Teknik Pengelolaan Sampah Non B3 di Area Perkantoran PT Adaro Indonesia
Post on 03-Sep-2015
88 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
i
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH NON B3 DI AREA
KANTOR 73 PT ADARO INDONESIA
Oleh:
DYAH MANGGANDARI
F44110040
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
Dengan ini menerangkan bahwa Laporan Praktik Lapangan (PL) Mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, yang berjudul
TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH NON-B3 DI AREA
KANTOR 73 PT ADARO INDONESIA
Disusun oleh:
Dyah Manggandari
F44110040
Telah disetujui dan disahkan oleh QHSE Compliance Departement
Bogor, 17 November 2014
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Dr. Chusnul Arif, STP, Msi
NIP. 19801206 200501 1 004
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik
Lapangan (PL). Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2014 sampai
dengan 29 Agustus 2014. Tujuan dibuatnya laporan ini adalah sebagai bentuk
tanggung jawab selama penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT Adaro
Indonesia Kalimantan Selatan. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih pada
pihak-pihak yang telah membantu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. I Wayan Astika, Msi Koordinator pelaksana Praktik Lapangan Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
2. Dr. Chusnul Arif, STP, MSi Staf pengajar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB; selaku dosen pembimbing akademik yang telah sangat
membantu dalam menyelesaikan laporan ini melalui bimbingan yang
diberikan.
3. Pak Ronny P. Tambunan sebagai pembimbing lapangan, yang menyediakan waktu dan sangat membantu serta memberikan ilmu yang bermanfaat
sehingga laporan ini selesai.
4. Seluruh karyawan divisi QHSE yang telah banyak membantu dalam beradaptasi, memberikan kesempatan untuk mengamati proses produksi lebih
mendalam dan menyediakan waktu untuk mengunjungi departemen dalam
divisi QHSE.
Terima kasih untuk seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan
setiap orang yang membaca laporan ini, serta memberikan kontribusi yang nyata
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, 17 November 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik Lapangan .............................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ..................................................... 5
2.1 Ruang Lingkup Usaha / Aktifitas dan Kapasitas .......................................... 5
2.2 Lokasi, Letak Geografis dan Iklim................................................................ 5
2.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ..................................................... 6
2.4 Produksi dan Pemasaran ............................................................................... 7
2.5 Visi dan Misi Perusahaan .............................................................................. 7
BAB III. KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN ................................................... 8
3.1 Sistem Pengelolaan Sampah Non B3 ............................................................ 8
3.2 Pemantauan Lingkungan ............................................................................. 10
3.3 Pengelolaan Lingkungan ............................................................................. 12
3.3.1 Pengendalian Pencemaran Air ............................................................. 12
3.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara ......................................................... 12
3.4 Pelaksanaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) 12
BAB IV. TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH NON-B3 ................................. 14
4.1 Sumber dan Karakteristik Sampah .............................................................. 14
4.2 Timbulan Sampah ....................................................................................... 15
4.3 Komposisi Sampah ..................................................................................... 19
4.4 Karakteristik Sampah .................................................................................. 19
4.5 Metode Pengukuran Timbulan Sampah ...................................................... 19
4.6 Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu ......................................................... 20
4.6.1 Pewadahan Sampah .............................................................................. 20
4.6.2 Pengumpulan Sampah .......................................................................... 21
4.6.3 Pengangkutan Sampah ......................................................................... 22
4.6.4 Pengelolaan Lanjutan Sampah (3R) ..................................................... 23
4.7 Program Pengembangan Pengelolaan Sampah ........................................... 26
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 28
iii
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 28
5.2 Saran ............................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penghargaan Bidang Lingkungan........................................................13
Tabel 2. Keterangan warna dalam PROPER.....................................................13
Tabel 3. Sumber dan Karakteristik sampah.......................................................15
Tabel 4. Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya mengacu pada SNI
19-3989-1995.....................................................................................................16
Tabel 5. Timbulan sampah Kantor 73 PT. Adaro Indonesia berdasarkan SNI
19-3989-1995......................................................................................................17
Tabel 6. Hasil Penimbangan timbulan sampah sesuai jenisnya.........................18
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur pelaksanaan kegiatan Praktik Lapangan di PT Adaro Indonesia 3
Gambar 2. Tahapan pengkajian pengendalian dan pengelolaan limbah padat PT.
Adaro Indonesia ...................................................................................................... 3
Gambar 3. Lokasi Tambang Adaro di Kalimantan Selatan ................................... 6 Gambar 4. Bagan Alir sistem pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir menurut
UU No.18 Tahun 2008 ............................................................................................ 8
Gambar 5. Tempat pengomposan .......................................................................... 9
Gambar 6. Kompos yang sudah jadi dan siap untuk dikemas ke dalam karung ... 9
Gambar 7. Kegiatan Pemantauan Lingkungan meliputi, a) sampling kualitas air,
b) sampling udara, c) sampling tanah, d) sampling emisi. .................................... 10
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan praktik lapangan................................................30
Lampiran 2. Struktur Organisasi QHSE Division.............................................31
Lampiran 3. Penerapan UU No. 18 Tahun 2008 oleh PT Adaro Indonesia 32
Lampiran 4. Penerapan UU No. 18 Tahun 2008 oleh PT Adaro Indonesia
(lanjutan 1)..........................................................................................................33
Lampiran 5. Penerapan UU No. 18 Tahun 2008 oleh PT Adaro Indonesia
(lanjutan 2)..........................................................................................................34
Lampiran 6. Jadwal Pengangkutan Sampah PT.Adaro Indonesia....................35
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejalan dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan di berbagai bidang,
dan dengan bertambahnya populasi masyarakat, sampah yang dihasilkan dan
dibuang ke lingkungan semakin meningkat jumlah, jenis dan komposisinya.
Ketika jumlah sampah relatif sedikit, lingkungan masih mampu menetralkannya,
tetapi ketika jumlah dan karakteristiknya sudah melebihi daya dukung lingkungan,
maka sampah tersebut menjadi pencemar dan membahayakan seluruh kehidupan.
Sampah menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 mengenai tata cara teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan menerangkan bahwa sampah adalah limbah yang
bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Teknik operasional pengelolaan sampah
terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus
bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumber.
Dalam kaitan ini, mengacu pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
menyatakan tentang kewajiban bagi setiap orang untuk melakukan pengurangan
dan penanganan sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan, pengelolaan
sampah domestik di kawasan kerja Adaro masih mengandalkan sistem kumpul angkut buang ke TPA. Selain itu, pengelolaan sampah domestik belum dilakukan secara terpadu mengingat PT Adaro Indonesia mengelola sampah tanpa
adanya pengintegrasian.
1.2 Tujuan Praktik Lapangan
Maksud dari Praktik Lapangan (PL) ini adalah sebagai salah satu usaha untuk
memberikan bekal ilmu pengetahuan (teoritis) dan pengalaman praktik di
lapangan (praktis), terkait dengan bidang keprofesiannya. Selain itu program PL
ini juga dimaksudkan untuk melatih mahasiswa agar dapat mengidentifikasi
permasalahan yang ada melalui pengamatan secara langsung di lapangan dalam
bidang lingkungan PT Adaro Indonesia.
Secara umum tujuan Praktik Lapangan ini adalah:
a. Tujuan Instruksional 1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa
melalui latihan kerja dan aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai
dengan bidang keahliannya.
2) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan bidang
keahliannya di lapangan secara sistematis dan interdisiplin.
b. Tujuan Institusional Memperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Fakultas Teknologi
Pertanian IPB dengan masyarakat, dan mendapatkan masukan bagi
penyusunan kurikulum dan peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai
dengan kemajuan IPTEK dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna.
c. Tujuan Praktik Lapangan di PT Adaro Indonesia yaitu:
2
1) Mempelajari dan menganalisis permasalahan di lapangan dalam sistem pengelolaan sampah yang diterapkan PT Adaro Indonesia.
2) Mengidentifikasi komposisi dan jenis sampah yang timbul di kawasan perkantoran pertambangan.
3) Mengidentifikasi dan menganalisis kuantitas timbulan sampah dari sumber.
1.3 Waktu dan Metode Praktik Lapang a. Waktu Pelaksanaan Praktik Lapangan
Kegiatan Praktik Lapangan dilaksanakan di PT Adaro Indonesia selama
minimal 40 hari kerja efektif (8 jam/hari), mulai tanggal 23 Juni-29
Agustus 2014. Jadwal kegiatan disajikan pada Lampiran 1. Kegiatan
Praktik Lapangan dilaksanakan di PT Adaro Indonesia Kalimantan
Selatan.
b. Metode Praktik Lapang Dalam pelaksanaan Praktik Lapangan digunakan beberapa metode
untuk menghasilkan data dan analisis terkait program Pengelolaan Sampah
Non-B3 di PT Adaro Indonesia, yaitu:
1. Pengamatan di Lapangan Pengamatan langsung di lapangan terhadap pengelolaan sampah
Non-B3 dilakukan dengan pengamatan di kawasan kantor PT Adaro
Indonesia.
