SKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN USAHA JASA LAUNDRY DI ...
Post on 11-Nov-2021
4 Views
Preview:
Transcript
SKRIPSI
ANALISIS PENDAPATAN USAHA
JASA LAUNDRY DI KECAMATAN SYIAH KUALA
(KAJIAN PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM)
POPI NOVYANTY
NIM. 160602271
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2019 M/1441 H
Disusun Oleh:
iii
NIM
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat dan salam penulis sanjungkan
kepangkuan Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat
beliau yang memberikan pencerahan bagi kita hingga dapat
merasakan nikmat iman nikmat kemuliaan ilmu pengetahuan.
Penulisan Skripsi ini yang berjudul “Analisis Pendapatan
Usaha Jasa Laundry Di Kecamatan Syiah Kuala (Kajian
Perspektif Ekonomi Islam)” untuk melengkapi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Ekonomi
Syariah UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dalam penyusunan Skripsi
ini, penulis mendapat bimbingan, arahan dan bantuan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ungkapan terima
kasih kepada:
1. Dr. Zaki Fuad, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam
2. Dr. Nilam Sari, M. Ag selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Syariah dan Ibu Cut Dian Fitri, M. Si, Ak selaku
Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah.
3. Muhammad Arifin, Ph.D selaku Ketua Laboratorium
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
viii
4. Khairul Amri, SE., M.Si selaku pembimbing I dan Dr.
Yusniar, M.M selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu di celah-celah kesibukannya, dan
memberikan ilmu dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada Fithriady, Lc., MAselaku penguji I dan Azimah
Dianah, SE., M.Si., Ak selaku Penguji II saya yang telah
memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.
6. Dr. Muhammad Zulhilmi, MA selaku Penasehat Akademik.
Dan seluruh Dosen dan Civitas Akademika Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry Banda Aceh
7. Ayahanda Zubir dan Ibunda Tuti Setia Rahayu yang
senantiasa mendidik, memberi dukungan dan doa kepada
penulis. Serta untuk adik-adik tersayang Ilham Wijaya,
Intan Tri Utami dan Muhammad Diyan Rafiif yang selalu
memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini
8. Teman terbaik selama menempuh pendidikan di kampus
UIN Ar-raniry Gusvi Rossa, Yuli Rasma dan Esa Dina
Islami yang telah membantu dan menemani dalam
penulisan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman seperjuangan Prodi Ekonomi Syariah
khususnya mahasiswa lanjutan 2016.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga
ix
segala bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan
mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penulisan ini masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Banda Aceh, 20 Desember 2019
Penulis,
Popi Novyanty
x
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987
1. Konsonan
No Arab Latin No Arab Latin
Ṭ ط Tidak dilambangkan 16 ا 1
Ẓ ظ B 17 ب 2
‘ ع T 18 ت 3
G غ Ṡ 19 ث 4
F ف J 20 ج 5
Q ق Ḥ 21 ح 6
K ك Kh 22 خ 7
L ل D 23 د 8
M م Ż 24 ذ 9
N ن R 25 ر 10
W و Z 26 ز 11
H ه S 27 س 12
xi
‘ ء Sy 28 ش 13
Y ي Ṣ 29 ص 14
Ḍ ض 15
2. Vokal
Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda
atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
Fatḥah A
Kasrah I
Dammah U
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa
gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya
gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan Huruf Nama Huruf Latin
ي Fatḥah dan ya Ai
xii
و Fatḥah dan wau Au
Contoh:
Haula : هول kaifa : كيف
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa
harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan Huruf Nama Huruf dan tanda
ا /ي Fatḥah dan alif
atau ya
Ā
ي Kasrah dan ya Ī
ي Dammah dan
wau
Ū
Contoh:
qāla: قال
Ramā: رمى
qīla: قيل
ل :yaqūlu ي قو
xiii
4. Ta Marbutah (ة)
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.
a. Ta marbutah (ة) hidup
Ta marbutah (ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah,
kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah (ة) mati
Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah h.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ة)
diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta
bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (ة) itu
ditransliterasikan dengan h.
Contoh:
raudah al-atfāl / raudatulatfāl : روضة الطفال
al-Madīnah al-Munawwarah/ : المدي نة المن ور
Al- MadīnatulMunawwarah
Talhah : طلحة
xiv
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan indonesia ditulis seperti biasa
tanpa transliterasi seperti M. Syahudi Ismail. Nama lainnya
ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Hamad Ibn
Sulaiman.
2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa
Indonesia, seperti Mesir bukan Misr, Beirut, bukan Bayrut,
dan sebagainya.
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus
Indonesia tidak ditranliterasi. Contoh: Tasauf, bukan
Tasawuf.
xv
ABSTRAK
Nama : Popi Novyanty
NIM : 160602271
Fakultas / Prodi : Ekonomi Dan Bisnis Islam/ Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usaha Jasa Laundry Di
Kecamatan Syiah Kuala (Kajian Perspektif
Ekonomi Islam)
Pembimbing I : Khairul Amri, SE., M.Si
Pembimbing II : Dr. Yusniar, MM
Kata Kunci : Analisis Pendapatan, Ratio (R/C)
Penelitian ini mengkaji analisis pendapatan usaha jasa laundry. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui besar pendapatan rata-rata usaha jasa
laundry. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat
deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi, sedangkan proses analisis data
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa usaha jasa laundry di Kecamatan Syiah Kuala
meningkatkan pendapatan pengusaha laundry secara signifikan. Adapun
jumlah rata-rata pendapatan pengusaha laundry sebesar Rp 65.687. Usaha
jasa laundry yang ditinjau dari R/C ratio di Kecamatan Syiah Kuala dapat
menguntungkan pengusaha laundry. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
perbandingan diantara penerimaan dengan biaya (R/C ratio) sebesar 1,2
yang berarti bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan oleh pengusaha laundry
menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1,2. Usaha laundry yang terdapat di
Kecamatan Syiah Kuala sudah berdasarkan prinsip syariah. Hal ini dapat
dilihat dari proses pencucian yang dilakukan oleh usaha laundry tersebut.
Mencuci menggunakan air muthlaq, yakni air yang berasal dari tanah atau
mata air seperti sumur, kemudian dikumpulkan minimal dua qullah atau
setara dengan 234,375 liter air. Disamping itu, guna lebih memastikan
pakaian yang dicuci, maka dalam proses pembilasan akhir sebelum
pengeringan, agar diupayakan ada guyuran air yang mengaliri semua
cucian baik melalui kran, selang air (toler), gayung dan sebagainya.
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ..................................... i
HALAMAN JUDUL KEASLIAN ......................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI.................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI............................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................ vii
HALAMAN TRANSLITERASI ........................................... x
ABSTRAK ............................................................................... xv
DAFTAR ISI ........................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xx
DAFTAR LAMPIRAN........................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................... 8
1.5 Sistematika Pembahasan ..................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ................................................ 10
2.1 Teori Pendapatan ................................................. 10
2.1.1 Pengertian Pendapatan .............................. 10
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan ................................................ 12
2.2 Konsep Penyusutan ............................................. 18
2.2.1 Pengertian Penyusutan .............................. 18
2.2.2 Faktor-Faktor Dalam Menentukan Beban
Penyusutan ................................................ 18
2.2.3 Metode Penyusutan Aset Tetap ................. 19
2.3 Teori Sektor Jasa ................................................. 23
2.3.1 Pengertian Sektor Jasa ............................... 23
2.3.2 Karakteristik Sektor Jasa ........................... 24
2.3.3 Klasifikasi Sektor Jasa .............................. 26
2.4 Usaha Laundry .................................................... 29
xvii
2.4.1 Aktifitas Usaha Laundry ........................... 30
2.4.2 Jenis-Jenis Usaha Laundry ........................ 33
2.5 Teori Ekonomi Islam ........................................... 34
2.5.1 Dasar Hukum Ekonomi Islam ................... 36
2.5.2 Karakteristik Ekonomi Islam .................... 38
2.5.3 Tujuan Ekonomi Islam .............................. 43
2.5.4 Pendapatan Dalam Perspektif Ekonomi
Islam .......................................................... 43
2.6 Fiqh Thaharah...................................................... 47
2.6.1 Pengertian Thaharah .................................. 47
2.6.2 Jenis-Jenis Najis ........................................ 49
2.6.3 Alat-Alat Thaharah .................................... 50
2.6.4 Tata Cara Thaharah ................................... 54
2.7 Penelitian Terdahulu............................................ 56
2.8 Kerangka Pemikiran ............................................ 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................. 60
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................... 60
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................... 60
3.3 Populasi Dan Sampel........................................... 60
3.3.1 Populasi ..................................................... 60
3.3.2 Sampel ....................................................... 61
3.4 Sumber Data ........................................................ 61
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................. 62
3.6 Variabel Dan Cara Pengukurannya ..................... 63
3.6.1 Biaya Jasa .................................................. 63
3.6.2 Jasa dan Penerimaan .................................. 64
3.6.3 Pendapatan ................................................ 64
3.7 Analisis Data ........................................................ 65
3.7.1 Biaya Usaha Laundry ................................ 65
3.7.2 Pendapatan Usaha Laundry ....................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 67
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................... 67
4.2 Karakteristik Responden ..................................... 72
4.3 Karakteristik Usaha Laundry ............................... 76
4.4 Analisis Pendapatan ............................................ 85
4.5 Analisis Ratio R/C ............................................... 86
xviii
4.6 Proses Pencucian Laundry................................... 88
4.7 Hasil Pembahasan................................................ 90
BAB V PENUTUP ................................................................. 93
5.1 Kesimpulan .......................................................... 93
5.2 Saran .................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 95
LAMPIRAN ............................................................................ 98
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................... 110
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nama Desa Dan Jumlah Usaha Laundry ............... 5
Tabel 4.1 Kemukiman Dan Desa ........................................... 67
Tabel 4.2 Luas Wilayah ......................................................... 68
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok
Umur ...................................................................... 71
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok
Umur ...................................................................... 72
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ............................................................. 74
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman
Usaha ..................................................................... 76
Tabel 4.7 Distribusi Respnden Berdasarkan Pemakaian
Pewangi Pada Pakaian Laundry ............................. 77
Tabel 4.8 Distribusi Respponden Berdasarkan Pemakaian
Deterjen Pada Pakaian Laundry ............................. 78
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah
Pemakaian Plastik Pada Pakaian Laundry ............. 80
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan
Tenaga Kerja Pada Laundry .................................. 81
Tabel 4.11 Rata-Rata Rekapitulasi Biaya Tetap Usaha Jasa
Laundry .................................................................. 82
Tabel 4.12 Rata-Rata Rekapitulasi Biaya Tidak Tetap Usaha
Jasa Laundry .......................................................... 83
Tabel 4.13 Rata-Rata Rekapitulasi Hasil Produksi Usaha Jasa
Laundry .................................................................. 85
Tabel 4.14 Rata-Rata Pendapatan Pengusaha Laundry ........... 86
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran ........................................... 59
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jumlah Penduduk Di Kecamatan Syiah Kuala .... 98
Lampiran 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia ...... 99
Lampiran 3 Tabel Biodata Responden Usaha Laundry Di
Kecamatan Syiah Kuala ...................................... 100
Lampiran 4 Tabel Biaya Tidak Tetap Usaha Laundry............ 101
Lampiran 5 Tabel Biaya Tetap Usaha Laundry ...................... 105
Lampiran 6 Tabel Pendapatan Usaha Laundry Di
Kecamatan Syiah Kuala ...................................... 108
Lampiran 7 Foto Wawancara .................................................. 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dan
saat ini sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik
dibidang ekonomi, sosial kebudayaan, politik maupun bidang
lainnya. Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari partisipasi
seluruh rakyat dan sikap mental, tekad dan semangat serta disiplin
para penyelenggara negara. Dimana bidang ekonomi mendapat
perhatian khusus, karena hal ini merupakan sarana untuk menuju
tercapainya suatu masyarakat yang adil dan makmur.Semakin
pesatnya perkembangan perekonomian di Indonesia khususnya di
usaha mikro sektor jasa perlu menjadi perhatian khusus bagi
pemerintah karena banyak bermunculan perusahaan mikro dengan
berbagai bentuk dan jenis usaha (Hadiyanto, 2016).
Dewasa ini, keberadaan usaha kecil mempunyai peran yang
cukup besar terhadap perekonomian. Hal ini memberikan dampak
positif terhadap perekonomian suatu daerah khususnya dan negara
pada umumnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 2 tentang usaha mikro, kecil,
dan menengah. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
2
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.
Salah satu sektor jasa yang sedang berkembang adalah usaha
laundry atau disebut juga dengan jasa binatu. Jasa Binatu
merupakan pelayanan standar yang biasanya disediakan oleh hotel.
Hotel menyediakan fasilitas untuk mencuci dan menyetrika pakaian
tamu-tamunya. Semakin lama inap tamu, semakin besar
kemungkinan untuk menggunakan jasa binatu. Kalau untuk
sekarang jasa binatu sudah dikenal dengan laundry atau usaha
laundry. Usaha laundry merupakan salah satu kegiatan usaha yang
banyak diminati oleh masyarakat. Kebutuhan ekonomi masyarakat
yang semakin tinggi membuat masyarakat mulai berkutat dengan
kesibukannya tanpa sempat melakukan kegiatan domestik ini
(Lubis, 2015).
Di sisi lain, asisten rumah tangga juga semakin sulit untuk
didapatkan karena menurunnya minat untuk bekerja sebagai asisten
rumah tangga dan tingginya kesempatan untuk bekerja sebagai
buruh pabrik atau menjadi Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.
Kedua kondisi tersebut menimbulkan peluang bagi usaha laundry,
khususnya skala mikro dan kecil. Selain itu, pekerjaan mencuci dan
menyetrika pakaian sering kali menjadi urusan yang merepotkan
dan banyak menyita waktu sehingga membutuhkan bantuan orang
lain. Apabila pakaian tidak ditangani setiap harinya, pakaian akan
menumpuk menjadi bau dan bisa jadi rusak. Dari pada hal itu
terjadi, mereka pasti akan berfikir untuk menggunakan jasa
3
laundry. Praktis tidak banyak menyita waktu, serta tenaga.
Pergeseran gaya hidup, pola fikir, dan tuntutan kehidupan yang
semakin meningkat ini ternyata menumbuhkan peluang bisnis
berupa jasa pencucian dan setrika. Kesibukan masyarakat sekarang
sering kali menjadi peluang bisnis tersendiri.
Usaha laundry tersebut tumbuh di berbagai daerah, terutama
disekitar kampus dan dekat kos, tempat penginapan atau hotel,
maupun kawasan pemukiman. Fungsi laundry sendiri antara lain
melaksanakan pencucian laundry (cara pencucian atas
bahan/pakaian dengan mempergunakan air) dan dry cleaning (cara
pencucian atas bahan/pakaian dengan mempergunakan bahan
kimia/solvent) atas semua bahan/pakaian yang dicucikan (Lubis,
2015).
Situasi dan kondisi kesibukan masyarakat di Kota Banda
Aceh yang meningkat menyebabkan kurangnya waktu dalam
melakukan hal tersebut, sebagian masyarakat beranggapan kegiatan
mencuci dan menyetrika memakan banyak waktu. Hal ini lah yang
menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan jasa usaha
laundry. Pada saat sekarang ini jenis usaha laundry berkembang
pesat dan tersebar luas di berbagai sudut Kota Banda Aceh. Hal ini
dipengaruhi oleh masyarakat yang bekerja dan juga mahasiswa
oleh karena itu akan berdampak pada peluang usaha atau jasa
laundry untuk berkembang.
Berdasarkan hasil survei awal, diketahui bahwa usaha laundry
sebagian besar dimiliki oleh perorangan yang dikelola secara
4
sederhana. Usaha laundry ini banyak di manfaatkan sebagian besar
para pelaku bisnis, karena untuk memulai usaha ini tidak terlalu
sulit dan tidak memerlukan keterampilan khusus sehingga menjadi
sarana dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Usaha laundry
akan terus berkembang di masyarakat, namun kelemahan usaha
laundry selama ini di Kecamatan Syiah Kuala kurangnya konsep
syariah di dalam prosesnya baik dalam pencuciannya,
penjemurannya, pengemasannya, sehingga itu di perlukan untuk
penelitian lebih lanjut.
Islam sangat menjaga kebersihan dan kesucian. Dalam
pembahasan fiqh, secara umum selalu diawali dengan uraian
tentang thaharah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah
Al-Baqarah ayat 222 yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri” (Q.S Al-Baqarah (2): 222).
Dari Q.S Al-Baqarah (2): 222 dapat dijelaskan dalam setiap
ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim harus dalam keadaan
suci baik dari hadast kecil maupun hadast besar, serta suci dari
najis baik dari najis ringan, sedang dan berat. Peluang usaha
laundry di Kota Banda Aceh sangatlah menjanjikan dilihat dari
yang sebagian masyarakatnya tidak memiliki banyak waktu untuk
mencuci dan menjemur. Kondisi tersebut merupakan peluang yang
sangat baik terutama bagi orang-orang yang memiliki dana lebih
dan berada di wilayah yang dekat dengan pusat keramaian.
5
Di Kota Banda Aceh berkembang berbagai sektor industri,
yang mencakup sub sektor industry besar dan kecil.
