Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis
Post on 03-Dec-2015
39 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
TEKNIK PEMBELAJARAN MENULISDi susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran
Bahasa Indonesia MIDosen Pengampu: Suyadi, M.Pd.I
Oleh :Ika Nur Harini (13480071)Annisa Aryani (13480072)Titi Pambudi (13480074)Yunita Ariyastuti (13480075)Nur Hady Wara Utami (13480077)Suryaningsih (13480079)Dewi Nur Oktaviyanti (13480089)Iswatun Khoiriah (13480090)Febriasti Dina S (13480091)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
2015
TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA MENULIS
A. PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, selain menyimak, berbicara,
dan membaca juga ada teknik pembelajaran menulis. Budaya menulis di
Indonesia saat ini sangatlah rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari terbitan
judul buku di Indonesia yang hanya sekitar 4.000 sampai 5.000 buku
pertahun. Angka tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan negara
tetangga, yaitu Malaysia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari
Indonesia. Malaysia pertahun dapat menerbitkan 6.000 sampai 7.000 buku.
Padahal jumlah penduduk Indonesia sekitar 10 kali lipat jumlah penduduk
Malaysia. Idealnya, setiap tahun Indonesia menerbitkan 10 kali lipat terbitan
Malaysia, yaitu 60.000 sampai 70.000 judul buku.
Rendahnya kemampuan menulis yang dimaksud adalah menulis
sesuatu yang bermutu, positif, dan bermanfaat. Untuk menghasilkan tulisan
yang bermutu diperlukan keterampilan menulis. Tentunya terampil tidak
datang dengan sendirinya. Untuk dapat terampil menulis dan menghasilkan
karya tulis yang bagus diperlukan latihan terus menerus. Bagaimanakah
menyusun tulisan dan karangan yang baik, bermutu dan sesuai dengan
kaidah?. Pertanyaan tersebut menjadi hal menarik yang akan dibahas di
makalah ini.
B. PEMBAHASAN
1. Keterampilan dasar menulis
a. Menjiplak
Menjiplak adalah menggambar atau menulis garis-garis
gambaran atau tulisan yang telah tersedia (dengan menempelkan
kertas kosong pada gambar atau tulisan yang akan ditiru) (KBBI,
2008:586). Kegiatan menjiplak gambar merupakan kegiatan awal dari
kegiatan menulis. Berikan gambar-gambar yang mudah ditiru dan
dalam ukuran yang lebih besar dari biasanya.1
1 Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
1
Setelah menjiplak gambar, siswa mulai diarahkan pada
menjiplak huruf. Siswa hanya mengikuti bentuk-bentuk huruf yang
telah tersedia. Sebelum memulai menjiplak, siswa diberi penjelasan
dari arah mana harus mulai. Hal ini penting untuk diketahui karena
akan menentukan kualitas tulisan. Perhatikan cara penulisan huruf di
bawah ini. Setiap huruf diberi tanda (dengan nomor) untuk
menunjukkan pada siswa di mana siswa mulai menulis dan
seterusnya.2
b. Menyalin Kalimat
Menyalin merupakan kegiatan menulis dengan cara meniru
tulisan yang terdapat dalam buku pelajaran atau tulisan guru di papan
tulis. Kegiatan ini biasanya dimulai dari ingkatan kata, kalimat sampai
pada wacana.
Untuk kegiatan menyalin dapat dilakukan dengan mencontoh
huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan
benar, menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas atau tegak
bersambung dan lain sebagainya.3
Pembelajaran menyalin di kelas dapat dilakukan dengan
alternatif berikut:
a. Menjiplak (menyalin tulisan di papan tulis ke dalam buku latihan
sesuai dengan bunyi bacan tersebut).
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan untuk Sekolah Dasar Kelas 1,2,3 (Jakarta , 2009) , hlm 18.
2Ibid hlm 20 3 ?file.upi.edu/Direktori/Dual-modes/Membaca_dan_Menulis_di_SD/BBM_7.pdf, hlm 179
2
b. Menyalin dari tulisan cetak (lepas) ke tulisan sambung atau
sebaliknya
c. Menyalin dari huruf kacil menjadi huruf besar pada huruf pertama
kata awal kalimat.
d. Menyalin dengan cara melengkapi, yakni dengan cara (a)
melengkapi dengan tanda baca dan (b) melengkapi dengan kata.4
c. Memperluas Kalimat
1) Kalimat sederhana dan kalimat luas.
