Transcript
Tugas Mandiri Ilmu Faal II
Peranan Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS)
Dalam Sistem Kardiovaskular
Oleh:Shafira Noor Latifah
021311133160
ILMU FAAL II – DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL
Fakultas Kedokteran Gigi – UNAIR
Semester Genap – 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Renin Angiotensin
Aldosteron dalam Pengaturan Tekanan Darah dan Hipertensi”.
Saya menulis makalah ini untuk memenuhi tugas Ilmu Faal II semester II
di FKG Universitas Airlangga. Dari tugas ini, saya belajar bagaimana dapat
menyelesaikan masalah secara kritis dan ilmiah, serta menjawab dengan
mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai macam sumber yang telah teruji
terhadap objek studi sampai dapat membuat kesimpulan.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Aqsa Sjuhada Oki, drg, M.Kes
sebagai dosen pembimbing dalam pemenuhan tugas ini, segenap dosen mata
kuliah Ilmu Faal II, dan semua orang yang terlibat secara langsung ataupun tidak
dalam penyusunan makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
menyempurnakan makalah ini. Saya harap makalah ini akan berguna untuk
semua pembaca sehingga makalah kami ini turut memberikan sumbangan
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Faal.
Surabaya, 15 Mei 2014
Shafira Noor Latifah
02131113360
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan…................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan Makalah .……........................................................3
1.3 Manfaat Makalah…….........................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Regulasi Sistem Kardiovaskular .......................................................4
2.2 Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) …………………….5
2.3 Regulasi Tekanan Darah....................................................................6
2.4 Peranan Angiotensin Sebagai Converting Enzyme............................11
2.4.1. Peranan ACE di otak .............................................................13
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan ……………………….………………………………………….…15
3.2. Saran………………….……………………………………………….…………15
DAFTAR PUSTAKA ..…………………….………………………………………………16
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.a. Diagram homeostatis untuk mempertahankan tekanan darah
dan aliran darah……………………………………………………5
Gambar 2.2.a. Faktor-faktor dan proses pengeluaran renin dari ginjal…………...6
Gambar 2.3.a. Regulasi homeostasis pada keadaan tekanan darah dan volume
darah rendah……………………………………………………..10
Gambar 2.3.b. Regulasi homeostasis pada keadaan tekanan darah dan volume
darah tinggi ……………………………………………………...11
Gambar 2.4.a. Peranan ACE di otak…………………………………………......14
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.a. Klasifikasi tekanan darah…………………………………………….9
v
ABSTRAK
Peranan Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) Dalam Sistem
Kardiovaskular
(The Role of Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) in the Cardiovascular
System)
Shafira Noor Latifah
Background : Cardiovascular system or circulatory system is a system that serves to maintain the quantity and quality of existing fluid throughout the body. At the time of the body's cardiovascular system disorders, there are many factors that can affect. One is the role of renin which is a component of a physiological feedback mechanism that regulates blood volume and cardiovascular output to control vascular resistance, especially arterial blood pressure. Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) plays a role in the regulation of fluid electrolyte balance both intracellular and extracellular, such as Na, K, and other body fluids.
Purpose : Explain how Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) affect the cardiovascular system especially on blood pressure
Conclusion : When blood pressure is too low, the kidneys secrete renin angiotensin who will form. Furthermore, angiotensin will cause constriction of arterioles throughout the body, thus increasing the blood pressure returned to normal levels.
Keywords : Cardiovascular system, renin, RAAS, blood pressure, kidneys
Background : Sistem kardiovaskular atau sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk menjaga kuantitas dan kualitas cairan yang ada di seluruh tubuh. Pada saat gangguan sistem tubuh kardiovaskular, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Salah satunya adalah peran renin yang merupakan komponen dari mekanisme umpan balik fisiologis yang mengatur volume darah dan output jantung untuk mengontrol resistensi pembuluh darah, terutama tekanan darah arteri. Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) berperan dalam pengaturan keseimbangan elektrolit cairan intraseluler dan ekstraseluler baik, seperti Na, K, dan cairan tubuh lainnya
Purpose : Menjelaskan bagaimana Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) mempengaruhi sistem kardiovaskular terutama pada tekanan darah
Conclusion : Bila tekanan darah terlalu rendah, ginjal akan mensekresikan renin. Angiotensin akan menyebabkan penyempitan arteriol di seluruh tubuh, sehingga meningkatkan tekanan darah kembali ke tingkat normal.
