Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: …ansn.bapeten.go.id/files/Manajemen_Pengendalian_kesiapsiagaan... · BAPETEN/I03, tentang pedoman rencana penanggulangan ...
Post on 18-Feb-2018
219 Views
Preview:
Transcript
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
MANAJEMEN PENGENDALIAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI FASILITAS RSGGAS *)
Slamet Suprianto, Naek nababan **)
ABSTRAK
MANAJEMEN PENGENDALIAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI FASILITAS RSGGAS. RSGGAS merupakan fasilitas nuklir dimana potensi bahaya radiasi dapat ditimbulkan. Untuk menanggulangi potensi bahaya tersebut diperlukan program pengendalian kesiapsiagaan nuklir agar dapat menyiapkan dan memelihara peralatan yang berhubungan dengan keselamatan nuklir serta untuk menyiapkan personil dengan tindakantindakan yang kongkrit guna menangani kondisi kesiapsiagaan nuklir pada daerah tindakan pencegahan segera (Precautionary Action Zone, PAZ) antara radius 0 s/d 0,4 km dan daerah rencana penanggulangan segera (Urgent Protective Action Planning Zone, UPZ) antara radius 0,4 km s/d 5 km serta daerah rencana penanggulangan jangka panjang (Long Term Protective Action Planning Zone, LPZ) antara radius 5 km s/d 50 km dari koordinat lokasi RSGGAS. Kata kunci: kesiapsiagaan nuklir, tindakan penanggulangan, pengendalian.
ABSTRACT
MANAGEMENT OPERATION OF NUCLEAR EMERGENCY PREPAREDNESS IN FACILITY OF RSGGAS. RSGGAS is the nuclear facility where radiation danger potency can be generated. To overcome the danger potency, it was needed program operation of nuclear emergency preparedness so that can be prepared and look after equipments related to nuclear safety and also to prepare personnel with concrete action utilize to handle Precautionary Action Zone, (PAZ) immediately between radius 0 to 0.4 km and Urgent Protective Action Planning Zone (UPZ) between radius 0.4 km to 5 km and also Long Term Protective Action Planning Zone (LPZ) between radius 5 km to 50 km from RSGGAS location coordinate.Keyword: nuclear emergency preparedness, protective action, operation.
*). Disajikan pada Seminar Keselamatan Nuklir, Jakarta 2 – 3 Agustus 2006 **) Staf Pusat Reaktor Serba Guna – BATAN
834
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
I. PENDAHULUAN
Kesiapsiagaan nuklir merupakan suatu usaha atau tindakan yang dilakukan
secara terpadu untuk mencegah atau memperkecil dampak radiologi yang ditimbulkan
dari pemanfaatan tenaga nuklir baik pada kondisi normal ataupun abnormal.
Kesiapsiagaan nuklir diatur oleh peraturan dan tanggung jawab pelaksanaan
fasilitas nuklir yang ada di BATAN, oleh SK Ka. BATAN No. 077 / KA/ II/2003 yaitu setiap
pusat yang memiliki fasilitas nuklir di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional membuat
dan melaksanakan program kesiapsiagaan nuklir dan penanggulangannya. Di PRSG
telah memiliki prosedurprosedur untuk mengimplementasikan kesiapsiagaan nuklir dan
secara berkala tahunan telah memprogramkan dalam bentuk latihanlatihan
kesiapsiagaan nuklir baik latihan kesiapsiagaan nuklir maupun kesiapsiagaan non nuklir.
Teknis pembuatan dan pelaksanaan program kesiapsiagaan nuklir mengacu
kepada peraturan dari badan tanaga nuklir internasional (IAEA) yang telah diadopsi oleh
Badan Pengawas Tenaga Nuklir, dengan menerbitkan SK. Ka. BAPETEN No.05P/Ka
BAPETEN/I03, tentang pedoman rencana penanggulangan Keadaan Darurat.
Kesiapsiagaan nuklir di RSGGAS bertujuan untuk menyiapkan dan memelihara
peralatan yang berhubungan dengan keselamatan nuklir serta untuk menyiapkan personil
dengan tindakantindakan yang kongkrit dan komprehensif guna menangani kondisi
kesiapsiagaan nuklir dengan menjaga serendahrendahnya tingkat radiasi dan
kontaminasi serta untuk menyelamatkan fasilitas semaksimal mungkin.
