Sri Dewi Wulansari G 701 10 027
Post on 26-Dec-2015
483 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)
SKRIPSI
SRI DEWI WULANSARI
G 701 10 027
PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JULI 2014
FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)
SKRIPSI
SRI DEWI WULANSARI
G 701 10 027
PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JULI 2014
FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)
SKRIPSI
SRI DEWI WULANSARI
G 701 10 027
PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JULI 2014
ii
FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratandalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Farmasi pada Jurusan Kimia FMIPAUniversitas Tadulako
SRI DEWI WULANSARI
G 701 10 027
PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JULI 2014
ii
FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratandalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Farmasi pada Jurusan Kimia FMIPAUniversitas Tadulako
SRI DEWI WULANSARI
G 701 10 027
PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JULI 2014
ii
FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratandalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Farmasi pada Jurusan Kimia FMIPAUniversitas Tadulako
SRI DEWI WULANSARI
G 701 10 027
PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JULI 2014
iii
iv
v
vi
A B S T R A K
Kulit secara alami dapat mengalami penuaan dini disebabkan oleh radikalbebas yang berasal dari lingkungan seperti polusi, matahari, gesekan mekanik dansuhu panas atau dingin. Berkaitan dengan hal tersebut maka dibutuhkan zatantioksidan untuk mencegah terjadinya reaksi reaktif radikal bebas. Salah satutanaman yang memiliki khasiat sebagai antioksidan yang berasal dari alam adalahkunyit putih (Curcuma mangga Valeton & Zijp). Oleh karena itu, dalampenelitian ini ekstrak kunyit putih diformulasikan menjadi bahan masker wajahgel peel off dengan menggunakan basis hidrogel. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui konsentrasi PVA (Polivinil alkohol) yang optimum untukmenghasilkan sediaan masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih yangmemenuhi mutu fisik dan stabilitas sediaan gel sehingga dapat stabil dalam waktupenyimpanan. Pada penelitian ini ekstrak etanol kunyit putih diformulasi menjadisediaan gel dengan menggunakan variasi konsentrasi basis polivinil alkohol yaitu10%, 15% dan 20% serta dilakukan pemilihan formula optimum. Formulaoptimum yang didapatkan yaitu formula A dengan menggunakan polivinil alkohol10%, kemudian dilakukan evaluasi karakteristik mutu fisik dan stabilitas meliputipengamatan organoleptis, homogenitas, pengukuran pH, viskositas, daya sebardan lama waktu sediaan mengering selama 21 hari pada suhu penyimpanan yangberbeda, yaitu pada suhu kamar dan suhu 40oC. Data hasil evaluasi dianalisissecara deskriptif dan secara statistik menggunakan metode ANOVA.
Hasil penelitian sediaan gel peel off pada formula optimum menunjukkansediaan yang stabil meliputi homogenitas, pH, viskositas, daya sebar dan lamawaktu mengering dengan nilai data secara statistik menunjukkan bahwa tidakberbeda secara signifikan (p>0,05).
Kata kunci : Rimpang kunyit putih (Curcuma mangga Valeton & Zijp), maskerwajah gel peel off, polivinil alkohol.
vii
A B S T R A C T
Skin may experience premature aging naturally caused by free radicals thatcome from the environment such as pollution, sunlight, mechanical friction, andhot or cold temperature. In this regard, it is necessary antioxidants to prevent freeradicals reactive reaction. One of the plants that have natural antioxidantproperties is white turmeric (Curcuma mangga Valeton & Zijp). Therefore, in thisresearch the white turmeric extract is formulated into a gel material peel-off facemask using a hydrogel base. This study is aimed to determine the optimumconcentration of PVA (polyvinyl alcohol) to produce a gel peel-off face maskpreparation of white turmeric extract that fullfil the physical quality and stabilityof gel preparation, so it can be stable during storage. In this study, the ethanolextract of white turmeric is formulated into a gel preparation using variousconcentration of polyvinyl alcohol base, that is 10%, 15% and 20% and thenchoosing the optimum formula. The optimum formula is formula A that using10% of polyvinyl alcohol, then evaluated the characteristic of physical quality andstability include organoleptic observation, homogeneity, pH measurement,viscosity, spreadibility and the preparation’s time to dry out for 21 days atdifferent temperature of storage, specifically at room temperature and 40oC.Evaluation data were analyzed descriptively and statistically using ANOVAmethods.
The results of optimum formula peel-off gel preparation showed by thedata value statistically that the stable preparation include homogeneity, pH value,viscosity, spreadibility, and the drying time was not significantly different.
Keywords: White Turmeric (Curcuma mangga Valeton & Zijp), peel-off facemask gel, polyvinyl alcohol.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Alhamdulillahirrabbil’alamiin, Tiada kata yang pantas dan patut penulis
ucapkan, selain memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena atas
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Formulasi Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih
(Curcuma mangga Valeton & Zijp)”.
Penelitian dan penulisan skripsi dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi. Adapun penyelesaian tugas akhir
didasarkan pada literatur dan bahan kuliah, serta bimbingan dan arahan dari
bapak/ibu dosen pembimbing serta pihak-pihak terkait. Selama penyusunan
skripsi, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan, namun berkat usaha, kerja
keras, kesabaran, doa serta dukungan baik bersifat materi maupun bersifat moril
sehingga hambatan tersebut dapat teratasi dan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis dengan segala hormat menyampaikan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang berperan penting dalam penyelesaian skripsi
ini, teristimewa penulis persembahkan untuk orang yang telah membesarkan,
mendidik dan membimbing penulis selama 21 tahun, yakni Ayahanda
Syahbuddin dan ibunda Nursiah Abbas. Tak lupa pula rasa terima kasih yang
tak terhingga penulis persembahkan kepada adik tersayang Lidwina Azzahra dan
Mohammad Afandi Syahputera yang selalu memberikan dorongan dan
dukungan serta mendoakan kesuksesan penulis.
ix
Penghargaan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Yuliet,
S.Si., M.Si., Apt. dan Bapak Syariful Anam, S.Si., M.Si., Apt. selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, wawasan, arahan, dan
meluangkan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada
penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu dengan segala hormat ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, S.E., M.S., selaku Rektor Universitas
Tadulako yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan di Universitas Tadulako.
2. Bapak Drs. H. Abdullah, MT., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program
pendidikan Farmasi di FMIPA UNTAD Palu.
3. Bapak Syariful Anam, S.Si., M.Si., Apt. selaku Koordinator Program Studi
Farmasi FMIPA UNTAD.
4. Ibu Alwiyah Mukaddas, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing
akademik dan sebagai dosen penguji yang selalu memberikan motivasi,
kritikan dan bimbingan kepada penulis.
5. Dra. Hj. Nurlina Ibrahim, M.Si., Apt., Evi Sulastri, S.Si., M.Si., Apt.,
Yusriadi, S.Si., M.Si., Apt., Akhmad Khumaidi, S.Si., M.Sc., Apt., selaku
dosen pembahas yang telah memberikan masukan, arahan dan kritikan hingga
selesainya skripsi ini.
x
6. Seluruh staf Dosen Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD yang telah
membantu penulis sejak awal kuliah hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
7. Laboran farmasi FMIPA UNTAD (ka wira, ka vana, ka wayan, ka ian dan ka
deni) yang selalu sabar mendampingi sejak awal penelitian.
8. Untuk Arfandi yang saya banggakan yang telah memberikan dukungan moril
maupun material selama ini, maafkan jika penulis selalu merepotkan.
9. Keluargaku yang tercinta, khususnya om pendo terima kasih buat semua
bantuan, dukungan dan doanya.
10. Sahabat-sahabat tersayang (ida nurlelah, agatha cristy pagiu, shelly theresia
mogadi, gietha naurandhini pasaribu, crista octaviani, febri astuti, octavianna
bekti rahayu, pinkan sovia wengkang, adiray yudhistira) yang selalu
memberikan dukungan dan doa, maafkan saya selalu merepotkan kalian.
11. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa angkatan 2010 (POT’10) yang tidak
dapat penulis sebut namanya satu persatu, terima kasih atas segala
kebersamaan, kerja sama, bimbingan, bantuan, motivasi dan maaf bila ada
kata atau tingkah laku yang melukai perasaan selama ini.
12. Seluruh mahasiswa Farmasi Angkatan 2009, 2011, 2012 dan 2013.
13. Dan tak lupa, teman sekamar KKNPI (isra, ika dan intan) serta keluarga
namun tak sedarah yaitu seluruh warga Desa Pusungi Kec. Ampana Tete
yang menerima saya dengan iklas selama 2 bulan dan telah memberikan
semangat motivasi hingga sekarang.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis selama penelitian dan selama penyusunan skripsi ini.
xi
Penulis berharap semoga ALLAH SWT. membalas segala kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis dan semoga ALLAH SWT. senantiasa
melimpahkan Nikmat, Hidayah, dan Rahmat_Nya kepada kita semua. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
masukan berupa Kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan tulisan ini. Akhirnya dengan segala
kerendahan hati dan semoga apa yang tersirat dalam tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
` Palu, Juli 2014Penulis,
(Sri Dewi Wulansari)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ...........................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vi
ABSTRACT .......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi
DAFTAR ISTILAH ...........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................11.1 Latar Belakang .............................................................................11.2 Rumusan masalah ........................................................................51.3 Tujuan Penelitian .........................................................................51.4 Manfaat Penelitian .......................................................................51.5 Batasan Masalah ..........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................72.1 Tumbuhan Kunyit Putih ..............................................................72.2 Ekstraksi ......................................................................................102.3 Kulit .............................................................................................132.4 Masker Wajah ..............................................................................162.5 Sediaan Gel ..................................................................................18
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................303.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................303.2 Alat dan Bahan Penelitian ...........................................................303.3 Prosedur Penelitian ......................................................................313.4 Analisis Data ...............................................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. .........374.1 Hasil penelitian ............................................................................374.2 Pembahasan .................................................................................45
BAB V PENUTUP ..........................................................................................575.1 Kesimpulan ..................................................................................575.2 Saran ............................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................58
LAMPIRAN .......................................................................................................62
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................84
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Formula Masker Wajah Gel Peel Off .................................................33
Tabel 4.1 Sifat Fisik Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih ...........37
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis .........................................................38
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Homogenitas ........................................................39
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran pH .........................................................................40
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Viskositas .............................................................41
Tabel 4.6 Hasil pengukuran Daya Sebar ............................................................42
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Waktu Mengering .................................................43
Tabel 4.8 Hasil Uji Paired Samples t Test .........................................................44
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kunyit Putih ...................................................................................8
Gambar 2.2 Rumus Struktur Kurkuminoid ........................................................9
Gambar 2.3 Penampang Kulit ............................................................................13
Gambar 2.4 Rumus Bangun Polivinil Alkohol ..................................................26
Gambar 2.5 Rumus Bangun Karbomer ..............................................................27
Gambar 2.6 Rumus Bangun Gliserin .................................................................28
Gambar 2.7 Rumus Bangun Metil Paraben .......................................................29
Gambar 4.1 Grafik Pengukuran pH ...................................................................40
Gambar 4.2 Grafik Pengukuran Viskositas ........................................................41
Gambar 4.3 Grafik Pengukuran Daya Sebar ......................................................42
Gambar 4.4 Grafik Pengukuran Waktu Mengering ...........................................43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Hasil Determinasi Kunyit Putih ......................62
Lampiran 2 Hasil Determinasi Kunyit Putih ...................................................63
Lampiran 3 Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Kunyit Putih ...............64
Lampiran 4 Skema Kerja Pembuatan Gel .......................................................65
Lampiran 5 Evaluasi Mutu Fisik Dan Stabilitas Gel ......................................66
Lampiran 6 Perhitungan ..................................................................................67
Lampiran 7 Uji ANOVA dua arah ..................................................................70
Lampiran 8 Uji Paired Samples t Test ............................................................72
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian ...............................................................80
Lampiran 10 Foto Alat Yang Digunakan Selama Penelitian ............................83
xvii
DAFTAR ISTILAH
Adhesi : Gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya
ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain dapat
menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik
menarik atau merekat.
Alkalizing Agent : Bahan yang berfungsi sebagai pembasa, ketika keadaan suatu
sediaan bersifat asam.
Biocompatible : Sifat material yang dapat memberikan performa pada respon
yang sesuai di sebuah aplikasi yang spesifik, adalah bahan
sintetis atau alami yang digunakan untuk mengganti bagian
dari sistem hidup atau untuk berfungsi dalam kontak dengan
jaringan hidup. Bahan biokompatibel dimaksudkan untuk
antarmuka dengan sistem biologi untuk mengevaluasi,
mengobati, menambah atau mengganti setiap jaringan, organ
atau fungsi tubuh.
Biodegradable : Kemampuan untuk terurai, dengan aman dan relatif cepat,
secara biologis, ke dalam bahan-bahan mentah alam dan
membaur kembali ke lingkungan, bisa saja bahan padat yang
terurai ke dalam tanah atau bahan cair yang terurai ke dalam
air.
Coil : Suatu bentuk bundar berupa gulungan yang terbentuk oleh
serangkaian lingkaran yang konsentris.
xviii
Filming Agent : Bahan yang berfungsi sebagai pembentuk lapisan flim setelah
pengaplikasian sediaan gel masker peel off.
Gelling Agent : Bahan yang berfungsi sebagai pembentuk gel.
Peel off : Terkelupas.
Plasticizer : Material yang ditambahkan untuk meningkatkan beberapa sifat
atau properties dari polimer, misalnya kemampuan kerja
(workability), ketahanan terhadap panas (heat resistance),
ketahanan terhadap temperatur rendah (low-temperature
resistance), ketahanan terhadap cuaca (weathering resistance),
sifat insulasi (insulation properties), ketahanan terhadap
minyak (oil resistance).
