SEROLOGI

Post on 25-Dec-2015

27 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

PPT

Transcript

Pemeriksaan Serologi

RUSDIANTOP1506214008

Defenisi Serologi

OIlmu yang mempelajari cara mendeteksi suatu infeksi di dalam serum pasien.

OIlmu yang mempelajari reaksi antigen dan antibodi secara invitro.

O Uji serologi didasarkan atas ikatan spesifik antara antigen (Ag) dan antibodi (Ab)

O Ag yang telah diketahui akan bereaksi / berikatan dengan Ab yang belum diketahui di dalam serum

O Sebaliknya Ab yang telah diketahui dapat digunakan untuk mendeteksi Ag dalam serum pasien

Interaksi antigen dan antibody

Interaksi primer:O Pengikatan Ag-Ab tingkat molekulerO Memerlukan indikator/labelO Sesuai utk pengukuran Ag/Ab dgn

kadar yg rendah

Interaksi sekunder:O Reaksi Ag-Ab bisa secara langsung atau

dgn bantuan komplemenO Prinsip dasar : reaksi presipitasi/

aglutinasi

Jenis-jenis Pemeriksaan Serologi

O Ada 2 yaitu: 1. Pemeriksaan tak berlabel

a. Uji presipitasib. Uji aglutinasic. Uji fikasi komplemend. Uji netralisasi toksin

2. Pemeriksaan berlabela. Radioimunoasaib. Imuniasai enzimc. Imunoasai fluoresen

Pemeriksaan Tak berlabel

Uji pretipitasiO reaksi presipitasi adalah reaksi antara antigen

(larut) dengan antibodi (pasti larut), menghasilkan suatu agregat yang terlihat dengan mata telanjang

O Pembentukkan presipitat terjadi apabila konsentrasi Ag dan Ab seimbang (zona ekivalen = ZE)

O Konsentrasi Ag berlebih → Komplek Ag-Ab yg terbentuk larut kembali disebut postzone effect

O Konsentrasi Ab berlebih → Komplek Ag-Ab yg terbentuk tetap larut disebut prozone effect

Uji aglutinasiO Uji aglutinasi adalah reaksi antara antigen yang

tidak larut dengan antibodi yang larut

O Antigen dan antibodi bereaksi membentuk suatu agregat yang dapat dilihat disebut aglutinasi

O Reaksi 2 tahap :O 1. Ab dgn salah satu antigen binding site (Fab)

bereaksi dgn AgO 2. Fab yg lainnya berikatan dgn Ag lain yg sudah

berikatan dgn Ab gumpalan (lattice)

Uji komplemenO Pertama kali dilakukan untuk mendiagnosis

penyakit sifilis oleh Wasserman, Neiser dan Bruck

O Pengujian ini didasarkan pada reaksi yang terdiri atas dua tahap

1. Pengikatan sejumlah komplemen oleh kompleks antigen-antibodi

2. Penghancuran eritrosit yang telah dilapisi hemolisin (sebagai indikator) oleh komplemen yang tersisa.

Uji Netralisasi O Di dalam reaksi netralisasi, efek toksik dari

eksotoksin bakterial atau viral dieliminasi oleh antibodi spesifik atau toxoid

O Prinsip dasar pengujiannya hasil pengenceran serum dicampur dengan sejumlah tertentu toksin/ suspensi kuman kemudian dibiarkan bereaksi kemudian diuji reaktivitas toksin atau viabilitas kuman.

Pemeriksaan berlabel

Radioimmunoassay (RIA)

OMerupakan teknik pemeriksaan untuk menetukan antigen atau antibodi menggunakan reagen bertanda zat radioaktif dan radioaktivitasnya diukur dengan scintillation counter

Enzyme immunoassay (EIA)

O Pada enzyme immunoassay, antigen atau antibodi diikat oleh enzim berlabel,

O Reaksi antigen dan antibodi akan menghasilkan perubahan warna sewaktu enzim tersebut bereaksi dengan substratnya.

Antibodi dilapiskan pada dasar sumuran

Bahan yg diperiksa ditambahkan → terjadi reaksi Ag-Ab

Ditambahkan anti-antibodi ( Mo anti-Ab) berlabel BIOTIN (biotinylated)

Ditambahkan streptavidin berlabel enzim

Ditambah kromogen → Warna, diukur secara kolorimetri memakai Elisa-reader

ELISA

Immunoflorence assay (IFA)

O Teknik ini merupakan kombinasi antara zat warna fluoresein dengan antibodi sehingga menimbulkan warna pendaran ketika dilihat pada mikroskop dengan sinar ultra.

O Bahan tersebut adalah fluorescein, rhodamin, phycoerythrin, europium dan lucifer yellow

Contoh kasusO Pemeriksaan demam thypoid dengan uji

widal dengan penggunaan slide.O Bahan yng digunakan:

SerumReagem widal

O Alat yang digunakanRotator/alat pengadukPipet tetes/mikropipetSlide

BahanO Reagen (Antigen Salmonella)

O Serum

Cara kerja

O 1. Persiapkan enam buah slide tes Widal dan buat lingkaran pada masing-masing slide.

O 2. Kemudian beri label lingkaran slide “H”, “O”, “A”, “B”, kontrol negatif (-) dan kontrol positif (+).

O 3. Teteskan satu tetes serum undilusi 20 ul pada empat lingkaran pertama dengan menggunakan pipet pastur steril. Satu tetes serum kontrol positif (+) dan serum kontrol negatif (-) diteteskan pada masing-masing lingkaran kelima dan keenam.

O 4. Teteskan satu tetes antigen H Salmonella enterica serotype typhi (flagellar) pada lingkaran pertama, satu tetes anigen O Salmonella enterica serotype typhi (somatik) ditambahkan pada lingkaran kedua. Satu tetes antigen A dan B Salmonella enterica serotype paratyphi ditambahkan pada masing-masing lingkaran ketiga dan keempat.

O 5. Teteskan satu tetes antigen H Salmonella enterica serotype typhi (flagellar) pada lingkaran kelima dan keenam. Maka akan didapatkan campuran serum dan antigen seperti Gambar. 1

O 6. Dengan menggunakan separate applicator stick, serum dan antigen dicampur bersama-sama secara rata dan disebarkan sampai mengisi keseluruh permukaan lingkaran.

O 7. Kemudian rotator selama satu menit. O 8. Lakukan observasi untuk melihat ada tidaknya aglutinsai

makroskopis. O 9. Jika dengan pencampuran 20 ul serum dan satu tetes antigen terjadi

aglutinasi maka titernya adalah 1:80. Kemudian dilakukan pengenceran dengan pencampuran 10 ul serum dan satu tetes antigen, jika terjadi aglutinasi maka titernya adalah 1:160.

O 10. Lakukan pengenceran sampai tidak terjadi aglutinasi lagi. Aglutinasi terakhir dipakai sebagai titer.

Sekian dan Terima Kasih

top related