SKRIPSI - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/OTg... · seimbang dengan kejadian hipertensi pada guru sekolah menengah di kota makassar
Post on 06-Mar-2019
238 Views
Preview:
Transcript
SKRIPSI
HUBUNGAN PERILAKU MAKAN MAKANAN BERAGAM SESUAI GIZI
SEIMBANG DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA GURU
SEKOLAH MENENGAH DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2017
LIA NURMILATUN SAIDAH
K211 13 302
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Gizi
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Ilmu Gizi
Lia Nurmilatun Saidah
“Hubungan Perilaku Makan Makanan Beragam Sesuai Gizi Seimbang
dengan Kejadian Hipertensi pada Guru Sekolah Menengah di Kota
Makassar Tahun 2017”
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi
individu yang bersangkutan. Pola makan yang baik dapat mengoptimalkan
keadaan gizi yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan menghindari
resiko penyakit tidak menular Di Indoesia, prevalensi penyakit tidak menular
yaitu hipertensi masih cukup tinggi di kalangan pegawai. Hipertensi adalah suatu
keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis yang
dapat mengakibatkan keadaan berbahaya bagi organ-organ vital.
Penelitian ini bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
perilaku makan makanan beragam sesuai gizi seimbang dengan kejadian
hipertensi pada guru sekolah menengah di Kota Makassar tahun 2017. Populasi
dari penelitian adalah guru yang mengajar di 12 Sekolah di Kecamatan
Biringkanaya, Tamalanrea, dan Manggala sebanyak 661 orang. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive dengan karakteristik
guru berusia ≥40 tahun dan hadir pada saat pelaksanaan skrining. Jumlah sampel
ditentukan menggunakan rumus Lameshow yaitu sebanyak 252 orang. Data
diambil dengan menggunakan kuesioner dan data tekanan darah dengan
pengukuran langsung. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariat yang diolah menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk
tabel disertai narasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan
dengan kejadian hipertensi (p-value=0,332), tidak ada hubungan sikap dengan
kejadian hipertensi (p-value=0,538), dan ada hubungan antara praktik makan
makanan beragam dengan kejadian hipertensi (p-value=0,000). Berdasarkan hasil
penelitian menyarankan dan merekomendasikan kepada setiap guru untuk
menerapkan makan makanan beragam sesuai gizi seimbang karena sudah
memiliki pengetahuan yang cukup baik dan sikap yang positif.
Daftar Pustaka: 49 (2003-2016)
Kata Kunci: Makanan beragam, Gizi Seimbang, Pengetahuan, Sikap, Praktik,
Hipertensi
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji hanya milik Allah Subhana Wa
Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Perilaku Makan Makanan
Beragam dengan Kejadian Hipertensi Pada Guru Sekolah Menengah di Kota
Makassar Tahun 2017”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata I
(satu) guna meraih gelar Sarjana Gizi. Atas segala bantuan dan dukungan yang
diberikan untuk penyusunan skripsi ini, maka penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas curahan kasih sayang, doa, dan
dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.
2. Rektor, Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.
3. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi dan studi dengan baik.
4. Ketua Program Studi Ilmu Gizi, Universitas Hasanuddin yang telah
memberikan izin kepada penyusun untuk melakukan penelitian.
5. Ibu Dr. Nurhaedar jafar Apt, M.Kes, dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang sangat bermanfaat
selama penyusunan skripsi ini.
v
6. St Fatimah DCN, M.Kes., dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan
skripsi ini.
7. dr. Djunaedi M. Dachlan, MS., dosen penguji pertama yang telah
memberikan masukan yang sangat berharga untuk menambah bobot dan
kualitas skripsi ini.
8. Healthy Hidayanti SKM, M.Kes, dosen penguji kedua yang telah
memberikan masukan yang sangat berharga untuk menambah bobot dan
kualitas skripsi ini.
9. Muhammad Rachmat, SKM, M.Kes., dosen penguji ketiga yang telah
memberikan masukan yang sangat berharga untuk menambah bobot dan
kualitas skripsi ini.
10. Semua dosen dan pegawai Program Studi Ilmu Gizi, FKM Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan bekal pengetahuan yang sangat
berharga.
11. Bapak/Ibu Guru ang telah bersedia menjadi responden.
12. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan motivasi dan bantuan dalam setiap
proses perkuliahan Nur Istiqomah Rahmah, Ulfa Kurniati, Suryanti konna,
Maysuri Ali, Nur Hikmawaty dan Tri Sofiatun.
13. Tim Penelititian besar edukasi gizi seimbang pada guru sekolah menengah
di Kota Makassar tahun 2017.
14. Rekan-rekan seperjuangan gizi angkatan 2013.
vi
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan
menambah wawasan pengetahuan bagi semua pihak.
Makassar, Agustus 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN. .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN. ..................................................................... iii
RINGKASAN ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR. .............................................................................. v
DAFTAR ISI. ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL. .................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR. ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian. ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. .............................................................. 10
A. Tinjauan Umum tentang Gizi Seimbang. ................................... 10
B. Tinjauan Umum tentang Hipertensi. .......................................... 18
C. Tinjauan Umum tentang Perilak. ................................................ 27
D. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan. ...................................... 29
E. Tinjauan Umum tentang Sikap. .................................................. 34
F. Tinjauan Umum tentang Praktik. ................................................ 37
G. Tinjauan Umum tentang Guru. .................................................. 38
BAB III KERANGKA KONSEP. ............................................................ 41
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian. ........................................ 41
1. Kerangka Teori....................................................................... 43
2. Kerangka Konsep. .................................................................. 44
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif. ............................... 44
C. Hipotesis. .................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN. ......................................................... 48
A. Jenis Penelitian. .......................................................................... 48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian. ..................................................... 48
C. Populasi dan Sampel. ................................................................. 48
D. Besar sampel. ............................................................................. 50
E. Instrument Penelitian. ................................................................. 52
F. Pengumpulan data. ...................................................................... 52
G. Penyajian Data............................................................................ 55
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ................................................. 56
A. Hasil. .......................................................................................... 56
B. Pembahasan. ............................................................................... 72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 91
A. Kesimpulan. ............................................................................... 91
B. Saran. .......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................ 93
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 klasifikasi tekanan darah dewasa diatas 18 tahun. ...................... 20
Tabel 2.2 klasifikasi tekanan darah ............................................................. 20
Tabel 5.1 Hasil Skrining. ............................................................................ 60
Tabel 5.2 Distribusi Hipertensi. .................................................................. 61
Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Umum berdasarkan kejadian hipertensi. 62
Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan. .............................................................. 63
Tabel 5.5 Distribusi Sikap. .......................................................................... 64
Tabel 5.6 Distribusi Praktik. ....................................................................... 65
Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik................... 66
Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik berdasarkan
Jenis Kelamin. ............................................................................ 67
Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik berdasarkan
Umur. .......................................................................................... 68
Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik berdasarkan
Pendidikan. ................................................................................. 69
Tabel 5.11 Hubungan pengetahuan dengan Sikap. ..................................... 70
Tabel 5.12 Hubungan Sikap dengan Praktik. .............................................. 70
Tabel 5.13 Hubungan Pengetahuan, sikap dan praktik kejadian hipertensi.. 71
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Teori Bloom. ............................................................... 29
Gambar 2.2 Skema Teori Bimo Walgito..................................................... 35
Gambar 3.1 Skema Kerangka Teori. ........................................................... 43
Gambar 3.2 Skema Kerangka konsep. ........................................................ 44
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk.
Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko PTM, seperti penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan
stroke), diabetes serta kanker adalah penyebab utama kematian di
Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan
akibat PTM (Depkes, 2008).
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan
terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM)
terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah
konsumsi gizi seimbang. Salah satu prinsip yaitu mengonsumsi makanan
beraneka ragam (Kemenkes, 2014).
Ketidakseimbangan antara konsumsi karbohidrat dan kebutuhan
energi, dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energi akan menimbulkan kegemukan atau
obesitas. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ditimbun dalam beberapa
tempat tertentu, diantaranya di jaringan subkutan dan didalam jaringan
1
2
usus (omentum). Jaringan lemak subkutan didaerah dinding perut bagian
depan (obesitas sentral) sangat berbahaya daripada jaringan lemak di
pantat. Karena menjadi resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler
(Yuniastuti, 2007). Menurut Nugraheni, et al., (2008) dalam
Widyaningrum (2012) menyatakan bahwa berat badan dan Indeks Massa
Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik. Resiko relatif untuk menderita hipertensi pada
orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berat
badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20%-30%
memiliki berat badan lebih.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan
didunia. Sebanyak 1 milyar orang didunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi
akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025 (Utaminingsih,
2009). Menurut WHO dan the International Society of Hypertension
(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan
3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10
penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. WHO
memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak menular (PTM) akan
menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia.
Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara
berkembang termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi masalah
3
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut
sebagai the silent killer (Rahajeng dan Tuminah, 2009)
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak
31,7% dan mengalami penurunan jumlah kasus pada tahun 2013 menjadi
26,5%. Di wilayah Sulawesi Selatan pada tahun 2007 sebanyak 25% dan
tahun 2013 meningkat menjadi 28,0% diatas rata-rata Indonesia yaitu
25,8%. Menurut tempat tinggalnya prevalensi hipertensi diperkotaan lebih
banyak yaitu 26,1% dibandingkan pedesaan sebanyak 25,5% (Depkes,
2013).
Berdasarkan hasil riskesdas 2007 prevalensi hipertensi di Kota
Makassar sebesar 23,5%. Dan berdasarkan jenis pekerjaan prevalensi
hipertensi pada pegawai sebesar 24,9%. Di pertengahan tahun 2014 hingga
juni 2015, hipertensi menjadi kasus dan penyebab kematian penyakit tidak
menular urutan pertama dan diikuti oleh diabetes mellitus pada urutan
kedua.
Sebanyak 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita
hiperten si. Karena itu mereka cenderung menderita hipertensi yang lebih
berat karena penderita tidak berupaya mengubah dan menghindari faktor
resiko (Bustan, 2007). Vitahealth (2005) mengatakan bahwa faktor
makanan yang merupakan penentu dari tingginya tekanan darah
adalah kelebihan lemak dalam tubuh, intake garam yang tinggi dan
konsumsi alkohol berlebihan (Wijaya, 2011).
4
Sehingga hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler, perlu dicegah dan diobati dengan
merubah pola makan menjadi pola makan sehat yang berpedoman pada
aneka ragam makanan yang memenuhi gizi seimbang (Rismayanthi,
2009). Sedangkan salah satu faktor resiko yang tidak bisa di kendalikan
yaitu usia. Seiring dengan bertambahnya usia, tekanan darah sistolik
biasanya menurun, akan tetapi tekanan darah diastolik umumnya
meningkat (Wijaya, 2011).
Prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan menurut Riskesdas 2007
meningkat berdasarkan kelompok umur yaitu pada kelompok umur 45 - 54
tahun prevalensi hipertensi yaitu 38,3%, pada kelompok umur 55 - 64
tahun prevalensi hipertensi yaitu 47,8%, pada kelompok umur 65 - 74
tahun prevalensi hipertensi yaitu 52,7%, dan pada kelompok umur ≥ 75
tahun prevalensi hipertensi yaitu 53,5%. Semakin bertambahnya umur
maka prevalensi hipertensi juga semakin meningkat (Depkes, 2009).
Pola kegiatan kelompok usia dewasa saat ini yaitu persaingan
tenaga kerja yang ketat, ibu bekerja diluar rumah, tersedianya berbagai
makanan siap saji dan siap olah, dan ketidak-tahuan tentang gizi
menyebabkan keluarga dihadapkan pada pola kegiatan yang cenderung
pasif atau “sedentary life”, waktu di rumah yang pendek terutama untuk
ibu, dan konsumsi pangan yang tidak seimbang dan tidak hygienis. Oleh
karena itu, perhatian terhadap perilaku konsumsi pangan dengan gizi
5
seimbang perlu diperhatikan untuk mencapai pola hidup sehat, aktif dan
produktif (Kemenkes, 2014).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh
pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Pengetahuan gizi yang
kurang atau kurangnya menerapkan pengetahuan gizi dalam kehidupan
sehari–hari dapat menimbulkan masalah gizi (Aditianti, 2016).
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung
memilih makanan yang murah dengan nilai gizi yang lebih tinggi
sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak
kecil, sehingga kebutuhan gizinya terpenuhi. Hal ini sesuai dengan
Sanjur (1982) yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menentukan
atau membentuk praktek secara langsung. Praktek adalah respon
seseorang terhadap suatu rangsangan (stimulus). Setelah seseorang
mengetahui stimulus atau objek, kemudian mengadakan penilaian atau
pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan
ia akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya/dinilai baik
(Notoatmodjo 2003).
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan tentang manfaat
makanan pokok terihat lebih tinggi (40%–53%) dibandingkan dengan
manfaat lauk hewani, nabati sayur dan buah. Diatas 80% responden
menyatakan setuju untuk mengkonsumsi lauk, sayur dan buah. Namun
demikian perilaku mengkonsumsi makanan beragam setiap hari pada
6
umumnya masih rendah yaitu di bawah 20% berdasarkan kelompok usia
responden maupun berdasarkan provinsi (Aditianti, dkk, 2016).
Menurut Natalia dan Candra (2011) dalam Nurjhani dkk (2009)
mengatakan bahwa pendidikan gizi mempunyai tujuan akhir mengubah
sikap dan tindakan ke arah kesadaran untuk melakukan pemenuhan
kebutuhan gizi agar hidupnya sehat. Upaya pendidikan gizi di sekolah
berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tentang
gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat
menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya. Guru
sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai
pengaruh terhadap siswanya.
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa hipertensi merupakan penyakit
yang salah satu penyebabnya adalah perilaku gizi. Guru memiliki peran
penting dalam mendidik, tidak hanya mengenai materi pembelajaran
namun juga mengenai perilaku guru disekolah akan dilihat sebagai role
model bagi anak didiknya. Oleh sebab itu, dilakukanlah penelitian ini
untuk mengetahui hubungan perilaku gizi seimbang dengan kejadian
hipertensi pada guru sekolah menengah di Kota Makassar tahun 2017.
Penelitian ini adalah rangkaian dari penelitian besar yang dilakukan oleh
Dr.Nurhaedar Jafar Apt, M.Kes tentang dampak edukasi gizi seimbang
berbasis sekolah terhadap pencegahan sindrom metabolik pada guru di
Kota Makassar.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dikemukakan masalah yaitu:
1. Bagaimana hubungan pengetahuan makan makanan beragam sesuai
gizi seimbang dengan kejadian hipertensi pada guru sekolah menengah
di Kota Makassar .
2. Bagaimana hubungan sikap makan makanan beragam sesuai gizi
seimbang dengan kejadian hipertensi pada guru sekolah menengah di
Kota Makassar .
3. Bagaimana hubungan praktik makan makanan beragam sesuai gizi
seimbang dengan kejadian hipertensi pada guru sekolah menengah di
Kota Makassar .
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan perilaku makan makanan beragam sesuai gizi seimbang dengan
hipertensi pada guru sekolah menengah di Kota Makassar tahun 2017
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan makan makanan
beragam sesuai gizi seimbang dengan kejadian hipertensi pada
guru sekolah menengah di Kota Makassar.
8
b. Untuk mengetahui hubungan sikap makan makanan beragam
sesuai gizi seimbang dengan kejadian hipertensi pada guru sekolah
menengah di Kota Makassar.
c. Untuk mengetahui hubungan praktik makan makanan beragam
sesuai gizi seimbang dengan kejadian hipertensi pada guru sekolah
menengah di Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan di atas maka diharapkan mendapatkan
manfaat, yaitu:
1. Manfaat Bagi Peneliti
Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perguruan
tinggi serta menambah wawasan ilmiah dan pengalaman.
2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
gizi seimbang yang meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik makan
makanan beragam sesuai gizi seimbang sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi di Kota Makassar dan dapat menajdi acuan bagi penelitian
selanjutnya.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, terutama
kelompok berisiko untuk selalu menerapkan makan makanan beragam
sesuai gizi seimbang guna mencegah terjadinya hipertensi.
9
4. Manfaat Bagi Pemerintah
Sebagai referensi dan alternatif dalam menyusun kebijakan
mengenai kesehatan yang sehubungan dengan penanganan penyakit
hipertensi di Kota Makassar.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Gizi Seimbang
a. Definisi Gizi Seimbang
Istilah “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti
makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang
berarti bahan makanan atau zat gizi. Zat gizi adalah ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan
energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur prose-
proses kehidupan (Almatsier, 2001).
Gizi seimbang yaitu susunan pangan sehari-hari yang mengandung
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan,
aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes, 2014).
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu
hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan (Sibagariang, 2010).
Gizi yang optimal harus didapatkan seseorang mulai awal
kehidupannya. Status gizi yang baik dan optimal terjadi bila tubuh kita
memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan tubuh kita untuk mendapatkan pertumbuhan fisik,
10
11
perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum
dengan optimal (Almatsier, 2001).
