TEKNIK PEMBELAJARAN MENULIS Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia MI Dosen Pengampu: Suyadi, M.Pd.I Oleh : Ika Nur Harini (13480071) Annisa Aryani (13480072) Titi Pambudi (13480074) Yunita Ariyastuti (13480075) Nur Hady Wara Utami (13480077) Suryaningsih (13480079) Dewi Nur Oktaviyanti (13480089) Iswatun Khoiriah (13480090) Febriasti Dina S (13480091)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TEKNIK PEMBELAJARAN MENULISDi susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran
Bahasa Indonesia MIDosen Pengampu: Suyadi, M.Pd.I
Oleh :Ika Nur Harini (13480071)Annisa Aryani (13480072)Titi Pambudi (13480074)Yunita Ariyastuti (13480075)Nur Hady Wara Utami (13480077)Suryaningsih (13480079)Dewi Nur Oktaviyanti (13480089)Iswatun Khoiriah (13480090)Febriasti Dina S (13480091)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
2015
TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA MENULIS
A. PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, selain menyimak, berbicara,
dan membaca juga ada teknik pembelajaran menulis. Budaya menulis di
Indonesia saat ini sangatlah rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari terbitan
judul buku di Indonesia yang hanya sekitar 4.000 sampai 5.000 buku
pertahun. Angka tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan negara
tetangga, yaitu Malaysia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari
Indonesia. Malaysia pertahun dapat menerbitkan 6.000 sampai 7.000 buku.
Padahal jumlah penduduk Indonesia sekitar 10 kali lipat jumlah penduduk
Malaysia. Idealnya, setiap tahun Indonesia menerbitkan 10 kali lipat terbitan
Malaysia, yaitu 60.000 sampai 70.000 judul buku.
Rendahnya kemampuan menulis yang dimaksud adalah menulis
sesuatu yang bermutu, positif, dan bermanfaat. Untuk menghasilkan tulisan
yang bermutu diperlukan keterampilan menulis. Tentunya terampil tidak
datang dengan sendirinya. Untuk dapat terampil menulis dan menghasilkan
karya tulis yang bagus diperlukan latihan terus menerus. Bagaimanakah
menyusun tulisan dan karangan yang baik, bermutu dan sesuai dengan
kaidah?. Pertanyaan tersebut menjadi hal menarik yang akan dibahas di
makalah ini.
B. PEMBAHASAN
1. Keterampilan dasar menulis
a. Menjiplak
Menjiplak adalah menggambar atau menulis garis-garis
gambaran atau tulisan yang telah tersedia (dengan menempelkan
kertas kosong pada gambar atau tulisan yang akan ditiru) (KBBI,
2008:586). Kegiatan menjiplak gambar merupakan kegiatan awal dari
kegiatan menulis. Berikan gambar-gambar yang mudah ditiru dan
dalam ukuran yang lebih besar dari biasanya.1
1 Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
1
Setelah menjiplak gambar, siswa mulai diarahkan pada
menjiplak huruf. Siswa hanya mengikuti bentuk-bentuk huruf yang
telah tersedia. Sebelum memulai menjiplak, siswa diberi penjelasan
dari arah mana harus mulai. Hal ini penting untuk diketahui karena
akan menentukan kualitas tulisan. Perhatikan cara penulisan huruf di
bawah ini. Setiap huruf diberi tanda (dengan nomor) untuk
menunjukkan pada siswa di mana siswa mulai menulis dan
seterusnya.2
b. Menyalin Kalimat
Menyalin merupakan kegiatan menulis dengan cara meniru
tulisan yang terdapat dalam buku pelajaran atau tulisan guru di papan
tulis. Kegiatan ini biasanya dimulai dari ingkatan kata, kalimat sampai
pada wacana.