2. Praktik Langsung Kegiatan praktik langsung dalam hal inventarisasi sampah dilakukan
untuk memperoleh pengalaman di dunia kerja dan mempelajari
kesesuaian antara teori dengan praktik di lapangan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan aspek pengelolaan limbah padat (sampah)
domestik tidak berbahaya serta hal-hal lain yang terkait.
3. Wawancara dan Diskusi Wawancara dilakukan sebagai upaya pengumpulan informasi dan
data serta untuk mengklarifikasi masalah yang terjadi di lapangan
dengan menanyakan langsung kepada pihak yang berkepentingan
terkait dengan sampah.
4. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang
berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan, baik berasal dari studi
pustaka maupun data dan informasi yang diperoleh dari perusahaan.
5. Pengkajian dan Rencana Pengkajian dilakukan dengan analisis data dan informasi yang
diperoleh yang selanjutnya pembuatan rencana pengendalian dan
pengelolaan limbah. Berikut disajikan alur pelaksanaan kegiatan Praktik
Lapangan dan tahapan pengkajian pada Gambar 1 dan Gambar 2.
6. Penulisan Laporan Laporan dibuat berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan dan
dituangkan secara sistematis dan jelas dalam bentuk Laporan Praktik
Lapangan.
3
Gambar 1. Alur pelaksanaan kegiatan Praktik Lapangan di PT Adaro Indonesia
Gambar 2. Tahapan pengkajian pengendalian dan pengelolaan limbah padat PT. Adaro Indonesia
Pengamatan di Lapangan
Praktik Langsung
Wawancara dan Diskusi
Studi Pustaka
Analisis dan Rencana
inventory
identifikasi timbulan limbah padat non B3
identifikasi sumber limbah padat non B3
komposisi limbah padat non B3
analisis dan sintesis
identifikasi kebutuhan pengelolaan limbah padat
kapasitas sistem pengelolaan limbah padat
identifikasi prospek pengelolaan limbah padat menurut paradigma pengurangan timbulan , pemanfaatan kembali limbah, dan daur ulang limbah padat
rencana
rencana pengendalian dan pengelolaan limbah padat
indikasi program prioritas
rekomendasi pengolahan limbah padat untuk tapak terpilih
4
Tema PL ini tentang inventarisasi sampah di area Kantor 73 PT Adaro
Indonesia. Inventarisasi sampah dilakukan untuk mengetahui jumlah timbulan
sampah di area Kantor 73 PT Adaro Indonesia. Tahap awal yang dilakukan
dengan ditentukannya jadwal penimbangan sampah yaitu 2 kali seminggu dengan
rentang waktu 2 hari, yang dilakukan setiap pukul 08.00 sampai dengan selesai.
Sebelum dilakukan inventarisasi sampah dilakukan perhitungan populasi
karyawan yang mendiami Kantor 73 untuk diketahui jumlah timbulan sampah
berdasarkan SNI 19-3989-1995, yang selanjutnya dibandingkan dengan hasil data
inventarisasi sampah tersebut. Penimbangan sampah dikerjakan oleh 2 orang,
dengan bantuan seluruh karyawan bagian cleaning service secara bergantian.
Penimbangan sampah dilakukan dengan timbangan dengan kapasitas 10 kg yang
sebelumnya dilakukan pemilahan menurut jenis sampahnya di 30 titik.
5
BAB II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Tinjauan umum perusahaan ini menjelaskan tentang ruang lingkup usaha atau
aktivitas dan kapasitas perusahaan; lokasi, letak geografis, dan iklim; struktur
organisasi dan ketenagakerjaan; produksi dan pemasaran; visi dan misi PT Adaro
Indonesia. Selengkapnya dijelaskan pada setiap subbab di bawah ini.
2.1 Ruang Lingkup Usaha / Aktifitas dan Kapasitas PT. Adaro Indonesia didirikan pada tahun 1982. Perusahaan melakukan
kegiatan eksplorasi dan penambangan batubara di Kalimantan Selatan, serta
Pemasaran hasil produksinya berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B) nomor J2/J.i.DU/52/82 tanggal 16 November
1982 antara PT. Adaro Indonesia dengan Perum Tambang Batubara sebagai
prinsipal dan pemegang kuasa pertambangan atas wilayah tersebut.
Awalnya saham PT. Adaro Indonesia milik perusahaan pemerintas Spanyol,
Enadimsa. Namun sejak 1989, terjadi beberapa kali perubahan kepemilikan
saham. Enadimsa menjual semua sahamnya pada tahun 1994. Saat ini pemilik
saham PT. Adaro adalah PT. Alam TriAbadi 60,227%, PT. Viscaya Investment
28, 326%, PT. Dianlia setyamukti 5,838%, Indonesia Coal Pty. Ltd 4, 674%, dan
MEC Indo Coal 0,935%.
PT. Adaro Indonesia merupakan perusahaan nasional berbentuk perseroan
terbatas yang bergerak dalam bidang pertambangan batubara di Indonesia.
Produksi batubara Adaro Indonesia pada tahun 2012 sebesar 47,2 juta ton, yang
berasal dari 3 area tambang utama (Wara, Tutupan, dan Paringin). Pada tahun
2011, total areal pengelolaan pertambangan Adaro Indonesia sebesar 37.607 Ha
dengan total karyawan di area pertambangan pada tahun 2013 sebanyak 958
orang. Kegiatan di pertambangan batubara beroperasi selama 24 jam secara
kontinyu (Indonesia Solid Waste Association, 2014). Dalam kegiatan
penambangan batubara, PT. Adaro Indonesia bermitra dengan 4 (empat)
kontraktor utama, yakni PT PAMA, PT BUMA, PT RA, dan PT SIS (PT. Adaro
Indonesia, 2014).
Area kegiatan Adaro Indonesia meliputi kegiatan pertambangan, perkantoran,
kantin, dapur, workshop, terminal, klinik, kebun bibit, gudang, laboratorium, dan
tempat tinggal beserta fasilitas pendukungnya. Sedangkan kegiatan
penambangannya dilakukan dengan metode open pit, antara lain land clearing,
peledakan dan pemindahan batuan penutup, penambangan batubara,
pengangkutan batubara, pengolahan batubara melalui peremukan (crushing) dan
penimbunan (stockpiling), barging yang dilakukan di pelabuhan. Penanganan
limbah padat dalam kegiatan penambangan batubara di perusahaan ini masih
secara parsial, baik dari cara penanganan maupun para pihak yang mengelola.
2.2 Lokasi, Letak Geografis dan Iklim
PT. Adaro Indonesia merupakan perusahaan pertambangan batubara yang
lokasinya berada di Provinsi Kalimantan Selatan yang terdiri dari dua Kabupaten
yaitu Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong dan Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan. Perusahaan
yang memiliki luas area produksi 35.800,8 Ha dengan lokasi penambangan yang
6
terbagi menjadi 3 wilayah penambangan antara lain Paringin 10.602 Ha, Tutupan
15.077 Ha dan Wara 10.121 Ha. Sebagian besar topografi wilayahnya berupa
dataran, dataran rendah, dan rawa.
Gambar 3. Lokasi Tambang Adaro di Kalimantan Selatan
Kondisi geografis wilayah perusahaan ini terletak pada 1 18 - 2 25 LS dan 115 9 - 115 47 BT untuk Kabupaten Tabalong, 2 01 - 2 35 LS dan 114 50 - 115 50 BT untuk Kabupaten Balangan, 1 20 - 2 35 LS dan 114 - 115 BT untuk Kabupaten Barito Selatan (PT Adaro Indonesia, 2012). Tipe iklim di
kawasan PT. Adaro Indonesia diklasifikasikan ke dalam 2 cara, pertama
berdasarkan Schmidt & Fergusson yaitu A pada Muara Teweh, B pada tutupan
PT. Adaro Indonesia, dan B pada Banjarmasin. Kedua berdasarkan Oldman yaitu
tipe B1 pada Muara Teweh, C2 pada pada tutupan PT. Adaro Indonesia, dan C2
pada Banjarmasin.
Tipe iklim tersebut mempunyai arti bahwa Tipe A debit berkisar antara 0 dan
0,143. Tipe B mengartikan 7 sampai 9 bulan berurutan merupakan bulan basah.
Tipe B1, 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan bulan kering kurang dari 2 bulan.
Tipe C2 berarti 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
(PT.Adaro Indonesia, 2012).
2.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi PT. Adaro Indonesia menggunakan sistem matriks yang
membagi menjadi dua kantor utama yaitu kantor pusat di Jakarta dan kantor
operasional tambang yang berpusat di Kabupaten Tabalong, tepatnya di samping
jalan angkut Km 73, Provinsi Kalimantan Selatan. Kantor pusat di Jakarta
mengatur masalah administrasi umum, pemasaran, koordinasi dengan instansi
terkait dan juga masalah keuangan. Sedangkan kantor operasional tambang akan
mengatur operasional penambangan sesuai dengan kebijakan perusahaan yang
telah dibuat oleh dewan direksi.
Jumlah tenaga kerja PT. Adaro Indonesia keseluruhan berjumlah 13.422 orang,
yang terdiri dari tenaga kerja lokal 7.256 orang (54,06%) dan non-lokal 6.152
7
orang (45,84%). Karyawan kontraktor dan subkontraktor yng bekerja untuk PT.