Tensile strength : Tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh suatu material
ketika sedang diregangkan atau ditarik sebelum suatu material
saling terpisah, diukur sebagai gaya per satuan luas.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme
dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit
berfungsi untuk melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisik,
terutama kerusakan mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme
(Setiadi, 2007).
Kulit secara alami dapat mengalami penuaan dini dan hal ini dapat
disebabkan oleh sumber radikal bebas yang berasal dari lingkungan seperti
polusi udara, sinar matahari, gesekan mekanik, suhu panas atau dingin dan
reaksi oksidasi yang berlebihan yang dapat menyebabkan reaksi oksidatif
seperti kerusakan sel atau kematian sel. Penuaan kulit dapat menurunkan
elastisitas kulit dan menyebabkan kerusakan melanin (Mutchler, 1991).
Tubuh manusia memiliki sistem antioksidan untuk mengenal
reaktivitas radikal bebas, yang secara berkelanjutan dibentuk sendiri oleh
tubuh. Tetapi dalam keadaan tertentu tubuh tidak dapat mengatasinya sendiri
sehingga tubuh memerlukan zat-zat antioksidan dari luar tubuh untuk
mencegah terjadinya reaksi reaktif radikal bebas tersebut.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksigen
2
reaktif dan radikal bebas dalam tubuh. Senyawa antioksidan akan
menyerahkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas sehingga menjadi
bentuk molekul yang normal kembali dan menghentikan berbagai kerusakan
yang ditimbulkan (Dalimartha & Soedibyo, 1999). Antioksidan berperan
sangat penting dalam melindungi kulit karena antioksidan menyerap radikal
bebas dan kembali dinetralisir. Berdasarkan sumber perolehannya ada 2
macam antioksidan yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Adanya
kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari
antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang
sangat dibutuhkan. Antioksidan alami umumnya mempunyai gugus hidroksil
dalam struktur molekulnya (Sunarni, 2005).
Penggunaan kosmetik yang mengandung senyawa antioksidan dapat
mencegah terjadinya penuaan dini akibat radikal bebas. Salah satu tanaman
yang memiliki khasiat sebagai antioksidan dan berasal dari alam adalah
kunyit putih. Rimpang kunyit putih mengandung senyawa metabolit sekunder
diantaranya turmerin, minyak esensial dan kurkuminoid. Kurkuminoid terdiri
dari kurkumin, dismetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Senyawa
tersebut merupakan kelompok senyawa fenolik yang dapat berkhasiat sebagai
antioksidan dan antibakteri (Anonim, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarny dkk. (2013)
membuktikan bahwa kunyit putih (Curcuma mangga) memiliki aktivitas
penangkap radikal bebas (IC50) sebesar 233,18 µg/mL. Sedangkan pada hasil
3
penelitian Melannisa dkk. (2011) terhadap kunyit putih dengan spesies lain
(Curcuma zedoaria) memiliki nilai IC50 sebesar 170,78 µg/mL. Selain itu,
berdasarkan hasil penelitian Adila dkk. (2013), menunjukkan bahwa secara in
vitro kunyit putih mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dengan luas zona hambat sebesar 9,26 mm dan tergolong memiliki
aktivitas antibakteri yang sedang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri
pada kulit yang dapat mengakibatkan terjadinya jerawat (Kumar, 2007).
Ekstrak kunyit putih (Curcuma mangga) diformulasikan menjadi bahan
sediaan masker gel peel off dengan basis gel hidrogel.
Masker wajah gel peel off memiliki beberapa manfaat diantaranya
mampu merilekskan otot-otot wajah, menyegarkan, melembabkan,
melembutkan kulit serta menjaga elastisitas kulit. Penggunaan sediaan masker
wajah gel peel off sangat mudah dalam pemakaian karena tidak menimbulkan
rasa sakit, gel cepat kering, setelah gel mengering dapat dibersihkan dengan
cara mengangkat lapisan gel dari kulit tanpa menggunakan air, sehingga lebih
praktis dalam penggunaanya (Harry, 1982).
Pada sediaan masker wajah gel peel off, diharapkan dapat diperoleh
lapisan gel yang lembut, mudah diaplikasikan di kulit dan relatif cepat
membentuk lapisan tipis yang dapat dikelupas. Kualitas fisik masker wajah
gel peel off dipengaruhi oleh komposisi bahan yang digunakan. Filming agent
merupakan salah satu komponen dari sediaan masker wajah gel peel off.
Filming agent berperan penting dalam pembuatan masker wajah gel peel off
4
karena dapat menentukan viskositas, daya sebar dan lama pengeringan pada
sediaan tersebut.
Polivinil alkohol merupakan salah satu filming agent yang banyak
digunakan dalam sediaan topikal karena bersifat biodegradable dan
biocompatible (Ogur, 2005). Penggunaan polivinil alkohol memberikan
kemampuan filming pada sediaan sehingga sangat mempengaruhi penerimaan
konsumen terkait dengan lama pengeringan gel masker (Rowe dkk., 2009).
Polivinil alkohol juga dapat meningkatkan viskositas yang dapat
mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan. Menurut Tudorachi dkk.,
(1999) penambahan jumlah polivinil alkohol akan meningkatkan tensile
strength dari lapisan yang terbentuk. Pada kelembaban rendah, lapisan
bersifat lebih kuat namun rapuh sedangkan pada kelembaban tinggi diperoleh
lapisan yang fleksibel dan lembut (Mitsui, 1997).
Konsentrasi polivinil alkohol yang dapat digunakan sebagai
pembentuk lapisan film masker wajah gel peel off dengan rentang 10-16%
(Lestari dkk., 2013). Pada konsentrasi 7-10% polivinil alkohol digunakan
dalam kosmetik (Rowe dkk., 2009). Pada konsentrasi 12-15% polivinil
alkohol menghasilkan gel yang dapat disebarkan, membuat gel yang sangat
mudah kering dan residu film yang terbentuk memiliki sifat plastik dan kuat,
yang digunakan khususnya sebagai preparat kosmetik (Anwar, 2012).
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menentukan komposisi
optimum polivinil alkohol sebagai film agent dalam sediaan masker wajah gel
5
peel off ekstrak rimpang kunyit putih agar memenuhi mutu fisik dan stabilitas
yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Berapa konsentrasi PVA (Polivinil alkohol) yang optimum untuk
menghasilkan masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih yang
memenuhi mutu fisik gel?
2. Bagaimana stabilitas mutu fisik masker wajah gel peel off ekstrak kunyit
putih dengan penggunaan basis PVA (Polivinil alkohol)?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui konsentrasi optimum PVA (Polivinil alkohol) untuk
menghasilkan masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih yang
memenuhi mutu fisik gel.
2. Mengetahui stabilitas mutu fisik masker wajah gel peel off ekstrak kunyit
putih dengan penggunaan basis PVA (Polivinil alkohol).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah
penggunaan kunyit putih, menambah pengetahuan dan informasi ilmiah
mengenai masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih dan menjadi sumber
referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau penelitian lain
mengenai formulasi masker wajah gel peel off.
6
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada formulasi masker wajah gel peel off
ekstrak kunyit putih dengan menggunakan variasi konsentrasi polivinil
alkohol serta dilakukan evaluasi stabilitas mutu fisik masker wajah gel peel
off selama 21 hari.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kunyit putih (Curcuma mangga)
a. Klasifikasi (Ramadhanil dan Sahlan, 2014)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Liliopsida
Famili : Zingiberales
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma mangga Valeton & Zijp.
b. Nama Daerah
Tanaman kunyit mempunyai nama yang beragam diberbagai
daerah, misalnya kunyi (Sunda), kuning (Gayo), unik (Batak), kunyit
(Melayu), cahang (Dayak), janar (Banjar), kunir atau temu (Jawa), konye
(Madura), kunyik (Sasak), huni (Bima), alawahu (Gorontalo), kuni
(Toraja), kunyi (Makassar), unyi (Bugis), kumino atau unin (Ambon),
rame atau mingguai (Irian) (Rukmana, 1994).
c. Deskripsi
Kunyit putih merupakan tanaman obat yang dibudidayakan di
beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Filipina, Malaysia,
8
dan Indonesia. Di Indonesia, kunyit putih banyak ditemukan sebagai
tanaman liar di lahan yang subur pada daerah dengan ketinggian 1000
meter di atas permukaan laut (Pratiwi, 2006).
(a) (b)Gambar 2.1 a. Tanaman kunyit putih b. Rimpang kunyit putih
Tanaman ini memiliki tinggi dapat mencapai 60 cm. Batang semu
berwarna hijau, batang sejati berupa rimpang berkembang di dalam tanah,
beruas-ruas, bercabang-cabang, berwarna coklat, bagian dalam berwarna
putih, berbau aromatik. Setiap batang semu tersusun atas 2-9 helai daun
yang berbentuk lonjong, berwarna hijau, panjang 31-60 cm, lebar 10-18
cm, panjang tangkai daun (termasuk helaian) 43-60 cm. Perbungaan
berupa bunga majemuk bulir, ibu tangkai bunga muncul dari antara 2 ruas
rimpang (lateralis), bulat memanjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm,
panjang 10-37 cm. Kelopak bunga berwarna putih. Mahkota bunga
berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm, helaian mahkota
berbentuk lonjong, berwarna putih dengan ujung berwarna merah, panjang
1,25-2 cm, lebar 1 cm (Anonim, 2013).
9
d. Kandungan Kimia
Kunyit putih memiliki kandungan kimia yaitu kurkuminoid,
campuran stigmaterol dan β-sitosterol, 1,17-bis-1,4,6-heptatrien-3-on, 7-
hidroksi-6metoksi, kaumarin, zerumin B, curcumanggosida, asam-4-
hidroksisinamik, calcalatarin A dan labda-8(17) 12-diene 15 16-dial,
alkaloid, flavonoid, saponin, asam lemak, protein dan karbohidrat
(Kusmiyati, 2011). Fraksi kurkuminod terdiri dari kurkumin,
dismetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.
(a)
(b)
(c)Gambar 2.2 a. Rumus struktur kurkumin,
b. Rumus struktur dismetoksikurkumin,c. Rumus struktur bisdesmetoksikurkumin.
e. Khasiat
Kunyit putih dapat berkhasiat mengobati berbagai penyakit seperti
penambah nafsu makan, penangkal racun, penurun panas tubuh, pencahar,
mengobati gatal-gatal, bronkhitis, asma dan radang yang disebabkan oleh
luka (Fauziah, 1999).
10
Kunyit putih telah terbukti memiliki efek farmakologis yaitu
memiliki sifat sebagai hemostatis (menghentikan pendarahan), menambah
nafsu makan, antitoksik, dan mempercepat penyembuhan luka serta
bermanfaat untuk menyembuhkan luka akibat kanker dan tumor.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan
cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan
menggunakan medium pengekstraksi (menstrum) yang tertentu pula. Ekstrak
yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat
dinamakan micella. Micella dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai
seperti ekstrak cair dan tinktura atau bahan antara yang selanjutnya dapat
diproses menjadi ekstrak kering (Agoes, 2009).
a) Proses pembuatan ekstrak (Anonim, 1985)
1. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya. Simplisia dibuat serbuk
simplisia kering dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan
tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Makin halus
serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan makin efisien,
namun makin halus serbuk, maka akan makin rumit secara teknologi
peralatan untuk tahapan filtrasi.
2. Cairan pelarut. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah
pelarut yang baik untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang
aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan
11
dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung
sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.
3. Separasi dan pemurnian. Tujuan tahapan ini adalah memisahkan
senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga
diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses pada tahapan ini adalah
pengendapan, pemisahan dua cairan tidak bercampur, sentrifugasi,
dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan penukar ion.
4. Pemekatan atau penguapan (vaporasi dan evaporasi). Pemekatan berarti
jumlah parsial senyawa terlarut (solut) secara penguapan pelarut tidak
sampai menjadi kering, melainkan ekstrak hanya menjadi kental atau
pekat.
5. Rendemen. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia kering.
b) Ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Anonim, 1985)
1. Cara dingin.
1.1 Maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan.
1.2 Perkolasi. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.
12
2. Cara panas.
2.1 Refluks. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya
dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali
sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
2.2 Soxhletasi. Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendinginan balik.
2.3 Digesti. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur
ruangan yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.
2.4 Infus. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit).
2.5 Dekok. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit)
pada temperatur terukur 96-98oC.
13
2.3 Kulit (Latifah & Tranggono, 2007)
a. Fungsi Kulit
Kulit merupakan ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan
dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-
menerus (pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan
suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen
melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari,
sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi
dari luar.
Gambar 2.3 Penampang kulit (Latifah & Tranggono, 2007).
b. Lapisan-lapisan Kulit
1. Epidermis.
Sudut pandang kosmetika, epidermis merupakan bagian kulit
yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis. Meskipun ada
14
beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun
penampilan epidermis tetap menjadi tujuan utama.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh,
yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki
dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter
terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis
disebut keratinosit.
a. Lapisan tanduk (Stratum corneum) terdiri atas lapisan sel yang pipih,
mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian
besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air dan
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan
dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan
melepaskan diri untuk bergenerasi. Permukaan lapisan tanduk
dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat
asam, yang disebut mantel asam kulit.
b. Lapisan jernih (Stratum lucidum) merupakan lapisan yang terletak
tepat di bawah stratum corneum, tipis, jernih, mengandung eleidin,
sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara
stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin
tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus
(impermeable).
15
c. Lapisan berbutir-butir (Stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel
keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti
mengkerut.
d. Lapisan malphigi (Stratum spinosum atau malphigi layer) memiliki
sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval.
Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein.
e. Lapisan basal (Stratum germinativum atau membran basalis) adalah
lapisan terbawah epidermis. Di dalam lapisan basal juga terdapat sel-
sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan
fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikan sel-
sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya.