Berkembangnya sektor industri ini diharapkan dapat menjadi
penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di Banda Aceh, tidak saja
dari segi penyediaan lapangan pekerjaan tetapi juga sarana untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Adapun objek yang penulis teliti adalah kecamatan Syiah
Kuala yang merupakan salah satu kecamatan di kota Banda Aceh,
dengan jumlah desa sebanyak 10 (sepuluh) desa yaitu Ie Masen
Kayee Adang, Kopelma Darussalam, Rukoh, Peurada, Pineung,
Lamgugop, Jeulingke, Tibang, Alue Naga dan Deah Raya.Hal ini
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Nama Desa dan Jumlah Usaha Laundry di
Kecamatan Syiah Kuala
No Nama Desa atau Kelurahan Jumlah Usaha Laundry
1 Ie Masen Kayee Adang 4
2 Kopelma Darussalam 8
3 Rukoh 20
4 Peurada 17
5 Pineung 9
6 Lamgugob 9
7 Jeulingke 15
6
8 Tibang 3
9 Alue Naga -
10 Deah Raya -
JUMLAH 85
Sumber: Data diolah, Tahun 2019
Berdasarkan hasil observasi awal dari Tabel 1.1 diketahui
bahwa di kecamatan Syiah Kuala terdapat 10 desa dan setiap desa
memiliki jumlah laundry yang berbeda. Desa yang memiliki usaha
laundry yang paling banyak adalah desa Rukoh dan Peurada,
sedangkan desa yang tidak memiliki usaha laundry adalah desa
Alue Naga dan Tibang.
Pada jasa laundry ada beberapa biaya yang dikeluarkan. Salah
atunya adalah biaya sarana. Biaya sarana produksi merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam proses layanan laundry. Biaya
produksi dalam penelitian ini merupakan biaya detergen, biaya
pewangi, biaya plastik, biaya tenaga kerjadan biaya penyusutan
alat. Rata-rata harga jual (layanan) laundry adalah satu hari di
Kecamatan Syiah Kuala adalah Rp6000,- per kg, dan jumlah rata-
rata jasa yang dihasilkan dalam satu hari adalah berjumlah 50,3 kg.
Sedangkan total rata-rata nilai pendapatan kotor sebesar
Rp297.000,- per hari dikurangi biaya pengeluaran sebesar
Rp216.960,- per hari. Sehingga mampu menghasilkan rata-rata
pendapatan bersih pada usaha laundry sebesar Rp252.280,- per
hari. Besar kecilnya pendapatan usaha laundry yang di terima oleh
7
pengusaha laundry di Kecamatan Syiah Kuala di pengaruhi oleh
penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Apabila biaya yang
dikeluarkan lebih tinggi maka akan menimbulkan kerugian usaha
laundry.
Berkaitan dengan pemaparan tersebut, maka penulis
menuangkan permasalahan yang mengenai “Analisis Pendapatan
Usaha Jasa Laundry di Kecamatan Syiah Kuala (Kajian
Perspektif Ekonomi Islam)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan sebelumnya, maka masalah penelitian ini
secara umum dirumuskan sebagai berikut:
a. Berapa besar pendapatan rata-rata usaha jasa laundry di
Kecamatan Syiah Kuala?
b. Apakah usaha sektor jasa laundry di Kecamatan Syiah
Kuala menguntungkan pengusaha laundry?
c. Apakah jasa usaha laundry di Kecamatan Syiah Kuala
sudah berdasarkan prinsip syariah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini secara umum adalah:
a. Untuk mengetahui besar pendapatan rata-rata usaha jasa
laundry di Kecamatan Syiah Kuala.
b. Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh
pengusaha laundry di Kecamatan Syiah Kuala dari usaha
laundry.
8
c. Untuk mengetahui jasa usaha laundry di Kecamatan Syiah
Kuala sudah berdasarkan prinsip syariah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
beberapa pihak, diantaranya:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan yang telah didapatkan dibangku
perkuliahan. Sehingga dapat mengembangkan ilmu
dalam berbisnis dan meningkatkan semangat
kewirausahaan.
2. Bagi Peneliti Lain
a. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau pihak
manapun yang ingin meneliti tentang pendapatan
dan keuntungan usaha laundry di Kecamatan Syiah
Kuala.
b. Untuk menambah pengetahuan dan memberikan
informasi bagi masyarakat atau mahasiswa
khususnya di jurusan Ekonomi Syariah.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
9
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan landasan teori tentang teori
pendapatan, konsep penyusutan, teori sektor jasa,
usaha laundry, teori ekonomi islam, penelitian
terdahulu dan kerangka pemikiran.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada Bab metode penelitian ini membahas tentang
jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, sumber data,
metode pengumpulan data, variable dan cara
pengukurannya, analisis data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab hasil dan pembahasan ini membahas
tentang gambaran umum lokasi penelitian,
karakteristik responden, analisi pendapatan,
analisis ratio R/C, proses pencucian laundry, serta
hasil pembahasan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan
kesimpulan dan saran-saran penulis.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Pendapatan
2.1.1 Pengertian Pendapatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendapatan adalah
hasil kerja (usaha dan sebagainya). Pendapatan juga diartinya
sebagai pencarian atau penemuan (tentang sesuatu yang tidak ada
sebelumnya. Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai
maksimum yang dapat di konsumsi oleh seorang dalam suatu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir
periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitik
beratkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi
selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah
harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang
diperoleh selama satu periode, bukan hanya dikonsumsi.
Menurut Tohar yang dalam Arifini (2013), mengatakan bahwa
pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi merupakan uang yang
telah diterima oleh pelanggan dari perusahaan sebagai hasil
penjualan barang dan jasa. Pendapatan juga diartikan sebagai
jumlah penghasilan, baik dari perorangan maupun keluarga dalam
bentuk uang yang diperolehnya dari jasa setiap bulan, atau dapat
juga diartikan sebagai suatu keberhasilan usaha.
Menurut Sadono Sukirno dalam Arifini (2013) mengatakan
dalam teori ekonomi mikro bahwa pendapatan adalah perolehan
yang berasal dari biaya-biaya faktor produksi atau jasa-jasa
11
produktif. Pengertian tersebut menunjukan bahwa pendapatan
adalah seluruh perolehan baik yang berasal dari biaya faktor
produksi maupun total output yang dihasilkan untuk seluruh
produksi dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu.
Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada
langganan atas barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur
yang paling penting dalam sebuah perusahaan, karena pendapatan
akan dapat menentukan maju-mundurnya suatu perusahaan. Oleh
karena ituperusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk
memperoleh pendapatan yang diharapkannya. Pendapatan pada
dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa yang
diberikan.
Menurut Ilmu Ekonomi, pendapatan merupakan nilai
maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir
periode seperti keadaan semula. Defenisi pendapatan menurut ilmu
ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta
kekayaan badan usaha pada awal periode dan menekankan pada
jumlah nilai statis pada akhir periode. Dengan kata lain, pendapatan
adalah jumlah kenaikan harta kekayaan karena perubahan penilaian
yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
Pendapatan adalah merupakan hasil yang didapatkan dari
usaha seseorang sebagai ganti jerih payah atas usaha yang
dikerjakan, sedangkan pendapatan industri adalah pendapatan yang
diperoleh karena telah mengorganisasikan seluruh faktor produksi
12
yang dikelolanya, pendapatan yaitu pendapatan yang diperoleh dari
jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga
jualnya atau dalam matematik dapat dinyatakan :
TR = Q x P (1.1)
Keterangan:
TR : Total revenue (pendapatan kotor total)
P : Price / harga
Q : Quantity / Jumlah barang
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang
diperkirakan mempengaruhi pendapatan pada industri makanan
khas adalah sebagai berikut :
1. Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat
digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses
produksi untuk menambah output. Modal ataubiaya adalah
salah satu faktoryang sangat penting bagi setiap usaha,
baik skala kecil, menengah maupun besar (Butarbutar,
2017).
2. Menurut Sukirno, (2000:7) tenaga kerja bukan saja berarti
jumlah buruh yang terdapat dalam perekonomian. Akan
tetapi tenaga kerja juga meliputi keahlian dan
keterampilan yang mereka miliki. Dari segi keahlian dan
pendidikan tenaga kerja dibedakan menjadi 3 golongan,
yaitu:
13
a. Tenaga kerja kasar merupakan tenaga kerja yang tidak
berpendidikan atau rendah tingkat pendidikannya dan
tidak memiliki keahlian dalam bidang pekerjaan.
b. Tenaga kerja terampil merupakan tenaga kerja yang
memiliki keahlian dari pelatihan atau pengalaman
kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan ahli
mereparasi TV dan radio.
c. Tenaga kerja terdidik merupakan tenaga kerja yang
memiliki pendidikan cukup dan ahli dalam bidang
tertentu seperti dokter, akuntan, ahli ekonomi, dan
insinyur.
3. Lama usaha merupakan lamanya pedagang berkarya pada
usaha perdagangan yang sedang dijalani saat ini. Lamanya
suatu usaha dapat menimbulkan pengalaman berusaha.
Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan, lama seorang pelaku bisnis menekuni bidang
usahanya akan mempengaruhi produktivitasnya sehingga
dapat menambah efisiensi dan mampu menekan biaya
produksi lebih kecil dari pada hasil penjualan. Semakin
lama menekuni bidang usaha perdagangan akan semakin
meningkatkan pengetahuan tentang selera atau perilaku
konsumen (Butarbutar, 2017).
Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS,
2014) membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah:
14
1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika
pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000,00 per bulan
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-
rata antara Rp 2.500.000,00 – s/d Rp 3.500.000,00 per
bulan
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-
rata antara Rp 1.500.000,00 s/d Rp 2.500.000,00 per bulan
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-
rata Rp 1.500.000,00 per bulan.
Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari seluruh
anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi
keluarga ataupun perorangan anggota rumah tangga. Pendapatan
seseorang dapat berubah dari waktu kewaktu sesuai dengan
kemampuan mereka. Oleh sebab itu dengan berubahnya
pengeluaran mereka untuk mengkonsumsi suatu barang. Jadi,
pendapatan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi
konsumsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang.
Rahardja dan Manurung dalam Qolbina (2017), membagi
sumber penerimaan rumah tangga sebagai pendapatan menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. Pendapatan dari gaji dan upah yang merupakan balas jasa
sebagai tenaga kerja. Besar gaji/upah dipengaruhi
produktivitas, di antaranya tingkat keahlian (skill), kualitas
modal manusia (human capital), dan kondisi kerja
(working condition).
15
2. Pendapatan dari aset produktif, berupa pemasukan balas
jasa penggunaan, diantaranya aset finansial (deposito,
modal dan saham), dan aset bukan finansial (rumah, tanah
dan bangunan).
3. Pendapatan dari pemerintah (transfer payment), berupa
pendapatan yang diterima sebagai balas jasa atas input
yang diberikan, misalnya dalam bentuk subsidi, tunjangan
atau jaminan sosial.
Menurut teori Friedman dalam Qolbina (2017), bahwa
pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan
sementara (transitory income).
Budiono dalam Qolbina (2017), menyatakan faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan adalah jumlah faktor produksi
yang dimiliki dari hasil produksi barang dan jasa, harga perunit dari
masing-masing faktor produksi, dan harga yang ditentukan oleh
kekuatan permintaan.
Menurut Arifini (2013), pendapatan usaha laundry dapat
dihitung melalui selisih antara penerimaan dan pengeluaran, untuk
menghitung pendapatan usaha laundry dikenal dua pendekatan
yaitu:
1. Income Approach (pendekatan pendapatan)
Pada pendekatan ini pendapatan dapat dibedakan ke dalam
dua hal, yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih.
Pendapatan kotor memiliki pengertian yang sama dengan
16
penerimaan, yaitu jumlah produk yang dihasilkan pada
suatu periode produksi dikalikan dengan harga per satuan
produk tersebut. Pendapatan kotor dapat diperhitungkan
dengan rumus:
TR = Y. Py (1.2)
Keterangan:
TR : Total revenue (pendapatan kotor total)
Y : Jumlah produksi
Py : harga per satuan produk
Pendapatan bersih dalam usaha laundry merupakan selisih
antara nilai output dengan semua biaya yang dikeluarkan
secara nyata (TC eksplisit) dalam suatu periode produksi.
Pendapatan bersih ini diperhitungkan dengan rumus:
I = TR – TC (eksplisit) (1.3)
Keterangan:
I : Pendapatan Bersih
TR : pendapatan kotor
TC : Biaya Total
2. Profit Approach (pendekatan produksi)
Keuntungan merupakan selisih antara nilai output dengan
semua biaya yang dikeluarkan baik secara nyata (TC
eksplisit) maupun tidak nyata (TR implisit).
Keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Π = TR – TC (1.4)
17
Keterangan
Π : Keuntungan
TR : Pendapatan Kotor
TC : total biaya ( ekplisit + implisit)
Sedangkan menurut Handoko (2013:53) dalam mengusahakan
usaha laundrynya, pengusaha mengeluarkan biaya dan memperoleh
pendapatan. Biaya usaha laundry itu didefinisikan sebagai nilai
semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam
produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga pengusaha
laundry. Biaya usaha laundry dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu:
1. Biaya tetap (FC = fixed cost)
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tempat
usaha, alat-alat laundry, air dan listrik.
2. Biaya variabel (VC = variable cost)
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh,
sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari
besar kecilnya produksi yang diinginkan. Contoh biaya
variabel adalah biaya untuk sarana produksi meliputi biaya
tenaga kerja, dan input (deterjen, pewangi, plastik).
18
Menurut Handoko (2013: 61) rumus menghitung biaya
Usaha laundry adalah:
TC = FC+ VC (1.5)
Keterangan
TC : Biaya Total Usaha laundry
FC : Biaya Tetap
VC : Biaya variabel
2.2 Konsep Penyusutan
2.2.1 Pengertian Penyusutan
Pengertian penyusutan menurut Rudianto (2012: 260),
“Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap
menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati
manfaat dari aset tetap tersebut”. Sedangkan menurut Martani
(2012: 313), “Depresiasi/penyusutan terhadap aset tetap dimulai
ketika aset tetap tersebut telah siap untuk digunakan yaitu telah
berada pada lokasi dan kondisi yang dibutuhkan untuk beroperasi
sesuai dengan tujuan manajemen”.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa penyusutan merupakan suatu pengalokasian atas harga
perolehan aset tetap berwujud yang dibebankan setiap periode
akuntansi selama masa manfaatnya.
2.2.2 Faktor-faktor Dalam Menentukan Beban
Penyusutan
Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan beban penyusutan setiap periode, menurut Baridwan
(2010: 307) yaitu:
19
1. Harga perolehan (cost)
Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan
biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aset
dan menempatkannya agar dapat digunakan.
2. Nilai sisa (residu)
Nilai sisa suatu aset yang dipenyusutan adalah jumlah
yang diterima bila aset itu dijual, ditukarkan atau cara-cara
lain ketika aset tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi,
dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat
menjual/menukarnya.
3. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat)
Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aset
dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijakan-
kebijakan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini
bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu,satuan hasil
produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur
(masa manfaat) aset, harus dipertimbangkan sebab-sebab
keausan fisik dan fungsional.
2.2.3 Metode Penyusutan Aset Tetap
Perhitungan penyusutan untuk tiap periode pemakaian akan
tergantung dengan metode yang dipakai oleh pengusaha. Ada
beberapa metode yang bisa digunakan untuk menghitung beban
penyusutan. Ketepatan dalam memilih metode penyusutan untuk
aset tetap juga harus diperhatikan. Ketepatan dalam menghitung
20
n
biaya penyusutan aset tetap akan mempengaruhi besarnya laba rugi
dalam setiap panen.
Metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban
penyusutan menurut Baridwan (2010:308) yaitu:
1. Metode garis lurus (straight line method)
Metode ini adalah metode penyusutan yang paling
sederhana dan banyakdigunakan. Dalam cara ini beban
penyusutan tiap periode jumlahnya sama (kecuali kalau
ada penyesuaian-penyesuaian). Rumus yang digunakan
metode ini adalah:
Penyusutan = HP-HS (1.6)
Keterangan:
HP : Harga perolehan
NS : Nilai sisa
n : Taksiran umur manfaat
2. Metode jam jasa (service hours method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset
(terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila
digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan
penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time). Dalam
cara ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan
jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat
tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).
Rumus yang digunakan metode ini adalah:
21
n
n
Penyusutan = HP-HS (1.7)
Keterangan:
HP : Harga perolehan
NS : Nilai sisa
n : Taksiran jam jasa
3. Metode hasil produksi (productive output method)
Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam
satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan
dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga
penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan
fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai
adalah bahwa suatu aset itu dimiliki untuk menghasilkan
produk, sehingga penyusutan juga didasarkan pada jumlah
produk yang dapat dihasilkan.
