Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru - Stain Salatiga
Post on 22-Nov-2015
527 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
i
SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH
DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU
(STUDI MULTI KASUS DI MTs NEGERI DAN SMP
ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA)
oleh
oleh
WAHID HASIM
NIM.M1.11.044
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH
DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU
(STUDI MULTI KASUS DI MTs NEGERI DAN SMP
ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA)
oleh
WAHID HASIM
NIM.M1.11.044
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Sekolah Tingggi Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 30 Agustus 2013
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
iii
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Nama : Wahid Hasim
NIM : M1.11.044
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian : 30 September 2013
Judul Tesis : Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus Di
MTs Negeri dan SMP Al-Azhar 18 Kota Salatiga)
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji : Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. -------------------
2. Sekretaris : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. --------------------
3. Penguji I : Dr. Imam Sutomo, M.Ag. --------------------
4. Penguji II : Pof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag --------------------
5. Penguji III : Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd --------------------
iv
PERNYATAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil
karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencamtumkan
tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh
orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.
Salatiga, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan
Materai 6000
Wahid Hasim
v
ABSTRAK
Wahid Hasim, 2013. Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru(Studi Multi Kasus Di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga). Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Kata kunci: supervisi pembelajaran, kepala sekolah, kompetensi guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan supervisi pembelajaran oleh
kepala sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dalam
meningkatkan kompetensi guru. Fokus pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah/madrasah, (2) Bagaimana pelaksanaan
supervisi oleh kepala sekolah ditinjau dari teori-teori supervisi,(3) Bagaimana
dampak supervisi dalam pengembangan profesional guru,(4) Bagaimana perbedaan
pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs N dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan
analisa model interaktif. Rancangan yang digunakan adalah studi multi kasus dengan
seting penelitian dilakukan pada dua sekolah/madrasah di Salatiga yaitu MTs Negeri
dan SMP Islam Al-Azhar 18 dengan informan kunci yaitu kepala sekolah/madrasah,
kemudian informan lain adalah wakil kepala sekolah/madrasah, beberapa guru,
kepala staf tata usaha. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi dan
observasi.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan penelitian pada sekolah dan
madrasah sebagai berikut (1) pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan
oleh kepala sekolah/madrasah ditandai dengan melalui membuat perencanaan jadwal
supervisi, pelaksanaannya menggunakan model, pendekatan dan teknik supervisi,
observasi kelas dilakukan dengan menggunakan instrumen, dan menindaklanjuti
supervisi. (2) Pelaksanaan supervisi ditinjau dari teori supervisi di kedua
sekolah/madrasah tersebut hanya sebagian yang dilaksanakan (3) Dampak supervisi
dapat meningkatan kompetensi profesional ditandai dengan meningkatnya guru
dalam membuat silabus dan RPP secara mandiri. (4) Perbedaan pelaksanaan supervisi
di MTs Negeri belum melibatkan wakil kepala madrasah dan guru senior, sedangkan
di SMP Islam Al-Azhar telah melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior, dan
dampaknya dapat meningkatkan kompetensi profesional guru.
vi
ABSTRACT
Wahid Hasim, 2013. Supervision Learning Principals in Increasing
Teacher Competency (Multi Case Study in MTs and SMP Islam Al-Azhar 18
Salatiga). Thesis, Islamic Religious Education Program, Graduate School of
Islamic Studies Salatiga.
Keywords: instructional supervision, school principal, teacher competence.
This study aimed to describe the instructional supervision by the principal at
MTs and SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga in improving teacher competence. The
focus in this study are: (1) How does the implementation of supervision by the head
of school/madrasah, (2) How does the implementation of the supervision by the
principal theories in terms of supervision, (3) What is the impact of supervision in the
professional development of teachers, (4) What is the difference implementation and
impact of supervision on MTs N and SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.
This is a qualitative study with a phenomenological approach to the analysis
of interactive models. The design used was a multi-case study research conducted by
the settings on the two schools/madrasah in Salatiga ie MTs and SMP Islam Al-Azhar
18 key informant is a school/madrasah, then another informant was vice
principal/madrasah, some teachers, head of the administrative staff. Data was
collected through interviews, documentation and observation.
Based on the analysis of data obtained by the research findings on schools and
madrasas as follows (1) the implementation of instructional supervision is carried out
by the principal/madrasah marked with supervision schedule through planning,
implementation using models, approaches and techniques of supervision, classroom
observations conducted using instruments, and follow-up supervision. (2) The
implementation of supervision in terms of the theory of supervision in both school/
madrasah only partially implemented (3) Impact of supervision can improve
professional competence shown by the teacher in making syllabi and lesson plans
independently. (4) Differences in the implementation of supervised MTs not involve
vice principal and senior teachers, while at SMP Islam Al-Azhar has involved deputy
principals and senior teachers, and its effects can enhance the professional
competence of teachers.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis yang
berjudul Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan
Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18
Kota Salatiga).
Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusannya sebagai
insan manusia berkualitas banyak ditentukan oleh kemampuan para pengelolanya.
Dalam hal ini, kepala sekolah/madrasah dituntut untuk memiliki kompetensi
profesional dan personal yang sedemikian rupa untuk menunjang kegiatan proses
pembelajaran .
Melalui peranannya kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor membantu
para guru melancarkan kegiatan belajar mengajar di kelas. Keberhasilan supervisi
pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor terhadap
guru-guru akan banyak membantu keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah/madrasah tersebut. Sehubungan dengan itu penelitian ini ingin
mengungkapkan pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala sekolah/madrasah dalam
meningkatkan kompetensi guru di MTs Negeri dan di SMP Islam Al-Azhar 18
Salatiga.
viii
Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis mendapat bantuan dan dorongan yang
sangat konstruktif dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, secara tulus dari lubuk
hati yang terdalam penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga.
Bapak Prof. Dr. Budihardjo dan bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd yang
dengan tekun dan ketulusan hati membimbing penyelesaian tesis ini. Kedua beliau
telah menambah pandangan, pendapat dan meningkatkan wawasan penulis dalam
mengkaji kegiatan permasalahan supervisi pembelajaran.
Bapak Dr. Saadi M.Ag, selaku direktur Program Pasca Sarjana STAIN Kota
Salatiga, yang telah memberi kemudahan, menyelesaikan kesulitan dalam
penyelesaian penulisan tesis ini.
Demikian juga kepada semua dosen yang telah memberikan kemudahan
selama penulis mengikuti kuliah pada program Pasca sarjana. Isteriku tercinta Esti
Yunaeni yang telah memberikan dorongan semangat dan percaya diri kepada
penulis. Kepada anak-anakku Annida Khaerunnisa dan Anwar Rasyid yang
waktunya tersita selama penulis mengikuti pendidikan di Pasca Sarjana merupakan
dorongan batin yang luar biasa bagi penulis dalam penyelesaian studi ini.
Ibu Dra Zayinatun, M.Pd selaku kepala madrasah MTs Negeri Salatiga dan
kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga sebagai tempat penelitian, dan pihak-pihak
lain yang ikut membantu terlaksananya penelitian ini, penulis sampaikan
penghargaan yang tinggi.
ix
Ssemoga karya ilmiah yang penulis persembahkan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi semua pihak.
Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Salatiga, 30 Agustus 2013
Wahid Hasim
x
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL . i HALAMAN PERSETUJUAN .......... ii HALAMAN PERSETUJUAN TESIS .. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .... iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR . vii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah . 11 C. Signifikansi Penelitian .. 12
1. Tujuan Penelitian 12 2. Kegunaan Penelitian ... 12
D. Sistematika Penelitian .. 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16 A. Kajian Teori 16
1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pembelajaran ... 16 2. Tujuan Supervisi Pembelajaran ... 20 3. Fungsi Supervisi Pembelajaran ... 22 4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pembelajaran ... 24
B. Perencanaan Program Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah ... 26 1. Yang Harus Diperhatikan Dalam Menyusun Perencanaan Supervisi .... 26 2. Faktor-Faktor Yang Diperlukan Dalam Perencanaan Supervisi ... 28
C. Model Supervisi, Pendekatan Supervisi, Metode dan Teknik Supervisi . 30 1. Model Supervisi Pembelajaran . 30 2. Pendekatan Supervisi Pembelajaran . 36 3. Teknik Supervisi Pembelajaran ... 42
D. Tindak Lanjut Supervisi Pembelajaran .. 48 E. Tinjauan Kompetensi Guru .. 49
1. Pengertian Kompetensi Guru ... 49 2. Ruang Lingkup Kompetensi Guru ... 51
F. Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi guru .....54
xi
G. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu .... 59
BAB. III METODOLOGI PENELTIAN .. 63 1. Jenis Penelitian 63 2. Pendekatan Penelitian . 63 3. Sumber Data 65 4. Teknik Pengumpulan Data . 66 5. Validitas Data 68 6. Analisa Data 69 7. Keabsahan Data .. 74
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 79 A. Profil MTs Negeri Salatiga . 79
1. Sejarah berdirinya MTs Negeri Salatiga 79 2. Lokasi . 80 3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Salatiga 81 4. Keadaan Madrasah .. 82
B. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 87 1. Sejarah berdirinya SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga . 87 2. Lokasi . 89 3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 90 4. Keadaan Sekolah 95
C. Temuan Penelitian Supervisi Pembelajaran Kepala MTs Negeri Salatiga Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru .. 102 1. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala MTs
Negeri Salatiga 102 2. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala MTs
Negeri Salatiga Ditinjau Dari Segi Teori-Teori Supervisi 110 3. Dampak Supervisi terhadap Pengembangan Profesional Guru .. 113
D. Temuan Penelitian Supervisi Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Dalam meningkatkan Kompetensi Guru .. 117 1. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala SMP
Islam Al-Azhar 18 Salatiga 117 2. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala SMP
Islam Al-Azhar 18 Salatiga Ditinjau Dari Teori-Teori Supervisi 121 3. Dampak Supervisi Pembelajaran terhadap Pengembangan Profesional
Guru .. 124 4. Perbedaan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran dan Dampak Supervisi
Pembelajaran Di MTs Negeri Salatiga dan Di SMP Islam Al-Azhar 18
Salatiga .. 128 E. Pembahasan Lintas Kasus Supervisi Pembelajaran Kepala MTs Negeri
Salatiga dan Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru 132
xii
BAB V. PENUTUP 138 A. Kesimpulan . 138 B. Saran 140
DAFTAR PUSTAKA . 142 LAMPIRAN 144 BIOGRAFI PENULIS . 166
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1. Pengkodean .. 70 Tabel 4.1. Data Tenaga Pendidik MTs N Salatiga.... 84 Tabel 4.2. Data Tenaga Kependidikan MTs N Salatiga ... 84 Tabel 4.3. Data Peserta Didik MTs N Salatiga .. 85 Tabel 4.4. Data Prestasi Bidang Akademik ... 85 Tabel 4.5. Data Prestasi Bidang Non Akademik . 86 Tabel 4.6. Data Tenaga Pendidik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ... 98 Tabel 4.7. Data Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga .. 98 Tabel 4.8. Data Peserta Didik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga . 99 Tabel 4.9. Data Prestasi Bidang Akademik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga .. 100
Tabel 4.10. Data Prestasi Bidang Non Akademik SMP Islam Al-Azhar 18 101 Tabel 4.11. Perbedaan Supervisi di MTs N dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.131
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Tujuan Supervisi Akademik (Pembelajaran) ...57 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model) .... 69 3.2. Langkah-langkah Analisis data kasus Individu .. 72 3.3. Langkah-langkah Analisis Data Lintas Kasus .... 73
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Intrumen Pedoman Wawancara ....144 2. Pedoman Observasi dan Dokumentasi . 147 3. Jadwal Kunjungan Supervisi Kelas ...... 148 4. Instrumen Pengamatan Pembelajaran .. 149 5. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran .. 152 6. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Kepala MTs N 156 7. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Guru Aqidah ... 156 8. Dokumentasi Pelaksanaan Observasi Kepala MTs N di Kelas .. 157 9. Dokumentasi Tindak lanjut Supervisi Kepala MTs N . 157 10. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Kepala SMP Islam Al-zhar 18
Salatiga . 158 11. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Kepala Plt SMP Islam
Al-Azhar 18 Salatiga 158 12. Dokumentsi Wawancara Peneliti dengan Guru PAI SMP Islam Al-Azhar 18
Salatiga . 159 13. Dokumentsi Wawancara Peneliti dengan Guru Matematika SMP Islam
Al-Azhar 18 Salatiga .. 159 14. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan guru di SMP Islam Al-Azhar... 160 15. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan guru di MTs N . 160 16. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Wakil Kepala MTs N....161 17. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan TU MTs N ... 161 18. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan TU SMP Islam Al-Azhar
Salatiga .... 162 19. Dokumen Pengamatan Penelti pada Guru PAI di SMP Islam Al-Azhar 18
Salatiga .... 162 20. Dokumen Pengamatan Guru Bahasa Arab dalam Pembelajaran di MTs N
Salatiga ... 163 21. Dokumen Oservasi Peneliti dalam Pembelajaran Guru Bahasa Inggris ... 163 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di MTs N Salatiga.. 164 23. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga . 165 24. Biografi Penulis .... 166
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sistem pendidikan menurut
Peter F. Oliva terdiri dari 4 sistem: administrative behavior system (sistem
penyelenggara sekolah), teacher behavior system (sistem guru),
supervisory behavior system (sistem pengawasan), dan counselor behavier
system (penasehat). Dan semua sistem itu berhubungan satu sama lainya.1
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di sekolah/madrasah peran yang sangat menonjol dilakukan oleh
kepala sekolah/madrasah adalah peran supervisi pembelajaran memegang
peranan penting, karena berhasil tidaknya program pengajaran di
sekolah/madrasah banyak ditentukan oleh kepala sekolah/madrasah
sebagai pemimpinnya. Kepala sekolah/madrasah mengatur kebijaksanaan
dan pelaksanaan program pendidikan secara keseluruhan.
1 Oliva, Peter F., Supervision for Todays Schools (secon edition), New York & London:
Longman, 1984, 30.
2
Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor mempunyai
kemampuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar sedemikian rupa
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Tanggungjawab pembinaan
guru atau supervisi banyak berada ditangan kepala sekolah/madrasah
disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa kepala sekolahlah/madrasahlah
yang setiap hari bergaul dan bekerja sama dengan guru-guru. Kepala
sekolah/madrasah bertanggungjawab penuh terhadap kelancaran
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah/madrasah.
Menurut Azis Wahab, bahwa dalam perannya sebagai supervisor
kepala sekolah diharapkan dapat membantu rekan-rekan guru secara
profesional untuk mengatasi berbagai persoalan belajar mengajar2
Kepala sekolah/madrasah sebagai orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap keberhasilan Proses Belajar Mengajar, dapat
membaca dan mengatasi permasalahan yang dihadapinya, sehingga guru
terlepas dari kemelut yang dapat mempengaruhi kelancaran tugasnya.
Lebih lanjut Azis Wahab mengemukakan bahwa kemampuan membantu
rekan guru mengatasi persoalan mengajar yang dihadapi di kelas dengan
human resource supervison akan dapat membantu memelihara
kewibawaan kepala sekolah.3
2 Azis Wahab, Mencari Arah Baru Dalam Pengelolaan Sekolah, Mimbar Pendidikan,
No.3, 1996, 35. 3 Azis Wahab, Mencari Arah Baru Dalam Pengelolaan Sekolah,, Mimbar Pendidikan,
No.3, 1996, 35.
3
Kepala sekolah/madrasah selaku supervisor pembelajaran dalam
usahanya memberikan bantuan atau pelayanan profesional kepada guru
selalu menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap aspek-aspek
yang dapat mengganggu tugas guru dalam proses belajar mengajar. Dalam
hal ini, kepala sekolah/madrasah senantiasa mempelajari secara obyektif
dan terus menerus masalah-masalah yang dihadapi guru dalam
pelaksanaan tugasnya.
Dengan demikian kepala sekolah/madrasah yang efektif adalah
kepala sekolah/madrasah yang memahami permasalahan yang dihadapi
guru, selanjutnya memberikan bantuan dan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan dan masalah yang dihadapi itu, baik secara individu maupun
kelompok. Kemudian memberi kesempatan kepada guru-guru untuk
mengembangkan kreativitas dan mendorong guru ke arah ide-ide yang
baik bagi perbaikan tugasnya.
Sebagai supervisor, kepala sekolah/madrasah berkewajiban
menjaga agar tiap-tiap bawahan tetap melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diemban, bekerja melaksanakan tugas
semata-mata datang dari bawahan itu sendiri. Kepala sekolah/madrasah
bertindak sebagai konsultan yang dinamis, mampu menyiapkan dan
mendorong bawahannya (guru-guru) dalam meningkatkan kemampuan
melaksanakan tugas dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang
terjadi.