Berbagai definisi atau pengertian mengenai Gizi Seimbang
(Balanced Diet) telah dinyatakan oleh berbagai institusi atau kelompok
ahli, tetapi pada intinya definisi Gizi Seimbang mengandung
komponen-komponen yang lebih kurang sama, yaitu: cukup secara
kuantitas, cukup secara kualitas, mengandung berbagai zat gizi
(energi, protein, vitamin dan mineral) yang diperlukan tubuh untuk
tumbuh (pada anak-anak), untuk menjaga kesehatan dan untuk
melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari (bagi semua
kelompok umur dan fisiologis), serta menyimpan zat gizi untuk
mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan tidak
mengandung zat gizi yang dibutuhkan (Kemenkes, 2014).
b. Pedoman Gizi Seimbang (PGS)
Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di
Indonesia sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi
Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut
menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan
sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta
masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan
pedoman tersebut diyakini bahwa masalah gizi beban ganda dapat
teratasi (Kemenkes, 2014). Berbagai zat gizi saling berinteraksi. Oleh
12
karena itu, perlu upaya suatu keseimbangan zat gizi yang dikonsumsi.
Semakin bervariasi hidangan yang dikonsumsi. Semakin bervariasi
hidangan yang dikonsumsi, maka semakin mudah tercapai
keseimbangan (Achadi, 2007).
c. Pesan Gizi Seimbang
Pesan ini berlaku untuk masyarakat umum dari berbagai lapisan
yang dalam kondisi sehat (Kemenkes, 2014):
1) Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi
oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam
jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi
kebutuhan gizi. Setiap orang diharapkan selalu bersyukur dan
menikmati makanan yang dikonsumsinya. Bersyukur dapat
diwujudkan berupa berdoa sebelum makan.
2) Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber
berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin,
mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan
sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh.
Berbeda dengan sayuran, buah-buahan juga menyediakan
karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayur tertentu
juga menyediakan karbohidrat, seperti wortel dan kentang sayur.
Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti
13
buah alpukat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi sayuran dan
buah-buahan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi
seimbang.
3) Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan
pangan sumber protein nabati, tetapi masing-masing kelompok
pangan tersebut mempunyai keunggulan dan kekurangan. Pangan
hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan mempunyai
mutu zat gizi yaitu protein, vitamin dan mineral lebih baik, karena
kandungan zat-zat gizi tersebut lebih banyak dan mudah diserap
tubuh. Tetapi pangan hewani mengandung tinggi kolesterol (kecuali
ikan) dan lemak.
4) Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang
sering dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan
berbagai etnik di Indonesia sejak lama. Disamping mengandung
karbohidrat, dalam makanan pokok biasanya juga terkandung antara
lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin) dan beberapa mineral.
Mineral dari makanan pokok ini biasanya mempunyai mutu biologis
atau penyerapan oleh tubuh yang rendah.
5) Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang
pencantuman informasi kandungan gula, garam dan lemak serta
14
pesan kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji
menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok
makan), natrium lebih dari 2000 mg (1sendok teh) dan
lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per
hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan
serangan jantung. Informasi kandungan gula, garam dan lemak serta
pesan kesehatan yang tercantum pada label pangan dan makanan
siap saji harus diketahui dan mudah dibaca dengan jelas oleh
konsumen.
6) Biasakan Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan
antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian
kebutuhan gizi harian 15-30% (kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.
7) Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan dengan
mengatur jumlah masukan air dan keluaran air yang seimbang.
Persentase kadar air dalam tubuh anak lebih tinggi dibanding dalam
tubuh orang dewasa. sehingga anak memerlukan lebih banyak air
untuk setiap kilogram berat badannya dibandingkan dewasa.
15
8) Biasakan membaca label pada kemasan pangan
Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang
dikemas sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-
bahan yang terkandung dalam makanan tersebut. Selain itu dapat
memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada konsumen yang
berisiko tinggi karena punya penyakit tertentu. Oleh karena itu
dianjurkan untuk membaca label pangan yang dikemas terutama
keterangan tentang informasi kandungan zat gizi dan tanggal
kadaluarsa sebelum membeli atau mengonsumsi makanan tersebut.
9) Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
Tanggal 15 Oktober adalah hari cuci tangan sedunia pakai
sabun yang dicanangkan oleh PBB sebagai salah satu cara
menurunkan angka kematian anak usia di bawah lima tahun serta
mencegah penyebaran penyakit. Penggunaan sabun khusus cuci
tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat disarankan untuk
kebersihan tangan yang maksimal.
10) Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan
normal
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi.
Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan
latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau
minimal 3-5 hari dalam seminggu. Beberapa aktivitas fisik yang
16
dapat dilakukan antara lain aktivitas fisik sehari – hari seperti
berjalan kaki, berkebun, menyapu, mencuci, mengepel, naik turun
tangga dan lain-lain. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas
fisik yang dilakukan secara terstruktur dan terencana, dengan
tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Beberapa latihan
fisik yang dapat dilakukan seperti berlari, jogging bermain bola,
berenang, senam, bersepeda dan lain-lain.
d. Empat Pilar Gizi Seimbang
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara
zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat
badan secara teratur. Empat pilar tersebut adlah sebagai berikut
(Kemenkes, 2014):
1) Mengonsumsi makanan beragam.
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua
jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan
dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI)
untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. beranekaragam dalam
prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk
proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak
berlebihan dan dilakukan secara teratur.
2) Membiasakan perilaku hidup bersih
17
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-
anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami
penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang
masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi
peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi
terutama apabila disertai panas. Dengan membiasakan perilaku
hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan
terhadap sumber infeksi.
3) Melakukan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi
utamanya sumber energi dalam tubuh.
4) Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan
bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah
tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai
untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks
Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan berat badan normal
merupakan hal yang harus menjadi bagian dari pola hidup dengan
gizi seimbang, sehingga dapat mencegah penyimpangan berat badan
18
dari berat badan normal, dan apabila terjadi penyimpangan maka
dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanganannya.
B. Tinjauan Umum tentang Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah brarti tekanan dalam sistem peredaran darah
ketika jantung memompakan darah ke dalam sistem tersebut
(Adiiyoto, 2004). Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu
peningkatan tekanan darah didalam arteri (Utaminingsih, 2009).
Peningkatan tekanan darah yang memberi gejala akan berlanjut ke
suatu organ target, seperti strok (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung dan hipertrofi ventrikel kanan left
ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ otak
yang berupa strok, hipertensi menjadi penyebab utama strok yang
membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring
tekanan diastolik (Utaminingsih, 2009).
19
2. Klasifikasi Hipertensi
Berikut adalah berbagai pengelompokkan hipertensi (Bustan,
2007):
a. Menurut kausanya
1) Hipertensi esensil (hipertensi primer); hipertensi yang tidak jelas
penyebabnya.
2) Hipertensi sekunder; hipertensi kausa tertentu.
b. Menurut gangguan tekanan darah
1) Hipertensi sistolik; peninggian tekanan darah pada sistolik saja.
2) Hipertensi diastolik; peninggian tekanan darah pada diastolik
saja.
c. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
1) Hipertensi ringan
2) Hipertensi sedang
3) Hipertensi berat
d. Menurut WHO hipertensi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
(Suiraoka, 2012):
1) Normotensi: sistol <140 mmHg dan diastol <90 mmHg
2) Hipertensi (Border line): sistol < 140-159 mmHg dan diastol 91-
94 mmHg
3) Hipertensi berat: sistol >160 dan >95 diastol
20
Tabel 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa diatas 18 tahun
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik
(mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi Stadium II >160 atau >100
Sumber: JNC7 (The Seventh Repoert of the Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure) dalam Utaminingsih (2009)
Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan
darah
Tekanan darah Sistol
(mmHg)
Tekanan darah
Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 84-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 >180 >110
Hipertensi sistolik
terisolasi
>140 <90
Sumber: PERKI, 2015 (disadur dari A Statement by the American
Society of Hipertension and The International Society of Hipertension
2013)
3. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan yang
berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam
tubuh. Tempat-tempat utama yang dipengaruhi hipertensi adalah
sebagai berikut (Suiraoka, 2012):
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Arterosklerosis
Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak didalam dan
dibawah lapisan arteri. Ketika dinding dalam arteri rusak, sel-sel
21
darah yang disebut trombosit akan menggumpal pada daerah yang
rusak, timbunan lemak akan melekat dan lama kelamaan dinding
akan menjadi terparut dan lemak menumpuk disana sehingga
terjadi penyempitan pembuluh darah.
2) Aneurisma
Adanya pengggelembungan pada arteria akibat dari
pembuluh darah yang tidak elastic lagi, sering terjadi pada arteri
otak atau aorta bagian bawah. Jika, terjadi kebocoran atau pecah
sangat fatal akibatnya. Gejalanya yaitu sakit kepala hebat.
3) Gagal jantung
Jantung tidak kuat memompa darah yang kembali ke
jantung dengan cepat, akibatnya cairan terkumpul diparu-paru,
kaki, dan jaringan lain sehingga terjadi odema. Akibatnya yaitu
sesak nafas.
b. Otak
Hipertensi secara signifikan meningkatkan kemungkinan
terserang stroke.stroke disebut juga serangan otak, merupakan
sejenis cedera otak yang disebabkan tersumbatnya atau pecahnya
pembuluh darah dalam otak sehingga pasokan darah ke otak
terganggu.
Dimensia dapat terjadi karena hipertensi. Dimensia adalah
penurunan daya ingat dan kemampuan mental yang lain. Resiko
22
untuk dimensia meningkat tajam pada usia 70 tahun keatas.
Pengobatan hipertensi dapat menurunkan resiko dimensia.
c. Ginjal
Jika pembuluh darah dalam ginjal mengalami arterosklorosis
karena tekanan darah yang tinggi, maka aliran darah ke nefron kan
menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa
dalam darah. Lama kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam
darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi.
d. Mata
Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam
mata, bahkan bisa menyebabkan kematian.
4. Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Faktor penyebab hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidak
dapat dikontrol (Suiraoka, 2012):
a. Faktor yang dapat dikontrol:
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya
berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1) Kegemukan (Obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang
kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat
gemuk pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang
23
hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita langsing
pada usia yang sama.
Mac Mahon S. et al (2004) dalam Artiyaningrum (2015)
menyatakan bahwa obesitas adalah keadaan dimana terjadi
penimbunan lemak berlebih didalam jaringan tubuh. Jaringan
lemak tidak aktif akan menyebabkan beban kerja jantung
meningkat. Pada kebanyakan kajian, kelebihan berat badan
berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko hipertensi. Dan
berdasarkan data pengamatan, regresi multivariat tekanan darah
menunjukkan kenaikan TDS 2-3 mmHg (0,13-0,2 kPa) dan
TDD 1-3 mmHg (0,13-0,4 kPa) untuk kenaikan 10 Kg berat
badan.
2) Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada
umumnya cenderung mengalami kegemukan dan akan
menaikkan tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat
meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah bisa dipompa
dengan baik ke seluruh tubuh.
3) Konsumsi garam berlebihan
Susanto (2010) mengatakan pengaruh asupan garam
terhadap hipertennsi adalah melalui peningkatan volume plasma
atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti
oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam
24
sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik
(pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer (esensial)
mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan adanya
faktor lain yang berpengaruh.
4) Merokok dan mengonsumsi alkohol
Nurkhalida (2003) dalam Artiyaningrum (2015)
menyatakan bahwa okok mengandung ribuan zat kimia
berbahaya bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu tar, nikotin,
dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut yang masuk kedalam
aliran darah dapatr merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan
kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah
dalam pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan pengapuran
pada dinding pembuluh darah. Mengkonsumsi alkohol juga
membahayakan kesehatan karena dapat meningkatkan sintesis
katekholamin. Adanya ketekholamin memicu kenaikan tekanan
darah.
5) Stres
Sutanso (2010) mengatakan dalam keadaan stres maka
terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan
pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stres
dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis (saraf
25
yang bekerja ketika beraktifitas) yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara bertahap. Stres berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi hal tersebut belum
terbukti secara pasti namun binatang percobaan yang diberikan
stress pemicu binatang tersebut menjadi hipertensi.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1) Keturunan (Genetika)
Dari hasil penelitan diungkapkan bahwa jika seseorang
mempunyai orang tua yang salah satunya menderita hipertensi
maka orang tersebut mempunyai resiko lebih besar untuk
terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya
normal. Namun demikian, bukan berarti bahwa semua yang
mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita penyakit
hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria banyak
mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti
kelelahan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan,
pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan
mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa
menopause.
26
3) Umur
Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31
tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.
Susanto (2010) mengatakan dengan semakin bertambahnya usia,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin
besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul
akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Hilangnya elastisitas jaringan dan
arterosklorosis serta pelebaran pembluh darah adalah faktor
penyebab hipertensi pada usia tua.
5. Cara Mengukur Hipertensi
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan
menggunakan stigmomanometer air raksa atau dengan menggunakan
tensimeter digital. Saat ini penggunaan tensimeter digital dianggap
lebih praktis. Tensimeter digital sebelum digunakan divalidasi terlebih
dahulu dengan menggunakan standar baku pengukuran tekanan darah
(stigmomanometer air raksa manual). Setiap pengukuran dilakukan
minimal 2 kali, jika hasil pengukuran ke dua berbeda dengan lebih
dari 10 mmHg dibanding pengukuran pertama, maka dilakukan
pengukuran ketiga. Dua data pengukuran dengan selisih terkecil
dihitung reratanya sebagai hasil ukur tensi (Depkes, 2008).
Pengukuran sebaiknya dilakukan pada saat responden tidak
melakukan kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan
27
makan minimal 30 menit sebelum pengukuran. Pastikan responden
duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki
datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas meja
sehingga mancet yang sudah terpasang sejajar dengan jantung
responden. Pasang mancet pada lengan kanan responden dengan
posisi kain halus/lembut ada dibagian dalam dan D-ring (besi) tidak
menyentuh lengan, masukkan ujung mancet terletak kira-kira 1-2 cm
di atas siku. Posisi pipa mancet harus terletak sejajar dengan lengan
kanan responden dalam posisi lurus dan relaks. Tekan tombol ’start’
pada layar akan muncul angka 888 dan semua simbol. Selanjutnya
semua simbol gambar hati ”♥” akan berkedip-kedip sampai denyut
tidak terdeteksi dan tekanan udara dalam mancet berkurang, angka
sistolik, diastolik dan penyut nadi akan muncul. Catat angka sistolik,
diastolik dan denyut nadi hasil pengukuran tersebut (Depkes, 2007).
C. Tinjauan Umum tentang Perilaku
Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya
suatu stimulus/ rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2010) Perilaku
terhadap makanan meliputi pengetahuan, sikap, dan praktek terhadap
makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (gizi, vitamin)
dan pengolahan makanan (Maulana, 2009).
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku
adalah konsep dari Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo
28
(2010) menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor
utama yakni :
a) Faktor predisposisi (predisposing faktor)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi
dan sebagainya.
b) Faktor pemungkin (enabling faktor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
c) Faktor penguat (reinforcing faktor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas termasuk
petugas kesehatan, suami dalam memberikan dukungannya
kepada ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.
Berdasarkan dari teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga
yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice).
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukam oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya
dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu,
ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
29
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku
(Notoatmodjo, 2007).
Gambar 2.1 skema teori Bloom
D. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pegindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penindraan
sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010)
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal, diantaranya (Wawan dan Dewi, 2011):
1) Faktor Internal
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita.
Pengetahuan
Sikap
Praktik
Perilaku
30
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menujukearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup.
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003)
menyatakan bahwa pekerjaan adalah keburukan yang harus
dilakukan terutama untuk menunjang ekhidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosenkan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan
bekerja umumnya merupakan kegiatan yang yang menyita
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga.
c) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nuralam (2003)
mengatakan usia adlah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok
(1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
31
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini
akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Munurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nuralam lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yakni (Notoatmodjo, 2007):
32
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan, tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
33
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
materi atau objek ke dalam tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
d. Cara memperoleh pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
34
kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain
diatas (Notoatmodjo, 2010).
E. Tinjauan Umum tentang Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu yang sudah melibatkan faktorpendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,
dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010)
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2010) salah seorang ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi
terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku
(tindakan) atau reaksi tertutup.
2. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk
berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan dan
individu. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak lepas dari pengaruh
interaksi dengan orang lain (eksternal) selain makhluk individual
(internal). Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap sikap (lihat
gambar) (Maulana, 2009):
35
Gambar 2.2 Skema teori Bimo Walgito (2001) pengaruh sikap
terhadap diri individu
3. Tingkatan Sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intenistasnya, sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007):
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang di berikan (objek). Misalnya sikap orang
terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu
terhadap ceramah-ceramah.
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
Faktor Internal
-Fisiologis (sakit,
lapar, haus)
-Psikologis (minat
dan perhatian)
-Motif
Faktor Eksternal
-Pengalaman
-Situasi
-Norma
-Hambatan
-Pendorong
Sikap
Objek
Sikap
Reaksi
36
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (Valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Pengukuran Sikap
Menurut Suratin (2010) dalam Megawati (2012) menyatakan bahwa
pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap
mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek
sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek
sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai
obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap
obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak
favourable.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Praktek
terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
37
diketahui, dan selanjutnya ia akan melaksanakan dan mempraktekkan
apa yang sudah diketahuinya. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
tindakan nyata diperlukan suatu faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas (Notoadmodjo 2007).