Keywords : Card iovascular system, renin, RAAS, blood pressure, kidneys
vi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan
Sistem kardiovaskular atau sistem sirkulasi adalah suatu sistem yang
berfungsi untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas dari cairan yang ada
diseluruh tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari dua sistem, yaitu sistem
jantung dan vasa darah. Sistem sirkulasi darah dimulai dari jantung yang
berfungsi untuk mempompa darah yang kemudian dialirkan melalui aorta dan
diteruskan ke cabang – cabang pembuluh darah. Sistem kardiovaskular
berhubungan erat dengan darah dimana masing – masing darah memiliki tugas
atau fungsi sendiri – sendiri dan saling berkaitan satu sama lain.1,2
Sistem kardiovaskuler dapat mengalami gangguan homeostasis dan
akan mengakibatkan tekanan darah serta aliran darah dapat berkurang atau
bertambah pada jaringan. Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda
vital penting selain denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu, bahkan digunakan
pula untuk mengukur kemampuan seseorang untuk bertahan hidup. Pada
orang dewasa, tekanan sistolik adalah 120 mmHg, dan tekanan diastolik
adalah 80 mmHg. Perbedaan antara kedua tekanan disebut tekanan nadi yaitu
40 mmHg. Tekanan darah dipertahankan dalam batas-batas yang adekuat
dengan cara interaksi kompleks antara mekanisme neuronal dan hormonal
dimana adekuasi tekanan darah sangat diperlukan untuk perfusi jaringan dan
mendorong berlangsungnya sirkulasi darah. Dalam ilmu medis, pengukuran
tekanan darah digunakan untuk mendiagnosis keadaan kesehatan seseorang. 1
Mekanisme yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu mekanisme
autoregulasi lokal, saraf, dan hormonal. Aliran darah dalam jaringan terutama
diatur oleh mekanime auotoregulasi lokal. Autoregulasi berarti penyesuaian
otomatik dari aliran darah dalam setiap jaringan terhadap kebutuhan dari
jaringan bersangkutan. Pada umumnya kebutuhan kebutuhan jaringan adalah
berupa nutrisi. Namun dalam beberapa keadaan autoregulasi diperlukan
2
seperti untuk regulasi pembuangan zat sisa metabolisme dan elektrolit,
dimana zat-zat tersebut dalam darah memainkan peranan penting dalam
mengatur aliran darah ginjal. Di dalam otak autoregulasi untuk regulasi kadar
karbondioksida, dimana zat tersebut mempengaruhi kecepatan aliran darah ke
jaringan tersebut. Pada jaringan lain umumnya kebutuhan akan oksigen
merupakan rangsangan yang paling kuat memunculkan autoregulasi. Jika
terjadi gangguan autoregulasi lokal pada kondisi yang normal, maka akan
mengaktifkan mekanisme system saraf dan hormonal. Mekanisme hormonal
dapat merespon apabila autoregulasi tidak efektif yaitu dengan menstimulasi
kelenjar endokrin untuk melepaskan hormone yang berperan dalam
pengaturan tekanan darah dan volume darah. Dalam jarak waktu yang lama
maka homeostasis tubuh akan mengembalikan volume dan tekanan darah
kembali normal.3
Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin yang penting dalam
pengontrolan tekanan darah. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting
enzyme (ACE). Mekanisme disekresikannya renin ini disebut juga dengan
Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) yang berperan dalam
pengaturan keseimbangan cairan elektrolit baik secara intraselular maupun
ekstraselular, seperti Na, K, dan cairan tubuh lainnya. Oleh karena itu, sistem
ini secara signifikan mempengaruhi aktivitas pembuluh darah dan sistem saraf
simpatik serta dapat mempengaruhi kontributor pengaturan homeostasis di
dalam tekanan darah.1
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui tentang
Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) dalam pengaturan homeostasis
tubuh khususnya pengaruhnya pada tekanan darah dalam sistem
kardiovaskular.