4
Kedudukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor dan
pemimpin pendidikan tidak diganti oleh pengawas atau pejabat lain yang
bertugas khusus di bidang supervisi yang ditetapkan untuk tugas itu.
Pengawas atau pejabat lain bisa memberikan pelayanan melalui bantuan
tak langsung, sedangkan kepala sekolah/madrasah memberikan bantuan
kepada guru secara langsung melalui kunjungan kelas, wawancara
(pembicaraan individual), pemberian saran tentang cara-cara memajukan
proses balajar mengajar, membantu merencanakan satuan pelajaran.
Wahju Sumidjo menyatakan bahwa apabila seorang kepala sekolah
ingin berhasil menggerakkan para guru, maka :
1. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan memaksa atau bertindak keras terhadap guru.
2. Harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap guru
dengan: menyakinkan (persuade) dan membujuk (induce) bahwa apa
yang dilakukan adalah benar.4
Keinginan guru untuk tumbuh dan berkembang dalam kompetensi
profesionalnya menuntut perhatian dari kepala sekolah/madrasah untuk
dapat menjaring dan memenuhi kebutuhan tersebut. Kepala
sekolah/madrasah dituntut membantu menciptakan iklim yang kondusif
bagi pertumbuhan profesional guru sehingga guru terbebas dari rasa takut,
ancaman atau paksaan. Untuk itu kepala sekolah/madrasah dapat
4 Wahju Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1999,
105.
5
menggunakan pola pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik guru.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka peranan kepala
sekolah sebagai supervisor dan pemimpin pendidikan akan efektif apabila
(1) melakukan program intruksional pengajaran secara efektif, (2) melalui
kepemimpinan yang dinamis, (3) mengacu proses pembelajaran guru, (4)
membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan
profesional guru, (5) menggunakan pola pendekatan yang sesuai
kebutuhan dan karakteristik guru, (6) dan memberikan bantuan kepada
guru secara langsung melalui kunjungan kelas, pembicaraan/bimbingan
individual pemberian petunjuk tentang cara memajukan proses belajar
mengajar.
Faktor kemampuan atau kompetensi kepala sekolah/madrasah
dalam supervisi sangat menentukan terlaksananya kegiatan supervisi di
sekolahnya masing-masing. Kompetensi itu meliputi pengetahuan tentang
supervisi, kemampuan dalam hubungan antar pribadi dan keterampilan
teknis dalam supervisi. Ketiga hal tersebut merupakan faktor kemampuan
yang mutlak dimiliki oleh setiap kepala sekolah/madrasah sebagai
supervisor pembelajaran.
Timbul pertanyaan, apakah kepala sekolah/madrasah cukup
mampu, atau cukup kompeten dalam menjalankan fungsinya sebagai
supervisor pembelajaran. Dalam buku The Principalship : Concepts,
6
Competencies, and Ceses, James A. Lipham menyebutkan bahwa :
Principals cannot be leaders in staff improvement because they are not
technically competent in all teaching fields. In this regard, however,
principals should be able to mobilize and capitalize on the services of
subject supervisors and coordinators from inside and outside the school
district5
Berdasarkan kutipan di atas, secara teknis kepala sekolah/madrasah
sebagai supervisor sangat terbatas kemampuannya di bidang studi yang
diajarkan guru di kelas. Oleh karena itu kepala sekolah/madrasah
semestinya menggunakan pendekatan supervisi yang sedemikian rupa
sehingga dapat mendorong guru untuk mengembangkan diri secara
mandiri. Para kepala sekolah/madrasah dapat memobilisasi dan
menggunakan tugas-tugas dari para supervisor dan koordinator dari dalam
dan luar lingkungan sekolah/madrasah. Selanjutnya Glickman menyebut
pelaksanaan supervisi yang bersifat mengembangkan (Developmental
Supervision), yaitu : The scope for understanding instructional
supervision is therefore reduce to the theory and findings about human
learning. The goals of instructional supervision is to help teachers learn
5 James A. Lipham, The Principalship Concepts, Competencies, and Cases, New York:
Longmars, 1985, 177.
7
how to increase their own capacity to achieve professed learning goals for
their students6
Pendapat Glickman di atas menyatakan bahwa ruang lingkup
pemahaman supervisi pengajaran berorientasi kepada teori dan temuan
lapangan tentang pembelajaran. Tujuan supervisi pengajaran adalah untuk
menolong para guru belajar, sebagai upaya meningkatkan kapasitas
mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran yang nyata bagi para
siswanya.
Sally J. Zepeda menyebutkan Instructional supervision aims to
promote grouwth, development, interaction, fault-free problem solving,
and a commitment to build capacity in teachers7. Supervisi pembelajaran
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, pengembangan, interaksi,
pemecahan masalah dan komitmen untuk membangun kekurangan
kapasitas guru-guru.
Supervisi terhadap guru bidang studi, merupakan supervisi yang
sedemikian rupa dapat mengembangkan para guru baik profesi maupun
pribadinya. Dalam aspek profesi, memerlukan kemampuan supervisor
untuk mengembangkan kualitas profesional para guru, khususnya yang
berkaitan dengan penguasaan materi bidang studi, metode mengajar,
6 Carl D. Glickman, Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers,
Improve Instruction, ASCD (Association for Supervision and Curriculum Developmen), Alexandria,
Virginia, 1981, 3. 7 Sally J. Zepeda. Instructional Supervision Applying Tools and Concepts, Eye On Education,
Library of Conggres Cataloging-in-Publication Data, 2003, 19.
8
ketrampilan melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam aspek pribadi,
supervisor diharapkan mampu mengembangkan aspek-aspek kepribadian
guru seperti moral, kreativitas, dan sebagainya.
Berdasarkan realita secara umum pelaksanaan supervisi
pembelajaran oleh kepala sekolah/madrasah cukup baik dan sepenuhnya
tidak mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh kepala
sekolah/madrasah, karena kepala sekolah/madrasah tidak menguasai
seluruh bidang studi yang ada di sekolahnya/madrasahnya. Oleh karena itu
kepala sekolah/madrasah mutlak mengembangkan strategi supervisi yang
sebaik-baiknya, dalam bentuk supervisi langsung maupun tidak langsung.
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif.8 Supervisi juga dimaknai sebagai usaha
memberi layanan kepada guru-guru baik secara kelompok maupun
individual dalam memperbaiki pengajaran.9 Dengan demikian, pada
hakikatnya supervisi adalah kegiatan pembinaan terhadap para guru dan
tenaga kependidikan melalui teknik-teknik tertentu dengan tujuan untuk
menciptakan efektivitas kinerja mereka dalam menjalankan tugasnya.
8 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2004,
76.
9 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 19.
9
Peningkatan kinerja guru melalui supervisi dan monitoring
pengawas bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat
aspek-aspek administratif kepegawaian tetapi harus lebih kepada
peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai
seorang guru.10
Supervisi terhadap guru dimaksudkan untuk melakukan
pembinaan dan pengembangan terhadap guru sebagai salah satu
komponen sekolah/madrasah.11
Hasil penelitian Liphan sebagai mana
yang dikutip oleh Syaiful Sagala berkaitan dengan kinerja kepala sekolah
menyatakan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala yang
memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan kualitas pengajaran.
Komitmen yang kuat menggambarkan adanya kemauan dan kemampuan
melakukan monitoring pada semua aktivitas personel sekolah. Misalnya
dalam pengajaran dilakukan dengan cara memonitor waktu-waktu dan
proses pengajaran di kelas.12
E. Mulyasa mengemukakan bahwa guru memegang peranan utama
dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara
formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta
10
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, 13.
11 Abdul Choliq MT, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2011, 1.
12 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2010, 134.
10
didik terutama kaitannya dengan proses belajar mengajar.13
Apalagi
pekerjaan dan dan tanggung jawab guru makin hari bukan makin ringan.
Sejalan dengan meningkatnya pengakuan dan penghargaan masyarakat
dan pemerintah terhadap profesi guru, maka ekspektasi mereka pun makin
tinggi. Guru diharapkan bekerja sungguh-sunguh dan profesional.14
Maka
salah satu untuk meningkatkan kompetensi guru profesional di
madrasah/sekolah, guru sangat memerlukan bantuan dan bimbingan dari
kepala sekolah/madrasah salah satu diataranya adalah dalam bentuk
kegiatan supervisi pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, supervisi pembelajaran bukan semata-mata
mengawasi para guru atau tenaga kependidikan menjalankan tugas dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan, tetapi
juga berusaha bersama guru-guru mencari solusi bagaimana cara
memperbaiki proses pembelajaran. Ini berarti bahwa dalam kegiatan
supervisi pengajaran, guru-guru tidak dianggap sebagai subyek pasif,
melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide,
pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan
dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan,
terutama perbaikan proses pembelajaran di sekolah/madrasah.