Telah dikemukakan bahwa kalimat berklausa ada yang
terdiri dari satu klausa, dan ada yang terdiri dari dua klausa atau
lebih. Kalimat yang terdiri dari satu klausa disebut dengan kalimat
sederhana, sedangkan kalimat yang terdiri dari dua klausa lebih
disebut kalimat luas.
Beberapa contoh kalimat sederhana, misalnya:
181. Pada kesempatan itu angkatan muda kita mengambil alih
kantor tersebut dari tangan Jepang.
182. Mulanya ia hanya akan menghindari kemarahan Dullah.
183. Kisah ini sungguh-sungguh terjadi.
184. Pengusaha itu berusia 61 tahun.
185. Dia mengeluarkan amplop dari saku bajunya.
Beberapa contoh kalimat luas, misalnya:
186. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku.
187. Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.
188. Sungguhpun beliau mendapat bantuan yang besar sekali dari
Belanda, namun beliau tetap juga tidak senang terhadap
VOC.
189. Rumah itu bagus, akan tetapi pekarangannya tidak terpelihara.
Kalimat-kalimat 181-185 merupakan kalimat sederhana
karena masing-masing terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat-
kalimat 186-189 merupakan kalimat luas karena terdiri dari dua
klausa. Kalimat 186 terdiri dari klausa (1) ia mengakui dan (2) ia
4Ibid., hlm 182
3
jatuh cinta kepadaku; kalimat 187 terdiri dari klausa (1) ia
mengunci sepedanya dan klausa (2) (ia) masuk ke sebuah yang
besar sekali di Belanda dan (2) beliau tetap juga tidak senang
dengan VOC; dan kalimat 189 terdiri dari klausa (1) rumah itu
bagus dan (2) pekarangannya tidak terpelihara.
Hubungan Gramatik antara Klausa yang Satu dengan
Klausa yang Lain dalam Kalimat Luas. Kita perhatikan kalimat
190 dan 191 di bawah ini:
190. Ia mengaku bahwa ia jatuh cinta kepadaku.
191. Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.
Kalimat 190 terdiri dari dua klausa yaitu (1) ia mengakui
dan (2) ia jatuh cinta kepadaku. Klausa kedua sebenarnya
merupakanbagian dari klausa ke 1, yaitu merupakan O klausa 1Hal
itu kelihatan jelas apabila klausa 2 disubtitusi dengan hal itu
hingga kalimat 190 itu menjadi:
192. Ia mengakui hal itu.
Kalimat 191 berbeda dengan kalimat 190. Dalam kalimat
191 masing-masing klausa berdiri sendiri; klausa yang satu tidak
merupakan bagian dari klausa yang lain. Contoh lain, misalnya kita
bandingkan kalimat 193 dengan kalimat 194 di bawah ini:
193. Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.
194. Ketika pergi ke Surabaya, ia bertemu dengan teman lamanya.
Kalimat 193 terdiri dari dua klausa, yaitu (1) rumah itu
bagus, dan (2) pekarangannya tidak terpelihara. Kedua klausa itu
masing-masing berdiri sendiri-sendiri, klausa yang satu tidak
merupakan bagian dari klausa lainnya. Kalimat 194 juga terdiri
dari dua klausa yaitu (1) ia pergi ke Surabaya, dan (2) ia bertemu
dengan teman lamanya. Klausa ke 1 sebenarnya merupakan bagian
klausa ke 2, yaitu merupakan KET klausa 2. Hal itu akan jelas
apabila klausa pertama disubstitusi dengan kemarin hingga kalimat
194 itu menjadi:
195. Kemarin ia bertemu dengan teman lamanya.
4
Berdasarkan uraian di atas, maka kalimat luas berdasarkan
hubungan gramatik antara klausa yang satu dengan klausa yang
lain yang menjadi unsurnya, dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
a) Kalimat luas yang setara
b) Kalimat luas yang tidak setara.
2) Kalimat luas yang setara
Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak
merupakan bagian dari klausa lainnya; masing-masing berdiri
sendiri sebagai klausa yang setara, yaitu sebagai klausa inti semua.