Adaro Indonesia yang bergerak dalam bidang jasa boga, keamanan, transportasi,
terminal batubara, bongkar muat, laboratorium pengawasan kualitas dan lain-lain.
Dari keseluruhan jumlah tersebut, 14 orang merupakan tenaga kerj asing yang
bekerja sebagai tenaga ahli dalam bidang geologi, perencanaan, pengolahan,
pemasaran dan pengapalan. Tenaga kerja Indonesia di PT. Adaro Indonesia
mempunyai latar belakang pendidikan yang bervariasi dengan tingkt pendidikan
Sekolah Menengah Atas sampai S2.
Kegiatan penambangan dilakukan oleh para kontraktor, sedangkan pekerjaan
pokok PT. Adaro Indonesia adalah menangani masalah administrasi operasional
penambangan, membuat perencanaan tambang, menyiapkan daerah yang akan
ditambang dan melakukan supervisi kegiatan penambangan. Bagan struktur
organisasi Quality Health and Safety Environment (QHSE) Division disajikan
pada Lampiran 2.
2.4 Produksi dan Pemasaran
PT.Adaro Indonesia memulai kegiatan eksplorasi pada tahun 1982. Studi
kelayakan dibuat pada tahun 1988, dan pada tahun 1990 kegiatan konstruksi
tambang dimulai. Produksi pendahuluan envirocoal dimulai pada tahun 1991
sebanyak 248 ribu. Tahun 1992, PT. Adaro Indonesia memulai produksi
komersial sebanyak 963 ribu ton. Sekitar 2,5 juta ton envirocoal telah dipasarkan
pada tahun 1994.
2.5 Visi dan Misi Perusahaan
Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, PT Adaro Indonesia memiliki visi
dan misi.
2.1.1 Visi Menjadi perusahaan energi berbasis batubara yang ramah lingkungan.
2.1.2 Misi a. Memuaskan kebutuhan Pelanggan b. Mengembangkan Karyawan c. Menjalin kemitraan dengan Pemasok d. Mendukung pembangunan Masyarakat dan Negara e. Mengutamakan keselamatan dan kelestarian lingkungan f. Memaksimalkan nilai bagi Pemegang Saham.
8
BAB III. KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN
Kegiatan utama Praktik Lapangan di PT Adaro Indonesia yaitu dalam teknik
pengelolaan sampah Non-B3, namun disela-sela kegiatan utama tersebut
dilakukan juga kegiatan dari perusahaan berupa pemantauan lingkungan,
pengelolaan lingkungan, dan pelaksanaan Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER). Berikut ini dijelaskan mengenai kegiatan Praktik
Lapangan tersebut.
3.1 Sistem Pengelolaan Sampah Non B3
Dalam menanggulangi dan mengelola dampak lingkungan, PT Adaro
Indonesia telah menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) yang
merupakan bagian dari dokumen AMDAL 45 juta ton berdasarkan UU No.18
Tahun 2008. Berikut disajikan bagan alir sistem pengelolaan sampah dari hulu
hingga hilir yang harus diterapkan setiap industri pada Gambar 4. Hasil
Penerapan UU No. 18 Tahun 2008 oleh PT Adaro Indonesia terlampir pada
Lampiran 3.
Gambar 4. Bagan Alir sistem pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir menurut UU No.18
Tahun 2008
Berkaitan dengan pengolahan sampah, kegiatan pendukung yang sempat
dikunjungi berupa pengomposan. Kunjungan dilakukan pada hari Kamis, 10 Juli
2014 yaitu mengunjungi tempat pengomposan dan budidaya ikan nila. Tempat ini
di bawah naungan QHSE Compliance RnD Division, dengan Bapak Fazlul
Wahyudi dan Bapak Iwan selaku penanggung jawabnya beserta 4 operator.
Gambar 5 menunjukkan tempat pengolahan sampah organik yang merupakan
hasil penelitian gabungan dari Adaro, Unlam, dan Hokkaido University. Kompos
dapat digolongkan menjadi dua yaitu kompos yang terbuat dari sampah dapur dan
sampah taman, dan kompos yang terbuat dari kotoran hewan (sapi) yang sering
disebut sebagai biokos. Namun, pengomposan yang dilakukan di tempat ini
adalah kompos yang berasal dari sampah dapur dan sampah taman.
PT Adaro
Indonesia
Keterangan:
PT Adaro Indonesia
melakukan penanganan
sampah berupa
penyediaan tempat
sampah 3 in 1 untuk
pemilahan,
pengumpulan
hinggapengolahan sisa
makanan saja.
Pengolahan plastik dan
jenis sampah lain
diserahkan ke pihak
ketiga yaitu usaha kecil
di daerah Balangan-
Tabalong. Pada tahap
pemrosesan akhir
diserahkan pada TPA
Kabupaten Balangan.
9
Gambar 5. Tempat pengomposan
Sebelum masuk ke pengomposan dilakukan pembuatan IMO yaitu Indegenous
Microorganisme sebagai campuran bakteri. Tahapan dalam pembuatan IMO ini
diawali dengan penumbuhan hifa selama 2 hari dari 250 gr nasi yang diolah di
rumpun bambu dengan tempat tertutup. Selanjutnya, dicampur dengan 250 gr gula
merah, yang kemudian di inkubasi selama 6 hari untuk mendapatkan IMO yang
baik.
Komposisi yang biasa digunakan dalam pembuatan 1000 kg kompos yaitu 1
ton sampah organik, 10 gr IMO ditambah 1 liter air, dedak 100 kg, kapur 100 kg,
dan kotoran sapi 100 kg. Pengomposan dilakukan dengan pencincangan sampah
organik, pengadukan sampah organik beserta IMO, inkubasi selama 3 hari
kemudian diaduk kembali sampai kompos seperti tanah. Pembuatan kompos ini
dilakukan selama 1 1,5 bulan. Penggunaan 1 ton kompos dapat mencukupi 1,5 ha area. Hasil kompos hanya untuk konsumsi pribadi PT Adaro Indonesia dan
ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Kompos yang sudah jadi dan siap untuk dikemas ke dalam karung
Kendala yang dihadapi di tempat pengolahan kompos ini yaitu kurangnya
pegawai, yang menyebabkan banyaknya sampah organik yang menumpuk dan
belum diolah sama sekali. Kemudian kurangnya bak untuk pengadukan kompos,
sehingga dalam pengerjaannya pun harus bergantian. Penjelasan lebih mendalam
tentang teknik pengelolaan sampah Non-B3 dijelaskan pada Bab IV.
10
3.2 Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan yang dilakukan di PT Adaro Indonesia meliputi
pemantauan air, tanah, udara, dan emisi. Dalam kegiatan ini melakukan
pemantauan berbagai komponen lingkungan yang dipersyaratkan dalam dokumen
amdal, memeriksa dan menyelesaikan masalah gangguan lingkungan yang
dikeluhkan masyarakat. Keempat jenis pemantauan tersebut diamati setiap hari,
namun pemantauan untuk setiap parameter bervariasi. Parameter pemantauan air
dilakukan dalam harian, pemantauan emisi, udara dan kebisingan dilakukan
bulanan, untuk pemantauan tanah yang meliputi getaran dan erosi dilakukan
dalam triwulan. Kegiatan pemantauan lingkungan dapat diketahui dari
dokumentasi pada Gambar 7 di bawah ini.
a b c d
Gambar 7. Kegiatan Pemantauan Lingkungan meliputi, a) sampling kualitas air,
b) sampling udara, c) sampling tanah, d) sampling emisi.
Selain melakukan Praktik Lapangan dengan topik sampah domestik, kegiatan
pendukung berupa menghadiri presentasi berjudul Inventarisasi Emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) di Pertambangan Batubara PT Adaro Indonesia oleh PT LAPI ITB
yang dilaksanakan tanggal 7 Juli 2014 pukul 09.30-11.10. Presentasi ini
menjelaskan tentang metode perhitungan yang digunakan dalam inventory GRK.
Pada dasarnya sumber emisi dapat digolongkan menjadi sumber langsung
(tidak bergerak, bergerak, dan fugitive), dan sumber tidak langsung. Dalam hal ini
sumber langsung meliputi sumber tidak bergerak yang dilakukan pada Generator
sebanyak 76 buah dengan data equipment rating dan waktu operasi. Kemudian
pengukuran langsung dengan 53 buah Generator. Sumber bergerak pada
pertambangan meliputi excavator, dll. Sedangkan fugtive merupakan sumber
emisi yang sulit untuk dikualifikasi. Sumber ini dapat berasal dari saat
penambangan (pemecahan batubara), pasca penambangan, proses oksidasi pada
temperatur rendah, dan pembakaran yang tidak terkendali.
Kaitannya dengan sumber emisi penyumbang gas rumah kaca tersebut dapat
diimbangi dengan kegiatan reklamasi yang telah dilakukan seluas 200-250
ha/tahun. Terdapat 3 literatur dalam prakiraan laju emisi yang digunakan dalam
penelitian inventarisasi emisi GRK yaitu IPCC, API Compendun 2009, EPA AP-
42 1996.
