Transcript
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 1/38
Presentasi Kasus
SEORANG PEREMPUAN USIA 20 TAHUN DENGAN PENURUNAN
KESADARAN ET CAUSA CONTUSIONAL HEMORAGIK R.
FRONTOTEMPORALIS, SAH R. TEMPOROPARIETAL ILATERAL,
EDEMA CERERI, !ULNUS APERTUM R. LAIUM ORIS SINISTRA,
DAN HIPONATREMIA
O"e#$
Se"%ia An&&raeni
G''()2(0(
Pe*+i*+in&
r. Arana Tri Ariant-, M.Si, Me., S.An
KEPANITERAAN KLINIK AGIAN ILMU ANESTESI DAN TERAPI
INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEARDI
SURAKARTA
20(1
A IPENDAHULUAN
Cedera kepala atau head injury adalah trauma mekanik pada kepala yang
terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian berakibat kepada
gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang bersifat
sementara atau permanen.1
Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama di kalangan
usia produktif antara 15-44 tahun. Secara global, insiden cedera kepala meningkat
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 2/38
dengan tajam terutama karena peningkatan penggunaan kendaraan bermotor.
W! memperkirakan bah"a pada tahun #$#$ kecelakaan lalu lintas akan
menjadi penyebab penyakit dan trauma ketiga terbanyak di dunia.#
%asien dengan cedera kepala harus segera diberikan penanganan untuk
meminimalkan kemungkinan perburukan dan timbulnya kecacatan atau gejala sisa
dari cedera kepala tersebut. &ecacatan yang dihasilkan dari cedera kepala
tergantung pada tingkat keparahan cedera, lokasi cedera, usia dan status kesehatan
umum indi'idu tersebut. (eberapa kecacatan umum yang dapat terjadi pada
pasien dengan cedera kepala yaitu masalah kognisi )berpikir, memori, dan
penalaran*, pengolahan sensorik )penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa, dan
bau*, komunikasi )ekspresi dan pemahaman*, dan perilaku atau kesehatan mental
)depresi, kecemasan, perubahan kepribadian, agresi, bertindak, dan ketidaktepatan
sosial*.
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 3/38
A II
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
Ientitas
+ama +n.
/mur #$ tahun
0gama slam
0lamat Sidoharjo, Sragen, a"a 2engah2anggal masuk 31 aret #$1
2anggal pemeriksaan 31 aret #$1
+o 6 $133477
(. Ke"u#an Uta*a
%enurunan kesadaran
2. Ria3at Pen3a4it Se4aran&
%asien datang ke 89 6S9 dengan penurunan kesadaran sejak 1
jam S6S. : 1 jam S6S pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat
mengendarai sepeda motor. &ronologis kejadian tidak jelas. %osisi jatuh
tidak jelas. &emudian pasien diba"a ke 6S9 oleh penolong. Saat di
6S9 pasien muntah );* 17 berupa makanan sebanyak : < gelas
belimbing. &eluhan kejang disangkal.
5. Ria3at Pen3a4it Da#u"u6i"ayat hipertensi disangkal
6i"ayat diabetes mellitus disangkal
6i"ayat alergi disangkal
6i"ayat asma disangkal
). Ria3at Pen3a4it Ke"uar&a
6i"ayat penyakit serupa disangkal
6i"ayat hipertensi disangkal
6i"ayat stroke disangkal
6i"ayat diabetes mellitus disangkal
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 4/38
6i"ayat alergi disangkal
6i"ayat asma disangkal
6. Ria3at S-sia" E4-n-*i
%asien merupakan seorang mahasis"a. %asien berobat dengan
menggunakan fasilitas (%S.
. PEMERIKSAAN FISIK PRIMAR7 SUR!E7
Airway clear, snoring (-), gurgling (-), crowing (-)
Breathing Spontan, frekunesi napas #$7=menit, inspeksi
pengembangan dada kanan sama dengan kiri, palpasi
fremitus raba kanan sama dengan kiri, perkusi kedua
lapang paru sonor, auskultasi suara dasar 'esikuler );=;*,
suara tambahan )-=-*
Circulation 0kral dingin )-*, +adi >#7=menit reguler, tekanan darah
11#=?# mmg, suhu 3,@$C, Si!# 1$$A dengan nasal
canul # lpm
Disability GCS$ E(!2M6, pupil isokor ukuran 3 mm=3 mm, reflek
cahaya );=;*, reflek kornea );=;*, kejang )-*, *unta# 89:
Exposure Bdema )-*, fraktur )-*
C. PENATALAKSANAAN DI IGD
- %emasangan B22
- D9 +aCl $.>A #$ tpm
- %emasangan 9C
- %engambilan sampe darah untuk pemeriksaan laboratorium
- onitoring 'ital sign
D. PEMERIKSAAN FISIK SECONDAR7 SUR!E7
a. Status Genera"is
&eadaan umum s--r 4-*a 8E(!2M6:
Status giEi (erat badan 5$ kg
2inggi badan 15 cm
( #$,54 )normoweight *
b. Head to Toe examination
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 5/38
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 6/38
ematologi rutin
emoglobin 13,3 g=dl 1#,3-15,3
ematokrit 3> A 33-45Feukosit @,5 ribu/ul 4,5-14,5
2rombosit 1 ribu=ul 15$-45$
Britrosit 4,@ juta=ul 4,1$-5,1$
8olongan !
