0005 -0.2075 12.268
VII 0.687 1.483
1.098 1.640
D 1.072 1.580 5.100 12.000 20.000 -0.853 0.0000 -0.8530 11.415
VIII 1.047 1.520
1.313 1.396
C 1.252 1.321 12.200 15.000 20.100 -0.249 -0.0005 -0.2495 11.166
IX 1.191 1.246
2.097 1.668
B 2.008 1.630 17.800 7.600 19.800 -0.378 0.0000 -0.3780 10.788
X 1.919 1.592
0.807
A 0.795 2.500 20.300 1.213 -0.0005 1.2125 12.000
0.782
21
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
JUMLAH 101.400 100.400 201.800 0.002 -0.002 0.000
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
Dari data yang diperoleh dilapangan dapat ditarik kesimpulan, diantaranya adalah:
1. Titik tertinggi yaitu pada patok F,sedang titik terendah yaitu pada patok B
2. Dari hasil pengukuran pergi pulang ternyata terjasi selisih beda tinggi antara pengukuran
pergi dan pengukuran pulang sebesar 0.002 meter
3. Beda tinggi antara titik awal dan titik akhir adalah 12.000 – 12.476 = 0.476 m
4. Pengamatan dapat dikatakan baik karena koreksinya sebesar 0.002
5. Yang perlu diperhatikan dalam pengamatan adalah posisi waterpass harus benar- benar
datar dengan memperhatikan gelembung nivo
Saran
1. Penempatan jarak patok dan pesawat sebaiknya tidak terlalu jauh, dari catatan dan
pengalaman jarak patok yang cukup representative menghasilkan pengukuran yang lebih
akurat maksimal 20 m agar ketelitian pembacaan bak ukur akurat.
2. Untuk beberapa peralatan sangat sensitif dengan udara panas karena itu bila pengukuran
dilakukan dicuaca panas sebaiknya menggunakan pelindung /payung pada peralatan yang
digunakan.
22
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
http://civil-in-us.blogspot.com/2011/02/pengukuran-waterpas.html, 12 maret 2013 jam 9.10
http://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-menyipat-datar-memanjang, 12
maret 2013 jam 10.03
http://zulzulaidy.blogspot.com/2012/10/bab-i-pendahuluan-1.html, 12 maret 2013 jam 10.30
http://3.bp.blogspot.com/_zjKTrdtvmv0/TOICwYF4VNI/AAAAAAAAABg/TSCKGD-SsVQ/
s400/Screenshot+%252817h+16m+04s%2529.jpg, 12 maret 2013 jam 10.47
23
top related