Untuk kegiatan menyalin dapat dilakukan dengan mencontoh
huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan
benar, menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas atau tegak
bersambung dan lain sebagainya.3
Pembelajaran menyalin di kelas dapat dilakukan dengan
alternatif berikut:
a. Menjiplak (menyalin tulisan di papan tulis ke dalam buku latihan
sesuai dengan bunyi bacan tersebut).
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan untuk Sekolah Dasar Kelas 1,2,3 (Jakarta , 2009) , hlm 18.
b. Menyalin dari tulisan cetak (lepas) ke tulisan sambung atau
sebaliknya
c. Menyalin dari huruf kacil menjadi huruf besar pada huruf pertama
kata awal kalimat.
d. Menyalin dengan cara melengkapi, yakni dengan cara (a)
melengkapi dengan tanda baca dan (b) melengkapi dengan kata.4
c. Memperluas Kalimat
1) Kalimat sederhana dan kalimat luas.
Telah dikemukakan bahwa kalimat berklausa ada yang
terdiri dari satu klausa, dan ada yang terdiri dari dua klausa atau
lebih. Kalimat yang terdiri dari satu klausa disebut dengan kalimat
sederhana, sedangkan kalimat yang terdiri dari dua klausa lebih
disebut kalimat luas.
Beberapa contoh kalimat sederhana, misalnya:
181. Pada kesempatan itu angkatan muda kita mengambil alih
kantor tersebut dari tangan Jepang.
182. Mulanya ia hanya akan menghindari kemarahan Dullah.
183. Kisah ini sungguh-sungguh terjadi.
184. Pengusaha itu berusia 61 tahun.
185. Dia mengeluarkan amplop dari saku bajunya.
Beberapa contoh kalimat luas, misalnya:
186. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku.
187. Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.
188. Sungguhpun beliau mendapat bantuan yang besar sekali dari
Belanda, namun beliau tetap juga tidak senang terhadap
VOC.
189. Rumah itu bagus, akan tetapi pekarangannya tidak terpelihara.
Kalimat-kalimat 181-185 merupakan kalimat sederhana
karena masing-masing terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat-
kalimat 186-189 merupakan kalimat luas karena terdiri dari dua
klausa. Kalimat 186 terdiri dari klausa (1) ia mengakui dan (2) ia
4Ibid., hlm 182
3
jatuh cinta kepadaku; kalimat 187 terdiri dari klausa (1) ia
mengunci sepedanya dan klausa (2) (ia) masuk ke sebuah yang
besar sekali di Belanda dan (2) beliau tetap juga tidak senang
dengan VOC; dan kalimat 189 terdiri dari klausa (1) rumah itu
bagus dan (2) pekarangannya tidak terpelihara.
Hubungan Gramatik antara Klausa yang Satu dengan
Klausa yang Lain dalam Kalimat Luas. Kita perhatikan kalimat
190 dan 191 di bawah ini:
190. Ia mengaku bahwa ia jatuh cinta kepadaku.
191. Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.
Kalimat 190 terdiri dari dua klausa yaitu (1) ia mengakui
dan (2) ia jatuh cinta kepadaku. Klausa kedua sebenarnya
merupakanbagian dari klausa ke 1, yaitu merupakan O klausa 1Hal
itu kelihatan jelas apabila klausa 2 disubtitusi dengan hal itu
hingga kalimat 190 itu menjadi:
192. Ia mengakui hal itu.
Kalimat 191 berbeda dengan kalimat 190. Dalam kalimat
191 masing-masing klausa berdiri sendiri; klausa yang satu tidak
merupakan bagian dari klausa yang lain. Contoh lain, misalnya kita
bandingkan kalimat 193 dengan kalimat 194 di bawah ini:
193. Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.