emostasis
%2 15,( detik 1$,$-15,$
0%22 #>,# detik #$,$-4$,$
+6 1,#?$
Blektrolit
+atrium darah (25 mmol=F 13-145&alium darah 3,4 mmol=F 3,3-5,1
Chlorida darah 1$5 mmol=F >>-1$
&imia &linik
89S 13> mg=dF $-14$
/reum #@ mg=dF H5$
&reatinin $,@ mg=dF $,-1,1
epatitis
bs0g 6apid +onreacti'e +onreacti'e
Pe*eri4saan F-t- T#-ra4 PA 5( Maret 20(1
Cor besar dan bentuk kesan normal%ulmo tak tampak infiltrat di kedua lapang paru, corakan bronko'askular
normal
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam
emidiafragma kanan kiri normal
2rakhea di tengah
Sistema tulang baik
2ampak terpasang B22 dengan tip terproyeksi setinggi 2h 3
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 7/38
Kesi*u"an$ cor dan pulmo tak tampak kelainan
Pe*eri4saan Cer%i<a" AP/Lat 5( Maret 20(1
0lignment baik, cur'e normal
2rabekulasi tulang normal
Superior dan inferior endplate tak tampak kelainan
Corpus, pedicle, dan spatium inter'ertebralis tampak baik
2ak tampak erosi= destruksi tulang
2ak tampak isthesis
Kesi*u"an$ tak tampak garis fraktur maupun isthesis
Pe*eri4saan MSCT rain tana K-ntras 5( Maret 20(1
2ampak lesi hiperdens kecil-kecil multiple dengan perifokal edema di
sekitarnya pada lobus frontal bilateral
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 8/38
2ampak pula lesi hiperdens mengisi sulci dan gyri pada regio temporoparietal
bilateral dan tentorium cerebeli
2ak tampak midline shifting
Sulci dan gyri di luar lesi merapat
Sistem 'entrikel dan sistema menyempit
%ons, cerebellum, dan cerebellopontine angle normal
2ak tampak kalsifikasi abnormal
2ampak lesi densitas darah mengisi sinus maksilaris bilateral dan ca'um nasi
bilateral
!rbita, sinus paranasalis, dan mastoid di luar lesi normal
Craniocerebral space tak tampak melebar
Cal'aria intak
2ak tampak osteodestruksi
Kesi*u"an$
1. C multiple lobus frontal bilateral
#. S0 regio temporoparietal bilateral dan tentorium cerebelli
3. (rain edema
4. ematosinus maksilaris bilateral dan ca'um nasi bilateral
F. ASSESSMENT
1. %enurunan &esadaran et causa Contusional emoragik 6.
Drontotemporalis
#. S0 6. temporoparietal bilateral
3. Bdema Cerebri
4. ulnus apertum 6. labium oris sinistra
5. iponatremia
G. PLAN1. %emeriksaan laboratorium darah darah rutin, elektrolit, 89S,
ureum=creatinine, %2=0%22
#. %emeriksaan 6ontgen 2hora7, Cer'ical, dan C2 scan kepala
3. %emasangan intubasi
H. TATA LAKSANA RAAT INAP
1. ondok C/
#. !# @ lpm dengan B22
3. D9 +aCl $,>A 15$$ cc=#4 jam
4. nj manitol #$$ cc bolus cepat, lanjut 1$$ cc= jam
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 9/38
5. nj nimodipine 1$ mg=#4 jam
. nj ceftriakson 1 g=1# jam
?. nj ranitidin 5$ mg=1# jam@. nj metamiEole 1 g=@ jam
>. 02S 15$$ /
1$. &oreksi hiponatremi denga +aCl 3A 3>$ mBI
I. PROGNOSIS
0d itam 9ubia
0d Dunctionam 9ubia
0d Sanam 9ubia
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 10/38
A II
TIN;AUAN PUSTAKA
A. CEDERA KEPALA
(. De=inisi
Cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala, baik
secara langsung maupun tidak langsung, yang menyebabkan gangguan
fungsi neurologis )gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial* baik
temporer maupun permanen.3
2. Pat-=isi-"-&ia. %atofisiologi umum
Fesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam
rongga kepala. Fesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi
bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak
maupun otak itu sendiri. 2erjadinya benturan pada kepala dapat
terjadi pada 3 jenis keadaan yaitua* &epala diam dibentur oleh benda yang bergerak
b* &epala yang bergerak membentur benda yang diam
c* &epala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda
yang lain dibentur oleh benda yang bergerak
%ada cedera kepala kerusakan otak dapat terjadi dalam dua
tahap yaitu cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer
merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari ruda
paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu
benda keras maupun oleh proses akselarasi-deselarasi gerakan
kepala.
9alam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristi"a
coup dan contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya
beturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi
coup. %ada yang berla"anan dengan tempat benturan akan terjadi
lesi yang disebut contrecoup. 0kselarasi-deselarasi terjadi karena
kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 11/38
trauma. %erbedaan densitas antara tulang tengkorak )substansi solid*
dan otak )substansi semisolid* menyebabkan tengkorak bergerak
lebih cepat dari muatan intrakranialnya. (ergeraknya isi dalam
tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak
pada tempat yang berla"anan dari benturan )contrecoup*.
Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat
berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari
kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan
neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial, dan
perubahan neurokimia"i.
b. %atofisiologi spesifik
Cedera kepala disebabkan oleh kerusakan langsung pada
jaringan kepala akibat trauma, gangguan perfusi cerebral dan juga
gangguan metabolisme pada otak yang dapat menyebabkan
Jischemia li!e patternK yang menyebabkan akumulasi asam laktat
akibat terjadi glikolisis anaerob, peningkatan permeabilitas
membran, dan edema. etabolisme anaerob menyebabkan
pembentukan energi yang tidak adekuat, cadangan 02% menurun,
dan kegagalan pada pompa ion pada jalur pembentukan 02% dalam
menghasilkan energi.4
2ahapan kedua dari kaskade patofisiologi ditandai dengan
depolarisasi membrane terminal bersama dengan perangsangan
produksi neurotransmiter yang berlebihan )yaitu glutamat, aspartat*,
akti'asi +-methyl-9-aspartat, L-amino-3-hidroksi-5-metil-4 M
iso7aEolpropionate. %roses ini mengarah kepada terjadinya proses
katabolik di intraseluler. Ca#; mengaktifkan peroksidase lipid,
protease, dan phospholipase yang meningkatkan konsentrasi
intraseluler asam lemak bebas dan radikal bebas. Selain itu, akti'asi
caspases )protein CB-seperti*, translocases, dan endonuklease
memulai perubahan struktural progresif membran biologis dan 9+0
nucleosomal )fragmentasi 9+0 dan menghambat perbaikan 9+0*.