2. Dermis.
Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan
elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan
terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai
72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.
Di dalam dermis terdapat folikel rambut, papila rambut, kelenjar
keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung
pembuluh darah dan ujung saraf.
3. Subkutis.
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak. Sel-sel
lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga
16
membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus
adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga
pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Dibawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
2.4 Masker Wajah
Menurut Pipin Tresna (2010), masker wajah (Face Mask) adalah
kosmetik yang dipergunakan pada tingkat terakhir dalam perawatan kulit
wajah yang tidak bermasalah. Penggunaannya dilakukan setelah pemijatan,
dioleskan pada seluruh wajah kecuali alis, mata dan bibir sehingga akan
tampak memakai topeng wajah. Masker juga termasuk kosmetik yang bekerja
secara mendalam karena dapat mengangkat sel-sel tanduk yang sudah mati.
a. Kegunaan masker wajah (Mitsui, 1997)
1. Menjaga lapisan tanduk pada kulit tetap dalam keadaan lembab.
Kelembaban ini berasal dari sediaan masker yang mengandung
humektan dan emolient.
2. Masker mempunyai kemampuan sebagai adsorben dan membersihkan
kotoran pada permukaan kulit ketika dikelupas setelah masker
mengering.
3. Pengeringan dari flim pada kulit mengakibatkan sejumlah tekanan pada
kulit. Setelah pengeringan, suhu kulit dan sirkulasi darah meningkatkan.
4. Masker tipe peel off, sangat efektif dalam membersihkan lapisan tanduk
yang sudah tua.
17
b. Macam-macam bentuk sediaan masker wajah
Menurut Pipin Tresna (2010), masker terdiri atas berbagai macam
bentuk. Berikut ini adalah macam-macam masker dan penggunaannya
yaitu:
1. Masker Serbuk.
Masker ini terdiri dari bahan serbuk (kaolin, titanium, dioksida,
magnesium karbonat), gliserin, air suling, hidrogen peroksida (H2O2)
yang berfungsi untuk memutihkan dan mengencangkan kulit. Dalam
penggunaannya, bahan bubuk tersebut dicampurkan dengan
aquadestilata atau air mawar, hingga menjadi adonan kental. Dalam
membuat adonan tersebut memerlukan keahlian agar tidak terlalu cair
maupun tidak terlalu kental dan mudah dioleskan pada kulit wajah.
2. Masker Gel (Peel off Mask).
Masker ini membentuk tembus terang (transparant) pada kulit.
Bahan dasar adalah bersifat jelly dari gom, tragakan dan biasanya
dikemas dalam tube. Penggunaanya langsung diratakan pada kulit
wajah. Adapun cara mengangkatnya dengan cara mengelupas, diangkat
pelan-pelan secara utuh mulai dagu ke atas sampai ke pipi dan berakhir
di dahi. Jenis masker yang ada di pasaran biasanya tergantung merk,
ada yang untuk semua jenis kulit, ada yang dibedakan sesuai jenis kulit.
3. Masker Krim.
Penggunaan masker krim sangat praktis dan mudah. Saat ini
telah tersedia masker krim untuk aneka jenis kulit, yang dikemas dalam
18
kemasan tube. Salah satu keuntungan lain dari masker krim adalah
dapat dipadukan dari beberapa jenis bahan masker. Oleh karena itu
masker ini merupakan pilihan tepat bagi mereka yang memiliki kulit
kombinasi. Untuk daerah kering, digunakan masker untuk kulit kering,
sedangkan untuk daerah berminyak, digunakan masker untuk kulit
berminyak. Adapun cara penggunaan masker krim pada wajah dan leher
dengan cara dioleskan hingga merata, ditunggu hingga kering (kurang
lebih 20 menit) dan diangkat dengan menggunakan handuk yang
lembab.
2.5 Sediaan Gel
Menurut Farmakope edisi IV (1995), Gel (gelones) merupakan
sediaan semipadat yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan
tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Gel
dapat dibentuk oleh selulosa seperti hidroksipropilselulosa dan hidroksipropil
metilselulosa (Lachman, 1994).
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Anonim, 1995).
19
a. Penggolongan Gel
1. Menurut Farmakope Indonesia Edisi ke IV (1995), berdasarkan fase
pembentukan gel, gel dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
i. Gel dua fase. Dalam sistem dua fase, jika massa gel terdiri dari
jaringan partikel kecil yang terpisah (misalnya gel Aluminium
Hidroksida). Namun jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar, massa gel tersebut biasanya disebut sebagai magma (misalnya
Magma Bentonit).
ii. Gel fase tunggal. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik
yang tersebar serba sama dalam suatu cairan hingga tidak terlihat
adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel
fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya
karbomer, turunan selulosa) atau dari gom alam (misalnya tragakan).
2. Menurut Lieberman dkk., (1989), berdasarkan sifat pelarutnya, gel
dikelompokkan menjadi hidrogel dan organogel.
i. Hidrogel. Hidrogel adalah gel dengan pelarut air. Hidrogel umumnya
terbentuk oleh molekul polimer hidrofil yang saling sambung silang
melalui ikatan hidrogen, interaksi ionik atau interaksi hidrofob.
Hidrogel memiliki tegangan permukaan yang rendah dengan cairan
biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi
protein dan adhesi sel.
ii. Organogel. Organogel adalah gel dengan pelarut bukan air.
20
3. Menurut Swarbrick dan Boyland (1992), berdasarkan bentuk dan
struktur gel, gel dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
i. Kumparan acak. Struktur gel dibentuk oleh komponen pembentuk
gel golongan polimer sintetik dan derivate selulosa. Mekanisme
pembentukan gel disebabkan adanya interaksi antara polimer-
polimer atau terjadi penggabungan antara molekul polimer yang
menyebabkan jarak antar partikel menjadi kecil dan terbentuk ikatan
silang antar molekul yang jumlahnya makin lama makin banyak.
Ikatan silang antar molekul akan mengurangi mobilitas pelarut dan
terbentuk massa gel. Penambahan jumlah polimer berikutnya akan
menaikkan sifat viskositas dan ketegaran massa gel.
ii. Heliks. Struktur gel dibentuk oleh komponen pembentuk gel
golongan gom xanthan dan polisakarida dengan bentuk struktur gel
lebih teratur akibat adanya jalinan antara dua rantai polimer.
iii. Batang. Batang disebut juga struktur gel model egg box yang terjadi
ikatan silang antara polimer dengan kation divalen. Contoh yang
spesifik adalah kalsium alginat.
iv. Bangunan kartu. Struktur gel yang terbentuk dari partikel koloid
terjadi akibat penggabungan antara muatan positif dari koloid
dengan muatan negatif dari permukaan datar partikel koloid.
b. Pembuatan Gel (Ansel, 1989)
Proses pembuatan gel dan magma harus dibuat baru atau segar
dengan cara pengendapan fase terdispersi, agar mendapatkan suatu derajat
21
kehalusan dan bersifat seperti gelatin dari bagian partikel-partikel tersebut.
Endapan yang bersifat gelatin dihasilkan apabila larutan unsur anorganik
bereaksi membentuk suatu senyawa kimia yang tidak larut, sehingga
mempunyai daya tarik-menarik yang tinggi dengan air.
Gel dan magma juga dapat dibuat dengan cara hidrasi langsung
dalam air dari zat kimia anorganik, bentuk yang dihidrasi terdiri dari fase
terdispersi. Gel dan magma memiliki daya tarik-menarik yang tinggi
antara fase terdispersi dan medium berair, sehingga sediaan ini akan tetap
merata atau tidak ada perubahan selama didiamkan.
c. Sifat dan Karakteristik Gel (Zatz dan Kusla, 1989)
1. Swelling. Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel
dapat mengabsorbsi larutan yang mengakibatkan terjadi pertambahan
volume. Pelarut akan berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi
interaksi antara pelarut dengan gel.
2. Sineresis. Sineresis adalah suatu proses yang terjadi akibat adanya
kontraksi di dalam masa gel dan akibatnya akan keluar air yang terjerat
dari dalam gel, disebabkan oleh penyimpanan gel dalam waktu lama
dan terjadi fluktuasi suhu pada penyimpanan gel. Cairan yang terjerat
akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Mekanisme terjadinya
kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat tekanan elastis pada
saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan
mengakibatkan jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan
22
cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada
hidrogel maupun organogel.
3. Efek suhu. Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk
melalui penurunan temperatur, tetapi dapat juga pembentukan gel
terjadi setelah pemanasan sampai suhu tertentu. Contohnya metil
selulosa dan HPMC terlarut dan membentuk gel pada air dingin.
Sedangkan karagenan membentuk gel pada suhu 80oC. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan gel yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan
berpengaruh pada gel hidrofilik, karena ion akan berkompetisi secara
efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan terbentuk garam
koloid yang larut. Contohnya gel Na-alginat akan segera mengeras
dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan
karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium
alginat yang tidak larut.
5. Rheologi. Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan
yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan
menunjukkan jalan aliran non-Newton yang dikarakterisasi oleh
penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
d. Stabilitas Gel
Stabilitas gel adalah sifat gel untuk mempertahankan distribusi
halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
23
yang panjang. Perubahan dalam temperatur dapat menyebabkan gel
tertentu mendapatkan kembali bentuk cairnya. Beberapa gel menjadi encer
setelah pengocokkan dan kembali menjadi setengah padat atau padat
setelah dibiarkan tidak terganggu untuk beberapa waktu tertentu, peristiwa
ini disebut tiksotropi (Ansel, 1989).
Menurut Angela (2012), untuk memperoleh nilai kestabilan suatu
sediaan kosmetika dalam waktu yang singkat, maka dapat dilakukan uji
stabilitas dipercepat. Jika hasil pengujian suatu sediaan pada uji dipercepat
diperoleh hasil yang stabil, maka sediaan tersebut stabil pada penyimpanan
suhu kamar selama 1 tahun. Adapun cara pengujian stabilitas fisik
dipercepat pada sediaan gel, antara lain:
1. Elevated temprature.
Uji ini digunakan sebagai indikator kestabilan. Setiap kenaikan
suhu 10oC akan mempercepat reaksi 2-3 kalinya, namun secara praktis
cara ini agak terbatas karena kenyataannya suhu yang jauh di atas
normal akan menyebabkan perubahan yang tidak pernah terjadi pada
suhu normal.
2. Elevated humidities.
Umumnya uji ini dilakukan untuk menguji kemasan produk.
Jika terjadi perubahan pada produk dalam kemasan karena pengaruh
kelembaban, maka hal ini menandakan bahwa kemasannya tidak
memberikan perlindungan yang cukup terhadap atmosfer.
24
3. Cycling test.
Tujuan pengujian ini untuk menguji terjadinya sineresis pada
gel. Sineresis merupakan gejala yang terjadi pada saat gel mengkerut
waktu tegak dan sebagian cairan antarsel keluar, terjadi karena
kristalisasi tambahan atau pembentukan titik-titik kontak tambahan
antara segmen-segmen polimer. Pengujian ini memiliki 2 siklus yaitu
pada suhu dingin (4oC) dan suhu tinggi (40oC).
e. Bahan Pembentuk Gel
1. Bahan Pengembang.
Gel dapat dibentuk oleh carbomer 940 yang didispersikan dalam
air dengan penambahan zat-zat alkali (trietanolamin) dan turunan
selulosa seperti hidroksipropilselulosa dan hidroksipropilmetilselulosa
(Lachman, 2008). Selain itu bahan organik turunan selulosa lainnya
yang digunakan sebagai bahan pengembang adalah natrium karboksi
metil selulose. Bahan pengembang gel juga dapat dibuat dari bahan
anorganik seperti Aerosil dan bentonit dengan konsentrasi 15-20%
(Voight, 1994).
2. Bahan Humektan.
Humektan adalah bahan yang berfungsi untuk meningkatkan
kandungan air dari lapisan terluar kulit yang berupa senyawa
higroskopis yang umumnya larut air. Selain perannya dalam kosmetik,
humektan juga berfungsi menjaga kandungan lembab dan stabilitas dari
sediaan kosmetik (Mitsui, 1997).
25
Gliserin, propilen glikol, sorbitol 70% dan polietilenglikol
dengan berat molekul yang lebih rendah digunakan sebagai bahan
pelembab (humektan). Pilihan suatu pelembab tidak hanya berdasarkan
laju perubahan kelembaban, tetapi juga efeknya terhadap susunan dan
viskositas sediaan. Bahan-bahan ini mencegah sediaan menjadi kering
dan mencegah pembentukan kerak bila sediaan dikemas dalam botol. Di
samping itu, bahan-bahan ini juga memperbaiki konsistensi suatu
sediaan (Lachman, 2008).
3. Bahan pengawet.
Bahan zat antimikroba berguna untuk melindungi produk
terhadap kemungkinan kontaminasi oleh mikroorganisme patogen dan
melindungi produk selama pemakaian. Bahan pengawet harus
memenuhi kriteria umum seperti toksisitas rendah, kestabilan pada
pemanasan dan penyimpanan serta dapat bercampur secara kimia.
Adapun bahan pengawet khas yang digunakan dalam formulasi
farmasetik dan kosmetik antara lain alkohol, aldehid, fenolik, kuarterner
dan paraben (Lachman, 2008).
26
f. Komposisi gel peel off
1. PVA (Polivinil alkohol).
Gambar 2.4 Rumus bangun polivinil alkohol (Rowe dkk., 2009).
Film agent atau film former diklasifikasikan dalam senyawa
yang memiliki tipe kelarutan dalam air dan alkohol. Film agent
memiliki kemampuan untuk membentuk film setelah pelarutnya
menguap (Mitsui, 1997). Salah satu jenis filming agent yang banyak
digunakan dalam sediaan kosmetik adalah PVA (Polivinil alkohol).