13 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008, 5. 14 Jurnal Attarbiyah Kajian Agama, Budaya, Kependidikan No 1 Tahun XXI, Januari-Juni
2011, Rahmat Hariyadi, Tuntutan Pofesionalisme Guru di Era Globalisasi,STAIN Salatiga, 2011,
46.
11
Berdasarkan pengamatan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga
dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga bahwa kinerja guru cukup baik,
salah satunya disebabkan oleh supervisi kepala madrasah/sekolah telah
melaksanakan supervisi pembelajaran.
Atas dasar ini peneliti ingin mengungkap kelebihan dan
keberhasilan Kepala Sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18
Kota Salatiga tentang Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan
SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di MTs
Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga?
2. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah ditinjau dari
teori-teori supervisi?
3. Bagaimanakah dampak supervisi terhadap pengembangan
profesionalisme guru?
4. Bagaimanakah perbedaan pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs
dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?
12
C. Signifikansi Peneltian
1. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan supervisi oleh kepala
sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota
Salatiga.
b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah
ditinjau dari teori-teori supervisi.
c. Untuk mendeskripsikan dampak supervisi terhadap pengembangan
profesionalisme guru.
d. Untuk mendeskripsikan perbedaan pelaksanaan dan dampak
supervisi di MTs dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis.
1) Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan tentang
supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah dalam
meningkatan komptensi guru Madrasah Tsanawiyah Negeri
Salatiga dan SMP Islam AL-Azhar 18 Salatiga.
2) Memberi rangsangan untuk melakukan penelitian lebih
mendalam tentang supervisi pembelajaran kepala
madrasah/sekolah dalam meningkatan kompetensi guru di
13
Madrasah Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18
Kota Salatiga.
b. Kegunaan Praktis
1) Hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu rujukan
pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah
dalam meningkatkan kompetensi guru di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18
Kota Salatiga
2) Menambah wawasan penulis terutama yang berhubungan
dengan supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah
dalam meningkatan kompetensi guru Madrasah Tsanawiyah
Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota
Salatiga.
D. Sistematika Penelitian
Penulisan Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab Pertama:
Pendahuluan, yang meliputi: Latar belakang masalah; Rumusan masalah;
Signifikansi Penelitian yang meliputi: Tujuan Penelitian dan Manfaat
Penelitian; Sisitematika Penelitian.
Bab Kedua: Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi tujuh sub bab. Sub
bab pertama tentang Kajian Teori yang meliputi: Peran Kepala Sekolah
14
sebagai Supervisor Pembelajaran; Tujuan Supervisi Pembelajaran; Fungsi
Supervisi Pembelajaran; Prinsip supervisi Pembelajaran. Sub bab kedua
tentang Perencanaan Progam Supervisi Pembelajaran yang meliputi:
Yang harus diperhatikan dalam menyusun perencanaan supervisi; Faktor
faktor yang diperlukan dalam perencanaan supervisi. Sub bab ke tiga
Model Supervisi, Pendekatan Supervsi, Metode dan Teknik Supervisi
Pebelajaran, yang meliputi: Model Supervisi Pembelajaran; Pendekatan
Supervisi Pembelajaran meliputi: Pendekatan Supervisi Direktif,
Pendekatan Supervisi Kolaboratif, Pendekatan Supervisi Non Direktif;
Teknik Supervisi Pembelajaaran. Sub Bab ke empat Tindak lanjut
supervisi pembelajaran terhadap guru dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru. Sub bab ke lima Tinjauan Tentang Kompetensi Guru
yang membahas tentang: Pengertian Kompetensi; Ruang lingkup
kompetensi Guru. Sub Bab ke enam Supervisi Pembelajaran Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. Sub Bab ke tujuh Studi
Terdahulu yang Relevan.
Bab Ketiga: Metodologi Penelitian. Terdiri dari: Jenis Penelitian,
Pendekatan Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Validasi
Data, Analisa Data, Keabsahan Data. Gambaran Umum MTs Negeri
Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga yang meliputi: Profil
data MTs Negeri dan Profil data SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga.
15
Sub Bab berikutnya yang membahas pelaksanaan Supervisi Pembelajaran
Kepala Madrasah/ Sekolah di MTs Negeri dan di SMP Islam Al-Azhar 18
Kota Salatiga.
Bab Keempat: Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi
lima sub bab antara lain; Sub bab pertama Profil MTs Negeri Salatiga
yang melipuiti: Sejarah Berdirinya MTs Negeri Salatiga, Lokasi, Visi dan
Misi MTs Negeri Salatiga, Keadaan Madrasah. Sub bab ke dua: Profil
SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga yang dibahas Sekolah, Lokasi, Visi dan
Misi SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga, Keadaan Sekolah. Sub bab ke tiga
Pembahasan Temuan Penelitian Supervisi Pembelajaran kepala MTs
Negeri Salatiga. Sub bab ke empat Pembahasan Temuan Penelitian
supervisi pembelajaran kepala SMP Isla Al-Azhar 18 Salatiga. Sub Bab ke
lima Pembahasan Lintas Kasus
Bab Kelima: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
Akhirnya tulisan ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan beberapa
lampiran yang mendukung terhadap validitas data serta biografi peneliti.
16
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori.
1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pembelajaran
Kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran mempunyai peran
yang sangat strategis untuk meningkatkan kompetensi profesional guru
sebagai salah satu tugas kepemimpinannya yaitu sebagai supervisor dalam
memajukan pendidikan melalui pembelajaran. Bimbingan profesional
yang dilakukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor terhadap guru
adalah sebagai usaha yang memberikan kesempatan bagi guru untuk
berkembang secara profesional sehingga mereka lebih maju lagi dalam
melaksanakan tugas pokoknya. Para guru tersebut menjadi mampu dan
mau memperbaiki dan meningkatkan kemampuan belajar peserta
didiknya. Mengingat pentingnya bimbingan profesional ini bagi guru,
maka kepala sekolah/madrasah harus meningkatkan dan menyegarkan
pengetahuannya beberepa tingkat lebih baik dibanding guru, karena jika
kemampuan kepala sekolah itu sama atau bahkan dibawah guru
kualitasnya, maka tugas bimbingan dan pemberian bantuan bagi guru
tidak berarti. Maka kepala sekolah dituntut sebagai supervisor dalam
melakukan supervisi harus mengetahui secara jelas apa saja yang harus
disupervisi dan bagaimana teknik yang digunakan.
17
Secara bahasa, kata Supervisi merupakan kata serapan dari bahasa
Inggris supervision yang terdiri atas dua kata yaitu super dan vision. Super
berarti atas, atau lebih, sedangkan vision berarti melihat, memandang atau
meninjau. Oleh karena itu, secara etimologi kata supervisi (supervision)
berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas
yang dilakukan pihak atasan (orang yang memiliki struktur jabatan lebih
tinggi) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan.1
Menurut konsep kuno supervisi dilaksanakan dalam bentuk
inspeksi atau mencari kesalahan guru dalam melaksanakan tugas
mengajar. Sedangkan dalam pandangan modern supervisi adalah usaha
untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai
bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk
membentu peserta didik agar lebih baik dalam belajar.2
Menurut Piet A Sahertian Supervisi adalah suatu usaha
menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu
pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara
kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran.3
1 Hadari Nawawi. Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, 103.
2 Syaiful Sagala. Supervisi Pembelajaran dalam Provesi Pendidikan, Alfabeta Bandung:
2010, 88-89. 3 Piet A Sahertian. Konsep dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, 17.
18
Menurut Ibrahim Bafadal, supervisi pengajaran adalah
Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses belajar mengajar demi mencapai tujuan pengajaran.4
Selanjutnya Alfonso dan kawan-kawan mengemukakan:
Instructional supervision is herein defined as : Behavior officially
designated by the organization that directly affects teacher behavior in
such a way as to facilitate pupil learning and achieve the goals of the
organization5 Ungkapan ini mengandung makna bahwa : supervisi
pembelajaran adalah perbuatan yang secara langsung mempengaruhi
prilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses
belajar mengajar, dan melalui pengaruhnya tersebut bertujuan untuk
mempertinggi kualitas belajar murid demi pencapaian tujuan organisasi
(sekolah) yang tinggi pula.