Rumus yang digunakan metode ini adalah:
Penyusutan = HP-HS (1.8)
Keterangan:
HP : Harga perolehan
NS : Nilai sisa
n : Taksiran hasil produksi (unit)
4. Metode beban berkurang (reducing charge method)
Beban penyusutan tahun pertama dengan menggunakan
metode ini akanlebih besar dari pada beban penyusutan
tahun-tahun berikutnya. Ada empat cara untuk
menghitung beban penyusutan yang menurun dari tahun
ke tahun yaitu:
22
2
a. Metode jumlah angka tahun (sum of years digits
method)
Beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan
bagian pengurang (reducing fractions) yang setiap
tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan
dikurangi nilai residu. Jika aset tetap mempunyai
umur ekonomis panjang, maka penyebut (jumlah
angka tahun) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah angka tahun = n (n+1) (1.9)
Keterangan:
N : Taksiran umur manfaat
b. Metode saldo menurun (declining balance method)
Metode ini menetapkan beban penyusutan dihitung
dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai
buku aset karena nilai buku aset setiap tahun selalu
menurun maka beban penyusutan tiap tahunnya juga
menurun. Tarif ini dihitung dengan menggunakan
rumus:
Penyusutan = Hp x Tarif penyusutan (1.10)
Keterangan:
HP : Harga perolehan
23
c. Metode saldo menurun ganda (double declining
balance method)
Dalam metode ini, beban penyusutan setiap tahunnya
menurun. Untuk dapat menghitung beban penyusutan
yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah
persentase penyusutan dengan cara garis lurus ini
dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai
buku aset tetap. Karena nilai buku selalu menurun
maka beban penyusutan juga selalu menurun.
d. Metode tarif menurun (declining rate on cost method)
Metode ini menggunakan tarif persentase yang selalu
menurun, tarif persentase ini setiap periode dikalikan
dengan harga perolehan. Penurunan tarif persentase
setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar
yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan
kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Karena tarif tarif
persentasenya setiap periode selalu menurun maka
beban penyusutannya juga selalu menurun.
2.3 Teori Sektor Jasa
2.3.1 Pengertian Sektor Jasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sektor adalah
lingkungan suatu usaha. Sektor juga diartikan sebagai bagian
daerah pertempuran (penjagaan atau pertahanan). Sedangkan jasa
adalah perbuatan yang baik atau berguna dan bernilai bagi orang
lain, negara, instansi, dan sebagainya. Jasa juga merupakan
24
perbuatan yang memberikan segala sesuatu yang diperlukan orang
lain baik itu layanan maupun servis. KBBI juga mengartikan jasa
sebagai aktivitas, kemudahan, manfaat, dan sebagainya yang dapat
dijual kepada orang lain (konsumen) yang menggunakan atau
menikmatinya (KBBI, 2018).
Sektor Jasa adalah tindakan atau kerja yang menciptakan
manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai
hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam
diri atau atas nama penerima jasa tersebut (Tjiptono, 2011: 20).
Menurut Kotler (2000) dalam Tjiptono (2011), sektor jasa
adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Walaupun demikian produk jasa bisa
berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Maksudnya ada
produk jasa murni ada pula jasa yang membutuhkan produk fisik
sebagai persyaratan utama.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
sektor jasa bukan suatu barang melainkan suatu proses atau
aktivitas yang tidak berwujud untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.
2.3.2 Karakteristik Sektor Jasa
Menurut Amstrong (2013 : 236-238), terdapat 4 karakteristik
sektor jasa :
25
1. Intangibility (Hal yang tidak dapat dipahami)
Jasa bersifat intangibility yang artinya tidak dapat dilihat,
dirasa, dicium, didengar dan diraba sebelum dibeli dan
dikonsumsi. Konsumen jasa tidak memiliki jasa yang
dibelinya melainkan hanya dapat menggunakan,
memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Konsumen
jasa tidak dapat menilai hasil jasa sebelum menikmatinya
sendiri, hal ini karena jasa mengandung unsur experience
quality, yaitu karakteristik-karakteristik yang hanya dapat
dinilai pelanggan setelah mengkonsumsinya. Nilai penting
dari sifat intangible adalah nilai tak terwujud yang dialami
konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau
kenyamanan.
2. Inseparability (Ketidakterpisahan)
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu
dikonsumsi, sedangkan untuk jasa umumnya dijual
terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi
pada waktu dan tempat yang sama. Karakteristik ini
berarti bahwa pemberian jasa diperlukan interaksi
langsung antara produsen dengan konsumen (pengguna
jasa) dan inilah ciri khusus dan unsur terpenting dari
pemasaran jasa. Selain itu diperlukan juga perhatian
khusus untuk keterlibatan pelanggan dalam proses jasa,
fasilitas pendukung dan juga pemilihan lokasi (untuk
penyedia jasa yang didatangi pelanggan).
26
3. Variability (Bervariasi)
Jasa memiliki karakteristik ini karena jasa mempunyai
sifat sangat variabel yang merupakan non-standardized
output yang artinya mempunyai banyak variasi
bentuk,kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan,
dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Dalam melakukan
pembelian jasa konsumen harus menyadari tingginya
variasi dari jasa yang akan dibeli. Menurut Bovee et al.
(1995) ada tiga faktor yang menyebabkanvariabilitas
kualitas jasa yaitu kerjasama atau partisipasi pelanggan
selama penyampaian jasa, moral/motivasi karyawan dalam
melayani pelanggan, dan beban kerja perusahaan.
4. Perishability (Mudah rusak)
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak
dapat disimpan. Bila permintaan berfluktuasi, berbagai
masalah akan muncul berkaitan dengan kapasitas.
Misalnya menganggur saat permintaan sepi dan pelanggan
tidak terlayani dengan resiko mereka kecewa ataupun
beralih ke penyedia jasa lainnya saat permintaan puncak.
2.3.3 Klasifikasi Sektor Jasa
Sejauh ini banyak pakar yang mengemukakan skema
klasifikasi jasa, dimana masing-masing ahli menggunakan dasar
perbedaan disesuaikan dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri.
Secara garis besar klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan
tujuh kriteria pokok yaitu:
27
1. Segmen pasar
Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi:
a. Jasa yang ditujukan pada konsumen akhir seperti
taksi, asuransi jiwa, katering, jasa tabungan, dan
pendidikan.
b. Jasa bagi konsumen organisasi seperti biro periklanan,
jasa akuntansi dan perpajakan, dan jasa konsultasi
manajemen.
2. Tingkat keberwujudan
Berdasarkan tingkat keberwujudan, jasa dapat dibedakan
menjadi:
a. Rented-good service
Dalam tipe ini konsumen menyewa dan menggunakan
produk tertentu berdasarkan tarif yang disepakati
selama jangka waktu spesifik, seperti penyewaan
kendaraan, VCD, apartemen, dan lain- lain.
b. Owned-good service
Pada tipe ini produk yang dimiliki konsumen
disepakati, dikembangkan, atau ditingkatkan
kinerjanya melalui pemeliharaan atau perawatan oleh
perusahaan jasa seperti jasa reparasi AC, arloji, motor,
komputer, dan lain-lain.
c. Non-good service
Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa
personal yang bersifat intangible yang ditawarkan
28
kepada para pelanggan, seperti supir, dosen, penata
rias, pemandu wisata, dan lain-lain.
3. Keterampilan penyedia jasa
Berdasarkan tingkat penyedia jasa terdapat dua tipe pokok
jasa, yaitu:
a. Professional service seperti dosen, konsultan
manajemen, pengacara, dokter, dan lain-lain.
b. Non professional service seperti supir taksi, tukang
parkir, pengantar surat, tukang sampah, dan lain-lain.
4. Tujuan organisasi penyedia jasa
Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Commercial service/profit service seperti jasa
penerbangan, bank, penyewa mobil, hotel, dan lain-
lain.
b. Non-profit service seperti sekolah, panti asuhan,
perpustakaan, museum. dan lain-lain.
5. Regulasi
Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi:
a. Regulated service seperti jasa pialang, angkutan
umum, media masa, perbankan, dan lain-lain.
b. Non-regulated service seperti jasa makelar, katering,
kost, asrama, kantin sekolah, dan lain-lain.
6. Tingkat intensitas karyawan
29
Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan
tenaga kerja), jasa dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu:
a. Equipment-based service seperti cuci mobil otomatis,
jasa sambungan telepon internasional dan lokal, ATM
(Anjungan Tunai Mandiri), dan lain-lain.
b. People-based service seperti pelatih sepak bola,
satpam, akuntan, konsultan hukum, bidan, dokter, dan
lain-lain.
7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelayanan
Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat
dikelompokkan menjadi:
a. High-contact service seperti universitas, bank, dokter,
penata rambut, dan lain-lain.
b. Low-contact service seperti bioskop, jasa, PLN, jasa
komunikasi, jasa layanan pos, dan lain-lain (Tjiptono,
2011: 42).
2.4 Usaha Laundry
Usaha laundry merupakan industri jasa yang kegiatannya
melakukan cuci dan menyetrika pakaian. Kegiatan laundry ini
awalnya hanya untuk pangsa pasar terbatas, seperti laundry untuk
para tamu yang menginap di hotel. Semakin banyaknya
ketersediaan mesin cuci dengan harga yang relatif terjangkau,
disertai munculnya teknologi baru seperti alat pengering yang
30
membuatpakaian tidak perlu lagi di jemur (apalagi pada waktu
musim hujan), kondisi cuaca saat ini yang mengakibatkan pakain
sering lebih mudah menjadi kotor, bahkan dimusim penghujan,
dengan mencuci manual pasti akan sulit menjadi kering, oleh
karenanya banyak masyarakat yang menyerahkan pakaian kotor
mereka ke laundry.
Dengan perkembangan model busana dan aneka pernak
perniknya, misalkan kain berkombinasi dengan bordiran, mute,
payet rumbai kaca, bulu, logam dan masih banyak lagi. Sebagai
kelengkapan rumah tangga pun semakin beragam seperti bedcover,
duved cover, berbagai jenis handuk dan lainnya. Dengan
perkembangan kain serta modelnya maka pencucian dan
perawatannya menjadi sulit, disinilah jasa laundry mulai
diperlukan.
Laundry bukan sekedar tempat mencuci melainkan sebagai
tempat perawatan pakaian agar lebih bersih dan awet, dan faktor
serba instant serta praktis menjadi trend bagi masyarakat saat ini.
Begitu pentingganya keberadaan laundry saat ini maka prospek
usaha laundry begitu berkembang pesat. Dahulunya laundry masih
dikelola kebanyakan dihotel-hotel tapi saat ini masyarakat umum
mulai memanfaatkan jasa laundry (Lokmansyah: 2016).
2.4.1 Aktifitas Usaha Laundry
Didalam suatu usaha terdapat suatu bentuk standar operasi
prosedur (SOP), untuk pencucian pakaian dibedakan menjadi dua:
31
1. Pencucian kiloan adalah pencucian dengan menggunakan
dasar perhitungan dari berat timbangan pakaian.
Keunggulan dari pencucian kiloan yaitu harganya yang
terjangakau dan proses pencucian dapat dilakukan dengan
cepat, pencucian kiloan terdiri dari:
a. Cuci komplit
b. Cuci saja
c. Setrika
d. Keringkan
e. Cuci tidak di campur
2. Pencucian khusus adalah pencucian dengan perhitungan
potongan pakaian,dengan perhatian khusus disesuaikan
bahan dan jenis pakaian sesuai washing carelabel tips
sebagai petunjuk pencucian yang tertera pada label dalam
pakaian. Untuk mengetahui symbol atau label yang tertera
didalam pakaian yaitu:
Pakaian akan lebih awet dan terjaga warna aslinya walau
telah dicuci berkali-kali, dan selalu dalam keadaan rapi
karena setiap satu jenis pakaian diberi hanger dan plastik
sendiri. Perlunya sistem pemisahan pakaian dalam
pencucian kiloan bertujuan untuk mempermudah dan lebih
mengefektifkan didalam proses pengerjaan. Kapasitas
mesin untuk satu kali mencuci yaitu 5 kg pakaian,
tentunya konsumen yang memberikan order tidak semua
genap 5 kg. Oleh karena itu agar dalam proses pencucian
32
dapat lebih efifien, pakaian konsumen disatukan untuk
mendapatkan jumlah 5 kg. Namun pakaian yang disatukan
rawan terjadi resiko tertukar antar pakaian dan terjadi
kelunturan. Untuk mengatasi maka dibuat sistem sebagai
berikut:
a. Pemberian nomor dan penembakan top pin
b. Pemisahan pakaian luntur
c. Penggabungan pakaian
Setelah proses pencucian dilanjutkan dengan proses
pengeringan. Pakaian keluar dari mesin cuci telah kering 80%,
untuk proses selanjutnya pakaian dikeringkan menggunakan dryer
agar dapat kering 100%.
Setelah proses pengeringan dilakukan, proses setrika pakaian
merupakan bagian penting dalam penggarapan proses laundry.
Agar proses menstrika lebih efisien pisahkan bahan-bahan sejenis
dari yang tipis sampai yang bahan tebal seperti jeans. Tujuannya
agar suhu setrika tidak sering di ubah dan pemanasan
setrikaberurutan dari dingin, hangat, sampai panas.
Setelah proses setrika selesai dilanjutkan dengan proses
penyemprotan pewangi dan penegepakan. Proses pengepakan
diawali dahulu dengan pakaian tebal pada bagian bawah lalu
semakin keatas pakaian lebih tipis. Setelah pakaian tertata rapi baru
dilanjutkan dengan proses packing kedalam plastik.Setelah proses
packing, dilanjutkan pemberian nama, nomor nota dan jumlah
pakaian dengan spidol permanent pada permukaan atas pada
33
plastik. Letakkan cuci kiloan yang sudah di packing dan di tempel
nota pada rak, urutkan penempatan dari nomor kecil ke nomor
besar (Lubis, 2015).
2.3.2 Jenis-jenis Usaha Laundry
Secara sederhana, laundry dapat diartikan sebagai suatu tempat
untuk mencuci dan mengeringkan pakaian, baik yang dilakukan di
rumah, hotel, maupun fasilitas khusus. Usaha laundry sendiri dapat
dibagi ke dalam beberapa jenis (Lubis, 2015), yaitu:
1. Laundry komersial
Beroperasi di sektor swasta dengan melayani cucian
seperti hotel, rumah makan, pengiriman dan
pengangkutan, domestik atau umum, panti jompo/ rumah
sakit/ klinik. Produk yang dilayani meliputi sprei dan
sarung bantal, alas kasur, handuk, selimut,rolling towel,
taplak meja, napkin, pakaian pribadi.
2. Laundry industrial
Beroperasi di sektor swasta dan tekstil yang menangani
cucian seperti pabrik-pabrik dan sumber industri lain,
kantor, supermarket, toko eceran, pusat pelayanan. Produk
yangdilayani meliputi pakaian pelindung (seperti baju
kerja, celemek, seragam, sarung tangan), barang
keselamatan yang mencakup sarung tangan, helm, kain
tetesan pelukis,lapisan tempat duduk, kain lap/ kain untuk
pengepelan lantai.
3. Laundry rumah sakit
34
Melayani cucian yang meliputi rumah sakit, klinik, jasa
mengenai gigi, jasa perawatan anak, panti jompo, institusi
kesehatan mental, pusat pelayanan kesehatan umum.
Produk yang dilayani umumnya meliputi berbagai material
yang mencakup linen bangsal umum,seragam operasi,
kebutuhan rumah sakit yang bersifat khusus, pakaian
pasien.
4. Laundry kelembagaan
Beroperasi di area seperti institusi sistem, tahanan rumah
dan institusi kesehatan mental.Produk yang dilayani mirip
dengan laundry komersil dan rumah sakit.
5. Laundry on-premises (instansi pribadi)
Umumnya beroperasi di hotel tersendiri, industry, rumah
merawat/menyusu, rumah sakitpribadi dan industri pabrik.
Jasa yang disediakan digunakan untuk keperluan internal.
6. Laundry koin
Umumnya dijalankan oleh perorangan atau instansi kecil
seperti apartemen, rumah susun.
2.5 Teori Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang
menyoroti masalah perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi
konvensional lainnya. Hanya dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai
Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktifitasnya.
35
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang
terbatas dalam kerangka syariah. Namun, definisi tersebut
mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak
kompatibel dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut
mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori
(apriory judgement) benar atau salah tetap harus diterima.
Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan
sejumlah prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup islam.
Syarat utama adalah memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu
ekonomi. Ilmu ekonomi islam adalah ilmu sosial yang tentu saja
tidak bebas dari nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral merupakan
aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis fenomena
ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai
syariah.
a. M. Umer Chapra
Islami economics was defined as that branch which helps
realizehuman well-being through and allocation and
distribution of scarceresources that is inconfinnity with
Islamic teaching without undulycurbing Individual fredom
or creating continued macroeconomic andecological
imbalances. Jadi, menurut Chapra ekonomi Islam adalah
sebuah pengetahuan yang membantu upaya relisasi
kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi
36
sumber daya yang terbatas yangberada dalam koridor yang
mengacu pada pengajaran Islam tanpa memeberikan
kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan
lingkungan (Santoso, 2016).
b. Menurut Syed Nawab Haider Naqvi, ilmu ekonomi Islam,
singkatnya merupakan kajian tentang perilaku ekonomi
orang Islam representatif dalam masyarakat muslim
moderen (Lahuri, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi
Islam adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang
Islami. Ilmu Ekonomi Syariah adalah ilmu yang mempelajari
aktivita satau perilaku manusia secara aktual dan empirikal, baik
dalam produksi,distribusi, maupun konsumsi berdasarkan Syari’at
Islam yang bersumber AlQuran dan As-Sunnah serta Ijma’ para
ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
2.5.1 Dasar Hukum Ekonomi Islam
Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa
dinyatakan sebagai sebuah bagian dari konsep pengetahuan.