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 12/38
%eristi"a ini menyebabkan membran degradasi pembuluh darah dan
struktur selular dan akhirnya nekrosis dan apoptosis. 4
%rostaglandin merupakan mediator inflamasi yang diproduksi
oleh membran lipid yang mengalami kerusakan, juga meningkat
secara signifikan dalam plasma pasien dengan cedera kepala sedang
sampai berat selama # minggu pertama setelah cedera. %asien
dengan kadar prostaglandin yang lebih tinggi memiliki hasil
signifikan lebih buruk daripada mereka memiliki kadar prostaglandin
yang sedikit. (aru-baru ini, peningkatan sel 2 reaktif terhadap
antigen mielin ditemukan pada 1$ pasien dengan cedera kepala
berat. eskipun ukuran sampel terbatas, pasien dengan peningkatan
reakti'itas 2-sel memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
pasien lain yang sel 2 nya tidak reaktif. 5
c. 0liran darah otak
%ada cedera kepala, dapat terjadi hiperperfusi atau
hipoperfusi pada pembuluh darah di otak. ipoperfusi yang terjadi
sebagai akibat dari iskemia. skemik serebral dapat menyebabkan
pasien jatuh pada keadaan 'egetatif dan kematian. skemia otak
menyebabkan stres metabolik dan gangguan ion di otak.
%ada tahap a"al dari terjadinya cedera, didapatkan keadaan
hiperperfusi pada pembuluh darah otak. ekanisme yang terjadi
pada iskemia pasca-trauma juga mengakibatkan cedera morfologi
seperti distorsi pembuluh darah sebagai akibat dari perpindahan
mekanik, hipotensi dengan adanya kegagalan autoregulasi,
terbatasnya ketersediaan nitrit oksida atau neurotransmitter
kolinergik, dan potensiasi dari prostaglandin yang diinduksi
'asokonstriksi.
iperperfusi ditandai dengan terjadinya hiperemia. &eadaan
ini berhubungan dengan terjadinya 'asoparalisis yang selanjutnya
dapat menyebabkan peningkatan aliran darah dan tekanan
intrakranial.
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 13/38
d. 9isfungsi metabolisme otak
%ada keadaan cedera kepala akibat trauma, kemampuan
metabolisme pada otak menurun. al ini berkaitan dengan disfungsi
mitokondria yang merupakan penghasil 02% sebagai akibat dari
trauma. 9isfungsi metabolisme ini juga berhubungan dengan
hiperperfusi dan hipoperfusi aliran darah otak.
e. !ksigenasi otak
Cedera otak menyebabkan ketidakseimbangan antara penyebaran oksigen dan juga konsumsi oksigen. &eadaan ini
berbahaya karena dapat menyebabkan hipoksia dan dapat berakibat
kematian.
f. Bdema dan nflamasi
&lasifikasi edema otak berkaitan dengan kerusakan struktural
dan ketidakseimbangan osmotik yang disebabkan oleh cedera primer
atau sekunder. Bdema otak 'asogenik disebabkan oleh gangguan
mekanis atau autodigesti'e atau kerusakan fungsional dari lapisan
sel endotel dari pembuluh otak. 9isintegrasi dinding endotel
pembuluh darah otak memungkinkan ion dan protein mentransfer
tidak terkendali dari intra'askular ke ekstraseluler kompartemen
)interstitial* otak dengan menyebabkan akumulasi air. Bdema
sitotoksik adalah keadaan yang ditandai dengan akumulasi cairan
dikompartemen intraseluler neuron, astrosit, dan mikroglia. %atologi
ini disebabkan oleh permeabilitas membran sel meningkat,
kegagalan pompa ion karena deplesi energi, dan reabsorpsi seluler
Eat terlarut osmotik aktif. Cedera kepala juga menyebabkan
peradangan yang mengakti'asi sitokin-sitokin pro inflamasi
sehingga terjadi inflamasi pada otak.
5. Eie*i-"-&i
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 14/38
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 15/38
- (asilar
erupakan fraktur yang terjadi pada dasar tengkorak,
disebut fraktur basis, dibagi menjadi 3, yaitu
• 0nterior
8ejala dan tanda klinis
o keluarnya cairan liIuor melalui hidung= rhinorea
o perdarahan bilateral periorbital ecchymosis=
raccoon eye
o anosmia•
edia
8ejala dan tanda klinis
o keluarnya cairan liIuor melalui telinga= otorrhea
o gangguan n. O • %osterior
8ejala dan tanda klinis
o bilateral mastoid ecchymosis= Battle s sign
b* 9epress fracture
0pabila fragmen dari fraktur masuk rongga
intrakranial minimal setebal tulang fragmen tersebut. Draktur
depresi dibagi # berdasarkan pernah tidaknya fragmen
berhubungan dengan udara luar, yaitu
- Draktur 9epresi 2ertutup
(iasanya tidak dilakukan tindakan operatif kecuali bila
fraktur tersebut menyebabkan gangguan neurologis,
misal kejang-kejang, hemiparese= plegi, penurunankesadaran. 2indakan yang dilakukan adalah mengangkat
fragmen tulang yang menyebabkan penekanan pada
jaringan otak.
- Draktur 9epresi 2erbuka
Semua fraktur depresi terbuka harus dilakukan tindakan
operatif debridemant untuk mencegah terjadinya proses
infeksi )meningoencephalitis) yaitu mengangkat fragmen
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 16/38
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 17/38
penekan gumpalan darah yang terjadi tidak berlangsung
lama. &eberhasilan pada penderita pendarahan epidural
berkaitan langsung dengan status neurologis penderita
sebelum pembedahan. 8ejala yang sangat menonjol ialah
kesadaran menurun secara progresif. %asien dengan kondisi
seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di
belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar
pada saluran hidung atau telinga. %asien seperti ini harus di
obser'asi dengan teliti. Setiap orang memiliki kumpulan
gejala yang bermacam-macam akibat dari cedera kepala.
(anyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi
cedera kepala.
2anda diagnostik klinik dari Bpidural ematom adalah?
- Fucid inter'al );*
- &esadaran makin menurun
- %ate emiparese kontralateral lesi
- %upil anisokor
- (abinsky );* kontralateral lesi- Draktur di daerah temporal
%ada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma,
bisa dijumpai hemiparese atau serangan epilepsi fokal. %ada
perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal
dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi
negatif. nilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial. 2erjadi
pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. %ada tahap
akhir, kesadaran menurun sampai koma dalam, pupil
kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya
kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang
merupakan tanda kematian. 8ejala-gejala respirasi yang
bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi
rostrocaudal batang otak.
ika Bpidural hematom di sertai dengan cedera otak
seperti memar otak, inter'al bebas tidak akan terlihat,
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 18/38
sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur. 9engan
pemeriksaan C2 Scan akan tampak area hiperdens yang
tidak selalu homogen, bentuknya bicon'e7 sampai
planocon'e7, melekat pada tabula interna dan mendesak
'entrikel ke sisi kontralateral )tanda space occupying
lesion*. (atas dengan korteks licin, densitas duramater
biasanya jelas, bila meragukan dapat diberikan injeksi
media kontras secara intra'ena sehingga tampak lebih jelas.
b* ematoma subdural @
ematoma subdural )S9* adalah perdarahan yang
terjadi di antara duramater dan arakhnoid. ematoma
subdural )S9* adalah jenis yang paling umum
dibandingkan dengan B9, ditemukan sekitar 3$A
penderita dengan cedera kepala berat. 2erjadi paling sering
akibat robeknya jembatan 'ena antara kortek cerebral dan
drainasi sinus. +amun S9 juga dapat berkaitan dengan
laserasi permukaan atau substansi otak. Draktura tengkorak
mungkin ada atau tidak. Selain itu, kerusakan otak yang
mendasari hematoma subdural akut biasanya sangat lebih
berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural.
ortalitas umumnya $A, namun mungkin diperkecil oleh
tindakan operasi yang sangat segera dan pengelolaan medis
agresif. Subdural hematom terbagi menjadi akut, subakut,
dan kronis. @,>
- ematoma Subdural 0kut
enimbulkan gejala neurologik dalam #4-4@ jam
setelah cedera. 9an berkaitan dengan cedera berat.
8angguan progresif disebabkan oleh tekanan pada
jaringan otak dan herniasi batang otak dalam foramen
magnum, yang selanjutnya menimbulkan tekanan pada
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 19/38
batang otak. &eadaan ini dengan cepat menimbulkan
berhentinya pernapasan dan hilangnya kontrol atas
denyut dan tekanan darah. %ada C2 Scan tampak
gambaran hyperdens sickle )seperti bulan sabit* dekat
tabula interna, terkadang sulit dibedakan dengan
epidural hematom. (atas medial hematom seperti
bergerigi.
8ambar #. ematoma subdural akut
- ematoma Subdural Subakut
ematoma ini menyebabkan de'isit neurologik dalam
"aktu lebih dari 4@ jam tapi kurang dari # minggu
setelah cedera. 0namnesis klinis dari penderita ini
adalah adanya trauma kepala yang menyebabkan
ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status
neurologik yang perlahan-lahan. +amun pada jangka
"aktu tertentu penderita menunjukkan tanda status
neurologik yang memburuk.
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 20/38
8ambar 3. ematoma subdural subakut
- ematoma Subdural &ronik
2imbulnya gejala tertunda beberapa minggu, bulan dan
bahkan beberapa tahun setelah cedera pertama. 2rauma
pertama merobek salah satu 'ena yang mele"ati
ruangan subdural. 2erjadinya perdarahan secara lambat
dalam ruangan subdural. %ada C2 Scan terlihat adanya
komplek perlekatan, transudasi, kalsifikasi yang
disebabkan oleh bermacam-macam perubahan, oleh
karenanya tidak ada pola tertentu. %ada C2 Scan akan
tampak area hipodens, isodens, atau sedikit hiperdens,
berbentuk bikon'eks, berbatas tegas melekat pada
tabula.
8ambar 4. ematoma subdural kronik
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 21/38
c* %erdarahan Subarakhnoid
%erdarahan subarakhnoid traumatika didapatkan
gejala kaku kuduk, nyeri kepala, dan bisa terdapat
gangguan kesadaran. %ada pemeriksaan penunjang C2 scan
didapatkan gambaran hiperdens di ruang subarakhnoid.
8ambar 5. %erdarahan subarakhnoid
3* &ontusi dan ematoma ntraserebral
&ontusi serebral murni biasanya jarang terjadi.
Selanjutnya, kontusi otak hampir selalu berkaitan dengan
hematoma subdural akut. ajoritas terbesar kontusi terjadi di
lobus frontal dan temporal, "alau dapat terjadi pada setiap
tempat termasuk serebelum dan batang otak. %erbedaan antara
kontusi dan hematoma intraserebral traumatika tidak jelas
batasannya. (agaimanapun, terdapat Eona peralihan, dan kontusi
dapat secara lambat laun menjadi hematoma intraserebral dalam
beberapa hari.
ematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi
dalam jaringan )parenkim* otak. %erdarahan terjadi akibat
adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan
pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 22/38
tersebut. Fokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan
temporalis. Fesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan
)coup* atau pada sisi lainnya )countrecoup*. 9efisit neurologi
yang didapatkan sangat ber'ariasi dan tergantung pada lokasi
dan luas perdarahan.