3
1.2. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran Renin
Angiotensin Aldosterone System (RAAS) dalam system kardiovaskular
terutama pengaruhnya pada tekanan darah
1.3. Manfaat Makalah
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan mengenai Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) dalam sistem kardiovaskular.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Penulis
- Menambah pengetahuan penulis, khususnya penyediaan artikel
tentang Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS).
- Meningkatkan pengetahuan tentang peranan Renin Angiotensin
Aldosterone System (RAAS) dalam system kardiovaskular
beserta pengaruhnya.
b. Untuk Pembaca
- Sebagai pengetahuan tambahan bagi pembaca.
- Dapat digunakan sebagai rujukan referensi bagi pembaca dan
penulis-penulis lain pada masa yang akan datang.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Regulasi Sistem Kardiovaskular
Transpor internal pada manusia dan vertebrata lain dapat dilakukan
melalui sistem sirkulasi tertutup, yang disebut dengan sistem kardiovaskular.
Komponen sistem kardiovakular adalah jantung, pembuluh darah, dan darah.1
Fungsi sitem sikrulasi adalah untuk melayani kebutuhan jaringan terutama
transpor nutrien ke jaringan, transpor produk-produk yang tidak berguna,
menghantarkan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Sercara
umum untuk memelihara lingkungan yang sesuai dalam seluruh cairan jaringan
agar bisa bertahan hidup secara optimal dan untuk fungsi-fungsi sel.2
Beberapa variabel yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu curah
jantung (cardiac output), tahanan periperal (peripheral resistance), dan tekanan
darah (blood pressure). Regulasi kardiovaskuler bertujuan untuk menjaga
perubahan aliran darah tepat waktu, berada di dalam area yang benar dan tidak
menimbulkan perubahan tekanan dan aliran darah secara drastis pada organ vital.
Mekanisme yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu mekanisme
autoregulasi lokal, saraf, dan hormonal.3
Aliran darah dalam jaringan terutama diatur oleh mekanime auotoregulasi
lokal. Autoregulasi berarti penyesuaian otomatik dari aliran darah dalam setiap
jaringan terhadap kebutuhan dari jaringan bersangkutan. Pada umumnya
kebutuhan kebutuhan jaringan adalah berupa nutrisi. Namun dalam beberapa
keadaan autoregulasi diperlukan seperti untuk regulasi pembuangan zat sisa
metabolisme dan elektrolit, dimana zat-zat tersebut dalam darah memainkan
peranan penting dalam mengatur aliran darah dalam ginjal. Jika terjadi gangguan
autoregulasi lokal pada kondisi yang normal, maka akan mengaktifkan
mekanisme sistem saraf dan hormonal.3 Regulasi kardiovaskular secara umum
dapat dilihat pada gambar 2.1.a.
5
Gambar 2.1.a : Diagram homeostatis untuk mempertahankan tekanan darah dan aliran
darah. (sumber : Martini, 2001)
Berdasarkan gambar 2.1.a, dapat dijelaskan bahwa keadaan homeostasis
tubuh dapat mengalami gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
stress fisik (trauma, suhu yang tinggi), perubahan kimia (penurunan O2 atau pH,
peningkatan CO2 atau prostaglandin), dan peningkatan aktivitas jaringan.