Demikian pula dengan penerapan syariah di bidang ekonomi
bertujuan sebagai transformasi masyarakat yang berbudaya Islami.
37
Aktifitas ekonomi sering melakukan berbagai bentuk
perjanjian. Perjanjian merupakan pengikat antara individu yang
melahirkan hak dan kewajiban. Untuk mengatur hubungan antara
individu yang mengandung unsur pemenuhan hak dan kewajiban
dalam jangka waktu lama, dalamprinsip syariah diwajibkan untuk
dibuat secara tertulis yang disebut akad ekonomi dalam Islam. Ada
beberapa hukum yang menjadi landasan pemikiran dan penentuan
konsep ekonomi dalam Islam.
Beberapa dasar hukum Islam tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an memberikan ketentuan-ketentuan hukum
muamalat yang sebagian besar berbentuk kaidah-kaidah
umum; kecuali itujumlahnya pun sedikit. Misalnya, dalam
Q.S. Al-Baqarah ayat 188 terdapat larangan makan harta
dengan cara yang tidak sah, antara lain melalui suap.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang
bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Q.S Al-
Baqarah: 188)
Dalam Q.S. An-Nisa ayat 29 terdapat ketentuan
bahwa perdagangan atas dasar suka rela merupakan salah
38
satu bentuk Muamalat yang halal, yang arti dari ayat
tersebut, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisa: 29). b. Hadist
Hadist memberikan ketentuan-ketentuan hukum
muamalat yang lebih terperinci dari pada Al-Quran, hadis
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ad-
Daruquthni, dan lain-lain dari Said Al-khudri ra. Bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : “Janganlah merugikan diri sendiri dan janganlah
merugikan orang lain”. (H.R Al-Baihaqi)
2.5.2 Karakteristik Ekonomi Islam
Yusuf al-Qaradhawi menyatakan bahwa ekonomi Islam itu
adalah ekonomi yang berasaskan ketuhanan, berwawasan
kemanusiaan, berakhlak dan ekonomi pertengahan. Sesungguhnya
ekonomi Isalam adalah ekonomi ketuhana ekonomi kemanusiaan,
ekonomi akhlak, dan ekonomi pertengahan. Dari pengertian yang
dirumuskan al-Qaradhawi ini muncul empat nilai-nilai utama yang
39
terdapat dalam ekonomi Islam sehingga menjadi karakteristik
ekonomi Islam (Rozalinda, 2015: 10), yaitu:
1. Iqtishad Rabbani (Ekonomi Ketuhanan)
Ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiyyah kerena titik
awalnya berangkat dari Allah SWT dan tujuannya
untuk menvapai Ridha Allah. Karena itu seorang
Muslim dalam aktivitas ekonominya, misalnya ketika
membeli atau menjual dan sebagainya bararti
menjalankan ibadah kepada Allah. Semua aktivitas
ekonomi dalam Islam kalau dilakukan sesuai dengan
syariatnya dan niat ikhlas maka akan bernilai ibadah di
sisi Allah. Hai itu sesuai dengan tujuan penciptaan
manusia di muka bumi, yaitu untuk beribadah kepada-
Nya.
2. Iqtishad Akhlaqi (Ekonomi Akhlah)
Hal yang membedakan antara system ekonomi Islam
dengan sistem ekonomi lain adalah dalam sistem
ekonomi Islam antara ekonomi dengan akhlak tidak
pernah terpisahkan sama sekali, seperti tidak pernah
terpisahnya antara ilmu dengan akhlak, antara siyasah
dengan akhlak karena akhlak adalah urat nadi
kehidupan Islami. Kesatuan antara ekonomi dengan
akhlak ini semakin jelas terlihat pada setiap aktivitas
ekonomi, bai yang berkaitan dengan produksi,
konsumsi, distribusi dan sirkulasi. Seorang Muslim
40
baik secara pribadi maupun kelompok tidak bebas
mengerjakan apa saja diinginkannya ataupun yang
menguntungkannya saja., karena setiap Muslim terikat
oleh iman dan akhlak yang harus diaplikasikan dalam
setiap aktivitas ekonomi, di samping terikat dengan
undang-undang dan hukum syariat.
3. Iqtishad Insani (Ekonomi Kerakyatan)
Ekonomi Islam bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan yang baik dengan member kesempatan bagi
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk
itu, manusia perlu hidup dengan pola kehidupan
rabbani sekaligus manusiawi sehingga ia mampu
melaksanakan kewajibannya kepada tuhan, kepad
dirinya, keluarga dan kepada manusia lain secara
umum. Manusia dalam sitem ekonomi Islam adalah
tujuan sekaligus sasaran dalam setiap kegiatan ekonomi
karena ia telah dipercayakan sebagai khalifah-Nya (QS
Al-Baqarah [2]: 30). Allah memberikan kepada
manusia beberapa kemampuan dan sarana yang
memungkinkan mereka melaksanakan tugasnya.
Karena itu, manusia wajib beramal dengan berkreasi
dan berinovasi dalam setiap kerja keras mereka.
Dengan demikian akan dapat terwujud manusia sebagai
tujuan kegiatan ekonomi delama pandangan Islam
sekaligus merupakan sarana dan pelakunya dengan
41
memanfaatkan ilmu yang telah diajarkan Allah
kepadanya.
4. Iqtishad Washathi (Ekonomi Pertengahan)
Karakkteristik Islam adalah sikap pertengahan,
seimbang (tawazun) antara dua kutub (aspek duniawi
dan ukhrawi) yang berlawanan dan bertentangan. Arti
tawazun (seimbang) di antara dua kutub ini adalah
memberikan kepada setiap kutub itu haknya masing-
masing secara adil atau timbangan yang lurus tanpa
megurangi atau melebihkannya seperti aspek
keakhiratan dan keduniawian. Dalam sistem Islam,
individualisme dan sosialisme bertemu dalam bentuk
perpaduan yang harmonis. Di mana kebebasan individu
dengan kebebasan masyarakat seimbang, antara hak
dan kewajiban serasi, imbalan dan tanggung jawab
terbagi dengan timbangan yang lurus.
Tidak banyak yang dikemukakan dalam alquran dan banyak
prinsip-prinsip yang mendasar saja, karena dasar-dasar yag sangat
tepat, Al-quran dan sunah banyak sekali membahas tentang
bagaimana seharusnya kaum muslimin berprilaku sebagai
konsumen produsen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit sistem
ekonomi.
Al-Qur’an mendorong umat Islam untuk menguasai dan
memanfaatkan sektor-sektor dan kegiatan ekonomi dalam skala
yang lebihluas dan komprehensif, seperti perdagangan, industri,
42
keuangan jasa, dan sebagainya, yang ditujukan untuk kemaslahatan
dan kepentingan bersama (Rosiana dkk, 2017).
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Hasyr ayat 7 yang
artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah
kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk
kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,
Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Amat keras hukumannya”(Q.S Al-Hasyr : 7).
Q.S An-Nuur ayat 37 yang artinya: “Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari
itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (QS. An-Nuur: 37). Dalam melakukan kegiatan ekonomi, Al-Qur’an melarang
Umat Islam mempergunakan cara-cara yang batil seperti dengan
melakukan kegiatan riba, melakukan penipuan, mempermainkan
takaran, dan timbangan, berjudi, melakukan praktik suap-menyuap,
dan cara-cara batil lainnya. Seperti fiman Allah yang lainnya dalam
Q.S. Al-Baqarah ayat 275 yang artinya:
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
43
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya” (QS. Al-Baqarah: 275).
2.5.4 Tujuan Ekonomi Islam
Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk:
a. Memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia.
b. Nilai Islam bukan semata hanya untuk kehidupan muslim
saja tetapiseluruh makluk hidup dimuka bumi.
c. Esensi proses ekonomi Islam adalah pemenuhan
kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nlai Islam
guna mencapai pada tujuan agama (falah).
Ekonomi Islam menjadi rahmat seluruh alam, yang tidak
terbatasoleh ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa.
Ekonomi Islammampu mampu menangkap nilai fenomena
masyarakat sehingga dalamperjalanannya tanpa meninggalkan
sumber teori Ekonomi Islam (Wigayati, 2011).
2.5.4 Pendapatan Dalam Perspektif Islam
Ekonomi sebagaimana yang diketahui adalah kegiatan manusia
dengan masyarakat untuk memanfaatkan dan mempergunakan
unsur-unsur produksi dengan sebaik-baiknya guna memenuhi
berbagai rupa kebutuhan. Keadaan ekonomi dalam suatu
masyarakat sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan,
jenis pekerjaan dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Pendapatan
sering dijadikan tolak ukur dalam tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-An’am ayat 99
yang artinya:
44
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu
Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan
Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai
yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman” (QS. Al-An’am: 99).
Dalam QS. Al-An’am: 99 menunjukkan hubungan dari
pendapatan yaitu Allah menerangkan bahwa dia menciptakan bumi
sebagai hamparan dan langit sebagai atap, menurunkan air hujan
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menjadikan tumbuh-
tumbuhan itu berubah. Maka dia mengeluarkan dari tumbuhan-
tumbuhan tanaman yang menghijau. Semuanya itu diciptakan Allah
untuk menusia, agar manusia memperhatikan proses penciptaan itu,
mempelajari, dan mengelolahnya sehingga bermanfaat bagi
manusia, hingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan
pendapatan yang dimilikinya semakin tinggi.
Dalam perspektif ekonomi Islam, ada satu titik awal yang
benar-benar harus kita perhatikan, yaitu ekonomi dalam Islam itu
sesungguhnya bermuara kepada akidah Islam yang bersumber dari
syariatnya. Ekonomi Islam juga memiliki nilai nilai tertentu
(Amalia, 2011), yaitu:
1) Nilai dasar kepemilikan, menurut sistem ekonomi Islam,
yaitu:
45
a. Kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas
sumber-sumber ekonomi, tetapi setiap orang atau
badan kemampuannya untuk memanfaatkan sumber-
sumber ekonomi tersebut.
b. Lama kepemilikan manusia atas sesuatu benda
terbatas pada lamanya manusia tersebut hidup di
dunia.
c. Sumber daya yang menyangkut kepentingan umum
atau yang menjadi hidup orang banyak harus menjadi
pemilik umum.
2) Keseimbangan
Keseimbangan yang terwujud dalam kesederhanaan,
hemat, dan menjauhi sikap pemborosan.
3) Keadilan
Keadilan di dalam Al-Qur’an, kata adil disebutkan lebih
dari seribu kali, setelah perkataan Allah dan ilmu
pengetahuan. Nilai keadilan sangat penting dalam ajaran
Islam, terutama dalam kehidupan hukum sosial, politik,
dan ekonomi. Untuk itu keadilan harus diterapkan dalam
kehidupan ekonomi seperti proses distribusi, produksi,
konsumsi, dan lain sebagainya.
Dalam menganalisis kesejahteraan, penghitungan pendapatan
berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali bagaimana
interaksi instrument-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam
meningkatkan kesejahteraan umat. Dalam Al-Qur’an telah
46
dijelaskan bahwa manusia yang mendapatkan rezki dan karunia
dari Allah swt dari pendapatan yang dia hasilkan, maka dia harus
mengeluarkan zakatnya. Karena apapun yang dilakukan oleh
manusia, pasti akan ada balasannya. Seperti yg dijelaskan oleh
Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 265 yang artinya sebagai
berikut: “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka,
seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram
oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis
(pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat”
(Q.S Al-Baqarah: 265).
Dalam Q.S Al-Baqarah: 265 menjelaskan tentang
perumpamaan orang pentingnya menginfakkan harta dari hasil
pendapatan yang kita miliki seperti pengusaha yang menginfakkan
hartanya dijalan Allah Swt, karena disetiap harta yang kita miliki
ada haknya orang miskin. Dan hak mereka kita berikan dengan
mengeluarkan zakat dari pendapatan yang kita dapatkan. Memberi
pajak dari hasil usaha pada pemerintah untuk pembangunan
ekonomi negara, harta atau pendapatan hasil usaha yang
diinfakkan akan diganti oleh Allah Swt dengan berlipat ganda
melalui berbagai pihak yang tidak disangka-sangka.
47
2.6 Fiqh Thaharah
2.6.1 Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” sedangkan menurut
syara’ berarti bersih dari hadast dan najis. Bersuci karena hadast
hanya di bagian badan saja. Hadast ada dua, yaitu: hadast besar dan
hadast kecil. Menghilangkan hadast besar dengan mandi atau
tayamum dan menghilangkan hadast kecil dengan wudlu’ atau
tayamum. Bersuci dari hadast berlaku pada badan, pakaian dan
tempat. Cara menghilangkannya harus dicuci dengan air suci dan
mensucikan (Rifai’, 1978: 46).
Islam mengajarkan manusia untuk bersuci dan mensucikan
diri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat
108 yang artinya “Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-
lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa
(mesjid Quba), sejak hari pertama adalah patut kaum sholat
didalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang bersih” (Q.S. At-Taubah : 108). Dan juga dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
ra.:
Artinya: “Bersuci merupakan sebagian dari iman” (Shahih Muslim
No.330).
48
Dari ayat Al Quran dan hadits tersebut dapat kita ketahui
bahwa thaharah merupakan hal yang sangat penting, terutama
dalam hal beribadah. Karena bersuci merupakan syarat sahnya
shalat, sehingga harus dipahami betul bagaimana penerapan
thaharah yang sesuai dengan aturan Islam.
Dari beberapa pengertian tentang thaharah tersebut, secara
garis besar thaharah berarti mensucikan dan membersihkan diri
dari najis dan hadats sebagai salah satu syarat melakukan ibadah
yang dapat dilakukan dengan wudhu, mandi dan tayamum dengan
alat yang digunakan yaitu air, debu, dan atau batu. Hakikat
thaharah adalah memakai air atau tanah atau salah satunya
menurut sifat yang disyar’atkan untuk menghilangkan najis dan
hadats. Thaharah secara garis besar ada tiga macam yaitu:
1. Thaharah dari hadats, dilakukan karena dasar-dasar
kebajikan. Pokok pegangannya bahwa perasaan halus dan
jiwa yang mendapat cahaya kemalaikatan, serta perasaan
yang meminta kita menjauhkan diri dari keadaan yang
tidak menyenangkan perasaan (hadats), dan jiwa yang
merasa tentram dan senang dengan keadaan suci.
Thaharah dapat meliputi seluruh tubuh seperti jima’,
keluar mani, haid dan nifas atau bagian tertentu dari tubuh
seperti kencing, kemih, buang air besar dan yang
disamakan dengannya. Dapat diambil kesimpulan bahwa
thaharah yang lengkap dibebankan bagi orang yang hadats
49
lengkap, dan thaharah tidak lengkap dibebankan bagi
orang yang berhadats tidak lengkap pula.
2. Thaharah dari najis yang terdapat di badan, kain dan
tempat baik tempat ibadah maupun tempat umum.
Thaharah dari najis digerakkan oleh kehajatan hidup
manusia yang secara kodratnya manusia tidak menyukai
dirinya kotor.
3. Thaharah dari kotoran yang bersifat fitrah, seperti bulu
ketiak, bulu hidung dan bulu kemaluan. Najasah atau najis
menurut bahasa ialah kotoran dan lawan suci menurut
syara’, yang membatalkan shalat, seperti kotoran manusia
dan kemih (Ahmad, 2014).
2.6.2 Jenis-Jenis Najis
Dari keterangan tersebut telah diterangkan dengan jelas
mengenai jenis-jenis najis, dan dari najis- najis tersebut dapat kita
diklasifikasikan menjadi:
1. Najasah mukhaffafah ialah najis yang disucikan cukup
dengan memercikkan air pada najis, yang termasuk dalam
najis ini adalah air kencing anak laki-laki yang belum
makan makanan pokok.
2. Najasah mutawasithah ialah najis yang disucikan dengan
hanya dengan mengalirkan air di atasnya saja, kalau di
hukmi dan dengan menghilangkan ainnya kalau dia a’in.
50
3. Najasah mughalladhah ialah najis yang perlu dibasuh
tujuh kali, salah satunya dengan air yang bercampur
dengan tanah, yaitu jilatan anjing (menurut As Syafi’i).
Klasifikasi najis tersebut dijelaskan mengenai najis-najis dan
cara mensucikannya. Dari yang najis ringan (mukhaffafah) dan
najis ringan (mughalladhah). Najasah atau najis di dalam
pembahasan fiqh sering disebut dengan istilah khaba’its adalah
benda-benda yang dianggap buruk yang kita disuruh menjauhkan
diri darinya dan juga bersuci darinya. Khaba’its (najasah) ini ada
yang bersifat jasmani (dapat dilihat) dan ada yang bersifat ruhani
(tidak dapat dilihat). Khaba’its atau najis dalam islam ini dapat di
golongkan menjadi jasmani yaitu najis yang dapat dilihat secara
fisik seperti kotoran ayam, air kencing dan benda-benda najis
lainnya yang dapat di rasakan dengan panca indra. Dan yang kedua
adalah najis ruhani yaitu najis yang tak dapat dirasakan dengan
panca indra, tidak dapat dilihat dengan kasap mata, seperti sifat-
sifat yang tidak terpuji yang ada pada diri seseorang, yang cara
membersihkannya yaitu dengan cara bertaubat dengan sugguh-
sungguh (Suhendra, 2017).