Disamping itu Oteng Sutrisna mengutip pendapat Kimball Wiles
menjelaskan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi
mengajar-belajar yang lebih baik dan suatu kegiatan pelayanan yang
disediakan untuk membantu para guru menjalankan pekerjaan mereka
4 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional
Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 2. 5 Allan A Glatthorn. Supervisory Leadership Introduction To Instructional Supervision,
Printed in The United States of America: Harper Collins Plublisers, 1990, 84.
19
dengan lebih baik.6 Itu sebagai salah satu peran kepala sekolah/madrasah
untuk memberikan petunjuk dan pengarahan kepada guru-guru,
sebagaimana firman Allah surat As-Sajdah/32: 24.
Artinya: Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah
Kami selama mereka sabar (As-Sajdah: 24)7
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian supervisi seperti
disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan
pelayanan atau bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan dan
pelayanan profesional dimaksud adalah segala bentuk usaha yang sifatnya
memberikan bantuan, dorongan dan kesempatan kepada guru-guru untuk
meningkatkan kompetensi profesinya agar mereka dapat melaksanakan
tugas mengajarnya dengan lebih baik, yaitu memperbaiki proses belajar
mengajar dan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Kualitas
hasil belajar peserta didik ini erat kaitannya dengan kemampuan dan
ketrampilan mengajar guru yang bersangkutan.
Dengan demikian kegiatan supervisi pembelajaran diarahkan untuk
meningkatkan kompetensi (kemampuan) dan keterampilan mengajar guru.
Hal ini sesuai dengan rumusan supervisi pengajaran yang dikemukakan
6 Oteng Sutrisna. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesinal,
Bandung: Angkasa, 1989, 264. 7 Kementerian Agama RI. Al Quran dan Terjemahannya, Jakarta: PT Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012, 589.
20
oleh Alfonso, bahwa dengan meningkatnya kemampuan guru akan
mempertinggi kualitas belajar peserta didik sehingga tujuan sekolah/
madrasah akan tercapai. Peningkatan kualitas mengajar guru tersebut
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : penataran, lokakarya,
seminar, kunjungan kelas, pertemuan individual, pemberian brosur-brosur
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan meningkatkan kompetensi
guru.
Dengan demikian dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa peran
kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran adalah membantu dan
menfasilitasi guru dalam melakukan proses belajar mengajar dan
melakukan penilaian menggunakan teknik-teknik supervisi sesuai
kebutuhan sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan kompetensi.
2. Tujuan Supervisi Pembelajaran.
Untuk memahami tujuan supervisi pengajaran, berikut ini
dikemukakan pandangan beberapa pakar :
Oteng Sutisna dalam bukunya Supervisi dan Administrasi
Pendidikan mengemukakan tujuan supervisi adalah: Membantu para guru
memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah
yang mereka hadapi, dan mendorong mereka kepada kegiatan-kegiatan
21
untuk menciptakan situasi-situasi dimana murid dapat belajar dengan lebih
efektif.8
Dari ungkapan ini dapat disimak bahwa tujuan supervisi
pengajaran adalah untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan serta
ketrampilan mengajar guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar
dengan baik. Tujuan supervisi pengajaran juga tercermin pada definisi
supervisi pengajaran yang dikemukakan Alfonso sebagaiaman telah
dikutip pada sub bahasan pengertian supervisi pengajaran di muka yang
mengandung makna : (1) bahwa supervisi pengajaran adalah perbuatan
secara langsung mempengaruhi prilaku guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar, (2) bahwa supervisi
pengajaran melalui pengaruhnya terhadap prilaku guru, bertujuan untuk
mempertinggi mutu belajar murid demi mencapai hasil yang tinggi pula.
Sally J. Zepeda menyebutkan Instructional supervision aims to
promote grouwth, development, interaction, fault-free problem solving,
and a commitment to build capacity in teachers9. Supervisi pembelajaran
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, pengembangan, interaksi,
pemecahan masalah dan komitmen untuk membangun kekurangan
kapasitas guru-guru.
8 Oteng Sutisna, Supervisi dan Administrasi, Bandung: Jemmars, 1979, 69. 9 Sally J. Zepeda. Instructional Supervision Applying Tools and Concepts, Eye On Education,
Library of Conggres Cataloging-in-Publication Data, 2003, 19.
22
Adapun tujuan supervisi pendidikan, seperti telah dijelaskan, kata
kunci dari supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-
guru. Maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan
untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di
kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah memberikan
layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas
yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa
3. Fungsi Supervisi Pembelajaran.
Made Pidarta, membagi fungsi supervisi ke dalam dua bagian,
yaitu fungsi utama dan fungsi tambahan, yaitu:
a. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu
membantu perkembangan individu para siswa.
b. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan
kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri
dengan tuntutan masyarakat serta memelopori kemajuan
masyarakat.10
Wiles dan Lovell mengemukakan tujuh macam supervisi, yaitu:
1) Goal development.
2) Program development.
3) Control and Coordination.
4) Motivation.
5) Problem Solving.
6) Profesional development.
7) Evaluation of education outcome.11
10 Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervis Pendidikani, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 15. 11 Kimbal Wiles dan John T. Lovell, Supervision for Better School, New Yersey: Pritice-
Hall, Inc. Englewood-Cliffs, , Fourth Edition, 1975, 8.
23
Ketujuh sasaran kegiatan supervisi yang dikemukakanWilles di
atas adalah : (1) pengembangan tujuan, (2) pengembangan program,
(3) kontrol dan koordinasi, (4) motivasi, (5) pemecahan masalah, (6)
pengembangan profesi, dan (7) evaluasi hasil pendidikan.
Sahertian dan Mataheru yang mengutip pendapat Swaeringen,
mengemukakan delapan fungsi supervisi, yaitu:
1. Mengkoordinasikan semua usaha sekolah.
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
3. Memperluas pengalaman guru-guru.
4. Menstimulasikan usaha-usaha yang kreatif.
5. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
6. Menganalisa situasi belajar mengajar.
7. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota
staf.
8. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu
meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.12
Selain pendapat di atas, Oteng Sutisna mengelompokkan
fungsi supervisi kepada empat macam, yaitu: (a) supervisi sebagai
penggerak perubahan, (b) supervisi sebagai program layanan untuk
memajukan pengajaran, (c) supervisi sebagai ketrampilan dalam
hubungan manusia, dan (d) supervisi sebagai kepemimpinan
kooperatif.13
12 Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya:
Usaha Nasional, 1981, 26. 13 Oteng Sutisna. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,
Bandung: Angkasa, 1989, 277-284.
24
Dengan demikian fungsi supervisi pembelajaran adalah bukan
saja memperbaiki pembelajaran akan tetapi mengkoordinasi,
menstimulasi dan mendorong kearah pertumbuhan profesi guru.
Dengan kata lain fungsi dasar supervisi pembelajaran adalah
memeperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah/madrasah sehingga
kompetensi guru dapat meningkat dalam pembelajaran di kelas.
4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pembelajaran
Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor dalam melaksanakan
supervisi pembelajaran di sekolah/madrasah harus menciptakan situasi
dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai
subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif. Maka dalam
melaksanakan supervisi pembelajaran harus bertumpu pada prinsip
supervisi sebagai berikut :
a. Prinsip Ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1). Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif
yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar-
mengajar.
2). Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data,
seperti angket, observasi , percakapan pribadi dan seterusnya
25
3). Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sisematis,
berencana, dan kontinu
. b. Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga
guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya
Demokratis mengandung makna menjujung tinggi harga diri dan
martabat guru bukan bedasarkan atasan dan bawahan tapi
berdasarkan rasa kesejawatan
c. Prinsip Kerja Sama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah
supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi
support mendorong, menstimulasi guru sehingga mereka merasa
tumbuh bersama
d. Prinsip Konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam
mengembangkan potensi kreatifitas kalau supervisi mampu
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui
cara-cara menakutkan14
14 Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknk Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pegembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 20.
26
B. Perencanaan Program Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah.
Kata perencanaan selalu berkaitan dengan pemikiran pada apa yang
akan dilakukan. Merencanakan program supervisi pembelajaran berarti
memperkirakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan
supervisi pembelajaran.
Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat pokok dan penting
dalam mencapai suatu tujuan. Supervisi sebagai usaha untuk mendorong para
guru mengembangkan kompetensinya agar dapat mencapai tujuan yang lebih
baik. Tanpa perencanaan yang baik jangan diharapkan tujuan pendidikan akan
tercapai, maka program supervisi pembelajaran harus dibuat sebagai pedoman
dalam melaksanakan tugas.