Berikut metode dan rumus yang dapat digunakan dalam prakiraan laju emisi :
a. Sampling udara emisi Metode ini perlu adanya sampel udara setiap sumber, dengan persamaan 1.
E = C x Q(1) Keterangan :
E = laju emisi
C = konsentrasi gas rumah kaca (massa/volume)
11
Q = flowrate (vol/waktu)
b. Faktor emisi Metode ini memerlukan faktor emisi dan data aktivitas CO2, CH4, dan N2O yang
merupakan primadona GRK, dengan persamaan 2.
E = A x EF x (1- ER/100)..(2) Keterangan :
A = aktivitas
EF = faktor emisi
ER = efisiensi reduksi, jika terjadi pengendalian
c. Analisis bahan (untuk CO2) Metode ini memerlukan analisis karakteristik bahan yang digunakan, dengan
persamaan 3.
E = FC x % C x 44/12...(3) Keterangan :
FC = konsumsi bahan bakar
C = kandungan karbon
d. FC dapat diketahui dengan persamaan 4 berikut FC = ER x LF x OT x ETT x 1/HV...(4) Ketetrangan :
LF = faktor beban peralatan
HV = nilai kalor
e. Laju pengurangan emisi CO2 akibat reklamasi lahan dapat di hitung berdasarkan persamaan 5.
Sequestration= SRij x RA x 44/12(5) Keterangan :
I = tipe penanaman
J = umur lahan
RA = luas lahan
SRij = rata-rata pengurangan mengacu pada literatur.
Hasil inventarsisasi menjelaskan bahwa emisi CO2 dan N2O paling tinggi
terjadi pada sumber bergerak, dan CH4 terjadi pada sumber fugitive. Sedangkan
untuk CO2 ekuivalen yang dihitung kumulatif dari CO2 itu sendiri dan konversi
CH4 dan N2O ke CO2 sumber I yang paling banyak menyuplai emisi GRK ini.
Dari hasil inventarisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan baru
dapat dilakukan berdasarkan Tier 1 karena adanya keterbatasan data. dan indikator
penting yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu emisi dominan CO2 (69,27%), N2O (98,43% dari perhitungan konversi N2O ke CO2) sumber terjadi
pada sumber bergerak, dan CH4 (99,78% dari perhitungan konversi CH4 ke CO2)
terjadi pada sumber fugitive. Sehingga muncul rekomendasi berupa peningkatan
akurasi estimasi laju emisi GRK, pertimbangan potensi recovery dan pemanfaatan
CH4 dari sumber fugitive, serta penerapan langkah-langkah dalam menurunkan
emisi GRK dengan penghematan pemakaian energi, penghematan konsumsi
12
bahan bakar, konversi bahan bakar contohnya menggunakan gas, dan
pemeliharaan mesin.
3.3 Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang diikuti saat kegiatan PL antara lain
pengendalian pencemaran air dan pengendalian pencemaran udara. Berikut
dijelaskan teknik tentang pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT Adaro
Indonesia.
3.3.1 Pengendalian Pencemaran Air
Pengelolaan air limbah dari areal pertambangan sudah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Tahapan awal dilakukan kajian pola aliran
permukaan yang masuk ke area tambang. Kajian dimaksudkan untuk
menetapkan titik penaatan-titik penaatan air limbah yang akan dibuang ke
lingkungan. Saat ini terdapat 21 (dua puluh satu) titik penaatan yang
semuanya sudah mendapatkan ijin pembuangan air limbah (IPAL) dari Bupati
Tabalong, Bupati Balangan, Bupati Barito Selatan dan Bupati Barito Timur.
Air limbah yang di buang melalui semua lokasi titik penaatan sudah
dilakukan pengujian laboratorium eksternal setiap 1 (satu) bulan sekali. Hasil
analisis menunjukkan bahwa air limbah yang dibuang tersebut telah
memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan (PT Adaro Indonesia,
2013).
3.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara
Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan untuk mengurangi
pencemaran dari aktivtas penambangan maupun aktivitas penunjang kegiatan
penambangan. Dilakukan penyiraman jalan-jalan tambang untuk mengurangi
polusi debu. Hasil pengukuran udara ambien setiap 6 bulan sekali masih
memenuhi baku mutu kualitas udara yang ditetapkan. Sedangkan untuk
kegiatan penunjang operasional seperti pembangkit listrik telah dilakukan
pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku (PT Adaro Indonesia, 2013).
Maksud dari pelaksanaan pengelolaan lingkungan PT Adaro Indonesia
adalah Memperjelas dampak penting yang timbul akibat dari setiap kegiatan
penambangan terhadap komponen lingkungan geofisik kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya serta kesehatan masyarakat. Menentukan langkah-langkah kegiatan untuk menangani dan menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif dari kegiatan-kegiatan penambangan yang
telah dievaluasi dan dinyatakan sebagai dampak penting.
3.4 Pelaksanaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
(PROPER) Dalam kegiatan Praktik Lapangan terdapat daftar kegiatan dalam rekapitulasi
Log Book dan Manifest Limbah B3, hal ini untuk mendukung reputasi PT Adaro
Indonesia sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan yang
berwawasan lingkungan. Selain mendukung reputasi perusahaan, kegiatan ini
dapat meningkatkan pengetahuan dalam bidang limbah bahan beracun dan
berbahaya (B3). Sehingga penambahan wawasan tidak hanya terpaku pada limbah
padat Non-B3 saja.
13
PROPER merupakan salah satu upaya untuk mendorong penaatan perusahaan
dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 127 Tahun 2002 mengenai PROPER,
menerangkan bahwa tujuan diadakan PROPER untuk mencerminkan upaya
Kementerian Lingkungan Hidup untuk melaksanakan prinsip tata pemerintahan
yang baik dalam mengelola lingkungan. PROPER dilakukan melalui beberapa
kegiatan yang diarahkan untuk:
a. Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui
insentif dan disintensif reputasi.
b. Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya untuk
menerapkan produksi bersih (cleaner production). Berikut disajikan
penghargaan yang telah diperoleh PT Adaro Indonesia pada Tabel 1, beserta
keterangan warna PROPER pada Tabel 2 .
Tabel 1. Penghargaan Bidang Lingkungan kepada PT Adaro Indonesia
NO. TAHUN PERINGKAT KINERJA
1. 2002 BIRU
2. Januari 2003 s.d September 2004 BIRU
3. Januari 2004 s.d Mei 2005 MERAH
4. 2006-2007 HIJAU
5. 2008-2009 HIJAU
6. 2009-2010 HIJAU
7. 2010-2011 HIJAU
8. 2011-2012 EMAS
9. 2012-2013 HIJAU
Sumber: PT Adaro Indonesia, 2012
Tabel 2. Keterangan warna dalam PROPER
WARNA
PROPER KETERANGAN
Emas Telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental
excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika
dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.
Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam
peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan,
pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle
dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab sosial (CSR/Comdev) dengan
baik.
Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan dan/atau peraturan perundangundangan yang berlaku. Merah Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam peraturan undang-undang dan dalam tahapan
melaksanakan sanksi administrasi.
Hitam Sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi.
Sumber: Rizky, 2013
14
BAB IV. TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH NON-B3
Permasalahan mengenai pertambahan volume, jenis, dan karakteristik sampah
diakibatkan oleh pertambahan pertumbuhan penduduk dan pola hidup konsumtif.
Dengan demikian setiap orang, baik individu maupun komunal wajib untuk
meninjau kembali teknik pengelolaan sampah yang diterapkan demi
keberlangsungan kegiatan yang berlandaskan kelestarian lingkungan. Penanganan
masalah timbulan sampah ini harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari
hulu hingga hilir. Hal ini mendorong agar setiap individu dalam suatu industri
juga berperan dalam mengintegrasikan penanganan timbulan sampah dengan
metode dan teknik yang benar, sesuai yang tercantum dalam Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2008.
Pengelolaan sampah merupakan rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
sampah pada wadah di sumber (penghasil), dikumpulkan menuju penampungan
sementara, kemudian diangkut ke tempat pemrosesan dan daur ulang, seperti
pengomposan, insinerasi, landfilling atau cara lain. Pengelolaan bukan hanya
menyangkut aspek teknis, tetapi mencakup juga aspek non teknis, seperti
mengorganisir, membiayai dan melibatkan masyarakat penghasil limbah agar ikut
berpartisipasi secara aktif atau pasif dalam aktifitas penanangan tersebut.
(Damanhuri dan Padmi, 2004).
Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal
yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di PT
Adaro Indonesia. Tahap awal yang dilakukan dengan dilakukan perhitungan
populasi karyawan yang mendiami Kantor 73 untuk diketahui jumlah timbulan
sampah berdasarkan SNI 19-3989-1995, kemudian ditentukannya jadwal
penimbangan sampah yaitu 2 kali seminggu dengan rentang waktu 2 hari, yang
dilakukan setiap pukul 08.00 sampai dengan selesai. Penjadwalan ini berbeda
dengan metode yang sering diterapkan pada umumnya yaitu 8 hari berturut-turut,
disebabkan oleh jam kerja perusahaan yang hanya mencapai 5 hari kerja terhitung
dari hari senin hingga jumat. Namun menurut Damanhuri dan Padmi (2004)
penerapan yang dilaksanakan di Indonesia biasanya telah disederhanakan, seperti:
hanya dilakukan 1 hari saja, dilakukan dalam seminggu, tetapi pengambilan
sampel setiap 2 atau 3 hari, dan dilakukan dalam 8 hari berturut-turut. Sehingga
data yang diperoleh dalam Praktik Lapangan ini dapat digunakan dalam
perhitungan timbulan sampah.