Klausa-klausa itu dihubungkan dengan penghubung yang di sini
disebut sebagai penghubung yang setara. Penghubung yang setara
itu ialah: dan, dan lagi, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau,
tetapi, tapi, akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan,
sebaliknya, bahkan, malah dan malahan. Penghubung lantas dan
tapi pada umumnya digunakan dalam bahasa Indonesia ragam
santai. Beberapa contoh, misalnya:
196. Badannya kurus, dan mukanya sangat pucat.
197. Orang itu miskin, lagi pula sangat malas.
198. Tiba-tiba bus berbelok ke kiri, kemudian menikung tajam ke
kanan.
199. Mereka sedang belajar, atau mungkin mereka sedang
mengobrol.
200. Pahlawan Diponegoro berulang-ulang kali menempuh jalan
damai, namun segala usaha damainya tidak juga berhasil.
Terdapat juga kalimat luas yang setara yang tidak
menggunakan kata penghubung. Antara klausa yang satu dengan
klausa yang lainnya pada umumnya dibatasi oleh adanya jeda
sedang. Misalnya:
204. Ia membuka lemarinya, mengambil sehelai baju baru.
205. Mereka duduk, memperhatikan orang yang lalu lalang di
muka rumahnya.
5
206. Orang itu sangat ramah, adiknya sangat pendiam.
3) Kalimat luas yang tidak setara.
Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu
merupakan bagian dari kluasa yang lainnya. Klausa yang
merupakan bagian dari klausa yang lainnya itu disebut klausa
bawahan, sedangkan klausa lainnya disebut klausa inti. Jadi
kalimat luas yang tidak tidak setara terdiri dari klausa inti dan
klausa bawahan, sedangkan kalimat luas yang setara terdiri dari
klausa inti semua.
Klausa bawahan terkadang merupakan O bagi klausa inti.
Misalnya kalimat:
207. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku.
Kalimat 207 itu terdiri dari dua klausa, yaitu klausa ia
mengakui sebagai klausa inti dan klausa ia jatuh cinta kepadaku
sebagai klausa bawahan. Kata bahwa dalam kalimat itu berfungsi
sebagai penghubung klausa. Dalam hubungan dengan klausa ini,
klausa bawahan itu menduduki fungsi O. Hal itu akan menjadi
jelas apabila klausa bawahan itu disubstitusi dengan hal itu
sehingga kalimat 207 di atas menjadi:
208. Ia mengakui hal itu.5
d. Membuat Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).6
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik lisan
maupun tertulis, harus mempunyai subjek (S) dan predikat (P). Kalau
5M. Ramlan Karyono, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis (Yogyakarta: CV. Karyono, 1985), Hlm. 49-54.
6Zaenal Arifin dan S. Amran, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo), hlm. 66.
6
tidak memiliki unsur subjek dan predikat pernyataan itu bukanlah
kalimat.7 Contoh:
Contoh kalimat di atas sudah lengkap dan jelas. Jadi, unsur
subjeknya adalah penanaman modal asing dan unsur predikatnya
berkembang. Kalimat itu tidak perlu dilengkapi lagi. Andaikata
dibelakang kata berkembang ditambah dengan kata maka unsur
tambahan itu bukan objek, melainkan keterangan. Misalnya:
Tabel contoh kalimat.
FungsiTipe
Subjek Predikat Objek Peleng-kap
Keterang-an
S-POrang itu sedang tidur - - -Saya mahasiswa - - -
S-P-OAyahnya membeli mobil
baru- -
Rani mendapat hadiah
S-P-Pel
Beliau menjadi - ketua koperasi
-
Pancasila merupakan - dasar negara kita
S-P-KetKami tinggal - - di JakartaKecelaka-an itu
terjadi - - minggu lalu
S-P-O-Pel
Dia mengirimi ibunya uang -Dian mengambilkan adiknya air minum -
S-P-O-Ket
Pak Raden memasukkan uang - ke bankBeliau memperlakukan kami - dengan
baik
Berikut ini, beberapa contoh keterangan yang sering digunakan
dalam kalimat.8
Jenis keterangan
Preposisi/ penghubung Contoh
Tempat DiKeDari(di) dalam
Di kamar, di kotaKe Medan, ke rumahnyaDari Manado, dari sawah(di) dalam rumah, dalam lemari
7Ibid.8Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), hlm. 331-332.