A. Tinjauan Umum Tentang Praktik
1. Pengettian Praktik
Seseorang yang telah mengetahui stimulus/obyek, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/mempraktikkan apa yang
diketahui atau disikapinya (di nilai baik). Hal Inilah yang disebut praktik
(practice)(Notoatmodjo, 2010)
2. Tingkatan Praktik
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi empat tingkatan
menurut kualitasnya, yaitu (Notoatmodjo, 2010):
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi
tinggi bagi anaknya.
b. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat
38
dua, misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar,
mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya
memasak menutup pancinya dan sebagainya.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya seorang ibu
yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu
tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
d. Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah di
modifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut
misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi
tinggi berdasarkan bahan–bahan yang murah dan sederhana.
F. Tinjauan Umum tentang Guru
Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan pemberdayaan
manusia (Sardiman 2004). Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2008 tentang Guru, guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
39
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sedangkan menurut Syah (1997) guru adalah salah
satu profesi sebagaimana profesi-profesi lainnya yang menuntut keahlian,
tanggung jawab dan kesetiaan. Depdiknas (2009) menguraikan beberapa
tugas guru, yaitu:
a) Merencanakan pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja
sekolah/madrasah.
b) Melaksanakan Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi
edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan
kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun tentang guru.
c) Menilai hasil pembelajaran
Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Melalui penilaian hasil pembelajaran diperoleh
informasi yang bermakna untuk meningkatkan proses pembelajaran
berikutnya serta pengambilan keputusan lainnya. Menilai hasil
pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi dengan tatap muka
40
seperti ulangan harian dan kegiatan menilai belajar dalam waktu
tertentu seperti ujian tengah semester dan akhir semester.
d) Membimbing dan melatih peserta didik
Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam proses
muka, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler.
e) Melaksanakan tugas tambahan
Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal
24 ayat (7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan
sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan,
ketua program keahlian satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala
laboratorium, bengkel atau unit produksi.
41
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Masalah gizi klinis merupakan masalah gizi yang erat hubungannya
dengan penyakit dan penanganannya memerlukan tindakan yang komprehensif.
Sehingga hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler, perlu dicegah dan diobati dengan merubah pola
makan menjadi pola makan sehat yang berpedoman pada aneka ragam
makanan yang memenuhi gizi seimbang (Rismayanthi, 2009).
Berdasarkan dari teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga
yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice).
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukam oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan
fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2007).
Mereka yang berpengetahuan gizi baik, cenderung akan memiliki sikap
gizi yang baik pula. Sikap terhadap gizi akan sangat berperan untuk mengubah
praktik atau perilaku gizi. Hanya saja perilaku konsumsi pangan seseorang
sering kali dipengaruhi oleh faktor yang lebih kompleks (Khomsan et al. 2009).
Pengetahuan dan sikap merupakan faktor pendorong dalam seseorang
berindak. Pengetahuan sebagai landasan seseorang dalam bersikap. Ketika
41
42
pengetahuan yang diterima positif dan sikap merespon positif maka akan
mendorong seseorang untuk berperilaku positif. Perilaku positif mengenai gizi
seimbang akan mewujudkan derajat kesehatan yang lebih baik.
Perilaku guru yang baik sangat diperlukan untuk teruwujudnya kualitas
pendidikan yang baik. Perilaku gizi seimbang juga akan mempengaruhi
produktifitas guru dalam mengajar. Guru membangun kemajuan dan perubahan
menjadi lebih baik melalui generasi penerus bangsa. Oleh karena itu,
pengetahuan, sikap dan perilaku guru mengenai pendidikan gizi sangat penting
salah satunya mengenai gizi seimbang. Karena guru memiliki peran penting
untuk mendidik dan memberikan contoh yang baik bagi muridnya
dilingkungan sekolah.
43
a. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Tahu
Paham
Aplikasi
Analisis
Evaluasi
Sintesis
Pengetahuan
Konsumsi
makanan beragam
Menerima
Merespon
Menghargai
Tanggung Jawab
Sikap konsumsi
makanan beragam
Persepsi
Respon Terpimpin
Mekanisme Praktik konsumsi
makanan beragam
Perilaku
Faktor Internal:
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
Faktor Internal:
- Fisiologis
- Psikologis
-Motif
Faktor Eksternal:
- Situasi
- Pengalaman
- Norma-norma
- Hambatan
- Pendorong
Faktor Eksternal:
1. Lingkungan
2. Sosial Budaya
Adopsi
Faktor yang dapat
terkontrol:
1. Obesitas
2. Kurang olahraga
3. Konsumsi garam
berlebih
4. Merokok
5. Konsumsi alkohol
6. Stres
Hipertensi
Faktor yang tidak dapat
terkontrol:
1. Genetika
2. Jenis kelamin
3. Usia
Sumber: Notoatmodjo, 2010; Wawan dan Dewi, 2011; Bloom
(1974) dan Bimo Walgito (2011) dalam Maulana, 2009 ;
Suiraoka, 2012.
44
b. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
a. Pengetahuan
Pengetahuan konsumsi makanan beragam merupakan pemahaman
responden mengenai makanan beragam sesuai dengan gizi seimbang yang
diukur dengan nilai atas jawaban yang diajukan. Kuesioner pengetahuan
berjumlah 17 soal. Pengukuran variabel ini menggunakkan skala Guttman,
dimana jika responden menjawab benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah
diberi skor 0. Adapun kriteria objektif dari pengetahuan sebagai berikut
(Riduwan, 2011) :
1) Cukup: Jika responden memperoleh skor jawaban > nilai median (9)
2) Kurang jika responden memperoleh skor jawaban ≤ nilai median (9)
b. Sikap
Sikap konsumsi makanan beragam merupakan reaksi atau respon guru
terhadap konsumsi makanan beragam sesuai gizi seimbang. Kuesioner
dengan skala Likert (1-4) yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat
Pengetahuan Gizi Seimbang
Praktik Gizi Seimbang
Hipertensi Sikap Gizi Seimbang
45
tidak setuju. Jika pernyataan positif maka skor dimulai dari 4-0, sebaliknya
jika pernyataan negatif maka skor dimulai 0-4. Perhitungan skor standar:
Jumlah pertanyaan=17
Skor tertinggi = 4 x 17 = 68 = 100%
Skor terendah = 1 x 17 = 17 = 25%
Rasio = Skor tertinggi – skor terendah
= 100% - 25%
= 75%
Interval = Rasio : kategori
= 75% : 2
= 37,5%
Skor standar = 100% - 37,5% = 62,5%
Berdasarkan hasil perhitungan maka kriteria objektif dari pengetahuan
sebagai berikut:
1) Positif jika skor responden > 62,5%
2) Negatif jika skor responden ≤ 62,5%
c. Praktik
Praktik konsumsi makanan beragam merupakan tindakan yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran mengenai penerapan konsumsi makanan
beragam sesuai gizi seimbang. Adapun kriteria objektif dari praktik makan
makanan beragam adalah sebagai berikut (Riduwan, 2011):
1. Diterapkan (61%-100%)
2. Cukup diterapkan (41%-60%)
46
3. Kurang diterapkan (0%-40 )
d. Hipertensi
Suatu keadaaan tingginya tekanan darah dari batas normal berdasarkan
ukuran tensi. Standart hasil pengukuran menurut JNC7 dalam Utaminingsih
(2009) sebagai berikut:
1. Normal sistolik <120 dan diastolik <80
2. Pre hipertensi sistolik 120-139 dan diastolik 80-89
3. Hipertensi Stadium 1 sistolik 140-159 dan diastolik 90-99
4. Hipertensi Stadium II sistolik >160 dan diastolik >100
C. Hipotesis
1. Hipotesis Nol
a. Tidak ada hubungan pengetahuan konsumsi makanan beragam sesuai
gizi seimbang dengan hipertensi pada guru sekolah menengah di Kota
Makassar tahun 2017.
b. Tidak ada hubungan sikap konsumsi makanan beragam sesuai gizi
seimbang dengan hipertensi pada guru sekolah menengah di Kota
Makassar tahun 2017.
c. Tidak ada hubungan praktik konsumsi makanan beragam sesuai gizi
seimbang dengan hipertensi pada guru sekolah menengah di Kota
Makassar tahun 2017.
47
2. Hipotesis Alternatif
a. Ada hubungan pengetahuan konsumsi makanan beragam sesuai gizi
seimbang dengan hipertensi pada guru sekolah menengah di Kota
Makassar tahun 2017.
b. Ada hubungan sikap konsumsi makanan beragam sesuai gizi seimbang
dengan hipertensi pada guru sekolah menengah Kota Makassar tahun
2017.
c. Ada hubungan praktik konsumsi makanan beragam sesuai gizi seimbang
dengan hipertensi pada guru sekolah menengah Kota Makassar tahun
2017.
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain yang diterapkan adalah survei cross secsional. Survei cros
secsional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach)
(Notoatmodjo, 2010). Data dari variabel bebas perilaku makan makanan
beragam sesuai gizi seimbang (pengetahuan, sikap, dan praktik) maupun terikat
(hipertensi) diambil satu waktu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai 17 Mei sampai dengan 24 Juli 2017.
Penelitian ini dilaksanakan di 12 sekolah terdiri dari Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota
Makassar, yaitu SMAN 6, SMAN 7, SMAN 18, SMAN 21, SMAN 12, SMAN
10, SMPN 9, SMPN 25, SMPN 12, SMPN 30, SMPN 8, dan SMPN 19.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini merupakan populasi dari penelitian besar
yang berjudul dampak edukasi gizi seimbang berbasis sekolah terhadap
48
49
pencegahan sindrom metabolic pada guru di Makassar tahun 2016, .semua
guru SMPN dan Guru SMAN dari 12 sekolah di Kota Makassar yang
berjumlah 661 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Penentuan lokasi berdasarkan kecamatan
Kota Makassar terdiri dari 14 Kecamatan, dari 14 kecamatan
tersebut dipilih 3 kecamatan yang memiliki guru PNS terbanyak
berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Makassar. Penentuan
kecamatan ini juga melihat sebaran lokasi yang dapat mewakili daerah
urban dan sub urban. Kecamatan yang terpilih yaitu Kecamatan
Biringkanaya, Manggala, dan Tamalanrea.
2. Penentuan sekolah
Masing-masing kecamatan yang memiliki guru PNS terbanyak
dipilih dua Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) dan dua Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) tanpa memperhitungkan jumlah sekolah
dikecamatan tersebut. Adapun sekolah yang terpilih yaitu di Kecamatan
Biringkanaya (SMPN 25, SMPN 9, SMAN 18, dan SMAN 7),
Kecamatan Manggala (SMPN 8, SMPN 19, SMAN 10, dan SMAN 12),
dan Kecamatan Tamalanrea (SMPN 12, SMPN 30, SMAN 21, dan
SMAN 6).
50
3. Penentuan responden
Responden adalah semua guru yang ada di 12 sekolah terpilih dan
memenuhi kriteria inkusi baik yang hipertensi maupun tidak.
3. Besar Sampel
Besar sampel ditarik dengan menggunakan rumus Lameshow sebagai
berikut:
n =
Keterangan :
n = Jumlah sampel dalam populasi
N = besarnya Populasi dalam penelitian
p = Proporsi sampel (23,5)
q = 1- p = 1-0,235= 0,765
Z = tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan nilai 1,96
d = derajat kebebasan 5% = 0,05
Berdasarkan rumus pengambilan sampel, maka dari 2886 populasi
didapatkan jumlah sampel, sebagai berikut:
n =
n =
n =
n = 252
51
distribusi sampel setiap sekolah dipilih berdasarkan rumus
berikut :
SMAN 7 MAKASSAR =
SMAN 18 MAKASSAR=
SMPN 25 MAKASSAR =
SMPN 9 MAKASSAR =
SMAN 10 MAKASSAR =
SMAN 12 MAKASSAR =
SMPN 8 MAKASSAR =
SMPN 19 MAKASSAR =
SMPN 12 MAKASSAR =
SMPN 30 MAKASSAR =
SMAN 21 MAKASSAR =
SMAN 6 MAKASSAR =
Semua guru yang ada di 12 sekolah tersebut dan memenuhi
kriteria inklusi baik yang pra hipertensi maupun yang normal.
Adapun kriteria inklusinya adalah sebagai berikut:
a. Guru yang mengajar di SMPN atau SMAN di Kota
Makassar dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS).
b. Umur mulai 40 tahun keatas.
52
c. Bersedia untuk berpartisipasi sebagai sampel penelitian.
Adapun kriteria eksklusinya adalah apabila responden tidak
mengikuti semua rangkaian penelitian (tidak hadir dalam 2
kunjungan).
D. Instrumen Penelitian
Alat bantu dalam penelitian ini antara lain:
1. Identitas responden diperoleh melalui wawancara langsung dengan
menggunakan formulir identitas responden.
2. Alat ukur untuk mengukur Tekanan Darah adalah tensi digital dengan merk
omron.
3. Kuesioner Kesehatan Mental terhadap Hipertensi diisi sendiri oleh
responden
4. Kuesioner Food Choice terhadap Hipertensi diisi sendiri oleh responden
5. Program komputer (SPSS dan Microsoft Excel)
6. Alat tulis dan kamera.
E. Pengumpulan data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dalam proses penelitian
melalui pengukuran langsung tekanan darah terhadap responden yang
menjadi objek penelitian dengan menggunakan tensi meter digital dan
53
pembagian kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Data yang
diperoleh yaitu:
a. Pengetahuan mengenai makan makanan beragam,
b. Sikap mengenai makan makanan beragam.
c. Praktik mengenai makan makanan beragam.
d. Tekanan darah
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang dimiliki dan sudah tersedia dan
dapat digunakan oleh peneliti. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh
dari setiap sekolah berupa data guru yang dilihat dari buku absen.
F. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul yaitu kuesioner pengetahuan, sikap, dan
praktik makan makanan beragam sesuai gizi seimbang diteliti
kelengkapannya, jika terdapat data yang kurang dapat segera dilengkapi
dengan mendatangi kembali responden. Adapun langkah-langkah
pengolahan data pada program SPSS adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan
dengan memeriksa kelengkapan data, apabila terdapat data yang belum
lengkap maka peneliti akan menanyakan kembali pada responden.
54
b. Pemberian Kode (Coding)
Proses koding kuesioner dilakukan untuk memudahkan dalam
pengolahan data, semua hasil yang diperoleh disederhanakan dengan
memberi simbol tertentu pada setiap kriteria. Pengkodean dilakukan
dengan memberikan nama variabel dan kode sebelum dipindahkan ke
SPSS.
c. Mengentri Data (Entry)
Entry merupakan proses memasukkan data yang sudah diperoleh
kedalam komputer (aplikasi SPSS). Data kemudian diinput sesuai
dengan variabel masing-masing. Urutan inputan data berdasarkan nama
responden dalam kuesioner.
d. Membersihkan Data (Cleaning)
Proses cleaning bertujuan untuk membersihkan kesalahan yang
mungkin terjadi selama proses input data. Hal ini dilakukan melalui
analisis frekuensi pada semua variabel. Adapun data missing
dibersihkan dengan menginput data yang benar.
2. Analisi Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi pada variabel-variabel penelitian. Distribusi frekuensi dari
variabel bebas (perilaku makan makanan beragam sesuai gizi seimbang
meliputi tingkat pengetahuan, sikap dan praktik) dan variabel terikat
55
(hipertensi). Variabel penunjang adalah karakteristik sampel meliputi
umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesa
penelitian. Variabel independen dan dependen di analisis menggunakan
spss dengan uji chi-square dalam bentuk tabulasi silang.
G. Penyajian Data
Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
dijelaskan dalam bentuk narasi.
56
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2017
(meliputi pengumpulan dan pengolahan data) pada sejumlah guru sekolah
menengah di kota Makassar diperolah data sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Makassar merupakan ibu kota dari Provinsi Sulawesi Selatan yang
terdiri dari 14 kecamatan yang tiga diantaranya merupakan lokasi penelitian
yaitu Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Manggala, dan Kecamatan
Tamalanrea, masing-masing terdiri dari dua sekolah menengah pertama
(SMP) dan dua sekolah menengah atas (SMA). Adapun sekolah menengah
pertama (SMP) yang termasuk dalam penelitian diantaranya:
a. SMP Negeri 9 Makassar
SMP Negeri (SMPN) 9 Makassar terletak di jalan Ir. SutamiNomor
26 Kelurahan Bulurokeng Kecamatan Biringkanaya danmerupakan salah
satu Sekolah Menengah Pertama Negeri yang adadi Provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia.Sama dengan SMP padaumumnya di Indonesia masa
pendidikan sekolah di SMPN 9Makassar ditempuh dalam waktu tiga
tahun pelajaran, mulai dariKelas VII sampai Kelas IX. Pada tahun 2007,
sekolah ini menggunakan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan
sebelumnya dengan KBK.