194. Ketika pergi ke Surabaya, ia bertemu dengan teman lamanya.
Kalimat 193 terdiri dari dua klausa, yaitu (1) rumah itu
bagus, dan (2) pekarangannya tidak terpelihara. Kedua klausa itu
masing-masing berdiri sendiri-sendiri, klausa yang satu tidak
merupakan bagian dari klausa lainnya. Kalimat 194 juga terdiri
dari dua klausa yaitu (1) ia pergi ke Surabaya, dan (2) ia bertemu
dengan teman lamanya. Klausa ke 1 sebenarnya merupakan bagian
klausa ke 2, yaitu merupakan KET klausa 2. Hal itu akan jelas
apabila klausa pertama disubstitusi dengan kemarin hingga kalimat
194 itu menjadi:
195. Kemarin ia bertemu dengan teman lamanya.
4
Berdasarkan uraian di atas, maka kalimat luas berdasarkan
hubungan gramatik antara klausa yang satu dengan klausa yang
lain yang menjadi unsurnya, dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
a) Kalimat luas yang setara
b) Kalimat luas yang tidak setara.
2) Kalimat luas yang setara
Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak
merupakan bagian dari klausa lainnya; masing-masing berdiri
sendiri sebagai klausa yang setara, yaitu sebagai klausa inti semua.
Klausa-klausa itu dihubungkan dengan penghubung yang di sini
disebut sebagai penghubung yang setara. Penghubung yang setara
itu ialah: dan, dan lagi, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau,
tetapi, tapi, akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan,
sebaliknya, bahkan, malah dan malahan. Penghubung lantas dan
tapi pada umumnya digunakan dalam bahasa Indonesia ragam
santai. Beberapa contoh, misalnya:
196. Badannya kurus, dan mukanya sangat pucat.
197. Orang itu miskin, lagi pula sangat malas.
198. Tiba-tiba bus berbelok ke kiri, kemudian menikung tajam ke
kanan.
199. Mereka sedang belajar, atau mungkin mereka sedang
mengobrol.
200. Pahlawan Diponegoro berulang-ulang kali menempuh jalan
damai, namun segala usaha damainya tidak juga berhasil.
Terdapat juga kalimat luas yang setara yang tidak
menggunakan kata penghubung. Antara klausa yang satu dengan
klausa yang lainnya pada umumnya dibatasi oleh adanya jeda
sedang. Misalnya:
204. Ia membuka lemarinya, mengambil sehelai baju baru.
205. Mereka duduk, memperhatikan orang yang lalu lalang di
muka rumahnya.
5
206. Orang itu sangat ramah, adiknya sangat pendiam.
3) Kalimat luas yang tidak setara.
Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu
merupakan bagian dari kluasa yang lainnya. Klausa yang
merupakan bagian dari klausa yang lainnya itu disebut klausa
bawahan, sedangkan klausa lainnya disebut klausa inti. Jadi
kalimat luas yang tidak tidak setara terdiri dari klausa inti dan
klausa bawahan, sedangkan kalimat luas yang setara terdiri dari
klausa inti semua.
Klausa bawahan terkadang merupakan O bagi klausa inti.
Misalnya kalimat:
207. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku.
Kalimat 207 itu terdiri dari dua klausa, yaitu klausa ia
mengakui sebagai klausa inti dan klausa ia jatuh cinta kepadaku
sebagai klausa bawahan. Kata bahwa dalam kalimat itu berfungsi
sebagai penghubung klausa. Dalam hubungan dengan klausa ini,
klausa bawahan itu menduduki fungsi O. Hal itu akan menjadi
jelas apabila klausa bawahan itu disubstitusi dengan hal itu
sehingga kalimat 207 di atas menjadi:
208. Ia mengakui hal itu.5
d. Membuat Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).6
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik lisan
maupun tertulis, harus mempunyai subjek (S) dan predikat (P). Kalau
5M. Ramlan Karyono, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis (Yogyakarta: CV. Karyono, 1985), Hlm. 49-54.
6Zaenal Arifin dan S. Amran, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo), hlm. 66.