7
Pada Pada saya, pada permukaan
Waktu
-Pada Dalam Se-Sebelum Sesudah SelamaSepanjang
Sekarang, kemarinPada pukul 5, pada hari iniDalam minggu ini, dalam dua hari iniSetiba di rumah, setiba di kantorSebelum pukul 12, sebelum pergi Sesudah pukul 10, sesudah makanSelam dua minggu, selama bekerjaSepanjang tahun, sepanjang hari
AlatDengan Dengan (memakai) gunting,
dengan mobil
Tujuan
Agar/ supayaUntukBagiDemi
Agar/ supaya kamu pintarUntuk kemerdekaanBagi masa depanmuDemi kekasihnya
Cara
Dengan SecaraDengan caraDengan jalan
Dengan diam-diamSecara hati-hatiDengan cara damaiDengan jalan berunding
PenyertaDengan BersamaBeserta
Dengan adiknyaBersama orang tuanyaBeserta saudaranya
Perbandingan/ kemiripan
SepertiBagaikanLaksana
Seperti anginBagaikan seorang dewiLaksana bintang di langit
SebabKarena Sebab
Karena perempuan ituSebab kecerobohannya
Kesalingan- Saling (mencintai), satu sama
lain
Syarat
Jika(lau)KalauAsal(kan)(Apa)bilaBilamana
Jika Anda mau mendengarkannya, saya tentu senang sekali menceritakannya.
Pengandaian
Seandainya AndaikataAndaikanSekiranyaJangan-janganKalau-kalau
Seandainya para anggota kelompok menerima norma itu, selesailah suluruh permasalahan.
Konsensif
Walau(pun)Meski(pun)Sekali(pun)Biar(pun)Kendati(pun)Sungguh(pun)
Dia akan pergi sekalipun kami mencoba menahannya.
8
HasilSehingga Sampai(-sampai)Maka
Kami tidak setuju, maka kami pun protes.
Aspek
AkanSedangSudah Telah
Sekolah akan mengadakan upacara bendera.
2. Keterampilan menulis
a. Menulis cerita berdasar gambar berseri
Penulisan cerita yang menggunakan media gambar berseri
yaitu penulisan cerita atau menjelaskan setiap gambar dengan lebih
rinci dan jelas, dimana terdapat beberapa gambar yang berurutan
yang nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah cerita.
Langkah penulisan cerita berdasar gambar berseri:
1) Menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi kerangka
karangan.
2) Guru memancing atau mengeksplor pendapat anak terlebih dahulu.
3) Guru mengarahkan pemikiran yang belum cocok dengan gambar
agar tidak menyimpang dari gambar.
4) Guru meminta kepada anak untuk mengamati kembali gambar
dengan lebih teliti.
5) Menuliskan atau menjabarkan gambar berdasar urutan gambar.9
b. Menulis berdasarkan foto atau gambar
Menulis berdasarkan foto atau gambar dapat diartikan sebagai
mendeskripsikan gambar atau foto kedalam tulisan. Gambar juga
dapat mempermudah guru dalam mengajar dan siswa dalam
mengingat apa yang dilihat, mengembangkan kreativitas, daya
imajinasi, serta mempermudah siswa dalam menuangkan ide-ide
kreatif mereka.10 Menulis berdasar foto atau gambar dapat dimulai di
kelas I.
Menulis gambar berdasar foto atau gambar dapat dimulai
dengan menggambar bebas kemudian anak menuliskan beberapa
9M. Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim, Metodelogi pengajaran bahasa Indonesia : di sekolah dasar. (Jakarta: PT. Rosda Jayaputra, 1997), hlm.64
10Azhar Arsyad. Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 15.
9
kalimat tentang gambarnya. Untuk kelas I, karangan yang
menceritakan gambar sudah sangat baik untuk permulaan. Selanjutnya
anak ditujukan sebuah benda yang sangat disukainya. Misalnya bola.
Anak menuliskan beberapa kalimat tentang bola. Kalimat yang
disiusun mungkin belum runtut, namun anak dapat diminta untuk
membaca kembali agar kalimatnya menjadi lebih sempurna.11
c. Menulis catatan harian
Catatan harian ialah tulisan dalam bentuk catatan yang
merekam kegiatan sehari-hari seseorang. Sifat tulisan ini kebanyakan
sangat personal dan merupakan potret diri si-penulisnya. Tulisan ini
bercerita tentang pengalaman hidup si penulis catatan harian. Ciri
tulisan yang ada di sebuah catatan harian menggunakan kata ganti
orang pertama (“aku” atau “saya”). Sifat tulisan catatan harian
memang sangat personal.12
Kadang, apabila kita membaca buku yang diangkat dari
catatan harian, kita akan menjumpai sosok “keegoisan” sebuah buku.