Pemahaman personil terhadap kesiapsiagaan nuklir perlu ditingkatkan dan
beberapa kendala pengendalian kesiapsiagaan di fasilitas RSGGAS masih kurangnya
pemahaman dalam menerapkan prosedurprosedur dan program pelatihan
kesiapsiagaan nuklir, hal ini masih diperlukan adanya peningkatan pada program dan
prosedur, persyaratan pelatihan serta keberadaan SDM dalam pengelolaan
kesiapsiagaan nuklir.
Metode pembuatan program dan tindakan kesiapsiagaan nuklir dilakukan dengan
melakukan kajian dasar program kesiapsiagaan nuklir, diantaranya penyebab terjadinya
kecelakaan, kondisi dan tindakan penyebab kecelakaan, klasifikasi dan karakteristik
kecelakaan radiasi, kategori program, dan termasuk pelaksanaan tingkat fasilitas (on
site), tingkat kawasan (off site) dan tingkat nasional.
II. PROGRAM DAN TINDAKAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI RSG
GAS
Program pembuatan kesiapsiagaan nuklir untuk mencapai fungsi yang benar,
835
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
dilakukan dengan 2 (dua) tinjauan yaitu:
←Kondisi normal: sebagai tindakan pemenuhan spesifikasi teknis yang telah ditentukan
dan pencegahan terjadinya kecenderungan penyimpangan spesifikasi teknis, serta
memastikan bahwa instalasi nuklir beroperasi dalam kerangka (frame) kesiapsiagaan
nuklir.
←Kondisi abnormal: sebagai usaha atau tindakan untuk mencegah membesarnya
kecelakaan, mengakhiri kecelakaan dengan mengembalikan statusnya kepada keadaan
normal.
II.1. Program Kesiapsiagaan Nuklir.
Program kesiapsiagaan nuklir di RSGGAS dilakukan dalam kondisi Normal
maupun abnormal (darurat). Lingkup kegiatan yang menjadi tanggung jawab PRSG
adalah perlakuan dan penanganan kondisi kesiapsiagaan yang terjadi di RSGGAS dan
instalasi yang masih berada dalam kawasan RSGGAS serta melakukan
penanggulangan dan menyusun program kesiapsiagaan dan rencana kesiapsiagaan
nuklir di PRSG yang mengacu kepada Katagori II. Sedangkan pananganan
kesiapsiagaan nuklir tingkat kawasan PPTN Serpong menjadi tanggung jawab Pusat
Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN)Batan dan untuk tingkat nasional dikendalikan oleh
organisasi tanggap darurat nuklir nasional.
Program kesiapsiagaan nuklir bertujuan untuk menyiapkan dan memelihara
peralatanperalatan keselamatan yang akan digunakan dalam kesiapsiagaan nuklir
sehingga siap digunakan setiap saat, menyiapkan personil serta menyiapkan tim
kesiapsiagaan untuk dapat merespon dengan cepat dan tepat dalam kondisi
kesiapsiagaan nuklir serta mengendalikan dan menangani kondisi tersebut sehingga
dapat meminimalkan efek yang terjadi pada personil RSGGAS, lingkungan sekitar serta
pada fasilitas yang ada. Program kesiapsiagaan nuklir di PRSG telah disusun dan secara
periodik selalu dilakukan uji coba dan atau latihan kesiapsiagaan nuklir dan
kesiapsiagaan non nuklir.
Pada kondisi kesiapsiagaan abnormal RSGGAS diasumsikan bahwa SPR
(Sistem Proteksi Reaktor) gagal mengantisipasi timbulnya effluen gas atau partikel
radioaktif yang terlepas ke atmosfir melalui cerobong RSGGAS. Dari penglepasan
effluen tersebut dapat dihitung dosis efektif dari jalur imersi, inhalasi, dan paparan
permukaan tanah sebagai fungsi jarak dengan menggunakan program perangkat lunak
Caldose. Selanjutnya akan ditentukan daerah kesiapsiagaan nuklir yang dibagi atas 3
(tiga) daerah kesiapsiagaan nuklir yaitu ;
836
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
1. Daerah tindakan pencegahan segera (Precautionary Action Zone, PAZ), adalah
daerah sekitar fasilitas nuklir dimana tindakan penanggulangan (shieltering atau
evakuasi) yang direncanakan segara diterapkan setelah adanya deklarasi kesiapsiagaan
nuklir secara umum sebelum lepasan benarbenar terjadi pada radius 0 s/d 0,4 km dari
koordinat lokasi RSGGAS.