56
57
b. SMP Negeri 25 Makassar
SMP Negeri 25 Makassar merupakan salah satu sekolah Menengah
Pertama Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan,I ndonesia yang
terletak Jalan Perintis Kemerdekaan, Km. 15, Makassar, Sulawesi
Selatan.Saat ini dipimpin oleh H. Noerhadi Taiya.
c. SMP Negeri 8 Makassar
SMP Negeri 8 Makassar" atau disebut juga "SPENDEL" adalah
salah satu Sekolah Menengah Pertama Unggulan di Makassar yang
menyandang status SSN yang pada tahun 2011 akan menjadi Rintisan
Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Sekolah ini terletak di jalan
Batua Raya Nomor 1.
d. SMP Negeri 19 Makassar
SMP Negeri 19 Makassar merupakan salah satu sekolah
MenengahPertama Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia yang terletak terletak di jalan Tamangapa Raya III/35
Makassar.
e. SMP Negeri 12 Makassar
SMP Negeri 12 Makassar merupakan salah satu sekolah
MenengahPertama Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia yang terletak terletak di Jl. Komplek Unhas, Tamalanrea,
Sulawesi Selatan.
58
f. SMP Negeri 30 Makassar
SMP Negeri 30 Makassar merupakan salah satu Sekolah Menengah
Pertama Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia yang
terletak terletak di Kompleks Perumnas Bumi Tamalanrea Permai (BTP)
Makassar.
Adapun sekolah menengah Atas (SMA) yang termasuk dalam penelitian ini
diantaranya:
a. SMA Negeri 7 Makassar
SMA Negeri 7 Makassar merupakan salah satu sekolah Menengah
Atas Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia yang
terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan Km18.Sekolah ini pertama kali
dipimpin oleh Bapak Drs. Suharwoto,kemudian Bapak Drs. Muchtar
Abdul Rahim.
b. SMA Negeri 18 Makassar
SMA Negeri 18 Makassar terletak di kompleks Mangga Tiga Permai
Daya Makassar, Jl. Poros Barombong, Pacerakkang, Makassar, Sulawesi
Selatan. Sekolah-sekolah yang berada di Kecamatan Manggala, yaitu:
c. SMA Negeri 10 Makassar
SMA Negeri 10 Makassar merupakan salah satu Sekolah Menengah
Atas Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Sama
dengan SMA pada umumnya di Indonesia masapendidikan sekolah di
SMAN 10 Makassar ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai
59
dari Kelas X sampai Kelas XII. Sekolah ini terletak di Jalan Tamangapa
Raya V/12.
d. SMA Negeri 12 Makassar
SMA Negeri 12 Makassar sebagai salah satu Lembaga Pendahuluan
tingkat menengah atas di Kota Makassar yangberoperasi sejak tahun
1988 berdasarkan SK nomor 12/0/1988tanggal 8 Februari 1988.SMA
Negeri 12 Makassar terletak di JalanMoha Lasuloro Nomor 57 Antang,
Kecamatan Manggala, KotaMakassar Provinisi Sulawesi Selatan.
e. SMA Negeri 6 Makassar
SMA Negeri 6 Makassar merupakan salah satu sekolah Menengah
Atas Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia yang
terletak terletak di jalan Prof. Dr. Ir. Soetami nomor4 yang memiliki visi
Unggul, Cerdas, dan Berakhlak Mulia.SMA Negeri 6 Makassar yang
didirikan pada tahun 1980 yang diresmikan penggunaanya oleh Menteri
Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 17 Februari 1981.
Berdasar hasilpenilaian Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah tertanggal
24 Desember 2013 SMA Negeri 6 Makassar memperoleh akreditasi
dengan peringkat A (Amat Baik) dan berlaku hingga tahun ajaran 2018.
f. SMA Negeri 21 Makassar
SMA Negeri 21 Makassar merupakan salah satu Sekolah Menengah
Atas Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan,Indonesia. Sama
dengan SMA pada umumnya di Indonesia masapendidikan sekolah di
SMAN 21 Makassar ditempuh dalam waktutiga tahun pelajaran, mulai
60
dari Kelas X sampai Kelas XII. Sekolah ini terletak di jalan Tamalanrea
Raya Blok A nomor 1.
2. Karakteristik Umum Responden
Penelitian ini mengikutsertakan 252 responden guru Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dari masing-masing sekolah terpilih berdasarkan perhitungan dan
pembagian rumus. Berikut diagram proses penelitian:
.
Tabel 5.1 Hasil Skrining
No Sekolah Total
Guru
Jumlah Guru
Hadir
Skrining Sampel
1 SMA 7 47 25 20 18
2 SMA 18 47 26 18 18
3 SMA 10 55 29 21 21
4 SMA 12 52 30 23 20
5 SMA 21 63 35 24 24
6 SMA 6 60 33 23 23
7 SMP 25 50 35 20 19
8 SMP 19 62 37 24 24
9 SMP 8 65 36 28 25
10 SMP 30 54 35 25 20
11 SMP 12 58 32 25 22
12 SMP 9 48 48 30 18
Total 661 401 285 252
Sumber: Data Primer, 2017
Skrining tekanan darah
dan pencatatan (n=285)
Pembagian kuesioner
(n=252)
Analisis data (tabel dan
narasiI (n=252)
Pengambilan data sekunder (jumlah
guru setiap sekolah) n=661
61
Adapun cara mengambil sampel pada penelitian ini yaitu pertama
kami datang ke setiap sekolah mengukur tekanan darah pada guru
menggunakan tensi digital merk Omron type HEM-7130, selanjutnya
pengambilan sampel dilakukan pada guru yang hadir pada hari
pelaksanaan dan bersedia menjadi sampel. Yang di utamakan menjadi
responden yaitu guru yang memiliki tekanan darah yang masuk dalam
kategori prehipertensi dan hipertensi. Apabila sampel tidak mencukupi
dalam satu sekolah maka guru yang memiliki tekanan darah normal di
jadikan sampel. Kemudian responden mengisi kuesioner sendiri, dan
sebelumnya peneliti menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner.
Beberapa sekolah bertepatan dengan kegiatan ujian sekolah dan
pesantren kilat ramadhan sehingga hanya sedikit guru yang mengikuti
skrining tekanan darah. Selain itu, sebagian besar guru yang mengajar
kelas IX di SMP maupun kelas XII di SMA setelah selesai ujian akhir
nasional tidak datang ke sekolah.
3. Distribusi Kejadian Hipertensi
Tabel 5.2
Distribusi Kejadian Hipertensi pada guru Sekolah Menengah
di Kota Makassar Tahu 2017
Tekanan Darah n %
Normal 67 26,6
Pre Hipertensi 132 52,4
Hipertensi I 40 15,9
Hipertensi II 13 5,2
Jumlah 252 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2017
62
Berdasarkan tabel 5.2 pada umumnya guru memiliki tekanan darah
pre hipertensi sebanyak 132 responden (52,4%) dan yang terendah pada
tekanan darah Hipertensi II sebanyak 13 orang (5,2%).
Berikut adalah distribusi karakteristik umum responden berdasarkan
kejadian hipertensi yaitu:
Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Umum Berdasarkan Kejadian Hipertensi pada
Guru Sekolah Menengah di Kota Makassar
Tahun 2017
Karakteristik
Hipertensi Jumlah
Tidak Ya
n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
18
49
20,2
30,1
71
114
79,8
69,9
89
163
35,3
64,7
Umur
40-50 tahun
51-60 tahun
37
30
31,9
22,2
80
105
68,4
77,8
117
135
46,4
53,6
Pendidikan
Terakhir
Sarjana
Pascasarjana
53
14
25,9
29,8
152
33
74,1
70,2
205
47
85
18,7
Jumlah 67 26,6 185 73,4 252 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2017
Berdasarkan tabel 5.3, karakteristik responden dibagi berdasarkan jenis
kelamin, umur, dan pendidikan terakhir. Responden yang paling banyak
yaitu perempuan 163 orang (64,7%) dan responden laki-laki hanya 89 orang
(35,3%). Presentasi hipertensi tertinggi pada perempuan yaitu 69,9%.
Karakteristik umur terbagi menjadi dua kelompok yaitu 51-60 tahun
lebih tinggi sebanyak 135 orang (53,6%) dari kelompok 40-50 tahun
sebanyak 117 orang (46,4%). Presentasi hipertensi tertinggi pada umur 51-
63
60 tahun sebanyak 105 orang (77,8%). Sedangkan hipertensi tertinggi pada
umur 40-50 tahun sebanyak 37 orang (31,9%).
Pada umumnya pendidikan terakhir responden yaitu Sarjana 205 orang
(85%) dengan presentasi hipertensi sebanyak 152 orang (74,1%). Pada
pendidikan pasca sarjana yang tidak mengalami hipertensi hanya 14 orang
(29,8%).
4. Distribusi Pengetahuan dan Sikap Makan Makanan Beragam
Tabel 5.4
Distribusi Pengetahuan pada Guru Sekolah Menengah
Di Kota Makassar Tahun 2017
No. Pernyataan Salah Benar
n % n %
A1 Apa itu gizi seimbang 195 77,4 57 22,6
A2 Gambar gizi seimbang 222 88,1 30 11,9
A3 Empat kelompok pangan 76 30,2 176 69,8
A4 Beraneka ragam tidak sesuai porsi 54 21,4 198 78,6
A5 Makan beranekaragam dianjurkan 113 44,8 139 55,2
A6 Makan beragam dapat cegah PTM 149 59,1 103 40,9
A7 Semakin beragam semakin terpenuhi gizi. 60 23,8 192 76,2
A8 Sayur buah menjaga kadar gula dan
kolesterol darah
84 33,3 168 66,7
A9 Sayur buah tidak mempengaruhi tekanan
darah
34 13,5 218 86,5
A10 Tidak perlu mengonsumsi makanan
pokok lain selain nasi
183 72,6 69 27,4
A11 Pangan hewani memiliki banyak zat gizi
dan mudah diserap tubuh.
136 54 116 46
A12 Pangan hewani tinggi kolesterol 146 57,9 106 42,1
A13 Lemak meningkatkan jumlah energi 55 21,8 197 78,2
A14 Buah dikonsumsi sebagai penutup 215 85,3 37 14,7
A15 Konsumsi garam yang dianjurkan 81 32,1 171 67,9
A16 Gula pada buah dan madu tidak dibatasi 50 19,8 202 80,2
A17 gambar piring makanku 143 56,7 109 43,3
Sumber: Data Primer Terolah, 2017
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa soal dengan presentasi
jawaban salah tertinggi yaitu pada soal A2 88,1% dengan pertanyaan
64
mengenai gambar gizi seimbang, soal A1 77,4% dengan pertanyaan secara
umum mengenai gizi seeimbang dan A14 85,3% mengenai buah yang hanya
dikonsumsi sebagai makanan penutup.
Presentasi soal yang banyak dijawab benar yaitu pada soal A4 78,6%,
dengan pertanyaan mengenai makan makanan beragam tidak harus sesuai
porsi, soal A9 86,5% dengan pertanyaan mengenai buah dan sayur tidak
mempengaruhi tekanan darah, dan empat kelompok pangan, dan soal A17
80,2% dengan pertanyaan mengenai gula pada buah dan madu tidak perlu
dibatasi.
Tabel 5.5
Distribusi Sikap pada Guru Sekolah Menengah
Di Kota Makassar Tahun 2017
No Pernyataan Positif Negatif
n % n %
B1 Lebih dari satu jenis untuk setiap
kelompok makanan lebih baik.
230 91,3 22 8,7
B2 Porsi nasi lebih banyak dari lauk dan sayur 88 34,9 164 65,1
B3 Mengonsumsi nasi dan mie instan secara
bersamaan tidak masalah
172 68,3 80 31,7
B4 Porsi sayur 3-4 porsi, buah 2-3 porsi 181 71,8 71 28,8
B5 Sayuran tidak perlu beragam 223 88,5 29 11,5
B6 Gula dapat digantikan dengan madu 86 34,1 166 65,9
B7 Umbi-umbian pengganti sarapan. 156 61,9 96 38,1
B8 Porsi sarapan biasanya lebih sedikit 106 42,1 146 57,9
B9 8 gelas air putih sehari terlalu banyak 222 88,1 30 11,9
B10 Minum ketika saya merasa haus saja 41 16,3 211 83,7
B11 Bumbu meningkatkan rasa makanan. 143 56,7 109 43,3
B12 Bumbu penyedap praktis dan enak. 98 38,9 154 61,1
B13 Perlu mengkonsumsi beragam 135 53,6 117 46,4
B14 Konsumsi daging sapi tidak perlu
mengonsumsi tempe atau tahu.
191 75,8 61 24,4
B15 Lemak berasal dari makanan digoreng 149 59,1 103 40,9
B16
Lemak berlebih tidak mengurangi
konsumsi makanan yang lain
171 67,9 81 32,1
B17 Gula murni aman dan tidak perlu dibatasi 137 54,4 115 46,6
Sumber: Data Primer terolah, 2017
65
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat presentasi tertinggi jawaban positif
pada soal B1 91,3% dengan pernyataan lebih dari satu jenis untuk setiap
kelompok makanan lebih baik, soal B5 88,3% dengan pernyataan sayuran
tidak perlu beragam cukup satu jenis dalam sehari dan soal B9 dengan
pernyataan mengenai 8 gelas air putih dalam sehari terlalu banyak.
Tabel 5.6
Distribusi Praktik pada Guru Sekolah Menengah
Di Kota Makassar Tahun 2017
No. Pernyataan
Diterapkan Cukup
diterapkan
Kurang
diterapkan
N % n % n %
C1 Makan ketika lapar 95 37,7 141 56,0 16 6,3
C2 Kandungan gizi
pada label
101 40,1 105 41,7 46 18,3
C3 Sarapan 95 37,7 71 28,2 86 34,1
C4 Jam sarapan 79 31,3 112 44,4 61 24,2
C5 Makanan Jadi 47 18,7 112 44,4 93 36,9
C6 Penambahan garam 64 25,4 48 19,0 140 55,6
C7 Konsumsi sayur 46 18,3 96 38,1 110 43,7
C8 Sayur beragam? 6 2,4 64 25,4 182 72,2
C9 Konsumsi buah 17 7,1 94 39,5 127 53,4
C10 Buah beragam? 79 33,3 16 6,7 143 60,1
C11 Konsumsi Lauk 120 47,6 102 40,5 30 11,9
C12 Konsumsi nabati 64 26,9 95 39,9 79 33,2
C13 Minum air putih 111 46,6 95 39,9 32 13,4
C14 Minum selain air
putih
16 6,7 110 46,2 112 46,1
C15 Penggunaan bumbu
penyedap
32 13,4 63 26,5 143 60,1
C16 Penggunaan minyak 79 31,3 109 43,3 64 25,4
C17 Piring makanku 47 18,7 104 41,3 101 40,1
Sumber: Data Primer terolah, 2017
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa distribusi jawaban responden
dengan presentasi tertinggi yang sudah menerapkan yaitu pada soal C11 47,6%
mengenai konsumsi lauk hewani, C13 46,6% mengenai minum air putih, dan C2
40,1% mengenai kandungan gizi pada label.
66
Distribusi jawaban responden dengan presentasi tertinggi yang cukup
menerapkan yaitu pada soal C14 46,2% mengenai minum selain air putih, C4
44,4% mengenai jam sarapan, dan C5 44,4% konsumsi makanan jadi.
5. Distribusi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Makan Makanan
Beragam
a. Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Tabel 5.7
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Makan Makanan Beragam
pada Guru Sekolah Menengah Di Kota Makassar Tahun 2017
Variabel Penelitian n %
Pengetahuan
Cukup Baik 195 77,4
Kurang Baik 57 22,6
Sikap
Positif 150 59,5
Negatif 102 40,5
Praktik
Diterapkan 86 34,1
Cukup Diterapkan 82 32,5
Kurang Diterapkan 84 33,3
Jumlah 252 100
Sumber: Data Primer terolah, 2017
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan guru
kategori cukup baik 77,4% dan kurang baik 22,6%. Sikap guru mengenai
makan makanan beragam secara umum positif sebanyak 59,5% dan sikap
negatif sebanyak 40,5%. Guru yang sudah menerapkan makan makanan
beragam 34,1% dan cukup menerapkan 32,5%, sedangkan guru yang
masih kurang menerapkan sebanyak 33,3%.
67
b. Distribusi Pengetahuan Sikap dan Praktik Makan Makanan Beragam
terhadap Jenis Kelamin
Tabel 5.8
Distribusi Pengetahuan, Sikap dan Praktik Terhadap Karakteristik
Jenis Kelamin pada Guru Sekolah Menengah di Kota Makassar
Tahun 2017
Variabel Penelitian
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
n % n %
Pengetahuan
Cukup Baik 70 78,7 125 76,7
Kurang Baik 19 21,3 38 23,3
Sikap
Positif 47 52,8 103 63,2
Negatif 42 47,2 60 36,8
Praktik
Diterapkan 31 34,8 55 33,7
Cukup Diterapkan 28 31,5 54 33,1
Kurang Diterapkan 30 33,7 54 33,1
Jumlah 89 100 163 100
Sumber: Data Primer Terolah. 2017
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 89 orang laki-laki
21,3% diantaranya memilki pengetahuan yang kurang mengenai makan
makanan beragam sesuai gizi seimbang, dan 42% memiliki sikap yang
negatif.. Sedangkan dari 163 perempuan 76,7% diataranya memiliki
pengetahuan yang cukup dan 63,2% memiliki sikap yang positif. Dalam
praktik makanan beragam persentase antara responden yang sudah
menerapkan, cukup menerapkan, dan kurang menerapkan tidak terlalu
signifikan perbedaan baik pada laki-laki maupaun perempuan.