Buku itu hanya menceritakan diri sang penulis, mengabaikan hiruk
pikuk dunia luar. Catatan harian dimanfaatkan benar oleh si penulis
untuk menjelajah inner-space. Lewat catatan harian, pengalaman
distrukturkan, dikristalkan dan diberi sentuhan karakter si menulis
catatan harian. Inilah bahan tulisan yang mahal harganya apabila dapat
dipublikasikan dalam bentuk yang beragam.
Beberapa hal yang dapat dipetik dari buku harian:
1) Mencurahkan perasaan, mencurahkan perasaan ke dalam buku
harian dapat membantu melampaui masa-masa sulit dalam
kehidupan penulis.
2) Menuliskan rasa marah, harapan, ketakutan, kecemburuan. Dapat
mencegah dari menguburkan emosi dalam-dalam, yang
menyebabkan emosi itu sulit diraih kembali.
11M. Ngalim Purwanto, Metodelogi pengajaran,... hlm. 6012Hernowo, Quantum writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis (bandung: Mizan, 2006), hlm. 208.
10
3) Buku harian layaknya suatu ruangan yang dapat didatangi apabila
ingin menggali keanehan diri si penulis dan menyendiri tanpa
harus diawasi dan disensor.
4) Buku harian dapat menjadi tempat aman untuk menyimpan
khayalan yang dapat membantu penulis memimpikan berbagai
cara untuk meraih cita-cita yang bisa dicapai.
5) Dapat menjadi laboratorium bagi penulis yang memiliki
kecerdasan di bidang bahasa yang mungkin dapat dikembangkan
menjadi novel, sepen, sajak, atau buk riwayat hidup.13
d. Meringkas tulisan
Meringkas ialah menyatakan inti dari suatu bacaan atau
pengalaman dengan menggunakan sesedikit mungkin kata-kata atau
dengan cara yang baru tetapi efisien. Sedangkan ringkasan merupakan
penyajian singkat dari karangan asli tetapi tetap mempertahankan
urutan isi dan sudut pandang pengarang asli, sedangkan perbandingan
bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetap
dipertahankan dalam bentuknya yang singkat.14
Meringkas tidak hanya bisa dilakukan dengan tulisan namun
dapat juga dilakukan dengan lisan dengan drama, artistik, visual,
gerakan fisik, musik dalam kelompok atau individu. Meringkas dapat
memberikan peningkatan yang besar dalam pengertian dan dalam
ingatan jangka panjang dari suatu informasi.15
Tujuan membuat ringkasan yaitu untuk mengembangkan
ekspresi serta penghematan kata, juga dapat mempertajam daya kreasi
dan konsentrasi penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat
memahami dan mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik
dalam penyusunan karangan, cara penyampaian gagasannya dalam
bahasa dan susunan yang baik, cara memecahkan masalah.16
13Ibid., hlm. 207.14 Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende: Nusa Indah,
1973), hlm. 262.15 Rick Wormeli, Meringkas Mata Pelajaran: 50 Teknik untuk Meningkatkan
Pembelajaran Siswa (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 2.16 Femi Olivia, Teknik Meringkas: Pandai Memangkas Tumpukan Buku Pelajaran
Selangkah demi Selangkah dengan Rumus 4P Supaya Belajar Jadi Ringan (Jakarta: Gramedia,
11
Beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat
ringkasan yang baik dan teratur, adalah sebagai berikut:
1) Membaca naskah asli
Membaca naskah asli dapat dilakukan berulang-ulang
hingga beberapa kali untuk mengetahui kesan umum tentang
karangan itu secara menyeluruh. Penulis perlu juga mengetahui
maksud pengarang dan sudut pandang pengarang.
2) Mencatat gagasan utama
Pencatatan dilakukan untuk dua tujuan, pertama untuk
tujuan pengamanan agar memudahkan penulis pada waktu
meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting
atau tidak. Kedua, catatan ini juga akan menjadi dasar bagi
pengolahan selanjutnya. Tujuan terpenting dari pencatatan ini
adalah agar tanpa ikatan teks asli, penulis mulai menulis kembali
untuk menyusun sebuah ringkasan dengan mempergunakan
pokok-pokok yang telah dicatat itu.