2. Daerah rencana penanggulangan segera (Urgent Protective Action Planning Zone,
UPZ), adalah daerah di sekitar fasilitas nuklir dimana tindakan penanggulangan dilakukan
setelah lepasan terjadi pada radius 0,4 km s/d 5 km dari koordinat lokasi RSGGAS.
3. Daerah rencana penanggulangan jangka panjang (Longer Term Protective Action
Planning Zone, LPZ), adalah daerah paling jauh dari fasilitas nuklir namun di dalamnya
termasuk daerah PAZ dan UPZ, berada pada radius 5 km s/d 50 km dari koordinat lokasi
RSGGAS.
II.1.a. Program Kesiapsiagaan Kondisi Normal
Melakukan pembuatan dan mengimplementasikan segala prosedur yang dibuat
sesuai dengan lingkup pekerjaan masingmasing pekerja yang terkait dengan
pengoperasian reaktor, perawatan reaktor, Keselamatan reaktor. Utamanya pada
keselamatan manusia {pekerja radiasi) dan sistem fasilitas instalasi reaktor yang sesuai
dengan program jaminan mutu RSGGAS. Prosedurprosedur yang terkait pada kondisi
normal dirangkum oleh 83 buah prosedurprosedur dalam pengoperasian reaktor
RSGGAS.
II.1.b. Program Kesiapsiagaan Kondisi Abnormal
A) Merawat dan uji fungsi peralatan pendukung kesiapsiagaan nuklir yang tersedia di
RSGGAS secara kontinyu antara lain :
1. Peralatan keselamatan daerah kerja, yang terdiri dari GammaSurveymeter, Beta
Surveymeter, NeutronSurveymeter
2. Peralatan keselamatan personil, yang terdiri dari Shoes cover, Jas Lab., sarung
tangan, Masker debu, Wearpack, P3K, Protective clothing For (Baju tahan api),
peralatan pelindung pernafasan, Dosimeter (Swabaca dan permanen), dan sepatu
pengaman, sarana kesehatan seperti peralatan P3K, tandu, pil Kalium Iodida, dan
lain lain.
3. Peralatan pemadam kebakaran, yang terdiri dari pemadam api cepat, Hydrant,
APAR, Sprinkler, Booster pump, Alarm line, dan Partisi.
4. Peralatan dekontaminasi, yang terdiri dari perlengkapan dekontaminasi personil,
837
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
tangki tempat air, saluran air bertekanan, Vacuum cleaner basahkering, tutup
plastik, kantong sampah, dan kantong untuk limbah radioaktif.
5. Peralatan komunikasi, yang terdiri dari peralatan komunikasi radio jinjing, sistem
komunikasi Telkom dan sistem komunikasi BSS (Batan Security System)
6. Peralatan perlengkapan umum, Badge identifikasi anggota tim, lampu senter,
lampu darurat, batere cadangan, label peringatan radiasi, dan rambu label untuk
peralatan yang terkontaminasi, perlengkapan administrasi (meja kursi, papan tulis
dan ATK pada ruang krisis RSGGAS), plastik untuk mencegah kontaminasi
instrumen, Log book, Tool kit portable equipment, catu daya (Diesel), jam dinding,
dan Stopwatch.
7. Peralatan proteksi phisik, yaitu CCTV
8. Peralatan sampling, yang terdiri sampler udara jinjing, filter aerosol, dan flter arang
aktif.
9. Peralatan booster pump, pompa hidran, sistem fire alarm, sistem smoke detector,
sprinkler, masker, pompa hisap, bahan dekontaminasi, perlengkapan P3K dll,
secara berkala.
B) Pemeriksaan dan kalibrasi alat ukur radiasi yang portable dan terpasang, Multi
Channel Analyzer (MCA).
C) Merawat ruang krisis dan peralatan (tool kit) serta bahan khusus yang digunakan
jika terjadi keadaan darurat dengan mengacu kepada prosedur pengolahan ruang
krisis RSGGAS
D) Mengimplementasikan prosedur akses kontrol RSGGAS
E) Melakukan penyempurnaan/penambahan peralatan di Ruang Krisis untuk digunakan
jika terjadi keadaan darurat.