4* Cedera difus
9iartikan sebagai suatu keadaan patologis penderita koma
)penderita tidak sadar setelah mengalami benturan kepala* tanpa
gambaran S!F pada C2 scan atau 6. Cedara otak difus
merupakan kerusakan otak yang disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas berkecepatan tinggi sehingga terjadi mekanisme
akselerasi dan deselerasi. 0ngulasi, rotasi, dan peregangan yang
timbul menyebabkan robekan pada serabut saraf pada berbagai
tempat yang sifatnya menyeluruh )difus*. &lasifikasi cedera
difus berdasarkan gambaran patologi1$
a* 9iffuse 07onal njury )90*
0danya &erusakan akson yang menyeluruh dalam hemisfer
cerebri, korpus kalosum, batang otak, dan serebelm
)pedunkulus*.
b* 9iffuse ascular njury )9*
%erdarahan kecil-kecil yang menyebar pada seluruh
hemisfer. &eadaan ini dapat menyebabkan pasienmeninggal dalam hitungan menit. %ada 9, terjadi
kerusakan menyeluruh pada endotel mikro'askuler otak.
6. Dia&n-sisa. Ana*nesis
1* ekanisme trauma, jenis trauma )apakah tembus atau tidak*,
"aktu terjadinya trauma#* 6i"ayat kejang, penurunan kesadaran, serta mual dan muntah3*
0pakah terdapat kelemahan pada salah satu sisi tubuh3
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 23/38
b. Pe*eri4saan =isi4
1* 0(C )airway, breathing, circulation* dan 8CS sebagai
pemeriksaan a"al
#* %emeriksaan neurologis lengkap setelah pasien stabil
a* &esadaran, dengan 8CS
b* %emeriksaan ner'us craniales lebar pupil, rangsang cahaya,
pergerakan bola mata. %ada pasien koma, respons
okulosefalik dan okulo'estibular dilakukan.
c* %emeriksaan fungsi motorik, refleks fisiologis dan
patologis, fungsi batang otak.
3* %emeriksaan apakah adaa* !torea atau rinorea. !torea merupakan tanda fraktur basis
cranii media
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 24/38
b* &acoon eye ekimosis periorbita bilateral. &acoon eye dan
rinorea merupakan tanda dari fraktur basis cranii anterior c* Battle's sign ekimosis mastoid bilateral. Battle's sign
merupakan tanda fraktur basis cranii posterior.3
c. Pe*eri4saan enun>an&1* %emeriksaan radiologi C2 scan kepala tanpa kontras )pilihan*.
ika tidak ada dapat dilakukan foto polos kepala posisi 0%,
lateral, dan tangensial.#* %emeriksaan laboratorium secara lengkap3* /rinalisis 3
1. Penata"a4sanaan
a. Tata"a4sana aa" 8i IGD:
) *rimary sur+ey
Airway
a* %astikan tidak ada benda asing atau cairan yang
menghalangi jalan napas.
b* Fakukan intubasi jika diperlukan.
Breathing berikan !# dengan target saturasi N>#A
Circulation pasang jalur intra'ena dan berikan infus +aCl $,>A
atau 6F. %ertahankan tekanan darah sistolik N>$ mmg
) #econdary sur+ey dila!u!an setelah pasien stabil a* %emeriksaan laboratorium dan radiologi b* %enentuan apakah pasien harus menjalani operasi, dira"at di
ruang ra"at intensif, ruang ra"at biasa, atau ra"at jalan3
+. Tata"a4sana i ruan& raat
1* %enurunan tekanan intrakranial
a* %osisi kepala ditinggikan 3$ derajat
b* %emberian manitol #$A
9osis a"al 1 gr=kg(( diberikan #$-3$ menit secara drip
cepat
9osis lanjutan diberikan jam setelah dosis a"al, sebanyak
$,5 gr=kg(( drip cepat selama #$-3$ menit bila diperlukan
c* 0tasi komplikasi
- &ejang profilaksis dengan obat anti epilepsi selama ?
hari diberikan pada kasus fraktur impresi lebih dari #
diplo
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 25/38
- nfeksi antibiotik profilaksis pada fraktur basis cranii,
fraktur terbuka, atau pneumoensefal. 9osis sesuai
dengan dosis yang diberikan pada infeksi intrakranial
- %erdarahan saluran cerna dan gangguan saluran
gastrointestinal berikan anti emetik, antasida,
penghambat pompa proton, dll, bila diindikasikan.
- 9emam jaga temperatur tubuh H3@ derajat celcius.
- &oagulasi intra'askular diseminata berikan
antikoagulan
d* Cairan dan nutrisi yang adekuat 3
<. Tata"a4sana asien <eera 4ea"a rin&an
1* %asien dira"at selama # 7 #4 jam, apabila terdapat indikasi
berikut
a* 0da gangguan orientasi "aktu atau tempat
b* Sakit kepala dan muntah
c* 2idak ada penga"as di rumah
d* Fetak rumah jauh dan sulit untuk kembali ke rumah sakit
#* %osisi kepala ditinggikan 3$ derajat
3* %era"atan luka-luka
4* %emberian obat-obat simtomatik seperti analgetik, anti emetik,
dll, jika diperlukan
5* 0pabila pasien mengalami sakit kepala yang semakin berat,
muntah proyektil, atau cenderung semakin mengantuk, keluarga
dianjurkan untuk memba"a pasien ke rumah sakit.
/ntuk kasus cedera kepala berat, pasien dira"at di ruang ra"at
intensif. 3
?. Pr-&n-sis
0pabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala sudah
mendapat terapi yang agresif, terutama pada anak-anak biasanya memiliki
daya pemulihan yang baik. %enderita yang berusia lanjut biasanya
mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan dari cedera
kepala.11 &ecacatan yang dihasilkan dari cedera kepala tergantung pada
tingkat keparahan cedera, lokasi cedera, usia dan status kesehatan umum
indi'idu tersebut.1# (eberapa kecacatan umum yang dapat terjadi pada
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 26/38
pasien dengan cedera kepala yaitu masalah kognisi )berpikir, memori, dan
penalaran*, pengolahan sensorik )penglihatan, pendengaran, sentuhan,
rasa, dan bau*, komunikasi )ekspresi dan pemahaman*, dan perilaku atau
kesehatan mental )depresi, kecemasan, perubahan kepribadian, agresi,
bertindak, dan ketidaktepatan sosial*.