3) Membuat reproduksi
Penulis ringkasan menyusun kembali suatu karangan
singkat (ringkasan) berdasarkan gagasan-gagasan utama
sebagaimana yang dicatat dalam langkah sebelumnya.
4) Ketentuan tambahan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan
diterima sebagai suatu tulisan yang baik:
a) Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat
tunggal daripada kalimat majemuk. Kalimat majemuk
menunjukkan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat
paralel.
b) Bila mungkin ringkaslah kalimat menjadi frase, frase menjadi
kata. Begitu pula rangkaian gagasan yang panjang hendaknya
diganti dengan suatu gagasan sentral saja.
2009), hlm. 29.
12
c) Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah
topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan.
d) Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang,
kadang-kadang sebuah kata sifat atau keterangan masih
dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat
dalam rangkaian keterangan, atau rangkaian kata sifat yang
terdapat dalam naskah.
e) Pertahankan susunan gagasan asli, serta ringkaskanlah
gagasan-gagasan itu dalam urutan seperti urutan naskah asli.
f) Untuk membedakan ringkasan atas sebuah tulisan biasa
(bahasa tak langsung) dan sebuah pidato atau ceramah (bahasa
langsung) yang mempergunakan sudut pandang orang pertama
tunggal atau jamak, maka ringkasan pidato atau ceramah itu
harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga.17
3. Mengarang
a. Pengertian mengarang
Istilah mengarang digunakan pada penulisan karya fiksi atau
nonilmiah, sedangkan istilah menulis digunakan pada penulisan karya
ilmiah atau non fiksi. Pada dasarnya, arti kata mengarang adalah
menyusun, mengatur, misalnya menagrang bunga, menyusun bunga-
bunga menjadi kesatuan. Mengarang pada hakikatnya adalah
mengungkapkan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis. Mengarang merupakan proses pengungkapan gagasan,
ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur
bahasa (kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana yang utuh)
dalam bentuk tulisan.18
b. Unsur Mengarang
Mengarang sebagai kegiatan mengungkapkan gagasan melalui
bahsa tulis meliputi 4 unsur, yaitu :
1) Gagasan, berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada
dalam pikiran seseorang.
17 Keraf, Komposisi..., hlm. 263-268.18Dalman, Keterampilan Menulis (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm.85-86.
13
2) Tuturan, merupakan bentuk pengungkapam gagasan sehingga dapat
dipahami pembaca. Empat bentuk teknik mengarang yaitu:
a) Penceritaan yaitu pengungkapan yang menyampaikan suatu
peristiwa dalam kerangka urutan waktu dengan maksud untuk
meninggalkan kesan.
b) Pelukisan yaitu pengungkapan yang menggambarkan berbagai
cerapan pengarang dengan segenap inderanya dengan maksud
menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca.
c) Pemaparan yaitu pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta
secara teratur, logis, dan terpadu dengan maksud memberi
penjelasan kepada pembaca mengenai sesuatu ide.
d) Perbincangan yaitu pengungkapan dengan makdud
menyakinkan pembaca agar mengubah pikirannya sesuai yang
diharapkan oleh pengarang.
3) Tatanan ialah pengaturan dan penyusunan gagasan dengan
mengindahkan berbagai asas, aturan, dan tehnik sampai
merencanakan rangka dan langkah.
4) Wahana sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang
terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika.19
c. Langkah-Langkah Mengarang
1) Menyusun Tema, Topik, dan Judul
Tema adalah pokok persoalan yang mendasari suatu
karangan, sedangkan topik adalah pokok persoalan yang
dikembangkan atau dibahas dalam karangan. Judul adalah kepala
karangan atau nama sebuah karangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tema:
a) Jangan mengambil tema yang bahasanya terlalu luas.
b) Memilih tema yang disukai dan diyakini dapat dikembangkan.
c) Memilih tema yang sumber atau bahan-bahannya mudah
diperoleh.
2) Mengumpulkan Bahan
19The Liang Gie, Terampil Mengarang (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm.4-5.
14
Setelah mengumpulkan tema, perlu mencari bahan yang
menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan.
3) Menyeleksi Bahan
Perlu menentukan bahan-bahan yang sesuai dengan tema
pembahasan. Petunjuk-petunjuk dalam menyeleksi bahan, yaitu:
a) Catatan hal penting semampunya.
b) Membaca dijadikan sebagai kebutuhan.
c) Sering diskusi dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
d. Membuat Kerangka Karangan
Kerangka merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat
berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Tahap
dalam menyusun kerangka karangan adalah:
1) Mencatat gagasan.