F) Evaluasi penerapan prosedur kerja untuk meningkatkan keselamatan kerja bagi
personil.
G) Melaksanakan latihan kesiapsigaan nuklir atau non nuklir minimal satu kali dalam
setahun.
H) Mengimplementasikan program Budaya keselamatan secara berkala ke seluruh
pekerja radiasi reaktor RSGGAS.
II.2. Tindakan Penanggulangan Kesiapsiagaan Nuklir
II.2.a. Laporan Kejadian.
1. Setiap kecelakaan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada Kepala Bidang
838
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Keselamatan (Ka. BK) dengan memberikan keterangan sebagai berikut: a)
ldentitas dan tempat pelapor berada. b) Jenis kecelakaan yang terjadi. c) Jumlah
korban. d) Keterangan lain yang dianggap perlu.
2. Selanjutnya apabila Ka. BK. menganggap kecelakaan tersebut dapat
menimbulkan kesiapsiagaan nuklir, maka Ka. BK segera melapor kepada PIN.
3. Selanjutnya apabila oleh PIN dianggap kecelakaan tersebut termasuk dalam
kondisi kesiapsiagaan nuklir, maka seluruh penanggung jawab organisasi
penanggulangan kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas RSGGAS akan diaktifkan
dan berkumpul di ruang krisis RSGGAS untuk melaksanakan langkahlangkah
penanggulangan kesiapsiagaan.
4. Kondisi kesiapsiagaan nuklir dilaporkan kepada Ka. PKTN sebagai Ketua
Penanggulangan Kedaruratan Tingkat kawasan dan Bapeten.
5. Bila kecelakaan terjadi di luar jam kerja, maka Supervisor dapat menyatakan
kesiapsiagaan nuklir dan segera melapor kepada Ka. BK dan PIN untuk
melaksanakan koordinasi seperti disebutkan di atas.
II.2.b. Tindakan Kesiapsiagaan Nuklir RSGGAS
1. Kepala PRSG selaku PIN segera mengumumkan keadaan darurat lewat pengeras
suara kepada seluruh karyawan dengan menyebutkan:
Tempat terjadinya kecelakaan.
Luas daerah yang terlibat.
Halhal lain yang dianggap perlu.
2. Tindakan yang harus diambil oleh karyawan: Menghentikan semua pekerjaan yang
dilakukan. Menghindari memasuki daerah terlarang. Segera berkumpul di tempat
yang telah dtentukan untuk evakuasi. Menunggu instruksi lebih lanjut.
3. Organisasi penganggulangan kesiapsiagaan tingkat fasilitas RSGGAS melakukan
peran aktif :
0a. Koordinasi organisasi penanggulangan kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas
Organisasi penanggulangan kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas setelah diaktifkan oleh
Koordinator Umum segera berkumpul di Ruang Krisis RSGGAS, yaitu Ruang Thompson
di Lobi gedung PRSG untuk melakukan koordinasi tentang langkahlangkah
penanggulangan kedaruratan nuklir dan melaporkan setiap tindak pelaksanaan
kesiapsiagaan nuklir di bawah koordinator Ka. BK serta di bawah tanggung jawab PIN
b. Evakuasi Selama terjadi suatu kesiapsiagaan nuklir di fasilitas RSGGAS,
839
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
maka fasilitas harus dikosongkan dari semua personil yang diumumkan
melalui pengeras suara dan disertai dengan bunyi Gong atau Alarm yang
warna suaranya (fimbre) telah disepakati bersama. Evakuasi akan
dilaksanakan di bawah koordinasi Ka. UPN. Seluruh personil sebelum
dievakuasi berkumpul di lobi gedung PRSG, selanjutnya dilakukan pencacatan
jumlah personil dan setiap personil disurvei tingkat kontaminasinya. Untuk
tamu yang kebetulan berada di gedung reaktor, pencacatan didasarkan pada
catatan yang berada pada buku tamu di ruang jaga petugas, Unit
Pengamanan Nuklir.