PVA adalah polimer sintetik yang berupa serbuk berbentuk granul
berwarna putih dan tidak berbau, dibuat dengan polimerisasi vinil asetat
yang diikuti dengan hidrolisis parsial dari gugus ester. PVA dapat
digunakan sebagai filming agent dan agen peningkat viskositas. PVA
digunakan sebagai filming agent karena dapat membentuk lapisan yang
dapat dikelupas setelah mengering. Viskositas dan kekuatan film
bervariasi, tergantung pada derajat saponifikasi dan polimerisasi
(Mitsui, 1997 dan Rowe dkk., 2009).
PVA memiliki serbuk yang higroskopis, agak sukar larut dalam
air dan tidak larut dalam seluruh pelarut organik. Dalam kosmetik,
konsentrasi polivinil alkohol yang digunakan sekitar 7-10% yang
diketahui bersifat tidak iritasi terhadap kulit dan mata (Rowe dkk.,
2009). Polivinil alkohol digunakan sebagai pembentuk lapisan film
27
masker wajah gel peel off dengan rentang konsentrasi 10-16% (Lestari
dkk., 2013).
2. Karbomer.
Gambar 2.5 Rumus bangun carbomer (Rowe dkk., 2009).
Karbomer digunakan sebagian besar di dalam cairan atau
sediaan formulasi semisolid sebagai agen pensuspensi atau agen
penambah kekentalan. Karbomer merupakan polimer sintetik asam
akrilat dengan berat molekul tinggi, serbuk halus, berwarna putih,
bersifat asam, higroskopik, dengan sedikit karakteristik bau. Karbomer
dapat larut di dalam air, di dalam etanol (95%) dan gliserin, dapat
terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal bersifat asam
dan sifat merekatnya rendah. Dispersi karbomer dalam air akan
menghasilkan pH 2,8 - 3,2 (Zatz dan Kushla, 1996). Karbomer akan
mengembang apabila terkena kontak dengan air. Karbomer akan
mengembang jika didispersikan dalam air, dengan adanya penambahan
zat-zat alkali seperti trietanolamin atau diisopropilamin untuk
membentuk suatu sediaan semipadat (Lieberman dkk., 1989). Karbomer
digunakan untuk bahan pembentuk gel pada konsentrasi 0,5-2,0%
(Rowe dkk., 2009). Kelebihan dari karbomer adalah dapat memberikan
28
viskositas tinggi pada konsentrasi rendah, memiliki rentang viskositas
yang lebar serta sifat alir yang baik, kompatibel dengan bermacam-
macam bahan aktif, memiliki karakter bioadesif, memiliki stabilitas
termal yang baik serta karakteristik organoleptis yang akseptabel (Islam
dkk., 2004).
3. Gliserin.
Gambar 2.6 Rumus bangun gliserin (Rowe dkk., 2009).
Dalam sediaan formulasi kosmetik dan topikal, gliserin biasanya
digunakan untuk sifat humektan dan emolien. Pemerian gliserin bersifat
higroskopis, tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis
dan memiliki rasa manis. Kelarutannya larut dalam air, sedikit larut
dalam aseton, praktis tidak larut dalam benzen dan kloroform, dapat
bercampur dengan etanol dan metanol, serta praktis tidak larut dalam
minyak. Konsentrasi yang biasanya digunakan sebagai bahan humektan
dan emolien sekitar ≤ 30% (Rowe dkk., 2009).
29
4. Metil paraben (Nipagin).
Gambar 2.7 Rumus bangun metil paraben (Rowe dkk., 2009).
Metil paraben paling sering digunakan sebagai pengawet
antimikroba dalam kosmetik. Metil paraben bisa digunakan sendiri
maupun dengan kombinasi paraben lain atau dengan agen antimikroba
lainnya. Aktivitas antimikroba ditunjukkan pada pH 4-8. Pemerian
metil paraben bubuk kristal putih, tidak berbau dan memiliki sedikit
rasa terbakar. Larut dalam air panas, etanol 95% (1:3), eter (1:10) dan
metanol. Konsentrasi metil paraben yang biasanya digunakan sebesar
0,02-0,3% (Rowe dkk., 2009).
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Program
Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Tadulako, selama bulan Februari sampai dengan April 2014.
3.2 Bahan Dan Alat
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kunyit putih,
aquadest, polivinil alkohol (kualitas farmasetis), karbomer (kualitas
farmasetis), gliserin (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas
farmasetis), kertas saring, aluminium foil, tisu dan etanol 70% (Brataco).
b. Alat
Peralatan yang digunakan adalah pisau pemotong, blender
(National), wadah maserasi, kaca objek, viskometer (Brookfield), Moisture
Analyzer (Citizen), pH meter (Consort C561), inkubator (SL El Lab),
cawan porselin, stopwatch, timbangan gram (Ohaus), Rotary evaporator
(Eyela), termometer, hotplate (Denville), sendok tanduk, alat pengaduk,
pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, mortir dan stamper.
31
3.3 Prosedur Penelitian
a. Identifikasi Tanaman
Identifikasi tanaman kunyit putih dilakukan di UPT Sumber Daya
Hayati Sulawesi Tengah.
b. Pengumpulan Tanaman Kunyit Putih
Kunyit putih diperoleh dari rimpang tanaman kunyit putih yang
terletak di Desa Sangele Kecamatan Pamona Puselembah Kabupaten Poso.
c. Pembuatan Simplisia Kunyit Putih
Rimpang kunyit putih disortasi basah yang dilakukan terhadap
bahan tanaman yang tidak dapat digunakan lagi, kemudian dilakukan
pencucian dibawah air mengalir. Selanjutnya kunyit putih diangkat dan
ditiriskan. Kulit rimpang dikupas dan dilakukan pengubahan bentuk
rimpang dengan cara perajangan kecil-kecil lalu dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan. Setelah kering, kemudian disortasi kering terhadap
bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak. Setelah itu,
simplisia tersebut diblender halus hingga membentuk serbuk dan
ditempatkan dalam suatu wadah. Lalu dilakukan penentuan kadar air
simplisia sebelum diekstraksi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kandungan air dalam simplisia yang berhubungan dengan tingkat
kestabilannya terhadap aktivitas mikroba. Penentuan kadar air dilakukan
dengan menggunakan alat moisture analyzer, dengan memasukkan sampel
pada wadah penimbangan kemudian suhu pengeringan diatur. Tunggu
beberapa saat suhu ruang dan suhu dalam wadah pengering akan
32
ditampilkan selama pengujian. Nilai kelembaban ditampilkan pada layar
moisture analyzer menandakan sampel telah kering dan berat tidak lagi
berubah.
c. Pembuatan Ektrak Kunyit Putih
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara remaserasi. Serbuk
simplisia kunyit putih ditimbang sebanyak 1 kg, kemudian dimasukkan ke
dalam wadah, ditambahkan pelarut etanol 70% sampai serbuk simplisia
terendam. Proses ini dilakukan selama 3x24 jam sambil diaduk setiap hari.
Setelah itu disaring menggunakan kertas saring. Proses ini dilakukan
berulang-ulang hingga tidak ada lagi senyawa yang teresktrak, ditandai
dengan warna pelarut yang jernih. Filtrat yang diperoleh diuapkan
pelarutnya dengan menggunakan rotary vakum evaporator dengan suhu
≤50oC. Pelarut yang tersisa diuapkan diatas penangas air hingga diperoleh
ekstrak kental. Hasil ekstrak kental ini selanjutnya digunakan sebagai
bahan utama pembuatan masker wajah.
33
d. Formulasi Sediaan Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih
1. Rancangan Formula
Formulasi masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih dibuat
dalam 3 formula yaitu formula A, B dan C dengan variasi konsentrasi
PVA (Polivinil alkohol) sebagai filming agent, sedangkan bahan
tambahan lainnya tetap.
Tabel 3.1 Formula masker wajah gel peel off
2. Pembuatan Sediaan Masker Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dilakukan penimbangan bahan sesuai perhitungan untuk pembuatan
masker wajah gel peel off dengan bobot masing-masing formula
dalam 100 gram (lampiran 6).
c. Polivinil alkohol dikembangkan dengan air suling panas kemudian
diaduk diatas hotplate pada suhu 80o-90oC hingga homogen dengan
penambahan sedikit demi sedikit sisa air suling (campuran 1).
Komponen BahanFormula Fungsi
BahanA B C
Ekstrak KunyitPutih
1,7% 1,7% 1,7%Bahan utama
Polivinil Alkohol 10% 15% 20%Filmingagent
Karbomer 0,5% 0,5% 0,5%Gellingagent
Triethanolamin 0,5% 0,5% 0,5%Alkalizing
agentGliserin 10% 10% 10% Humektan
Metil Paraben 0,3% 0,3% 0,3% PengawetAir suling ad 100 100 100 Pelarut
34
d. Karbomer dikembangkan dalam air suling dan diaduk menggunakan
mortir sehingga membentuk massa gel kemudian ditambahkan
triethanolamin dan diaduk hingga homogen (campuran 2).
e. Selanjutnya metil paraben dilarutkan dalam air suling panas pada
suhu 80o-90oC.
f. Kemudian campuran 2 dan larutan metil paraben dimasukkan secara
berturut-turut ke dalam campuran 1 yang telah mengembang,
kemudian diaduk hingga homogen (campuran 3).
g. Setelah itu, ekstrak kunyit putih didispersikan dengan gliserin dan
diaduk hingga terdispersi merata, kemudian dimasukkan sedikit
demi sedikit ke dalam campuran 3, sambil terus diaduk hingga
homogen dan terbentuk massa gel.
h. Sediaan yang telah jadi dimasukkan masing-masing ke dalam wadah.
i. Dilakukan pengujian mutu fisik masker gel peel off untuk
mengetahui konsentrasi optimum polivinil alkohol.
3. Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih
Pengujian mutu fisik masker wajah gel peel off yang telah dibuat
untuk memilih formula yang optimum meliputi pengamatan
organoleptis, pengukuran homogenitas, pH, viskositas, pengujian daya
sebar dan waktu sediaan mengering. Kemudian formula yang optimum
dilakukan evaluasi stabilitas mutu fisik selama 21 hari dengan selang
waktu 1, 7, 14, dan 21 hari pada kondisi suhu penyimpanan yang
berbeda, yaitu pada suhu kamar dan 40oC.
35
a. Pengamatan organoleptis.
Semua gel yang telah dibuat dilakukan pengamatan
organoleptis yang meliputi perubahan bentuk, warna dan bau.
b. Homogenitas.
Sebanyak 1 gram gel yang telah dibuat dioleskan pada kaca
objek. Kemudian dikatupkan dengan kaca objek yang lainnya dan
dilihat apakah basis tersebut homogen dan permukaannya halus
merata.
c. Pengukuran pH.
Dilakukan dengan cara memasukkan gel ke dalam wadah,
lalu diukur pHnya dengan pH meter yang sebelumnya telah
dikalibrasi dengan dapar standar (pH 4 dan pH 7).
d. Uji viskositas.
Dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield
digital dengan menggunakan spindel nomor 6 kemudian dicelupkan
ke dalam gel dengan kecepatan putar sebesar 5 rpm kemudian
viskositas masker gel peel off dapat terbaca pada layar monitor alat
viskometer.
e. Uji daya sebar.
Sebanyak 1 gram gel diletakkan secara hati-hati di atas kaca
berukuran 20x20 cm. Selanjutnya ditutupi dengan kaca yang lain dan
digunakan pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 125 gram,
kemudian diukur diameternya setelah 1 menit.
36
f. Uji waktu sediaan mengering.
Pengujian waktu kering dilakukan dengan cara mengoleskan
gel sebanyak 0,1 gram secara merata dengan area pengolesan
2,5x2,5 cm di lengan tangan dan diamati waktu yang diperlukan
sediaan mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker
gel hingga terbentuk lapisan yang kering dan elastis yang dapat
dikelupas dari permukaan kulit tanpa meninggalkan massa gel.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh pada pengamatan organoleptis dan
homogenitas dianalisis secara deskriptif sedangkan data pada
pengamatan viskositas, pengujian pH, uji daya sebar dan uji waktu
sediaan mengering dianalisis secara statistik dengan menggunakan
metode ANOVA pada taraf kepercayaan 95%. Metode ANOVA
digunakan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi polivinil
alkohol terhadap mutu fisik gel peel off. Untuk pengujian stabilitas
sediaan gel dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari dianalisis secara
statistik menggunakan paired samples t test dengan tingkat kepercayaan
95%.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
a. Pemilihan Formula Optimum
Pemilihan formula yang optimum dilakukan untuk memilih
formula yang stabil. Pada penelitian ini dibuat 3 formula dengan variasi
konsentrasi polivinil alkohol, kemudian dilakukan evaluasi mutu fisik
yang meliputi pengamatan organoleptis, homogenitas, pengukuran pH,
viskositas, daya sebar dan waktu mengering. Hasil evaluasi yang
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Sifat fisik masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih
Formula Replikasi
Hasil pengamatan
pHViskositas
5 rpm(cPs)
DayaSebar(cm)
WaktuMengering
(menit)Homogenitas Organoleptis
A1 6,28 30.600 6,3 8,50
Homogen,ada
gelembungudara
Sangat kental,kuning
kecoklatan tuadan berbaukhas kunyit
2 6,19 29.700 6 9,023 6,25 25.467 5,9 8,50
Rata-rata 6,24a 28.589a 6,1a 8,67a
SD 0,05 2741,35 0,22 0,3
B1 6,28 71.600 5,7 6,302 6,20 60.100 5,3 7,423 6,45 53.800 5,5 6,30
Rata-rata 6,31b 61.833b 5,5b 6,67b
SD 0,13 9025,79 0,2 0,65
C1 6,33 102.000 5,5 5,452 6,31 126.000 4,6 4,023 6,29 111.000 5 3,48
Rata-rata 6,31b 113.000c 5,03c 4,32c
SD 0,02 12124,36 0,45 1,02Ket :Dengan alat uji, abjad yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan sedangkan
abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.Sediaan A = formula dengan konsentrasi PVA 10%.Sediaan B = formula dengan konsentrasi PVA 15%.Sediaan C = formula dengan konsentrasi PVA 20%.