Gangguan homeostasis tersebut akan mengakibatkan tekanan darah dan aliran
darah berkurang pada jaringan, sehingga akan merangsang autoregulasi lokal
menurunkan tahanan dan peningkatan aliran darah. Namun apabila autoregulasi
tidak efektif, maka mekanisme saraf akan menstimulasi reseptor-reseptor yang
sensitif untuk mengubah komposisi kimia dan tekanan darah sistemik yang
selanjutnya mengaktifkan pusat kardiovaskular. Pada jarak waktu yang pendek
akan terjadi peningkatan vasokonstriksi pada tekanan darah dan akan
menstimulasi saraf simpatis pada jantung dan peripheral. Selanjutnya homeostasis
tubuh akan mengembalikan volume dan tekanan darah menjadi normal kembali.
Mekanisme hormonal dapat merespon apabila autoregulasi tidak efektif yaitu
dengan menstimulasi kelenjar endokrin untuk melepaskan hormon yang berperan
6
dalam pengaturan tekanan darah dan volume darah. Dalam jarak waktu yang lama
maka homeostasis tubuh akan mengembalikan volume dan tekanan darah kembali
normal.3
2.2. Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS)
Renin merupakan suatu enzim yang tersimpan dalam sel juxtaglomerular,
yang terletak di bagian arteriol aferen pada ginjal. Pelepasan renin dari ginjal
dimodulasi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal seperti tekanan
perfusi renal, katekolamin dan angiotensin II, serta faktor eksternal berupa
komponen cairan tubuh seperti kurangnya filtrasi Na yang mencapai makula
densa yang merupakan tubulus yang mempunyai sel-sel termodifikasi, ion Cl pada
cairan ekstraselular, dan cairan intraselular berupa ion K.1
Gambar 2.2.a : Faktor-faktor dan proses pengeluaran renin dari ginjal.
(sumber: Campbell, 2004)
7
Sistem renin angiotensin aldosterone (RAAS) berpusat di juxtaglomerular
apparatus (JGA). JGA merespons terhadap penurunan tekanan darah atau volume
darah dengan cara membebaskan enzim renin ke dalam aliran darah. Dalam darah,
renin mengawali pengubahan angiotensinogen menjadi angiotensin II.
Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan arteriola.
Angiotensin juga meningkatkan volume darah dengan dua cara: dengan
memberikan sinyal ke tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali lebih
banyak NaCl dan air dan dengan cara merangsang kelenjar adrenal untuk
membebaskan aldosterone, suatu hormone yang membuat tubula distal menyerap
kembali lebih banyak Na+ dan air. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
volume darah dan tekanan darah, yang menyelesaikan perputaran umpan balik
dengan menekan pelepasan renin.1
Enzim renin akan mengkatalisis angiotensinogen menjadi angiotensin I
dalam darah, dimana 4 asam amino dari angiotensinogen akan dipecah sehingga
terbentuk angiotensin I di dalam darah. Kemudian ACE (Angiotensin converting
enzim) yang dihasilkan oleh paru – paru, akan mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II ketika mengikat reseptor yang lebih spesifik dimana terdapat 2
reseptor spesifik di dalam tubuh manusia yaitu subtipe AT1 dan AT2. Reseptor
AT1 terletak di bagian otak, ginjal, miokardium, vaskulatur periferal, dan kelenjar
adrenal. Reseptor AT1 bekerja dengan mempengaruhi respon-respon yang sangat
vital bagi fungsi sistem kardiovaskular dan ginjal. Sedangkan reseptor AT2
terletak di bagian jaringan adrenal medular, rahim, dan otak. Rangsangan dari
reseptor AT2 tidak akan mempengaruhi regulasi pada tekanan darah. Akan tetapi
jika reseptor AT1 yang bekerja maka akan melepaskan 2 asam amino dari
angiotensin I ke angiotensin II, dimana angiotensin II ini menjadi pemicu
kenaikan tekanan darah di dalam tubuh. Angiotensin II dapat menyebabkan