2.6.3 Alat-Alat Thaharah
Thaharah dari najis merupakan usaha untuk mensucikan dan
menghilangkan najis ataupun hadats agar dapat melakukan ibadah
dalam keadaan suci, karena pentingnya thaharah dalam
pelaksanaan ibadah. Dan agar najis dapat hilang dan menjadi suci
51
maka diperlukan alat ataupun media yang dapat digunakan.
Adapun alat yang dapat digunakan dalam thaharah yaitu:
1. Air, yakni yang suci dan mensucikan, macam- macam air
yang suci dan mensucikan adalah:
a. Air yang turun dari langit, yaitu air hujan, atau air
embun yang masih sifat, rasa dan baunya.
b. Air yang keluar dari bumi yaitu mata air. Adapun air
susu dan air kelapa tidak termasuk dalam golongan
tersebut, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
QS. Al-Anfal ayat 11 yang artinya:
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu
mengantuk sebagai suatau penenteraman daripada-
Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan
menghilangkan dari kamu ganguan-gangguan syaitan
dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh
dengannya telappak kaki(mu)” (QS. Al-Anfal ayat
11). Dari ayat tersebut Allah menjelaskan kepada kaum
muslim bahwa di samping memberikan bantuan yang lain
berupa malaikat yang datang secara berturut-turut, juga
memberikan bantuan yang lain berupa situasi dan kondisi yang
menguntungkan bagi kaum muslimin. Seperti pertolongan
Allah pada saat kaum muslim berada dalam ketakutan
menghadapi musuh, mereka diselimuti rasa ngantuk, sehingga
52
mereka melihat jumlah bala tentara musuh yang banyak dan
persiapannya yang lengkap. Maka dengan adanya rasa takut
tidak lagi mereka rasakan dan mereka kembali menjadi
tentram.
Adapun macam-macam air dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu sebagai berikut:
a. Air muthlaq, yaitu air suci yang mensucikan,
maksudnya adalah air yang masih murni baik sifat,
bau maupun rasanya, dan dapat dikatakan sebagai air
yang benar-benar bebas dari kotoran dan kuman,
dalam hukum fiqh air tersebut disebut dengan air suci
yang mensucikan, artinya, air tersebut halal diminum
dan dapat untuk dipakai menghilangkan najis, baik
mukhafafah, mutawasithah, maupun mughaladzah.
Yang termasuk dalam kategori air mutlaq adalah air
hujan, air laut, air sungai, salju yang telah cair
menjadi air, air embun, air sumur atau air mata air.
b. Air musyammas, yaitu air yang terjemur sinar
matahari, hukumnya suci mensucikan pada benda
lainakan tetapi makruh menggunakannya. Menurut
fiqh Islam menggunakan air yang dipanaskan dengan
sinar matahari dalam tempat logam yang terbuat dari
seng(besi), tembaga, baja, alumunium tidak
dianjurkan karena benda-benda tersebut mudah
berkarat. Menurut kajian kesehatan menggunakannya
53
tidak dianggap sebagai sesuatu yang sehat karena
apabila dipakai akan menimbulkan penyakit kulit.
c. Air musta’mal, yakni air yang sudah dipakai, artinya
air yang sudah dipakai untuk menghilangkan hadats
kecil maupun hadats besar. Hukumnya tidak dapat
mensucikan dari hadats atau najis, kecuali lebih dari
dua kullah.
d. Air mutaghayar, yakni air mutlaq yang sudah berubah
salah satu dari bau, rasa atau warnanya. Perubahan
tersebut terkadang berubah karena bercampur dengan
benda suci, dan terkadang bercampur dengan benda
najis. Apabila air itu berubah karena benda najis maka
menjadi air mutanajis, tapi apabila bercampur dengan
benda suci maka perubahan tersebut dapat terjadi
karena beberapa sebab, yakni berubah dengan sebab
tempatnya seperti air yang mengalir di batu belerang,
berubah karena lama terletak seperti air kolam,
berubah karena sesuatu yang terjadi padanya seperti
berubah karena ikan, berubah dengan sebab tanah
yang suci atau daun kering yang jatuh ke dalamnya.
hukum air tersebut adalah suci mensucikan tetapi
kalau perubahan itu sudah menjadi sangat kotor maka
hukumnya tidak mensucikan.
54
2. Tanah atau debu yang suci sebagai pengganti mandi atau
wudhu apabila dalam keadaan darurat yaitu dengan cara
tayamum.
3. Batu atau benda keras yang suci yang disamakan
hukumnya dengan batu, kecuali benda keras yang asalnya
dari kotoran binatang atau manusia. Untuk istinjak atau
mensucikan kotoran atau najis.
Dari keterangan tersebut pada dasarnya alat thaharah yang
paling pertama dan utama adalah air, tetapi apabila air tidak
memungkinkan dapat menggunakan debu, dan apabila debu tidak
memungkinkan juga maka bisa menggunakan batu atau benda
keras yang disamakan hukumnya dengan batu. Hal ini
membuktikan kepada kita tentang agama Islam yang tidak
memberatkan umatnya dengan memberikan alternative-alternative
seperti halnya dalam bersuci (Suhendra, 2017).
2.6.4 Tata Cara Thaharah
Thaharah dalam islam sangat dianjurkan dan diatur tata
caranya secara detail dan lengkap. Dan mengenai tata cara
thaharah dari najis terdapat perbedaan pendapat antara imam yang
satu dengan yang lain, dan perbedaannya pun sangat komplek,
tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda hanya saja masing-masing
imam mempunyai dasar tersendiri dalam menentukan hukum
khususnya di dalam fiqh.
Tata cara thaharah secara umum adalah sebagai berikut:
55
1 Membersihkan lahir dari hadats, najis, dan kelebihan-
kelebihan (fudhulat) yang ada dalam badan.
2 Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa.
3 Membersihkan hati dari akhlak tercela.
4 Membersihkan hati dari selain Allah.
Tata cara pakaian bernajis dengan mesin cuci terdapat dua
jenis. Pertama, mesin cuci otomatis, yaitu mesin cuci yang
mengalirkan air dari atas dan air tersebut langsung dialirkan keluar,
setelah itu dialirkan kembali air baru dan dialirkan keluar, demikian
secara terus-menerus sesuai kehendak pemakai mesin cuci. Maka
dalam jenis mesin cuci demikian, ulama sepakat bahwa pakaian
yang dicuci dengan mesin cuci jenis ini dapat dihukumi suci.
Sedangkan jenis kedua, yaitu mesin cuci biasa (‘adi). Mesin
cuci jenis ini adalah yang umum terlaku dan digunakan masyarakat.
Yaitu mesin cuci yang mengalirkan air ke dalam tempat
penampungan pakaian, namun air tidak langsung dikeluarkan, tapi
dibiarkan ke dalam tempat penampungan pakaian, yang di
dalamnya bercampur pakaian suci dan najis. Setelah jeda waktu
cukup lama, air tersebut dikeluarkan dan diganti dengan air baru
yang juga mengalami proses yang sama dengan cara kerja air yang
awal. Maka dalam mesin cuci jenis kedua ini, pakaian yang terkena
najis tidak dapat dihukumi suci menurut pandangan mayoritas
ulama, bahkan pakaian yang suci ikut menjadi najis, jika memang
masih terdapat wujud najis pada salah satu pakaian yang ada dalam
mesin cuci tersebut.
56
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait ini persetujuan untuk membedakan penelitian
yang dilakukan oleh penulis, maka penulis mencantumkan
penelitian-penelitian terdahulu, agar menunjukkan keaslian dalam
penelitian. Berdasrkan pengamatan penulis adapun karya ilmiah
yang telah dilakukan oleh lainnya adalah
N
O
Penelitian
dan Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Persama
an Perbedaan
1
Oktaviani
Rahmawati
(2014)
“Upaya
Peningkatan
Kesejahtera
an
Perekonomi
an
Masyarakat
Melalui
Usaha
Keripik
Belut di
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
metode
kualitatif
Persama
an
dengan
penelitia
n ini
adalah
meneliti
tentang
sektor
usaha
Perbedaannya
dengan penelitian ini
adalah penelitian
terdahulu
menggunakan
metode kualitatif
sedangkan peneliti
menggunakan
metode kuantitatif
57
Kelurahan
Sidoangung
Kecamatan
Godean"
2
Osin
Tompodong
(2013)
“Analisis
Net Profit
Margin
Pada Usaha
Laundry di
Kota
Manado”
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
metode
kuantitatif
dengan
mengguna
kan rumus
net profit
margin
Persama
an
dengan
penelitia
n ini
adalah
menguku
r
pendapat
an
laundry
Perbedaannya
dengan penelitian ini
adalah penelitian
terdahulu
menggunakan rumus
net profit margin
sedangkan penelitian
ini menggunakan
rumus pendapatan
dan analisis usaha
R/C
3
Arifini
(2017)
“AnalisisPe
ndapatan
Pengrajin
Perak Di
Desa
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
metode
kuantitatif
Persama
an
dengan
penelitia
n ini
adalah
meneliti
Perbedaannya
dengan penelitian ini
adalah pada
penelitian
sebelumnya meneliti
menggunakan
tentang teknik
58
Kamasan
Kabupaten
Klungkung”
dengan
teknik
analisis
data
regresi
linier
berganda,
uji asumsi
klasik, uji-
F, dan uji-
T
tentang
besarnya
pendapat
an
analisis data regresi
linier berganda, uji
asumsi klasik, uji-F,
dan uji-T sedangkan
penelitian ini
meneliti
menggunakan rumus
pendapatan dan
analisis usaha R/C,
secara ringkas dapat
dilihat pada tabel
2.8 Kerangka Pemikiran
Usaha laundry adalah usaha yang mulai berkembang dan
berjamur di Kecamatan Syiah Kuala. Sektor jasa ini diusahakan
oleh pengusaha dengan tujuan untuk membantu masyarakat yang
sibuk dan memperoleh keuntungan dengan modal usaha yang tidak
terlalu besar. Dalam melakukan usaha (pelayanan) ini maka
menimbulkan input yaitu biaya dan output yaitu penerimaan
dengan menggunakan alat analisis: biaya usaha laundry dan
pendapatan laundry. Sehingga menghasilkan pendapatan pengusaha
laundry.
59
Input Output
Biaya Penerimaan
Alat Analisis:
-Biaya Usaha laundry
-Pendapatan Usaha laundry
Pendapatan Pengusaha Laundry
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengusaha
Usaha Laundry
Jasa (Pelayanan)
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pada umumnya jenis penelitian terbagi dua yaitu penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah
data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar
statistik. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan-pendekatan
terhadap kajian-kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa,
dan menampilkan data dalam bentuk numerik daripada naratif
(Yusuf, 2014: 328).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat
deskriptif. Penelitian deskriptif pada umumnya merupakan
penelitian non hipotesis, yang memberikan gambaran secara
lengkap dan jelas atas keadaan atau fenomena yang terjadi.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan kepada para pengusaha laundry
Kecamatan Syiah Kuala. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei
hingga Juni 2019. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Syiah Kuala karena melihat bahwa laundry di wilayah ini terus
berkembang yang disebabkan mayoritas masyarakat sibuk.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
61
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 90). Suatu penelitian dibutuhkan
populasi sebagai sasaran untuk memperoleh data dan informasi
untuk menjawab permasalahan penelitian.
Hubungannya dengan objek penelitian, jumlah usaha laundry
di Kecamatan Syiah Kuala berjumlah 85 usaha laundry, maka yang
menjadi populasi pada penelitiah ini adalah semua usaha laundry di
Kecamatan Syiah Kuala.
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2011: 91) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jika
subjek berada dalam lingkup yang sangat besar maka dapat diambil
antara 10%-15% atau 20%-25%. Oleh karena itu, sampel dalam
penelitian ini adalah 15% dari jumlah total usaha laundryyaitu
sebanyak 12 usaha dari 85 usaha, sedangkan cara pengambilan
sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling).
Dalam hal ini diambil informan sebanyak 12 tempat usaha yang
akan mewakili seluruh pengusaha laundry di Kecamatan Syiah
Kuala.
3.4 Sumber Data
Adapun sumber data adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Peneliti dalam mendapatkan data bisa bersumber dari
data primer dan data sekunder:
62
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh lewat pengamatan
atau wawancara langsung dengan narasumber. Hal ini
adalah pengusaha laundry di Kecamatan Syiah Kuala
untuk mendapatan info guna penyusunan skripsi ini.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti
yang data yang berasal dari buku-buku, kitab, Alqur’an
maupun hadits, yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Observasi.
Teknik observasi dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan langsung terhadap aktivitas para pengusaha
laundry di Kecamatan Syiah Kuala dalam pengelolaan
usahanya. Hasil observasi tersebut diharapkan dapat
menjadi bahan banding hasil wawancara terhadap
responden penelitian.
2. Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik utama yang
dilakukan untuk mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara langsung kepada pengusaha yang menjadi
63
responden dengan menggunakan pedoman wawancara
secara terstruktur guna memperoleh data mengenai
karakteristik responden, pendapatan yang diperoleh, atau
biasa yang dikeluarkan oleh pengusaha laundry di
Kecamatan Syiah Kuala.
3. Dokumentasi.
Pengumpulan data dengan dokumentasi dimaksudkan
untuk memperoleh data sekunder keadaan geografis dan
demografis di Kecamatan Syiah Kuala.
3.6 Variabel dan Cara Pengukurannya
Variabel yang akan diteliti dan diukur dalam penelitian ini
yaitu biaya jasa, produksi dan penerimaan, dan pendapatan.
3.6.1 Biaya jasa
Biaya jasa yaitu biaya yang dikeluarkan dalam satu kali
pelayanan, meliputi:
Biaya Tetap
(Fixed cost)
Biaya sewa tempat usaha (dinyatakan dalam
rupiah)
Biaya penyusutan alat-alat (dinyatakan dalam
rupiah)
Bunga modal, baik modal dari bank maupun
dari pihak lain selama Usaha laundy
berlangsung, diukur dalam satuan rupiah
Biaya air dan listrik
64
Biaya
variabel
(Variabel
cost)
Biaya sarana usaha laundry (deterjen,
pewangi, plastik) (dinyatakan dalam rupiah).
Upah tenaga kerja, meliputi biaya tenaga
kerja luar keluarga dan dalam keluarga
(dinyatakan dalam rupiah)
Biaya-biaya lain, meliputi biaya tak terduga yang
mempengaruhi besarnya pengeluaran dalam suatu usaha laundry
(dinyatakan dalam rupiah).
3.6.2 Jasa dan Penerimaan
a) Jasa yaitu pemberian suatu kinerja atau tindakan tak
kasat mata dari satu pihak ke pihak yang lain,
dinyatakan dalam kilogram (kg).
b) Penerimaan, yaitu nilai yang diperoleh dengan jalan
mengalikan jumlah produksi fisik dengan harga
penjualan dalam satuan rupiah per kilogram.
3.6.3 Pendapatan
Pendapatan adalah total penerimaan yang dikurangi dengan
total biaya yang dikeluarkan. Sedangkan dalam bentuk
matematisnya adalah sebagai berikut:
I = TR –TC (3.1)
Keterangan:
I : Pendapatan Usaha laundry (Rp)
TR : Total Penerimaan/Nilai Produksi (Rp)
TC : Total Pengeluaran/Biaya (Rp)
65
3.7 Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini maka digunakan
analisis deskriptif kuantitatif untuk menjawab permasalahan
tentang berapa besar pendapatan pengusaha di Kecamatan Syiah
Kuala dan apakah menguntungkan pengusaha, maka digunakan
rumus pendapatan dan analisis R/C.
3.7.1 Biaya Usaha Laundry
Untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan, maka
dengan rumus:
TC = TVC + TFC (3.2)
Keterangan:
TC : Total biaya yang dikeluarkan
TVC : Total biaya variabel yang dikeluarkan
TFC : Total biaya tetap yang dikeluarkan
3.7.2 Pendapatan Usaha Laundry
Untuk mengetahui besarnya pendapatan
pengusahalaundrymaka dianalisis dengan analisis biaya dan
pendapatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pd = TR – TC (3.3)
Keterangan :
Pd : Pendapatan usaha laundry
TR : Total penerimaan
TC : Total biaya
Tingkat pendapatan usaha laundry padi dalam satu kali proses
produksi dianalisis dengan rumus:
(3.4)
66
Keterangan :
TR : Total Penerimaan
TC : Total Biaya Produksi
Kriteria:
Jika R/C Ratio ≥ 1 maka usaha laundry dikatakan
memperoleh keuntungan
Jika R/C Ratio < 1 maka usaha laundry dikatakan
mengalami kerugian
Jika R/C Ratio = 1 maka usaha laundry dikatakan tidak rugi
dan tidak untung (impas).
67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Dasar Pembentukan Kecamatan
Kecamatan Syiah Kuala merupakan salah satu kecamatan di
kota Banda Aceh yang terbentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.5 Tahun 1983 tentang perubahan batasan wilayah Kotamadya
Dati II Banda Aceh, terjadi perluasan wilayah Kota Banda Aceh
61,36 km2 dengan Kecamatan Syiah Kuala mencakup 19 desa.