4.1 Sumber dan Karakteristik Sampah Limbah dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) dan Limbah Non-B3, yang masing-masing bisa dalam bentuk
padat maupun cairan. Praktik Lapangan (PL) ini fokus pada pengelolaan limbah
padat Non-B3. Tujuan dalam pengelolaan limbah padat domestik tidak berbahaya
untuk menganalisis permasalahan di lapangan dalam sistem pengelolaan sampah
yang diterapkan PT Adaro Indonesia, mengidentifikasi komposisi dan jenis
sampah yang timbul di kawasan perkantoran pertambangan, dan menganalisis
kuantitas timbulan sampah dari sumber.
Sumber sampah biasanya dikategorikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
sampah dari pemukiman atau sampah rumah tangga, industri atau biasa disebut
Sampah Domestik, sampah dari non-permukiman yang sejenis sampah rumah
15
tangga, seperti dari pasar, komersial dan sebagainya atau biasa disebut Sampah Non-Domestik. Sumber dan krakteristik sampah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sumber dan karakteristik sampah
Sumber Fasilitas, Aktivitas, atau lokasi
sumber sampah
Tipe dari sampah yang
dihasilkan
Pemukiman Perumahan kelas rendah,
menengah, atas baik itu keluarga
kecil maupun besar.
Sisa makanan, kertas, kardus,
plastik, tekstil, kulit, sampah
daun-daunan, kayu, kaca,
alumunium, kaleng, besi, sampah
halaman, baterai, barang
elektronik, ban, minyak, limbah
berbahaya dari rumah tangga.
Perdagangan Toko, restouran, pasar, hotel,
motel, bengkel, dll.
Kertas, kardus, plastik, kayu,
kaca, logam, limbah berbahaya.
Institusi Sekolah, rumah sakit,
perkantoran
Kertas, kardus, plastik, kayu,
kaca, logam, limbah berbahaya.
Contruction dan
demolition
Area konstruksi baru, perbaikan
jalan, penghancuran bangunan.
Kayu, besi, beton, dan abu.
Pelayanan di Perkotaan
(municipal survice)
Pembersihan jalan, landscape,
pembersihan area tangkapan,
parkir, pantai dan berbagai
tempat rekreasi lainnya.
Penyapuan jalan, rubbish,
kotoran, pohon, dll.
Area Pengolahan Pengolahan air, air buangan dari
perkotaan maupun dari industri.
Sampah treatment plant, lumpur.
Industri Konstruksi, fabrikasi,
manufacture, pemurnian, pabrik
kimia, pembangkit listrik.
Sampah dari proses industri,
scarp material, sampah non-
industrial meliputi sisa makanan,
rubbish, debu, demolition, and
construction waste, sampah
berbahaya.
Pertanian Ladang, area pertanian, kebun
buah-buahan, anggur, dll.
Sisa makanan yang membusuk,
sampah pertanian, rubbish,
sampah berbahaya.
Sumber: Tchobanoglous, 1993
Berdasarkan Tabel 3 mengenai sumber dan karakteristik sampah menurut
Tchobanoglous (1993), area kantor 73 PT Adaro Indonesia termasuk dalam
sumber institusi yang bergerak di bidang perkantoran. Sehingga tipe dari sampah
yang dihasilkan meliputi sampah kertas, kardus, plastik, kayu, kaca, logam, dan
limbah berbahaya.
4.2 Timbulan Sampah
Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat.
Satuan Volume : L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari, dan sebagainya. Satuan Berat:
kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari, dan sebagainya. Di Indonesia umumnya
menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume dapat menimbulkan
kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi yang harus
diperhitungkan. Besarnya timbulan sampah dapat dihitung berdasarkan
sumbernya dengan mengacu pada SNI 19-3989-1995 disajikan pada Tabel 4.
Data Tabel 4 dapat digunakan sebagai acuan dalam menghitung timbulan
sampah yang dihasilkan di Kantor 73 PT Adaro Indonesia yaitu dalam satuan
16
volume sebesar 0,50 0,75 liter/pegawai/hari. Sedangkan jika timbulan sampah dihitung dalam satuan berat, sampah yang dihasilkan sebesar 0,025 0,100 kg/pegawai/hari. Sebelum dilakukan perhitungan timbulan sampah dilakukan
pemilahan terlebih dahulu. Namun sebelumnya, untuk PT Adaro Indonesia tidak
terdapat lembaga atau divisi yang menangani langsung mengenai pemilahan
sampah ini sehingga penerapannya belum sesuai dengan penanganan sampah
berdasarkan pasal 19 UU No. 18 tahun 2008. Berikut disajikan kegiatan
pemilahan sampah sebelum dilakukan penimbangan untuk diketahui timbulan
sampahnya pada Gambar 8.
Tabel 4. Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya mengacu pada SNI 19-3989-1995
No. Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (Liter) Berat (Kg)
1. Rumah Permanen /orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400
2. Rumah Semi Permaanen /orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350
3. Rumah Non Permanen /orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300
4. Kantor /pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,100
5. Toko/Ruko /petugas/hari 2,50-3,00 0,150-0,350
6. Sekolah /murid/hari 0,10-0,15 0,010-0,020
7. Jalan Arteri Sekunder /m/hari 0,10-0,15 0,020-0,100
8. Jalan Kolektor Sekunder /m/hari 0,10-0,15 0,010-0,050
9. Jalan Lokal /m/hari 0,05-0,10 0,005-0,025
10. Pasar /m2/hari 0,20-0,60 0,100-0,300
Gambar 8. Kegiatan pemilahan dengan bantuan petugas cleaning service
Gambar 8 menerangkan penerapan proses pemilahan di PT Adaro Indonesia
baru pada tahap pewadahan 3 in 1 saja, hal ini menyebabkan pada saat tahap
pengangkutan sampah akan tercampur kembali. Sehingga diharapkan kegiatan
pemilahan ini dilakukan secara kontinyu dan terintegrasi dengan baik. Dari data
besarnya timbulan sampah pada Tabel 4, sampah yang dihasilkan dalam satuan
berat untuk data pegawai PT Adaro Indonesia berdasarkan SNI 19-3989-1995
tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan total timbulan sampah yang dihasilkan Kantor 73 PT
Adaro Indonesia berdasarkan SNI 19-3989-1995 sebesar 38,6 kg/hari, sehingga
17
dalam sebulan yang terhitung 30 hari sampah yang dihasilkan sebesar 1158
kg/bulan. Grafik timbulan sampah Kantor 73 PT Adaro Indonesia disajikan pada
Gambar 9.
Tabel 5. Timbulan sampah Kantor 73 PT Adaro Indonesia berdasarkan SNI 19-3989-1995
NO. DEPARTEMEN JUMLAH STAFF
(ORANG)
SAMPAH YANG
DIHASILKAN
(KG/HARI)
1 STRATEGIC PLANNING 49 4,9
2 HEALTH & SAFETY ENVIRONMENT 52 5,2
3 PRODUCTION 1 52 5,2
4 PRODUCTION 2 96 9,6
5 LEGAL 7 0,7
6 ADMINISTRASI (HRGA) 57 5,7
7 MANAGEMENT 6 0,6
8 KLINIK 4 0,4
9 EMERGENCY RESPON TEAM 16 1,6
10 GUDANG 6 0,6
11 MAINTENANCE SERVICE 20 2
12 FUEL STATION 1 0,1
13 KANTIN 12 1,2
14 IT 8 0,8
TOTAL 386 38,6
Keterangan: a. Departemen Strategic Planning, h. Clinic,
b. Health & Safety Environment, i. Emergency Respon Team,
c. Production 1, j. Gudang,
d. Production 2, k. Maintenance Service,
e. Departemen Legal, l. Fuel Station,
f. Administration, m. Kantin,
g. Management, n. IT.
Gambar 9. Grafik timbulan sampah setiap departemen di Kantor 73 PT Adaro Indonesia
Gambar 9 menunjukkan bahwa berdasarkan SNI 19-3989-1995 Departemen
Production 2 menghasilkan timbulan sampah terbanyak sebesar 9,6 kg/hari.
Sedangkan penghasil timbulan sampah paling sedikit yang hanya sebesar 0,1 kg/
hari oleh Departemen Maintenance Service. Perhitungan ata-rata timbulan sampah
sebesar 2,76 kg/hari. Sehingga departemen yang melebihi ambang rata-rata antara
lain Strategic Planning, Health&Safety Environment, Production 1, Production 2,
dan Administration. Selain disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah karyawan
yang mendiami, jam kerja pada departemen tersebut memiliki intensitas paling
lama berada di ruangan.