1. Yang Harus Diperhatikan Dalam Menyusun Perencanaan Supervisi
Pembelajaran.
a. Tidak ada rencana yang stardar dalam supervisi
Setiap guru mempunyai kemampuan dan kelemahan berbeda-beda,
maka memerlukan bantuan yang berbeda dari guru lainnya dalam
keadaan yang tidak sama dengan guru lainnya. Supervisi merupakan
usaha untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya sesuai
dengan kebutuhannya dalam situasi bekerja. Karena itu setiap bantuan
harus diberikan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan situasi
tersebut.
27
b. Perecanaan supervisi memerlukan kreatifitas
Di setiap sekolah/madrasah mempunyai cara tersendiri dengan
keaadaan yang berbeda dan masalah yang berlaianan. Peningkatan
pendidikan di sekolah/madrasah harus disesuaikan denga kebutuhan
perserta didik dengan tujuan khusus di sekolah/madrasah itu, dengan
keadaan dan kemampuan anggota staf lainnya dengan kemampuan
sekolah/madrasah untuk mengadakan fasilitas yang diperlukan. Semua
hal-hal tersebut harus diperhatikan dan dijadikan faktor-faktor penentu
dalam mennyusun program suprvisi di sekolah/madrasah.
Dalam hal ini apakah kegiatan supervisi yang akan dilakukan
atau ditujukan kepada memperkaya pengalaman belajar pesert didik,
apakah untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memilih dan
menggunakan alat pelajaran dan apakah dalm peningkatan didsiplin
dan sikap profesional anggota stafnya dan sebagainya, harus
ditentukan berdasarkan kretifitas supervisor dengan memperhatikan
kebutuhan dan situasi setempat.
c. Perencanaan Supervisi harus secara Konprehensif
Upaya peningkatan kegiatan pembelajaran mencakup berbagai
segi antara satu dengan yang lain tidak bisa dipisah-pisahkan. Guru,
alat, metode, keadaan fisik, siswa, sikap kepala sekolah/madrasah.
Semuai itu saling mempengaruhi. Maka supervisor harus dapat
28
mengatur kegiatan supervisinya agar tujuan supervisi dapat tercapai,
tahap demi tahap dilalui dan semua segi dan tahapan yang akan
dicapai harus mencakup keseluruhan satu kesatuan yang menyeluruh.
d. Perencanaan Supervisi harus Fleksibel15
Rencana supervisi harus memberikan kebebasan untuk
melaksanakan sesuatu sesuai keadaan dan perubahan yang terjadi.
Seorang supervisor yang bijaksana tidak terpaku pada cara-cara
pencapain tujuan yang telah direncanakan, akan tetapi selalu berusaha
menyesuaiakan pada situasi dan kondisi. Bukan berarti sifat
perencanaan yang fleksibel ini tidak berarti bahwa tujuan yang telah
dirumuskan tidak boleh jelas dan kongkrit. Tapi tujuan harus jelas dan
kongkrit terperinci, cara pencapaiannya harus diperhitungkan secara
saksama. Untuk itu pada waktu menyusun perencanaan sudah harus
difikirkan berbagai alternatif pemecahannya. Dan untuk itu pula
perlunya pemecahan yang kooperatif agar terhimpun ide sebanyak-
banyaknya.
2. Faktor-faktor yang diperlukan dalam perencanaan supervisi
pembelajaran
Dalam berbagai pengetahuan dan ketrampilan diperlukan
penyusunan rencana supervisi yang efektif dan efisien. Faktor mana yang
15 Moh. Rifai, Administrasi dan Supervisi Penididkan, Bandung: Jemmars, 1987, 81-84.
29
lebih baik diperlukan tergantung dari situasi dan kondisi dan tujuan yang
akan dicapai. Tiap supervisor harus menyadari kedudukannya, apakah
sebagai kepala sekolah/madrasah, sebagai pengawas atau pemegang
otoritas administratif. Maka setiap supervisor dapat menentukan faktor
mana yang sesuai dengan situasi dan tujuan yang akan dicapainya.
Hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan supervisi antara lain
adalah :
a. Kejelasan tujuan pendidikan sekolah/madrasah
b. Pengetahuan tentang pembelajaran yang efektif
c. Pengetahuan tentang peserta didik
d. Pengetahuan tentang Guru
e. Pengetahuan tentang sumber-sumber potensi untuk kegiatan
supervisi
f. Kemampuan memperhatikan faktor waktu
Dengan adanya perencanan tersebut diatas maka tujuan
supervisi pembelajaran akan berjalan efektif dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
30
C. Model Supervisi, Pendekatan Supervisi, Metode dan Tenik Supervisi
Pembelajaran.
1. Model Supervisi Pembelajaran
Yang dimaksud model dalam uraian ini adalah suatu pola, contoh,
acuan dari supervisi pembelajaran yang diterapkan. Ada berbagai model
supervisi yang berkembang.
a. Model Supervisi yang Konvensional (Tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada
suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal akan
berpengaruh pada sikap pemimpin yang otoriter dan korektif .
Pemimpin yang cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Prilaku
supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan
menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai.
Mencari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan
prinsi-prinsip dan tujuan supervisi pembelajaran. Akibatnya guru-guru
merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru:
1) Acuh tak acuh (masa bodoh)
2) Menantang (agresif)16
16 Piet A Sahartian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 35.
31
b. Model Supervisi yang bersifat Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Dilaksanakan secara berencana dan kontinyu
2) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu
3) Menggunakan instrumen pengumpulan data
4) Ada data yang obyektif yang diperoleh dari keadaan yang
riil.17
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau chek
list lalu para peserta didik menilai proses pembelajaran di kelas. Hasil
penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik terhadap
penampilan mengajar guru pada semester yang lalu. Data ini tidak
berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan.
Penggunan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian.
Walaupun demikian hasil perekam data secara ilmiah belum
merupakan jaminan untuk melaksanakan suprvisi yang lebih bersifat
manusiawi.
c. Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis sebagai suatu sistem instruksional yang
menggambarkan perilaku supervisor yang berhubungan erat secara
17 Piet A Sahartian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 36.
32
langsung dengan guru atau kelompok guru untuk memberikan
dukungan, membantu, melayani guru untuk meningkatkan hasil kerja
guru dalam memdidik para siswa.18
Supervisi klinis difokuskan pada
perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari
tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap
penmpilan pembelajarannya dengan tujuan memeperbaiki proses
pembelajaran. Beberapa alasan mengapa supervisi klinis diperlukan,
diantaranya:
1) Tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauhmana
praktik profesional telah memenuhi standar kompetensi dan
kode etik
2) Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaran
3) Kehilangan identitas profesi
4) Kejenuhan profesional (bornout)
5) Pelanggaran kode etik yang akut
6) Mengulang kekeliruan secara masif
7) Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan
prajabatan
8) Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana
mestinya
18 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2010, 194.
33
9) Rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan
pemberi pekerjaan
Secara umum tujuan supervisi klinis untuk:
1) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya
terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
2) Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
3) Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis
masalah yang muncul dalam proses pembelajaran
4) Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan
masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
5) Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru
mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku
berdasarkan keterampilan tersebut.
2) Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa
keterampilan, seperti: (1) keterampilan menganalisis proses
34
pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan
mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran,
(3) keterampilan dalam proses pembelajaran.
Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran,
(2) keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi
keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk
dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan bersama dan
pengalaman masa lampau.
Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan
supervisi klinis, adalah:
1) Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah
dengan guru, guru dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja
yang bersahabat dan penuh tanggung jawab.
2) Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan
didasarkan pada data hasil pengamatan.
3) Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tiidak bersifat
menyalahkan.
4) Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.
5) Hasil tidak untuk disebarluaskan
35
6) Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru,
dan tetap berada di ruang lingkup pembelajaran.
7) Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus
balikan.
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang
terdiri dari tiga tahap berikut :
1) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah: (1) menciptakan suasana yang intim
dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi
tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-
lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus
obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan
(5) menentukan teknik pelaksanaan obeservasi.
2) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak
mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai,
(4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses
pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan
teknik pelaksanaan observasi.