2) Mengatur urutan gagasan.
3) Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
4) Membuat kerangka karangan,
e. Mengembangkan Kerangka Karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada
penguasaan materi yang hendak ditulis. Sebagaimana yang
diungkapkan Finoza dalam buku Ketrampilan Menulis karya Dalman
bahwa kerangka karangan mengandung rencana kerja dalam
menyusun karangan. Kerangka akan mengarahkan penulis menggarap
karangan secara teratur, dalam hal ini penyusunan kerangka karangan
merupakan kegiatan penulisan draf karangan. Penulisan draf
merupakan aktivitas yang dimulai dengan menata butir-butir gagasan
dilakukan secara hierarkis untuk menempatkan sifat hubungan antar
komponen tulisan. Penulisan draf juga merupakan aktivitas menyusun
kerangka secara utuh. Langkah-langkah penulisan draf karangan
yaitu:
1) Membaca kartu catatan.
2) Mempertimbangkan semua materi yang sudah dipersiapkan.
3) Mempertahankan kerangka tulisan.
15
4) Mengelompokkan bahan-bahan dan catatan bahan tulis berdasarkan
topik dan menempatkan kelompok-kelompok bahan tulisan itu
dalam kerangka tulisan.
5) Menuliskan draf kasar tulisan.20
f. Asas-asas Mengarang yang Efektif
Asas adalah suatu dalil yang dinyatakan dengan istilah umum
tanpa menyarankan sesuatu cara tertentu yang dapat diterapkan pada
suatu kegiatan untuk menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan.
Ada 3 asas utama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah 3C,
yaitu:
1) Clarity (kejelasan)
Kejelasan merupakan ciri tunggal yang terpenting dari
penulisan yang baik, hal ini dapat membantu dalam penyampaian
pikiran dari penulis dan pembicara kepada pembaca dan
pendengar.
2) Conciseness (Keringkasan)
Keringkasan berarti bahwa sesuatu karangan tidak
menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang-
ulang butir ide yang dikemukakan dan tidak berputar-putar dalam
menyampaikan sesuatu gagasan dengan berbagai kalimat yang
berkepanjangan.
3) Corretness (Ketepatan)
Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu
penulisan harus dapat menyampaikan buitr-butir gagasan kepada
pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud
oleh penulisnya.21
g. Penulisan Karangan yang Jelas
Setiap karangan pada dasarnya adalah serangkaian ide
seseorang yang telah ditata dan dituangkan menjadi sebuah garis besar,
sehingga menjadi alinea-alinea yang dapat dibedakan menjadi 3
kelompok: (1) Alinea awal (merupakan pembukaan karangan).(2)
20Dalman, Keterampilan,.... hlm.86-8921The Liang Gie, Terampil,..... hlm.33-36
16
Alinea tengah (bisa lebih daripada satu alinea bilaman pokok-pokok
pikiran yang akan diuraikan cukup luas). (3)Alinea akhir (bagian
penutup karangan).
Suatu karangan yang jelas sekurang-kurangnya mempunyai 4
ciri yaitu:
1) Mudah, karangan yang jelas ialah yang mudah dimengerti oleh
pembaca.
2) Sederhana, karangan yang jelas tidak berlebih-lebihan dengan
kalimat-kalimat dan kata-kata.
3) Langsung, karangan yang jelas ialah yang tidak berbelit-belit
ketika menyampaikan pokok soalnya.
4) Tepat, karangan yang jelas ialah yang dapat melukiskan secara
betul ide-ide yang terdapat dalam pikiran penulis.22
Dalam menyusun kalimat, penulis harus memperhatikan hal-
hal berikut:
1) Kalimat-kalimat pendek.
2) Bahasa biasa yang mudah dipahami orang.
3) Bahasa sederhana dan jernih pengutarannya.
4) Bahasa tanpa kalimat majemuk.
5) Bahasa dengan kalimat aktif, bukan pasif.
6) Bahasa padat dan kuat.
7) Bahasa positif, bukan negatif.23
h. Penggolongan Karangan
Karangan berdasarkan bentuk dapt digolongkan menjadi:
1) Cerita (narasi)
Sebagaimana yang disampaikan Finosa dalam buku
Keterampilan Menulis karya Dalman bahwa Karangan narasi
adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk perbuatan
manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Contoh karangan
22Ibid., hlm.79-8423Dalman, Keterampilan,.....hlm.90
17
Narasi yakni Roman, Novel, Naskah Drama dan lain-lain.