68
c. Distribusi Pengetahuan Sikap dan Praktik Makan Makanan Beragam
berdasarkan Umur
Tabel 5.9
Distribusi Pengetahuan, Sikap dan Praktik Berdasarkan Karakteristik
Umur pada Guru Sekolah Menengah
di Kota Makassar Tahun 2017
Variabel Penelitian Umur
40-50 51-60
N % n %
Pengetahuan
Cukup Baik 94 19,7 101 74,8
Kurang Baik 23 80,3 34 25,2
Sikap
Positif 72 61,5 78 57,8
Negatif 45 38,5 57 42,2
Praktik
Diterapkan 47 40,2 39 28,9
Cukup Diterapkan 33 28,2 49 36,6
Kurang Diterapkan 37 31,6 47 34,8
Jumlah 117 100 135 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2017
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa 117 orang responden
pada umur 40-50 tahun 19,7% diantaranya memiliki pengetahuan yang
cukup, 61,5% memiliki sikap yang positif dan 40,2% sudah menerapkan
makan makanan beragam sesuai gizi seimbang. Sedangkan pada
responden umur 51-60 sebanyak 135 orang 74,8 diantaranya memiliki
pengetahuan yang cukup, 57,8% memiliki sikap positif namun 47%
belum menerapkan praktik makan makanan beragam sesuai gizi
seimbang.
69
d. Distribusi Pengetahuan Sikap dan Praktik Makan Makanan Beragam
berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 5.10
Distribusi Pengetahuan, Sikap dan Praktik Berdasarkan Karakteristik
Umur pada Guru Sekolah Menengah
di Kota Makassar Tahun 2017
Variabel Penelitian
Pendidikan Terakhir
Sarjana Pasca Sarjana
n % n %
Pengetahuan
Cukup Baik 161 78,5 34 72,3
Kurang Baik 44 21,5 13 27,7
Sikap
Positif 120 58,5 30 63,8
Negatif 85 41,5 17 36,2
Praktik
Diterapkan 64 31,2, 22 25,6
Cukup Diterapkan 69 33,7 13 15,9
Kurang Diterapkan 72 35,1 12 14,3
Jumlah 204 81 47 252
Sumber: Data Primer Terolah, 2017
Pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa pada jenjang pendidikan Strata
1 (S1) umumnya memiliki pengetahuan cukup yaitu 78,5% dan sikap
positif yaitu 58,5%, sama halnya dengan jenjang pendidikan pascasarjana
secara umum memilki pengatahuan cukup dan sikap positif mengenai
makan makanan beragam. Dalam praktiknya masih banyak pendidikan
S1 yang kurang menerapkan makan makanan beragam yaitu sebanyak
35,1%.
70
6. Hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik
a. Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap
Tabel 5.11
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Makan Makanan Beragam
pada Guru Sekolah Menengah Di Kota Makassar Tahun 2017
Pengetahuan Sikap
Jumlah p-value Positif Negatif
n % n % n %
0, 015 Cukup 124 63,6 71 36,4 195 100
Kurang 26 45,6 31 54,4 57 100
Jumlah 150 59,5 102 40,5 252 100
Sumber: Data Primer terolah, 2017
Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat dari 150 responden yang
bersikap positif terhadap makan makanan beragam sesuai gizi
seimbang, sebanyak 124 orang (63,6%) memiliki pengetahuan yang
cukup dan 26 orang (45,6%) memiliki pengetahuan yang kurang. Hasil
uji menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap (p-
value= 0,015).
b. Analisis hubungan sikap dengan praktik
Tabel 5.12
Hubungan Sikap dengan Praktik Makan Makanan Beragam pada
Guru Sekolah Menengah Di Kota Makassar Tahun 2017
Sikap
Praktik Jumlah p-
value Diterapkan Cukup
diterapkan
Kurang
diterapkan
n % n % n % n %
Positif 47 31,3 54 36 49 32,7 150 59,5 0,323
Negatif 39 38,2 28 27,5 35 34,4 102 40,5
Jumlah 86 34,1 82 32,5 84 33,3 252 100
Sumber: Data Primer terolah, 2017
Berdasarkan tabel 5.12 dari 86 orang yang sudah menerapkan praktik
makan makanan beragam 31,3% diantaranya memiliki sikap positif.
Responden yang cukup menerapkan praktik makan sebanyak 32,5%
71
memiliki sikap positif 36%. Sedangkan responden yang kurang menerapkan
sebanyak 33,3% memiliki sikap negatif sebanyak 34,4%.
7. Analisis hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap
hipertensi
Tabel 5.13
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Makan Makanan Beragam pada
Guru Sekolah Menengah Di Kota Makassar Tahun 2017
Variabel Penelitian
Hipertensi
P-value Tidak Ya
n % n %
Pengetahuan 0,332
Cukup Baik 49 25,1 146 74,9
Kurang Baik 18 31,6 39 68,4
Sikap 0,538
Positif 42 28 108 72
Negatif 25 24,5 77 75,5
Praktik
Diterapkan 47 54,7 39 45,3 0,000
Cukup Diterapkan 11 13,4 71 86,6
Kurang Diterapkan 9 10,7 75 89,3
Jumlah 67 26,6 185 73,4
Sumber: Data Primer terolah, 2017
Berdasarkan tabel 5.12 responden yang tidak hipertensi memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (31,6 %). Sedangkan responden
yang hipertensi pada umumnya memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak
146 orang (74,9%).
Responden yang tidak hipertensi dan memiliki sikap negatif sebanyak
25 orang (24,5 %). Sedangkan responden yang hipertensi pada umumnya
memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 108 orang (72 %).
Responden yang tidak hipertensi sebanyak 54,7% sudah menerapkan
makan makanan beragam sedangkan 10,7% masih kurang menerapkan.
72
Responden yang hipertensi sebanyak 45,3% sudah menerapkan makan
makanan beragam sedangkan 89,3% masih kurang menerapkan.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Umum Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah semua guru
PNS di 12 sekolah terpilih yang termasuk dalam kriteria eksklusi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Secara keseluruhan responden terdiri dari
252 orang. Penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu dari Bulan
Mei-Juli 2017. Guru yang bersedia untuk menjadi responden kemudian
diukur tekanan darah menggunakan tensi digital peneliti, kemudian
dilakukan pembagian kuesioner yang telah disediakan. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 64,7%. Pada distribusi kelompok umur, responden paling banyak
berumur 51-60 tahun yaitu 53,6%. Untuk tingkat pendidikan persentase
tertinggi ditemukan pada responden dengan tingkat pendidikan Strata 1
(S1) yaitu 81%.
2. Karakteristik Umum Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi
Brdasarkan tabel 5,9 dapat dilihat bahwa responden perempuan lebih
banyak memiliki tekanan darah tidak normal yaitu sebanyak 114 orang
(69,9%) dibandingkan responden laki-laki. Hipertensi berdasarkan jenis
kelamin (gender) dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
73
wanita seringkali dipicu oleh kebiasaan yang tidak sehat seperti
merokok, depresi dan juga status pekerjaan.Wanita memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menderita hipertensi pada usia lebih
dari 40 tahun, karena sebagian besar wanita memasuki masa
menopause. Hal ini terjadi karena karena adanya perubahan hormon
setelah menopause pada wanita sehingga mudah menderita hipertensi
(Suiraoka, 2012).
Perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah
tinggi (hipertensi) setelah menopouse yaitu usia diatas 45 tahun.
Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis
dan mengakibatkan tekanan darah tinggi (Anggraini dkk, 2009).
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa tekanan darah tidak normal
(hipertensi) tertinggi pada umur 51-60 tahun sebanyak 105 orang (77,8%).
Sedangkan tekanan darah normal tertinggi pada umur 40-50 tahun
sebanyak 37 orang (31,9%).Semakin bertambahnya umur, prevaleansi
hipertensi semakin meningkat dikarenakan curah jantung akan
semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian hipertensi pada guru oleh Daniel R dkk
(2015) sebagian besar umur responden berkisar > 40 tahun yang mencapai
74
22 orang (91.60%). Kemudian diikuti oleh golongan umur <40 tahun
berjumlah 2 orang (8.4%).
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat tekanan darah tidak normal
terbanyak pada pendidikan Strata 1 (S1) sebanyak 150 orang (73,9%).
Tingkat pendidikan secara tidak langsung juga mempengaruhi tekanan
darah. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup yaitu
kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, dan kebiasaan melakukan
aktivitas fisik seperti olahraga. Hasil Riskesdas tahun 2013 dalam
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) menyatakan
bahwa penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi) cenderung tinggi pada
pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan.
Slameto (2002) menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan atau
pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat
pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan
keluarganya.Dengan berpendidikan tinggi, maka wawasan pengetahuan
semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu penting
kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan
kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik.Parera
(2004), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan terhadap
kesehatan adalah tingkat pendidikan.Pendidikan dapat mempengaruhi
kesehatan yang bertujuan meningkatkan potensi diri yang ada untuk
memandirikan masyarakat dalam menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya.
75
3. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Makan Makanan
Beragam dengan Kejadian Hipertensi
a. Hubungan Pengetahuan dengan Hipertensi
Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan
kebiasaan makan seseorang sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang
dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Seseorang
yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan
keadaan gizi setiap makanan yang dikonsumsinya. Makanan yang
bergizi bukanlah suatu makanan yang mahal dan enak rasanya.Akan
tetapi makanan yang bergizi tersebut adalah makanan yang mampu
memenuhi gizi yang dibutuhkan.Dengan tujuan agar makanan tersebut
memberikan gizi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh atau
sering disebut dengan gizi seimbang (Almatsier, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian hipertensi (p-value= 0,332). Secara
umum pengetahuan guru mengenai makan makanan beragam cukup
baik yaitu 25.1% (49 orang) dengan tekanan darah normal dan 75,9%
(149 orang) dengan tekanan darah tidak normal (hipertensi). Responden
pada umumnya sudah mendengar mengenai gizi seimbang namun
beberapa responden tidak mengetahui bahwa makanan beragam
merupakan salah satu prinsip dari gizi seimbang. Hal ini dapat dilhat
dari distribusi jawaban mengenai pengertian gizi seimbang 77,4% (195
orang) dan gambar tumpeng gizi seimbang 88,1 % (222 orang) masih
76
menjawab salah. Hampir semua responden memilih gambar berbentuk
kotak dengan alasan terlihat langsung pembagian porsi setiap makanan.
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh
keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis
pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan
gizi (Kemenkes, 2014). Mengenai makanan beragam terdapat 5
pertanyaan, 2 diantaranya masih banyak dijawab salah oleh responden.
Menurut responden makanan beragam tidak perlu memperhatikan porsi
dan tidak dapat mencegah penyakit menular.
Mengenai makanan beragam responden menjawab benar 55,2%
sangat dianjurkan, 69,8% pada empat kelompok pangan, 78,6%
mengenai makanan beragam harus memperhatikan porsi, 76,2%
mengetahui bahwa makanan beragam dapat memenuhi kebutuhan zat
gizi, namun mengenai manfaat dari makan beraneka ragam dapat
mencegah penyakit tidak menular dijawab salah 59,1%, yang
dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman
jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam
jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur.
Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir telah
memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai dengan
kebutuhan yang seharusnya (Kemenkes, 2014). Keanekaragaman
makanan dalam hidangan sehari–hari yang dikonsumsi, minimal harus
berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan
77
sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat
pengatur.Dengan mengkonsumsi makanan sehari–hari yang
beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan
dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain
sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Aditianti, 2016).
Mengenai makan sayur dan buah responden mengetahui bahwa
sayur buah dapat mengendalikan kadar gula dan kolesterol darah 66,7%
dan 86,5% mengetahui bahwa sayur buah juga dapat mempengaruhi
tekanan darah. Responden menjawab salah 85,3% bahwa buah hanya
dijadikan sebagai makanan penutup. Serat pangan dapat membantu
meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui feces dengan jalan
meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui usus kecil. Selain
itu, konsumsi serat sayuran dan buah akan mempercepat rasa kenyang.
Keadaan ini menguntungkan karena dapat mengurangi pemasukan
energi dan obesitas, dan akhirnya akan menurunkan risiko hipertensi.
Responden pada umumnya menjawab salah 72,6% mengenai
makanan pokok di Indonesia selalu nasi jadi tidak perlu mengonsumsi
makanan pokok lainnya. Karbohidrat yang sering dikonsumsi atau telah
menjadi bagian dari budaya makan berbagai etnik di Indonesia sejak
lama. Contoh pangan karbohidrat adalah beras, jagung, singkong, ubi,
talas, garut, sorgum, jewawut, sagu dan produk olahannya. Indonesia
kaya akan beragam pangan sumber karbohidrat tersebut (Kemenkes,
2014)
78
Mengenai pangan hewani responden menjawab 57,9% menjawab
salah bahwa pangan hewani mengandung tinggi kolesterol dan 54%
salah bahwa pangan hewani memiliki dan mudah diserap banyak zat giz
dibandingkan pangan nabati. Sedangkan mengenai lemak 78,2% sudah
mengetahui bahwa bukan hanya lemak yang dapat meningkatkan energi
sehingga perlu dikonsumsi lebih banyak. Hasil penelitian yang
mengaitkan kacang-kacangan dan risiko rendah penyakit jantung
koroner, juga diterbitkan dalam British Journal of Nutrition Dalam studi
ini, peneliti melihat empat besar studi epidemiologi Adventist
Health Study, studi Iowa Women’s, Nurses Health Study dan
Doctor’s Health Ketika hasil dari empat penelitian dikombinasikan,
subjek yang mengkonsumsi kacang minimal 4 kali seminggu
menunjukkan penurunan risiko 37% dari penyakit jantung
koroner dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah atau
jarang makan kacang. Kesimpulan lain adalah penurunan risiko
penyakit hipertensi sebesar rata-rata 8,3% (Widyaningrum, 2012).
Konsumsi garam yang dianjurkan maksimal 1 gram perhari sudah
dijawab benar oleh responden sebanyak 67,9% dan batasan konsumsi
gula pada buah dan madu dijawab juga sudah dijawab dengan benar
sebanyak 80,2%. Hal ini menandakan bahwa responden sudah
mengetahui bahwa garam dan gula perlu dibatasi. Menurut Cahyono
(2010) dalam Libri (2015) menyatakan bahwa makanan asin dan siap
saji dapat meningkatkan nafsu makan seseorang karena rasanya yang
79
gurih, sehingga jika seseorang menyukai dan terbiasa mengkonsumsi
makanan sumber natrium seperti ikan asin maka akan cenderung
mengkonsumsinya secara terus menerus. Garam sebagai salah satu
sumber natrium memiliki kaitan erat dengan hipertensi, setengah
sendok teh garam saja bisa menaikkan tekanan sistolik sebesar 5 poin
dan tekanan diastolik naik 3 poin.
Piring makanku merupakan pembagian porsi setiap kelompok
makan. Sebgian besar responden belum mengetahui porsi yang
dianjurkan dalam piring makanku atau porsi setiap kali makan. Dapat
dilihat dari jawaban responden yang salah sebanyak 56,7%. Piring
makanku dimaksudkan sebagai panduan yang menunjukkan sajian
makanan dan minuman pada setiap kali makan (misal sarapan, makan
siang dan makan malam). Visual piring makanku menggambarkan
anjuran makan sehat dimana separoh (50%) dari total jumlah makanan
setiap kali makan adalah sayur dan buah, dan separoh (50%) lagi adalah
makanan pokok dan lauk-pauk. Piring Makanku juga menganjurkan
makan bahwa porsi sayuran harus lebih banyak dari porsi buah, dan
porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi lauk-pauk (Kemenkes,
2014).
Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang
dihadapi. Pengetahuan yang dimaksud ialah pengetahuan mengenai gizi
seimbang khususnya konsumsi makanan beragam, dimana pengetahuan
80
ini berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada status gizi individu yang
bersangkutan (Chatlin, 2010).
Nugroho (2000) menyatakan bahwa pengetahuan responden yang
baik kemungkinan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya
pengalaman, serta sarana informasi.Pengetahuan tidak hanya didapat
secara formal melainkan juga melalui pengalaman.Selain itu
pengetahuan juga didapat melalui sarana informasi yang tersedia di
rumah, seperti radio dan televisi.Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga sehingga penggunaan pancaindra
terhadap suatu informasi sangat penting.
Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang berusia
diatas 40 tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita
oleh orang usia muda. Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada
usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi dibawah usia 20 tahun dan
diatas 50 tahun.(Dhianningtyas & Hendrati, 2006).
Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut
peningkatan usia dan biasanya pada usia ≥ 40 tahun (Bustan, 1997).
Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya
proses degeneratife, yang lebih sering pada usia tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Muniroh, Wirjatmadi & Kuntoro (2007), pada saat
terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko
81
peningkatan penyakit yang meliputi kelainan syaraf/kejiwaan, kelainan
jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera
dan kelainan metabolisme pada tubuh.
Diperoleh data bahwa dari 252 responden, yang termasuk dalam
hipertensi sebanyak 79 responden dengan umur 40-50 tahun dan 105
responden dengan umur 51-60 tahun. Hasil penelitian ini juga didukung
oelh penelitian Sukamto (2007) pada 68 responden di poliklinik RSUD
Tugurejo Semarang bahwa responden yang menderita hipertensi paling
banyak yaitu pada usia >45 tahun, sebanyak 41 responden (89,1%).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Sugiharto, dkk. (2003)
menyatakan kejadian hipertensi berbanding lurus dengan usia,
pembuluh darah arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan seiring
bertambahnya usia, kebanyakan orang tekanan darahnya meningkat
ketika usia >45 tahun ke atas. Sedangkan Nursalam (2002) menyatakan
bahwa semakin cukup usia seseorang dalam berpikir akan lebih baik.
Namun demikian tingkat kematangan dan berpikir sesorang juga
dipengaruhi oleh pengalaman dan informasi-informasi dalam kehidupan
sehari-hari (Agrina dan Hairitama, 2011)
b. Hubungan Sikap dengan Hipertensi
Teori yang mengatakan bahwa Khomsan (2003) mengungkapkan
bahwa sikap terhadap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari
pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan
82
mengembangkan sikap gizi yang baik. Sikap akan mengarahkan
perilaku secara langsung. Dengan demikian sikap positif akan
menumbuhkan perilaku yang positif dan sebaliknya sikap negatif akan
menumbuhkan perilaku yang negatif, dalam hal ini lebih mengarah
pada perilaku menerapkan makan makanan beragam. Pernyataan
tersebut sesuai dengan hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan makan makanan beragam dengan sikap makan
makanan beragam (p-value = 0,015).
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap hal-hal
tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.
Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan sikap negatif
terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, tidak menyukai
objek tertentu, namun tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru-guru yang mengalami
hipertensi pada umumnya memiliki sikap positif terhadap makanan
beragam yaitu 72%, sedangkan yang memiliki tekanan darah normal
memiliki persentase sikap negatif terhadap makanan beragam yaitu
24,4%. Studi lain yang dilakukan oleh Sari (2009), mengatakan bahwa
responden yang mempunyai sikap positif terhadap perilaku makanan
seimbang sebesar 75% dan responden yang mempunyai sikap negative
sebesar 25%. Namun hasil uji menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara sikap makan makanan beragam dengan hipertensi (p-value
83
0.538).Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Wijaya (2014) ada
hubungan antara sikap dengan kejadian hipertensi (p-value=0,022).
Berdasarkan hasil distribusi sikap responden pertanyaan mengenai
karbohidrat, secara umum sikap positif 91,3% ditunjukkan pada
pernyataan konsumsi makanan lebih dari satu jenis setiap kali makan,
sedangkan sikap negatif 65,1% mengenai pernyataan bahwa
mengonsumsi nasi lebih banyak dari porsi sayur dan lauk. Asupan
karbohidrat lebih dapat menyebabkan penyakit salah satunya
obesitas dan pada orang yang menderita obesitas atau kelebihan
berat badan akan beresiko meningkatkan prevalensi penyakit
kardiovaskular termasuk hipertensi (Achadi, 2007).
Pada pernyataan mengenai konsumsi sayur 71,8,8% responden
menunjukkan sikap positif terhadap porsi yang dianjurkan sedangkan
mengenai konsumsi sayur hanya 1 jenis dalam sehari 88,5%
menunjukkan sikap positif. mengonsumsi lebih banyak sayuran dan
buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian
pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang
dapat meningkatkan resiko beberapa PTM, dianjurkan untuk dikurangi
(Kemenkes, 2014).
Pada pernyataan mengenai konsumsi sumber lemak 67,9%
responden menjawab bahwa konsumsi lemak tidak mengurangi
konsumsi sumber makanan lainnya dan 59,1% responden menunjukkan
sikap positif bahwa sumber lemak berasal dari makanan yang digoreng
84
saja. Pernyataan mengenai lemak berlebih tidak mengurangi konsumsi
makanan yang lainnya sebanyak 67,9% menyatakan positif. Lemak
dalam bahan pangan yang dikonsumsi akan memberikan rasa kenyang,
karena lemak akan meninggalkan lambung secara lambat, yaitu sampai
3,5 jam setelah dikonsumsi tergantung dari ukuran dan komposisi
pangan. Hal ini akan memperlambat waktu pengosongan perut,
sehingga akan memperlambat timbulnya rasa lapar (Muchtadi, 2010).
Jauhari (2013) dalam Manawan (2016) menyatakan bahwa lemak di
dalam hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kolesterol
darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh.
Kolesterol yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi
penyakit hipertensi.
Pada pernyataan menganai minum air putih 88,1% menyatakan
positif, namun 83,7% hanya minum ketika haus saja. Air merupakan
kebutuhan pokok setiap mahluk hidup. Air merupakan sumber
kehidupan pertama bagi manusia. Air sangat dibutuhkan tubuh
sebagai nutrisi yang sangat vital untuk menjaga kesehatan dan
keutuhan setiap sel dalam tubuh dan menjaga tingkat cair aliran darah
agar lebih mudah mengalir melalui pembuluh darah. Jika tubuh minum
air bersuhu hangat, maka akan terjadi vasodilatasi pada pembuluh
darah karena udara panas yang dihasilkan oleh air hangat. Pada
saat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, terjadi peningkatan kecepatan
aliran darah melalui pembuluh-pembuluh, berkurangnya reaktivitas
85
vaskular dan terjadi penurunan dalam resistensi aliran. Perubahan-
perubahan yang terjadi meningkatkan tekanan intravaskular, aliran
darah dan permeabilitas kapiler sehingga terjadi penurunan tekanan
darah (Syaifuddin, 2006).
Pada pernyataan mengenai bumbu tradisional untuk meningkatkan
rasa makanan 56,7% menyatakan positif dan mengenai bumbu
penyedap instan 61,1% menyatakan negatif. Penggunaan bahan
tambahan makanan pada industri pangan bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan atau mengawetkan pangan,
meninggalkan kualitas pangan baik dari segi nilai gizi maupun sifat
organoleptik, membantu pengolahan dan membentuk mkanan menjadi
lebih baik, renyah, dan lebih enak dimulut. Namun pada praktiknya
dilapangan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi
persyaratan, menyembunyikan cara kerja bertentangan dengan cara
produksi yang baik untuk makanan yang menyembunyikan
kerusakanan makanan. Hal inilah yang harus diwaspadai oleh
konsumen bagi produsen hal ini mungkin dapat menguntungkan bagi
usahanya namun, tanpa mereka sadari atau tidak hal ini sangat
membahayakan kesehatan konsumen baik dalam waktu dekat maupun
jangka panajang (Murdiati dan Amaliah, 2013).
Pada pernyataan gula murni aman untuk dikonsumsi dan tidak
perlu dibatasi 54,4% menunjukkan sikap positif. Pemanis ini dapat
diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu,
86
pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah-buahan dan madu.
Pemanis alami berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma
manis, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki
sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh. Jika
mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, akan mengalami risiko
kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya
menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami
terlalu tinggi. Contoh pemanis alami antara lain: gula pasir, gula tebu,
gula merah, dan madu. Kementrian Kesehatan RI menganjurkan
pembatasan konsumsi gula sampai 5% dari jumlah kecukupan energi
atau sekitar 3-4 sendok makan/orang dewasa setiap hari (Murdiati dan
Amaliah, 2013).
c. Hubungan Praktik dengan Hipertensi
Berdasarkan hasil uji sikap dengan praktik mengenai makanan
beragam menunjukkan bahwa tidak ada hubungan (p-value=0,323)
tidak sesuai dengan pernyataan menurut Dewi (2013). Sikap terhadap
gizi secara positif dan nyata berkorelasi dengan pola konsumsi makan.
Hubungan yang nyata antara sikap terhadap gizi dengan pola konsumsi
makan terlihat dimana semakin baik sikap terhadap gizi maka semakin
baik pola konsumsi makan dan sebaliknya semakin kurang sikap
terhadap gizi maka akan semakin kurang pola konsumsi makan.
87
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara praktik dengan hipertensi (p-value=0.000). Perilaku
konsumsi makan seperti halnya perilaku lainnya pada diriseseorang,
satu keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dancara
pandang dan faktor lain yang berhubungan dengan tindakan yang
tepat.Oleh karena itu apabila ditelusuri lebih lanjut, sistem nilai
tindakan itudipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu, berkaitan
dengan informasi tentang makanan dan gizi yang diterimanya dari
berbagai sumber (Notoatmodjo 2007).
Berdasarkan hasil penelitian guru yang kurang menerapkan makan
makanan beragam dan hipertensi sebanyak 75 orang (89,3%) hal ini
juga menunjukkan bahwa pengetahuan guru mengenai gizi seimbang,
menurut teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo masih berada pada
tingkat pertama yaitu tahu (know) artinya guru-guru yang memiliki
kemampuan menjawab soal pengatahuan dengan benar atau dalam
skala cukup masih belum masuk pada tahap aplikasi.
Berdasarkan hasil distribusi praktik dapat dilihat responden pada
umumnya kurang menerapkan dalam mengonsumsi keanekaragaman
sayur 72,2% dan konsumsi keaneka ragaman buah 60,1%. buah dan
sayuran bermanfaat untuk mengatur pengolahan bahan makanan serta
menjaga keseimbangan cairan tubuh (Almatsier, 2001).
Buah-buahan dan sayuran merupakan makanan rendah kalori,
kaya serat, vitamin, dan mineral untuk menjaga kesehatan. Rendah
88
kalori yang terdiri dari 80% air. Bagi anak-anak, buah dan sayuran
merupakan sumber vitamin, mineral dan nutrisi yang diperlukan dalam
masa perkembangan. Misalnya zat besi dan kalsium diperoleh dari buah
dan sayuran juga mengandung antioksidan, vitamin C, dan vitamin A
(Dewi, 2013). Kandungan vitamin dan mineral sayuran berbeda.
Perbedaan tidak hanya diantara berbagai varietas dan spesies, namun
juga berbeda dalam setiap bagian tanaman itu sendiri. Faktor-faktor
yang mempengaruhi antara lain iklim, cahaya, dan pupuk (Sirajuddin,
dkk., 2014).
Mengonsumsi lauk hewani yang beragam 47,1% sudah cukup
diterapkan sedangkan lauk nabati hanya 39,9% cukup menerapkan.
Yang lebih penting ialah komposisi lemak yang terdapat di dalam
daging, dibandingkan dengan lemak yang ada di dalam lauk-pauk
nabati. Lemak hewan, terutama yang terdapat atau berasal dari ternak,
mengandung asam-asam lemak yang terutama termasuk kelompok
asam lemak jenuh rantai panjang (long chain saturated fatty acids).
Asam lemak jenis ini cenderung meningkatkan kadar kolestrol di dalam
darah dan menurut konsensus para ahli, peningkatan kolestrol dalam
darah bersangkutan dengan peningkatan resiko untuk menderita
penyakit kardiovaskular (CVD), seperti atheroskerosis, hipertensi, dan
berbagai jenis penyakit jantung koroner (Sediaoetama, 2010).
Dalam membaca label informasi kandungan gizi 40,1% sudah
menerapkannya. Menurut kmenkes (2014) masyarakat perlu diberi
89
pendidikan membaca label pangan, mengetahui pangan rendah gula,
garam dan lemak, serta memasak dengan mengurangi garam dan gula.
Di lain pihak para pengusaha pangan olahan diwajibkan mencantumkan
informasi nilai gizi pada label pangan agar masyarakat dapat memilih
makanan sehat sesuai kebutuhan setiap anggota keluarganya. Label dan
iklan pangan harus mengikuti Peraturan Pemerintah RI, nomor 69 tahun
1999.
Mengenai penambahan garam 55,6% kurang menerapkan, artinya
masih banyak responden yang menambahkan garam kembali pada
makanan yang dimakannya dan mengenai penggunaan bumbu 60,1%
juga kurang menerapkan, masih banyak responden yang menggunakan
bumbu instan untuk meningkatkan rasa makanan. Menurut Hardinsyah
(2011) dalam Hanum (2014) konsumsi garam tidak hanya berasal dari
garam yang dibubuhi pada makanan yang akan dihidangkan saja,
namun garam visible salt yang dibubuhi pada makanan olahan pabrik
sulit diperhitungkan. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah sehingga berdampak pada timbulnya
hipertensi.
Pada umumnya responden juga memiliki sikap positif terhadap
makan makanan beragam. Namun dalam penerapannya responden
jarang mengonsumsi makanan beragam. Dari jawaban respoonden
90
mengenai piring makanku yang sudah menerapkan dengan baik
sebanyak 18,7% dan 40,1% responden masih kurang menerapkan
makanan beragam dalam piring makanku, selebihnya 41,3% cukup
menerapkan. Pada umunya porsi piring makanku saat sarapan hanya
terdapat karboohidrat dengan protein contohnya nasi dengan telur,
terkadang sedikit buah. Hal ini dikarenakan saat pagi hari tidak
memiliki waktu yang banyak untuk memasak serta pengolahan sayur
yang tidak mudah.
4. Keterbatasan Penelitian
a. Peneliti sulit menyesuaikan waktu dengan responden yang memiliki
aktifitas mengajar.
b. Responden saling mendiskusikan dalam pengisian kuesioner sehingga
jawaban relatif sama.
91
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Juni-Juli
2017 di dua belas sekolah menengah di Kota Makassar dengan jumlah
responden 252 orang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan makan makanan beragam dengan
kejadian hipertensi (p=0,332) pada guru sekolah menengah di kota
Makassar. Pengatahun responden pada umumnya sudah cukup baik namun
masih banyak yang mengalami pra hipertensi.
2. Tidak ada hubungan antara sikap makan makanan beragam dengan kejadian
hipertensi (p=0,538) pada guru sekolah menengah di kota Makassar. Secara
umum responden memberikan respon sikap positif terhadap makanan
beragam namun masih banyak yang mengalami pra hipertensi.
3. Ada hubungan antara praktik makan makanan beragam dengan kejadian
hipertensi (p=0,000) pada guru sekolah menengah di kota Makassar.
Responden yang kurang menerapkan maupun cukup menerapkan makan
makanan beragam mengalami hipertensi terbanyak.
91
92
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menyesuaikan dengan kesibukan guru
dan melakukan penelitian bertahap sampai selesai setiap sekolah dalam
pengukuran hipertensi dan wawancara.
2. Bagi guru diharapkan dapat menerapkan makan makanan beragam sesuai
gizi seimbang karena sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik dan
sikap yang positif.
93
DAFTAR PUSTAKA
Achadi L. Endang. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi
dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia. Edisi I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Aditianti, dkk. 2016. Pengetahuan, Sikacp dan Perilaku Individu Tentang
Makanan Beraneka Ragam sebagai Salah Satu Indikator Keluarga Sadar
Gizi (KADARZI). Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 2, Juni 2016 :
117 - 126
Adiwiyoto, Anton. 2004. Kolesterol. Bekasi: Kesaint Blanc.
Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Anggraini, dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Fakultas Kesehatan.
Universitas Riau. Files of DrsMed-FK UNRI: 1-41
Artiyaningrum, Budi. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan
Rutin Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2014. Skripsi:
Jurusan Ilmu Kesehatan masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang.
Bustan. 2007. Epidemoligi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Jaya.
Chatlin IB. Gambaran Status Gizi dan Tingkat Pengetahuan Gizi Seimbang Siswa
SDN 121 Manado. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi; 2010.
Daniel .R, dkk. 2015. Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Guru Di Sd Gmim Iv Tomohon. GIZIDO Volume
7 No. 2 November 2015
Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas
Guru dan Pengawasan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.
Depkes. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi. Jakarta:
Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI.
94
______. 2007. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan Riskesdas 2007, Tim Riset
Kesehatan Dasar, Balitbangkes, Jakarta.
Dewi, Yussica. 2013. Persepsi dan Perilaku Makan Buah dan Sayur Pada Anak
Obesitas dan Orang Tua. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.
Vol 2(1).
Dewi, Shely Rosita. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Sikap Terhadap
Gizi Dan Pola Konsumsi Siswa Kelas Xii Program Keahlian Jasa Boga Di
Smk Negeri 6 Yogyakarta.Program studi Tata Boga, fakultas Teknik,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Dhianningtyas, Yunita dan Hendrati LY., 2006. Risiko Obesitas, Kebiasaan
Merokok, dan Konsumsi Garam terhadap Kejadian Hipertensi pada Usia
Produktif. The Indonesiasn Journal Of Public Health, Vol. 2, No. 3.