Peraturan Daerah Kota Banda Aceh No.8 Tahun 2000 tentang
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja, pemekaran
kecamatan dalam kota Banda Aceh yaitu dari 4 kecamatan menjadi
9 kecamatan menyebabkan sebagian wilayah Kecamatan Syiah
Kuala berkurang. Jumlah kemukiman yang ada di Kecamatan
Syiah Kuala yaitu 3 kemukiman dengan 10 desa.
Mukim :
Tabel 4.1 Kemukiman dan Desa Di Kecamatan Syiah Kuala
No. Mukim Desa
1. Kayee Adang
Pineung
Lamgugob
Ie Masen Kayee Adang
Peurada
2. Tgk. Syech Abd. Rauf
Jeulingke
Tibang
Deah Raya
68
Alue Naga
3. Tgk Chik Dilamnyong Kopelma Darussalam
Rukoh
Sumber: Kantor Kecamatan Syiah Kuala, Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa di Kecamatan Syiah
Kuala terdapat 3 kemukiman dengan 10 desa. Kemukiman Kayee
Adang terdapat 4 desa diantaranya Pineung, Lamgugob, Ie Masen
Kayee Adang, Peurada. Kemukiman Tgk. Syeck Abd. Rauf
terdapat 4 desa diantaranya Jeulingke, Tibang, Deah Raya, Alue
Naga. Pada Kemukiman Tgk Chik Dilamnyong terdapat 2 desa
diantaranya Kopelma Darussalam dan Rukoh.
Desa
Tabel 4.2 Luas Wilayah Desa Di Kecamatan Syiah Kuala
No Desa Luas (Ha)
1. Desa Pineung 61,5
2. Desa Lamgugob 153,2
3. Desa Ie Masen Kayee Adang 70,2
4. Desa Peurada 31,79
5. Desa Jeulingke 154,4
6. Desa Tibang 230,7
69
7. Desa Deah Raya 178,2
8. Desa Alue Naga 242,6
9. Kopelma Darussalam 206,2
10. Desa Rukoh 95,2
Luas Wilayah 1424,2
Sumber: Kantor Kecamatan Syiah Kuala, Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa luas wilayah
Kecamatan Syiah Kuala sebesar 1424,2 Ha. Setiap desa memiliki
luas wilayah yang bervariasi. Desa Pineung memiliki luas wilayah
61,5 Ha. Desa Lamgugob memiliki luas wilayah 153,2 Ha. Desa Ie
Masen Kayee Adang memiliki luas wilayah 70,2 Ha. Desa Peurada
memiliki luas wilayah 31,79 Ha. Desa Jelingke memiliki luas
wilayah 154,4 Ha. Desa Tibang memiliki luas wilayah 230,7 Ha.
Desa Alue Naga memiliki luas wilayah 242,6 Ha. Kopelma
Darussalam memiliki luas wilayah 206,2 Ha, dan Desa Rukoh
memiliki luas wilayah 95,2 Ha.
4.1.2 Keadaan Geografis
Kecamatan Syiah Kuala mempunyai luas wilayah 14.244 Km2
(1.424,4 Ha). Dengan letak geografis 95,35579 BT dan
05,556816 LU. Kecamatan Syiah Kuala ini berbatasan dengan
Selat Malaka di sebelah Utara dan Kecamatan Kuta Alam di
sebelah Barat. Sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan
70
Kecamatan Ulee Kareng dan di sebelah Timur dengan batas
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar.
Secara Topografi Kecamatan Syiah Kuala berada pada
ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut (dpl).
Kecamatan Syiah kuala dipergaruhi dua musim, yaitu musim barat
(bulan April - Oktober) saat angin bertiup kearah barat, serta
musim timur (bulan Oktober - April) saat angin kebanyakan bertiup
kearah selatan dan timur. Selain itu musim kemarau terjadi pada
bulan Mei - Agustus dan musim hujan pada bulan September -
April. Curah hujan rata-rata kota Banda Aceh terutama kecamatan
Syiah kuala berkisar antara 1500 - 2250 mm/tahun. Curah hujan
terbanyak terjadi pada bulan November, Desember dan Januari.
Suhu udara rata-rata berkisar antara 24,9°C - 27,5°C dan suhu
udara maksimum 32,8°C (pada bulan Juni) serta suhu udara
minimum 20,4°C (pada bulan September) dengan kelembapan
nisbi antara 69 % - 81%.
4.1.3 Keadaan Demografi
Berdasarkan data yang diperoleh pada kantor Kecamatan Syiah
Kuala pada tahun 2017 tercatat jumlah penduduk sebanyak 37.193
jiwa/orang, yang terdiri dari 18.966 laki-laki dan perempuan
sebanyak 18.227 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak
10.442 KK. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk
Kecamatan Syiah Kuala berdasarkan tingkat usia dapat dilihat dari
tabel di bawah ini:
71
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Pada Kecamatan Syiah Kuala Tahun 2017
NO KELOMPOK
UMUR
LAKI-
LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0-4 tahun 1570 1562 3132
2 5-9 tahun 1066 1000 2066
3 10-14 tahun 924 828 1752
4 15-19 tahun 2118 2382 4500
5 20-24 tahun 4553 4850 9403
6 25-29 tahun 2290 1818 4108
7 30-34 tahun 1506 1253 2759
8 35-39 tahun 1103 999 2102
9 40-44 tahun 924 857 1781
10 45-49 tahun 801 780 1581
11 50-54 tahun 635 652 1287
12 55-59 tahun 611 568 1179
13 60-64 tahun 420 325 745
14 65-69 tahun 235 148 383
15 70-74 tahun 117 85 202
16 75 + tahun 93 120 213
TOTAL 18966 18227 37193
RATA RATA 1185.375 1139.1875 2324.5625 Sumber: Kantor Kecamatan Syiah Kuala, Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Syiah Kuala pada tahun
2017 di dominasi oleh penduduk yang berusia 20 – 24 tahun
sebesar 9403 jiwa. Sedangkan yang paling rendah adalah kelompok
umur 70 – 74 tahun sebesar 202 jiwa. Selama ini Kecamatan Syiah
Kuala merupakan wilayah yang termasuk padat penduduknya, hal
ini dikarenakan wilayah kecamatan Syiah Kuala adalah salah satu
kawasan pendidikan yang ada di kota Banda Aceh, sehingga
banyak penduduk pendatang dari kabupaten/kota lain yang
72
berdomisili di kecamatan Syiah Kuala selama melanjutkan
pendidikan di Kota Banda Aceh.
4.2 Karakteristik Responden
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 usaha laundry di
Kecamatan Syiah Kuala, pada bagian ini akan di jelaskan beberapa
ciri atau karakteristik responden menurut tingkat umur, tingkat
pendidikan, status kepemilikan, dan pengalaman usaha laundry.
4.2.1 Tingkat Umur
Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kegiatan produktivitas dalam upaya peningkatan produksi.
Untuk mengetahui karakteristik responden menurut tingkat umur,
dapat dilihat pada table 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Pada Kecamatan Syiah Kuala Tahun 2019
No. Kelompok umur
(tahun)
Banyaknya
(orang)
Persentase
1. 30-39 3 25
2. 40-49 7 58
3. >50 2 17
Jumlah 12 100%
Sumber: Pengelolahan Data Primer, Tahun 2019
73
Berdasarkan Tabel 4.4 tampak bahwa pengusaha laundry yang
berumur 30 -39 tahun sebanyak 3 orang atau 25%, yang berumur
40-49 tahun sebanyak 7 orangatau 58 %, dan yang berumur > 50
tahun sebanyak 2 orang atau 17%. Di tarik kesimpulan bahwa data
menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Syiah Kuala, yang
memiliki pekerjaan sebagai pegusaha laundry berada padausia yang
produktif. Dalam rentan usia ini, masyarakat yang berada pada usia
produktif memiliki kemampuan fisik yang memungkinkan untuk
mengolah usaha laundry yang dimiliki. Dalam hal ini, masyarakat
pada usia yang produktif dapat mengolah usaha laundry dengan
cara efektif dan efisien serta mampu menerima inovasi-inovasi baru
dalam meningkatkan usahanya sehingga dapat memberikan hasil
yang optimal.
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator keadaan
sosial ekonomi suatu masyarakat. Dalam bidang membuka usaha,
pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan berfikir dan
pengambilan keputusan dalam usaha laundrynya. Tingkat
pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah
diikuti pengusaha. Untuk mengetahui tingkat pendidikan
responden, dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
74
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Di Kecamatan Syiah Kuala
No
Pendidikan
yang
ditamatkan
Banyaknya
(orang)
Persentase
(%)
1. Tidak tamat SD - -
2. Tamat SD - -
3. Tamat SMP - -
4. Tamat SMA 2 17
5. Sarjana 10 83
Jumlah 12 100
Sumber: Pengelolahan Data Primer, Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.5, dapat disampaikan bahwa dari 12
responden terdapat 2 orang atau 17% responden yang hanya
mengenyam pendidikan sampai tingkat pendidikan sekolah
menengah atas (SMA), dan 10 orang atau 83% yang menamatkan
pendidikan sampai Perguruan Tinggi. Hal ini memberikan
pengaruh besar terhadap cara mengelolah usaha dengan baik yang
efisien dan efektif agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.
4.2.3 Status Kepemilikan Tempat Usaha
Status kepemilikan tempat usaha memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan pengusaha, ketika tempat usaha
75
yang digunakan oleh pengusaha untuk mengelolah usaha
merupakan milik sendiri, maka keuntungan yang diperoleh oleh
pengusaha jauh lebih besar dibandingkan jika tempat usaha yang
dimiliki tersebut merupakan sewa. Hal ini disebabkan karena
pengusaha yang mengelolah usaha harus membagi keuntungan
tersebut dengan pemilik tempat usaha.
Adapun status kepemilikan tempat usaha yang digunakan oleh
pengusaha laundry di Kecamatan Syiah Kuala merupakan sewa
atau milik orang lain sehingga keuntungan yang diperoleh dibagi
dengan pemilik tempat usaha tersebut.
4.2.4 Pengalaman Usaha Laundry
Pengalaman usaha laundry juga merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan produksi.
Pengalaman yang lebih lama membuat pengusaha memiliki
kemampuan dalam melakukan kegiatan produksi dibandingkan
dengan pengusaha yang kurang berpengalaman. Namun hal itu
bukan merupakan kemutlakan bahwa pengusaha yang
berpengalaman akan lebih baik dibandingkan dengan yang kurang
berpengalaman karena terdapat faktor lain didalam melakukan
suatu kegiatan produksi.
Untuk mengetahui karaksteristik responden menurut
pengalaman usaha laundry di Kecamatan Syiah Kuala dapat dilihat
pada Tabel 4.6 berikut:
76
Table 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman
Usaha Laundry Di Kecamatan Syiah Kuala
No Pengalaman Usaha
laundry (pertahun)
Jumlah
responden
Persentase (%)
1. 1 - 5 4 33,3
2. 6 - 10 8 66,6
Jumlah 12 100
Sumber: Pengelolahan Data Primer, Tahun 2019
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sekitar 8 orang
atau 66,6% responden mempunyai pengalaman usaha laundry
antara 6-10 tahun, dan 4 orang atau 33,3% responden juga yang
mempunyai pengalaman usaha laundry antara 1-5 tahun. Hal
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden petani padi di
Kecamatan Syiah Kuala telah memiliki pengalaman dalam
mengelolah usaha laundry sehingga bisa disimpulkan bahwa
mereka telah memilikiilmu dan pengetahuan tentang laundry serta
telah mengetahui cara yangtepat dalam menjaga kelangsungan
usahanya.
4.3 Karakteristik Usaha Laundry
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang karakteristik usaha
laundry seperti pemakaian pewangi, pemakaian deterjen,
pemakaian sabun, penggunaan plastik, penggunaan tenaga kerja,
dan hasil produksi laundry, variabel- variabel tersebut akan di
uraikan dibawah ini:
77
4.3.1 Pemakaian Pewangi
Untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam bersaing, maka
pengusaha menggunakan pewangi yang baik. Pewangi yang
digunakan oleh setiap pengusaha laundry bervariasi, tergantung
dari jumlah pakaian dan jenis pewangi yang digunakan. Adapun
distribusi responden menurut banyaknya pewangi yang digunakan
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Table 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian
Pewangi Pada Pakaian Laundry Di Kecamatan Syiah Kuala
Sumber: Pengelolahan Data Primer, Tahun 2019
Dari tabel 4.7, dapat disimpulkan bahwa pengusaha laundry
yang menggunakan pewangi antara 0,11 – 0,49 kg sebanyak 7
orang atau 58%, 0,5-1 kg sebanyak 5 orang atau 42% jumlah
tersebut disesuaikan dengan berbagai faktor seperti banyaknya
pakaian, semakin banyak pakaian yang akan diberi pewangi maka
akan semakin banyak pewangi yang digunakan.
No Jumlah
pewangi (kg)
Banyaknya
(orang)
Persentase
(%)
1. 0,11 – 0,49 7 58
2. 0,5 - 1 5 42
Jumlah 12 100
78
4.3.2 Pemakaian Deterjen
Deterjen merupakan bahan campuran yang terbuat dari bahan
turunan minyak bumi. Deterjen berfungsi untuk membantu
pembersihan pakaian atau berbagai alat rumah tangga. Deterjen
yang digunakan pada setiap cucian bervariasi, tergantung dari
jumlah pakaian yang akan dicuci. Adapun distribusi responden
menurut banyaknya deterjen yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 4.8 berikut:
Table 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian
Pewangi Pada Pakaian Laundry Di Kecamatan Syiah Kuala
Sumber: Pengolahan Data Primer, Tahun 2019
Berdasarkan table 4.8 diketahui bahwa sebanyak 7 orang atau
58% menggunakan deterjen antara 0,11 – 0,49 dan sebanyak 5
orang atau 42% menggunakan 0,5 – 1 kg deterjen. Jumlah tersebut
disesuaikan dengan jumlah banyak sedikitnya pakaian yang dicuci.
Sedikit pakaian yang akan dicuci maka sedikit pula deterjennya.
Begitupun sebaliknya, semakin banyak pakaian maka deterjen yang
digunakan pun banyak.
No Jumlah
deterjen (kg)
Banyaknya
(orang)
Persentase
(%)
1. 0,11 – 0,49 7 58
2. 0,5 - 1 5 42
Jumlah 12 100
79
4.3.3 Pemakaian Sabun
Zat-zat yang terdapat dalam deterjen belum mencukupi untuk
membersihkan pakaian yang kotor. Untuk membersihkan kotoran
secara optimal yang terdapat pada pakaian, maka pengusaha
laundry menambahkan bahan luar seperti sabun melalui pencucian
yang dilakukan sebelum pencucian pada mesin cuci.
Sabun adalah salah satu unsur penting dalam proses pencucian
pakaian. Penggunaan sabun disesuaikan dengan keadaan pakaian
yang akan dicuci. Beberapa jenis sabun digunakan untuk
membersihkan pakaian yang kotor yang sulit dijangkau oleh mesin
cuci. Jumlah sabun yang digunakan juga tergantung dari banyak
atau sedikitnya pakaian yang kotor. Jenis sabun yang digunakan
pada laundry yang terdapat di Kecamatan Syiah Kuala adalah jenis
sabun krim dan batangan.
4.3.4 Pemakaian Plastik
Pemakaian plastik pada usaha laundry dimaksudkan untuk
pakaian yang sudah diproduksi atau yang sudah dilakukan
pencucian dengan bersih dikemas ke dalam plastik. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi pakaian agar tidak terkontraminasi
kotor kembali. Untuk mengetahui jumlah pemakaian plastik yang
sering digunakan oleh pengusaha laundry di Kecamatan Syiah
Kuala, dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah berikut:
80
Table 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah
Pemakaian Plastik Pada Pakaian Laundry Di Kecamatan
Syiah Kuala
Sumber: Pengolahan Data Primer, Tahun 2019
Dari Table 4.9, dapat disimpulkan bahwa pengusaha laundry
yang menggunakan plastik antara 0,11 – 0,49 kg sebanyak 7 orang
atau 58%, 0,5-1 kg sebanyak 5 orang atau 42%. Pemakaian plastik
ini tergantung dari jumlah banyak sedikitnya pakaian yang akan
dikemas. Semakin banyak pakaian maka semakin banyak juga
plastik yang digunakan untuk pengemasan pakaian laundry, begitu
pula sebaliknya. Sedikit pakaian yang akan dikemas maka sedikit
pula pemakaian plastik.
4.3.5 Penggunaan Tenaga Kerja
Kegiatan usaha laundry membutuhkan tenaga lebih dalam
memproduksi pakaian konsumen agar terlihat lebih bersih. Tenaga
kerja merupakan salah satu input yang harus dikeluarkan pada saat
proses kegiatan produksi pakaian konsumen yang bersih.