38
b. Pengujian Stabilitas Mutu Fisik Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak
Kunyit Putih
1. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis yang dilakukan meliputi perubahan
bentuk (konsistensi), warna dan bau yang dilakukan secara visual pada
suhu kamar dan suhu 40oC dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari.
Hasil uji organoleptis yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2
dibawah ini:
Tabel 4.2 Hasil pengamatan organoleptis masker gel peel offFormula Temperatur Waktu
pengamatanBentuk Warna Bau
A Suhu kamar Hari-1 Sangatkental
Kuningkecoklatan
tua
Khaskunyit
Hari-7 Kental Kuningkecoklatan
muda
Khaskunyit
Hari-14 Kental Kuningkecoklatan
muda
Khaskunyit
Hari-21 Kental Kuningkecoklatan
muda
Khaskunyit
Suhu 40oC Hari-1 Sangatkental
Kuningkecoklatan
tua
Khaskunyit
Hari-7 Kental Kuningkecoklatan
muda
Khaskunyit
Hari-14 Kental Kuningkecoklatan
muda
Khaskunyit
Hari-21 Kental Kuningkecoklatan
muda
Khaskunyit
Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
39
2. Pengamatan Homogenitas
Pengamatan homogenitas gel dilakukan pada kaca objek. Hasil
pengamatan yang dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari
pada suhu kamar dan suhu 40oC dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah
ini:
Tabel 4.3 Hasil pengamatan homogenitas masker gel peel offFormula Temperatur Waktu
pengamatanPengamatan homogenitas
A Suhu kamar Hari ke-1 Homogen,ada gelembung udara
Hari ke-7 Homogen,tanpa gelembung udara
Hari ke-14 Homogen,tanpa gelembung udara
Hari ke-21 Homogen,tanpa gelembung udara
Suhu 40oC Hari ke-1 Homogen,ada gelembung udara
Hari ke-7 Homogen,tanpa gelembung udara
Hari ke-14 Homogen,tanpa gelembung udara
Hari ke-21 Homogen,tanpa gelembung udara
Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
40
3. Pengukuran pH
Uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan
dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil pengamatan pH masker gel peel off
Formula TemperaturpH
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar5,92 6,35 6,23 6,276,86 6,8 6,8 6,396,42 6,7 6,63 6,36
Rata-rata,±SD 6,4±0,47 6,62±0,24 6,56±0,29 6,34±0,06
A Suhu 40oC 6,17 6,41 6,29 6,636,92 6,6 6,79 6,826,54 6,8 6,71 6,89
Rata-rata,±SD 6,5±0,38 6,6±0,19 6,59±0,27 6,78±0,13Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
6,16,15
6,26,25
6,36,35
6,46,45
6,56,55
6,66,65
6,76,75
6,86,85
6,96,95
7
pH
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran pH sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
40
3. Pengukuran pH
Uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan
dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil pengamatan pH masker gel peel off
Formula TemperaturpH
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar5,92 6,35 6,23 6,276,86 6,8 6,8 6,396,42 6,7 6,63 6,36
Rata-rata,±SD 6,4±0,47 6,62±0,24 6,56±0,29 6,34±0,06
A Suhu 40oC 6,17 6,41 6,29 6,636,92 6,6 6,79 6,826,54 6,8 6,71 6,89
Rata-rata,±SD 6,5±0,38 6,6±0,19 6,59±0,27 6,78±0,13Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran pH sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
40
3. Pengukuran pH
Uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan
dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil pengamatan pH masker gel peel off
Formula TemperaturpH
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar5,92 6,35 6,23 6,276,86 6,8 6,8 6,396,42 6,7 6,63 6,36
Rata-rata,±SD 6,4±0,47 6,62±0,24 6,56±0,29 6,34±0,06
A Suhu 40oC 6,17 6,41 6,29 6,636,92 6,6 6,79 6,826,54 6,8 6,71 6,89
Rata-rata,±SD 6,5±0,38 6,6±0,19 6,59±0,27 6,78±0,13Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran pH sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
Suhu kamar
Suhu 40°C
41
4. Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan viskometer Brookfield
menggunakan kecepatan 5 rpm dan spindel nomor 6. Pengujian ini
dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari pada suhu kamar
dan suhu 40oC. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.5
dan Gambar 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan viskositas masker gel peel off
Formula TemperaturViskositas (cPs)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar23600 23000 25600 3420046000 29800 26200 2920038800 36000 37200 36800
Rata-rata,±SD 36133,±11434,6
29600,±6502,3
33000,±6531,1
33400,±3862,64
A Suhu 40oC 35800 51000 43200 3580033600 30400 27200 3040032600 37000 28400 42600
Rata-rata,±SD 34000,±1637,1
39466,±10519,3
32933,±8911,5
36266,±6113,5
Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
Vis
kosi
tas
(cP
)
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran viskositas sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
41
4. Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan viskometer Brookfield
menggunakan kecepatan 5 rpm dan spindel nomor 6. Pengujian ini
dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari pada suhu kamar
dan suhu 40oC. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.5
dan Gambar 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan viskositas masker gel peel off
Formula TemperaturViskositas (cPs)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar23600 23000 25600 3420046000 29800 26200 2920038800 36000 37200 36800
Rata-rata,±SD 36133,±11434,6
29600,±6502,3
33000,±6531,1
33400,±3862,64
A Suhu 40oC 35800 51000 43200 3580033600 30400 27200 3040032600 37000 28400 42600
Rata-rata,±SD 34000,±1637,1
39466,±10519,3
32933,±8911,5
36266,±6113,5
Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
hari ke-1 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran viskositas sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
41
4. Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan viskometer Brookfield
menggunakan kecepatan 5 rpm dan spindel nomor 6. Pengujian ini
dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari pada suhu kamar
dan suhu 40oC. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.5
dan Gambar 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan viskositas masker gel peel off
Formula TemperaturViskositas (cPs)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar23600 23000 25600 3420046000 29800 26200 2920038800 36000 37200 36800
Rata-rata,±SD 36133,±11434,6
29600,±6502,3
33000,±6531,1
33400,±3862,64
A Suhu 40oC 35800 51000 43200 3580033600 30400 27200 3040032600 37000 28400 42600
Rata-rata,±SD 34000,±1637,1
39466,±10519,3
32933,±8911,5
36266,±6113,5
Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran viskositas sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
Suhu kamar
Suhu 40°C
42
5. Pengukuran Daya Sebar
Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 1
gram gel diatas kaca berukuran 20x20 cm, kemudian digunakan
pemberat seberat 125 gram selama 1 menit. Pengukuran ini dilakukan
dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari terhadap gel yang disimpan
pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengukuran daya sebar dapat
dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.6 Hasil pengamatan daya sebar masker gel peel off
Formula TemperaturDaya sebar (cm)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar5,4 5,7 6,1 6,25,1 5,3 6,8 6,85,6 5,7 6,7 6,8
Rata-rata,±SD 5,4±0,25 5,6±0,23 6,4±0,38 6,6±0,35A Suhu 40oC 5,4 5,4 6 6,1
6 6 6,2 6,25,9 6,5 6,4 6,5
Rata-rata,±SD 5,8±0,32 5,9±0,55 6,2±0,2 6,3±0,21Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
0
1
2
3
4
5
6
7
hari ke-1
Day
a se
bar
(cm
)
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran daya sebar sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
42
5. Pengukuran Daya Sebar
Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 1
gram gel diatas kaca berukuran 20x20 cm, kemudian digunakan
pemberat seberat 125 gram selama 1 menit. Pengukuran ini dilakukan
dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari terhadap gel yang disimpan
pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengukuran daya sebar dapat
dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.6 Hasil pengamatan daya sebar masker gel peel off
Formula TemperaturDaya sebar (cm)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar5,4 5,7 6,1 6,25,1 5,3 6,8 6,85,6 5,7 6,7 6,8
Rata-rata,±SD 5,4±0,25 5,6±0,23 6,4±0,38 6,6±0,35A Suhu 40oC 5,4 5,4 6 6,1
6 6 6,2 6,25,9 6,5 6,4 6,5
Rata-rata,±SD 5,8±0,32 5,9±0,55 6,2±0,2 6,3±0,21Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
hari ke-1 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran daya sebar sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
42
5. Pengukuran Daya Sebar
Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 1
gram gel diatas kaca berukuran 20x20 cm, kemudian digunakan
pemberat seberat 125 gram selama 1 menit. Pengukuran ini dilakukan
dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari terhadap gel yang disimpan
pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengukuran daya sebar dapat
dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.6 Hasil pengamatan daya sebar masker gel peel off
Formula TemperaturDaya sebar (cm)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar5,4 5,7 6,1 6,25,1 5,3 6,8 6,85,6 5,7 6,7 6,8
Rata-rata,±SD 5,4±0,25 5,6±0,23 6,4±0,38 6,6±0,35A Suhu 40oC 5,4 5,4 6 6,1
6 6 6,2 6,25,9 6,5 6,4 6,5
Rata-rata,±SD 5,8±0,32 5,9±0,55 6,2±0,2 6,3±0,21Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran daya sebar sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
Suhu kamar
Suhu 40°C
43
6. Pengukuran Waktu Mengering
Pengujian waktu mengering dilakukan dengan cara
mengoleskan sediaan gel di lengan tangan hingga gel mengering dan
dapat dikelupas. Pengujian dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan
21 hari pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengujian waktu
mengering dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.7 Hasil pengamatan waktu mengering masker gel peel off
Formula TemperaturWaktu mengering (menit)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar9,01 9,27 10,23 11,239,50 9,25 10,56 11,089,35 9,35 10,01 10,30
Rata-rata,±SD 9,29±0,25 9,29±0,05 10,27±0,28 10,87±0,76A Suhu 40oC 10,39 8,55 11,45 12,25
12,35 9,02 12,15 13,0813,52 9,10 12,20 14,10
Rata-rata,±SD 12,09±1,58 8,89±0,29 11,93±0,42 13,14±0,93Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
0
2
4
6
8
10
12
14
hari ke-1
Wak
tu m
enge
ring
(m
enit
)
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran waktu mengering sediaangel pada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
43
6. Pengukuran Waktu Mengering
Pengujian waktu mengering dilakukan dengan cara
mengoleskan sediaan gel di lengan tangan hingga gel mengering dan
dapat dikelupas. Pengujian dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan
21 hari pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengujian waktu
mengering dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.7 Hasil pengamatan waktu mengering masker gel peel off
Formula TemperaturWaktu mengering (menit)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar9,01 9,27 10,23 11,239,50 9,25 10,56 11,089,35 9,35 10,01 10,30
Rata-rata,±SD 9,29±0,25 9,29±0,05 10,27±0,28 10,87±0,76A Suhu 40oC 10,39 8,55 11,45 12,25
12,35 9,02 12,15 13,0813,52 9,10 12,20 14,10
Rata-rata,±SD 12,09±1,58 8,89±0,29 11,93±0,42 13,14±0,93Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
hari ke-1 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran waktu mengering sediaangel pada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
43
6. Pengukuran Waktu Mengering
Pengujian waktu mengering dilakukan dengan cara
mengoleskan sediaan gel di lengan tangan hingga gel mengering dan
dapat dikelupas. Pengujian dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan
21 hari pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengujian waktu
mengering dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.7 Hasil pengamatan waktu mengering masker gel peel off
Formula TemperaturWaktu mengering (menit)
Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu
kamar9,01 9,27 10,23 11,239,50 9,25 10,56 11,089,35 9,35 10,01 10,30
Rata-rata,±SD 9,29±0,25 9,29±0,05 10,27±0,28 10,87±0,76A Suhu 40oC 10,39 8,55 11,45 12,25
12,35 9,02 12,15 13,0813,52 9,10 12,20 14,10
Rata-rata,±SD 12,09±1,58 8,89±0,29 11,93±0,42 13,14±0,93Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran waktu mengering sediaangel pada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC
Suhu kamar
Suhu 40°C
44
7. Pengujian Perbandingan Paired Samples t Test Stabilitas Mutu
Fisik Masker Gel Peel Off Antara Suhu Kamar dan Suhu 40oC
Pengujian dianalisis secara statistik menggunakan paired
samples t test dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan antara suhu kamar dan suhu 40oC pada
pengukuran pH, viskositas, daya sebar dan waktu mengering yang
diamati pada hari pertama, hari ke 7, hari ke 14 dan hari ke 21. Hasil
analisis data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.8 Hasil uji paired samples t testFormula Pengujian Waktu pengamatan
Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari ke-21A pH tidak
berbedasignifikanp = 0,125
tidakberbeda
signifikanp = 0,900
tidakberbeda
signifikanp = 0,253
berbedasignifikanp = 0,012
Viskositas tidakberbeda
signifikanp = 0,800
tidakberbeda
signifikanp = 0,390
tidakberbeda
signifikanp = 0,713
tidakberbeda
signifikanp = 0,191
Daya sebar tidakberbeda
signifikanp = 0,270
tidakberbeda
signifikanp = 0,373
tidakberbeda
signifikanp = 0,149
tidakberbeda
signifikanp = 0,149
Waktumengering
tidakberbeda
signifikanp = 0,074
tidakberbeda
signifikanp = 0,130
berbedasignifikanp = 0,028
tidakberbeda
signifikanp = 0,108
Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.
45
4.2 Pembahasan
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kunyit putih.