36
3) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2)
mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali
hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil
pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil
pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari
saran secara langsung, dan (9) merumuskan kembali
kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses
perbaikan.19
2. Pendekatan Supervisi Pembelajaran
Supervisor semestinya membantu menciptakan iklim yang
kondusif bagi pertumbuhan profesioanal guru. Iklim atau suasana yang
diciptakan harus bebas dari rasa takut, acaman, atau paksaan. Agar guru
terhindar dari rasa takut, terancam atau paksaan, maka supervisor perlu
menggunakan pola pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan
karateristik guru, dimana masing-masing guru memiliki kebutuhan dan
karakteristik yang tidak sama. Orientasi atau pendekatan dalam
pelaksanaan supervisi, diantaranya didasarkan atas tingkat perkembangan
19http://akhmdsudrajat.wordpress.com supervisi/2008/03/01/supervisi-klinis/, diakses pada
tanggal 8 juni 2013.
37
guru. Glickman mendasarinya dari tingkat perkembangan berfikir abstrak
(level of abstrack thinking) dan komitmen (commitment) menetapkan teori
pendekatan supervisi menjadi tiga kelompok, yaitu pendekatan direktif
(directive orientation), pendekatan nondirektif (non-directive orientation)
dan pendekatan kolaboratif (collaborative orientation).20
Dalam kegiatan supervisi dimana seorang guru dianggap sebagai
seorang yang sedang belajar, tentunya senantiasa memperhatikan
kebutuhan dan karakteristik guru. Selanjutnya, guru harus diperhatikan
sebagai individu dan diperlakukan sesuai dengan orientasi atau
pendekatan yang cocok bagi guru tersebut. Dengan pendekatan yang
sesuai maka para guru akan mampu meningkatkan kompetensi profesional
secara mandiri.
Berikut ini penjelasan ketiga kategori pendekatan dalam supervisi
pengajaran tersebut, yaitu :
a. Pendekatan Supervisi Direktif
Supervisi dengan pendekatan direktif mengasumsikan bahwa
mengajar terdiri dari sejumlah ketrampilan tehnis yang sesuai dengan
kompetensi profesional guru bagi semua guru supaya mampu mengajar
atau menampilkan unjuk kerja yang efektif. Glickman mengemukakan
20 Carl D. Glickman. Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers
Improve Instruction, ASCD ( Association for Supervision and Curriculum Development), Alexandria,
Virginia : 1981, 40.
38
perilaku supervisor dalam pendekatan direktif yaitu menjelaskan
(clarifying), menunjukkan (presenting), Latar standart (setting the
standard), dan memberikan penilaian (reinforcing).21 Glickman
menemukan bahwa guru baru lebih suka disupervisi dengan
pendekatan direktif sebab dengan melalui pendekatan direktif maka
guru itu merasakan manfaatnya untuk memperbaiki prilaku
mengajaranya. Guru baru lebih suka apabila supervisor menjelaskan
masalahnya yang diikuti dengan menunjukkan cara pemecahannya.
Dengan melihat cara ini tampak bahwa pendekatan direktif lebih
bermanfaat untuk memecahkan masalahmasalah khusus.
S. Nasution mengemukakan percobaan yang dilakukan D.F.
Skinner yang menggambarkan sebagai berikut :
Ia memberi stimulus (S1) tertentu dan bila binatang itu
memberi respons yang menuju ke arah bentuk kelakuan yang
diharapkan maka respons (R1) itu diperkuat atau reinforcement,
sehingga terjadi ikatan yang erat antara S1 dan R1. Kemudian R1
menjadi stimulus (S2) yang dapat menimbulkan respons (R2). Yang
diberi reinforcement atau penguatan. Demkianlah berangsur-angsur
binatang itu diajar memperoleh rentetan bentuk kelakuan sehingga tercapai bentuk kelakuan yang kita inginkan.
22
Bila hal itu berhasil pada binatang maka dapat berhasil pula
pada manusia. Peran dari si pemberi stimulus begitu besar dimana
21
Carl D. Glickman. Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers
Improve Instruction, ASCD ( Association for Supervision and Curriculum Development), Alexandria,
Virginia: 1981, 23. 22 S. Nasution. Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemmars, 1987, 65.
39
perilaku dari penerima stimulus atau pemberi respons sangat
ditentukan oleh pemberi stimulus tadi, disini tampak betapa pasifnya
pemberi respons tadi. Demikian pula halnya bila diterapkan dalam
pendekatan supervisi yang disebut dengan pendekatan direktif, dimana
supervisor berperan aktif sedangkan guru berperan pasif; perilaku guru
dinilai, dikritik berdasarkan standard kompetensi profesional yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, pola ini dianggap kurang efektif
dan mungkin kurang manusiawi sebab guru tidak diberi kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya.
b. Pendekatan Supervisi Kolaboratif
Gagasan pendekatan supervisi kolaboratif ini diilhami atas
gerakan hubungan insani (the human relation movement). Dalam
dunia usaha atau bisnis, pendekatan hubungan insani mengacu kepada
masalah kepuasan kerja dan produktifitas pegawai, dimana hal ini
tinggi rendahnya dipengaruhi oleh hubungan antar manusia (baik
hubungan antara pekerja, antara pimpinan, atau antara pimpinan
dengan pekerja). Gaya kepemimpinan yang dimunculkan dalam
pendekatan hubungan insani demokratis atau partisipatif. Gagasan
pendekatan supervisi kolaboratif juga merupakan respons dari praktek
pola supervisi klasik yang bersifat otoriter (inspeksi).
Jika dilihat dari tanggungjawabnya maka tampak bahwa
pendekatan supervisi kolaboratif merupakan perpaduan antara
40
pendekatan supervisi direktif dan pendekatan.supervisi non direktif.
Posisi supervisor adalah sebagai seorang pendengar yang baik, dimana
ia mendengarkan segala keluhan dan memberikan pujian kepada guru
bilamana perlu. Bila supervisor tidak memahami apa yang
diungkapkan oleh guru maka supervisor meminta untuk dijelaskan
lagi. Selanjutnya, supervisor mendorong guru untuk memecahkan
masalahnya sendiri, mendorong kegiatan kreatif dan eksprimen yang
dilakukan guru tersebut. Dengan demikian, guru merasa bebas
menerapkan ide, metode baru yang telah mendapat dukungan dari
sekolah.
Implikasi dari konsep kolaboratif dalam proses supervisi, yaitu
bahwa supervisor pengajaran dihadapan pada satu situasi dimana ia
sendiri hanya memiliki wewenang terbatas untuk mengontrol
sejauhmana upaya yang telah dilakukannya dalam membantu guru
untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar benar-benar
dilaksanakan oleh guru di kelas.
Oleh karena itu agar proses supervisi dapat berjalan secara
efektif, maka supervisor harus bekerja sama dengan guru-guru
sedemikian rupa, sehingga guru-guru memandang supervisor sebagai
sumber bantuan, dan oleh karena itu guru-guru senantiasa bersedia
bahkan meminta bantuan supervisor untuk bersama-sama dalam
melihat pekerjaan mereka di kelas.
41
c. Pendekatan Supervisi Non Direktif
Pendekatan supervisi non direktif berangkat dari premis bahwa
belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi sehingga individulah
yang mampu memecahkan masalahnya sendiri. S. Nasution
mengemukakan bahwa dalam psiko-terapinya Carl R. Rogers
memberi kebebasan kepada kliennya untuk mengeluarkan segala isi
hatinya sepuas-puasnya tentang yang baik maupun yang buruk dengan
metode non directive counseling.23
Pendekatan supervisi non direktif lebih banyak diserahkan
kepada guru untuk menganalisa dan memecahkan masalah
pengajarannya sendiri, supervisor hanya bertindak sebagai fasilitator.
Sebagai supervisor, ia membiarkan guru melakukan penemuan,
menentukan langkah-langkah, mendorong inisiatif guru, melibatkan
diri pada waktu dan jika diperlukan saja.
Guru-guru yang berpengalaman tidak memandang positif
terhadap prilaku yang mengarah, terhadap sikap supervisor yang terlalu
memaksakan kehendak, karena dengan sikap seperti itu para guru tidak
berani mengemukakan pendapat, merasa serba salah. Sebaliknya jika
supervisor memberikan kebebasan kepada guru, membiarkan guru-
guru menemukan sendiri masalah pengajaran mereka, hal itu lebih
23 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bina Aksara,
1987, 80.
42
mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan supervisi
pengajaran.
Perbaikan pengajaran mempunyai arti yang benar apabila guru
melihat sendiri kebutuhan untuk merubah dan kemudian berusaha
melaksanakannya, supervisor memberikan pengarahan sedikit
mungkin.
3. Teknik Supervisi Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan supervisi yang telah ditentukan, maka
seorang supervisor dapat menggunakan berbagai macam teknik. Piet A.