Penggunaan tenaga kerja ini terbagi menjadi dua yakni tenaga kerja
dalam proses pencucian dan tenaga kerja dalam proses
No Jumlah
plastik (kg)
Banyaknya
(orang)
Persentase
(%)
1. 0,11 – 0,49 7 58
2. 0,5 - 1 5 42
Jumlah 12 100
81
penyetrikaan. Untuk mengetahui upah tenaga kerja, dapat dilihat
pada tabel 4.10 berikut:
Table 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata
Penggunaan Tenaga Kerja Pada Laundry Di Kecamatan Syiah
Kuala
Kegiatan
Tenaga
Kerja
(Orang)
Biaya Upah / kg
Pencucian 1 1000
Penyetrikaan 1 1000
Jumlah 2 2000
Sumber: Pengolahan Data Primer, Tahun 2019
Dari Tabel 4.10, dapat dilihat bahwa rata-rata upah pencuci
pakaian laundry sebesar Rp.1000,00 per kg dan rata-rata
penyetrikaannya sebesar Rp. 1000,00 per kg. Setiap usaha laundry
yang ada di Kecamatan Syiah Kuala diupah per kg.
4.3.6 Biaya Tetap Usaha Laundry
Penggunaan alat-alat usaha laundry dalam proses produksi
dimaksudkan untuk memudahkan pengusaha laundry dalam
melakukan usaha laundrynya. Adapun alat-alat yang digunakan
dalam usaha laundry adalah mesin cuci, setrika, mesin pompa air.
Biaya yang dikeluarkan untuk alat-alat yang digunakan
berdasarkan nilai penyusutan peralatan yang digunakan tiap tahun.
Biaya penyusutan adalah selisih antara harga beli dan harga jual
saat dibagi dengan lama penggunaan alat tersebut. Adapun biaya
82
tetap yang digunakan dalam kegiatan produksi usaha laundry
adalah sebagai berikut:
Table 4.11 Rata-Rata Rekapitulasi Biaya Tetap Usaha
Laundry Di Kecamatan Syiah Kuala
No Jenis biaya
tetap
Jumlah
biaya tetap Rata-rata
1. Mesin Cuci 770.833 64.236
2. Setrika 67.500 5.625
3. Mesin Pompa
Air
114.930 9.577
4. Sewa Tempat
Usaha
159.500.000 14.500.000
Jumlah 160.453.263 3.644.860
Sumber: Pengolahan Data Primer, Tahun 2019
Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa selama proses produksi
usaha laundry, rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan pengusaha
laundry adalah sebesar Rp3.644.860,-. Rata-rata biaya terkecil yang
dikeluarkan oleh pengusaha laundry adalah biaya setrika sebesar
Rp5.625,- dan rata-rata biaya terbesar yang dikeluarkan adalah
biaya sewa tempat usaha sebesar Rp14.500.000,- Jumlah tersebut
merupakan rekapitulasi dari jumlah biaya sewa tempat usaha
ditambah dengan peralatan yang digunakan selama proses
produksi.
83
4.3.7 Biaya Tidak Tetap (Variabel)
Biaya variable merupakan biaya yang dapat berubah mengikuti
besar kecilnya produksi atau biaya yang habis terpakai dalam sekali
produksi. Biaya sarana produksi yang dikeluarkan secara rutin oleh
pengusaha laundry yang terdiri biaya pewangi, deterjen, sabun, dan
plastik.besarnya biaya sarana produksi yang dikeluarkan oleh
pengusaha laundry dapat dilihat pada tabel 4.12.
Table 4.12 Rata-Rata Rekapitulasi Biaya Tidak Tetap Usaha
Laundry Di Kecamatan Syiah Kuala
No Jenis biaya
tidak tetap
Jumlah
biaya tidak
tetap
Rata-rata
1. Pewangi 191.180 15.931,7
2. Deterjen 88.520 7.376,67
3. Sabun 25.000 2.083,33
4. Plastik 180.300 15.025
5. Listrik 150.500 12.541,66
6. PDAM 15.000 5.000
7. Tenaga Kerja 1.196.000 99.667
Jumlah 1.846.500 39.897,33
Sumber: Pengolahan Data Primer, Tahun 2019
84
Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa selama proses produksi,
pengusaha laundry mengeluarkan biaya pewangi rata-rata sebanyak
Rp15.931,7, rata-rata biaya deterjen sebanyak Rp7.376,67, rata-rata
biaya sabun sebanyak Rp2.083,33, rata-rata biaya plastik sebanyak
Rp15.025, rata-rata biaya listrik sebanyak Rp12.541,66, rata-rata
biaya PDAM sebanyak Rp5.000,- dan rata-rata biaya tenaga kerja
sebanyak Rp99.667,-. Jumlah tersebut diperoleh dari perhitungan
jumlah biaya keseluruhan pewangi, deterjen, sabun, plastik, listrik,
PDAM dan tenaga kerja yang digunakan.
4.3.8 Hasil Produksi Usaha Laundry
Produksi usaha laundry yang dihasilkan pada satu hari oleh
setiap usaha laundry bervariasi, hal ini disebabkan oleh adanya
berbagai macam perbedaan banyak atau sedikitnya pakaian
konsumen. Rata-rata hasil produksi usaha laundry dari 12
responden di Kecamatan Syiah Kuala adalah sebanyak 50 kg.
Berikut distribusi responden menurut jumlah produksi usaha
laundry yang dihasilkan responden di tahun 2019.
85
Table 4.13 Rata-Rata Rekapitulasi Hasil Produksi Usaha
Laundry Di Kecamatan Syiah Kuala
No Banyaknya
produksi (kg)
Banyaknya
orang
Persentase
(%)
1. 10 - 50 9 75
2. 51 - 100 3 25
Jumlah 12 100
Sumber: Pengolahan Data Primer, Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.13, menunjukkan bahwa produksi usaha
laundry dalam sehari di lihat lihat dari 2 responden terdapat 9 orang
atau 75% yang memproduksi 10-50 kg, sebanyak 3 orang atau 25%
responden memproduksi 51-100 kg. Jumlah tersebut disebabkan
oleh adanya berbagai macam perbedaan banyak atau sedikitnya
pakaian konsumen.
4.4 Analisis Pendapatan
Mengetahui besarnya pendapatan yang didapatkan oleh
pengusaha laundry yang dikelolanya perlu dilakukan analisis
pendapatan. Analisis pendapatan yang dihitung berdasarkan
besarnya penerimaan dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut, maka besarnya pendapatan
rata-rata pengusaha laundry dalam sehari di Kecamatan Syiah
Kuala dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut.
86
Table 4.14 Rata-Rata Pendapatan Pengusaha Laundry Di
Kecamatan Syiah Kuala
No. Uraian Rata-rata
1.
Produksi usaha
laundry
Harga jual
50
6.000
Jumlah
penerimaan (Rp) Rp. 299.000
2.
Biaya produksi
- Biaya tetap
- Biaya variabel
Rp. 79.438
Rp. 153.875
Jumlah biaya (Rp) Rp. 233.313
3. Pendapatan (Rp) Rp. 65.687
Sumber: Pengolahan Data Primer, Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.14 menunjukkan bahwa rata-rata
produksi usaha laundry dari 12 responden adalah sebanyak 50 kg
dengan harga jual Rp6.000,-. Jadi nilai produksinya sebesar
Rp299.000,- dikurangi biaya produksinya sebesar Rp233.313,-.
Sehingga mampu menghasilkan rata-rata pendapatan bersih usaha
laundry dalam sehari adalah sebesar Rp65.687,-.
4.5 Analisis Ratio R/C
Analisis ratio R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio.
Atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan
87
biaya. Penggunaan R/C ratio ini diketahui bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana hasil yang deperoleh dari usaha yang
menguntungkan pada periode tertentu. Sebuah usaha akan
dikatakan layak dijalankan jika nilai R/C yang diperoleh tersebut
dinyatakan lebih besar dari 1. Hal tersebut dapat terjadi sebab, jika
nilai R/C semakin tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam suatu usaha bisa menjadi lebih tinggi. Secara matematik, hal
ini dapat di tuliskan sebagai berikut.
a = R/C (4.1)
Keterangan:
R = Penerimaan
C = Biaya
Untuk mengetahui keuntungan pengusaha laundry dapat
dihitungkan dengan rumus sebagai berikut:
a = R/C
a =
a = 1,2
Berdasarkan data diatas, nilai ratio sebesar 1,2 atau lebih besar
dari 1 yang berarti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh
pengusaha laundry dapat menghasilkan pendapatan sebasar 1,2
rupiah. Hal ini berarti bahwa setiap usaha laundry di Kecamatan
Syiah Kuala layak untuk dikembangkan dan memberikan
keuntungan untuk para pengusaha laundry, ini dikarenakan R/C>1.
Dengan demikian tingkat pendapatan bersih rata-rata pengusaha
88
laundry di Kecamatan Syiah Kuala dalam sehari sebesar
Rp65.687,-.
4.7 Proses Pencucian Laundry
Usaha laundry di Kecamatan Syiah Kuala memiliki persamaan
pada setiap proses pencuciannya. Dalam melakukan proses
pencucian mengikuti prinsip thaharah menjadi landasan utama
yakni mencuci menggunakan air muthlaq, yakni air yang berasal
dari tanah atau mata air seperti sumur, kemudian dikumpulkan
minimal dua qullah atau setara dengan 234,375 liter air, sebagai
standar yang diberikan nabi dalam hal mencuci, standar ini menjadi
rujukan disebabkan dengan air dua qullah ini maka air tersebut
tidak akan dipengaruhi oleh kotoran ataupun najis, kecuali air yang
berukuran dua qullah tadi berubah bau, warna dan rasa.
Laundry berlebel syari’ah ataupun tidak, jika pemilik laundry
memiliki pengetahuan secara benar bagaimana membersihkan
najis, seharusnya menjalankan aturan-aturan agar pelanggan tidak
dirugikan pada saat digunakan untuk menjalankan ibadah shalat.
Dari 12 responden yang diteliti penulis akan menjelaskan beberapa
wawancara mengenai proses pencucian laundry.
Pertama, wawancara dengan pemilik laundry Thaharah
Laundry. Beliau menjelaskan bahwa bila hanya sekedar mencuci
baju dikenai biaya Rp3.000,- per kg. Namun apabila disertai
dengan setrika dikenai biaya tambahan sebesar Rp3.000,-. Untuk
mensucikan bajuselain dibersihkan dengan air, diperlukan juga
89
sabun untuk membantu membersihkan noda atau najis yang
melekat padanya.
Tahap pertama dalam proses pencucian laundry ini adalah
menimbang terlebih dahulu sebelum dipilah-pilah bajunya dan
akhirnyadimasukan kedalam mesin cuci, pelanggan juga terlebih
dahulu ditanyai ingin cuci kering, cuci basah, tambah pewangi atau
cuci setrika. Setelah dipilah–pilah, kemudian baju dimasukkan ke
dalam mesin cuci.
Ada tiga tahap proses pencucian ketika baju di dalam mesin
cuci. Pertama tahap pengairan yang dilakukan di dalam mesin cuci.
Kedua, proses pemberian sabun atau deterjen. Terakhir yaitu
pemberian pewangi. Untuk pakaian putih danyang digunakan untuk
sembayang masih ada proses finising yaitu jika diperlukan baju pun
disikat agar noda hilang, dan disiram dengan air yang mengalir.
Setelah itu semua baju dijemur. Setelah kering baju langsung
dilipat atau disetrika sesuia permintaan konsumen dan dimasukan
ke dalam plastik.
Wawancara kedua peneliti melakukan penelitian di laundry
Rafa Clean. Proses pencucian laundry pada Rafa Clean yaitu
menimbang terlebih dahulu pakaain yang selanjutnya di masukan
kedalam mesin cuci, lalu pembasuhan awal, pemberian sabun,
pembasuhan kedua hingga diakhiri dengan pemberian pewangi
dilakukan didalam mesin cuci.Setelah selesai proses pencucian
pakaian dijemur dan disetrika sesuai pesanan. Setelah itu
dimasukan kedalam plastik.
90
Wawancara ketiga peneliti melakukan penelitian di Royal
Laundry. Pada awal proses pencucian diawali dengan menimbang
terlebih dahulu pakaian, yang selanjutnya direndam kedalam
sebuah ember besar. Kemudian pakaian dimasukan kedalam mesin
cuci, mulai pembasuhan awal, pemberian sabun, pembasuhan
kedua hingga diakhiri dengan pemberian pewangi dilakukan di
dalam mesin cuci. Apabila baju yang putih danyang terbuat dari
bahan yang mudah luntur seperti kain batik atau jarit dll, bilamana
ada pakaian yang terdapat noda atau terkena luntur pakaian yang
pakaian dikucek di luar mesin cuci. Setelah selesai, proses
selanjutnya ialah menjemur pakaian dan kemudian disetrika sesuai
pesanan kemudian dimasukkan kedalam plastik.
Wawancara keempat peneliti melakukan penelitian di Bilqis
Laundry (Syar’i). Adapun proses pencucian laundrydisini tidak
jauh berbeda dengan proses pencucian laundrydi tempat lain yaitu
menimbang terlebih dahulupakaian yang selanjutnya direndam
terlebih dahulu dengan ember, setelah 30 menit baru baju diangkat
dari ember dan dimasukkan ke dalam mesin cuci, mulai
pembasuhan awal, pemberian sabun, pembasuhan kedua hingga
diakhiri dengan pemberian pewangi dilakukan di dalam mesin cuci.
Setelah selesai proses pencucian, pakaian dijemur dan disetrika
sesuai pesanan. Setelahnya pakaian dimasukan kedalam plastik.
4.7 Hasil Pembahasan
Berdasarkan latar belakang penelitian dimana peneliti ingin
mengetahui besarnya pendapatan rata-rata usaha laundry di
91
Kecamatan Syiah Kuala dan apakah laundry syariah yang terdapat
di Kecamatan Syiah Kuala menguntungkan pengusaha laundry.
Setelah peneliti melakukan penelitian di daerah tersebut hasil
penelitian menunjukkan bahwa laundry syariah menguntungkan
bagi pengusaha laundry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata pendapatan pengusaha laundry sebesar Rp65.687,-.
4.7.1 Besar Rata-Rata Pendapatan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 12 responden diperoleh
produksi laundry dalam sehari berkisar 598 kg dengan rata-rata
sebanyak 50 kg per responden dengan harga penjualan Rp6.000,-.
Penerimaan yang diperoleh oleh 12 responden adalah sebesar
Rp3.588.000,- dengan rata-rata Rp299.000,- per responden.
Sedangkan pendapatan yang diperoleh oleh 12 responden sebesar
Rp788.241,- dengan rata-rata Rp65.687,- per responden.
4.7.2 Keuntungan
Dari hasil penelitian dapat dikatakan pendapatan pengusaha
laundry di Kecamatan Syiah Kuala menguntungkan. Hal itu
ditunjukkan dengan nilai hasil analisis R/C > 1. Analisis Ratio yang
didapat adalah sebesas 1,2 hal ini berarti ratio 1,2 lebih besar dari
1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan
oleh pengusaha laundry dapat menghasilkan pendapatan sebasar
1,2 rupiah. Sehingga dapat disimpulkan usaha laundry di
Kecamatan Syiah Kuala layak untuk dikembangkan dan
memberikan keuntungan untuk para pengusaha laundry, ini
dikarenakan R/C > 1. Dengan demikian tingkat pendapatan bersih
92
rata-rata pengusaha laundry di Kecamatan Syiah Kuala dalam
sehari sebesar Rp65.687,-.
4.3.7 Jasa Berdasarkan Prinsip Syariah
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 responden diperoleh
bahwa laundry yang terdapat di Kecamatan Syiah Kuala sudah
berdasarkan prinsip syariah. Hal ini dapat dilihat dari proses
pencucian yang dilakukan, mencuci menggunakan air muthlaq,
yakni air yang berasal dari tanah atau mata air seperti sumur,
kemudian dikumpulkan minimal dua qullah atau setara dengan
234,375 liter air.
93
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil di Kecamatan Syiah Kuala mengenai
analisis pendapatan usaha jasa laundry di Kecamatan Syiah Kuala
(kajian perspektif ekonomi islam) maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Usaha jasa laundry di Kecamatan Syiah Kuala dapat
meningkatkan pendapatan pengusaha laundry secara
signifikan. Adapun jumlah pendapatan pengusaha laundry
adalah sebesar Rp65.687,- per hari.
2. Berdasarkan usaha jasa laundry yang ditinjau dari R/C ratio
di Kecamatan Syiah Kuala dapat disimpulkan
menguntungkan bagi pengusaha laundry. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil perbandingan diantara penerimaan
biaya ratio (R/Cratio) sebesar 1,2 yang berarti satu rupiah
yang dikeluarkan oleh pengusaha laundry dapat
menghasilkan pendapatan sebasar 1,2 rupiah.
3. Usaha laundry yang terdapat di Kecamatan Syiah Kuala
sudah berdasarkan prinsip syriah. Hal ini dapat dilihat dari
proses pencucian yang dilakukan oleh usaha laundry
tersebut. Mencuci menggunakan air muthlaq, yakni air yang
berasal dari tanah atau mata air seperti sumur, kemudian
dikumpulkan minimal dua qullah atau setara dengan
234,375 liter air.
94
5.2 Saran
Setelah dikemukakan beberapa kesimpulan tentang hasil
analisis, maka selanjutnya dapat dikemukakan saran. Kepada para
pengusaha laundry dan pengguna mesin cuci agar lebih cermat dan
teliti dalam mencuci pakaian. Guna lebih memastikan pakaian yang
dicuci, maka dalam proses pembilasan akhir sebelum pengeringan,
agar diupayakan ada guyuran air yang mengaliri semua cucian baik
melalui kran, selang air (toler), gayung dan sebagainya.