vasokontriksi dan dapat merangsang pelepasan katekolamin dari medula adrenal
sehingga terjadi aktivasi dari saraf simpatik, kemudian angiotensin II juga
merangsang korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron akibatnya terjadi
penyerapan kembali cairan-cairan yang ada di dalam tubuh seperti Na dan air
sehingga manifestasi dari aldosteron ini yaitu terjadi peningkatan volume plasma,
8
resistensi periferal total (TPR), dan akhirnya menyebabkan kenaikan tekanan
darah di dalam tubuh.4,5
Jaringan perifer akan menghasilkan angiotensin peptida secara lokal yang
dapat mempengaruhi aktivitas biologis seperti peningkatan resistensi pembuluh
darah. Selain itu angiotensin juga diproduksi oleh jaringan lokal yang dapat
menstimulasi regulator humoral dan pertumbuhan sistem endotelium yang
diturunkan untuk menstimulasi metabolisme dan pertumbuhan otot polos
vaskular. Sintesa dari angiotensin peptida dapat memicu peningkatan resistensi
pembuluh darah dalam bentuk renin plasma yang rendah pada hipertensi
essensial. Secara keseluruhan RAAS merupakan faktor penting dalam regulasi
tekanan darah arteri, oleh karena itu pengelolaan terhadap organ ginjal sangat
penting dalam regulasi cairan dan sistem ekskresi untuk menjaga sistem
homeostasis tubuh agar tidak terjadi pelepasan enzim renin, dan angiotensin I di
dalam tubuh pun tidak akan terkonversi menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang merupakan faktor utama dari penyakit hipertensi, dan aktivitas sistem
saraf simpatik pun akan diimbangi dengan peranan asetilkolin oleh saraf
parasimpatis.6
Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai menjadi angiotensin II dikenal
dengan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Sistem tersebut
memegang peranan penting dalam patogenesis hipertensi baik sebagai salah satu
penyebab timbulnya hipertensi, maupun dalam perjalanan penyakitnya (Ismahun,
2001). RAAS merupakan sistem hormonal yang kompleks berperan dalam
mengontrol sistem kardiovaskular, ginjal, kelenjar andrenal, dan regulasi tekanan
darah.6
2.3. Regulasi Tekanan Darah
Salah satu prinsip paling mendasar dalam sirkulasi adalah kemampuan
setiap jaringan untuk mengendalikan aliran darah lokalnya sendiri sesuai dengan
kebutuhan metaboliknya. Sebaliknya, karena kebutuhan aliran darah berubah,
maka aliran darah akan mengikuti perubahan tersebut. Setiap jaringan
9
membutuhkan aliran darah untuk kebutuhan-kebutuhan spesifik yaitu untuk
penghantaran oksigen ke jaringan, penghantaran zat makanan (glukosa, asam
amino, asam lemak dan sebagainya), pembuangan karbondioksida dari jaringan,
pembuangan ion hidrogen dari jaringan, mempertahankan ion-ion lain jaringan
dengan tepat, pengangkutan berbagai hormon dan bahan spesifik lainnya ke
berbagai jaringan.2
Pada saat keadaan kondisi homeostasis tubuh terganggu akan
mengakibatkan terjadi penurunan volume darah dan tekanan darah. Melalui
regulasi oleh saraf simpatis dengan jarak waktu yang pendek akan meningkatkan
cardiac output dan vasokonstriksi peripheral, yang selanjutnya tekanan darah
meningkat dan kembali normal. Cara lain dalam merespon gangguan homeostasis
akibat penurunan volume darah dan tekanan darah yaitu melalui stimulasi
angiotensin II dan eritropoietin dengan tempo waktu yang panjang. Angiotensin II
secara langsung akan mempengaruhi peningkatan cardiac output dan
vasokonstriksi peripheral untuk meningkatkan tekanan darah. Selanjutnya
angiotensin II akan merangsang pelepasan antidiuretic hormone (ADH) sekresi