c. Pertolongan pertama bagi personil/korban kesiapsiagaan Dalam kondisi
kesiapsiagaan nuklir RSGGAS, seseorang atau lebih kemungkinan
dibutuhkan tenaganya untuk memasuki daerah yang berbahaya dan
terkontaminasi, untuk melakukan pertolongan kepada korban yang terjebak di
lokasi kesiapsiagaan. Mengaktifkan organisasi penanggulangan
kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas RSGGAS didampingi oleh staf Sub
bidang Pengendalian Personil didampingi oleh Petugas Proteksi Radiasi yang
bersertifikat akan memasuki daerah yang berbahaya tersebut untuk
menentukan paparan radiasi pada tempat tersebut serta menetapkan batasan
waktu untuk melakukan pertolongan.
d. Penggunaan dan pemanfaatan perlengkapan kesiapsiagaan nuklir Pakaian
pelindung dan perlengkapan proteksi lainnya seperti alat bantu pernafasan di
RSGGAS, disimpan di lemari yang terletak di ruang krisis dan ruang
pelayanan Proteksi Radiasi yang berada di lantai dasar gedung utama.
Pakaian tersebut dapat digunakan untuk melindungi diri selama kesiapsiagaan
nuklir di dalam gedung reaktor.
e. Pengendalian kontaminasi Perlu diambil tindakan untuk mengurangi
kontaminasi pada lantai ataupun permukaanpermukaan lainnya. Selanjutnya
akses akan diawasi/dikendalikan untuk daerahdaerah terkontaminasi.
Bentangan kontaminasi serta paparannya untuk personil dari sumber ini harus
diminimalkan.
f. Dekontaminasi dan P3K Staf Subbidang Pengendalian Personil bertanggung
jawab untuk mendekontaminasi seluruh personil yang terkena kontaminasi,
baik terhadap korban maupun petugas penanggulangan. Bila diperlukan
bantuan tenaga, teknisiteknisi medis kedaruratan nuklir dapat dimintakan
bantuannya.
g. Transportasi medis (kendaraan Ambulan) Staf Subbidang Pengendalian
840
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Personil akan mengantarkan korban yang terluka ke Poliklinik Batan,
Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Transportasi menggunakan kendaraan
Ambulan yang disiapkan oleh Unit Pelayanan Umum PKTN. Setiap kendaraan
Ambulan beranggotakan minimum dua orang teknisi medis yang memiliki
kemampuan mengangkut korban yang terkontaminasi.
III. STRUKTUR ORGANISASI DAN PENANGGUNGJAWAB
KESIAPSIAGAAN NUKLIR RSGGAS
III.1. Organisasi Kesiapsiagaan Nuklir RSGGAS
Untuk menanggulangi keadaan darurat di lingkungan PRSG Batan, disusun Organisasi
Penanggulangan keadaan Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Fasilitas RSGGAS, Tingkat
Kawasan Puspiptek. Struktur organisasi Penanggulangan keadaan kesiapsiagaan nuklir
diperlihatkan pada Gambar 1dan Gambar 2 (terlampir).
A. Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Fasilitas Terjadi suatu kecelakaan (keadaan darurat) di
Intalasi nuklir, dampak kecelakaan terbatas di dalam Instalasi atau disebut
kecelakaan tingkat Fasilitas (on site). Pada keadaan ini yang berperan aktif untuk
penanggulangan adalah organisasi kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas RSGGAS.
Keadaan kedaruratan ini disampaikan ke tingkat kawasan dan BAPETEN.
B. Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Kawasan Terjadi suatu kecelakaan (keadaan darurat)
di Intalasi, yang dampak kecelakaan tersebut sampai ke luar fasilitas (di luar pagar
kuning PPTN Serpong) yang disebut kecelakaan tingkat di luar fasilitas (Off Site).
Pada kondisi ini penanggulangan keadaan darurat sebagai penanggungjawab
adalah Ka. Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) yang dibantu oleh Pengusaha
Instalasi Nuklir RSGGAS dalam hal ini Ka. PRSG.
C. Kesiapsiagaan Lepas Kawasan Terjadi suatu kecelakaan (keadaan darurat) di
Intalasi, yang dampak kecelakaan sampai ke luar kawasan PPTN Serpong bahkan
sampai ke luar kawasan Puspiptek yang disebut kecelakaan tingkat Nasional. Pada
kondisi ini penanggulangan keadaan darurat sebagai penanggung jawab adalah Ka.