Sahertian mengelompokkan teknik supervisi menjadi dua macam, yaitu:
teknik yang bersifat individual dan yang bersifat kelompok.
a. Teknik yang bersifat individual, yang meliputi: (1) kunjungan kelas,
(2) observasi kelas, (3) percakapan pribadi, (4) intervisitasi. (5) menilai
diri sendiri.
b. Teknik yang bersipat kelompok, meliputi: (1) pertemuan orientasi pada
guru-guru, (2) panitia penyelenggara, (3) rapat guru, (4) studi
kelompok, (5) diskusi, (6) tukar menukar pengalaman, (7) loka karya
(workshop), (8) simposium, (9) demonstrasi mengajar (10)
43
perpustakaan jabatan, (11) buletin supervisi, (12) mengikuti kursus,
(13) organisasi jabatan, (14) perjalanan sekolah untuk anggota staf.24
Dalam pembahasan ini akan penulis paparkan beberapa teknik
supervisi yang penulis anggap penting dari berbagai teknik di atas.
1) Kunjungan Kelas
Maksudnya kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke ruang
kelas dimana seorang guru sedang mengajar atau pada waktu kelas
kosong, berisi sarana kelas ketika guru tidak ada.25
Tujuan mengunjungi
kelas diantaranya: (a) untuk mengamati (mengetahui secara langsung guru
dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, menggunakan alat
peraga, metode dan teknik mengajar), (b) untuk mengetahu kelebihan dan
kelemahan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, (c) untuk
memperoleh data yang diperlukan supervisor dalam menentukan cara-cara
yang tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar
mengajar, (d) untuk merang-sang para guru agar mereka mau
meningkatkan kemampuannya.26
24 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 53, 86.
25 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 54.
26 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Srategi dan Imlementasi, Bandung: 2003, 260.
44
Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan teknik; (a) dengan
pemberitahuan, (b) tanpa pemberitahuan, atau (c) atas undangan guru.27
2) Observasi Kelas.
Observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke
sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yag
sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan.28
Ada bermacam-macam cara mengobservasi kegiatan guru dan siswa
di kelas. Seorang supervisor dapat menggunakan cara langsung masuk
kelas atau cara tidak langsung, yaitu orang yang diobservasi dibatasi oleh
ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya. Dalam
mengobservasi perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: tujuan
yang hendak dicapai, apa yang akan diobservasi, kreteria yang dipakai
dalam observasi serta alat-alat yang digunakan dalam observasi.29
3) Percakapan Pribadi
Percakapan antara seorang supervisor dengan seorang guru. Tujuan
percakapan pribadi antara lain; (a) untuk saling mengenal lebih jauh antara
supervisor dengan guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai petugas
27 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Jakarta, 2003, 47.
28 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 55.
29 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 54.
45
profesional, (b) untuk membantu guru mengenal kemampuan dirinya,
mem-bantu guru menyadari kelebihan dan kekurangannya, (c) memupuk
dan mengembangkan mengajar yang lebih baik, (d) menghilangkan dan
meng-hindari prasangka buruk antara supervisor dengan guru.30
4) Orientasi Bagi Guru Baru
Sebelum seorang guru menilai tugas-tugasnya di lingkungan yang
baru secara intensif, perlu diberi kesempatan kepada mereka untuk
menyesuaikan diri dalam rangka mengenal dan memahami tugas-tugas
yang dipikulnya. Orientasi pada saat permulaan bekerja antara lain bisa
mengenai orientasi personal, orientasi terhadap program, orientasi
terhadap fasilitas dan orientasi terhadap lingkungan.31
Untuk itu, kepala sekolah/madrasah, guru, dan supervisor
semestinya sudah menyusun rencana atau program orientasi bagi guru
baru. Jika orientasi tersebut disusun dan dilaksanakan secara efektif,
hasilnya pasti tampak dalam hal mengajar guru tersebut.32
30 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 73-74.
31 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, 106 -107.
32 Abdul Choliq MT, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Mitra Cendekia, 33.
46
5) Rapat Guru
Yaitu pertemuan antara staf sekolah terutama guru-guru untuk
mengembangkan dan meningkatan kemampuan mereka. Rapat guru
menurut tingkatan kemampuan mereka. Rapat guru menurut tingkatannya
ada bermacam-macam: (a) staffmeeting, yaitu rapat guru-guru dalam satu
sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru di sekolah tersebut,
(b) rapat guru bersama orang tua murid dan perwakilan murid, (c) Rapat
guru sekota, sewilayah, serayon dari sekolah-sekolah sejenis dan
setingkat.33
6) Studi Kelompok
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk
mempelajari suatu masalah atau bahan pelajaran. Pokok bahasan telah
ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk perta-
nyaan pokok yang disusun secara teratur.34
7) Diskusi
Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan
bersama. Diskusi merupakan cara mengembangkan ketrampilan anggota-
33 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 87.
34 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 , 95.
47
anggotanya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar
pikiran. Yang perlu diketahui oleh seorang supervisor bila memimpin
diskusi guru-guru, supervisor harus memiliki kemampuan menggerakkan
kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan
pekerjaan-pekerjaan kelompok.35
8) Tukar menukar pengalaman
Penataran sering merupakan sesuatu yang membosankan. Dikatakan
membosankan karena guru-guru menganggap bahan yang diberikan sudah
dimiliki, atau mungkin cara penyajiannya kurang menarik, karena tidak
bersumber pada kebutuhan profesi meraka. Oleh karena itu suatu teknik
perjumpaan yang dinamakan sharing of experience adalah cara yang
bijaksana. Di dalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah
orang-orang yang sudah berpengalaman. Melalui pertemuan diadakan
tukar menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar
satu dengan yang lain.36
35 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 96.
36 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 103.
48
D. Tindak lanjut Supervisi Pembelajaran dalam Meningkatkan Kompetensi
Guru.
Supervisi Pembelajaran terlaksana dengan terprogram, terarah dan
berkesinambungan. Oleh karena itu supervisi pembelajaran sangat perlu untuk
ditindak lanjuti. Kegiatan dalam rangka menindak lanjuti kegiatan supervisi
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Menyusun kreteria keberhasilan supervisi pembelajaran.
2. Merumuskan kreteria keefektifan proses pelaksanaan supervisi
pembelajaran.
3. Merumuskan kreteria pencapaian tujuan supervisi pembelajaran
4. Merumuskan kreteria pencapaian dampak supervisi pembelajaran.
5. Menusun instrumen supervisi pembelajaran
6. Mengembangkan instrumen pengumpulan data dalam rangka
identifikasi dan analisis masalah/kebutuhan pengembangan
pembelajaran.
7. Mengembangkan instrumen pengukuran keefektifan proses
pelaksanaan supervisi pembelajaran sesuai dengan kawasan yang
digarap, pendekatan dan teknik supervisi yang diterapkan.
8. Mengembangkan instrumen pengukuran pencapaian hasil langsung
(out put) supervisi pembelajaran sesuai dengan kawasan yang
digarap.
49
9. Mengembangkan instrumen pengukuran dampak supervisi
pembelajaran sesuai dengan kawasan yang digarap.
E. Tinjauan Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru.
Dalam terminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal
dari bahasa Inggris competence sama dengan being competen dan
competent sama dengan having ability, power, authority, skill, knowledge,
attitude, etc.37
Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan
kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu
adalah sesorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras
dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkuatan.38
Dalam hal ini adalah
kompetensi Guru. Sedangkan dalam Undang-Undang Replublik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan
bahwa:kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan
prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.39
Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa kompetensi guru
mengandung berbagai pengertian. Pertama, kemampuan guru untuk
37 Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, 62. 38 Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, 62. 39 E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008, 25.
50
untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Kedua, ciri hakiki dari
kepribadian guru yang menuntunnya ke arah pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditentukan. Ketiga, perilaku yang dipersyaatkan
untuk mencapai tujuan pendidikan.40
Dari pengertian tersebut ada tiga aspek dari kompetensi guru,
yaitu aspek personel, aspek sosial dan aspek profesional. Dalam banyak
analisis tentang kompetensi guru, aspek personal dan aspek sosial
umumnya disatukan. Hal ini dikarenakan solidaritas manusia, termasuk
guru dapat dipandang sebagai pengejawantahan dari pribadinya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian kompetensi guru adalah pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.
Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari dari suatu upaya melainkan
suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong
learning proces).
40 Piet A. Sahartian, Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset, 1994, 56.
51
2. Ruang Lingkup Kompetensi Guru
Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Stndar Nasional Pendidikan secara tegas dinyatakan bahwa Ada empat
kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat
kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi
top related