. KEGAATDARURATAN
(. De=inisi
&ega"atdaruratan merupakan keadaan yang bermanifestasikan
gejala-gejala akut akan adanya suatu keparahan pada tingkatan tertentu,
dimana apabila pada keadaan tersebut tidak diberikan perhatian medis
yang memadai, dapat membahayakan keselamatan indi'idu
bersangkutan, menyebabkan timbulnya gangguan serius fungsi tubuh
ataupun terjadinya disfungsi organ atau kecacatan.
2. Penan&anan Aa" Ke&aataruratan
%enanganan a"al atau pertolongan pertama merupakan
pertolongan secara cepat dan bersifat sementara "aktu yang diberikan
pada seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit mendadak.
%ertolongan ini menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia pada
saat itu di tempat kejadian.
2ujuan dari penanganan a"al kega"atdaruratan adalah
memberikan pera"atan yang akan menguntungkan pada orang-orang
tersebut sebagai persiapan terhadap penanganan lebih lanjut. 9alam penanganan kega"atdaruratan, "aktu menjadi hal yang sangat penting,
maka diperlukan suatu cara penilaian yang cepat untuk menentukan
tindakan pera"atan yang harus diberikan sesegera mungkin dalam
rangka menyelamatkan nya"a seseorang yang disebut nitial 0ssesment
)%enilaian 0"al*.
5. Initia" Assess*ent
a) *rimary #ur+ey
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 27/38
%enilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis
perlukaan, tanda-tanda 'ital, dan mekanisme trauma. %enanganan
a"al dalam *rimary #ur+ey membantu mengidentifikasi keadaan-
keadaan yang mengancam nya"a, yang terdiri dari tahapan-tahapan
sebagai berikut
0 Airway, menjaga airway dengan kontrol ser'ikal
( Breathing , menjaga pernapasan dengan 'entilasi
C Circulation, kontrol perdarahan
9 Disability, status neurologis
B ExposureEn+ironmental control, buka seluruh baju penderita,
tetapi cegah hipotermia13
Airway
&eadaan kurangnya darah yang teroksigenasi ke otak dan
organ 'ital lainnya merupakan pembunuh pasien-pasien trauma
yang paling cepat. !bstruksi airway akan menyebabkan kematian
dalam hitungan beberapa menit. 2ercapainya patensi airway
merupakan hal yang sangat esensial dalam penanganan a"al
pasien-pasien ga"at darurat. %enilaian tentang mampu atau
tidaknya seseorang bernapas secara spontan harus dilakukan
secara cepat. /ntuk menilai patensi airway secara cepat dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien. 6espon
'erbal yang normal menandakan dengan cepat kepada penolong
bah"a pasien memiliki airway yang paten, sudah bernapas, dan
otaknya sudah dalam keadaan diperfusi. +amun begitu, penilaian
airway tetap penting untuk dilakukan. 0pabila pasien hanya dapat
berbicara sepatah dua patah kata ataupun tidak respon, pasien
kemungkinan dalam keadaan distress nafas dan membutuhkan
pertolongan bantuan napas secara cepat. 13
9alam mengatasi obstruksi airway, terlebih dahulu
dilakukan suctioning untuk mengeluarkan cairan sali'a berlebih
yang mungkin timbul akibat pangkal lidah yang terjatuh. %ada
keadaan tidak sadarkan diri, penyebab tersering terhambatnya
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 28/38
airway adalah pangkal lidah yang jatuh. Selain itu, penolong juga
harus melakukan inspeksi tentang ada tidaknya benda-benda
asing yang menghambat airway ataupun kemungkinan terjadinya
fraktur fasial, mandibular ataupun trakeal=laringeal yang juga
dapat menghambat bebasnya airway. %asien-pasien dalam
keadaan penurunan kesadaran ataupun .C# (.lasgow Coma
#core) yang nilainya @ ke ba"ah perlu diberikan pemasangan
airway definitif. 0danya gerakan-gerakan motorik tidak bertujuan
juga biasanya mengindikasikan perlunya pemasangan airway
definitif.
2anda obstruksi jalan nafas antara lain• Suara berkumur • Suara nafas abnormal )stridor*• %asien gelisah karena hipoksia• (ernafas menggunakan otot nafas tambahan= gerak dada
paradoks• Sianosis 13
(erbagai bentuk sumbatan pada air"ay segera diperbaiki
dengan cara mengangkat dagu )chin lift maneu'er* dan
memiringkan kepala )head tilt* maneu'er, atau dengan
mendorong rahang ba"ah ke arah depan )ja" thrust maneu'er*.
0ir"ay selanjutnya dapat dipertahankan dengan orofaringeal
)oropharyngeal air"ay* atau nasofaringeal )nasopharingeal
air"ay*. 2indakan-tindakan yang digunakan untuk membuka
air"ay dapat menyebabkan atau memperburuk cedera spinal.
0danya suspek cedera pada spinal mengindikasikan dilakukannya
tindakan imobilisasi spinal )in-line immobiliEation*.
2eknik-teknik mempertahankan airway • Airway sementara /ead-tilt, Chin-li$t, 0aw-thrust,
1ropharyngeal Airway, asopharyngeal Airway• Airway definitif pipa orotrakeal, pipa nasotrakeal, airway
surgikal )krikotiroidotomi atau trakeostomi*. 13
Breathing
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 29/38
entilasi adalah pergerakan dari udara yang dihirup
kedalam dengan yang dihembuskan ke luar dari paru. %ada
a"alnya, dalam keadaan ga"at darurat, apabila teknik-teknik
sederhana seperti head-tilt maneu'er dan chin-lift maneu'er tidak
berhasil mengembalikan 'entilasi yang spontan, maka
penggunaan bag-'al'e mask adalah yang paling efektif untuk
membantu 'entilasi. 13
%enilaian 'entilasi yang adekuat atau tidak dapat dilakukan
dengan melakukan metode berikut•
Fihat naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan
dinding dada yang adekuat. 0simeteri menunjukkan
pembelatan ) splinting * atau $lail chest dan tiap pernapasan
yang dilakukan dengan susah (labored breathing * sebaiknya
harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi
penderita.• 9engar adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada.