Prinsip-prinsip dasar narasi yaitu:
a) Alur (plot), merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang
berusaha memecahkan konflik dalam narasi.
b) Penokohan, salah satu ciri khas narasi adalah menceritakan
tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan
kejadian.
c) Latar, ialah tempat dan waktu terjadinya perbuatan tokoh atau
peristiwa yang dialami tokoh.
d) Titik Pandang, ialah siapa yang menceritakan kisah atau
cerita.24
2) Lukisan (Deskripsi)
Menurut Finosa deskripsi adalah bentuk tulisan yang
bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca
dengan jalan melukiskan hakekat objek yang sebenarnya.
Karangan deskripsi dibagi menjadi dua macam yakni deskripsi
tempat (seperti : candi borobudur, menara Eiffel, pantai
Parangtritis dan sebagainya). Kedua deskripsi orang ( seperti:
Soekarno, Meriam Bellina dan sebagainya). 25
3) Paparan (Eksposisi)
Menurut Akadiah dalam buku Keterampilan Menulis
karya Dalman mengungkapkan bahwa karangan eksposisi adalah
suatu corak karangan yang menerangkan atau menginformasikan
sesuatu hal yang memperluas pandangan, wawasan atau
pengetahuan pembaca. Contoh karangan eksposisi seperti resep
pembuatan makanan, identitas suatu hal.26
4) Bincangan (Argumentasi)
Karangan argumentasi disebut karangan alasan.
Sebagaimana yang diungkapkan Kosasih dalam buku Dalman
bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan
24Ibid., hlm.105-10825Ibid., hlm. 93-9626Dalman, Keterampilan,.....hlm. 119
18
untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini
kebenaran itu. Contoh karangan Argumentasi adalah opini.27
5) Persuasi
Sebagaimana yang disampaikan oleh Finosa dalam buku
Dalman bahwa karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan
membuat pembaca percaya, yakin dan terbujuk akan hal-hal yang
dikomunikasikan yang berupa fakta pendapat atau gagasan
ataupun perasaan seseorang. Contoh paragraf persuasi tentang
ajakan untuk hidup sehat, pencegahan narkoba dan sebagainya. 28
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam teknik keterampilan bahasa dalam konteks menulis terdapat
bermacam pembahasan, antara lain :
a. Keterampilan dasar menulis yang terdiri dari menjipak, menyalin
kalimat, Memperluas kalimat dan Membuat kalimat.
b. menulis cerita berdasar gambar berseri, menulis berdasarkan foto,
menulis catatan harian dan meringkas tulisan.
c. Mengarang atau disebut menyampaikan gagasan dengan
menggunakan bahasa tulis.
Dengan adanya keterampilan menulis diatas, dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran menulis di tingkat sekolah dasar. Dimana
keterampilan menulis dapat ditumbuhkan melalui hal-hal kecil terlebih
dahulu.
2. Saran
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, hendaknya
lebih ditekankan untuk menumbuhkan minat menulis melalui hal-hal kecil
telebih dahulu. Seperti membiasakan untuk menulis catatan harian,
menulis cerita berdasar gambar dan mengarang.
27Ibid., hlm.13728Ibid., hlm.145
19
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Press.
Zaenal Arifin dan S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo
Femi Olivia. 2009. Teknik Meringkas: Pandai Memangkas Tumpukan Buku Pelajaran Selangkah demi Selangkah dengan Rumus 4P Supaya Belajar Jadi Ringan. Jakarta: Gramedia.
file.upi.edu/Direktori/Dual-modes/Membaca dan Menulis di SD/BBM7.pdf
Gorys Keraf. 1973. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Hasan Alwi dkk,. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Hernowo. 2006. Quantum writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan.
Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan untuk Sekolah Dasar Kelas 1,2,3 (Jakarta , 2009) , hlm 18.
M. Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim. 1997. Metodelogi pengajaran bahasa Indonesia : di sekolah dasar. Jakarta: PT. Rosda Jayaputra.
M. Ramlan Karyono. 1985. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Rick Wormeli. 2011. Meringkas Mata Pelajaran: 50 Teknik untuk Meningkatkan Pembelajaran Siswa. Jakarta: Erlangga.
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
top related