4,9 5,2 5,2
9,6
0,7
5,7
0,6 0,4
1,6 0,6
2
0,1
1,2 0,8
a b c d e f g h i j k l m n
18
Dalam Praktik Lapangan ini dilakukan penimbangan sampah untuk
mengetahui jumlah yang ditimbulkan setiap harinya. Gambar 10 menunjukkan
kegiatan penimbangan yang dilakukan di 30 titik sampel.
Gambar 10. Kegiatan penimbangan sampah untuk 30 titik sampel
Penimbangan dilakukan 2 kali dalam seminggu dengan rentang 2 hari yang
dibantu oleh Bapak Zainudin bagian Cleaning Service beserta rekannya setiap hari
Selasa dan Kamis, pukul 08.00 sampai dengan selesai. Terdapat 30 titik sampel
setiap penimbangan, dengan timbangan yang digunakan berkapasitas 10 kg.
Berikut disajikan rekapitulasi data hasil penimbangan timbulan sampah di area
Kantor 73 PT Adaro Indonesia pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil rekapitulasi penimbangan timbulan sampah sesuai jenisnya
No. Jenis
Limbah Satuan
Penimbangan ke-
I II III IV V VI VII VIII IX X
1 Kertas kg 26,91 24,19 11,27 13,48 14,91 11,41 29,38 17,11 35,45 24,98
2 Plastik kg 17,32 8,89 4,61 5,42 1,86 1,49 11,11 3,61 17,96 13,87
3 Karet kg 0,87 0 0 4,65 1,35 0,75 0,61 0,32 0,36 3,27
4 Kayu kg 0,50 1,50 0 1,30 0 0,02 0,20 0,85 0 0
5 Kain kg 2,22 0,37 0,07 0,30 0,05 0 0,32 0,23 1,25 0
6 Kaca kg 0,25 4,75 0 0,15 0 0 1,15 0,21 0,37 0,25
7 Logam kg 1,28 0,33 0,33 0 0,18 0,46 0,58 0,33 1,44 0,82
8 Sisa
makanan kg 21,26 16,40 9,48 12,30 7,45 4,52 20,10 7,60 24,40 21,03
9 Putung
Rokok kg 16,09 1,21 0,09 1,21 0,57 0,05 0,10 0,10 0,80 0,33
10 Gabus kg 0,30 0,09 0 0 0 0,02 0,60 0,03 1,08 0,35
11
B3(tinta,
pengharum
ruangan)
kg 20,92 0,57 0,06 0,69 0 0,24 0,06 0,10 0,95 0
Berdasarkan Tabel 6, timbulan sampah yang mendominasi area Kantor 73 PT
Adaro Indonesia yaitu sampah kertas, sisa makanan, dan plastik. Dari data di atas
dapat diketahui pada penimbangan ke III, IV, V, dan VI timbulan sampah yang
19
dihasilkan mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena telah memasuki
bulan puasa, sehingga aktivitas di kantor berkurang yang berdampak pada
timbulan sampah yang sedikit pula. Jika dari tabel 6, total untuk setiap jenis
timbulan sampah dipersentasekan maka sampah kertas mencapai 40%, sisa
makanan 28%, kertas 17%, dan untuk jenis sampah lain hanya mencapai 0-5%.
Berdasarkan data tersebut juga diperoleh rata-rata dari 10 kali penimbangan
untuk semua jenis sampah sebesar 26,029 kg/hari, sehingga dalam sebulan
timbulan yang dihasilkan mencapai 780,872 kg/bulan. Hasil penimbangan
timbulan sampah (aktual) area Kantor 73 PT Adaro Indonesia yang mencapai 780,
872 kg/hari jika dibandingkan dengan hasil perhitungan timbulan sampah
(teoritis) berdasarkan SNI 19-3989-1995 sebesar 1158 kg/bulan, maka nilai aktual
masih jauh lebih kecil dari nilai teoritis. Sehingga belum diperlukan adanya
penanganan khusus mengenai sampah di Kantor 73 ini. Walaupun demikian
perusahaan jangan lekas puas, namun tetap perlu menjalankan kegiatan
pengelolaan sampah secara terintegrasi dan komprehensif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah, meliputi jenis bangunan
yang ada, tingkat aktivitas, jumlah dan kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan
budaya, dan kondisi geografi.
4.3 Komposisi Sampah
Pengelompokan berikutnya yang juga sering dilakukan adalah berdasarkan
komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau %
volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan,
dan lain-lain. Komposisi Sampah dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi cuaca
frekuensi, pengumpulan, musim, tingkat sosial ekonomi, pendapatan per kapita,
kemasan produk. Kantor 73 PT Adaro Indonesia didominasi oleh sampah kertas,
plastik, dan sisa makanan dengan mencapai 40%, 17%, dan 28%. Hal ini
mengingat KM 73 termasuk ke dalam kelompok instansi berupa perkantoran,
dengan kegiatan yang tidak jauh-jauh dari tiga primadona sampah tersebut.
4.4 Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah ini meliputi karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik
Fisika : densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran.
Karakteristik Kimia : susunan kimia sampah, seperti unsur C, N, O, P, H, S, dsb.
Pentingnya data jumlah timbulan sampah, komposisi, dan karakteristik berfungsi
dalam (1) pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan, dan
pengangkutan; (2) perencanaan rute pengangkutan; (3) fasilitas untuk daur ulang;
(4) luas dan jenis TPA. Pada karakteristik sampah ini tidak mendapat kesempatan
yang disebabkan keterbatasan waktu dalam pengujian. Sehingga yang dibahas
dalam laporan Praktik Lapangan ini sebatas kuantitas timbulan sampah beserta
komposisinya saja.
4.5 Metode Pengukuran Timbulan Sampah
Terdapat empat metode yang dapat digunakan dalam pengukuran timbulan
sampah yaitu mengukur langsung, Load-count analysis, Weigh-volume analysis,
20
dan Material balance analysis. Mengukur langsung satuan timbulan sampah dari
sejumlah sampel (rumah tangga dan non-rumah tangga) yang ditentukan secara
random proporsional di sumber selama 8 hari berturut-turut (Damanhuri dan
Padmi, 2004). Load-count analysis yaitu mengukur jumlah (berat dan/atau
volume) sampah yang masuk ke TPS, misalnya diangkut dengan gerobak, selama
8 hari berturut-turut. Dengan melacak jumlah dan jenis penghasil sampah yang
dilayani oleh gerobak yang mengumpulkan sampah tersebut, akan diperoleh
satuan timbulan sampah per-ekivalensi penduduk.
Weigh-volume analysis dilakukan bila tersedia jembatan timbang, maka jumlah
sampah yang masuk ke fasilitas penerima sampah akan dapat diketahui dengan
mudah dari waktu ke waktu. Jumlah sampah sampah harian kemudian digabung
dengan perkiraan area yang layanan, dimana data penduduk dan sarana umum
terlayani dapat dicari, maka akan diperoleh satuan timbulan sampah per-
ekuivalensi penduduk. Material balance analysis merupakan analisa yang lebih
mendasar, dengan menganalisa secara cermat aliran bahan masuk, aliran bahan
yang hilang dalam system, dan aliran bahan yang menjadi sampah dari sebuah
sistem yang ditentukan batas-batasnya (system boundary).
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa metode yang digunakan dalam praktik
lapangan mengenai sistem pengelolaan sampah di PT Adaro Indonesia ini
dilakukan secara langsung dengan mengukur timbulan sampah di 30 titik sampel
dengan jadwal seminggu 2 kali. Jadwal ini masih dapat digunakan karena dapat
mewakili timbulan sampah selama sebulan.
4.6 Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu
Pengelolaan sampah yang dimaksud dalam pasal 19 UU No. 18 Tahun 2008,
meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan pengelolaan
sampah disajikan pada Gambar 12.
4.6.1 Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual
umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan
wadah sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses.
Tujuan Pewadahan yaitu dapat mengatasi bau akibat pembusukan sampah
yang juga menarik datangnya lalat. Dapat mengendalikan air hujan yang
berpotensi menambah kadar air disampah. Dapat terhindar dari pencampuran
sampah yang tidak sejenis. Berdasarkan pengamatan saat Praktik Lapangan,
PT Adaro Indonesia telah memfasilitasi pewadahan 3 in 1 dengan baik dan
jumlah yang banyak. Namun kembali ke sifat dan perilaku karyawan bahwa
masih terdapat sampah berserakan seperti pada Gambar 11 di bawah ini. Di
lokasi ini juga paling banyak menghasilkan putung rokok, sehingga
perusahaan memberikan kebijakan dengan membuat suatu smoking area
untuk mengurangi putung rokok yang berceceran.
21
Gambar 11. Perilaku penyimpangan karyawan dalam menyikapi sampah yang dihasilkan
Dari gambar di atas menunjukkan masih perlunya pengarahan dari pihak
perusahaan kepada seluruh karyawan dalam hal menyikapi sampah yang
dihasilkan. Sehingga UU No. 18 Tahun 2008 mengenai amanat bahwa setiap
individu wajib untuk melakukan pengurangan maupun penanganan sampah
yang dihasilkan sendiri dapat terwujud dan tercipta lingkungan yang sehat dan
lestari.