aldosteron, dan rasa haus untuk meningkatkan tekanan darah dan volume darah.7
Tabel 2.2.a. Klasifikasi tekanan darah .(sumber : The Seventh of The Joint National
Committee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure,
2004)
Pada saat terjadi gangguan homeostasis akibat terjadi peningkatan volume
darah dan tekanan darah, maka peranan peptide natriuretik atrium (ANP = ’atrial
natriuretic peptide’) sangat penting dalam mengembalikan volume darah dan
10
11
tekanan darah kembali normal. ANP merupakan protein yang diproduksi oleh sel-
sel otot jantung pada dinding atrium kanan pada saat diastole.3 Sehingga ANP
dikeluarkan pada saat volume darah meningkat dan atrium jantung meregang
secara berlebihan. ANP memasuki sirkulasi dan bekerja pada ginjal untuk
menyebabkan sedikit peningkatan GFR dan penurunan reabsorpsi natrium oleh
duktus koligentes. Kerja gabungan dari ANP akan menimbulkan peningkatan
ekskresi garam dan air yang membantu mengkompensasi kelebihan volume
darah.2 ANP dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah dengan beberapa
cara yaitu meningkatkan eksresi ion sodium pada ginjal, meningkatkan
pengeluaran air dengan menaikkan volume urine yang diproduksi, mengurangi
rasa haus, menghambat pelepasan ADH, aldosterone, epinephrine, dan
norepinephrine, serta menstimulasi vasodilatasi peripheral. Pada saat volume
darah dan tekanan darah menurun ANP tidak diproduksi oleh dinding atrium.3
Gambar 2.3.a. Regulasi homeostasis pada keadaan tekanan darah dan volume darah rendah
(sumber: Martini, 2001)
12
Gambar 2.3.b. Regulasi homeostasis pada keadaan tekanan darah dan volume darah tinggi
(sumber: Martini, 2001)
Upaya dalam menjaga agar aliran darah dalam sirkulasi sistemik tidak naik
atau turun disebabkan oleh tekanan darah yang berubah-rubah, maka penting
untuk mempertahankan tekanan arteri rata-rata dalam batas konstan. Hal tersebut
dapat dicapai melalui serangkaian mekanisme yang meliputi (1) susunan saraf, (2)
ginjal, dan (3) beberapa mekanisme hormonal. Pada mekanisme hormonal, renin
angiotensin dari ginjal memainkan peranan penting dalam pengaturan tekanan
darah. Bila tekanan darah terlalu rendah sehingga aliran darah dalam ginjal tidak
dapat dipertahankan normal, ginjal akan mensekresikan renin yang akan
membentuk angiotensin. Selanjutnya angiotensin akan menimbulkan konstriksi
arteriol diseluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan kembali tekanan darah ke
tingkat normal.2
2.4. Peranan Angiotensin Sebagai Converting Enzyme
13
Enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II disebut dengan
Angiotensin Converting Enzyme (ACE).8 Perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II tidak saja terjadi di paru-paru, namun ACE ditemukan pula di
sepanjang jaringan epitel pembuluh darah ACE inhibitor menghambat konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II. Mereka resistensi arteriol Oleh karena itu
lebih rendah dan meningkatkan kapasitas vena; meningkatkan output jantung dan
cardiac index, bekerja stroke dan volume, resistensi renovaskular lebih rendah,
dan menyebabkan peningkatan natriuresis (ekskresi natrium dalam urin).9
Menggunakan inhibitor ACE, efek angiotensin II dicegah, menyebabkan
tekanan darah menurun. Studi epidemiologis dan klinis telah menunjukkan bahwa
ACE inhibitor mengurangi kemajuan nefropati diabetik secara independen dari
efek menurunkan tekanan darah. Aksi ACE inhibitor digunakan dalam
pencegahan gagal ginjal, diabetes. ACE inhibitors telah terbukti efektif untuk
indikasi lain dari hipertensi bahkan pada pasien dengan tekanan darah normal.