Badan Pengawas Teknologi Nuklir (BAPETEN). dan jika diperlukan dapat meminta
bantuan ke Badan Tenaga Nuklir Internasional (IAEA), guna mengatasi keadaan
darurat yang terjadi.
841
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
III. 2. Penanggungjawab Kesiapsiagaan Nuklir RSGGAS
A. Penguasa Instalasi Nuklir
Penanggung jawab dan pengarah kesiapsiagaan nuklir, yaitu Penguasa Instalasi
Nuklir (PIN) RSGGAS, dalam hal ini Ka. PRSG mempunyai tugas sebagai berikut:
Mengaktifkan organisasi penanggulangan kesiapsiagaan nuklir RSGGAS; Memberikan
pengarahan tindak penanggulangan; Menyatakan keadaan sudah normal;
1. Bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan penanggulangan keadaan
kesiapsiagaan nuklir;
2. Melaporkan kejadian abnormal, kecelakaan dan atau kecelakaan parah sesegera
mungkin kepada pihak berwenang (Ka. PKTN, Bapeten, dan atau Koordinator
Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Nasional).
B. Koordinator umum
Koordinasi pelaksanaan tindak penanggulangan kesiapsiagaan nuklir dipegang oleh
penanggung jawab Bidang Keselamatan (koordinator umum). Tugas koordinator umum
adalah sebagai berikut:
• Menyatakan keadaan kesiapsiagaan nuklir telah terjadi dan perlu dilaksanakan
tindakan kesiapsiagaan nuklir di lingkungan RSGGAS.
• Melaporkan kepada PIN RSGGAS (Ka. PRSG) bahwa telah terjadi kecelakaan
dan perlu dilakukan tindakan kesiapsiagaan nuklir, serta meminta pengarahan
lebih lanjut.
• Mengkoordinasikan tindakan penanggulangan kesiapsiagaan nuklir.
• Mengadakan hubungan/koordinasi dengan Tim kesiapsiagaan di lingkungan
PPTN Serpong.
C. Unit proteksi radiasi/pemantauan daerah kecelakaan
Unit proteksi radiasi/pemantauan daerah kecelakaan mempunyai tugas berikut:
1. Menentukan besar sumber radiasi/kontaminasi.
2. Mengeluarkan korban dari daerah yang mengalami kondisi abnormal
3. Menentukan area tersebarnya zat radioaktif.
4. Memantau daerah tempat terjadinya kesiapsiagaan, dengan mengukur
aktivitas, paparan dan jenis sumber radiasi/kontaminasi dan
mendokumentasikan hasilnya.
5. Memberi laporan secara kontinyu kepada Kepala Bidang Keselamatan
sebagai koordinator umum tentang kondisi daerah dimana terjadi kondisi
842
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
abnormal serta kondisi lingkungan sekitarnya sejak terjadinya kondisi
abnormal hingga kondisi dinyatakan selamat.
D. Unit pengamanan
Unit pengamanan nuklir mempunyai tugas berikut:
1. Melaksanakan evakuasi.
2. Melakukan pembersihan daerah kedaruratan nuklir dari pekerja/personil yang
tidak memiliki akses dalam menangani kesiapsiagaan
3. Memasang tandatanda bahaya untuk tempattempat yang mengandung
bahaya radiasi/kontaminasi.
4. Pengamanan gedung reaktor dan fasilitas penunjang lainnya.
E. Unit pemadam kebakaran
Unit ini mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Melaksanakan pemadaman kebakaran dengan menggunakan peralatan
yang telah ada.
2. Melakukan penaksiran akibat dari adanya kebakaran.
F. Unit bantuan medis Unit bantuan medis mempunyai tugas berikut:
1. Melaksanakan evakuasi bersama unit pengamanan.
2. Melakukan tindakan P3K terhadap korban akibat keadaan darurat.
3. Membawa korban untuk tes WBC ke fasilitas perawatan medis di kawasan
PPTN Serpong.
4. Mendampingi korban bila korban dibawa ke rumah sakit. − Melaksanakan
dekontaminasi ruangan bersama Operator reactor dan PPR. − Melakukan
evaluasi besarnya paparan radiasi interna/eksterna yang diterima korban.