Hanum, Noer Herlina. 2014. Faktor Risiko Hipertensi Pada Pekerja Garmen
Wanita. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor.
Kemenkes. 2014. Pedoman Gizi Seimbang.
Kementrian Kesehatan RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Laporan
Nasional 2007.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
KementerianKesehatanRepublik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Laporan
Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
KementerianKesehatanRepublik Indonesia.
Khomsan, Ali. 2003. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT.Raja
grafindo. Persada
Libri, dkk. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Konsumsi Natrium
Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Cempaka. Stikes Husada Borneo, Kalimantan selatan.
Rismayanthi, Cerika. 2009. Pengaturan gizi seimbang bagi penderita hipertensi.
Medikora Vol V, No 1, April 2009: 34-54
Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Manawan. 2016. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Kejadian
Hipertensi Di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa.
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi –Unsrat Vol. 5 No. 1 Februari 2016
ISSN 2302 -2493
95
Megawati. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Status Gizi, dan Tingkat
Kebugaran Atlet Olahraga Permainan di Pusat Pendidikan dan Latihan
Pelajar Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Muchtadi, Deddy. 2010. Pengantar Ilmu Gizi. Bogor: Alfabeta.
Murdiati, Agnes dan Amaliah. 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat untuk
Semua. Jakarta: Kencana.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Nughroho, W, 2000 .Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC.
Nurjhani, dkk, 2009. Relevansi Keterampilan Mengajar Calon Guru Biologi
Dengan Penguasaan Konsep Gizi. Jurnal Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Pembelajarannya dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Bangsa
PERKI. 2015. Pedoman Tata Laksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular
edisi Pertama.
Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rahajeng dan Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 59 No. 12. Desember 2009.
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sari R. 2009. Pola Makan Gizi Seimbang. Universitas Gadjah Mada
Sediaoetomo, Achmad Jaelani. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.
Jakarta: Dian Rakyat.
Sibagariang, Eva Ellya. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
96
Sirajuddin, dkk.. 2014. Pedoman Praktikum Analisis Bahan Makanan. Makassar:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor –Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sukamto. A., 2007. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Klien tentang
Hipertensi dengan kepatuhan dalam Menjalankan Diit Hipertensi.
Semarang: Universitas Diponegoro
Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.
Utaminingsih, Wahyu Rahayu. 2009. Mengenal dan Mencegah Penyakit
Diabetes, Hipertensi, Jantung dan Stroke untuk Hidup Lebih Berkualitas.
Yogyakarta: Media Ilmu
Syaiffudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Wijaya, Soni Ardhi. 2011. Hubungan Pola Makan Dengan Tingkat Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Dusun 14 Sungapan Tirtorahayu Galur Kulon
Progo Yogyakarta. Skripsi: Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah, Yogyakarta
Wawan dan Dewi. 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wijaya, dkk. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Juwana
Kabupaten Pati. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Widyaningrum, Sitti. 2012. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Jember.
Yuniastuti, A. 2007.Gizi dan Kesehatan. Semarang: Graha Ilmu.
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan mengisi sesuai dengan pemahaman Anda:
No
A1
A2 Diantara gambar berikut, yang manakah yang paling tepat untuk
menggambarkan gizi seimbang? Mengapa? Jelaskan alasannya!
a.
c.
_____________________________________________________________
____________________________________________________
_____________________________________________________________
_________________________________________________________
No.
A3
Mengonsumsi empat kelompok pangan (makanan
pokok, lauk-pauk, sayuran, dan minuman) setiap hari
atau setiap kali makan termasuk keaneka ragaman
makanan.
A4 Mengonsumsi makanan beraneka ragam tidak harus
memperhatikan porsi yang di makan.
A5 Mengonsumsi makanan beranekaragam sangat
dianjurkan karena tidak satupun jenis makanan yang
1
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan mengisi sesuai dengan pemahaman Anda:
Pernyataan
Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang gizi seimbang?
___________________________________________
___________________________________________
___________________________________________
___________________________________________
____________________
Diantara gambar berikut, yang manakah yang paling tepat untuk
menggambarkan gizi seimbang? Mengapa? Jelaskan alasannya!
b.
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_________________________________________________________
Pernyataan Benar
Mengonsumsi empat kelompok pangan (makanan
pauk, sayuran, dan minuman) setiap hari
atau setiap kali makan termasuk keaneka ragaman
Mengonsumsi makanan beraneka ragam tidak harus
memperhatikan porsi yang di makan.
Mengonsumsi makanan beranekaragam sangat
dianjurkan karena tidak satupun jenis makanan yang
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan mengisi sesuai dengan pemahaman Anda:
Kode
(Diisi oleh
petugas)
Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang gizi seimbang?
___________________________________________
___________________________________________
___________________________________________
___________________________________________
( )
Diantara gambar berikut, yang manakah yang paling tepat untuk
_____________________________________________________________
_________
_____________________________________________________________
_________________________________________________________
( )
Benar Salah
Kode
(Diisi
oleh
petugas)
( )
( )
( )
2
mengandung zat gizi lengkap kecuali ASI.
A6 Makan makanan beraneka ragam sesuai gizi seimbang
dapat mencegah penyakit tidak menular.
( )
A7 Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi
semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi.
( )
A8 Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup
menjaga kenormalan kadar gula dan kolesterol darah
( )
A9 Mengonsumsi buah dan sayur tidak mempengaruhi
tekanan darah
( )
A10
Umumnya makanan pokok di Indonesia adalah nasi
sehingga tidak diperlukan konsumsi makanan pokok
yang lainnya.
( )
A11 Pangan hewani memiliki lebih banyak zat gizi dan
mudah diserap tubuh.
( )
A12
Pangan hewani mengandung tinggi kolesterol
berbanding terbalik dengan pangan nabati yang dapat
menurunkan kadar kolesterol
( )
A13
Lemak makanan berguna untuk meningkatkan jumlah
energi sehingga harus dikonsumsi lebih banyak dari
pangan lainnya
( )
A14 Buah biasanya dikonsumsi setelah makan sebagai
penutup atau pencuci mulut
( )
A15 Konsumsi garam yang dianjurkan setiap hari maksimal 1
sendok makan (sdm)
( )
A16
Gula pada buah dan madu lebih baik daripada
kandungan gula tebu maupun gula aren sehingga tidak
perlu dibatasi
( )
A17
Diatas merupakan gambar piring makanku terdiri dari
makanan pokok (A), lauk-pauk (B), buah (C) dan sayur
(D).
( )
A
B
C
D
3
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda checklist (√)
pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan sikap Bapak/Ibu/Saudara. Terdapat empat
pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
ST = Sangat Setuju. TS = Tidak Setuju.
S = Setuju. STS = Sangat Tidak Setuju.
No Pernyataan SS S TS STS
Kode
Diisi
oleh
petugas)
B1
Menurut saya, mengonsumsi lebih dari satu jenis
untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok,
lauk pauk, sayuran dan buah-buahan) setiap kali
makan lebih baik.
( )
B2 Menurut saya, biasanya setiap makan, porsi nasi
lebih banyak dari lauk dan sayuran
( )
B3 Menurut saya, mengonsumsi nasi dan mie instan
secara bersamaan tidak masalah
( )
B4 Menurut saya, setiap makan porsi sayuran cukup 3-
4 porsi sedangkan buah-buahan adalah 2-3 porsi
( )
B5 Menurut saya, sayuran tidak perlu beragam, cukup
1 kali dalam satu hari.
( )
B6 Menurut saya, saat mengonsumsi teh gula dapat
digantikan dengan madu
( )
B7 Menurut saya umbi-umbian bisa digantikan sebagai
menu sarapan.
( )
B8 Menurut saya porsi sarapan lebih sedikit daripada
porsi makan siang atau makan malam
( )
B9 Menurut saya, minum 8 gelas air putih sehari terlalu
banyak
( )
B10 Saya akan minum ketika saya merasa haus saja
B11 Menurut saya, bumbu seperti jahe, bawang, kunyit,
kencur dapat meningkatkan rasa makanan.
( )
B12
Menurut saya, bumbu penyedap seperti kecap, saos
tiram, vetsin, tepung goring lebih praktis dan
membuat makanan lebih enak.
( )
B13
Menurut saya perlu mengkonsumsi beragam
makanan agar tubuh mendapatkan semua zat gizi
yang diperlukan..
( )
B14 Menurut saya, dengan mengonsumsi daging sapi
tidak perlu mengonsumsi tempe atau tahu.
( )
B15
Menurut saya kandungan lemak berasal dari
makanan yang digoreng saja.
( )
B16
Konsumsi makanan yang mengandung lemak dan
minyak berlebih tidak akan mengurangi konsumsi
makanan yang lain.
B17 Menurut saya, konsumsi gula murni aman dan tidak
perlu dibatasi, kecuali pemanis buatan.
( )
4
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab pertanyaan multiple choice dengan melingkari
pada salah satu jawaban dan menjawab pertanyaan essay sesuai dengan kebiasaan Anda:
No. Pernyataan Jawaban
Kode
(Diisi oleh
petugas)
C1 Apakah Bapak/Ibu l angsung makan ketika
merasa lapar?
1. Ya, selalu
2. Ya, tidak
3. Ya, Kadang-
kadang
4. Lain-lain
(sebutkan)
( )
C2 Apakah Bapak/Ibu biasa membeli makanan
kemasan?
1. Ya
2. Tidak �Lanjut
ke C4
( )
C3 Apakah Bapak/Ibu biasa membaca kandungan
zat gizi pada label kemasan pangan?
1. Ya, selalu
2. Ya, kadang-
kadang
3. Tidak pernah
4. Lain-lain
(sebutkan)
_____________
____
( )
C4 Apakah Bapak/Ibu biasa sarapan (makan pagi)? 1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap
hari
3. Tidak pernah
4. Lain-lain
(sebutkan)
_____________
___
( )
C5 J am berapa biasanya Bapak/Ibu sarapan?
…………………
…….
( )
C6 D i mana biasanya Bapak/Ibu sarapan (makan pa
gi)?
1. Di rumah
2. Di kendaraan
3. Di kantor
4. Lain-lain
(sebutkan)
_______________
____
( )
C7 Apakah Bapak/Ibu biasa membeli makanan jadi? 1. Ya ( )
5
2. Tidak �lanjut
ke C9
C8 Berapa kali Bapak/Ibu biasa membeli makanan
jadi?
1. Setiap hari
2. ………… kali/
minggu
3. ………… kali/
bulan
( )
C9 Jenis makanan apa yang sering Bapak/Ibu
konsumsi? Sebutkan jenisnya!
1. Makanan manis
(..........)
2. Makanan asin
(.............)
3. Makanan
gorengan (.....)
4. Tidak ada
( )
C10 Jenis minuman apa yang sering Bapak/Ibu
konsumsi? Sebutkan jenisnya!
1. Minuman manis
(........)
2. Minuman
bersoda (....)
3. Minuman energi
(........)
4. Tidak ada
( )
C11 Jika Bapak/Ibu makan, apakah biasa
menambahkan garam ke dalam makanan yang
akan dikonsumsi?
1. Ya, selalu
2. Ya, kadang-
kadang
3. Tidak pernah
( )
C12 Apakah Bapak/Ibu selalu mengonsumsi sayur-
sayuran?
1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap
hari
3. Tidak
pernah�Lanjut
ke C15
( )
C13 Jenis pengolahan sayur apa yang Bapak/Ibu paling
sukai?
1. Sayuran segar
2. Sayuran di masak
3. Jus sayuran segar
4. Lain-lain
(sebutkan)
______________
___
( )
C14 Apakah Bapak / Ibu dalam satu hari mengonsumsi
sayur yang beragam?
1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap hari
3. Tidak pernah
C15 Apakah Bapak/Ibu selalu mengonsumsi buah-
buahan?
1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap
( )
6
hari
3. Tidak
pernah�Lanjut
ke C18
C16 Jenis pengolahan buah-buahan apa yang
Bapak/Ibu paling sukai?
1. Buah-buahan
segar.
2. Jus buah segar.
3. Minuman buah
kemasan.
4. Buah kalengan,
manisan buah.
5. Lain-lain
(sebutkan)
______________
___
( )
C17 Apakah Bapak / Ibu dalam satu hari mengonsumsi
buah yang beragam?
1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap hari
3. Tidak pernah
C18 Apakah Bapak/Ibu mengonsumsi lauk hewani? 1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap
hari
3. Tidak pernah
4. Lain-lain
(sebutkan)
_____________
( )
C19 Apakah Bapak/ibu mengonsumsi lauk nabati? 1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap
hari
3. Tidak pernah
4. Lain-lain
(sebutkan)
_____________
( )
C20 Berapa gelas air putih yang Bapak/Ibu minum
setiap hari?
(1 gelas = 200 cc)
1. 6-8 gelas
2. 4-5 gelas
3. 1-2 gelas ( )
C21 Berapa gelas air selain air putih (misal: sirup, teh,
kopi, susu) yang Bapak/Ibu minum setiap hari?
1. 6-8 gelas
2. 4-5 gelas
3. 1-2 gelas
4. Tidak ada
( )
7
C22 Apakah Bapak Ibu menggunakan bumbu
penyedap dalam memasak?
1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap
hari
3. Tidak pernah
( )
C23 Bumbu penyedap apa yang ibu gunakan? 1. Vetsin
2. Kecap
3. Saos
4. Bumbu racikan
(ikan goreng,
semur, sayur sop,
dll)
5. Tidak pernah
( )
C24 Apakah Bapak/Ibu menggunakan
mentega/margarin sebagai pengganti minyak
goreng?
1. Ya, selalu (tiap
hari)
2. Ya, tidak tiap
hari
3. Tidak pernah
( )
C25 Silahkan Bapak/Ibu gambarkan porsi jenis makanan terdiri dari (makanan pokok (a),
lauk-pauk (b), sayur (c) dan buah(d) dalam piring makan yang dikonsumsi dalam setiap
hari.
Sarapan
( )
Makan Siang
( )
Makan Malam
.
( )
8
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU MAKAN MAKANAN BERAGAM SESUAI GIZI SEIMBANG
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA GURU SEKOLAH MENENGAH DI KOTA
MAKASSAR TAHUN 2017
IDENTITAS RESPONDEN
1 NO KUESIONER
2 NAMA RESPONDEN
3 UMUR
4 ALAMAT
5 NO TELPON / HP
6 PENDIDIKAN
TERAKHIR
7 JENIS KELAMIN
1. Laki-laki 2. Perempuan
HASIL PENGUKURAN RESPONDEN
1 Tekanan Darah
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu.
Silahkan mengisi kuesioner sesuai dengan situasi dan kondisi Bapak/Ibu.
Selamat Mengerjakan.