Hal demikian agar mempermudah pemilik laundry untuk
menjaga kesucian pakaian satu dengan yang lain. Dan dalam
pemberian pewangi hendaknya diteliti terlebih dahulu, apakah
pewangi tersebut mengandung alkohol atau tidak. Sehingga tidak
merugikaan pelanggan.
95
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. S. (2014). Thaharah: Makna Zawahir dan Bawathin
Dalam Bersuci. Jurnal Ilmu Syariah. 2(1). 58-59
Amalia, E. (2011). Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam Dalam
Mewujudkan Keadilan Distributif Bagi Penguatan Usaha
Kecil Mikro Di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah.
3(1). 65-92.
Amalia, L. N. (2008). Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap
Penerapan Akad Ijarah Pada Bisnis Jasa Laundry. Jurnal
Ekonomi dan Hukum Islam. 5 (2): 166-189.
Arifini, N., K. (2013). Analisis Pendapatan Pengrajin Perak Di
Desa Kamasan Kabupaten Klungkung. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. 2(6). 294-305.
Baridwan, Zaki. (2010) Intermediate Accounting. Yogyakarta:
BPFE
Butarbutar, G., R. (2017) Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Usaha Industri Makanan Khas
Di Kota Tebing Tinggi. Jurnal Ekonomi. 4(2). 623-624
Fandy, T. (2011). Pemasaran Jasa. Malang: Bayu Media.
Hadiyanto, H. (2016) Analisis Permasalahan-Permasalahan Usaha
Kecil Dan Menengah Sektor Jasa Di Kota Bengkulu.
Jurnal Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan. 6(3):
60-71.
Handoko, H., B. (2013) Sukses Wira Usaha Laundry di Rumah.
Jakarta: Gramedia.
https://islam.nu.or.id/post/read/101869/cara-menyucikan-pakaian-
najis-lewat-mesin-cuci diakses pada tanggal 14 September
2020
96
Lahuri, S. B. (2012) Teori Uncertainty (Ketidakpastian) Dalam
Keuangan Islam. Jurnal Ekonomi Islam. 1(1). 31-48.
Lokmansyah, E. L., Hariani, R. (2016) Kajian Usaha Laundry di
Dusun Pogung Kidul Desa Siduandi Kecamatan Mlati.
Jurnal Bumi Indonesia. 5(1). 58-72
Lubis, P., Rosyid R., Dan Rustiarso. (2015) Analisis SWOT
Keberhasilan Usaha Kampus Laundry Mahasiswa
Penerima PMW Untan Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran. 4(9). 1-12
Martani, D., Dkk. (2012) Akutansi Keuangan Menengah Berbasis
PSAK. Jakarta: Salema Empat
Philip, K.,Gary A. (2013) Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi ke-12.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Qolbina, F. (2017) Dampak Kegiatan Pertambangan Pasir
Terhadap Pendapatan Keluarga Pemilik Tambang di Desa
Petapahan Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Jurnal
Ekonomi. 4(1). 1266-1280.
Rosiana, L., Arifin, Z., Sunarti. (2017) Implementasi Etika Bisnis
Islam Guna Membangun Bisnis Yang Islami (Studi Pada
Waroeng Steak and Shake Cabang Malang). Jurnal
Administrasi Bisnis. 53(1). 196-201.
Rozalinda. (2014) Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya Pada
Aktivitas Ekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Rifa’I, Moh. (1978) Ilmu Fiqh Islam Lengkap. Semarang: Karya
Toha Putra.
Rudianto. (2012) Pengantar Akutansi Konsep & Tekhnik
Penyusunan Keuangan. Jakarta: Erlangga
Santoso, S. (2016) Sejarah Ekonomi Islam Masa Kontemporer.
Jurnal Ekonomi Syariah. 3(1). 59-86.
97
Sugiyono. (2011) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendra, D. (2017) Fikih (Fiqh) Air Dan Tanah Dalam Taharah
(Thaharah) Menurut Perspektif Ilmu Kimia. Jurnal Ilmu
Kimia. 10(1). 172-174
Tompodung, O. (2014) Analisis Net Profit Margin Pada Usaha
Laundry di Kota Manado. Jurnal EMBA. 2(2).
Wigayati, S. (2011) Perilaku Konsumen Dalam Perspektif
Ekonomi Islam. Jurnal Malia. 1(1). 22-39.
98
LAMPIRAN 1
TABEL JUMLAH PENDUDUK DI KEC. SYIAH KUALA
NO NAMA
DESA
JUMLAH
LAKI-
LAKI
JUMLAH
PEREMPUAN
KEPALA
KELUARGA
TOTAL
PENDUDUK
DESA
1
Ie Masen
Kayee
Adang
2237 2178 1097 4415
2 Pineung
2228 2161 1023 4389
3 Lamgugob
2290 2113 1388 4403
4 Kopelma
Darussalam 2149 2579 1752 4728
5 Rukoh
2704 2479 1591 5183
6 Jeulingke
3448 3119 1583 6567
7 Tibang
811 704 460 1515
8 Deah Raya
551 472 239 1023
9 Alue Naga
896 732 477 1628
10 Peurada
1652 1690 832 3342
TOTAL 18966 18227 10442 37193
99
LAMPIRAN 2
TABEL JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT USIA
DI KEC. SYIAH KUALA
NO KELOMPOK
UMUR
LAKI-
LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0-4 tahun 1570 1562 3132
2 5-9 tahun 1066 1000 2066
3 10-14 tahun 924 828 1752
4 15-19 tahun 2118 2382 4500
5 20-24 tahun 4553 4850 9403
6 25-29 tahun 2290 1818 4108
7 30-34 tahun 1506 1253 2759
8 35-39 tahun 1103 999 2102
9 40-44 tahun 924 857 1781
10 45-49 tahun 801 780 1581
11 50-54 tahun 635 652 1287
12 55-59 tahun 611 568 1179
13 60-64 tahun 420 325 745
14 65-69 tahun 235 148 383
15 70-74 tahun 117 85 202
16 75 + tahun 93 120 213
TOTAL 18966 18227 37193
RATA RATA 1185.375 1139.1875 2324.5625
100
LAMPIRAN 3
TABEL BIODATA RESPONDEN USAHA LAUNDRY DI
KECAMATAN SYIAH KUALA
No Nama
Responden Umur JK
Penga
laman
Pendi
dikan
Pekerjaan Status
Tempat
Usaha
Luas
Tempat
Usaha
Nama Usaha Utama Sampingan
1 Rosmah 44 P 5 S1 Tidak Ya Sewa 1 ruko
Alesha
Laundry
2 Cut Imelda 38 P 6 DIII Ya Tidak Sewa 1 ruko Rafa Clean
3 Suryati 47 P 6 SMA Ya Tidak Sewa 1 ruko Balondry
4
Rahmat
Hidayat 42 L 7 S1 Tidak Ya Sewa 1 ruko
Cendana
Laundry
5 Samsidar 45 P 6 S1 Tidak Ya Sewa 1 ruko
Thaharah
Laundry
6 Nur Baiti 42 P 5 S1 Ya Tidak Sewa 1 ruko Aluna Jaya
7 Marliani 40 P 8 S1 Ya Tidak Sewa 1 ruko
ZZT
Laundry
8
Muhammad
Rizki 35 L 3 S1 Ya Tidak Sewa 1 ruko
Royal
Laundry
9 Rauna 50 P 9 S1 Tidak Ya
Milik
Sendiri 1 ruko Super Wash
10 Ramadhan 41 L 7 S1 Tidak Ya Sewa 1 ruko
Alifa
Laundry
11 Ratna Dewi 37 P 5 SMA Ya Tidak Sewa 1 ruko
Bilqis
Laundry
(Syari)
12 Safariah 53 P 8 S1 Tidak Ya Sewa 1 ruko
Bahagia
Laundry
TOTAL 514 75
Rata-rata 42.83 6.25
101
LAMPIRAN 4
TABEL BIAYA TIDAK TETAP (VARIABEL) USAHA
LAUNDRY DI KECAMATAN SYIAH KUALA
NO NAMA
Pewangi Deterjen
Jumlah Harga Nilai Jumlah Harga Nilai
(L) (Rp/Liter) (Rp) (kg) (Rp/kg) (Rp)
1 Rosmah 0,25 34000 8500 0,25 26000 6500
2 Cut Imelda 0,28 50000 14000 0,32 16000 5120
3 Suryati 0,13 36000 4680 0,15 20000 3000
4
Rahmat
Hidayat 0,7 50000 35000 0,6 20000 12000
5 Samsidar 0,5 54000 27000 0,5 25000 12500
6 Nur Baiti 0,5 40000 20000 0,6 19000 11400
7 Marliani 0,25 50000 12000 0,30 15000 4500
8
Muhammad
Rizki 0,11 40000 4400 0,15 20000 3000
9 Rauna 0,5 30000 15000 0,5 27000 13000
10 Ramadhan 0,14 40000 5600 0,15 25000 3750
11 Ratna Dewi 0,5 50000 35000 0,5 20000 10000
12 Safariah 0,25 40000 10000 0,25 15000 3750
TOTAL 0 514000 191180 0 248000 88520
Rata-rata 42833.33333 15931.7 20666.6667 7376.67
102
...lanjutan
Plastik Sabun Listrik PDAM
TOTAL Jumlah
(kg)
Harga
(Rp/kg)
Nilai
(Rp)
Jumla
h
(pcs)
Nilai
(Rp)
Nilai
(Rp)
Nilai
(Rp)
0,25 43000 10750 1 1000 12000 38750
0,25 35000 8750 1 2000 10000 3000 42870
0,25 30000 7500 1 2000 10000 27180
0,6 46000 27000 3 3000 15000 92000
0,6 43000 25800 2 2000 16000 83300
0,5 40000 20000 2 4000 12000 67400
0,25 30000 7500 1 1000 11000 2000 38000
0,25 35000 8750 2 2000 9000 27150
0,5 45000 22500 2 2000 15500 68000
0,25 42000 10500 1 2000 20000 41850
0,5 45000 22500 2 2000 10000 10000 89500
0,25 35000 8750 1 2000 10000 34500
0 469000 180300 19
2500
0 150500 15000 650500
39083.3
333 15025
1.583
33
2083
.33
12541.
66667 5000
54208.3
33
103
TABEL BIAYA TIDAK TETAP (VARIABEL) USAHA
LAUNDRY DI KECAMATAN SYIAH KUALA
NO NAMA
RESPONDEN
Tenaga Kerja
Jumlah
(Orang) Jam Upah
Jumlah
Produksi Nilai (Rp)
1 Rosmah 2 8 2000
45 90,000
2 Cut Imelda 2 8 2000
40 80,000
3 Suryati 2 8 2000
38 76,000
4
Rahmat
Hidayat 2 8 2000
80 160,000
5 Samsidar 2 8 2000
70 140,000
6 Nur Baiti 2 8 2000
50 100,000
7 Marliani 2 8 2000
40 80,000
8
Muhammad
Rizki 2 8 2000
35 70,000
9 Rauna 2 8 2000
65 130,000
10 Ramadhan 2 8 2000
50 100,000
11 Ratna Dewi 2 8 2000
45 90,000
12 Safariah 2 8 2000
40 80,000
Total 24 96 24000
598 1,196,000
Rata-rata 2 8 2000
50 99,667
104
TABEL BIAYA TIDAK TETAP (VARIABEL) USAHA
LAUNDRY DI KECAMATAN SYIAH KUALA
NO NAMA RESPONDEN Sewa Tempat
Usaha
1 Rosmah 13000000
2 Cut Imelda 15000000
3 Suryati 13500000
4 Rahmat Hidayat 15000000
5 Samsidar 17000000
6 Nur Baiti 14000000
7 Marliani 13000000
8 Muhammad Rizki 12500000
9 Rauna
10 Ramadhan 20000000
11 Ratna Dewi 13500000
12 Safariah 13000000
Total 159500000
Rata-rata 14500000
105
LAMPIRAN 5
TABEL BIAYA TETAP USAHA LAUNDRY DI
KECAMATAN SYIAH KUALA
No Nama
Responden
PENYUSUTAN
Setrika
Jumlah Harga
Beli
Harga
Jual
Umur
Ekonomis
Nilai
Penyusutan
1 Rosmah 1 320000 250000 24 2916.666667
2 Cut Imelda 2 300000 150000 24 6250
3 Suryati 1 300000 150000 24 6250
4
Rahmat
Hidayat 1 400000 250000 24 6250
5 Samsidar 2 350000 250000 12 8333.333333
6 Nur Baiti 1 350000 200000 24 6250
7 Marliani 1 350000 275000 24 3125
8
Muhammad
Rizki 1 400000 350000 12 4166.666667
9 Rauna 2 350000 275000 24 3125
10 Ramadhan 1 400000 160000 36 6666.666667
11 Ratna Dewi 1 350000 250000 12 8333.333333
12 Safariah 1 300000 160000 24 5833.333333
Total 15 4170000 2720000 264 67500
Rata-rata 1.25 347500 226666.67 22 5625
106
TABEL BIAYA TETAP USAHA LAUNDRY DI
KECAMATAN SYIAH KUALA
No Nama
Responden
PENYUSUTAN
Mesin Cuci
Jumlah Harga Beli Harga Jual Umur
Ekonomis
Nilai
Penyusutan
1 Rosmah 2 3000000 2500000 12 41666.66667
2 Cut Imelda 2 2700000 1200000 24 62500
3 Suryati 2 3000000 1500000 24 62500
4
Rahmat
Hidayat 2 3500000 2000000 12 125000
5 Samsidar 3 3400000 2800000 12 50000
6 Nur Baiti 2 3300000 1900000 24 58333.33333
7 Marliani 3 3000000 2000000 24 41666.66667
8
Muhammad
Rizki 2 3500000 3200000 12 25000
9 Rauna 3 3250000 2800000 12 37500
10 Ramadhan 2 3500000 2800000 12 58333.33333
11 Ratna Dewi 2 3000000 1500000 12 125000
12 Safariah 2 3500000 1500000 24 83333.33333
Total 27 38650000 25700000 204 770833.3333
Rata-rata 2.25 3220833.33 2141666.7 17 64236.11111
107
TABEL BIAYA TETAP USAHA LAUNDRY DI
KECAMATAN SYIAH KUALA
No Nama
Responden
PENYUSUTAN
Mesin Pompa Air
Jumlah Harga Beli Harga Jual Umur
Ekonomis
Nilai
Penyusutan
1 Rosmah 1 450000 150000 48 8333.333333
2 Cut Imelda 1 450000 180000 36 7500
3 Suryati 1 500000 150000 36 9722.222222
4
Rahmat
Hidayat 1 700000 650000 12 4166.666667
5 Samsidar 1 650000 450000 12 16666.66667
6 Nur Baiti 1 650000 500000 12 12500
7 Marliani 1 475000 300000 24 7291.666667
8
Muhammad
Rizki 1 600000 450000 12 12500
9 Rauna 1 700000 500000 24 8333.333333
10 Ramadhan 1 450000 160000 24 12083.33333
11 Ratna Dewi 1 500000 300000 24 8333.333333
12 Safariah 1 450000 180000 36 7500
Total 12 6575000 3970000 300 114930.5556
Rata-rata 1 547916.667 330833.33 25 9577.546296
108
LAMPIRAN 6
TABEL PENDAPATAN USAHA LAUNDRY DI
KECAMATAN SYIAH KUALA
N
o
Nama
Responden
BIAYA
V
BIAYA
T
TOTAL
BIAYA
(TC)
HASIL
P
HARGA
J
PENERIMAAN
(TR)
PD =
TR-TC a = R/C
1 Rosmah
128,750
52,916
181,666
45
6,000
270,000
88,334 1.486244
2 Cut Imelda
122,870
76,250
199,120
40
6,000
240,000
40,880 1.2053033
3 Suryati
103,180
78,472
181,652
38
6,000
228,000
46,348 1.2551472
4 Rahmat
Hidayat
252,000
135,416
387,416
80
6,000
480,000
92,584 1.2389783
5 Samsidar
223,300
75,000
298,300
70
6,000
420,000
121,700 1.4079785
6 Nur Baiti
167,400
77,083
244,483
50
6,000
300,000
55,517 1.2270792
7 Marliani
118,000
52,083
170,083
40
6,000
240,000
69,917 1.4110758
8 Muhammad
Rizki
97,150
41,666
138,816
35
6,000
210,000
71,184 1.5127939
9 Rauna
198,000
48,958
246,958
65
6,000
390,000
143,042 1.5792159
10 Ramadhan
141,850
77,083
218,933
50
6,000
300,000
81,067 1.3702822
11 Ratna Dewi
179,500
141,666
321,166
45
6,000
270,000
(51,166) 0.8406867
12 Safariah
114,500
96,666
211,166
40
6,000
240,000
28,834 1.1365466
Total
1,846,500
953,259
2,799,759
598
72,000
3,588,000
788,241 15.671332
Rata-rata
153,875
79,438
233,313
50
6,000
299,000
65,687 1
109
LAMPIRAN 6
FOTO WAWANCARA
top related