Terlebih dahulu kunyit putih dilakukan identifikasi pada UPT Sumber Daya
Hayati Sulawesi Tengah. Identifikasi bertujuan untuk membandingkan dan
memastikan terhadap kebenaran spesies tanaman yang digunakan dalam
penelitian. Berdasarkan hasil identifikasi dapat dipastikan bahwa tanaman
yang digunakan tersebut adalah tanaman kunyit putih dengan nama Latin
Curcuma mangga Valeton & Zijp. Selanjutnya dilakukan pengolahan
rimpang hingga menjadi serbuk simplisia kunyit putih. Simplisia yang telah
kering diserbukkan dengan menggunakan blender. Proses penyerbukkan ini
bertujuan untuk memperbesar luas kontak serbuk simplisia kunyit putih
dengan cairan penyari, sehingga proses ektraksi dapat berlangsung dengan
maksimal. Kemudian dilakukan penentuan kadar air simplisia sebelum
diekstraksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam sampel
yang berhubungan dengan tingkat kestabilan sampel terhadap aktivitas
mikroba. Hasil perhitungan kadar air simplisia kunyit putih sebesar 9,35%.
Hasil ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
661/Menkes/SK/VII/1994 tentang obat tradisional dipersyaratkan kadar air
untuk serbuk simplisia adalah kurang dari 10%. Kadar air dibawah 10% dapat
menginaktifkan enzim yang terdapat di dalam simplisia sehingga
meminimalisir kemungkinan degradasi senyawa-senyawa kimia dan juga
dapat menghindari pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan.
46
Pembuatan ekstrak etanol rimpang kunyit putih dilakukan dengan
menggunakan metode remaserasi. Metode remaserasi merupakan cara
ekstraksi yang paling sederhana, tidak menggunakan pemanasan dan tidak
memerlukan banyak biaya. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan
diluar sel maka larutan yang terpekat didesak keluar (Voight, 1994). Cairan
penyari yang digunakan adalah etanol 70%, yang mana efektif untuk
menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, mudah berpenetrasi ke dalam
sel, kadar toksisitasnya rendah dan mampu menarik semua jenis zat aktif,
baik bersifat polar, semi polar dan non polar. Menurut Kusmiyati (2011),
kunyit putih mengandung senyawa kimia seperti kurkuminoid. Kurkuminoid
merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan (Tegar, 2012).
Kurkuminoid juga dapat larut dalam etanol, aseton dan metanol. Berdasarkan
hasil penelitian Pujimulyani (2006) menyatakan bahwa metode maserasi
dengan menggunakan pelarut etanol dapat menghasilkan ekstrak kunyit putih
dengan sifat antioksidan yang paling tinggi dibandingkan pelarut aseton dan
metanol. Selain itu, metode ini dapat mencegah kerusakan senyawa yang
terkandung dalam tanaman akibat suhu yang tinggi jika dilakukan penyarian
dengan pemanasan. Sifat antioksidan akan berkurang jika dipanaskan.
Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pemanasan, akan berakibat
pada penurunan sifat antioksidan (Pudjihartati, 1999).
47
Ekstrak yang didapatkan dengan menggunakan metode maserasi
sebanyak 46,88 gram dengan rendemen ekstrak 9,4% (Lampiran 6).
Karakteristik ekstrak yang diperoleh yaitu berwarna kuning kecoklatan tua,
kental dan memiliki bau yang khas aromatik kunyit.
Sediaan yang dibuat pada penelitian ini yaitu masker wajah gel peel
off ekstrak kunyit putih. Proses pembuatan masker wajah gel peel off
dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah pertama adalah
mengembangkan polivinil alkohol dalam air suling panas. Hal ini bertujuan
untuk membasahi partikel polivinil alkohol sehingga lebih mudah larut.
Polivinil alkohol digunakan sebagai filming agent karena memiliki sifat
adhesive atau dapat membentuk lapisan film yang dapat dikelupas setelah
mengering (Lestari dkk., 2013). Dengan mekanisme pembentukan film yakni
pada kelembaban rendah struktur polivinil alkohol akan merapat dan
membentuk lapisan yang lebih kuat dan keras, yang kemudian terlihat sebagai
pengeringan lapisan gel dan lapisan tersebut dapat dikelupas dari kulit, tanpa
meninggalkan bekas pada permukaan kulit. Sehingga bahan aktif akan dapat
terdesak keluar dari matriks gel dan mengalami kontak dengan permukaan
kulit. Didukung dengan adanya saluran folikel rambut, bahan aktif akan dapat
menuju site of action. Pencampuran polivinil alkohol dibantu dengan
pengadukan dan pemanasan menggunakan hotplate. Penggunaan suhu tinggi
bertujuan agar polivinil alkohol lebih cepat larut. Langkah kedua, karbomer
yang berfungsi sebagai gelling agent dikembangkan dalam air suling. Gelling
agent merupakan faktor yang penting dalam formulasi gel karena
48
memberikan struktur matriks tiga dimensi yang dapat membantu penjeratan
molekul-molekul zat aktif. Karbomer juga dapat meningkatkan viskositas
(kekentalan sediaan), dengan menggunakan donor hidroksil dari polivinil
alkohol yang ditambahkan pada polimer. Kombinasi dari donor hidroksil dan
satu atau lebih donor hidroksil akan menghasilkan kekentalan karena bentuk
ikatan hidrogen. Terjadinya ikatan hidrogen dengan molekul polimer dapat
membentuk gel yang tidak coil sehingga dapat meningkatkan viskositas
(Anwar, 2012). Selain itu, karbomer memiliki daya adhesive yang relatif kuat
pada kulit sehingga meningkatkan waktu kontak antara sediaan dan kulit.
Karbomer merupakan polimer yang larut dalam air dan jumlah air yang
banyak akan menghidrasi stratum korneum sehingga terjadi perubahan
permeabilitas stratum korneum menjadi lebih permeabel terhadap zat aktif
yang dapat meningkatkan permeasi zat aktif. Lalu ditambahkan beberapa
tetes triethanolamin. Triethanolamin merupakan agen pembasa yang
berfungsi untuk menaikan pH karbomer (pH 2-3) menjadi 5-6. Netralisasi ion
karbomer tersebut menyebabkan molekul secara sempurna dari tidak coil
menjadi struktur yang panjang, sehingga memberikan kekentalan secara
instan (Anwar, 2012). Langkah ketiga, metil paraben yang berfungsi sebagai
bahan pengawet dilarutkan dalam air suling panas. Gel peel off ekstrak kunyit
putih rentan dengan pertumbuhan mikroba karena sebagian besar
mengandung air. Metil paraben paling sering digunakan sebagai pengawet
dalam kosmetik. Metil paraben larut dalam air panas sehingga sesuai
digunakan untuk sediaan yang mengandung air dalam jumlah besar (Rowe
49
dkk., 2009). Langkah terakhir, penambahan ekstrak dilakukan setelah
terbentuk massa gel. Ekstrak kunyit putih didispersikan dalam gliserin.
Pendispersian ini bertujuan untuk membantu ekstrak kunyit putih terdistribusi
merata dan mempermudah pencampuran ekstrak dalam sediaan gel. Gliserin
juga berfungsi sebagai humektan. Gliserin yang bersifat higroskopis dengan
afinitas yang tinggi untuk menarik dan menahan molekul air sehingga
menjaga kestabilan dengan cara mengadsorbsi lembab dari lingkungan dan
mengurangi penguapan air dari sediaan (Barel dkk., 2009). Gliserin memiliki
massa yang lebih kental daripada bahan yang sejenis dan juga berfungsi
sebagai plasticizer yang dapat meningkatkan elastisitas dari film yang
terbentuk (Tamaela dan Lewerissa, 2007).
Setelah terbentuk sediaan masker gel peel off, dilakukan evaluasi mutu
fisik terhadap sediaan gel yang menggunakan variasi konsentrasi polivinil
alkohol (10%, 15% dan 20%) untuk memilih formula yang optimum. Pada
pengamatan organoleptis menunjukkan bahwa formula A, B dan C memiliki
bau khas kunyit putih dan berwarna kuning kecoklatan tua. Tekstur gel sangat
kental dan homogenitas pada formula A, B dan C menunjukkan sediaan gel
yang homogen dan terdapat gelembung udara. Pada pengukuran pH formula
A, B dan C menunjukkan nilai 6,24; 6,31; 6,31 sehingga memenuhi kriteria
tingkat keasaman (pH) fisiologis kulit yaitu antara 4,5-6,5 (Latifah dkk.,
2007) dan berdasarkan hasil uji statistik menggunakan metode ANOVA
menghasilkan nilai yang tidak berbeda signifikan (Lampiran 7). Pada
pengukuran viskositas, nilai viskositas formula A, B dan C secara berturut-
50
turut sebesar 28.589 cPs, 61.833 cPs dan 113.000 cPs, dan hasil uji statistik
dengan metode ANOVA, menghasilkan nilai yang berbeda signifikan
(Lampiran 7). Hal ini dikarenakan tiap formula menggunakan variasi
konsentrasi polivinil alkohol. Polivinil alkohol dapat meningkatkan jumlah
serat polimer sehingga semakin banyak juga cairan yang tertahan dan terikat
(Martin dkk., 1993). Semakin meningkat konsentrasi polivinil alkohol dapat
meningkatkan viskositas sediaan masker wajah gel peel off (Rowe dkk.,
2009). Pada pengukuran daya sebar didapatkan hasil pada formula A, B dan
C secara berturut-turut yaitu 6,1 cm, 5,5 cm dan 5,03 cm, dan hasil uji
statistik dengan metode ANOVA, menghasilkan nilai yang berbeda signifikan
(Lampiran 7). Penurunan daya sebar terjadi melalui peningkatan ukuran unit
molekul karena telah mengabsorbsi pelarut sehingga cairan tersebut tertahan
dan meningkatkan tahanan untuk mengalir dan menyebar (Martin dkk.,
1993). Hal ini sesuai dengan teori hubungan antara daya sebar dan viskositas
dari masker gel peel off, dimana semakin tinggi viskositas, maka daya sebar
akan semakin rendah dan begitu pula sebaliknya (Ameliawati, 2012). Pada
pengukuran sediaan mengering diperoleh waktu mengering pada formula A,
B dan C secara berturut-turut yaitu 8,67 menit, 6,67 menit dan 4,32 menit,
dan dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA, menghasilkan nilai
yang berbeda signifikan (Lampiran 7). Perubahan lama mengering pada
sediaan diduga karena pengaruh variasi konsentrasi polivinil alkohol, semakin
banyak jumlah polivinil alkohol menyebabkan semakin cepatnya gel
mengering. Hal ini disebabkan penambahan polivinil alkohol tiap formula
51
dapat mengikat air yang lebih banyak, sehingga kandungan air dalam masker
gel berkurang dan waktu mengering pun menjadi lebih cepat.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, maka dipilihlah
formula yang optimum yaitu formula yang menggunakan polivinil alkohol
sebanyak 10%. Dimana pH formula A sesuai dengan standar pH kulit sekitar
4,5-6,5, nilai viskositas formula A sebesar 25.000-31.000 cPs, nilai daya
sebar formula A sekitar 5-7 cm, dan waktu mengering formula A tidak lebih
dari 30 menit. Lama mengering berguna untuk menghantarkan bahan aktif
namun tidak boleh terlalu lama pula karena dapat berpengaruh pada
penerimaan konsumen terhadap pemakaian sediaan gel peel off.
Pada formula A dengan polivinil alkohol 10% dilakukan uji stabilitas
mutu fisik pada suhu kamar dan suhu 40oC dengan selang waktu 1, 7. 14 dan
21 hari yang meliputi pengamatan organoleptis, homogenitas, pengukuran
pH, viskositas, daya sebar dan waktu sediaan mengering.
1. Uji organoleptis
Uji organoleptis dimaksudkan untuk mengamati tampilan fisik
suatu sediaan yang meliputi bentuk, warna dan bau suatu sediaan. Hasil
pengamatan organoleptis yang dilakukan pada suhu kamar dan suhu 40oC
hari ke 1 menunjukkan bahwa gel pada formula yang optimum berbentuk
sangat kental, berwarna kuning kecoklatan tua dan memiliki bau yang khas
kunyit. Setelah pengamatan pada suhu kamar dan suhu 40oC hari ke 7, 14
dan 21 menunjukkan perbedaan organoleptis dengan pengamatan pada hari
52
ke 1. Hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 pada sediaan mengalami
penurunan kekentalan, perubahan warna menjadi kuning kecoklatan muda
namun masih memiliki bau yang khas kunyit. Adanya penurunan
kekentalan pada sediaan gel peel off kemungkinan disebabkan oleh wadah
kemasan yang kurang kedap udara sehingga udara dari luar dapat masuk,
sedangkan terjadinya perubahan warna pada sediaan kemungkinan
disebabkan adanya oksidasi. Adanya reaksi oksidasi juga dapat
menyebabkan terjadinya penurunan viskositas. Hal ini disebabkan karena
putusnya ikatan rangkap karbomer pada sediaan yang menjadi ikatan lebih
lemah dan lebih mudah putus.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui
tercampurnya bahan-bahan pada sediaan gel. Hasil uji homogenitas gel
pada formula yang optimum pada suhu kamar dan suhu 40oC hari ke 1
menunjukkan semua sediaan gel memiliki homogenitas yang baik namun
terlihat adanya gelembung-gelembung udara. Gelembung udara tersebut
terbentuk karena molekul dari polimer membentuk coil yang kuat dan
ikatan hidrogen antara polivinil alkohol dan karbomer belum terjadi secara
langsung. Setelah beberapa waktu gelembung udara tersebut akan hilang
karena terbentuknya ikatan hidrogen antara polivinil alkohol dan
karbomer.
Setelah pengamatan pada suhu kamar dan suhu 40oC hari ke 7, 14
dan 21 menunjukkan sediaan gel tidak mengalami pemisahan dan tetap
53
homogen, yang ditandai dengan tidak adanya gelembung-gelembung udara
lagi yang terlihat. Hal ini menunjukkan bahwa bahan gel yang digunakan
dalam formulasi ini terlarut dan tercampur sempurna serta pengawet yang
digunakan terbukti efektif dengan tidak adanya pertumbuhan jamur dalam
sediaan gel.