Hari/Tgl:
9
ANALISIS UNIVARIAT
Kategori_umur
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
40-50
tahun 117 46.4 46.4 46.4
51-60
tahun 135 53.6 53.6 100.0
Total 252 100.0 100.0
Kategori_pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 1 .4 .4 .4
Sarjana 204 81.0 81.0 81.3
Pasca Sarjana 47 18.7 18.7 100.0
Total 252 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 89 35.3 35.3 35.3
Perempuan 163 64.7 64.7 100.0
Total 252 100.0 100.0
Tekanan darah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal: <120/<80 67 26.6 26.6 26.6
Prehepertensi:
120=139/80-90 132 52.4 52.4 79.0
Hipertensi 1 140-
159/90-99 40 15.9 15.9 94.8
10
Hipertensi 2 160 atau
>160/100 atau >100 13 5.2 5.2 100.0
Total 252 100.0 100.0
Kat_pengetahuan
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Kurang 57 22.6 22.6 22.6
Cukup 195 77.4 77.4 100.0
Total 252 100.0 100.0
Kat_sikap
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Positif 150 59.5 59.5 59.5
Negatif 102 40.5 40.5 100.0
Total 252 100.0 100.0
Kat_Praktik
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Diterapkan 86 34.1 34.1 34.1
Cukup
diterapkan 82 32.5 32.5 66.7
Kurang
diterapkan 84 33.3 33.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
Kategori_umur * Tekanan_darah1 Crosstabulation
Tekanan_darah1 Total
11
Normal Tidak
Normal
Kategori_umu
r
40-50 tahun
Count 37 80 117
% within
Kategori_umur 31.6% 68.4% 100.0%
51-60 tahun
Count 30 105 135
% within
Kategori_umur 22.2% 77.8% 100.0%
Total
Count 67 185 252
% within
Kategori_umur 26.6% 73.4% 100.0%
Jenis Kelamin * Tekanan_darah1 Crosstabulation
Tekanan_darah1 Total
Normal Tidak
Normal
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Count 18 71 89
% within Jenis
Kelamin 20.2% 79.8% 100.0%
Perempuan
Count 49 114 163
% within Jenis
Kelamin 30.1% 69.9% 100.0%
Total
Count 67 185 252
% within Jenis
Kelamin 26.6% 73.4% 100.0%
Kategori_pendidikan * Tekanan_darah1 Crosstabulation
Tekanan_darah1
Total Normal Tidak Normal
Kategori_pendidika
n
Sarjana Count 54 151 205
% within
Kategori_pendidikan 26.3% 73.7% 100.0%
12
Pasca Sarjana Count 13 34 47
% within
Kategori_pendidikan 27.7% 72.3% 100.0%
Total Count 67 185 252
% within
Kategori_pendidikan 26.6% 73.4% 100.0%
Jenis Kelamin * Kat_sikap Crosstabulation
Kat_sikap
Total Positif Negatif
Jenis Kelamin Laki-laki Count 47 42 89
% within Jenis
Kelamin 52.8% 47.2% 100.0%
Perempuan Count 103 60 163
% within Jenis
Kelamin 63.2% 36.8% 100.0%
Total Count 150 102 252
% within Jenis
Kelamin 59.5% 40.5% 100.0%
Jenis Kelamin * Kat_Praktik Crosstabulation
Kat_Praktik
Total
Diterapkan
Cukup
diterapkan
Kurang
diterapkan
Jenis
Kelamin
Laki-laki Count 31 28 30 89
% within Jenis
Kelamin 34.8% 31.5% 33.7% 100.0%
Perempuan Count 55 54 54 163
% within Jenis
Kelamin 33.7% 33.1% 33.1% 100.0%
13
Total Count 86 82 84 252
% within Jenis
Kelamin 34.1% 32.5% 33.3% 100.0%
Kategori_umur * Kat_pengetahuan Crosstabulation
Kat_pengetahuan
Total Kurang Cukup
Kategori_umur 40-50 tahun Count 23 94 117
% within
Kategori_umur 19.7% 80.3% 100.0%
51-60 tahun Count 34 101 135
% within
Kategori_umur 25.2% 74.8% 100.0%
Total Count 57 195 252
% within
Kategori_umur 22.6% 77.4% 100.0%
Kategori_umur * Kat_sikap Crosstabulation
Kat_sikap
Total Positif Negatif
Kategori_umur 40-50 tahun Count 72 45 117
% within
Kategori_umur 61.5% 38.5% 100.0%
51-60 tahun Count 78 57 135
% within
Kategori_umur 57.8% 42.2% 100.0%
Total Count 150 102 252
% within
Kategori_umur 59.5% 40.5% 100.0%
Kategori_umur * Kat_Praktik Crosstabulation
14
Kat_Praktik
Total
Diterapk
an
Cukup
diterapkan
Kurang
diterapkan
Kategor
i_umur
40-50 tahun Count 47 33 37 117
% within
Kategori_umur 40.2% 28.2% 31.6% 100.0%
51-60 tahun Count 39 49 47 135
% within
Kategori_umur 28.9% 36.3% 34.8% 100.0%
Total Count 86 82 84 252
% within
Kategori_umur 34.1% 32.5% 33.3% 100.0%
Kategori_pendidikan * Kat_pengetahuan Crosstabulation
Kat_pengetahuan
Total Kurang Cukup
Kategori_pendidikan Sarjana Count 44 161 205
% within Kategori_pendidikan 21.5% 78.5% 100.0%
Pasca Sarjana Count 13 34 47
% within Kategori_pendidikan 27.7% 72.3% 100.0%
Total Count 57 195 252
% within Kategori_pendidikan 22.6% 77.4% 100.0%
Kategori_pendidikan * Kat_sikap Crosstabulation
Kat_sikap
Total Positif Negatif
15
Kategori_pendidikan Sarjana Count 120 85 205
% within Kategori_pendidikan 58.5% 41.5% 100.0%
Pasca Sarjana Count 30 17 47
% within Kategori_pendidikan 63.8% 36.2% 100.0%
Total Count 150 102 252
% within Kategori_pendidikan 59.5% 40.5% 100.0%
Kategori_pendidikan * Kat_Praktik Crosstabulation
Kat_Praktik
Diterapkan Cukup diterapkan Kurang diterapkan
Kategori_pendidikan Sarjana Count 64 69
% within Kategori_pendidikan 31.2% 33.7%
Pasca Sarjana Count 22 13
% within Kategori_pendidikan 46.8% 27.7%
Total Count 86 82
% within Kategori_pendidikan 34.1% 32.5%
Kat_pengetahuan * Tekanan_darah1
Crosstab
Tekanan_darah1 Total
Normal Tidak
Normal
Kat_pengetahua Kurang Count 18 39 57
16
n % within
Kat_pengetahuan 31.6% 68.4% 100.0%
Cukup
Count 49 146 195
% within
Kat_pengetahuan 25.1% 74.9% 100.0%
Total
Count 67 185 252
% within
Kat_pengetahuan 26.6% 73.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .940a 1 .332
Continuity Correctionb .639 1 .424
Likelihood Ratio .917 1 .338
Fisher's Exact Test .394 .211
Linear-by-Linear
Association .937 1 .333
N of Valid Cases 252
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.15.
b. Computed only for a 2x2 table
Kat_sikap * Tekanan_darah1
Crosstab
Tekanan_darah1 Total
Normal Tidak
Normal
Kat_sikap Positif
Count 42 108 150
% within
Kat_sikap 28.0% 72.0% 100.0%
Negatif Count 25 77 102
17
% within
Kat_sikap 24.5% 75.5% 100.0%
Total
Count 67 185 252
% within
Kat_sikap 26.6% 73.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .379a 1 .538
Continuity Correctionb .221 1 .638
Likelihood Ratio .381 1 .537
Fisher's Exact Test .564 .320
Linear-by-Linear
Association .377 1 .539
N of Valid Cases 252
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.12.
b. Computed only for a 2x2 table
Kat_Praktik * Tekanan_darah1
Crosstab
Tekanan_darah1 Total
Normal Tidak
Normal
Kat_Prakti
k
Diterapkan
Count 47 39 86
% within
Kat_Praktik 54.7% 45.3% 100.0%
Cukup
diterapkan
Count 11 71 82
% within
Kat_Praktik 13.4% 86.6% 100.0%
Kurang
diterapkan
Count 9 75 84
% within
Kat_Praktik 10.7% 89.3% 100.0%
Total Count 67 185 252
18
% within
Kat_Praktik 26.6% 73.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 52.834a 2 .000
Likelihood Ratio 51.544 2 .000
Linear-by-Linear
Association 42.145 1 .000
N of Valid Cases 252
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 21.80.
Kat_pengetahuan * Kat_sikap Crosstabulation
Count
Kat_sikap
Total Positif Negatif
Kat_pengetahua
n
Kurang 26 31 57
Cukup 124 71 195
Total 150 102 252
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 5.915a 1 .015
Continuity Correctionb 5.193 1 .023
Likelihood Ratio 5.828 1 .016
Fisher's Exact Test .021 .012
19
Linear-by-Linear
Association 5.892 1 .015
N of Valid Casesb 252
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
23.07.
b. Computed only for a 2x2 table
Kat_sikap * Kat_Praktik Crosstabulation
Count
Kat_Praktik
Total
Diterapkan
Cukup
diterapkan
Kurang
diterapkan
Kat_sikap Positif 47 54 49 150
Negatif 39 28 35 102
Total 86 82 84 252
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 2.261a 2 .323
Likelihood Ratio 2.278 2 .320
Linear-by-Linear
Association .248 1 .619
N of Valid Cases 252
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 33.19.
20
Crosstab
Kategori_pendidikan
Total
Sarjana
Pasca
Sarjana
Kat_pengetahua
n
Kurang Count 44 13 57
% within
Kat_pengetahuan 77.2% 22.8% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 21.5% 27.7% 22.6%
Cukup Count 161 34 195
% within
Kat_pengetahuan 82.6% 17.4% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 78.5% 72.3% 77.4%
Total Count 205 47 252
% within
Kat_pengetahuan 81.3% 18.7% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstab
Kategori_pendidikan
Total
Sarjana
Pasca
Sarjana
Kat_sikap Positif Count 120 30 150
21
% within Kat_sikap 80.0% 20.0% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 58.5% 63.8% 59.5%
Negatif Count 85 17 102
% within Kat_sikap 83.3% 16.7% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 41.5% 36.2% 40.5%
Total Count 205 47 252
% within Kat_sikap 81.3% 18.7% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstab
Kategori_pendidikan
Total
Sarjana
Pasca
Sarjana
Kat_Praktik Diterapkan Count 64 22 86
% within Kat_Praktik 74.4% 25.6% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 31.2% 46.8% 34.1%
Cukup diterapkan Count 69 13 82
% within Kat_Praktik 84.1% 15.9% 100.0%
22
% within
Kategori_pendidikan 33.7% 27.7% 32.5%
Kurang
diterapkan
Count 72 12 84
% within Kat_Praktik 85.7% 14.3% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 35.1% 25.5% 33.3%
Total Count 205 47 252
% within Kat_Praktik 81.3% 18.7% 100.0%
% within
Kategori_pendidikan 100.0% 100.0% 100.0%
Apa itu gizi seimbang?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 57 22.6 22.6 22.6
Salah 195 77.4 77.4 100.0
Total 252 100.0 100.0
Gambar dan jelaskan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 30 11.9 11.9 11.9
Salah 222 88.1 88.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
Mengonsumsi empat kelompok pangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 76 30.2 30.2 30.2
Salah 176 69.8 69.8 100.0
23
Mengonsumsi empat kelompok pangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 76 30.2 30.2 30.2
Salah 176 69.8 69.8 100.0
Total 252 100.0 100.0
Makan beraneka ragam tidak harus perhatikan porsi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 198 78.6 78.6 78.6
Salah 54 21.4 21.4 100.0
Total 252 100.0 100.0
Makan beraneka ragam sangat dianjurkan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 113 44.8 44.8 44.8
Salah 139 55.2 55.2 100.0
Total 252 100.0 100.0
Makan beragam mencegah penyakit tidak menular
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
24
Valid Benar 103 40.9 40.9 40.9
Salah 149 59.1 59.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
semakin beragam jenis pangan semakin mudah terpenuhi zat gizi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 192 76.2 76.2 76.2
Salah 60 23.8 23.8 100.0
Total 252 100.0 100.0
Konsumsi sayur buah tidak mempengaruhi tekanan darah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 218 86.5 86.5 86.5
Salah 34 13.5 13.5 100.0
Total 252 100.0 100.0
Konsumsi buah sayur dapat menjaga kadar gula dan kolesterol darah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 168 66.7 66.7 66.7
Salah 84 33.3 33.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
tidak perlu mngonsumsi makanan pokok lainnya selain nasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 69 27.4 27.4 27.4
25
Salah 183 72.6 72.6 100.0
Total 252 100.0 100.0
pangan hewani memiliki banyak zat gizi dan mudah diserap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 116 46.0 46.0 46.0
Salah 136 54.0 54.0 100.0
Total 252 100.0 100.0
pangan hewani lebih tinggi kolesterol dibandingkan pangan nabati
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 146 57.9 57.9 57.9
Salah 106 42.1 42.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
lemak makanan berguna untuk meningkatkan energi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 197 78.2 78.2 78.2
Salah 55 21.8 21.8 100.0
Total 252 100.0 100.0
Buah dikonsumsi sebagai makanan penutup
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 37 14.7 14.7 14.7
Salah 215 85.3 85.3 100.0
26
Buah dikonsumsi sebagai makanan penutup
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 37 14.7 14.7 14.7
Salah 215 85.3 85.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
Mengonsumsi garam yang dianjurkan maksimal 1 sdm/hari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 171 67.9 67.9 67.9
Salah 81 32.1 32.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
gula pada buah dan madu lebih alami sehingga tidak ada batasan dalam
mengonsumsinya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 202 80.2 80.2 80.2
Salah 50 19.8 19.8 100.0
Total 252 100.0 100.0
piring makanku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Benar 109 43.3 43.3 43.3
27
Salah 143 56.7 56.7 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negative 22 8.7 8.7 8.7
Positif 91.3 91.3 100.0
Total 230 100.0 100.0
sikap 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negative 164 65.1 65.1 65.1
Positif 88 34.9 34.9 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 80 31.7 31.7 31.7
positif 172 68.3 68.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 71 28.2 28.2 28.2
positif 181 71.8 71.8 100.0
28
sikap4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 71 28.2 28.2 28.2
positif 181 71.8 71.8 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 29 11.5 11.5 11.5
positif 223 88.5 88.5 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 166 65.9 65.9 65.9
positif 86 34.1 34.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 96 38.1 38.1 38.1
positif 156 61.9 61.9 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap8
29
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 146 57.9 57.9 57.9
positif 106 42.1 42.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 30 11.9 11.9 11.9
positif 222 88.1 88.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 211 83.7 83.7 83.7
positif 41 16.3 16.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 117 46.4 46.4 46.4
sikap11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 109 43.3 43.3 43.3
positif 143 56.7 56.7 100.0
Total 252 100.0 100.0
30
positif 135 53.6 53.6 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 154 61.1 61.1 61.1
positif 98 38.9 38.9 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 61 24.2 24.2 24.2
positif 191 75.8 75.8 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 103 40.9 40.9 40.9
positif 149 59.1 59.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 81 32.1 32.1 32.1
positif 171 67.9 67.9 100.0
31
sikap16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 81 32.1 32.1 32.1
positif 171 67.9 67.9 100.0
Total 252 100.0 100.0
sikap17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 115 45.6 45.6 45.6
positif 137 54.4 54.4 100.0
Total 252 100.0 100.0
Makan ketika lapar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 141 56.0 56.0 56.0
cukup diterapkan 95 37.7 37.7 93.7
diterapkan 16 6.3 6.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
kandungan gizi kemasan
32
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 46 18.3 18.3 18.3
cukup diterapkan 105 41.7 41.7 41.7
diterapkan 101 40.1 40.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
sarapan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 86 34.1 34.1 34.1
cukup diterapkan 71 28.2 28.2 65.9
diterapkan 95 37.7 37.7 100.0
Total 252 100.0 100.0
jam sarapan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 61 24.2 24.2 24.2
cukup diterapkan 112 44.4 44.4 44.4
diterapkan 79 31.3 31.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
makanan jadi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 93 36.9 36.9 36.9
33
cukup diterapkan 112 44.4 44.4 44.4
diterapkan 47 18.7 18.7 100.0
Total 252 100.0 100.0
penambahan garam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 140 55.6 55.6 55.6
cukup diterapkan 48 19.0 19.0 19.0
diterapkan 64 25.4 25.4 100.0
Total 252 100.0 100.0
Konsumsi sayur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 110 43.7 43.7 43.7
cukup diterapkan 96 38.1 38.1 38.1
diterapkan 46 18.3 18.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
Sayuran beragam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 182 72.2 72.2 72.2
34
cukup diterapkan 64 25.4 25.4 25.4
diterapkan 6 2.4 2.4 100.0
Total 252 100.0 100.0
konsumsi buah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 127 53.4 53.4 53.4
cukup diterapkan 94 39.5 39.5 39.5
diterapkan 17 7.1 7.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
Buah beragam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 143 60.1 60.1 60.1
cukup diterapkan 16 6.7 6.7 6.7
diterapkan 79 33.3 33.3 100.0
Total 252 100.0 100.0
konsumsi hewani
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 30 11.9 11.9 11.9
cukup diterapkan 102 40.5 40.5 40.5
diterapkan 120 47.6 47.6 100.0
Total 252 100.0 100.0
konsumsi nabati
35
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 79 33.2 33.2 33.2
cukup diterapkan 95 39.9 39.9 39.9
diterapkan 64 26.9 26.9 100.0
Total 252 100.0 100.0
air putih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 32 13.4 13.4 13.4
cukup diterapkan 95 39.9 39.9 39.9
diterapkan 111 46.6 46.6 100.0
Total 252 100.0 100.0
selain air putih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 112 46.1 46.1 46.1
cukup diterapkan 110 46.2 46.2 46.2
diterapkan 16 6.7 6.7 100.0
Total 252 100.0 100.0
bumbu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 143 60.1 60.1 60.1
cukup diterapkan 63 26.5 26.5 26.5
diterapkan 32 13.4 13.4 100.0
36
bumbu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 143 60.1 60.1 60.1
cukup diterapkan 63 26.5 26.5 26.5
diterapkan 32 13.4 13.4 100.0
Total 252 100.0 100.0
minyak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 64 25.4 25.4 25.4
cukup diterapkan 109 43.3 43.3 43.3
diterapkan 79 31.1 31.1 100.0
Total 252 100.0 100.0
Total 252 100.0
piring makanku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang diterapkan 101 40.1 40.1 40.1
cukup diterapkan 104 41.3 41.3 41.3
diterapkan 47 18.7 18.7 100.0
Total 252 100.0 100.0
37
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
Pemeriksaan Tekanan Darah Pemeriksaan Tekanan Darah
dan pengisian kuesioner
Pengisian Kuesioner
38
39
40
RIWAYAT HIDUP
Nama : Lia Nurmilatun Saidah
Alamat : Jl. Tun Abdul Razak Perumahan bumi Aroepala
Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 16 Oktober 1994
Agama : Islam
Suku : Sunda
Nama Orangtua : 1. H. Sitra
2. Hj. Mariam
Pendidikan : 1. SDN 1 Sukatani
2. SMPN 1 Cisoka
3. SMAN 1 Kab. Tangerang
Email : Lianurmilatuns@gmail.com
top related