Gambar 12. Kegiatan pengelolaan sampah berdasarkan pasal 19 UU No. 18 Tahun 2008
Berdasarkan pada panah yang menunjuk pada tahapan pengumpulan dan
pengangkutan sampah di atas, PT Adaro Indonesia masih di tahap kumpul-
angkut-buang ke TPA. Hal ini masih mengacu paradigma lama yang harus
segera diganti ke paradigma baru, karena tahapan ini masih jauh dari aturan
yang seharusnya diterapkan untuk tahapan berikutnya, supaya tahapan disposal
(penimbunan sampah) dapat diminimalisir sedemikian hingga dan tetap
menjadi perusahaan pertambangan yang mengutamakan lingkungan.
4.6.2 Pengumpulan Sampah
Proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari masing-masing
sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara, pengolahan
sampah skala kawasan, langsung ke tempat pembuangan, atau pemerosesan
Penanganan sampah yang baru dilakukan PT
Adaro Indonesia pada tahap pengumpulan
hingga pengolahan sisa makanan. Selebihnya
langsung diserahkan ke pihak ketiga dan TPA
Balangan.
22
akhir tanpa melalui proses pemindahan. Fasilitas pengumpulan yaitu alat
pengumpul dan TPS. Alat pengumpul dapat berupa gerobak sampah, becak
sampah, becak sampah motor, mini truck, dump truck, dan compactor truck.
TPS dapat berupa container, bak pasangan bata, dan bak kayu. Kaitannya
dengan pengumpulan sampah, Kantor KM 73 telah menjadwalkan untuk
pengambilan sampah-sampah dari ruangan dan wadah sampah 3 in 1 yang
selanjutnya diangkut ke TPS dilakukan setiap jam kerja antara pukul 17.00
hingga 18.00 WITA.
Pengumpulan sampah tersebut telah terorganisasi dengan baik dan berjalan
secara kontinyu oleh bagian cleaning service dengan bantuan gerobak sampah
yang dapat dilihat pada Gambar 13a. Hanya saja, untuk pengumpulan ini tidak
diiringi dengan pemilahan dan pelabelan sehingga tercampur kembali sampah
dari wadah 3 in 1 tersebut. Sampai saat ini tempat penampungan sementara
(TPS) milik Kantor KM 73 PT Adaro Indonesia masih cukup luas untuk
menampung timbulan sampah yang dihasilkan oleh seluruh karyawan,
sehingga belum pernah terjadi over load di TPS tersebut. Kapasitas TPS
terbukti dan didukung dengan hasil timbulan sampah aktual yang masih di
bawah standar perhitungan berdasarkan SNI 19-3989-1995. Display mengenai
TPS Adaro dapat dilihat pada Gambar 13b.
a b
Gambar 13. a) Gerobak sampah, b) Tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
4.6.3 Pengangkutan Sampah
Persyaratan alat pengangkut sampah antara lain a) alat pengangkut harus
dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring; b) tinggi bak
maksimum 1,6 m, sebaiknya ada alat ungkit; c) kapasitas disesuaikan dengan
kondisi jalan yang akan dilalui; d) bak truk atau dasar kontainer sebaiknya
dilengkapi pengaman air sampah.
Operasional pengangkutan sampah menggunakan rute pengangkutan yang
sependek mungkin dan dengan hambatan yang sekecil mungkin. Lalu,
kendaraan angkut dengan kapasitas atau daya angkut yang semaksimal
mungkin. Kemudian menggunakan kendaraan angkut yang hemat bahan bakar.
Terakhir dapat memanfaatkan waktu kerja semaksimal mungkin dengan
meningkatkan jumlah beban kerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan
jumlah beban kerja atau rotasi pengangkutan.
Pengangkutan sampah di KM 73 ini masih bersifat sederhana karena tidak
memenuhi persyaratan alat pengangkut sampah seperti dijelaskan di atas.
Pengangkutan sampah ini dilakukan dengan bantuan gerobak sampah dan truk
sampah yang akan membawa sampah ke TPA Kabupaten Balangan. Jadwal
23
pengangkutan sampah terlampir pada Lampiran 4. Berikut ditampilkan truk
pengangkut sampah dengan kapasitas 3900 kg pada Gambar 14.
Gambar 14. Truk sampah dari KM 73 ke TPA Kabupaten Balangan
4.6.4 Pengelolaan Lanjutan Sampah (3R)
Dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan akibat adanya
limbah, yaitu a. Pendekatan proaktif yaitu upaya agar dalam proses
penggunaan bahan akan dihasilkan limbah yang seminimal mungkin, dengan
tingkat bahaya yang serendah mungkin. b. Pendekatan reaktif yaitu
penanganan limbah yang dilakukan setelah limbah tersebut terbentuk. Diagram
paradigma pegelolaan sampah disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15. Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma ini membentuk setiap individu dalam memperbesar
pengurangan konsumsi (reduce), sehingga peningkatan timbulan sampah dapat
terkendali atau ditekan. Paradigma segitiga terbalik ini juga menggambarkan
penurunan limbah yang ditimbun (disposal). Sehingga suatu perusahaan dapat
menerapkan zero waste management. Selain itu paradigma baru tersebut dapat
meningkatkan sistem perekonomian dan estetika dalam pengelolaan sampah
yang benar berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2008.
Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008 menjelaskan
prioritas penanganan limbah dilakukan dengan enam langkah antara lain:
Langkah 1 Reduce (Pembatasan): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan
sesedikit mungkin. Langkah 2 Reuse (Guna-ulang): bila limbah akhirnya
24
terbentuk, maka upayakan memanfaatkan limbah tersebut secara langsung.
Langkah 3 Recycle (daur-ulang): residu atau limbah yang tersisa atau tidak
dapat dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk
dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi.
Langkah 4 Treatment (olah): residu yang dihasilkan atau yang tidak dapat
dimanfaatkan kemudian diolah, agar memudahkan penanganan berikutnya,
atau agar dapat secara aman dilepas ke lingkungan. Langkah 5 Dispose
(singkir): residu atau limbah yang tidak dapat diolah perlu dilepas ke
lingkungan secara aman. Langkah 6 Remediasi: rehabilitasi atau perbaikan,
yang biasa dilakukan dengan reklamasi.
Manfaat penanganan limbah dengan mengacu pada paradigma baru ini yaitu
Berkurangnya secara drastis ketergantungan terhadap tempat pemerosesan
akhir. Lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sarana dan
prasarana persampahan. Terciptanya peluang usaha bagi masyarakat dari
pengelolaan sampah (usaha daur ulang dan pengomposan). Terciptanya jalinan
kerjasama antara pemerintah kabupaten/kota dan antara pemerintah dan
masyarakat/swasta dalam rangka menuju terlaksananya pelayanan sampah
yang lebih berkualitas. Adanya pemisahan dan pemilahan sampah baik di
sumber timbulan maupun di tempat pembuangan akhir dan adanya pemusatan
kegiatan pengelolaan akan lebih menjamin terkendalinya dampak lingkungan
yang tidak dikehendaki.
PT Adaro Indonesia telah menerapkan 3R yaitu dengan penyediaan galon
dan gelas untuk pengisian air minum dapat mengurangi penggunaan minuman
kemasan berbahan plastik. Kemudian, pemanfaatan ban bekas dari alat berat
(truk) berbahan karet dalam pembuatan sistem drainage (drop structure).
Selanjutnya, pengolahan sampah kertas, sisa makanan atau sisa dapur, dan
sampah taman yang digunakan sebagai bahan pengomposan.
Berdasarkan jumlah timbulan sampah yang menjadi primadona area Kantor
73 PT Adaro Indonesia adalah kertas 40%, sisa makanan 28%, dan plastik
17%, maka perusahaan perlu melakukan penanganan khusus, yaitu dengan
daur ulang kertas, plastik, dan sisa makanan. Pada prinsipnya, di negara maju
kertas merupakan komponen sampah yang paling tinggi (25 - 40 % berat)
(Putra, 2010). Berikut disajikan penerapan 3R oleh PT Adaro Indonesia pada
Gambar 16.
Gambar 16. Penerapan 3R PT Adaro Indonesia
25
4.6.4.1 Daur Ulang Kertas
Beberapa jenis kertas yang dijumpai dalam sampah adalah kertas
campuran yaitu Kertas beraneka ragam dengan kualitas yang bervariasi,
seperti majalah, buku, arsip kantor, karton, kertas pembungkus. Karton
bergelombang. Kertas kraft putih maupun berwarna yang belum dicetak.
Kertas Koran atau surat kabar. Tingkat kualitas tergantung pada jenis
serat, sumber, homogenitas, cetakan yang ada, karakteristik fisik dan
kimia.
Prinsip Daur Ulang Kertas Sederhana dilakukan dengan Kertas
direndam dalam air hingga menjadi lembut untuk memudahkan proses
penghancuran menjadi bubur kertas. Kemudian bubur kertas yang
terbentuk diletakkan dalam suatu cetakan dengan ukuran tertentu. Setelah
tercetak, kertas yang masih basah dikeluarkan dari cetakan kemudian
dikeringkan di terik matahari. Untuk skala besar, digunakan mesin
pencetak daur ulang kertas (Putra, 2010).