Sistem secara umum bertujuan untuk meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah garam dan air tubuh mempertahankan, walaupun
angiotensin juga sangat baik menyebabkan pembuluh darah untuk
mengencangkan (suatu vasokonstriktor kuat).9
Senyawa penghambat ACE, seperti captopril, enalapril, lisinopril,
perindopril, ramipril, kuinapril, benazepril, fosinopril, silazapril dan delapril
merupakan antihipertensi yang kuat dengan efek samping relatif ringan, seperti
kelesuan, sakit kepala, diare, batuk dan mual. Captopril mengandung gugus SH
yang dapat berinteraksi membentuk kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE,
terjadi hambatan secara kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin II dan
kadar aldostron menurun. Akibatnya tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na,
sehingga tekanan darah menurun. Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat
ACE adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak
aktif,sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat,menyebabkan vasodilatasi
dan penurunan tekanan darah.10
2.4.1. Peranan ACE di Otak
Angiotensinogen merupakan molekul perkursor untuk angiotensin I, II, III
enzim renin, angiotensin converting enzim (ACE) dan aminopeptidase A dan N
yang seluruhnya dapat disintesis di dalam otak. Reseptor-reseptor angiotensin
AT(1), AT(2), dan AT(4) juga disintesis di dalam otak. Reseptor AT(1)
ditemukan di beberapa bagian otak, seperti paraventrikular hipothalamus, nukleus
supraoptik, lamina terminalis, nukleus parabrachial lateral, dan medula
ventrolateral yang diketahui mempunyai fungsi regulasi sistemkardiovaskular
dan/atau keseimbangan eletrolit dan cairan tubuh. Studi immunohistokimia dan
neuropharmakologi dapat menjelaskan bahwa angiotensinergic saraf digunakan
angiotensin II dan/atau angiotensin III sebagai neurotransmiter atau
neuromodulator di dalam bagian-bagian otak tersebut. Angiotensinoen disintesis
terutama pada astrocytes, tetapi proses dimana angiotensin II menghasilkan atau
menggabungkan dengan neuron untuk digunakan sebagai neurotransmiter masih
belum jelas. Reseptor AT(4) serupa dengan insulin-regulated aminopeptidase
(IRAP) dan berperan dalam mekanisme memory. Angiotensinergic pada saraf dan
peptida-peptida angiotensin penting dalam fungsi saraf dan mempunyai peranan
penting homeostasis, khususnya yang berhubungan dengan fungsi kardiovasculer,
osmoregulasi dan termoregulasi.11
Angiotensinogen merupakan molekul prkursor untuk angiotensin I, II, III
enzim renin, angiotensin converting enzim (ACE) dan aminopeptidase A dan N
yang seluruhnya dapat disintesis di dalam otak. Reseptor-reseptor angiotensin
AT(1), AT(2), dan AT(4) juga disintesis di dalam otak. Reseptor AT(1)
ditemukan di beberapa bagian otak, seperti paraventrikular hipothalamus, nukleus
supraoptik, lamina terminalis, nukleus parabrachial lateral, dan medula
ventrolateral yang diketahui mempunyai fungsi regulasi sistemkardiovaskular
dan/atau keseimbangan eletrolit dan cairan tubuh. Studi immunohistokimia dan
neuropharmakologi dapat menjelaskan bahwa angiotensinergic saraf digunakan
angiotensin II dan/atau angiotensin III sebagai neurotransmiter atau
neuromedulator di dalam bagian-bagian otak tersebut. Angiotensinoen disintesis
terutama pada astrocytes, tetapi proses dimana angiotensin II menghasilkan atau
menggabungkan dengan neuron untuk digunakan sebagai neurotransmiter masih
14
belum jelas. Reseptor AT(4) serupa dengan insulin-regulated aminopeptidase
(IRAP) dan berperan dalam mekanisme memory. Angiotensinergic pada saraf dan
peptida-peptida angiotensin penting dalam fungsi saraf dan mempunyai peranan
penting homeostasis, khususnya yang berhubungan dengan fungsi kardiovasculer,
osmoregulasi dan termoregulasi.11
Peranan reseptor AT1 yaitu menjaga keseimbangan cairan tubuh, tekanan
darah, siklus hormon reproduksi, dan perilaku seksual. Reseptor AT2 mempunyai
peranan pertumbuhan pembuluh darah (varcular) dan kontrol aliran darah.