6
tidak memiliki unsur subjek dan predikat pernyataan itu bukanlah
kalimat.7 Contoh:
Contoh kalimat di atas sudah lengkap dan jelas. Jadi, unsur
subjeknya adalah penanaman modal asing dan unsur predikatnya
berkembang. Kalimat itu tidak perlu dilengkapi lagi. Andaikata
dibelakang kata berkembang ditambah dengan kata maka unsur
tambahan itu bukan objek, melainkan keterangan. Misalnya:
Tabel contoh kalimat.
FungsiTipe
Subjek Predikat Objek Peleng-kap
Keterang-an
S-POrang itu sedang tidur - - -Saya mahasiswa - - -
S-P-OAyahnya membeli mobil
baru- -
Rani mendapat hadiah
S-P-Pel
Beliau menjadi - ketua koperasi
-
Pancasila merupakan - dasar negara kita
S-P-KetKami tinggal - - di JakartaKecelaka-an itu
terjadi - - minggu lalu
S-P-O-Pel
Dia mengirimi ibunya uang -Dian mengambilkan adiknya air minum -
S-P-O-Ket
Pak Raden memasukkan uang - ke bankBeliau memperlakukan kami - dengan
baik
Berikut ini, beberapa contoh keterangan yang sering digunakan
dalam kalimat.8
Jenis keterangan
Preposisi/ penghubung Contoh
Tempat DiKeDari(di) dalam
Di kamar, di kotaKe Medan, ke rumahnyaDari Manado, dari sawah(di) dalam rumah, dalam lemari
7Ibid.8Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), hlm. 331-332.
7
Pada Pada saya, pada permukaan
Waktu
-Pada Dalam Se-Sebelum Sesudah SelamaSepanjang
Sekarang, kemarinPada pukul 5, pada hari iniDalam minggu ini, dalam dua hari iniSetiba di rumah, setiba di kantorSebelum pukul 12, sebelum pergi Sesudah pukul 10, sesudah makanSelam dua minggu, selama bekerjaSepanjang tahun, sepanjang hari
AlatDengan Dengan (memakai) gunting,
dengan mobil
Tujuan
Agar/ supayaUntukBagiDemi
Agar/ supaya kamu pintarUntuk kemerdekaanBagi masa depanmuDemi kekasihnya
Cara
Dengan SecaraDengan caraDengan jalan
Dengan diam-diamSecara hati-hatiDengan cara damaiDengan jalan berunding
PenyertaDengan BersamaBeserta
Dengan adiknyaBersama orang tuanyaBeserta saudaranya
Perbandingan/ kemiripan
SepertiBagaikanLaksana
Seperti anginBagaikan seorang dewiLaksana bintang di langit
SebabKarena Sebab
Karena perempuan ituSebab kecerobohannya
Kesalingan- Saling (mencintai), satu sama
lain
Syarat
Jika(lau)KalauAsal(kan)(Apa)bilaBilamana
Jika Anda mau mendengarkannya, saya tentu senang sekali menceritakannya.
Zaenal Arifin dan S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo
Femi Olivia. 2009. Teknik Meringkas: Pandai Memangkas Tumpukan Buku Pelajaran Selangkah demi Selangkah dengan Rumus 4P Supaya Belajar Jadi Ringan. Jakarta: Gramedia.
file.upi.edu/Direktori/Dual-modes/Membaca dan Menulis di SD/BBM7.pdf
Gorys Keraf. 1973. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Hasan Alwi dkk,. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Hernowo. 2006. Quantum writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan.
Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan untuk Sekolah Dasar Kelas 1,2,3 (Jakarta , 2009) , hlm 18.
M. Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim. 1997. Metodelogi pengajaran bahasa Indonesia : di sekolah dasar. Jakarta: PT. Rosda Jayaputra.
M. Ramlan Karyono. 1985. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Rick Wormeli. 2011. Meringkas Mata Pelajaran: 50 Teknik untuk Meningkatkan Pembelajaran Siswa. Jakarta: Erlangga.
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.