3. Uji pH (Derajat Keasaman)
Uji pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui keamanan sediaan
waktu akan digunakan. Hal ini karena sediaan merupakan sediaan topikal
yang akan digunakan di kulit wajah sehingga sedapat mungkin memiliki
pH yang mendekati pH kulit, yaitu 4,5-6,5 (Latifah dan Tranggono, 2007).
Pengujian dilakukan dengan cara menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi terlebih dahulu (pada pH 4 dan pH 7).
Berdasarkan hasil pengukuran pada suhu kamar dan suhu 40oC hari
ke 1, 7, 14 dan 21 didapatkan nilai pH sekitar 6,3-6,9 (Tabel 4.4)
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai pH mengalami perubahan yang relatif
sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh suhu kamar yang tidak
terkontrol sehingga dapat mempengaruhi terbentuknya senyawa kuinon
oleh reaksi oksidasi pada senyawa fenolik (Kurniati, 2011). Namun kadar
keasaman semua sediaan gel masih sesuai dengan pH kulit dan dapat
membantu menjaga stabilitas dari bahan aktif didalamnya. pH sediaan
topikal tidak boleh terlalu asam karena dapat mengiritasi kulit dan tidak
boleh terlalu basa karena dapat membuat kulit menjadi bersisik.
54
Data hasil pengukuran pH pada suhu kamar dan suhu 40oC selama
waktu penyimpanan 21 hari dianalisis secara statistik menggunakan paired
samples t test dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis pH tersebut
menunjukkan bahwa data pH formula optimum tidak berbeda secara
signifikan (p>0,05), sehingga formula gel peel off tersebut dinyatakan
stabil dalam penyimpanan.
4. Uji viskositas
Viskositas merupakan parameter yang penting dalam sediaan
semipadat. Semakin tinggi viskositas suatu sediaan, meningkatkan waktu
retensi pada tempat aplikasi, tetapi juga menurunkan daya sebar. Besar
viskositas suatu sediaan tergantung pada tujuan penggunaan sediaan
tersebut. Sediaan yang digunakan untuk pengobatan biasanya lebih lembut.
Sedangkan sediaan yang digunakan untuk melindungi kulit, memiliki
konsistensi yang lebih kental (Garg dkk., 2002). Pada pengujian viskositas
alat yang digunakan adalah Viskometer Brookfield dan menggunakan
spindel nomor 6 dengan kecepatan 5 rpm.
Berdasarkan hasil pengukuran pada suhu kamar dan suhu 40oC hari
ke 1, 7, 14 dan 21 didapatkan nilai sekitar 29.000-40.000 cPs (Tabel 4.5).
Hasil pengukuran viskositas kemudian diolah secara statistik
menggunakan paired samples t test dengan taraf kepercayaan 95% dan
menunjukkan bahwa semua sediaan gel tidak mengalami perbedaan
viskositas yang signifikan (p>0,05), sehingga viskositas sediaan tersebut
dinyatakan stabil dalam penyimpanan.
55
5. UJi daya sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan
pemerataan dan penyebaran masker gel peel off saat diaplikasikan ke kulit
serta pengeluaran gel dari wadah. Gel yang baik membutuhkan waktu
yang lebih sedikit untuk tersebar dan akan memiliki nilai daya sebar yang
tinggi (Shai dkk., 2009). Pengukuran daya sebar dilakukan dengan
menggunakan lempeng kaca berukuran 20x20 cm dan dengan penambahan
beban seberat 125 gram selama 1 menit. Nilai daya sebar yang diinginkan
untuk masker gel peel off adalah antara 5,0-7,0 cm (Garg dkk., 2002).
Berdasarkan hasil pengukuran daya sebar pada suhu kamar dan
suhu 40oC hari ke 1, 7, 14 dan 21 didapatkan hasil sekitar 5-7 cm (Tabel
4.6). Selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan paired samples t
test dengan taraf kepercayaan 95% didapatkan hasil bahwa nilai
pengukuran daya sebar dengan selang waktu hari ke 1, 7, 14 dan 21 pada
suhu kamar dan suhu 40oC antar sediaan yaitu tidak berbeda secara
signifikan (p>0,05). Hal ini berarti daya sebar sediaan gel tersebut
dinyatakan stabil dalam penyimpanan.
6. Uji waktu sediaan mengering
Uji waktu mengering bertujuan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan oleh masker gel peel off untuk mengering setelah diaplikasikan
ke kulit. Uji waktu mengering ini dilakukan karena masker gel peel off
diharapkan akan membentuk lapisan film dalam waktu tertentu setelah
diaplikasikan. Lama pengeringan yang diharapkan dari masker gel peel off
56
yang dihasilkan adalah antara 15-30 menit (Nurrochmach, 2012).
Pengujian lama waktu sediaan mengering dilakukan dengan mengoleskan
0,1 gram sediaan gel pada area 2,5x2,5 cm di kulit lengan tangan dan
dibiarkan hingga mengering dan dapat dikelupas.
Hasil uji lama waktu mengering sediaan gel pada suhu kamar dan
suhu 40oC dengan selang waktu hari ke 1, 7, 14 dan 21 menghasilkan
sediaan masker gel peel off ektrak kunyit putih yang memiliki waktu untuk
mengering antara 8-14 menit (Gambar 4.7). Waktu mengering sediaan gel
yang terlalu cepat kemungkinan dikarenakan kesalahan dalam pengujian
waktu mengering yang dilakukan pada area yang terlalu kecil yaitu 1x1
cm, sedangkan dalam prosedur pengolesan dilakukan pada area 2,5x2,5
cm. Selanjutnya data hasil pengujian waktu mengering sediaan gel peel off
pada suhu kamar dan suhu 40oC dengan selang waktu hari ke 1, 7, 14 dan
21 dianalisis secara statistik menggunakan paired samples t test dengan
tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis data formula optimum yaitu tidak
berbeda secara signifikan (p>0,05). Hal tersebut menyatakan bahwa waktu
mengering sediaan gel pada formula optimum dinyatakan stabil dalam
penyimpanan.
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Formula sediaan masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih yang
memenuhi mutu fisik sediaan gel paling baik adalah dengan konsentrasi
polivinil alkohol sebesar 10% dibandingkan polivinil alkohol 15% dan
20%.
2. Formula A yang menggunakan polivinil alkohol sebesar 10% memenuhi
stabilitas mutu fisik yang stabil yang menghasilkan sediaan gel yang
tetap homogen, nilai pH 6,3-6,9, nilai viskositas 29.000-40.000 cPs, nilai
daya sebar 5-7 cm dan lama waktu mengering 8-14 menit.
5.2 Saran
1. Untuk pengujian selanjutnya perlu dilakukan uji kekuatan tarikan pada
saat gel akan dikelupas untuk mempermudah pada saat pengelupasan.
2. Perlunya dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dan antibakteri pada
sediaan gel peel off ekstrak kunyit putih agar dapat mengetahui potensi
antioksidan dan antibakteri ekstrak kunyit putih setelah diformulasi
menjadi sediaan gel peel off.
58
DAFTAR PUSTAKA
Adila, R., Nurmiati., dan Agustien, A., 2013, Uji Antimikroba Curcuma sp.Terhadap Pertumbuhan Bakteri Candida albicans, Staphylococcus aureus,Escherichia coli, Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam, Edisi revisi, Institut Pertanian Bogor,Bogor.
Ameliawati, Y., T., 2012, Prediksi Komposisi Optimum Filming Agent PolivinilAlkohol Dan Humektan Gliserin Formula Gel Masker Peel Off AntiacneEkstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Aplikasi Dengan DesainFaktorial, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Anonim, 1985, Materia Medica Indonesia, Jilid V, Dirjen POM, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi 4, Dirjen POM, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
, 2007, Temu Putih, Dirjen POM, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta.
, 2013, Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Direktorat Obat Asli Indonesia,Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Angela, L., 2012, Aktivitas Antioksidan Dan Stabilitas Fisik Gel Anti-Aging YangMengandung Ekstrak Air Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.),Program Ekstensi Departemen Farmasi, Fakultas Matematika Dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.
Ansel, H., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, Penerjemah FaridaIbrahim, Universitas Indonesia, Jakarta.
Anwar, E., 2012, Eksipien Dalam Sediaan Farmasi – Karakteristik dan Aplikasi,Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Barel, A., O., Paye, M., dan Maibach, H., I., 2009, Handbook of Cosmetic Scienceand Technology, Third Edition, Informa Healthcare USA, New York.
Dalimartha, S., dan Soedibyo, M., 1999, Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat danDiet Suplemen, Trubus Agriwidya, Jakarta.
Fauziah, M., 1999, Temu-temuan dan Empon-emponan, Budidaya danManfaatnya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
59
Garg, A., Deepika, A., dan Singla, A., K., 2002, Spreading of SemisolidFormulation, Pharmaceutical Technology, USA.
Harry, R., G., 1982, Harry’s Cosmeticology, Edisi Ketujuh, Chemical PublishingCompany, New York.
Islam, M.T., Rodriguez-Hornedo, N., Ciotti, S., dan Ackermann, C., 2004,Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels Neutralized toDifferent pH, Pharmaceutical Research, diakses pada tanggal 27 Mei 2014.
Kumar, 2007, Antibacterial Screening Of Selected Indian Medicinal PlantsAgainst Acne-inducing Bacteria, Tropical Journal Of PharmaceuticalResearch, diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Kurniati, N., 2011, Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Formula KrimMengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum), FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi,Universitas Indonesia, Depok.
Kusmiyati, Aznam, N., Handayani, S., 2011, Isolasi dan Identifikasi Zat AktifEkstrak Metanol Rimpang Kunyit Putih (Curcuma mangga Val) FraksiEtil Asetat), Fakultas Farmas, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Lachman, L., 2008, Teori Dan Praktek Farmasi Industri Bagian 2, Edisi 3,Terjemahan Siti Suyatmi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Latifah F., dan Tranggono R., I., 2007, Buku Pegangan Ilmu PengetahuanKosmetik, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lestari, P. M., Sutyasningsih, R. B., dan Ruhimat, 2013, The Influence of IncreaseConcentration Polivinil Alcohol (PVA) As a Filming Agent On PhysicalProperties of The Peel-Off Pineapple Juice (Ananas comosus L.), AsianSocieties of Cosmetic Scientists Conference, diakses pada tanggal 25 Mei2014.
Lieberman, Rieger, dan Banker, 1989, Pharmaceutical Dossage Form: DispenseSystem, Volume Kedua, Marchell Dekker Inc, New York.
Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik: Dasar-dasarFarmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Edisi Ketiga, Penerjemah: Yoshita,UI Press, Jakarta.
Melannisa, R., Da’i, M., dan Rahmi, R., 2011, Uji Aktivitas Penangkap RadikalBebas Dan Penatapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Tiga RimpangGenus Curcuma Dan Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata),
60
Pharmacon: Pharmaceutical Journal Of Indonesia, Vol. 12, No. 1, diakses27 Oktober 2013.
Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science 1st Edition 28, Elsevier Science B. V.,Amsterdam.
Mutchler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, terjemahan M. B. Widianto dan A.S. Ranti, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Nurrohmach, 2012, Optimasi Filming Agent Polivinil Alkohol Dan HumektanGliserin Dalam Formula Gel Masker Peel Off Antiacne Ekstrak DaunKemangi (Ocimum sanctum L.) Aplikasi Dengan Desain Faktorial,Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ogur, E., 2005, Polyvinyl Alcohol: Materials, Processing and Applications,Volume 16, Nomor 12, diakses pada tanggal 15 Juni 2014.
Pratiwi, W., 2006, Penentuan Daya Inhibisi Ekstrak Air Dan Etanol Temu PutihTerhadap Aktivitas Tirosin Kinase Secara In Vitro, Departemen Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut PertanianBogor, Bogor.
Pudjihartati, V., L., 1999, Stabilitas Antioksidan Ekstrak Kunyit SelamaPenyimpanan Umbi dan Pemanasan, Tesis S2, Fakultas Teknik Pertanian,Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Pujimulyani, D., 2006, Sifat Antioksidatif Ekstrak Kunyit Putih Dengan PelarutAseton, Etanol dan Metanol, Fakultas Teknologi Pertanian, UniversitasWangsa Manggala, Yogyakarta.
Ramadhanil, dan Sahlan, 2014, UPT Sumber Daya Hayati Sulawesi Tengah,Herbarium Universitas Tadulako, Palu.
Rukmana, R., 1994, Kunyit, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rowe, R., Sheskey, P., dan Quinn, M., 2009, Handbook Of PharmaceuticalExicipient, 6th edition, Pharmaceutical Press, Amerika Serikat.
Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Jakarta.
Shai, A., Maibach, H.I., dan Baran, R., 2009, Handbook of Cosmetic and SkinCare, Skin Structure, Informa Healthcare, London.
Sumarny, R., Djamil, R., Indira, A., 2012, Kadar Kurkumin dan PotensiAntioksidan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria,Curcuma mangga) dan Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza), Seminar
61
Nasional POKJANAS TOIXLII, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila,Jakarta.
Sunarni, 2005, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, cetakan ke-2, Penebar Swadaya,Jakarta.
Swarbrick, J., dan Boylan, J. C., 1992, Encyclopedia of PharmaceuticalTechnology, Marchell Dekker Inc, New York.
Tamaela, P., dan Lewenssa, S., 2008, Karakteristik Edible Film dari Karagenan,Ichthyos, diakses pada tanggal 2 Juni 2014.