%enurunan atau tidak terdengarnya suara nafas pada satu atau
kedua hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera dada.
ati-hati terhadap adanya laju pernafasan yang cepat M
takipnea mungkin menunjukkan kekurangan oksigen.• 8unakan pulse oxymeter2 0lat ini mampu memberikan
informasi tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer
penderita, tetapi tidak memastikan adanya 'entilasi yang
adekuat. 13
Circulation
olume darah, cardiac outptut, dan perdarahan adalah
masalah sirkulasi utama yang perlu dipertimbangkan. 9alam
menilai status hemodinamik, ada 3 penemuan klinis
• 2ingkat &esadaran
(ila 'olume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang,
yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran.
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 30/38
• Warna &ulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipo'olemia.%enderita trauma yang kulitnya kemerahan, terutama pada
"ajah dan ekstremitas, jarang yang dalam keadaan
hipo'olemia. Sebaliknya, "ajah pucat keabu-abuan dan kulit
ekstremitas yang pucat, merupakan tanda hipo'olemia.
• +adi
%eriksalah pada nadi yang besar seperti a. Demoralis atau a.
&arotis )kiri-kanan* untuk kekuatan nadi, kecepatan danirama. +adi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya
merupakan tanda normo'olemia )bila penderita tidak minum
obat beta-blocker*. +adi yang cepat dan kecil merupakan
tanda hipo'olemia, "alaupun dapat disebabkan keadaan yang
lain. &ecepatan nadi yang normal bukan jaminan bah"a
normo'olemia. +adi yang tidak teratur biasanya merupakan
tanda gangguan jantung. 2idak ditemukannya pulsasi dari
arteri besar merupakan tanda diperlukannya resusitasi segera.
%erdarahan eksternal harus cepat dinilai, dan segera
dihentikan bila ditemukan dengan cara menekan pada sumber
perdarahan baik secara manual maupun dengan
menggunakan perban elastis. (ila terdapat gangguan sirkulasi
harus dipasang sedikitnya dua line, yang berukuran besar.
&emudian lakukan pemberian larutan 6inger laktat sebanyak
# F sesegera mungkin. 13
Disability
9ilakukan e'aluasi terhadap keadaan neurologis cepat.
ang dinilai di sini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi
pupil, tanda-tanda lateralisasi, dan tingkat cedera spinal. 8CS
)8lasgo" Coma Scale* adalah sistem skoring sederhana dan dapat
memperkirakan outcome pasien terutama motorik terbaiknya.
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 31/38
(ila pemeriksaan 8CS belum dilakukan pada primary sur'ey,
harus dilakukan pada saat secondary sur'ey neurologis.
%enurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi
dan=atau penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan trauma
langsung pada otak. %enurunan kesadaran menuntut dilakukannya
ree'aluasi terhadap keadaan oksigenasi, 'entilasi, dan perfusi 13
Exposure
%akaian pasien harus dibuka secara keseluruhan dengan cara
menggunting pakaiannya untuk memeriksa dan menge'aluasi
pasien. Setelah pakaian dibuka, pasien harus diselimuti untuk
mencegah hipotermia. %asien harus dipakaikan selimut hangat,
suhu ruangan sudah cukup hangat, dan diberikan cairan intra'ena.
13
b) #econdary #ur+eySecondary sur'ey adalah pemeriksaan teliti dan menyeluruh
dari kepala sampai kaki )head to toe e7amination*, termasuk
ree'aluasi tanda 'ital. Secondary sur'ey baru dilakukan setelah
primary sur'ey selesai, resusitasi dilakukan dan 0(C dalam keadaan
stabil. 13
Ana*nesis
6i"ayat J0%FBK
0 0llergy edication )obat yang diminum saat ini*
% %ast illness )penyakit penyerta*
F Fast meal
B B'ent )berhubungan dengan kejadian trauma*
Pe*eri4saan Fisi4
%emeriksaan secara detail dari kepala sampai kaki hanya dimulai jika
keadaan mengancam ji"a pasien sudah tere'aluasi dan tertangani selama
primary sur+ey2
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 32/38
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 33/38
A III
ANALISIS KASUS
(erdasarkan alloanamnesis dengan pengantar pasien, pasien pada kasus ini
mengalami penurunan kesadaran sejak 1 jam S6S. : 1 jam S6S pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai sepeda motor. &ronologis
kejadian tidak jelas. %osisi jatuh tidak jelas. Saat di 6S9 pasien muntah );* 17
berupa makanan sebanyak : < gelas belimbing. &eluhan kejang disangkal.
6i"ayat penyakit dahulu, seperti 9, hipertensi, asma, dan alergi disangkal. 9ari
hasil primary dan secondary sur'ey, didapatkan 8CS B1#5, 'ital sign dalam
batas normal, dan terdapat 'ulnus apertum di regio labium oris sinistra.
%emeriksaan fisik lain dalam batas normal.
/ntuk membantu menegakkan diagnosis pada pasien ini, dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah dan pemeriksaanradiologi berupa rontgen thorak 0%=Fat dan cer'ical 0%=Fat, serta SC2 (rain
tanpa kontras. %ada pemeriksaan laboratorium darah, secara umum dalam batas
normal, kecuali kadar natrium darah pada pasien ini mengalami penurunan )1#3
mBI=F*. 9ari hasil pemeriksaan rontgen thorak dan cer'ical pasien dalam batas
normal. Sedangkan dari pemeriksaan C2 scan kepala, tampak lesi hiperdens kecil-
kecil multiple dengan perifokal edema di sekitarnya pada lobus frontal bilateral.
2ampak pula lesi hiperdens mengisi sulci dan gyri pada regio temporoparietal
bilateral dan tentorium cerebeli. 2ak tampak adanya midline shi$ting . Sulci dan
gyri di luar lesi merapat. Sistem 'entrikel dan sistema menyempit. %ons,
cerebellum, dan cerebellopontine angle normal. 2ak tampak kalsifikasi abnormal.