G. Unit transportasi
Unit Transportasi mempunyai tugas berikut:
1. Menyiapkan kendaraan untuk evakuasi.
2. Menyiapkan Ambulan untuk membawa korban ke fasilitas perawatan.
3. Menyiapkan akomodasi yang diperlukan selama evakuasi berlangsung.
H. Supervisor dan Operator Reaktor
Supervisor dan Operator, mempunyai tugas berikut:
843
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
1. Melaporkan kondisi kesiapsiagaan nuklir kepada Koordinator Umum.
2. Memonitor kondisi reaktor dan daerah kedaruratan dari Ruang Kendali Utama
dan Ruang Kendali Darurat. − Melaporkan kondisi terkini dari daerah dan
peralatan yang dipantau. − Melaksanakan dekontaminasi bersama Unit Bantuan
Medis.
IV. PEMBAHASAN
Pada kondisi kesiapsiagaan abnormal, diperlukan informasi awal dari
keselamatan operasi reaktor (KOR) untuk mengetahui kajian terhadap jenis dan potensi
bahaya yang terdapat di instalasi nuklir, dari bahanbahan radioaktif dan bahan nuklir
yang dipergunakan serta risiko atau dampaknya terhadap pekerja dan lingkungan.
Identifikasi jenis sumber radiasi dapat berasal dari reaksi berantai di dalam kolam
reaktor, radiasi yang berasal dari fasilitas iradiasi, misalnya Hot Cell, Rabbit System,
perbaikan peralatan yang teriradiasi, dll. (sumber terbuka dan terbungkus). Potensi
Bahaya Radiasi dapat berasal dari adanya kegiatan operasi Instalasi nuklir dengan
prasyarat beroperasi suatu insatalasi nuklir harus memiliki ijin pengoperasian dari
BAPETEN, maka segala risiko dan dampak radiasi yang mungkin akan terjadi telah
dianalisis sedemikian rupa dan dijelaskan di dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK),
sehingga pembuatan rencana program dan tindak penanggulangan dari potensi bahaya
dapat ditentukan. Potensi ini secara teknis belum sepenuhnya sesuai dengan LAK yang
dibuat, karenanya perlu pengendalian kesiapsiagaan nuklir dalam halhal pemantauan
pada saat proses nuklir dan pasca iiradiasi terjadi. Potensi bahaya radiasi juga timbul
akibat terjadinya suatu kecelakan radiasi. Dalam kondisi ini diperlukan tindakan
penanggulangan untuk mengurangi penerimaan penyinaran yang lebih tinggi, agar dosis
yang diterima personil serendah mungkin dan demikian pula jika terjadi kecelakaan
radiasi yang menyebabkan tercemarnya lingkungan maka diperlukan tindakan untuk
mengembalikan kondisi lingkungan seperti semula. Dengan demikian pembuatan
rencana program dan tindak penanggulangan dari potensi bahaya dapat diperkirakan dan
dikendalikan secara teknis keselamatan radiasi.
Kesiapsiagaan nuklir di RSGGAS telah memperhatikan penyebab kecelakaan
dari faktor manusia, faktor peralatan teknis dan faktor sarana dukung kerja. Penyebab
timbulnya kecelakaan yang berkaitan dengan ketiga faktor tersebut secara umum dapat
kelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu: Kelompok fasilitas nuklir dan kelompok
pekerja radiasi (Operator). Pada kelompok fasilitas nuklir, keadaan sarana fisik atau
lingkungan instalasi yang berbahaya sehingga memungkinkan atau terdapat peluang
844
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
terjadinya suatu kecelakaan. Kondisi instalasi yang tidak aman dapat dikendalikan
dengan peralatan yang mempunyai sistem pengaman yang baik dan teruji, serta adanya
prosedur keselamatan kerja yang memadai, hal ini telah diterapkan pada linkungan
fasilitas RSGGAS dengan mengacu pada jaminan mutu RSGGAS. Kelompok Pekerja
Radiasi (Operator) dapat saja terjadi menyimpang yang dilakukan pekerja radiasi
(operator) terhadap prosedur keselamatan dan segala ketentuan keselamatan yang
dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang cara kerja peralatan, mesin, instalasi atau
sifat bahan yang digunakan, tidak memiliki keterampilan, memiliki cacat tubuh yang tidak
tampak karena usia pekerja, bekerja dalam keadaan letih dan lesu serta memiliki sikap
dan tingkah laku pekerja yang tidak sesuai ketentuan. Pendekatan program
kesiapsiagaan nuklir untuk kelompok pekerja radiasi dilakukan dengan
mengimplementasikan budaya keselamatan kepada para pekerja RSGGAS.