Tegar, M., 2012, Korelasi Aktivitas Kurkuminoid Sebagai Antioksidan DenganHasil Uji Penambatan Molekul Plants In Silico, LaboratoriumFarmakokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tresna, P., 2010, Modul 1 Dasar Rias Perawatan Kulit Wajah, Prodi PendidikanTata Busana, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, FakultasPendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia,Bandung.
Tudorachi, N., Cascaval, C. N., Rusu, M., dan Pruteanu, M., 1999, Testing ofPolyvinyl Alcohol and Strach Mixtures as Biodegradable PolymericMaterials, Polymer Testing, 19, diakses pada tanggal 27 April 2014.
Voight R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.
Zatz, J. L., dan Kushla, G. P., 1989, Pharmaceutical Dosage Form: DisperseSystems, Volume 1, Edisi Kedua, Marchell Dekker Inc, New York.
62
Lampiran 1.
Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Kunyit Putih
63
Lampiran 2.
Hasil Determinasi Tanaman Kunyit Putih
64
Lampiran 3.
Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Kunyit Putih
- Sortasi basah- Pencucian rimpang- Penggupasan dan perajangan
rimpang- Pengeringan simplisia- Sortasi kering- Simplisia diblender hingga
membentuk serbuk- Penentuan kadar air simplisia
- Diekstraksi dengan metodemaserasi
Disaring
Kunyit putih
Serbuk simplisia
Ekstrak kentalkunyit putih
Filtrat Residu
Diuapkan denganRotary Evaporator
Ekstrak kental etanol kunyit putih
65
Lampiran 4.
Skema Kerja Pembuatan Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih
Dikembangkan dalam air suling
Diaduk diatas hotplate ditambahkanPada suhu 80-90oC triethanolamin(Campuran 1) (Campuran 2)
Kedua campuran dicampurkan sedikit demi sedikit
Ditambahkan
Diaduk hingga homogen
Dimasukkan dalam wadah
Ekstrak kunyit putih didispersikandengan gliserin
Metil paraben yang telahdilarutkan dalam air suling panas
Alat dan Bahan
Polivinil alkohol dan karbomer
Disiapkan
Sediaan gel peel off ekstrak kunyit putih
66
Lampiran 5.
Evaluasi Mutu Fisik dan Stabilitas Sediaan Gel Peel OffEkstrak Kunyit Putih
Pengamatan Organoleptis Pengamatan Homogenitas
Perubahan bentuk, warna Gel dioleskan pada kaca objekdan bau gel
Pengukuran pH Pengukuran viskositas Pengukuran Pengukurandaya sebar waktu mengering
diukur dengan diukur denganpH meter viskometer Brookfield
dengan spindel no.6 pada 1 gram gel 0,1 gram gel5 rpm
kaca 20x20 cm dioleskan padalengan area 1x1 cm
diukur diameter setelah1 menit
Dianalisis secara deskriptif dan menggunakan Anova
Pembahasan
Kesimpulan
Sediaan gel
67
Lampiran 6.
Perhitungan-perhitungan
1. Perhitungan berat ekstrak :
Berat wadah = 254, 43 g
Berat wadah + ekstrak = 301,31 g
Berat ekstrak = (berat wadah+ekstrak) - berat wadah
= 301,31 g - 254, 43 g
= 46,88 gram
2. Perhitungan kadar air = bobot awal - bobot akhir x 100%bobot awal
= 1,059 – 0,96 x 100%0,96
= 9,34%
3. % Rendemen ekstrak = bobot ekstrak yang diperoleh x100%bobot simplisia awal
= 46,88 x100%489,93
= 9,4 %
4. Perhitungan bahan formula sediaan gel peel off ekstrak kunyit putih :
a. A (polivinil alkohol 10%)
Ekstrak 1,7% =,
x 110 = 1,87 g
Polivinil alkohol 10% = x 110 = 11 g
Karbomer 0,5% =,
x 110 = 0,55 g
Triethanolamin 0,5% =,
x 110 = 0,55 g
=,, = 0,5 ml (10 tetes)
Gliserin 10% = x 110 = 11 g
= , = 8,7 ml
Metil paraben 0,3% =,
x 110 = 0,33 g
68
Air suling ad 110 ml
b. B (polivinil alkohol 15%)
Ekstrak 1,7% =,
x 110 = 1,87 g
Polivinil alkohol 15% = x 110 = 16,5 g
Karbomer 0,5% =,
x 110 = 0,55 g
Triethanolamin =,
x 110 = 0,55 g
=,, = 0,5 ml (10 tetes)
Gliserin 10% = x 110 = 11 g
= , = 8,7 ml
Metil paraben 0,3% =,
x 110 = 0,33 g
Air suling ad 110 ml
c. C (polivinil alkohol 20%)
Ekstrak 1,7% =,
x 110 = 1,87 g
Polivinil alkohol 20% = x 110 = 22 g
Karbomer 0,5% =,
x 110 = 0,55 g
Triethanolamin =,
x 110 = 0,55 g
=,, = 0,5 ml (10 tetes)
Gliserin 10% = x 110 = 11 g
= , = 8,7 ml
Metil paraben 0,3% =,
x 110 = 0,33 g
Air suling ad 110 ml
5. Perhitungan bahan formula yang optimum sediaan gel peel off.
Formula optimum :
Ekstrak 1,7% =,
x 110 = 1,87 g
Polivinil alkohol 10% = x 110 = 11 g
69
Karbomer 0,5% =,
x 110 = 0,55 g
Triethanolamin 0,5% =,
x 110 = 0,55 g
=,, = 0,49 ml (10 tetes)
Gliserin 10% = x 110 = 11 g
= , = 8,7 ml
Metil paraben 0,3% =,
x 110 = 0,33 g
Air suling ad 110 ml
70
Lampiran 7.Perhitungan variasi PVA menggunakan ANOVA
1. Pengukuran pH
pH
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1
TukeyHSDa
PVA 10 3 6.2400
PVA 15 3 6.3100
PVA20 2 6.3200
Sig. .579
Duncana PVA 10 3 6.2400
PVA 15 3 6.3100
PVA20 2 6.3200
Sig. .351
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,571.
2. Pengukuran viskositas
Viskositas
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
TukeyHSDa
PVA 10 3 2.8589E4
PVA 15 3 6.1833E4
PVA20 3 1.1300E5
Sig. 1.000 1.000 1.000
Duncana PVA 10 3 2.8589E4
PVA 15 3 6.1833E4
PVA20 3 1.1300E5
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
71
3. Pengukuran daya sebar
daya_sebar
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2
TukeyHSDa
PVA20 3 5.0333
PVA 15 3 5.5000 5.5000
PVA 10 3 6.0667
Sig. .233 .141
Duncana PVA20 3 5.0333
PVA 15 3 5.5000 5.5000
PVA 10 3 6.0667
Sig. .114 .066
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
4. Pengukuran waktu mengering
waktu_mengering
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
TukeyHSDa
PVA20 3 2.7167E2
PVA 15 3 4.1400E2
PVA 10 3 5.3400E2
Sig. 1.000 1.000 1.000
Duncana PVA20 3 2.7167E2
PVA 15 3 4.1400E2
PVA 10 3 5.3400E2
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
72
Lampiran 8.
Perhitungan Stabilitas Gel Menggunakan Paired Samples t TestPada Suhu Kamar
1. Pengukuran pHa. Hari ke-1 dan ke-7
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 pH_1 -
pH_7-.21667 .25106 .14495 -.84035 .40701 -1.495 2 .274
b. Hari ke-1 dan ke-14
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 pH_1 -
pH_14-.15333 .19140 .11050 -.62879 .32213 -1.388 2 .300
c. Hari ke-1 dan ke-21
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 pH_1 -
pH_21.06000 .41000 .23671 -.95850 1.07850 .253 2 .824
73
2. Pengukuran Viskositas
a. Hari ke-1 dan ke-7
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Viskositas_1 -
Viskositas_76.5333
3E3
8443.5379
64874.87892
-
14441.5777
4
27508.2444
11.340 2 .312
b. Hari ke-1 dan ke-14
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Viskositas_1 -
Viskositas_146.4666
7E3
11686.459
406747.18048
-
22564.1078
5
35497.4411
8.958 2 .439
c. Hari ke-1 dan ke-21
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Viskositas_1 -
Viskositas_212.73333
E3
13714.712
297918.19284
-
31335.9006
8
36802.5673
5.345 2 .763
74
3. Pengukuran Daya Sebara. Hari ke-1 dan ke-7
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Dayasebar_1 -
Dayasebar_7-.20000 .10000 .05774 -.44841 .04841 -3.464 2 .074
b. Hari ke-1 dan ke-14
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Dayasebar_1 -
Dayasebar_14
-
1.16667.50332 .29059 -2.41699 .08366 -4.015 2 .057
c. Hari ke-1 dan ke-21
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Dayasebar_1 -
Dayasebar_21
-
1.23333.45092 .26034 -2.35349 -.11317 -4.737 2 .042
75
4. Pengukuran Waktu Mengering
a. Hari ke-1 dan ke-7
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Waktumengering_1 -
Waktumengering_7
-
.0033
3
.25502 .14723 -.63683 .63016 -.023 2 .984
b. Hari ke-1 dan ke-14
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Waktumengering_1 -
Waktumengering_14
-
.9800
0
.28844 .16653 -1.69653 -.26347 -5.885 2 .028
c. Hari ke-1 dan ke-21
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Waktumengering_1 -
Waktumengering_21-1.58333 .63501 .36662 -3.16078 -.00589 -4.319 2 .050
76
Lampiran 9.
Perhitungan Stabilitas Gel Menggunakan Paired Samples t TestPada Suhu 40oC
1. Pengukuran pHa. Hari ke-1 dan ke-7
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 pH_1 -
pH_7-.06000 .32924 .19009 -.87788 .75788 -.316 2 .782
b. Hari ke-1 dan ke-14
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 pH_1 -
pH_14-.05333 .16073 .09280 -.45260 .34594 -.575 2 .624
c. Hari ke-1 dan ke-21
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 pH_1 -
pH_21-.18000 .39598 .28000 -3.73774 3.37774 -.643 1 .636
77
2. Pengukuran Viskositas
a. Hari ke-1 dan ke-7
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Viskositas_1 -
Viskositas_7
-
5.4666
7E3
9246.2605
15338.33099
-
28435.6510
8
17502.3177
5-1.024 2 .414
b. Hari ke-1 dan ke-14
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Viskositas_1 -
Viskositas_141.06667
E37414.40040 4280.70607
-
17351.7249
8
19485.0583
2.249 2 .826
c. Hari ke-1 dan ke-21
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Viskositas_1 -
Viskositas_21
-
2.26667
E3
6885.73404 3975.48040
-
19371.7782
8
14838.4449
5-.570 2 .626
78
3. Pengukuran Daya Sebar
a. Hari ke-1 dan ke-7
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Dayasebar_1 -
Dayasebar_7-.20000 .34641 .20000 -1.06053 .66053 -1.000 2 .423
b. Hari ke-1 dan ke-14
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Dayasebar_1 -
Dayasebar_14-.43333 .20817 .12019 -.95045 .08378 -3.606 2 .069
c. Hari ke-1 dan ke-21
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Dayasebar_1 -
Dayasebar_21-.50000 .26458 .15275 -1.15724 .15724 -3.273 2 .082
79
4. Pengukuran Waktu Mengering
a. Hari ke-1 dan ke-7
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Waktumengering_1 -
Waktumengering_7
3.196
671.29516 .74776 -.02068 6.41402 4.275 2 .051
b. Hari ke-1 dan ke-14
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Waktumengering_1 -
Waktumengering_14
.1533
31.19069 .68744 -2.80449 3.11116 .223 2 .844
c. Hari ke-1 dan ke-21
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Waktumengering_1 -
Waktumengering_21-1.05667 .69974 .40399 -2.79491 .68158 -2.616 2 .120
80
Lampiran 9.
Dokumentasi Penelitian
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 1. Foto tanaman kunyit putih (A), Simplisia kunyit putih (B), Prosesmaserasi serbuk simplisia kunyit putih (C), Ekstrak kental kunyitputih (D).
81
Gambar 2. Pengamatan pada pemilihan formula optimum.(ket : A = PVA 10%, B = PVA 15%, C = PVA 20%).
Gambar 3. Pengamatan organoleptis pada formula optimum.(Ket : A = PVA 10%).
Gambar 4. Pengamatan homogenitas pada formula optimum.
82
(A) (B)Gambar 5. Pengujian daya sebar pada formula optimum (A),
Pengukuran daya sebar pada formula optimum (B).
Gambar 6. Pengujian waktu sediaan mengering pada formula optimum.
83
Lampiran 10.
Foto Alat-alat Yang Digunakan Selama Penelitian
(A) (B) (C)
(D) (E) (F)
(G)Gambar 7. Viskometer Brookfield (A), pH meter (B), Moisture Analyzer (C),
Neraca Ohaus (D), Hotplate (E), Inkubator (F), Rotary VakumEvaporator (G).
84
RIWAYAT HIDUP
Sri Dewi Wulansari lahir di Tentena pada tanggal 16 April 1993. Anakpertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syahbuddin dan Ibu NursiahAbbas. Pendidikan Sekolah Dasar di tempuh di SD Negeri Inpres 3 Tatura Paludan lulus pada tahun 2004. Pendidikan selanjutnya adalah Sekolah MenengahPertama, ditempuh di SMP Negeri 2 Palu dan lulus pada tahun 2007. Kemudianpada tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas ditempuh diSMA Negeri 2 Palu dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, melalui jalur Seleksi Lokal Penerimaan Mahasiswa Barumelanjutkan studi di Perguruan Tinggi Universitas Tadulako Palu dan terdaftarsebagai mahasiswa Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)Program Studi Farmasi. Selama menjalankan studi pernah menjadi penguruseLSAM FMIPA periode 2011-2012 dan juga ikut pernah terlibat dalam kegiatanHIMAFAR dan kemahasiswaan dalam bidang akademik maupun non akademik.
top related