2ampak lesi densitas darah mengisi sinus maksilaris bilateral dan ca'um nasi
bilateral. !rbita, sinus paranasalis, dan mastoid di luar lesi normal. Craniocerebral
space tak tampak melebar. Cal'aria intak, tak tampak osteodestruksi. 9ari hasil
C2 scan kepala tersebut dapat disimpulkan terdapat C multiple lobus frontal
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 34/38
bilateral, S0 regio temporoparietal bilateral dan tentorium cerebelli, brain
edema, dan hematosinus maksilaris bilateral dan ca'um nasi bilateral.
(erdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien pada kasus ini didiagnosis dengan penurunan kesadaran et
causa contusional hemoragik 6. frontotemporalis, S0 6. temporoparietal
bilateral, edema cerebri, 'ulnus apertum 6. labium oris sinistra, dan hiponatremia.
&elainan-kelainan yang terjadi pada pasien ini tergolong cedera kepala
akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh pasien. Cedera kepala adalah
trauma mekanik terhadap kepala, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis )gangguan fisik, kognitif, fungsi
psikososial* baik temporer maupun permanen. (erdasarkan derajat penurunan
kesadaran pasien ini dengan 8CS @, cedera kepala yang dialami pasien ini
tergolong cedera kepala berat. Cedera kepala dapat dibagi menjadi cedera primer
dan sekunder. Cedera primer diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang
tengkorak dan daerah sekitarnya )coup) dan yang berla"anan dengan tempat
benturan )contrecoup). Sedangkan cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi
akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari
kerusakan otak primer, pada pasien ini ditandai dengan contusional hemoragik
dan perdarahan subarakhnoid, edema cerebri, serta peningkatan tekanan
intrakranial.
/ntuk menangani kega"atdaruratan pada pasien ini saat di 89 dilakukan
intubasi, D9 +aCl $,>A #$ tpm, pemasangan 9C, dan monitoring 'ital sign.
ntubasi dengan Bndo 2racheal 2ube dilakukan untuk pemberian terapi oksigen
dan menjaga jalan napas pasien, hal ini terkait dengan kesadaran pasien yang
menurun dengan 8CS @. %emberian infus +aCl $,>A sebagai terapi cairan dan
untuk menjaga sirkulasi tetap baik. %emasangan 9C bertujuan untuk mengontrol
keseimbangan input dan output cairan dari pasien. Sedangkan untuk tatalaksana
lebih lanjut, pasien dengan cedera kepala berat harus dira"at di ruang pera"atan
intensif )C/*. %asien diberi !# @ lpm dengan B22, D9 +aCl $,>A 15$$ cc=#4
jam, injeksi manitol #$$ cc bolus cepat, lanjut 1$$ cc= jamP injeksi nimodipine
1$ mg=#4 jamP injeksi ceftriakson 1 g=1# jamP injeksi ranitidin 5$ mg=1# jamP
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 35/38
injeksi metamiEole 1 g=@ jamP 02S 15$$ /P serta koreksi hiponatremi dengan
+aCl 3A 3>$ mBI. %emberian manitol pada pasien ini bertujuan untuk
menurunkan tekanan intrakranial ditambah dengan pemberian ranitidin sebagai
0# blocker terkait muntah yang dialami pasien. %emberian antibiotik dan
antitetanus serum pada pasien ini bertujuan untuk mencegah dan menangani
infeksi yang terjadi.
%rognosis pasien pada kasus ini, baik ad 'itam, ad sanam, dan ad
fungsionam adalah dubia. al ini terkait dengan beratnya derajat cedera kepala
yang dialami pasien. 2idak menutup kemungkinan akan timbul gejala-gejala sisa
di kemudian hari.
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 36/38
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 37/38
DAFTAR PUSTAKA
1. Simanjuntak D, +gantung 9, ahama C+ )#$15*. 8ambaran pasien
cedera kepala di 6S/%. %rof.9r.6.9.&andou anado periode anuari
#$13-9esember #$13. 0urnal e-Clinic, 3 354.
#. ra"an , Setia"an D, 9e"i, 9e"anto 8 )#$1$*. %erbandingan 8lasgo"
coma scale dan re'ised trauma score dalam memprediksi disabilitaspasien
trauma kepala di rumah sakit 0tma aya. 3aj 4edo!t 5ndon, $ 43?-4#.
3. 2anto C, Bstiasari 6 )#$14*. 2rauma kapitis. 9alam &apita selektakedokteran jilid . akarta edia 0esculapius >@4-?
4. endelo" 09 )1>@3*. %athophysiology of ead njury. Br202#urg , ?$
41-5$.
5. !lson 90 )#$14*. ead injury. 9iakses tanggal 4 0pril #$1 pukul 15.$$
""".medscape.com.
. %rice 99 )#$15*. Bpidural ematom in Bmergency edicine. 9iakses
tanggal 4 0pril #$1 pukul 1?.15 """.emedicine.medscape.com.
?. %erdossi )#$$*. &onsensus nasional penanganan trauma kapitis dan
trauma spinal. akarta %erdossi.
@. eagher 6 )#$15*. Subdural ematom. 9iakses tanggal 4 0pril #$1
pukul 1$.$$ """.medscape.com.
>. +ational nstitute of +eurological 9isorder and stroke. Subdural ematom
C2 Scan )#$15*. 9iakses tanggal 4 0pril #$1 pukul
11.$$""".ninds.nih.go'.
1$. apardi )#$$4*. Cedera &epala. akarta (huana lmu %opuler &elompok
8ramedia.
11. 6eilly %, (ullock F )1>>?*. ead injury.. %ublished in Fondon. S(+ $
41# 5@54$5.
1#. &hisner S )#$15*. Complications and %rognosis of ead njury.. 9iakses
tanggal 4 0pril #$1 pukul 14.3$ """.medscape.com
8/18/2019 Selvia Anggraeni_preskas
http://slidepdf.com/reader/full/selvia-anggraenipreskas 38/38
13. 0merican College of Surgeons )#$$4*. 0d'anced trauma life support
)02FS*. Se'enth edition. Chicago.
top related