Uji coba dan pelatihan kesiapsiagaan nuklir dan non nuklir setiap tahun dilakukan
secara berkala, evaluasi terhadap pelatihan ini dapat dilihat dari sikap dan prilaku peserta
latihan kesiapsiagaan nuklir di RSGGAS, beberapa penilaian terhadap pelaksanaan
pelatihan kesiapsiagaan maupun penerapan prosedurprosedur yang terkait masih perlu
ditingkatkan baik dari peran aktif organisasi maupun kualitas prosedur yang sesuai
dengan kondisi terkini.
V. KESIMPULAN
Untuk pusat pengendalian kesiapsiagaan nuklir di RSGGAS telah dilengkapi
dengan Ruang Krisis RSGGAS, yaitu Ruang Thompson di Lobi Gedung PRSG dimana
Ruang ini dilengkapi dengan peralatan kesiapsiagaaan nuklir sebagai pusat
pengendalian kesiapsiagaan yang baik dan masih diperlukan peningkatan program
pengendalian latihan kesiapsiagaan nuklir.
845
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA
1. S.K. Ka. BATAN nomor 077/KA/II/2003, tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
Lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional
2. SK Ka. Bapeten No. 05P/KaBAPETEN/I03 tentang Pedoman RPKD.
3. IAEA, IAEA TECDOC953, Vienna, 2003.
4. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Pusat Penelitian Tenaga Nuklir
Serpong di Kawasan Puspiptek Serpong, Revisi 2, BATAN, PPTN Serpong, 2003
5. Program Kesiapsiagaan dan Rencana Penanggulangan Kedaruratan Nuklir RSG
GAS, No.: TRR.KK.02.05.60.2001, Rev.00.
6. Prosedur Pelaksanaan Latihan Penanggulangan Kedaruratan NonNuklir di
PRSG, No.: TRR.KH.01.02.90.00, Rev. 00.
7. Prosedur Pelaksanaan Latihan Penanggulangan Kedaruratan Nuklir di PRSG,
No.: TRR.KH.01.03.90.01, Rev. 00.
8. Prosedur Penanggulangan Kedaruratan Nuklir Tingkat Fasilitas RSGGAS, No.
Ident: TRR.BK.12.03.61.04, Rev.01
846
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
847
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
DISKUSI DAN TANYA JAWAB
Penanya: Maryakam ( Dept. Radiologi RSCM )
Pertanyaan:
a.Gunanya alat pantau harga batas operasi?
b.Sistem kerjanya bagaiman?
c.Gunanya alat bantu pemantau visual teras? Sama tidak dengan gama camera di
Kesiapsiagaan Nuklir?
Jawaban:
a.Harga batas yang ada difasilitas nuklir mempunyai 3 level harga batas:
High High Level
High level
Low level
b.Harga batas keselamatan di setting sesuai dengan daerah atau medan radiasinya.
c.Guna alat bantu camera direaktor adalah untuk mengetahui secara visual tentang
kejadian yang ada didalam teras reaktor ( under water ) dan tidak dilengkapi dengan
deselator yang dapat mendeteksi radiasi. Jadi tidak sama dengan gama camera
yang ada di RSCM.
Penanya: Ambyah S ( PETIR BATAN )
Pertanyaan:
a.Monitor radiasi terpasang, apa persyaratan alat tersebut dipasang?
b.Dimana saja alat itu dipasang?
c.Berapa lama bisa dipakai atau diperbarui?
Jawaban:
a.Syarat – syarat alat monitor radiasi yang terpasang adalah:
Respon alat tersebut harus terkalibrasi dan dapat memonitor jenis radiasi baik
radiasi alpha, beta, gamma dan neutron.
Respon alat dapat terkirim kepada ruang kendali utama, baik nilai absolut
maupun sinyal alarm.
b.Alat terpasang pada lokasi – lokasi atau level yang urgen baik di balai operasi
maupun di eksperimen hall.
c.Bekerjanya alat secara kontinue ( terus – menerus ) dan setiap berkala dilakukan
perawatan dan kalibrasinya.
848
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
849
top related