Reseptor AT4 terdistribusi pada neocortex, hippocampus, cerebelum, struktur
ganglia basalis, dan beberapa jaringan periheral. Reseptor AT4 berperan dalam
kemampuan memory, regulasi aliran darah, pertumbuhan neurit, angiogenesis dan
fungsi ginjal.11
Gambar 2.4.a. Peranan ACE di otak (sumber: McKinley, 2003)
BAB IV
PENUTUP
15
4.1 Kesimpulan
Sistem Renin Angiotensin Aldosteron merupakan sistem endokrin
yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Penurunan dalam tekanan
darah dan volume darah akan memicu pembebasan renin dari juxtaglomerular
apparatus (JGA). Apabila tekanan darah terlalu rendah sehingga aliran darah
dalam ginjal tidak dapat dipertahankan normal, ginjal akan mensekresikan
renin yang akan membentuk angiotensin. Selanjutnya angiotensin akan
menimbulkan konstriksi arteriol diseluruh tubuh, sehingga dapat
meningkatkan kembali tekanan darah ke tingkat normal.
4.2. Saran
Penulis menyarankan agar makalah ini dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu
mahasiswa untuk memahami lebih mendalam tentang ilmu fisiologi ini tidak
hanya secara teori, tapi juga dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang ilmu
fisiologi khususnya yang membahas Sistem renin angiotensin aldosteron agar
menjadi bahan rujukan lebih lengkap nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Campbell, NA., dkk. Biologi. Alih Bahasa : Wasmen Manalu. Jakarta : Erlangga; 2004.
Hal.23-25,123-124
2. Guyton and Hall . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC; 2008. Hal. 47-
58,108-119, 222-223
3. Martini FH. Fundamentals of anatomy and physiology. Fifth Edition. Upper Sadle River,
New Jersey: Prentice-Hall Inc; 2001. Hal.220-256
4. Basso N, Terragno, and Norberto A. Histrory about the discovery of the renin-angiotensin
system. Hypertension; 2001. 38(6): 1246-1249.
5. Laragh JH. The Renin system and Four lines of hypertension research. Nephron
heterogeneity, the calcium conection, the proRenin vasodilator limb and plasma Renin
and heart attack. Hypertension; 1998. 20 : Hal.267-279.
6. Kostova, dkk. Dual inhibition of angiotensin converting enzyme and neutral
endopeptidase produces effective blood pressure control in spontaneously hypertensive
rats. Bratisl Lek listy, 2004. 106(12): Hal.407-411.
7. Ganong W.F. Review of medical physiology. 22nd ed. Singapore : Mc Graw Hill; 2005.
Hal. 192-201.
8. Sargowo D. Peran endotel pada patogenesis penyakit kardiovaskular dan program
pencegahannya. Medika; 1999. 10: Hal. 643-655
9. Anderson, P.O., Knoben, J.E., and Troutman, W.G., Handbook of Clinical Drug Data,
10th edition, McGraw-Hill Companies, Inc., USA ; 2001, Hal.326-327
10. Siswandono, 2008, Kimia Medisinal Jilid 2, Surabaya : Airlangga University Press.
11. McKinley MJ, Albiston AL, Allen AM, Mathai ML, May CN, McAllen RM, Oldfield BJ,
Mendelsohn FA and Chai SY. 2003. The brain renin-angiotensin system: location and
physiological roles. Int. J. Biochem. Cell. Biol., 35(6): 901-15
top related