4.6.4.2 Daur Ulang Plastik
Terdapat tiga tahap dalam mendaur-ulang plastik. Pertama, tahap bale
breaking dan sorting dengan pemilahan awal (presorted) dipecah
kemudian dipilah kembali botol PETE misalnya secara manual dipisah
berdasarkan warna. Plastik yang tidak diinginkan dibuang. Kedua, tahap
granulation dan washing yaitu botol dipotong-potong, kemudian dicuci
dengan air panas, detergen, diaduk untuk menghilangkan label, lem dan
kotoran lainnya. Pemisahan dilakukan setelah dicuci, diendapkan (PETE)
dan yang ringan (HDPE) akan mengapung. Pengeringan untuk
menghilangkan air, kemudian dikeringkan dengan udara panas agar
kelembaban mejadi lebih kecil dari 0,5%, selanjutnya air classification
dengan pemisahan bagian plastik ringan (misal tutup polypropylene)
dengan yang berat, lalu pemisahan electrostatik misal memisahkan tutup
alumunium. Terakhir dilakukan ekstrusi resin, resin difluidisasi
menggunakan extruder, dan dilelehkan, dikenal sebagai melt filtration.
Ketiga, tahap Pelletizing: melt extruder berbentuk seperti spageti.
Selanjutnya melalui orifice, kemudian dipotong kecil-kecil, lalu
didinginkan dengan air. Pelet dipasarkan dengan kadar air kurang dari
0,5 % (Putra, 2010).
4.6.4.3 Daur Ulang Sisa Makanan Sampai saat ini pengolahan sampah sisa makanan dilakukan dengan
cara pengomposan yang diatur dalam SNI 19-7030-2004 mengenai
Spesifikasi Kompos dari Sampah Domestik. Kompos adalah pupuk yang
berasal dari penguraian parsial bahan-bahan organik yang dipercepat oleh
populasi mikroba baik secara aerobik ataupun anaerobik. Pengomposan
adalah proses pembuatan pupuk dari bahan organik dengan cara
mengatur dan mengontrol proses penguraian, agar prosesnya lebih
singkat dan kandungan unsur haranya optimal.
Kompos dapat digolongkan menjadi dua yaitu kompos yang terbuat
dari limbah dapur dan limbah taman, dan kompos yang terbuat dari
kotoran hewan (sapi) yang sering disebut sebagai biokos. Namun,
26
pengomposan yang dilakukan di tempat ini adalah kompos yang berasal
dari limbah dapur dan limbah taman.
Sebelum masuk ke pengomposan dilakukan pembuatan IMO yaitu
Indegenous Microorganisme sebagai campuran bakteri. Tahapan dalam
pembuatan IMO ini diawali dengan penumbuhan hifa selama 2 hari dari
250 gram nasi yang diolah di rumpun bambu dengan tempat tertutup.
Selanjutnya, dicampur dengan 250 gram gula merah, yang kemudian di
inkubasi selama 6 hari untuk mendapatkan IMO yang baik.
Komposisi yang biasa digunakan dalam pembuatan 1000 kg kompos
yaitu 1 ton sampah organik, 10 gram IMO ditambah 1 liter air, dedak 100
kg, kapur 100 kg, dan kotoran sapi 100 kg. Pengomposan dilakukan
dengan pencincangan sampah organik, pengadukan sampah organik
beserta IMO, inkubasi selama 3 hari kemudian diaduk kembali sampai
kompos seperti tanah. Pembuatan kompos ini dilakukan selama 1 1,5 bulan. Penggunaan 1 ton kompos dapat mencukupi 1,5 ha area. Berikut
hasil penggunaan hasil sampah organik sebagai bahan dalam pembuatan
kompos pada Gambar 17.
Gambar 17. Pemanfaatan sampah organik dalam pengomposan Oleh PT Adaro
Indonesia
Seiring dengan meningkatnya sampah organik dari tahun ke tahun
grafik pada gambar 17, menunjukkan bahwa meningkat juga hasil
pengomposan yang dihasilkan. Ini berarti kegiatan pengomposan dapat
menekan sampah organik khususnya sisa makanan yang terbuang begitu
saja ke lingkungan.
4.7 Program Pengembangan Pengelolaan Sampah Kaitannya dengan penanganan limbah khususnya dalam pengurangan (reduce),
penggunaan kembali (reuse), dan pendaur-ulangan (recycle) maka kegiatan yang
saat ini dapat mendukung terwujudnya 3R adalah melalui Bank Sampah. Bank
sampah adalah tempat untuk mengumpulkan berbagai macam sampah yang telah
dipisah-pisahkan sesuai jenisnya (BPLH, 2012). Kegiatan ini berupa penyetoran
sampah yang telah dipilah.
15.476
11.573 11.14
15.482
15.238
3.625 4.215 4.18
5.836
5.648
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
sampah organik
kompos yang
dihasilkan
,
15,476
15,482
15,238
11,140 11,573
3,265
5,836
5,648
4,18 4,215
Sampah organik
(kg)
Kompos yang
dihasilkan (kg)
27
Hasil setoran sampah akan ditabung dan dapat diambil atau dicairkan dalam
jangka waktu tertentu dengan mengadopsi prinsip perbankan, jadi penyetor
sampah akan mendapat buku tabungan dan reward berupa uang tunai sejumlah
sampah tertentu. Pengelolaan bank sampah ini mengikuti kaidah-kaidah dalam
UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang berprinsip pada 3R dan
diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2012
mengenai pedoman pelaksanaan 3R melalui Bank Sampah. Sehingga bank
sampah dapat menunjang implementasi kegiatan reduce, reuse, dan recycle.
28
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan data hasil kegiatan Praktik Lapangan diperoleh:
5.1.1. Limbah padat domestik untuk area km 73 perkantoran PT Adaro
Indonesia didominasi dengan sampah kertas, plastik, dan sisa makanan
yang masing-masing sebesar 40%, 17%, dan 28%.
5.1.2. Timbulan sampah yang dihasilkan mencapai 780, 872 kg/bulan.
5.1.3. Nilai aktual dari timbulan sampah (780,872 kg/bulan) masih di bawah
standar dari perhitungan timbulan sampah berdasarkan SNI 19-3989-
1995 yaitu 1158 kg/bulan.
5.1.4. Penanganan yang telah dilakukan berupa kerjasama dengan mitra kerja
atau pihak ketiga dalam hal:
5.1.4.1. Daur ulang kertas.
5.1.4.2. Pengomposan untuk penanganan sisa makanan.
5.1.5. Belum ada penanganan khusus untuk sampah plastik. Sehingga sampah
plastik masih berakhir di TPA.
5.1.6. Secara keseluruhan, kegiatan Praktik Lapangan ini telah memenuhi
seluruh ketercapaian tujuan baik secara umum, institusional dan praktik
di lapangan.
5.2 Saran 5.2.1. Perlu adanya perubahan gaya hidup dan pola pikir karyawan PT Adaro
Indonesia dalam mengatasi sampah yang dihasilkan sendiri.
5.2.2. Perlu adanya pelabelan atau penandaan pada kantong sampah berupa tali berwarna atau tulisan, agar sampah yang telah dipilah tidak
bercampur kembali.
5.2.3. Program Pengembangan Pengelolaan Sampah Jangka Panjang seperti dibuatnya bank sampah atau kelembagaan lain.
29
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri dan Iri Padmi. 2004. Modul Kuliah Pengelolaan Persampahan.
Jurusan Teknik Lingkungan ITB: Bandung.
Indonesia Solid Waste Association. 2014. Handout Pedoman Pengelolaan
Limbah Padat. Jakarta.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2002. KepMen LH Nomor 127 Tahun 2002
tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2008. PerMen LH Nomor 02 Tahun 2008
tentang Pemberlakuan Limbah dengan 3R +1R. Jakarta.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2012. PerMen LH Nomor 13 Tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan 3R melalui Bank Sampah. Jakarta.
PT Adaro Indonesia. 2012. Adaro Envirocoal. Kalimantan Selatan.
PT Adaro Indonesia. 2013. Adaro Envirocoal. Kalimantan Selatan.
PT Adaro Indonesia. 2014. Adaro Envirocoal. Kalimantan Selatan.
Putra, Hijrah Purnama. 2010. Modul Kuliah Persampahan. Jurusan Teknik
Lingkungan UII: Yogyakarta.
Rizky, DP. 2013. Penerpan Sistem Manajemen Lingkungan Iso 14001 Ditinjau
Dari Aspek Penanganan Air Asam Tambang Pada Kolam Pengendap
Lumpur Air Layu Putih Di PT Bukit Asam (Persero), Tbk Tanjung Enim,
Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Teknik Sipildan Lingkungan, IPB.
Departemen Pekerjaan Umum. 1995. Besarnya Timbulan Sampah Berdasarkan
Sumbernya. SNI 19-3989-1995. Yayasan LPBM: Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan. SNI 19-2454-2002.Yayasan LPBM: Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum. 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik
Domestik. SNI 19-7030-2004. Yayasan LPBM: Bandung.
Tchobanoglous. 1993. Solid Waste Management. McGraw-Hill
DPRRI. 2008. Pengelolaan Sampah Domestik. UU Nomor 18 Tahun 2008.
Jakarta.
top related